Kombinasi Bisnis

52
Kombinasi Bisnis Kombinasi bisnis adalah transaksi atau kejadian lain yang membuat perusahaan pengakuisisi (acquirer) mendapatkan pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Dalam IFRS, akuntansi bisnis disyaratkan menggunakan pendekatan nilai wajar dibandingkan pendekatan biaya seperti yang ada dalam FASB. Pada pendekatan biaya, semua pengeluaran akuisisi dicatat pada harga perolehan, goodwill muncul atas perbedaan nilai wajar dan biaya atas aset bersih yang dapat diidentifikasi (net identifiable asset). Kebalikannya, dalam pendekatan nilai wajar, biaya tersebut diukur dengan nilai wajar. IFRS mensyaratkan penentuan nilai wajar atas setiap aset, baik yang berwujud ataupun tidak yang dapat diidentifikasi atas entitas yang diakuisisi. Walaupun demikian, dalam IFRS 3 hanya diberikan contoh bagaimana perlakuan pendekatan nilai wajar ini atas beberapa aset, namun tidak ada petunjuk tertentu. Adapun transaksi-transaksi yang terjadi saat mengkombinasikan bisnis adalah: a. Perpindahan kas, ekuivalen kas atau aset lain, termasuk perpindahan aset dari satu bisnis ke bisnis lain b. Mengeluarkan hutang c. Menerbitkan instrumen ekuitas d. Melakukan satu atau lebih pengakuan e. Dengan suatu kontrak, tanpa transfer apapun, seperti saat: bisnis yang diakuisisi (acquiree) membeli kembali saham yang dimiliki sehingga mengakibatkan salah satu investor yang sudah ada mendapatkan pengendalian atas 1

description

kombinasi bisnis eppstein

Transcript of Kombinasi Bisnis

Kombinasi BisnisKombinasi bisnis adalah transaksi atau kejadian lain yang membuat perusahaan pengakuisisi (acquirer) mendapatkan pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Dalam IFRS, akuntansi bisnis disyaratkan menggunakan pendekatan nilai wajar dibandingkan pendekatan biaya seperti yang ada dalam FASB. Pada pendekatan biaya, semua pengeluaran akuisisi dicatat pada harga perolehan, goodwill muncul atas perbedaan nilai wajar dan biaya atas aset bersih yang dapat diidentifikasi (net identifiable asset). Kebalikannya, dalam pendekatan nilai wajar, biaya tersebut diukur dengan nilai wajar. IFRS mensyaratkan penentuan nilai wajar atas setiap aset, baik yang berwujud ataupun tidak yang dapat diidentifikasi atas entitas yang diakuisisi. Walaupun demikian, dalam IFRS 3 hanya diberikan contoh bagaimana perlakuan pendekatan nilai wajar ini atas beberapa aset, namun tidak ada petunjuk tertentu. Adapun transaksi-transaksi yang terjadi saat mengkombinasikan bisnis adalah:a. Perpindahan kas, ekuivalen kas atau aset lain, termasuk perpindahan aset dari satu bisnis ke bisnis lainb. Mengeluarkan hutangc. Menerbitkan instrumen ekuitasd. Melakukan satu atau lebih pengakuane. Dengan suatu kontrak, tanpa transfer apapun, seperti saat: bisnis yang diakuisisi (acquiree) membeli kembali saham yang dimiliki sehingga mengakibatkan salah satu investor yang sudah ada mendapatkan pengendalian atas perusahaan atau adanya perjanjian kombinasi antara dua perusahaan tanpa transfer apapun.IFRS 3 memperluas definisi bisnis agar lebih banyak cakupan atas apa yang disebut kombinasi bisnis daripada hanya pembelian suatu aset atau hutang. Dalam IFRS 3, yang dimaksud bisnis adalah kelompok aktivitas dan aset yang terintegrasi dan harus mampu untuk dijalankan dan diatur untuk menghasilkan pengembalian secara langsung pada investor, pemilik, anggota dan partisipan. Pengembalian tersebut bisa berupa dividen, pengurangan biaya dan manfaat ekonomis lainnya. Sehingga dalam definisi tersebut dapat ditarik beberapa penekanan, yaitu walaupun pada hakikatnya bisnis harus menghasilkan output, namun berdasarkan definisi tersebut, suatu hal bisa dikatakan sebagai bisnis jika hal tersebut mampu menghasilkan output dan tidak harus ada output. Kombinasi bisnis biasanya memiliki struktur:a. Satu atau lebih perusahaan menjadi anak perusahaan dari perusahaan pengakuisisi, sebagai anak perusahaan mereka melanjutkan operasionalnya sebagai entitas yang legalb. Aset bersih dari acquiree secara legal dimerger ke acquirer. Dalam kasus ini acquiree tidak lagi dianggap adac. Pemilik perusahaan acquiree memindahkan ekuitasnya ke acquirer atau pemilik acquirer dalam pertukaran ekuitasd. Semua kombinasi bisnis mentransfer aset bersih mereka atau ekuitas pemilik ke dalam perusahaan baru yang dibentuk sesuai tujuan transaksi. Hal ini sering disebut transaksi roll up atau put togethere. Pendiri atau kelompok pendiri dari salah satu entitas yang dikombinasikan mendapatkan kontrol atas entitas yang dikendalikan secara kolektiff. Acquirer bisa sebagai entitas non pengendali dalam sebuah perusahaan dan kemudian membeli tambahan ekuitas yang membuat mereka cukup untuk mendapatkan kontrol. Hal ini sering disebut step acquisition Akuntansi untuk Kombinasi Bisnis didasarkan pada Metode Akuisisi (Acquisition Method). Metode ini merupakan pengembangan dari metode pembelian. Perubahan terminologi yang muncul adalah bahwa kombinasi bisnis bisa saja terjadi walaupun tidak terjadi pembelian. Langkah-langkah yang diperlukan untuk menerapkan metode akuisisi adalah:a. Langkah 1 Identifikasi AcquirerBerdasarkan IFRS 3, acquirer adalah entitas yang mendapatkan kontrol atas satu atau lebih bisnis dalam suatu kombinasi bisnis. Identifikasi pihak pengakuisisi didasarkan pada IAS 27. Kontrol, berdasarkan IAS 27, muncul saat induk perusahaan memiliki, secara langsung maupun tidak, mayoritas dari hak voting atas entitas lain. Pengecualian atas aturan mayoritas ini adalah: Sebuah entitas yang sedang direorganisasi atau dipailitkan Sebuah entitas yang menjadi subjek pembatasan pemerintah jika acquiree adalah SPE, maka pembentuk SPE sudah pasti disebut acquirer.IFRS 3 memperjelas beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan siapa pihak pengakuisisi dalam suatu kombinasi bisnis, yaitu: berukuran relatif lebih besar, dalam hal aset, pendapatan atau laba bersih Inisiator transaksi. Transaksi roll up atau put together Entitas yang mengeluarkan kas atau menerbitkan hutang Entitas yang menerbitkan ekuitas. Namun, dalam reverse acquisition, walaupun entitas tersebut menerbitkan ekuitas dan diakui sebagai acquirer, tapi untuk tujuan akuntansi diakui sebagai acquiree. Entitas yang memiliki porsi hak suara paling besar. Entitas yang memiliki minoritas hak suara paling besar Entitas yang memiliki kemampuan untuk memilih, menunjuk, atau mencopot mayoritas anggota dewan perusahaan dari entitas kombinasi Entitas yang manajemennya mendominasi manajemen atas entitas kombinasi Entitas yang membayar premi atas nilai wajar sebelum kombinasi atas ekuitas entitas lain.b. Langkah 2 - Menentukan tanggal akuisisiTanggal akuisisi adalah tanggal dimana acquirer secara legal mentransfer kepemilikan, membeli aset dan mengambil alih hutang dari acquiree atau bisa juga disebut tanggal penutupan. Beberapa kasus item pengecualian adalah tentang Kewajiban kontingensi yaitu jika kewajiban atau nilai wajarnya dapat diukur secara andal tanpa memperhatikan kemungkinan mengalirnya kasc. Langkah 3 - Mengakui dan mengukur aset berwujud dan tidak berwujud yang dapat diidentifikasi dan liabilitas yang diambil alih.Secara umum seluruh item tersebut diukur pada nilai wajar saat tanggal akuisisi, sedangkan non controlling interests (NCI) bisa diukur melalui dua metode, berdasarkan IFRS 3, yaitu pada nilai wajarnya atau pada jumlah saham NCI pada ekuitas acquiree. Namun, terdapat pengecualian pada beberapa item terkait pengukuran dan pengakuannya, yaitu: Kewajiban Kontingensi acquireeKewajiban kontingensi menurut IFRS 3 diukur dalam nilai wajarnya. Kewajiban kontingensi didefinisikan sebagai, berdasarkan IAS 37: Kewajiban yang mungkin muncul dari kejadian masa lalu dan keberadaanya akan dikonfirmasi hanya jika keterjadiannya atau ketidakterjadiannya dari satu atau lebih kejadian tidak pasti masa depan tidak dapat di kontrol sepenuhnya oleh entitas. Kewajiban yang sudah ada yang muncul dari kejadian masa lalu tapi tidak diakui karena: tidak memungkinkannya dikeluarkan sumber daya yang memberikan manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban tersebut atau jumlah kewajiban tidak dapat diukur secara andal. Pajak penghasilanPada dasarnya acquirer haruslah mengakui aset maupun liabilitas pajak tangguhan yang muncul saat akuisisi atau dihasilkan oleh akuisisi tersebut. Namun, berdasarkan IAS 12, manfaat pajak tangguhan yang tidak memenuhi kriteria diperlakukan sebagai: Pengurang goodwill apabila manfaat pajak tangguhan didapat selama periode pengakuan (dalam satu tahun setelah tanggal akuisisi) atau Keuntungan pembelian penawaran (gain from a bargain purchase) jika tidak ada goodwill yang muncul Keuntungan atau kerugian atas semua manfaat pajak tangguhan lainnya. Perbedaan temporer atas manfaat pajak yang muncul akibat perbedaan penghasilan berdasarkan pajak dan nilai perolehan goodwill berdasarkan IFRS Employee benefitsSeluruh kewajiban atas employee benefits diperlakukan berdasarkan IAS 19. Bila ada perubahan atas rencana employee benefits setelah kombinasi maka kejadian tersebut diperlakukan sebagai kejadian setelah kombinasi. Aset ganti rugi (Indemnification asset)Indemnification assets adalah perjanjian kontraktual yang didesain untuk secara penuh atau sebagian melindungi acquirer dengan membatasi maksimum jumlah kerugian yang muncul setelah kombinasi. Aset ini diasumsikan sebagai kewajiban kontingensi acquiree. Hak yang diperoleh kembali (reacquired rights)Item ini muncul akibat sebelum kombinasi perusahaan acquirer dan acquiree terlibat suatu transaksi, seperti sewa atau franchise sehingga saat akuisisi, acquirer mendapatkan hak tersebut kembali. Kejadian ini diakui sebagai aset tidak berwujud. Jika kejadian ini menimbulkan kerugian atau keuntungan yang dibandingkan dengan harga pada barang yang sejenis maka diakui sebagai laba atau rugi. Hadiah pembayaran berdasarkan sahamJika terjadi perubahan kebijakan pada item ini setelah kombinasi maka acquirer mengukur kewajiban atau ekuitas yang muncul atas perubahan tersebut berdasarkan IFRS 2 Aset yang dimiliki untuk dijualAset ini, berdasarkan IFRS 5, diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjualnya pada saat tanggal akuisisi. d. Langkah 4 Identifikasi aset dan liabilitas yang membutuhkan akuntansi terpisah.Acquirer sudah seharusnya mengakui semua aset dan liabilitas yang dapat diidentifikasi pada acquiree, termasuk apabila ada kejadian sebelum kombinasi apabila belum diakui oleh acquiree. Apabila acquirer berencana untuk merestrukturisasi atau menutup beberapa bagian pada acquiree maka biaya muncul termasuk dalam biaya setelah kombinasi Jika terdapat kelompok yang masuk saat negosiasi diluar acquirer dan acquiree dan bertujuan untuk kepentingan perusahaan baru atau acquirer, atau Digagas oleh acquirer atau Dilakukan saat negosiasi kombinasi bisnis maka transaksi tersebut dikategorikan sebagai transaksi terpisah dan bukan merupakan bagian dari kombinasi bisnise. Langkah 5 Mengklasifikasi atau mendesain aset dan hutang yang diambilalih.Perusahaan kemudian harus memilih metode yang dipakai untuk aset-aset dan hutang yang diambil alih, seperti klasifikasi investasi. Pengecualian untuk perjanjian sewa dan kontrak adalah perusahaan tetap melanjutkan perjanjian sesuai yang sudah ada kecuali bila perjanjian tersebut dimodifikasi pada saat kombinasi bisnis, sehingga tanggal perjanjian akan berubah sesuai tanggal akuisisi. f. Langkah 6 mengakui dan mengukur NCI pada acquireeDalam langkah ini, perusahaan dapat memilih salah satu dari dua metode, yaitu mengukur NCI pada nilai wajar atau mengukur NCI pada nilai saham NCI atas aset bersih acquiree (NCI tidak mendapatkan proporsi goodwill). Manajemen harus memilih sebaik mungkin kebijakan akuntansi atas NCI karena akan berpengaruh pada perusahaan ke depannya. Contoh:Konin corporatin (KC) mengakusisi 75% saham pada Batavia Corporation (BC) dengan tambahan uang tunai $360,000. BC telah memiliki 25% sahamnya untuk diperdagangkan, KC mengakuisisi 60.000 saham dari total jumlah saham yang beredar 80.000 lembar. BC dengan nilai $6/lembar. Nilai wajar dari aset bersih teridentiikasi BC adalah $300.000. Saham BC saat tanggal akuisisi adalah $5/lembar

Pengukuran pada nilai wajarBerdasarkan pendekatan ini, proporsi NCI diukur berdasarkan harga saham yang diperdagangkan pada tanggal akuisisi, yaitu (80.000-60.000)x$5 = $100.000 dan premi yang harus dibayar acquirer adalah $360.000-($5x60.000) = $60.000 Pengukuran pada bagian NCI atas aset bersih acquireeJika perusahaan memilih metode ini, maka goodwill yang diakui hanya akan mempresentasikan saham dari acquirer. Perhitungan bagian NCI adalahEkuitas NCI = $300.000 x 25% = $75.000g. Langkah 7 Mengukur Uang yang harus diberikan (Consideration Transferred)Pengukuran jumlah dana yang diberikan merupakan total dari nilai wajar aset yang ditransfer, nilai wajar liabilitas yang dikeluarkan dan nilai wajar ekuitas yang diterbitkan oleh acquirer. Jika kemudian terdapat perbedaan antara nilai wajar dan harga perolehan maka perlu diakui keuntungan atau kerugian yang muncul atas transaksi tersebut. Namun, jika saat tanggal akuisisi nilai wajar dari ekuitas acquiree lebih andal pengukurannya maka nilai itulah yang digunakan sebagai consideration transferred. Namun, jika suatu kombinasi bisnis dilakukan tanpa adanya consideration transferred, maka dalam aset bersih acquiree hanya terdapat 100% porsi NCI. Dampaknya adalah perlakuan goodwill, yaitu mendistribusikan keseluruhan hanya untuk NCI atau tidak mengakui goodwill sama sekali, tergantung metode yang digunakan.Acquiree mungkin memiliki contingent consideration bisa saja mempengaruhi harga akuisisi. Contingent consideration ini mungkin muncul atas dua kejadian masa depan yang digunakan untuk memodifikasi harga akuisisi, yaitu kinerja acquiree (earn out provisions) dan nilai pasar dari consideration yang telah ditentukan untuk akuisisi. Earn out provision biasanya terjadi dalam bentuk tambahan pembayaran yang disyaratkan bila acquiree dapat mencapai suatu target tertentu. Kontingensi ini diklasifikasikan sebagai provisi liabilitas atau ekuitas dan diperhitungkan dalam consideration transferred. Kontingensi ini hanya bisa diakui bila kontingensi tersebut memungkinkan dan sudah dapat diukur dengan andal. h. Langkah 8 Mengakui dan Mengukur Goodwill atau keuntungan atas penawaran pembelian (bargain purchase)Goodwill adalah aset tidak berwujud yang diakuisisi saat kombinasi bisnis yang merepresentasikan manfaat ekonomi masa depan yang diekspektasikan mengalir dari kombinasi bisnis yang tidak dialokasikan secara individual dan terpisahkan dari aset yang diakui saat akuisisi. Berdasarkan IFRS 3, goodwill diakui atas perbedaan antara nilai wajar dan dana yang diberikan + jumlah dari proporsi NCI dalam acquiree + nilai wajar atas saham yang dimiliki acquirer sebelumnya pada acquiree dibandingkan dengan nilai wajar saat akuisisi atas aset teridentifikasi dan liabilitas yang diambil alih. Sedangkan bargain purchase kebalikan antar dua komponen tersebut. Setelah pengakuan goodwill diukur sebesar biaya dikurangi akumulasi kerugian impairment. Contohnya, melanjutkan dari kasus Konin (KC) dan Batavia (BC) diatas pada saat manajemen memutuskan untuk menghitung proporsi NCI dengan menggunakan nilai wajarConsideration transferred$360.000Bagian NCI dalam acquiree$100.000FV atas identifiable assets($300.000)Goodwill$160.000Proporsi goodwill untuk kepentingan pengendali = $160.000 x 75% = $120.000Proporsi goodwill untuk NCI = $160.000 x 25% = $40.000Sedangkan jika manajemen memilih untuk menghitung proporsi NCI atas kepemilikan saham NCI pada saham acquiree, perhitungannya adalah:Consideration transferred$360.000Bagian NCI dalam acquiree$75.000FV atas identifiable assets($300.000)Goodwill$135.000Proporsi goodwill untuk kepentingan pengendali = $170.000 x 75% = $101.250Proporsi goodwill untuk NCI = $170.000 x 25% = $33.750Jurnal atas akuisisi ini adalah:Fair valueProporsi saham

Identifiable asset acquired$300.000$300.000

Goodwill$160.000$135.000

Equity NCI$100.000$75.000

Kas $360.000$360.000

Sedangkan jika terjadi goodwill yang bernilai negatif, atau disebut juga gain from bargain purchase, maka perusahaan mencatat keuntungan tersebut sebagai gain from a bargain purchase pada kredit. Ilustrasinya sebagai berikut:KC mengakuisisi 75% saham BC dan menambah pertukaran tersebut dengan uang tunai senilai $250.000. Aset yang teridentifikasi pada saat itu bernilai $500.000 dan liabilitasnya $100.000. Nilai wajar NCI (25%) adalah senilai $110.000. Perhitungannya:

Consideration Transferred$250.000Nilai wajar NCI$110.000Aset bersih teridentifikasi = $500.000-$100.000=($400.000)Gain on Bargain Purchase= $40.000Jurnal untuk transaksi kombinasi bisnis tersebut adalah:Identifiable asset acquired$400.000

Equity NCI$110.000

Kas $250.000

Gain on Bargain Purchase$40.000

Jika misalnya pada tanggal akuisisi seluruh informasi belum didapatkan secara lengkap oleh perusahaan, maka acquirer mencatat hal tersebut dalam provisi dan sudah harus dilengkapi dalam waktu satu tahun setelah akuisisi. Ilustrasinya sebagai berikut:KC mengakuisisi BC pada tanggal 30 September 2009. KC kemudian menyewa penilai untuk menentukan kelompok aset yang diakuisisi, namun penilaian tersebut belum selesai pada tanggal pelaporan sehingga KC menyajikan nilai wajar provisi sebesar $40milyar. Pada saat tanggal akuisisi hingga 6 bulan setelah itu, produk BC stabil pada harga $4.3 per buah. Namun, kemudian sejak bulan April 2010, harga tersebut meningkat menjadi $6 per buah dan mengakibatkan banyaknya pesanan yang dibatalkan karena harga terlalu tinggi.

Jika pada tanggal 31 Maret, penilaian tersebut sudah selesai dan nilai wajar aset adalah $30Milyar dan manajemen tidak mengetahui tentang kenaikan harga tersebut, maka manajemen melakukan penyesuaian tahun 2009 laporan keuangan secara retrospektif pada 31 Desember 2010 dengan cara:a. Nilai perolehan aset menurun sebesar $10.600. Penyesuaian tersebut diukur dari penyesuaian nilai wajar saat akuisisi sebesar $10.000 dan depresiasi yang muncul $600b. Nilai wajar goodwill meningkat sebesar $10.000c. Beban depresiasi untuk tahun 2009 berkurang sebesar $600Namun, misalnya, KC tidak mendapatkan hasil penilaian hingga bulan Mei 2010. Pada Bulan April 2010, manajemen KC menandatangani perjanjian jual beli dengan PT.JI. untuk menjual aset tersebut sebesar $30 Milyar. Dikarenakan adanya kejadian yang mengganggu harga produk tersebut, maka manajemen menentukan bahwa terjadi penurunan sebesar $10Milyar pada nilai wajar aset tersebut dari nilai wajar provisi. Maka, pada kasus ini nilai wajar provisi pada tanggal akuisisi tidak perlu dilakukan koreksi.Dalam proses kombinasi bisnis, tentu akan timbul biaya-biaya terkait akuisisi. Biaya tersebut menurut IFRS 3 diakui sebagai beban saat dikeluarkan biaya tersebut. Namun, IFRS 3, memberikan pengecualian pada biaya yang dibutuhkan untuk menerbitkan saham dan hutang, sesuai dengan IAS 32 dan 39. Biaya-biaya tersebut dikapitalisasi pada harga perolehan saham dan hutang. Perhitungan biaya saat kombinasi bisnis harus dibedakan dengan biaya setelah kombinasi bisnis. IFRS 3 memberikan beberapa petunjuk terkait item-item yang mungkin muncul setelah terjadinya kombinasi bisnis, yaitua. Hak yang diperoleh kembali (reacquired rights)Setelah akuisisi, hak yang diperoleh kembali diakui sebagai aset tidak berwujud dan diamortisasi selama sisa waktu perjanjian tanpa adanya pertimbangan potensi pembaruan. Jika acquirer kemudian menjual hak tersebut pada pihak ketiga, maka nilai buku dari hak tersebut harus dimasukkan dalam perhitungan laba/rugi penjualan.b. Liabilitas kontingensi yang diakui saat tanggal akuisisiDalam periode setelah kombinasi, hingga liabilitas dapat terselesaikan, dibatalkan atau kadaluwarsa, acquirer mengukur liabilitas kontingensi dan mengakuinya pada tanggal akuisisi dalam jumlah mana yang lebih tinggi antara jumlah yang diakui berdasarkan IAS 37 dan jumlah yang diakui dikurangi akumulasi amortisasi yang diakui.c. Indemnification assetsAset ini diakui sebagai bagian dari kombinasi bisnis. Jika aset ini kemudian tidak diukur dalam nilai wajar (karena jika dilakukan akan timbul inkonsistensi dengan dasar pengukuran item), manajemen menilai kolektibilitas aset. Segala perubahan pengukuran aset dan liabilitas terkait diakui sebagai laba atau rugi.d. Pertimbangan kontingensiJika setelah akuisisi acquirer mendapatkan beberapa informasi tambahan terkait kewajiban kontingensi maka informasi tersebut tidak termasuk dalam nilai goodwill. Perubahan nilai wajar yang tidak termasuk dalam periode pengukuran diperlakukan sebagai berikut: Jika pertimbangan kontingensi diklasifikasikan sebagai ekuitas, itu tidak untuk diukur kembali dan penyelesaian kontingensi setelah itu direfleksikan dalam ekuitas. Jika pertimbangan kontingensi diklasifikasikan sebagai aset atau liabilitas yaitu instrumen keuangan dalam lingkup IAS 39, perlu dilakukan perhitungan kembali nilai wajar pada setiap tanggal pelaporan dengan perubahan nilai yang diakui, baik laba maupun rugi di pendapatan komprehensif lain. Jika aset atau liabilitas tersebut bukan merupakan instrumen keuangan, hasil pengukuran dan perubahan nilai diakui sebagai laba atau rugi

PERSYARATAN PENGUNGKAPAN (DISCLOSURE REQUIREMENT)Pengakuisisi harus mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat serta dampak keuangan dari kombinasi bisnis yang terjadi, baik selama periode berjalan atau setelah berakhirnya periode pelaporan tapi sebelum laporan keuangan disetujui untuk diterbitkan dan Efek penyesuaian keuangan diakui pada periode pelaporan saat ini yang berhubungan dengan kombinasi bisnis yang terjadi selama Periode berjalan atau Periode pelaporan sebelumnya.Pedoman berikut ini adalah tentang Pengakuan dan pengukuran aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih. Pedoman ini harus diikuti dalam menerapkan pengakuan dan pengukuran prinsip-prinsip (tergantung pengecualian tertentu tertentu). a. Aset dengan arus kas yang tidak pasti (tunjangan penilaian).Karena pengukuran nilai wajar memperhitungkan efek dari ketidakpastian mengenai jumlah dan waktu di masa depan arus kas, perusahaan pengakuisisi tidak mengakui penyisihan penilaian terpisah untuk subjek aset ketidakpastian tersebut (misalnya, diperoleh piutang, termasuk pinjaman).b. Aset untuk sewa operasi di mana yang diakuisisi adalah lessee.Terlepas dari apakah yang diakuisisi adalah lesse atau lessor, pengakuisisi bertugas untuk mengevaluasi, seperti tanggal akuisisi, masing-masing sewa operasi yang diakuisisi untuk menentukan apakah ketentuan-ketentuannya menguntungkan. c. Aset untuk sewa operasi di mana yang diakuisisi adalah lessor. Nilai wajar aset yang dimiliki oleh diakuisisi yang memiliki operasi sewa dengan pihak yang diakuisisi menjadi lessor harus diukur secara terpisah dari sewa yang mendasari yang mereka tunduk. Akibatnya, perusahaan pengakuisisi tidak mengakui aset atau kewajiban terpisah.d. Aset dari pengakuisisi direncanakan untuk idle atau digunakan dengan cara yang berbeda dari pelaku yang wajar.Pengakuisisi masih diwajibkan mengukur dan menilai aset pada nilai wajar yang ditentukan sesuai dengan penggunaannya. e. Aktiva tidak berwujud yang diperoleh dalam kombinasi bisnis diakui secara terpisah dari goodwill.Aktiva tidak berwujud diperoleh dalam kombinasi bisnis diakui secara terpisah dari goodwill jika mereka memenuhi salah satu dari dua kriteria berikut Keterpisahan aset tidak berwujud mampu dipisahkan atau dibagi dari entitas yang memegang, dan dijual, dialihkan, lisensi, disewa, atau ditukar, terlepas dari niat pengakuisisi untuk melakukannya. Aset tidak berwujud memenuhi kriteria ini bahkan jika transfer tidak akan sendirian, melainkan akan didampingi atau dibundel dengan kontrak terkait, aset yang dapat diidentifikasi lainnya, atau kewajiban. Hukum / hasil kriteria-Aset tidak berwujud kontrak dari kontrak atau lainnyahak-hak hukum. Aset tidak berwujud memenuhi kriteria ini bahkan jika hak-hak yang tidak dapat dipindahtangankan atau dipisahkan dari yang diakuisisi atau dari hak-hakIFRS 3 (R) membagi aktiva tidak berwujud berdasarkan: 1) Pemasaran, 2) Pelanggan atau klien, 3) Karya Artistik/Seni, 4) Kontrak, dan 5) Teknologi. Kategorisasi ini agak sewenang-wenang. Sehingga, beberapa item yang tercantumbisa jatuh ke dalam lebih dari satu kategori. Beberapa contoh di masing-masing kategori adalah sebagai berikut: Aset tidak berwujud terkait pemasaran. Merek dagang, merek layanan, nama dagang, merek kolektif, tanda sertifikasi. Trade Dress. Penampilan keseluruhan dan gambar (warna yang unik, bentuk, atau desain paket) suatu produk. Newspaper Mastheads. Penampilan unik dari halaman judul surat kabar. Nama domain Internet. Nama unik yang mengidentifikasi sebuah alamat di Internet. Nama domain harus terdaftar dengan registry internet dan dapat diperpanjang. Perjanjian Tidak Bersaing. Hak atas jaminan bahwa perusahaan atau individuakan menahan diri dari melakukan bisnis serupa atau menjual kepada pelanggan tertentu untuk disepakati periode waktu. Aset tidak berwujud terkait pelanggan. Daftar pelanggan, Kontrak pelanggan, Pesanan atau produksi backlog. Hubungan pelanggan Noncontractual. Hubungan pelanggan yang muncul melalui kontak rutin dengan penjualan atau layanan. Nilai aset berasal dari prospek pelanggan menempatkan pesanan di masa depan dengan entitas. Aset tidak berwujud terkait seni. Drama, opera, balet. Buku, majalah, surat kabar, dan karya sastra lainnya. Karya musik seperti komposisi, lirik lagu, dan jingle iklan. Gambar dan foto. Video dan materi audiovisual termasuk gambar bergerak atau film, video musik dan program televisi. Aktiva tidak berwujud berdasarkan kontrak. Lisensi, royalti, perjanjian macet. Iklan, konstruksi, manajemen, layanan atau pasokan kontrak. Perjanjian Sewa (terlepas dari apakah yang diakuisisi adalah penyewa atau lessor Izin konstruksi, Kontrak konstruksi kontrak manajemen konstruksi, layanan, atau pasokan Hak Broadcast. Hak Waralaba. Hak Operasi. Hak Penggunaan, seperti pengeboran, air, udara, memotong kayu Kontrak Pelayanan. Kontrak Kerja Aktiva tidak berwujud berdasarkan teknologi. Paten atau software yang dipatenkan Software Komputer yang read only. Teknologi yang belum dipatenkan siapapun. Database. Rahasia dagang.IFRS 3 (R) memberikan contoh transaksi yang terpisah yang tidak dimasukkan dalampenerapan metode akuisisi:1. Transaksi yang berlaku mengendap atau yang sudah ada sebelumnya antara pengakuisisi dan diakuisisi,2. Sebuah transaksi yang menguntungkan staf atau mantan pemilik diakuisisi untuk masa depan layanan,3. Sebuah transaksi yang penggantian yang diakuisisi atau mantan pemilik untuk membayar pengakuisisi biaya akuisisi yang berhubungan.

Pembayaran kontingen kepada karyawan atau mantan pemilik yang diakuisisi. Pengakuisisi wajib menilai untuk melakukan pembayaran kontingen kepada karyawan atau pemilik perusahaan yang diakuisisi dan dimasukkan dalam pertimbangan kontingen, merupakan bagian dari transaksi penggabungan usaha atau merupakan transaksi yang terpisah untuk dikecualikan dari penerapan metode akuisisi untuk kombinasi bisnis. Ketika mempertimbangan apakah transaksi terpisah dari kombinasi bisnis, pengakuisisi mempertimbangkan indikator berikut:1. Postcombination-emplyment2. Jangka waktu postcombination employment3. Jumlah Kompensasi4. Perbedaan antara jumlah yang dibayarkan kepada karyawan dengan pemilik perusahaan penjual yang tidak menjadi karyawan dari entitas gabungan.5. Perpanjangan kepemilikan6. Hubungan pengaturan kontingen dengan pendekatan penilaian yang digunakan7. Formula yang ditentukan untuk menentukan imbalan kontijensi8. Pertimbangan lain-lain.

Goodwill dan Keuntungan dari Penawaran Pembelian (Bargain Purchase). Goodwill merupakan selisih antara nilai wajar akuisisi ditambah jumlah kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi ditambah nilai wajar kepemilikan pengakuisisi dalam perusahaan yang diakuisisi sebelumnya; dan nilai wajar aset teridentifikasi yang diperoleh pada tanggal akuisisi dan liabilitas diambil alih. Goodwill atas akuisisi ini sebagian besar terdiri dari sinergi dan skala ekonomi yang diharapkan dari menggabungkan operasi pengakuisisi dan diakuisisi. Goodwill harus diakui sebagai aset.Saldo di rekening goodwill harus ditinjau pada setiap akhir periode pelaporan untuk menentukan apakah aset tersebut mengalami penurunan nilai. Jika goodwill tidak lagi dianggap dapat dipulihkan melalui operasi menguntungkan yang diperolehdari bisnis, goodwill tersebut harus ditulis sebagian atau sepenuhnya dihapuskan. Setiap penghapusan goodwill harus dibebankan sebagai biaya.

Penurunan nilai goodwill. Asumsikan bahwa pada saat entitas mengakuisisi entitas lain, goodwill timbul dari akuisisi ini. Selain itu, diasumsikan juga, untuk tujuan penurunan itu, ditentukan bahwa bisnis yang diperoleh terdiri dari tujuh diskrit cash-unit pembangkit. Unit penghasil kas adalah tingkat terkecil kelompok aset teridentifikasi yang menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar tergantung pada aliran kas masuk dari aset atau kelompok aset (tidak lebih besar dari segmen operasi) lainnya. Goodwill yang dicatat pada akuisisi harus dialokasikan ke beberapa atau semua dari tujuh cash-unit pembangkit. Jika itu adalah kasus yang goodwill tersebut adalah terkait dengan hanya beberapa tujuh cash-unit pembangkit, goodwill yang diakui dalam laporan posisi keuangan harus dialokasikan hanya aset atau kelompok aset.

Tiga langkah yang diperlukan untuk pengujian penurunan nilai goodwill.

1. Pertama, jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas yang lebih tinggi dari nilai wajar kas unit kurang biaya untuk menjual (harga jual bersih) dan nilai pakainya, yang merupakan nilai sekarang dari estimasi arus kas masa datang diperkirakan akan berasal dari unit penghasil kas harus ditentukan.2. Kedua, jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas dibandingkan dengan nilai tercatatnya. Jika nilai terpulihkan melebihi nilai tercatat, maka tidak ada penurunan nilai.3. Pada langkah ketiga, nilai terpulihkan dari unit penghasil kas pada tanggal pengujian dialokasikan untuk aset (Termasuk aset tidak berwujud) dan kewajiban, dengan sisanya (jika ada) yang ditugaskan untuk goodwill. Jika jumlah goodwill yang timbul dari perhitungan ini kurang dari jumlah goodwill, maka goodwill harus dibebankan pada periode berjalan.

Pemulihan penurunan sebelumnya yang diakui dari goodwill.

Secara umum berdasarkan IFRS, pembalikan penurunan nilai diidentifikasi dengan unit penghasil kas yang diperbolehkan. Namun, karena dengan karakter khusus pada aset ini, IAS 36 telah memberlakukan persyaratan pembalikan yang mungkin tidak diakui untuk sebelumnya (write-downs dalam goodwill). Dengan demikian, pemulihan nilai unit penghasil kas akan dialokasikan untuk aset selain goodwill. (Penyesuaian aset tersebut tidak dapat untuk jumlah yang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk mengembalikan mereka ke tercatat jumlah di mana mereka akan saat ini dinyatakan telah penurunan sebelumnya tidak pernah diakui-yaitu pada nilai tercatat depresiasi yang akan dicatat selama periode intervensi.) IFRIC 10, Laporan Keuangan Interim dan Penurunan, alamat konflik antara persyaratan IAS 34, Laporan Keuangan Interim, dan orang-orang dalam standar lain di pengakuan dan pembalikan dalam laporan keuangan kerugian penurunan nilai goodwill dan aset keuangan tertentu. Sesuai dengan IFRIC 10, kerugian penurunan nilai yang diakui di sebuah laporan keuangan interim tidak boleh dipulihkan dan dinyatakan di periode berikutnya (interim atau tahunan).

Keuntungan dari bargain purchase.Dalam kombinasi bisnis tertentu, pertimbangan ditransfer adalah kekurangan dari nilai wajar aset bersih yang diakuisisi. Ini sering diidentifikasi sebagai menjadi transaksi "beli lebih murah". Perbedaan ini secara tradisional (jika tidak logis) telah disebut sebagai "goodwill negatif." IFRS 3 (R) menunjukkan bahwa, karena ketentuan pasar yang wajar-panjang bisnis Transaksi akuisisi biasanya akan mendukung baik partai, kemungkinan pengakuisisi memperoleh murah dianggap terpencil. Menurut standar ini, contoh jelas pembelian murah sehingga menimbulkan keuntungan dari pembelian murah lebih sering hasil dari kesalahan pengukuran (yaitu, di mana nilai wajar ditugaskan untuk aktiva dan kewajiban yang tidak benar sampai batas tertentu) atau kegagalan untuk mengenali kontingen atau kewajiban yang sebenarnya (seperti seperti untuk pembayaran pesangon karyawan). Namun, keuntungan dari pembelian murah juga dapat berasal dari risiko kerugian di masa depan, diakui oleh kedua belah pihak dan dimasukkan ke dalam harga transaksi. (Salah satu contohnya adalah kasus penjualan oleh BMW dari divisi mobil Rover untuk aconsortium untuk 1. Ini memang menderita kerugian berikutnya dan akhirnya gagal.) IFRS 3 (R) mensyaratkan bahwa, sebelum keuntungan dari pembelian murah diakui, alokasinilai wajar adalah untuk ditinjau kembali, dan bahwa semua kewajiban-termasuk kontinjensi-ditinjau. Setelah ini selesai, jika memang nilai wajar aset teridentifikasi yang diperoleh setelah dikurangi semua kewajiban diasumsikan melebihi total imbalan yang dialihkan, maka keuntungan dari tawar-menawar pembelian akan diakui. Perlakuan akuntansi goodwill negatif telah berlalu melalui sejumlah tahapan evolusi yang dimulai dengan aslinya IAS 22, yang kemudian dua kali direvisi dengan perubahan besar pada perlakuan akuntansi yang ditentukan goodwill negatif. Berdasarkan IFRS 3 (R), keuntungan dari pembelian murah diambil segera menjadi keuntungan. Pada dasarnya, ini dianggap, untuk tujuan pelaporan keuangan, sebagai keuntungan yang terealisasi pada saat akuisisi transaksi, dan menyumbang sesuai.Kombinasi bisnis yang dicapai secara bertahap.

Sebuah akuisisi langkah adalah penggabungan usaha di mana perusahaan pengakuisisi mengadakan kepemilikan saham pada pihak yang diakuisisi sebelum tanggal akuisisi di mana ia memperoleh kendali. Dalam beberapa kasus, mengontrol lain entitas tidak tercapai dalam satu transaksi, melainkan, setelah serangkaian transaksi. Untuk Misalnya, salah satu entitas dapat mengakuisisi 25% pada entitas lain, diikuti oleh 20% beberapa waktu kemudian, dan kemudian diikuti oleh 10% pada belum kemudian hari. Langkah terakhir memberikanpengakuisisi bunga 55% dan, dengan demikian, kontrol. Masalah akuntansi adalah untuk menentukan pada titik dalam waktu penggabungan usaha terjadi dan bagaimana mengukur akuisisi. IFRS 3 (R) membutuhkan pengakuisisi untuk mengukur kembali kepemilikan sebelumnya ekuitas yang diakuisisi pada nilai wajar tanggal akuisisi. Laba atau rugi pengukuran kembali diakui dalam laporan laba atau kerugian pada tanggal tersebut.

Catatan kaki dalam Pengungkapan: AkuisisiIFRS 3 (R) memberikan contoh ilustrasi pengungkapan catatan kaki tentang akuisisi yang perusahaan pengakuisisi harus sajikan dalam laporan keuangan.Footnote XX: AcquisitionsPADA Maret 30, 2009, Konin Corporation (KC) mengakuisisi 10% saham biasa outstanding dari Henan Corporation (HC). Pada tanggal 30 September 2010, KC mengakuisisi 65% saham biasa yang beredar dari HC dan memperoleh kendali HC. HC adalah penyedia produk distribusi listrik dan sebagai akibat dari akuisisi, KC diharapkan untuk menjadi penyedia solusi kecukupan energi terkemuka di Eropa Tengah dan Timur. Goodwill sebesar 2.500 yang timbul dari akuisisi sebagian besar terdiri dari sinergi dan skala ekonomi yang diharapkan dari menggabungkan operasi KC dan HC. Tak satu pun dari goodwill yang diakui diharapkan dapat dikurangkan untuk tujuan pajak penghasilan. Informasi berikut merangkum yang dibayarkan untuk HC dan nilai wajar aset dan kewajiban yang diperoleh diasumsikan diakui pada tanggal akuisisi, serta nilai wajar pada tanggal akuisisi kepentingan non pengendali di HC.

Consideration (at September 30, 2010)Cash 5,000Equity instruments (65,000 ordinary shares of KC) 6,500Contingent consideration 1,000Total consideration transferred 12,500Fair value of KCs equity interest in HC held before the business combination 2,00014,500Acquisition-related costs 1,100

Recognized amounts of identifiable assets acquired and liabilities assumedFinancial assets 4,000Inventory 3,000Property, plant, and equipment 9,000Identifiable intangible assets 2,500Total assets 18,500Financial liabilities (3,500)Contingent liability (1,000)Total identifiable net assets 14,000Noncontrolling interest in HC (3,500)Goodwill 4,00014,500

Nilai wajar dari 65.000 saham biasa yang diterbitkan sebagai bagian dari yang dibayarkan untuk HC ( 6.500) ditentukan berdasarkan harga pasar penutupan akuisisi-tanggal saham biasa KC itu. Susunan imbalan kontijensi membutuhkan KC untuk membayar mantan pemilik HC 4% dari pendapatan HC lebih dari 25.000 untuk 2011, sampai dengan jumlah maksimum sebesar 2,000 (didiskontokan). Potensi jumlah tak terdiskonto dari seluruh pembayaran masa depan yang KC dapat diminta untuk membuat bawah kesepakatan imbalan kontinjensi adalah antara 0 dan 2.000. Nilai wajar pengaturan pertimbangan kontingen ( 1.000) diperkirakan dengan menerapkan pendekatan pendapatan. Perkiraan nilai wajar didasarkan pada berbagai tingkat diskonto diasumsikan dari 15- 20% dan diasumsikan pendapatan probabilitas-disesuaikan HC sebesar 20.000 30.000. Pada tanggal 31 Desember 2010, jumlah yang diakui untuk pertimbangan kontinjensi dan berbagai hasil dan asumsi yang digunakan untuk mengembangkan perkiraan tidak berubah.Nilai wajar aset keuangan yang diperoleh termasuk piutang jasa kontrol industri yang diberikan kepada pelanggan baru. Kotor Jumlah yang terjadi sehubungan dengan kontrak adalah 2.100 yang 250 diharapkan akan tertagih.Nilai wajar aset berwujud yang dapat diidentifikasi aset (lisensi) dari 2500 didasarkan padapenerimaan valuasi akhir untuk aset tersebut.Sebuah kewajiban kontinjensi dari 1000 telah diakui untuk diharapkan layanan masa depan untuk memenuhi klaim garansi pada produk kontrol industri yang dijual oleh HC selama empat tahun terakhir. Diharapkan bahwa mayoritas pengeluaran ini akan terjadi pada tahun 2011 dan bahwa semua akan terjadi pada akhir 2013. Perkiraan potensi jumlah tak terdiskonto dari semua pembayaran di masa depan yang HC dapat diminta untuk membuat di bawah klaim garansi adalah antara 750 dan 1.250. Pada tanggal 31 Desember 2010, belum ada perubahan sejak tanggal 30 September 2010 sebesar estimasi kewajiban atau perubahan dalam berbagai hasil atau asumsi yang digunakan untuk mengembangkan perkiraan.Nilai wajar kepentingan non pengendali di HC, sebuah perusahaan yang tidak terdaftar, diperkirakan dengan menerapkan pendekatan pasar dan pendekatan pendapatan. Perkiraan nilai wajar didasarkan pada:1. Diasumsikan berbagai tingkat diskonto dari 15-20%2. Diasumsikan nilai terminal berdasarkan berbagai kelipatan EBITDA terminal antara 3 dan 5 kali (atau, jika sesuai, berdasarkan tingkat pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan berkisar antara 3 sampai 6%)3. Diasumsikan kelipatan keuangan perusahaan dianggap mirip dengan HC; dan penyesuaian 4. Diasumsikan karena kurangnya kontrol atau kurangnya pemasaran bahwa pelaku pasar akan dipertimbangkan ketika memperkirakan nilai wajar kepentingan non pengendali di HC.KC mengakui keuntungan dari 500 sebagai hasil pengukuran pada nilai wajar kepemilikan saham 15% di HC diadakan sebelum penggabungan usaha. Keuntungan tersebut termasuk dalam pendapatan lain dalam pernyataan KC rugi komprehensif untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010. Pendapatan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sejak tanggal 30 September 2010, disumbangkan oleh HC adalah 5.550 dan keuntungan dari 1100 itu dihasilkan selama periode yang sama. HC melaporkan pendapatan 20.200 dan keuntungan dari 3910 untuk tahun 2010.

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIStandar IAS revisi 27 (R) memperkenalkan perubahan besar dengan akuntansi untuk kepentingan non pengendali dan laporan keuangan konsolidasian. Di masa lalu, di bawah IFRS, model campuran diadopsi dengan pendekatan entitas induk yang utama digunakan, tetapi dengan beberapa elemen pendekatan entitas ekonomi yang diterapkan (misalnya, mengelompokkan bunga non pengendali ekuitas). Model entitas ekonomi menganggap semua penyedia modal ekuitas sebagai pemilik entitas konsolidasi, bahkan jika mereka tidak pemegang saham perusahaan induk dan tidak memiliki kemampuan pengambilan keputusan. Akibatnya, standar revisi memperkenalkan perubahan besar dengan akuntansi untuk kepentingan nonpengendali, akuntansi untuk kenaikan dan penurunan tingkat mengendalikan kepemilikan, dan akuntansi untuk hilangnya kontrol dari anak perusahaan.Presentasi dan Ruang Lingkup IAS 27 (R) mengikuti pendekatan mendasar untuk konsolidasi anak perusahaan yang digunakan dalam praktek saat ini sesuai dengan aslinya standar IAS 27. Perusahaan induk harus mengkonsolidasikan investasi pada anak perusahaan. Persyaratan ini juga berlaku untuk organisasi modal ventura, reksa dana, reksa dana, dan organisasi serupa. Hanya ada pengecualian untuk beberapa entitas non publik. IASB hanya menyediakan empat situasi berikut di mana perusahaan induk tidak perlu menyajikan laporan keuangan konsolidasian:1. Perusahaan induk itu sendiri merupakan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki, atau merupakan anak perusahaan yang dimiliki sebagian dari entitas lain dan pemilik lainnya, termasuk mereka yang tidak dinyatakan berhak untuk memilih, telah diberitahu tentang, dan tidak keberatan, Perusahaan induk tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasi pernyataan2. Instrumen utang atau ekuitas perusahaan induk tidak diperdagangkan di pasar umum (bursa efek dalam negeri atau asing atau pasar over-the-counter, termasuk pasar lokal dan regional);3. Perusahaan induk tidak mengajukan, juga bukan dalam proses pengajuan, laporan keuangan dengan komisi sekuritas atau peraturan organisasi lainnya untuk tujuan penerbitan setiap kelas instrumen di pasar umum; dan4. Utama atau induk antara induk menghasilkan laporan keuangan konsolidasi yang tersedia untuk kepentingan umum yang sesuai dengan IFRS.Laporan keuangan konsolidasi harus mencakup semua anak dari perusahaan induk. Sementara IAS 27 (R) menyatakan bahwa, secara umum, pengendalian dianggap ada apabila induk memiliki secara langsung atau tidak langsung, mayoritas hak suara entitas lain. IAS 27 (R) secara eksplisit menyatakan bahwa dalam keadaan luar biasa, dapat ditunjukkan secara jelas bahwa kepemilikan mayoritas bukan merupakan kontrol serta kepemilikan minoritas mungkin merupakan kontrol.Kontrol juga ada ketika perusahaan induk memiliki satu setengah atau kurang dari hak suara suatu entitas, tetapi memperoleh kekuasaan:1. Selama lebih dari satu-setengah hak suara entitas lain berdasarkan perjanjian dengan investor lain (misalnya, suara pengaturan trust atau ketentuan kontrak lainnya)2. Untuk menentukan kebijakan keuangan dan operasi anak perusahaan lainnya, berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian3. Mengangkat dan memberhentikan mayoritas dewan direksi atau badan setara dengan entitas lain4. Untuk mengusir sebagian besar orang di rapat dewan direksi atau badan setaraSecara historis, hak suara yang sebenarnya pada anak perusahaan telah digunakan untuk menentukan kriteria laporan keuangan konsolidasi:1. Harus disajikan; dan2. Berapa persen untuk diterapkan dalam menentukan alokasi dari pendapatan anak perusahaan, termasuk dalam penghasilan konsolidasi, antara Perusahaan induk dan kepentingan nonpengendali.Standar revisi, IAS 27 (R), juga membahas situasi di mana entitas induk memiliki, selain kepentingan pemegang saham suara sebenarnya, potensi hak suara lebih lanjut dalam anak perusahaan. (pertama kali disampaikan oleh SIC 33, yang ditarik ketika IAS 27 direvisi.)Suatu potensi kepentingan mungkin ada karena adanya opsi, waran, saham konversi, atau perjanjian kontrak untuk mengakuisisi saham tambahan, termasuk saham dengan investor atau perusahaan induk entitasyang mungkin telah dijual ke pemegang saham lainnya di anak perusahaan atau pihak lain, dengan pengaturan yang tepat atau kontraktual untuk reacquire saham yang ditransfer di kemudian hari.Sebuah anak perusahaan tidak dikecualikan dari konsolidasi hanya karena investor adalah organisasi modal ventura, Unit reksa dana perwalian, atau badan serupa. Juga, anak perusahaan tidak tidak dikonsolidasikan karena kegiatan usahanya yang berbeda dari orang-orang dari entitas lain yang termasuk dalam kelompok.

Alokasi kerugian bagi kepentingan non pengendali. Sebagai hasil dari penerapan konsep entitas ekonomi, laporan keuangan konsolidasi hadir kepentingan pengendali non dalam laporan laba rugi konsolidasi anak perusahaan untuk periode pelaporan, terpisah dari kepentingan pengendali (kepemilikan Perusahaan induk). Kerugian dialokasikan untuk perusahaan induk dan untuk kepentingan non pengendali dapat melebihi kepentingan masing-masing dalam modal disetor. Ketika hal tersebut terjadi, dan jika terus terjadi pada periode berikutnya, kelebihan serta kerugian lebih lanjut harus terus dialokasikan untuk perusahaan induk dan non pengendali bunga bahkan jika ini hasil alokasi saldo defisit kepentingan non pengendali (kerugian lebih kepentingan nonpengendali atas aset bersih anak perusahaan).Ini adalah keberangkatan utama dari praktek sebelumnya, karena standar IAS asli 27 memungkinkan kerugian tersebut akan dialokasikan untuk kepentingan nonpengendali hanya jika kepentingan nonpengendali memiliki kewajiban yang mengikat untuk menutupi dana. Di bawah pendekatan baru dalam IAS 27 (R), kepentingan mengendalikan akan lebih tinggi dalam situasi seperti itu.

Perubahan kepemilikan tanpa kehilangan kontrol. Setelah penggabungan usaha, Perusahaan induk dapat meningkatkan atau menurunkan persentase kepemilikan sahamnya di anak perusahaan. Entitas induk dapat membeli atau menjual saham anak perusahaan setelah tanggal akuisisi tanpa kehilangan kontrol anak perusahaan. Selain itu, anak perusahaan dapat menerbitkan saham baru atau membeli kembali sebagian saham sendiri sebagai saham treasury atau untuk pensiun.Sesuai dengan IAS 27 (R), perubahan kepemilikan perusahaan induk yang tidak mengakibatkan hilangnya kontrol dari anak perusahaan dicatat sebagai transaksi ekuitas (transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik) dengan tidak ada keuntungan atau kerugian diakui dalam laporan laba rugi (laba bersih konsolidasi) atau pendapatan komprehensif lainnya. Juga, tidak ada perubahan dalam jumlah tercatat aset anak perusahaan (termasuk goodwill) atau kewajiban yang diakui sebagai hasil dari transaksi tersebut. Nilai tercatat kepentingan non pengendali di anak perusahaan harus disesuaikan untuk mencerminkan perubahan dalam kepemilikan. Selisih antara nilai wajar pertimbangan diterima atau dibayar dalam transaksi dan jumlah dimana kepentingan nonpengendali disesuaikan adalah untuk diakui sebagai bagian dari ekuitas induk.

Perubahan kepemilikan mengakibatkan hilangnya kontrolPengendalian anak perusahaan dapat hilang sebagai akibat dari keputusan Perusahaan induk untuk menjual sahamnya di anak perusahaan kepada pihak ketiga atau sebagai akibat dari anak perusahaan yang menjual sahamnya di pasar. Jika perusahaan induk tidak lagi memiliki kepentingan finansial mayoritas di anak perusahaan, Perusahaan induk diperlukan untuk deconsolidate anak perusahaan pada tanggal kontrol berhenti. Contoh situasi yang dapat mengakibatkan Perusahaan induk dituntut untuk deconsolidate anak perusahaan adalah:1. Penjualan oleh induk dari semua atau sebagian dari kepemilikannya di anak perusahaan sehingga Perusahaan induk tidak lagi memegang kepentingan keuangan pengendali,2. Berakhirnya kontrak yang diberikan kontrol anak untuk Perusahaan induk,3. Penerbitan oleh anak perusahaan saham yang mengurangi kepemilikan induk ke tingkat tidak mewakili kepentingan keuangan pengendalian,4. Kehilangan kontrol anak perusahaan oleh perusahaan induk karena anak menjadi subjek untuk mengontrol oleh pemerintah tubuh, pengadilan, administrator, atau regulator.Ketika kontrol anak perusahaan hilang dan kepentingan non pengendali dipertahankan, konsisten dengan pendekatan yang diterapkan dalam langkah akuisisi, Perusahaan induk harus mengukur yang mempertahankan suku bunga pada nilai wajar dan mengakui, dalam laporan laba rugi, laba atau rugi atas penjualan dari pengendalian. Keuntungan atau kerugian diukur sebagai berikut:1. FVCR value = wajar pertimbangan diterima, jika ada2. FVNIR value = wajar investasi noncontrolling ditahan oleh mantan Perusahaan induk pada tanggal penghentian pengakuan (kontrol tanggal hilang)3. CVNI = Nilai tercatat kepentingan nonpengendali di bekas anak perusahaan pada tanggal penghentian pengakuan, termasuk akumulasi pendapatan komprehensif lain disebabkan kepentingan nonpengendali4. CVAL = Nilai tercatat aset dan kewajiban mantan anak perusahaan pada tanggal penghentian pengakuan(FVCR + FVNIR + CVNI) - CVAL = Laba (Rugi)Perusahaan induk mengendalikan kepentingan keuangan terjadi melalui dua atau lebih transaksi, yaitu untuk mempertimbangkan apakah transaksi harus dicatat sebagai transaksi. Adanya satu atau lebih indikator berikut dapat menyebabkan manajemen menyimpulkan bahwa itu harus memperhitungkan beberapa transaksi sebagai satu transaksi:1. Bertransaksi secara bersamaan atau dalam kontemplasi satu sama lain,2. Transaksi, bila dianggap bersama-sama, berada di-substansi, satu transaksi yang dirancang untuk mencapai tujuan komersial secara keseluruhan,3. Terjadinya satu transaksi tergantung pada terjadinya setidaknya satu transaksi lainnya,4. Satu transaksi, bila dianggap pada kemampuannya sendiri, tidak masuk akal ekonomi, tetapi bila dianggap bersama-sama dengan transaksi lain atau transaksi akan dianggap dibenarkan secara ekonomi.

Laporan Keuangan TersendiriStandar IAS revisi 27 (R), selain laporan keuangan konsolidasi, alamat juga masalah yang berkaitan dengan akuntansi untuk investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas, dan rekan dalam laporan keuangan tersendiri. Suatu entitas, mempersiapkan laporan keuangan terpisah, harus memperhitungkan investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas dan rekan:1. Pada biaya; atau2. Sesuai dengan IAS 39Akuntansi yang sama harus diterapkan untuk setiap kategori investasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersendiri. Investasi dicatat pada biaya, diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok pembuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual) dicatat sesuai dengan IFRS 5, Aset Tidak Lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan (diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual). Namun, investasi dicatat sesuai dengan IAS 39 dikecualikan dari IFRS 5 ini persyaratan pengukuran. Sehingga, suatu entitas harus terus memperhitungkan investasi tersebut sesuai dengan IAS 39 bahkan jika mereka memenuhi untuk dijual kriteria dalam IFRS 5.

Persyaratan pengungkapanJika suatu perusahaan dimana perusahaan induk tidak memiliki, secara langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari setengah hak suara dalam laporan keuangan konsolidasi, sifat hubungan antara Perusahaan induk dan anak perusahaan harus dijelaskan. Jika anak tersebut tidak termasuk dalam laporan keuangan konsolidasi, alasan mengapa kepemilikan, secara langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari setengah hak suara atau hak suara potensial asosiasi bukan merupakan kontrol, harus ditetapkan.

Dampak dari Perubahan Penting Terhadap Laporan KeuanganStandar revisi IFRS 3 (R) dan IAS 27 (R) memiliki dampak yang signifikan terhadap laba atau rugi yang dilaporkan pada tahun akuisisi dan di masa mendatang, serta pada jumlah goodwill diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi perusahaan pengakuisisi keuangan posisi. Dampak perubahan tertentu (misalnya, pilihan untuk mengukur kepentingan non pengendali pada nilai wajar, atau akuntansi untuk perubahan kepemilikan pengendali Perusahaan induk dicatat sebagai transaksi ekuitas) akan tergantung pada (1) metode akuntansi yang diterapkan di masa lalu untuk mengenali hak pengendalian rokok, dan (2) opsi yang dipilih untuk mengukur minat non pengendali sesuai dengan standar yang telah direvisi.

PROSEDUR KONSOLIDASIPenyajian Kepentingan Non PengendaliDalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi, entitas menggabungkan item yang disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan ketentuan, menambahkan bersama-sama seperti item aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan pengeluaran. Bila kurang dari 100% dari saham perusahaan yang diambil alih dimiliki oleh perusahaan pengakuisisi, komplikasi muncul dalam penyusunan laporan konsolidasi, dan pengendalian non harus ditentukan dan disajikan. Aktiva dan kewajiban yang diperoleh masih sepenuhnya dimasukkan dalam laporan keuangan konsolidasi Perusahaan induk dan dinyatakan sebesar nilai wajar, yang memiliki implikasi untuk presentasi yang menarik noncontrolling.Dalam rangka untuk menyajikan informasi keuangan tentang kelompok seperti yang dilakukan oleh entitas ekonomi tunggal, entri menghilangkan dasar sebagai berikut diperlukan:1. Nilai tercatat investasi Perusahaan induk pada anak perusahaan yang dieliminasi sebagian Perusahaan induk ekuitas masing-masing anak perusahaan;2. kepentingan nonpengendali dalam laporan laba rugi konsolidasi anak perusahaan diakui;3. kepentingan nonpengendali atas aset bersih (ekuitas) anak perusahaan yang dikonsolidasi diakui secara terpisah dari kepentingan kepemilikan pengendali (Perusahaan induk), diukur pada nilai wajar tanggal akuisisi, atau pada proporsi kepentingan nonpengendali tentang anak perusahaan, aset teridentifikasi, ditambah pangsa perubahan ekuitas sejak akuisisi.

Transaksi dan Saldo Antar PerusahaanDalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi, transaksi antara anggota kelompok (group intra atau transaksi antar) harus dihilangkan.

Periode Fiskal yang Berbeda dari Perusahaan Induk dan AnakPertimbangan praktis dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah memiliki informasi pada semua entitas konstituen terbaru pada perusahaan induk akhir tahun. Jika anak memiliki tahun fiskal yang berbeda, mereka dapat mempersiapkan informasi terbaru pada Perusahaan induk akhir tahun, yang akan digunakan untuk penyusunan laporan konsolidasi.

Keseragaman Kebijakan AkuntansiAda anggapan bahwa semua anggota kelompok konsolidasi harus menggunakan prinsip akuntansi yang sama untuk menjelaskan peristiwa dan transaksi sejenis. Dalam hal ini yang digunakan adalah metode FIFO dan metode rata-rata tertimbang.

Jika Anak Perusahaan Diakuisisi Selama Periode TersebutHasil operasi dari Anak per tersebut harus dimasukkan dalam laporan keuangan konsolidasi hanya untuk periode itu dimiliki. Karena ini dapat menyebabkan kompatibilitas dengan periode sebelumnya yang disajikan terjadi penurunan nilai, harus ada pengungkapan yang memadai dalam catatan kaki yang menyertainya untuk membuatnya mungkin untuk menafsirkan informasi dengan benar. Keuntungan atau kerugian dari operasi yang telah dijual atau diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual selama periode pajak posting harus diungkapkan secara terpisah di muka laporan laba rugi komprehensif sebagai operasi dihentikan

Laporan Keuangan Konsolidasi dengan Non Mengontrol BungaKetika suatu entitas memperoleh beberapa, tapi tidak semua, dari pangsa suara entitas lain, saham yang dimiliki oleh pihak ketiga mewakili kepentingan non pengendali di perusahaan yang diambil alih. Berdasarkan IFRS, jika entitas induk kontrol entitas lain dalam beberapa cara lain (seperti dibahas di atas), kedua harus dikonsolidasikan untuk tujuan laporan keuangan (hanya ada pengecualian terbatas untuk beberapa entitas non publik). Kepentingan non pengendali di ekuitas dan laba entitas konsolidasi juga harus diperhitungkan.IAS 27 (R) menyatakan bahwa ketika laporan konsolidasi disusun, jumlah penuh aset dan kewajiban (dalam laporan posisi keuangan) dan pendapatan dan beban (dalam laporan laba rugi komprehensif) anak perusahaan disajikan. Dengan demikian, ekuitas bunga noncontrolling harus terpisah disajikan dalam laporan posisi keuangan, yang mewakili kepentingan non pengendali ekuitas konsolidasi (aktiva bersih) dari entitas anak. Sebuah debit (negatif) keseimbangan kepentingan non pengendali bisa terjadi ketika anak mengalami defisit ekuitas pemegang saham 'bahkan jika kepentingan non pengendali tidak memiliki kewajiban mengikat untuk menutupi dana. Ini adalah keberangkatan utama dari praktek sebelumnya di bawah asli IAS 27 ketika ekuitas negatif ini disebabkan kepentingan nonpengendali akan tercatat hanya jika ada alasan untuk percaya bahwa pemilik noncontrolling akan membuat kontribusi modal tambahan untuk menghapus defisit itu. (Situasi ini bisa terjadi ketika entitas yang dipegang dan pemilik noncontrolling adalah pihak terkait yang memiliki hubungan bisnis lainnya dengan perusahaan induk dan / atau pemegang saham, dalam keadaan lain, debit kepentingan nonpengendali akan dikenakan biaya terhadap perusahaan induk laba ditahan dibawah konsep bahwa kerugian akan ditanggung oleh perusahaan itu.Dalam akuisisi kurang dari 100% dari kepemilikan saham di perusahaan yang diambil alih IFRS 3 (R) menyediakan pengakuisisi dengan pilihan dua pilihan untuk mengukur kepentingan nonpengendali yang timbul dalam kombinasi bisnis. Melalui pendekatan nilai wajar untuk mengukur minat noncontrolling, bisnis yang diperoleh akan diakui pada nilai wajar, dengan saham pengendali total goodwill ditugaskan untuk kepentingan pengendalian dan berbagi noncontrolling dialokasikan untuk kepentingan nonpengendali. Berdasarkan pendekatan kedua untuk mengukur minat noncontrolling, sedangkan aset teridentifikasi disebabkan kepentingan nonpengendali yang ditulis dengan nilai wajar tersirat oleh transaksi akuisisi, goodwill tidak akan diperhitungkan untuk berbagi noncontrolling.

MASALAH AKUNTANSI LAINNYA TIMBUL DI KOMBINASI BISNISTergantung pada yurisdiksi pajak, pengakuisisi mungkin atau mungkin tidak berhasil tersedia manfaat rugi fiskal dari suatu entitas yang diakuisisi. IFRS mengharuskan pendekatan kewajiban digunakan dalam akuntansi untuk pengaruh pajak atas perbedaan temporer, yang meliputi pengaruh pajak atas akumulasi rugi fiskal. Jika pengakuisisi diizinkan untuk menggunakan manfaat pajak pendahulunya itu, jumlah yang akan tercermin dalam laporan posisi keuangan akan diukur sesuai dengan IAS 12, yang merupakan jumlah dari manfaat yang diharapkan dapat direalisasikan. Sebagai harapan berubah dari waktu ke waktu, jumlah ini akan mengalami perubahan, dengan penyesuaian tersebut dibawa ke beban pajak periode di mana harapan berubah. Jika pengakuisisi hanya dapat memanfaatkan keuntungan untuk mengimbangi pajak atas penghasilan dari operasi yang diperoleh (yaitu, tidak dapat penampungan sumber pendapatan), maka akan diperlukan untuk proyek operasi yang menguntungkan untuk mendukung rekaman manfaat ini sebagai aset.Identifikasi berikutnya, atau perubahan nilai, aset dan kewajiban yang diakuisisiIFRS 3 (R) menetapkan bahwa aset dan kewajiban masing-masing harus diakui dalam akuisisi sejauh bahwa ada manfaat ekonomi masa depan kemungkinan akan mengalir ke perusahaan pengakuisisi dan ukuran yang andal dari nilai wajar. Dalam beberapa kasus, karena salah satu atau kedua kriteria ini tidak terpenuhi pada tanggal transaksi, beberapa aset atau kewajiban tidak diakui (yang biasanya memiliki percabangan yang goodwill akan lebih besar).Standar menetapkan bahwa di mana pengakuisisi tahu bahwa ada aset dan kewajiban yang mungkin yang tidak dapat dikenali tentu pada tanggal akuisisi, mungkin menetapkan nilai sementara untuk maksimum dua belas bulan dari tanggal akuisisi. Dalam keadaan ini penyesuaian dapat dilakukan untuk transaksi akuisisi, dan ini harus dilakukan pada tanggal akuisisi. Aktiva pajak tangguhan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan pada saat akuisisi tetapi kemudian menyadari akan memicu perubahan goodwill. Satu-satunya penyesuaian lain yang mungkin adalah koreksi kesalahan. Perubahan estimasi mengalir melalui laporan laba rugi komprehensif pada periode di mana mereka diakui.Alasan untuk kebutuhan ini adalah untuk menghindari perubahan yang dibuat untuk goodwill atau keuntungan pembelian tawar-menawar lebih dari satu horizon waktu yang tidak terbatas.

LAPORAN KEUANGAN GABUNGANKetika sekelompok entitas berada di bawah kepemilikan umum, kontrol, atau manajemen, hal ini sering berguna untuk gabungan (atau menggabungkan, menunjukkan terpisah serta entitas gabungan) laporan keuangan. Dalam situasi ini, substansi ekonomi 'operasi entitas nominal independen mungkin lebih penting untuk pengguna pernyataan daripada bentuk hukum badan tersebut. Ketika laporan tidak disajikan, pernyataan gabungan dapat digunakan untuk menunjukkan posisi keuangan, atau hasil operasi, dari kelompok perusahaan yang masing-masing anak perusahaan dari induk yang sama.Seperti dijelaskan sebelumnya dalam bab ini, revisi IFRS 3 (R) dan IAS 27 (R) termasuk dalam kombinasi lingkup mereka hanya melibatkan entitas bersama dan kombinasi dicapai dengan kontrak saja. Sesuai dengan IFRS 3 (R), entitas bersama harus diperhitungkan dengan cara yang sama sebagai akuisisi komersial, dan atas dasar bahwa salah satu entitas adalah pengakuisisi.

Laporan Keuangan KombinasiLaporan keuangan kombinasi biasanya digunakan pada entitas yang berada dibawah kepemilikan, pengendalian, atau manajemen yang sama. Laporan keuangan kombinasi muncul karena dirasa lebih berguna oleh pengguna. Dalam IFRS 3 diatur bahwa lingkup laporan keuangan kombinasi adalah hanya mutual entities dan kombinasi yang didapatkan hanya berdasarkan kontrak. Mutual entity adalah sebuah entitas yang tidak dimiliki investor dan diatur dengan tujuan untuk menghasilkan dividen, mengurangi biaya ata manfaat ekonomi lainnya secara langsung pada pemilik, anggota atau partisipan, contohnya perusahaan asuransi. Perlakuan akuntansi atas mutual entity sama halnya dengan akuntansi kombinasi lainnya, dimana salah satu pihak berperan sebagai acquirer. Jika tidak ada dana yang diberikan (consideration transferred). Namun, jika tidak ada dana yang diberikan, maka nilai wajar atas aset dan liabilitas menjadi proporsi NCI seluruhnya.Hal serupa juga mungkin terjadi apabila induk perusahaan menjual anak perusahaannya ke anak perusahaan lainnya atau ke perusahaan lainnya. Perlakuan akuntansi atas transaksi tersebut serupa dengan akuntansi kombinasi biasa. Saat pengalihan kepemilikan ke perusahaan lain, perusahaan juga harus mencatat laba/rugi yang timbul.

Akuntansi EBKEBK seringkali dibentuk oleh perusahaan untuk menghindari syarat-syarat tertentu terkait dengan laporan keuangan dimana entitas sponsor berharap bisa menghindari. Dampaknya, kekuatan finansial entitas sponsor pun terdistorsi. Di saat pada banyak kasus, konsolidasi laporan keuangan tergantung dari kepemilikan, hal ini tidak berlaku bagi SPE. Berdasarkan provisi SIC 12, kepentingan menguntungkan (beneficial interest) lebih digunakan dalam pertimbangan konsolidasi laporan keuangan SPE. SIC 12 menyatakan bahwa jika salah satu kondisi berikut terpenuhi berarti bahwa perusahaan sponsor memiliki kontrol atas SIC:a. Aktivitas SPE dilakukan untuk memberikan manfaat pada perusahaan sponsorb. Sponsor atau delegasi sponsor (skema autopilot) secara memiliki kekuatan untuk membuat keputusan untuk menghasilkan manfaat bagi SPEc. Sponsor memiliki hak untuk mendapatkan manfaat terbesar dari SPE dan sekaligus terpapar risiko atas aktivitas SPEd. Sponsor menahan risiko mayoritas ata kepemilikan atau aset untuk bisa memanfaatkan SPE dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep kontrol yang dimaksud adalah, berdasarkan IAS 27, memiliki kemampuan untuk memerintah atau mendominasi pembuatan keputusan diiringi oleh tujuan mendapatkan manfaat dari aktivitas SPE. Dengan pembuatan laporan keuangan konsolidasi antara perusahaan sponsor dan SPE maka aktivitas diantara keduanya haruslah dieliminasi.

Akuntansi untuk pembelian dengan tujuan leveraging (leverage buyouts)(LBO)Akuntansi yang tepat untuk transaksi LBO adalah dicirikan dengan adanya perubahan hak suara. Beberapa tes harus dilakukan untuk mengetahui adanya transaksi LBO, yaitu:a. Mengidentifikasi kelompok berkepentingan yaitu pemangku saham pada perusahaan baru dan yang lama dan ditemukan bahwa transaksi termasuk pembelian atau transaksi merupakan rekapitalisasi atau restukturisasi.b. Monetary test: tes ini mengharuskan bahwa sekurang-kurangnya 80% dari consideration yang dibayarkan untuk membeli perusahaan lama harus dalam bentuk moneter, seperti kas, hutang, dll.

Akuntansi akuisisi kebalikan (Reverse Acquisition)Reverse acquisition berarti perusahaan induk menerbitkan saham yang kemudian dibeli oleh anak sehingga terjadi perpindahan kepemilikan. Akuntansi yang harus dilakukan kedua belah pihak pun menjadi berkebalikan karena terjadi pergantian pemegang kontrol utama. Reverse acquisition ditandai dengan anak perusahaan yang setelah terjadinya kombinasi bisnis menjadi pemilik perusahaan mayoritas. Laporan keuangan kedua entitas tersebut pun harus dikonsolidasikan. Bagian ekuitas pada laporan konsolidasi tersebut adalah milik anak perusahaan, dengan diterbitkannya saham baru dan beberapa penyesuaian lain bila dibutuhkan. Biasanya, acquirer sebelumnya akan mengganti nama perusahaan sesuai dengan nama perusahaan acquiree, sebagai pemegang kontrol utama. Namun, bila acquirer tidak mau mengganti nama, maka judul laporan keuangan pun harus disesuaikan agar bisa lebih komunikatif. Biaya yang muncul pada reverse acquisition diukur pada nilai wajar atas aset bersih yang diakuisisi atau jumlah dari biaya yang dibayarkan (consideration transferred). Aturan khusus yang muncul adalah, bila nilai wajar tidak dapat ditentukan atas instrumen ekuitas penerbit dan transaksi tersebut diukur pada nilai wajar aset bersih penerbit ekuitas maka tidak perlu mengakui goodwill pada transaksi tersebut. Terlebih, jika acquirer adalah perusahaan publik dan acquiree adalah perusahaan privat, menurut SEC, tidak perlu mengakui goodwill sama sekali. Selain itu, jika nilai saham perusahaan anak digunakan sebagai dasar penentuan biaya akuisisi, sebaiknya dihitung juga jumlah saham yang harus diterbitkan acquiree agar bisa memiliki tingkat kepemilikan yang sama atas entitas kombinasi dengan perusahaan induk. Jika nilai wajar tidak tersedia, maka alternatifnya adalah menggunakan nilai saham outstanding dari acquirer. Langkah selanjutnya, setelah menentukan biaya akuisisi adalah sama dengan proses kombinasi bisnis lainnya, yaitu menghitung goodwill atau goodwill negatif apabila ada. Kasus reverse acquisition diilustrasikan sebagai berikut:Belmont Corp. (BC), sebagai perusahaan anak, mengakusisi Dakar Corp. Perusahaan tersebut menerbitkan instrumen ekuitas untuk mengakuisisi perusahaan induk. Laporan posisi keuangan dari kedua entitas pada akhir tahun 2009 dan 30 September 2010, saat terjadinya transaksi adalah sebagai berikut:Dakar Co.

Perusahaan induk31 Desember 2009Acquiree30 September 2010

Aset lancarPPE

Liabilitas LancarLiabilitas jk. PanjangHutang pajak tangguhan

Ekuitas pemegang sahamSaham biasaSaldo laba$ 800.000$ 2.400.000$ 3.200.000

$ 400.000$ 600.000$ 200.000$1.200.000

$ 200.000$ 600.000$ 1.200.000$ 3.200.000$ 1.000.000$ 2.600.000$ 3.600.000

$ 600.000$ 400.000$ 200.000$ 1.200.000

$ 200.000$ 600.000$ 1.600.000$ 3.600.000

Belmont Corp.

Perusahaan anak31 Desember 2009Acquirer30 September 2010

Aset lancarPPE

Liabilitas LancarLiabilitas jk. PanjangHutang pajak tangguhan

Saham biasaSaldo laba$ 2.500.000$ 5.000.000$ 7.500.000

$ 1.250.000$ 1.750.000$ 500.000$ 3.500.000

$ 1.500.000$ 2.500.000$ 7.500.000$ 1.750.000$ 7.500.000$ 9.250.000

$ 1.500.000$ 2.000.000$ 750.000$ 4.250.000

$ 1.500.000$ 3.500.000$ 9.250.000

DC kemudian menghasilkan laba sebesar $400.000 selama 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2010 dimana BC mendapatkan laba $1.000.000 pada periode tersebut. Kedua perusahaan tersebut tidak membagi dividen pada periode tersebut.Nilai wajar dari saham biasa BC per lembar adalah $100 dan DC $24 pada tanggal akuisisi. Aset yang dapat diidentifikasi milik DC memiliki nilai wajar yang hampir sama dengan nilai bukunya, kecuali PPE yang dinilai sebesar $3.000.000 pada 30 September 2010. Karena akuisisi, DC menerbitkan 150.000 saham baru atas saham biasanya untuk menukar seluruh saham BC sehingga pemilik saham BC menjadi pemegang saham mayoritas di DC. Biaya untuk reverse acquisition tersebut adalahSaham yang diterbitkan DC untuk BC150.000Saham yang dimiliki DC sebelum transaksi100.000Total jumlah saham BC setelah transaksi250.000Proporsi saham yang dimiliki BC = 150.000/250.000 = 60%Jumlah saham BC sebelum transaksi60.000Jumlah saham yang harus diterbitkan lagi40.000BC harus menerbitkan 40 saham lagi agar rasio kepemilikan saham pada entitas kombinasi menjadi sama [(60.000/0.6)-40.000]Jika BC telah menerbitkan 40.000 sahamnya sebagai dampak dari akuisisi DC, biaya akuisisi menjadi $100 x 40.000 = $ 4.000.000. Biaya akuisisi ini kemudian dialokasikan ke aset dan liabilitas DC sebagai berikut:Dakar Co.

Acquiree30 September 2010

Aset lancarPPE

Liabilitas LancarLiabilitas jk. PanjangHutang pajak tangguhan

Ekuitas pemegang sahamSaham biasa

Biaya akuisisiGoodwill$ 1.000.000$ 3.000.000$ 4.000.000

$ 600.000$ 400.000$ 200.000$ 1.200.000$ 2.800.000($ 200.000)$ 2.600.000 $ 4.000.000 $ 1.400.000

Sehingga, laporan posisi keuangan konsolidasian adalah:Acquiree30 Sept 2010Acquirer30 September 2010Consolidated

Aset lancarPPE

Liabilitas LancarLiabilitas jk. PanjangHutang pajak tangguhan

Saham preferenSaham biasaSaldo laba$ 1.000.000$ 3.000.000

$ 600.000$ 400.000$ 200.000

$200.000$ 4.000.000$ 1.750.000$ 7.500.000

$ 1.500.000$ 2.000.000$ 750.000

$ 1.500.000$ 3.500.000

$ 2.750.000$10.500.000$14,650.000

$2.100.000$2.400.000$ 950.000$5.450.000

$ 200.000$5.500.000$3.500.000$9.200.000 $14.650.000

Jika diketahui laba bersih pada tanggal 31 Desember 2010, setelah dikurangi dividen pemegang saham, sebesar $1.600.000. Angka ini termasuk laba BC selama tahun 2010 dan laba DC pada tanggal akuisisi hingga akhir tahun. Sehingga perhitungan EPS adalah sebagai berikut:Jumlah saham outstanding dari tanggal akuisisi Des 2010250.000Jumlah saham outstanding sebelum tanggal akuisisi150.000 (jumlah saham yang diterbitkan DC untuk BC)

Rata-rata jumlah saham = [(150.000x9)+(250.000x3)]12 = 175.000EPS 2010 = $1.600.000 175.000 = $9.14 per lembarJika, laba BC sendiri adalah $1.400.000, maka EPS adalah: $1.400.000 150.000 = $9.33 per lembar.Pada kasus lain, untuk menghitung proporsi NCI, asumsikan pada ilustrasi sebelumnya,sebanyak 4.000 pemegang saham BC menolak berpartisipasi pada transaksi tersebut sehingga DC hanya mengeluarkan 140.000 lembar saham untuk menukar 56.000 saham BC. Setelah pertukaran, pemilik BC memiliki 140.000 dari total 240.000 saham DC atau 58% dari keseluruhan. Maka, jumlah saham yang harus diterbitkan lagi untuk BC adalah sebesar (56.000 58%)-56.000 = 40.000 lembar. Nilai NCI berarti 4.00060.000=6.7%. Perhitungan NCI untuk keseluruhan entitas kombinasi adalah: (6,7%x$1.500.000)+(6,7%x$3.500.000) = $333.310.

Spin-offsSpin off merupakan suatu transaksi dimana perusahaan mengeluarkan sebagian atau keseluruhan yang dimiliki oleh perusahaan anak secara sepihak pada pemegang saham. Bila nilai persentasenya kecil, maka transfer ini dianggap sebagai dividen dan akan dicatat pada nilai wajar properti yang diberikan. Namun, bila nilainya persentasenya besar, maka transaksi ini dicatat sebagai spin off sesungguhnya dan dicatat pada nilai buku aset dan liabilitas yang ditransfer. Pada banyak keadaan, anak perusahaan memiliki nilai buku yang positif. Nilai ini dibebankan pada saldo laba perusahaan induk pada tanggal spin off. Namun, jika nilai buku negatif, maka transaksi ini dicatat sebagai paid-in-capital perusahaan induk.

Push-down accountingMakna dari akuntansi push down atau seringkali disebut dasar baru akuntansi mengacu pada praktek penilaian kembali ke nilai wajar aset dan liabilitas atas anak perusahaan yang dibeli secara langsung ke nilai buku anak perusahaan, pada tanggal akuisisi. Revaluasi ini tidak dicatat dalam akuntansi kombinasi setiap pembuatan laporan konsolidasi. Berdasarkan akuntansi jenis ini, jumlah yang dialokasikan dapat disesuaikan untuk merefleksikan penilaian secara wajar atas transaksi signifikan tertentu. Akuntansi ini tidak diijinkan, sebagian disebabkan karena secara praktek sulit untuk membuktikan bahwa transaksi benar-benar bersifat wajar.

Non-Sub SubsidiariesSituasi ini terjadi ketika perusahaan memiliki peran mayoritas dalam membentuk dan mendanai suatu operasi eksperimental awal tapi tidak melakukan transaksi ekuitas. Manajemen dari perusahaan yang mendanai biasanya membuat suatu perjanjian, dimana jika operasi tersebut menguntungkan, perusahaan induk akan mengambil haknya untuk mendapat hak suara mayoritas, namun gagal, perusahaan induk tidak mau menampilkan kerugian tersebut pada laporan keuangan. Walaupun tidak terlihat adanya konsep kombinasi bisnis, namun sudah seharusnya hasil operasi perusahaan anak tersebut harus ditampilkan di laporan keuangan

a.

13