pr biokim - laporan 1

download pr biokim - laporan 1

of 18

Transcript of pr biokim - laporan 1

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PROTEIN 1

Kesehatan Masyarakat 2AKelompok 2 Ayu Dwi Lestari (108101000031) Abu Zar (108101000006) Bayu Pradana (108101000009) Irmayanti Hayat (108101000035) Ludi Mauliana (108101000010) Rizqy Unggul (10810100018) Zumrotun (108101000013)

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008

BAB I PENDAHULUANProtein (protos yang berarti paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida. Protein yang mudah dicerna menunjukkan tingginya jumlah asam-asam amino yang dapat diserap oleh tubuh dan begitu juga sebaliknya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya cerna protein dalam tubuh adalah kondisi fisik dan kimia bahan. Makin keras bahan, maka akan menurunkan daya cernanya dalam tubuh karena adanya ikatan kompleks yang terdapat di dalam bahan yang sifatnya semakin kuat. Ikatan ini dapat berupa ikatan antar molekul protein, ikatan protein- fitat, dan sebaginya. Sedangkan kondisi kimia yaitu adanya senyawa anti gizi seperti tripsin inhibitor dan fitat (Muchtadi, 1989). Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

BAB II LAPORAN PRAKTIKUM

2.1 UJI BIURET Tujuan : memperlihatkan bahwa protein mempunyai ikatan peptida. Teori singkat : Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam- amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biruungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning. Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada mulekul protein menjadi senyawa intro yang berwarna kuning Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molkeul protein.

Kelarutan protein di dalam suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya. Protein seperti asam amino bebas memiliki titik isoelektrik yang berbedabeda. Titik Isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu dimana protein tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak ketika diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik (pI), suatu protein sangat mudah diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya nol. Berikut gambaran proses pembantukan ikatan peptida : NH2 C=O NH2 NH2 C=O NH2 esensial yang bereaksi. BAHAN : 1. Larutan albumin atau putih telur 2. Air Liur 3. Larutan Pati 1% 4. NaOH 10% 5. Larutan CuSO4 0,1% NH2 C=O NH NH3 + C=O NH2 Ikatan peptida

Jadi, ikatan peptida hanya terbentuk apabila ada dua atau lebih asam amino

Cara Kerja BAHAN Lautab Albumin atau Putih Telur Air Liur Larutan Pati 1% Air Suling NaOH 10% Larutan CuSO4 0,1 % Hasil: Warna lembayung/ungu KESIMPULAN Dari praktikum yang telah kami lakukan dapat kami tarik kesimpulan bahwa air liur dan albumin mengandung protein ( mempunyai ikatan peptida ) sehingga memberikan hasil positif ( berwarna ungu ), sedangkan larutan pati dan air suling tidak mempunyai ikatan peptida sehingga memberikan hasil yang negatif ( tidak berubah warna ). 2.2 Salting Out/Pengendapan Protein dengan Garam Tujuan: Protein sebagai makrromolekul yang larut air dalam bentuk koloid, dapat dipisahkan dengan menggunakan larutan garam konsentrasi tinggi. Teori singkat: Protein larut dalam air sebagai larutan koloid. Bila molekul air yang mengelilinginya ditarik, misalnya dengan larutan garam konsentrasi tinggi atau dengan alkohol, maka protein akan mengendap. Beberapa jenis protein dalam suatu larutan akan diendapkan oleh garam dalam konsentrasi berbeda. Pengendapan menggunakan garam berkonsentrasi tinggi tidak akan mengubah sifat kimia protein karena larutan ini hanya manarik air yang ada di sekeliling molekul protein. Sifat pengendapan ini adalah reversible. Redenaturasi adalah denaturasi protein yang berlangsung secara reveresibel (Poedjiadi, 1994). 1 1 mL 1 mL 1-10 tetes V Tabung 2 1 mL 1 mL 1-10 tetes V 1 mL 1 mL 1-10 tetes 3 1 mL 1 mL 1-10 tetes 4

Contohnya: pemberian CuSO4 encer, akan terjadi endapan, akan tetapi dalam penambahan yang seterusnya endapan dapat larut lagi. Bahan: 1. serum sapi 2. larutan amonium sulfat [(NH4)2SO4] jenuh 3. larutan NaOH 10% 4. larutan CuSO4 1% Cara kerja: 1. 1 ml serum dicampurkan dengan 1 ml larutan Amonium sulfat jenuh (saturasi 50%), di aduk- aduk setelah tercampur disaring. 2. setelah disaring kita akan mendapatkan filtrat1 dan presipitat1 (dilakukan uji biuret) Filtrat1 dicampur dengan kristal Amonium sulfat ( saturasi 100%), kemudian disaring. 3. Dari hasil saringan tersebut, kita mendapatkan filtrat 2 dan presipitat 2 (dilakukan uji biuret) 1 ml serum + 1 ml lar. Amonium sulfat jenuh (saturasi 50%)

Disaring

FILTRAT 1 + kristal amonium

sulfatPresipitat 1

(saturasi 100%)

Disaring

FILTRAT II Hasil Pengamatan (UJI BIURET):T n abu g BAHAN Sam pelAkuades N H10% aO

PRESIPITAT II

1 (Filtrat I) 1m l1m l 1-10 tetes U ngu

2 (Presipitat I) secu pn a ku y1m l 1m l 1-10 tetes U ngu

3 (Filtrat II) 1m l1m l 1-10 tetes B iru

4 (Presipitat I) Secu pn a ku y1m l 1m l 1-10 tetes U ngu

Cu SOH ASIL :

4

1%

W arna larutan

Hasil Pembahasan: Kelarutan protein akan berkurang bila ke dalam larutan protein ditambahkan garam-garam anorganik, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebut salting out. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang (Winarno, 2002). Larutan albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan amoniumsulfat ((NH4)2SO4) hingga jenuh (Poedjiadi, 1994). Setelah larutan albumin dijenuhkan dengan (NH4)2SO4, uji kelarutan endapan yang terjadi dengan air menunjukkan hasil positif (endapan larut membentuk butiran). Uji filtrat dengan pereaksi biuret juga menunjukkan hasil poisitif yang ditandai larutan berwarna ungu violet. pengujian filtrat dengan pereaksi biuret bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gugus amida pada filtrat yang dihasilkan. Kesimpulan Dari hasil prcobaan ketika diuji biuret Filtrat I berwarna ungu karena masih terkandung albumin. Sedang presistat I pun berwarna ungu karena globulin tersaring. Ketika disaring kembali presipitat II juga berwarna ungu karena

albumin tersaring, an filtrat II seharusnya tidak berwarna ungu karena protein sudah terdapat di Filtrat II. Dan Terbukti protein dapat diendapkan dengan garam. 2.3 Pemisahan Protein dengan Etanol Absolut Tujuan: Memperlihatkan bahwa protein dapat dipisahkan dengan pemberian etanol absolut. Teori singkat: Protein merupakan salah satu biomoekul raksasa selain senyawa gula dan polinukleotida.Protein merupakan salah satu zat yang diperlukan dalam tubuh dan protein juga melangsungkan banyak fungsinya di dalam tubuh manusia. Protein juga dapat diendapkan atau dipisahkan dari pelarutnya dengan berbagi cara dan salah satu diantaaanya adalah dengan pemberian etanol absolut pada suatu larutan yang mengandung molekul protein. Etanol absolut merupakan pelarut organik yang bersifat higroskopis/sangat kuat menarik air.Saat etanol absolut dicampurkan dengan suatu larutan yang mengandung molekul protein, maka etanol absolut tersebut akan mengubah (mengurangi) konstanta dielektrik dari air sehingga molekul air yang pada awalnya beikatan dengan molekul protein akan tertarik dari molekul protein tersebut.Karena molekul-molekul protein tersebut tidak lagi berikatan dengan air, maka molekul-molekul protein tadi akan saling beragregasi dan kemudian mengendap. Alat Bahan: 1. serum 2. larutan albumin telur 3. etanol absolut 4. Tabung reaksi 5. Pipet tetes 6. Corong 7. Kertas saring

8. Spatula Cara Kerja: 1.Disediakan alat dan bahan 2.Tabung diisi dengan larutan albumin telur 1 ml 3. Ditambahkan dengan 5 ml etanol absolute pada tabung tersebut 4.Larutan disaring dengan kertas saring dan kemudian terpisah antara filtrat dan prespitat 5.Presipitat dan filtrat yang didapat kemudian diuji biuret, yaitu ditambahkan aquades dan NaOH 1 ml, kemudian ditetesi CuSO4 sampai terjadi perubahan warna (dihitung jumlah tetesan) 6.Catat hasil yang didapatkan, buat kesimpulan

Tabel Hasil Pengamatan BAHAN Serum Larutan albumin telur Etanol absolute Presipitat Filtrat HASIL : Warna Larutan Kesimpulan Dalam praktikum yang dilakukan digunakan protein albumin (salah satu senyawa protein yang biasa ditemukan pada plasma darah dan putih telur).Penambahan etanol absolute pada suatu larutan yang mengandung protein akan menyebabkan molekul air yang berinteraksi dengan molekul SARING UJI BIURET UJI BIURET Filtrate = tidak berwarna Presipitat = warna ungu Tabung 1 ml 5 ml

protein melalui ikatan hydrogen ditarik oleh etanol. Akibatnya molekulmolekul protein beragregasi satu sama lain dan mengendap. Ketika dilakukan penyaringan, zat yang tersisa di kertas saring atau presipitat adalah molekul protein sehingga ketika diuji biuret akan terjadi perubahan warna menjadi warna ungu. Sedangkan filtrate (bagian yang tidak ikut tersaring oleh kertas saring) yaitu air yang melarutkan protein, ketika dilakukan uji biuret tidak terjadi perubahan warna, karena tidak mengandung protein. 2.4 Pengendapan dengan Logam Berat dan Pereaksi Alkaloid Tujuan: Membuktikan bahwa logam berat dan pereaksi alkaloid dapat mengendapkan protein secara denaturasi ireversibel. Teori singkat: Logam berat seperti timah hitam (Pb) dan air raksa (Hg) dapat mengganggu sifat protein, antara lain kelarutannya, sehingga tidak berfungsi lagi dan mengendap. Disatu pihak logam berat sebagai pencemar lingkungan sangat berbahaya, sedangkan dipihak lain sifat ini dapat dipakai sebagai antiseptik pembunuh kuman, seperti yang tampak pada penggunaan sublimat (HgCl2). Keracunan logam berat yang akut maupun kronis dapat dikurangi dengan mengkonsumsi protein dalam jumlah lebih banyak seperti susu dan telur. Pada keracunan akut, pemberian susu atau putih telur akan mengendapkan logam berat dalam bentuk garam protein, sehingga penyerapan logam berkurang. Pada keracunan kronis, fungsi protein sel yang telah rusak oleh ikatan dengan logam berat dapat diimbangi dengan sintosis protein baru, yang asam aminonya berasal dari protein makanan ekstratersebut. Dasarnya : Logam berat, termasuk Pb dan Hg, dengan protein membentuk garam proteinat yang tidak dapat larut, sehingga fungsi protein tersebut hilang. Bahan: 1. serum

2. TCA 10% 3. putih telur 4. susu 5. larutan HgCl2 1% 6. larutan PbCl2 1% Cara kerja: Tabel pengendapan protein dengan logam beratBAHAN Putih telur Susu Larutan HgCl2 Larutan PbCl2 HASIL: Endapan 2 ml 3 tetes Ada Ta b ung 1 2 ml 3 tetes Ada sedikit 2 2 ml 3 tetes Ada sedikit 3 2 ml 3 tetes Ada 4

Tabel pengendapan protein dengan pereaksi alkaloidBAHAN Serum TCA 10% HASIL: Ada endapan 2 ml 2 ml Ada Ta b ung 1

Kesimpulan : Pada pengendapan dengan HgCl2 terjadi pengendapan pada putih telur (banyak) dan pada susu (sedikit). Pada pengendapan dengan PbCl2 terjadi pengendapan pada putih telur (sedikit) dan pada susu (banyak). Pada pengendapan serum dengan TCA 10% terdapat endapan sehingga benar bahwa TCA dapat digunakan untuk melacak ada tidaknya protein pada serum. Logam berat seperti Pb dan Hg dan pereaksi alkaloid dapat digunakan untuk mengendapkan protein.

2.5 Kromatografi Kolom Tujuan: Memisahkan molekul Hb dari molekul vitamin B12 dengan menggunakan butiran mikroskopis dekstran sebagai penyaring. Teori singkat: Bagian ini menunjukkan bagaimana prinsip yang sama yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis yang dapat diterapkan pada skala besar untuk pemisahan campuran dalam kromatografi kolom. Kolom kromatografi seringkali digunakan untuk memurnikan senyawa di laboratorium. Pelaksanaan kromatografi kolom Kolom kromatografi berkerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal.

Penggunaan kolom

Anggaplah anda akan memisahkan campuran dari dua senyawa yang berwarna, yaitu kuning dan biru. Warna campuran yang tampak adalah hijau. Anda akan membuat larutan jenuh dari campuran dengan menggunakan pelarut yang lebih disukai dalam kolom. Pertama anda membuka kran penutup untuk membiarkan pelarut yang sudah berada dalam kolom mengering sehingga material terpadatkan rata pada bagian atas, dan kemudian tambahkan larutan secara hati-hati dari bagian atas kolom. Lalu buka kran kembali sehingga campuran berwarna akan diserap pada bagian atas material terpadatkan, sehingga akan tampak seperti gambar dibawah ini:

Selanjutnya tambahkan pelarut baru melalui bagian atas kolom, cegah sedapat mungkin jangan sampai merusak material terpadatkan dalam kolom. Lalu buka kran, supaya pelarut dapat mengalir melalui kolom, kumpulkan dalam satu gelas kimia atau labu dibawah kolom. Karena pelarut mengalir kontinyu, anda tetap tambahkan pelarut baru dari bagian atas kolom sehingga kolom tidak pernah kering. Gambar berikut menunjukkan perubahan yang mungkin terjadi sejalan dengan perubahan waktu.

Penjelasan tentang apa yang terjadi Senyawa biru lebih polar daripada senyawa kuning dan memungkinkan mempunyai kemampuan berikatan dengan hidrogen. Anda dapat mengatakan ini karena senyawa biru tidak bergerak secara sangat cepat melalui kolom. Itu berarti bahwa senyawa biru harus dijerap secara kuat pada jel silika atau alumina dibanding dengan senyawa kuning. Karena kurang polar, senyawa kuning menghabiskan waktu dalam pelarut, sehingga keluar dari kolom lebih cepat. Proses pencucian senyawa melalui kolom menggunakan pelarut dikenal sebagai elusi. Pelarut disebut sebagai eluen. Pada praktikum biokimia yg kami lakukan,kami memisahkan hemoglobin dari molekul vitamin B12. Hemoglobin turun lebih cepat dibandingkan vitamin B12. Jika dikaitkan dengan teori di atas dapat dimisalkan bahwa :

Campuran molekul hemoglobin & molekul vitamin B12 digambarkan warna hijau. (merah) Molekul hemoglobin digambarkan warna kuning (hasil pengamatan yang sesungguhnya berwarna merah tua) Molekul vitamin B12 digambarkan warna biru (hasil pengamatan yang sebenarnya pink muda).

Alat dan Bahan: 1. larutan sampel (campuran B12 dan Hb) 2. kolom berisi gel penyaring (dekstran) dan tutup ujung kolom 3. dapar/buffer (NaCl 0,9 %) 4. pipet tetes 5. tabung kolorimeter/reaksi Cara kerja: 1. Siapkan 17 tabung untuk menampung, tandai tabung 1-15 secara berurutan dengan angka. Tabung 16 ditandai dengan SISA dan tabung 17 dengan DAPAR. 2. Buka penutup atas dan penutup ujung bawah kolom pemisah, tampung dapar kolom dalam tabung 16, sampai hampir seluruh dapar keluar. Tutup ujung bawah kolom pemisah. 3. Teteskan 2-3 tetes larutan sampel ke dalam kolom pemisah, buka penutup ujung bawah kolom dan tempatkan pada tabung 1. 4. Segera setelah campuran sampel masuk ke dalam gel, tambahkan larutan dapar menggunakan pipet tetes. Tampung tiap 5 tetesan pada tabung kolorimeter (1-15). 5. Setelah pemisahan selesai, tutup kembali ujung kolom, dan tambahkan larutan dapar agar gel tidak kering. 6. Catat warna dan intensitas tiap tabung (1-15). 7. Ukur serapan fraksi-fraksi pada panjang gelombang 540 nm yaitu dengan cara menambah akuades 2,5 ml pada tiap fraksi. Gambarkan kurva

serapan fraksi dengan nomor tabung sebagai sumbu X dan nilai serapan sebagai sumbu Y. Hasil Pengamatan:Pengamatan Warna Intensitas (+++) Serapan = 540 nm

1 bening + -0,001

2 bening + -0,003

3 merah pekat +++ -0,289

Tabung 4 merah +++ -0,881

5 pink tua +++ -0,238

6 pink coklat ++ 0,095

7 pink tua ++ 0,03

8 pink coklat ++ 0,035

9 pink coklat ++ 0,031

10 pink tua ++ 0,035

11 pink ++ 0,022

Tabung 12 13 pink pink muda ++ ++ 0,025 0,016

14 pink muda ++ 0,021

15 pink muda ++ 0,021

16 pink muda + 0,018

17 pink muda + 0,02

kromatografi1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Series1

Kesimpulan:

Hemoglobin turun lebih cepat dibandingkan vitamin B12 karena hemoglobin mempunyai berat molekul yang lebih besar dibandingkan vitamin B12. Vitamin B12 terperangkap dalam pori-pori yang ada pada gel penyaring (dekstran). Molekul hemoglobin pada pengamatan berwarna merah tua, sedangkan

molekul vitamin B12 digambarkan berwarna pink muda

DAFTAR PUSTAKA

http://images.arifqbio.multiply.com/attachment/0/SGgAygoKCnAAAC8k yV01/protein%20edited.doc?nmid=103380315 http://asalprolink.blogspot.com/2009/01/biokimia.html http://www.google.co.id/url? sa=U&start=3&q=http://images.ledysland.multiply.com/attachment/0/Rtz YuwoKCqkAABupTtM1/egdp-protein.doc%3Fnmid %3D56458799&ei=Jo33SbScE8yAkQXW1dzhCg&usg=AFQjCNFUw50 5lgQ3quuMQHcdK_yHc9Jw5Q

http://asalprolink.blogspot.com/2009/01/biokimia.html Redaksi chem-is-try.org