Laporan Biokim Pertemuan 10

26
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa, 25 November 2014 Biokimia Waktu : 09.00-11.00 PJP : Inda Setyawati, STP, MSi Asisten : Rini Kurnasih, SSi Gia Permasku, SSi MINERAL Kelompok B2 Siti Fauziah Nur Amin J3L113040 Yolanda Cinthia P J3L213118 Kartini Melissa Siregar J3L112003

description

laporan praktikum biokimia

Transcript of Laporan Biokim Pertemuan 10

Page 1: Laporan Biokim Pertemuan 10

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa, 25 November 2014Biokimia Waktu : 09.00-11.00

PJP : Inda Setyawati, STP, MSi Asisten : Rini Kurnasih, SSi

Gia Permasku, SSi

MINERAL

Kelompok B2

Siti Fauziah Nur Amin J3L113040Yolanda Cinthia P J3L213118Kartini Melissa Siregar J3L112003

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIAPROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2014

Page 2: Laporan Biokim Pertemuan 10

PENDAHULUAN

Mineral adalah salah satu bahan kimia yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Mineral biasanya terdapat dari tanah. Mineral ada yang larut di dalam air lalu masuk ke dalam tubuh melalui air minum atau air yang dipakai untuk mencuci atau memasak. Selain itu mineral juga masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang sebagian diabsobsi oleh dinding usus. Makanan yang masuk ke dalam tubuh terdiri dari bahan organik dan air sebesar 96% dan sisanya terdiri dari unsur mineral. Mineral masuk ke dalam tubuh dan berbentuk garam lalu digunakan dalam bentuk elektrolit (Siswono 2001). Beberapa makanan sebagai sumber mineral yaitu susu, telur, mentega, keju, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber kalsium (Ca) dan fosfor (P). Garam dapur , daging, ikan, susu, keju, telur, kentang, sayuran hijau merupakan sumber dari natrium (Na) dan Klor (Cl). Sedangkan kalium (K) biasa didapatkan dari ikan, daging, buah dan sayur (Siswono 2001).

Mineral dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan jumlah yang diperlukan oleh tubuh, yaitu makromineral atau mineral yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium, klorida dan sulfur. Kemudian mikromineral atau mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit seperti zat besi, seng, tembaga dan florida. Serta ultrace mineral yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit seperti yodium, selenium, mangan, kromium, molibdenin, boron dan kobalt (Lehninger 1982). Beberapa unsur mineral ada yang bersifat racun dan biasanya masih terdapat di dalam sel hayati, contohnya Ag, Hg, Pb (Suhardjo 1886).

Gambar 1 Interaksi mineral dalam metabolisme tubuh (Lehninger 1982)

            Berdasarkan kegunaannya mineral dibagi menjadi dua, yaitu golongan esensial dan golongan non esensial. Mineral yang esensial adalah mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan bila kekurangan mineral ini maka tubuh akan mengalami gangguan. Sedangkan mineral non esensial adalah mineral yang tidak begitu diperlukan oleh tubuh, jika tubuh mengalami kekurangan mineral ini tidak akan mengalami gangguan yang serius (Winarno 2002).

Setiap sel dalam tubuh kita bergantung pada mineral untuk struktur yang tepat serta fungsinya. Mineral dibutuhkan untuk pembentukkan darah dan tulang, keseimbangan cairan tubuh, fungsi syaraf yang sehat, fungsi sistem pembuluh darah jantung dan lain-lain. Seperti vitamin, mineral berfungsi sebagai ko-enzim, memungkinkan tubuh melakukan fungsinya seperti memproduksi tenaga,

Page 3: Laporan Biokim Pertemuan 10

pertumbuhan dan penyembuhan. Meskipun vitamin begitu penting, vitamin tidak dapat melakukan apa-apa untuk Kita tanpa mineral. Tubuh kita dapat menghasilkan beberapa vitamin, tapi tubuh kita tidak dapat menghasilkan satu pun (Budiyanto 2001). Pada tubuh yang mengalami infeksi sering dibutuhkan mineral seng yang lebih tinggi dari normal untuk mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh serta mineral selenium untuk membantu menetralkan radikal bebas yang terbentuk lebih banyak pada infeksi (Wirahadikusuma 1989).

Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Davis dan Mertz 1987).

Komposisi mineral pada tulang pada umumnya terdiri dari kalsium, fosfor, besi, kobalt, dan beberapa mineral lagi tapi mineral-mineral diataslah yang paling banyak kandungannya sebagai penyusun tulang (Scorvia 2008). Mineral diperlukan dalam tubuh dalam jumlah sedikit tapi manfaatnya sangat besar diantaranya beberapa mineral berfungsi sebagai kofaktor enzim dalam mengkatalisis suatu substrat jadi enzim dapat diaktifkan apabila memiliki mineral dalam jumlah yang cukup. Mineral juga memiliki fungsi lain diantaranya melindungi tubuh dari lipid peroksidase dan juga digunakan untuk mensintesis protein, beberapa lainnya seperti besi berfungsi dalam menyusun sel darah merah (Lee 1999).

Pengujian mineral yang terkandung dalam objek uji percobaan ini adalah tepung tulang yang meliputi uji klorida, sulfat, magnesium, besi, fosfat, dan kalsium. Pengujian masing-masing mineral yang dikandung tepung tulang diproses menjadi tiga tahapan, yaitu pembuatan abu tulang, pengujian filtrat tulang, dan pengujian endapan tulang (Winarno 1994). Percobaan bertujuan menunjukkan sifat dan manfaat mineral dalam tubuh, mengamati peran mineral melalui keberadaannya dalam tubuh, serta mengetahui berbagai jenis mineral yang terkandung dalam abu tulang secara kualitatif melalui percobaan berdasarkan adanya perubahan warna dan pembentukkan endapan.

METODEAlat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah corong, tabung reaksi, kaki tiga, bunsen, kassa asbes elenmeyer, pipet tetes, gelas piala, pipet mohr 10 ml, dan bulb hitam.

Bahan-bahan yang digunakan adalah kertas saring, akuades, HCl 10%, abu tulang, NH4OH pekat, asam asetat 10%, urea 10%, pereaksi ferosulfat khusus, larutan amonium tiosianat, HNO3 10%, AgNO3 2%, BaCl2, amonium oksalat, NH4OH 10%, larutan kalium ferosianida, amonium klorida, amonium karbonat.

Page 4: Laporan Biokim Pertemuan 10

Prosedur

Pembuatan abu tulang. Filtrat abu tulang yang sudah ditambahkan HNO3

10% ditambahkan NH4OH sampai basa dan terbentuk endapan putih. Endapan putih tersebut kemudian disaring dan filtrat yang terbentuk digunakan untuk uji klorida dan uji sulfat. Endapan putih pada kertas saring ditambahkan asam asetat 10% kemudian filtrat yang terbentuk digunakan untuk uji kalsium, uji fosfat dan uji magnesium sedangkan endapan pada kertas kertas saring ditambahkan HCl 10% kemudian filtrat yang terbentuk untuk uji besi.

Uji Klorida. Filtrat sebanyak 2 ml diasamkan dengan 2 tetes larutan HNO3 10% kemudian ditambahkan 10 tetes larutan AgNO3 2%. Endapan putih menunjukkan klor.

Uji Sulfat. Filtrat sebanyak 2 ml diasamkan dengan larutan HCl 10% kemudian ditambahkan larutan BaCl2. Endapan putih menunjukkan adanya sulfat.

Uji Kalsium. Filtrat sebanyak 2 ml ditambahkan 1mL larutan amonium oksalat 1%. Endapan putih menunjukkan adanya kalsium.

Uji Fosfat. Filtrat sebanyak 1 ml diasamkan dengan 1mL larutan urea 10% kemudian ditambahkan pereaksi molibdat khusus. Larutan tersebut dikocok kemudian ditambahkan larutan ferosulfat khusus sebanyak 1 ml. Warna biru yang makin lama makin pekat menunjukkan adanya fosfat.

Uji Magnesium. Filtrat dipanaskan sampai mendidih kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit kristal amonium karbonat dan amonium klorida samapi tidak terbentuk lagi. Endapan yang terbentuk disaring. Filtrat hasil penyaringan ditambahkan dinatrium hidrogen fosfat dan larutan amonium hidroksida sampai suasana basa. Endapan putih menunjukkan adanya magnesium.

Uji Besi. Filtrat sebanyak 1 ml ditambahkan larutan amonium tiosianat dan diperhatikan terbentuknya warna merah. Filtrat sebanyak 1 ml ditambahkan larutan kalium ferosianida dan diperhatikan terbentuknya warna biru atau hijau. Warna merah, biru, dan hijau menunjukkan adanya besi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setiap sel dalam tubuh kita bergantung pada mineral untuk struktur yang tepat serta fungsinya. Mineral dibutuhkan untuk pembentukkan darah dan tulang, keseimbangan cairan tubuh, fungsi syaraf yang sehat, fungsi sistem pembuluh darah jantung dan lain-lain. Seperti vitamin, mineral berfungsi sebagai ko-enzim, memungkinkan tubuh melakukan fungsinya seperti memproduksi tenaga, pertumbuhan dan penyembuhan. Meskipun vitamin begitu penting, vitamin tidak dapat melakukan apa-apa untuk Kita tanpa mineral. Tubuh kita dapat menghasilkan beberapa vitamin, tapi tubuh kita tidak dapat menghasilkan satu pun (Budiyanto 2001). Pada tubuh yang mengalami infeksi sering dibutuhkan mineral seng yang lebih tinggi dari normal untuk mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh serta mineral selenium untuk membantu menetralkan radikal bebas yang terbentuk lebih banyak pada infeksi (Wirahadikusuma 1989).

Gravimetri merupakan metode analisis yang didasarkan pada pengukuran berat sebelum dan sesudah pemanasan pada suhu tinggi. Metode gravimetri melibatkan pembentukan, isolasi dan pengukuran berat dari suatu endapan. Metode gravimetri mirip dengan metode pengujian mineral yang dilakukan pada

Page 5: Laporan Biokim Pertemuan 10

percobaan. Metode gravimetri digunakan dalam pembuatan abu tulang yang dijadikan sampel dalam pengujian yaitu tepung tulang dipanaskan sampai menjadi abu. Proses pemanasan berfungsi untuk menghilangkan air dan senyawa organik dalam tepung tulang sehingga yang tersisa hanya senyawa anorganik (mineral). Penambahan HNO3 berfungsi untuk melarutkan senyawa anorganik. Abu tulang siap dianalisis kandungannya. Pengujian mineral abu tulang berhubungan dengan hasil kali kelarutan (Ksp). Prinsip hasil kali kelarutan (Ksp) adalah jika hasil kali ion-ion (Q) > kesetimbangan kelarutan (Ksp) maka terbentuk endapan, Q = Ksp larutan jenuh, Q < Ksp larut (Harjadi 1993).

Pembuatan abu tulang menggunakan proses pembakaran. Pembakaran akan menghancurkan senyawa-senyawa organik ke dalam bentuk gas yang mudah terbang. Mineral sebagai senyawa organik akan tertinggal di dalam bentuk abu yang dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Tulang yang terdiri dari air, bahan organik, dan bahan anorganik. Pemanasan tulang pada suhu 400ºC atau lebih akan menyebabkan air serta bahan organik menguap. Sisanya di dalam abu terdiri dari bahan anorganik yang berbentuk garam-garamnya. Perendaman tulang dalam larutan asam atau pemanasan tulang dalam air akan menyebabkan terlarutnya bahan anorganik. Sisanya yang berbentuk matriks terdiri dari air dan bahan organik (Arifin 2009).

Abu merupakan residu anorganik dari hasil pengabuan. Kadar abu ditentukan dengan cara mengukur residu setelah sampel dioksidasi pada suhu 500-600C dan mengalami volatilisasi. Untuk pengabuan yang sempurna, pemanasan dilakukan sampai warna sampel menjadi seragam dan berwarna abu-abu sampai putih, serta bebas dari sisa sampel yang tidak terbakar. Residu abu yang diperoleh tidak sama dengan kadar mineral yang ada dalam sampel bahan pangan asal karena mineral dapat hilang selama pengabuan atau mengalami interaksi dengan komponen pangan lain. Pengabuan dapat dilakukan dalam tanur, dalam sistem tertutup dengan adanya oksigen, atau dengan cara basah menggunakan asam sulfat, asam nitrat, asam perklorat atau campurannya. Ada dua jenis pengabuan yang bertujuan terutama untuk menentukan jenis mineral dalam sampel Pengabuan kering atau secara langsung dilakukan dengan mengoksidasi sampel dalam tanur pada suhu tinggi. Pengabuan basah atau secara tidak langsung dilakukan dengan mengoksidasi sampel dengan asam kuat pekat (Alianto 2012).

Percobaan pengujian adanya komponen mineral menggunakan sampel abu tulang sapi. Abu tulang sapi adalah trikalsium fosfat yang berasal dari Hydroxyapatit Ca5(OH)(PO4)3. Komposisi abu tulang sapi, sebagian besar didominasi oleh senyawa fosfat dengan komponen mineral utama hidroksil apatit. Umumnya pada tulang sapi yang masih basah, berdasarkan bobotnya terdapat 20% air, 45% abu, dan 35% bahan organik. Dari kandungan abu terdapat kalsium 37% dan 18.5% fosfor pada bobot tulang sapi. pada tulang adalah protein dan garam- garam mineral,seperti kalsium fosfat 58,3%, kalsium karbonat 1,0%, magnesium fosfat 2,1%, kalsiumflorida 1.9% dan protein 30,6%. Tulang mengandung kurang lebih 50% air dan 15% sumsum merah dan kuning. Sumsum tulang terdiri dari lemak sebesar 96%. Tulang yang telah diambil lemaknya terdiri dari bahan organik dan garam-garam anorganik dalam perbandingan 1:2. Penghilangan zat organik oleh panas tidak menyebabkan perubahan struktur tulang secarb keseluruhan, tetapi akan mengurangi berat tulang (Wanda 2011). Mineral-mineral yang ada dalam tulang diuji secara kualitatif dengan uji klorida,

Page 6: Laporan Biokim Pertemuan 10

uji sulfat, uji kalsium, uji fosfat, uji magnesium, dan uji besi Adapun hasil dari percobaan yang dilakukan pada uji-uji kualitatif mineral pada larutan abu tulang yang dihasilkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1 Uji mineral pada larutan abu tulang.

Sampel Uji Klorida Uji Sulfat Uji Kalsium Uji Fosfat Uji

Magnesium Uji Besi

Larutan Abu

Tulang+

Terbentuk endapan

putih

-Tidak

terbentuk endapan

putih

+Terbentuk endapan

putih

-Tidak

terbentuk endapan

putih

+

Terbentuk endapan putih

Dengan ammonium

tiosianat

+Terdapat endapan

putih

Dengan kalium

ferosianida

+Terbentuk

warna hijau

Percobaan menggunakan larutan abu tulang. Pengabuan tulang dilakukan dengan cara pemanasan tulang. Prinsip pengabuan, yaitu memisahkan senyawa anorganik (termasuk mineral), senyawa organik (seperti C, N, O, dan H), dan air. Pembakaran menghancurkan senyawa organik dan air dalam bentuk gas yang mudah terbang bebas ke udara dan akan menyisakan senyawa organik berupa mineral yang terbentuk garam-garam yang terkandung dalam tulang. Pembuatan abu tulang dilakukan dengan mencampurkan larutan abu tulang dengan NH4OH (Darmono 1995).

Penambahan NH4OH bertujuan memberikan suasana basa sehingga terbentuk endapan putih. Larutan menunjukkan basa atau tidaknya yaitu dengan diuji menggunakan kertas lakmus atau indikator universal, setelah basa maka fitrat diambil dari pembuatan abu tulang dan kemudian dilakukan pengujian terhadap filtrat. Pengujian yang pertama yaitu uji klorida dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya klor yang terkandug di dalam tulang. Pengujian dilakukan dengan menggunakan filtrat yang telah dibasakan oleh NH4OH dan kemudian diasamkan dengan HNO3 10%. Perlakuan ini bertujuan untuk memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral dapat diikat oleh senyawa lain. Prinsip uji klorida adalah pembentukan endapan putih AgCl yang menandakan adanya klorida. Penambahan

Page 7: Laporan Biokim Pertemuan 10

AgNO3 berfungsi sebagai senyawa yang akan bereaksi dengan klorida membentuk endapan putih AgCl yang menandakan adanya senyawa klorida dalam abu tulang. Penambahan larutan HNO3 berfungsi untuk membuat larutan menjadi suasana asam karena reaksi pembentukan endapan putih AgCl terjadi pada suasana asam (Harjadi 1993). Reaksi pembentukan endapan putih AgCl dapat dilihat pada gambar 2.

AgNO3 + Cl- AgCl (endapan putih) + NO3-

Gambar 2 Reaksi uji klorida (Lehninger 1982)

Hasil pengamatan menunjukkan uji klorida menghasilkan reaksi yang positif. Hal ini menandakan adanya senyawa klorida (Cl) dalam abu tulang. Menurut Winarno (2004) mineral abu tulang hewan mengandung senyawa klor.

Pengujian filtrat berikutnya yaitu uji sulfat. Uji sulfat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya senyawa sulfat (SO4) dalam abu tulang. Prinsip uji sulfat adalah pembentukan endapan putih BaSO4 yang menandakan adanya sulfat. Penambahan larutan BaCl berfungsi sebagai senyawa yang akan bereaksi dengan klorida membentuk endapan putih BaSO4 yang menandakan adanya senyawa klorida dalam abu tulang. Penambahan larutan HCl berfungsi untuk membuat larutan menjadi suasana asam karena reaksi pembentukan endapan putih BaSO4

terjadi pada suasana asam (Harjadi 1993). Hasil pengamatan menunjukkan uji sulfat menghasilkan reaksi negatif. Menurut Winarno (2004) mineral abu tulang hewan mengandung senyawa sulfat. Hal ini dapat disebabkan senyawa sulfat yang terkandung dalam abu tulang hewan jumlahnya sangat kecil sehingga hasil kali ion-ion (Q) < Kspnya. Hal ini membuat senyawa sulfat larut dan tidak terbentuk endapan dan mungkin disebabkan karena larutan abu tulang yang digunakan pada percobaan merupakan larutan abu tulang yang telah disaring 2kali sehingga filtrat yang diujikan bukan filtrat yang pertama melainkan filtrat yang kedua. Reaksi pembentukan endapan putih BaSO4 dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Reaksi pembentukan endapan putih BaSO4 (Lehninger 1982)

Selanjutnya dilakukan uji endapan, endapan ditambahkan asam asetat kemudia disaring yang kemudian filtratnya digunakan untuk uji kalsium, uji fosfat, uji magnesium, dan uji besi. Pengujian yang pertama ialah uji kalsium. Kalsium adalah elemen mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Terdapat kurang lebih 1.200 gram kalsium, 99% berada di dalam tulang rangka, sedangkan 1% berada di dalam jaringan lain dan jaringan tubuh yang secara luas didistribusikan ke dalam tubuh. Fungsi kalsium yaitu, membentuk tulang dan gigi yang kuat, berpengaruh pada sistem saraf, berperan penting dalam kontraksi otot, dan diperlukan dalam proses pembekuan darah. Jika kekurangan kalsium tubuh akan mengambil cadangan dalam tulang. Semakin lama semakin banyak kalsium yang diambil, maka tulang akan semakin tipis dan kemudian keropos (Handrawal Nadesul 2006). Prinsip pengujian kalsium ini yaitu pembentukan endapan putih kalsium dalam CaC2O4 yang bereaksi dengan amonium oksalat. Larutan amonium oksalat berfungsi sebagai reagen yang akan bereaksi dengan senyawa kalsium

Page 8: Laporan Biokim Pertemuan 10

dalam sampel membentuk endapan putih (Harjadi 1993). Endapan yang dihasilkan adalah kalsium oksalat . Reaksi yang terjadi :

Ca + K4[Fe(CN)6] → Fe4[Fe2(CN)6]3

Gambar 4 Reaksi uji Kalsium (Suharjdo 1886)

Hasil percobaan menunjukkan uji kalsium menghasilkan reaksi yang positif. Hal ini menandakan adanya senyawa kalsium dalam abu tulang. Menurut Winarno (2004) mineral abu tulang hewan mengandung senyawa kalsium.

Proses metabolisme kalsium terutama terjadi di dalam bagian atas usus halus, ditingkatkan oleh 1,25-dihidroksikolekalsiferol (dan metabolit aktif lain dari vitamin D) disertai kerja hormon paratiroid yang sinergis. Adanya metabolit aktif di dalam sirkulasi umum dan bukan di dalam lumen usu dapat meningkatkan sintesa protein pengikat kalsium dalam enterosit. Absorbsi kalsium dapat dikurangi dengan memberikan filtrat per oral ataupun asam lemak atau fosfat berlebihan (DN Baron 1995).

Kalsium di dalam feses terkandung dari diet yang tak diabsorbsi, juga kalsium yang keluar dari plasma ke dalam usus. Dari masukan sehari-hari 25mmol (1kg) kalsium, 2,5-7,5 (0,1-0,3g) diekskresikan ke dalam urin dan sisanya ditemukan dalam feses. Hampir semua kalsium yang difiltrasi akan diabsorbsi kembali. Kalsium berlaku sebagai zat ambang dan bila kadar kalsium turun maka ekskresinya ke dalam urin berhenti. Pada fungsi ginjal yang normal jumlah kalsium yang diekskresikan ke dalam urin meningkat karena kadar kalsium dalam serum meningkat. Sekitar 2,5mmol (0,1g) kalsium hilang pada kulit dan keringat (DN Baron 1995).

Kalsium untuk bisa melakukan metabolisme maka harus berbetuk cair. Namun, apabila terdapat kalsium dalam bentuk padat, maka adanya asam pada lambung akan mengubah bentuk kalsium padat menjadi cair. Dari lambung, kalsium akan diserap oleh usus. Selain itu, apabila kalsium tersedia di dalam jumlah yang banyak, kalsium akan langsung diedarkan ke pembuluh darah melalui proses difusi. Namun, apabila jumlah kalsium yang tersedia hanya sedikit maka metabolisme kalsium akan dilakukan melalui proses transfor aktif. Dalam proses transfor aktif, kalsium dibantu oleh vitamin D. Hal ini yang menyebabkan tubuh memerlukan vitamin D untuk kesehatan tulang. Melalui aliran cairan tubuh termasuk aliran darah, kalsium akan dibawa untuk disimpah di tulang. Tetapi proses ini belum berakhir karena kalsium masih dapat terlepas lagi dari tulang. Maka proses ini perlu diantisipasi agar kalsium yang tersusun harus seimbang dengan kalsium yang terlepas dari tulang. Hal ini dikarenakan, apabila yang tersusun lebih sedikit daripada yang terlepas, maka tulang akan dapat mengalami kerapuhan, mudah patah, dan tingkat lebih parah lagi yaitu osteoporosis (DN Baron 1994). Berikut gambar proses metabolisme kalsium didalam tubuh.

Page 9: Laporan Biokim Pertemuan 10

Gambar 5 Metabolisme kalsium dalam tubuh (DN Baron 1995).

Adapun kelainan yang disebabkan oleh gangguan defisiensi kadar kalsium tubuh, diantaranya yaitu :

a. Steatorea Steatorea terjadi akibat dari peningkatan hebat ekskresi kalsium feses,

ditemukan bila adsorbsi kalsium berkurang (DN Baron 1995).b. Hipokalsemia

Hipokalsemia disebabkan oleh defisiensi masukan atau metabolisme kalsium karena hipoparatiroidisme atau karena kalsium yang berlebihan melalui ginjal pada kerusakan tubulus atau asidosis. Hipokalsemia merupakan sindroma kegagalan ginjal kronik. Kadang-kadang juga terlihat pada pankreastitis akut. Pada neonatus hal ini mungkin disebabkan karena makanan mengandung fosfat yang tinggi, sehingga meningkatkan kalsium di dalam usus (DN Baron 1995).

Hipokalsemia menyebabkan hiperekstabilitas sistem syaraf, yang secara klinis dapat dipresentasikan sebagai konvulsi, serta sebagai rasa baal dan parestesia. Efek lain dari hipokalsemia dalam jangka lama adalah katarak, waktu koagulasi yang memanjang dan depresi menta (DN Baron 1995).

c. HiperkalsemiaHiperkalsemia biasanya karena kelebihan pemecahan tulang, baik karena

hiperparatioridisme, maupun karena keganasan, termasuk mielomatosis atau kadang-kadang karena imobilisasi. Penyebaran tersering adalah metastasis-metastasis osteolitik di dalam tulang. Hal ini hanyak akibat metabolisme berlebihan bila terdapat kelebihan dosis atau hipersensivitas terhadap vitamin D atau kelebihan kemasukan alkali beserta kalsium di dalam diet. Hiperkalsemia menyebabkan kelemahan otot, gejala-gejala gastrointestinalis, giddiness, haus hebat dan kelemahan yang nyata serta kerusakan ginjal disertai poliuria (DN Baron 1995).

Jika serum fostat normal atau meningkat, mungkin ada pengendapan kalsium fosfat pada berbagai tempat sebagai klasifikasi metastatik. Gejala permukaan kalsifiasi ginjal adalah poliuria karena kerusakan tubulus dan kegagalan ginjal timbul jika hiperkalsemia memanjang. Hiperkalsemia menyebabkan hiperkalsiuria dan sering menyebabkan kalkulus renalis. Hiperkalsemia berat membawa resiko bagi berhentinya jantung (DN Baron 1995).

d. OsteoporosisPada osteoporosis, terdapat pengurangan massa tulang normal, matriks dan

kalsium. Osteoporosis timbul jika pembentukan matriks tidak sempurna, walaupun konsentrasi kalsium adekuat untuk kalsifikasi, ini terlihat jika ada cacat

Page 10: Laporan Biokim Pertemuan 10

fungsi osteoblast atau pada gangguan metabolisme protein tertentu. Bila ada efek kalsium yang memanjang, dekstruksi tulang mungkin meningkat dan gangguan tulang akibatnya dapat menyerupai osteoporosis. Pada osteoporosis kronika, umumnya kadar kalsium dalam urin dapat meningkat (DN Baron 1995).

Uji selanjutnya yaitu uji fosfat. Uji fosfat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya senyawa posfat (PO4

2-) dalam abu tulang. Prinsip uji fosfat adalah pembentukan endapan berwarna biru (NH4)3 [P(Mo3O10)4] yang menandakan adanya fosfat. Penambahan FeSO4, urea, dan molibdat berfungsi sebagai senyawa yang akan bereaksi dengan senyawa posfat dalam abu tulang . Hasil pengamatan menunjukkan uji posfat menghasilkan reaksi yang negatif. Menurut Winarno (2004) mineral abu tulang hewan mengandung senyawa fosfat. Hal ini dapat disebabkan konsentrasi fosfat yang terkandung dalam abu tulang hewan jumlahnya sangat kecil sehingga hasil kali ion-ion (Q) < Kspnya. Hal ini membuat senyawa fosfat larut dan tidak terbentuk endapan. Reaksi pegujian fosfat dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6 Reaksi uji fosfat (Lehninger 1982)

Mineral fosfat merupakan komponen penting senyawa dalam tubuh yang berfungsi sebagai penyusun struktur tulang dan gigi dan kalsium berfungsi untuk memfasilitasi penyerapan vitamin B12 dan merangsang sel saraf untuk mengeluarkan molekul neurotransmiter, mengikatnya dan menghantarkan ke sel saraf lain. Aktivitas molekuler itulah yang terjadi di seluruh sel otak dan aktivitas sel saraf lain yang menghasilkan rasa nyeri, mendengar, melihat, dan sentuhan (Sudarmaji 1989). Tubuh manusia mengandung sekitar 12 gram fosfat per kilogram jaringan tanpa lemak. Dari jumlah ini kira-kira 85% terkandung dalam kerangka tulang. Di dalam plasma terdapat fosfat sekitar 3.5 mg/100 ml plasma. Bila butir darah termasuk maka total fosfat dalam darah antra 30-45 mg/100ml darah. Fosat adalah bagian dari senyawa tinggi energi ATP yang diperlukan dalam suplai energi untuk kegiatan seluler. Karena peranannya yang sangat penting dalam metabolisme pada jaringan hewan dan tanaman maka mineral ini umumnya terdapat dalam setiap bahan makanan (Winarno 1992).

Uji mineral selanjutnya adalah uji magnesium. Magnesium merupakan mineral makro yang diperlukan tubuh untuk menormalkan tekanan darah dan mempengaruhi kinerja hormon insulin, sehingga penyakit hipertensi dan diabetes dapat dikendalikan. Uji magnesium dilakukan untuk mengidentifikasi adanya senyawa magnesium (Mg) dalam abu tulang. Prinsip uji magnesium adalah pembentukan endapan putih MgHPO4 yang menandakan adanya magnesium. Pemanasan berfungsi agar ikatan yang mengikat senyawa magnesium dalam fitrat dapat melonggar sehingga dapat bereaksi dengan senyawa kristal dinatrium hidrogen fosfat membentuk endapan putih. Penambahan kristal amonium karbonat dan amonium klorida berfungsi untuk mengendapkan mineral selain magnesium, seperti Ca karena dapat bereaksi dengan kristal dinatrium hidrogen fosfat membentuk endapan putih dan mengangu proses analisis magnesium dalam sampel abu tulang. Penambahan larutan kristal dinatrium hidrogen fosfat berfungsi sebagai senyawa yang akan bereaksi dengan magnesium membentuk

Page 11: Laporan Biokim Pertemuan 10

endapan putih MgHPO4 yang menandakan adanya senyawa magnesium dalam abu tulang. Penambahan larutan amonium hidroksida berfungsi untuk membuat larutan menjadi suasana basa karena reaksi pembentukan endapan putih MgHPO4

terjadi pada suasana basa (Harjadi 1993). Hasil pengamatan menunjukkan uji magnesium menghasilkan reaksi positif. Hal ini menandakan adanya magnesium dalam sampel abu tulang. Menurut Winarno (2004) mineral abu tulang hewan mengandung senyawa magnesium. Reaksi pembentukan endapan putih MgHPO4

dapat dilihat pada gambar 7.

Mg + NaHPO4 → MgHPO4  (endapan putih) +2NaGambar 7 Reaksi pembentukan endapan putih MgHPO4 (Lehninger 1982)

Sumber dari magnesium diantaranya adalah sayur-sayuran hijau, kedelai, dan kecipir. Fungsi dari magnesium adalah sebagai aktifator enzim peptidase dan enzim lain yang memecah gugus fosfat , sebagai obat pencuci perut, meningkatkan tekanan osmotik dan membantu mengurangi getaran otot. Orang dewasa pria membutuhkan magnesium sebanyak 350mg/hari dan untuk dewasa wanita membutuhkan magnesium sebanyak 300mg/hari. Kelebihan magnesium akan menyebabkan gagal ginjal. Sedangkan jika terjadi defisiensi atau kekurangan magnesium, maka akan menimbulkan gangguan metabolik, insomania, kejang kaki serta telapak kaki dan tangan gemetar (Winarno 1992). Kekurangan atau difisiensi magnesium dapat terjadi akibat ketidakcukupan konsumsi, muntah, diare, konsumsi alkohol, dan penggunaan obat diuretik. Difisiensi magnesium akan mempengaruhi setiap sistem organ tubuh. Defisiensi magnesium yang lebih berat akan mempengaruhi sistem saraf pusat, dengan gejala insomnia, gerakan yang hiperaktif (terutama pada anak-anak), mudah panik, dan suka marah-marah saat pramenstruasi. Defisiensi magnesium juga akan berpengaruh terhadap sistem saraf tepi, dengan gejala ketakutan, sering merasa mendengar bunyi yang sangat nyaring di gendang telinga, dan beberapa perasaan abnormal lainnya (Sediaotama 2000).

Kadar magnesium yang rendah di dalam darah akan memperparah penyakit batu ginjal, menyebabkan hipertensi, kejang arteri, dan masalah jantung. Selain itu, juga dapat menyebabkan hypomagnesema, dengan gelaja denyut jantung tidak teratur, insomnia, lemah otot, kejang kaki, serta telapak kaki dan tangan gemetaran. Kekurangan dan kelebihan konsumsi magnesium juga akan berdampak buruk terhadap kesehatan, yaitu diare kronik, kejang perut, dan gagal ginjal akibat ginjal kehilangan kemampuan untuk mengubah kelebihan magnesium. Terjadinya kelebihan magnesium pada umumnya tidak bersumber dari konsumsi bahan pangan, tetapi bersumber dari konsumsi suplemen atau obat. Untuk itu, perlu diperhatikan dengan cermat kandungan magnesium yang ada pada suplemen, dan membaca secara cermat petunjuk yang tertera pada kemasan produk. Kelebihan magnesium sering dilaporkan pada orang yang mengkonsumsi laksatif, antasid, dan obat jenis lain yang di dalamnya mengandung magnesium. Konsumsi obat tersebut secara rutin dapat meningkatkan kadar magnesium di dalam darah. Kebiasaan tersebut akan menyebabkan magnesium menjadi toksik atau racun di dalam tubuh (Sediaotama 2000).

Pengujian mineral terakhir adalah uji besi. Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak

Page 12: Laporan Biokim Pertemuan 10

3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh antara lain sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Selain itu, besi juga berperan dalam metabolisme energi, peningkatan kemampuan belajar, dan sistem kekebalan tubuh. Pengujian besi dilakukan dengan menambahkan asam klorida pada endapan yang telah didapatkan saat penambahan asam asetat yang kemudian disaring dan filtratnya digunakan untuk uji besi. Uji besi dapat dilakukan menggunakan 2 cara, uji besi yang pertama dengan penambahan ammonium tiosianat. Prinsip uji besi I yaitu reaksi antara besi (II) dengan amonium tiosianat membentuk senyawa berwarna merah. Penambahan amonium tiosianat berfungsi sebagai reagen yang akan bereaksi dengan besi II membentuk senyawa merah (Harjadi 1993). Uji besi yang kedua dengan penambahan kalium ferosianida. Prinsip uji besi II yaitu reaksi antara besi (III) dengan kalium ferosianida membentuk senyawa berwarna biru atau hijau. Penambahan ferosianida berfungsi sebagai reagen yang akan bereaksi dengan besi III membentuk senyawa biru atau hijau (Harjadi 1993). Hasil pengamatan menunjukkan uji besi I dan uji besi II menghasilkan reaksi positif. Menurut Winarno (2004) mineral abu tulang hewan mengandung senyawa besi. Hal ini sesuai dengan percobaan. Hasil positif yang diperoleh dari pengujian besi I dan II disebabkan besi I dan II yang terkandung dalam abu tulang hewan jumlahnya sangat besar sehingga hasil kali ion-ion (Q) > Kspnya. Hal ini membuat senyawa besi I dan II tidak larut dan terbentuk endapan. Berbedaan ion besi menyebabkan perbedaan reaksi yang terjadi, sehingga warna yang terjadi juga berbeda. Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.

Fe+2 + 6NH4SCN →  [Fe(SCN)6]-3 + 6NH4+ Gambar 8 Reaksi pembentukan warna merah Fe+2 (Lehninger 1982)

4Fe3+ + 3K4[Fe(CN)6] → Fe4[Fe2(CN)6)]3 + 12K+  Gambar 9 Reaksi pembentukan warna merah Fe+3 (Lehninger 1982)

Jumlah seluruh besi di dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 3.5 g, 70 % terdapat dalam hemoglobin, 25 % merupakan besi cadangan (iron storage) yang terdiri dari feritin edan homossiderin terdapat dalam hati, limfa dan sum-sum tulang. Sumber besi di antaranya adalah telur, daging, ikan, tepung, gandum, roti sayuran hijau, hati, bayam, kacang-kacangan, kentang, jagung dan otot. Kebutuhan zat besi untuk berbagai jenis kelamin dan golongan usia adalah untuk laki-laki dewasa yaitu 10 mg/hari, wanita yang mengalami haid yaitu 12 mg/hari, anak-anak umur 7-10 tahun yaitu 2,3-3,8 mg/hari, dan orang dewasa yaitu 10-15 mg/hari. Zat besi yang tidak mencukupi bagi pembentukan sel darah, akan mengakibatkan anemia, menurunkan kekebalan individu, sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit (Winarno 1992). Besi berfungsi sebagai berikut.

1. Pembentukan HemoglobinMembentuk hemoglobin adalah fungsi zat besi yang paling penting.

Hemoglobin adalah unsu yang paling penting untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh, dan yang memberikan warna merah gelap pada darah. Dengan demikian, hemoglobin sering disebut juga dengan sel darah merah (Hartono 2000).

Page 13: Laporan Biokim Pertemuan 10

2. Pembawa OksigenSeperti yang dijelaskan sebelumnya, besi merupakan mineral yang

bertindak sebagai pembawa oksigen yang membantu untuk mentransfer dari satu sel tubuh yang lain. Ini juga merupakan fungsi yang paling penting dari zat besi, karena oksigen dibutuhkan oleh masing-masing dan setiap bagian tubuh untuk melakukan fungsi rutin sehari-hari (Wirakusumah 1999).

3. Fungsi OtotAsupan zat besi secara umum juga digunakan untuk kesehatan otot. Hal ini

ditemukan di dalam mioglobin (protein oto), yang membawa oksigen dari hemoglobin dan mengeluarkan dari seluruh sel-sel otot, dan juga diperlukan untuk kontraksi otot (Wirahakusumah 1999).

4. Fungsi OtakSekitar 20% oksigen dalam aliran darah kita digunakan oleh otak. Zat besi

membantu untuk memasok oksigen untuk memproduksi darah, yang sangat penting untuk kesehatan otak (Wirahakusumah 1999).

5. AnemiaAnemia adalah contoh umum dari kekurangan mineral zat besi. zat besi

yang cukup akan membantu mencegah anemia selama hidup seseorang. Penyakit ini bisa menunjukkan gejala seperti kelelahan, kelemahan tubuh, sakit kepala, dan terlalu peka terhadap suhu dingin (Wirahakusumah 1999).

6. Penyakit kronisAnemia gagal ginjal dan anemia predialysis juga bisa disembuhkan

dengan asupan zat besi yang tepat (Wirahakusumah 1999).7. Pramenstruasi

Zat besi yang cukup dapat mengurangi gejala-gejala pramenstruasi seperti pusing, perubahan suasana hati, hipertensi, dll. Kekurangan zat besi dapat meningkatkan suasana hati selama pramenstruasi, seperti lekas marah dan emosional (Wirahakusumah 1999).

8. Kesehatan priaPria harus mendapatkan zat besi dari sumber makanan saja, dan bukan dari

suplemen zat besi. Hal ini karena tubuh pria bisa menyerap zat besi lebih efisien dari sumber alami. Padahal, wanita sangat mudah kehilangan zat besi dari kehilangan darah yang dialami melalui menstruasi (Wirahakusumah 1999).

9. RambutZat besi adalah nutrisi yang berperan penting dalam oksigenasi akar

rambut. Kekurangan zat besi bisa menyebabkan rambut menjadi kusam, tipis, kering, dan rontok (Wirahakusumah 1999).

10. KehamilanBagi kehamilan, mineral ini sangat penting karena diperlukan untuk

pembentukan hemoglobin, serta pembawa oksigen dalam darah ibu hamil dan janinnya. Konsumsi zat besi untuk ibu hamil adalah 27mg perhari. Suplemen zat besi juga dapat memberikan hasil yang baik jika dikonsumsi bersama dengan makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, jus tomat (Moehji 1992).

11. Kesehatan kulit dan kukuZat besi juga merupakan unsur mineral yang berguna untuk memfungsikan

antioksidan, dan juga membantu untuk mengaktifkan vitamin dalam kelompok B kompleks. Hal ini juga bermanfaat untuk mempertahankan kesehatan kulit. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan kelelahan, wajah pucat, kulit kering dan

Page 14: Laporan Biokim Pertemuan 10

ujung rambut pecah-pecah, dan dapat menyebabkan kuku menjadi rapuh, sehingga sangat mudah mengalami kerusakan (Moehji 1992). Kekurangan zat besi juga dapat menyebabkan anemia. Apabila anemia defisiensi zat besi tidak ditangani dengan tepat, pada akhirnya bisa menyebabkan komplikasi penyakit lainnya. Anemia defisiensi besi juga dapat berakibat terjadinya gagal jantung, yaitu saat kinerja jantung menurun dan tidak bisa memompa darah ke seluruh bagian tubuh dengan baik. Bagi ibu hamil, anemia meningkatkan resiko komplikasi pada ibu dan janinnya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah keguguran, pertumbuhan janin yang lambat atau tidak normal dan lahir prematur (Moehji 1992).

Mineral klorida, sulfat, kalsium, fosfat, magnesium dan Fe3+ dan Fe2+

memiliki fungsi dan peranan bagi tubuh. Mineral yang paling banyak terkandung di dalam tubuh adalah kasium. Kalsium menjadi mineral yang paling banyak di dalam tubuh karena kalsium terdapat dalam tulang dan memiliki fungsi sebagai berikut.

1. Pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi.Anak-anak memerlukan kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi.

Kekurangan kalsium dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang anak tidak sempurna dan menderita penyakit rickets. Orang dewasa membutuhkan kalsium untuk terus-menerus meremajakan sistem tulang dan giginya. Mineral tulang dan gigi kita tergantikan 100% setiap tujuh tahun sekali.

2. Menyimpan glikogenKalsium berperan dalam proses penyimpanan glikogen. Bila tidak ada

kalsium, tubuh akan merasa lapar terus-menerus karena tidak dapat menyimpan glikogen.

3. Melancarkan fungsi otot, otak, dan sistem saraf.Otot, otak, dan sistem saraf membutuhkan kalsium agar dapat berfungsi

optimal. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan spasme (kejang) oto dan gangguan fungsi otak dan sistem saraf.

Mineral kalsium dan fosfat merupakan komponen penting senyawa dalam tubuh yang berfungsi sebagai penyusun struktur tulang dan gigi dan kalsium berfungsi untuk memfasilitasi penyerapan vitamin B12 dan merangsang sel saraf untuk mengeluarkan molekul neurotransmiter, mengikatnya dan menghantarkan ke sel saraf lain. Aktivitas molekuler itulah yang terjadi di seluruh sel otak dan aktivitas sel saraf lain yang menghasilkan rasa nyeri, mendengar, melihat, dan sentuhan. Tubuh manusia mengandung sekitar 22 gram kalsium per kg berat badan tanpa lemak. Kira-kira 99% kalsium terdapat dalam tulang dan gigi. Komposisi belum diketahui secara jelas, namun diperkirakan menyerupai suatu hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2. Peranan kalsium tidak saja pada pembentukan tulang dan gigi tersebut di atas, namun juga memegang peranan penting pada berbagai proses fisiologik dan biokhemik di dalam tubuh, seperti pada pembekuan darah, eksitabilitas saraf otot, kerekatan seluler, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi hormon. Bahan makanan yang kaya akan kalsium yaitu susu, keju, es krim, brokoli, kacang-kacangan dan buah-buahan. Kontraksi otot memerlukan ion kalsium dalam jumlah cukup, sedangkan relaksasi otot dapat berlangsung normal berkat aktivitas ion nartrium, kalium, dan magnesium (Sudarmaji 1989).

Mineral juga berfungsi sebagai kofaktor atau metaloenzim dalam reaksi biologis. Mineral akan berikatan dengan enzim tertentu dan mengaktifkan enzim

Page 15: Laporan Biokim Pertemuan 10

yang bersangkutan, sehingga berbagai reaksi biologis dalam tubuh dapat terus berlangsung. Mineral berikatan dengan komponen protein dan mempengaruhi aktivitas protein yang bersangkutan. Mineral yang berperan yaitu zat besi yang berperan sebagai bagian dari hemoglobin pada sel darah merah. Tubuh manusia mengandung sekitar 12 gram fosfat per kilogram jaringan tanpa lemak. Dari jumlah ini kira-kira 85% terkandung dalam kerangka tulang. Di dalam plasma terdapat fosfat sekitar 3.5 mg/100 ml plasma. Bila butir darah termasuk maka total fosfat dalam darah antra 30-45 mg/100ml darah. Fosat adalah bagian dari senyawa tinggi energi ATP yang diperlukan dalam suplai energi untuk kegiatan seluler. Karena peranannya yang sangat penting dalam metabolisme pada jaringan hewan dan tanaman maka mineral ini umumnya terdapat dalam setiap bahan makanan. (Winarno 1992).

Fungsi lain dari mineral yaitu fasilitator penyerapan dan transport zat gizi. Penyerapan dan transport beberapa zat gizi sangat bergantung pada beberapa mineral, seperti sodium yang berperan penting dalam penyerapan karbohidrat, menjaga kesimbangan asam basa tubuh. Sebagian besar reaksi kimia di tubuh dapat berlangsung bila keasaman cairan tubuh sedikit di atas netral. Keasaman cairan tubuh sangat ditentukan oleh konsentrasi relatif dari ion hidrogen (H+) dan ion hidroksida (OH-), beberapa mineral memiliki tendensi untuk berikatan dengan ion di atas, menjaga keseimbangan cairan tubuh. Mineral dalam bentuk ion mempunyai pengaruh yang besar terhadap perpindahan cairan tubuh baik dari dan keluar sel maupun intersel ke pembuluh darah. Mekanisme ini secara keseluruhan turut serta mengontrol keseimbagan cairan di seluruh tubuh sehingga proses metabolisme dapat terus berlangsung, penghantar impuls saraf. Mineral yang berperan terutama adalah natrium dan kalium yang bekerja menghantarkan impuls antar membran sel, regulasi kontraksi otot, yaitu mineral yang terdapat di antara sel yang berperan dalam aktivitas otot. Yodium (i) merupakan mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang relatif sangat kecil, tetapi mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembentukan hormon tiroksin. Hormon tiroksin ini sangat berperan dalam metabolisme sehingga dalam keadaan konsumsi yodium yang rendah, kelenjar gondok akan berupaya membuat konpensasi dengan membesrakan kelenjarnya (Sediaotama 2000).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil percobaan uji penetuan mineral pada filtrat abu tulang menghasilkan uji sulfat bereaksi negatif dan uji klorida bereaksi positif. Uji endapan abu tulang dengan penambahan asam asetat yang diuji filtratnya menghasilkan uji magnesium bereaksi positif, uji kalsium bereaksi positif dan uji fosfat bereaksi negatif. Uji endapan abu tulang setelah penambahan asam asetat dan HCl yang diuji filtratnya menghasilkan uji besi 1 dan uji besi 2 bereaksi positif. Mineral yang terdapat paling banyak di dalam tubuh adalah kalsium.

Saran

Page 16: Laporan Biokim Pertemuan 10

Praktikum ini telah dilakukan dengan baik walaupun masih ada beberapa kekurangan. Saran agar lebih baik kedepannya untuk menambahkan waktu pada saat praktikum agar tidak terlalu tergesa-gesa dalam mengerjakan praktikum sehingga hasil yang didapatkan saat praktikum lebih baik dikarenakan pada praktikum ini membutuhkan waktu lebih dari 2 jam.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Ilyas. 2009. Mineral. Jakarta : PT. Gramedia.

Budiyanto, Agus Krisno. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press).

Davis G.K. and W. Mertz. 1987. Copper. p. 301− 364. In W. Mertz (Ed.) Trace.

DN Baron. 1990. Patologi Klinik. Jakarta: EGC.

Elements in Human and Animal Nutrition. Academic Press, Inc. San Diego, CA.

Ella Salamah, Sri Purwaningsih, Rika Kurnia. 2012. Kandungan mineral remis (Corbicula javanica) akibat proses pengolahan. Jurnal Akutika. Vol III:1. ISSN 0853-2523. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Girindra A. 1986, Biokimia I. Jakarta: PT. Gramedia.

Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Hartono. 2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lee J. 1999. Current issues in trace element nutrition of grazing livestock in Australia and New Zealand. New York: John Willey and Sons.

Lehninger LA.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Surabaya: Erlangga.

Parakkasi A. 1994. Publikasi ilmiah teknologi mineral. Jurnal Teknologi Mineral. Institut Teknologi Bandung, Fakultas Teknologi Mineral. JTM 1994001.1. Vol 1:1. Bandung.

Poedjiadi A. 2009. Dasar-Dasar Biokomia. Jakarta: Universitas Indonesia.

Scorvia I. 2008. Susu sapi segar : si murni yang tak kalah hebatnya. [terhubung berkala]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12356789/16428/7/Cover.pdf. Diakses tanggal 30 November 2014. 18:46.

Sediaotama, Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Siswono. 2001. Mineral Bagi Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta Utama.

Sudarmaji, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Suhardjo. 1886. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia.

Page 17: Laporan Biokim Pertemuan 10

Svehla.1990.Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif.Handayana pudjaatmaka, penerjemah. Jakarta: Kalman Media Pusaka. Terjemahan dari: Text Book kualitatif inorganic Analysis.

Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Wirahadikusuma. 1989. Enzim dalam Biokimia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Wanda NS. 2011. Teknologi Pengolahan Pakan Hasil Ikutan Ternak “Tepung Tulang”. Skripsi. Fakultas Peternakan, Jurusan Ilmu Peternakan. Sumatra Utara: Universitas Andalas.