Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

23
PEMERIKSAAN BILIRUBIN I. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat mengukur kadar bilirubin. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan reaksi-reaksi yang terjadi saat pengukuran kadar bilirubin. 3. Mahasiswa dapat melakukan interpretasi hasil praktikum. 4. Mahasiswa dapat melakukan diagnosis dini penyakit apa saja yang berhubungan dengan hasil praktikum (aplikasi klinis). II. DASAR TEORI Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga disebut bilirubin direk atau glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi melibatkan enzim glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk monoglukoronida atau ikatan dengan glukosa, xylosa dan 1

description

dari syarah

Transcript of Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

Page 1: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

PEMERIKSAAN BILIRUBIN

I. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa dapat mengukur kadar bilirubin.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan reaksi-reaksi yang terjadi saat pengukuran kadar

bilirubin.

3. Mahasiswa dapat melakukan interpretasi hasil praktikum.

4. Mahasiswa dapat melakukan diagnosis dini penyakit apa saja yang berhubungan

dengan hasil praktikum (aplikasi klinis).

II. DASAR TEORI

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin

dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20%

bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak

larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan albumin untuk

diangkut dalam plasma menuju hati.

Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan dan mengkonjugasinya dengan asam

glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga disebut bilirubin direk atau

glukoroniltransferase, selain dalam bentuk  diglukoronida dapat juga dalam bentuk

bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi melibatkan enzim glukoroniltransferase, selain

dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk monoglukoronida atau ikatan dengan

glukosa, xylosa dan sulfat. terkonjugasi dikeluarkan melalui proses energi kedalam sistem

bilier.

Bilirubin berikatan dengan albumin sehingga zat ini dapat diangkut ke seluruh tubuh.

Dalam bentuk ini, spesies molekular disebut bilirubin tak terkonjujgasi. Sewaktu zat ini

beredar melalui hati, hepatosit melakukan fungsi sebagai berikut :

1. Penyerapan bilirubin dan sirkulasi

2. Konjugasi enzimatik sebagai bilirubin glukuronida

3. Pengangkutan dan ekskresi bilirubin terkonjugasi ke dalam empedu untuk

dikeluarkan dari tubuh

1

Page 2: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

Konjugasi intrasel asam glukoronat ke dua tempat di molekul bilirubin

menyebabkan bilirubin bermuatan negatif, sehingga bilirubin terkonjugasi ini larut dalam

fase air. Apabila terjadi obstruksi atau kegagalan lain untuk mengekskresikan bilirubin

terkonjugasi ini zat ini akan masuk kembali ke dan tertimbun dalam sirkulasi.

Selain bilirubin masuk ke dalam usus, bakteri kolon mengubah bilirubin menjadi

urobilinogen yaitu beberapa senyawa tidak berwarna yang kemudian mengalami oksidasi

menjadi pigmen coklat urobilin. Urobilin diekskresikan dalam feses tetapi sebagian

urobilinogen direabsorpsi melalui usus, dan melalui sirkulasi portal diserap oleh hati dan

direekskresikan dalam empedu. Karena larut air, urobilinogen juga dapat keluar melalui

urin apabila mencapai ginjal. ( Sacher, 2004)

Pembentukan bilirubin

Dalam keadaan fisiologis, masa hidup eritrosit manusia sekitar 120 hari, eritrosit

mengalami lisis 1-2×108 setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat badan 70 kg,

dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per hari. Sel-sel eritrosit

tua dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari hemoglobin

dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya. Katabolisme heme dari semua

hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzim yang

kompleks yaitu heme oksigenase yang merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom

P450. Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena

membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. Besi mengalami beberapa kali reaksi

reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir

reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal

dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna

hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan NADPH sehingga

rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV dan membentuk pigmen

berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar merupakan petunjuk

reaksi degradasi ini.

Bilirubin bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin.

Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin dan tiap hari

2

Page 3: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

dibentuk sekitar 250–350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahan hemoglobin,

proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya. Bilirubin dari

jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air. Bilirubin

ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma

hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin yang

melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas dan berdifusi ke jaringan.

Bilirubin yang sampai dihati akan dilepas dari albumin dan diambil pada permukaan

sinusoid hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi

ini mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin akan

tergantung pada kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnya. Bilirubin

nonpolar akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut. Hepatosit akan

mengubah bilirubin menjadi bentuk larut yang dapat diekskresikan dengan mudah

kedalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang

dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzim bilirubin glukoronosiltransferase.

Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym glukoronosiltransferase yang terdapat

terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap,

memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor glukoronat. Tahap pertama akan

membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa antara yang kemudian

dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua.

Metabolisme Bilirubin

Hati merupakan organ terbesar, terletak di kuadran kanan atas rongga abdomen.

Hati melakukan banyak fungsi penting dan berbeda-beda dan trgantung pada sistem

darahnya yang unik dan sel-selnya yang sangat  khusus. Hati tertutupi kapsul fibroelastik

berupa kapsul glisson. Kapsul glisson berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.

Hati terbagi menjadi lobus kanan dan lobus kiri. Tiap lobus tersusun atas unit-unit kecil

yang disebut lobulus. Lobulus terdiri sel-sel hati, disebut hepatosit yang menyatu dalam

lempeng. Hepatosit dan jaringan hati mudah mengalami regenerasi.

Hati menerima darah dari 2 sumber, yaitu arteri hepatika (banyak mengandung

oksigen) yang mengalirkan darah ±500 ml/mnt dan vena porta (kurang kandungan

oksigen tapi kaya zat gizi, dan mungkin berisi zat toksik dan bakteri) yang menerima

3

Page 4: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

darah dari lambung, usus, pankreas dan limpa; mengalirkan darah ±1000 ml/mnt. Kedua

sumber tersebut mengalir ke kapiler hati yang disebut sinusoid lalu diteruskan ke vena

sentralis ditiap lobulus. Dan dari semua lobulus ke vena hepatika berlanjut ke vena kava

inferior. Tekanan darah di sistem porta hepatika sangat rendah, ±3 mmHg dan di vena

kava hampir 0 mmHg. Karena tidak ada resistensi aliran melalui vena porta dan vena

kava sehingga darah mudah masuk dan keluar hati. Hati menjalankan berbagai macam

fungsi terutama metabolisme, baik anabolisme atau katabolisme molekul-molekul

makanan dasar (gula, asam lemak, asam amino) dilakukan oleh sel-sel hati.

Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam lemak

maupun air yang berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari berbagai heme

protein seluruh tubuh. Sebagian besar (kira- kira 80%) terbentuk dari proses katabolik

hemoglobin, dalam proses penghancuran eritrosit oleh RES di limpa, dan sumsum tulang.

Disamping itu sekitar 20% dari bilirubin berasal dari sumber lain yaitu non heme porfirin,

prekusor pirol dan lisis eritrosit muda. Dalam keadaan fisiologis pada manusia dewasa,

eritrosit dihancurkan setiap jam. Dengan demikian bila hemoglobin dihancurkan dalam

tubuh, bagian protein globin dapat dipakai kembali baik sebagai protein globin maupun

dalam bentuk asam- asam aminonya.

Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme oleh enzim

hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh enzim bilirubin

reduksitase. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut air, bilirubin yang sekresikan

ke dalam darah diikat albumin untuk diangkut dalam plasma. Hepatosit adalah sel yang

dapat melepaskan ikatan, dan mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat menjadi

bersifat larut dalam air. Bilirubin yang larut dalam air masuk ke dalam saluran empedu

dan diekskresikan ke dalam usus . Didalam usus oleh flora usus bilirubin diubah menjadi

urobilinogen yang tak berwarna dan larut air, urobilinogen mudah dioksidasi menjadi

urobilirubin yang berwarna. Sebagian terbesar dari urobilinogen keluar tubuh bersama

tinja, tetapi sebagian kecil diserap kembali oleh darah vena porta dikembalikan ke hati.

Urobilinogen yang demikian mengalami daur ulang, keluar lagi melalui empedu. Ada

sebagian kecil yang masuk dalam sirkulasi sistemik, kemudian urobilinogen masuk ke

ginjal dan diekskresi bersama urin.

4

Page 5: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

Metabolisme Bilirubin di Hati

Metabolisme bilirubin dalam hati dibagi menjadi 3 proses:

1. Pengambilan (uptake) bilirubin oleh sel hati

2. Konjugasi bilirubin

3. Sekresi bilirubin ke dalam empedu

Macam dan sifat bilirubin

a. Bilirubin terkonjugasi atau direk

Bilirubin terkonjugasi atau direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam

air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin

glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke

usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen.

Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi

membentuk azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin

terkonjugasi dapat disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara

lain Sindroma Dubin Johson dan Rotor, Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis,

Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat

dengan pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin dengan hasil negatif.

b. Bilirubin tak terkonjugasi atau indirek

Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas yang

terikat albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan

bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau

pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek.

Peningkatan kadar bilirubin indirek mempunyai arti dalam diagnosis penyakit

bilirubinemia karena payah jantung akibat gangguan dari delivery bilirubin ke dalam

peredaran darah. Pada keadaan ini disertai dengan tanda-tanda payah jantung, setelah

payah jantung diatasi maka kadar bilirubin akan normal kembali dan harus dibedakan

dengan chardiac chirrhosis yang tidak selalu disertai bilirubinemia.

5

Page 6: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

Peningkatan yang lain terjadi pada bilirubinemia akibat hemolisis atau

eritropoesis yang tidak sempurna, biasanya ditandai dari anemi hemolitik yaitu

gambaran apusan darah tepi yang abnormal,umur eritrosit yang pendek.

Pembentukan urobilin

Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym

bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus

menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna.

Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan portal dan dibawa ke

ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang memberi warna kuning pada urine. Sebagian

besar urobilinogen berada pada feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin

yang berwarna kuning kecoklatan.

Pengambilan Bilirubin oleh Hati

Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma dan terikat dengan protein, terutama albumin.

Beberapa senyawa seperti antibiotika dan obat-obatan bersaing dengan bilirubin untuk

mengadakan ikatan dengan albumin. Sehingga, dapat mempunyai pengaruh klinis. Dalam hati,

bilirubin dilepaskan dari albumin dan diambil pada permukaan sinusoid dari hepatosit melalui

suatu sistem transport berfasilitas (carrier-mediated saturable system) yang saturasinya sangat

besar. Sehingga, dalam keadaan patologis pun transport tersebut tidak dipengaruhi.

Kemungkinan pada tahap ini bukan merupakan proses rate limiting.

Konjugasi Bilirubin

Dalam hati, bilirubin mengalami konjugsi menjadi bentuk yang lebih polar sehingga lebih

mudah diekskresi ke dalam empedu dengan penambahan 2 molekul asam glukoronat. Proses ini

dikatalisis oleh enzim diglukoronil transferase dan menghasilkan bilirubin diglukoronida. Enzim

tersebut terutama terletak dalam retikulum endoplasma halus dan menggunakan UDP-asam

glukoronat sebagai donor glukoronil. Aktivitas UDP-glukoronil transferase dapat diinduksi oleh

sejumlah obat misalnya fenobarbital.

Ekskresi bilirubin kedalam empedu

6

Page 7: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

Bilirubin yang sudah terkonjugasi akan disekresi kedalam empedu melalui mekanisme

pangangkutan yang aktif dan mungkin bertindak sebagai rate limiting enzyme metabolisme

bilirubin. Sekeresi bilirubin juga dapat diinduksi dengan obat-obatan yang dapat menginduksi

konjugasi bilirubin. Sistem konjugasi dan sekresi bilirubin berlaku sebagai unit fungsional yang

terkoordinasi. ( Helvi, 2004)

Metabolisme Bilirubin di Usus

Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin terkonjugasi akan dilepaskan

glukoronidanya oleh enzim bakteri yang spesifik (b-glukoronidase). Dengan bantuan flora usus

bilirubin selanjutnya dirubah menjadi urobilinogen. Urobilinogen tidak berwarna, sebagian kecil

akan diabsorpsi dan diekskresikan kembali lewat hati, mengalami siklus urobilinogen

enterohepatik. Sebagian besar urobilinogen dirubah oleh flora normal colon menjadi urobilin

atau sterkobilin yang berwarna kuning dan diekskresikan melalui feces. Warna feces yang

berubah menjaadi lebih gelap ketika dibiarkan udara disebabkan oksidasi urobilinogen yang

tersisa menjadi urobilin.

Metabolisme pigmen empedu

Eritrosit pada akhir masa hidupnya (yang sudah terlalu rapuh dalam sirkulasi) membran

selnya pecah dan hemoglobin yang lepas difagositosis oleh RES. Hemoglobin dipecah menjadi

heme dan globin dan cincin heme dibuka untuk memberikan (1) besi bebas yang ditranspor ke

dalam darah oleh transferin, dan (2) rantai lurus dari empat inti pirol, yaitu substrat yang akan

dibentuk menjadi pigmen empedu. Pertama pembentukan biliverdin berantai lurus. Biliverdin di

konversikan ke bilirubin dengan reduksi. Bilirubin (bebas) yang bersirkulasi dalam plasma

terikat albumin (karena bilirubin ini larut lemak). Memasuki hati, albumin melepaskan ikatan

dengan bilirubin, dan memasuki hepatosit. Sekitar 80% Bilirubin dikonjugasi oleh asam

glukuronat melalui mekanisme yang melibatkan biilirubin-UDP glukuronosiltransferase menjadi

bilirubin terkonjugasi (larut air), 10% dikonjugasi dengan sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan

10% lainnya berikatan dengan zat lain. Hati orang dewasa mempunyai kapasitas cadangan untuk

mengkonjugasi dan mengekskresi 5-10 kali biilrubin normal (500 µmol/24 jam). Pada neonatus,

enzim ini belum aktif sepenuhnya, misal aktivitas glukuronosil transferase perlu waktu ±3

minggu untuk berkembang, sehingga hati neonatus hampir tak mempunyai kapasitas untuk

7

Page 8: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

mengekskresi beban bilirubin normalnya dan bisa meningkat saat terjadi pemecahan eritrosit

berlebih. Ikterus sebelum usia 24 jam adalah abnormal, tapi hiperbilirubinemia moderat (80

µmol/L) dalam minggu pertama mungkin tak patologis (ikterus fisiologis).

Ikterus adalah pewarnaan jaringan tubuh menjadi kekuning-kuningan pada kulit dan

jaringan dalam. Penyebab umumnya karena sejumlah besar bilirubin masuk dalam cairan

ekstrasel, baik bilirubin bebas atau bilirubin terkonjugasi. Konsentrasi bilirubin normal (baik

bilirubin bebas dan terkonjugasi) ±0.5 mg/dL plasma. Kulit mulai tampak kuning ketika

konsentrasinya meningkat >3 kali dari normal (>1.5 mg/dL).

Ekskresi Pigmen Empedu

Empedu yang dihasilkan oleh hepatosit mengalir ke kanalikuli biliaris dan masuk ke

duktus biliaris hingga sampai ke usus. Dalam usus besar ia direduksi oleh kerja bakteri menjadi

berbagai pigmen termasuk urobilinogen yang mudah larut dan akhirnya menjadi sterkobilinogen.

Kemudian sterkobilinogen diekskresikan dalam feses dan mengalami oksidasi dengan udara

menjadi sterkobilin.

Di usus besar, sebagian besar urobilinogen direabsorbsi mukosa usus kembali ke dalam

darah. Sebagian lagi di ekskresikan oleh hati ke usus, tapi ±5% oleh ginjal lewat urin. Setelah

terpapar udara, mengalami oksidasi menjadi urobilin.( Sudoyo, 2007)

8

Page 9: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

III. PRINSIP PEMERIKSAAN

A. Bilirubin total

Mengidentifikasi adanya kelainan fungsi hati dengan pemeriksaan bilirubin

total dengan penambahan reagen bilirubin total di mana asam sulphanilic direaksikan

dengan natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi

dengan bilirubin dan accelerator membentuk zat warna azo.

B. Bilirubin direct

Mengidentifikasi adanya kelainan fungsi hati dengan pemeriksaan bilirubin

direct dengan penambahan reagen bilirubin direst di mana asam sulphanilic

direaksikan dengan natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang

akan bereaksi dengan bilirubin membentuk direct azobilirubin.

IV. ALAT DAN BAHAN

A. Alat:

1. Spuit

2. Torniquet

3. Sentrifuge

4. Spektrofotometer

5. Cuvet

6. Mikropipet (1000 µl, 200 µl, 50 µl)

7. Rak tabung reaksi

8. Stopwatch

9. Blue tip

10. Yellow tip

11. Plaster

12. Bengkok

13. Label

B. Bahan:

1. Reagen bilirubin total

2. Reagen bilirubin direk

9

Page 10: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

3. Kapas alkohol

V. CARA KERJA

A. Bilirubin total

1. Mengambil sampel darah vena 3 cc.

2. Memasukkan sampel darah pada tabung reaksi.

3. Mensentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 15 menit.

4. Membuat blangko yang terdiri dari asam sulphanilic (R1) 800 µl ditambah akuades

50 µl.

5. Membuat sampel yang terdiri dari asam sulphanilic (R1) 800 µl ditambah sampel

serum 50 µl.

6. Menginkubasi blangko dan sampel dengan suhu 37˚ C selama 5 menit.

7. Menambahkan natrium nitrit (R2) 200 µl pada blangko dan sampel.

8. Menginkubasi blangko dan sampel dengan suhu 37˚ C selama 5 menit.

9. Membaca blangko dan sampel dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

546 nm.

B. Bilirubin direk

1. Mengambil sampel darah vena 3 cc.

2. Memasukkan sampel darah pada tabung reaksi.

3. Mensentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 15 menit.

4. Membuat blangko yang terdiri dari asam sulphanilic (R1) 1000 µl ditambah akuades

100 µl.

5. Membuat sampel yang terdiri dari asam sulphanilic (R1) 1000 µl ditambah sampel

serum 100 µl.

6. Menginkubasi blangko dan sampel dengan suhu 37˚ C selama 5 menit.

7. Menambahkan natrium nitrit (R2) 250 µl pada blangko dan sampel.

8. Menginkubasi blangko dan sampel dengan suhu 37˚ C selama 5 menit.

9. Membaca blangko dan sampel dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

546 nm.

10

Page 11: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

VI. HASIL PEMERIKSAAN

A. Bilirubin total

0,3 mg/dl

B. Bilirubin direk

0,2 mg/dl

C. Bilirubin indirek

0,1 mg/dl

VII. PEMBAHASAN.

Dari praktikum hasil yang diperoleh pada pameriksaan bilirubin total adalah 0,3

mg/dl. Sedangkan hasil yang diperoleh pada pemeriksaan bilirubin direk adalah 0,2 mg/dl.

Hasil yang diperoleh pada pemeriksaan bilirubin direk yaitu normal dimana hasilnya

berada pada range normal untuk orang dewasa  yaitu 0,1-0,4  mg/dl yang dapat

diinterpretasikan hasilnya tidak terjadi gangguan pada hati. Sedangkan bilirubin indirek

tidak diukur secara langsung tetapi bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara

bilirubin total dan bilirubin direk hal ini disebabkan karena bilirubin total melibatkan

pelarutan bentuk tidak terkonjugasi sebelum kuantifikasi kimiawi. Dengan demikian hasil

yang diperoleh untuk bilirubin indirek adalah hasil kurang antara bilirubin total dan

bilirubin direk sehingga hasilnya adalah (0,3 mg/dl – 0,2 mg/dl) = 0,1 mg/dl sehingga hasil

yang diperoleh masih dalam kategori normal. Untuk normal bilirubin serum indirek

berkisar 0,2 -0,4 mg/dl.

Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan dan penurunan kadar

bilirubin total dan bilirubin direct adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan Kadar

Peningkatan kadar bilirubin direk dan total menunjukkan adanya gangguan pada

hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin

terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk

kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah. Sehingga masalah klinis yang

muncul pada bilirubin direk dan total adalah  ikterik obstruktif karena batu atau

neoplasma, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker)

hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat : antibiotik (amfoterisin B, klindamisin,

11

Page 12: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat

antituberkulosis (asam para-aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretic

(asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium),

barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin,

metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral,

tolbutamid, vitamin A, C, K.

b. Penurunan Kadar

Anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin,

kafein dalam dosis tinggi.

Hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan dan penurunan kadar bilirubin

indirect adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan Kadar

Eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria, anemia

pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi,

hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin total, direk).

b. Penurunan Kadar

Pengaruh obat barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.

Penyakit yang berhubungan dengan bilirubin

1. Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana konsentrasi bilirubin darah melebihi 1

mg/dl. Pada konsentrasi lebih dari 2 mg/dl, hiperbilirubinemia akan menyebabkan

gejala ikterik atau jaundice. Ikterik atau jaundice adalah keadaan dimana jaringan

terutama kulit dan sklera mata menjadi kuning akibat deposisi bilirubin yang

berdiffusi dari konsentrasinya yang tinggi didalam darah.

2. Syndroma Crigler Najjar I

Merupakan gangguan konjugasi karena glukoronil transferase tidak aktif,

diturunkan secara autosomal resesif, merupakan kasus yang jarang, dimana didapati

konsentrasi bilirubin mencapai lebih dari 20 mg/dl.

3. Syndroma Crigler Najjar II

12

Page 13: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

Merupakan kasus yang lebih ringan dari tipe I, karena kerusakan pada isoform

glukoronil transferase II, didapati bilirubin monoglukoronida terdapat dalam getah

empedu.

4. Syndroma Gilbert

Terjadi karena haemolisis bersama dengan penurunan uptake bilirubin oleh

hepatosit dan penurunan aktivitas enzym konjugasi dan diturunkan secara

autosomal dominan. Hiperbilirubinemia regurgitasi paling sering terjadi karena

terdapatnya obstruksi pada saluran empedu, misalnya karena tumor, batu, proses

peradangan dan sikatrik. Sumbatan pada duktus hepatikus dan duktus koledokus

akan menghalangi masuknya bilirubin keusus dan peninggian konsentrasinya pada

hati menyebabkan refluks bilirubin larut ke vena hepatika dan pembuluh limfe.

13

Page 14: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum diperoleh hasil yaitu :

a. Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin

dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel.

b. Pemeriksaan bilirubin total hasilnya yaitu 0,3 mg/dl sehingga diinterpretasikan hasilnya

normal. Pemeriksaan bilirubin direct 0.2 mg/dl. Indirek hasilnya yaitu 0,1 mg/dl sehingga

hasilnya normal.

c. Reaksi yang terjadi :

Bilirubin total

Penambahan reagen bilirubin total di mana asam sulphanilic direaksikan dengan

natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi

dengan bilirubin dan accelerator membentuk zat warna azo.

Bilirubin direct

Penambahan reagen bilirubin direst di mana asam sulphanilic direaksikan dengan

natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi

dengan bilirubin membentuk direct azobilirubin.

SARAN

Semua alat dan bahan sudah cukup tersedia. Sehingga praktikan dapat melakukan praktikum

dengan lancar.

14

Page 15: Pemeriksaan Bilirubin Laporan Biokim Syarah

DAFTAR PUSTAKA

Helvi ,Mardiani. 2004. Metabolisme HEME. Medan: Digital Library Universitas Sumatera Utara

Sacher A. Ronald dan Richard A. McPherson. 2004. tinjauan klinis  hasil pemeriksaan

laboratorium. Jakarta:EGC

Sudoyo, A. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

15