Tes Kombinasi Bilirubin

27
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK TES KOMBINASI BILIRUBIN (Metode Kolorimetri) SENIN / PUKUL 13.00 – 16.00 Kelompok 1: Putri Aryuni 260110100001 (Tujuan, Prinsip) Hana Nopia 260110100002 (Data Pengamatan) Sri Rahayu Evrilia 260110100003 (Alat Bahan, Prosedur) Aprilya Eka P 260110100004 (Teori) Veni Alviany 260110100005 (Pembahasan) Ahmad Hanif Santosa 260110100006 (Pembahasan) Ulfa Tri Wahyuni 260110100007 (Editor) Arvenda Rezky P. 260110100008 (Pembahasan) M. Rizki Pamula 260110100011 (Perhitungan) LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN

description

laporan bilirubin

Transcript of Tes Kombinasi Bilirubin

Page 1: Tes Kombinasi Bilirubin

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK

TES KOMBINASI BILIRUBIN

(Metode Kolorimetri)

SENIN / PUKUL 13.00 – 16.00

Kelompok 1:

Putri Aryuni 260110100001 (Tujuan, Prinsip)

Hana Nopia 260110100002 (Data Pengamatan)

Sri Rahayu Evrilia 260110100003 (Alat Bahan, Prosedur)

Aprilya Eka P 260110100004 (Teori)

Veni Alviany 260110100005 (Pembahasan)

Ahmad Hanif Santosa 260110100006 (Pembahasan)

Ulfa Tri Wahyuni 260110100007 (Editor)

Arvenda Rezky P. 260110100008 (Pembahasan)

M. Rizki Pamula 260110100011 (Perhitungan)

LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 2: Tes Kombinasi Bilirubin

TES KOMBINASI BILIRUBIN

(Metode Kolorimetri)

I. TUJUAN

1. Melakukan pemeriksaan fungsi hati melalui tes kombinasi bilirubin.

2. Menginterprestasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh.

II. PRINSIP

Tes kombinasi bilirubin ini menggunakan metode Jendrassik, L. et.al. (1938),

yang menyatakan bahwa bilirubin total akan diazotasi dengan asam sulfanilat

yang dengan adanya kofein menjadi zat warna azo. Sedangkan pemeriksaan

bilirubin direk dilakukan tanpa penambahan kofein.

III. TEORI DASAR

Hati (liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati

terjadi proses-proses penting bagi kehidupan, yaitu proses penyimpanan energi,

pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan

penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita (Hadikusumo, 2008).

Hati disebut organ ekskresi karena mengeluarkan zat sisa yang berupa

empedu. Empedu merupakan cairan hasil perombakan sel-sel darah yang sudah

tua atau mati. Cairan empedu yang masih bermanfaat akan dipergunakan lagi oleh

tubuh untuk pembentukan sel darah yang baru, sedangkan yang sudah tidak

terpakai lagi akan dibuang melalui ginjal (memberi warna urin) dan melalui usus

(memberi warna feses) (Hadikusumo, 2008).

Beberapa penyakit hati, antara lain :

1. Penyakit hati karena infeksi (misalnya hepatitis virus)

2. Penyakit hati karena racun (misalnya karena alkohol atau obat tertentu).

3. Genetika atau keturunan (misalnya hemochromatosis)

4. Gangguan imun (misalnya hepatitis autoimun)

5. Kanker (misalnya Hepatocellular carcinoma) (Hadikusumo, 2008).

Page 3: Tes Kombinasi Bilirubin

Tes Fungsi Hati

Tes fungsi hati untuk mengukur kemampuan hati melakukan fungsi normal,

misalnya: albumin serum untuk mengukur sintesis protein, waktu protrombin

untuk mengukur faktor pembekuan, bilirubin untuk mengukur konjugasi dan

ekskresi garam empedu, atau pengukuran enzim hati (alkali fosfatase,

transminase), yang merupakan indikator kerusakan hati

1. Kadar Enzim Plasma

2. Pengujian Bilirubin (Suwandhi, 2011).

Bilirubin

Sekitar 75% produksi bilirubin pada neonatus berasal dari katabolisme

hemoglobin dimana 1 gram hemoglobin akan menghasilkan 34 mg bilirubin, 25%

sisanya berasal dari pelepasan hemoglobin karena eritropoesis yang tidak efektif

di dalam sumsum tulang, jaringan yang mengandung protein heme (mioglobin,

katalase, peroksidase, sitokrom), dan heme bebas. Mula-mula heme dilepaskan

dari hemoglobin eritrosit yang mengalami hemolisis di sel-sel retikuloendotelial

juga dari hemoprotein lain (mioglobin, katalase, peroksidase, sitokrom, nitrit

oksida sintase) yang terdapat di berbagai organ dan jaringan. Selanjutnya, globin

akan diuraikan menjadi unsur-unsur asam amino pembentuk semula untuk

digunakan kembali, zat besi dari heme memasuki depot zat besi untuk pemakaian

kembali, sedangkan heme akan dikatabolisme melalui serangkaian proses

enzimatik. Bagian porfirin tanpa besi pada heme juga diuraikan, terutama di

dalam sel-sel retikuloendotelial pada hati, limpa, dan sumsum tulang (Dennery, et

al., 2001).

Heme yang dilepaskan oleh hemoglobin didegradasi secara enzimatis dalam

fraksi mikrosom sel retikuloendetelial. Proses ini dikatalisir oleh enzim heme

oksigenase, yaitu enzim pertama dan enzim pembatas-kecepatan (a rate-limiting

enzyme) yang bekerja dalam suatu reaksi dua tahap dengan melibatkan

nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADPH) dan oksigen (O2). Heme

direduksi oleh NADPH, O2 ditambahkan pada jembatan α-metenil antara pirol I

dan II porfirin, penambahan lebih banyak oksigen, ion fero (Fe2+) dilepaskan,

Page 4: Tes Kombinasi Bilirubin

menghasilkan karbon monoksida (CO) dan biliverdin IX-α dengan jumlah

ekuimolar dari pemecahan cincin tetrapirol (Murray, 1997).

Proses selanjutnya, CO mengaktivasi GC (guanylyl cyclase) menghasilkan

pembentukan cGMP (cyclic guanosine monophosphate). CO juga dapat

menggeser O2 dari oksi hemoglobin (HbO) atau diekshalasi. Reaksi ini

melepaskan O2 dan menghasilkan karboksi hemoglobin (COHb). Selanjutnya

COHb dapat bereaksi kembali dengan oksigen, menghasilkan oksi hemoglobin

(HbO2) dan CO yang diekshalasi (Dennery, et al., 2001).

Biliverdin dari hasil degradasi heme direduksi menjadi bilirubin oleh

enzim biliverdin reduktase dalam sitosol. Bilirubin inilah (suatu pigmen berwarna

kuning) yang disebut sebagai bilirubin indirek, dalam jaringan perifer diikat oleh

albumin, diangkut oleh plasma ke dalam hati. Peristiwa metabolisme ini dapat

dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Pengambilan bilirubin oleh sel parenkim hati

2. Konjugasi bilirubin dalam retikulum endoplasma halus

3. Sekresi bilirubin direk (conjugated bilirubin) ke dalam empedu (Oski,

1996).

Penjabaran proses di atas dapat diketahui bahwa produksi bilirubin sebagian

besar dihasilkan dari pemecahan hemoglobin yang berasal dari adanya hemolisis

eritrosit. Dapat dikatakan, kadar bilirubin pada neonatus dapat dipakai sebagai

petunjuk adanya hemolisis eritrosit (Dennery, et al., 2001).

Selama masa hidup eritrosit yang 120 hari, eritrosit berjalan sekitar 200

sampai 300 mil. Dalam proses penuaan, terjadi penurunan lambat metabolisme sel

darah merah. Sewaktu sel tua disingkirkan, molekul hemoglobin diuraikan

menjadi komponen-komponennya. Sekitar lima sampai tujuh gram hemoglobin

dikatabolisme setiap hari. Besi digunakan kembali. Bagian globin dari molekul

hemoglobin diuraikan menjadi asam-asam amino yang diresirkulasi ke

kompartemen asam amino. Komponen porfirin dari molekul heme diuraikan oleh

serangkaian reaksi katabolik menjadi senyawa yang disebut bilirubin, yaitu

pigmen kuning kecoklatan (Sacher & McPherson, 2004).

Page 5: Tes Kombinasi Bilirubin

Metabolisme Bilirubin

Bilirubin adalah produk dari eritrosit yang rusak. Kerusakan eritrosit akan

menyebabkan keluarnya bilirubin. Bilirubin ini adalah bilirubin tak terkonjugasi

yang tidak larut dalam air. Bilirubin tak terkonjugasi ini diikat oleh albumin dan

protein lain, kemudian beredar melalui peredaran darah. Setibanya di dalam hepar,

bilirubin tak terkonjugasi dilepas oleh hepar dari albumin, kemudian bergabung

dengan glukoronid sehingga dapat melarut dalam air dan disebut bilirubin

terkonjugasi. Melalui kanakuli, bilirubin terkonjugasi ikut dengan empedu dan

masuk ke vesika felea dan duodenum. Dalam duodenum, bilirubin terkonjugasi

diubah menjadi urobilinogen. Sebagian urobilinogen ini dikeluarkan melalui feses

dalam bentuk sterkobilin, yang memberi warna pada feses dan sebagian lagi

diabsorpsi. Setelah itu, direabsorpsi. Setibanya di dalam hepar, dilepaskan ke

dalam darah untuk diambil kembali, yang lain dikeluarkan melalui urine

(Baradero, et al., 2008).

Bilirubin I (indirek) bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan

biliverdin. Efektivitas bilirubin yang terikat pada albumin kira-kira 1/10 kali

dibandingkan asam askorbat dalam perlindungan terhadap peroksida yang larut

dalam air. Lebih bermakna lagi, bilirubin merupakan anti oksidan yang kuat

dalam membran, bersaing dengan vitamin E (Pratita, 2010).

Di hati, bilirubin I (indirek) yang terikat pada albumin diambil pada

permukaan sinusoid hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem

transport difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi

penggambilan bilirubin akan tergantung pada kelancaran proses yang akan

dilewati bilirubin berikutnya. Bilirubin nonpolar (I / indirek) akan menetap dalam

sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut (II / direk). Hepatosit akan mengubah

bilirubin menjadi bentuk larut (II /direk) yang dapat diekskresikan dengan mudah

ke dalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut melibatkan asam

glukoronat yang dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzim bilirubin

glukoronosiltransferase. Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzim

glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada reticulum endoplasma.

Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam glukoronat

Page 6: Tes Kombinasi Bilirubin

sebagai donor glukoronat. Tahap pertama akan membentuk bilirubin

monoglukoronida sebagai senyawa antara yang kemudian dikonversi menjadi

bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua (Pratita, 2010).

Hiperbilirubinemia neonatal atau ikterus fisiologis, suatu kadar bilirubin

serum total yang lebih dari 5mg/dl, desebabkan oleh predisposisi neonatal untuk

memproduksi bilirubin dan keterbatasan kemampuannya untuk mengekskresinya.

Warna kuning pada kulit dan membran mukosa adalah karena deposisi pigmen

bilirubin tak terkonjugasi. Sumber utama bilirubin adalah dari pemecahan

hemoglobin yang sudah tua atau sel darah merah yang mengalami hemolisis. Pada

neonates, sel darah merah mengalami pergantian yang lebih tingi dan waktu hidup

yang lebih pendek, yang meningkatkan kecepatan produksi bilirubin lebih tinggi.

Ketidakmatangan hepar neonatal merupakan faktor yang membatasi ekskresi

bilirubin (Betz & Sowden, 2009).

Hiperbilirubinemia terkonjugasi yang berkepanjangan, seperti pada ikterus

obstruktif, menyebabkan terjadinya penggabungan kovalen bilirubin terkonjugasi

dengan albumin. Jenis bilirubin ini adalah bilirubin delta, yang bermigrasi lebih

cepat daripada albumin normal sehingga memperlebar pita albumin ke arah anoda.

Bilirubin delta memilki waktu paruh plasma lebih lama dari pada bilirubin

terkonjugasi lain karena berikatan kovalen dengan albumin sehingga tertahan

lebih lama dalam sirkulasi (Sacher & McPherson, 2004).

Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi hepar

meliputi:

1. Kolesterol total serum

Normal : 140-220 mg/100ml darah

Menurun: pada penyakit hepatoselular

Meningkat : pada obstruksi traktus bilier

2. Albumin

Normal : 3,4-5,0 mg/100ml

Menurun : pada penyakit hepatoselular

Page 7: Tes Kombinasi Bilirubin

3. Kadar

Normal : < 75 µg

Meningkat : pada penyakit hepatoselular karena obstruksi sirkulasi portal.

4. Conjugated bilirubin

Meningkat : pada penyakit hepatoselular dan obstruksi bilier.

5. Unconjugated bilirubin

Meningkat : pada penyakit hepatoselular dan homolisis eritrosit.

6. Bilirubin urine

Normal : tidak ada. Adanya bilirubin urin menunjukkan penyakit

hepatoselular atau obstruksi bilier. Warna urinnya adalah cokelat kemerahan dan

berbuih jika dikocok.

7. Urobilinogen urine

Normal : 0,2-1,2 unit

Menurun : pada obstruksi bilier

Meningkat : pada penyakit hepatoselular

8. Urobilinogen fekal

Normal : 90-280 mg/hari

Meningkat : pada hemolisis eritrosit (Baradero, et al., 2008).

IV. ALAT DAN BAHAN

A. Alat :

1. Pipet piston

2. Kuvet

3. Spektrofotometer

B. Bahan :

1. Alkohol 70%

2. Blangko sampel

3. NaCl fisiologis

3. Reagen 1, 2, 3, 4

4. Sampel serum

Page 8: Tes Kombinasi Bilirubin

V. PROSEDUR

1. Bilirubin Direk

Untuk pemeriksaan bilirubin direk, dipipetkan ke dalam tabung reaksi :

Blanko Sampel Sampel

Larutan 2 - 50 µl

Larutan 1 200 µl 200 µl

Sodium chloride

(9g/L)

200 µl 200 µl

Sampel 200 µl 200 µl

Setelah itu dicampurkan sesuai jumlah tabel diatas lalu diamkan selama 5

menit pada suhu 20-25 derajat C. Kemudian absorban sampel diukur terhadap

blanko pada panjang gelombang 546 nm.

2. Bilirubin Total

Untuk pemeriksaan bilirubin total, dipipetkan ke dalam tabung reaksi :

Blanko Sampel Sampel

Larutan 2 - 50 µl

Larutan 1 200 µl 200 µl

Larutan 3 200 µl 200 µl

Larutan 4 200 µl 200 µl

Sampel 200 µl 200 µl

Setelah itu dicampurkan sesuai jumlah tabel diatas lalu diamkan selama 5-30

menit pada suhu 20-25 derajat C. Kemudian absorban sampel diukur terhadap

blanko pada panjang gelombang 578 nm

Setelah absorbansi sampel diukur dan dihitung terhadap absorbansi blanko

sampel (ΔA = Asampel – Ablanko sampel), kemudian dilakukan perhitungan

konsentrasi sampel dengan rumus :

C = ΔA x 13 (mg/dL) atau C = ΔA x 17 (µmol/L)

Page 9: Tes Kombinasi Bilirubin

VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Tabel 6.1 Pengukuran Absorbansi

ABT ABD ∆ A

Blanko 0 0 0

Sampel 1 0,089 0,081 0,085

Sampel 2 0,082 0,085 0,0835

∆ A 0,0855 0,083 0,084

C bilirubin total

C = 10,5 x ABT

I. C= 10,5 x 0,089

= 0,9345 mg/dl

II. C= 10,5 x 0,082

= 0,861 mg/dl

C rata-rata = 0,9345+0,861

2

= 0,898 mg/dl

C = 180 x ABT

I. C = 180 x 0,089

= 16,02 μmol/L

II. C = 180 x 0,082

= 14,76 μmol/L

Page 10: Tes Kombinasi Bilirubin

C rata-rata = 16,02+14,76

2

= 15,89 μmol/L

C bilirubin direk

C = 14,0 x ABD

I. C = 14,0 x 0,081

= 1,134 mg/dl

II. C = 14,0 x 0,085

= 1,19 mg/dl

C rata-rata = 1,134+1,19

2

= 1.162 mg/dl

C=240 x ABD

I. C= 240 x 0,081

= 19,44 μmol/L

II. C=240 x 0,085

= 20,4 μmol/L

C rata-rata = 19,44+20,4

2

= 19,92 μmol/L

C bilirubin indirek

C = CBT - CBD

I. C = 0,898 – 1.162 = -0,264 mg/dlII. C = 15,39 – 19,92 = -4,53 μmol/L

Page 11: Tes Kombinasi Bilirubin
Page 12: Tes Kombinasi Bilirubin

VII. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini pada dasarnya bertujuan agar praktikan dapat melakukan

pemeriksaan fungsi hati melalui tes kombinasi bilirubin dan menginterpretasikan

hasil pemeriksaan yang diperoleh.

Bilirubin adalah produk hasil pemecahan heme dari sel darah merah. Bilirubin

ini adalah bilirubin tak terkonjugasi yang tidak larut dalam air. Bilirubin tak

terkonjugasi ini diikat oleh albumin dan protein lain, kemudian beredar melalui

peredaran darah. Setibanya di dalam hepar, bilirubin tak terkonjugasi dilepas oleh

hepar dari albumin, kemudian mengalami konjugasi di hati dengan asam glukoronat

dengan batuan enzim uridyl diphosphate glucoronyl transferase (UDGPT) sehingga

dapat melarut dalam air dan disebut bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk). Melalui

kanakuli, bilirubin terkonjugasi ikut dengan empedu dan masuk ke vesika felea dan

duodenum. Dalam duodenum, bilirubin terkonjugasi diubah menjadi urobilinogen.

Sebagian urobilinogen ini dikeluarkan melalui feses dalam bentuk sterkobilin, yang

memberi warna pada feses, dan sebagian diabsorbsi. Setelah itu, direabsorbsi,

setibanya di dalam hepar, hepar melepaskannya ke dalam darah untuk diambil

kembali, yang lain dikeluarkan melalui urin.

Page 13: Tes Kombinasi Bilirubin

Gambar 7.1 Mekanisme Terjadinya Bilirubin

Gambar 7. 2 Struktur Bilirubin

Apabila ada gangguan fungsi hati, jumlah bilirubin indirek (hasil pemecahan

heme) akan banyak atau berkurang dalam di darah, sedangkan jumlah bilirubin direk

sedikit terbentuk.

Jika terjadi peningkatan kadar bilirubin direk maka peningkatan tersebut

menunjukkan adanya gangguan pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu

(batu atau tumor). Peningkatan kadar bilirubin direk dapat disebabkan oleh penyakit

Page 14: Tes Kombinasi Bilirubin

ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis

infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Obat-obatan yang sering

digunakan adalah antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin,

linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis (asam para-

aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretik (asetazolamid, asam etakrinat),

mitramisin, dekstran, diazepam (valium), barbiturat, narkotik (kodein, morfin,

meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin,

prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.

Sedangkan penurunan kadar bilirubin direk juga dapat disebabkan oleh penyakit

anemia (defisiensi besi). Obat-obat yang digunakan antara lain barbiturat, salisilat

(aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.

Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan peningkatan

destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun,

transfusi, atau eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi

dengan kecepatan kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga terjadi

peningkatan kadar bilirubin indirek. Peningkatan kadar bilirubin indirek juga dapat

disebabkan oleh penyakit eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse,

malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis

terdekompensasi, dan hepatitis. Obat-obat yang digunakan antara lain aspirin,

rifampin, dan fenotiazin.

Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode Jendrassik, L. et al.

(1938). Serum atau plasma ditambahkan ke larutan natrium asetat dan kafein-natrium

benzoat. Natrium asetat digunakan sebagai dapar pH dalam reaksi diazotasi,

sementara kafein-natrium benzoat mempercepat ikatan antara bilirubin dan asam

sulfanilat. Warna azobilirubin akan muncul dalam 10 menit. Untuk pemeriksaan

bilirubin direk dilakukan tanpa penambahan kafein. Sedangkan bilirubin indirek

merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus lebih dulu dicampur dengan

alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi. Azobilirubin kemudian

diukur intensitasnya menggunakan spektrofotometer

Page 15: Tes Kombinasi Bilirubin

Prosedur kerja tes bilirubin total adalah sebagai berikut; Pertama siapkan blanko

dengan cara memipet reagen 1 sebanyak 200 µL, reagen 3 sebanyak 1000 µL, sampel

sebanyak 200 µL ke dalam kuvet. campur dan inkubasi pada suhu 25oC selama 15

menit. Kemudian tambahkan reagen 4 sebanyak 1000 µL. untuk penyiapan sampel

dengan cara memipet reagen 2 sebanyak 50 µL, reagen 1 sebanyak 200 µL, reagen 3

sebanyak 1000 µL kedalam kuvet, diinkubasi selama 15 menit pada suhu 25oC, dan

tambahkan reagen 4 sebanyak 1000 µL, inkubasi pada suhu 25oC selama 10 menit

dan ukur absorbansi blanko dan sampel. Perlakukan terhadap sampel dilakukan

duplo.

Prosedur kerja tes bilirubin direk adalah sebagai berikut: pertama siapkan

blanko dengan cara tambahkan reagen 1 sebanyak 200 µL, tambahkan larutan NaCl

sebanyak 2000 µL, dan tambahkan sampel sebanyak 200 µL, inkubasikan pada suhu

25oC, diamkan selama 5 menit. Penyiapan sampel dilakukan dengan menambahkan

reagen 2 sebanyak 50 µL, tambahkan reagen 1 sebanyak 200 µL, tambahkan larutan

NaCl sebanyak 2000 µL, dan tambahkan sampel sebanyak 200 µL, inkubasikan pada

suhu 25oC diamkan selama 5 menit. Masing-masing larutan dihitung absorbansinya

dan sampel di lakukan duplo

Pada percobaan ini kadar bilirubin yang akan diukur adalah bilirubin total dan

bilirubin direk. Serum darah yang digunakan diperoleh dari darah yang telah

disentrifugasi dan diambil supernatannya. Pemipetan dilakukan dengan menggunakan

pipet piston karena ketelitiannya besar sehingga perbedaan pengukuran dapat

dihindari. Perbedaan pengukuran ini sangat tidak diinginkan karena konsentrasi

sampel maupun standar yang digunakan sangat kecil sehingga perbedaan kurang

lebih 2% memberikan hasil yang jauh berbeda dari hasil sebenarnya.

Blanko, blanko yang ditambah sampel dan sampel, yang dibaca absorbansinya

dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis dengan panjang gelombang 546 nm.

Sebelum mengukur absorbansi sampel terlebih dahulu diukur absorbansi blanko yang

ditambah sampel dan nilai dibuat jadi nol dahulu agar aborbansi reagen tidak

mempengaruhi absorbansi sampel yang diukur.

Page 16: Tes Kombinasi Bilirubin

Spektrofotometer UV-Vis bekerja dengan prinsip absorpsi radiasi

elektromagnetik oleh sampel. Jadi, ketika sampel diberikan radiasi elektromagnetik

yang berasal dari sumber cahaya, gugus kromofor pada sampel akan mengabsorpsi

radiasi elektromagnetik tersebut. Sesuai hukum Lambert-Beer, A=ɛ.b.c, artinya

jumlah cahaya yang diabsorpsi sebanding dengan konsentrasi larutan. Dengan

demikian, semakin besar konsentrasi sampel, maka semakin besar jumlah radiasi

elektromagnetik yang terabsorpsi (berbanding lurus dengan A) namun semakin

rendah jumlah radiasi elektromagnetik yang diteruskan (berbanding terbalik secara

logaritmik dengan %T).

Keuntungan pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis, yaitu

mempunyai sensitivitas yang relatif tinggi, pengerjaannya mudah sehingga

pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai spesifisitas yang relatif tinggi.

Spektrofotometer UV-vis dapat mengukur absorbansi karena adanya serapan dari

gugus kromofor pada suatu senyawa. Gugus kromofor ialah gugus-gugus atau atom

dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar UV dan sinar tampak. Selain itu

juga ada yang dinamakan gugus ausokrom yang merupakan gugus fungsional yang

mempunyai elekton bebas seperti OH-, O-, dan CH3O- yang memberikan transisi n →

π*. Terikatnya gugus ausokrom pada gugus kromofor akan mengakibatkan

pergeseran pita absorbs menuju ke panjang gelombang yang lebih besar

(batochromic) disertai dengan peningkatan intensitas yang disebut hiperkromik.

Pada Spektrofotometer UV-vis berlaku hukum lambert-beer yang menyatakan

bahwa konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan jumlah cahaya yang diabsorpsi,

atau berbanding terbalik dengan logaritma cahaya yang ditransmisikan.

A= bcℇ =log 100%T

=2−log %T

Dimana :

A = absorbanℇ = absorptivitas

b = jalannya sinar pada larutan

Page 17: Tes Kombinasi Bilirubin

c = konsentrasi

T = Transmitan (rasio cahaya yang ditransmisikan (I) terhadap

cahaya yang datang (Io))

Kadar bilirubin total dapat diketahui dengan perhitungan:

Kadar Bilirubintotal ( mg100 ml

)=Absorbansi Bilirubintotal X 10,5 atau

Kadar Bilirubintotal ( μmoll

)=Absorbansi Bilirubin total X 185

Kadar bilirubin direk dapat diketahui dengan perhitungan

Kadar Bilirubin direk ( mg100ml

)=Absorbansi Bilirubin direk X 14,4 atau

Kadar Bilirubin direk ( μmoll

)=Absorbansi Bilirubin direk X 246

Dari perhitungan yang diperoleh, dapat diketahui bahwa kadar bilirubin indirek

dalam sampel normal (0.1-1.0mg/dl). Kadar bilirubin normal adalah sebagai berikut:

- Dewasa: total: 0.1 – 1.2 mg/dL, direk: 0.1 – 0.3 mg/dL, indirek: 0.1 – 1.0

mg/dL

- Anak: total: 0.2 – 0.8 mg/dL, indirek: sama dengan dewasa.

- Bayi baru lahir: total: 1 – 12 mg/dL, indirek: sama dengan dewasa.

Hasil pemeriksaan kadar bilirubin total rata-rata sebesar 0.898 mg/dL atau 15.39

µmol/L yang menunjukkan bahwa hasil tersebut masih berada pada rentang bilirubin

total normal yang bernilai 1 mg/dL atau 17 µmol/L dan untuk pemeriksaan kadar

bilirubin direk rata-rata sebesar 1.162 mg/dL atau 19.92 µmol/L yang menunjukkan

bahwa hasil tersebut di atas rentang normal bilirubin direk normal yang bernilai 0,25

mg/dL atau 4,3 µmol/L. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien mengalami kelainan

fungsi hati karena bilirubin total dan bilirubin direk berada di atas normal bilirubin

total dan bilirubin direk.

Page 18: Tes Kombinasi Bilirubin

Pada pemeriksaan bilirubin, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

temuan laboratorium, antara lain:

Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat

mempengaruhi kadar bilirubin.

Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.

Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan

pigmen empedunya akan menurun.

Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin

VIII. SIMPULAN

Pemeriksaan fungsi hati dapat dilakukan dengan tes kombinasi bilirubin dengan

Metode Jendrasikk. Hasil pemeriksaan kadar bilirubin total rata-rata sebesar

0.898 mg/dL atau 15.39 µmol/L yang menunjukkan bahwa hasil tersebut masih

berada pada rentang bilirubin total normal yang bernilai 1 mg/dL atau 17

µmol/L dan untuk pemeriksaan kadar bilirubin direk rata-rata sebesar 1.162

mg/dL atau 19.92 µmol/L yang menunjukkan bahwa hasil tersebut di atas

rentang normal bilirubin direk normal yang bernilai 0,25 mg/dL atau 4,3

µmol/L.

Page 19: Tes Kombinasi Bilirubin

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M, M.W Dayrit dan Y Siswadi. 2008. Klien Gangguan Hati: Seri Asuhan

Keperawatan. Kedokteran EGC. Jakarta.

Betz, C.L dan L.A Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 5.

Kedokteran EGC. Jakarta.

Dennery, PA, Seidman DS, Stevenson DK. 2001. Neonatal Hyperbilirubinemia.

Medical Eng. London.

Hadikusumo. 2008. Penyebab Kerusakan Hati. Available online at:

http://pptapaksuci.org/kesehatan-rubrikmenu-79/147-penyebab-kerusakan-

organ-hati.html [Diakses tanggal 22 April 2013].

Murray, R.K. 1997. Porfirin dan Pigmen Empedu. Kedokteran EGC. Jakarta.

Oski, F.A. 1996. Other Conjugated Hyperbilirubinemias. WB Saunders.

Philadelphia.

Pratita, Winra. 2010. Perbandingan Efektifitas Jarak Fototerapi Pada Neonatus

Dengan Hiperbilirubinemia Indirek. Available online at

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20333/4/Chapter%20II.pdf

[22 April 2013]

Sacher, R.A, dan R.A McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan,

Laboratorium. Edisi 11. Kedokteran EGC. Jakarta.

Suwandhi, dr.,widjaya. 2011. Gangguan Faal (Fungsi) Hati yang sering Ditanyakan

oleh Pasien. http://www.medistra.com/index.php?option=com content & view

=article&id=106 [Diakses tanggal 22 April 2013].