Praktek AmdaL

9
A M D A L FAKTOR FISIK : A. Geomorfologi Pantai : Bentuk/morfologi wilayah pesisir, seperti pantai terjal atau landai, ditentukan oleh kekerasan (resestivity) batuan, pola morfologi dan tahapan proses tektoniknya. Relief/topografi dasar laut perairan nusantara terdiri dari berbagai tipe mulai dari paparan (shelf) yang dangkal, palung llaut, gunung bawah laut, terumbu karang dan sebagainya. Kondisi oseanografi fisik di kawasan pesisir dan lautan ditentukan oleh fenomena pasang surut, arus, gelombang, kondisi suhu, salinitas serta angin. Fenomena- fenomena tersebut memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan. Proses-proses utama yang sering terjadi di wilayah pesisir meliputi: sirkulasi massa air, percampuran (terutama antara dua massa air yang berbeda), sedimentasi dan

description

Analisis Amdal EMC Makassar

Transcript of Praktek AmdaL

Page 1: Praktek AmdaL

A M D A L

FAKTOR FISIK :

A. Geomorfologi Pantai :

Bentuk/morfologi wilayah pesisir, seperti pantai terjal atau landai, ditentukan oleh kekerasan (resestivity) batuan, pola morfologi dan tahapan proses tektoniknya. Relief/topografi dasar laut perairan nusantara terdiri dari berbagai tipe mulai dari paparan (shelf) yang dangkal, palung llaut, gunung bawah laut, terumbu karang dan sebagainya. Kondisi oseanografi fisik di kawasan pesisir dan lautan ditentukan oleh fenomena pasang surut, arus, gelombang, kondisi suhu, salinitas serta angin. Fenomena-fenomena tersebut memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan. Proses-proses utama yang sering terjadi di wilayah pesisir meliputi: sirkulasi massa air, percampuran (terutama antara dua massa air yang berbeda), sedimentasi dan abrasi serta upwelling. Bentukan-bentukan yang umum terdapat diwilayah pesisir adalah sebagai berikut:

1. Pesisir Pantai (Beach) adalah yaitu pesisir diantara garis pasang naik dan pasang surut.

Page 2: Praktek AmdaL

2. Laguna adalah air laut dangkal yang memiliki luas beberapa mil, sering merupakan teluk atau danau yang terletak diantara pulau penghalang dengan pantai.

3. 3.Pulau Penghalang (Barrier Island) adalah gosong pasir yang tersembul dipantai yang dipisahkan dari pantai oleh laguna. Pulau penghalang ini bias tebentuk sebagai spit atau gumuk pasir yang dibentuk oleh angin atau air.

4. Delta adalah deposit lumpur, pasir, atau kerikil (endapan alluvium) yang mengendap di muara suatu sungai. Delta dibagi menjadi tiga berdasarkan bentuknya, yaitu Delta Arcuate (Berbentuk kipas), Delta Cuspate (Berbentuk gigi tajam), Delta Estuarine (Berbentuk estuarine).

5. Goa Laut (Sea Cave) merupakan goa yang terbentuk pada terbing terjal (cliff) atau tanjung (headland) sebagai akibat erosi dari hantaman gelombang dan arus.

6. Sea Arch merupakn sea cave yang telah tereosi sangat berat akibat dari hantaman ombak.7. Sea Stack merupakan tiang-tiang batu yang terpisah dari daratan yang tersusun dari batuan

yang resisten sehingga masih bertahan dari hantaman gelombang.8. Rawa Air Asin (Salt Marsh) merupakan rawa yang terbentuk akibat genangan air laut di dinggir

pantai.9. Head Land yaitu batuan daratan resisten yang menjorok kelaut sebagai akibat erosi

gelombang.10. Bar yaitu gosong pasir dan kerikil yang terletak pada dasar laut dipinggir pantai yang terjadi

oleh pengerjaan arus laut dan gelombang. Kadanngkadang terbenam seluruhnya oleh air laut. Beberapa jenis bar antara lain:

Spit yaitu yang salah satu ujunganya terikat pada daratan, sedangkan yang lainnya tidak. Bentuknya kebanyakan lurus sejajar dengan pantai, tetepai oleh pengaruh arus yang membelok ke arah darat atau oleh pengaruh pasang naik yang besar, spit itupun membelok pula ke arah darat yang disebut Hook atau Recurved Spit (Spit Bengkok).

Baymouth Bar adalah spit yang kedua ujungnya terikat pada daratan yang menyeberang dibagian muka teluk.

Tombolo adalah spit yang menghubungkan pulau dengan daratan induk atau dengan pulau lain, contohnya daratan antara Pulau Pananjung dengan daratan induknya Pulau Jawa.

Page 3: Praktek AmdaL

Daerah pesisir merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena daerah tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu berasal dari daratan dan lautan. Perubahan lingkungan pesisir dapat terjadi secara lambat hingga sangat cepat, tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan angin. Perubahan pesisir terjadi apabila proses geomorfologi yang terjadi pada suatu segmen pesisir melebihi proses yang biasa terjadi. Perubahan proses geomorfologi tersebut sebagai akibat dari sejumlah faktor lingkungan seperti faktor geologi, geomorfologi, iklim, biotik, pasang surut, gelombang, arus laut, dan salinitas (Sutikno, 1993 dalam Johanson D. Putinella, 2002). Iklim mempengaruhi gelombang dan juga aktivitas biologi serta proses-proses kimia di permukaan atau dekat dengan permukaan seperti evaporation, penyemian dan lain-lain.

Menurut Dahuri (1996) dalam Johanson. D. Putinella (2002), ombak merupakan salah satu penyebab yang berperan besar dalam pembentukan pesisir. Ombak yang terjadi di laut dalam pada umumnya tidak berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di dalamnya. Sebaliknya ombak yang terdapat di dekat pesisir, terutama di daerah pecahan ombak mempunyai energi besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi pesisir, seperti menyeret sedimen (umumnya pasir dan kerikil) yang ada di dasar laut untuk ditumpuk dalam bentuk gosong pasir. Di samping mengangkut sedimen dasar, ombak berperan sangat dominan dalam menghancurkan daratan (erosi laut). Daya penghancur ombak terhadap daratan atau batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keterjalan garis pesisir, kekerasan batuan, rekahan pada batuan, kedalaman laut di depan pesisir, bentuk pesisir, terdapat atau tidaknya penghalang di muka pesisir dan sebagainya.

Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pesisir, arus laut, terutama yang mengalir sepanjang pesisir merupakan penyebab utama yang lain dalam membentuk morfologi pesisir. Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama, dapat pula terjadi karena ombak yang membentur pesisir secara miring. Berbeda dengan peran ombak yang mengangkut sedimen tegaklurus terhadap arah ombak, arus laut mampu membawa sedimen yang mengapung maupun yang terdapat di dasar laut. Pergerakan sedimen searah dengan arah pergerakan arus, umumnya menyebar sepanjang garis pesisir. Bentuk morfologispit, tombolo, beach ridge atau akumulasi sedimen di sekitar jetty (dermaga atau tembok laut) dan tanggul pantai menunjukkan hasil kerja arus laut. Dalam hal tertentu arus laut dapat pula berfungsi sebagai penyebab terjadinya abrasi pesisir.

Keseimbangan antara sedimen yang dibawa sungai dengan kecepatan pengangkutan sedimen di muara sungai akan menentukan berkembangnya dataran pesisir. Apabila jumlah sedimen yang dibawa ke laut dapat segera diangkut oleh ombak dan arus laut, maka pantai akan dalam keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen melebihi kemampuan ombak dan arus laut dalam pengangkutannya, maka dataran pesisir akan bertambah. Selain itu aktivitas manusia yang memanfaatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan juga dapat merubah morfologi pesisir menjadi rusak apabila pengelolaannya tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Proses-proses lainnya yang terjadi di wilayah pesisir antara lain:

Page 4: Praktek AmdaL

B. Pola Arus Pasang SurutArus laut pasang surut yang disebabkan oleh pasang surut air laut (subsidence)

adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka laut dapat terjadi sehari sekali (pasang surut tunggal), atau dua kali sehari (pasang surut ganda). Ketika pasang surut terbentuk dilautan luas merambat sebagai gelombang menuju lereng benua (continental slope) dan paparan benua (continental shelf), gelombang tersebut akan mengalami proses perubahan karena nakin dangkalnya perairan.

C. Pencemaran dan SedimentasiSedimentasi yang dibawa melalui sungai, arus sepanjang tepi pantai (longshore

drift), dan arus pasang surut. Sedimen ini terbentuk dari lumpur, pasir, hingga kerikil. Sedimen bertekstur kasar terdapat di kawasan bertenaga tinggi.

D. Level air tanah

Page 5: Praktek AmdaL

FAKTOR BIOLOGI :

Rhizophora Mucronata

Tanaman ini biasa ditemukan dalam hutan bakau atau hutan mangrove, yaitu hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Digunakan untuk rehabilitasi kawasan mangrove di pantai barat maupun pantai timur di Sulawesi Selatan. Salah satu alasan yang membuat jenis ini banyak dipilih untuk rehabilitasi hutan mangrove karena buahnya yang mudah diperoleh, mudah disemai serta dapat tumbuh pada daerah genangan pasang yang tinggi maupun genangan rendah (Supriharyono, 2000).

Rhizophora mucronata Poir adalah salah satu jenis tanaman bakau . Juga disebut dengan nama-nama lain seperti bakau betul, bakau hitam dan lain-lain. Kulit batang hitam, memecah datar. Tanaman ini biasa ditemukan dalam hutan bakau atau hutan mangrove, yaitu hutan adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Tanaman ini memiliki bunga berkelompok, 4-8 kuntum. Daun mahkotanya putih, berambut panjang hingga 9 mm. Buahnya bentuk telur, hijau kecoklatan, 5 – 7 cm. Mempunyai hipokotil besar, kasar dan berbintil, dengan panjang 36 – 70 cm. Leher kotiledon kuning jika matang.

Tanaman ini sering bercampur dengan bakau minyak, namun lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan berpasir. Lebih menyukai substrat yang tergenang dalam dan kaya

Page 6: Praktek AmdaL

humus; jarang sekali didapati di tempat yang jauh dari pasang surut. Menyebar luas mulai dari Afrika timur, Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara, kepulauan Nusantara, melanesia dan Mikronesia. Diintroduksi ke Hawaii.

Rhizophora mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Lumpur tanah liat bercampur bahan organik merupakan tempat tumbuh yang paling umum bagi hutan bakau, selain tanah bergambut, lumpur dengan kandungan pasir yang tinggi, ahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu karang.

Salah satu teknik mengidentifikasi pohon bakau cepat tumbuh yaitu dengan melihat lingkaran tahun pada batang (annual ring) seperti yang dipublikasikan oleh Menezes dkk (2003) pada jurnal Wetland Ecology and Management. Sebagaimana diketahui bersama bahwa lingkaran tahun pada batang tanaman berkayu menunjukkan umur tanaman. Jenis Rhizophora mucronata adalah jenis pohon bakau yang sulit dilihat lingkaran tahunnya.

Deskripsi : Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.

Daun : Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar hingga bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13 cm.

Bunga : Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: Kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4;putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak bertangkai.

Buah : Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.

Ekologi : Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Anakan seringkali dimakan oleh

Page 7: Praktek AmdaL

kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang kemudian melindungi mereka.

Penyebaran : Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan ditanam di Hawaii.

Kelimpahan :

Manfaat : Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam kasus hematuria (perdarahan pada air seni). Kadang-kadang ditanam di sepanjang tambak untuk melindungi pematang.

Suhu Pada Rhizophora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp. dan Lumnitzera spp., laju

tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-28 ºC, untuk Bruguiera spp adalah 27ºC dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada suhu 18-20 ºC (Hutchings dan Saenger, 1987).

Pasang Surut Pasang surut menetukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove. Durasi pasang surut

berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove. Salinitas air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik dan menurun selama pasang surut. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang merupakan salah satu faktor yang membatasi distribusi jenis mangrove. Pada areal yang selalu tergenang hanya Rhizophora mucronata yang tumbuh baik, sedangkan Bruguiera spp dan Xylocarpus spp jarang mendominasi daerah yang sering tergenang. Pasang surut juga berpengaruh terhadap perpindahan massa antara air tawar dengan air laut, dan oleh karenanya mempengaruhi organisme mangrove (Ansori, 1998).