LAPORAN BIOKIM 1
-
Upload
shanty-dnampa-denha -
Category
Documents
-
view
52 -
download
0
description
Transcript of LAPORAN BIOKIM 1
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN PEREAKSI
NAMA : NURSANTINIM : H311 12 902KELOMPOK : 4(EMPAT)HARI/TANGGAL PERCOBAAN : RABU/19 FEBRUARI 2014ASISTEN : SARTIKA
LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
BAB I
SIFAT-SIFAT BAHAN
1.1 Glisin
Glisin adalah asam amino yang paling sederhana dan terdapat pada
skleroprotein. Pada tahun 1820 Braconnot menemukan glisin dari hasil hidrolisis
gelatin. Glisin dapat mengalami reaksi deaminasi oksidatif oleh glisin oksidase,
yaitu enzim yang terdapat dalam jaringan hati dan ginjal. Dalam reaksi ini glisin akan
diubah menjadi asam glioksilat dan amonia. Asam glioksilat yang terbentuk dapat
diuraikan lebih lanjut menjadi formaldehid dan karbondioksida. Asam glioksilat
dapat juga diubah menjadi asam malat yang mengalami metabolism melalui siklus
asam sitrat. Disamping itu glisin dapat diubah pula menjadi serin dengan adanya 5-
formiltetrahidrofolat (Poedjiadi,1994).
Glisin dapat berfungsi dalam proses penawaran racun, misalnya apabila asam
benzoat atau derivatnya termasuk dalam makanan maka dalam glisin akan bergabung
dengan zat-zat tersebut sehingga terbentuk asam hipurat yang tidak bersifat racun.
Dalam tubuh glisin dapat dibentuk dari serin dalam jumlah yang cukup, karena itu
glisin adalah asam amino nonesensial. Serin dibentuk dari asam 3-fosfogliseral yang
merupakan salah satu hasil antara dalam proses glikolisis. Dengan demikian dapat
dilihat bahwa ada hubungan antara glokolisis dengan bisintesis glisin
(Poedjiadi,1994).
Asam amino tidak hanya berperan sebagai bahan bangunan protein, tetapi
juga merupakan sumber daya kimia bagi banyak senyawa yang membutuhkan
nitrogen. Misalnya glisin diperlukan untuk biosintesis gugus heme dari hemoglobin
(Tim Dosen Kimia,2012).
Karakteristik : Massa molekul 75,07 g/mol;massa jenis 1,1607 g/cm3; mulai
terurai pada 233º C (451,4º F); pH 5,6 (asam); berbentuk solid (kristal padat) dan
berwarna putih; mudah larut dalam air panas, larut dalam air dingin, dietil eter, n-
oktanol, etanol, dan sedikit larut dalam aseton.
Rumus Struktur
Toksisitas : Tidak bersifat toksik, namun sedikit berbahaya dalam kasus
kontak kulit (iritan), kontak mata (iritan), menelan, dan menghirup.
Simbol :
Kegunaan :Glisin berperan dalam sistem saraf
sebagai inhibitor neurotransmiter pada sistem saraf pusat (Hidayat,2010).
1.2 Asam Aspartat
Nama asam amino mula-mula diberikan secara empirik. Sejumlah besar
senyawa ini pertama dipisahkan dari sumber alamiah selama 1800-an dan banyak
diantara nama tersebut diambil dari sumber dimana asam amino itu didapatkan.
Selain 20 asam amino dasar dikenal 150 lebih asam amino yang kurang umum.
Kebanyakan dari asam amino ini tidak ada hubungannya dengan pembentukan
protein dan banyak Asam- asam amino demikian mungkin merupakan bentuk antara
metabolik atau bagian dari suatu biomolekul bukan protein (Tim Dosen Kimia,2012).
Asam aspartat dapat diperoleh masing-masing dari glutamine dan asparagin.
Gugus amida yang terdapat pada molekul glutamin dan asparagin dapat diubah
menjadi gugus karboksilat melalui proses hidrolisis dengan asam atau basa. Dalam
metabolismenya, asparagin diubah menjadi asam aspartat dengan bantuan enzim
asparaginase. Kemudian asam aspartat adalah lisin, metionin, treonin dan isoleusin.
Sebaliknya asam aspartat dapat dibentuk dari asam oksaloasetat dengan reaksi
transaminasi. Dari asam aspartat dapat dibentuk asparagin dengn enzim asparagin
sintetase (Poedjiadi,1994).
Karakteristik : Massa molekul 133,1 g/mol; titik lebur 270-271º C (518º F);
massa jenis 1,23 g/cm3; pH 4 (asam); berbentuk solid (bubuk kristal) berwarna putih;
larut dalam dietil eter, etanol, benzena dan sangat sedikit larut dalam air dingin
(Kusnawidjaja, 1993).
Toksisitas: Bersifat iritan terhadap mata, kulit, dan berbahaya bila ditelan atau
dihirup.
Kegunaan:Fungsinya diketahui sebagai pembangkit neurotransmisi di otak
dan saraf otot. Diduga, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kepenatan.
Senyawa ini juga merupakan produk dari daur urea dan terlibat dalam
glukoneogenesis (Kusnawidjaja, 1993).
Rumus struktur
1.3 Alanin
Tidak semua asam amino yang terdapat dalam molekul protein dapat
dibuat dala tubuh kita. Jadi apa bila ditinjau dari segi pembentukannya asam amino
dapat dibagi dalam dua golongan yaitu asam amino yang tidak dapat dibuat atau
disintesis dalam tubuh dan asam amino yang dapat dibuat dalam tubuh kita . asam
amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh disebut asam amino esensial dan harus
diperoleh dari makanan sumber protein. Asam amino yang dapat dibuat dalam tubuh
disebut asam amino esensial (Poedjiadi.1989).
Semua asam amino, kecuali glisin dapat dianggap sebagai derivate alanin.
Alanin diperoleh untuk pertama kalinya oleh Weyl dari hasil hidrolisis fibroin, yaitu
protein yang terdapat pada sutera. Alanin dapat diubah menjadi asam piruvat melalui
proses transminasi. Asam piruvat merupakan senyawa yang terbentuk pada jalur
metabolisme karbohidrat. Dengan demikian reaksi metabolisme alanin ini merupakan
hubungan antara metabolisme protein dengan metabolism karbohidrat. Alanin adalah
asam amino nonesensial yang dapat dibuat dalam tubuh melalui reaksi transminasi
piruvat dengan asam glutamat atau asam amino lain (Poedjiadi,1989).
Karakteristik : Massa molekul 89,09 g/mol; massa jenis 1,424 g/cm3; titik
lebur 258º C; berbentuk solid (kristal padat) berwarna putih; larut dalam air dingin.
Toksisitas : Bersifat iritan terhadap mata dan berbahaya bila ditelan atau
dihirup.
Kegunaan :Alanin dapat berperan dalam pengenalan substrat atau spesifisitas,
khususnya dalam interaksi dengan atom nonreaktif seperti karbon. Dalam proses
pembentukan glukosa dari protein, alanin berperan dalam daur alanin
(Hidayat,2010).
Rumus struktur :
Alanin (Ala) atau asam 2- aminopropanoat (Tim dosen kimia,2012).
1.4 Asparagin
Asam amino digolongkan menurut polaritas variabel gugus R, yang sifatnya
sangat mempengaruhi sifat-sifat protein. Sembilan asam amino (glisin, alanin, valin,
leusin, isoleusin, fenilalanin, metionin, prolin, dan triftopan). Mempunyai rantai
samping nonpolar. Rantai samping ini mempunyai kelarutan dalam air yang terbatas
dan cenderung mencari lingkungan hidrofobik. Sebelas asam amino lainnya
mempunyai gugus polar. Dalam batas-batas pH fisiologi, 5 (aspartat, glutamine.
Aeginin, lisin, dan histidin) bermuatan dan 6(serin, treonin, tirosin, asparagin,
glutamine, dan sisitein) tidak bermuatan (Colby,1988).
Asparagin terdapat pada konglitun dan legumin yaitu protein dalam
tumbuhan. Gugus amida yang terdapat pada molekul glutamin dan asparagin.dapat
diubah menjadi gugus karboksilat melalui proses hidrolisis dengan asam atau basa.
Asparagin diubah menjadi asam aspartat dengan bantuan enzim asparaginase
(Poedjiadi,1994).
(Struktur Asparagin)
1.5 Tirosin
Tirosin dapat diubah menjadi asam p-hidroksifenilpiruvat dengan cara
transaminasi. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim tirosin ketoglutarat
transaminase dan piridoksal fosfat sebagai koenzim. Selanjutnya melalui beberapa
tahap reaksi asam p-hidroksifenilpiruvat diubah menjadi asam fumarat dan asam
asetoasetat. Asam asetotasetat pada akhirnya diubah menjadi asetil KoA dan asam
asetat (Poedjiadi,1994).
(Struktur Tirosin)
1.6 Amilum
Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan.
Amilum dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang, dan
biji-bijian. Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya
adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya
amilopektin. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam
sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan
enzim amilase. Dalam ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas
terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makan kita.
Oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk β maltosa
(Poedjiadi,1994).
(Struktur Amilosa)
1.7 Asam Klorida
Asam ini merupakan bahan kimia yang termasuk penting dalam kegiatan
industri, misalnya pada industri pelapisan logam, minyak, atau untuk menghasilkan
senyawa yang mengandung klor seperti karet sintetis, atau produk yang banyak
digunakan di rumah tangga, misalnya pembersih WC. Bahan ini merupakan cairan
yang tidak berwarna, membentuk asap, dan menyengat. Bahan ini bukan termasuk
oksidator, walaupun termasuk dalam kelompok asam kuat. Klasifikasi bahaya dari
bahan ini karena bersifat korosif dan toksik (Damanhuri, 2008).
(Struktur asam klorida)
1.8 Natrium Hidroksida
NaOH merupakan kelompok alkalin korosif yang paling penting dan dikenal
sebagai caustic soda. NaOH merupakan basa kuat, banyak digunakan di industri
seperti: petroleum, tekstil, kertas, sabun; produk ini juga digunakan di rumah tangga,
misalnya untuk menangani penyumbatan pipa plambing.Pada temperatur kamar,
NaOH adalah berbentuk padat-putih, dapat mengkorosi logam seperti alumunium,
seng, tembaga dan jaringan kulit dan melarutkan lemak; bila terjadi kontak yang
lama, bahan ini dapat mengkorosi gelas, membentuk natrium silikat
(Damanhuri, 2008).
(Struktur Natrium Hidroksida)
1.9 Natrium Hipoklorit
NaOCl merupakan satu dari beberapa senyawa disinfektan. The International
Agency Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa NaOCl aman bagi manusia
dan lingkungan, senyawa ini tidak menyebabkan mutagen, carsinogenic dan
teratogenik. NaOCl adalah hasil reaksi antara molekul chlorine, sodium hydrokside
dan air. NaOCl merupakan senyawa alkali kuat yang memiliki sifat basa
(Sunarto,2005).
(Struktur Natrium Hipoklorit)
1.10 Dinatrium Hidrogen Fosfat
Garam narium dari asam fosfat. Ini adalah bubuk putih larut sangat
higroskopis dan air. Oleh karena itu digunakan secara komersial sebagai adaitif anti
caking dalam produk bubuk. Dinatrium hidrogen fosfat juga dikenal sebagai
ortofosfat hidrogen natrium. Natrium fofat hidrogen atau natrium fofat dibasic. Hal
ini secara komersial tersedia dalam bentuk terhidrsi dan anhidrat (Anonim, 2012)
(Struktur Dinatrium Hidrogen Fofat)
1.11 Buffer pH 7
Larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH tertentu
terhadap usaha mengubah pH, seperti penambahan asam, basa ataupun pengenceran.
Dengan kata lain PH larutan penyangga tidak akan berubah walaupun pada larutan
BAB II
PEMBUATAN DAN PERHITUNGAN BAHAN
2.1 Pembuatan NaOCl 2%
2.1.1 Perhitungan
V 1 ×C1=V 2× C2
V 1 ×12 %=200 mL×2 %
V 1=200 mL× 2%
12 %
V 1=33,33mL
2.1.2 Prosedur
Dipipet 33,33 mL NaOCl 12% ke dalam gelas piala 250 mL kemudian
ditambahkan akuades hingga volume larutan 200 mL lalu diaduk hingga homogen.
2.2 Pembuatan Amilum 1%
2.2.1 Perhitungan
%bv= gram zat terlarut
mLlarutan×100 %
1 %= gram500 mL
×100 %
gram=500 mL×1 %100 %
gram=5 gram
2.2.2 Prosedur
Ditimbang 5 gram amilum ke dalam gelas piala 1 L kemudian ditambahkan
500 mL akuades. Larutan diaduk hingga semua amilum larut semua, selanjutnya
larutan amilum dipanaskan sambil terus diaduk hingga mendidih dan larutan
berwarna bening.
2.3 Pembuatan L-Asparagin 0,01 M
2.3.1 Perhitungan
M= gramMr × L
0,01 M= gram
150,14g
mol× 0,01 L
gram=0,01 M ×150,14 g
mol×0,01 L
2.3.2 Prosedur
Ditimbang 0,0150 gram L-aspargin kedalam gelas piala 50 mL kemudian
dilarutkan dengan sedikit akuades hingga semua L-aspargin larut, jika L-aspargin
tidak dapat larut sempurna dengan akuades maka ditambahkan beberapa tetes HCl
hingga L-aspargin larut. L-aspargin yang telah larut sempurna kemudian dimasukkan
ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga garis
batas kemudian dihomogenkan
2.4 Pembuatan NaOH 6 M
2.4.1 Perhitungan
M= gramMr × L
6 M= gram
40g
mol×0,25 L
gram=6 M ×40 gmol
× 0,25 L
gram = 60 gram
2.4.2 Prosedur
Ditimbang 60 gram NaOH ke dalam gelas piala 100 mL kemudian dilarutkan
dengan 250 mL akuades ke dalam gelas piala 300 mL dan diaduk hingga semua
NaOH larut dan homogen. Pada saat NaOH dilarutkan gelas piala dimasukkan ke
dalam baskom yang berisi air, karena pada saat NaOH dilarutkan, NaOH akan
melepaskan panas.
2.5 NaOH 2,5 M
2.5.1 Perhitungan
M= gramMr × L
2,5 M= gram
40g
mol× 0,1 L
gram=2,5 M ×40 gmol
× 0,1 L
gram = 10 gram
2.5.2 Prosedur
Ditimbang 10 gram NaOH ke dalam gelas piala 100 mL kemudian dilarutkan
dengan 100 mL akuades ke dalam gelas piala 200 mL dan diaduk hingga semua
NaOH larut dan homogen. Pada saat NaOH dilarutkan gelas piala dimasukkan ke
dalam baskom yang berisi air, karena pada saat NaOH dilarutkan, NaOH akan
melepaskan panas.
2.6 Pembuatan HCl 6 M
2.6.1 Perhitungan
M=% × Bj×1000Mr
M=0,37 ×
1,19 gmL
×1000
36,5 gmol
M = 12,06 M
V 1 ×C1=V 2× C2
V 1 ×12,06 M=200 mL× 6 M
V 1=200 mL× 6M
12,06 M
V 1=99,05 mL
2.6.2 Prosedur
Diambil 99,50 mL HCl 37% dengan gelas ukur 100 mL kemudian sedikit
demi sedikit dimasukkan kedalam gelas piala 250 mL yang telah berisi
75 mL akuades sambil diaduk. Kemudian ditambahkan akuades hingga volume
larutan 200 mL setelah semua HCl 37% dimasukkan dan diaduk hingga homogen.
Pada saat proses pembuat HCl 6 M gelas piala yang berisi HCl 6 M diletakkan di
dalam baskom yang berisi air karena HCl akan melepaskan panas pada saat
dilarutkan.
2.7 Pembuatan Tirosin
2.7.1 Perhitungan
M= gramMr × L
0,01 M= gram
181,19g
mol×0,01 L
gram=0,01 M ×181,19 g
mol× 0,01 L
gram = 0,018 gram
2.7.2 Prosedur
Ditimbang 0,018 gram tirosin ke dalam gelas piala 50 mL kemudian
dilarutkan dengan sedikit akuades hingga larut sempurna. Setelah semua tirosin larut,
tirosin dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan akuades hingga
tanda batas dan dihomogenkan.
2.8 Pembuatan Na2HPO4 0,2 M
2.8.1 Perhitungan
V 1 ×C1=V 2× C2
V 1 ×2 M=500 mL×0,2 M
V 1=500 mL× 0,2 M
2 M
V 1=50 mL
2.8.2 Prosedur
Dipipet 50 mL Na2HPO4 2 M ke dalam gelas piala 500 mL kemudian
ditambahkan akuades hingga volume larutan 500 mL lalu diaduk hingga homogen.
2.9 Pembuatan Buffer pH 7
2.9.1 Prosedur
Diambil 81 mL Na2HPO4 0,2 M dengan gelas ukur 100 mL
kemudiandimasukkan ke dalam gelas piala 250 mL. Dipipet 19 mL NaH2PO4 0,2 M
lalu dimasukkan ke gelas piala yang telah berisi larutan Na2HPO4 0,2 M kemudian
ditambahkan 100 mL akuades dan diaduk hingga homogen.
2.10 Pembuatan Glisin 0,01M
2.10.1 Perhitungan
M= gramMr × L
0,01 M= gram
75g
mol×0,1 L
gram=0,01 M ×75 gmol
× 0,1 L
gram = 0,079 gram
2.10.2 Prosedur
Ditimbang 0,075 gram glisin ke dalam gelas piala 100 mL. Dilarutkan dengan
sedikit akuades hingga glisin larut sempurna. Ditambahkan akuades hingga volume
larutan 100 mL kemudian diaduk hingga homogen.
2.11 Pembuatan Alanin 0.01 M
2.11.1 Perhitungan
M= gramMr × L
0,01 M= gram
89g
mol× 0,1 L
gram=0,01 M ×89 gmol
×0,1 L
gram = 0,089 gram
2.11.2 Prosedur
Ditimbang 0,089 gram alanin ke dalam gelas piala 100 mL. Dilarutkan
dengan sedikit akuades hingga semua alanin larut sempurna. Ditambahkan akuades
hingga volume larutan 100 mL kemudian diaduk hingga homogen.
2.12 Pembuatan Asam Aspartat 0.01 M
2.12.1 Perhitungan
M= gramMr × L
0,01 M= gram
133g
mol×0,1 L
gram=0,01 M ×133 gmol
× 0,1 L
gram = 0,133 gram
2.12.2 Prosedur
Ditimbang 0,133 gram asam aspartat ke dalam gelas piala 100 mL. Dilarutkan
dengan sedikit akuades hingga semua asam aspartata larut sempurna. Ditambahkan
akuades hingga volume larutan 100 mL kemudian diaduk hingga homogen.
NaOCl 12 %
NaOCl 2%
Amilum
Amilum 1%
L-Asparagin
Lampiran BAGAN KERJA
1. NaOCl 2%
Dipipet 33,33 mL ke dalam gelas piala 250 mL
Ditambahkan akuades hingga volume larutan 200 mL
Diaduk hingga larutan homogen
2. Amilum 1%
Ditimbang 5 gram ke dalam gelas piala 1 L
Ditambahkan 500 mL akuades kemudian diaduk hingga semua
kanji larut sempurna
Dipanaskan hingga mendidih dan larutan menjadi bening sambil
terus diaduk.
3. L-Asparagin 0,01M
NaOH
NaOH 6M
NaOH
NaOH 2,5M
HCl 37%
Ditimbang 0,0150 gram ke dalam gelas piala 50 mL
Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga larut sempurna
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan akuades
hingga garis batas dan dihomogenkan
4. NaOH 6 M
Ditimbang 60 gram NaOH ke dalam gelas piala 100 mL
Dilarutkan dengan 250 mL akuades ke dalam gelas piala 300 mL
yang berada dalam baskom berisi air
Diaduk hingga semua NaOH larut dan homogen.
5. NaOH 2,5M
Ditimbang 10 gram NaOH ke dalam gelas piala 100 mL
Dilarutkan dengan 100 mL akuades ke dalam gelas piala 200 mL
yang berada dalam baskom berisi air
Diaduk hingga semua NaOH larut dan homogen.
6. HCl 6M
Diambil 99,05 mL dengan gelas ukur 100 mL
Tirosin
Tirosin 0,01 M
Na2HPO4 2 M
Na2HPO4 0,2 M
Na2HPO4 0,2 M
Dimasukkan kedalam gelas piala 250 mL yang berada di dalam
baskom yang berisi air yang telah berisi 75 mL akuades sedikit
demi sedikit sambil diaduk.
Ditambahkan akuades hingga volume larutan 200 mL
7. Tirosin 0,01 M
Ditimbang 0,018 gram ke dalam gelas piala 50 mL
Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga larut sempurna
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
Ditambahkan akuades hingga tanda batas dan dihomogenkan
8. Na2HPO4 0,2 M
Dipipet 50 mL ke dalam gelas piala 500 mL
Ditambahkan akuades hingga volume larutan 500 mL lalu diaduk
hingga homogen.
9. Buffer Fosfat pH 7
Glisin
Glisin 0,01 M
Alanin
Alanin 0,01 M
Diambil 81 mL dengan gelas ukur 100 mL kemudian
dimasukkan ke dalam gelas piala 250 mL.
Dipipet 19 mL NaH2PO4 0,2 M lalu dimasukkan ke gelas piala
yang telah berisi larutan Na2HPO4 0,2 M
Ditambahkan 100 mL akuades dan diaduk hingga homogen.
10. Glisin 0,01 M
Ditimbang 0,075 gram ke dalam gelas piala 100 mL
Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga glisin larut sempurna
Ditambahkan akuades hingga volume larutan 100 mL kemudian
diaduk hingga homogen
11. Alanin 0,01 M
Ditimbang 0,089 gram ke dalam gelas piala 100 mL
Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga semua alanin larut
sempurna
Ditambahkan akuades hingga volume larutan 100 mL kemudian
diaduk hingga homogen.
12. Asam Aspartat 0,01 M
Asam Aspartat
Asam Aspartat 0,01 M
Ditimbang 0,133 gram ke dalam gelas piala 100 mL
Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga semua asam aspartata
larut sempurna
Ditambahkan akuades hingga volume larutan 100 mL kemudian
diaduk hingga homogen
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2012, Material Safety Data Sheet (online) (http://scienceLab.com, diakses tanggal 25 Februari 2011).
Colby, Dianes S., 1988, Ringkasan Biokima, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Damanhuri, 2008., Laporan Praktikum Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Hidayat, H., 2010, Asam Amino Komponen Penyusun Protein (online) (http://hernandhyhidayat.wordpress.com/asam-amino-komponen-penyusun-protein/, diakses tanggal 25 Februari 2011).
Kusnawidjaja, K., 1993, Biokimia, Penerbit Alumni, Bandung.
Sunarto, 2005., Laporan Praktikum Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tim Dosen Kimia., 2012, Kimia Organik, UPT-MKU Universitas Hasanuddin, Makassar.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokmia, UI-Press, Jakarta.