LAPORAN SEMENTARA BIOKIM

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal mempunyai fungsi utama, yaitu mengatur/mempertahankan konsentrasi ion, air, pH, dari cairan tubuh (cairan ekstra sel) agar konstan (homeostasis) dan mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh. Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak diapakai oleh sel darah, dikeluarkan bersama urin, keringat dan pernapasan. Salah satu sistem metabolisme yang terdapat dalam tubuh hewan adalah system eksresi danosmoregu lasi. Ekskresi mempunyai peranan mengeluarkan dan membuang hasil samping metabolisme, mencegah gangguan aktivitas metabolik dalam tubuh dan membuang zat-zat buangan, mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan tubuh dan mengatur kadar ion H+ atau pH cairan tubuh. Sistem urin terdiri dari ginjal, ureter, kantong kemih dan uretra dengan menghasilkan urin yang membawa serta berbagai produk sisa metabolisme untuk dibuang. Dalam keadaan normal orang dewasa diperoleh 1200 – 1500 ml urine dalam satu hari. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi cairan akan meningkatkan pembentukan urine sebab urea yang terbentuk

description

laporan biokimia

Transcript of LAPORAN SEMENTARA BIOKIM

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangGinjal mempunyai fungsi utama, yaitu mengatur/mempertahankan konsentrasi ion, air, pH, dari cairan tubuh (cairan ekstra sel) agar konstan (homeostasis) dan mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh. Ekskresiadalahpengeluaranzat-zatsisametabolisme yang tidak diapakai oleh sel darah, dikeluarkan bersama urin, keringat dan pernapasan. Salah satusistem metabolisme yang terdapatdalamtubuhhewanadalahsystemeksresidanosmoregulasi.Ekskresi mempunyai peranan mengeluarkan dan membuang hasil samping metabolisme, mencegah gangguan aktivitas metabolik dalam tubuh dan membuang zat-zat buangan, mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan tubuh dan mengatur kadar ion H+ atau pH cairan tubuh. Sistemurinterdiridariginjal, ureter, kantongkemihdanuretradengan menghasilkanurin yang membawa serta berbagai produk sisa metabolisme untuk dibuang.Dalam keadaan normal orang dewasa diperoleh 1200 1500 ml urine dalam satu hari. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi cairan akan meningkatkan pembentukan urine sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresikan prosuk metabolisme tubuh adalah 500 ml.Poliuria (volume urine meningkat) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes insipidus, akibat tidak adanya hormon antidiuretik, volume urin tiap hari dapat mencapai 10-20 L. Pada diabetes melitus volume urin dapat mencapai 5-6 L dalam satu hari.Oliguria (volume urin berkurang) ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut, glomerulonefritis kronis, diare dan gagal jantung. Anuria (tidak terbentuk urin) pada suatu periode tertentu dapat terjadi pada keadaan syok, nefritis akut, keracunan air raksa atau batu ginjal.Ada beberapa metode pemeriksaan atau uji terhadap urine. Diantaranya adalah uji benedict, uji obermeyer, uji koagulasi, uji pigmen empedu, dan lain-lain. Uji indikan atau obermeyer merupakan uji untuk mengetahui adanya pembusukan triptofan oleh bakteri usus yang diubah menjadi indol kemudian mengalami penyerapan kembali ke dalam darah dan dibawake hati dan akan mengalami oksidasi dan konjugasi menjadi indoksil sulfat. Sedangkan untuk uji glukosa dalam darah dapat dilakukan dengan uji semikuantitatif dengan pereaksi benedict, sedangkan uji protein dalam urine dapat dilakukan dengan koagulasi melalui pemanasan. Dan uji pigmen empedu bila diperoleh adanya pigmen empedu pada urine. Oleh karena pentingnya penentuan kadar glukosa pada urine maka diperlukan pengujian diatas agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Dan juga untuk mengetahui hasil pemeriksaan urine normal dan urine diabetes.

1.2 Tujuan Praktikuma. Mengamati sifat fisik urinb. Membuktikan adanya indikan dalam urinc. Menetapkan kadar kreatinin urind. Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif (uji Benedict)e. Membuktikan adanya protein dalam urinf. Membuktikan adanya benda keton dalam uring. Membuktikan adanya pigmen empedu dalam urin

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Fisik Urina. Jumlah UrinMengukur jumlah urin bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan faal ginjal, kelainan dan kesetimbangan cairan badan dan berguna juga untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi-kuantitatif dengan urin.Adapun mengukur jumlah urin dapat dilakukan dengan:a. Urin 24 jam.b. Urin siang 12 jam dan urin malam 12 jam.c. Timed specimen pada sesuatu percobaan tertentu.d. Urin sewaktu.Jumlah urin 24 jam sangat berbeda dari seorang ke orang lain. Banyak sekali faktor yang berpengaruh kepada diuresis itu, umpamanya umur, berat badan, kelamin, makanan dan minuman, suhu badan,iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didapat di daerah tropik jumlah urin 24 jam antara 800-1300 ml untuk orang dewasa.Jika diperhitungkan per kg berat badan, anak-anak mempunayi diuresis yang 3 sampai 4 kali lebih besar daripada orang dewasa. Tetapi jika melihat jumlah mutlak, diuresis itu kurang besar; anak berumur 6 12 tahun mengeluarkan rata-rata separoh dan yang berumur 1 -6 tahun rata-rata seperempat dari orang dewasa.Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih besra dari urin malam 12 jam. Perbandingan itu tidak berubah, biarpun misalnya banyaknya minuman pada malam hari dijadikan sama dengan yang siang hari. Perbandingan antara urin siang 12 jam dan urin malam 12 jam seperti ditulis tadi, tidak berlaku sepenuhnya pada anak-anak.Penelitian terhadap diuresis 24 jam atau 12 jam menentukan adanya kelainan seperti poliuria atau oliguria yang dapat dipertalikan dengan keadaan klinik tertentu. Timed specimen urin harus diukur jumlahnya dengan sangat teliti karena sampell urin itu akan dipakai untuk penetapan kuantitatif dan yang dikehendaki bukanlah kadar sesuatu zat dalam urin itu, melainkan jumlah mutlaknya.Urin sewaktu tidak perlu diukur dengan teliti. Akan tetapi baiklah selalu diperhatikan jumlah yang dikeluarkan, karena banyaknya urin itu bukan hanya bertalian dengan warna dan berat jenis saja, tetapi juga berpengaruh terhada hasil pemeriksaan semikuantitatif separti pemeriksaan terhada protein dan glukosa.b. Warna UrinMemperhatikan warna urin bermakna karena kadang-kadan didapat kelainan yang berarti untuk klinik. Warna urin diuji pada tebal lapisan 7 10 cm dengan cahaya tembus; tindakan itu dapat dilakukan dengan mengisi tabung reaksi sampai penuh dan ditinjau dalam sikap serong.Nyatakanlah warna urin dengan perkataan seperti: tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah, coklat kuning bercampur hijau, putih serupa susu, dsb.Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis: makin besar diuresis, makin muda warna urin itu. Biasanya warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebakan oleh beberapa macam zat.Jika didapat warna abnormal, selidikilah sebabnya. Dalam hal itu ingatlah kelainan warna dapat disebabkan juga oleh zat warna yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarangada dalam jumlah besar. Di samping itu pertimbangkanlah kemungkinan adanya zat warna abnorma, berupa hasil metabolismus abnormal, tetapi mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang yang sakit. Selanjutnya ingatlah bahwa pada beberapa keadaan warna urin mungkin baur berubah setelah dibiarkan.Beberapa sebab warna urin:a. KuningDiuresis yang berwarna kuning dikatakan normal jika terdapat zat warna urobilin dan urochrom dalam jumlah besar. Namun, jika ditemukan bilirubin urin tersebut dinilai tidak normal.b. HijauDiuresis yang berwarna hijau dikatakan normal jika terdapat indikan dalam jumlah besar. Namun, menjadi tidak normal jika yang ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa.c. MerahDiuresis yang berwarna merah dikatakan normal jika terdapat zat warna uroerythrin dalam jumlah besar. Namun, jika ditemukan hemoglobin, porfirin dan porfobilin urin tersebut dinilai tidak normal.d. CoklatDiuresis yang berwarna coklat dikatakan normal jika terdapat zat warna urobilin dalam jumlah besar. Namun, jika ditemukan bilirubin, hematin dan porfobilin urin tersebut dinilai tidak normal.e. Coklat tua atau hitamDiuresis yang berwarna kehitaman dikatakan normal jika terdapat zat warna indikan dalam jumlah besar. Namun, jika ditemukan alkapton dan melamin urin tersebut dinilai tidak normal.f. Serupa susuDiuresis yang berwarna seperti susu dikatakan normal jika terdapat sejumlah besar fosfat dan urat. Namun, jika ditemukan pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri dan protein yang memberku urin tersebut dinilai tidak normal.c. KejernihanCara menguji kejernihan sama seperti menguji warna. Nyatakanlah pendapat dengan salah satu dari: jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Penting untuk menentukan apakah urin itu telah keruh pada waktu dikeluarkan atau baru kemudian, yaitu jika dibiarkan.Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urin normal pun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan: kekeruhan ringan itu disebut nubecula dan terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap.d. Derajat KeasamanPenetapan atau pH tidak banyak berarti dalam pemeriksaan penyaring. Akan tetapi pada gangguan keseimbangan asam-basa penetapan itu tidak dapat memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh, apalagi jika disertai penetapan jumlah asam yang diexkresikan dalam waktu tertentu, jumlah ion NH4, dsb.Selain pada keadaan tadi, pemeriksaan pH urin segar dapat memberi petunjuk ke arah etiologi pada infeksi saluran kencing: infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urin asam, sedangkan infeksi oleh Proteus yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urin relatif basa(Purnomo, 2007). Reaksi atau pH urin dapat ditentukan dengan semudah-mudahnya memakai kertas indikator.e. Berat JenisPenetapan berat jenis urin biasanya cukup teliti dengan menggunakan urinometer. Apabila sering melakukan penetapan berat jenis dengan contoh urin yang volumenya kecil, sebaiknya memakai refraktometer untuk tujuan itu.Penetapan berat jenis urin yang bukan urin 24 jam juga mempunyai makna, pun dalam urin sewaktu. Tingginya berat jenis itu memberi kesan tentang pekatnya urin: jadi bertalian dengan faal pemekat ginjal. Lagi pula, tafsiran hasil pemeriksaan semikuantitatif dalam urin mungkin berubah atas dasar pendapat berat jenis.Batas normal urin sewakti 1003-1030. Jika didapat urin sewaktu (sering urin pagi) yang mempunyai berat jenis 1025 atau lebih tinggi sedangkan reduksi urin itu negatif dan tidak ada protein, maka hal itu menunjukkan kepada faal pemekat ginjal yang baik. Berat jenis yang lebih dari 1030 membri isyarat akan kemungkinan glukosuria(Gandasoebrata, 2004).f. Bau UrinMeskipun tidak disebut sebagai pemeriksaan penyaring, baik selalu diperhatikan dan dilaporkan jika ada bau abnormal. Dalam hal ini pun harus dibedakan bau yang dari semula ada dari bau yang terjadi dalam urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Biasanya hanya bau yang dari semula ada yang bermakna.Bau urin yang normal tidak disebabkan untuk sebagian oleh asam-asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dari yang normal(Gandasoebrata, 2004):1. Oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri, seperti jengkol, petai, durian, asperse, dll. Mudah dapat dikenal dan bau itu ada dari semula.2. Oleh obat-obatan seperti: terpentin, menthol, dsb. Telah ada dalam urin segar.3. Bau amoniak oleh perombakan bakteriil dari ureum. Biasanya terjadi dengan urin yang dibiarkan tanpa pengawet: reaksi urin menjadi lindi. Kadang-kadang juga oleh perombakan ureum di dalam kantong kencing oleh infeksi dengan bakteri tertentu.4. Bau pada ketonuri: bau ituada dari semula dan menyerupai bau buah-buahan atau bunga setelah layu. (meskipun acetinlah yang banyak didapat, baunya berbeda dari bau aceton murni).Bau busuk. Kalau ada dari mula-mula mungkin berasal dari perombakan zat-zat protein, umpamanya pada carcinoma dalam saluran kencin. Mungkin pula terjadi oleh pembusukan urin yang mengandung banyak protein di luar badan.2.2 Uji IndikanIndikan berasal dari pertumbuhan bakteri, sering di usus keci l.Indican is an indole produced by bacterial action on an amino acid, Tryptophan, in the intestine.Indican merupakan indole diproduksi oleh bakteri pada suatu asam amino tryptophan dalam usus .Most of indole is excreted in the feces.Kebanyakan indol dibuang dalam kotoran. The remainder is absorbed and metabolized and excreted as indican in the urine.Sisanya akan diserap dan dimetabolisme serta diekskresi sebagai indicant dalam urin. In normal urine, the amount of indican excreted is small.Urine normal, jumlah indicant tersekresinya kecil. It is increased with high protein diets or inefficient protein digestion.Hal ini meningkat dengan diet protein tinggi atau kurang efisiennya pencernaan protein. If not digested properly, or if the wrong type of proteins are ingested, bowel putrefaction can occur.Jika tidak benar dicerna, atau jika salah jenis protein yang dikosumsi, pembusukan usus dapat terjadi. Problems with protein digestion can be caused by overgrowth of anaerobic bacteria, intestinal obstruction, stomach cancer, low stomach acid, parasitic infections, malabsorptive syndromes (sprue, etc.), fungal infections, lack of digestive enzymes, or liver problems.Masalah dengan pencernaan protein dapat disebabkan oleh bakteri anaerobic dari penumbuhan yang terlalu cepat, gangguan usus, kanker perut, asam lambung rendah, infeksi parasit, malabsorptive syndromes (seriawan, dan lain-lain), infeksi fungal, kurangnya pencernaan enzim-enzim, atau masalah hati. In the rare condition, Hartnup disease, amino acids are poorly absorbed from the intestine.Dalam kondisi yang langka, penyakit Hartnup, karena penyerapan asam amino yang buruk dalam usus. This allows bacterial decomposition to take place.Hal ini memungkinkan dekomposisi bakteri untuk mengambil tempat. The inability to digest protein can have adverse affects on glycemic control, hormone balance and water balance.Ketidakmampuan untuk mencernakan protein dapat mempengaruhi Adverse pada glycemic kontrol, hormone keseimbangan air dan seimbang. Bahan makan anakan diserap dari usus halus dan sisa makanan yang tidak diserapakan terus keusus besar. Dalam usus besar terjadi penyerapan air sehingga secara gradual isi usus akan menjadi lebih padat. Dalam usus besar terjadi proses fermentasi dan pembusukan. Terhadap sisa bahan makanan oleh pengaruh enzim-enzim bakteri usus. Pada proses ini akan dihasilkan gas seperti C02r metan, hidrogen, nitrogen dan H2S serta asam asetat, asam laktat dan asam butirat. Dalam usus besar, asam amino akan mengalami dekarboksilasi oleh enzim bakteri usus menghasilkan amintoksik (=ptomain). Asam amino triptofan akan membentuk indol dan skatol. Indol dan skatol akan diserap dari usus, selanjutnya dalam hati akan dioksidasi menjadi indoksil. Indoksil akan berkombinasi dengan sulfat (proses konjugasi) membentuk indikan (=indoksilsulfat). Indikan akan dieksresi kedalam urin dan merupakan salah satu sulfat etereal dalam urin. Indikan dalam urin berasal dari proses pembusukan asam amino triptofan dalam usus, bukan berasal dari katabolisme protein dalam tubuh. Ekskresi indikan kedalam urin member gambaran proses pembusukan dalam usus. Pada keadaan normal, dalam sehari diekskresi 10-20 mg. Variasi ekskresi terutama ditentukan oleh jenis makanan. Makanan tinggi protein akan meningkatkan ekskresi indikan dalam urin dan sebalikny a pada makanan tinggi karbohidrat. Bila terjadi peningkatan proses pembusukan dalam usus atau bila ada stagnasi isi usus juga akan terjadi peningkatan ekskreslin dikanurin. Peningkatan indikan daiam urin juga dapat ditemukan bila ada dekomposisi protein dalam tubuh oieh bakteri, seperti gangren. Indikan dalam urin dapat ditetapkan dengan uji Obermeyer.

Clinical ApplicationAplikasiklinisAs most of the endogenous indoles have a side chain which prevents cleavage and are instead metabolized to skatole, the production of indicans (indoxyl potassium sulfate and indoxyl glucoronate) reflects bacterial activity in the small and large intSeperti sebagian besar endogenous indoles memiliki sisi rantai yang mencegah perpecahan dan bukan dimetabolisme keskatole, produksiin dicans (indoxyl kalium sulfat dan indoxyl glucoronate) mencerminkan aktivitas bakteri dalam usus besar dan usus halus. The table below lists conditions in which increased levels are found.Daftar tabel di bawah kondisi yang meningkat di tingkat ditemukan. Elevated levels are considered as an indicator of intestinal toxemia and overgrowth of anaerobic bacteria.Ditinggikan tingkat dianggap sebagai indicator dari usus toxemia dan penumbuhan yg terlalu cepat dari anaerobic bakteri.

Conditions with Elevated Levels of Urinary IndicanKondisi tingginya tingkat indicant dalam urin : Inflammatory bowel diseasePenyakitusus Celiac diseaseHypochlorhydriaHypochlorhydria AchlorhydriaAchlorhydria Gastric ulcerJejunal diverticulosisDiverticulosis jejunum Scleroderma Scleroderma PostgastrectomyPostgastrectomy Hartnup's diseasePancreatic insufficiencyPancreatic ketidak cukupan Diminished peristalsisHypermotility of the small intestineHypermotilitas dari usus kecil

DasarTeori :Pereaksi Obermeyer yang mengandung FeCl3 dalam HCI pekat mengoksidasi gugus indoksil membentuk biru indigo yang larutdalam kloroform

Reaksi pembentukan indikan :

2.3 Uji KreatininKreatinin adalah produk limbah dalam darah diciptakan oleh kerusakan normal sel-sel otot selama kegiatan.Ginjal sehat mengambil kreatinin darah dan memasukkannya ke dalam urin untuk meninggalkan tubuh.Ketika ginjal tidak bekerja dengan baik, kreatinin menumpuk dalam darah (NIDDK, 2009).Kreatinin adalah bahan yang berasal dari pemecahan otot. Kreatinin difiltrasi oleh glomerulus dan sedikit sekali yang diekskresikan kedalam tubulus ginjal, sehinggga klerens kreatinin kira-kira sebanding dengan kecepatan filtrasi glomerulus. Karena produksi kreatinin ada hubungannya dengan banyaknya jaringan otot, maka tidak heran apabila kadar kreatinin serum anak normal yang sehat lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar pada orang dewasa . Pada masa pubertas produksi kreatinin mengalami peningkatan yang tinggi dan sebaliknya pada keadaan sakit yang lama, dengan berkurangnya jaringan otot maka kadar keratinin akan menurun. Deviasi ini dapat terlihat dengan adanya penurunan kadar kreatinin dalam serum meskipun kecepatan filtrasi glomerulus tidak berubah. Pada keadaan-keadaan tersebut akan lebih baik bila dilakukan pemeriksaan klerens kreatinin. Kreatinin merupakan hasil pemecahan keratin fosfat dalam otot, pada pemecahan ini akan dihasilkan kreatinin dan energi fosfat (Pi). Jadi, keratin fosfat merupakan salah satu senyawa karier energi. Karier energi yang lain 1,2 Bifosfogliserat, Fosfoenolpiruvat, dan Asetil KoA [6]. Kontraksi ototKreatin fosfat + ADP Kreatinin + ATPKreatin tergolong nonprotein nitrogen yang secara kontinyu diekskresi ke urin. Jumlah ekskresi per 24 jam dipengaruhi oleh massa otot dan kontraksinya. Pada keadaan normal tubuli ginjal aktif mengekskresi kreatinin dan jumlahnya akan ditambah dengan kreatinin yang berasal dari darah. Jadi, peranan diagnostik kreatinin darah berfungsi ganda, yakni terhadap faal ekskresi ginjal dan kontraksi otot. Pada penelitian dengan menggunakan teknik radioisotop N15, kreatinin berasal dari asam amino arginin, glisin, dan metionin [6].Teknik pemeriksaan kreatinin yang sering digunakan adalah metode Jaffe. Yaitu pembentukan kreatinin pikrat yang berwarna merah jika kreatinin direaksikan dengan pikrat lkalis. Warna yang terbentuk diukur dengan fotometer atau spektrofotometer pada 530 nm. Kalkulasi dihitung dengan membandingkan absorbansi sampel dan standar yang telah diketahui kadarnya [6].Harga normal untuk metode ini adalah 0,6-1,1 mg / 100 ml serum dan 0,7-1,5 mg / 100 ml darah lengkap. Untuk pemeriksaan kreatinin harus dilakukan deproteinisasi yaitu menggunakan Na-Tungstat dan H2SO4. Filtrat disebut dengan bebas protein (FBP) atau lebih populer dengan filtrat Folin Wu. Filtrat juga bisa digunakan untuk pemeriksaan asam urat [6].Tes kreatinin serum adalah tes yang murah, cepat dan mudah. Tes kreatinin serum secara tunggal kurang akurat untuk memprediksi LFG karena kreatinin selain difiltrasi bebas oleh glomerulus juga disekresi oleh tubulus proksimal, kadarnya dalam serum dipengaruhi oleh senyawa-senyawa tertentu dalam darah (kromogen non kreatinin), perubahan massa otot dan proses inflamasi, sehingga dikembangkan berbagai persamaan yang menggunakan kadar kreatinin serum disertai beberapa faktor koreksi.2.4 Uji BenedictPemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda asasnya. Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai pereduksi; pada tes-tes semacam itu terdapat suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantara banyak macam reagens yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang menngandung garam cuprilah banyak dipergunakan. Glukosuria dapat dibuktikan jjuga dengan cara spesifik yang menggunakan enzim glukosa-oxidasa untuk merintis serentetan reaksi dan berakhir dengan perubahan warna dalam reagens yang digunakan.(Gandasoebrata, 2007)Aldosa dan ketosa mempunyai gugus pereduksi, yaitu gugus aldehid dan keton sebagai gugus aktif. Disakarida juga mengandung gugus yang sama sehingga dapat mereduksi reagens Benedict yang mengandung ion Cu2+ jika gugus aldehid dan keton yang terdapat pada karbohidrat dalam keadaan bebas. Pada sukrosa, ikatan glikosida berada di antara C1 glukosa dan C2 fruktosa. Di sini, gugus pereduksi saling terikat maka sukrosa kehilangan daya reduksinya terhadap reagens Benedict dan juga reagen-reagen lain yang sejenis, seperti Fehling.(Panil, 2008)Uji Benedict akan bereaksi positif dengan glukosa(aldosa), fruktosa(ketosa), galaktosa(aldosa), manosa(aldosa), maltosa(glukosa disakarida C1-4). Prinsip reaksi adalah proses reduksi ion Cupri menjadi Cupro, dan akibat pemanasan terbentuk endapan Cu2O berwarna merah bata. Aplikasi klinis Benedict pada laboratorium klinik adalah untuk menguji urine penderita diabetes mellitus.Reaksi :CuSO4 Cu2+ + SO4-Cu2+ + O2 Cu2O (merah bata)Hasil pemeriksaan reduksi hendaknya disebut dengan cara semikuantitatif. Penilaian Warna Kadar

Negative (-)Tetap biru jernih/ sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh0

Positif +Hijau kekuning-kuningan dan keruh0,5-1% glukosa

Positif ++Kuning keruh1-1,5% glukosa

Positif +++Jingga atau warna lumpur keruh2-3,5% glukosa

Positif ++++Merah keruh>3,5% glukosa

2.5 Uji ProteinPenetapan kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkantimbulnya kekeruhan pada urin. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itumenjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urin yang jernih menjadi syarat yang penting.Salah satu uji protein urin yang cukup peka adalah dengan melalui pemanasan urin dengan asam asetat. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein, sedangkan pemanasan bertujuan untuk denaturasi sehingga terjadilah presipitasi. Cara penilaian uji protein urin adalah sebagai berikut:NILAISIMBOLDESKRIPSI

Negatif-Tidak ada kekeruhan sedikitpun

Positif +1 +Kekeruhan ringan tanpa butir-butir; kadar protein kira-kira 0,010,05%

Positif + +2 +Kekeruhan mudah terlihat dan nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut; kadar protein kira-kira 0,05-0,2%

Positif + + +3 +Jelas keruh dengan kepingan-kepingan; kadar protein kira-kira 0,02-0,5%

Positif + + + +4 +Sangat keruh dengan kepingan-kepingan besar atau bergumpal-gumpal atau memadat; kadar protein kira-kira lebih dari 0,5%. Jika terdapat lebih dari 3% protein akan membeku.

Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius. Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif. Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius. Adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit dasarnya. Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%. Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal. Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal. Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin. Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam urin. Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:1. Filtrasi glomerulus 2. Reabsorbsi protein tubulusPatofisiologi ProteinuriaProteinuria dapat meningkat melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu:1. Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama abumin.2. Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.3. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal, Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.4. Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon untuk inflamasi.Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein. Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin. Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus. Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma ke dalam urin (proteinuria glomerulus). Protein yang lebih kecil (100 kDal) sementara foot processes dari epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk transpor melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan glutamat, aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis. Muatan negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari proteinuria abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus. Ini biasanya sering dijumpai pada diskrasia sel plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan produksi monoklonal imunoglobulin rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari kelainan yang disaring oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus proksimal.Bila ekskersi protein urin total melebihi 3,5 gram sehari, sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (sindrom nefrotik).Proteinuria FisiologisProteinuria sebenarnya tidak selalu menunjukkan kelainan/penyakit ginjal. Beberapa keadaan fisiologis pada individu sehat dapat menyebabkan proteinuria. Pada keadaan fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara. Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang kuat terutama lari maraton dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari, pasien hematuria yang ditemukan proteinuria masif, yang sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus tetapi karena banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin akibat hematuri tersebut (positif palsu proteinuria masif).Proteinuria PatologisSebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya pada penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjla obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obatan analgestik dan kelainan kongenital kista, sering tidak ditemukan proteinuria. Walaupun demikian proteinuria adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator perburukan fungsi ginjal. Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun pada penyakit ginjal non diabetes.2.6 Uji KetonBadan keton merupakan bahan bakar bagi jaringan terutama dalam keadaan puasa. Setelah dibebaskan dari triasilgliserol jaringan adiposa, asam lemak digunakan olehhati untuk membentuk badan keton yang berpindah ke jaringan lain, misalnya otot dan ginjal, tempat badan keton tersebut dioksidasi. Selama keadaan kelaparan, kadar badan keton meningkat sampai kadar tertentu di dalam darah sehingga badan keton dapat masuk ke sel otak, tempat badan keton tersebut dioksidasi sehingga jumlah glukosa yang diperlukan oleh otak berkurang.Secara keseluruhan, asam lemak yang dibebaskan dari trigliserol jaringan adiposa berfungsi sebagai bahan bakar utama bagi tubuh selama keadaan puasa. Asam lemak ini dioksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O oleh sebagian jaringan. Hati mengoksidasi asam lemak, mengubah sebagian besar asetil KoA menjadi badan keton yang kemudian dikirim ke jaringan lain melalui darah. Dalam jaringan ini, enenrgi yang tersisa digunakan untuk menghasilkan ATP pada waktu badan keton dioksidasi menjadi CO2 dan H2O.Jumlah total energi yang berasal dari oksidasi parsial asam lemak di hati dan pengiriman badan keton ke jaringan lain untuk penyempurnaan proses oksidasi hampir sama dengan energi yang diperoleh dari oksidasi sempurna asam lemak menjadi CO2 dan H2O di dalam satu jaringan. Keuntungan yang diperoleh dari pembentukan badan keton adalah bahwa: (a) hati memperoleh energi yang diperlukan untuk menjalankan proses dengan hanya melakukan oksidasi parsial asam lemakdan membentuk badan keton, (b) jaringan lain menggunakan badan keton sebagai bahan bakar, dan (c) selama kelaparan, otak dapat mengoksidasi badan keton, menurunkan kebutuhannya akan glukosa. Akibatnya selama kelaparan glukoneogenesis berkurang, dan protein otot, yang menghasilkan asam amino sebagai sumber karbon untuk pembentukan glukosa di hati, dihemat. Badan keton terdiri dari aseton, asam asetoasetat, dan asam beta-hidroksibutirat yang merupakan produk penguraian asetoasetat. Sintesis badan keton terjadi apabila kadar asam lemak dalam darah meningkat, yaiotu selama berpuasa, kelaparan, atau akibat makanan tinggi lemak rendah karbohidrat. Enzin untuk sintesis badan keton terutama terdapat di mitokondria hati.

BAB IIIMETODOLOGI

Alat1. Gelas ukur2. Urinometer3. Termometer4. Pipet tetes5. Tabung reaksi6. Labu takar 100 mL7. Penangas airBahan1. Sampel urin2. Pereaksi Obermeyer (asam klorida pekat)3. Kloroform4. Larutan pikrat jenuh5. Larutan NaOH 10%6. Larutan standar kreatinin (larutan 1 g kreatinin dalam HCL 0,1 N)7. Aquades8. Larutan glukosa 0,3%, 1%, dan 5%9. Pereaksi Benedict10. Asam nitrat pekat11. Asam asetat 2%12. Kristal amonium sulfat13. Larutan Na nitroprusid 5%14. Amonium hidroksida pekatCara Kerja1. Sifat fisik urinCara pengumpulan urin 24 jam :Urin pertama hari tertentu (misalnya pukul 06.00) dibuang. Semua urin mulai waktu itu sampai dengan waktu yang sama pada hari berikutnya dikumpulkan. Seluruh urin tersebut harus disimpan dalam keadaan dingin dengan toluen sebagai pengawet.Berat jenis urinIsilah gelas ukur 100 mL dengan urin (bahan pengawet harus dibuang terlebih dahulu). Letakkan urinometer di dalamnya. Urinometer akan mengapung dan tidak boleh menyentuh dinding tabung. Baca angka pada urinometer yang bersesuaian dengan permukaan urin dalam tabung. Catat suhu urin tersebut. Tiap urinometer telah ditera untuk suhu tertentu dan tertulis pada alat. Bila suhu urin tidak sama dengan suhu tera alat, perlu dilakukan koreksi pada angka yang ditunjukkan oleh urinometer. Tiap perbedaan 30C di atas suhu tera alat berat jenis urin harus ditambah 0,001 dan tiap perbedaan 30C di bawah suhu tera alat berat jenis urin harus dikurangi 0,001.2. Uji indikan (Obermeyer)Pipetkan ke dalam tabung reaksiLarutanTabung

Urin8 mL

Pereaksi Obermeyer8 mL

Diamkan beberapa menit

Kloroform3 mL

Campur dengan membalik-balik tabung kira-kira 10 kali (jangan dikocok). Kloroform akan mengekstraksi biru indigo.

3. Penetapan kadar kreatininPipetkan ke dalam labu takar 100 mLLarutanBlankoStandar 1Standar 2Uji 1Uji 2

Akuades1 mL----

Standar-1 mL1 mL--

Urin---1 mL1 mL

Larutan asam pikrat jenuh10 mL20 mL20 mL20 mL20 mL

NaOH1,5 mL1,5 mL1,5 mL1,5 mL1,5 mL

Kocok perlahan-lahan dan diamkan 25 menit. Encerkan dengan akuades sampai volume 100 mL campur dengan membalik-balik labu. Bacalah serapan pada panjang gelombang 540 nm.

Perhitungan :Kadar kreatinin = x 1 x x g/24 jamKoefisien kreatinin = 4. Uji benedict semikuantitatifPipetkan ke dalam tabung reaksiLarutanTabung 1Tabung 2Tabung 3Tabung 4

Pereaksi Benedict2,5 mL2,5 mL2,5 mL2,5 mL

Urin4 tetes---

Larutan glukosa 0,3%-4 tetes--

Larutan glukosa 1%--4 tetes-

Larutan glukosa 5%---4 tetes

Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau didihkan diatas api kecil selama 1 menit. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan. Endapan berwarna hijau, kuning atau merah menandakan reaksi positif, sedangkan perubahan warna larutan saja tidak berarti reaksi positif.

Penafsiran :WarnaPenialaianKadar

Biru jernihNegatif0

Hijau/kuning hijau+2%

5. Uji proteinPipetkan ke dalam tabung reaksiLarutanTabung

Asam nitrat pekat5 mL

Miringkan tabung reaksi dan tambahkan perlahan-lahan

Urin jernih (normal/patologis)5 mL

Hasil positif ditandai oleh terbentuknya cincin di atas lapisan HNO3 pekat

6. Uji koagulasiPipetkan ke dalam tabung reaksiLarutanTabung

Urin jernih (bila perlu disaring terlebih dahulu)5 mL

Didihkan. Endapan yang terbentuk adalah protein atau fosfat

Asam asetat 2%5 tetes

Bila endapan tetap ada, menandakan ada protein sebab fosfat akan larut dalam suasana asam

7. Uji benda keton (rothera)Pietkan ke dalam tabung reaksiLarutanTabung

Urin (noemal/patologis)5 mL

Kristal amonium sulfatDitambah sampai jenuh

Na nitroprusid 5%2-3 tetes

Amonium hidroksida pekat1-2 tetes

Campur, diamkan 30 menit. Hasil positif ditandai oleh warna ungu.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil1. Sifat Fisik UrinVolume urin1350 ml

Warna urinKuning muda

Kejernihanjernih

Berat jenis1005

Suhu urin28 C

2. Uji Indikan (Obermeyer)Hasil : negatifTidak terjadinya perubahan warna pada urin yang telah diberi klorofom.3. Uji KoagulasiUrin OPTidak terbentuk endapan

Urin patologisTerbentuk endapan

4. Penetapan kadar kreatinin urinTabungNilai Absorben

Blanko0

Standar 10,312

Standar 20,314

Uji 10,267

Uji 20,251

Standar: 0,313Uji: 0,259BB OP: 52 kgKadar kreatinin = x 1 x = 11,1709 g/24 jam Koefisien kreatinin = = 0,215. Uji benedictTabungWarna

1Biru jernih

2Hijau/kuning hijau

3Kuning/kuning kehijauan

4merah

6. Uji benda ketonUrin OPTidak terbentuk warna ungu

Urin PatologisTerbentuk warna ungu

4.2 Pembahasan1. Sifat Fisik UrinBerdasarkan hasil praktikum didapatkan volume urin 1350 ml yang masih dalam rentang normal. Dalam keadaan normal orang dewasa diperoleh 1200 1500 ml urine dalam satu hari. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi cairan akan meningkatkan pembentukan urine sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresikan prosuk metabolisme tubuh adalah 500 ml.Warna urin OP kuning muda yang menunjukkan warna normal urin. Warna urin kuning normal biasanya disebabkan oleh urobilin dan urochrom.Kejernihan urin OP yaitu jernih yang masih dalam indikator normal sifat fisik urin. namun jika terdapat kekeruhan, tidak semua kekeruhan bersifat abnormal. Urin normal pun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Dimana kekeruhan tersebut biasanya berasal dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap.Berat jenis urin 1005 sedikit lebih rendah dibanding berat jenis urin normal yaitu dengan kisaran 1016 sampai 1024. Namun berat jenis urin ini bervariasi. Jika OP minum air dalam jumlah besar maka BJ bisa menurun sampai 1002.2. Uji Indikan (Obermeyer)Pada urin yang telah dicampur pereaksi ober mayer dan kloroform kemudian dikocok hasilnya tidak terbentuk endapan warna biru. Hanya ada endapan berwarna putih. Hal ini menandakan orang yang memiliki urin tersebut lebih banyak memakan karbohidrat dari pada protein.Sebagaimana yang kita ketahui bahwa asam amino Triptofan banyak terdapat di hewan terutama pada daging sapi dan susu, dimana asam amino triptofan akan mengalami dekarboksilasi di dalam usus besar oleh enzim bakteri usus menghasilkan amin toksik (ptomain).Triptofan merupakan salah satu asam amino penyusun protein yang bersifat esensial bagi manusia. Bentuk umum asam amino ini adalah L-triptofan. Meskipun demikian bentuk D-triptofan juga dapat ditemukan di alam. Triptofan memiliki gugus fungsional yang tidak dimiliki asam-asam amino dasar lainnya. Gugus fungsional ini disebut indol. Akibatnya, triptofan menjadi prekursor banyak senyawa biologis penting yang tersusun dalam kerangka indol. Triptofan adalah prekursor melatonin, serotonin, dan niasin.

TRIPTOFANNama SistemikAsam S-2-amino-3-(1H-indol-3-il)-Propanoat

Rumus KimiaC11H12N2O2

Massa Molekul204,23 g mol-1

Titik Lebur289C

Asam amino triptofan akan membentuk indol dan skatol yang akan diserap usus, selanjutnya di dalam hati akan dioksidasi menjadi indoksil yang akan berkombinasi dengan sulfat melalui proses konjugasi membentuk indikan (indoksil sulfat), yang kemudian akan dieksresikan dalam urin. Makanan tinggi protein akan meningkatkan eksresi indikan dalam urin, dan terbentuk biru indigo pada uji obermeyer. Maka pada praktikum kali ini yang tidak terbentuk warna biru indigo karena OP yang dipakai urinnya kurang asupan protein (diet rendah protein). Dan dapat disimpulkan bahwa uji obermeyer sangat bergantung dengan asupan makanan, semakin tinggi diet protein terutama daging sapi maka semakin banyak indikan yang dieksresikan dalam urin dan akan membentuk warna biru indigo pada uji obermeyer.3. Penetapan Kadar KreatininPada praktikum kali ini, penentuan kadar kreatinin urin menggunakan sampel urin, serta hasilnya diukur dengan menggunakan spektrofotometer dan akan diperolehhasil rata-rata dari kelompok kami 11,1709 jika ditinjau dari nilai normal kadar kreatinin urin tersebut tergolong tidak normal, karenahasil kadarnya terlalu(tinggi lebih dari 1,2 mg%).Berdasarkan tinjauan pustaka, kreatinin dalam urin terbentuk dari fosfokreatin. Kecepatan ekskresi keratin relative konstan dari hari ke hari. Oleh karena itu, ekskresi kreatinindarisetiap individu manusia hampir selalu konstan seperti halnya kadar kalium di dalam tubuh manusia. Dengan demikian cara terbaik untuk mengetahui volume urin yang diekskresikan selama 24 jam adalah melalui penetapan kadar kreatinin dengan berdasarkan fraksinya yang relative konstan terhadap laju kreatinin setiap hari. Laju ekskresi urin kreatinin dalam urin berbeda pada setiap individu. Dalam penambahan asam pikrat, bertujuan untuk mereaksikan kreatinin agar terbentuk kompleks berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan prinsip dari test kreatinin, yaitu berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat yang membentuk larutan kuning. Selain dengan penambahan asam pikrat (reagenkreatinin II), urin ditambahkan dengan NaOH1% (reagen kreatinin I) yang bertujuan untuk membuat suasana basa pada larutan. Agar reaksi antara asam pikrat dan kreatinin dapat menghasilkan larutan kompleks berwarna kuning, suasana larutan harus dalam keadaan basa. Jika tidak terbentuk larutan kompleks berwarna kuning, maka kreatinin tidak dapat diuji dengan metode spektrofotometer. Jadi suasana larutan dibuat basa dengan penambahan NaOH. Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboraturium adalah obat tertentu yang dapat meningkatkan kadar kreatinin urin; kehamilan; aktivitas fisik yang berlebihan; konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium.4.Uji benedict semikuantitatifDari hasil praktikum didapatkan pada tabung 1 berwarna biru jernih yang menandakan hasil negatif, tidak adanya glukosa didalam urin. Pada tabung 2 didapatkan warna hijau/kuning hijau yang menandakan hasil postif 1 dengan kadar glukosa 5%.5. Uji ProteinPada praktikum kali ini kami menggunakan uji asam asetat sebagai pembukti ada tidaknya protein di dalam urin. Uji protein yang dilakukan yaitu uji koagulasi dimana didapatkan hasil pada urin OP yaitu tidak terdapat endapan yang berarti tidak terdapat protein didalam urin. Sedangkan pada urin patologis terdapat endapan yang berarti uji proteinnya positif. Proteinuria sebenarnya tidak selalu menunjukkan kelainan atau penyakit pada ginjal. Beberapa keadaan fisiologis pada individu sehat dapat menyebabkan proteinuria. Karena pada keadaan fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara sedangkan proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.

6. Uji benda keton Pada praktikum kali ini kami melakukan uji keton bodies dalam urin dengan pereaksi rothera, pada urin OP tidak menunjukkan perubahan warna sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat keton bodies, sedangkan pada urin patologis terdapat perubahan menjadi warna ungu sehingga dapat disimpulkan urin tersebut positifmengandung keton bodies. Ketone bodies (senyawa keton dalam tubuh) adalah hasil oksidasi asam lemak yangtidak sempurna. Sintesis keton bodies terjadi di dalam hati. Secara normal pembentukan benda keton terjadi di dalam hepar (ketogenesis). Benda keton ikut peredaran darah menujujaringanekstrahepatal(mengalamiketolisis)menjadiH2O+CO2+energy yang dibutuhkan tubuh. Jadi ketogenesis seimbang dengan ketolisis. Ketosis pada keadaan lapar atau masa puasa > Jika seseorang dalam keadaan puasa, ketersediaan karbohidrat sangat rendah sehingga produksi insulin juga sedikit. Karena rendahnya kadar insulin akan menyebabkan asam lemak banyak terdapat di dalam darah dan akhirnya membentuk ketone bodies. Beberapa penyebab gejala ketonemia atau ketosis:(1) Keadaan Kelaparan atau STARVATION, (2) Penderita Diabetes mellitus, dan(3) Diet Abnormal. Ketogenensis dalam proses oksidasi asam lemak terjadi karena badan keton, sebagai hasil oksidasi asam lemak yang tidak sempurna, mengalami penumpukan dalam hatiberpengaruh padaketidakseimbanganhormonal terutamapadaproduksi insulinyang tidak cukup untuk mengimbangi aktifitas glukagon dalam tubuh yang memungkinkan kondisi metabolisme yang cenderung mengarah ke produksi badan keton berlebih yang disebut dengan ketoasidosis. Proses ketogenesis merupakan proses pembentukan badan-badan keton dimanaprosesiniterjadiakibatpemecahanlemakdankarbohidrattidakseimbang.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan1. Sifat Fisik UrinSifat fisik urin OP yang dinilai dari volume urin, warna, kejernihan, berat jenis dan suhu urin semuanya masih dalam rentang normal.2. Uji Indikan (Obermeyer)Hasil uji indikan urin OP negatif3. Penetapan Kadar KreatininKadar kreatinin urin OP terlalu tinggi.4.Uji ProteinTidak terbentuk endapan. Urin OP tidak mengandung protein5. Uji BenedictTidak ditemukan glukosa didalam urin (negatif)6. Uji benda KetonTidak ditemukannya benda keton dalam urin (negatif).

5.2 SaranPada saat praktikum usahakan agar semua yang dilakukan sesuai dengan prosedur agar hasilnya lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gandasoebrata, R. 2006. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.2. Murray, Robert K. Granner, Daryl K. Mayes, Peter A. Rodwell, Victor W. 2003.Harpers Illustrated Biochemistry, Twenty-Sixth Edition.New York: Mc. Graw Hill.3. Armstrong, Frank B. 1995.Buku Ajar Biokimia. Edisi ketiga. Jakarta : EGC.4. Arthur C. Guyton dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta : EGC5. Dawn B. Marks et all. 2000. Biokimia kedokteran Dasar. Jakarta : EGC