Amdal Ajar

166
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) MATERI AJAR ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) SEBAGAI KELAYAKAN LINGKUNGAN DARI SUATU KEGIATAN BERDAMPAK Materi disiapkan dari berbagai rujukan dan hasil pelatihan untuk mahasiswa Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Disiapkan dan dikumpulkan Oleh : SYAFRUDIN 1

description

amdal

Transcript of Amdal Ajar

Page 1: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

MATERI AJAR

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN(AMDAL) SEBAGAI KELAYAKAN LINGKUNGAN

DARI SUATU KEGIATAN BERDAMPAK

Materi disiapkan dari berbagai rujukan dan hasil pelatihan untuk mahasiswa Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Disiapkan dan dikumpulkan Oleh :

SYAFRUDIN

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

2013

1

Page 2: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) telah berkembang di Indonesia

hampir selama dua dekade, namun dalam rentang waktu yang panjang itu AMDAL masih

belum memberi kontribusi yang tinggi bagi perlindungan lingkungan hidup. Mutu

dokumen AMDAL yang dihasilkan dari waktu ke waktu memang mengalami perbaikan

namun berlangsung dalam kecepatan yang amat lambat.

Salah satu faktor yang dipandang turut memberi kontribusi terhadap hal tersebut adalah

mutu kajian aspek AMDAL ( aspek sosial budaya kesehatan masyarakat, aspek fisik-

kimia, serta aspek biologi. Dalam studi AMDAL, aspek tersebut cenderung belum dikaji

sebagai satu kesatuan dan belum diarahkan secara sistematis. Bahkan berkembang

persepsi bahwa kajian aspek AMDAL akan semakin bermutu bila jumlah sampel yang

diukur semakin besar. Berkembangnya persepsi semacam ini jelas memprihatinkan.

Oleh karena pembelajaraan akan AMDAL tidak hanya akan mempengaruhi kondisi

pengelolaan lingkungan secara keseluruhan tapi juga akan memperparah keberadaa

sumber daya alam yang ada.

Mendasari situasi tersebut maka dirasa perlu dikembangkan pembelajaran AMDAL yang

di dalamnya memuat tentang pendekatan, metode dan praktek-praktek kajian aspek yang

relevan untuk penyusunan AMDAL didalam matakuliah rekayasa ilmu lingkungan .

1.2. TAHAPAN KELAYAKAN PEMBANGUNAN

Pembangunan suatu rencana kegiatan/usaha, atau lazimnya disebut proyek pembangunan,

pada dasarnya menempuh serangkaian tahapan tertentu sebelum rencana kegiatan/usaha

tersebut beroperasi secara penuh. Sehubungan dengan itu perencanaan pembangunan

2

Page 3: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

proyek yang dilakukan secara matang dan seksama diyakini akan memperkecil peluang

resiko kegagalan, baik dari segi teknis maupun ekonomi.

Tahap-tahap pembangunan proyek, sejak perencanaan hingga tahap pasca operasi, pada

dasarnya membentuk suatu siklus kegiatan yang satu sama lain saling terpaut. Tahapan

dimaksud adalah:

a. Tahap Perencanaan

Tahap Rencana Umum (Master Plan)

Tahap Pra Studi Kelayakan (Pre Feasibility Study)

Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)

Tahap Rencana Tapak (Site Plan)

Tahap Rencana Rinci Rekayasa (Engineering Design)

b. Tahap Konstruksi

c. Tahap Operasi

d. Tahap Audit dan Pasca Operasi.

Ad.a Tahap Studi Kelayakan

Tahap studi kelayakan merupakan tahap kritis karena pada tahap ini diputuskan

kelayakan teknis dan ekonomis dari rencana kegiatan/usaha yang akan dibangun. Bila

layak, maka perencanaan kegiatan/usaha dapat dilanjutkan ke tahap yang lebih rinci

untuk kemudian direalisasikan. Bila sebaliknya, proyek dibatalkan atau dimodifikasi, atau

ditunda untuk sementara waktu guna mencegah timbulnya kerugian finansial.

Studi Kelayakan umumnya menelaah beberapa alternatif aspek teknis dari proyek yang

akan dibangun, seperti:

Alternatif lokasi proyek, misal: berlokasi dekat bahan baku atau berlokasi dekat

konsumen/kota. Alternatif lokasi juga bisa berupa alternatif ruas jalan yang akan

dibangun, misal: melalui daerah berbukit dengan jarak tempuh lebih singkat, atau

melalui daerah datar dengan jarak tempuh lebih lama.

Alternatif teknologi yang akan digunakan, misal: menggunakan teknologi hemat air

namun biaya investasi tinggi atau teknologi konsumtif air namun biaya investasi

rendah.

3

Page 4: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Alternatif yang paling layak dari segi teknis dan finansial adalah alternatif yang layak

untuk diteruskan ke tahap perencanaan berikutnya.

Ad.b Tahap Rencana Tapak dan Rencana Rinci Rekayasa

Setelah melalui tahap studi kelayakan, secara bertahap proyek menempuh tahap

perencanaan yang lebih rinci guna meletakkan landasan yang kokoh bagi tahap

konstruksi dan tahapan selanjutnya, yakni penyusunan rencana tapak kegiatan (site plan)

dan rencana rinci rekayasa (engineering design).

Pada tahap ini informasi tentang rona lingkungan hidup, seperti luas lahan milik

penduduk yang akan diganti rugi, volume tanah yang akan di gusur-timbun, atau aliran

sungai yang akan dialihkan, telah diperoleh dan mencapai tahap yang lebih rinci

dibanding sebelumnya.

Ad.c Tahap Konstruksi

Pada tahap ini rencana rinci rekayasa yang telah disusun direalisasikan secara penuh.

Kegiatan yang tergolong dalam tahap konstruksi antara lain adalah pembukaan lahan,

pematangan lahan, pembangunan infra struktur (jalan, jembatan, jaringan listrik, telepon

dan air), pembangunan gedung, fasilitas umum, dan lain sebagainya

Ad.d Tahap Operasi

Pada tahap ini proyek mulai dioperasikan atau diimplementasikan sesuai rencana.

Beberapa proyek pembangunan ada yang menempuh tahap uji coba terlebih dahulu

sebelum sampai pada tahap operasi penuh.

Ad.e Tahap Audit dan Pasca Operasi

Pada tahap ini kinerja teknis dan finansial dari kegiatan/usaha diaudit secara berkala

untuk keperluan koreksi dan perbaikan manajemen. Kegiatan penting yang dilakukan saat

kegiatan/usaha berakhir atau ditutup antara lain adalah pembersihan lokasi, penataan

lansekap, dan perlindungan terhadap ancaman keselamatan manusia

4

Page 5: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

BAB II

PENGERTIAN, LINGKUP & SIFAT KAJIAN

ASPEK – ASPEK AMDAL

2.1. ASPEK FISIK-KIMIA

2.1.1. Pengertian Aspek Fisik-Kimia

Pengertian aspek fisik – kimia adalah Kajian aspek fisik- kimia AMDAL adalah analisis

secara sistematik atas dampak atau konsekuensi perubahan fisik kimia dari lokasi rencana

kegiatan dan sekitarnya akibat adanya kegiatan tersebut. Dalam penyusunan AMDAL,

aspek fisik kimia adalah merupakan salah satu aspek yang dikaji disamping aspek sosial.

Dalam AMDAL, dampak fisik-kimia dikaji dengan cara mengukur perbedaan kondisi

fisik-kimia dengan dan tanpa rencana usaha/kegiatan (pendekatan with and without

project).

2.1.2. Lingkup Aspek Fisik-Kimia

Komponen fisik-kimia yang ditelaah berkaitan dengan adanya kegiatan pembangunan

misalnya meliputi :

1. Iklim; mencakup tipe iklim, curah hujan, suhu udara, arah angin dominan, kecepatan

angin, dan kelembaban.

2. Fisiografi, mencakup morfologi, ketinggian dan kemiringan lahan.

3. Geologi dan tanah, mencakup uraian tentang morfologi/batuan mineral, jenis dan sifat

tanah, profil dan tingkat erosi, tingkat kelongsoran dan stabilitasnya.

4. Hidrologi dan kualitas air, mencakup pola aliran air permukaan, debit air, debit banjir,

tinggi muka air, genangan air, erosi dan sedimentasi serta kualitas air.

5

Page 6: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

5. Transportasi mencakup pengangkutan material dari quarry dan borrow area yang

melewati lokasi suatu jaringan jalan.

6. Kualitas udara dan kebisingan, mencakup kadar CO, NO2, SO2, debu, dan tingkat

bising.

7. Perubahan Ruang, lahan dan tanah, sesuai dengan arahan konsep tata ruang yang ada..

2.2. ASPEK BIOLOGI

2.2.1. Pengertian Aspek Biologi

Pengertian aspek biologi adalah Kajian aspek biologi AMDAL adalah analisis secara

sistematik atas dampak atau konsekuensi perubahan biologi dari lokasi rencana kegiatan

dan sekitarnya akibat adanya kegiatan tersebut. Dalam penyusunan AMDAL, aspek

biologi adalah merupakan salah satu aspek yang dikaji disamping aspek social dan fisik-

kimia..

Dalam AMDAL, dampak biologi dikaji dengan cara mengukur perbedaan kondisi

biologi dengan dan tanpa rencana usaha/kegiatan (pendekatan with and without project).

2.2.2. Lingkup Aspek Fisik-Kimia

Data primer aspek biologi yang dikumpulkan adalah biota darat (flora darat dan fauna

darat) dan biota air (plankton dan benthos). Daerah studi biologi ditetapkan berdasarkan

luas tapak proyek dan sekitarnya yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan.

Lokasi pengambilan sampel biota air disesuaikan dengan lokasi pengambilan sampel air

fisik-kimia, sedangkan lokasi pengambilan biota darat disesuaikan dengan lokasi studi

sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui

pengukuran, pengambilan sampel, wawancara dengan metoda purposive random

sampling yang ditentukan berdasarkan komunitas atau habitat yang berbeda.

1. Biota darat meliputi flora dan fauna yang akan terkena proyek.

2. Jenis tanaman dan hewan langka/dilindungi.

6

Page 7: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

3. Biota air (plankton dan benthos).

Cara pelaksanaan pengambilan sampel/pengamatan komponen biotis adalah:

Pengambilan Sampel Vegetasi/Flora Darat

Lokasi pengambilan sampel vegetasi di 3 titik. Pengambilan sampel vegetasi dilakukan

memakai sampling plot dengan transek utama mengikuti kondisi lapangan. Untuk jenis

pohon, diambil petak sampel 10 m x 10 m, sedangkan herba dan rumput menggunakan

ukuran 1 m x 1 m.

Pengambilan Sampel Fauna

Pengambilan sampel fauna dilakukan dengan metoda Index Point of Abundance (IPA)

untuk mencatat populasi hewan. Biasanya digunakan untuk burung secara semi

kuantitatif yaitu dengan menentukan tempat tertentu untuk keperluan perhitungan

populasi hewan dan dilengkapi data informasi penduduk serta data monografi desa untuk

hewan piaraan. Analisis data meliputi jumlah jenis, dominansi atau frekuensi keberadaan

fauna. Lokasi pengambilan sampel fauna di 3 titik.

Pengambilan Sampel Plankton

Pengambilan sampel plankton dengan penyaringan air memakai plankton net No. 25,

kemudian air yang tersaring dimasukkan botol dan ditambahkan larutan MAF 4% sebagai

bahan pengawet. Lokasi pengambilan sampel plankton di 3 titik, yaitu di hulu Embung,

lokasi Embung dan di hilir Embung (daerah irigasi).

Pengambilan Sampel Benthos

Pengambilan sampel mikrobenthos dengan memakai penyaringan lumpur di dasar

perairan yang diambil dengan eijkman dredge/bottom sampler. Diameter saringannya 1

mm. Mikrobenthos yang telah dipisahkan dari lumpur lalu dimasukkan dalam botol

sampel, ditambahkan larutan MAF 10% dan rose bengal 20%. Lokasi pengambilan

sampel benthos sama dengan lokasi pengambilan sampel plankton.

7

Page 8: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

2.3. ASPEK SOSIAL

2.3.1. Pengertian Aspek Sosial

Kajian aspek sosial AMDAL adalah analisis secara sistematik atas dampak atau

konsekuensi sosial dari rencana kegiatan atau usaha terhadap masyarakat sekitar dan

sebaliknya. Dalam penyusunan AMDAL, aspek sosial merupakan salah satu aspek yang

dikaji disamping aspek fisik, kimia, biologi dan kesehatan.

Dalam AMDAL, dampak sosial dikaji dengan cara mengukur perbedaan kondisi sosial

dengan dan tanpa rencana usaha/kegiatan (pendekatan with and without project).

2.3.2. Lingkup Aspek Social

Secara garis besar lingkup aspek sosial yang dikaji dalam AMDAL meliputi komponen-

komponen sebagai berikut:

a. komponen demografi,

b. komponen ekonomi,

c. komponen sosial dan budaya.

Dalam batasan ini aspek kesehatan tidak termasuk dalam kajian aspek sosial AMDAL.

Komponen sosial tersebut diidentifikasi lebih rinci, dideskripsikan, diprakirakan

perubahannya, dan dievaluasi secara sistematis dalam dokumen Kerangka Acuan (KA),

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Kajian aspek sosial AMDAL pada dasarnya dianalisis dengan melibatkan pakar ilmu

sosial dengan menggunakan metode AMDAL dan metode-metode ilmu sosial.

Perbedaannya, dengan penelitian ilmu-ilmu sosial konvensional, terletak pada sifat kajian

aspek sosial AMDAL sebagai berikut ini.

2.3.3. Sifat Kajian Sosial

1) Berorientasi pada keputusan

8

Page 9: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, peneliti sosial umumnya berkepentingan untuk

menambah pengetahuan dan meningkatkan pema-haman tentang gejala-gejala atau

dinamika sosial yang berkembang di masyarakat, tanpa memandang apakah pengetahuan

tersebut akan bermanfaat bagi pengambilan keputusan atau tidak.

Adapun AMDAL, dengan muatan kajian aspek sosial di dalamnya, disusun dengan

maksud untuk digunakan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan atas

kelayakan lingkungan suatu rencana kegiatan atau usaha. Keputusan dimaksud adalah

keputusan tentang dapat tidaknya suatu rencana kegiatan/usaha disetujui untuk dibangun

dan dioperasikan berdasarkan kelayakannya dari sudut lingkungan hidup.

Sehubungan dengan itu maka kajian aspek sosial (bersama dengan aspek lingkungan

yang lain) secara umum diarahkan untuk dapat menjawab :

Apakah dampak lingkungan yang bersifat negatif penting yang diakibatkan oleh

proyek melampaui dampak positif penting yang dapat diterima oleh masyarakat?

Alternatif kegiatan manakah dari rencana kegiatan/usaha tersebut yang lebih layak

diterima dari segi lingkungan, termasuk dalam hal ini masyarakat sekitar?

Adakah rencana kegiatan atau usaha yang akan dibangun mengubah secara

fundamental sendi-sendi utama kehidupan masyarakat?

Apakah perubahan fundamental tersebut dapat diterima oleh masyarakat?

Secara lebih spesifik, kajian aspek sosial juga diarahkan untuk menjawab :

Adakah kondisi-kondisi atau alternatif tertentu yang harus dimodifikasi dalam

proyek agar dapat dipetik manfaat yang lebih besar bagi masyarakat? Semisal

proyek membawa manfaat yang lebih besar kepada masyarakat karena proyek

membangkitkan partisipasi seimbang dan adail antara laki-laki dan perempuan

dalam pembangunan termasuk proses pengambilan keputusan.

Dampak lingkungan yang bersifat negatif penting dapat dicegah, dikurangi dan

dikendalikan?

Sehubungan dengan itu, tingkat kedalaman dan keakurasian data dan informasi yang

diperlukan untuk kajian aspek sosial AMDAL berbeda dengan penelitian ilmu-ilmu sosial

9

Page 10: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

umumnya. Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, aspek-aspek sosiologis yang tercipta

karena jalinan hubungan sosial antara individu dengan kelompok dan antara kelompok

dengan kelompok, dikaji tanpa mengikut-sertakan faktor lingkungan hidup manusia

seperti lingkungan fisik, kimia dan biologi.

Sementara dalam kajian aspek sosial AMDAL, keterkaitan kajian antara aspek sosial

dengan aspek fisik, kimia, biologi dan kesehatan merupakan hal yang mutlak untuk

dibangun agar keputusan kelayakan lingkungan suatu proyek benar-benar telah

mempertimbangkan berbagai aspek lingkungan hidup. Oleh karena itu tingkat kedalaman

dan keakurasian data yang dibutuhkan oleh kajian aspek sosial AMDAL banyak

ditentukan oleh tiga faktor berikut ini:

Karakter dampak lingkungan yang diduga akan timbul (dampak sosial, fisik, kimia,

biologi, kesehatan);

Relevansi dan kecukupan data dan informasi untuk pengambilan keputusan atas

kelayakan lingkungan dari proyek.

2) Kajian yang bersifat antisipatori

Mengingat AMDAL ditujukan untuk pengambilan keputusan atas layak tidaknya rencana

kegiatan atau usaha yang akan dibangun dari segi lingkungan hidup, maka kajian aspek

sosial AMDAL bersifat antisipatori, yakni mengantisipasi dampak atau konsekuensi

sosial yang akan timbul sebagai akibat dari rencana kegiatan atau usaha.

Bagi pakar ilmu-ilmu sosial kajian semacam ini merupakan suatu tantangan karena pada

saat kajian dilakukan rencana kegiatan atau usaha masih berada pada tahap rancangan.

Sehingga belum dapat diukur dampak sosial yang timbul sebagai akibat dari operasi

proyek.

3) Menggunakan pendekatan yang bersifat praktis

10

Page 11: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, metode penelitian ditetapkan berdasarkan relevansi

terhadap masalah yang dikaji (research questions), keahlian dan kepentingan peneliti.

Faktor waktu dan kepentingan pihak lain relatif kurang mendapat perhatian.

Lain halnya dengan kajian aspek sosial AMDAL, metode yang digunakan dipilih

berdasarkan relevansinya dengan lingkup dan karakter dampak sosial yang diteliti, serta

ketersediaan waktu dan dana. Sehingga metode yang digunakan dalam kajian aspek

sosial AMDAL mungkin tidak seelegan seperti yang digunakan dalam penelitian ilmu-

ilmu sosial.

Khusus mengenai faktor waktu, faktor ini merupakan pembatas utama bagi kajian aspek

sosial AMDAL. Pihak pemrakarsa rencana kegiatan/usaha umumnya sangat

berkepentingan memperoleh persetujuan atas proyek yang diajukannya sesegera

mungkin. Sementara instansi yang berwenang, berdasarkan peraturan perundangan yang

berlaku, juga mempunyai masa kerja yang terbatas untuk menilai kelayakan lingkungan

suatu rencana kegiatan atau usaha.

Oleh karena itu unsur kepraktisan dan waktu merupakan dua faktor penting yang

senantiasa diperhitungkan dalam merancang dan menyelenggarakan kajian aspek sosial

AMDAL.

4) Sebagai bagian integral dari studi (AMDAL) yang bersifat holistik dan ekologis

Dalam penyusunan AMDAL, dampak lingkungan suatu rencana kegiatan atau usaha

dikaji dari berbagai aspek, seperti aspek fisik, kimia, biologi, sosial, maupun kesehatan.

Berbagai aspek tersebut dikaji keterkaitan dan pola hubungannya satu sama lain sehingga

diperoleh suatu hasil yang bersifat komprehensif atau holistik.

Dalam studi AMDAL, salah satu alat analisis yang dipandang efektif untuk

mengintegrasikan berbagai aspek atau dampak lingkungan yang saling ter-kait tersebut

adalah dengan menggunakan pendekatan ekologi. Perspektif ekologi yang digunakan

untuk ini adalah jalinan hubungan “memangsa dan dimangsa” sehingga membentuk

jaring pangan (food web). Dalam studi AMDAL fenomena yang analog dengan jaring

11

Page 12: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

pangan tersebut adalah pola aliran dampak primer, sekunder, tersier dan selanjutnya

sehingga membentuk suatu jaringan aliran dampak lingkungan (impacts web).

Makna penting yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa, dalam konteks studi

AMDAL kajian aspek sosial tidak boleh berdiri sendiri atau dikaji tanpa memperhatikan

keterkaitannya dengan dengan aspek yang lain. Sehingga dalam kajian aspek sosial

AMDAL, penting untuk diketahui terlebih dahulu dimana saja posisi dan apa saja aspek-

aspek sosial yang terlibat di dalam jaringan aliran dampak (impacts web) yang terbentuk

akibat rencana kegiatan atau usaha. Posisi dan aspek sosial yang dikaji ini dapat berbeda-

beda dari suatu lokasi ke lokasi lain, atau dari suatu jenis proyek ke proyek yang lain.

Digunakan pendekatan ekologis dalam studi AMDAL membawa implikasi bahwa anlisis

jender ini akan dapat diketahui apkah laki-laki dan perempuan memperoleh manfaat

yang adil dari hail pembangunn serta sejauh mana laki-laki dan perempuan berpartisipasi

secara seimbang dan adil dalam proses pembangunan termasuk pengambilankeputusan.

Sehingga dengan dengan adanya analisis jender ini dapt dihindari pengambilan yang

kurang tepat berkenaan dengan kelayakan lingkungan proyek pembangunan khususnya

dalam pengelolaan lingkungan.

5) Menggunakan multi metode

Mengingat pendekatan holistik dan ekologis merupakan ciri utama penyusunan AMDAL,

maka peneliti aspek sosial AMDAL harus mampu melakukan dua hal berikut ini

sekaligus:

a. Sejauh mungkin hindari penggunaan satu metode untuk pengumpulan atau analisa

data. Sebaiknya gunakan secara simultan berbagai metode ilmu-ilmu sosial agar

diperoleh data dan informasi yang sahih. Sebagai contoh, untuk mengumpulkan

data sikap penduduk asli terhadap pendatang, digunakan 3 metode sekaligus, yakni:

wawancara, observasi secara visual, serta mendengar riwayat dan pandangan

komunitas. Kombinasi metode semacam ini, atau yang dikenal pula sebagai metode

triangulasi, penting untuk diterapkan mengingat terbatasnya waktu studi AMDAL.

b. Peneliti harus mampu ’’memanfaatkan’’ beragam data dan informasi lingkungan

yang diperoleh dari pakar lain (aspek fisik, kimia, biologi, kesehatan). Untuk

12

Page 13: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

selanjutnya diintegrasikan ke dalam analisis sehingga melengkapi dan memperkaya

hasil kajian aspek sosial AMDAL. Pendekatan semacam ini tidak digunakan

dalam penelitian ilmu-ilmu sosial konvensional, dimana para peneliti cenderung

bekerja sendiri-sendiri atau bekerja dalam tim yang monodisiplin.

6) Evaluator kajian aspek AMDAL berasal dari berbagai profesi dan bidang

keilmuan

Dokumen AMDAL dievaluasi atau ditelaah oleh Komisi Pusat atau Daerah, yang

anggotanya terdiri dari instansi yang berwenang, pakar bidang keahlian tertentu dan

wakil masyarakat yang ditunjuk atau diangkat untuk keperluan itu. Mereka ini berasal

dari berbagai disiplin ilmu dan turut mengevaluasi kecukupan dan kualitas dari kajian

aspek AMDAL. Bahkan sering dijumpai Tim Teknis Komisi Pusat atau Daerah yang

bertugas mengevaluasi dokumen AMDAL, termasuk kajian aspek sosial AMDAL di

dalamnya, berasal dari luar disiplin sosial misalnya..

Lampiran 1. Keputusan Kepala Bapedal No. Nomor 299 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam AMDAL.

Daftar komponen, sub-komponen dan parameter sosial

Komponen Parameter

1. Demografi 1. Struktur penduduk

a. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, jender, pekerjaan, pendidikan, agama.

b. Kepadatan penduduk2. Perkembangan penduduk

2.1. Pertumbuhan penduduka. Angka kelahiranb. Angka kematian anak/balitac. Angka kematiand. Pola pertumbuhan

2.2. Mobilitas penduduka. Jumlah penduduk yang datangb. Jumlah penduduk yang keluarc. Pola perpindahan penduduk (sirkuler, permanen, komuter)

3. Angkatan kerjaa. Tingkat partisipasi tenaga kerja

13

Page 14: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

b. Angka/tingkat pengangguran

2. Ekonomi 1. Ekonomi rumah tanggaa. Tingkat pendapatanb. Pola pendapatan yang diperoleh dari berbagai sumber

2. Sumber daya alam yang bernilai ekonomia. Pola pemilikan dan penguasaan sumber daya alamb. Pola pemanfaatan sumber daya alamc. Pola penggunaan lahand. Nilai lahan dan sumberdaya alam laine. Sumber daya alam yang dimiliki bersama/ umum

3. Ekonomi lokal dan regionala. Kesempatan kerja dan usahab. Nilai tambah hasil pengolahanc. Jenis dan jumlah kegiatan ekonomi non formald. Distribusi pendapatane. Efek ganda ekonomi (multiplier effect)f. Produk Domestik Brutog. Pendapatan asli daerah h. Pusat pertumbuhan ekonomii. Fasilitas umum dan fasilitas sosial

3. Budaya/adat istiadat

1. Adat istiadat/budayaa. Adat-istiadat b. Normal dan nilai budaya

2. Proses sosiala. Proses asosiatif (kerjasama)b. Proses disosiatif (konflik sosial)c. Akulturisasid. Asimilasi dan integrasie. Kohesi sosial

3. Pranata sosial/kelembagaan masyarakat, dibidang:a. Ekonomi, misal hak ulayatb. Pendidikanc. Agamad. Sosiale. Keluarga

4. Warisan budayaa. Situs purbakalab. Cagar budaya

5. Pelapisan sosial berdasarkan

14

Page 15: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

a. Pendidikanb. Ekonomic. Kekuasaan

6. Kekuasaan dan wewenanga. Kepemimpinan formal dan non-formalb. Kewenangan formal dan non-formalc. Mekanisme pengambilan keputusan dikalangan masyarakatd. Kelompok atau individu yang dominane. Pergeseran nilai kepemimpinan

7. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan atau usaha8. Adaptasi ekologi.

Sumber: Keputusan Kepala Bapedal No. Nomor 299 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam AMDAL.

BAB IIIPELINGKUPAN

PENGERTIAN, TUJUAN & MANFAAT PELINGKUPAN

3.1. PENGERTIAN

Armour (1986:31) berpendapat bahwa pelingkupan merupakan proses konsultasi dengan

semua pihak terkait seperti penduduk yang  akan terkena dampak, pemrakarsa proyek,

ahli teknis, dan  perencana untuk mengiden-tifikasi concerns dan issues. Couch

(1982:12) menambahkan bahwa pelingkupan memberikan masukan tentang aspek mana

yang harus dikaji dengan mendalam dan aspek mana yang  tidak perlu  memperoleh

15

Page 16: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

perhatian seksama. Menurut Wolf (1983) pertanyaan yang harus dijawab dalam

pelingkupan adalah seberapa besar masalahnya?

Wolf, selanjutnya mengatakan bahwa ruang lingkup studi, yang dirumuskan melalui

pelingkupan adalah:

a) Mengidentifikasi isu utama atau main issues

b) Menentukan wilayah studi

c) Waktu berlangsungnya dampak (time boundary).

Penentuan wilayah studi merupakan proses pengambilan daerah sampel. Isu utama

menjadi dasar untuk menentukan komponen-komponen yang akan distudi. Sedang time

boundary akan dipergunakan untuk memprakirakan berapa lama dampak akan

berlangsung. Menurut Burdge et al (1998) tujuan dari pelingkupan adalah

mengidentifikasi :

a) Pengaruh wilayah primer dan sekunder

b) Dampak sosial yang signifikan

c) Pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)

d) Metode penelitian, pengukuran dan sumber data

e) Rencana kerja.

Pendapat Burdge ini telah menyangkut isi Kerangka Acuan (K.A). Memang hasil

pelingkupan dipergunakan sebagai dasar penyusunan ANDAL. Dari pendapat-pendapat

diatas bisa dirangkum bahwa terdapat  tiga aspek pelingkupan yakni: mengidentifikasi

issues  dan concerns, menentukan wilayah  studi, dan menetapkan jangka waktu untuk

memprakirakan berlangsungnya dampak (time frame).

Menurut Keputusan Kepala Bapedal No. KEP-229/11/1996, pelingkupan adalah proses

awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting

potensial yang timbul sebagai akibat rencana usaha atau kegiatan.

3.2. TUJUAN PELINGKUPAN

Tujuan pelingkupan adalah untuk :

a) Menetapkan batas wilayah studi dan batas/horison waktu prakiraan dampak.

b) Mengidentifikasi dampak penting dengan meniadakan hal-hal yang tidak/kurang

16

Page 17: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

penting, berdasarkan hasil diskusi dengan pemrakarsa, pakar, instansi pemerintah dan

masyarakat.

c) Menetapkan kedalaman studi ANDAL.

d) Menetapkan lingkup dan rancangan studi ANDAL secara sistematis.

e) Menelaah kegiatan atau usaha lain yang terkait dan berlokasi dekat dengan rencana

usaha atau kegiatan untuk menghindari pembahasan yang landung (redundant).

3.3. MANFAAT PELINGKUPAN

Pelingkupan merupakan proses penting dalam penyusunan Kerangka Acuan. Bahkan

dengan terbitnya Kepka Bapedal No. 08/2000 tentang Keterbukaan AMDAL dan

Keterlibatan Masyarakat, kegiatan pelingkupan menjadi semakin penting untuk dilakukan

karena aspirasi, pandangan dan sikap masyarakat setempat secara resmi mendapat tempat

untuk diwadahi.

Melalui proses pelingkupan dapat dihasilkan :

a) Dampak penting terhadap lingkungan yang dipandang relevan untuk ditelaah secara

mendalam dalam studi ANDAL dengan meniadakan hal-hal atau komponen

lingkungan yang dipandang kurang atau penting ditelaah;

b) Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan: batas proyek,

batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif.

c) Kedalaman studi ANDAL yang antara lain mencakup metoda yang digunakan,

jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan

sumberdaya yang tersedia (dana dan waktu).

Semakin baik hasil pelingkupan semakin tegas dan jelas arah studi ANDAL yang akan

dilakukan.

a) Penyusunan ANDAL dapat langsung diarahkan pada hal-hal yang menjadi pokok

bahasan.

b) Kemungkinan timbulnya konflik atau tertundanya kegiatan proyek dapat dihindari.

c) Biaya, tenaga dan waktu untuk penyusunan ANDAL dapat dicurahkan lebih efektif

dan efisien.

d) Penyusunan ANDAL dapat lebih terarah.

17

Page 18: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

3.4. PROSES DAN METODE PELINGKUPAN

Di Indonesia dikenal dua macam proses pelingkupan dalam rangka penyusunan dokumen

KA ANDAL, yakni:

a) Proses pelingkupan untuk menentukan komponen dampak penting dan isu-isu

pokok lingkungan yang perlu ditelaah dalam ANDAL, RKL dan RPL (atau yang dikenal

sebagai pelingkupan dampak penting)

b) Proses pelingkupan untuk menetapkan wilayah studi yang akan digunakan untuk

keperluan penyusunan ANDAL, RKL dan RPL (atau yang dikenal sebagai pelingkupan

wilayah studi).

Selain melalui literatur, kedua macam proses pelingkupan tersebut juga dapat dipelajari

dalam Pedoman Umum Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL sebagaimana terdapat

dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 1994, Lampiran I.

Pelingkupan dampak penting dilakukan melalui serangkaian proses dengan tahapan

sebagai berikut:

a) Tahap identifikasi dampak potensial

b) Tahap evaluasi dampak potensial

c) Tahap pemusatan dampak penting

Ad.a Tahap Identifikasi Dampak Potensial .

Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap

dampak lingkungan (primer, sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul

sebagai akibat adanya rencana usaha atau kegiatan.

Pada tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul

tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak. Dengan

demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial

tersebut merupakan dampak penting.

18

Page 19: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Identifikasi dampak potensial dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode

sebagai berikut (lihat pula Lampiran 1 sampai 5 yang terdapat pada Lembar Acuan

Pembelajaran):

a) Metode identifikasi dampak, yang meliputi:

Daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif)

Matrik interaksi sederhana

Bagan alir (flowchart)

b) Penelaahan pustaka (buku teks, dokumen AMDAL sejenis, dan laporan penelitian

yang berhubungan dengan studi ANDAL yang dilakukan)

c) Pengamatan lapangan. Metode ini dilaksanakan dalam bentuk: pengamatan ke calon

lokasi proyek, diskusi dengan pemrakarsa kegiatan, pengamatan secara umum

terhadap kondisi lingkungan, wawancara singkat dengan tokoh masyarakat dan

aparat pemerintah.

d) Analisis isi (content analysis). Metode ini digunakan untuk menangkap atau

mengukur secara tidak langsung persepsi masyarakat terhadap kehadiran proyek,

melalui media massa: koran, majalah, televisi, radio.

e) Interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brain storming, dan lain-lain). Metode ini

banyak digunakan dalam proses pelingkupan terutama sejak diterbitkannya

Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat

dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL. Pada Lembar Informasi 3

dikemukakan lebih lanjut tentang hal ini.

Ad.b Tahap Evaluasi Dampak Potensial Penting

Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak

potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar

dampak penting hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara

mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak penting ini disusun berdasarkan

pertimbangan atas hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana

19

Page 20: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

usaha atau kegiatan, instansi yang bertanggung jawab, dan para pakar. Pada tahap ini

daftar dampak penting hipotesis yang dihasilkan belum tertata secara sistematis.

Tahap ini merupakan tahap yang kritis dalam proses pelingkupan karena untuk memilah

dan menetapkan mana komponen lingkungan yang tergolong terkena dampak penting

atau tidak --dari sederetan daftar dampak potensial yang telah teridentifikasi-- lebih

bersifat subyektif. Sifat subyektif ini menjadi tidak terelakkan karena apa yang

dipandang penting oleh suatu kelompok masyarakat di suatu daerah bisa berbeda dengan

kelompok lain di daerah yang sama. Demikian pula apa yang dipandang penting oleh

masyarakat bisa jadi berbeda dengan yang ada di benak pemerintah.

Untuk mengurangi subyektivitas tentang ukuran penting tidaknya dampak, di Indonesia

telah ditetapkan Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-056/1994 tentang Pedoman

Mengenai Ukuran Dampak Penting. Pedoman ini memuat serangkaian kriteria tentang

pada kondisi apa dan bagaimana suatu komponen lingkungan akan mengalami perubahan

mendasar (dampak penting) akibat adanya rencana kegiatan/usaha.

Selain itu dengan diterbitkannya Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000, yang

antara lain mengatur tentang keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan dan

penilaian dokumen Kerangka Acuan, penetapan atas penting tidaknya suatu komponen

lingkungan terkena dampak tidak hanya menjadi lebih tajam dan relevan, tetapi juga

mempunyai legitimasi.

ad. c. Tahap Pemusatan Dampak Penting /Isu Pokok

Pelingkupan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk

mengelompokkan/mengorganisir dampak penting yang telah dirumuskan dari tahap

sebelumnya dengan maksud agar diperoleh isu-isu pokok lingkungan yang dapat

mencerminkan atau menggambarkan secara utuh dan lengkap perihal:

a) Keterkaitan antara rencana usaha atau kegiatan dengan komponen lingkungan yang

mengalami perubahan mendasar (dampak penting);

b) Keterkaitan antara berbagai komponen dampak penting yang telah dirumuskan.

20

Page 21: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Isu-isu pokok lingkungan tersebut dirumuskan melalui 2 (dua) tahapan. Pertama,

segenap dampak penting dikelompokkan menjadi beberapa kelompok menurut

keterkaitannya satu sama lain. Kedua, dampak penting yang berkelompok tersebut

selanjutnya diurut berdasarkan kepentingannya, baik dari ekonomi, sosial, maupun

ekologis.

Dari hasil pengamatan, cukup banyak dokumen KA yang tidak memuat dengan jelas apa

sesungguhnya yang menjadi isu pokok lingkungan dari suatu rencana kegiatan/usaha

yang tergolong wajib AMDAL. Padahal seperti telah diutarakan pada Lembar Informasi

1 (Pengertian Pelingkupan), proses pelingkupan dimaksudkan untuk menggali concerns

dan issues lingkungan yang potensial akan timbul di kemudian hari.

Hasil evaluasi dampak potensial dan pemusatan ini selanjutnya digunakan untuk

menetapkan:

a) Batas wilayah dan horison waktu

b) Ruang lingkup dan kedalaman ANDAL, yang antara lain mencakup:

Jenis data yang dikumpulkan

Metode pengumpulan data

Lokasi pengukuran.

3.5. PELINGKUPAN WILAYAH STUDI

Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas wilayah studi

ANDAL dengan mempertimbangkan: hasil pelingkupan dampak penting, keterbatasan

sumberdaya, waktu dan tenaga.

Dalam membatasi wilayah studi, peneliti harus mampu  menentukan batas geografis studi

sehingga ia bisa  mengkonsentrasikan  pada wilayah  yang paling penting. Wilayah studi

dapat berupa  dukuh,  desa, kecamatan  atau kabupaten; atau dapat pula suatu Daerah

Aliran Sungai, tergantung pada fenomena dampak lingkungan yang akan timbul.

21

Page 22: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Untuk  menentukan wilayah dampak diatas, beberapa informasi yang diperlukan antara

lain:

a) Lokasi dimana aktivitas rencana kegiatan/usaha akan dilakukan. Peta rencana lokasi

kegiatan yang secara tematik menggambarkan pula situasi kondisi lingkungan fisik

dan sosial penduduk  akan merupakan informasi yang berharga untuk penetapan

batas wilayah studi.

b) Sebaran dampak misalnya seberapa jauh bising terdengar, kemana limbah  cair

dibuang. Informasi ini menggambarkan sejauh mana limbah atau emisi

tertransportasi atau terbawa oleh media lingkungan ke sekitar rencana

usaha/kegiatan. Informasi ini dapat diperoleh dari anggota tim fisik kimia yang

didukung dengan review literatur.

c) Batas komunitas  sosial  dari  sudut pandang masyarakat  yang bersangkutan.  Batas

komunitas sosial ini terutama diverifikasi oleh orang-orang yang dianggap

mengenali dengan baik tatanan dan kehidupan sosial setempat (knowledgeable

people).   Adakalanya batas administratif tidak sama dengan batas sosiologis.

Sebuah contoh, masyarakat di suatu dukuh secara administratif menjadi bagian dari

kelurahan A, tetapi dalam kegiatan sehari-hari, penduduk di dukuh tersebut lebih

banyak melakukan kontak (interaksi sosial) dengan penduduk dari kelurahan lain

karena mempunyai ikatan kekerabatan.

d) Waktu, tenaga dan dana yang tersedia. Tersedianya waktu, dana dan tenaga akan

mempengaruhi cakupan studi baik dalam artian banyaknya komponen yang akan

dikaji dan luasnya wilayah studi.

Lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan atas batas-batas

ruang sebagai berikut:

a) Batas proyek

b) Batas ekologis

c) Batas sosial

d) Batas administrative

Ad. a. Batas Proyek

22

Page 23: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Yang dimaksud dengan batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha atau

kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang

rencana usaha atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan disekitarnya,

termasuk dalam hal ini alternatif lokasi rencana usaha atau kegiatan. Pada saat

menentukan batas proyek ada beberapa aspek sosial yang perlu dipertimbangkan, yakni:

a) Apakah di dalam batas proyek terdapat komunitas atau warga masyarakat yang

mata pencaharian dan/atau pendapatan rumah tangganya berpotensi berubah secara

mendasar akibat adanya rencana kegiatan/usaha?

b) Apakah di dalam batas proyek ada komunitas atau warga masyarakat yang struktur

sosial dan atau nilai-nilai sosial budaya yang dikandungnya berpotensi berubah

secara mendasar akibat adanya rencana kegiatan/usaha? Struktur sosial yang

dimaksud disini dapat berupa :

Struktur perekonomian masyarakat setempat (pertanian, perkebunan,

perikanan jasa dan sebagainya);

Struktur kekerabatan;

Struktur pemilikan atau penguasaan sumber daya alam baik yang bersifat

formal maupun yang diakui/diatur oleh adat setempat (hak ulayat);

Interaksi sosial yang terjalin dikalangan masyarakat setempat.

c) Apakah didalam batas proyek tersebut terdapat situs purbakala atau hal-hal lain

yang berkaitan dengan kehidupan religi masyarakat setempat?

Bila hal-hal tersebut dijumpai di dalam batas proyek, maka lokasi pemukiman atau lokasi

kegiatan terpola dari komunitas atau kelompok masyarakat tersebut dapat dipandang

sebagai batas sosial.

ad. b. Batas Ekologi

Yang dimaksud dengan batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu

rencana usaha atau kegiatan menurut media transportasi limbah atau emisi (air, udara,

organisma), sehingga proses alami yang berlangsung didalam ruang tersebut berpotensi

mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang disekitar

23

Page 24: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

rencana usaha atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap aktivitas

usaha atau kegiatan.

Setelah batas ekologis ditetapkan, selanjutnya perlu diidentifikasi apakah di dalam batas

ekologis tersebut terdapat potensi timbulnya dampak sosial dengan menelaah, antara lain:

a) Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat

yang kebutuhan domestiknya (rumah-tangga) seperti kebutuhan air bersih untuk

konsumsi, mandi, cuci dan kakus, berpotensi terkena dampak penting akibat

rencana kegiatan/usahal?

b) Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat

yang mata pencahariannya atau aktivitas sosial-ekonominya menjadi terhambat atau

terganggu sebagai akibat pencemaran atau kerusakan yang akan timbul?

c) Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat

yang struktur sosial dan nilai-nilai sosial-budayanya berpotensi terkena dampak

penting akibat rencana usaha atau kegiatan?

Bila hal-hal tersebut dijumpai di dalam batas ekologi, maka ruang atau lokasi kegiatan

terpola dari komunitas atau warga masyarakat tersebut dapat dipandang sebagai batas

sosial.

Ad.c. Batas Sosial

Yang dimaksud dengan batas sosial adalah ruang dimana secara langsung maupun tidak

langsung kegiatan terpola atau kepentingan sosial, ekonomi dan budaya dari kelompok

atau warga masyarakat sekitar proyek dan warga masyarakat pemerhati lingkungan,

Pengertian tersebut merupakan perluasan atas pengertian batas sosial yang tercantum

dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 299/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek

Sosial dalam Penyusunan AMDAL. Dalam Keputusan tersebut dikemukakan bahwa

batas sosial mengandung pengertian ruang disekitar rencana usaha atau kegiatan yang

merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma

dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan

proses dinamika sosial atau kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami

perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha atau kegiatan.

24

Page 25: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Secara garis besar ada dua komunitas atau kelompok masyarakat yang yang dapat

dijadikan dasar untuk penetapan batas sosial, yakni:

a) Kelompok atau warga masyarakat yang terkena dampak

proyek akibat:

Pencemaran lingkungan yang tersebar melalui media air, udara, tanah atau

biologi (organisma), dan/atau

Proses sosial, kepentingan, manfaat sosial, ekonomi dan budaya yang telah

ada sebelumnya mengalami perubahan.

b) Kelompok atau warga masyarakat pemerhati lingkungan yang secara geografis

tidak terkena pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh proyek, namun

berkepentingan dengan timbulnya perubahan ekologi atau lingkungan hidup yang

diakibatkan oleh proyek. Sebagai misal adalah organisasi-organisasi LSM yang

bergerak di bidang lingkungan hidup yang bermukim jauh dari proyek namun

melakukan protes sosial terhadap kegiatan proyek.

Batas sosial untuk warga masyarakat yang terkena dampak umumnya dapat digambarkan

secara spasial dalam peta dengan batas proyek dan batas ekologis, namun batas sosial

bagi warga masyarakat pemerhati lingkungan umumnya tak dapat digambarkan di dalam

peta batas wilayah studi. Walau tak dapat digambar di peta, kelompok atau warga

masyarakat pemerhati lingkungan ini tetap harus dipandang sebagai batas sosial yang

ditelaah dalam studi ANDAL.

Skema di halaman berikut ini membantu mempermudah cara penetapan batas sosial

dimaksud.

25

Bermukim di sekitar proyek

Terkena pencemaran lingkungan yang tersebar melalui media air, udara dan biologi, dan/atau

Proses sosial, kehidupan budaya/ adat istiadat dan kepentingan sosial ekonomi masyarakat berpotensi terkena dampak penting

Warga yang Berkepentingan

Warga masyarakat yang terkena dampak

Warga masyarakat pemerhati lingkungan

Komunitas/kelompok/lapisan sosial yang terkena dampak

proyek

Komunitas/kelompok/lapisan sosial yang terkena dampak

proyek

Komunitas atau kelompok pemerhati lingkungan

Bermukim jauh dari proyek

Tidak terkena pencemaran lingkungan

Tidak punya kepentingan sosial dan ekonomi dengan wilayah sekitar proyek tetapi berkepen-tingan dengan perubahan ekologi atau lingkungan hidup yg terjadi

Batas sosial tak dapat divisualisasikan di peta

Batas sosial dapat divisualisasikan di peta

Tetapkan unit analisis variabel

yang hendak diteliti

Tinjau ulang aspek sosial yang akan ditelaah

(dokumen KA)Tetapkan jenis

data aspek sosial yang

perlu dikumpulkan &

dianalisis

Langkah Penyusunan slide no: 6 slide no: 4 - 5

Bermukim di sekitar proyek

Tidak terkena pencemaran lingkungan yang tersebar melalui media air, udara dan biologi

Proses sosial, kehidupan budaya/adat istiadat dan kepentingan sosial ekonomi masyarakat berpotensi terkena dampak penting

Page 26: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Gambar : Diagaram alir Batas Sosial

Ad.d. Batas administrasi

Yang dimaksud dengan batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara

leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ruang tersebut dapat

berupa batas administrasi pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan sumber daya

alam. Dengan memahami batas administrasi ini akan dapat diidentifikasi apa saja

peraturan perundangan daerah atau sektor yang harus ditaati berkenaan dengan

pengelolaan lingkungan hidup.

Mengingat dampak lingkungan tersebar secara ekologis melalui media air atau udara,

maka ada kemungkinan batas ekologi menyebar di dua atau lebih daerah administratif

26

Page 27: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

dan masing-masing memiliki peraturan perundangan pengelolaan lingkungan hidup yang

berbeda.

Batas wilayah studi ANDAL selanjutnya ditetapkan sebagai batas terluar dari

“himpunan’’ batas proyek, batas ekologi, batas sosial dan batas administratif --atau

dengan kata lain merupakan amalgamasi dari empat batas wilayah dimaksud-- plus

ketersediaan dana, waktu dan tenaga.

27

Page 28: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Lampiran 1. Contoh Daftar Uji Sederhana Dampak Potensial yang

Diakibatkan oleh Proyek Perhubungan (Carter, 1977)

I. Tahap Perencanaan dan Desain

1. Dampak dan tata guna tanah

2. Dampak pada ketidakpastian kegiatan ekonomi

3. Dampak pada perencanaan sektor lain

4. Kecaman terhadap proyek

II. Tahap Perancangan dan Desain

1. Pemindahan penduduk

2. Bising

3. Erosi tanah dan kerusakan pada saluran drainase alam

4. Pencemaran air

5. Pencemaran udara (sebu, asap)

6. Kerusakan pada habitat satwa lira

7. Kerusakan pada taman, rekreasi dan obyek wisata

8. Estetika

III. Tahap Operasi

A. Langsung

1. Kebisingan

2. Pencemaran udara

3. Pencemaran air

4. Sosial ekonomi

5. Estetika

B. Tidak Langsung

1. Pola pengembangan wilayah

2. Permintaan atas rumah dan fasilitas umum

3. Dampak pemanfaatan ruang sekitar permukiman

4. Dampak perbaikan/penambahan sarana pengangkutan

5. Dampak pada gaya hidup

28

Page 29: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Lampiran 2. Contoh Daftar Uji Kuesioner yang Dikembangkan oleh Bank Dunia,

1974 (dalam Soemarwoto, 1997)

PARIWISATA

A. Lingkungan/kaitan dengan sumberdaya

1. Konsekuensi lingkungan apakah yang diperkirakan akan terjadi karena

perubahan pola tataguna lahan dan perpindahan penduduk sebagai akibat adanya

atau/dan operasi proyek?

2. Apakah proyek akan menyebabkan kedatangan banyak orang untuk mencari

pekerjaan? Jika ya, masalah lingkungan/sosial apa yang diprakirakan akan

terjadi?

3. Apakah para wisatawan akan menciptakan kondisi yang membahayakan

perlindungan atau pengelolaan aspek lingkungan alamiah yang penting?

4. Apakah akan timbul kegiatan dan fasilitas yang tidak diingini di sekitar proyek?

Bagaimana kegiatan ini akan ditangani?

5. Peraturan apa yang berlaku, antara lain, perencanaan tataguna lahan, zonasi dan

undang-undang, peraturan pemerintah, dan lain sebagainya, yang dapat

menjamin tidak rusaknya nilai pariwisata?

B. Rancangbangun proyek dan konstruksi

1. Apakah rancangbangun proyek cocok dengan lingkungan alamiah? Apakah

rancangbangun serasi dengan pemandangan dan sifat bentang alam?

2. Apakah sifat khas daerah tersebut diperhatikan dalam rancangbangun proyek?

3. Apakah akan terjadi kerusakan minimal pada lingkungan alamiah? Jika

kerusakan tidak dapat dihindari, apakah tindakan akan diambil untuk

memulihkannya lagi dan menanaminya kembali?

4. Apakah akan terjadi masalah bau busuk, pencemaran udara dan/atau

pembuangan limbah dari daerah perkotaan atau industri di dekatnya?

29

Page 30: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

C. Operasi

1. Apakah ada kegiatan operasi yang akan menyebabkan kerusakan

lingkungan atau sosial?

2. Apakah rancangbangun pemasokan air dan pengelolaan limbah mencukupi

persyaratan?

3. Kemanakah limbah manusia akan dibuang dan apakah semua alternatif telah

dipelajari?

4. Jika direncanakan pembuangan ke laut, apakah penelitian biologi laut dan

penelitian laut lainnya telah dilakukan untuk menjamin perlindungan biota laut

dan garis pantai?

5. Apakah akan terjadi masalah gangguan kesehatan dari insekta dan bagaimana

insekta akan dikendalikan?

6. Apakah sarana penyajian makanan dan para karyawannya akan diperiksa secara

periodis untuk menjamin dipenuhinya persyaratan sanitasi dan kesehatan?

7. Apakah ada penyakit endemis (misalnya malaria) di daerah tersebut yang akan

memerlukan pengawasan dan pengendalian khusus?

8. Apakah papan dan lampu nenon iklan, kebisingan, dan seterusnya diawasi dan

dikendalikan?

9. Apakah pesawat jet akan terbang di atas atau di dekat daerah proyek dan

menyebabkan masalah kebisingan ?

10. Apakah pantai akan terancam pencemaran oleh minyak dari kapal yang lewat

atau pencemaran oleh limbah industri dan domestik?

D. Faktor Sosial-Budaya

4.1 Sudahkah dampak proyek dan kegiatan lain yang berkaitan dengan proyek terhadap

kebudayaan dan pola hidup lokal dievaluasi?

4.1 Apakah dengan adanya operasi proyek akan menimbulkan kendala pada

penduduk lokal dan disharmoni?

30

Page 31: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

4.1 Apakah wisatawan/penduduk lokal akan diikutsertakan dalam proyek ataukah

mereka akan dilarang untuk datang di daerah rekreasi yang semula mereka

gunakan?

4.1 Jika tapak atau bangunan bersejarah, geologik atau arkeologik merupakan

sebagian atau seluruh daya tarik proyek, apakah perlindungan atau

pengelolaannya telah dikembangkan secukupnya?

E. Aspek Kesehatan

1. Apakah sarana dan tenaga pelayanan kesehatan yang sudah ada cukup untuk

melayanikebutuhan yang meningkat?

2. Apakah sarana dan tenaga tersebut memenuhi standar untuk melayani para

wisatawan?

3. Apakah sarana keadaan darurat (pemadam kebakaran, ambulans, SAR)

mencukupi syarat?

F. Pertimbangan jangka panjang

1. Proyek lain apakah yang direncanakan di kemudian hari dan bagaimana interaksi

proyek tersebut dengan proyek yang diusulkan?

2. Apakah nilai pariwisata akan tetap penting di daerah tersebut ataukah ada

keraguan nilai tersebut akan hilang atau dikorbankan untuk keperluan lain?

31

Page 32: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Lampiran 3. Contoh Sebagian Daftar Uji Deskriptif untuk Analisis Pembangunan Lahan, Zonasi atau Rezonasi. (Schaeman, 1976 dalam Soemarwoto, 1977)

Keterangan: Tabel ini hanya mencantumkan sebagian dari daftar uji Schaeman, yang dalam daftar aslinya dimuat 47 faktor.

Bidang dan Sub-bidangSumber informasi/teknik prakiraan

Ukuran yang disarankan Alternatif ukuran

I. EKONOMI LOKAL

Neraca fiskal1. Perubahan netto dalam arus fiskal

(pendapatan dikurangi pengeluaran)

Pendapatan : pendapatan keluarga yang diperkirakan menurut jenis perumahan; nilai tambah pemilikan.Pengeluaran : analisis permintaan pelayanan baru; biaya yang dikeluarkan; kapasita yang ada menurut jenis pelayanan.

Lapangan pekerjaan2. Perubahan dalam persen dan

jumlah orang yang bekerja, menganggur, tidak bekerja penuh, menurut tingkat keterampilan.

2a. Jumlah bersih lapangan pekerjaan baru jangka pendek dan jangka panjang yang tersedia untuk daerah setempat

Langsung dari perusahaan baru; atau diperkirakan dari luas bangunan, pola penduduk lokal, imigrasi yang diperkirakan, profil pengangguran yang ada.

Kekayaan3. Perubahan dalam nilai lahan Pemasokan dan permintaan lahan dengan

zone serupa, perubahan lingkungan dekat pemilikan.

II LINGKUNGAN ALAM

Kualitas udaraKesehatan

4. Perubahan dalam kadar zat pencemar menurut frekuensi kejadian dan jumlah orang yang terkena risiko.

4a.

4b.

Perubahan dalam kadar zat pencemar relatif terhadap mutu baku.Perubahan dalam emisi zat pencemar relatif terhadap neraca emisi atau sasaran.

Kadar ambien yang ada, emisi yang ada dan diprakirakan di kemudian hari, model dispensi, peta populasi.

Gangguan5. Perubahan dalam kejadian

gangguan visual (asap, kabut) atau gangguan alfaktoris (bau) dan jumlah orang yang terkena.

5a. Perubahan dalam kementakan terjadinya atau perubahan dalam intensitas gangguan kualitas udara (penilaian kualitatif).

Garis dasar bagi penduduk, proses industri yang diperkirakan akan terjadi, volume lalulintas.

32

Page 33: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Lampiran 4. Contoh Matrik Identifikasi Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Penambangan Ganda di Perairan Pulau Bangka (PT. Timah Tbk, 1996)

No. Komponen Lingkungan

Kegiatan penambangan timah dan pasir laut

Pengu-pasan tanah/ pasir

penutup

Penge-rukan

tanah/pasir & timah

Pemisah-an tanah &

pasir & pencucian

timah

Pemuatan pasir

tailing ke tongkang

Mobilisasi & demo-bilisasi personil

Pemeliha-raan

kebersih-an kapal

keruk

Perbaikan &

perawatan kapal keruk

A. FISIK – KIMIA

1. Arus perairan

2. Pasang surut

3. Gelombang

4. Salinitas perairan

5. Suhu perairan

6. Batimetri

7. Dinamika garis pantai

8. Kualitas air laut

B. BIOTA

19. Vegetasi pantai/ mangrove

10. Biota perairan

11. Ekosistem perairan pantai

C. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

12. Kepadatan dan pertumbuhan penduduk

13. Persebaran penduduk

14. Peluang bekerja & berusaha

15. Obyek wisata

16. Kunjungan wisata

17. Prasarana perhubungan

18. Pemukiman penduduk

19. Fasilitas umum

20. Kesehatan masyarakat

21. Adat istiadat

22. Kelembagaan tradisional

23. Akulturisasi dan asimilasi

24. Perekonomian daerah

25. Sikap terhadap PT. Timah

33

Page 34: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Keterangan : ada dampak

34

Page 35: Amdal Ajar

Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Lampiran 5. Contoh aplikasi Metode Bagan Alir Dampak pada Proyek Pengembangan Minyak Lepas Pantai

Pembangunan Lapangan Minyak Lepas Pantai

Sikap Masyarakat terhadapProyek Pengembangan Lapangan

Minyak Lepas Pantai

Perekonomian Lokal

Kualitas Udaradan Kebisingan

Struktur danInteraksi

Sosial

Kualitas Air Laut

Kesempatan KerjaBentang AlamHak

UlayatArus

Vegetasi Darat

Vegetasi Laut

Biota Laut Pendapatan setara beras(kg/jiwa/thn)

35

Page 36: Amdal Ajar

3.5. KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM PROSES PELINGKUPAN

Keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL --termasuk dalam hal ini proses

pelingkupan-- menurut Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 diatur sebagai

berikut.

Tahap Bentuk Keterlibatan Masyarakat

Penyusunan KA 1) Warga masyarakat yang berkepentingan berhak memberikan saran, pendapat dan/atau tanggapan terhadap dokumen KA ANDAL dalam forum konsultasi yang diselenggarakan oleh pemrakarsa.

2) Hasil dari konsultasi kepada masyarakat wajib digunakan pemrakarsa sebagai bahan pertim-bangan dalam pelingkupan.

Penilaian KA 1) Warga masyarakat terkena dampak berhak duduk sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL melalui wakil yang telah ditetapkan.

2) Warga masyarakat yang berkepentingan dapat menyampaikan saran, pendapat, dan tang-gapannya kepada instansi yang bertanggung jawab dan/ atau pemrakarsa dalam bentuk yang mudah didokumentasikan dan/atau tertulis, selambat-lambatnya 3 hari kerja sebelum rapat Komisi Penilai AMDAL.

Penilaian ANDAL, RKL dan RPL

1) Warga masyarakat terkena dampak berhak duduk sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL melalui wakil yang telah ditetapkan.

2) Warga masyarakat yang berkepentingan dapat menyampaikan saran, pendapat, dan tang-gapannya kepada instansi yang bertanggung jawab dan/atau pemrakarsa dalam bentuk yang mudah didokumentasikan dan/atau tertulis, selambat-lambatnya 45 hari kerja setelah informasi jadwal rencana penilaian oleh Komisi Penilai AMDAL disebar-luaskan secara resmi.

Page 37: Amdal Ajar

BAB IV

PENGERTIAN & LANGKAH PENYUSUNAN RONA LINGKUNGAN

4.1. PENGERTIAN

Penyusunan rona lingkungan merupakan upaya menggambarkan kondisi lingkungan di

wilayah studi ANDAL, terutama aspek-aspek terkait yang menurut dokumen Kerangka

Acuan (KA) terkena dampak penting dari rencana usaha atau kegiatan. Berkenaan

dengan pengertian tersebut maka dalam penyusunan rona lingkungan perlu diperhatikan

hal-hal berikut ini:

a. Rona lingkungan yang disusun merupakan penjabaran dari “komponen lingkungan

yang ditelaah” sebagaimana diamanatkan dalam dokumen KA.

b. Contoh untuk komponen lingkungan sosial yang diteliti harus bersifat spesifik

lokasi, sehingga tidak selalu seluruh komponen aspek sosial yang terdapat dalam

Pedoman Umum Penyusunan AMDAL (Keputusan Menteri Negara LH Nomor 09

Tahun 2000), dan yang terdapat dalam Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial

AMDAL (Keputusan Kepala Bapedal Nomor 299 Tahun 1994), diteliti untuk setiap

usaha atau kegiatan wajib AMDAL.

c. Rona lingkungan yang dikonstruksikan dalam ANDAL harus berkaitan dengan

komponen lingkungannya yang diperkirakan akan terkena dampak penting. Hanya

komponen yang berpotensi terkena dampak penting yang menjadi fokus dalam

studi  ANDAL. Contoh misalnya : dalam dokumen KA-ANDAL Kawasan Industri,

teridentifikasi bahwa tingkat pendapatan, kesempatan kerja, tingkat kenyamanan,

kesehatan masyarakat dan  pola hubungan  sosial berpotensi terkena dampak

penting,  maka hanya data yang berkaitan dengan  komponen aspek sosial tersebut

tersebut yang perlu dihimpun dan dianalisis.

d. Rona lingkungan yang dikonstruksikan dalam ANDAL adalah yang terletak dalam

lingkup wilayah studi sebagaimana diamanatkan dalam dokumen Kerangka Acuan

(KA);

e. Komponen lingkungan yang tertera pada dokumen KA dapat mengalami

penambahan atau pengurangan sepanjang relevan dengan potensi dampak penting

yang akan timbul dan terkait dengan dampak rencana kegiatan/usaha.

Page 38: Amdal Ajar

f. Pedoman Teknis, dokumen ANDAL kegiatan sejenis (untuk keperluan analogi),

referensi (data statistik, peta, rujukan), dan pustaka lainnya, dapat digunakan

sebagai alat bantu untuk penyusunan rona lingkungan.

4.2. METODE PENGUMPULAN & METODE ANALISIS DATA

4.2.1. METODE PENGUMPULAN DATA.

Dampak penting aspek sosial dari suatu rencana usaha atau kegiatan pada umumnya tidak

menyebar secara merata di seluruh kelompok dan lapisan masyarakat. Dengan demikian

dalam menetapkan/memilih metode pengumpulan dan analisis data yang relevan, baik

yang bersifat kuantitatif atau kualitatif, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut ini:

a. Satuan analisis (rumah tangga, desa, kabupaten, propinsi) yang akan diukur.

b. Ukuran-ukuran yang bersifat penting menurut pandangan masyarakat (emic)

disekitar rencana usaha atau kegiatan;

c. Ketersediaan dana, tenaga, waktu dan keahlian juga merupakan pertimbangan

dalam memilih teknik pengumpulan data.

d. Karakteristik sumber data. Ciri-ciri responden misalnya tingkat pendidikan, tingkat

sosial  ekonomi,  jenis pekerjaan,  homogen atau heterogen  akan menentukan

teknik pengumpulan  data. Responden dengan tingkat pendidikan  rendah dengan

jenis  pekerjaan  petani atau nelayan akan cocok menggunakan   wawancara

langsung  yang disertai pedoman pertanyaan  atau kuesioner dari pada dengan

kelompok  diskusi terfokus.

Beberapa  metode pengumpulan data yang dapat  digunakan  dalam penyusunan aspek

sosial AMDAL diantaranya adalah:

a. Wawancara

b. Observasi/pengamatan lapangan

c. Pengumpulan data sekunder

d. Diskusi kelompok terarah

e. Penilaian cepat pedesaan (rapid rural appraisal, RRA)

Page 39: Amdal Ajar

Ad.a. Metoda Wawancara

Ada dua macam metode wawancara, yakni, wawancara dengan kuesioner dan wawancara

mendalam.

Wawancara dengan kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara:

a. Wawancara bebas tanpa daftar atau pedoman pertanyaan

Dalam studi dampak sosial, wawancara bebas bisa dilakukan pada waktu

peninjauan dilapangan (pra survai) dimana peran peneliti menginventarisir issues

dan concerns. Wawancara bebas demikian ini disebut pula sebagai metode walk

and talk.

b. Wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan

Pedoman  pertanyaan hanya digunakan sebagai  panduan, sehingga jawaban dari

responden atau nara sumber bersifat terbuka. Dalam studi aspek sosial AMDAL,

wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaaan digunakan untuk

menghimpun data dari  para tokoh masyarakat atau pamong desa. Informasi yang

dihimpun dari  nara sumber itu merupakan informasi yang bersifat umum tentang

lingkungan misalnya kondisi lingkungan (kondisi lingkungan fisik, bagaimana pola

hubungan sosial masyarakat, tanggapan terhadap ide-ide baru dan sebagainya).

Informasi tersebut  biasanya lebih valid kalau dihimpun dari tokoh masyarakat dan

pamong desa. Ada kemungkinan  informasi  dari masing-masing nara sumber akan

berbeda, maka para peneliti yang harus pandai merekonsiliasi data.

c. Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan

Jenis wawancara  ini  banyak digunakan  oleh  peneliti  sosial termasuk peneliti

aspek sosial AMDAL yang menggunakan teknik kuesioner (survai). Menurut

Irawati Singarimbun (1978:1) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

wawancara dengan kuesioner ini, diantaranya adalah mutu daftar pertanyaan,

kepribadian pewawancara, kemampuan pelaksana atau koordinator survai.

Ketrampilan wawancara berkenaan dengan pendekatan yang dilakukan oleh

pewawancara kepada nara sumber atau  responden. Pendekatan yang baik adalah yang

menggunakan bahasa responden. Pewawancara juga diharapkan mampu membawa diri

yang tercermin dalam tutur kata, penampilan dan cara berpakaian. Penampilan

Page 40: Amdal Ajar

pewawancara sebaiknya tidak menyolok. Hendaknya sesuai dengan tugasnya sebagai

petugas lapangan penelitian.

Penggunaan  kuesioner didasari oleh suatu  keyakinan  bahwa responden atau nara

sumber adalah orang yang  paling  mengetahui tentang  dirinya sendiri sendiri.

Kuesioner dibagi dalam dua kategori :

a. Tidak langsung di mana kuesioner dibagikan pada responden. jika telah diisi

lengkap, kuesioner dikirim kembali kepada peneliti atau si peneliti yang

mengambilnya dari responden.

b. Langsung  dimana peneliti menggunakan kuesioner  dan  langsung mewawancari

responden.

Menurut   jenis  pertanyaannya, kuesioner dibagi kedalam kuesioner tertutup dan

terbuka. Tertutup  jika jawaban atas pertanyaan dalam kuesioner telah disiapkan dengan

beberapa pilihan. Disebut terbuka, jika setiap butir pertanyaan belum disediakan

jawaban. Responden dapat menyatakan pen-dapat sesuai dengan keyakinanya, lalu

peneliti membuat kategori kemudian.

Beberapa prinsip dalam menyusun pertanyaan dalam kuesioner:

a. Pertanyaan harus jelas artinya mudah dipahami oleh responden dan tidak

mengandung arti ganda,

b. Pertanyaan  harus  pendek. Panjangnya pertanyaan  akan  membuat kesulitan

mencerna dan mengingat tentang apa yang dimaksud,

c. Jangan  mengulang  pertanyaan.  Jika  suatu  pertanyaan   telah diajukan pada  satu

bagian, sebaiknya tidak  ditanyanyan  pada bagian lain,

d. Hindari istilah-istilah "bias" dalam pertanyaan. Sebaiknya disusun istilah-istilah

baku yang banyak digunakan,

e. Pertanyaan yang positif,

f. Pertanyaan yang kongkrit, artinya tidak berbunga-bunga,

g. Menempatkan pertanyaan-pertanyaan  yang sensitif  di akhir kuesioner. Hal ini

dimaksudkan untuk membina rapport. Rapport adalah hubungan baik antara

pewawancara dengan sumber data (responden).

Page 41: Amdal Ajar

Dengan tetap menjaga rapport dan kesopanan, pewawancara yang baik adalah yang bisa

mengungkap lebih dalam tentang informasi yang disampaikan responden, melalui :

menggali terus  pertanyaan  untuk memperoleh  data  yang  detail.

pertanyaan yang tepat

susun pertanyaan secara efektif tetapi juga estetik.

Keunggulan dari metode wawancara yang dipandu dengan kuesioner  ini antara adalah:

a. Pewawancara  dapat  mengetahui apakah pertanyaan dapat

dipahami oleh responden dan apakah jawaban  yang diberikan responden

relevan dengan pertanyaan,

b. Pewawancara  dapat menanyakan lebih lanjut tentang jawaban

yang diberikan responden dalam rangka melakukan further investigation,

c. Kehadiran pewawancara akan mempercepat penyelesaian

jawaban  atas kuesioner.  

Kelemahan  wawancara langsung: responden cenderung menjawab seperti apa yang

diinginkan oleh pewawancara. Contohnya, jika responden  memiliki kesulitan menjawab

pertanyaan tentang besarnya pendapatan, mereka cenderung  menyerahkan saja

jawabanya kepada  pewawancara.  Atau juga pertanyaan tentang seberapa besar tingkat

kegotong-royongan masyarakat, responden akan menjawab sesuatu  yang menyenangkan

artinya responden tidak ingin diketahui  tentang  sesuatu  yang kurang baik tentang

lingkunganya.

Wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang dianggap

mengetahui tentang kondisi masyarakat setempat, dengan menggunakan pedoman

pertanyaan. Dalam konteks aspek sosial AMDAL metode ini digunakan untuk menelaah

secara mendalam suatu issu atau masalah tertentu di suatu kelompok atau golongan

masyarakat tertentu secara mendalam. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan senantiasa

diarahkan untuk menggali dan mendalami seputar issu atau masalah tertentu yang akan

ditelaah. Sehingga dalam metode ini pertanyaan yang diajukan dapat terus berkembang

dan pihak yang diwawancara dapat berkembang sesuai data dan informasi yang telah

terkumpul, sampai pada tahap dipandang cukup oleh peneliti. Teknik ini disebut juga

Page 42: Amdal Ajar

sebagai teknik bola saju bergelinding (snow balling techniques). Metode ini umumnya

digunakan bersamaan dengan metode observasi-partisipasi.

Ad.b. Observasi atau Pengamatan Langsung

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang gejala-gejala

yang diamati. Observasi  yang dilakukan dalam studi  aspek sosial AMDAL biasanya

adalah observasi langsung dimana para  peneliti, sembari mengadakan  wawancara

melakukan pengamatan tentang lingkungan secara umum dan  lingkungan dari responden

yang diwawancarai. Pengamatan juga dilakukan  ketika peneliti melakukan pra-survai

dalam rangka pelingkupan. Observasi sebagai teknik menghimpun data, sangat efektif

digunakan dalam memahami pola hubungan sosial. Misalnya melalui media temu warga

yang diselenggarakan sebulan sekali. Peneliti hadir  dalam temu warga tersebut dan

melakukan observasi bagaimana para warga berinteraksi satu dengan yang lain,

bagaimana pola hubungan sosialnya sehingga bisa disimpulkan tentang tingkat kohesi

masyarakat. Bentuk-bentuk observasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

Gambar: Bentuk-bentuk Observasi

Outsider (pihak luar) adalah bentuk pengamatan dimana peneliti tidak melakukan kontak

dengan kelompok atau masyarakat yang diteliti. Peneliti berada diluar social setting dari

kelompok yang diteliti. Ia mengamati, mencatat dan menyusun interpretasi. Tingkat

presisi interpretasi sangat tergantung pada pemahaman awal peneliti terhadap subyek

yang diteliti. Makin tinggi tingkat pemahamanya makin dekat interpretasinya dengan

makna yang ditafsirkan oleh masyarakat. Peran outsider (pihak luar) mengandung resiko

berupa bias interpretasi oleh peneliti.

Observasi yang dilakukan oleh Recognized Outsider (pihak luar yang dikenal)

mengandung pengertian bahwa antara peneliti dengan masyarakat telah terjalin

kontak/komunikasi tetapi intensitasnya rendah. Masyarakat sebagai sumber data atau

responden telah mengenali (recognize) bahwa yang mewawancarai adalah peneliti.

Full Participant (Partisipan Penuh)

Recognized Outsider (Pihak Luar yang

Dikenal)

Outsider (Pihak Luar)

Marginal Participant (Partisipan Terbatas)

Page 43: Amdal Ajar

Hubungan antara peneliti dengan masyarakat bersifat formal dan temporer. Peneliti

berada dilapangan dalam waktu sangat pendek, sekedar menghimpun data. Dalam

kondisi seperti ini, data yang diperoleh peneliti tidak optimal. Karena hubunganya

bersifat formal dan dalam waktu yang pendek, masyarakat kadang-kadang

menyampaikan informasi sekedarnya. Kondisi ini lebih parah lagi jika kehadiran

peneliti dianggap sebagai petugas Pemerintah yang akan memungut pajak.

Dalam penelitian observasi dimana peneliti berperan sebagai marginal participant

(partisipan terbatas), peneliti melakukan kontak dengan masyarakat secara intensif. Ia

telah mengambil bagian (berpartisipasi) dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat seperti kerja bakti, temu warga dan sebagainya. Partisipasi ini merupakan

upaya dari peneliti agar memperoleh informasi yang lebih akurat. Karena masyarakat

telah menganggap peneliti sebagai bagian dari padanya, maka mereka tidak enggan

menyampaikan informasi yang diperlukan. Dalam pada itu, melalui proses partisipasi,

peneliti secara otomatis mengetahui benar apa yang terjadi didalam masyarakat.

Dalam penelitian observasi secara full participant (partisipan penuh), kontak peneliti

dengan masyarakat sangat intensif. Bahkan masyarakat sampai tidak mengetahui kalau

ada peneliti yang sedang menghimpun data. Peneliti benar-benar menjadi bagian dari

masyarakat. Beberapa contoh peran full participant misalnya ketika seorang Antropolog

UI meneliti gelandangan di Kota Jakarta. Ia benar-benar memerankan diri sebagai

gelandangan berada ditengah-tengah komunitas tersebut untuk waktu yang cukup lama.

Pada  umumnya dalam studi dampak sosial,  peneliti  berperan sebagai pengamat yang

melakukan partisipasi (berada diantara peran sebagai outsider atau recognized outsider).

Peneliti  melakukan observasi ketika mereka mengumpulkan data, atau ketika

melakukan prasurvai.

Pengumpulan data primer dimaksudkan untuk mengetahui rona lingkungan awal saat

studi dilakukan. Data primer dikumpulkan dari hasil wawancara, survai/ observasi,

pengukuran, dan pengambilan sampel di lokasi yang telah ditetapkan berdasarkan lokasi

tapak proyek dan radius atau arah sebaran dampak sesuai dengan batas wilayah studi.

Metoda pengumpulan data primer untuk masing-masing aspek adalah sebagai berikut.

Page 44: Amdal Ajar

1. Aspek Fisik-Kimia

Jenis data primer aspek fisik-kimia yang dikumpulkan meliputi: morfologi, gejala erosi,

air, udara, dan kebisingan. Data morfologi dan gejala erosi dikumpulkan dengan cara

inventarisasi secara visual. Sampel air diambil dengan menggunakan “water sampler”.

Sampel udara menggunakan multiple impinger, sedangkan sampel kebisingan dilakukan

dengan cara pengukuran memakai sound level meter. Contoh Metoda pengumpulan data

primer pada aspek fisik-kimia secara lebih rinci disajikan pada Tabel 3.1 dengan kasus

ANDAL Waduk misalnya :.

Tabel 3.1. Metoda Pengumpulan Data Primer Aspek Fisik-KimiaNo.

Jenis Data yang

Dikumpulkan

Jumlah Sampel

Lokasi Sampling

Metoda Pengumpulan

Data1 Morfologi 6 titik DTA, rencana

lokasi bendung, DI

Inventarisasi (visual)

2 Gejala Erosi 6 titik DTA, rencana lokasi bendung, DI

Inventarisasi (visual)

3 Kualitas Air 3 titik Hulu, as bendung dan hillir

Pengukuran, sampling, dan analisis laboratorium

4. Kualitas Udara dan Kebisingan

2 titik As bendung dan hulu / hillir

Pengukuran, sampling, dan analisis laboratorium

2. Aspek Biologi

Data primer aspek biologi yang dikumpulkan adalah biota darat (flora darat dan fauna

darat) dan biota air (plankton dan benthos). Daerah studi biologi ditetapkan berdasarkan

luas tapak proyek dan sekitarnya yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan.

Lokasi pengambilan sampel biota air disesuaikan dengan lokasi pengambilan sampel air

fisik-kimia, sedangkan lokasi pengambilan biota darat disesuaikan dengan lokasi studi

sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui

pengukuran, pengambilan sampel, wawancara dengan metoda purposive random

Page 45: Amdal Ajar

sampling yang ditentukan berdasarkan komunitas atau habitat yang berbeda. Cara pe-

laksanaan pengambilan sampel/pengamatan komponen biotis adalah:

Pengambilan Sampel Vegetasi/Flora Darat

Lokasi pengambilan sampel vegetasi di 3 titik. Pengambilan sampel vegetasi dilakukan

memakai sampling plot dengan transek utama mengikuti kondisi lapangan. Untuk jenis

pohon, diambil petak sampel 10 m x 10 m, sedangkan herba dan rumput menggunakan

ukuran 1 m x 1 m.

Pengambilan Sampel Fauna

Pengambilan sampel fauna dilakukan dengan metoda Index Point of Abundance (IPA)

untuk mencatat populasi hewan. Biasanya digunakan untuk burung secara semi

kuantitatif yaitu dengan menentukan tempat tertentu untuk keperluan perhitungan

populasi hewan dan dilengkapi data informasi penduduk serta data monografi desa untuk

hewan piaraan. Analisis data meliputi jumlah jenis, dominansi atau frekuensi keberadaan

fauna. Lokasi pengambilan sampel fauna di 3 titik.

Pengambilan Sampel Plankton

Pengambilan sampel plankton dengan penyaringan air memakai plankton net No. 25,

kemudian air yang tersaring dimasukkan botol dan ditambahkan larutan MAF 4%

sebagai bahan pengawet. Lokasi pengambilan sampel plankton di 3 titik, yaitu di hulu

Embung, lokasi Embung dan di hilir Embung (daerah irigasi).

Pengambilan Sampel Benthos

Pengambilan sampel mikrobenthos dengan memakai penyaringan lumpur di dasar

perairan yang diambil dengan eijkman dredge/bottom sampler. Diameter saringannya 1

mm. Mikrobenthos yang telah dipisahkan dari lumpur lalu dimasukkan dalam botol

sampel, ditambahkan larutan MAF 10% dan rose bengal 20%. Lokasi pengambilan

sampel benthos sama dengan lokasi pengambilan sampel plankton.

Metoda pengumpulan data primer pada aspek biologi pada contoh ANDAL Waduk

meliputi: jenis data, jumlah sampel, lokasi sampel, dan metoda pengumpulan data secara

lebih rinci disajikan pada Tabel 3.2 misalnya :

Page 46: Amdal Ajar
Page 47: Amdal Ajar

Tabel 3.2. Metoda Pengumpulan Data Primer Aspek BiologiNo.

Jenis Data yang Dikumpulkan

Jumlah Sampel

Lokasi Sampling

Metoda Pengumpulan

Data1 Vegetasi/Flora

Darat- kerapatan relatif- frekuensi relatif- dominansi relatif- indeks nilai penting- jenis langka

3 titik Tapak proyek dan sekitarnya sesuai batas wilayah studi

Inventarisasi menggunakan metoda sampling plot dengan transek utama mengikuti kondisi lapangan

2 Fauna Darat (Hewan Liar dan Peliharaan)- pola migrasi- kerapatan- nilai penting- jenis langka

3 titik Tapak proyek dan sekitarnya sesuai batas wilayah studi

Inventalisasi dengan metoda Index Point of Abundance (IPA) untuk mencatat populasi hewan

3 Biota Air : Plankton- indeks keaneka-

ragaman jenis- indeks

keseraga-man jenis

3 titik Hulu Embung, rencana lokasi Embung dan daerah Irigasinya

Penyaringan air memakai plankton net No. 25

4. Biota Air : Benthos- indeks keaneka-

ragaman jenis- indeks

keseraga-man jenis

3 titik Hulu Embung, rencana lokasi Embung dan daerah Irigasinya

Penyaringan lumpur di dasar perairan yang diambil dengan eijkman dredge/bottom sampler

Page 48: Amdal Ajar

Tabel 3.3. Metoda Pengumpulan Data Primer Aspek Sosekbudkesmas

No. Jenis Data yang Dikumpulkan

Sumber Data Jumlah

Sampel

Lokasi Sampling

Metoda Pengumpulan Data

1 Kependudukan

- jumlah penduduk

- kepadatan pddk

- pertumbuhan pddk

- pendidikan

- ketenagakerjaan

- mobilitas

Kab. Grobogan Dalam Angka

Monografi Desa dan Kecamatan

Data primer

125 Tapak proyek dan sekitarnya sesuai batas wilayah studi

Observasi dan wawancara dengan penduduk

(formal leader, informal leader dan masyarakat biasa)

2 Sosial-Ekonomi

- matapencaharian

- pemilikan lahan

- pendapatan

- pengeluaran

- pusat kegiatan

- infrastruktur

Kab. Grobogan Dalam Angka

Monografi Desa dan Kecamatan

Data primer

125 Tapak proyek dan sekitarnya sesuai batas wilayah studi

Observasi dan wawancara dengan penduduk

(formal leader, informal leader dan masyarakat biasa)

3 Sosial-Budaya

- adat-istiadat

- pola pemilikan lahan

- interaksi sosial

- peninggalan sejarah

Data primer 125 Tapak proyek dan sekitarnya sesuai batas wilayah studi

Observasi dan wawancara dengan penduduk

(formal leader, informal leader dan masyarakat biasa)

4. Kesehatan Masy.

- kondisi fisik rumah

- pemenuhan air bersih dan MCK

- pola penyakit

- jenis penyakit

- fasilitas kesehatan

Kab. Grobogan Dalam Angka

Monografi Desa dan Kecamatan

Puskesmas Kec. Pulokulon

Data primer

125 Tapak proyek dan sekitarnya sesuai batas wilayah studi

Observasi dan wawancara dengan penduduk

(formal leader, informal leader dan masyarakat biasa)

5. Persepsi Masy.

- persepsi terhadap rencana kegiatan Embung

- persepsi terhadap perubahan dan inovasi

Data primer 125 Tapak proyek dan sekitarnya sesuai batas wilayah studi

Observasi dan wawancara dengan penduduk

(formal leader, informal leader dan masyarakat biasa)

Page 49: Amdal Ajar

Ad.c. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung oleh peneliti dari sumber

data. Peneliti memperoleh data tersebut dari pihak lain yang melakukan pengumpulan,

analisis dan publikasi atas data tersebut. Hasil-hasil penelitian, buku referensi (antara lain

data statistik), laporan-laporan teknis instansi pemerintah dan bahan-bahan pustaka yang

datanya ditulis dan dipublikasikan oleh pihak lain, merupakan jenis data sekunder yang

dapat dimanfaatkan oleh peneliti.

Data statistik seperti Sensus Penduduk, Survey Penduduk antar Sensus (Supas), Survey

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) hingga data statistik seperti Monografi Desa,

Kecamatan dalam Angka, Kabupaten dalam Angka atau Propinsi dalam Angka;

merupakan data sekunder yang dapat digunakan dan bermanfaat untuk kajian aspek

sosial AMDAL. Bila data statistik semacam itu akan digunakan dalam aspek sosial

AMDAL, maka ada 2 faktor penting yang perlu diketahui berkenaan dengan hal tersebut.

Pertama, satuan analisis yang digunakan dalam data statistik tersebut umumnya adalah

unit pemerintahan daerah seperti desa, kecamatan, dan propinsi. Kedua, persoalan

reliabilitas data yang dipublikasikan. Peneliti aspek sosial AMDAL perlu kritis benar

terhadap mutu data statistik yang ingin digunakan sehingga bila perlu lakukan “uji

reliabilitas” data sekunder yang diperoleh. Contoh data sekunder untuk ANDAL Waduk

misalnya :

Tabel 3.4. Jenis dan Sumber Data Sekunder

No Jenis Data yang Dikumpulkan Sumber Data /Referensi1. Data Rencana kegiatan 1. a. Pemrakarsa

b. UU-11/74 tentang pengairan,PP 22/82 tentang tata pengaturan air dan PP. 35/91 tentang Sungai

c. Konsultan Detail Desain, dan Laporan Studi terdahulu

2. Metoda Konstruksi 2. a. Ditjen. Pengairan b. Buku Referensi ( buku panduan)

3. Metoda Pengadaan tanah dan pemindahan penduduk

3. a. Kepres 55/93 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan tanah

4. Transportasi 4. DLLAJR Kab. Grobogan5. Pola Topografi dan Geologi 5. a. Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan

Bandung b. Bakorsurtanal – Bogor c. Laporan Studi terdahulu (Detail Desain)

Page 50: Amdal Ajar

6. Klimatologi (suhu, curah hujan, kelembaban, arah dan kecepatan angin, dll)

6. a. Badan Meteorologi dan Geofisika b. Dinas Pertanian Setempat c. Studi-studi terdahulu yang terkait

7. Data kependudukan, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dll.

7. a. Kabupaten Dalam Angka b. Monografi Desa/Kecamatan.

8. Profil Kesehatan 8. Puskesmas kecamatan setempat9. RUTRD - Kabupaten 9. Bappeda Kabupaten Grobogan10 Jalan Negara dan Kabupaten 10. Dinas PU Bina Marga Prop. Jateng11 Hasil Proyek Penelitian Sejenis 11. a. Bapedalda Propinsi Jateng

b. PPLH Lemlit Undip12 Hidrologi 12. a. DPU Pengairan Propinsi Jateng

b. Konsultan detail desain13 Status Tanah 13. BPN Propinsi Jateng.14 Flora Darat 14. a. Dinas/Kanwil Kehutanan

b. Dinas Pertanian c. survai lapangan

15 Flora Air 15. a. Dinas Perikanan b. Penduduk setempat c. survai lapangan

16 Fauna Darat 16. Penduduk setempat

Ad.d. Diskusi Kelompok Terarah

Diskusi ini dilakukan dalam kelompok kecil (5 – 7 orang) untuk menghimpun pendapat,

pandangan dan aspirasi mereka terhadap suatu masalah atau isu tertentu. Dalam metode

ini peneliti harus berada dalam posisi menghimpun dan mengartikulasikan pendapat,

pandangan dan aspirasi yang berkembang dalam diskusi. Peneliti harus handal dalam

menggali aspirasi dan pendapat para anggota diskusi dan tidak boleh memberi penilaian

baik-buruk, salah-benar, atau berpihak pada pandangan-pandangan yang diajukan oleh

sekelompok atau seorang peserta diskusi.

Metode pengambilan sampel merupakan metode yang digunakan untuk memilih dan

menetapkan sejumlah responden yang akan diwawancara melalui kuesioner. Metode ini

umumnya digunakan untuk melengkapi metode survai.

Sampel (responden) yang dipilih harus dapat mewakili populasi suatu kelompok (misal:

berdasarkan jender, kelompok kepentingan) dan lapisan masyarakat tertentu yang

berpotensi terkena dampak (misal: lapisan petani lahan sempit, lahan luas). Beberapa

teknik pengambilan sampel yang dapat dipergunakan antara lain adalah:

Teknik pengambilan sampel secara proporsional;

Teknik pengambilan sampel secara purposive;

Teknik pengambilan sampel secara acak (random).

Page 51: Amdal Ajar

Teknik pengambilan sampel yang dipilih harus mempertimbangkan karakteristik

dampak penting yang akan timbul dan kondisi sosial masyarakat.

Jumlah sampel ditetapkan berdasarkan kriteria berikut ini:

a. Derajat keseragaman (homogenitas) dari populasi. Makin seragam populasi yang

diteliti makin kecil jumlah sampel yang akan diambil.

b. Presisi (ketepatan/akurasi) yang dikehendaki. Makin tinggi tingkat presisi yang

dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil.

c. Kedalaman analisis yang ingin diperoleh, semakin dalam analisis yang diinginkan

semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan.

Ad.e. Metode Penilaian Cepat Pedesaan.

Metode Penilaian Cepat Pedesaan (rapid rural appraisal) –selanjutnya disingkat PCP--

diperkenalkan oleh Chambers (1985). Metode ini ditawarkan oleh Chambers sebagai

alternatif atas penelitian-penelitian sosial yang umumnya dilakukan di dua kutub ekstrim,

yakni penelitian yang bersifat “wisata” (research tourism) dan -di sisi lain- penelitian

yang menelan waktu panjang.

Chambers memberi julukan “wisata penelitian” kepada penelitian yang dilakukan secara

singkat atau cepat (biasanya dengan mobil). Catatan penelitian dibuat berdasarkan

pengamatan di sepanjang jalan yang dilalui dan wawancara dilakukan dengan orang atau

responden yang kebetulan berjumpa di jalan. Penelitian semacam ini menurut Chambers

mempunyai kelemahan:

a. Lemah mengungkapkan yang sebenarnya terjadi.

Responden cenderung menghindari topik yang sensitif seperti masalah

kemiskinan, dan lebih suka menyatakan apa yang sebaiknya (das sollen)

ketimbang apa yang ada (das sein).

b. Peneliti tidak mendengarkan dan belajar dari responden,

malahan lebih banyak berbicara dan menggurui (menganggap lebih tahu dari

responden).

c. Lebih mengangkat atau mengungkapkan yang nampak

secara fisik. Hal-hal seperti norma-norma sosial, lembaga-lembaga informal dan

penguasaan sumber daya sering tak tertangkap oleh peneliti.

Page 52: Amdal Ajar

d. Penelitian hanya menangkap potret sesaat (snapshot) dari

kehidupan masyarakat desa.

Kelemahan “wisata penelitian” ini timbul karena penelitian dilakukan secara:

a. Bias Lokasi. Peneliti cenderung mengunjungi kota,

terminal dan sepanjang jalan besar ketimbang mengunjungi lokasi yang jauh di

pedalaman dan tidak bisa diakses dengan baik oleh kendaraan roda empat.

Padahal penduduk miskin banyak yang tinggal di tempat terpencil jauh dari kota,

terminal dan jalan besar.

b. Bias Proyek. Peneliti umumnya hanya memfokuskan diri

di daerah yang ada proyek pembangunan dimana sehingga hanya orang-orang

atau pihak-pihak yang terlibat atau terkait dengan proyek yang diwawancara.

c. Bias Hubungan Pribadi. Mereka yang ditemui peneliti

umumnya mereka yang mampu berbahasa Indonesia dengan baik ketimbang yang

tidak, lebih banyak responden laki-laki ketimbang perempuan, lebih banyak

ditujukan kepada responden yang hidup cukup ketimbang yang miskin, dan yang

kepada orang lebih berkuasa ketimbang rakyat biasa.

d. Bias Musim. Penelitian lebih banyak dilakukan pada

musim kemarau ketimbang musim hujan sebab jalan sulit dilalui (longsor, becek)

dan tidak senang terkena hujan dan kedinginan. Padahal di musim hujan justru

banyak dapat dijumpai kondisi sebenarnya dari kehidupan desa (paceklik, banjir,

banyak penyakit).

e. Bias Protokoler. Karena peneliti ingin sopan, tidak ingin

menyinggung tata krama (protokoler) dan waktu terbatas, maka peneliti enggan

menanyakan hal-hal yang sensitif seperti kemiskinan atau berkunjung ke orang-

orang miskin.

Sehingga penelitian yang dilakukan dengan pola “wisata” ini sering menghasilkan

kesimpulan yang salah tentang kehidupan masyarakat desa (rapid is often wrong).

Chambers menjuluki “wisata penelitian” ini sebagai penelitian yang bersifat quick and

dirty. Walau tidak diketahui secara pasti, namun diduga cukup banyak penelitian aspek

sosial AMDAL yang dijalankan dengan cara “wisata penelitian” semacam ini.

Page 53: Amdal Ajar

Kutub lainnya adalah penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu yang relatif lama.

Kelemahan yang dijumpai dalam penelitian semacam ini adalah:

a. Penelitian berlangsung dalam waktu yang lama dan

menelan biaya yang besar, namun hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan

curahan waktu, biaya dan tenaga yang diberikan.

b. Penelitian dilakukan dengan metode survei yang penyakit

umumnya adalah:

Kuesioner berhalaman tebal karena peneliti ingin

mengumpulkan berbagai macam variabel melalui wawancara dengan

kuesioner.

Responden yang diwawancarai berjumlah banyak.

Akibat dari penelitian yang dijalankan dengan cara semacam itu adalah banyak data

yang tidak diolah ketika memasuki tahap pengolahan data. Kalaupun diolah, data

tersebut tidak dianalisa. Kalaupun data tersebut dianalisa, hasilnya tidak ditulis.

Kalaupun kemudian ditulis, hasil itu tidak dibaca. Kalaupun dibaca, tidak dimengerti.

Kalaupun dimengerti, ternyata tidak berguna karena hasil penelitian ternyata tidak

mempengaruhi pengambilan keputusan. Dengan kata lain long is often lost!

Mengingat kelemahan-kelemahan penelitian sosial tersebut, maka Chambers

menawarkan metode Penilaian Cepat Pedesaan (rapid rural appraisal, atau PCP) untuk

penelitian-penelitian yang menggunakan pedesaan sebagai subyek atau obyek penelitian.

Dalam PCP pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan mengkombinasikan

berbagai metode penelitian (wawancara, grup diskusi, observasi, dan data sekunder).

Sehingga data yang diperoleh dapat lebih dipertanggung-jawabkan dan menyorot

berbagai sisi kehidupan pedesaan secara komprehensif. Berikut ini adalah teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam PCP:

a. Manfaatkan semaksimal mungkin informasi yang telah

tersedia, baik dalam bentuk data sekunder, hasil-hasil penelitian sebelumnya,

maupun informasi yang diperoleh dari media massa (koran, radio)

Page 54: Amdal Ajar

b. Belajar dan banyak mendengar pandangan serta pendapat

dari masyarakat setempat, atau dalam hal ini responden dan tokoh-tokoh

masyarakat setempat.

c. Identifikasi dan manfaatkan indikator-indikator sosial atau

ekonomi setempat. Misal, masyarakat desa umumnya mempunyai ukuran sendiri

tentang siapa dan apa yang disebut sebagai miskin.

d. Gunakan tenaga lokal atau setempat sebagai peneliti

setelah mereka terlebih dahulu memperoleh pembekalan. Tenaga lokal yang

digunakan sebagai asisten di lapangan haruslah mereka yang tidak mempunyai

cacat hukum, asusila atau buruk perangai di mata masyarakat.

e. Lakukan observasi dan sejauh mungkin, bila dapat, lakukan

pula partispasi langsung dengan kegiatan masyarakat setempat dalam posisi

paling tidak sebagai recoqnized outsider (pihak luar yang dikenali oleh

masarakat, lihat penjelasan di muka tentang hal ini).

f. Gunakan informan kunci, yakni orang yang memahami

benar seluk beluk kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan riwayat daerah yang

diteliti.

g. Lakukan wawancara grup dengan cara menyelenggarakan

berbagai diskusi kelompok/grup secara terarah pada topik-topik tertentu.

h. Kembangkan wawancara secara informal. Sejauh mungkin

hindari pertanyaan-pertanyaan yang banyak bersifat tertutup (ya/tidak, atau

pilihan berganda)

i. Bila memungkinkan, gunakan survey dan pengamatan dari

udara, atau memanfaatkan potret udara, untuk melengkapi informasi tentang

kondisi daerah yang diteliti.

Dengan teknik pengumpulan data semacam itu -menurut Chambers- penelitian akan

berlangsung secara fairly-quick dan hasilnya fairly-clean.

4.4.2. METODE ANALISA DATA

Page 55: Amdal Ajar

Data yang terkumpul dapat dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Perlu diketahui

bahwa metode analisis kuantitatif terutama ditujukan untuk data yang bersifat kuantitatif.

Demikian pula untuk analisis data kualitatif. Dengan demikian sejak awal proses

pengumpulan data sesungguhnya sudah harus ditetapkan terlebih dahulu apakah data

yang hendak dikumpulkan bersifat kualitatif atau kuantitatif. Data kuantitatif menuntut

metode pengumpulan data yang berbeda dengan metode yang bersifat kualitatif. Berikut

diutarakan metoda analisis data dimaksud.

Metode kuantitatif dapat digunakan untuk berbagai kajian aspek sosial AMDAL.

Dalam ilmu-ilmu sosial analisa kuantitatif umumnya dilakukan melalui analisa tabulasi

silang (cross tabulation) atau melalui analisa statistika.

Analisa tabulasi silang dibangun untuk menggambarkan hubungan antara peubah bebas

(independent variables) dengan peubah tak bebas (dependent variables). Tabel silang

yang dibangun umumnya tidak berukuran besar untuk memudahkan analisa. Kolom

tabel menunjukkan peubah bebas (atau peubah sebab) dan baris tabel menunjukkan

peubah tak bebas (atau peubah akibat).

Alat analisis yang lebih handal untuk data yang lebih kompleks adalah analisis statistika.

Data demografi, kependudukan dan ekonomi merupakan jenis-jenis data yang dapat

dianalisis dengan kaedah-kaedah statistika. Disamping itu analisis statistik juga dapat

dilakukan untuk aspek sosial budaya yang bersifat deskriptif. Analisis yang relevan

untuk data sosial budaya semacam ini adalah analisis statistika non-parametrik. Namun

perlu diketahui bahwa bila akan dilakukan analisis statistika non parametrik, maka sejak

awal penelitian (pengumpulan data) data sosial tersebut harus didisain berukuran ordinal

agar dapat dianalisis dengan model-model statistika non parametrik. Analisa statistika

non parametrik ini sangat bermanfaat untuk keperluan kajian aspek sosial AMDAL.

Bagi yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut analisa statistika non parametrik dapat

mempelajari pustaka terlampir.

Analisis kuantitatif lainnya adalah metode valuasi (valuation) ekonomi sumber daya

alam.

Sumberdaya alam yang tak dapat dinilai secara moneter (intangible) dinilai dengan

berbagai metode teknik pendekatan, yakni:

Page 56: Amdal Ajar

1) Penggunaan secara langsung berdasarkan harga pasar atau produktivitas (market-

based methods). Ada tiga jenis metode dengan pendekatan ini:

Pendekatan perubahan produktivitas (change of productivity).

Pendekatan hilangnya mata pencaharian/penghasilan (loss of earning

approach).

Pendekatan pembatasan pengeluaran (defensive expenditures approach).

2) Penggunaan pengganti harga pasar (surrogate market value). Metode ini ada empat

jenis, yakni :

Pendekatan nilai kepemilikan (proverty value approach).

Pendekatan pembedaan upah (wage differences approach).

Pendekatan biaya perjalanan (travel cost approach).

Pendekatan yang dikaitkan dengan nilai barang/komoditi tertentu sebagai

penduga (hedonic pricing).

3) Metode pasar buatan (constructed market) yang berdasar pada

potensi pengeluaran atau kesediaan untuk membayar atau menerima (potential

expenditures willingness to pay or to accept). Ada tiga macam metode dengan

pendekatan ini:

Pendekatan biaya pengganti (replacement cost approach).

Pendekatan harga bayangan (shadow project approach).

Pendekatan nilai kontingensi (contingent valuation approach).

Untuk indikator ekonomi yang nilai moneternya tidak bisa dianalisis dengan akurat,

diperlukan value judgement dari penyusunan AMDAL. Caranya antara lain dengan

menggunakan analogi terhadap fenomena-fenomena dampak penting yang timbul

menurut dokumen AMDAL sejenis.

Perlu diketahui: penetapan penggunaan metode valuasi ekonomi ini harus dilakukan sejak dini, yakni sejak

disusunnya dokumen Kerangka Acuan. Sehingga peneliti dapat memper-siapkan sejak dini apa saja

variabel yang harus dikumpulkan, ukuran-ukuran dan teknik analisis yang akan digunakan.

Metode kualitatif memiliki keunggulan dalam menggambarkan secara rinci dan utuh

deskripsi suatu peristiwa, proses, fenomena atau hubungan-hubungan sosial yang

dilandasi oleh persepsi, sikap, etika, sistem nilai dan norma yang dianut oleh suatu

Page 57: Amdal Ajar

komunitas masyarakat. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode analisa kualitatif

ini dapat diambil contoh metode analisa yang digunakan untuk studi ANDAL Waduk

sebagai berikut :

1. Aspek Fisik- Kimia

Metoda analisis dan peralatan yang digunakan untuk sampel air dan udara mengacu

kepada Keputusan Gubernur KDH Propinsi Jawa Tengah Nomor 660.1/26/1990

(Lampiran I) tanggal 1 Juni 1990. Parameter-parameter air seperti pH, suhu, DO dan

sulfida diukur secara langsung di lapangan, sedangkan parameter air lainnya dianalisis di

dalam laboratorium setelah sebelumnya diberi bahan pengawet (seperti H2SO4, HNO3

atau HgCl2). Parameter yang lain dianalisis di laboratorium rujukan yang telah

ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Tengah

Nomor 660.1/29/1990 tanggal 27 Juni 1990 tentang Penunjukan Laboratorium Penguji

Kualitas Air, Udara dan Bising. Metoda dan peralatan analisis udara dan bising serta air

disajikan pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6.

Tabel 3.5. Metode Analisis Udara dan Bising

No Parameter Satuan Metoda Peralatan1 SO2 gr/m3 Pararosanilin Spektrofotometer

2 NO2 gr/m3 Saltzman Spektrofotometer

3 O3 gr/m3 Kemiluminens Spektrofotometer

5 CO gr/m3 NDIR Spektrofotometer

6 Bising dBA L eq Sound Level Meter7 Debu gr/m3 Gravimetri Hi-Vol

Tabel 3.6. Metode Analisis Air

No Parameter Satuan Metoda Peralatan1 Temperatur oC Pemuaian Termometer

2 Residu terlarut mg/l Gravimetri Timbangan analitik3 Daya hantar

listrikmhos/cm Potensiometri Conductivity meter

4 pH - - pH meter5 Ca mg/l Titrimetri EDTA Buret6 Mg mg/l Titrimetri EDTA Buret7 Fe mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer8 Mn mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer9 Cd mg/l Spektrofotometri AAS10 Cu mg/l Spektrofotometri AAS

Page 58: Amdal Ajar

11 Pb mg/l Spektrofotometri AAS12 Cr mg/l Spektrofotometri AAS13 Hg mg/l Spektrofotometri AAS14 Sulfida mg/l Titrimetri Buret15 Amonia Bebas mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer16 Nitrat mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer17 Nitrit mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer18 DO mg/l Titrimetri Buret19 BOD mg/l Titrimetri Buret20 COD mg/l Titrimetri Buret21 Fosfat mg/l Titrimetri Buret22 Sulfat mg/l Gravimetri Spektrofotometer

2. Aspek Biologi

Analisis Sampel Vegetasi

Analisis sampel vegetasi dilakukan dengan jalan menghitung besarnya Nilai penting

dengan menjumlahkan kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif. Frekuensi

relatif (FR), kerapatan relatif (KR) dan dominansi relatif (DR) dinyatakan dengan luas

bidang dasar memakai rumus Cox (1967):

Frekuensi = Jumlah titik pengambilan sampel dimana species terdapat dibagi jumlah plot pada tiap transek.

Nilai frekuensi tiap jenis

FR = ------------------------------------- x 100% Nilai frekuensi semua jenis

Kerapatan = Jumlah dari species yang terdapat dalam titik pengambilan sampel dibagi dengan luas pengambilan sampel.

Jumlah individu tiap jenis KR = ------------------------------------------ x 100%

Jumlah individu semua jenis

Page 59: Amdal Ajar

Dominasi = Total basal area dari suatu species yang dihitung dari diameter pohon.

Total basal area tiap jenis DR = -------------------------------------------- x 100%

Jumlah basal area semua jenis

Indek Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR

Analisis Sampel Fauna

Analisis data fauna dilakukan dengan menghitung jumlah jenis, dominansi atau frekuensi

keberadaan fauna.

Analisis Sampel Plankton dan Benthos

Analisis sampel plankton dilakukan dengan jalan identifikasi di laboratorium sampai

tingkat genus dengan menggunakan buku acuan Davis (1965) dan APHA (1981).

Perhitungan untuk kelimpahan plankton memakai rumus konversi Lackey Drop Micro-

transect Counting dari APHA (1992) :

N = T/L x P/p x V/v x 1/w

keterangan:N = Jumlah plankton per liter

T = Luas gelas penutup, (mm2)P = Jumlah plankton tercacah

L = Luas lapang pandang (mm2)p = Jumlah lapang pandang yang diamatiV = Volume sampel yang diamati (ml)v = Volume sampel di bawah gelas penutup (ml)w = Volume air yang disaring (ml).

Analisis sampel mikrobenthos dilakukan dengan identifikasi di laboratorium dengan

acuan APHA (1981) dan Juffing (1956). Perhitungan jumlah individu dilakukan dengan

mikrokoskop untuk seluruh sampel.

Analisis Plankton dan Benthos meliputi:

Indeks keragaman dengan formulasi Shannon-Wienner (Poole, 1974). nH' = - S Pi ln Pi i = 1

Page 60: Amdal Ajar

keterangan:H' = nilai indeks keanekaragaman jenisPi = ni/Nni = jumlah individu jenis ke iN = jumlah total individu

Indeks Keseragaman

E = H' / H'maks.

keterangan: E = nilai indeks keseragaman jenisH'maks = ln SS = jumlah jenis

BAB V

PENGERTIAN, PRINSIP DASAR & LINGKUP KAJIAN

PRAKIRAAN DAMPAK LINGKUNGAN

5.1. PENGERTIAN

Dampak lingkungan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh suatu

komponen lingkungan tertentu pada ruang dan waktu tertentu sebagai akibat adanya

kegiatan tertentu. Kegiatan ini dapat bersifat alami, seperti letusan gunung merapi,

gempa bumi, semburan gas beracun dari kawah dan lain sebagainya, yang pada dasarnya

mengakibatkan perubahan yang cukup mendasar pada lingkungan disekitarnya.

Kegiatan yang menimbulkan dampak juga dapat disebabkan oleh kegiatan manusia,

seperti misalnya pembangunan industri pupuk, pembangunan waduk, atau pembangunan

pemukiman transmigrasi. Dalam proses AMDAL dampak lingkungan yang dikaji adalah

dampak lingkungan yang akan timbul akibat adanya kegiatan yang direncanakan oleh

manusia, yang dalam hal ini sering diistilahkan sebagai (proyek) pembangunan.

Di dalam analisis dampak lingkungan dikenal dua jenis pengertian atau batasan tentang

dampak lingkungan, yakni (Soemarwoto, 1988):

Page 61: Amdal Ajar

a. Dampak (proyek) pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara

kondisi lingkungan sebelum ada proyek dan yang diprakirakan akan terjadi setelah

ada (proyek) pembangunan,

b. Dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi

lingkungan yang diprakirakan akan terjadi tanpa adanya (proyek) pembangunan

dan yang diprakirakan akan terjadi dengan adanya (proyek) pembangunan tersebut.

Dalam proses penyusunan AMDAL, batasan yang digunakan adalah yang batasan kedua

(batasan b). Untuk mudahnya, batasan yang kedua tersebut dapat disederhanakan sebagai

berikut:

Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan Dampak lingkungan = dgn proyek di masa tanpa proyek di mendatang masa mendatang

5.2. MACAM DAN PRINSIP DAMPAK

Secara umum dampak lingkungan dikategorikan atas dampak primer dan dampak

sekunder. Dampak primer umumnya timbul sebagai akibat adanya pengunaan bahan

baku/input produksi dan atau kegiatan konstruksi suatu proyek. Sedang dampak

sekunder umumnya timbul sebagai akibat adanya proses atau produk (product) dari

rencana kegiatan. Dampak primer umumnya relatif lebih mudah diukur, sedang dampak

sekunder lebih sulit. padahal umumnya dampak sekunder inilah yang sering lebih nyata

(significant) dibandingkan dengan dampak primer. Sebagai contoh, dampak primer suatu

kegiatan adalah perubahan komposisi jenis vegetasi, namun dampak sekundernya jenis

satwa liar.

Dalam studi ANDAL, prakiraan dampak merupakan suatu proses untuk

menduga/mengantisipasi respon atau perubahan suatu kondisi lingkungan tertentu akibat

adanya rencana kegiatan tertentu, yang berlangsung pada ruang dan waktu tertentu.

Page 62: Amdal Ajar

Sebagai contoh dampak penambangan batubara terhadap vegetasi, erosi, kualitas air, dan

pendapatan masyarakat. Terhadap kegiatan penambangan batubara tersebut masing-

masing komponen lingkungan tersebut (vegetasi, erosi, kualitas air, pendapatan

masyarakat) pada ruang dan waktu tertentu, memberi respon/perubahan yang berbeda-

beda. Tampak bahwa dalam memprakirakan dampak lingkungan terkandung makna

analisis prakiraan atas besaran dampak lingkungan (magnitude of impact).

Dapat dikatakan prakiraan dampak merupakan salah satu titik kritis dalam proses

penyusunan ANDAL. Sehingga prakiraan dampak merupakan "trade mark" dalam

dokumen ANDAL, dan merupakan ciri pembeda dengan dokumen-dokumen riset

lainnya. Dapat dipahami bila Beanlands dan Duinker (1983) menjuluki prakiraan

dampak ini sebagai "urat Achilles" dari studi ANDAL.

Ada 3 (tiga) prinsip dasar yang perlu diketahui dalam melakukan prakiraan dampak

lingkungan, termasuk dalam hal ini prakiraan dampak aspek sosial, yakni:

Prinsip 1, Merujuk pada batasan tentang dampak lingkungan yang digunakan dalam

AMDAL, maka prakiraan dampak lingkungan harus dilakukan dengan

pendekatan "Dengan dan Tanpa Proyek". Dengan pendekatan ini pakar ilmu

sosial yang terlibat dalam penyusunan AMDAL tidak hanya memprakirakan

kondisi sosial/ekonomi/budaya yang akan terjadi bila ada proyek

pembangunan, tetapi juga harus memprakirakan kondisi

sosial/ekonomi/budaya bila tanpa ada proyek pembangunan. Ini sungguh

merupakan suatu tantangan karena umumnya pakar ilmu sosial relatif lebih

mengetahui perilaku perubahan sosial akibat adanya proyek pembangunan,

ketimbang memprakirakan perubahan yang akan terjadi bila tanpa ada proyek

pembangunan.

Prinsip 2, Keterkaitan dengan dokumen Kerangka Acuan (KA). Prakiraan dampak

lingkungan yang tertuang di dalam dokumen ANDAL harus difokuskan pada

setiap komponen lingkungan yang menurut dokumen KA berpotensi

mengalami perubahan mendasar. Sebagai misal, dalam dokumen KA

teridentifikasi bahwa 5 komponen aspek fisik-kimia, 3 komponen aspek biota,

dan 6 komponen aspek sosial diduga akan terkena dampak penting (berubah

mendasar); maka prakiraan dampak harus difokuskan ke setiap komponen

Page 63: Amdal Ajar

dari 14 komponen lingkungan yang tercantum di dalam dokumen KA.

Apabila dalam studi ANDAL ternyata dijumpai bahwa hanya 12 komponen

lingkungan yang berpotensi terkena dampak penting, sehingga berbeda

dengan yang tercantum dalam dokumen KA, maka perbedaan tersebut perlu

diutarakan/dibahas di dalam dokumen ANDAL.

Prinsip 3, Keterkaitan antar komponen lingkungan yang terkena dampak. Mengingat

dampak lingkungan pada dasarnya saling terkait dan pengaruh mempengaruhi

satu sama lain (lihat Lembar Informasi 3 dari Modul 1, tentang Karakteristik

Dampak Sosial); maka dalam melakukan prakiraan dampak hal ini harus

diperhatikan benar karena analisa dilakukan oleh tenaga ahli yang bidangnya

berbeda-beda. Disinilah peranan Ketua Tim Studi AMDAL: senantiasa

menjaga keterkaitan antar dampak lingkungan yang ditelaah.

Dalam prakiraan dampak lingkungan terkandung dua macam kajian, yakni:

c. Prakiraan atas seberapa besar perubahan atau dampak lingkungan (magnitude of

impact) yang akan timbul sebagai akibat adanya proyek.

d. Evaluasi atas mendasar tidaknya atau penting tidaknya dampak lingkungan yang

akan timbul bagi kehidupan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologi.

Kajian yang pertama pada dasarnya bertujuan untuk menjawab pertanyaan: apakah

dampak yang akan timbul berskala besar atau kecil (big or little magnitude of impact),

dan bersifat positif atau negatif? Sedangkan kajian yang kedua berkenaan dengan

seberapa jauh perubahan atau dampak lingkungan yang akan timbul itu bersifat penting

atau mengubah secara mendasar aspek-aspek tertentu dari kehidupan sosial, ekonomi,

budaya, kesehatan dan ekologi. Dengan perkataan lain kajian tentang penting dampak

berkenaan dengan sejauh mana kepentingan manusia dan kepentingan kehidupan ekologi

berubah mendasar sebagai akibat adanya proyek.

Berdasarkan Prinsip Pertama tersebut, maka untuk mengetahui seberapa besar dampak

lingkungan yang akan timbul pada dasarnya harus diukur selisih antara:

a. Kondisi lingkungan sosial tertentu yang diprakirakan akan

terjadi di waktu mendatang sebagai akibat adanya proyek (sebagai misal, tingkat

pendapatan penduduk sekitar proyek tujuh tahun setelah proyek beroperasi)

Page 64: Amdal Ajar

b. Kondisi lingkungan yang diprakirakan akan terjadi di

ruang dan waktu tertentu tanpa adanya kegiatan proyek (sebagai misal, tingkat

pendapatan penduduk pada tujuh tahun mendatang bila tidak ada proyek).

Pada Gambar 1 secara grafis diilustrasikan (besar) dampak Proyek A dan Proyek B

terhadap pendapatan penduduk sekitarnya yang diukur dalam bentuk pendapatan setara

beras per jiwa per tahun. Kedua proyek didirikan pada tahun T1 di dua lokasi yang

berbeda. Berdasarkan konsep dampak lingkungan yang telah diutarakan, besar dampak

lingkungan ketika Proyek A memasuki tahun T2 adalah selisih antara O1 dan O2 dan

sebesar O4 - O5 ketika memasuki tahun T3. Adapun pada Proyek B, dampak yang timbul

pada tahun T2 adalah sebesar O1 - O2 dan ketika memasuki tahun T3 sebesar O4 - O5.

Bedanya, sepanjang tahun T1 hingga T2 dan T3 Proyek A menimbulkan dampak positif,

yang ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan setara beras per jiwa per tahun,

dibandingkan bila tanpa proyek. Adapun Proyek B sebaliknya, pada tahun T2 proyek

menimbulkan dampak positif sebesar O1 - O2 namun pada tahun T3 mengakibatkan

dampak negatif sebesar O4 - O5. Dengan kata lain Proyek B membangkitkan dampak

positif pada awal dimulainya proyek, namun pada tahun-tahun selanjutnya

mengakibatkan dampak negatif terhadap kesejahteraan penduduk sekitarnya.

Untuk memudahkan prakiraan kondisi lingkungan tanpa proyek di masa mendatang,

umumnya para penyusun AMDAL mengasumsikan kondisi lingkungan di masa

mendatang dipandang sama atau konstan dengan situasi sebelum ada proyek (batasan

dampak lingkungan butir a, di halaman 1). Asumsi ini bila digunakan akan berpengaruh

besar terhadap kesahihan hasil prakiraan dampak. Dari Proyek A dan Proyek B yang

telah dipaparkan dapat dilihat kelemahan asumsi ini.

Bila kondisi lingkungan tanpa proyek diasumsikan konstan sepanjang tahun, maka pada

saat Proyek A memasuki tahun T2 timbul dampak positif sebesar O1 – O3 (seharusnya O1

- O2). Dan ketika Proyek A memasuki tahun T3, timbul dampak positif sebesar O4 – O6

(seharusnya O4 - O5). Tampak bahwa bila asumsi ini dipakai, dampak positif yang

dibangkitkan oleh Proyek A lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Page 65: Amdal Ajar

(Proyek A)

(Proyek B)

Gambar 1. Prakiraan Dampak Proyek A dan Proyek B

terhadap Pendapatan Penduduk Sekitar

Pendapatan setara beras(kg/jiwa/thn)

Kondisidengan proyek

Area besardampak

Proyek Bmulai

O1A

Kondisitanpa proyek

250

O2

B

C

0 T1 T3

320-

350

Umur proyekT2

O3

O4

O5

Kondisidengan proyek

O1

A

Kondisitanpa proyek250

O3

B

C

0 T1 Proyek A mulai

T3

320-

350

Umur proyek

Area besardampak

O2

T2

O4

O5

O6

Page 66: Amdal Ajar

Dengan asumsi ini pula ketika Proyek B memasuki tahun T2 diprakirakan timbul dampak

positif sebesar O1 – O3 (seharusnya O1 - O2), dan ketika memasuki tahun T3 timbul

dampak positif sebesar O4 – O5. Padahal ketika memasuki T3 Proyek B sesungguhnya

menimbulkan dampak negatif sebesar O4 – O5.

Hal lain yang perlu diketahui adalah, prakiraan dampak sangat terkait dengan dimensi

ruang dan waktu berlangsungnya dampak. Sehingga dapat dikatakan dampak lingkungan

suatu rencana usaha/kegiatan bersifat unik dan khas, yakni hanya berlaku untuk ruang

dan waktu tertentu akibat aktivitas tertentu dari rencana usaha/kegiatan.

Sehingga dalam konteks prakiraan dampak aspek sosial harus dapat dianalisis:

a. Siapa yang terkena dampak (who are going to be

affected). Siapa menunjuk pada berapa orang yang terkena, ciri-ciri mereka

bagaimana (umur, pekerjaan, tingkat kerentanan dan sebagainya). Siapa disini juga

bisa menunjukkan satuan analisa: individu, keluarga atau masyarakat.

b. Dalam bentuk apa (in what way) mereka terkena dampak.

Misalnya, penduduk yang tinggal disepanjang rute menuju ke proyek, akan terkena

dampak dari aktivitas transportasi peralatan. Aktivitas ini akan menimbulkan bising

dan debu.

c. Berapa lama dampak itu berlangsung. Dampak bising dan

debu akan berlangsung selama masa konstruksi. Penyusun studi bisa menghitung

berapa lama masa konstruksi itu berjalan.

Langkah prakiraan atau “proyeksi” sangat dekat dengan pelingkupan dan identifikasi

rona lingkungan. Dalam pelingkupan, para peneliti menentukan ruang lingkup studi

(space and time boundaries, key topics dan unit of analysis) melalui pengkajian kegiatan

proyek dan kondisi masyarakat. Jika para peneliti telah melakukan dua proses ini dengan

baik, tahap prakiraan dampak akan mudah dilakukan.

Prakiraan dampak lingkungan memiliki perbedaan yang mendasar dengan evaluasi

dampak lingkungan. Bila dalam prakiraan dampak lingkungan yang diteliti adalah:

respon atau perubahan setiap komponen lingkungan lingkungan yang berpotensi terkena

dampak, maka dalam evaluasi dampak lingkungan yang dikaji adalah totalitas respon

dari berbagai komponen lingkungan yang pada ruang dan waktu tertentu terkena dampak

dari proyek.

Page 67: Amdal Ajar

Dari Gambar 1 tersebut tampak bahwa dalam prakiraan dampak yang diukur adalah

seberapa besar dampak lingkungan (magnitude of impact) yang akan timbul sebagai

akibat adanya proyek. Berdasarkan konsep ini besar dampak lingkungan dapat

berukuran besar/tinggi (big/high magnitude of impact), atau kecil/rendah (little/low

magnitude of impact); dan bersifat positif (positive magnitude of impact) atau negatif

(negative magnitude of impact).

Sehingga menjadi penting untuk diketahui perbedaan konsepsional antara besar dampak

(magnitude of impact) dengan dampak besar (big magnitude of impact). Besar dampak

atau magnitude of impact adalah konsep prakiraan dampak sebagaimana dimaksud oleh

Munn (1979). Adapun dampak besar atau big magnitude of impact adalah ukuran

besarnya dampak. Berkenaan dengan hal ini maka perlu dikritisi benar istilah “dampak

besar dan penting” yang digunakan di dalam UU Nomor 23 Tahun 1997, dan yang

kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL dan

Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan

AMDAL. Dalam peraturan perundangan tersebut istilah dampak besar yang digunakan

dalam “dampak besar dan penting” sebenarnya adalah big magnitude of impact dan

bukannya magnitude of impact atau besar dampak.

Perbedaan ini perlu diketahui dan dikuasai benar sebab peraturan perundangan tentang

AMDAL yang ada saat ini menggunakan istilah dampak besar, bukan besar dampak.

Evaluasi terhadap sifat penting dampak merupakan hal yang lebih subyektif dibanding

prakiraan (besar) dampak. Sebab dampak lingkungan yang berskala besar (big magnitude

of impact), belum tentu mengakibatkan perubahan yang mendasar atau penting

(importance) pada aspek-aspek tertentu dari kehidupan. Sebaliknya, dampak lingkungan

yang berskala kecil (little magnitude of impact) dapat saja merubah secara mendasar

kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan ekologi di sekitarnya.

Hal tersebut idak lain karena penilaian atas pentingnya dampak merujuk pada pengertian

sejauh mana dampak lingkungan yang timbul bersifat mendasar atau penting bagi

stabilitas dan kepulihan ekosistem (ecological importance), serta bagi kehidupan sosial

ekonomi dan budaya masyarakat (social importance). Setiap kelompok masyarakat

memberi nilai penting yang berbeda-beda terhadap perubahan stabilitas dan kepulihan

ekosistem, serta kehidupan sosial ekonominya. Perbedaan ini muncul karena adanya

Page 68: Amdal Ajar

perbedaan dalam latar belakang budaya, serta perbedaan ruang dan waktu. Dengan

demikian "nilai penting" ini bersifat dinamis, sesuatu yang dipandang penting saat ini

oleh suatu kelompok masyarakat dapat berubah menjadi tidak penting pada beberapa

tahun mendatang, demikian pula sebaliknya.

Disamping faktor budaya, penting tidaknya dampak pada kehidupan sosial juga dapat

berbeda-beda tergantung pada lapisan sosial (misal kaya, menengah atau miskin), dan

golongan sosial yang terkena dampak (misal, kalangan pemerintah, masyarakat sekitar

proyek, kalangan pakar, kalangan LSM). Misalnya, suatu rencana usaha/kegiatan diduga

akan menimbulkan dampak penting positif terhadap pendapatan dikalangan penduduk

yang memiliki ketrampilan yang menunjang kegiatan proyek, namun dampak penting

positif ini tidak berlaku bagi lapisan sosial masyarakat yang tidak memiliki ketrampilan.

CONTOH PENGGUNAAN METODA PRAKIRAAN DAMPAK PADA KASUS

ANDAL WADUK MISALNYA

Langkah awal dalam memprakirakan dampak adalah dengan mengidentifikasi dampak

kegiatan proyek terhadap komponen lingkungan. Proses identifikasi dampak dilakukan

dengan menggunakan metoda cheklist yang dituangkan dalam matriks interaksi antara

komponen kegiatan dan komponen lingkungan. Proses selanjutnya adalah melakukan

pelingkupan untuk menentukan jenis kegiatan dan komponen lingkungan yang benar-

benar mempunyai kaitan yang sangat kuat yang nantinya akan diprediksi dan dievaluasi

dampaknya. Selain identifikasi, dalam memprediksi dampak juga dibuat diagram alir

dampak untuk memperlihatkan alur dampak, sehingga akan terlihat gradasi dampak

yang meliputi dampak primer, sekunder, dan tersier.

Untuk melakukan prakiraan dampak digunakan metoda formal dengan menggunakan

model matematik secara kuntitatif dan metoda informal dengan uraian deskriptif secara

kualitatif sesuai masing-masing aspek lingkungan. Prakiraan dampak ini akan tetap

memperhatikan lingkup waktu dan tahapan kegiatan. Pendekatan yang digunakan adalah

sebagai berikut.

Metoda Formal

Metoda formal yang digunakan dalam prakiraan ini adalah pendekatan dengan

perhitungan matematik. Dengan metoda ini, hubungan sebab akibat yang

menggambarkan dampak kegiatan proyek terhadap komponen/sub komponen/ parameter

Page 69: Amdal Ajar

lingkungan akan dirumuskan secara kuantitatif misalnya dalam bentuk rasio-rasio

kuantitatif dan model-model matematik. Contoh-contoh model matematik adalah sebagai

berikut :

1. Kualitas Udara

Besarnya emisi sumber bergerak dapat dihitung berdasarkan faktor emisi dari WHO

Offset Publication No.62, 1982. Besarnya emisi (polutan) bahan bakar solar untuk

masing-masing parameter kualitas udara secara lebih jelas disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Emisi Polutan per m3 Bahan Bakar

No Polutan Faktor Emisi(kg/satuan waktu)

1. SO2 7,9544 2. NO2 9,21033. CO 36,42264. Partikulat/Debu 2,0095

Besarnya Emisi = Faktor Emisi x Jumlah Bahan Bakar

2. Kebisingan

Perkiraan sebaran bising sebagai akibat aktivitas transportasi material maupun

operasional pekerjaan sipil terhadap lingkungan di sekitarnya menggunakan rumus

pendekatan sebagai berikut :

L2 = L1 - 10 log R2/R1 - Ae, dBA (bising bergerak)

L2 = L1 - 20 log R2/R1 - Ae, dBA (bising diam)

Keterangan

L2 = Tingkat bising pada jarak R2 dari tapak proyek, sumber bising, dBA

L1 = Tingkat bising sumber bising pada jarak R1, dBA

R1,R2 = Jarak dari sumber bising, m

Ae = Atenuasi bising karena kelembaban udara, dBA (kecil, diabaikan)

3. Sedimentasi

Page 70: Amdal Ajar

Volume sedimentasi lebih banyak diakibatkan oleh adanya erosi permukaan (sheet

erossion). Dengan adanya Waduk, bahan erosi yang terangkut oleh sungai (angkutan

sedimen) akan tertahan dan terendapkan di kolam Waduk

Peningkatan volume sedimentasi di kolam Embung :

Vol. Sedimen (di Embung) = (laju erosi x luas DTA) x Trap-efficiency

Besarnya angkutan sediment di hilir bendungan adalah : Vol. Sedimen (di hilir) = (laju erosi x luas DTA) x (100% - Trap-efficiency)

Pada saat pelaksanaan konstruksi, peningkatan angkutan bahan sedimen dapat dilakukan

pengamatan. Persamaan untuk menghitung angkutan sedimen berdasarkan pengamatan

ini adalah :

n 0,0864 Ci.Qwi

Qs = S ---------------------------- Dt i = 1 24

Keterangan

Qs = Rata-rata debit sedimen harian (ton/hari)

Ci = Konsentrasi sedimen pada saat ti

Qwi = Debit aliran air pada saat ti

Dt = Interval waktu pengukuran aliran (jam)

n = Jumlah pengukuran aliran

4. Erosi

Dengan adanya perubahan coverage lahan, maka akan menyebabkan perubahan laju erosi

permukaan. Besarnya erosi permukaan dihitung dengan menggunakan rumus USLE :

E= RLKSP

Keterangan :

E = laju erosi permukaan

R = erosivity hujan

L = panjang ekuivalen lereng

Page 71: Amdal Ajar

K = erodibility tanah/ lahan

S = kemiringan lahan

P = pola penanaman (cropping practice).

5. Banjir

Aspek banjir akibat adanya Embung dapat dilihat mengenai pengurangan debit puncak

banjir, perlambatan waktu terjadinya debit puncak, dan pengurangan daerah genangan.

Pengurangan debit Puncak banjir ( dalam %) =

(Debit puncak awal – Debit puncak setelah adanya Struktur) x 100

(Debit puncak awal)

Perlambatan Datangnya debit Puncak banjir ( dalam %) =

(T puncak awal – T puncak setelah adanya Struktur ) x 100

(T puncak awal)

6. Aliran Sungai

Kestabilan aliran sungai dapat dilihat dari perubahan ‘flow regime’ (DQr) rumus berikut :

DQr =

3.3.2. Metoda Informal

Prakiraan dampak rencana kegiatan pembangunan Embung Coyo terhadap

komponen lingkungan ditetapkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman

profesional para ahli yang tergabung dalam tim studi ini, studi analogi, nara

sumber lain dan/atau sumber lain. Pendekatan ini digunakan terutama bila studi

ini terbentur pada keterbatasan data dan informasi dalam penerapan metoda

Page 72: Amdal Ajar

formal. Beberapa komponen/parameter lingkungan yang diprakirakan dengan

pendekatan informal disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Metoda Pendekatan Informal

No Komponen/Parameter

Lingkungan

Pendekatan Informal

1. Tingkat Bising Analogi kegiatan sejenis maupun literatur

2. Debu Analogi kegiatan sejenis maupun literatur

3. Kuantitas Air Penilaian Profesional

4. Flora-fauna darat Literatur

5. Persepsi Masyarakat Penilaian Profesional dan Analogi

6. Kesempatan Kerja Penilaian Profesional

7. Pendapatan Penilaian Profesional

8. Kesehatan Masyarakat Literatur/ Analogi

9. Kenyamanan/ keamanan Penilaian Profesional

10. Tataguna Lahan RUTRD

5.3. EVALUASI DAMPAK

Dalam evaluasi sifat penting, besar dampak lingkungan yang akan timbul --termasuk

dalam hal ini aspek sosial-- dievaluasi secara cermat sejauh mana perubahan tersebut

membawa pengaruh yang mendasar terhadap tatanan kehidupan sosial dan ekologi.

Evaluasi dilakukan dengan menggunakan seperangkat kriteria tertentu yang bersifat

legal, yakni Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting, yang dikukuhkan melalui

Keputusan Kepala Bapedal. Dalam Pedoman tersebut secara formal ditetapkan batasan

dan kriteria dampak yang bersifat penting yang berlaku untuk aspek fisik kimia, biologi,

dan sosial.

Agar pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai persepsi dan kriteria yang sama

tentang dampak penting, beberapa peraturan perundang-undangan yang diterbitkan telah

memuat beberapa ketentuan tentang faktor-faktor penentu dan tolok ukur dampak

penting. Dalam UU No. 23 tahun 1993 dan PP No. 27 Tahun 1997 dimuat enam faktor

yang menentukan dampak lingkungan dapat bersifat penting, yakni :

Page 73: Amdal Ajar

1. Jumlah manusia yang terkena dampak

2. Luas wilayah persebaran dampak

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak

5. Sifat kumulatif dampak

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

Untuk mengukur sejauh mana perubahan lingkungan bersifat mendasar, telah diterbitkan

ketentuan tentang tolok ukur dampak penting, yakni Keputusan Kepala BAPEDAL No.

KEP-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting. Keputusan

tersebut menyatakan bahwa ukuran dampak penting terhadap lingkungan ditetapkan

dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan

berkaitan secara relatif dengan skala usaha (besar kecilnya), hasil guna, dan daya

guna dari rencana usaha atau kegiatan.

2. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan

dapat pula didasarkan pada dampak usaha atau kegiatan tersebut terhadap salah

satu aspek lingkungan, atau juga terhadap kesatuan dan kaitannya dengan aspek-

aspek lingkungan lain dalam wilayah studi yang telah ditentukan.

3. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan,

baik yang bersifat positif atau negatif, tidak boleh dipandang sebagai faktor yang

berdiri sendiri-sendiri, melainkan harus diperhitungkan keseluruhannya sebagai

satu kesatuan untuk keperluan pengambilan keputusan.

Di dalam KEP-056 Tahun 1994 tersebut untuk setiap faktor penentu dampak (jumlah

manusia terkena dampak, luas wilayah persebaran dampak, dan 4 faktor lainnya), dimuat

tolok ukur atau standar dampak penting. Setiap pihak dengan demikian dapat

menggunakan Keputusan tersebut sebagai rujukan formal untuk menetapkan penting

tidaknya suatu dampak lingkungan.

Dalam hal Proyek A dan B yang telah dicontohkan di muka, evaluasi sifat penting

terhadap dampak lingkungan yang terjadi dilakukan dengan menggunakan Garis

Kemiskinan sebagai kriteria sifat penting. Menurut kriteria ini, seseorang tergolong

miskin bila pendapatannya dalam setahun kurang dari setara beras 320 kg. Berdasarkan

Page 74: Amdal Ajar

kriteria ini tampak bahwa dampak positif Proyek A bersifat penting terhadap pendapatan

penduduk ketika menginjak tahun T2n dan seterusnya (lihat Gambar 2). Merujuk pada

KEP-056 Tahun 1994, dampak ini tergolong sebagai penting dari segi intensitas dampak.

Pada tahun T1 sampai T2n, Proyek A memang menimbulkan dampak positif terhadap

pendapatan penduduk tetapi perubahan tersebut belum mendasar, atau dengan kata lain

penduduk masih tetap di bawah garis kemiskinan.

Berbeda halnya dengan Proyek B, dampak positif yang bersifat penting diprakirakan

timbul pada pasca tahun T1 hingga tahun T2n. Namun setelah tahun T2n Proyek B

menimbulkan dampak negatif yang bersifat penting terhadap pendapatan penduduk

sekitar. Dalam kasus Proyek B ini tampak bahwa mula-mula Proyek B mengentaskan

kemiskinan penduduk di sekitarnya namun selanjutnya B justru menjadi penyebab

turunnya pendapatan penduduk hingga di bawah Garis Kemiskinan (lihat Gambar 2).

Dampak ini --merujuk pada KEP-056 Tahun 1994-- tergolong sebagai dampak penting

dari segi intensitas dampak.

(Proyek A)

Pendapatan setara beras(kg/jiwa/thn)

Kondisidengan proyek

O1

A

Kondisitanpa proyek

O3

B

C

0 T1 Proyek A mulai

T3

320

350

Umur proyek

Area dampak penting

O2

T2

O4

O5

O6

250

Garis kemiskinan

T2n

Area besar dampak

Page 75: Amdal Ajar

(

Proyek B)

Gambar 2. Prakiraan Besar Dampak dan Evaluasi Sifat Penting Proyek A

dan Proyek B terhadap Pendap

5.4. METODE PRAKIRAAN DAMPAK

Secara garis besar terdapat dua metode prakiraan besar dampak lingkungan, yakni:

a. Metode prakiraan dampak secara formal

b. Metode prakiraan dampak secara non-formal.

Dua metode ini dapat digunakan untuk memprakirakan besar dampak sosial, termasuk

aspek sosial yang memiliki nilai moneter. Berikut diutarakan macam metode formal dan

non-formal untuk memprakiraan dampak sosial.

Ad.a. Metoda Formal

Metode formal adalah metode untuk memprakirakan (besar) dampak dengan

menggunakan formula, rumus atau model-model kuantitatif yang telah tersedia (hasil

Pendapatan setara beras(kg/jiwa/thn)

Kondisidengan proyek

Area besar dampak

Proyek Bmulai

O1A

Kondisitanpa proyek

250

O2

B

C

0 T1 T3

320

350

Umur proyek

T2

O3

O4

O5

Area dampak penting

T2n

Garis kemiskinan

Page 76: Amdal Ajar

pengembangan/temuan pakar lain) atau dikembangkan sendiri oleh pakar aspek sosial

AMDAL. Hasil prakiraan dampak ini bersifat kuantitatif dan umumnya didukung oleh

tabulasi data, grafik atau referensi spasial/geografis.

Oleh karena sifatnya yang kuantitatif, akuntabilitas metode ini umumnya lebih tinggi

ketimbang metode non-formal. Namun demikian, metode ini harus hati-hati digunakan

karena sering terdapat asumsi atau koefisien teknis yg tidak relevan dgn kondisi

Indonesia.

Macam metode formal ini adalah:

a. Metode fisik (physical model)

b. Eksperimen (experimental method)

c. Model matematik (mathematical model)

d. Model analisis statistika (statistical analysis model)

Tidak semua jenis metode formal yang diutarakan di atas dapat digunakan atau sesuai

untuk keperluan prakiraan dampak aspek sosial. Dari empat macam Metode Formal di

atas, hanya model matematik dan model analisis statistika yang disinggung dalam modul

ini karena kedua model lainnya lebih relevan untuk aspek fisik-kimia dan atau biologi.

Prakiraan dengan model matematik dilakukan dengan menggunakan model yang sudah

tersedia atau mengembangkan/membuat model sendiri yang khusus dibuat oleh pakar

bersangkutan. Asumsi dasar dari model matematik ini adalah, model yang kita gunakan

disusun/diformulasikan berdasarkan pengetahuan a priori yang kita miliki tentang

bagaimana dinamika atau gerak tatanan atau kehidupan sosial yang kita telaah.

Berdasarkan asumsi atas pengetahuan tersebut selanjutnya secara induktif dikembangkan

model hubungan antar variabel dalam bentuk persamaan matematik. Pengembangan

model, formula dan perhitungan matematik ini kini menjadi lebih leluasa dilakukan oleh

para ahli berkat adanya dukungan komputer. Dalam aspek sosial, model matematik ini

banyak digunakan untuk prakiraan dampak di bidang ekonomi dan demografi. Dua

bidang dimana aspek sosial banyak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat kuantitatif.

Model matematik tersebut antara lain adalah:

Model simulasi

Model analisa input–output (input-output analysis)

Model proyeksi

Page 77: Amdal Ajar

model empiris (black box)

Adapun prakiraan dampak dengan analisis statistika umumnya dilakukan dengan

menggunakan model-model statistika yang sudah tersedia. Pada model statistik

persamaan atau formula dikembangkan secara deduktif dari fenomena yang atau karakter

kehidupan aspek sosial tertentu yang telah diketahui. Model statistik ini dapat digunakan

untuk memprakirakan dampak proyek terhadap ekonomi, kependudukan dan juga

bidang-bidang sosial seperti nilai budaya, sikap dan persepsi. Model-model statistik

tersebut antara lain adalah:

Model analisis faktor (factor analysis)

Model regresi berganda (multiple regression)

Model analisis kecenderungan (trend analysis)

Model analisis deret waktu (time series analysis).

Model statistika non-parametrik (non-parametric statistic).

Berikut selanjutnya diutarakan beberapa contoh prakiraan dampak aspek sosial dengan

menggunakan metode formal.

Pemindahan penduduk adalah dampak langsung dari suatu proyek pembangunan.

Pembangunan suatu dam akan membebaskan tanah pada gilirannya akan memindahkan

penduduk. Beberapa dampak lanjutan yang akan timbul diantaranya kehilangan

pekerjaan, menurunnya keterikatan sosial, keterikatan keluarga dan juga stress,

kecemasan akan adanya perubahan cara hidup (disruption of way of life). Menurut

Armour (1986) tingkat kesulitan (hardship) yang dialami penduduk karena perpindahan

ini sangat tergantung pada karakteristik penduduk (tingkat pendidikan, tingkat sosial-

ekonomi, jenis pekerjaan, kerentanan sosial) dan juga karakteristik individu seperti usia,

keterikatan terhadap tempat tinggal, lama tinggal di daerah yang bersangkutan. Intensitas

dampak tidak akan segera dapat diprediksi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh

penduduk akan pindah (apakah penduduk bisa pindah disekitar daerah proyek atau

daerah lain yang tidak jauh atau harus transmigrasi), kecukupan kompensasi (fairness

and equity) dan ketepatan waktu relokasi dan pemberian kompensasi.

Potensi dampak yang berhubungan dengan pemindahan penduduk dapat berupa:

a. Waktu, tenaga dan uang yang dikeluarkan untuk mencari pemukiman baru.

b. Disrupsi (gangguan) keterikatan sosial (tetangga, keluarga dan masyarakat).

Page 78: Amdal Ajar

c. Disrupsi pola hubungan sosial, karena harus berpindah ketempat lain dan

memulai lagi dengan ikatan sosial yang baru.

d. Stress psikologis, karena merasa “insecured” atau rasa tidak aman.

e. Perubahan dalam akses ketempat kerja, tempat perbelanjaan, rekreasi,

transportasi.

f. Perubahan kondisi rumah.

g. Merasa teraliniasi di pemukiman baru.

h. Kesulitan ekonomi (hilangnya pekerjaan utama, menurunnya pendapatan,

dsb.).

Di kota-kota besar, masyarakat lapisan bawah merasa enggan untuk pindah ke tempat

lain karena merasa takut kehilangan akses ke tempat kerja. Di pemukiman baru yang jauh

dari tempat kerja, mereka harus membayar biaya transport untuk ke tempat kerja.

Pengalaman seperti ini terjadi pada pemindahan penduduk dari bantaran Kaligarang

Semarang ke Sadeng, wilayah pinggiran barat daya kota. Juga terjadi pada penduduk

disekitar Kali Banger, Semarang yang akan terkena proyek normalisasi sungai tersebut.

Untuk bisa memprakirakan dampak yang akan terjadi, peneliti harus memiliki data dari

penduduk yang akan dipindahkan. Data ini diambil dari rona lingkungan sosial

(profiling). Data dimaksud diantaranya adalah:

a. Berapa jumlah yang akan dipindahkan (jumlah Kepala Keluarga, komposisi

menurut umur, jenis pekerjaan).

b. Tingkat kepuasan penduduk terhadap tempat tinggalnya sekarang (people’s

satisfaction with place), berkaitan dengan tingkat kepuasan terhadap lingkungan

(bersih, bebas polusi, air mudah didapat, sekolah, pasar, transportasi, dsb.).

c. Keterikatan sosial penduduk yang tercermin dalam kegiatan sosial penduduk seperti

kebiasaan saling membantu antar tetangga, gotong royong, sambatan, temu warga,

arisan, dsb.).

d. Rencana pemukiman baru (di pemukiman pengganti disekitar tempat tinggal lama,

transmigrasi, dsb.).

Contoh 1: Model Prakiraan Kenaikan Kepadatan Penduduk

Contoh 1 ini dimodifikasi dari contoh prakiraan dampak terhadap kenaikan

kepadatan penduduk yang diutarakan oleh Soemarwoto (1988).

Page 79: Amdal Ajar

Kepadatan penduduk desa dihitung dengan jumlah penduduk perluas daerah

(orang/km2). Angka jumlah penduduk dan luas daerah dapat didapatkan dari

catatan di kantor desa atau kecamatan. Garis dasar (base line) untuk kepadatan

penduduk dihitung dengan rumus:

dimana,

Dtp = kepadatan penduduk “tanpa proyek” pada waktu ti;

Po = jumlah penduduk pada waktu acuan (to)

rtp = laju tahunan pertumbuhan penduduk “tanpa proyek”;

t = periode waktu perhitungan ti – to (tahun);

Ltot = luas total daerah desa atau kecamatan (km2).

Nilai r dapat didapatkan dari laporan statistik. Jika ini tidak ada, r dapat dihitung

dari pencatatan jumlah penduduk pada waktu yang berbeda. Walaupun r dapat

dihitung dari pencatatan jumlah penduduk dalam dua tahun yang berurutan, tetapi

seyogyanya perhitungan itu dilakukan untuk periode yang lebih panjang, misalnya

10 tahun.

Kepadatan penduduk desa “dengan proyek” dihitung dari rumus:

dimana,

Ddp = kepadatan penduduk “dengan proyek” pada waktu t

Po = jumlah penduduk pada waktu acuan (to)

rdp = laju tahunan pertumbuhan penduduk “dengan proyek”

t = periode waktu perhitungan ti – to (tahun)

Po (1 + rtp)t

Dtp = ------------------ Ltot

Po (1 + rdp)t

Ddp = ----------------- Ltot - Li

Page 80: Amdal Ajar

Li = luas lahan yang dipakai oleh industri, termasuk lahan untuk

kompleks industri, prasarana perumahan dan prasarana jalan, dengan

anggapan daerah ini dikeluarkan dari daerah administrasi desa (km2).

Ltot = luas total daerah desa atau kecamatan (km2).

Dapat diprakirakan pembangunan industri akan menarik imigrasi penduduk dan

mengurangi emigrasi, karena bertambahnya lapangan pekerjaan. Oleh karena itu

laju pertumbuhan penduduk “dengan proyek” rdp akan menjadi lebih besar

daripada rtp. Dengan penelitian kasus-kasus industri yang sejenis dengan skala

yang serupa dan lokasi yang serupa pula diprakirakan besarnya rdp.

Dampak industri terhadap kepadatan penduduk dengan demikian dapat diukur

sebagai berikut:

∆D = Ddp - Dtp

Aplikasi Contoh 1

Perhitungan Besar Bampak

Suatu pabrik akan dibangun pada tahun 1995. Luas desa tempat pabrik kertas akan

dibangun ialah 1.000 ha. Luas pabrik dan prasarananya direncanakan 150 ha.

Catatan desa menunjukkan jumlah penduduk tahun 1975 sebanyak 6.000 orang dan

1985 sebanyak 7.680 orang. Seorang pakar ilmu sosial akan memprakirakan

dampak berdirinya industri pada tahun 1995 terhadap kepadatan penduduk desa.

Laju pertumbuhan penduduk per tahun antara 1975 dan 1985 dihitung dari rumus

pertumbuhan penduduk, yaitu:

Pt = Po (1 + r)t

log Pt – log Po Log (1 + r) = ------------------ t

log 7.680 – log 6.000Log (1 + r) = -------------------------- 10

Page 81: Amdal Ajar

r = 2,5 % per tahun

Dengan demikian kepadatan penduduk desa tersebut “tanpa proyek” pada tahun

1995 ialah:

Po (1 + rtp)t

Dtp = --------------- orang/km2

Ltot

9381

= ----------- orang/km2

10

= 983 orang/km2

Data historis proyek-proyek yang sejenis di daerah lain menunjukkan laju

pertumbuhan penduduk mula-mula meningkat perlahan-lahan kemudian naik

dengan pesat. Laju pertumbuhan penduduk bervariasi antara 3,5 % per tahun

sampai 6,0 % per tahun dengan nilai rata-rata 4,5 % per tahun. Angka rata-rata ini

digunakan sebagai prakiraan laju pertumbuhan penduduk “dengan proyek”,

sehingga kepadatan penduduk “dengan proyek” ialah:

Po (1 + rdp)t

Ddp = --------------- orang/km2

Ltot - Li

11.927Ddp = ------------- orang/km2

8,5

= 1.403 orang/km2

Besar dampak proyek industri terhadap kepadatan penduduk desa dengan demikian

adalah sebesar:

Ddp – Dtp = (1.403 – 983) orang/km2

= 420 orang/km2

Sifat Penting Dampak

Page 82: Amdal Ajar

Dampak tergolong penting dari segi intensitas karena kenaikan kepadatan

penduduk akibat proyek tergolong besar (sekitar 50%). Dampak juga bersifat

penting dari segi tidak terbalikkannya dampak (irreversible).

Contoh 2: Prakiraan Dampak Penggusuran Penduduk

Contoh 2 ini dipetik dari contoh prakiraan dampak terhadap penggusuran penduduk

yang telah sedikit diubah dari Soemarwoto (1988).

Jumlah kepala keluarga (KK) dan jiwa yang tergusur oleh proyek dapat dihitung

dengan melakukan survei di dalam batas daerah proyek. Akan tetapi yang terkena

proyek sebenarnya tidak terbatas pada keluarga yang tinggal di dalam daerah

proyek saja, melainkan juga sejumlah keluarga diluar daerah tersebut. Contoh ialah

buruh tani, pedagang hasil bumi dan buruh pengangkut hasil bumi yang tinggal di

luar daerah proyek, tetapi bekerja di dalam daerah proyek. Mereka tidak tergusur

secara fisik, melainkan secara ekonomi. Mengingat hal tersebut orang yang terkena

dampak ialah:

y = Pf + Pe

dimana,

y = jumlah total orang yang tergusur,

Pf = jumlah orang yang tergusur secara fisik dari daerah proyek,

Pe = jumlah orang yang tergusur secara ekonimi, keduanya pada waktu ti.

Pf dan Pe dapat dihitung dari rumus umum pertumbuhan penduduk:

Pt = Po (1 + r)t

Untuk mengetahui jumlah orang yang akan tergusur digunakan metode survai

dengan wawancara. Sebagai catatan dapat ditambahkan, penetapan KK yang

terkena dampak suatu proyek yang luas dan batasnya tidak teratur (misal, batas

proyek waduk mengikuti garis kontur), dapat dilakukan dengan peta udara skala

besar yang memuat garis kontur (orthophoto map). Batas proyek diidentifikasi dari

potret udara tersebut. Jumlah rumah di dalam daerah proyek juga dihitung dari

potret udara dan jumlah jiwa dihitung dari jumlah rumah kali rata-rata jiwa per

rumah.

Page 83: Amdal Ajar

Aplikasi Contoh 2

Perhitungan Besar Bampak

Dengan menelaah peta proyek dan melakukan survei lapang diketahui, pada tahun

1985 penduduk yang tinggal di dalam daerah proyek berjumlah 200 KK yang

terdiri atas 1.000 jiwa. Di samping itu dari survei diketahui 150 KK –terdiri atas

750 jiwa- yang berada di luar daerah proyek menggantungkan kehidupannya dari

lahan pertanian yang terkena proyek.

Karena pengambil-alihan lahan oleh industri dilakukan pada tahun 1990 pada

waktu konstruksi akan dimulai, maka dampak dihitung untuk tahun 1990.

Walaupun konstruksi baru akan dimulai, namun kegiatan survei dan perencanaan

proyek diprakirakan telah meningkatkan laju pertumbuhan penduduk dari 2,5 %

menjadi 4,5 %.

Pt = Po (1 + r)5 = 1.000 (1 + 0,045)5 = 1.246 orang

Pt = Po (1 + r)5 = 750 (1 + 0,045)5 = 935 orang

Jumlah = 2.181 orang

Sifat Penting Dampak

Dampak bersifat penting dari segi intensitas dan tak terbalikkan.

Hasil produksi pertanian di daerah pada umumnya dapat dilihat dari catatan desa,

kecamatan atau Dinas Pertanian (ton/ha/tahun), untuk masing-masing jenis (padi,

jagung, kedele, kepala, dan lain-lain). Sering catatan hanya memuat ton/ha, misalnya

untuk padi, jagung, dan kedele. Dalam hal ini angka ton/ha/tahun dapat dihitung dari

catatan intensitas penanaman dan pola pergiliran tanaman. Dengan melakukan survei

harga, nilai ton/ha/tahun dapat dihitung menjadi Rp/ha/tahun. Selanjutnya dari data

luas lahan dapat dihitung produksi dalam Rp/tahun.

Contoh 3: Prakiraan Dampak terhadap Produksi Pertanian

Page 84: Amdal Ajar

Contoh 3 ini dipetik dari contoh prakiraan dampak terhadap produksi pertanian yang

telah sedikit diubah dari Soemarwoto (1988).

Semisal, pada tahun 1995 akan dibangun industri di tengah-tengah daerah pertanian.

Dalam studi ANDAL ingin diketahui berapa besar dampak industri tersebut terhadap

produksi pertanian setempat. Dengan menggunakan peta topografi batas-batas proyek

(kompleks industri, prasarana jalan dan perumahan) dan survei lapangan, dapat

diidentifikasi jenis penggunaan lahan yang akan terkena proyek. Dari langkah-

langkah tersebut dapat dihitung produksi pertanian pada waktu t0, pada waktu ti “tanpa

proyek”, dan pada waktu ti “dengan proyek” melalui formula berikut ini.

dimana:

l = luas lahan pertanian

Pr = produksi (Rp/ha)

Ltp dan Prtp = berturut-turut luas & produksi pada waktu tj tanpa

proyek

lind = luas lahan pertanian yang terkena proyek

Prdp = produksi dengan proyek pada waktu tj

j = jenis tanaman

Produksi pertanian pada waktu tj diprakirakan tidak sama dengan pada waktu

penelitian to, oleh karena adanya intensifikasi pertanian. Dampak industri terhadap

produksi pertanian dengan demikian dapat diukur sebagai berikut:

D Pr = Prdp - Prtp

Aplikasi Contoh 3

nPr0 = lj Prj

J=1

nPrtp = ltpj Prtpj

J=1

nPro = (ltpj – lind j) Prdp j

J=1

Page 85: Amdal Ajar

Perhitungan Besar Bampak

Hasil survei menunjukkan, daerah pertanian di sekitar proyek mencapai luas 800 ha.

Sekitar 400 ha merupakan lahan berpengairan teknis sehingga dapat ditanami dengan

padi dua kali setahun. Sekitar 200 ha sawah tadah hujan, dengan pola tanam padi

pada musim hujan dan jagung pada musim kemarau. Sisanya, 200 ha lahan kering,

ditanami singkong sekali setahun. Di desa tersebut terdapat pula 100 ha pekarangan.

Produktivitas padi pada tahun 1985 mencapai 3 ton/ha, jagung 1,5 ton/ha dan

singkong 9 ton/ha. Dengan adanya intensifikasi padi, produksi padi antara 1975-1985

meningkat sebesar 3% per tahun. Produksi jagung dan singkong menunjukkan

keadaan yang statis. Data statistik tentang produksi pekarangan tidak ada dan

dianggap produksinya tidak meningkat.

Dengan menumpang-tindihkan peta desa dan peta proyek diketahui, industri dengan

prasarananya mencapai luas total 150 ha, akan menempati lahan sawah dengan

pengairan teknis 100 ha, sawah tadah hujan 25 ha, lahan pertanian kering 15 ha dan

pekarangan 10 ha.

Berdasarkan data tersebut dilakukan perhitungan besar dampak pada tahun 1995

sebagai berikut:

a) Produksi padi

Tahun 1985 = Pr (400 x 2 + 200)ha x 3 ton/ha = 3000 ton

Tahun 1995 = Prtp = 3000 x (1+0,03)10 ton = 4032 ton

Prdp = [1000 - (2x100+25)] ha x 3 x 1,0310 ton/ha

= 3125 ton

Dampak industri terhadap produksi padi ialah:

Prdp - Prtp = (3125 – 4032) ton = (907) ton

Harga padi di tingkat desa adalah Rp. 150/kg sehingga bila dihitung secara

moneter dampak yang akan terjadi adalah:

(907000) x Rp. 150 = (Rp. 136.050.000)

Tampak bahwa akibat beroperasinya industri pada tahun 1995 produksi padi di

desa sekitar proyek turun sebesar 907 ton/tahun atau Rp. 136.050.000,-/tahun

b) Produksi jagung

Tahun 1985 = Pr = 200 ha x 1,5 ton/ha = 300 ton

Tahun 1995 = Prtp = 200 ha x 1,5 ton/ha = 300 ton

Page 86: Amdal Ajar

Prdp = (200 – 25)ha x 1,5 ton/ha = 262,5 ton

Dampak industri terhadap produksi jagung ialah:

Prdp - Prtp = (262,5 – 300) ton = (37,5 ton)

Harga jagung di tingkat desa adalah Rp. 120/kg sehingga secara moneter dampak

yang terjadi: (37500) x Rp. 120 = - Rp. 4.500.000,-

Terlihat bahwa akibat beroperasinya industri pada tahun 1995 produksi jagung di

desa menurun sebesar 37,5 ton/tahun atau bila dihitung secara moneter

sebesar Rp. 4.500.000,-/tahun

c) Produksi singkong

Tahun 1985 = Pr = 200 ha x 9 ton/ha = 1800 ton

Tahun 1995 = Prtp = 200 ha x 9 ton/ha = 1800 ton

Prdp = (200 – 15)ha x 9 ton/ha = 1665 ton

Dampak industri terhadap produksi singkong ialah:

Prdp - Prtp = (1665 – 1800) ton = (135 ton)

Harga jagung di tingkat desa ialah Rp. 40/kg sehingga dihitung secara moneter

dampaknya sebesar: - 135000 x Rp. 40 = - Rp. 5.400.000,-

Berdirinya industri pada tahun 1995 mengakibatkan produksi singkong desa turun

sebesar 135 ton/tahun atau Rp. 5.400.000,-/tahun.

d) Produksi pekarangan

Pekarangan ialah lahan di sekitar rumah yang ditanami dengan berbagai jenis

tanaman. Untuk memudahkan perhitungan tidak dihitung produksi masing-

masing tanaman, melainkan produksi per satuan luas lahan dalam rupiah.

Wawancara dengan penduduk menunjukkan hasil bersih rata-rata pekarangan

ialah Rp. 45/m2/ha.

Produksi pekarangan ialah:

Tahun 1985 = 100 ha x Rp. 45/m2/tahun = Rp. 45.000.000,-/tahun

Page 87: Amdal Ajar

Tahun 1995 = Prtp = 100 ha x Rp. 45/m2/th = Rp. 45.000.000,-/tahun

Prdp = 90 ha x Rp. 45/m2/th = Rp. 40.500.000,-/tahun

Dampak industri terhadap produksi pekarangan ialah:

Prdp - Prtp = Rp (40.500.000 – 45.000.000)= (Rp. 5.500.000,-/tahun)

Sehingga dampak industri terhadap produksi pertanian secara total adalah

penurunan sebesar: = Rp. (136.050.000 + 4.500.000 + 5.400.000 + 5.500.000)

= Rp. 151.450.000,-/tahun

Sifat Penting Dampak

Dampak bersifat penting dari segi intensitas dan tak terbalikkan.

Model prakiraan dampak sosial yang lain adalah model empiris (black box). Dalam

model ini hubungan sebab akibat ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan secara

empirik atas obyek yang diteliti. "Besar" dampak lingkungan diperoleh berdasarkan hasil

pengamatan secara empiris. Model ini dibangun dengan tidak memperhatikan perilaku

prosesor pengubah input menjadi output (black box).

Sebagai contoh adalah model penggandaan basis. Model ini dapat digunakan untuk

memprakirakan dampak suatu rencana kegiatan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Formulanya dirumuskan sebagai berikut :

Et K = – Eb

dimana,

K = Penggandaan basis (multiplier effect)

Et = Total tenaga kerja (total employment)

Eb = Tenaga kerja sektor basis (basis employment)

Nilai Et dan Eb diperoleh berdasarkan hasil pengamatan secara empiris. Dengan

diperolehnya nilai K akan diketahui berapa besar tenaga kerja yang akan diserap oleh

kegiatan perekonomian secara keseluruhan, sebagai akibat adanya penambahan 1 tenaga

kerja di sektor basis. Sehingga bila proyek diteliti tergolong sebagai sektor basis, akan

dapat dihitung besar tenaga kerja yang dapat diserap oleh sektor non-basis sebagai akibat

beroperasinya sektor basis tersebut.

Page 88: Amdal Ajar

Metode ini didasarkan pada model peramalan kecenderungan dan umumnya banyak

digunakan untuk aspek demografi. Beberapa pakar memadukan metode ini dengan

teknik analogi dalam mana para ahli mengestimasi masa depan dengan menarik

pengalaman tentang pembangunan sejenis di tempat lain. Para pakar ini berpendapat

bahwa masyarakat yang terkena dampak (affected community) merupakan sumber

informasi yang penting untuk memprakirakan apa yang akan terjadi dan apa yang mereka

harapkan untuk terjadi.

Ad. b. Metoda Non Formal

Pada situasi tertentu seringkali dijumpai hambatan untuk memprakirakan dampak sosial

secara formal, baik melalui model statistik maupun matematik. Hal ini dapat terjadi

karena:

a. Tidak adanya metode formal yang secara representatif dapat menggambarkan

dinamika sistem yang diteliti;

b. Metode yang tersedia mensyaratkan kebutuhan data dan informasi tertentu yang

tidak dapat dipenuhi oleh peneliti yang bersangkutan.

Jalan keluar untuk mengatasi hal ini adalah menggunakan metode yang bersifat non-

formal. Beberapa metode non-formal yang dapat digunakan antara lain adalah:

a. Penilaian profesional dari pakar (professional judgement),

b. Metode ad-hoc

c. Komparatif antar budaya (cross cultural)

d. Teknik analogi

e. Metoda delphi

Melalui teknik ini prakiraan dampak lingkungan didasarkan pada penilaian para ahli.

Penilaian yang dilakukan oleh seorang ahli dapat dikatakan merupakan pendekatan yang

paling bersifat non-formal. Secara bertahap penilaian para ahli dapat bersifat semakin

formal bila ditempuh hal-hal sebagai berikut:

a. Meminta kepada "(seorang) ahli" yang bersangkutan agar

melakukan justifikasi atas ungkapan atau deskripsi matematis yang

Page 89: Amdal Ajar

dikembangkan-nya, dengan mengacu pada fakta-fakta historis yang didukung

oleh bukti-bukti ilmiah.

b. Meminta kepada "lebih dari seorang ahli" (sebagai contoh

grup para ahli di bidang tertentu), bagaimana pendapat mereka masing-masing

secara individual, dan selanjutnya berdasarkan pendapat para ahli ini dirumuskan

kesimpulan.

c. Meminta kepada grup para ahli untuk menyepakati

pandangan-pandangan mereka atas dampak yang akan terjadi. Cara ini misalnya

dapat ditempuh melalui lokakarya atau seminar.

d. Meminta kepada grup para ahli untuk secara formal

menyepakati konsensus yang telah dicapai (sebagai contoh dengan menggunakan

metode Delphi), dan menyetujui pandangan-pandangan tentang prakiraan dampak

yang akan terjadi.

Model ad-hoc yang digunakan untuk analisis dampak sosial umumnya diterapkan dengan

cara menganalisis hubungan sebab-akibat yang timbul secara verbal. Dalam upaya

memprakirakan respon atau perubahan lingkungan yang akan terjadi, metode analisis

verbal ini digunakan dengan memanfaatkan pengalaman-pengalaman empiris, kejadian-

kejadian historis, fakta-fakta ilmiah, serta kekuatan intuisi dari peneliti yang

bersangkutan. Dapat dikatakan metode deskritif-verbal ini banyak digunakan oleh para

penyusun ANDAL di Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya adalah terbatasnya data

dan informasi yang tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan penerapan

metode-metode yang bersifat formal.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memprakirakan (besar) dampak

sosial adalah dengan penggunaan teknik analogi. Melalui metode ini masalah-masalah

lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya aktivitas sejenis di daerah lain, dikaji

guna dijadikan basis dan atau bahan pertimbangan untuk memprakirakan dampak

lingkungan yang akan timbul di daerah studi. Sudah barang tentu diperlukan

kewaspadaan dalam memilih aktivitas yang sejenis yang digunakan sebagai analogi bagi

rencana kegiatan yang diteliti, mengingat adanya perbedaan ruang, waktu dan kondisi

lingkungan sosial.

Page 90: Amdal Ajar

Melalui pendekatan ini besar dampak suatu rencana usaha atau kegiatan (disimbolkan P)

terhadap suatu kelompok masyarakat (disimbolkan Xp), diukur dengan cara mengukur

dampak yang telah terjadi pada kelompok masyarakat yang berciri sama dengan

masyarakat Xp (disimbolkan sebagai masyarakat Xp*), yang terkena proyek serupa

(disimbolkan P*) yang telah beroperasi di lokasi lain. Besar dampak proyek P* terhadap

masyarakat Xp* digunakan sebagai dasar analogi bagi penyusun ANDAL untuk

memprakirakan dampak proyek P terhadap masyarakat Xp. Ilustrasi berikut memperjelas

hal dimasud.

Gambar 1. Model Pendekatan Analogi

BAB VI

EVALUASI DAMPAK

6.1. PENGERTIAN

Evaluasi dampak lingkungan merupakan tahap terakhir proses analisis dampak

lingkungan yang bertujuan untuk mengevaluasi secara holistik (komprehensif) berbagai

WAKTU

Saat Lalu Saat Studi ANDAL dilakukan

Saat mendatang

Masyarakat Xp* saat tanpa proyek

P*

Masyarakat Xp* dengan proyek P*

Prakiraan Dampak

Masyarakat Xp saat tanpa proyek

P

Masyarakat Xp tanpa proyek P, di lokasi

ANDAL

Masyarakat Xp dengan proyek P

Proyek P*

Selisih Xp - Xp*= Dasar Prakiraan

Dampak

Page 91: Amdal Ajar

komponen lingkungan yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar (dampak

penting); sebagai dasar untuk menilai kelayakan lingkungan dari rencana kegiatan/usaha.

Secara normatif, kriteria kelayakan lingkungan suatu rencana kegiatan/usaha telah

ditetapkan dalam ayat 1 Pasal 22 PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, yakni:

”Apabila hasil penilaian komisi penilai menyimpulkan bahwa:

a) dampak besar dan penting negatif yang akan ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia, atau

b) biaya penanggulangan dampak besar dan penting negatif lebih besar dari pada manfaat dampak besar dan penting positif yang akan ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan,maka instansi yang bertanggung jawab memberikan keputusan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan tidak layak lingkungan”

Tampak bahwa ayat 1 Pasal 22 PP Nomor 27 Tahun 1999 tersebut dapat

diimplementasikan dengan benar jika dan hanya jika dokumen ANDAL yang disusun

dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan atas kelayakan

lingkungan rencana usaha dan/atau kegiatan. Implikasi lebih lanjut dari hal ini adalah

bahwa penyusun ANDAL harus mengembangkan dan menyusun laporan ANDAL yang

bersifat analitis, sistematis dan akuntabel sebagai pertanggung-jawaban terhadap hasil

analisis yang dilakukan.

Hal lain yang tersirat dari ayat 1 Pasal 22 PP Nomor 27 Tahun 1999 tersebut adalah

bahwa kriteria penolakan rencana usaha dan/atau kegiatan yang tergolong wajib AMDAL

ternyata sangat longgar. Dapat dikatakan nyaris hampir tidak ada rencana usaha dan/atau

kegiatan yang berstatus wajib AMDAL yang akan ditolak di Indonesia. Barangkali

hanya proyek Pembangunan Listrik Tenaga Nuklir yang kemungkinan dapat ditolak

berdasarkan kriteria Pasal 22 PP No. 27 Tahun 1999.

Sehubungan dengan hal tersebut maka timbul pertanyaan: masih relevankah dilakukan

pengkajian kelayakan lingkungan dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan

dibangun? Jawabannya, masih relevan. Sebab yang dikaji kini adalah manakah diantara

alternatif rencana usaha/kegiatan yang ada yang lebih layak lingkungan. Alternatif

rencana usaha/kegiatan yang dimaksud adalah alternatif lokasi proyek, alternatif bahan

baku yang akan digunakan, atau alternatif teknologi proses yang akan digunakan.

Informasi tentang alternatif rencana usaha/kegiatan ini umumnya tersedia pada tahap

studi kelayakan. Bila penyusunan AMDAL dilakukan setelah proyek melewati tahap

Page 92: Amdal Ajar

studi kelayakan, maka penyusun AMDAL kehilangan momentum penting untuk

mengambil keputusan atas rencana kegiatan/usaha yang paling layak dari segi

lingkungan.

Environmental Resource Limited (1981) mengemukakan bahwa evaluasi dampak

bertujuan untuk menentukan apakah dampak suatu alternatif kegiatan lebih mendasar

dibanding alternatif lainnya (untuk proyek yang sama). Sebagai misal, dampak suatu

rencana kegiatan terhadap ekosistem sawah (alternatif 1) mencapai luas 100 ha; sedang

pada alternatif 2, dampak penting yang ditimbulkan mencapai luas 200 ha; maka menilik

hal ini tampak bahwa alternatif 1 merupakan alternatif yang lebih layak untuk dipilih.

Namun pada kenyataannya persoalan yang dihadapi tidak semudah seperti yang

diilustrasikan, untuk menilai suatu alternatif kegiatan lebih layak dibandingkan lainnya

terkadang banyak digunakan pertimbangan pakar (value judgement). Agar evaluasi

kelayakan lingkungan dapat dilakukan secara sistematis dan lebih akuntabel, maka

dikembangkan berbagai metode evaluasi kelayakan lingkungan atau yang dikenal sebagai

merode evaluasi dampak.

Metode evaluasi dampak ini juga dapat membantu menentukan besarnya biaya-manfaat

yang harus ditanggung oleh masyarakat yang terkena dampak, dan besarnya populasi

(masyarakat) yang terkena dampak.

Dalam proses AMDAL di Indonesia, evaluasi dampak terhadap aspek sosial tidak

dianalisis secara terpisah dengan komponen aspek fisik-kimia dan biologi. Aspek sosial

yang terkena dampak penting dianalisis secara integral sebagai satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dengan aspek fisik-kimia dan biologi yang juga terkena dampak penting.

Oleh karena evaluasi yang dilakukan bersifat holistik/komprehensif, maka tidak ada

metode khusus untuk evaluasi kelayakan lingkungan dari sudut sosial.

Dari uraian tersebut tampak bahwa evaluasi dampak yang tepat dan dapat dipertanggung-

jawabkan secara ilmiah (akuntabel), akan sangat menentukan apakah keputusan yang

diambil oleh para pengambil keputusan tepat atau tidak. Disamping sudah barang tentu

berperan besar terhadap kualitas dokumen ANDAL yang dihasilkan.

Sehingga menjadi penting artinya untuk mengetahui metode evaluasi dampak macam apa

sajakah yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kelayakan lingkungan dari alternatif

rencana usaha dan/atau kegiatan?

Page 93: Amdal Ajar

6.2. MACAM DAN METODE EVALUASI DAMPAK

Sejak pertama kalinya ANDAL diterapkan dunia (di Amerika Serikat pada 1

Januari 1970) telah berkembang beragam jenis metode evaluasi dampak. Namun demi-

kian secara umum dapat dikatakan bahwa beragam metode evalusi dampak yang telah

dikembangkan tersebut merupakan variasi dari 4 metode dasar, yaitu (Bisset, 1984,

Suratmo, 1989) :

1. Metode penampalan (overlays)

2. Metode daftar uji berskala (scaled checklist)

3. Metode matrik

4. Metode bagan alir (network).

Banyaknya metode ANDAL yang telah dikembangkan tersebut, masing-masing

dengan kekuatan dan kelemahannya, seringkali menimbulkan kesulitan dalam memilih

metode manakah yang dipandang paling tepat untuk digunakan dan dapat di

pertanggung-jawabkan hasilnya. Terlebih kalau mengingat beberapa metode ada khusus

dikembangkan untuk mengevaluasi jenis proyek tertentu (misal untuk proyek-proyek

pengairan).

Berdasarkan hasil kajian atas berbagai metode evaluasi dampak yang digunakan dalam

beragam studi ANDAL, serta sifat analisis yang harus dilakukan dalam evaluasi dampak,

berikut ini dikemukakan beberapa pedoman umum untuk memilih metode evalusi

dampak yang dapat dipertanggung-jawabkan, yaitu:

1. Analitis serta memenuhi syarat pendekatan secara ilmiah.

2. Holistik atau komprehensif, yakni mampu menggambarkan fenomena dampak

penting lingkungan yang terjadi dalam suatu sistem lingkungan hidup berikut

dengan interaksi-interaksi yang terjadi di dalam sistem tersebut sebagai akibat dari

suatu rencana usaha atau kegiatan.

3. Fleksibel, dalam arti bahwa metode yang digunakan dapat dipakai untuk

mengevaluasi dampak lingkungan dari berbagai aspek yang satu sama lain memiliki

ukuran atau unit satuan yang berbeda-beda, dan karakteristik dampak yang

berbeda-beda pula.

4. Dinamis : dapat menampung "input" dari berbagai bidang keahlian yang terkait dan

mengintegrasikannya secara keseluruhan dalam satu kesatuan analisis.

Page 94: Amdal Ajar

5. Dapat memberikan arahan bagi pengambilan keputusan. Dalam hal ini metode yang

dipilih harus mampu memberi telaahan terhadap:

a. Evaluasi terhadap alternatif rencana kegiatan atau proyek

yang diusulkan.

b. Usaha-usaha yang perlu ditempuh untuk mencegah atau

menanggulangi dampak penting negatif.

c. Efektivitas usulan penanggulangan dampak.

6. Bila metode yang dipilih menggunakan skala dan/atau bobot, maka perlu

diperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Prosedur amalgamasi, yakni "peleburan" berbagai nilai satuan yang

berbeda (misal ppm, ppb, rupiah, kg/ha/thn), dilakukan melalui prosedur

yang benar.

b. Ukuran verbal (A, B, C,.... Z) relatif lebih baik dibandingkan ukuran

numerik (1, 2, 3,...... n), karena beberapa alasan, (Environmental Resource

Limited, 1981) :

(1) Ukuran dapat menyebabkan salah tafsir mengenai keakuratan dan obyektivitas

evaluasi, padahal sebenarnya angka-angka tersebut hanya konversi dari

pertimbangan obyektif para pakar.

(2) Ukuran numerik dapat mendorong penyusun untuk melakukan operasi matematik,

misalnya: menjumlah atau menghitung. Ini merupakan kesalahan fatal, karena

masing-masing skala mempunyai unit satuan (yang sali) yang berbeda-beda.

(3) Ukuran numerik mendorong penyusun untuk menghitung skala dampak menjadi

suatu totalitas dampak melalui pembobotan.

6.2.1. Metode Penampalan (overlays)

Metode penampalan dikembangkan oleh McHarg, I.L (1969). Teknik ini pertama kali

digunakan oleh McHarg guna memilih rute jalan raya. McHarg mengidentifikasi faktor-

faktor yang penting dalam kontruksi jalan raya, baik faktor fisik yang secara tradisional

selalu dipehitungkan oleh para insinyur sipil, maupun faktor biologi dan sosial ekonomi,

misalnya: kemiringan lereng, drainage permukaan, kepekatan terhadap erosi, nilai tanah,

nilai sejarah, nilai rekreasi dan nilai pemukiman.

Page 95: Amdal Ajar

Menurut McHarg faktor lingkungan yang kurang sesuai untuk rencana kegiatan akan

menaikan biaya kontruksi jalan. Disamping itu, faktor sosial, ekonomi dan biologi yang

tidak sesuai dengan rencana kegiatan, juga akan merupakan biaya sosial yang harus

diperhitungkan disaat konstruksi jalan. Berdasarkan pola pikir ini, untuk menentukan

rute jalan raya yang biayanya terendah digunakan peta-peta tematik yang masing-masing

menggambarkan kualitas faktor-faktor lingkungan tertentu yang digambar pada bahan

transparan (tembus cahaya). Setiap peta memberikan informasi mengenai tiga zona,

yakni:

1. Zona 1 (warna tua) : zona dengan "nilai sosial" tertinggi

2. Zona 2 (warna muda) : zona dengan "nilai sosial" sedang

3. Zona 3 (warna putih): zona dengan "nilai sosial" terendah

Peta-peta tematik dari berbagai komponen lingkungan tersebut selanjutnya ditumpang

tindihkan, sehingga diperoleh agregat informasi tentang daerah-daerah dengan "nilai

sosial" tertentu. Rute jalan raya ditetapkan di daerah yang mempunyai agregat nilai

sosial terendah (lihat Gambar 1).

Keuntungan metode ini adalah aplikasinya mudah, baik dari segi penilaian dampak

kegiatan terhadap komponen lingkungan tertentu (yang bersifat parsial), maupun mampu

menelaah dampak kegiatan secara agregat/totalitas terhadap berbagai komponen lingkun-

gan. Disamping itu, metode ini sangat baik untuk menggambarkan penyebaran dampak

secara parsial.

Kelemahan metode ini ialah apabila komponen lingkungan yang digunakan terlalu

banyak (lebih dari 12 peta) maka hasil penampalan dari peta-peta menjadi gelap dan

potensi dampak lingkungan menjadi tidak terlihat. Kelemahan ini sekarang dapat diatasi

dengan menggunakan bantuan komputer, dengan menggunakan perangkat sistem

informasi geografi.

Metode ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek pembangunan yang secara fisik

berpola linear, seperti pembangunan jalan, pipa transmisi, pelabuhan udara, dan lain

sebagainya.

6.2.2. Metode Daftar Uji Berskala

Page 96: Amdal Ajar

Metode daftar uji yang dapat digunakan untuk evaluasi dampak adalah daftar uji berskala

(scaled checklist) dan daftar uji berskala terbobot (scalling weighted-scale checklist).

Berikut hanya diutarakan metode daftar uji berskala.

Metode ini dikembangkan oleh Adkins dan Burke untuk melakukan evaluasi dampak

lingkungan dari proyek-proyek transportasi. Dalam metode ini Adkins dan Burke

menggunakan ukuran dampak mulai dari minus 5 (- 5) sampai positif 5 (+ 5).

Komponen lingkungan yang digunakan oleh Adkins dan Burke dikelompokan menjadi

parameter sebagai berikut:

(1) Transportasi

(2) Lingkungan

(3) Sosiologi

(4) Ekonomi.1. Peta tematik kemiringan lereng 2. Peta tematik nilai lahan

3. Peta tematik nilai margasatwa 4. Peta tematik nilai sejarah

5. Peta tematik nilai bentang lahan 6. Peta kkomposit tumpang tindih pada no 1 s/d 5

Gambar 1. Rangkaian prosedur penerapan teknik penampalan dalam kasus proyek pembangunan jalan raya. Rute jalan yang dipilih adalah yang memberikan dampak lingkungan terkecil. Peta 1 sampai 5 adalah peta tematik, sedangkan Peta 6 adalah hasil tumpang tindih Peta 1 sampai 5. Garis menunjukkan rute jalan yang dipilih (Soemarwoto, 1983)

A

B

Page 97: Amdal Ajar

Tabel 1 merupakan contoh metode Adkins dan Burke dalam studi ANDAL. Dua

alternatif rute jalan dievaluasi berdasarkan ukuran (ordinal) -5 sampai +5. Ringkasan

penilaian yang dipaparkan pada Tabel 1 merupakan rata-rata dampak relatif dari kedua

alternatif tersebut, yang ditunjukkan oleh nisbah antara skala positif dan skala negatif.

Nisbah ini dihitung berdasarkan perhitungan aritmatik.

Tabel 2 menunjukkan gabungan hasil analisis daftar uji keempat kelompok komponen

(transportasi, lingkungan, sosiologi dan ekonomi) terhadap alternatif-alternatif proyek

yang disusun menjadi nilai komprehensif dampak. Dalam perhitungan ini juga

dipergunakan operasi aritmatik.

Keuntungan metode ini dampak berbagai alternatif kegiatan dapat dibandingkan secara

mudah, sehingga sangat membantu pengambilan keputusan. Namun metode ini juga

memiliki kelemahan, yakni: ukuran bersifat subyektif dan asumsi bahwa segenap dampak

sama pentingnya.

Page 98: Amdal Ajar

6.2.3. Metode Matrik

Istilah matrik dalam tulisan ini mengacu pada metode yang menampilkan interaksi antara

jenis kegiatan proyek (umumnya di kolom), dengan jenis komponen lingkungan

(umumnya di baris). Berikut dikemukakan beberapa contoh evaluasi dampak dengan

matrik.

a. Matrik Leopold

Metoda Leopold dikenal juga sebagai matriks Leopold atau matriks interaksi

Leopold. Metode matrik ini mulai diperkenalkan oleh Leopold, Clarke, Hanshaw dan

Balsley tahun 1971 dengan mengambil kasus penambangan phosphat. Matrik yang

diperkenalkan merupakan matrik interaksi dari 100 jenis aktivitas proyek dengan 88

jenis komponen lingkungan (matrik berdimensi 100 x 88).

Seratus jenis aktivitas proyek tersebut merupakan penjabaran dari 11 kelompok

kegiatan proyek, yang terdiri atas :

(1) Modifikasi areal (13 aktivitas)

(2) Perubahan lahan dan pembuatan lingkungan fisik (10

aktivitas)

(3) Ektraksi sumberdaya (7 aktivitas)

(4) Pemrosesan (15 aktivitas)

(5) Perubahan lahan (6 aktivitas)

(6) Pembaharuan sumberdaya (5 aktivitas)

(7) Perubahan lalulintas (11 aktivitas)

(8) Penempatan dan pengolahan limbah (14 aktivitas)

(9) Pengolahan bahan kimia (5 aktivitas)

(10) Kecelakaan (3 aktivitas)

(11) Lain-lain

Page 99: Amdal Ajar

Tabel 1. Metode Evaluasi Dampak Menurut Adkins dan Burke Untuk Proyek Jalan.

No. Komponen Lingkungan Definisi atau Penjelasan

Nilai tiap Alternatif Keterangan

1 2

A. Masyarakat (Lokal)1. Kebisingan Hubungan dengan keadaan

sekarang kebijakan dan prosedur memorandum 20-8 (PPM 20-6).

a. Dekat dengan jalan -2 -1 Lalu lintas jalan Darat akan menutup kerugian. b. Areal keseluruhan +3 +1 Keuntungan karena

adanya lalu lintas jalan.

2. Pencemaran udara PPM 20 - 8 a. Dekat dengan jalan +2 +1 Adanya lalu lintas Besar jalan. b. Areal keseluruhan +5 +2 Adanya lalu lintas jalan.

3. Drainase Pengaruh pada perubahan banjir genangan dan lain-lain

a. Dekat dengan jalan +1 0 Jalan akan memotong besar sedikit.

Page 100: Amdal Ajar

b. Areal keseluruhan 0 0

4. Penyediaan Air a. Pencemaran air PPM 20 - 8 0 0 Kalaupun ada kecil. b. Kualitas air Bercampur dengan pergerak-

an dan level air bumi.0 0 Kalaupun ada kecil.

5. Buangan Sampah PPM 20-8 akibat pencemaran, dll.

0 0 Kalaupun ada kecil.

6. Pengaruh pada flora NEPA dan PPM 20-8 0 0 Kalaupun ada kecil.

7. Pengaruh pada fauna NEPA dan PPM, tempat berkembang biak atau bersarang, dll.

0 0 Kalaupun ada kecil.

8. Taman dst. +5 +2 dst.

9. Tempat piknik/bermain dst. +5 0 dst.

10. Tempat purbakala dst. 0 0 dst.

11. Tempat bersejarah dst. +2 +1 dst.

12. Tempat terbuka dst. +3 +1 dst.

13. Aspek pemandangan a. Di dekat jalan besar dst. +3 +1 dst. b. Areal keseluruhan dst. +2 0 dst.

14. Keselamatan a. Lalu lintas dst. +3 +1 dst. b. Penyeberangan dst. +5 +1 dst. c. Lain-lain dst. - - dst.

Lanjutan Tabel 1.

No. Komponen Lingkungan Definisi atau Penjelasan

Nilai tiap Alternatif Keterangan

1 2

15. Pengalaman pengendara di jalan besar a. Pemandangan di jalan

besar+3 -1 Alternatif ke 1 lebih

terang & indah b. Pemandangan areal

keseluruhan0 +1 Alternatif ke-2

memberikan pandangan khusus ke belokan.

c. Panorama +1 +3 Alternatif ke-2 bagus, alternatif ke-1 masuk pusat kota.

d. Daerah berbahaya +1 -1 Alternatif ke-1akan menghindarkan bahaya, alternatif ke-2 pengen-dara akan terkena asap

Page 101: Amdal Ajar

Checklist Ringkasan Aspek Komponen Lingkungan

Ringkasan Penilaian

Nilai Alternatif Alternatif

1 2 1 2

Jumlah Nilai + 15 12

Jumlah Nilai Seluruhnya 44 14

Jumlah Nilai - 1 2

Ratio Nilai + 0,94 0,86

Rata-rata Nilai 2.75 1.00

Tabel 2. Perbandingan Nilai Komprehensif Dampak Alternatif 1 & 2

No Kelompok KomponenJumlah Jumlah Total Jumlah Ratio Nilai NilaiNilai + Nilai - Nilai Nilai + Rata-rata Rata-rata

1. Transportasi1.1 Lokasi Alt – 1 7 6 13 18 0.54 1.38 Alt - 2 6 2 6 1 0.67 0.171.2 Metropolitan Alt – 1 8 0 8 34 1.00 4.25 Alt - 2 6 1 7 7 0.86 1.00

2. Lingkungan Alt – 1 15 1 16 44 0.94 2.75 Alt - 2 12 2 14 14 0.86 1.00

3. Sosiologi3.1 Pedesaan Alt – 1 9 2 11 27 0.82 2.46 Alt - 2 6 3 9 -1 0.67 -0.113.2 Kota besar Alt – 1 9 0 9 31 1.00 3.44 Alt - 2 6 1 7 7 0.86 1.00

4. Ekonomi

Page 102: Amdal Ajar

Alt – 1 15 14 29 27 0.52 0.93 Alt - 2 14 14 28 -11 0.50 -0.39

Jumlah Penilaian Alt – 1 63 23 86 188 0.73 2.10 Alt - 2 48 23 71 17 0.68 0.24

Sedang 88 jenis komponen lingkungan yang terdapat dalam matrik merupakan penjabaran dari 5 kelompok komponen lingkungan sebagai berikut:

(1) Fisik dan Kimiai. Bumi (6 parameter)ii. Air (7 parameter)iii. Atmosfir (3 parameter)iv. Proses alamiah (9 parameter)

(2) Keadaan biologii. Flora (9 parameter)ii. Fauna (9 parameter)

(3) Sosial-budayai. Tata guna tanah (9 parameter)ii. Rekreasi (7 parameter)iii. Estetika dan minat masyarakat (10 parameter)iv. Status budaya (4 parameter)

v. Fasilitas dan aktivitas buatan manusia (6 parameter) (4) Interaksi Ekologi (7 parameter)

(5) Lain-lain komponen

Langkah pertama adalah melakukan identifikasi dampak lingkungan, dengan cara

mengidentifikasi jenis aktivitas tertentu dari proyek (kolom), yang berpotensi

menimbulkan dampak pada jenis komponen lingkungan tertentu (baris). Apabila suatu

aktivitas proyek berpotensi menimbulkan dampak pada komponen lingkungan tertentu,

maka pada "kotak" pertemuan lajur tertentu dan baris tertentu dari matrik diberi tanda

diagonal.

Langkah kedua adalah menentukan besar (magnitude) dan tingkat kepentingan

(importance) dampak, dengan cara mencantumkan nilai besar dan penting dampak pada

"kotak" yang memiliki tanda diagonal. Besar dampak dicantumkan pada bagian atas garis

diagonal, sedangkan nilai tingkat penting dampak dicantumkan pada bagian bawah dari

diagonal (lihat Tabel 3).

Page 103: Amdal Ajar

Besar dampak dinyatakan dalam ukuran ordinal dengan nilai terendah satu (1) dan

tertinggi sepuluh (10). Nilai 1 menunjukkan (besar) dampak yang ditimbulkan oleh suatu

aktivitas proyek tergolong sangat kecil atau rendah; nilai 5 menunjukkan (besar) dampak

tergolong sedang; sedangkan nilai 10 menunjukkan (besar) dampak tergolong sangat

besar atau tinggi. Menurut Leopold, ukuran terhadap besar dampak hendaknya

ditetapkan berdasarkan evaluasi secara obyektif atas fakta yang diperoleh. Selain itu

Leopold menyarankan pula, bila dipandang perlu, dicantumkan arah dampak yang

timbul. Bila dampak yang timbul diprakirakan bersifat negatif, maka pada bagian atas

diagonal dapat dicantumkan tanda "-", sedang bila sebaliknya cantumkan tanda "+".

Langkah ketiga adalah penetapan tingkat penting dampak (importance of impacts).

Tingkat penting dampak juga ditetapkan dengan ukuran ordinal dengan nilai numerik

terendah bernilai satu (1) dan tertinggi sepuluh (10). Nilai 10 menunjukkan bahwa

dampak yang timbul tergolong sangat penting atau sangat mendasar; sedangkan nilai 1

menunjukkan dampak tergolong tidak penting. Dalam tingkat penting dampak tidak

dicantumkan tanda negatif atau positif. Untuk menentukan tingkat penting dampak

digunakan pertimbangan para pakar yang tergabung dalam tim studi ANDAL.

Beberapa kelemahan pokok dari matrik Leopold ini adalah: (1) tidak adanya kejelasan

tentang kriteria besar dan pentingnya dampak; (2) para pengguna matrik Leopold (atau

yang telah dimodifikasi) cenderung untuk melakukan operasi aritmatik pada ukuran

ordinal (tambah, kurang, kali, bagi), yang sesungguhnya tidak dapat dibenarkan.

Tabel 3. Matrik Evaluasi Dampak menurut Leopold

Aktivitas Proyek

(100)KomponenLingkungan(88)

1 2 3 4 25 75 100

15

2

2-1

3

-6

7

3

Page 104: Amdal Ajar

4+1

5

+2

3

52

7

88M

1

M = Magnitude of impact (besar dampak)

I = Importance of impact (penting dampak)

Metode matrik Leopold ini relatif cukup banyak digunakan dalam berbagai studi

ANDAL, dan sering dimodifikasi atau diubah oleh tim penyusun ANDAL. Pengubahan

ini umumnya dilakukan dengan cara mengurangi jumlah dan mengubah jenis kegiatan

proyek, dan atau mengurangi jumlah dan jenis komponen lingkungan yang terkena

dampak. Selain itu modifikasi matrik Leopold juga dilakukan dengan cara memperkecil

ukuran ordinal yang digunakan. Ukuran ordinal untuk besar dan pentingnya dampak

diperkecil menjadi nilai 1 sampai 3 atau 5.

Metode Matrik Fisher dan Davies

Matrik yang dikembangkan oleh Fisher dan Davies (1973) terdiri atas tiga (tahap) matrik,

yakni:

(1) Tahap pertama : Matriks evaluasi rona lingkungan hidup (Environmental

baseline evaluation)

(2) Tahap kedua : Matriks dampak lingkungan (Environmental Compatibility

matrix)

(3) Tahap ketiga : Matriks keputusan (Decision matrix).

Pada tahap pertama dilakukan : (1) identifikasi komponen lingkungan yang dipandang

penting dan saat ini masih terdapat di daerah studi; (2) evaluasi terhadap kondisi

komponen (penting) lingkungan tersebut; (3) evaluasi atas kepekaan komponen (penting)

lingkungan tersebut. Pada matrik tahap pertama (lihat Tabel 4) dicantumkan ukuran

ordinal 1 sampai 5, dengan nilai 1 menunjukkan hierarki yang terendah dan nilai 5

Page 105: Amdal Ajar

merupakan hierarki yang tertinggi. Hanya komponen lingkungan yang memperoleh nilai

4 dan 5 saja yang akan dianalisis dalam matrik selanjutnya (tahap kedua).

Pada tahap kedua disusun matrik dampak lingkungan yang menggambarkan interaksi

antara jenis kegiatan proyek (kolom), dan jenis komponen lingkungan yang terkena

dampak (baris). Jumlah jenis kegiatan proyek dan jenis komponen lingkungan yang

terkena dampak pada matrik Fisher dan Davis ini tidak sebanyak seperti matrik Leopold.

Dampak lingkungan dievaluasi dengan cara: (1) tetapkan arah dampak: (+) untuk

manfaat atau dampak positif, dan (-) untuk biaya atau dampak negatif; (2) tetapkan besar

dampak dengan ukuran ordinal 1 (rendah) sampai 5 (tertinggi); (3) tetapkan lama waktu

berlangsungnya dampak dengan memberi S (Short) untuk dampak yang berlangsung

singkat, dan tanda L (long) untuk dampak yang berlangsung lama (lihat Tabel 5).

Komponen lingkungan yang terkena dampak dengan derajat nilai 4 dan 5 dianalisis lebih

lanjut ke matrik tahap tiga.

Tabel 4. Matrik Tahap Pertama Fisher dan Davis

EvaluasiSkala Kepentingan

Skala Keadaan Sekarang

Skala Kepekaan Terhadap

Pengelolaan

Komponen Lingkungan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

BIOTA

1.

2.

3.

FISIK & KIMIA

1.

2.

3.

BUDAYA

1.

2.

3.

Tabel 5. Matrik Tahap Kedua Fisher dan Davis

Evaluasi Proyek

PabrikPerda-gangan

Pemu-kiman

Pertanian

Energi Trans-portasi

Kons-truksi

Page 106: Amdal Ajar

Komponen Lingkungan

BIOTA

1.

2.

3.

FISIK & KIMIA

1.

2.

3.

BUDAYA

1.

2.

3.

Dampak lingkungan dievaluasi dengan cara: (1) tetapkan arah dampak: (+) untuk manfaat atau dampak positif, dan (-) untuk biaya atau dampak negatif; (2) tetapkan besar dampak dengan ukuran ordinal 1 (rendah) sampai 5 (tertinggi); (3) tetapkan lama waktu berlangsungnya dampak dengan memberi S (Short) untuk dampak yang berlangsung singkat, dan tanda L (long) untuk dampak yang berlangsung lama (lihat Tabel 5). Komponen lingkungan yang terkena dampak dengan derajat nilai 4 dan 5 dianalisis lebih lanjut ke matrik tahap tiga.

Pada tahap ketiga disusun matrik keputusan. Pada matrik keputusan ini diintegrasikan hasil penilaian dari tahap pertama dan kedua, dengan cara memasukkan segenap komponen lingkungan yang berukuran 4 dan 5 baik dari matrik tahap pertama maupun tahap kedua (lihat Tabel 6). Komponen lingkungan dari tahap pertama, yang bernilai 4 dan 5, diklasifisikan sebagai kondisi tanpa proyek (without project). Sedang komponen lingkungan dari tahap kedua, yang bernilai 4 dan 5, diklasifikasikan sebagai kondisi dengan proyek (without project). Melalui cara ini diharapkan dapat diambil keputusan atas kelayakan lingkungan proyek pembangunan.

Pada metode ini tidak ada upaya amalgamasi dari seluruh nilai skore dampak. Agaknya Fisher dan Davis menyadari bahwa amalgamasi dari skor dampak, yang berukuran ordinal, secara ilmiah tidak dapat dibenarkan. Pengambilan keputusan atau evaluasi kelayakan lingkungan dari proyek, ditempuh dengan cara membandingkan perbedaan skor with and without project (dengan dan tanpa proyek).

Tabel 6. Matrik Tahap Ketiga Fisher dan Davis

Kriteria KeputusanTanpa proyek

Dengan proyek

BIOTA

1.

2.

Page 107: Amdal Ajar

3.

FISIK & KIMIA

1.

2.

3.

BUDAYA

1.

2.

3.

Metode Matrik Adiwibowo

Metode yang menggunakan matrik untuk keperluan evaluasi dampak ling-kungan dikembangkan oleh Adiwibowo pada tahun 1988 dengan mengambil Kasus Pengembangan Lapangan Minyak di Riau. Prosedur analisis matrik Adiwibowo adalah sebagai berikut:

(1) Komponen atau parameter lingkungan yang bersifat penting (berdasarkan hasil analisis) dicantumkan pada bagian kolom dari matrik.

(2) Faktor penentu atau sifat dampak penting dicantumkan pada bagian baris dari ma-trik, dan diletakkan pada sisi kanan matrik. Faktor penentu dampak penting yang digunakan dalam matrik mengacu pada PP 27 Tahun 1999, yakni meliputi :

a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak

b. Luas wilayah persebaran dampak

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

d. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak

e. Sifat kumulatif dampak

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

(3) Sumber dampak lingkungan (proyek) dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi. Sumber dampak diletakkan terpisah dari tubuh matrik.

(4) Pada kolom matrik cantumkan pentingnya dampak menurut sifat dan ukurannya dengan mengacu pada Pedoman Ukuran Dampak Penting (Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 056 Tahun 1994). Evaluasi sifat penting dampak disimbolkan dalam ukuran sebagai berikut :

1 : Dampak Penting0 : Dampak Tidak Penting

Sifat dan ukuran penting dampak yang dicantumkan pada matrik pada dasarnya diperoleh dari hasil telaahan sebelumnya yakni pada evaluasi sifat penting dampak (Tabel 7)

Page 108: Amdal Ajar

. Metode Bagan Alir (Networks)

Metode ini selain digunakan untuk keperluan identifikasi dampak, juga dapat digunakan untuk evaluasi dampak lingkungan. Dalam metode ini evaluasi dampak ditempuh dengan cara menganalisis jalinan hubungan sebab-akibat yang membentuk suatu bagan alir. Untuk menyusun bagan alir ini harus diterapkan pendekatan ekologi sehingga dapat dikembangkan hubungan sebab-akibat sejak dari sumber dampak (proyek) hingga dampak primer, sekunder, tersier, dan seterusnya.

Bagan alir yang dikembangkan oleh Sorenson (1971) (Gambar 2) dalam rangka ANDAL proyek pengerukan dasar laut, merupakan salah satu bentuk bagan alir yang dapat digu-nakan untuk evaluasi dampak. Bentuk lain dapat dilihat pula pada bagan alir yang dikembangkan oleh Adiwibowo (lihat butir 5).

Kelemahan dari metode ini adalah tidak adanya evaluasi yang bersifat kuantitatif terhadap besar dan pentingnya dampak. Namun keunggulannya terletak pada: (1) mudah dipahami oleh pengambil keputusan; (2) upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dapat dirumuskan dengan lebih terarah; (3) merupakan alat koordinasi dan integrasi yang efektif bagi berbagai disiplin ilmu yang terlibat dalam tim studi.

Kombinasi Metode Matrik dan Bagan Alir

Metode yang menggunakan matrik dan bagan alir untuk keperluan evaluasi dampak lingkungan dikembangkan oleh Adiwibowo pada tahun 1988 dengan mengambil Kasus Pengembangan Lapangan Minyak di Riau. Prosedur analisis matrik Adiwibowo adalah sebagai berikut:

(1) Komponen atau parameter lingkungan yang bersifat penting (berdasarkan hasil analisis) dicantumkan pada bagian kolom dari matrik.

(2) Faktor penentu atau sifat dampak penting dicantumkan pada bagian baris dari ma-trik, dan diletakkan pada sisi kanan matrik. Faktor penentu dampak penting yang digunakan dalam matrik mengacu pada PP 27 Tahun 1999, yakni meliputi:

Page 109: Amdal Ajar

Tabel 7. Contoh Matrik Evaluasi Dampak (Kasus Pengembangan Lapangan Minyak )

TANAH A I R UDA-RA B I O T A SOSIAL

FAKTOR

PENENTU

DAMPAK1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 KOMPONEN

LINGKUNGAN

Tahap Konstruksio Sumur lap Kurau x o o Jumlah pend. terkena dampako Fasilitas Pem. Minyak x x x o o o O o o o o o x x x x x x x x o x x Luas persebaran dampako Lap. Padang Selatan di x x x x x o O o o o x o x x x x x x o x o x o x Lama berlangsungnya dampak P. Padang dan Selat o o x o o o O o o o o o x x x x x o o x x o x x Intensitas dampak Panjang (MSN) x x o o o o x x x x x o x Banyaknya komponen dampak

o O o o o o o x x Sifat kumulatif dampak

x x x o o O o o o o o x x x x x Berbalik/Tidaknya dampak

Tahap Operasi o Jumlah pend. terkena dampakPemeliharaan O x o x o o o o o o o x x Luas persebaran dampak

o Sumur lap Kurau O x o x x x x x o x x x x Lama berlangsungnya dampak o Fasilitas Pem. Minyak O o o o x o o o o x x Intensitas dampako Lap. Padang Selatan di o o x o o o o Banyaknya komponen dampak P. Padang dan Selat O x o x x x o x x Sifat kumulatif dampak Panjang (MSN) O o o o x o x x o Berbalik/Tidaknya dampak

Keterangan : Tanah Air Biota Sosialo = Tidak Penting 1 = Keamblesan Tanah 1 = Pola Drainase 1 = Potensi Vegetasi 1 = Tenaga Kerjax = Penting 2 = Fisik Kimia Tanah 2 = Debit Sungai/Saluran 2 = Struktur & Komp. Vegetasi 2 = Peluang Usaha

3. = Kebakaran Gambut 3 = Muka Air Tanah 3 = Habitat Mamalia 3 = Gerak Penduduk4 = Sifat Fisik Air Permukaan 4 = Habitat Burung Darat 4 = Land Use

Udara 5 = Sifat Fisik Air Selat Panjang 5 = Habitat Burung Air 5 = Aksesibilitas

Page 110: Amdal Ajar

1 = Iklim Mikro 6 = Sifat Kimia Air Permukaan 6 = Kebakaran Hutan 6 = Sikap2 = Kualitas Udara 7 = Sifat Kimia Air Selat Panjang7 = Potensi Ikan

8 = Kualitas Ikan

Endapan

Navigasi

Tambang

Rumput Laut

Kualitas Air

Pemeliharaan Pantai

Penggalian

Pemindahan Material Dasar

Merubah To-pografi Dasar

Material Hasil Penggalian

Perubahan Tempat Hewan Bercangkang

Memindahkan Endapan &

Lumpur

Meningkatkan Kedalaman Air

Membentuk Saluran Baru

Lubang/Celah di Dasar

Limbah yang Mengganggu

Pembuangan Limbah Padat

Pasir & Kerikil Diperdagangka

n

Meningkatkan Lumpur Hewan Bercangkang

Mengurangi Pencemaran

Nutrisi

Menghalangi Pertumbuhan Rumput Laut

Memperbaiki Navigasi

Memperbaiki Sirkulasi Air

Meningkatkan Lahan Organik

yang Busuk

Penimbunan Lahan

Pembuangan Air

Merusak Habitat Ikan

Menghentikan Pertumbuhan &

Gangguan

Merubah Salinitas

Mengurangi Pencemaran

Merusak Lahan Basah

Menimbulkan Bau yang

Merangsang

Membentuk Lahan Pantai

Menutup Habitat Kerang

Hewan Bercangkang

Komersial

Kualitas Umum

Olah Raga & Perik.

Komersial

Kualitas Umum

Rumput Laut

Kualitas Umum

Industri Laut

Kualitas Umum

Fasilitas Rekreasi

Perikanan

Kualitas Umum

Perdagangan

Page 111: Amdal Ajar

Gambar 2. BAGAN ALIR DAMPAK KEGIATAN PENGERUKAN DI LAUT (SORENSON,1971)

Page 112: Amdal Ajar

a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak

b. Luas wilayah persebaran dampak

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

d. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena

dampak

e. Sifat kumulatif dampak

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

(3) Sumber dampak lingkungan (proyek) dikelompokkan

menjadi tiga bagian yakni pra-konstruksi, konstruksi, dan

operasi. Sumber dampak diletakkan terpisah dari tubuh

matrik.

(4) Pada kolom matrik cantumkan pentingnya dampak menurut

sifat dan ukurannya dengan mengacu pada Pedoman

Ukuran Dampak Penting (Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor

056 Tahun 1994). Evaluasi sifat penting dampak disimbolkan

dalam ukuran sebagai berikut:

1 : Dampak Penting

0 : Dampak Tidak Penting

Sifat dan ukuran penting dampak yang dicantumkan pada

matrik pada dasarnya diperoleh dari hasil telaahan

sebelumnya yakni pada evaluasi sifat penting dampak.

Bagan alir dikembangkan dengan ketentuan (lihat Gambar

3):

(1) Segenap komponen dampak penting lingkungan yang

terdapat dalam matrik evaluasi dampak, disusun dalam

bentuk jalinan dampak primer, sekunder, dan tersier.

(2) Bagan alir tidak dilengkapi dengan nilai atau besaran

tentang sifat dampak. Bila dipandang perlu, dalam bagan

alir dapat diberikan tanda "+" yang menunjukan dampak

positif, atau tanda "-" yang menunjukan dampak negatif.

Berdasarkan matrik dan bagan alir yang telah disusun,

selanjutnya dianalisis secara holistik kecenderungan timbulnya

berbagai perubahan yang bersifat mendasar, baik yang bersifat

positif maupun negatif.

Page 113: Amdal Ajar
Page 114: Amdal Ajar

Gambar 3. Contoh Bagan Alir Dampak Pengembangan Lapangan Minyak, Kasus Sumatra (Hudbay Oil, 1990)

Kegiatan Lapangan MinyakKegiatan Lapangan Minyak

Pola Drainase &

Debit

Kualitas Air Permukaan

Potensi & Kualitas

Ikan

Potensi Vegetasi

Habitat Mamalia

Iklim Mikro

Kualitas Udara

Muka Air

Tanah

Habitat Burung Perairan

Subsidensi Tanah

Sifat Fisik Kimia Tanah

Keterbukaan Wilayah

Penyerapan Tenaga Kerja

Peluang Berusaha

Gerak Penduduk &

Migrasi

Penggunaan Lahan

Nilai Lahan

Sikap Terhadap Proyek

Struktur & Komposisi Jenis Veg.

Kualitas Air Selat Panjang

Potensi Keba-karan Hutan

dan atau Gambut

- Limbah akibat kegiatan konstruksi dan produksi MSN (offhore)

- Kualitas air permukaan wilayah Tebing Tinggi

Iklim

Dampak primer

Dampak sekunder

Dampak tersier

Dampak kuarter

Page 115: Amdal Ajar

DAFTAR PUSTAKA

1. PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

2. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL

3. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 299 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam AMDAL.

Literatur yang berkaitan dengan Kajian Aspek Sosial AMDAL

a. Armour,  Audrey,  1989. Note Taking of Lecture on  Social  Impact Assessment on September 29, 1989.

b. Burdge, Rabel. 1999. A Community Guide to Social Impact Assessment. Middleton, Wisconsin: Social Ecology Press

c. Burdge, Rabel. 1998. A Conceptual Approach to Social Impact Assesment. Collection of Writings by Rabel Burdge and Colleagues. Middleton, Wisconsin: Social Ecology Press.

d. Chambers, R., 1985. Shortcut methods in social information gathering for rural development projects. Dalam: Cernea, M. M., ed., Putting people first, hal. 399-415. Oxford Univ. Press.

e. Finterbusch, Kurt et.al., 1983. Social Impact Assessment Methods. Beverly Hills: Sage Publications.

f. Finterbusch,  Kurt  and  Wolf, C.P (eds),.  1977.  Methodology  of Social Impact Assessment. Strounburg, PA: Downden,  Huchitson and Ross Inc.

g. Finterbusch,  Kurt, 1980. Understanding Social Impacts.  Beverley Hill, California: Sage Publication.

h. Gale, Richard,  1981.  Social Assessment Reference Notebook. Washington, D.C: U.S. Department of Agriculture.

i. Hadi, Sudharto. 1995. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori dan Metode: Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

j. Institute of Environmental Research Inc., 1988. Social Impact Assessment of Hazardous Waste Management Facility  in  the Township  of West Lincoln. Toronto: Ontario Waste  Management Corporation.

k. Lang-Armour Associates, 1980. The Assesement and Review of Social Impact. Ottawa:  Federal  Environmental  Assessment Review Office.

2. Literatur yang berkaitan dengan Metode Ilmu-Ilmu Sosial

a) Hadi,  Sutrisno, 1982. Metodologi Research.  Yogyakarta:  Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Page 116: Amdal Ajar

b) Singarimbun, Irawati, 1978. Wawancara. Yogyakarta: Lembaga Kependudukan UGM.

3. Literatur yang disarankan untuk dibaca berkaitan dengan Analisa Kualitatif dan Kuantitatif

a) Daniel, Wayne W. Applied Non Parametric Statistic. Second edition. PWS Kent. London.

b) Dey, Ian. 1993. Qualitative Data Analysis: A User Friendly Guide for Social Science. Routledge. London.

c) Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Qualitative Approach. Sage Publication. London.

d) Marshall, C., and GB. Rossman. 1989. Designing Qualitative Research. Sage Publication. London.

e) Miles, Matthew B., and A. Michael Uberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan. UI Press. Jakarta

f) Siegel, Sidney. 1997. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Terjemahan dari Non Parametric Statistic for The Behavioral Science. Gramedia. Jakarta.

g) Sitorus, Felix MT. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Dokumentasi Ilmu-ilmu Sosial (DOKIS) Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian IPB. Bogor.

Page 117: Amdal Ajar