Hi Per Bilirubin

28
HIPERBILIRUBIN KATA PENGANTAR ‘Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh’ Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya Jualah sehingga tugas makalah Keperawatan Anak yang berjudul “Hiperbilirubin” dapat terselesaikan. Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Penyusun mengharapkan makalah yang sederhana ini dapat membantu memberikan tambahan khasanah pengetahuan kepada para pembaca, khususnya bagi kami sendiri. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermaanfaat dan mohon maaf apabila terdapat kekeliruan yang tidak disengaja dan kekurang-lengkapan makalah ini karena penyusun menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini sehingga saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. ‘Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh’ Kendari, 11 November 2011 Penyusun

Transcript of Hi Per Bilirubin

Page 1: Hi Per Bilirubin

HIPERBILIRUBIN

KATA PENGANTAR

‘Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh’

Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat

dan Hidayah-Nya Jualah sehingga tugas makalah Keperawatan Anak yang berjudul

“Hiperbilirubin” dapat terselesaikan.

Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah

membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Penyusun mengharapkan makalah yang

sederhana ini dapat membantu memberikan tambahan khasanah pengetahuan kepada para

pembaca, khususnya bagi kami sendiri.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermaanfaat dan mohon maaf apabila terdapat

kekeliruan yang tidak disengaja dan kekurang-lengkapan makalah ini karena penyusun

menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini sehingga saran untuk

penyempurnaan makalah ini sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

‘Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh’

Kendari, 11 November 2011

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian neonatus,

ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka

Page 2: Hi Per Bilirubin

kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di

Jakarta dilaporkan 32,19% menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat

patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian,

karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus

ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5

mg/dl dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih

dari 1 minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang

menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut

penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat

dihindarkan.     

B.   Rumusan  Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka fokus permasalahan dalam makalah  ini

adalah:

1.      Apa yang dimaksud dengan hiperbilirubunemia pada bayi

2.      Bagaimana proses keperawatan pada klien dengan hiperbilirubinemia

C.   Tujuan

Berdasarkan rumusan permasalahan, maka makalah  ini bertujuan untuk:

1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan hiperbilirubinemia

2.      Mampu menguasai pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan pada klien dan keluarga dengan bayi Ikterus (Hiperilirubinemia)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.   Definisi Hiperbilirubinemia 

Page 3: Hi Per Bilirubin

Hiperbilirubinemia adalah berlebihnya akumulasi bilirubin dalam darah (level normal 5

mg/dl pada bayi normal) yang mengakibatkan jaundice, warna kuning yang terlihat jelas pada

kulit, mukosa, sklera dan urine.(Doenges, Marilyn E., Maternal.1988).

H ipe rb i l i rub in ada l ah sua tu keadaan d imana kada r b i l i rub in da l am

da rahmelebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Hiperbilirubin adalah suatu

keadaandimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan

joundice pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998).

Hiperbilirubin adalah kondisi dimana t e r j ad i akumulas i b i l i rub in da l am

da rah yang mencapa i kada r t e r t en tu dan dapa t menimbulkan efek patologis pada

neonatus ditandai jaudince pada sclera mata, kulit,membrane mukosa dan cairan tubuh

(Adi Smith, G, 1988).

Hiperbilirubin adalah pen ingka tan kada r b i l i rub in se rum

(h ipe rb i l i rub inemia ) yang d i sebabkan o l ehke la inan bawaan , j uga dapa t

men imbu lkan ik t e rus . (Suzanne C . Sme l t ze r , 2002)

Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek pathologis.

(Markum, 1991:314).

Hiperbilirubinemia adalah keadaan meningginya kadar bilirubindidalam jaringan

ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna

kuning. ( Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, p 197 ).

Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis, terdapat tiga jenis ikterus, yaitu:

1.      Ikterus fisiologis

Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa,

1987):

a.       Timbul pada hari kedua-ketiga

b.      Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup

bulan dan 10 mg % pada kurang bulan

c.       Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari

Page 4: Hi Per Bilirubin

d.      Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %

e.       Ikterus hilang pada 10 hari pertama

f.       Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

2.      Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemia

Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang

mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik,

atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan

Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg %

pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.

Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum bilirubin total> 12 mg %.

Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dalam 24 jam. Konsentrasi bilirubin

serum melebihi 10 mg % pada BBLR dan 12,5 mg % pada bayi cukup bulan. I k t e r u s

y a n g d i s e r t a i p r o s e s h e m o l i s i s ( i n k o m p t a b i l i t a s d a r a h , defisiensi

enzim G-6-PD, dan sepsis ). Bilirubin direk lebih dari 1 mg % atau kenaikan

bilirubin serum 1 mg% /dl/jam atau lebih 5 mg/dl/hari.

Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari ( bayi cukup bulan ) dan lebih dari

14 hari pada BBLR Berikut adalah beberapa keadaan yang menimbulkan ikterus patologis :

a.       Penyakit hemolitik, isoantibodi karena ketidakcocokan golongan darah ibu dan

anak seperti Rhesus antagonis, ABO, dsb.

b.      Kelainan dalam sel darah merah seperti pada defisiensi G-6-PD

c.       Hemolisis, hematoma, polisitemia, perdarahan karena trauma lahir.

d.      I n f e k s i : s e p t i s e m i a , m e n i n g i t i s , i n f e k s i s a l u r a n k e m i h , p e n y a k i t

k a r e n a toksoplasmosis, sifilis, rubela, hepatitis

e.       Kelainan metabolik, hipoglikemia, galaktosemia

f.       O b a t - o b a t a n y a n g m e n g g a n t i k a n i k a t a n b i l i r u b i n d e n g a n

a l b u m i n s e p e r t i : sulfonamid, salisilat , sodium benzoat, gentamisin.

g.      P i r a u e n t e r o p a t i k y a n g m e n i n g g i , o b s t r u k s i u s u s l e t a k

t i n g g i , p e n y a k i t hirschsprung, stenosis pilorik, mekonium ileus, dsb.

(Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, p 198)

3.      Kern Ikterus

Page 5: Hi Per Bilirubin

Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama

pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan

Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

B.   Etiologi

      Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat  disebabkan

oleh beberapa factor :

1.      Peningkatan produksi meliputi :

a.       Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan

darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO

b.      Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran

c.       Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada

bayi Hipoksia atau Asidosis

d.      Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase

e.       Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid)

f.       Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat

misalnya pada berat lahir rendah

g.      Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia

2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada

Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine

3.   Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion yang

dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis

4.   Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik

5.   Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

Pohon Masalah

Penghancuran eritrosit tua (80-85%) + eritrosit muda (15-20%) + hasil metabolism protein yang mengandung heme + enzim yang mengandung heme 

Bilirubin

Over produksiPenurunan ambilan hepatik

Page 6: Hi Per Bilirubin

 

 

Eritrosit hemolisisintravaskuler (kelainan autoimun, Mikroangiopati/hemoglobinopati)

 

Penurunan konjugasi hepatikHemoglobin ikterus hemolitik konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung

normal 

Disebabkan :   Hemoglobin abnormal (cickle sel anemia hemoglobin)   Kelainan eritrosit (sferositosis heriditer)   Antibody serum (Rh, Inkompatibilitas transfuse)   Obat-obatan

Tapi suplai bilirubinTak terkonjugasi melampaui

Kemampuan sel hati

Disebabkan :  Defisiensi enzim glukoronil transferase

Terjadi pada :  Syndrome Gilberth, syndrome CriglerNajjar I, syndrome Crigler Najjar II

Bilirubin tak terkonjugasi

Meningkat dalam darah

Tidak larut dalam air

Tidak dapat diekskresikan

Tidak terjadi bilirubinuria

Tapi pembentukan urobilinogen meningkat

C.   Metabolisme Bilirubin

Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang larut

dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan

jumlah konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah

tempat ikatan Albumin (Albumin binding site).

Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan

menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin tidak

mencapai tingkat patologis.

Diagram Metabolisme Bilirubin

Page 7: Hi Per Bilirubin

KANDUNG EMPEDU KE DUODENUMBILIRUBIN DIREK DIEKSKRESI KE KANDUNG

EMPEDUBILIRUBIN DIREK DI EKSKRESI MELALUI URINE

&FESESMELALUI DUKTUS BILLIARISERITROSITHEMOGLOBINBESI/FE

MELALUI HATI

BILIRUBIN BERIKATAN DENGAN ALBUMIN

BILIRUBIN INDIREK (tidak larut dalam air)

GLOBIN

BILIRUBIN BERIKATAN DENGAN GLUKORONAT/GULA RESIDU BILIRUBIN DIREK (larut dalam air)

HEME

HATI

TERJADI DALAM PLASMA DARAHTERJADI PADA LIMPHA MAKROFAG

 

Page 8: Hi Per Bilirubin

D.   Patofisiologi

Terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit

janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi

enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan

protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan

anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii

transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal

atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika.

Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak.

Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang

memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar

darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris.

Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari

tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin

indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas.

Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang

karena trauma atau infeksi. (Markum, 1991).

Skema Patofisiologi Hiperbilirubinemia

Hemoglobin

Globin  Heme

 

Biliverdin Fe (zat besi)

Peningkatan destruksi eritrosit ( Gangguan konjungasi bilirubin / gangguan transport bilirubin

/ peningkatan siklus enterohepatik ) Hb dan eritrosit abnormal

Page 9: Hi Per Bilirubin

Pemecahan bilirubin berlebih

Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjungasi

Sebagian masuk kembali ke siklus emerohepatik

Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah, pengeluaran meronium terlambat /obstruksi

usus, tinja berwarna pucat

Ikterus pada sclera leher dan badan

peningkatan bilirubin indirex > 12 mg/dl

Indikasi fototerapi Sinar dengan Intensitas tinggi

Resiko injuri/cedera          Risiko kurang vol. cairan gangguan interaksi

E.   Manifestasi Klinis

1.      Kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga (pada bayi dengan bilirubin indirek)

2.      Anemia

3.      Perbesaran lien dan hepar

4.      Perdarahan tertutup

5.      Gangguan nafas

6.      Gangguan sirkulasi

7.      Gangguan saraf

8.      Pasien tampak lemah

9.      Nafsu makan berkurang

10.  Urine pekat

11.  Perut buncit

12.  Gangguan neurologik 

Page 10: Hi Per Bilirubin

13.  Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.

14.  Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.

15.  Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik  pada bayi baru lahir,

sepsis atau ibu dengan diabetik atau infeksi.

16.  Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak padah a r i k e 3 - 4 d a n

m e n u r u n h a r i k e 5 - 7 y a n g b i a s a n y a m e r u p a k a n  jaundice fisiologi.

F.    Komplikasi

1.      Bilirubin encephahalopathi

2.      Kernikterus ; kerusakan neurologis ; cerebral palis, retardasi mental, hyperaktif, bicara

lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan yangmelengking

3.      Asfiksia

4.      Hipotermi

5.      Hipoglikemi

G.  Pemeriksaan Penunjang

a.       Pemeriksaan bilirubin serum-Pada bay i cukup bu lan , b i l i rub in mencapa i

ku rang l eb ih 6mg/d l an t a ra 2 - 4 h a r i s e t e l a h l a h i r . A p a b i l a n i l a i n y a

l e b i h d a r i 1 0 m g / d l t i d a k   fisiologis.- P a d a b a y i p r e m a t u r e , k a d a r

b i l i r u b i n m e n c a p a i p u n c a k 1 0 - 1 2 m g / d l antara 5-7 hari setelah lahir.

Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.

b.      Pemeriksaan radiology d i p e r l u k a n u n t u k m e l i h a t a d a n y a m e t a s t a s i s d i

p a r u a t a u p e n i n g k a t a n diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau

hepatoma

c.       Ultrasonografi digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic

dengan ekstrahepatic.

d.      Biopsy hati d igunakan un tuk memas t ikan d i agnosa t e ru t ama pada kasus

yang suka r   seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic

selainitu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.

e.       Peritoneoskopi dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto

dokumentasiuntuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.

Page 11: Hi Per Bilirubin

f.       Laparatomi dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto

dokumentasiuntuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.

H.  Pencegahan

Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :

•         Pengawasan antenatal yang baik 

•         Mengh inda r i oba t yang dapa t men ingka tkan ik t e rus pada bay i dan

masakehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.

•         Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.

•         Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.

•         Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir 

•         Pemberian makanan yang dini.

•         Pencegahan infeksi.

I.      Penatalaksanaan Medis

Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan Hiperbilirubinemia

diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilirubinemia.

Pengobatan mempunyai tujuan :

1.      Menghilangkan Anemia

2.      Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi

3.      Meningkatkan Badan Serum Albumin

4.      Menurunkan Serum Bilirubin

Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus

Albumin dan Therapi Obat.

1.      Fototherapi

Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk

menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus padacahaya dengan intensitas yang tinggi (a

bound of fluorencent light bulbs orbulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan

Page 12: Hi Per Bilirubin

Bilirubin dalam kulit.Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi

eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsijaringan

mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yangdisebut Fotobilirubin.

Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darahmelalui mekanisme difusi. Di dalam

darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian

bergerak ke Empedu dan  diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa

proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984). Hasil Foto degradasi terbentuk ketika

sinar mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.Fototherapi mempunyai

peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah

penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.

Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl.

Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan

konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan

Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir

Rendah.

2.      Tranfusi Pengganti

Transfusi Pengganti atau Imediat di indikasikan adanya faktor-faktor :

a.       Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu

b.      Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir

c.       Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama

d.      Tes Coombs Positif

e.       Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama

f.       Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama

g.      Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl

h.      Bayi dengan Hidrops saat lahir

i.        Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :

a.       Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah merah

terhadap Antibodi Maternal

b.      Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)

c.       Menghilangkan Serum Bilirubin

Page 13: Hi Per Bilirubin

d.      Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan Bilirubin Pada

Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh

negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B yang

pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari

sampai stabil.

 

3.      Therapi Obat

Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan

konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif, baik diberikan pada ibu hamil untuk

beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada

post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Colistrisin dapat

mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus

Enterohepatika.

J.     Prognosis

Hiperbilirubin baru akan berpengaruh bentuk apabila bilirubin indirek telah melalui

sawar otak, penderita mungkin menderita kernikterus atau ensefalopati biliaris, gajala

ensefalopati pada neonates mungkin sangat ringan dan hanya memperlihatkan gangguan

minum, letargi dan hipotonia, selanjutnya bayi mungkin kejang, spastic, dan ditemukan

opistotonis. Pada stadium mungkin di dapatkan adanya atitosis ditai gangguan pendengaran

atau retardasi mental di hari kemudian.

BAB III

TINJAUAN TEORI TENTANG ASKEP

A.    Pengkajian

-          Anamneses Orang Tua/keluarga

Ibu dengan rhesus (-)atau golongan darah Odan anak yang mengalami neonatal ikterus

yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis (Rh, ABO, inkompatibilitas lain

golongan darah). Ada saudara yang menderita penyakit hemolitik bawaan atau ikterus,

kemungkinan suspect spherochytosis herediter kelainan enzim warna merah. Minum air susu

ibu, ikterus kemungkinan karena pengaruh pregnanediol.

Page 14: Hi Per Bilirubin

Anamnesa riwayat ibu, mungkin pernah menderitasakit kuning, mungkin minum obat-

obatan tertentu selama hamil (sulfonamit, nitrofurantoin, dan antimalaria).

-           Riwayat Kelahiran

      Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan

merupakan predisposisi terjadinya infeksi

      Pemberian obat anestesi, analgesic yang berlebihan akan mengakibatkan

gangguan nafas (hipoksia), asidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin

      Bayi dengan apgar scor rendah memungkinkan terjadinya hypoksia, asidosis

yang akan menghambat konjugasi bilirubin

      Kelahiran premature berhubungan juga dengan prematuritas organ tubuh (hepar)

-          Riwaya t ke lua rga

Apakah anak   sudah mendapat imunisasi hepatitis B, Terdapat gangguan hemolisis darah

(ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan

metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita DM. Pemeriksaan bilirubin

menunjukkan adanya peningkatan.

-           Pemeriksaan fisik

      Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi). Reflek

hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor).

Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin resh), sclera

mata kuning (kadang-kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna

urine dan feses.

      Kepala dan leher

a.    Inspeksi warna : sclera, konjungtiva, membrane mukosa mulut, kulit, urine, dan

tinja.

b.    Dapat juga dijumpai sianosis pada bayi yang hipoksia.

      Dada

Ditemukan tanda peningkatan frekuensi napas, takikardia khususnya ikterus yang disebabkan

oleh adanya infesi.

      Abdomen

a.    Peningkatan dan penurunan bising usus/peristaltic usus perlu dicermati karena berhubungan

dengan indikasi penatalaksanaan fototherapi.

Page 15: Hi Per Bilirubin

b.    Perut membuncit, muntah, mencret merupakan akibat gangguan metabolism bilirubin

enterohepatik.

c.    Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan denga sepsis bacterial, tixoplasmosis,

rubella.

      Urogenital

a.    Urin kuning dan pekat.

b.    Adanya fees yang pucat/acholis/seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan/

atresia saluran empedu.

      Ekstremitas

Menunjukan tonus otot yang lemah.

      Kulit

Tanda dehidrasi ditunjukan dengan turgor yang jelek, elastisitas menurun, dan perdarahan

pada kulit di tunjukan dengan ptechia dan echimosis.

      Pemeriksaan Neurologis

Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain-lain yang menunjukan adanya tanda-tanda kern

ikterrus.

-          Hasil Laboratorium :

      Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.

      Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl.

      Darah : Bilirubin > 10 mg %

      CRP menunjukkan adanya infeksi

      Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya penurunan

      Screening Ikterus

B.       Diagnose Keperawatan

1.      Resiko injury internal b.d peningkatan serum bilirubin sekunder dari pemecahan seldarah

merah dan gangguan eksresi bilirubin

Tujuan : Bayi terbebas dari injuri yang ditandai dengan bilirubin serum

menurun, tidak ada jaundice, refleks moro normal, tidak terdapat sepsis, refleks hisap

danmenelan baik

Page 16: Hi Per Bilirubin

Intervensi : - Kaji hiperbilirubin tiap 1- 4 jam dan catat

-          Berikan fototerapi sesuai program

-          Monitor kadar bilirubin 4 –8 jam sesuai program

-          Antsipasi kebutuhan transfusi tukar 

-          Monitor Hb dan Ht

2.      Kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi,

dan diare.

Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuatIntervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake output, beri air diantara menyusui atau memberi botol.

3.      Gangguan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek fototerapi

Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankanIntervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara 35,5 - 37 C, cek

tanda-tanda vital tiap 2 jam.4.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi

Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan

Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah posisi setiap 2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan

kelembabannya.5.      Kecemasan meningkat sehubungan dengan status kesehatan

Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-gejala

untuk menyampaikan pada tim kesehatan

Intervensi : Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai

cara perawatan bayi dirumah.

C.    Implementas i

1.      Mencegah adanya injury :

      Mengkaji hiperbilirubin tiap 1- 4 jam dan catat

      Memberikan fototerapi sesuai program

      Memonitor kadar bilirubin 4 –8 jam sesuai program

      Mengantisipasintsipasi kebutuhan transfusi tukar 

      Memonitor Hb dan Ht

2.      Mencegah t e r j ad inya ku rangnya vo lume ca i r an

      Pertahankan intake cairan

      Berikan minum sesuai jadwal

Page 17: Hi Per Bilirubin

      Monitor intake dan output

      Berikan terapi infus sesuai program bila ada indikasi

      Kaji dehidrasi, membran mukosa, ubun2, turgor kulit, mata

      Monitor temperatur tiap 2 jam

3.      Mencegah terjadinya peningkatan suhu tubuh :

      Mengkaji tanda-tanda vital tiap 2 jam

      Memberikan suhu lingkungan yang netral

      Mempertahankan suhu antara 35,5 - 37 C, cek

4.      Mencegah gangguan in t eg r i t a s Ku l i t .

       Inspeksi kulit tiap 4 jam

       Gunakan sabun bayi

       Merubah posisi bayi dengan sering

       Gunakan pelindung daerah genital

       Gunakan pengalas lembut

5.      Mengurang i r a sa cemas pada o rang tua

       Pertahankan kontak mata orang tua dan bayi

       Jelaskan kondisi bayi, perawatan dan pengobatannya

       Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaanya, dengarkan rasa takutnya, dan

perhatian orang tua.

Page 18: Hi Per Bilirubin

BAB IV

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Hiperbilirubinemia adalah berlebihnya akumulasi bilirubin dalam darah (level normal

5mg/dl pada bayi normal) yang mengakibatkan jaundice, warna kuning yang terlihat jelas

pada kulit, mukosa, sklera dan urine. 

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai

suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak

ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis.

Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup

bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.

Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Terdapat tiga jenis ikterus, yaitu:

1.   Ikterus fisiologis

2.   Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemia

3.   Kern Ikterus

B.   Saran

Kami selaku penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri agar dapat

meningkatkan lagi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dibidang  mata kuliah

maternitas khususnya terkait asuhan keperawatan pada klien dengan hiperbilirubinemia.

Page 19: Hi Per Bilirubin

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, J. (1985). Materity and Gynecologic Care. Precenton.

Cloherty, P. John (1981). Manual of Neonatal Care. USA. Harper. (1994). Biokimia. EGC,

Jakarta.

Hazinki, M.F. (1984). Nursing Care of Critically Ill Child. , The Mosby Compani CV,

Toronto.

Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.

Mayers, M. et. al. ( 1995). Clinical Care Plans Pediatric Nursing. Mc.Graw-Hill. Inc., New

York.

Pritchard, J. A. et. al. (1991). Obstetri Williams. Edisi XVII. Airlangga University Press,

Surabaya.

http://botol-infus.blogspot.com/2010/01/askep-hiperbilirubinemia.html. (Diakses tanggal 11

Januari 2011)Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

http://duta4diagnosaanak.blogspot.com/2010/06/ asuhan-keperawatan-anak

hiperbilirubin .html . (Diakses tanggal 11 Januari 2011)

http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-mula%20tarigan.pdf. (Diakses tanggal 11

Januari 2011)

http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. (Diakses tanggal 11 Januari 2011)

http://www.trinoval.web.id/2010/04/ askep-hiperbilirubin .html . (Diakses tanggal 11 Januari

2011)

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.     

Jakarta:  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Susan, R. J. et. al. (1988). Child Health Nursing. Californi