LAPORAN BIOKIM 1

32
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PEREAKSI NAMA : NURSANTI NIM : H311 12 902 KELOMPOK : 4(EMPAT) HARI/TANGGAL PERCOBAAN : RABU/19 FEBRUARI 2014 ASISTEN : SARTIKA

description

biokimia

Transcript of LAPORAN BIOKIM 1

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN PEREAKSI

NAMA : NURSANTINIM : H311 12 902KELOMPOK : 4(EMPAT)HARI/TANGGAL PERCOBAAN : RABU/19 FEBRUARI 2014ASISTEN : SARTIKA

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2014

BAB I

SIFAT-SIFAT BAHAN

1.1 Glisin

Glisin adalah asam amino yang paling sederhana dan terdapat pada

skleroprotein. Pada tahun 1820 Braconnot menemukan glisin dari hasil hidrolisis

gelatin. Glisin dapat mengalami reaksi deaminasi oksidatif oleh glisin oksidase,

yaitu enzim yang terdapat dalam jaringan hati dan ginjal. Dalam reaksi ini glisin akan

diubah menjadi asam glioksilat dan amonia. Asam glioksilat yang terbentuk dapat

diuraikan lebih lanjut menjadi formaldehid dan karbondioksida. Asam glioksilat

dapat juga diubah menjadi asam malat yang mengalami metabolism melalui siklus

asam sitrat. Disamping itu glisin dapat diubah pula menjadi serin dengan adanya 5-

formiltetrahidrofolat (Poedjiadi,1994).

Glisin dapat berfungsi dalam proses penawaran racun, misalnya apabila asam

benzoat atau derivatnya termasuk dalam makanan maka dalam glisin akan bergabung

dengan zat-zat tersebut sehingga terbentuk asam hipurat yang tidak bersifat racun.

Dalam tubuh glisin dapat dibentuk dari serin dalam jumlah yang cukup, karena itu

glisin adalah asam amino nonesensial. Serin dibentuk dari asam 3-fosfogliseral yang

merupakan salah satu hasil antara dalam proses glikolisis. Dengan demikian dapat

dilihat bahwa ada hubungan antara glokolisis dengan bisintesis glisin

(Poedjiadi,1994).

Asam amino tidak hanya berperan sebagai bahan bangunan protein, tetapi

juga merupakan sumber daya kimia bagi banyak senyawa yang membutuhkan

nitrogen. Misalnya glisin diperlukan untuk biosintesis gugus heme dari hemoglobin

(Tim Dosen Kimia,2012).

Karakteristik : Massa molekul 75,07 g/mol;massa jenis 1,1607 g/cm3; mulai

terurai pada 233º C (451,4º F); pH 5,6 (asam); berbentuk solid (kristal padat) dan

berwarna putih; mudah larut dalam air panas, larut dalam air dingin, dietil eter, n-

oktanol, etanol, dan sedikit larut dalam aseton.

Rumus Struktur

Toksisitas : Tidak bersifat toksik, namun sedikit berbahaya dalam kasus

kontak kulit (iritan), kontak mata (iritan), menelan, dan menghirup.

Simbol :

Kegunaan :Glisin berperan dalam sistem saraf

sebagai inhibitor neurotransmiter pada sistem saraf pusat (Hidayat,2010).

1.2 Asam Aspartat

Nama asam amino mula-mula diberikan secara empirik. Sejumlah besar

senyawa ini pertama dipisahkan dari sumber alamiah selama 1800-an dan banyak

diantara nama tersebut diambil dari sumber dimana asam amino itu didapatkan.

Selain 20 asam amino dasar dikenal 150 lebih asam amino yang kurang umum.

Kebanyakan dari asam amino ini tidak ada hubungannya dengan pembentukan

protein dan banyak Asam- asam amino demikian mungkin merupakan bentuk antara

metabolik atau bagian dari suatu biomolekul bukan protein (Tim Dosen Kimia,2012).

Asam aspartat dapat diperoleh masing-masing dari glutamine dan asparagin.

Gugus amida yang terdapat pada molekul glutamin dan asparagin dapat diubah

menjadi gugus karboksilat melalui proses hidrolisis dengan asam atau basa. Dalam

metabolismenya, asparagin diubah menjadi asam aspartat dengan bantuan enzim

asparaginase. Kemudian asam aspartat adalah lisin, metionin, treonin dan isoleusin.

Sebaliknya asam aspartat dapat dibentuk dari asam oksaloasetat dengan reaksi

transaminasi. Dari asam aspartat dapat dibentuk asparagin dengn enzim asparagin

sintetase (Poedjiadi,1994).

Karakteristik : Massa molekul 133,1 g/mol; titik lebur 270-271º C (518º F);

massa jenis 1,23 g/cm3; pH 4 (asam); berbentuk solid (bubuk kristal) berwarna putih;

larut dalam dietil eter, etanol, benzena dan sangat sedikit larut dalam air dingin

(Kusnawidjaja, 1993).

Toksisitas: Bersifat iritan terhadap mata, kulit, dan berbahaya bila ditelan atau

dihirup.

Kegunaan:Fungsinya diketahui sebagai pembangkit neurotransmisi di otak

dan saraf otot. Diduga, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kepenatan.

Senyawa ini juga merupakan produk dari daur urea dan terlibat dalam

glukoneogenesis (Kusnawidjaja, 1993).

Rumus struktur

1.3 Alanin

Tidak semua asam amino yang terdapat dalam molekul protein dapat

dibuat dala tubuh kita. Jadi apa bila ditinjau dari segi pembentukannya asam amino

dapat dibagi dalam dua golongan yaitu asam amino yang tidak dapat dibuat atau

disintesis dalam tubuh dan asam amino yang dapat dibuat dalam tubuh kita . asam

amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh disebut asam amino esensial dan harus

diperoleh dari makanan sumber protein. Asam amino yang dapat dibuat dalam tubuh

disebut asam amino esensial (Poedjiadi.1989).

Semua asam amino, kecuali glisin dapat dianggap sebagai derivate alanin.

Alanin diperoleh untuk pertama kalinya oleh Weyl dari hasil hidrolisis fibroin, yaitu

protein yang terdapat pada sutera. Alanin dapat diubah menjadi asam piruvat melalui

proses transminasi. Asam piruvat merupakan senyawa yang terbentuk pada jalur

metabolisme karbohidrat. Dengan demikian reaksi metabolisme alanin ini merupakan

hubungan antara metabolisme protein dengan metabolism karbohidrat. Alanin adalah

asam amino nonesensial yang dapat dibuat dalam tubuh melalui reaksi transminasi

piruvat dengan asam glutamat atau asam amino lain (Poedjiadi,1989).

Karakteristik : Massa molekul 89,09 g/mol; massa jenis 1,424 g/cm3; titik

lebur 258º C; berbentuk solid (kristal padat) berwarna putih; larut dalam air dingin.

Toksisitas : Bersifat iritan terhadap mata dan berbahaya bila ditelan atau

dihirup.

Kegunaan :Alanin dapat berperan dalam pengenalan substrat atau spesifisitas,

khususnya dalam interaksi dengan atom nonreaktif seperti karbon. Dalam proses

pembentukan glukosa dari protein, alanin berperan dalam daur alanin

(Hidayat,2010).

Rumus struktur :

Alanin (Ala) atau asam 2- aminopropanoat (Tim dosen kimia,2012).

1.4 Asparagin

Asam amino digolongkan menurut polaritas variabel gugus R, yang sifatnya

sangat mempengaruhi sifat-sifat protein. Sembilan asam amino (glisin, alanin, valin,

leusin, isoleusin, fenilalanin, metionin, prolin, dan triftopan). Mempunyai rantai

samping nonpolar. Rantai samping ini mempunyai kelarutan dalam air yang terbatas

dan cenderung mencari lingkungan hidrofobik. Sebelas asam amino lainnya

mempunyai gugus polar. Dalam batas-batas pH fisiologi, 5 (aspartat, glutamine.

Aeginin, lisin, dan histidin) bermuatan dan 6(serin, treonin, tirosin, asparagin,

glutamine, dan sisitein) tidak bermuatan (Colby,1988).

Asparagin terdapat pada konglitun dan legumin yaitu protein dalam

tumbuhan. Gugus amida yang terdapat pada molekul glutamin dan asparagin.dapat

diubah menjadi gugus karboksilat melalui proses hidrolisis dengan asam atau basa.

Asparagin diubah menjadi asam aspartat dengan bantuan enzim asparaginase

(Poedjiadi,1994).

(Struktur Asparagin)

1.5 Tirosin

Tirosin dapat diubah menjadi asam p-hidroksifenilpiruvat dengan cara

transaminasi. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim tirosin ketoglutarat

transaminase dan piridoksal fosfat sebagai koenzim. Selanjutnya melalui beberapa

tahap reaksi asam p-hidroksifenilpiruvat diubah menjadi asam fumarat dan asam

asetoasetat. Asam asetotasetat pada akhirnya diubah menjadi asetil KoA dan asam

asetat (Poedjiadi,1994).

(Struktur Tirosin)

1.6 Amilum

Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan.

Amilum dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang, dan

biji-bijian. Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya

adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya

amilopektin. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam

sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan

enzim amilase. Dalam ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas

terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makan kita.

Oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk β maltosa

(Poedjiadi,1994).

(Struktur Amilosa)

1.7 Asam Klorida

Asam ini merupakan bahan kimia yang termasuk penting dalam kegiatan

industri, misalnya pada industri pelapisan logam, minyak, atau untuk menghasilkan

senyawa yang mengandung klor seperti karet sintetis, atau produk yang banyak

digunakan di rumah tangga, misalnya pembersih WC. Bahan ini merupakan cairan

yang tidak berwarna, membentuk asap, dan menyengat. Bahan ini bukan termasuk

oksidator, walaupun termasuk dalam kelompok asam kuat. Klasifikasi bahaya dari

bahan ini karena bersifat korosif dan toksik (Damanhuri, 2008).

(Struktur asam klorida)

1.8 Natrium Hidroksida

NaOH merupakan kelompok alkalin korosif yang paling penting dan dikenal

sebagai caustic soda. NaOH merupakan basa kuat, banyak digunakan di industri

seperti: petroleum, tekstil, kertas, sabun; produk ini juga digunakan di rumah tangga,

misalnya untuk menangani penyumbatan pipa plambing.Pada temperatur kamar,

NaOH adalah berbentuk padat-putih, dapat mengkorosi logam seperti alumunium,

seng, tembaga dan jaringan kulit dan melarutkan lemak; bila terjadi kontak yang

lama, bahan ini dapat mengkorosi gelas, membentuk natrium silikat

(Damanhuri, 2008).

(Struktur Natrium Hidroksida)

1.9 Natrium Hipoklorit

NaOCl merupakan satu dari beberapa senyawa disinfektan. The International

Agency Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa NaOCl aman bagi manusia

dan lingkungan, senyawa ini tidak menyebabkan mutagen, carsinogenic dan

teratogenik. NaOCl adalah hasil reaksi antara molekul chlorine, sodium hydrokside

dan air. NaOCl merupakan senyawa alkali kuat yang memiliki sifat basa

(Sunarto,2005).

(Struktur Natrium Hipoklorit)

1.10 Dinatrium Hidrogen Fosfat

Garam narium dari asam fosfat. Ini adalah bubuk putih larut sangat

higroskopis dan air. Oleh karena itu digunakan secara komersial sebagai adaitif anti

caking dalam produk bubuk. Dinatrium hidrogen fosfat juga dikenal sebagai

ortofosfat hidrogen natrium. Natrium fofat hidrogen atau natrium fofat dibasic. Hal

ini secara komersial tersedia dalam bentuk terhidrsi dan anhidrat (Anonim, 2012)

(Struktur Dinatrium Hidrogen Fofat)

1.11 Buffer pH 7

Larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH tertentu

terhadap usaha mengubah pH, seperti penambahan asam, basa ataupun pengenceran.

Dengan kata lain PH larutan penyangga tidak akan berubah walaupun pada larutan

tersebut ditambahka sedikit asam kuat, basa kuat, atau larutan tersebiut diencerkan

(Anonim,2012).

BAB II

PEMBUATAN DAN PERHITUNGAN BAHAN

2.1 Pembuatan NaOCl 2%

2.1.1 Perhitungan

V 1 ×C1=V 2× C2

V 1 ×12 %=200 mL×2 %

V 1=200 mL× 2%

12 %

V 1=33,33mL

2.1.2 Prosedur

Dipipet 33,33 mL NaOCl 12% ke dalam gelas piala 250 mL kemudian

ditambahkan akuades hingga volume larutan 200 mL lalu diaduk hingga homogen.

2.2 Pembuatan Amilum 1%

2.2.1 Perhitungan

%bv= gram zat terlarut

mLlarutan×100 %

1 %= gram500 mL

×100 %

gram=500 mL×1 %100 %

gram=5 gram

2.2.2 Prosedur

Ditimbang 5 gram amilum ke dalam gelas piala 1 L kemudian ditambahkan

500 mL akuades. Larutan diaduk hingga semua amilum larut semua, selanjutnya

larutan amilum dipanaskan sambil terus diaduk hingga mendidih dan larutan

berwarna bening.

2.3 Pembuatan L-Asparagin 0,01 M

2.3.1 Perhitungan

M= gramMr × L

0,01 M= gram

150,14g

mol× 0,01 L

gram=0,01 M ×150,14 g

mol×0,01 L

2.3.2 Prosedur

Ditimbang 0,0150 gram L-aspargin kedalam gelas piala 50 mL kemudian

dilarutkan dengan sedikit akuades hingga semua L-aspargin larut, jika L-aspargin

tidak dapat larut sempurna dengan akuades maka ditambahkan beberapa tetes HCl

hingga L-aspargin larut. L-aspargin yang telah larut sempurna kemudian dimasukkan

ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga garis

batas kemudian dihomogenkan

2.4 Pembuatan NaOH 6 M

2.4.1 Perhitungan

M= gramMr × L

6 M= gram

40g

mol×0,25 L

gram=6 M ×40 gmol

× 0,25 L

gram = 60 gram

2.4.2 Prosedur

Ditimbang 60 gram NaOH ke dalam gelas piala 100 mL kemudian dilarutkan

dengan 250 mL akuades ke dalam gelas piala 300 mL dan diaduk hingga semua

NaOH larut dan homogen. Pada saat NaOH dilarutkan gelas piala dimasukkan ke

dalam baskom yang berisi air, karena pada saat NaOH dilarutkan, NaOH akan

melepaskan panas.

2.5 NaOH 2,5 M

2.5.1 Perhitungan

M= gramMr × L

2,5 M= gram

40g

mol× 0,1 L

gram=2,5 M ×40 gmol

× 0,1 L

gram = 10 gram

2.5.2 Prosedur

Ditimbang 10 gram NaOH ke dalam gelas piala 100 mL kemudian dilarutkan

dengan 100 mL akuades ke dalam gelas piala 200 mL dan diaduk hingga semua

NaOH larut dan homogen. Pada saat NaOH dilarutkan gelas piala dimasukkan ke

dalam baskom yang berisi air, karena pada saat NaOH dilarutkan, NaOH akan

melepaskan panas.

2.6 Pembuatan HCl 6 M

2.6.1 Perhitungan

M=% × Bj×1000Mr

M=0,37 ×

1,19 gmL

×1000

36,5 gmol

M = 12,06 M

V 1 ×C1=V 2× C2

V 1 ×12,06 M=200 mL× 6 M

V 1=200 mL× 6M

12,06 M

V 1=99,05 mL

2.6.2 Prosedur

Diambil 99,50 mL HCl 37% dengan gelas ukur 100 mL kemudian sedikit

demi sedikit dimasukkan kedalam gelas piala 250 mL yang telah berisi

75 mL akuades sambil diaduk. Kemudian ditambahkan akuades hingga volume

larutan 200 mL setelah semua HCl 37% dimasukkan dan diaduk hingga homogen.

Pada saat proses pembuat HCl 6 M gelas piala yang berisi HCl 6 M diletakkan di

dalam baskom yang berisi air karena HCl akan melepaskan panas pada saat

dilarutkan.

2.7 Pembuatan Tirosin

2.7.1 Perhitungan

M= gramMr × L

0,01 M= gram

181,19g

mol×0,01 L

gram=0,01 M ×181,19 g

mol× 0,01 L

gram = 0,018 gram

2.7.2 Prosedur

Ditimbang 0,018 gram tirosin ke dalam gelas piala 50 mL kemudian

dilarutkan dengan sedikit akuades hingga larut sempurna. Setelah semua tirosin larut,

tirosin dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan akuades hingga

tanda batas dan dihomogenkan.

2.8 Pembuatan Na2HPO4 0,2 M

2.8.1 Perhitungan

V 1 ×C1=V 2× C2

V 1 ×2 M=500 mL×0,2 M

V 1=500 mL× 0,2 M

2 M

V 1=50 mL

2.8.2 Prosedur

Dipipet 50 mL Na2HPO4 2 M ke dalam gelas piala 500 mL kemudian

ditambahkan akuades hingga volume larutan 500 mL lalu diaduk hingga homogen.

2.9 Pembuatan Buffer pH 7

2.9.1 Prosedur

Diambil 81 mL Na2HPO4 0,2 M dengan gelas ukur 100 mL

kemudiandimasukkan ke dalam gelas piala 250 mL. Dipipet 19 mL NaH2PO4 0,2 M

lalu dimasukkan ke gelas piala yang telah berisi larutan Na2HPO4 0,2 M kemudian

ditambahkan 100 mL akuades dan diaduk hingga homogen.

2.10 Pembuatan Glisin 0,01M

2.10.1 Perhitungan

M= gramMr × L

0,01 M= gram

75g

mol×0,1 L

gram=0,01 M ×75 gmol

× 0,1 L

gram = 0,079 gram

2.10.2 Prosedur

Ditimbang 0,075 gram glisin ke dalam gelas piala 100 mL. Dilarutkan dengan

sedikit akuades hingga glisin larut sempurna. Ditambahkan akuades hingga volume

larutan 100 mL kemudian diaduk hingga homogen.

2.11 Pembuatan Alanin 0.01 M

2.11.1 Perhitungan

M= gramMr × L

0,01 M= gram

89g

mol× 0,1 L

gram=0,01 M ×89 gmol

×0,1 L

gram = 0,089 gram

2.11.2 Prosedur

Ditimbang 0,089 gram alanin ke dalam gelas piala 100 mL. Dilarutkan

dengan sedikit akuades hingga semua alanin larut sempurna. Ditambahkan akuades

hingga volume larutan 100 mL kemudian diaduk hingga homogen.

2.12 Pembuatan Asam Aspartat 0.01 M

2.12.1 Perhitungan

M= gramMr × L

0,01 M= gram

133g

mol×0,1 L

gram=0,01 M ×133 gmol

× 0,1 L

gram = 0,133 gram

2.12.2 Prosedur

Ditimbang 0,133 gram asam aspartat ke dalam gelas piala 100 mL. Dilarutkan

dengan sedikit akuades hingga semua asam aspartata larut sempurna. Ditambahkan

akuades hingga volume larutan 100 mL kemudian diaduk hingga homogen.

NaOCl 12 %

NaOCl 2%

Amilum

Amilum 1%

L-Asparagin

Lampiran BAGAN KERJA

1. NaOCl 2%

Dipipet 33,33 mL ke dalam gelas piala 250 mL

Ditambahkan akuades hingga volume larutan 200 mL

Diaduk hingga larutan homogen

2. Amilum 1%

Ditimbang 5 gram ke dalam gelas piala 1 L

Ditambahkan 500 mL akuades kemudian diaduk hingga semua

kanji larut sempurna

Dipanaskan hingga mendidih dan larutan menjadi bening sambil

terus diaduk.

3. L-Asparagin 0,01M

NaOH

NaOH 6M

NaOH

NaOH 2,5M

HCl 37%

Ditimbang 0,0150 gram ke dalam gelas piala 50 mL

Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga larut sempurna

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan akuades

hingga garis batas dan dihomogenkan

4. NaOH 6 M

Ditimbang 60 gram NaOH ke dalam gelas piala 100 mL

Dilarutkan dengan 250 mL akuades ke dalam gelas piala 300 mL

yang berada dalam baskom berisi air

Diaduk hingga semua NaOH larut dan homogen.

5. NaOH 2,5M

Ditimbang 10 gram NaOH ke dalam gelas piala 100 mL

Dilarutkan dengan 100 mL akuades ke dalam gelas piala 200 mL

yang berada dalam baskom berisi air

Diaduk hingga semua NaOH larut dan homogen.

6. HCl 6M

Diambil 99,05 mL dengan gelas ukur 100 mL

Tirosin

Tirosin 0,01 M

Na2HPO4 2 M

Na2HPO4 0,2 M

Na2HPO4 0,2 M

Dimasukkan kedalam gelas piala 250 mL yang berada di dalam

baskom yang berisi air yang telah berisi 75 mL akuades sedikit

demi sedikit sambil diaduk.

Ditambahkan akuades hingga volume larutan 200 mL

7. Tirosin 0,01 M

Ditimbang 0,018 gram ke dalam gelas piala 50 mL

Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga larut sempurna

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

Ditambahkan akuades hingga tanda batas dan dihomogenkan

8. Na2HPO4 0,2 M

Dipipet 50 mL ke dalam gelas piala 500 mL

Ditambahkan akuades hingga volume larutan 500 mL lalu diaduk

hingga homogen.

9. Buffer Fosfat pH 7

Glisin

Glisin 0,01 M

Alanin

Alanin 0,01 M

Diambil 81 mL dengan gelas ukur 100 mL kemudian

dimasukkan ke dalam gelas piala 250 mL.

Dipipet 19 mL NaH2PO4 0,2 M lalu dimasukkan ke gelas piala

yang telah berisi larutan Na2HPO4 0,2 M

Ditambahkan 100 mL akuades dan diaduk hingga homogen.

10. Glisin 0,01 M

Ditimbang 0,075 gram ke dalam gelas piala 100 mL

Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga glisin larut sempurna

Ditambahkan akuades hingga volume larutan 100 mL kemudian

diaduk hingga homogen

11. Alanin 0,01 M

Ditimbang 0,089 gram ke dalam gelas piala 100 mL

Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga semua alanin larut

sempurna

Ditambahkan akuades hingga volume larutan 100 mL kemudian

diaduk hingga homogen.

12. Asam Aspartat 0,01 M

Asam Aspartat

Asam Aspartat 0,01 M

Ditimbang 0,133 gram ke dalam gelas piala 100 mL

Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga semua asam aspartata

larut sempurna

Ditambahkan akuades hingga volume larutan 100 mL kemudian

diaduk hingga homogen

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2012, Material Safety Data Sheet (online) (http://scienceLab.com, diakses tanggal 25 Februari 2011).

Colby, Dianes S., 1988, Ringkasan Biokima, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Damanhuri, 2008., Laporan Praktikum Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Hidayat, H., 2010, Asam Amino Komponen Penyusun Protein (online) (http://hernandhyhidayat.wordpress.com/asam-amino-komponen-penyusun-protein/, diakses tanggal 25 Februari 2011).

Kusnawidjaja, K., 1993, Biokimia, Penerbit Alumni, Bandung.

Sunarto, 2005., Laporan Praktikum Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Tim Dosen Kimia., 2012, Kimia Organik, UPT-MKU Universitas Hasanuddin, Makassar.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokmia, UI-Press, Jakarta.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 24 Februari 2014

Asisten, Praktikan,

(SARTIKA) (NURSANTI)