laporan AMDAL
-
Upload
ednando-dwi-dartanto -
Category
Documents
-
view
81 -
download
2
description
Transcript of laporan AMDAL
MAKALAH AMDAL(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir
Disusun Oleh:
Dwi Dartanto NIM : 2012040041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN– FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GRESIK
DESEMBER 2015
KATA PENGANTARBismillahirrahmanirrahim
Puja dan puji syukur tak lupa kita panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat,
karunia dan hidayahnya sehingga saya dapat menyusun makalah mengenai “AMDAL” ini
sampai terselesaikan. Shalawat dan salam tak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan
Rasulullah SAW yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah ke jalan yang benar.
Makalah ini di susun mengingat semakin meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan
industri yang meningkatkan kadar kerusakan lingkungan. Selain itu makalah ini di susun sebagai
bahan referensi khususnya bagi mahasiswa maupun masyarakat umum mengenai AMDAL demi
tercapainya stabilitas lingkungan.
Ucapan terima kasih kepada orang tua dan guru serta semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan.
Akhirnya apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan, baik dari segi isi maupun
penulisan. Jadi besar harapan kami sudilah pembaca memberikan kritik dan sara-saran yang
konstruktif sehingga dapat menjadi masukan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca
Gresik, 30 Desember 2015
Penyusun
Dwi Dartanto i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
1.3. Tujuan...................................................................................................................................3
1.4. Manfaat.................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN AMDAL...............................................................................................4
2.1. Pengertian AMDAL..............................................................................................................4
2.2. Peranan AMDAL..................................................................................................................5
2.3. Tujuan AMDAL....................................................................................................................7
2.4. Manfaat AMDAL..................................................................................................................7
2.5 Kriteria wajib AMDAL..........................................................................................................9
BAB III AMDAL Sektor Industri..............................................................................................10
3.1 Manajemen Limbah Bengkel mobil dan otomotif...............................................................10
3.2 Analisa Pembahasan............................................................................................................13
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14
4.2 Saran.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15
Dwi Dartanto ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangAnalisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar
dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan
memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan
hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan
masyarakat.Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang
“Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup”.
1. Dokumen AMDAL terdiri dari :
2. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
3. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
4. Dokumen Rencana Michelangelo Lingkungan Hidup (RKL)
5. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) AMDAL digunakan untuk:
a) Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
b) Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan
c) Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan
d) Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup
e) Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan
Dwi Dartanto 1
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
1. Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL
2. Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
3. Masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan
penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step
scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-
UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan
Permen LH NO. 08/2006
4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008
1.2. Rumusan MasalahDari penjelasan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari AMDAL?
2. Apa sajakah peran dari AMDAL ?
3. Apa tujuan dari AMDAL ?
4. Apa Kegunaan dari AMDAL ?
Dwi Dartanto 2
1.3. TujuanBerdasarkan permasalahan di atas, penulis dapat menyimpulkan tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari AMDAL.
2. Untuk mengetahui apa peranan dari AMDAL.
3. Untuk mengetahui apa tujuan dari AMDAL.
4. Untuk mengetahui apa kegunaan dari AMDAL.
1.4. ManfaatAdapun manfaat daripada penulisan makalah ini, diharapkan dapat:
1. Dijadikan sebagai pedoman penulisan makalah siswa yang lain.
2. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan).
Dwi Dartanto 3
BAB II
PEMBAHASAN AMDAL
2.1. Pengertian AMDALAnalisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL, merupakan
reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang semakin meningkat. Reaksi
ini mencapai keadaan ekstrem sampai menimbulkan sikap yang menentang pembangunan dan
penggunaan teknologi tinggi.Dengan ini timbullah citra bahwa gerakan lingkungan adalah anti
pembangunan dan anti teknologi tinggi serta menempatkan aktivis lingkungan sebagai lawan
pelaksana dan perencana pembangunan.Karena itu banyak pula yang mencurigai AMDAL
sebagai suatu alat untuk menentang dan menghambat pembangunan.
Dengan diundangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat,
yaitu National Environmental Policy Act (NEPA) pada tahun 1969.NEPA mulai berlaku pada
tanggal 1 Januari 1970.Dalam NEPA pasal 102 (2) (C) menyatakan, “Semua usulan legilasi dan
aktivitas pemerintah federal yang besar yang akan diperkirakan akan mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan Environmental Impact Assessment
(Analsis Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut”.
AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1086. Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986 mengalami
beberapa hambatan yang bersifat birokratis maupun metodologis, maka sejak tanggal 23 Oktober
1993 pemerintah mencabut PP No. 29 Tahun 1986 dan menggantikannya dengan PP No. 51
Tahun 1993 tentang AMDAL dalam rangka efektivitas dan efisiensi pelaksanaan AMDAL.
Dengan diterbitkannya Undang-undang No. 23 Tahun 1997, maka PP No. 51 Tahun 1993 perlu
disesuaikan.Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1999, pemerintah menerbitkan Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999.Melalui PP No. 27 Tahun 1999 ini diharapkan pengelolaan
lingkungan hidup dapat lebih optimal.
Pembangunan yang tidak mengorbankan lingkungan dan/atau merusak lingkungan hidup adalah
pembangunan yang memperhatikan dampak yang dapat diakibatkan oleh beroperasinya
Dwi Dartanto 4
pembangunan tersebut. Untuk menjamin bahwa suatu pembangunan dapat beroperasi atau layak
dari segi lingkungan, perlu dilakukan analisis atau studi kelayakan pembangunan tentang
dampak dan akibat yang akan muncul bila suatu rencana kegiatan/usaha akan dilakukan.
AMDAL adalah singkatan dari analisis mengenai dampak lingkungan. Dalam peraturan
pemerintah no. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan disebutkan bahwa
AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kriteria
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup
antara lain:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak
2.2. Peranan AMDALPersoalan kerusakan lingkungan akibat industri dan rumah tangga, khususnya di Negara
berkembang seperti Indonesia sudah sangat kompleks dan sudah menghawatirkan. Karena itu
perlu kesadaran semua pihak untuk turut menangai pencemaran lingkungan. Pemerintah melalui
kebijakan dan aturan harus mampu mengatur industi dalam pengolahan limbah baik cair, kayu
dan udara. Pihak industripun harus menyadari peranan pencemarannya yang sangat besar
sehingga harus mau membangun pengolahan limbah. Masyarakat pun harus mempunyai peranan
yang sangat besar dalam pengolahan limbah rumah tangga dan lingkungan sekitar sehingga
kelestarian lingkungan baik, udara, tanah maupun air dapat terjaga dengan baik.
Amdal dilakukan untuk menjamin tujuan proyek-proyek pembangunan yang bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat tanpa merusak kualitas lingkungan hidup. Amdal bukanlah suatu
Dwi Dartanto 5
proses yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari proses Amdal yang lebih besar dan
lebih penting sehingga Amdal merupakan bagian dari beberapa hak Berikut :
1. Pengelolaan lingkungan
2. Pemantauan proyek
3. Pengelolaan proyek
4. Pengambilan keputusan
5. Dokumen yang penting
AMDAL bukan suatu proses yang berdiri sendiri melainkan bagian dari proses AMDAL
yang lebih besar dan penting, menyeluruh dan utuh dari perusahaan dan lingkungannya, sehingga
AMDAL dapat dipakai untuk mengelola dan memantau proyek dan lingkuangannya deengan
menggunakan dokumen yang benar.
Selanjutnya, beberapa peran AMDAL dijelaskan sebagai berikut : Peran AMDAL dalam
pengelolaan lingkuangan.Aktivitas pengelola lingkungan baru dapat dilakukan apabila rencana
pengelolaan lingkungan telah disusun berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan
timbul akibat dari proyek yang akan dibangun.Dalam kenyataan nanti,apabila dampak
lingkungan yang telah diperkirakan jauh berbeda dengan kenyataan, ini dapat saja terjadi karena
kesalahan-kesalahan dalam menyusun AMDAL atau pemilik proyek tidak menjalankan
proyeknya sesuai AMDAL .Agar dapat dihindari kegagalan ini maka pemantauan haruslah
dilakukan sedini mungkin,sejak awal pembangunan,secara terus menerus dan teratur.
AMDAL sebagai dokumen penting.Laporan AMDAL merupakan dokumen penting sumber
informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan pada waktu penelitian proyek dan gambaran
keadaan lingkungan di masa setelah proyek dibangun.Dokumen ini juga penting untuk
evaluasi,untuk membangun proyek yang lokasinya berdekatan dan dapat digunakan sebagai alat
legalitas.
AMDAL dimaksudkan sebagai alat untuk merencanakan tindakan preventif terhadap
kerusakanlingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu aktivitas pembangunan yang
sedang direncanakan.
Dwi Dartanto 6
Dampak, adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas, yang dapat
bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi.Dalam konteks AMDAL, penelitian dampak
dilakukan karena adanya rencana aktivitas manusia dalam pembangunan.
2.3. Tujuan AMDAL1. Mengidentifikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan terutama yang
berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
2. Mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak
besar dan penting.
3. Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usahan dan atau kegiatan yang menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
4. Merumuskan RKL dan RPL.
2.4. Manfaat AMDAL1. Bagi Pemerintahan.
a) Menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran air,
pencemaran udara, kebisingan, dan lain sebagainya. Sehingga tidak mengganggu
kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan masyarakat.
b) Menghindari pertentangan yang mungkin timbul, khususnya dengan masyarakat dan
proyek - proyek lain.
c) Mencegah agar potensi dumber daya yang dikelola tidak rusak.
d) Mencegah rusaknya sumber daya alam lain yang berada diluar lokasi proyek, baik
yang diolah proyek lain, masyarakat, ataupun yang belum diolah.
2. Bagi pemilik modal.
a) Menentukan prioritas peminjaman sesuai dengn misinya.
Dwi Dartanto 7
b) Melakukan pengaturan modal dan promosi dari berbagai sumber modal.
c) Menghindari duplikasi dari proyek lain yang tidak perlu.
d) Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan dapat dibayar kembali oleh
proyek sesuai pada waktunya, sehingga modal tidak hilang.
3. Bagi pemilik proyek.
a) Melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi dimasa yang akan datang.
b) Melindungi proyek yang melanggar undang – undang atau peraturan yang berlaku.
c) Mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah yang akan dihadapi dimasa yang akan
datang.
d) Melindungi proyek dari tuduhan pelanggaran atau suatu damoak negatif yang
sebenarnya tidak dilakukan.
4. Bagi masyarakat.
a) Mengetahui rencana pembangunan didaerahnya.
b) Turut serta dalam pembangunan di daerah sejak awal.
c) Mengetahui kewajibannya dalam hubungan dengan proyek tersebut.
d) Memahami hal ihwan mengenai proyek secara jelas akan ikut menghindarkan
timbulnya kesalah pahaman.
5. Bagi peneliti dan ilmuan.
a) Kegunaan didalam penelitian.
b) Kegunaan didalam analisis kemajuan dan ilmu pengetahuan.
Dwi Dartanto 8
c) Kegunaan didalam meningkatkan keterampilan didalam penelitian dan meningkatkan
pengetahuan.
2.5 Kriteria wajib AMDALKriteria ini hanya diperlukan bagi proyek-proyek yang menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan yang pada umumnya terdapat pada rencana-rencana kegiatan berskala
besar, kompleks serta berlokasi di daerah yang memiliki lingkungan sensitif.
Jenis-jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL dapat
dilihat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 17 tahun 2001 tentang Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.
Jenis Usaha dan Atau Kegiatan Wajib AMDAL:
Pertahanan dan Keamanan
Pertanian
Perikanan
Kehutanan
Kesehatan
Perhubungan
Teknologi Satelit
Perindustrian
Prasarana Wilayah
Energi dan Sumber Daya Mineral
Pariwisata
Pengelolaan limbah B3, dan Rekayasa Genetika
Dwi Dartanto 9
BAB III
AMDAL Sektor Industri
3.1 Manajemen Limbah Bengkel mobil dan otomotifSetiap harinya, oli/minyak pelumas bekas dihasilkan dari berbagai macam kegiatan antara
lain perbengkelan, mesin/alat berat dan kegiatan industri lainnya. Bagi orang awam mungkin
bertanya-tanya dikemanakan oli bekas itu? Melihat banyaknya bengkel, yang ada di daerah
Surabaya saja bisa terbayangkan berapa jumlah limbah oli bekas yang dihasilkan, belum
termasuk oli bekas dari mesin- mesin proses produksi. Sesuai dengan Tabel 1 Lampiran I
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999, pelumas bekas termasuk
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari sumber yang tidak spesifik. Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, disingkat Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau
merusakkan lingkungan hidup, dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk lain. Karena termasuk dalam limbah B3, maka
oli/minyak pelumas bekas perlu dikelola dengan baik.
Pengelolaan oli/minyak pelumas bekas tidak bisa dilakukan dengan sembarangan karena
sudah jelas disebutkan oli termasuk limbah Bahan Berbahaya Beracun yang tentu saja berbahaya
bila terpapar pada makhluk hidup. Disebutkan dalam Pasal 1 PP Nomor 18 Tahun 1999 bahwa
pengelolaan limbah B3, termasuk di dalamnya minyak pelumas bekas adalah rangkaian kegiatan
yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
dan penimbunan limbah B3. Reduksi limbah B3 merupakan suatu kegiatan pada penghasil untuk
mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3 sebelum dihasilkan dari
suatu kegiatan. Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh
penghasil dan atau pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah dan atau penimbun limbah
B3 dengan maksud menyimpan sementara. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan
mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara
sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan atau pengolah dan atau penimbun limbah B3.
Dwi Dartanto 10
Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan atau
ke pengumpul, dan atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul dan atau ke
pemanfaat dan atau ke pengolah dan atau ke penimbun limbah B3. Pemanfaat limbah B3 adalah
suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan atau penggunaan kembali (reuse) dan atau daur
ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk uang dapat
digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah
B3 untuk menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya dan sifat racun. Penimbunan limbah
B3 adalah suatu kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas penimbunan dengan
maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Di samping itu, sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009, tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, bahwa pengelolaan limbah B3
yang meliputi pengangkutan, penyimpanan sementara, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan
dan penimbunan wajib dilengkapi dengan izin.
Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas diatur
dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996. Pada pasal 3 disebutkan persyaratan
bangunan bagi pengumpul minyak pelumas bekas:
1. Memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kebakaran dan peralatan komunikasi.
2. Konstruksi bangunan disesuaikan dengan karakteristik pelumas bekas.
3. Lokasi tempat pengumpulan bebas banjir.
Sedangkan persyaratan bangunan pengumpulan:
1. Lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas, tidak bergelombang, kuat dan
tidak retak.
2. Konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan kemiringan
maksimum 1%.
3. Bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan minyak pelumas bekas.
Dwi Dartanto 11
4. Rancang bangun untuk penyimpanan/pengumpulan dibuat beratap yang dapat mencegah
terjadinya tampias air hujan ke dalam tempat penyimpanan atau pengumpulan
5. Bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding dan apabila bangunan diberi dinding
bahan bangunan dinding dibuat dari bahan yang mudah didobrak.
Gambar 1. Perusahaan Pengumpul Oli Bekas, sedang proses izin ke KNLH
Pada kenyataannya, pengelolaan oli bekas belum bisa sesuai dengan PP No 18 Tahun 1999
dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009. Saat ini sudah banyak
pengepul/pengumpul oli bekas yang mengumpulkan oli/pelumas bekas dari bengkel-bengkel dan
kegiatan industri kecil, namun sebagian besar belum memiliki izin baik izin pengumpulan
maupun izin pengangkutan. Kebanyakan pengepul oli ini akan mengirimkan oli yang mereka
kumpulkan ke pihak ketiga. Seandainya pihak ketiga ini akan mengolah/memanfaatkan oli bekas
tersebut, maka pihak ketiga tersebut harus memiliki izin pemanfaatan.
Berdasarkan PP 38/2007, kewenangan untuk perijinan dan pengendalian oli bekas mulai
dari pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan sepenuhnya berada pada
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Hal ini berarti pengumpul oli/minyak pelumas bekas di
seluruh Indonesia harus mengurus perizinannya di pusat. Kenyataan di lapangan menunjukkan
pengumpul oli bekas skala kecil menyatakan keberatan dan kesulitan jika harus mengurus
perizinan di Jakarta karena biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Akhirnya pengumpul oli skala
kecil ini memilih tidak usah memiliki izin yang penting kegiatan mereka bisa tetap berjalan.
Dwi Dartanto 12
Seiring dengan menjamurnya bengkel kendaraan terutama di Surabaya, diperlukan
tindakan segera untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan akibat oli/minyak pelumas bekas.
Limbah oli bekas seharusnya ditampung dalam Tempat Penampungan Sementara limbah B3
(TPS Limbah B3) sebelum diambil oleh pihak ketiga (pengumpul oli bekas yang berizin).
Diharapkan pihak bengkel/penghasil oli bekas juga memiliki komitmen tinggi terhadap
lingkungan sehingga ada kesadaran untuk melakukan pengelolaan limbah B3 tersebut.
Dan tentunya pihak pemerintah daerah dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup harus
mendukung dengan program yang sesuai, misalnya pendampingan/bimbingan teknis pengelolaan
limbah oli bekas kepada bengkel-bengkel, bisa dimulai dari bengkel skala besar, baru kemudian
dilanjutkan bengkel skala menengah dan skala kecil.
Gambar 2. Tempat sampah di salah satu bengkel mobil besar yang sudah dipisahkan menurut jenis sampahnya. Ember berwarna merah khusus untuk limbah B3.
3.2 Analisa Pembahasan1. Oli bekas merupakan zat yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan penghuninya jika
dibuang langsung kelingkungan karena oli bekas mengandung kotoran -
kotoran logam, aditif, sisa bahan bakar dan kotoran yang lain.
2. Perlu adanya pengolahan sebelum oli bekas dibuang kelingkungan.
3. Dalam pengolahan oli bekas ini yang perlu diperhatikan adalah parameter kadar logam
berat nya.
Dwi Dartanto 13
BAB IV
PENUTUP
4.1 KesimpulanAMDAL, merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang
semakin meningkat. Amdal dilakukan untuk menjamin tujuan proyek-proyek pembangunan yang
bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak kualitas lingkungan hidup. Amdal
bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari proses Amdal yang
lebih besar dan lebih penting sehingga Amdal merupakan bagian dari beberapa hak berikut :
1. Pengelolaan lingkungan
2. Pemantauan proyek
3. Pengelolaan proyek
4. Pengambilan keputusan
5. Dokumen yang penting
4.2 SaranSemoga AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) ini dapat dijadikan secara optimal
dalam pengambilan suatu keputusan.
Dwi Dartanto 14
DAFTAR PUSTAKA
Blogger.Pengertian AMDAL (Analisis mengenai Dampak Lingkungan) (online).
(http://soera.wordpress.com/2009/01/31/pengertian-amdal/. diakses 23 Juni 2003).
Blogger.Peran AMDAL (online). ( http://dedekrenz.blogspot.com/2011/01/peran-amdal -dalam- penggelolaan.html. diakses 23 Juni 2003).http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/04/polusi air tanah akibat limbah industri.pdf
Http://en.wikipedia.org/wiki/Water_polution
www.menlh.go.id/i/art/pdf_1038886332.pdf
http://www.theceli.com/dokumen/produk/pp/1999/41-1999.htm
Dwi Dartanto 15