Presentasi Trauma Abdomen

download Presentasi Trauma Abdomen

of 25

Transcript of Presentasi Trauma Abdomen

  • OLEHCATHARINA PUNGKI W / 1711013DESTI CAHYANINGRUM / 1711014DETA DWI ARYANI / 1711015Asuhan Keperawatan pada Trauma Abdomen

  • DEFINISITrauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut yang dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan sehingga terkadang perlu dilakukan tindakan laparatomi. Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001)

  • Anatomi Luar AbdomenAbdomen depanAbdomen depan adalah bidang yang dibatasi:Superior: garis intermammariaInferior: kedua ligamentum inguinal dan simfisis pubisLateral: kedua linea aksilaris anterior

    ANATOMI ABDOMEN

  • PinggangMerupakan daerah yang berada diantara linea aksilaris anterior dan linea aksilaris posterior, dari sela iga ke 6 dibatas atas sampai krista iliaka dibatas bawah.Di lokasi ini ada dinding otot abdomen yang tebal, berlainan dengan dinding otot yang lebih tipis di bagian depan yang menyebabkan bagian ini menjadi pelindung terutama terhadap trauma tusukan yang disebut Flank Area.

  • PunggungDaerah ini berada dibelakang axillaris posterior, dari ujung bawah scapula sampai crista iliaca.Seperti halnya Flank Area, disini otot otot punggung dan otot paraspinal menjadi pelindung terhadap trauma tajam

  • Anatomi Dalam AbdomenRongga PeritonealRongga peritoneal atas dilindungi oleh bagian bawah dari dinding toraks yang mencakup diafragma, hepar, lien, gaster dan colon transversum.Rongga peritoneal bawah berisikan usus halus, bagiam colon ascendens dan colon descendens, colon sigmoid dan pada wanita ada organ reproduksi internal.

  • Rongga PelvisRongga pelvis merupakan bagian bawah dari rongga intraperitoneal dan bagian bawah dari rongga retroperitoneal. Didalamnya terdapat rectum, vesica urinaria, pembuluh pembuluh iliaca, dan pada wanita terdapat organ reproduksi internal.

  • Rongga RetroperitonealRongga yang potensial ini adalah rongga yang berada dibelakang dinding peritoneum yang melapisi abdomen, dan didalamnya terdapat aorta abdominalis, vena cava inferior, sebagian besar duodenum, pancreas, ginjal dan ureter serta sebagian posterior dari colon ascendens dan colon descendens, dan juga bagian rongga pelvis yang retroperitoneal.

  • KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI1) Trauma penetrasi (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).a) Trauma Tembak b) Trauma Tusuk2) Trauma non-penetrasi / trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium)a) Kompresib) Hancur akibat kecelakaanc) Sabuk pengamand) Cedera akselerasi

  • MANIFESTASI KLINISKasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut Sjamsuhidayat (2001), meliputi:nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.

  • Trauma Tajam

  • Trauma Tumpul

  • PATOFISIOLOGIJika terjadi trauma penetrasi atau non-penetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik.Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak.Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas

  • Mekanisme TraumaA. Trauma TajamSuatu pukulan langsung, misalnya terbentur pinggiran stir bisa menyebabkan trauma kompresi ataupun crush injury terhadap organ viscera. Trauma tarikan (shearing injury) terhadap organ viscera yang terjadi bila alat pengaman (seat belt) tidak digunakan secara benar. Pasien yang cedera pada suatu tabrakan

  • B. Trauma TajamLuka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%) dan colon (15%). Luka tembak mengakibatkan kerusakan yang lebih besar, yang ditentukan oleh jauhnya perjalanan peluru, dan berapa besar energi kinetiknya maupun kemungkinan pantulan peluru oleh organ tulang, maupun efek pecahan tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai usus halus (50%), colon (40%), hepar (30%) dan pembuluh darah abdominal (25%).

  • TANDA DAN GEJALATrauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organRespon stres simpatiPerdarahan dan pembekuan darahKontaminasi bakteriKematian selTrauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).Kehilangan darah.Memar/jejas pada dinding perut. Kerusakan organ-organNyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut. Iritasi cairan usus

  • KOMPLIKASI Segera : hemoragi, syok, dan cedera. Lambat : infeksi

  • PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.Skrinning pemeriksaan rongten: Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau Pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning: ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada. Uretrografi: di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra Sistografi: ini di gunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada1) fraktur pelvis.2) Trauma non-penetrasi

  • PENGKAJIAN GADAR TRAUMA OKSIGENA. Pengkajian AirwayYang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas dengan bebas? Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:Adanya snoring atau gurglingStridor atau suara napas tidak normalAgitasi (hipoksia)Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movementsSianosisLook dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial penyebab obstruksi :MuntahanPerdarahanGigi lepas atau hilangGigi palsu

  • Trauma wajahJika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi : Chin lift/jaw thrustLakukan suction (jika tersedia)Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask AirwayLakukan intubasi

  • Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.

  • Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.Penilaian kembali status mental pasien.Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukanPemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi: Pemberian terapi oksigenBag-Valve MaskerIntubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar), jika diindikasikanCatatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway proceduresKaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi sesuai kebutuhan.

  • Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan secara langsung.Palpasi nadi radial jika diperlukan:Menentukan ada atau tidaknyaMenilai kualitas secara umum (kuat/lemah)Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)RegularityKaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary refill).Lakukan treatment terhadap hipoperfusi

  • Diagnosa keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen (Wilkinson, 2006) adalah :1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.2. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan.4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

  • TERIMA KASIH