Biokim Protein Plasma
-
Upload
r-bagas-wicaksono -
Category
Documents
-
view
102 -
download
8
description
Transcript of Biokim Protein Plasma
BAB IPENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Judul praktikum adalah : Pemeriksaan Total Protein (Metode Biuret).
B. Tanggal Praktikum
Praktikum diadakan tanggal 6 Juni 2012
C. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat melakuka pemeriksaan total protein dalam darah dengan metode biuret
2. Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan total protein pada saat praktikum
setelah membandingkannya dengan nilai normal
3. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi/penyakit apa saja yang berkaitan dengan kadar
total protein abnormal dalam tubuh
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Struktur Protein
Protein tersusun dari asam-asam amino yang memiliki 20 macam tipe. Asam amino ini
memiliki dua kelompok fungsional penting : gugus amin (–NH2), dan gugus asam organik (–
COOH). Asam amino dapat bertindak sebagai basa (penerima proton) atau asam (donor proton).
Semua asam amino susunannya hampir sama, kecuali untuk gugus atom kecilnya yang disebut
dengan gugus R (Marieb, et al, 2011).
Gambar 1. Struktur Asam Amino (Marieb, et al, 2011)
Struktur protein terdiri dari (Rodwell, et al, 2003) :
1. Struktur Primer
Struktur primer protein terdiri dari urutan asam amino pada satu rantai polipeptida.
2. Struktur Sekunder
Struktur sekunder terdiri dari 3-30 asam amino dengan segmen polipeptida yang
menjalar membentuk unit geometris.
3. Struktur Tersier
Struktur tersier merupakan kumpulan dari struktur sekunder yang berbentuk tiga dimensi
untuk membentuk unit fungsional yang lebih besar.
4. Struktur Kuartener
Struktur ini memiliki jumlah dan tipe dari unit polipeptida dari protein oligomerik dan
susunan yang memiliki ruang.
Gambar 2. Struktur Protein (Marieb, et al, 2011)
B. Metabolisme Protein
Protein dicerna dan diabsorpsi dalam bentuk asam amino dan oligopeptida. Proses digesti
dan absorpsi protein dapat dilihat pada gambar berikut (Silbernagl, et al, 2003) :
Gambar 3. Metabolisme Protein (Silbernagl, et al, 2003)
Produk akhir utama katabolisme protein yaitu urea. Biosintesis urea berlangsung dalam
empat tahap (Rodwell, et al, 2003) :
1. Transaminasi
Transaminasi memindahkan nitrogen alfa amino ke alfa ketoglutarat yang akan
membentuk glutamate.
Gambar 4. Reaksi Transaminase (Rodwell, et al, 2003)
2. Deaminasi Oksidatif Glutamat
Perubahan nitrogen alfa amino menjadi ammonia dibantuk oleh glutamat
aminotransferase dan L-glutamat dehidrogenase (GDH) hati yang dibentuk dari
pemindahan nitrogen amino ke alfo ketoglutarat. Proses ini disebut transdeaminasi dan
reaksi ini bersifat reversibel.
Gambar 5. Reaksi Glutamat Dehidrogenase (Rodwell, et al, 2003)
3. Transport Amonia
L-asam amino oksidase di hati dan ginjal diduga menyebabkan asam amino
mengalami dekomposisi menjadi asam alfa keto disertai pembebasan ion ammonium.
4. Reaksi Siklus Urea
Substansi yang paling berperan dalam sintesis urea yakni ornitin, sitrulin, dan
argininosuksinat. Beberapa reaksi berlangsung di matriks mitokondria, dan reaksi lain
berlangsung di sitosol
Gambar 6. Keseluruhan Katabolisme Asam Amino (Rodwell, et al, 2003)
C. Pembentukan Protein
Sintesis protein berlangsung di ribosom di dalam sitoplasma. Ketika DNA tidak
bereplikasi sebagai persiapan untuk pembelahan sel, DNA berfungsi sebagai blue print
untuk sintesis protein. Proses ini dibantu oleh RNA. Instruksi DNA untuk membentuk
protein spesifik yang terkandung dalam kode urutan basa nitrogen diterjemahkan menjadi
molekul mRNA (messenger RNA). Transkripsi dilakukan oleh pembentukan pasangan basa
RNA bebas dengan DNA pasangannya. Setelah itu, terbentuk ikatan-ikatan gula-fosfat untuk
menyatukan nukleotida-nukleotida tersebut menjadi molekul RNA rantai tunggal yang
dibebaskan dari DNA setelah transkripsi selesai (Sheerwood, 2001).
mRNA menyalurkan pesan akhir ke ribosom untuk proses translasi menjadi urutan asam
amino tertentu sehingga informasi genetik mengalir dari DNA melalui RNA ke protein. Hal
ini diawali dengan transkripsi kode DNA menjadi kode RNA komplementer diikuti translasi
kode RNA menjadi protein spesifik. RNA yang diperlukan pada proses ini yaitu ribosom
RNA (rRNA) yang akan membaca dan menerjemahkan urutan basa menjadi urutan asam
amino yang sesuai. Transfer RNA (tRNA) memindahkan asam-asam amino yang sesuai di
sitosol ke tempat yang telah ditentukan di urutan asam amino protein yang sedang dibentuk
(Sheerwood, 2001).
Transkripsi Translasi
Gambar 7. Aliran Informasi Genetik dari DNA melalui RNA ke Protein (Sheerwood, 2001)
D. Fungsi Protein
DNA Replikasi RNA Protein
Berikut ini adalah tujuh fungsi utama protein, yaitu (Martini, et al, 2009) :
1. Penyokong
Protein struktural membuat susunan, sumber energy, dan penyokong bagi sel, jaringan,
dan organ di dalam tubuh.
2. Pergerakan
Protein kontraktil bertanggung jawab dalam kontraksi otot.
3. Transportasi
Lipid yang tidak bisa larut, gas yang masuk lewat sistem respirasi, mineral-mineral
khusus seperti besi dan beberapa hormone harus diikat oleh protein transporter sebelum
beredar di dalam darah.
4. Menstabilkan pH (Buffer)
Protein dapat beraksi sebagai donor atau penerima proton untuk mencegah keadaan yang
berbahaya akibat perubahan pH sel dan jaringan.
5. Pengatur Metabolisme
Enzim mempercepat reaksi kimia di dalam sel. Sensitivitas enzim terhadap lingkungan
sangat penting untuk mengendalikan arah reaksi.
6. Koordinasi dan Kontrol
Hormon dapat mempengaruhi aktivitas metabolik setiap sel di dalam tubuh.
7. Daya Tahan Tubuh
Protein pada kulit, rambut, dan kuku melindungi tubuh dari bahaya lingkungan. Antibodi
dan protein pembekuan darah melindungi tubuh dari penyakit dan kerusakan sistem
kardiovaskuler. Peranan lain protein yaitu pada eksperimen saat ini. Data terkini
menunjukkan bahwa adanya radiasi ion oleh bystander effects (BE) dalam sistem sel
eukariotik. BE ini akan memperlihatkan respon perbaikan pada kerusakan DNA dengan
mentransmisikan sinyal dari sel yang terkena radiasi melalui gap junction atau
mensekresikan faktor pelarut dari sel target ke medium.(Hu, et al, 2009).
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Spuit 3 cc
b. Tourniquet
c. Rak tabung reaksi
d. Tabung reaksi
e. Mikropipet 10-100 µL
f. Mikropipet 100-1000 µL
g. Yellow Tip
h. Vacuum med
i. Spektrofotometer
j. Sentrifugator
2. Bahan
a. Reagen Biuret
b. Plasma
B. Langkah Kerja
1. Persiapan sampel
a. Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan spuit
b. Darah dimasukkan ke dalam tabung eppendorf dan disentrifugasi dengan
kecepatan 4000 rpm selama 10 menit kemudian diambil plasmanya untuk sampel.
2. Sampel (plasma) sebanyak 20 µl kemudian dicampur dengan reagen biuret sebanyak
1000 µl
Biuret 1 cc
3. Campuran diinkubasi selama 10 menit dalam suhu ruangan, kemudian diukur dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm dan nilai faktor 19.0
Sentrifugasi Spektrofotometer
Darah 3 cc Plasma 20 µl
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Hasil yang didapat adalah 6,3 gr/dl
Nilai normal pada bayi :4,6-7,0 gr/dl
Nilai normal umur 3 tahun sampai dewasa : 6,6-8,7 gr/dl
Interpretasi : Normal
B. Pembahasan
Praktikum pemeriksaan total protein dengan metode biuret mempunyai tujuan
untuk memeriksa kadar total protein dalam darah, serta membandingkannya dengan nilai
normal dan menyimpulkan hasilnya.Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kadar
total protein didalam plasma darah adalah 6,3 gr/dl. Bila dibandingkan dengan nilai
normalnya yaitu 6,6-8,7 gr/dl, hasil tersebut termasuk ke dalam kadar yang tidak normal
(di bawah normal).
Rendahnya kadar protein total yang didapat belum tentu merupakan suatu hasil
yang sebenarnya. Kemungkinan tersebut dapat disebabkan karena adanya kesalahan-
kesalahan yang diantaranya:
1. Faktor praktikan
a. Kurang teliti dalam pemberian reagen.
b. Kurang sempurna dalam menghomogenkan larutan.
2. Faktor alat atau reagena
a. Kurang bersihnya alat yang digunakan.
b. Penggunaan reagen yang mungkin sudah terlewat batas waktu penggunaannya.
3. Faktor probandus
a. Kemungkinan probandus yang diet rendah protein.
b. Kemungkina probandus tidak menyukai makanan-makanan yang mengandung
protein.
c. Kemungkinan pada saat praktikum, probandus belum makan.
Secara teoritis, konsentrasi protein plasma yang beredar dalam darah sebagian
mencerminkan status gii umum pasien. Pengukuran protein total bukan merupakan indeks
status gizi umum yang dapat diandalkan karena konsentrasi protein individual
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain misalnya adanya infeksi, stres, hormon, usia,
disfungsi organ, dan determinan genetik. Protein plasma yang paling banyak adalah
albumin, dan konsentrasinya merupakan penanda yang baik untuk status gizi, kadar
albumin yang rendah berkaitan dengan gangguan nutrisi (Sucher, 2004).
C. Aplikasi Klinis
1. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan berat badan lebih
dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan terakhir. Malnutrisi merupakan
suatu keadaan umum yang kita jumpai pada pasien dengan penyakit kronik yang terjadi
pada masyarakat atau pada penyakit baik akut maupun kronik pada pasien yang di
rawat di rumah sakit. Beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya
malnutrisi adalah menurunnya nafsu makan, terjadinya malabsorbsi, peningkatan
pengeluaran misalnya adanya luka kronik, penurunan sintesis protein serta
meningkatnya katabolisme (Syam, 2006).
Pada saat terjadinya malnutrisi, seluruh organ akan mengalami penurunan
massanya kecuali otak, dimana malnutrisi tidak menyebabkan perubahan pada
massanya. Pada saat malnutrisi akan terjadi proses penghancuran dari lean body mass
untuk melepaskan asam amino untuk proses glukoneogenesis. Sebagaimana kita
ketahui asam amino dan untuk protein penting dalam tubuh untuk sistem imunitas dan
proses penyembuhan penyakit. Apabila keadaan ini berlangsung, asam amino tubuh
juga berkurang otot-otot paru juga mengalami kelemahan dan hasil akhirnya akan
menyebabkan penurunan sistem imunitas dan pasien mudah terjadi pneumonia dan
akhirnya kematian. Berbagai penelitian sudah membuktikan bahwa dalam keadaan
malnutrisi seseorang akan mengalami penurunan mental, kekuatan ototnya menurun,
fungsi jantung terganggu dan terjadi penurunan imunitas. Keadaan ini akan
memperburuk keadaan sakit pasien dan mencegah proses penyembuhan dan akan
berakibat terjadinya komplikasi yang pada akhirnya akan memperburuk keadaan
(Syam, 2006).
Malnutrisi memiliki hubungan yang erat dengan imunitas dan infeksi. Malnutrisi
meningkatkan risiko untuk terkena infeksi. Protein Energy Malnutrition (PEM) adalah
penyebab umum berkurangnya kekebalan sekunder tubuh serta meningkatkan
kerentangan terhadap infeksi pada manusia (Schaible, 2007).
Pendekatan klinis malnutrisi meliputi anambesis terutama tentangg asupan nutisi
selama ini, pemeriksaan fisik terutama pengukuran antropometri dan pemeriksaan
laboratorium yang berhubungan dengan status nutrisi pasien. Pemeriksaan khusus
untuk menentukan status nutrisi seperti Bioelecticala Impedance Spectroscopy (BIS)
dan energy expenditure. Pendekatan yang akhir-akhir ini sering digunakan terutama
untuk penelitian adalah dengan menggunakan subjective global assessment (SGA)
(Syam, 2006).
2. Dehidrasi
Dehidrasi disebabkan oleh pengeluaran cairan yang berlebihan dalam waktu lama
sehingga keseimbangan cairan tubuh menjadi negatif. Hal ini bisa disebabkan karena
perdarahan, luka bakar, muntah atau diare berkepanjangan, keringat berlebih, dan
pemakaian diuretik berlebihan. Dehidrasi juga bisa disebabkan oleh kelainan metabolic
seperti diabetes mellitus atau diabetes insipidus. Hiperkonsentrasi zat terlarut pada
cairan ekstraseluler (seperti hiperalbuminemia) menyababkan dehidrasi karena
menyebabkan pengeluaran H2O bergerak ke luar sel melalui osmosis sampai
konsentrasi cairan intraseluler dan esktraseluler menjadi seimbang. Akibatnya, sel yang
ditinggalkan oleh H2O menjadi ciut, kulit kering, bola mata cekung, lidah kering, dan
mukosa bibir pecah-pecah (Sheerwood, 2001)
Gambar 8. Mekanisme Dehidrasi (Marieb, et al, 2011)
BAB VKESIMPULAN
A. Pemeriksaan total protein dalam darah dapat dilakukan dengan metode biuret
B. Pemeriksaan total protein darah pada probandus menunjukkan hasil hipoalbuminemia
C. Kondisi hipoalbuminemia dapat terjadi pada penyakit malnutrisi, sementara itu kondisi
hiperalbuminemia dapat terjadi pada keadaan dehidrasi
DAFTAR PUSTAKA
Hu,Burong., Bo Shen., Yanrong, Su, et al. 2009. Protein kinase C epsilon is involved in ionizing radiation induced Bystander response in human cells. The International Journal of Biochemistry & Cell Biology. 41 : 2413.
Marieb, Elaine N. Katjha Hoehn. 2011. Human Anatomy and Physiology 7th Edition. USA : Pearson-Benjamin Cummings. Chapter II.
Martini, F.H, Judi L. Nath.2009. Fundamentals of Anatomy and Physiology, 8th edition.San Fransisco: Pearson International Education.Chapter II.
Rodwell, Victor W, Peter J. Kennelly. 2003. Proteins: Higher Orders of Structure. In : Harper’s Illustrated Biochemistry 26th Edition. USA : Lange. 30 hal.
Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC.
Schaible, Ulrich E., Stefan H.E. Kaufmann. 2007. Malnutrition and Infection : Complex
Mechanism and Global Impacts. PLoS Medicine. Vol. 4 : 806-812.
Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. B4-B7 hal.
Silbernagl, Stefan. Florian Lang. 2003. Color Atlas of Physiology. Stuttgart : Thieme. 258 hal.
Syam, Ari F. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
CIIEELL, YANG DAPUS BUKU ITU PERLU DIKASIH HALAMAN NGGAK SIH DI
BELAKANGNYA? :O ITU DIKOREKSI LAGI YA CIEL FORMATNYA TAKUT AKU
YANG SALAH, HEHE…