PPKN

12
Tugas PPKN Pancasila dan konstitusi Disusun Oleh: Afdal (1010186) AMIK STMIK JAYANUSA PADANG 2014

description

PPKN

Transcript of PPKN

  • Tugas PPKN

    Pancasila dan konstitusi

    Disusun Oleh: Afdal (1010186)

    AMIK STMIK JAYANUSA PADANG

    2014

  • I. PENDAHULUAN Pancasila sebuah karya para founding people negeri ini. Pancasila adalah hasil diaelektika historis antarpemikir bangsa sejak awal abad ke-20. Pancasila dalam terminologi John Locke,Hobbes, dan Rosseau adalah du sociale contract atau kontrak sosial yang menyatukan semua elemen yang berbeda dalam negara. Pancasila juga merupakan implementasi gagasan korporatisasi semua elemen bangsa tanpa menghilangkan kebhinnekaan namun dengan mengutamakan unsur kesatuan. Pancasila juga konsep yang mempertemukan sisi religiusitas masyarakat dengan sisi keduniaan tanpa mempertentangkan kedua sisi tersebut, melainkan hasil integrasi kedua elemen tersebut. Founding people secara cerdas menyatakan kedua hal ini dalam satu pernyataan yang tegas bahwa negara ini bukan negara sekuler tapi juga bukan negara agama. Founding people menyadari bahwa elemen religiusitas adalah bagian inheren dari masyarakat dan modal sosial yang menggerakkan masyarakat namun founding people juga menyadari bahwa sisi religiusitas masyarakat bersifat plural, maka negara ini memang tidak menjadikan satu agama, melainkan memasukkan semua elemen agama dalam norma kenegaraan yang dikorporatisasikan dalam MPR melalui utusan golongan dan Departemen Agama. Pernyataan sikap inilah yang kemudian dijabarkan dalam konstitusi.

  • II. PEMBAHASAN A. Pengertian Konstitusi

    Dalam arti yang paling luas berarti Hukum Tata Negara, yaitu keseluruan aturan dan ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara. Contoh: istilah Contitutional Law dalam bahasa Inggris berarti Hukum Tata Negara. Dalam arti sempit, berarti Undang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa dokumen yang memuat aturan-aturan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok. Konstitusi (bahasa latin: constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara-biasanya dimodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Dalam kasus bentukan negara,konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum,istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik,prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur,prosedur,wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga masyarakatnya.

    1. Pengertian Konstitusi menurut para ahli : a. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang

    berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam pemerintahan suatu negara.

    b. Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.

    c. Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik, dsb.

    d. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tak tertulis. e. Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarti

    bersama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.

    f. Carl schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu: Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum dan semua organisasi yang

    ada di dalam negara. Konstitusi sebagai bentuk negara. Konstitusi sebagai faktor integrasi. Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi di dalam negara .

    1) Konstitusi dalam arti relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu konstitusi sebagai tuntutan dari golongan borjuis agar haknya dapat dijamin oleh penguasa dan konstitusi sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil (konstitusi dapat berupa tertulis) dan konstitusi dalam arti materiil (konstitusi yang dilihat dari segi isinya).

    2) konstitusi dalam arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik yang tertinggi sehingga mampu mengubah tatanan kehidupan kenegaraan.

  • 3) konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi yang memuat adanya jaminan atas hak asasi serta perlindungannya.

    B. Hubungan Pancasila dan Konstitusi Pancasila adalah dasar Negara dengan fandemen yang kokoh dan kuat, seta bersumber dari pandangan hidup atau falsafah (cerminan dari peradaban, kebdayaan, keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh dalam sejarah perkembangan Indonesia) yang diterima oleh seluruh lapisan masyarakat yabg dijadikan tuntunan hidup bagi bangsanya. Dasar Negara akan kuat karena diambil dari pandangan hidup bangsanya yang memuat nilai-nilai luhur budaya bangsa. Pada dasarnya setiap negara memiliki dasar negaranya masing-masing berdasarkan pandangan hidup berbangsa dan bernegaranya. Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, yang terdiri dari 5 sila sebagai nilai dasar yang digunakan sebagai dasar non-motif bagi penyelenggaraan Negara Indonesia, diantaranya adalah : 1) Ketuhanan Yang Maha Esa 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab 3) Persatuan Indonesia 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan 5) Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

    Keterkaitan antara Pancasila dan konsitusi tampak pada gagasan dasar, cita-cita, dan tujuan negara yang tertuang dalam mukadimah atau Pembukaan Undang-Undang Dasar suatu negara. Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebatinan negara. Pembukaan memuat asas kerohanian negara, asas politik negara, asas tujuan negara, serta menjadi dasar hukum daripada undang-undang. Pancasila dengan batang tubuh merupakan wujud yuridis konstitusional tentang sesuatu yang telah dirumuskan dalam pembukaan. Dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat rumusan Pancasila yang telah dirumuskan dalam pembukaan. Dalam pembukaan UUD 1945 terdapat rumusan Pancasila yang amat jelas kedudukannya sebagai sumber hukum tata negara. Adapun peraturan perundangan negara Indonesia adalah: 1. UUD 1945 2. Ketetapan MPR Republik Indonesia 3. Undang-undang 4. Peraturan pemerintah penggatnti undang-undang (Perpu) 5. Peraturan pemerintah 6. Keputusan presiden 7. Peraturan daerah

    Jadi Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber hukum dasar bagi penyusunan perundangan negara. UUD 1945 adalah peraturan perundangan teringgi negara Indonesia yang bersumberkan pada Pancasila.

  • C. Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Konstitusi 1. Tujuan Konstitusi

    Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang wenang maksudnya tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak.

    Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang lain dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.

    Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh

    2. Fungsi Konstitusi Document yang mengandung perjanjian luhur, berisi kesepakatan-kesepakatan tentang

    politik, hukum, pendidikan, budaya, ekonomi, kesejahteraan dan aspek fundamental yangmenjadi tujuan Negara.

    Konstitusi sebagai piagam kelahiran (a birth certificate of new state). Konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi. Konstitusi sebagai identitas nasional dan lambing persatuan Konstitusi sebagai alat membatasi kekuasaan Konstitusi sebagai pelindung HAM dan kebebasan warga Negara.

    3. Ruang Lingkup Konstitusi Dalam berbagai literatur hukum tata negara maupun ilmu politik ruang lingkup paham konstitusi (konstitusionalisme) demokrasi meliputi: Kekuasaan tunduk pada hukum Jaminaan dan perlindungan hak-hak asasi manusia. Peradilan yang bebas dan mandiri. Akuntabilitas publik (pertanggungjawaban kepada rakyat) sebagai sendi utama dari asas

    kedaulatan rakyat.

    D. SEJARAH PERKEMBANGAN KONSTITUSI Konstitusi sebagai suatu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal yaitu sejak jaman bangsa Yunani yang memiliki beberapa kumpulan hukum (semacam kitab hukum pada 624-404 SM). Athena pernah mempunyai tidak kurang dari 11 konstitusi, sedangkan Aristoteles sendiri berhasil mengoleksi sebanyak 158 buah konstitusi dari beberapa negara. Pada masa itu pemahaman tentang konstitusi hanyalah merupakan suatu kumpulan dari peraturan serta adat kebiasaan semata-mata. Sejalan dengan perjalanan waktu, pada masa Kekaisaran Roma pengertian konstitusi (constitutionnes) mengalami perubahan makna ; ia merupakan suatu kumpulan ketentuan serta peraturan yang dibuat oleh para kaisar, pernyataan dan pendapat para ahli hukum, negarawan, serta adat kebiasaan setempat selain undang-undang. Konstitusi Roma mempunyai pengaruh cukup

  • besar sampai abad pertengahan yang memberikan inspirasi bagi tumbuhnya paham Demokrasi Perwakilan dan Nasionalisme. Dua paham inilah yang merupakan cikal bakal munculnya paham konstitusionalisme modern. Selanjutnya pada abad VII (zaman klasik) lahirlah piagam Madinah atau Konstitusi Madinah. Piagam Madinah yang dibentuk pada awal masa klasik Islam (622 M) merupakan aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah yang dihuni oleh bermacam kelompok dan golongan : Yahudi, Kristen, Islam dan lainnya. Konstitusi Madinah berisikan tentang hak bebas berkeyakinan, kebebasan berpendapat, kewajiban kemasyarakatan dan juga mengatur kepentingan-kepentingan hukum. Konstitusi Madinah merupakan satu bentuk konstitusi pertama di dunia yang telah memuat materi sebagaimana layaknya konstitusi modern dan telah mendahului konstitusi-konstitusi lainnya di dalam meletakkan dasar pengakuan terhadap hak asasi manusia. Pada paruh kedua abad XVII, kaum bangsawan Inggris yang menang dalam revolusi istana (The Glorious Revolution) telah mengakhiri absolutisme kekuasaan raja dan menggantikannya dengan sistem parlemen sebagai pemegang kedaulatan. Akhir dari revolusi ini adalah deklarasi kemerdekaan 12 negara koloni Inggris pada 1776, dengan menetapkan konstitusi sebagai dasar negara yang berdaulat. Pada tahun 1789 meletus revolusi di Perancis, ditandai oleh ketegangan-ketegangan di masyarakat dan terganggunya stabilitas keamanan negara. Instabilitas sosial di Prancis memunculkan perlunya konstitusi (constituante). Maka pada tanggal 14 September 1791 tercatat sebagai diterimanya konstitusi Eropa pertama oleh Louis XVI. Sejak peristiwa inilah sebagian besar negara-negara di dunia, baik monarkhi maupun republuk, negara kesatuan maupun federal, sama-sama mendasarkan prinsip ketatanegaraannya pada sandaran konstitusi. Di perancis muncul buku karya J.J. Rousseau, Du Contract Social, yang mengatakan manusia terlahir dalam keadaan bebas dan sederajat dalam hak-haknya. Sedangkan hukum merupakan ekspresi dari kehendak umum (rakyat). Pandangan Rousseau ini sangat menjiwai hak-hak dan kemerdekaan rakyat (De Declaration des Droit d IHomme et du Citoyen), karena deklarasi inilah yang mengilhami pembentukan Konstitusi Perancis (1791) khususnya yang menyangkut hak-hak asasi manusia. Setelah peristiwa ini, maka muncul konstitusi dalam bentuk tertulis yang dipelopori oleh Amerika. Konstitusi tertulis model Amerika ini kemudian diikuti oleh berbagai negara di Eropa, seperti Spanyol (1812), Norwegia (1814), Belanda (1815). Hal yang perlu dicatat adalah bahwa konstitusi pada waktu itu belum menjadi hukum dasar yang penting. Konstitusi sebagai UUD, atau sering disebut dengan Konstitusi Modern baru muncul bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi perwakilan. Demokrasi perwakilan muncul sebagai pemenuhan kebutuhan rakyat akan lembaga perwakilan (legislatif). Lembaga ini dibutuhkan sebagai pembuat Undang-undang untuk mengurangi dan membatasi dominasi para raja. Alasan inilah yang menempatkan konstitusi tertulis sebagai hukum dasar yang posisinya lebih tinggi daripada raja.

  • E. Sejarah Lahir dan Perkembangan Konsitusi Indonesia Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk menyusun sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu revolusi grondwet telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang Dasar 1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37 pasal namun ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum teori konstitusi telah terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan dan melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu referendum.(Tap no.1/ MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983 tentang referendum)

    Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada sidang tahunan MPR tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara komperhensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi. Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada beberapa macam Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :

    1) Periode 18 Agustus 1945 27 Desember 1949 (Penetapan Undang-Undang Dasar 1945) Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia setelah mengalami beberapa proses.

    2) Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 (Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat) Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.

  • 3) Periode 17 Agustus 1950 5 Juli 1959 (Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950) Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.

    4) Periode 5 Juli 1959 1966 (Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945) Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu. Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya: Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPA

    menjadi Menteri Negara MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis

    Indonesia

    5) Periode 11 Maret 1966 21 Met 1998 (Masa orde baru) Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada fihak swasta untuk menghancur hutan dan sumberalam kita. Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara melalui sejumlah peraturan: Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk

    mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan

    bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.

  • Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

    6) Periode 21 Mei 1998 19 Oktober 1999

    (Masa transisi) Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI

    7) Periode 1999 Sekarang (UUD 1945 Amandemen) Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil. Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR: Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD 1945

    F. Perubahan Konstitusi di Indonesia

    Dalam sistem ketatanegaraan modern, terdapat dua model perubahan konstitusi yaitu renewel (pembaharuan) dan amandemen (perubahan). Menurut Miriam Budiarjo, ada 4 macam prosedur dalam perubahan konstitusi baik dalam model renewel dan amandemen, yaitu:

    Sidang badan legislative dengan ditambah beberapa syarat, misalnya dapat ditetapkan quorum untuk sidang yang membicarakan usul perubahan undang-undang dasar dan jumlah minimum anggota badan legislative untuk menerimanya

    Referendum (Pengambilan keputusan dengan cara menerima atau menolak usulan perubahan undang-undang

    Negara-negara bagian dalam Negara federal (misal Amerika Serikat, dari 50 negara-negara bagian harus menyetujui)

  • Perubahan yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.

    Selanjutnya menurut K.C. Wheare dalam melakukan perubahan UUD hendaklah diperhatikan hal berikut:

    Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum perubahan dilakukan

    Agar jika dilakukan di negara serikat kekuasaan Negara serikat dan kekuasaan negara bagian tidak diubah semata-mata oleh perbuatan masing-masing pihak secara tersendiri

    Agar hak-hak perorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau kebudayaannya mendapat jaminan

    Dalam perubahan keempat UUD 1945 diatur tentang tata cara perubahan undang-undang dasar. Bersandar pada pasal 37 UUD 1945 menyatakan: Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis

    Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat

    Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya

    Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat

    Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurag-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

    Dalam sejarah konstitusi Indonesia telah terjadi beberapakali perubahan atas UUD 1945. Sejak proklamasi 17 Agustus 1945, telah terjadi beberapa kali perubahan atas UUD Negara Indonesia yaitu:

    Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945 27 Desember 1949) Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950) UndangUndang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950 -5 Juli 1959) Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 - 19 Oktober 1999) Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan (19 Oktober 1999 18 Agustus 2000) Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000 - 9 November 2001) Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II dan III (9 November 2001 10 Agustus 2002) Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, III dan IV (10 Agustus 2002)

  • G. Lembaga Kenegaraan Pasca Amandemen UUD 1945 Amandemen adalah upaya yang dilakukan untuk mengadakan perubahan terhadap suatu aturan/ketentuan yang sudah ada, sehingga menjadi lebih lengkap dan baik. Untuk memenuhi tuntutan reformasi dan mewujudkan kehidupan berbangsa yang lebih demokratis dengan menyempurnakan aturan dasar dalam bernegara sekaligus untuk memantapkan usaha pencapaian cita cita proklamasi 17 Agustus 1945 , sebagaimana tertuang pembukaan UUD 1945. Wewenang yang mengadakan amandemen adalah MPR (Pasal 3 ayat 1 UUD 1945 Masjelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-undang Dasar). Disamping MPR berhasil mengadakan perubahan UUD 1945 adakah kesepakatan yang lain? Ada, yaitu :

    1) Tidak akan mengubah pembukaan UUD 1945 2) Tetap mempertahankan NKRI 3) Tetap mempertahankan pemerintahan presidensiil 4) Penjelasan UUD 1945 yang bersifat normative dimasukan kedalam pasal-pasal UUD 1945 5) Perubahan dilaksanakan secara addendum 6) Batang tubuh UUD 1945 menjadi 21 BAB, 73 Pasal, 170 Ayat, 3 Pasal aturan peralihan dan 2

    Pasal aturan tambahan.

    Perubahan yang telah dilakukan MPR dalam rangka pelaksanaan amandemen UUD 1945, yaitu :

    1) Tatanan Kenegaraan 2) Kedaulatn Rakyat 3) Hak asasi manusia 4) Pembagian kekuasaan 5) Kesejahteraan social 6) Eksistensi Negara demokrasi dan Negara hukum 7) Hal lain sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa

    Terkait dengan amandemen UUD 1945, sikap positif yang mesti dikembangkan oleh setiap warga Negara

    1) Disiplin = Menjunjung tinggi hukum dan patuh 2) Tida Egois = Mendahulukan kepentingan umum 3) Kooperatif = Menjalin kerja sama untuk menegakan kebenaran dan keadilan 4) Taat asas = memiliki kesadaran yang tinggi akan perlunya aturan dan tidak menang sendiri

  • III. KESIMPULAN Bersikap positif terhadap konstitusi dengan cara : Melaksanakan Konstitusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

    Konstitusi atau Undang-Undang Dasar adalah hukum dasar yang tertulis. Mengembangkan konstitusi sehingga mampu mengikuti perkembangan jaman

    Pengembangan konstitusi merupakan bagian dari reformasi hukum di Indonesia. Pengembangan diperlukan agar mampu menjawab tantangan jaman.

    Menjaga pelaksanaan konstitusi Tugas menjaga pelaksanaan konstitusi adalah tanggung jawab seluru unsurdalam negara. Bagi masyarakat, sikap yang baik dalam menjaga pelaksanaan konstitusi adalah mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat. Tanpa konstitusi, demokrasi akan menjadi anarki. Adapun cara antara lain adalah dengan Menciptakan kultur taat huku yang sehat dan aktif (culture of law), Ikut mendorong proses pembuatan hukum yang aspiratif (process of law making), Mendukung pembuatan materi-materi hukum yang responsif (content of law), dan Ikut menciptakan aparat penegak hukum yang jujur dan bertanggung jawab (structure of law).