hukling amdal

32
5 KU-4075 Hukum Lingkungan TUGAS RESUME DAN CONTOH DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (ANDAL), UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL) Oleh: Leily Shafira Hardiyana 15309079 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

description

contoh amdal

Transcript of hukling amdal

  • 5

    KU-4075 Hukum Lingkungan

    TUGAS RESUME DAN CONTOH DOKUMEN

    ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (ANDAL),

    UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL)

    DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL)

    Oleh:

    Leily Shafira Hardiyana

    15309079

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2013

  • 6

    RESUME

    A. ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

    Sebelum melakukan usaha dan/atau kegiatan, diperlukan adanya izin lingkungan yang diberikan oleh

    pemerintah kepada usaha yang telah melakukan Amdal atau UKL-UPL. Hal ini diperlukan dalam

    rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin usaha

    atau kegiatan.

    Terdapat tiga jenis dokumen yang diperlukan, yaitu Amdal, UKL dan UPL. Amdal (Analisis mengenai

    Dampak Lingkungan Hidup) merupakan kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau

    kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

    keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. UKL-UPL (Upaya Pengelolaan

    Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup) adalah pengelolaan dan pemantauan

    terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang

    diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentagn penyelengaraan usah dan/atau kegiatan.

    Usaha atau kegiatan yang dimaksud yaitu semua bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan

    terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup. Jenis usaha

    dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal dijelaskan di PerMen LH Nomor 05 Tahun 2012.

    Terdapat 14 bidang yang dijelaskan juga spesifikasi jenis kegiatan serta skala kegiatannya yang wajib

    memiliki Amdal, yaitu:

    a. Bidang Multisektor

    b. Bidang Pertahanan

    c. Bidang Pertanian

    d. Bidang Perikanan dan Kelautan

    e. Bidang Kehutanan

    f. Bidang Perhubungan

    g. Bidang Teknologi Satelit

    h. Bidang Perindustrian

    i. Bidang Pekerjaan Umum

    j. Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman

    k. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

    l. Bidang Pariwisata

    m. Bidang Ketenaganukliran

    n. Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)

    Dalam PerMen LH Nomor 05 Tahun 2012 juga terdapat bagan alir tata cara penapisan untuk

    penentuan wajib tidaknya suatu rencana usaha dan/atau kegiatan memiliki Amdal.

  • 7

    Bagan alir penentuan wajib Amdal

    (Sumber: PerMen LH Nomor 05 Tahun 2012)

    Dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh

    suatu usaha dan/atau kegiatan. Dampak juga berarti kondisi lingkungan yang diperkirakan akan ada

    tanpa adanya aktivitas pembangunan dengan yang diperkirakan akan ada dengan adanya

    pembangunan tersebut.

    Dampak penting ini akan dihasilkan setelah melakukan analisas dampak lingkungan hidup, atau biasa

    disebut Andal. Andal merupakan telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu

    rencana usaha dan/atau kegiatan. Sebelum melakukan andal, kerangka acuan (KA) dibuat terlebih

    dahulu agar jelas ruang lingkup kajian andal-nya, dimana KA ini berdasarkan hasil pelingkupan.

    Pelingkupan merupakan proses awal untuk penentuan lingkup permasalahan (sebagai sumber

    dampak) dan mengidentifikasi dampak penting hipotetik, pada komponen lingkungan yang terkait

    dengan rencana kegiatan. Pelingkupan bertujuan untuk:

  • 8

    a. Menetapkan batas wilayah studi dan batas waktu perkiraan dampak

    b. Mengidentifikasi dampak penting hipotetik lingkungan

    c. Menetapkan tingkat kedalaman studi Amdal

    d. Menetapkan lingkup studi dan rancangan studi Amdal secara sistematis.

    Dengan melakukan pelingkupan, diharapkan terjadinya efisiensi waktu, dana serta tenaga serta akan

    memperjelas arah pembahasan Amdal dan memperkecil kemungkinan adanya konflik atau

    tertundanya proyek.

    Pelingkupan dilakukan berdasarkan ruang lingkup yang terbentuk dari empat batas wilayah studi

    berikut:

    a. Batas proyek ruang rencana kegiatan

    b. Batas ekologis: ruang penyebaran dampak, menurut media transport air atau udara

    c. Batas sosial, ruang sektor dimana terjadi interaksi sosial

    d. Batas administrasi.

    Dari pelingkupan tersebut kemudian dibuatlah rona lingkungan awal yang dipengaruhi berbagai

    faktor, yaitu fisika, kimia, biologi, sosial, ekonomi dan budaya. Mendefinisikan rona lingkungan awal

    sebagai dasar penilaian dampak suatu kegiatan. Rona lingkungan merupakan informasi dasar yang

    membantu mengetahui kebutuhan suatu proyek. Dalam mendefinisikan rona lingkungan awal untuk

    suatu proyek dilakukan dengan menetapkan dasar untuk menentukan kebutuhan proyek. Tujuan rona

    lingkungan awal adalah untuk mengidentifikasi faktor lingkungan penting dam membuat suatu daftar

    tentang perubahan lingkungan kritis, prediksi dan penilaian.

    Dengan diketahuinya rona lingkungan awal, maka dapat ditentukan dampak penting hipotetik yang

    nantinya akan dianalisis dan tertuang di dokumen Andal.

    Analisis dampak lingkungan menjadi dasar dirancangnya Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) yang

    berguna untuk menangani dampak penting negatif serta meningkatkan dampak positif yang

    diperkirakan akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan. Sedangkan Upaya Pemantauan Lingkungan

    (UPL) merupakan upaya pemantauan komponen lingkungan fisik maupun non-fisik yang terkena

    dampak yang ditimbulkan, yang dinilai penting dan besar.

    Perundangan yang saat ini berlaku mengenai AMDAL adalah PerMen LH Nomor 05 Tahun 2012

    tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak

    Lingkungan Hidup dan PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

    B. IZIN LINGKUNGAN

    PP Nomor 27 Tahun 2012 menggantikan peraturan sebelumnya yaitu PP Nomor 27 Tahun 1999.

    Dalam PP 27 Tahun 2012 disebutkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki

    Amdal atau Usaha Pengelolaan Lingkungan dan Usaha Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) wajib

    memiliki izin lingkungan. Sementara izin lingkungan diperoleh melalui tahapan berikut:

    a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL

    b. penilaian Amda dan pemeriksaa UKL-UPL

    c. dan permohonan dan penerbitan izin lingkungan.

    Adapun dokumen Amdal wajib dimiliki oleh setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting

    terhadap lingkungan hidup. Sedang setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam

    kriteria wajib Amdal wajib memiliki UKL-UPL.

  • 9

    Amdal sebagaimana dimaksud disusun oleh Pemrakarsa (penanggung jawab kegiatan usaha) pada

    tahap perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, yang berlokasi di tempat yang sesuai dengan

    rencana tata ruang. Disebutkan dalam Pasal 4 Ayat 3 PP Nomor 27 Tahun 2012 bahwa Dalam hal

    lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dokumen Amdal tidak

    dapat dinilai dan wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa.

    PP ini juga menegaskan, bahwa dalam menyusun dokumen Amdal, Pemrakarsa mengikutsertakan

    masyarakat yang terkena dampak, pemerhati lingkungan hidup; dan/atau yang terpengaruh atas

    segala bentuk keputusan dalam proses Amdal. Disebutkan dalam Pasal 9 Ayat 3 PP Nomor 27 Tahun

    2012 bahwa Pengikutsertaan masyarakat dilakukan sebelum penyusunan dokumen Kerangka Acuan.

    Adapun mengenai penyusunan dokumen Amdal, PP ini mensyaratkan hanya bisa dilakukan oleh

    penyusunan Amdal yang memiliki sertifikat kompentensi penyusun Amdal. Sertifikat ini bisa

    diperoleh melalui uji kompetensi, dengan terlebih dulu harus lulus pendidikan dan pelatihan

    penyusunan Amdal. Ditegaskan pada pasal 12 ayat 1 PP bahwa Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada

    instansi lingkungan hidup Pusat, Provinsi, atau kabupaten/kota dilarang menjadi penyusun Amdal.

    Kewajiban memiliki dokumen Amdal ini dikecualikan bagi usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di

    kawasan yang telah memiliki Amdal, berada pada kabupaten/kota yang telah memiliki detil tata ruang

    kabupaten/koya, dan dilakukan dalam rangka tanggap darurat bencana. Namun demikian, pemrakarsa

    tetap wajib menyusun UKL-UPL berdasarkan dokumen RKP-RPL kawasan; atau rencana detil tata

    ruang kabupaten/kota.

    Komisi Penilai Amdal berdasarkan laporan Tim Teknis dalam jangka waktu paling lama 75 hari akan

    memberikan rekomendasi hasil penilaian Andal yang berisi layak tidaknya dokumen Andal kepada

    Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Selanjutnya Menteri, Gubernur,

    Bupati/Walikota dalam waktu 10 hari akan memberikan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan

    lingkungan hidup yang diajukan pemrakarsa.

    Sementara untuk dokumen UKL-UPL, disampaikan pemrakarsa kepada Menteri untuk usaha dan/atau

    kegiatan yang berlokasi di lebih 1 provinsi, Gubernur (lebih dari 1 kabupaten), Bupati/Walikota (di 1

    kabupaten/kota). Dalam jangka waktu 14 hari, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota akan

    mengeluarkan rekomendasi dalam bentuk persetujuan atau penolakan atas UKP-UPL yang diusulkan.

    Selanjutnya dengan mengantongi dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL, pemrakarsa bisa

    mengajukan permohonan Izin Lingkungan secara tertulis kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota

    sesuai dengan kewenangannya, dengan menyertakan pula dokumen pendirian usaha dan/atau

    kegiatan, serta profil usaha dan/atau kegiatan.

    Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota wajib

    mengumumkan permohonan Izin Lingkungan melalui multimedia atau papan pengumuman di lokasi

    usaha/kegiatan dalam waktu 5 (lima) hari kerja.

    Dalam Pasal 47 Ayat 2 PP Nomor 27 Tahun 2012 disebutkan bahwa Izin lingkungan diterbitkan

    setelah dilakukannya pengumuman permohonan Izin Lingkungan, dilakukan bersamaan dengan

    diterbitkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL.

  • 10

    DOKUMEN AMDAL

    KATA PENGANTAR

    Pada tahun 2010, PT Ario Bimo Laguna Perkasa sebagai pihak developer berencana mengembangkan

    Taman Ria Senayan menjadi sebuah kawasan perbelanjaan. Kawasan perbelanjaan ini direncanakan

    bernama Mal Taman Ria. Sebagaimana suatu rencana proyek, pada proses perencanaannya mesti

    dilakukan studi AMDAL untuk melihat seberapa besar dampak proyek tersebut terhadap lingkungan.

    Studi AMDAL akan dilakukan selama rentang waktu tertentu dengan membaginya berdasarkan

    komponen kegiatan dan lingkungan.

    Pada kenyataannya, pihak pemerintah dan mesyarakat tidak setuju dengan adanya pembangunan

    tersebut. Walaupun kemudian proyek tersebut tetap dijalankan, namun pada akhirnya proyek

    tersebut disegel oleh Pemprov DKI.

    Kasus bermula saat pengembang mal PT Ario Bimo Laguna Perkasa memegang surat Izin Konstruksi

    Menyeluruh (IKM) yang telah dikeluarkan oleh Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B)

    DKI Jakarta. Namun pada 27 Juli 2010, Pemprov DKI Jakarta membekukan izin tersebut sehingga PT

    Ario Bimo Laguna tidak bisa melanjutkan pekerjaan sebagaimana izin yang telah dikeluarkan.

    Atas hal ini, PT Ario Bimo Laguna pun menggugat Pemprov DKI Jakarta ke Pengadilan Tata Usaha

    Negara. Pada 18 Januari 2011, PTUN Jakarta mengabulkan seluruh permohonan dan membatalkan SK

    No 84/2010 yang membekukan Surat Keputusan Kepala Dinas No 39/IP-STR/VI/2010.

    Karena tidak terima, Pemprov DKI Jakarta mengajukan banding. Sayangnya, Pengadilan Tinggi Tata

    Usaha Negara Jakarta pada 12 September 2011 bergeming dan menguatkan putusan PTUN Jakarta.

    Tanpa menyerah, Pemprov DKI Jakarta pun mengambil jalur terakhir yaitu permohonan kasasi.

    Namun kasasi tersebut tidak diterima. Dalam kasasi nomor 105 K/TUN/2012 dituliskan bahwa

    Permohonan kasasi Kepala Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) DKI Jakarta tidak

    dapat diterima. Vonis ini diketok pada 8 Agustus 2012 lalu ini diadili oleh ketua majelis hakim Prof

    Paulus Effendi Lotulung dengan hakim anggota Prof Achmad Sukardja dan Dr Supandi. Hal ini

    menandakan bahwa penyegelan pembangunan mal Taman Ria Senayan yang dilakukan Pemrov DKI

    tidak sah.

    Adanya ketidakjelasan dan permasalahan dalam izin pembangunan Mal Taman Ria ini berkaitan

    dengan kejelasan pemberian izin lingkungan dan Amdal proyek, sehingga pembangunan ini menarik

    untuk dibahas kembali Analisis mengenai Dampak Lingkungannya.

  • 11

    KA-ANDAL

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Kebutuhan penduduk di ibu kota tentunya berbeda dengan kebutuhan penduduk di kota apalagi di

    desa. Baik dari tingkat kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Penduduk ibukota dengan kelas

    ekonomi yang beragam dan rentang yang jauh, menyebabkan adanya perbedaan kelas yang signifikan.

    Perbedaan kelas ini turut mempengaruhi tempat mereka memperoleh kebutuhan.

    Penduduk dengan kelas ekonomi menengah ke atas biasanya lebih memilih berbelanja di pusat

    perbelanjaan modern, seperti mal. Letak yang strategis juga diperlukan untuk mendukung keberadaan

    pusat perbelanjaan tersebut, sebab jika pusat perbelanjaan untuk kelas menengah ke atas akan lebih

    baik jika berada di daerah perkantoran ataupun perumahan masyarakat menengah ke atas. Letak

    pusat perbelanjaan di pusat Jakarta juga akan mempermudah akses berbagai pihak menuju pusat

    perbelanjaan tersebut.

    Berdasarkan alasan tersebut, maka pihak pengembang berencana untuk membangun pusat

    perbelanjaan Mal Taman Ria sebagai bentuk rekonstruksi dari Taman Ria Senayan di Jakarta Pusat.

    1.2 TUJUAN DAN MANFAAT

    1.2.1 Tujuan

    Tujuan dari rencana pembangunan Mal Taman Ria ini adalah untuk memenuhi kebutuhan

    penduduk ibu kota DKI Jakarta.

    1.2.2 Manfaat

    Manfaat dari rencana proyek ini antara lain :

    1. Menjadi tempat rekreasi dan hiburan untuk konsumen dari mana saja.

    2. Membuka lapangan pekerjaan baru, khususnya bagi penduduk di sekitar lokasi proyek

    3. Meningkatkan pendapatan daerah pemerintah DKI Jakarta.

    1.3 PERATURAN

    Berikut adalah dasar-dasar peraturan yang memiliki keterkaitan dengan rencana pembangunan Mal

    Taman Ria:

    1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman

    Penyusunan AMDAL

    2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis-jenis

    rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL

    3. Undang Undang RI No. 5 Tahun 1960 Tentang Dasar-dasar Peraturan Tata Guna Lahan

    4. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem

    5. Undang-Undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang susunan rencana tempat

    6. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

  • 12

    7. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

    8. Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, sebagai dasar hukum tentang

    penentuan Ruang Terbuka Hijau yang harus disediakan

    9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 tahun 1991 tentang Penggunaan Sungai

    10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

    Pencemaran Udara

    11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

    dan Pengendalian Pencemaran Air

    12. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 55 Tahun 1993 tentang Prosedur Perolehan Lahan

    13. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 117 Tahun 1999 tentang Investasi atau

    Penanaman Modal

    14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah

    Cair Bagi Kegiatan Industri

    15. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48/MEN.LH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat

    Kebisingan

    16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50/MEN.LH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat

    Emisi

    17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha

    dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    Hidup

  • 13

    BAB II RENCANA USAHA KEGIATAN

    2.1 PEMRAKARSA KEGIATAN

    2.1.1 Pemrakarsa

    Pemrakarsa perencanaan pembangunan pusat perbelanjaan Mal Taman Ria di Taman Ria

    Senayan, Jakarta adalah:

    1. Institusi

    Nama institusi : PT Ario Bimo Laguna Perkasa

    Alamat : Jl. Gerbang Pemuda 3 Komplek Taman Ria Senayan, Jakarta

    Telepon : 021-5732504

    2. Penanggung jawab

    Nama : Bapak Ludy

    Alamat : Jl. Pemuda 4 Pondok Bambu, Jakarta

    Telepon : 085612345678

    2.1.2 Penyusun ANDAL

    Nama lembaga : Hade Konsultan

    Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No. 69, Jakarta Timur

    Telepon : 021-91820123

    Tim studi AMDAL mencakup tiga bidang keahlian pokok, yaitu :

    a. Bidang Lingkungan Fisik atau Geofisik dan Kimia

    b. Bidang Lingkungan Biologis

    c. Bidang Sosial-ekonomi dan Sosial-budaya atau bidang sosial

    Ketua tim penyusun studi AMDAL bersertifikat AMDAL A, sedangkan anggota tim penyusun

    lainnya mempunyai keahlian yang sesuai dengan lingkup studi AMDAL yang akan dilakukan.

    Berikut adalah tim inti penyusun studi AMDAL:

    a. Ketua Tim-AMDAL : Ir. Muhammad Ali, PhD

    b. Ketua Sub-tim Fisika dan Kimia : Dr. Toni Irawan

    c. Ketua Sub-tim Biologi : Dr. Inna Nur

    d. Ketua Sub-tim Sosial-ekonomi dan Sosial-budaya : Dr. Ninik

    e. Ketua Sub-tim Sosial Budaya : Dr. Meutia

    f. Konsultan : Dr. M. Arfah D.

    2.2 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

    Proyek ini merupakan sebuah proyek pembangunan pusat perbelanjaan untuk penduduk kelas

    menengah ke atas. Proyek ini direncanakan dibangun di atas lahan seluas 2 ha (20% dari luas Taman

    Ria Senayan) dengan alokasi luas 10% untuk bangunan pendukung, seperti ruang terbuka hijau,

    drainase, keamanan dan lain-lain.

    Kawasan pusat perbelanjaan ini direncanakan berada di antara kawasan permukiman dan

    perkantoran padat, serta berada di pusat kota. Kawasan ini terletak dekat dengan banyak jalan arteri.

    Kegiatan yang berlangsung di sekitar lokasi rencana proyek adalah layaknya aktivitas permukiman

    padat penduduk pada umumnya, seperti perdagangan (pasar, warung, dan toko), pendidikan (sekolah,

  • 14

    universitas) dan bisnis (kantor, mal). Berikut adalah rencana lokasi pembangunan kawasan pusat

    perbelanjaan di wilayah Senayan, Jakarta Pusat:

    Peta lokasi kegiatan proyek di Senayan, Jakarta Pusat

    (Sumber: maps.google.com)

    2.3 TAHAPAN RENCANA KEGIATAN

    Proyek pembangunan kawasan industri tahu ini direncanakan untuk berlangsung dalam 3 tahap

    utama, yaitu:

    a. Tahap prakonstruksi

    Tahap Prakonstruksi merupakan tahap penyiapan pelaksanaan kegiatan berupa pengadaan

    lahan lokasi. Kegiatannya antara lain :

    Survey lapangan untuk menentukan lokasi rencana pembangunan proyek dan melakukan

    invetasrisasi tanah sekitar.

    Pengurusan surat perijinan pembangunan proyek pada Kantor Badan Pertanahan Kota

    Jakarta untuk lahan proyek di Taman Ria Senayan.

    b. Tahap konstruksi

    Pada tahap ini kegiatan yang berlangsung adalah:

    1. Pembukaan lahan

    Kegiatan ini secara garis besar terdapat tahapan-tahapan berikut:

    Pembersihan lahan

    Penggalian dan penimbunan tanah untuk keperluan penyiapan lokasi bangunan

    Perataan lahan secara parsial

    Penyiapan tapak untuk pembangunan

    2. Pengerahan tenaga kerja

    Kegiatan mulai dari perekrutan tenaga kerja, pendeskripsian kerjaan hingga pemberian

    pelatihan bila dibutuhkan.

  • 15

    3. Mobilisasi peralatan dan material

    Secara umum meliputi :

    Pembelian/peminjaman material dan alat

    Pengangkutan alat dan bahan

    Penyimpanan alat dan bahan

    4. Pembangunan

    Kegiatannya antara lain:

    Pemadatan tanah

    Penyiapan pondasi banguna

    Pembangunan konstruksi rangka dan beton

    5. Pembangunan Fasilitas

    Secara umum pekerjaan yang dilakukan :

    Pemasangan jaringan listrik dan air bersih

    Penyiapan lahan hijau dan tempat parkir

    Pembangunan pusat pengolahan limbah

    6. Persiapan kegiatan operasional

    Loading dock

    Persiapan setiap pemilik kavling

    c. Tahap operasi

    Tahapan ini meliputi kegiatan setelah konstruksi dan kegiatan operasional di pusat

    perbelanjaan, yaitu:

    1. Kegiatan jual beli

    Kegiatannya antara lain adalah :

    Transaksi jual beli

    Pengisian stock barang

    2. Akses kendaraan

    Adanya konsumen dan pegawai yang keluar masuk pusat perbelanjaan

    3. Event pusat perbelanjaan

    Seperti diadakannya konser musik, sale, dan lain-lain

  • 16

    BAB 3 RONA LINGKUNGAN HIDUP

    3.1 PROFIL KOTA JAKARTA

    Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta

    merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di

    bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527),

    Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Di

    dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town, atau lebih populer lagi The Big

    Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.

    Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km (lautan: 6.977,5 km), dengan penduduk berjumlah

    10.187.595 jiwa (2011). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta

    jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.

    3.2 BATAS WILAYAH

    Peta Kota Administrasi Jakarta

    Batasan wilayah administrasi proyek adalah:

    a. Sebelah utara : Jakarta Pusat

    b. Sebelah timur : Jakarta Selatan

    c. Sebelah selatan : Jakarta Selatan

    d. Sebelah barat : Jakarta Selatan

    3.3 Fisik

    3.3.1 Iklim

  • 17

    Letak rencana proyek pembangunan pusat perbelanjaan berada di Senayan, Jakarta Pusat.

    a. Tipe iklim

    Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Jakarta mengalami puncak

    musim penghujan pada bulan Januari dan Februari. Curah hujan antara bulan Januari dan awal

    Februari sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim

    kemarau pada bulan Agustus

    b. Curah Hujan

    Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata

    curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal

    Februari sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim

    kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter .

    c. Suhu dan Kelembaban Udara

    Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi. Suhu dianggap sebagai

    salah satu faktor yang dapat memperkirakan dan menjelaskan kejadian dan penyebaran air di

    muka bumi. Bulan September dan awal Oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu

    udara dapat mencapai 40 C . Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25-38 C (77-100 F).

    Data Iklim Jakarta

    (Sumber: wikipedia.org)

    d. Arah dan Kecepatan Angin

    Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara nisbi terhadap

    permukaan bumi. Parameter tentang angin yang biasanya dikaji adalah arah dan kecepatan

    angin. Dalam satu hari, kecepatan dan arah angin dapat berubah-ubah. Perubahan ini seringkali

    disebabkan oleh adanya beda suhu antara daratan dan lautan. Angin pada umumnya bertiup dari

    bidang permukaan lebih dingin ke bidang permukaan lebih hangat. Misalnya pada siang

    hari di bulan kemarau, arah angin cenderung bertiup dari lautan ke daratan yang lebih hangat.

    Kecepatan angin maksimum di lokasi rencana proyek pembangunan kawasan industri tahu

    sebesar 1,1 m/det. Arah angin rata-rata setiap tahun mengalami perubahan. Saat musim

    hujan antara bulan September dan Maret, arah angin dominan berkisar antara barat dan

    barat laut. Pada bulan kemarau antara bulan April dan Oktober, arah angin berkisar antara timur

    laut dan selatan.

    3.3.2 Udara

    Berdasarkan hasil pengukuran langsung di lokasi rencana pembangunan proyek,

    menunjukkan bahwa kualitas udara secara umum masih tergolong baik. Nilai tiap parameter masih

    dibawah standar baku mutu ambien yang disyaratkan Peraturan Pemerintah no. 41 tahun 1999.

    3.3.3 Air

    Air yang biasa digunakan untuk kegiatan sehari-hari oleh penduduk sekitar berasal dari air

    tanah dengan kedalaman maksimum 150 m dari permukaan tanah. Air limbah domestik penduduk

  • 18

    mengalir melalui saluran drainase (parit) dan di daerah tersebut belum memiliki instalasi khusus

    pengolahan air limbah.

    3.3.4 Lahan, Topografi, dan Geologi

    Jakarta Pusat memiliki 8 kecamatan luas wilayah sekitar 48 km2. Secara topografi lokasi

    proyek terletak pada ketinggian 791 m dpl dan permukaan tanah cenderung datar.

    3.3.5 Kebisingan

    Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan

    waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

    Sumber kebisingan di sekitar lokasi rencana pembangunan kawasan industri tahu berasal dari

    kendaraan yang lalu lalang seperti sepeda motor, angkot, sedan, truk, pick up, bus, dan sebagainya.

    Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan meteran tingkat kebisingan

    metode biasa (tidak menggunakan presisi). Sampling dilakukan di tengah-tengah pemukiman di 3

    titik yang masing-masing berjarak 500 m dengan yang lainnya. Tingkat kebisingan ini masih

    memenuhi baku mutu (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup 48/11/1996 tentang Baku Tingkat

    Kebisingan).

    3.4 Ekologi

    3.4.1 Ekosistem

    Jenis-jenis ekosistem yang terdapat di Taman Ria Senayan, Jakarta yang berpotensi untuk

    terkena dampak oleh rencana pembangunan pusat perbelanjaan antara lain:

    a. Ekosistem padang rumput di sekeliling lahan kosong

    Terdapat vegetasi padang rumput di sekitar lahan kosong, yang sering dijadikan sarana olahraga

    atau kegiatan bersama. Lahan ini yang nantinya akan dijadikan lokasi proyek.

    b. Ekosistem danau

    Terdapat danau seluas 6 Ha di sekitar lokasi rencana kegiatan. Dnau tersebut memiliki ekosistem

    sendiri. Ekosistem danau inilah yang memilliki potensi terbesar terkena dampak pembangunan

    pusat perbelanjaan. Besarnya kemungkinan adanya pencemaran yang dilakukan oleh konsumen

    atau orang yang tidak bertanggung jawab setelah berbelanja atau ketika bersantai dapat

    menyebabkan pencemaran di danau tersebut.

    3.4.2 Fauna

    Keseragaman fauna di daerah Taman Ria Senayan tidak begitu khas. karena di luas daerah

    tempat hidup fauna tersebut sangat sedikit dan pengaruh dari polusi jalan raya sangat mempengaruhi

    habitat fauna ini. Berikut fauna yang ada di tiap ekosistem di lokasi proyek:

    a. Ekosistem padang rumput

    Grafik Persentase Populasi Fauna Ekosistem Padang Rumput

  • 19

    b. Ekosistem danau

    Ekosistem danau tidak memiliki ragam fauna ekosistem yang tinggi.

    Grafik Persentase Populasi Fauna Ekosistem Danau

    3.4.3 Flora

    Keanekaragaman jenis flora di sekitar lokasi proyek rendah terkait karena sedikitnya lahan

    untuk tumbuh. Penyebaran flora hanya terkonsentrasi di tiap ekosistem yang memiliki potensi untuk

    terkena dampak dari adanya proyek.

    a. Ekosistem padang rumput

    Ekosistem ini memiliki rerumputan dengan vegetasi rendah seperti rumput liar atau sejenis

    rumput kuda.

    b. Ekosistem danau

    Jenis flora yang ada hanya berupa flora yang dapat hidup di badan air yang tercemar, seperti jenis

    tumbuhan mikroskopis (lumut dan tanaman paku-pakuan).

    3.4.4 Sumber Daya Alam

    Jenis sumber daya alam di lokasi sekitar proyek yang memiliki nilai guna bagi masyarakat

    sekitarnya sangat sedikit, hanya air tanah dan rerumputan.

    Persentase; Belalang; 35%; 35%

    Persentase; Cacing; 5%; 5%

    Persentase; Capung; 10%; 10%

    Persentase; Kadal; 25%; 25%

    Persentase; Kodok; 25%; 25%

    Persentase Populasi Fauna Ekosistem Padang Rumput

    Belalang Cacing Capung Kadal Kodok

    Persentase; Jentik nyamuk;

    50%; 50%

    Persentase; Kecebong; 35%;

    35%

    Persentase; Ikan sapu-sapu;

    15%; 15%

    Persentase; ; 0; 0%

    Persentase Populasi Fauna Ekosistem Danau

    Jentik nyamuk Kecebong Ikan sapu-sapu

  • 20

    3.5 Nilai yang Digunakan Manusia

    3.5.1 Tata Guna Lahan

    Penggunaan lahan di sekitar Taman Ria Senayan merupakan pemukiman penduduk serta situs

    bisnis yang cukup padat. Grafik tata guna lahan ditunjukkan pada diagram berikut:

    3.5.2 Transportasi

    Kendaraan yang umum digunakan di daerah rencana lokasi proyek adalah kendaraan roda

    empat, roda dua dan lebih dari roda empat. Ukuran badan jalan besar karena merupakan jalan arteri.

    3.5.3 Sumber Energi

    Untuk pasokan listrik, semua penduduk di sekitar proyek mendapatkannya dari Perusahaan

    Listrik Negara (PLN).

    3.5.4 Drainase

    Saluran drainase berbentuk persegi dengan lebar 50 cm dan kedalaman 1 m. Pengalirannya

    menggunakan gaya gravitasi dan merupakan drainase tercampur dimana buangan kamar mandi dan

    limpasan air hujan dialirkan melalui saluran yang sama.

    3.6 Nilai Kualitas Hidup

    3.6.1 Sosial Ekonomi

    Segi sosial ekonomi yang terdapat di sekitar proyek dapat dilihat dari data statistik

    kependudukan, mobilisasi, dan sarana pendidikan.

    a. Kependudukan

    Jumlah penduduk

    Jumlah penduduk pada tahun 2005 adalah 861.531 jiwa dengan kepadatan 17.161,97 jiwa/km2.

    Komposisi penduduk menurut pendidikan

    Survey komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan menunjukkan jumlah penduduk yang

    tidak atau belum bersekolah 5%, tidak tamat SD 5%, tamat SD 5%, SLTP 20%, SLTA 20%, dan

    sarjana 40%. Sebagian besar penduduk daerah ini bekerja setelah lulus SLTA, menjadi pekerja

    atau wiras swasta. Grafik Tingkat Pendidikan

    0,2

    0,45

    0,2

    0,15

    Tata Guna Lahan

    Pemukiman

    Perkantoran & bisnis

    Fasilitas Umum

    Lain-lain

  • 21

    Komposisi penduduk menurut agama yang dianut

    Komposisi umat tiap agama adalah Islam (85,36%), Protestan (7,54%), Katolik (3,15%), Buddha

    (3,13%), Hindu (0,21%), Konghucu (0,06%)

    Grafik Agama

    Komposisi penduduk menurut jenis pekerjaan

    Survey jenis pekerjaan penduduk, yaitu pegawai negeri sebesar 6%, ABRI 2%, pegawai swatsa

    15%, petani 10%, pedagang 17%, pelajar 17%, mahasiswa 5%, pensiunan 2%, dan lain-lain

    26%. Sebagian besar penduduk memilih menjadi buruh industri atau berdagang.

    Grafik Jenis Pekerjaan Awal

    10% 5%

    5%

    20%

    20%

    40%

    Tingkat Pendidikan

    Tidak/belum bersekolah

    Tidak tamat SD

    Tamat SD

    Tamat SMP

    Tamat SMA

    Sarjana

    86%

    8%

    3% 3% 0%

    0%

    Komposisi Agama

    Islam

    Protestan

    Katolik

    Buddha

    Hindu

    Konghucu

    pegawai negeri 6

    ABRI 2

    pegawai swasta 15

    petani 10

  • 22

    b. Mobilisasi Penduduk

    Jakarta Pusat menjadi daerah sasaran bagi warga dari kota lain yang sebagian besar motivasinya

    adalah karena pekerjaan. Banyak penduduk yang pindah ke daerah ini untuk kemudian mendirikan

    usaha mandiri ataupun menjadi pegawai.

    3.6.2 Kesehatan

    Tingkat kesehatan di daerah ini cukup baik. Tidak adanya wabah penyakit yang cukup

    signifikan. Fasilitas kesehatan di sekitar proyek adalah 2 buah Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas

    Keliling, Posyandu dan Balai Pengobatan.

  • 23

    BAB 4 RUANG LINGKUP STUDI

    4.1 Dampak Penting yang Ditelaah

    Pelingkupan merupakan proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi

    dampak penting (hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan. Langkah

    pelingkupan sebagai upaya dalam menentukan dampak besar dan penting yang diperkirakan akan

    terjadi akibat proyek pembangunan pusat perbelanjaan di taman Ria Senayan terhadap lingkungan

    yang mencakup secara keseluruhan.

    Perubahan-perubahan lingkungan diperkirakan akan menjadi dampak besar dan penting, dan akan

    dikaji melalui beberapa komponen kegiatan yang berhubungan dan terkait secara sebab akibat.

    Dengan melihat hasil pelingkupan pada Kerangka Acuan ANDAL terdapat beberapa isu pokok yang

    sangat memerlukan pengkajian secara detail dan serius serta analisis yang tajam pada waktu

    membuat laporan ANDAL, yaitu dari sub-sub kegiatan pra-konstruksi, konstruksi, dan operasional.

    1. Perubahan terhadap kualitas badan air permukaan dan air tanah.

    Prediksi dampak dari pelaksanaan proyek ini dibatasi hanya untuk jangka waktu 10 semenjak

    mulai beroperasinya proyek ini.

    Badan air penerima yang diprediksikan tidak akan mengalami pencemaran yang terlalu parah,

    yang merupakan saluran drainase buatan (parit) berukuran sedang, yang kondisi awalnya

    memang sudah tercemar oleh limbah domestik dari wilayah permukiman padat. Badan air

    tersebut diklasifikasikan sebagai sungai golongan IV disesuaikan dengan PP No. 82 tahun 2001

    tentang Kualitas Badan Air Sungai.

    Kawasan pusat perbelanjaan direncanakan untuk memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah.

    Pelaksanaan proyek tidak akan berdampak pada penurunan muka air tanah di lokasi proyek

    karena proyek ini direncanakan menggunakan air tanah dari PDAM.

    2. Perubahan kualitas udara ambien.

    Pada tahap pra konstruksi banyak kendaraan besar yang berlalu lalang di kawasan industri.

    Kendaraan besar banyak menghasilkan asap dari buangan knalpotnya, buangan yang dihasilkan

    banyak mengandung gas CO, CO2, NO2, SO2,, dan gas-gas lainnya.

    Pada proses konstruksi kawasan industri, seperti proses konstruksi bangunan, galian,

    pemasangan beton dan lain-lain dapat menghasilkan jumlah debu (partikulat) dalam jumlah

    yang banyak.

    Pabrik-pabrik sudah berjalan, dan lalu lalang kendaraan bermotor akan semakin banyak. Lalu-

    lalang kendaraan bermotor akan memerikan sumbangan polusi udara bagi kawasan proyek.

    3. Perubahan tingkat kebisingan yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat.

    Dampak pada kebisingan atau dampak pada tingkat kebisingan yang terjadi di daerah proyek

    pembangunan atau daerah di sekitar proyek mempunyai pengaruh yang penting terhadap

    kesehatan masyarakat, kenyamanan hidup masyarakat, pada binatang ternak, satwa liar

    ataupun gangguan pada ekosistem alam.

    Dampak kebisingan dapat pula dibagi berdasarkan fase pembangunan proyek, yaitu fase

    konstruksi dan fase operasi. Besarnya kebisingan yang ditimbulkan dari fase pembangunan fisik

    proyek dapat dibagi lagi menjadi kebisingan yang disebabkan oleh pembersihan lahan,

    penggalian, pondasi, menegakkan bangunan, dan penyelesaian akhir bangunan.

    4. Perubahan ekologis flora dan fauna darat yang berpengaruh terhadap ekosistem.

    Dampak ekologi yang akan terjadi pada pembangunan kawasan industri tahu ini adalah berupa

    pengurangan keanekaragaman hayati (flora dan fauna) yang ada di tempat tersebut. Pengurangan

  • 24

    populasi flora yaitu berupa pengurangan pohon-pohonan dan rerumputan. Sedangkan untuk fauna

    yang diprediksikan akan berkurang populasinya adalah kelompok serangga.

    5. Perubahan sosial-budaya masyarakat.

    Kondisi sosial-ekonomi-budaya masyarakat sekitar diprediksikan akan mengalami perubahan dari

    sebelum dan sesudah dibangunnya proyek tersebut, sebab walaupun sudah banyak pusat

    perbelanjaan di sekitar proyek, namun fungsi lahan awal sebagai tempat terbuka menjadi tempat

    perbelanjaan dapat menimbulkan efek negatif dna positif. Perubahan tersebut terjadi karena

    adanya kontak antara aktivitas-aktivitas yang dilakukan di dalam proyek dengan masyarakat

    sekitar dan kontak yang tidak terjadi lagi akibat ada pusat perbelanjaan tersebut. Kontak tersebut

    dapat menimbulkan perubahan nilai-nilai sosial, nilai budaya, begitu juga nilai ekonomi di daerah

    tersebut.

    Pelingkupan dampak penting dilakukan melalui serangkaian proses berikut:

    1. Identifikasi Dampak Potensial

    2. Evaluasi Dampak Potensial

    3. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting

    Rangkaian proses tersebut dapat dilihat pada bagan berikut:

    Deskripsi Rencana

    Kegiatan

    Rona Lingkungan

    Hidup

    Dampak PotensialDampak Penting

    Hipotetik

    Prioritas Dampak

    Penting Hipotetik

    Identifikasi

    Dampak Potensial

    Evaluasi Dampak

    Potensial

    Klasifikasi dan

    Prioritas

    Alur Pelingkupan Dampak Penting

    4.2 Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

    4.2.1 Wilayah Studi

    Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas wilayah studi ANDAL sesuai

    hasil pelingkupan dampak penting, dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya, waktu dan

    tenaga, serta saran pendapat dan tanggapan dari masyarakat yang berkepentingan.

  • 25

    Batas Wilayah Studi

    Batas Proyek

    Batas proyek guna menetapkan ruang dan horizon studi AMDAL kegiatan pembangunan pusat

    perbelanjaan di Senayan ditetapkan berdasarkan batas-batas fisik lahan yang akan digunakan,

    meliputi lahan seluas 2 ha .

    Batas Ekologis

    Batas ekologis merupakan luas persebaran dampak dari kegiatan pusat perbelanjaan menurut media

    transportasi limbah (dispersi penyebaran temperatur limbah cair).

    Dispersi penyebaran limbah cair pada parit (yang mungkin terjadi) di sekitar wilayah proyek akan

    membatasi batas wilayah studi ekologi perairan. Wilayah udara dengan batas 1 km dari titik pusat

    kegiatan terutama ke arah Selatan dan Timur (sebagai daerah pemukiman penduduk dan bisnis)

    diduga akan terkena dampak limbah gas walaupun sangat sedikit skelai karena penghasil emisi gas

    dari kendaraan yang parkir.

    Batas Sosial

    Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat

    berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang diduga

    akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

    Batas sosial kehidupan masyarakat di Senayan ditandai oleh peluang kerja yang diciptakan oleh pusat

    perbelanjaan. Batas sosial bisa sangat luas dan tersebar di daerah pemukiman penduduk dengan kelas

    ekonomi menengah ke bawah.

    Batas Administrasi

    Batas administrasi ditetapkan berdasarkan pemerintahan yang ada di lokasi kegiatan. Batas

    administrasi ditentukan oleh daerah sesuai kaidah-kaidah administratif yang mempunyai keterkaitan

    dengan lokasi proyek pembangunan kawasan industri tahu, yaitu Kota Administrasi Jakarta Pusat.

    Batas pelingkupan

  • 26

    Batas Studi

    Batas studi merupakan ruang lingkup studi rencana pembangunan pusat perbelanjaan di Taman Ria

    Senayan, Jakarta Pusat. Penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang umumnya

    memiliki keterbatasan sumberdaya seperti waktu, tenaga, teknologi, dana dan metode.

    4.2.2 Waktu Studi

    Jangka waktu pelaksanaan studi AMDAL sejak tahap persiapan hingga penyerahan laporan ke

    instansi yang bertanggung jawab adalah 1 tahun. Hal ini dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

    a. Asumsi perkembangan dari proyek ini sangat cepat sehingga dampaknya pun dapat diketahui

    dengan cepat pula.

    b. Waktu satu tahun maksimum merupakan waktu yang cukup lama dalam melihat reaksi warga

    terhadap proyek pembangunan pusat perbelanjaan ini.

    Jadwal Pelaksanaan Studi AMDAL

    Kegiatan I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

    Persiapan studi

    Studi lapangan dan analisis

    laboratorium

    Penyusunan draft laporan

    Evaluasi draft laporan dan penyusunan

    laporan akhir

  • 27

    BAB 5 DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

    5.1 TAHAP PRAKONSTRUKSI

    Pada tahap prakonstruksi, kegiatan yang menimbulkan dampak penting adalah pembebasan lahan

    terhadap kepemilikan dan pengusahaan lahan serta keresahan masyarakat. Keresahan masyarakat

    yang ditimbulkan akibat berkurangnya ruang terbuka untuk masyarakat.

    5.2 TAHAP KONSTRUKSI

    5.2.1 Komponen Fisika Kimia

    a. Kualitas Udara.

    Dampak terhadap komponen lingkungan kualitas udara pada tahap konstruksi disebabkan

    kegiatan pembangunan yang banyak menghasilkan debu sehingga kuantitas partikel

    bertambah.

    b. Kebisingan.

    Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan; pengecoran dan konstruksi pembangunan akan

    menimbulkan dampak penting terhadap kebisingan. Tingkat kebisingan yang akan timbulkan

    oleh kegiatan tersebut akan meningkat dari rona sebelum kegiatan dimulai. Sedangkan

    kebisingan yang timbul diperkirakan tidak akan mengganggu kenyamanan masyarakat di

    sekitar proyek.

    c. Transportasi.

    Dampak terhadap komponen lingkungan gangguan lalu lintas pada tahap konstruksi

    disebabkan kegiatan mobilisasi alat dan bahan dari dan ke lokasi pembangunan proyek.

    Kegiatan transportasi alat dan bahan ini akan memberikan dampak terhadap gangguan lalu

    lintas.

    5.2.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya

    Komponen sosial ekonomi budaya yang terkena dampak penting kegiatan proyek ini adalah

    kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, dan keresahan masyarakat. Pada kegiatan penerimaan

    tenaga kerja konstruksi akan menimbulkan dampak positif terhadap kesempatan kerja serta

    pendapatan masyarakat. Penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi diperkirakan akan

    menambah sekitar 1000 orang tenaga kerja konstruksi, yang diprakirakan akan berlangsung selama

    satu-dua tahun. Penambahan tenaga kerja ini pada akhirnya akan menambah peluang berusaha bagi

    masyarakat sekitarnya khususnya hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan pekerja

    konstruksi seperti pemondokan, warung dan rumah makan, toko kelontong, serta jasa transportasi.

    5.3 TAHAP OPERASI

    5.3.1 Komponen Fisika Kimia

    Tahap operasional proyek ini dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas udara dan kebisingan.

    Dampak ini akan berlangsung terus menerus selama jam pusat perbelanjaan dibuka. Tingkat emisi

    yang dihasilkan dari kendaraan bermotor sangat beragam.

    5.3.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya

    Pada tahap operasi yang menimbulkan dampak penting terhadap kesempatan kerja, pendapatan

    masyarakat, dan keresahan masyarakat adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja operasi. Jumlah

    tenaga kerja yang diterima pada tahap ini lebih sedikit dibandingkan tahap konstruksi, karena

    pegawai konstruksi biasanya tidak lagi berubah haluan pekerjaan menjadi pegawai pusat

    perbelanjaan.

    Keresahan masyarakat disebabkan oleh proses seleksi tenaga kerja yang akan bekerja pada tahap

    operasi. Proses seleksi tenaga kerja yang akan bekerja pada tahap operasi lebih membutuhkan

  • 28

    keahlian khusus seperti apa keinginan pemilik kavling. Kedua, keresahan juga dapat terjadi jika

    penduduk masih merasa kehilangan tempat terbuka umum.

  • 29

    UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

    (UKL-UPL)

    BAB 1 UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

    1.1 Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

    Prakiraan dampak yang dinilai terpengaruhi secara signifikan dengan adanya pembangunan proyek

    kawasan pusat perbelanjaan . Aspek-aspek yang dipantau perubahannya yaitu :

    1. Kualitas Udara dan kebisingan

    Penurunan kualitas udara, debu dan kebisingan dihasilkan dari mobilisasi tenaga kerja konstruksi,

    mobilisasi alat berat dan material dan pelaksanaan konstruksi. Tetapi penurunan kualitas tersebut

    hanya berlangsung selama konstruksi dan akan berangsur-angsur membaik. Selama tahap

    operasional, terjadi penurunan kualitas udara dan debu, namun intensitas kebisingan semakin

    meningkat di lokasi dan sekitar lokasi rencana kegiatan. Dampak ini berlanjut pada penurunan

    kesehatan dan gangguan kenyamanan para pekerja dan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.

    2. Transportasi lalu lintas

    Dengan adanya mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi, terjadi peningkatan arus lalu

    lintas. Hal ini berlanjut pada penurunan kualitas udara dan kebisingan yang semakin meningkat.

    3. Kerusakan ekosistem

    Pelaksanaan kegiatan akan mengakibatkan pengurangan keanekaragaman hayati (flora dan fauna)

    yang ada di tempat tersebut. Pengurangan populasi flora yaitu berupa pengurangan vegetasi

    rerumputan. Perubahan habitat dan hilangnya vegetasi diperkirakan akan mempengaruhi

    mekanisme ekosistem yang berlangsung di daerah tersebut akibat pembukaan lahan. Beberapa

    jenis fauna berpindah tempat dan beberapa jenis yang lain mati. Fauna yang diprediksikan akan

    berkurang populasinya adalah kelompok serangga.

    5. Peningkatan ekonomi

    Setelah adanya proyek, diperkirakan ekonomi masyarakat sekitar menjadi meningkat, dengan

    adanya kebutuhan pekerjaan dari pusat perbelanjaan.

    1.2 Tolok Ukur Dampak

    Pemerintah Indonesia melalui Menteri Negara Lingkungan Hidup (MENLH) telah menetapkan

    baku mutu kualitas udara, tingkat kebisingan dan kualitas air sebagai parameter evaluasi dampak

    proyek pembangunan jalan atau proyek-proyek lainnya yang berpotensi menimbulkan dampak

    terhadap lingkungan hidup. Baku mutu kualitas udara dan tingkat bising yang ditetapkan MENLH No

    48 tahun 1996, sedangkan baku mutu kualitas air tanah ditetapkan Menperkes No 416/IX/1990.

  • 30

    Baku mutu parameter pencemaran udara

    Parameter Baku mutu (PP no 41 tahun 1999)

    PM10 150 g/m3/24 jam

    CO 1000 g/m3/24 jam

    Nox 150 g/m3/24 jam

    SO2 365 g/m3/24 jam

    Baku Mutu Tingkat Bising di Indonesia

    Peruntukkan Lahan / Kegiatan Baku Mutu Tingkat Bising dB (A)

    a. Peruntukkan Lahan

    1. Perumahan dan Pemukiman

    2. Perdagangan dan jasa

    3. Perkantoran dan Perdagangan

    4. Ruang Hijau Terbuka

    5. Industri

    6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum

    7. Rekreasi

    8. Khusus :

    - Bandar Udara / Airport

    - Stasiun Kereta Api

    - Pelabuhan laut

    - Perkebunan

    55

    70

    65

    50

    70

    60

    70

    70

    70

    70

    60

    55

    55

    Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (MENLH) No. 48 / MENLH/ 11

    Baku Mutu Kualitas Air tanah

    No Parameter Satuan Baku Mutu *)

    I. FISIK

    1 Zat padat tersuspensi mg/l 1500

    2 Kekeruhan Scale NTU 25

  • 31

    3 Rasa Visual No teste

    4 Temperatur 0C N 3

    5 Warna TCU 50

    6 Daya Hantar Listrik Umhos/cm 1000

    II. INORGANIC MATTER

    1 Merkuri mg/l 0.001

    2 Arsen mg/l 0.05

    3 Ion mg/l 1

    4 Fluorida mg/l 1.5

    5 Kadmium mg/l 0.005

    6 CaCO3 mg/l 500

    7 Klorida mg/l 600

    8 Kromium (VI) mg/l 0.05

    9 Mangan (Mn) mg/l 0.5

    10 Nitrat as N mg/l 10

    11 Nitrit, as N mg/l 1

    12 pH - 6,5 9,0

    13 Selenium mg/l 0.01

    14 Zn / Seng mg/l 15

    15 Sianida mg/l 0.1

    16 Sulfat mg/l 400

    17 Timbal mg/l 0.05

  • 32

    III. ORGANIC MATTER

    1 Organik (KMn04) mg/l 10

    2 Detergen mg/l 0.5

    Sumber : Menteri Kesehatan No.416/MEN/Kes/Per/IX/90.

    1.3 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

    1. Penurunan Kualitas udara dan kebisingan

    Memastikan kualitas udara di daerah pasca proyek tidak mengalami penurunan yang

    drastis

    Memastikan kesehatan masyarakat tidak terganggu

    Mengurangi kadar kebisingan akibat kendaraan yang lewat

    Memastikan kesehatan pendengaran masyarakat tidak terganggu

    2. Transportasi lalu lintas

    Pembuatan konstruksi jalan yang kuat dan tahan lama sehingga kecil kemungkinan jalan

    cepat rusak / harus diperbaiki

    Pengaturan jadwal keluar masuk kendaraan sehingga efektif dan tidak menyebabkan

    kemacetan

    3. Peningkatan ekonomi

    Agar peluang berusaha di sektor informal dapat berkembang dengan baik untuk

    meningkatkan kesejahteraan para pekerja proyek dan masyarakat di sekitar lokasi proyek.

    1.4 Pengelolaan Lingkungan Hidup

    1.4.1 Pendekatan Teknologi

    Dampak penting yang dapat dilakukan pendekatan pengelolaanya dari segi teknologi

    adalah sebagai berikut:

    1. Pencemaran Udara

    Untuk pengelolaan udara, dapat dilakukan dengan menanam pohon di sekitar daerah

    rencana proyek untuk mengurangi emisi yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor yang

    melewati daerah tersebut. Selain itu, pengaturan kecepatan kendaraan angkut, jadwal

    pengangkutan dan pengaturan lalu lintas juga diperlukan. Untuk mengetahui berapa emisi

    yang dikeluarkan dapat dibuat alat pemantauan pencemaran udara di titik tertentu di

    kawasan proyek tersebut sehingga dapat dipantau kualitas udara di sepanjang jalan tersebut.

    2. Kebisingan

    Pembatasan kecepatan kendaraan pengangkut

    Pengaturan jadwal pengangkutan

    Membuat pemasangan alat peredam suara pada sumber dampak yang tidak bergerak

    Penanaman pohon yang berdaun dan beranting banyak untuk meredam bising

    1.4.2 Pendekatan Sosial Ekonomi

  • 33

    1. Kompensasi / Ganti Rugi yang Layak

    Pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa peraturan tentang proses pembebasan

    lahan termasuk kelayakan kompensasi / ganti rugi. Berdasarkan Undang-undang Agraria No

    5 tahun 1960, memuat prinsip kewenangan pemerintah dimana tanah milik pribadi dapat

    diambil alih oleh pemerintah demi kepentingan umum.

    2. Pendekatan Pemerintah Indonesia untuk Pemukiman Kembali

    Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 dan Peraturan Presiden No 36 tahun 2005 memuat

    prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali pada proyek-proyek besar.

    1.4.3 Pendekatan Institusi

    Institusi-institusi akan dilibatkan dalam pengelolaan lingkungan. Terutama institusi yang

    bergerak di bidang pengelolaan lingkungan dan LSMLSM masyarakat, agar pengelolaan dapat

    dilakukan secara terorganisir dengan bantuan institusi yang terkait. Serta dengan adanya

    pendekatan dengan masyarakat yang sering berkunjung ke Taman Ria Senayan sebagai tempat

    terbuka agar tidak ada kekecewaan dari masyarakat setelah dibangunnya proyek tersebut.

    1.5 Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

    Dengan memperhatikan sifat dampak penting yang dikelola (lama berlangsung, sifat kumulatif,

    dan berbalik tidaknya dampak), maka direncanakan bahwa dampak penting proyek akan

    dikelola selama 5 tahun setelah proyek selesai.

    BAB 2 UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

    2.1 Dampak Penting yang Dipantau

    Dalam proyek pembangunan proyek ini terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan, baik

    terhadap lingkungan fisik maupun non-fisik. Namun, dari beragam dampak tersebut hanya

    beberapa dampak terhadap lingkungan fisik saja yang dinilai penting dan besar. Dampak-

    dampak tersebutlah yang memerlukan pemantauan dalam rangka pelaksanaan proyek ini.

    Dampak-dampak penting dan besar tersebut adalah:

    a. Peningkatan kebisingan

    Indikator dari peningkatan kebisingan adalah ditemukannya suara yang memiliki tingkat

    kebisingan melebihi baku mutu yang berlaku menurut Kep-48/MENLH/11/1996 untuk

    daerah ruang terbuka hijau.

    b. Penurunan kualitas udara

    2.2 Sumber Dampak

    a. Peningkatan kebisingan

    Sumber penyebab terjadinya peningkatan kebisingan adalah dari kegiatan konstruksi seperti mobilisasi kendaraan berat, land clearing, grading, pembangunan tee, green, fairway, bunker, pompa dan fasilitas pelengkap.

    b. Penurunan kualitas udara Sumber penyebab terjadinya penurunan kualitas udara adalah dari kegiatan konstruksi dan juga kegiatan operasional.

    2.3 Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

  • 34

    Parameter lingkungan hidup yang dipantau meliputi berbagai parameter dari aspek fisika,

    kimia, serta biologi.

    2.3.1 Parameter fisik

    Parameter fisik lingkungan hidup yang dipantau adalah :

    a. Tingkat kebisingan

    Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan

    waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan

    lingkungan. Kebisingan yang melewati ambang batas dapat menganggu sistem pendengaran

    manusia, bahkan apabila pada tingkat yang lebih parah dapat mengakibatkan pecahnya

    gendang telinga serta gangguan psikologis. Sumber kebisingan utama pada saat ini yaitu

    kendaraan bermotor yang berlalu lalang dan kegiatan konstruksi.

    2.4 Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

    Tujuan dilakukannya pemantauan lingkungan hidup adalah :

    a. Untuk mengetahui langkah awal apa yang harus dilakukan apabila terjadi perubahan negatif

    yang serius terhadap parameter yang telah ditentukan.

    b. Memastikan bahwa parameter-parameter yang telah ditentukan tersebut berada dalam

    kondisi yang sesuai dengan dengan baku mutu atau ambang batas yang berlaku.

    c. Memastikan bahwa usaha pengelolaan lingkungan yang dilakukan telah berjalan dengan baik

    dan optimum.

    d. Mengidentifikasi sedari dini apabila terdapat usaha pengelolaan lingkungan yang tidak

    berjalan dengan baik, sehingga dapat dilakukan usaha perbaikan sedini mungkin.

    2.5 Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

    II.5.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data

    a. Tingkat kebisingan

    Untuk tingkat kebisingan, dilakukan pengukuran dengan sound level meter, dengan ketelitian

    alat tersebut adalah 1 dB. Menurut Kep-48/MENLH/11/1996, baku mutu kebisingan di

    daerah perumahan, institusi, rumah sakit adalah 55 dB (A). Tolak ukur dari kebisingan ini

    adalah apabila kebisingan yang diukur tidak melebihi ambang batas, maka lingkungan

    tersebut dalam keadaan baik dan tidak mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar.

    2.5.2 Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

    Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan pada tujuh titik yang berbeda yang tersebar di dalam

    radius batas proyek.

    2.5.3 Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

    Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan Lingkungan

    Parameter yang dipantau Metode Pengukuran Jangka Waktu Frekuensi Pemantauan Tingkat kebisingan Sound Level Meter 30 tahun 3 bulan sekali

    2.6 Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

    2.6.1 Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup

    Institusi pelaksana pemantauan lingkungan

    Parameter yang dipantau Institusi yang melakukan pemantauan Udara dan kebisingan Bappedal bagian udara Hidrografi Bappedal bagian hidrologi

  • 35

    2.6.2 Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup

    Institusi pemantau lingkungan hidup antara lain :

    1. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota Jakarta

    2. Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah Bappedal bagian udara, Bappedal bagian

    keanekaragaman hayati, dan Bappedal bagian hidrologi

    3. Laporan pemantauan lingkungan hidup akan dilaporkan kepada:

    Kepala Bappedal

    Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Jakarta

    Walikota Jakarta

  • 36

    DAFTAR PUSTAKA

    PerMenLH tentang Amdal.

    http://ppejawa.com/ekoplasa49_permenlh_tahun_2012_tentang_amdal.html

    Desk Informasi. 2012. http://www.setkab.go.id/berita-3853-cabut-pp-amdal-pemerintah-

    keluarkan-aturan-baru-tentang-izin-lingkungan.html

    Demografi Jakarta.2009. http://www.jakarta.go.id/web/news/2008/01/Demografi-Jakarta

    Kota Administrasi Jakarta Pusat. http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Administrasi_Jakarta_Pusat

    Taman Ria Senayan. http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3173/Taman-Ria-

    Senayan

    Mal di Taman Ria Tak Boleh Lebih 20% dari Lahan & Tak Menghadap Jl Gatsu. 2010.

    http://news.detik.com/read/2010/07/20/113232/1402760/10/mal-di-taman-ria-tak-boleh-

    lebih-20-dari-lahan-tak-menghadap-jl-gatsu

    Pembangunan Kawasan Taman Ria Senayan Menunggu Amdal. 2010,

    http://www.tempo.co/read/news/2010/07/19/057264397/Pembangunan-Kawasan-

    Taman-Ria-Senayan-Menunggu-Amdal

    Dewan Tolak Pembangunan Mal di Taman Ria. 2010.

    http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?nNewsId=40197