Posr Tht Baru Juga

155
POSR THT GEMILANG KHUSNURROKHMAN H1A 008 001 1. Seorang anak, 8 tahun, diantarkan ibunya, datang ke dokter dengan keluhan telinga kirinya sakit. Keluhan ini sudah berlangsung selama 3 bulan, namun hilang timbul. Muncul terutama apabila anak sedang batuk pilek atau habis berenang. Sebelumnya pasien sudah meminum obat nyeri antalgin. Ibu pasien menceritakan bahwa sejak kemarin muncul kotoran dari telinganya berupa sekret encer berwarna kuning, berbau, dan disertai demam. a. Daftar masalah - Anak 8 Tahun, telinga kiri sakit dan sudah 3 bulan sakitnya namun hilang timbul - Muncul terutama saat sedang batuk pilek dan habis berenang - Sudah minum obat nyeri antalgin - Sejak kemarin muncul kotoran dari telinganya berupa sekret berwarna kuning encer, berbau dan disertai demam b. Diagnosa Kerja: Otitis Media Supuratif Kronis c. Tujuan Terapi - Mengeradikasi kuman penyebab pada telinga kiri - Menurunkan demam dan menghilangkan nyeri pada telinga kiri - Membersihkan sekret telinga kiri d. Golongan obat yang sesuai tujuan terapi

description

tht

Transcript of Posr Tht Baru Juga

POSR THT

GEMILANG KHUSNURROKHMAN

H1A 008 001

1. Seorang anak, 8 tahun, diantarkan ibunya, datang ke dokter dengan keluhan telinga kirinya

sakit. Keluhan ini sudah berlangsung selama 3 bulan, namun hilang timbul. Muncul terutama

apabila anak sedang batuk pilek atau habis berenang. Sebelumnya pasien sudah meminum

obat nyeri antalgin. Ibu pasien menceritakan bahwa sejak kemarin muncul kotoran dari

telinganya berupa sekret encer berwarna kuning, berbau, dan disertai demam.

a. Daftar masalah

- Anak 8 Tahun, telinga kiri sakit dan sudah 3 bulan sakitnya namun hilang timbul

- Muncul terutama saat sedang batuk pilek dan habis berenang

- Sudah minum obat nyeri antalgin

- Sejak kemarin muncul kotoran dari telinganya berupa sekret berwarna kuning

encer, berbau dan disertai demam

b. Diagnosa Kerja: Otitis Media Supuratif Kronis

c. Tujuan Terapi

- Mengeradikasi kuman penyebab pada telinga kiri

- Menurunkan demam dan menghilangkan nyeri pada telinga kiri

- Membersihkan sekret telinga kiri

d. Golongan obat yang sesuai tujuan terapi

- Mengeradikasi kuman penyebab

Nama Efficacy (Kemanjuran) Safety (Keamanan) Suitability

(Kecocokan)

Aminoglikosida Spektrum kerja kuas, banyak bacili

gram-, antara lain E.coli,

H.influenzae, Klebsiella, Proteus

dan Enterbacter, Salmonella dan

Shigella. Aktif juga mengatasi

gonokokus, dan sejumlah gram +

(Staphylococcus aureus/epiermis).

Amikasin (spektrum kerja paling

luas) dan tobramisin aktif kuat

pada pseudomonas, gentamisin

lebih ringan. Streptomisin,

kanamisin, dan amikasin aktif

terhadap kuman tahan asam (TBC

dan lepra). Tidak aktif terhadap

kuman anaerob.

Aktivitas: baktersidal, dengan

penetrasi dinding bakteri dan

mengikat diri pada ribosom di

dalam sel. Proses translasi (RNA

dan DNA) diganggu, sehingga

biosintesa protein diganggu. Tidak

hanya terjadi pada fase

pertumbuhan kuman, namun juga

termasuk saat kuman membelah

diri.

Memiliki efek sisa setelah selesai

penggunaan obat, efek

antibiotisnya masih ada walaun

kadarnya dalam darah,

berangsur-angsur turun.

“88”

E.S : yang digunakan

secara parenteral dapat

menyebabkan

kerusakan pada organ

pendegaran dan

keseimbangan, akibat

rusaknya saraf

vestibulokoklearis

(N.VIII). Nefrotoksitas

yang reversibel karena

ditimbun dalam sel-sel

tubuler ginjal. Jarang

terjadi blokade

neuromuskuler dengan

kelemahan otot dan

depresi pernafasan.

Toksisitas di atas,

bukan bergantung

dosis, namun pada

lamanya pemakaian

obat dan jenisnya

(Netilmisin efeknya

lebih kurang untuk

menimbulkan

ototoksisitas).

Sebaiknya ditakarkan

1-2x sehari. Pada

penggunaan oral dapat

terjadi nausea, muntah,

diare, khususnya pada

dosis tinggi.

Kehamilan dan

laktasi: dapat melintasi

plasenta, merusak

ginjal dan tuli pada

bayi. Tidak dianjurkan

selama kehamilan.

Streptomisin dan

kanamisin hanya

digunakan

parenteral pada TB,

dikombinasi dengan

rifampisin, INH,

dan pirazin, juga

bersama

benzilpenisilin

berkat efek pada

infeksi streptokokus

atau enterokokus.

Gentamisin dan

tobramisin sering

digunakan dengan

penisilin atau

sefalosporin pada

infeksi

pseudomonas.

Amikasin

dicadangkan untuk

kasus di mana

terdapat resistensi

bagi aminoglosida

lainnya. Pada

pemebrian topikal,

gentamisin,

tobramisin dan

neomisin untuk

salep atau tetes

mata, telinga,

kombinasikan juga

dengan suatu

polipeptida

(polikmisin,

basitrasin).

Framisetin khusus

Sedikit mencapai ASI,

bia digunakan saat

pemberian ASI.

“50”

digunakan secara

topikal.

Kontraindikasi :

bila ada riwayat

alergi pada

aminoglikosida.

“90”

Tetrasiklin Khasiat: bakteriostatik dan

bakterisidal lemah bila diinjeksikan

secara intravena.

Mekanisme kerjanya: berdasarkan

sintesis protein kuman yang

diganggu. Spektrum kerja luas dan

meliputi banyak cocci gram+ dan

gram-, serta kebanyakan basili,

kecuali pseudomonas dan proteus.

Aktif juga terhadap Chlamydia

trachomatis, Rickettsiae,

Spirochaeta terhadap sifilis dan

frambusia, leptospirae,

Actinomyces, dan beberapa

protozoa (Amoeba).

Farmakokinetik: resorpsi 75% dan

agak lambat saat perut kosong.

Kadar puncak dalam darah 3-4 jam

kemudian. Kecuali, doksisiklin dan

minoksiklin yang diserap baik (90-

100%), dan juga bila ditelan dengan

makanan. Kadar plasma T1/2

tetrasiklin berkisar 9 jam,

minoksikin 18 jam, dan 23 jam

doksisiklin. Memiliki kemampuan

penetrasi yang cukup bak ke dalam

jaringan karena sifat lipofiliknya,

dengan afinitas khusus (tulang,

mata, prostat, gigi, kuku dan kulit

yang meradang. Difusi melalui CSS

buruk, kecuali minoksiklin.

Ekskresi tetrasiklin melalui ginjal,

E.S: Penggunaan oral

dapat menyebabkan

gangguan GIT,

penyebabnya ialah

adanya mukosa

lambung/ perubahan

flora-usus oleh bagian

yang tak diserap,

terutama tetrasiklin.

Hingga dapat

menimbulkan adanya

supra-infeksi oleh

Candida albicans. Efek

lebih sering dan serius

adalah sifat

penyerapannya dalam

tulang dan gigi yang

sedang tumbuh pada

janin anak-anak.

Pembentukan

kompleks tetrasiklin-

kalsiumfosfat dapat

menimbulkan

gangguan pada struktur

kristal dari gigi serta

pewarnaan dengan

titik-titik kuning yang

mudah mengalami

karies. Fotosensitasi,

kulit menjadi peka

cahaya, menjadi

kemerah-merahan,

Indikasi: Infeksi

saluran napas, paru-

paru, ISK, infeksi

kulit dan mata.

Penggunaan pada

acne, , karena

adanya daya

hambat terhadap

akitvitas lipase

untuk

Propionibacter

acnes. Pada

bronkhitis kronis,

adakalanya

dijadikan sebagai

obat profilaksis

serangan akut.

Kontraindikasi:

Sediaan suspensi

atau kapsul yang

sudah lama

tersimpan/ telah

berwarna kuning

tua sampai coklat

Tidak boleh

diminum lagi.

Karena pada

kondisi lembab dan

panas mudah

terurai, terutama

karena cahaya, dan

dapat menjadi

degan kadar dalam urin utama dan

tinggi, doksisiklin dan minoksiklin

terutam diekskresi melalui empedu

dan feses.

“90”

gatal-gatal, dan

sebagainya.

Kehamilan : bisa

menyebabkan

penghambatan tulang

yang mengakibatkan

menjadi lebih rapuh

dan kalsifikasi gigi

terpengaruh secara

buruk, semua

tetrasiklin tidak boleh

diberikan setelah

bulan keempat dari

kehamilan dan pada

anak-anak sampai

usia 8 tahun.

Interaksi: membentuk

kompleks tak larut

dengan sediaan besi,

aluminium, magnesiun

dan kalsium, hingga

resorpsinya dari usus

gagal. Sehigga

tetrasiklin tidak boleh

diminum sambil

minum susu atau

bersama makanan atau

antasida. Kecuali

doksisiklin dan

minoksiklin dapat

ditelan bersama

makanan dan susu.

Tetrasiklin ,oksitetrasik

lin dan minoksiklin

dapat menghambat

hidrolisis dari

conjugated estrogen

dalam usus. Turunnya

kadar estrogen dalam

darah bisa

sangat toksik bagi

ginjal, karena

terurai menjadi epi-

dan

anhidrotetrasiklin.

Tidak boleh

diberikan pada ibu

hamil hingga anak

berusia 8 tahun.

Hipersensitivitas

terhadap tetrasiklin.

“0”

menimbulkan spotting

setelah penggunaan

antikonseptiva yang

berisi etinilestradiol

atau mestranol.

“0”

Makrolida&

Linkomisin

Efek: bakteriostatis, bakteri

gram+, dan spektrum kerja mirip

penisilin-G. Mekanisme kerja,

melalui pengikatan reversibel pada

ribosom kuman, sehingga sintesis

proteinnya dirintangi.

Waktu paruh singkat, hingga perlu

ditakarkan sampai 4x.

Kinetik: tergantung formulasi,

bentuk garam atau ester. Makanan

memperburuk absorbsi, sebaiknya

diminum saat perut kosong, kecuali

diritromisin tidak dipengaruhi oleh

makanan. Kemampuan penetrasi ke

jaringan dan organ baik, kadar

interseluler tinggi. Efek kuman

intrasel tinggi, Legionella,

Mycoplasma & Chlamydia. Sisanya

di luar sel. Metabolisme semua

makrolida diuraikan dalam hati,

melalui sistem sitokrom P-450,

menjadi metabolit inaktif. Kecuali,

metabolit-OH dari klaritromisin.

Ekskresi berlangsung melalui

empedu dan tinja serta kemih,

terutama dalam bentuk inaktif.

“50”

E.S: Gangguan GIT,

yang terutama nampak

pada eritromisin akibat

penguraiannya oleh

asam lambung. Lebih

jarang nyeri kepala dan

reaksi kulit. Eritromisin

dosis tinggi dapat

menimbulkan ketulian

reversibel, mungkin

akibat pengaruhnya

terhadap SSP. Semua

makrolida dapat

mengganggu fungsi

hati, yang tampak

sebagai peningkatan

nilai-nilai fungsi hati,

nyeri kepala, pusing

dapat terjadi.

Eritromisin dan dapat

mengakibatkan reaksi

alergi.

Interaksi: atas dasar

peningkatan pada

sistem enzim sitokrom

P-450, eritromisin

memperlihatkan

penghambatan

enzimatis dari

metabolisme teofilin,

karbamazepin,

kumarin, rifampisin,

astemizol, terfenadin

Indikasi:

eritromisin

merupakan pilihan

utama pada infeksi

paru-paru dengan

Legionella

pneumophilia

(penyakit veteran),

Mycoplasma

pneumoniae, dan

infeksi usus oleh

Campylobacter

jejuni. Pada infeksi

lain, merupakan

pilihan obat kedua,

bilaman terdapat

resistensi dan suatu

hipersensitivitas

untuk penisilin.

Pada indikasi lain,

seperti sepsis,

endokarditis, dan

pasien dengan

granulositopenia,ata

u lansia, sebaiknya

digunakan yang

bersifat baktersidal,

seperti penisilin dan

sefalosporin. Untuk

derivatnya yang

lebih tahan asam

lambung dan

keluhan GIT nya

dan siklosporin. Nyata

pada dosis besar dan

penggunaan lama.

Hanya klaritromisin

berinteraksi secara

signifikan dengan

karbamazepin.

Ertiromisin dan

klaritromisin

meningkatkan kadar

plasma digoksin

dengan jalan

merintangi sejenis

kuman tertentu dengan

merintangi kuman

tertentu yang

menginkativasi

digoksin dalam usus.

Klaritromisin dan

roxitromisin yang tidak

dapat diberikan

bersamaan dengan

ergotamin, karena

dapat menimbulkan

kejang arteri dan reaksi

iskemia.

Kehamilan dan

laktasi: eritromisin

aman, tapi tidak ada

data untuk derivatnya,

sedangkan

rosirtromisin aman

diminum sambil

memberi ASI.

Klaritromisin ternyata

mengganggu

perkembangan janin

pada binatang coba,

jangan digunakan pada

trimester pertama

lebih ringan, seperti

azitromisin dapat

diberikan, yang

mampu melawan

bakteri gram-,

seperti

Haemophilus

influenzae, infeksi

saluran napas.

Untuk klaritromisin

dan azitromisin

efektif juga

mengatasi kuman

penyerta pada

AIDS, seperti

Toxoplasma gondii

dan

Mycobacterium

avium intercellare.

Kontraindikasi:

Alergi eritromisin,

saat hamil tidak

boleh diberikan

“0”

kehamilan.

“70”

Kloramfenikol Efek: Bakteriostatis terhadap

Enterobacter dan Staph.aureus

dengan merintangi sintesa

polipeptida kuman. Bekerja

bakterisidal terhadap

Strep.pneumoniae,

Neiss.meningitides dan

H.influenzae

Resorpsi: dari usus cepat, 75-90%

terserap. Difusi ke dalam jaringan,

lumen, dan cairan tubuh baik sekali.

Kecuali ke dalam empedu.

Kadarnya dalam CCS tinggi.

Plasma T1/2 rata-rata 3 jam. Dalam

hepar, zat ini dirombak 90%

menjadi glukoronida inaktif. Bayi

yang baru dilahirkan, belum cukup

untuk merombak tersebut, maka

mudah mengalami keracunan.

Ekskresi melalui ginjal sebagai

metabolit inaktif, lebih kurang 10%

Rasa ester (palmitat dan stearat)

tidak pahit berlainan dengan

kloramfenikol sebagai basa, maka

sering digunakan sebagai sediaan

suspensi. Ester inaktif ini dalam

usus dihidrolisis oleh lipase dan

menghasilkan basa aktif kembali.

Syarat hidrolisis lengkap ialah

ukuran partikel serbuk yang

digunakan untuk dibuat suspensi,

haru 1-5 mikron. Untuk injeksi

dengan garam-Na dari ester

suksinat yang mudah larut dan

daram jaringan dirombak menjadi

kloramfenikol aktif.

E.S: gangguan GIT,

neuropati optis dan

perifer, radang lingua,

mukosa mulut. Tetapi,

yang sangat berbahaya

ialah depresi sumsum

tulang (Mielodepresi)

yang dapat tampak

dalam bentuk anemia,

dalam 2 bentuk,

penghambatan

pembentukan sel-sel

darah 5 hari setelah

terapi dimulai,

tergantung lama terapi,

dosis dan bersifat

reversibel. Yang kedua,

berupa anemia

aplastik, beberapa

minggu sampai bulan

setelah terapi, maka

tetes mata tidak boleh

digunakan lebih dari 10

hari. Mielodepresi

tidak reversibel namun

jarang. Dapat

menyebabkan

kerusakan sumsum

tulang diduga karena

kloramfenikol menjadi

metabolit aktif yang

toksik karena diuraikan

kuman dalam usus.

Begitupula pada

penggunaan di kulit

dan mata, maka akan

diuraikan oleh sinar

Indikasi: infeksi

tifus, meningitis

(khusus bagi

H.influenzae),

infeksi anaerob

(contoh abses otak

oleh B.fragilis yang

semuanya

digunakan secara

oral. Secara topikal

sebagai salep 3%

dan tetes/ salep

mata, sebagai

pilihan kedua. Jika

fusidat dan

tetrasiklin tidak

efektif hanya pada

konjungtivits

bakterial selama 10

hari. Lebih bai

k salep mata

sebelum tidur 1 dd.

Kontraindikasi:

Penderita anemia

aplastik, ibu hamil

dan laktasi, tetes

telinga (karena zat

pelarut yaitu

propilenglikol

ototoksis pada

telinga. Penderita

neuropati. Penderita

dengan kelainan

darah lainnya.

“90”

UV-A.

Kehamilan dan

laktasi: tidak

dianjurkan, khususnya

selama minggu-minggu

terakhir dari

kehamilan, karena

dapat menimbulkan

sianosis dan hipotermia

neonatus (grey baby

syndrome), melintasi

plasenta, ASI, begitu

pula untuk tiamfenikol

“67”

“55”

Tiamfenikol Spektrum kerja dan sifatnya mirip

dengan kloramfenikol, efeknya juga

kurang kuat. Resorpsi sangat baik

sekali. T1/2 nya 2 jam, pengikatan

pada enzim glukoronidase hepar

hanya 5-10%. Sedangkan

ekskresinya dalam urin tinggi

sebagai zat aktif 65%. Didalam

empedu kadarnya lebih tinggi dari

kloramfenikol.

“80”

E.S: Depresi sumsum

tulang yang reversibel,

jarang meninmbulkan

aplasia sumsum tulang,

lebih sering

eritropoiesis,

leukopenia,

trombositopenia dan

peningkatan kadar

serum besi

“67”

Indikasi: Infeksi

tifus, ISK dan

Infeksi saluran

empedu. Juga pada

Strepto.pyogenes,

haemophilus dan

pneumokokus.

Kontraindikasi:

Gagal ginjal,

Penderita anemia

aplastik, ibu hamil

dan laktasi.

Penderita dengan

kelainan darah

lainnya.

“67”

Vankomisin Efek: bakterisidal kuman gram+

aerob dan anaerob, termasuk

stafilokokus yang resisten untuk

metisilin (MRSA). Biasanya

sebagai lini terakhir, bila antibiotik

lainnya sudah tidak mempan.

Kinetik: resorpsi dari usus buruk,

E.S: Gangguan fungsi

ginjal, terutama pada

penggunaan lama

dengan dosis tinggi,

juga neuropati perifer,

reaksi alergi kulit

menjadi kemerahan

Bisa sebagai

pengganti bagi

pasien yang alergi

penisilin atau

sefalosporin.

Indikasi: kolitis

akibat terapi seperti

namun pada usus yang sakit, seperti

pada enteritis resorpsinya baik.

Kadar terapeutis dalam cairan

pleura, sinovial, dan saluran kemih

tercapai. Plasma T1/2 ialah 5-11

jam. Ekskresi 80% melalui saluran

kemih.

“0”

yang disebut the red

man syndrome, mual,

demam, dan lainnya.

Kombinasi dengan

aminoglikosida

meningkatkan resiko

nefro dan ototoksisitas.

Kehamilan dan

Laktasi: belum ada

data yang menjelaskan,

namun obat ini

mencapai ASI.

“0”

oleh linkomisin,

klindamisin dan

radang pada

mukosa usus oleh

Stafilokokus.

Kontraindikasi:

Gagal ginjal, alergi

vankomisin,

mengkonsumsi obat

aminoglikosida,

neuropati

Bisa diberikan

oral, ataupun

injeksi

“0”

Asam Fusidat Efek: Bakteriostatis, dengan

menghambat sintesis kuman.

Spektrum kerja sempit dan terbatas

pada kuman gram+ terutama

stafilokokus, juga yang membentuk

penisilinase. Kuman gram- resisten

kecuali Neisseria.

Kinetik: daya penetrasi bagus,

jaringan lunak, otot jantung, tulang,

sendi, mata, pus, sputum, namun ke

CSS buruk. Plasma T1/2 nya adalah

10-12 jam. Ekskresi terutama

melalui empedu dan tinja sebagai

metabolit inaktif.

“0”

E.S: ringan berupa

gangguan GIT, kadang-

kadang reaksi kulit

(eritema, iritasi).

Kehamilan dan

laktasi: pada akhir

kehamilan, dapat

menyebabkan ikterus

pada bayi, dan zat ini

melintasi plaseta dan

ASI.

“0”

Indikasi: secara

oral atau IV pada

infeksi stafilokokus,

khususnya bila

terdapat resistensi

atau

hipersensitivitas

terhadap penisilin

dan lainnya. Secara

topikal bisa

diberikan pada

infeksi stafilokokus

kulit, berupa krim

atau salep dan pada

mata berupa gel.

Resistensi dapat

timbul dengan

cepat. Biasanya

dikombinasi dengan

penisilin atau

eritromisin

Kontraindikasi:

trimester akhir

kehamilan, alergi

asam fusidat.

“0”

Mupirosin Efek: Bakterisidal,menghambat

RNA-sintetase, menyebabkan

penghentian sintesis protein kuman.

“0”

E.S: gatal-gatal, nyeri,

rasa terbakar, kulit

kering, dan kemerahan.

Di hidung: bersin,

iritasi, dan gatal-gatal

karena vehiulumnya.

Nefrotoksik, karena

vehikulum dalam salep,

terlalu banyak yang

diserap.

“0”

Kuman gram+,

seperti

Staphy.aureus, Str.

Pyogenes dan

Str.pneumoniae.

tidak aktif terhadap

kuman gram-,

kecuali

H.influenzae dan

Neisseria

gonorrhoea.

Khusus digunakan

secara topikal,

sebagai salep kulit

pada infeksi kuman

gram+, juga sebagai

salep hidung

pembawa-MRSA

untuk eliminasi

kuman resisten ini.

Tidak digunakan

secara sistemik,

karena resorpsi oral

buruk dengan

perombakan yang

pesat.

Kontraindikasi:

gagal ginjal, alergi

terhadap vehikulum

pada pemberian

topikal

“0”

Sefalosporin Sama seperti penisilin yang

memiliki cicnin beta-laktam

sebagai antimikroba. Namun jenis

cincinnya berbeda, yaitu enam

anggota cincin dihidrotiazin yang

E.S: sama dengan

penisilin, namun lebih

ringan. Gangguan GIT

dapat muncul, karena

seperti penisilin,

Secara umum:

sefalosporin

digunakan juga

untuk kanker

payudara.

berbeda dari cincin tiazolidin yang

beranggotakan 5 pada penisilin.

Spektrum kerja luas, meliputi

banyak kuman gram+, dan gram-,

termasuk E.coli, Klebsiella, dan

Proteus. Bersifat baktersidal dalam

fase pertumbuhan kuman, dengan

menghambat sintesis peptidoglikan

yang diperlukan kuman.

Kepekaannya terhadap beta-

laktamase lebih rendah daripada

penisilin.

Generasi I (cephradine,

cepalexin,cefadroxil, dan

cefazolin): aktif terhadap cocci

gram+, (Methicilin-Sensitive

Staphylococcus aureus,

Streptococcus pyogenespenicilin-

sensitive Streptococcus

pneumoniae), tidak berdaya

terhadap gonococci, H.influenzae,

Bacteriodes, dan Pesudomonas,

tidak tahan terhadap beta-

laktamase.

Generasi II (Cefaclor, Cefprozil,

Cefuroxime, Cefoxitin dan

Cefotetan): lebih aktif terhadap

gram- (Contohnya Haemophilus

Influenzae), termasuk gonococci,

H.influenzae, Bacteriodes,serta

kuman-kuman yang resisten dengan

amoksisilin. Agak kuat terhadap

beta-laktamase dan efek terhadap

gram + (Streptokokus dan

stafilokokus)sama. Cefoxitin dan

Cefotetan efektif melawan mikroba

anaerob usus. Cefaclor, mengatasi

bakteri telinga tengah, pari-paru

dan traktus urinarius.

Generasi III (Cefixime, Cefdinir,

sefalospirn ini

mengubah sifat dari

mikroflora menjadi

patogen pada GIT

(diare,bahkan pada

keadaan yang khusus

oleh karena C.difficile

bisa menyebabkan

diare berat,mual,

muntah,anoreksia).

Jarang ada reaksi

alergi, seperti

maculopapular rash

dan urtikaria. Alergi

silang dapat terjadi

pada derivat penisilin

yang molekulnya mirip

dengan generasi

pertama dari

sefalosporin, sehingga

bila alergi pada

penisilin maka ada

kemungkinan besar

untuk alergi pada

sefalosporin generasi

pertama. Sedangkan,

pada pemberian gernasi

kedua,ketiga dan

keempat diyakini lebih

aman. Nefrotoksisitas

lebih sering pada

generasi I, khususnya

sefaloridin, dan

sefalotin dosis tinggi,

selain itu bila

penggunaannya

bersamaan dengan

aminoglikosida dapat

merusak fungsi ginjal,

lebih sering pada lansia

Sefalosporin

dikontaindikasikan

untuk para pasien

dengan alergi

sefalosporin. Selalu

dilakukan

pengecekan atau

ditanyakan

adapakah memliki

alergi terhadap

penisilin dan

sefalosporin.

Karena efek

pemakaian jangka

lama atau

sekundernya dapat

menyebabkan

seseorang menjadi

defisiensi vitamin

K, maka pemberian

sefalosporin pada

pasien hemofilia

dikontraindikasikan

serta pada pasien

yang memiliki

reaksi alergi terkait

obat pada sendi dan

kulit.

Generasi I:

digunakan peroral

pada ISK ringan

dan pilihan kedua

ada infeksi saluran

pernapasan dan kuit

yang tidak begitu

serius, dan bila

terdapat alergi

untuk penisilin

Cefazolin,

dikombinasi dengan

Cefotaxime, Ceftriaxon dan

Ceftazidime): Lebih kuat terhadap

gram- namun lebih pada kuman tipe

enterikus, sedangkan yang lainnya

lebih lemah, lebih luas lagi terhadap

Bacteriodes, dan Pesudomonas.

Resistensi kuat terhadap beta-

laktamase, namun khasiat terhadap

gram+ lebih ringan. Tidak aktif

terhadap Methicilin Resistant

Staphylococcus Epidermis dan

MRSA. Dari semua obat di generasi

ini, Ceftazidime memiliki aktivitas

yang paling bagus untuk mengatasi

organisme gram -, seperti

P.aeruoginosa.

Generasi IV (Cefepime): sangat

resisten terhadap laktamase dan

aktif sekali terhadap pesudomona s

dan gram negatif lainnya serta gram

positif (Methicilin-sensitive

S.aureus, dll).

Diabsorbsi cepat melalui oral dan

lengkap dari usus. Plasma T1/2 30-

150 menit. Distribusi baik,

meliputi: jaringan dan cairan tubuh,

namun buruk pada otak, mata dan

CSS (Kecuali sefotaksim). Ekskresi

lebgkap dan hampir utuh 80%

melaui saluran urinarius, melalui

filtrasi dan sekresi glomeruler.

“100”

dan pada pasien dengan

penurunan fungsi

ginjal. Beberapa obat

bisa menimbulkan

reaksi disulfiram bila

digunakan bersamaan

dengan alkohol, yaitu

sefamandol dan

sefoperazon. Adapun

pada pemberian lama

dapat menyebabkan

superinfeksi karena

pertumbuhan dari

Acinetobacter ,enteroc

occus, dan candida.

Selain sefalosporin

dapat menghancurkan

mikroflora, dapat

menyebabkan

defisiensi vitamin K,

yang dapat

menyebabkan

perdarahan. Pada

pemberian Cefaclor

dapat menimbulkan

reaksi efek samping

pada kulit dan sendi.

Kehamilan dan

Laktasi: mudah

melintasi plasenta,

tetapi kadarnya rendah

dalam darah janin

daripada darah ibunya.

Sefalotin dan sefaleksin

telah digunakan selama

kehamilan tanpa

adanya efek buruk pada

bayi. Kebanyakan

dapat masuk ASI. Yang

masih bisa dianggap

Tobiramisin/

gentamisin,

kombinasi ini

digunakan untuk

spektrum luas

seperti pada ulser

korneal. Spektrum

sefazolin ini aktif

untuk gram+,

seperti penisilinase

oleh

Staphylococcus.

Generasi II dan

III: digunakan

parenteral pada

infeksi serius yang

resisten terhadap

amoksisilin dan

generasi I, juga

dikombinasi dengan

aminoglikosida

(gentamisisn,

tobramisin) untuk

memperluas dan

memperkuat

aktivitasnya.

Profilaksis bedah

jantung, usus,

ginekologi, dan

lainnya. Sefoksitin

dan sefuroksim

(gen.II) dipakai

pada gonore.

Untuk generasi

kedua pemberian

Cefaclor secara oral

digunakan untuk

mengatasi selulitis

sedang preseptal.

Pemberian

aman (lainnya belum

ada data) ialah obat

generasi I, sefaklor,

sefotaksim, seftriakson

dan seftazidim. Hanya

dalam jumlah kecil

yang dianggap aman

bagi bayi.

Penggunaan oral

seperti

sefaleksin,sefaklor dan

sefradin aman, namun

penggunaannya pada

trimester kedua dan

ketiga dapat

menyebabkan alergi,

kemungkinan karena

mensensitasi janin.

Laqinnya sedikit

informasi untuk

sefiksim dan

sefpodoksim.

Sefalosporin injeksi,

sama seperti diatas, dan

diduga pemberiannya

mungkin aman dan

mungkin merupakan

pilihan yang masuk

akal untuk infeksi

berat.

Selama pemberian

menyusui bayi yang

sedang disusui

memiliki potensial

untuk timbulnya flora

normal usus namun

dapat digunakan.

Sefalosporin

(Sefaklor,sefamandole,

sefazolin,sefotaksim,se

parenteral seperti

Cefuroxime

bersamaan dengan

ampislin/sulbactam

direkomendasikan

untuk mengatasi

selulitis preseptal

yang tidak respon

terhadap

pengobatan oral

atau berat.

Generasi III:

Seftriakson dan

sefotaksim sering

dianggap sebagai

obat pilihan

pertama untuk

gonore. Sefokstitin

pada infeksi

Bacteriodes

fragilis.

Ceftazidime,

digunakan sebagai

alternatif obat

topikal dan

Amikacin

intravitreal untuk

mengataso gram

negatif, seperti

P.aeuroginosa pada

endoftalmitis.

Kombinasi antara

Ceftazidime/

Cefixime

dikombinasi dengan

Nafcilin sebagai

terapi selulitis

orbital. Ceftriaxone

yang dikombinasi

dengan Vancomycin

fosiksitin, sefaleksin)

kategori A untuk ibu

menyusui, masuk ke

dalam asi dengan

konsentrasi rendah dan

aman.

“86”

ialah mengatasi

selulitis preseptal

sedang hingga

berat. Untuk

N.gonorrhoeae baik

infeksinya di

konjugtiva, bisa

diberikan

Ceftriaxone secara

intramuskuler.

Selain

pemberiannya

secara IM juga bisa

secara IV pada

pasien gonokokal

neonatorum

oftalmikus.

Cefixime juga dapat

diberikan secara

oral untuk gonore

“75”

Beberapa Sediaan Sefalosporin yang ada generik dengan harganya:

- Sefadroksil sirup kering 125mg/5mL (btl 60 ml) = Rp. 10.122

- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk3x10 kapsul) = Rp.18.693

- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk 10x10 kapsul) = Rp. 62.307

- Sefadroksil kapsul 500 mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.49.000

- Sefadroksil kapsil 500mg (ktk 10x10 kapsul)= Rp, 98.000

- Sefaklor kapsul 250mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 50.035

- Sefaklor kapsul 500mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 91.731

- Sefaleksin kapsul 250mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 45.679

- Sefaleksin kapsul 500mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 84.000

- Sefazolin injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 63.655

- Sefiksim kapsul 100mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.167.622

- Sefiksim kapsul 100 mg (ktk 3x10 kapsul)=Rp. 100.573

- Sefiksim kapsul 50mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 42.000

- Sefiksim sirup kering 100 mg. 5 mL (btl 30mL)= Rp. 42.350

- Sefiksim 400mg +Azitromisin 1000mg (paket)= Rp. 46.200

- Sefotaksim injeksi 0,5 g (ktk 2 vial)= Rp. 12.151

- Sefotaksim injekis 1 g (ktk 2 vial)= Rp.21.560

- Sefotaksim injeksi 1g (ktk 10 vial)= Rp.107.800

- Sefotaksim injeksi 1 g/vial ( ktk 1 vial)= Rp. 10.780

- Seftazidim injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 105.336

- Seftriakson injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 26.737

- Seftriakson serbuk injeksi 1g/vial (ktk 1 vial@10mL)=Rp.13.369

- Sefuroksim serbuk injeksi 750mg/vial (ktk 2 vial@ 10mL)= Rp. 29.845

Polipeptida Efek: Polimiksin hanya aktif

melawan kuman gram- termasuk

pseudomonas, sedangkan basitrasin

dan gramisidin efektif terhadap

gram +.

Sebagai bakteriosidal, dengan sifat

permukaannya yang melekatkan

diri pada membran sel bakteri ,

sehingga permeabilitas sel

meningkat dan akhirnya selnya

ruptur. Kerjanya tidak bergantung

terhadap membelah tidaknya

kuman tersebut, sehingga dapat

dikombinasi dengan bakteriostatik,

seperti kloramfenikol dan

tetrasiklin.

Untuk Polymyxin B, merupakan

suatu deterjen kationik atau

surfaktan yang berinteraksi dengan

membran fosfolipid, sehingga

mengganggu integritas osmotik dari

suatu sel bakteri. Peningkatan

permeabilitas ini menyebabkan sel

bakteri mati. Polikmisin B ini

beraksi selektif pada bakteri gram -,

termasuk P.aeuroginosa.

Gramicidin, seperti Polikmisin B,

yang merubah karakteristik

membran sel, sehingga sel tersebut

mati. Perbedaannya dengan

Polikmisin B, Gramisidin lebig

efektif mengatasi bakteria gram

negatif. Obat ini menggantikan

E.S: nefrotoksis bila

diberikan secara

parenteral. Serta

dapat mneybabkan

ototoksis. Efek

samping pada pmberian

topikal okuler ialah

iritsai dan alergi dari

palpebra namun jarang

dan biasanya sedang.

Namun bila diberikan

secara injeksi

subkonjugtival dapat

memberikan rasa nyeri,

kemosis (edema

konjugtiva), dan

nekrosis jaringan.

Kontraindikasinya

ialah bila pada

seseorang yang

intolerasi atau

hipersensitivitas

terhadap obat ini.

“38”

Indikasi: kuman

gram- termasuk

pseudomonas, dan

bebeapa kecil

terhadap gram +..

Kontraindikasi:

tidak ada

gangguan ginjal,

tidak dalam

keadaan hamil,

dan tidak dalam

masa anak-anak.

Serta mudah

menyebabkan

ototoksisitas

Penggunaan Klinis

Polikmisin B ini

tidak digunakan

secara sistemik

karena efek

nefrotoksisitas dan

neurotoksisitasnya

tinggi. Secara

topikal Polikmisin

B ini digunakan

kombinasi dengan

antibakteri lainnya

atau steroids untuk

melindungi infeksi

di kulit dan otitis

eksternal. Secara

okular

pemberiannya juga

basitrasin dalam kombinasi topikal

infeksi okular

“69”

dikombinasikan

dengan antibiotik

lainnya serta atau

dengan steroid.

Biasanya untuk

mengobati infeksi

di konjugtiva,

ataupun palpebra.

Hal ini juga

digunakan sebagai

tindakan prevensi

terhadap konjugtiva

ataupun kornea

yang sedang

kompromis atau

dalam penggunaan

steroid. Pemberian

topikal khusus

untuk mata ialah

dicairkan dari

500000 polimiksin

B sulfat unti dalam

20-50mL akuades

atau air steril atau

sodium-klorida

10000-25000

unit/mL

konsentrasi. Untuk

Pseudomonas

aeruginosa di mata

dengan konsentrasi

0,1%-0,25%

(10000-25000

unit/mL) dalam 1-3

tetes tiap jam,

interval

ditingkatkan sesuai

indikasi.

Tidak ada

keterangan yang

mencantumkan

interaksi obat

“90”

Penisilin Sifat: Bakterisidal

Terutama pada bakteri gram positif

(beberapa pada gram negatif)

Beberapa bekerja spektrum luas dan

beberapa berspektrum sempit

Mekanisme: Menghindarkan

sintesa lengkap dari polimer untuk

membentuk jaringan peptidoglikan

spesifik yang disebut murein. Bila

sel tumbuh dan plasmanya

bertambah atau menyerap air

dengan jalan osmosis, maka

dinding sel yang tak sempurna itu

akan pecah dan bakteri musnah.

Beberapa obat, memiliki

kemampuan tahan laktamase bagi

bakteri penghasil beta-laktamase.

Kombinasi: hanya boleh dengan

golongan dari sulfonamida, dan

laktamase-bloker (merintangi efek

laktamase dengan mengikatnya

membentuk kompleks. Namun

tidak berdaya pada sefalosporinase

tertentu, biasa dikombinasi dengan

ampisilin dan amoksisilin).

“90”

E.S : reaksi alergi

karena hipersensitasi.

Gangguan GIT (diare,

mual, muntah). Dosis

sangat tinggi dapat

menyebabkan

nefrotoksis dan

neurotoksis

Aman : bagi manusia

karena tidak

mengandung murein,

sehingga dinding sel

manusia tetap intak

Interaksi: Lama kerja

diperpanjang oleh

probenesid,

sulfinipirazone,

asetosal dan

indometasin. Efeknya

dikurangi oleh

antibiotika

bakterostatik

(tetrasiklin,

kloramfenikol, dan

makrolida)

“90”

Kontraindikasi:

pada pasien dengan

riwayat alergi

penisilin.

Indikasi: diberikan

pada bakteri gram

+, beberapa pada

gram -, termasuk

Shigella dan

pseudomonas

“100”

Penisilin, karena selain pada anak ini tidak memiliki riwayat alergi penisilin maka

obat dari golongan ini bisa diberikan yang bersifat baktersidal. Selain itu tidak

diberikan dulu obat tetes telinga karena telinga masih mengeluarkan sekret, serta

berspektrum luas dan digunakan sambil menunggu hasil kultur dan diberikan

peroral sambil menunggu sekret telinga berkurang atau mengering dengan

membersihkannya.

-

- Menurunkan demam dan menghilangkan nyeri

Golongan obat Efficacy Safety Suitability

NSAID Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2

terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda.

Efek samping :

Iritasi saluran GI Ulserasi Perdarahan lambung.

Pasien dengan riwayat gastritis tidak dianjurkan menerima obat ini, atau menerima antasida bila minum NSAID.

SKOR 85 75 70

Kortikosteroid Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein.

Kortikosteroid dapat mempengaruhi banyak sistem, mau efek yang diinginkan untuk terapi serangan akut pada penyakit gout adalah efek anti-inflamasinya.

Obat ini menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas

ES:

- Karena pemberian jangka panjang dan dihentikan secara tiba-tiba: insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia, atralgia, dan malaise.

- ES akibat pengobatan jangka panjang: gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia, glikosuria, mudah terjadi infeksi terutama TB, perdarahan atau perforasi pada pasien tukak peptic, osteoporosis, miopati yang karekteristik, psikosis, habitus pasien Cushing.

KI:Kontraindikasi relative yaitu diabetes melitus, tukak peptic/duodenum, infeksi berat, hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular.

fagositosis. Selain itu juga dapat menghambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut yaitu proliferasi kapiler dan fibroblast, penumpukan kolagen dan pembentukan sikatrik.

SKOR 80 60 50

Asetaminofen Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, menurunkan suhu dengan mekanisme efek sentral. Efek anti inflamasinya sangat lemah.

Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini dimetabolisme oleh enzim

Indikasi:

Analgesik dan antipiretik

Tidakmenyebabkan iritasi lambung.

Efek samping:

Reaksi alergi (jarang terjadi): eritema, urtikariam demam, lesi pada mukosa.

Hepatotoksisitas terjadi pada pemberian tunggal 10-15 gram (200-250 mg/KgBB): mual muntah, sakit perut

Hepatotoksitas bertambah jika diberikan bersama barbiturat.

mikrosom hati, 80% dikonjugasi dengan asam glukorunat dan sisanya dengan asam sulfat. Obat ini juga mengalami hidroksilasi. Obat ini diekskresikan melalui ginjal.

99 90 90

- Membersihkan sekret telinga kiri

Dengan menggunakan golongan dari antiseptik

e. Nama obat dari golongan yang sesuai

Kriteria Penisilin G dan V Aminopenisilin (Ampisilin & Amoksisilin)

Sefalosporin Generasi ke-3

Eficacy Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri

Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri

Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri

Suitability Infeksi gonokokus. Penisilin G (benzilpenisilin) 5-10 kali lebih aktif terhadap spesies Neisseria

Infeksi penumokokus Infeksi stafilokokus Sifilis Difteri Infeksi mikroorganisme anaerob

Infeksi saluran napas Infeksi saluran kemihMeningitis Infeksi salmonella

Bermanfaat dalam eradikasi gonokokus

Safety Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : tereksresi dalam ASI dalam jumlah kecil (Penisilin) ;

Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : tereksresi dalam ASI dalam jumlah kecil

Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : cukup aman

Cost Ampisilin kaplet 250 mg ( ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 26.180,-

Ampisilin kaplet 500 mg ( ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 41.910,-

Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v. 1000 mg/ml (ktk 10 vial) = Rp 52.250,-

Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v. 500 mg/ml (ktk 10 vial) = Rp 33.000,-

Seftriakson injeksi 1 g (ktk 2 vial) = Rp 21.008,-

Seftriakson serbuk injeksi 1 g/vial (ktk 1 vial @ 10 ml = Rp 10.504,-

Sefotaksim injeksi 0,5 g (ktk 2 vial)= Rp 9.547,-

Sefotaksim injeksi 1 g (ktk 2 vial)=

Ampisilin sirup kering 125 mg/5ml (btl 60 ml) Rp 4.400,-

Amoksisilin kapsul 250 mg (ktk 10 x 10 kapsul) = Rp 30.107,-

Amoksisilin kapsul 250 mg (ktk 12 x 10 kapsul) = Rp 36.300,-

Amoksisilin kaplet 500 mg (ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 40.700,-

Amoksisilin serbuk injeksi 1000 mg (ktk 10 vial) = Rp 72.600,-

Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml (btl 60 ml) = Rp 4.070,-

Rp 16.940,- Seftazidim injeksi 1 g (ktk 2

vial)= Rp 82.764,-

Penisilin : Amoksisilin, dipilih karena memiliki daya resorpsi 80% lebih lengkap

dibanding ampisilin dan memiliki kadar 2x lipat lebih banyak dalam darah

dibanding ampisilin, selain itu hampir sama dengan ampisilim , seperti kadar PP

20% dengan T1/2 = 1-2 jam dan memiliki kemampuan difusi ke dalam jaringan

dan cairan tubuh dengan lebih baik

- Paracetamol, resorpsi lebih cepat di usus, plasma T1/2 nya 1-4 jam. Dalam hati

akan diuraikan menjadi metabolit yang sangat toksis dan diekskresikan melalui

urin sebagai konjugat glukoronida dan sulfat. Bisa diberikan lebih baik daripada

ibuprofen karena ibuprofen ini lebih bisa menyebabkan kelainan GIT, seperti

mual dan muntah, selain itu efek analgetik yang sedikit cukup membantu selain

efek antipiretiknya yang sangat kuat.

BSO : Sirup mudah pemberiannya pada anak-anak, dan tidak sulit ditelan.

- Antiseptika: Larutan H2O2 3% obat ini bekerja relatif lemah dan singkat namun

memiliki sifat baktersidal yang bagus karena oksigen yang dihasilkan oada kontak

dengan jaringan atau zat organis lainnya. Oksigen yang terbentuk ini membantu

secara mekanis pengeluaran jaringan mati dan bakteri, serta untuk mengeluarkan

serumen

f. Bentuk Sediaan Obat dan Harga

- Amoksisilin sirup kering 125mg/5 mL (@60mL = Rp.5.160), Kaplet @500mg

=Rp.518

- Solusio H2O2 3% ( @botol 60cc)

- Parasetamol Sirup 120mg/5mL (@botol 60mL= Rp.3.220)

g. Penghitungan dosis

- Perhitungan dosis anak menurut rumus Young (Amoksisilin)

Da = n / (n+12) X Dosis lazim dewasa

= 8/(8+12) X 500 mg (sekali minum)

=200 mg

Da = n / (n+12) X Dosis dewasa

= 8/(8+12)X 2000mg (sehari)

= 800 mg

Maka dalam 125mg/5mL, maka sekali minum 8mL (200mg) maka sehari 600 mg,

tidak melebihi dosis maksimal (800mg= 32mL).

Maka untuk kemudahan dapat diberikan 10 mL pada sendok obat pasien

Namun, karena keinginan yang dicapai ialah untuk pasien mendapatkan dosis yang

tepat maka dipilih dengan pembuatan puyer, walaupun sedikit pahit, nantinya saat

puyer dilarutkan bisa dicampur dengan gula tambahan oleh orangtua pasien

- Perhitungan untuk Paracetamol

Untuk anak berumur 8 tahun

Dosis sekali minum : 200mg (lazim)

Dosis sehari : 500mg (lazim)

Maka dalam 125mg/5mL, maka sekali minum 8mL (200mg) maka sehari 600 mg,

tidak melebihi dosis maksimal (800mg= 32mL).

Maka untuk kemudahan dapat diberikan 10 mL pada sendok obat pasien

h. Penulisan Resep

dr. Miley

SIP No: 001/002/UP/DINKES

Praktek :

Jl. Kemana-kemana No.90 Mataram

Tlp : (0370) 690909

Mataram, 9 Oktober 2011

R/ Syr. Paracetamol 60mL Lag. I

S.p.r.n.t.d.d. C.th. I.p.c

______________________________________ Paraf

R/ Kap. Amoksisilin 200 mg No. II

Sacch.Lact.q.s

m.f.l.a.pulv.d.t.d.no. XXI

S.t.d.d. pulv.I p.c

_________________________________ Paraf

R/ Sol. H2O2 3% 5 cc Lag I

S.b.d.d.gtt. X. Auric Sin

_________________________________ Paraf

Pro : Susan

Umur : 8 Tahun

Alamat : Jl. Yuk mari No.90 Mataram

i. Informasi

- Jangan berenang terlebih dahulu selama 12 hari ini

- Obatnya dihabiskan satu puyer setiap habis makan pagi, siang, dan malam

- Minum Antalginnya dihentikan dan jangan digunakan lagi selama anak masih

dibawah umur 18 tahun

- Jangan langsung di oplos semua, satu puyer saja, lalu dicampur air sekitar satu

sampai dua sendok teh air dan boleh juga dicampurkan gula secukupnya

- Obat antibiotik tersebut harus diminum habis dan sesuai dengan anjuran dokter, 7

hari kemudian datang untuk kontrol (saat 21 bungkus puyer habis) atau keadaan

pasien memburuk

- Pasien hendaknya diberi makanan buah dan sayuran yang banyak dan daging,

misalnya daging ikan

- Pasien menggunakan obat tetes tersebut hanya sampai 5 hari, kemudian bila sudah

tidak ada cairan bisa balik kontrol kembali setelah obat puyer antibiotiknya habis,

nanti akan diberi obat tetes yang lain

- Pasien hendaknya mengkonsumsi parasetamol saat sesudah makan dan tidak

boleh di makan saat sedang perut kosong

- Cara menggunakan tetes telinga pembersih tersebut ialah pasien cuci tangan

terlebih dahulu dengan steril, lalu dengan kepala condong/miring tegak lurus

terhadap ujung penetes dimasukkan secukupnya ke dalam liang telinga dan 10x di

tetesi, kemudian diamkan selama 15- 30 detik lalu keluarkan kembali agar kuman

dan jaringan mati ikut juga keluar beserta sekretnya.

- Tetes telinga H2O2 dihentikan bila sudah tidak keluar sekret lagi

2. Pria, 27 tahun, datang ke puskesmas, dengan keluhan pilek selama dua minggu, ingusnya

kental, dan berbau. Hidung terasa buntu. Pasien juga mengeluhkam nyeri pada kedua daerah

pipi dan pada dahi, terutama pada ujung alis bagian dalam. Nyeri bertambah berat pada posisi

membungkuk. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri tekan di daerah maksilaris bilateral.

Rinoskopi anterior tampak sekret pada meatus media. Rinoskopi posterior didapatkan post

nasal drip. Suhu tubuh 38.5

a. Daftar Masalah

- Pria 27 Tahun, pilek selama 2 minggu, ingusnya kental dan berbau.

- Hidung buntu

- Nyeri pada kedua pipi dan dahi, terutama pada ujung alis bagian dala,

- Nyeri bertambah berat saat posisi membungkuk

- Nyeri tekan daerah maksilaris bilateral

- Sekret tampak pada meatus media secara rinoskopi anterior

- Rinoskopi posterior terdapat post nasal drip dengan suhu 38.5oC

b. Diagnosis

Sinusitis Maksilaris et Frontalis Akut Bakterialis

c. Tujuan Terapi

- Mengeradikasi kuman penyebab

- Memberikan obat penghilang nyeri pada pasien

- Mengurangi ketersumbatannya

d. Golongan obat yang dipilih

Nama Efficacy (Kemanjuran) Safety (Keamanan) Suitability

(Kecocokan)

Aminoglikosida Spektrum kerja kuas, banyak bacili

gram-, antara lain E.coli,

H.influenzae, Klebsiella, Proteus

dan Enterbacter, Salmonella dan

Shigella. Aktif juga mengatasi

gonokokus, dan sejumlah gram +

(Staphylococcus aureus/epiermis).

Amikasin (spektrum kerja paling

luas) dan tobramisin aktif kuat

pada pseudomonas, gentamisin

lebih ringan. Streptomisin,

kanamisin, dan amikasin aktif

E.S : yang digunakan

secara parenteral dapat

menyebabkan

kerusakan pada organ

pendegaran dan

keseimbangan, akibat

rusaknya saraf

vestibulokoklearis

(N.VIII). Nefrotoksitas

yang reversibel karena

ditimbun dalam sel-sel

tubuler ginjal. Jarang

Streptomisin dan

kanamisin hanya

digunakan

parenteral pada TB,

dikombinasi dengan

rifampisin, INH,

dan pirazin, juga

bersama

benzilpenisilin

berkat efek pada

infeksi streptokokus

terhadap kuman tahan asam (TBC

dan lepra). Tidak aktif terhadap

kuman anaerob.

Aktivitas: baktersidal, dengan

penetrasi dinding bakteri dan

mengikat diri pada ribosom di

dalam sel. Proses translasi (RNA

dan DNA) diganggu, sehingga

biosintesa protein diganggu. Tidak

hanya terjadi pada fase

pertumbuhan kuman, namun juga

termasuk saat kuman membelah

diri.

Memiliki efek sisa setelah selesai

penggunaan obat, efek

antibiotisnya masih ada walaun

kadarnya dalam darah,

berangsur-angsur turun.

“88”

terjadi blokade

neuromuskuler dengan

kelemahan otot dan

depresi pernafasan.

Toksisitas di atas,

bukan bergantung

dosis, namun pada

lamanya pemakaian

obat dan jenisnya

(Netilmisin efeknya

lebih kurang untuk

menimbulkan

ototoksisitas).

Sebaiknya ditakarkan

1-2x sehari. Pada

penggunaan oral dapat

terjadi nausea, muntah,

diare, khususnya pada

dosis tinggi.

Kehamilan dan

laktasi: dapat melintasi

plasenta, merusak

ginjal dan tuli pada

bayi. Tidak dianjurkan

selama kehamilan.

Sedikit mencapai ASI,

bia digunakan saat

pemberian ASI.

“50”

atau enterokokus.

Gentamisin dan

tobramisin sering

digunakan dengan

penisilin atau

sefalosporin pada

infeksi

pseudomonas.

Amikasin

dicadangkan untuk

kasus di mana

terdapat resistensi

bagi aminoglosida

lainnya. Pada

pemebrian topikal,

gentamisin,

tobramisin dan

neomisin untuk

salep atau tetes

mata, telinga,

kombinasikan juga

dengan suatu

polipeptida

(polikmisin,

basitrasin).

Framisetin khusus

digunakan secara

topikal.

Kontraindikasi :

bila ada riwayat

alergi pada

aminoglikosida.

“90”

Tetrasiklin Khasiat: bakteriostatik dan

bakterisidal lemah bila diinjeksikan

secara intravena.

Mekanisme kerjanya: berdasarkan

sintesis protein kuman yang

diganggu. Spektrum kerja luas dan

E.S: Penggunaan oral

dapat menyebabkan

gangguan GIT,

penyebabnya ialah

adanya mukosa

lambung/ perubahan

Indikasi: Infeksi

saluran napas, paru-

paru, ISK, infeksi

kulit dan mata.

Penggunaan pada

acne, , karena

meliputi banyak cocci gram+ dan

gram-, serta kebanyakan basili,

kecuali pseudomonas dan proteus.

Aktif juga terhadap Chlamydia

trachomatis, Rickettsiae,

Spirochaeta terhadap sifilis dan

frambusia, leptospirae,

Actinomyces, dan beberapa

protozoa (Amoeba).

Farmakokinetik: resorpsi 75% dan

agak lambat saat perut kosong.

Kadar puncak dalam darah 3-4 jam

kemudian. Kecuali, doksisiklin dan

minoksiklin yang diserap baik (90-

100%), dan juga bila ditelan dengan

makanan. Kadar plasma T1/2

tetrasiklin berkisar 9 jam,

minoksikin 18 jam, dan 23 jam

doksisiklin. Memiliki kemampuan

penetrasi yang cukup bak ke dalam

jaringan karena sifat lipofiliknya,

dengan afinitas khusus (tulang,

mata, prostat, gigi, kuku dan kulit

yang meradang. Difusi melalui CSS

buruk, kecuali minoksiklin.

Ekskresi tetrasiklin melalui ginjal,

degan kadar dalam urin utama dan

tinggi, doksisiklin dan minoksiklin

terutam diekskresi melalui empedu

dan feses.

flora-usus oleh bagian

yang tak diserap,

terutama tetrasiklin.

Hingga dapat

menimbulkan adanya

supra-infeksi oleh

Candida albicans. Efek

lebih sering dan serius

adalah sifat

penyerapannya dalam

tulang dan gigi yang

sedang tumbuh pada

janin anak-anak.

Pembentukan

kompleks tetrasiklin-

kalsiumfosfat dapat

menimbulkan

gangguan pada struktur

kristal dari gigi serta

pewarnaan dengan

titik-titik kuning yang

mudah mengalami

karies. Fotosensitasi,

kulit menjadi peka

cahaya, menjadi

kemerah-merahan,

gatal-gatal, dan

sebagainya.

Kehamilan : bisa

menyebabkan

penghambatan tulang

yang mengakibatkan

menjadi lebih rapuh

dan kalsifikasi gigi

terpengaruh secara

buruk, semua

tetrasiklin tidak boleh

diberikan setelah

bulan keempat dari

kehamilan dan pada

adanya daya

hambat terhadap

akitvitas lipase

untuk

Propionibacter

acnes. Pada

bronkhitis kronis,

adakalanya

dijadikan sebagai

obat profilaksis

serangan akut.

Kontraindikasi:

Sediaan suspensi

atau kapsul yang

sudah lama

tersimpan/ telah

berwarna kuning

tua sampai coklat

Tidak boleh

diminum lagi.

Karena pada

kondisi lembab dan

panas mudah

terurai, terutama

karena cahaya, dan

dapat menjadi

sangat toksik bagi

ginjal, karena

terurai menjadi epi-

dan

anhidrotetrasiklin.

Tidak boleh

diberikan pada ibu

hamil hingga anak

berusia 8 tahun.

Hipersensitivitas

terhadap tetrasiklin.

“90” anak-anak sampai

usia 8 tahun.

Interaksi: membentuk

kompleks tak larut

dengan sediaan besi,

aluminium, magnesiun

dan kalsium, hingga

resorpsinya dari usus

gagal. Sehigga

tetrasiklin tidak boleh

diminum sambil

minum susu atau

bersama makanan atau

antasida. Kecuali

doksisiklin dan

minoksiklin dapat

ditelan bersama

makanan dan susu.

Tetrasiklin ,oksitetrasik

lin dan minoksiklin

dapat menghambat

hidrolisis dari

conjugated estrogen

dalam usus. Turunnya

kadar estrogen dalam

darah bisa

menimbulkan spotting

setelah penggunaan

antikonseptiva yang

berisi etinilestradiol

atau mestranol.

“0”

“0”

Makrolida&

Linkomisin

Efek: bakteriostatis, bakteri

gram+, dan spektrum kerja mirip

penisilin-G. Mekanisme kerja,

melalui pengikatan reversibel pada

ribosom kuman, sehingga sintesis

proteinnya dirintangi.

Waktu paruh singkat, hingga perlu

E.S: Gangguan GIT,

yang terutama nampak

pada eritromisin akibat

penguraiannya oleh

asam lambung. Lebih

jarang nyeri kepala dan

reaksi kulit. Eritromisin

Indikasi:

eritromisin

merupakan pilihan

utama pada infeksi

paru-paru dengan

Legionella

pneumophilia

ditakarkan sampai 4x.

Kinetik: tergantung formulasi,

bentuk garam atau ester. Makanan

memperburuk absorbsi, sebaiknya

diminum saat perut kosong, kecuali

diritromisin tidak dipengaruhi oleh

makanan. Kemampuan penetrasi ke

jaringan dan organ baik, kadar

interseluler tinggi. Efek kuman

intrasel tinggi, Legionella,

Mycoplasma & Chlamydia. Sisanya

di luar sel. Metabolisme semua

makrolida diuraikan dalam hati,

melalui sistem sitokrom P-450,

menjadi metabolit inaktif. Kecuali,

metabolit-OH dari klaritromisin.

Ekskresi berlangsung melalui

empedu dan tinja serta kemih,

terutama dalam bentuk inaktif.

“50”

dosis tinggi dapat

menimbulkan ketulian

reversibel, mungkin

akibat pengaruhnya

terhadap SSP. Semua

makrolida dapat

mengganggu fungsi

hati, yang tampak

sebagai peningkatan

nilai-nilai fungsi hati,

nyeri kepala, pusing

dapat terjadi.

Eritromisin dan dapat

mengakibatkan reaksi

alergi.

Interaksi: atas dasar

peningkatan pada

sistem enzim sitokrom

P-450, eritromisin

memperlihatkan

penghambatan

enzimatis dari

metabolisme teofilin,

karbamazepin,

kumarin, rifampisin,

astemizol, terfenadin

dan siklosporin. Nyata

pada dosis besar dan

penggunaan lama.

Hanya klaritromisin

berinteraksi secara

signifikan dengan

karbamazepin.

Ertiromisin dan

klaritromisin

meningkatkan kadar

plasma digoksin

dengan jalan

merintangi sejenis

kuman tertentu dengan

(penyakit veteran),

Mycoplasma

pneumoniae, dan

infeksi usus oleh

Campylobacter

jejuni. Pada infeksi

lain, merupakan

pilihan obat kedua,

bilaman terdapat

resistensi dan suatu

hipersensitivitas

untuk penisilin.

Pada indikasi lain,

seperti sepsis,

endokarditis, dan

pasien dengan

granulositopenia,ata

u lansia, sebaiknya

digunakan yang

bersifat baktersidal,

seperti penisilin dan

sefalosporin. Untuk

derivatnya yang

lebih tahan asam

lambung dan

keluhan GIT nya

lebih ringan, seperti

azitromisin dapat

diberikan, yang

mampu melawan

bakteri gram-,

seperti

Haemophilus

influenzae, infeksi

saluran napas.

Untuk klaritromisin

dan azitromisin

efektif juga

mengatasi kuman

penyerta pada

merintangi kuman

tertentu yang

menginkativasi

digoksin dalam usus.

Klaritromisin dan

roxitromisin yang tidak

dapat diberikan

bersamaan dengan

ergotamin, karena

dapat menimbulkan

kejang arteri dan reaksi

iskemia.

Kehamilan dan

laktasi: eritromisin

aman, tapi tidak ada

data untuk derivatnya,

sedangkan

rosirtromisin aman

diminum sambil

memberi ASI.

Klaritromisin ternyata

mengganggu

perkembangan janin

pada binatang coba,

jangan digunakan pada

trimester pertama

kehamilan.

“70”

AIDS, seperti

Toxoplasma gondii

dan

Mycobacterium

avium intercellare.

Kontraindikasi:

Alergi eritromisin,

saat hamil tidak

boleh diberikan

“0”

Kloramfenikol Efek: Bakteriostatis terhadap

Enterobacter dan Staph.aureus

dengan merintangi sintesa

polipeptida kuman. Bekerja

bakterisidal terhadap

Strep.pneumoniae,

Neiss.meningitides dan

H.influenzae

Resorpsi: dari usus cepat, 75-90%

terserap. Difusi ke dalam jaringan,

lumen, dan cairan tubuh baik sekali.

E.S: gangguan GIT,

neuropati optis dan

perifer, radang lingua,

mukosa mulut. Tetapi,

yang sangat berbahaya

ialah depresi sumsum

tulang (Mielodepresi)

yang dapat tampak

dalam bentuk anemia,

dalam 2 bentuk,

penghambatan

Indikasi: infeksi

tifus, meningitis

(khusus bagi

H.influenzae),

infeksi anaerob

(contoh abses otak

oleh B.fragilis yang

semuanya

digunakan secara

oral. Secara topikal

sebagai salep 3%

Kecuali ke dalam empedu.

Kadarnya dalam CCS tinggi.

Plasma T1/2 rata-rata 3 jam. Dalam

hepar, zat ini dirombak 90%

menjadi glukoronida inaktif. Bayi

yang baru dilahirkan, belum cukup

untuk merombak tersebut, maka

mudah mengalami keracunan.

Ekskresi melalui ginjal sebagai

metabolit inaktif, lebih kurang 10%

Rasa ester (palmitat dan stearat)

tidak pahit berlainan dengan

kloramfenikol sebagai basa, maka

sering digunakan sebagai sediaan

suspensi. Ester inaktif ini dalam

usus dihidrolisis oleh lipase dan

menghasilkan basa aktif kembali.

Syarat hidrolisis lengkap ialah

ukuran partikel serbuk yang

digunakan untuk dibuat suspensi,

haru 1-5 mikron. Untuk injeksi

dengan garam-Na dari ester

suksinat yang mudah larut dan

daram jaringan dirombak menjadi

kloramfenikol aktif.

“90”

pembentukan sel-sel

darah 5 hari setelah

terapi dimulai,

tergantung lama terapi,

dosis dan bersifat

reversibel. Yang kedua,

berupa anemia

aplastik, beberapa

minggu sampai bulan

setelah terapi, maka

tetes mata tidak boleh

digunakan lebih dari 10

hari. Mielodepresi

tidak reversibel namun

jarang. Dapat

menyebabkan

kerusakan sumsum

tulang diduga karena

kloramfenikol menjadi

metabolit aktif yang

toksik karena diuraikan

kuman dalam usus.

Begitupula pada

penggunaan di kulit

dan mata, maka akan

diuraikan oleh sinar

UV-A.

Kehamilan dan

laktasi: tidak

dianjurkan, khususnya

selama minggu-minggu

terakhir dari

kehamilan, karena

dapat menimbulkan

sianosis dan hipotermia

neonatus (grey baby

syndrome), melintasi

plasenta, ASI, begitu

dan tetes/ salep

mata, sebagai

pilihan kedua. Jika

fusidat dan

tetrasiklin tidak

efektif hanya pada

konjungtivits

bakterial selama 10

hari. Lebih bai

k salep mata

sebelum tidur 1 dd.

Kontraindikasi:

Penderita anemia

aplastik, ibu hamil

dan laktasi, tetes

telinga (karena zat

pelarut yaitu

propilenglikol

ototoksis pada

telinga. Penderita

neuropati. Penderita

dengan kelainan

darah lainnya.

“55”

pula untuk tiamfenikol

“67”

Tiamfenikol Spektrum kerja dan sifatnya mirip

dengan kloramfenikol, efeknya juga

kurang kuat. Resorpsi sangat baik

sekali. T1/2 nya 2 jam, pengikatan

pada enzim glukoronidase hepar

hanya 5-10%. Sedangkan

ekskresinya dalam urin tinggi

sebagai zat aktif 65%. Didalam

empedu kadarnya lebih tinggi dari

kloramfenikol.

“80”

E.S: Depresi sumsum

tulang yang reversibel,

jarang meninmbulkan

aplasia sumsum tulang,

lebih sering

eritropoiesis,

leukopenia,

trombositopenia dan

peningkatan kadar

serum besi

“67”

Indikasi: Infeksi

tifus, ISK dan

Infeksi saluran

empedu. Juga pada

Strepto.pyogenes,

haemophilus dan

pneumokokus.

Kontraindikasi:

Gagal ginjal,

Penderita anemia

aplastik, ibu hamil

dan laktasi.

Penderita dengan

kelainan darah

lainnya.

“67”

Vankomisin Efek: bakterisidal kuman gram+

aerob dan anaerob, termasuk

stafilokokus yang resisten untuk

metisilin (MRSA). Biasanya

sebagai lini terakhir, bila antibiotik

lainnya sudah tidak mempan.

Kinetik: resorpsi dari usus buruk,

namun pada usus yang sakit, seperti

pada enteritis resorpsinya baik.

Kadar terapeutis dalam cairan

pleura, sinovial, dan saluran kemih

tercapai. Plasma T1/2 ialah 5-11

jam. Ekskresi 80% melalui saluran

kemih.

“0”

E.S: Gangguan fungsi

ginjal, terutama pada

penggunaan lama

dengan dosis tinggi,

juga neuropati perifer,

reaksi alergi kulit

menjadi kemerahan

yang disebut the red

man syndrome, mual,

demam, dan lainnya.

Kombinasi dengan

aminoglikosida

meningkatkan resiko

nefro dan ototoksisitas.

Kehamilan dan

Laktasi: belum ada

data yang menjelaskan,

namun obat ini

mencapai ASI.

Bisa sebagai

pengganti bagi

pasien yang alergi

penisilin atau

sefalosporin.

Indikasi: kolitis

akibat terapi seperti

oleh linkomisin,

klindamisin dan

radang pada

mukosa usus oleh

Stafilokokus.

Kontraindikasi:

Gagal ginjal, alergi

vankomisin,

mengkonsumsi obat

aminoglikosida,

neuropati

Bisa diberikan

oral, ataupun

“0” injeksi

“0”

Asam Fusidat Efek: Bakteriostatis, dengan

menghambat sintesis kuman.

Spektrum kerja sempit dan terbatas

pada kuman gram+ terutama

stafilokokus, juga yang membentuk

penisilinase. Kuman gram- resisten

kecuali Neisseria.

Kinetik: daya penetrasi bagus,

jaringan lunak, otot jantung, tulang,

sendi, mata, pus, sputum, namun ke

CSS buruk. Plasma T1/2 nya adalah

10-12 jam. Ekskresi terutama

melalui empedu dan tinja sebagai

metabolit inaktif.

“0”

E.S: ringan berupa

gangguan GIT, kadang-

kadang reaksi kulit

(eritema, iritasi).

Kehamilan dan

laktasi: pada akhir

kehamilan, dapat

menyebabkan ikterus

pada bayi, dan zat ini

melintasi plaseta dan

ASI.

“0”

Indikasi: secara

oral atau IV pada

infeksi stafilokokus,

khususnya bila

terdapat resistensi

atau

hipersensitivitas

terhadap penisilin

dan lainnya. Secara

topikal bisa

diberikan pada

infeksi stafilokokus

kulit, berupa krim

atau salep dan pada

mata berupa gel.

Resistensi dapat

timbul dengan

cepat. Biasanya

dikombinasi dengan

penisilin atau

eritromisin

Kontraindikasi:

trimester akhir

kehamilan, alergi

asam fusidat.

“0”

Mupirosin Efek: Bakterisidal,menghambat

RNA-sintetase, menyebabkan

penghentian sintesis protein kuman.

E.S: gatal-gatal, nyeri,

rasa terbakar, kulit

kering, dan kemerahan.

Di hidung: bersin,

iritasi, dan gatal-gatal

karena vehiulumnya.

Nefrotoksik, karena

vehikulum dalam salep,

terlalu banyak yang

diserap.

Kuman gram+,

seperti

Staphy.aureus, Str.

Pyogenes dan

Str.pneumoniae.

tidak aktif terhadap

kuman gram-,

kecuali

H.influenzae dan

Neisseria

gonorrhoea.

“0”

“0”

Khusus digunakan

secara topikal,

sebagai salep kulit

pada infeksi kuman

gram+, juga sebagai

salep hidung

pembawa-MRSA

untuk eliminasi

kuman resisten ini.

Tidak digunakan

secara sistemik,

karena resorpsi oral

buruk dengan

perombakan yang

pesat.

Kontraindikasi:

gagal ginjal, alergi

terhadap vehikulum

pada pemberian

topikal

“0”

Sefalosporin Sama seperti penisilin yang

memiliki cicnin beta-laktam

sebagai antimikroba. Namun jenis

cincinnya berbeda, yaitu enam

anggota cincin dihidrotiazin yang

berbeda dari cincin tiazolidin yang

beranggotakan 5 pada penisilin.

Spektrum kerja luas, meliputi

banyak kuman gram+, dan gram-,

termasuk E.coli, Klebsiella, dan

Proteus. Bersifat baktersidal dalam

fase pertumbuhan kuman, dengan

menghambat sintesis peptidoglikan

yang diperlukan kuman.

Kepekaannya terhadap beta-

laktamase lebih rendah daripada

penisilin.

Generasi I (cephradine,

E.S: sama dengan

penisilin, namun lebih

ringan. Gangguan GIT

dapat muncul, karena

seperti penisilin,

sefalospirn ini

mengubah sifat dari

mikroflora menjadi

patogen pada GIT

(diare,bahkan pada

keadaan yang khusus

oleh karena C.difficile

bisa menyebabkan

diare berat,mual,

muntah,anoreksia).

Jarang ada reaksi

alergi, seperti

maculopapular rash

Secara umum:

sefalosporin

digunakan juga

untuk kanker

payudara.

Sefalosporin

dikontaindikasikan

untuk para pasien

dengan alergi

sefalosporin. Selalu

dilakukan

pengecekan atau

ditanyakan

adapakah memliki

alergi terhadap

penisilin dan

sefalosporin.

Karena efek

cepalexin,cefadroxil, dan

cefazolin): aktif terhadap cocci

gram+, (Methicilin-Sensitive

Staphylococcus aureus,

Streptococcus pyogenespenicilin-

sensitive Streptococcus

pneumoniae), tidak berdaya

terhadap gonococci, H.influenzae,

Bacteriodes, dan Pesudomonas,

tidak tahan terhadap beta-

laktamase.

Generasi II (Cefaclor, Cefprozil,

Cefuroxime, Cefoxitin dan

Cefotetan): lebih aktif terhadap

gram- (Contohnya Haemophilus

Influenzae), termasuk gonococci,

H.influenzae, Bacteriodes,serta

kuman-kuman yang resisten dengan

amoksisilin. Agak kuat terhadap

beta-laktamase dan efek terhadap

gram + (Streptokokus dan

stafilokokus)sama. Cefoxitin dan

Cefotetan efektif melawan mikroba

anaerob usus. Cefaclor, mengatasi

bakteri telinga tengah, pari-paru

dan traktus urinarius.

Generasi III (Cefixime, Cefdinir,

Cefotaxime, Ceftriaxon dan

Ceftazidime): Lebih kuat terhadap

gram- namun lebih pada kuman tipe

enterikus, sedangkan yang lainnya

lebih lemah, lebih luas lagi terhadap

Bacteriodes, dan Pesudomonas.

Resistensi kuat terhadap beta-

laktamase, namun khasiat terhadap

gram+ lebih ringan. Tidak aktif

terhadap Methicilin Resistant

Staphylococcus Epidermis dan

MRSA. Dari semua obat di generasi

ini, Ceftazidime memiliki aktivitas

dan urtikaria. Alergi

silang dapat terjadi

pada derivat penisilin

yang molekulnya mirip

dengan generasi

pertama dari

sefalosporin, sehingga

bila alergi pada

penisilin maka ada

kemungkinan besar

untuk alergi pada

sefalosporin generasi

pertama. Sedangkan,

pada pemberian gernasi

kedua,ketiga dan

keempat diyakini lebih

aman. Nefrotoksisitas

lebih sering pada

generasi I, khususnya

sefaloridin, dan

sefalotin dosis tinggi,

selain itu bila

penggunaannya

bersamaan dengan

aminoglikosida dapat

merusak fungsi ginjal,

lebih sering pada lansia

dan pada pasien dengan

penurunan fungsi

ginjal. Beberapa obat

bisa menimbulkan

reaksi disulfiram bila

digunakan bersamaan

dengan alkohol, yaitu

sefamandol dan

sefoperazon. Adapun

pada pemberian lama

dapat menyebabkan

superinfeksi karena

pertumbuhan dari

pemakaian jangka

lama atau

sekundernya dapat

menyebabkan

seseorang menjadi

defisiensi vitamin

K, maka pemberian

sefalosporin pada

pasien hemofilia

dikontraindikasikan

serta pada pasien

yang memiliki

reaksi alergi terkait

obat pada sendi dan

kulit.

Generasi I:

digunakan peroral

pada ISK ringan

dan pilihan kedua

ada infeksi saluran

pernapasan dan kuit

yang tidak begitu

serius, dan bila

terdapat alergi

untuk penisilin

Cefazolin,

dikombinasi dengan

Tobiramisin/

gentamisin,

kombinasi ini

digunakan untuk

spektrum luas

seperti pada ulser

korneal. Spektrum

sefazolin ini aktif

untuk gram+,

seperti penisilinase

oleh

Staphylococcus.

Generasi II dan

yang paling bagus untuk mengatasi

organisme gram -, seperti

P.aeruoginosa.

Generasi IV (Cefepime): sangat

resisten terhadap laktamase dan

aktif sekali terhadap pesudomona s

dan gram negatif lainnya serta gram

positif (Methicilin-sensitive

S.aureus, dll).

Diabsorbsi cepat melalui oral dan

lengkap dari usus. Plasma T1/2 30-

150 menit. Distribusi baik,

meliputi: jaringan dan cairan tubuh,

namun buruk pada otak, mata dan

CSS (Kecuali sefotaksim). Ekskresi

lebgkap dan hampir utuh 80%

melaui saluran urinarius, melalui

filtrasi dan sekresi glomeruler.

“100”

Acinetobacter ,enteroc

occus, dan candida.

Selain sefalosporin

dapat menghancurkan

mikroflora, dapat

menyebabkan

defisiensi vitamin K,

yang dapat

menyebabkan

perdarahan. Pada

pemberian Cefaclor

dapat menimbulkan

reaksi efek samping

pada kulit dan sendi.

Kehamilan dan

Laktasi: mudah

melintasi plasenta,

tetapi kadarnya rendah

dalam darah janin

daripada darah ibunya.

Sefalotin dan sefaleksin

telah digunakan selama

kehamilan tanpa

adanya efek buruk pada

bayi. Kebanyakan

dapat masuk ASI. Yang

masih bisa dianggap

aman (lainnya belum

ada data) ialah obat

generasi I, sefaklor,

sefotaksim, seftriakson

dan seftazidim. Hanya

dalam jumlah kecil

yang dianggap aman

bagi bayi.

Penggunaan oral

seperti

sefaleksin,sefaklor dan

sefradin aman, namun

penggunaannya pada

III: digunakan

parenteral pada

infeksi serius yang

resisten terhadap

amoksisilin dan

generasi I, juga

dikombinasi dengan

aminoglikosida

(gentamisisn,

tobramisin) untuk

memperluas dan

memperkuat

aktivitasnya.

Profilaksis bedah

jantung, usus,

ginekologi, dan

lainnya. Sefoksitin

dan sefuroksim

(gen.II) dipakai

pada gonore.

Untuk generasi

kedua pemberian

Cefaclor secara oral

digunakan untuk

mengatasi selulitis

sedang preseptal.

Pemberian

parenteral seperti

Cefuroxime

bersamaan dengan

ampislin/sulbactam

direkomendasikan

untuk mengatasi

selulitis preseptal

yang tidak respon

terhadap

pengobatan oral

atau berat.

Generasi III:

Seftriakson dan

trimester kedua dan

ketiga dapat

menyebabkan alergi,

kemungkinan karena

mensensitasi janin.

Laqinnya sedikit

informasi untuk

sefiksim dan

sefpodoksim.

Sefalosporin injeksi,

sama seperti diatas, dan

diduga pemberiannya

mungkin aman dan

mungkin merupakan

pilihan yang masuk

akal untuk infeksi

berat.

Selama pemberian

menyusui bayi yang

sedang disusui

memiliki potensial

untuk timbulnya flora

normal usus namun

dapat digunakan.

Sefalosporin

(Sefaklor,sefamandole,

sefazolin,sefotaksim,se

fosiksitin, sefaleksin)

kategori A untuk ibu

menyusui, masuk ke

dalam asi dengan

konsentrasi rendah dan

aman.

“86”

sefotaksim sering

dianggap sebagai

obat pilihan

pertama untuk

gonore. Sefokstitin

pada infeksi

Bacteriodes

fragilis.

Ceftazidime,

digunakan sebagai

alternatif obat

topikal dan

Amikacin

intravitreal untuk

mengataso gram

negatif, seperti

P.aeuroginosa pada

endoftalmitis.

Kombinasi antara

Ceftazidime/

Cefixime

dikombinasi dengan

Nafcilin sebagai

terapi selulitis

orbital. Ceftriaxone

yang dikombinasi

dengan Vancomycin

ialah mengatasi

selulitis preseptal

sedang hingga

berat. Untuk

N.gonorrhoeae baik

infeksinya di

konjugtiva, bisa

diberikan

Ceftriaxone secara

intramuskuler.

Selain

pemberiannya

secara IM juga bisa

secara IV pada

pasien gonokokal

neonatorum

oftalmikus.

Cefixime juga dapat

diberikan secara

oral untuk gonore

“75”

Beberapa Sediaan Sefalosporin yang ada generik dengan harganya:

- Sefadroksil sirup kering 125mg/5mL (btl 60 ml) = Rp. 10.122

- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk3x10 kapsul) = Rp.18.693

- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk 10x10 kapsul) = Rp. 62.307

- Sefadroksil kapsul 500 mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.49.000

- Sefadroksil kapsil 500mg (ktk 10x10 kapsul)= Rp, 98.000

- Sefaklor kapsul 250mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 50.035

- Sefaklor kapsul 500mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 91.731

- Sefaleksin kapsul 250mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 45.679

- Sefaleksin kapsul 500mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 84.000

- Sefazolin injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 63.655

- Sefiksim kapsul 100mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.167.622

- Sefiksim kapsul 100 mg (ktk 3x10 kapsul)=Rp. 100.573

- Sefiksim kapsul 50mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 42.000

- Sefiksim sirup kering 100 mg. 5 mL (btl 30mL)= Rp. 42.350

- Sefiksim 400mg +Azitromisin 1000mg (paket)= Rp. 46.200

- Sefotaksim injeksi 0,5 g (ktk 2 vial)= Rp. 12.151

- Sefotaksim injekis 1 g (ktk 2 vial)= Rp.21.560

- Sefotaksim injeksi 1g (ktk 10 vial)= Rp.107.800

- Sefotaksim injeksi 1 g/vial ( ktk 1 vial)= Rp. 10.780

- Seftazidim injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 105.336

- Seftriakson injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 26.737

- Seftriakson serbuk injeksi 1g/vial (ktk 1 vial@10mL)=Rp.13.369

- Sefuroksim serbuk injeksi 750mg/vial (ktk 2 vial@ 10mL)= Rp. 29.845

Polipeptida Efek: Polimiksin hanya aktif

melawan kuman gram- termasuk

pseudomonas, sedangkan basitrasin

dan gramisidin efektif terhadap

gram +.

Sebagai bakteriosidal, dengan sifat

permukaannya yang melekatkan

E.S: nefrotoksis bila

diberikan secara

parenteral. Serta

dapat mneybabkan

ototoksis. Efek

samping pada pmberian

topikal okuler ialah

Indikasi: kuman

gram- termasuk

pseudomonas, dan

bebeapa kecil

terhadap gram +..

Kontraindikasi:

tidak ada

diri pada membran sel bakteri ,

sehingga permeabilitas sel

meningkat dan akhirnya selnya

ruptur. Kerjanya tidak bergantung

terhadap membelah tidaknya

kuman tersebut, sehingga dapat

dikombinasi dengan bakteriostatik,

seperti kloramfenikol dan

tetrasiklin.

Untuk Polymyxin B, merupakan

suatu deterjen kationik atau

surfaktan yang berinteraksi dengan

membran fosfolipid, sehingga

mengganggu integritas osmotik dari

suatu sel bakteri. Peningkatan

permeabilitas ini menyebabkan sel

bakteri mati. Polikmisin B ini

beraksi selektif pada bakteri gram -,

termasuk P.aeuroginosa.

Gramicidin, seperti Polikmisin B,

yang merubah karakteristik

membran sel, sehingga sel tersebut

mati. Perbedaannya dengan

Polikmisin B, Gramisidin lebig

efektif mengatasi bakteria gram

negatif. Obat ini menggantikan

basitrasin dalam kombinasi topikal

infeksi okular

“69”

iritsai dan alergi dari

palpebra namun jarang

dan biasanya sedang.

Namun bila diberikan

secara injeksi

subkonjugtival dapat

memberikan rasa nyeri,

kemosis (edema

konjugtiva), dan

nekrosis jaringan.

Kontraindikasinya

ialah bila pada

seseorang yang

intolerasi atau

hipersensitivitas

terhadap obat ini.

“38”

gangguan ginjal,

tidak dalam

keadaan hamil,

dan tidak dalam

masa anak-anak.

Serta mudah

menyebabkan

ototoksisitas

Penggunaan Klinis

Polikmisin B ini

tidak digunakan

secara sistemik

karena efek

nefrotoksisitas dan

neurotoksisitasnya

tinggi. Secara

topikal Polikmisin

B ini digunakan

kombinasi dengan

antibakteri lainnya

atau steroids untuk

melindungi infeksi

di kulit dan otitis

eksternal. Secara

okular

pemberiannya juga

dikombinasikan

dengan antibiotik

lainnya serta atau

dengan steroid.

Biasanya untuk

mengobati infeksi

di konjugtiva,

ataupun palpebra.

Hal ini juga

digunakan sebagai

tindakan prevensi

terhadap konjugtiva

ataupun kornea

yang sedang

kompromis atau

dalam penggunaan

steroid. Pemberian

topikal khusus

untuk mata ialah

dicairkan dari

500000 polimiksin

B sulfat unti dalam

20-50mL akuades

atau air steril atau

sodium-klorida

10000-25000

unit/mL

konsentrasi. Untuk

Pseudomonas

aeruginosa di mata

dengan konsentrasi

0,1%-0,25%

(10000-25000

unit/mL) dalam 1-3

tetes tiap jam,

interval

ditingkatkan sesuai

indikasi.

Tidak ada

keterangan yang

mencantumkan

interaksi obat

“90”

Penisilin, pasien tidak memiliki riwayat alergi penisilin maka obat dari golongan

ini bisa diberikan yang bersifat bakterisidal, namun tetap pasien ditanyakan

kembali

SimpatomimetikEfedrin Hidroklorida

AntimuskarinikIpratropium Bromida

Efikasi Bekerja dengan cara

vasokonstriksi pembuluh

darah mukosa yang

kemudian mengurangi

pembengkakan mukosa

nasal. 100

Merupakan senyawa amonium kuartener sintetis dari metilatropin yang menghambat reseptor muskarinik90

Safety Iritasi setempat, mual, sakit

kepala; setelah penggunaan

berlebihan terjadi toleransi,

efek menghilang, kongesti

berulang, juga dilaporkan

efek pada kardiovaskuler 80

Hidung kering dan iritasi hidung, epistaksis90

Suitabilty Indikasi: Kongesti nasal

Kontraindikasi: jangan

digunakan pada pasien

hipertensi

98

Indikasi: Rinorea yang berhubungan dengan rinitis perenialPeringatan: hindari penggunaan di sekitar mata60

Golongan Adrenergika yaitu dekongestan nasal, pasien tidak memiliki riwayat

sakit jantung, maka pasien dapat diberikan obat ini, lalu untuk mengurangi

pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus

Nama

Golongan

Efficacy Safety Suitability Lain-lain

NSAIDs Khasiat analgetik,

antipiretik, dan

antiradang.

Khususnya

asetaminofen

bekerja sebagai lini

pertama

penanganan OA.

Adapun cara

kerjanya : dengan

menghambat ezim

siklooksigenase,

sehingga asam

arakhidonat tidak

berhasil dibentuk

menjadi COX-1,

COX-2 dan COX-

3. Sehingga di

pusat juga bisa

dihambat. Dengan

menghambat

siklooksigenase ini

maka, COX-1 yang

dihambat akan

menyebabkan

penghambatan

proteksi gastro,

meningkatkan

Untuk yang

non selektif

bisa didapat

adanya

kelainan

gastrointestinal,

seperti kelainan

mukosa

lambung, aliran

darah gaster

dan kelainan

regulasi

bikarbonat, dari

sekedar

inflamasi

menjadi ulkus

peptikum yang

mana obatnya

harus diganti,

serta adanya

gangguan

terhadap proses

fisiologis dari

tubuh yang

diatur olehnya

sesuai efikasi

tadi. COX-2

yang mana ini

akan

Indikasi :

OA

RA

Nyeri kankerakibat

metastase tulang

Nyeri kolik dan

saluran kemih

Dismenore

Aspirin pada dosis

rendah

menghambat

tromboksan A2

dengan

menyebabkan efek

antitrombotik.

Kontraindikasi:

Dispepsia

fungsional,

gastritis erosiva,

ulkus peptikum,

ulkus duodenale,

bagi pengguna

penghambat COX-

2 bahaya dengan

agregasi platelet,

vasokonstriksi dan

proliferasi otot

polos meningkat.

Sedangkan COX-2

akan menginduksi

nyeri yang terkait

inflamasi, dan

menghambat

agregasi platelet,

vasodilatasi, dan

terdapat efek anti-

proliferatif otot

polos. COX-3

meningkatkan suhu

tubuh di sentral

(sistem saraf pusat)

menghambat

adanya proses

agregasi

platelet yang

menyebabkan

resiko embolus

meningkat,

sehingga

kejadian

gangguan KV

meningkat.

Untuk COX-3

sepertinya tidak

terlalu

berpengaruh,

namun

asteminofen

yang

menghambat

ini secara

selektif akan

bersifat

hepatotoksik

bila kadarnya

leboh dari 4 g /

hari.

Cox Non

Selektif : (80)

Cox 2 selektif :

(0)

Cox 3 selektif :

(90)

akibat pada sistem

KV yang dapat

menyebabkan

peningkatan

agregasi platelet

yang menyebabkan

embolus.

COX-3 bisa

menyebabkan

hepatotoksik bila

pemakaian dosis

maksimal 4 gr/ hari

(90)

Cox Non

Selektif : (80)

Cox 2 selektif : (0)

Cox 3 selektif :

(90)

Steroid Efek antiradang akibat trauma, alergi, dan infeksi yang didasarkan efek vasokonstriksi

Mengurangi terbentuknya cairan peradangan dan edema setempat

Memiliki daya imunosupresif dan antialergi yang berhubungan dengan kerjanya dengan kerja antiradangnya

Peningkatan glukoneogenesis

ES :

Pada dosis

tinggi terdapat

gejala chusing,

atrofia atau

kelemahan

otot,

osteoporosis,

mengurangi

kecepatan

pertumbuhan,

atrofia kulit,

bersifat

diabetogen,

imunosupresi,

antimitotis

I :

Asma hebat, kolitis ulserosa, crohn disease, kanker setelah x-ray, sebagai antiemetik setelah pengobatan sitostatika, autoimun, sesudah tranplantasi organ

KI :

Osteoporosis, pasien dengan imunokompromise, orang dengan penyakit jantung

Penggunaan :

Intravena,

intraartikuler,

Efek katabol yaitu merintangi pembentukan protein dari asam – asam amino, sedangkan pengubahannya ke glukosa dipercepat

Pengubahan lokasi

posisi lemak tubuh

menjadi tertumpuk

di muka dan

selangkangan

(90)

(0)

intratrakeal,

intradermal,

peroral,

intraaurikuler,

intraorbita,

intranasal

(0)

Opioid Endorfin bekerja dengan jalan menduduki reseptor – reseptor nyeri di SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir

Menduduki reseptor yang belum diduduki opioid

Bila digunakan

terus – menerus,

pembentukan

reseptor baru di

stimulasi dan

produksi endorphin

ES :

Supresi SSP dan stimulasi langsung dari CTZ sehingga memicu mual muntah

Dosis tinggi menurunkan aktivitas mental dan motoris

Motilitas berkurang (obstipasi), konstraksi kandung empedu (kolik

I :

Nyeri hebat pasca bedah, nyeri hebat akibat kanker

KI :

Orang dengan kelainan kardiovaskuler

Orang dengan penyakit asma

Kelainan system saraf pusat

di ujung saraf otak

dirintangi,

akibatnya terjadilah

kebiasaan dan

ketagihan

(90)

batu empedu)

Pada system sirkulasi menyebabkan vasodilatasi, hipertensi, dan bradycardia

Sering timbul

adiksi dan bila

terapi

dihentikan

dapat terjadi

gejala

abstinensia

(0)

Konstipasi

Depresi

Alergi

Penggunaan :

Peroral, subkutan,

dural, epidural,

spinal, subkutan

kontinyu, intravena

(0)

NSAIDs, karena memiliki sifat analgetik yang sedang dan antipiretik yang sedang

dan bekerja cepat, tidak menyebabkan ketergantungan seperti opioid atau rebound

effect seperti pemakaian steroid

e. Nama obat yang dipilih dari :

- Penisilin : untuk spektrum luas dipilih amoksisilin sebagai lini pertama dan

diketahui pasien tidak memiliki riwayat alergi, karena memiliki daya resorpsi 80%

lebih lengkap dibanding ampisilin dan memiliki kadar 2x lipat lebih banyak dalam

darah dibanding ampisilin, selain itu hampir sama dengan ampisilim , seperti

kadar PP 20% dengan T1/2 = 1-2 jam dan memiliki kemampuan difusi ke dalam

jaringan dan cairan tubuh dengan lebih baik

- Dekongestan Nasal : karena pasien datang ke puskesmas dapat diberikan Efedrin

walaupun resiko ke jantung untuk terjadinya takikardia lebih besar, maka obat ini

hanya diberikan saat pasien membutuhkan saja. Memiliki resorpsi dari usus baik

aksinya bertahan dalam 2-5 jam, dengan plasma T1/2, dengan efek yang muncul

setelah 15-60 menit setelah pemakaian.

Golongan Obat Efficacy Safety Suitability Cost

Salisilat dan derivatnya

AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektif

(80)

ES : Iritasi GI tract, hepatotoksik, perdarahan. Gangguan keseimbangan asam basa, berupa alkalosis yang mempengaruhi ginjal dengan gejala tetani dan perubahan EKG yang khas.

(50)

Indikasi : antipiretik pada dewasa, analgesik pada nyeri tidak spesifik (sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia, mialgia), demam reumatik akut, artritis reumatoid, aspirin dosis kecil sebagai anti agregasi trombositKontraindikasi : kerusakan hati berat/ penyakit hati kronik, hipoprotrombinemia, def. vit K, hemofilia, ulkus peptikum aktif

(50)

Rp. 124,53/tablet

(70)

Para-aminofenol Menghambat biosintesis PG di hipotalamus, diduga melalui penghambatan selektif terhadap isoenzim COX-3

(100)

ES: Nefropati analgesik pada pemakaian jangka panjang, hepatotoksik pada dosis toksik dan pemakaian jangka panjang, reaksi hipersensitif jarang terjadi.

(90)

Indikasi : demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit gigiKontraindikasi : gangguan fungsi hepar dan ginjal, lini pertama OAKI : Hepatitis, sirosis hepatis, dll terkait hepar.Interaksi : Pirazinamid, meningkatkan resiko

Rp. 42,13/tablet

(100)

kerusakan hepar.Pemakaian kronis, pemakaian dengan warfarin, akan meningkatkan efek dari warfarin. Dengan kolesitramin bisa menyebabkan pengurangan absorbsi. (90)

Asam mefenamat AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifEfek sebagai analgetik dan anti inflamasi kurang jika dibanding aspirin

(100)

ES : GI tract (dispepsia, diare, perdarahan mukosa lambung),Reaksi hipersensitifitas (eritema kulit dan bronkokonstriksi), anemia hemolitik

(90)

Indikasi : sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri traumatik, dismenorea, demam, nyeri pasca persalinanKontraindikasi : tukak lambung/ usus aktif, gangguan hepar atau ginjal.

(99)

Rp. 158,75/tablet

(90)

Diklofenak AINS yang menghambat COX-2- preferentialwaktu paruh singkat, namun diklofenak di akumulasi di cairan sinovial sehingga efek terapi di sendi lebih panjang

ES : mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala, gangguan enzim hati

Indikasi : nyeri/inflamasi pasca trauma, terutama untuk nyeri sendiKontraindikasi : tukak lambung/ usus, hipersensitifitas terhadap diklofenak, gangguan fungsi hepar atau ginjal, gangguan

Rp.792,00/tablet (Pseudogeneric)

(40)

(80) (90)KV

(0)

Ibuprofen AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifEfek analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat, onset cepat

(70)

ES : pada saluran cerna efek samping ringan, yang jarang eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, kejadian trombus meningkat

(0)

Indikasi : demam, nyeri ringan sampai sedang, nyeri pasca trauma, nyeri ototKontraindikasi : hipersensitifitas terhadap AINS lain dan aspirin, tukak peptik, gangguan KV

(0)

Rp. 184,39/tablet

(60)

Ketoprofen AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektif

(70)

ES : sama dengan AINS lain, terutama gangguan saluran cerna, dan reaksi hipersensitifitas.

(90)

Indikasi : mengatasi gejala RA, spondilitis akut, gout dan OAKontraindikasi : hipersensitif terhadap aspirin dan AINS lain, ullkus gastroduodenum, riwayat asma dan alergi

(90)

Rp. 1534,50/tablet

(20)

Indometasin AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifResorpsi baik di usus

(70)

ES : nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung, pankreatitis. Sakit kepala hebat, halusinasi, agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia, reaksi alergi sperti urtikaria, gatal, dan serangan asma.

(20)

Indikasi : digunakan pada spondilitis ankilosa, artritis pirai akut, dan osteoporosis jika AINS yang lain kurang berhasilKontraindikasi : gangguan psikiatri, pasien dengan penyakit lambung (50)

Rp. 49,51/tablet(80)

Piroksikam Efek : analgetik, antipiretik dan antiinflamasi plasma-T1/2 rata-rata 50 jamKarena lama dalam tubuh, maka pemberian cukup sekali dan memudahkan konsumsi serta kepatuhan pasien. (90)

E.S : meningkatkan resiko terjadinya gastrointestinal dengan tingkat sedang dan reaksi kulit.(90)

Indikasi: untuk meringankan simtom dengan terjadinya ostearthtritis, rheumatoid arthritis dan spondilitis ankilosing, serta nyeri haidKontaindikasi :Alergi piroksikamUlkus peptikum, gangguan GIT lama, seperti gastritis kronis dan lain-lainnyaInteraksi : meningkatkan efek antikoagulan, seperti koumarin, mengurangi ekskresi litium, peningkatan konsentrasi plasma ritonavir

Rp. 131,25/tablet

(70)

Penggunaan :sekali sehari, bisa oral, intramuskuler dan rektal, sehari sekali dan lebih mudah diresorpsi melalui usus dan diperlambat dengan adanya makanan. Baiknya 2 jam setelah makan atau sebelum makan, namun dilihat tanpa resiko keluhan GIT (90)

Meloksikam Preferential COX-2, dengan plasma T1/2 nya 20 jam(80)

Efek samping : pada GIT, namun lebih ringan dibanding dengan piroksikam.(80)

Indikasi : penyakit rematik, spondilitis ankilosing dan osteoarhtritis (short term).Kontraindikasi: Gagal ginjal, gagal jantung(50)

Rp. 1350/tablet (Pseudogeneric)

(30)

-

- Sedangkan untuk panasnya dipilih paraminofenol atau parasetamol

NSAIDs, yag dipilih ialah Asam Mefenamat, diberikan karena pasien merasa

nyerinya yang semakin berat saat membungkuk.

f. BSO dan Harga

- Amoksisilin (Kaplet 500mg @Rp.297,50)

- Efedrin (Tablet 25mg @ Rp.44,24)

- Asam Mefenamat (Kaplet 500mg @Rp.158,75)

- Paracetamol (Tablet 500mg @Rp. 70)

g. Resep

dr. Miley

SIP No: 001/002/UP/DINKES

Praktek :

Jl. Kemana-kemana No.99 Mataram

Tlp : (0370) 690900

Mataram, 19 Oktober 2011

R/ Kap Amoksisilin 500 mg No. XXX

S.t.d.d. Kap. I .P.C

______________________________________ Paraf

R/ Tab Efedrin HCl 25 mg No. V

S.p.r.n.t.d.d.Tab.I p.c

_________________________________ Paraf

R/ Tab Paracetamol 500 mg No. X

S.p.r.n.t.d.d. Tab.I.p.c

_________________________________ Paraf

Pro : Sutijan

Umur : 27 Tahun

Alamat : Jl. dimana No.99 Mataram(6688990)

h.

Informasi

- Obat diminum sampai 10 hari (karena sekalipun telah hilang gejala klinik coba

dilanjutkan untuk mengeradikasi kuman-kuman yang menyebar setempat sinus)

- Efedrin atau obat untuk menghilangkan tersumbat ini harus dihentikan bila

pernapasan telah lancar tidak ada rasa tersumbat

- Begitu pula asam mefenamat dan parasetamol bila nyeri dan demam sudah hilang

pasien tidak usah minum dan bila demamnya sudah hilang

- Pasien sebaiknya beristirahat tirah baring dengan posisi 45 derajat, jangan

mengkonsumsi makan-makanan berminyak, minuman dingin, dan faktor-faktor

atau perihal yang menyebabkan pasien menjadi bersin sebaiknya dihindarkan,

serta hawa atau udara dingin seperti keluar atau menghirup udara malam

sebaiknya dihindari

dr. Miley

SIP No: 001/002/UP/DINKES

Praktek :

Jl. Kemana-kemana No.99 Mataram

Tlp : (0370) 690900

Mataram, 19 Oktober 2011

R/ Kap Asam Mefenamat 500 mg No. X

S.p.r.n.t.d.d. Tab.I.p.c

_________________________________ Paraf

Pro : Sutijan

Umur : 27 Tahun

Alamat : Jl. dimana No.99 Mataram(6688990)

3. Perempuan, 20 tahun, datang ke poli rsu mataram dengan keluhan pilek terutama muncul di

pagi hari, disertai bersin-bersin berkepanjangan. Ingus encer dan bening keluar terus

menerus. Merasa berat dibagian kepala dan gatal pada hidung. Didapatkan riwayat alergi

dalam keluarga. Keluhan ini muncul sejak tiga bulan terakhir, setelah terkena AC di tempat

kerja, dan berkurang saat diluar ruangan. Pemeriksaan fisik demam 38.2. Rinoskopi anterior

didapatkan sekret mukoid encer pada kavum nasi bilateral konka nasal tampak livide.

a. Daftar Masalah :

- Wanita 20 tahun, keluhan pilek terutama muncul di pagi hari, disertai bersin-

bersin berkepanjangan dengan ingus encer dan bening keluar terus-menerus,

merasa berat dibagian kepala dan gatal pada hidung, ada riwayat alergi dalam

keluarga

- Muncul sejak tiga bulan terakhir, muncul saat terkena AC di tempat kerja dan

berkurang setelah diluar ruangan

- Rinoskopi Anterior didapatkan sekret mukoid encer pada kavum nasi bilateral

konka nasal tampak livide

b. Diagnosis :

Rhinitis Alergika

c. Tujuan Terapi

- Mengurangi reaksi alergi, ingus pasien, dan mengurangi paparan

d. Memilih golongan obat sesuai tujuan terapi

- Mengurangi paparan dengan cara berolahraga, memakai jaket, masker, dan minum

hangat

Antihistamin Kortikosteroid Imunoterapi

Efikasi Antihistamin bekerja

secara kompetitif

dengan histamin

reseptor pada sel,

dengan demikian

mencegah kerja

histamin pada organ

target. Antihistamin

juga dapat menghambat

pelepasan mediator

Mencegah inflamasi

dengan menekan sistem

imun. 70

Efek

imunologis yang

terjadi setelah

pemberian

imunoterapi adalah

sebagai berikut:

1. Antibodi penghalang

Imunoterapi

akan menginduksi

IgG spesifik

alergen (IgG4)

inflamasi. Antihistamin

tidak menghilangkan

efek histamin yang telah

timbul sehingga lebih

berguna untuk

pencegahan daripada

pengobatan gejala yang

ditimbulkan oleh

stimulasi histamin.

100

yang berperan

sebagai antibodi

penghalang yang

bersaing dengan

IgE untuk berikatan

dengan alergen.

Sejumlah studi

mengemukakan

bahwa terbukti ada

hubungan antara

pengurangan gejala

alergi dengan

jumlah IgG serum

2. Penurunan IgE

Penurunan secara

bertahap IgE spesifik

alergen pada pemberian

imunoterapi, walau pada

awalnya terjadi

peningkatan. Respons Th 2

terhadap alergen akan

dihambat dan menginduksi

respons Th 1 dengan

peningkatan interferon

(IFN-) dan IL-12.

Perubahan fungsi ini akan

mempengaruhi produksi

IgE, pematangan populasi

sel, penglepasan mediator

oleh sel mast dan basofil.

Akhirnya penurunan IgE

akan menurunkan respons

alergi.

3. Modulasi sel mast dan

basofil

Imunoterapi

memodulasi fungsi sel mast

dan basofil sehingga terjadi

penurunan penglepasan

mediator walaupun terdapat

IgE spesifik pada

permukaannya. Efek ini

ditunjukkan dengan

penurunan penglepasan

histamin pasca imunoterapi

setelah pajanan alergen

spesifik yang didahului

oleh penurunan IgE

spesifik atau peningkatan

IgG spesifik.

4. Peningkatan aktivitas

limfosit T supresor

Imunoterapi akan

mengubah jaringan kerja

pengaturan sel oleh karena

peningkatan aktivitas

limfosit T supresor.

Produksi IgE, pematangan

sel mast, aktifasi makrofag,

penglepasan mediator oleh

sel mast dan basofil akan

berkurang dan

mempengaruhi mekanisme

alergi.

65

Suitability Indikasi: Reaksi alergi;

motion sickness dan

gangguan vestibular;

mual dan muntah hamil.

Kontraindikasi:hati-hati

diberikan pada orang

yang bekerja sebagai

sopir (AH-1 generasi

Dihindari untuk infeksi

nasal dan sebaiknya

dihindari pada pasien

TB paru. Bisa

digunakan untuk rinitis

alergi

90

Indikasi : imunoterapi

adalah untuk penyandang

rhinitis atau asma alergi

yang disebabkan oleh

alergen spesifik. Alergen

yang diberikan tersebut

telah dijamin efektivitas

dan keamanannya melalui

penelitian klinis.

pertama)

100

Imunoterapi juga

diindikasikan sebagai

profilaksis untuk pasien

yang sensitif terhadap

alergen selama musim

pollen atau perrenial.

Kontraindiikasi :

imunoterapi pada asma

adalah sebagai berikut:

1. Keadaan

imunodefisiensi yang

berat

2. Keganasan

3. Kelainan psikiatri yang

berat

4. Pasien tidak patuh

5. Pasien mengalami efek

samping yang berat

yang berulang selama

terapi

6. Asma berat yang tidak

terkontrol dengan

farmakoterapi

7. Keadaan hamil

sebaiknya tidak dimulai

imunoterapi, akan

tetapi bila imunoterapi

telah dilakukan

sebelum kehamilan,

maka dapat diteruskan.

77

Safety Menyebabkan sedasi

untuk AH-1

Tidak untuk AH-2

99

Efek samping lokal

meliputi kekeringan,

iritasi pada hidung dan

tenggorokan (lokal),

epistaksis, ulserasi

Reaksi lokal yaitu

kemerahan dan

pembengkakan pada tempat

suntikan yang menimbulkan

sedikit keluhan.

Pengobatannya dengan

(jarang), perforasi nasal

septal (biasanya setelah

operasi nasal),

peningkatan tekanan

intraokuler atau

glaukoma, sakit kepala,

gangguan penciuman

dan rasa

70

melakukan kompres dingin,

pemberian antihistamin oral

dan pengurangan dosis.

Reaksi vasovagal meliputi

penurunan tekanan darah

dengan perlambatan

frekuensi nadi, kulit

menjadi dingin atau hangat

disertai pengeluaran

keringat tanpa timbul

urtikaria atau angioedema

67

Antihistamin, lebih dipilih daripada kortikosteroid karena efeknya yang timbul

kuat dan biasanya kortikosteroid lebih dipakai saat tidak adanya respon terhadap

obat yang dapat menyebabkan dilatasi mukosa dan antikolinergik topikal tidak

dpilih mengingat pasien yang ditemukan hanya mukosa hiperemsi saja

e. Nama Obat Sesuai Tujuan Terapi :

Obat AH-1 Generasi Pertama Obat AH-1 Generasi Kedua

Efikasi Semua AH-1 memiliki efek

farmakologis dan terapeutik yang

serupa dengan menghambat histamin

secara kompetitif pada reseptor H-1.

AH-1 menghambat efek histamin

pada pembuluh darah, bronkus, dan

berbagai macam otot polos. AH-1

juga bermanfaat untuk mengobati

reaksi hipersensitivitas atau keadaan

lain yang diseryai pelepasan

hostamin endogen berlebihan. Pada

pemberian oral, AH-1 generasi

pertama umumnya mulai

menimbulkan efek dalam waktu 15-

Semua AH-1 memiliki efek

farmakologis dan terapeutik yang

serupa dengan menghambat

histamin secara kompetitif pada

reseptor H-1. AH-1 menghambat

efek histamin pada pembuluh

darah, bronkus, dan berbagai

macam otot polos. AH-1 juga

bermanfaat untuk mengobati

reaksi hipersensitivitas atau

keadaan lain yang diseryai

pelepasan hostamin endogen

berlebihan. AH-1 generasi kedua

tidak menembus sawar darah otak

30 menit, efek maksimal sekitar 1

jam, dan efek bertahan selama 4-24

jam.

70

sehingga efek sedasi kecil.

100

Safety Sedasi. Efek toksik ringan dari

penggunaan sistemik meliputi,

eksitasi dan konvulsi pada anak-anak,

hipotensi postural, dan respon alergi

40

Tidak ada efek sedasi. Efek toksik

ringan dari penggunaan sistemik

meliputi, eksitasi dan konvulsi

pada anak-anak, hipotensi

postural, dan respon alergi

99

Suitability Indikasi: Reaksi alergi; motion sickness dan gangguan vestibular; mual

dan muntah hamil.

Kontraindikasi:hati-hati diberikan pada orang yang bekerja sebagai sopir

(AH-1 generasi pertama) 10

- Antihistamin yang dipilih ialah dari generasi kedua, karena selain efek

antikolinergiknya yang tidak ada sehingga pasien yang berada di tempat kerjanya

tidak terganggu dengan keadaan yang mengantuk tidak dijumpai, selain itu kadar

plasma T1/2 nya cukup lama sehingga dosis cukup 1-2x per hari. Maka yang

dipilih ialah Cetirizine, karena kerja kuat dan panjang yaitu dengan T1/2 8-10

jam, bersifat hidrofil tidak memiliki sifat antikolinergis sehingga tidak

menyebabkan pasien mengantuk dan ingus menjadi kental, menghanbat migrasi

dari sel granulasi eosinofil yang berperan pada reaksi alergi lambat. Resiko untuk

memilih loratadine sebenarnya kecil, hanya karena resiko lebih lama di tubuh

maka efek samping terhadap reseptor histamin semakin kuat sehingga efek

pengasaman lambung bisa berkurang bila dipakai dalam jangka waktu lama. Serta

harga Cetirizine lebih, murah dari Loratadine

f. BSO dan Harga

Cetirizine (Tablet 10 mg @ Rp.412,50)

g. Resep

dr. Samson

SIP No: 001/002/UP/DINKES

Praktek :

Jl. Kemana-kemana No.95 Mataram

Tlp : (0370) 690999

Mataram, 29 Oktober 2011

R/ Tab Cetirizine 10 mg No. XXX

S.p.r.n.u.d.d. Tab. I .p.c.o.n

______________________________________ Paraf

Pro : Ayu Ting Ting

Umur : 20 Tahun

Alamat : Jl. Kemana-kemana No.89 Mataram

h. Informasi

- Obat ini sebenarnya obat selama hidup dan diminum sampai pilek dan bersinnya

hilang. Obat diminum sebaiknya saat ada pilek dan bersin terus-menerus dan

hindari stres

- Minum obat ini terlebih dahulu maka akan turun panasnya bila sampai 3 hari

panas menetap atau semakin panas, atau panasnya turun-naik maka pasien pada

hari ketiga setelah mengkonsumsi pasien ini harus segera balik untuk diperiksa

kembali

- Sebaiknya, berbagai perihal yang mencetuskan pasien bersin dan pilek dihindari

seperti di tempat dingin atau bersuhu dingin, pagi hari bila perlu tunggu saat

matahari terbit baru keluar rumah, serta menghindari/menjarangkan minum

minuman dingin

- Pasien juga disarankan makan-makanan bergizi banyak buah, sayur dan protein

dan tidak terlalu capek agar sistem pertahanan tubuh tidak turun, dan harusnya

pasien membiasakan mengatur waktu olahraga pagi

4. Anak, 5 tahun datang ke poli dengan keluhan nyeri pada tenggorokan, terutama pada saat

menelan, disertai demam tinggi 39. Keluhan ini diawali dengan batuk pilek selama 2 hari dan

saat ini sudah mereda. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tonsil tampak hiperemi, membesar

T3-T3.

a. Daftar Masalah

- Anak 5 tahun, keluhan nyeri pada tenggorokan

- Terutama saat menelan

- Demam tinggi 39 derajat Celcius

- Diawali dengan batuk pilek selama 2 hari namun sekarang telah mereda.

- Pada PF tonsil hiperemis dan membesar T3-T3

b. Diagnosis :

dr. Samson

SIP No: 001/002/UP/DINKES

Praktek :

Jl. Kemana-kemana No.95 Mataram

Tlp : (0370) 690999

Mataram, 29 Oktober 2011

R/ Tab Cetirizine 10 mg No. XXX

S.p.r.n.u.d.d. Tab. I .p.c.o.n

______________________________________ Paraf

Pro : Ayu Ting Ting

Umur : 20 Tahun

Alamat : Jl. Kemana-kemana No.89 Mataram

Tonsilitis Bakterialis Akut

c. Tujuan Terapi :

- Mengeradikasi kuman penyakit

- Menurunkan demam dan nyeri saat menelan

d. Nama Golongan Obat yang sesuai

Nama Efficacy (Kemanjuran) Safety (Keamanan) Suitability

(Kecocokan)

Aminoglikosida Spektrum kerja kuas, banyak bacili

gram-, antara lain E.coli,

H.influenzae, Klebsiella, Proteus

dan Enterbacter, Salmonella dan

Shigella. Aktif juga mengatasi

gonokokus, dan sejumlah gram +

(Staphylococcus aureus/epiermis).

Amikasin (spektrum kerja paling

luas) dan tobramisin aktif kuat

pada pseudomonas, gentamisin

lebih ringan. Streptomisin,

kanamisin, dan amikasin aktif

terhadap kuman tahan asam (TBC

dan lepra). Tidak aktif terhadap

kuman anaerob.

Aktivitas: baktersidal, dengan

penetrasi dinding bakteri dan

mengikat diri pada ribosom di

dalam sel. Proses translasi (RNA

dan DNA) diganggu, sehingga

biosintesa protein diganggu. Tidak

hanya terjadi pada fase

pertumbuhan kuman, namun juga

termasuk saat kuman membelah

diri.

Memiliki efek sisa setelah selesai

penggunaan obat, efek

antibiotisnya masih ada walaun

kadarnya dalam darah,

berangsur-angsur turun.

E.S : yang digunakan

secara parenteral dapat

menyebabkan

kerusakan pada organ

pendegaran dan

keseimbangan, akibat

rusaknya saraf

vestibulokoklearis

(N.VIII). Nefrotoksitas

yang reversibel karena

ditimbun dalam sel-sel

tubuler ginjal. Jarang

terjadi blokade

neuromuskuler dengan

kelemahan otot dan

depresi pernafasan.

Toksisitas di atas,

bukan bergantung

dosis, namun pada

lamanya pemakaian

obat dan jenisnya

(Netilmisin efeknya

lebih kurang untuk

menimbulkan

ototoksisitas).

Sebaiknya ditakarkan

1-2x sehari. Pada

penggunaan oral dapat

terjadi nausea, muntah,

diare, khususnya pada

Streptomisin dan

kanamisin hanya

digunakan

parenteral pada TB,

dikombinasi dengan

rifampisin, INH,

dan pirazin, juga

bersama

benzilpenisilin

berkat efek pada

infeksi streptokokus

atau enterokokus.

Gentamisin dan

tobramisin sering

digunakan dengan

penisilin atau

sefalosporin pada

infeksi

pseudomonas.

Amikasin

dicadangkan untuk

kasus di mana

terdapat resistensi

bagi aminoglosida

lainnya. Pada

pemebrian topikal,

gentamisin,

tobramisin dan

neomisin untuk

salep atau tetes

mata, telinga,

“88”

dosis tinggi.

Kehamilan dan

laktasi: dapat melintasi

plasenta, merusak

ginjal dan tuli pada

bayi. Tidak dianjurkan

selama kehamilan.

Sedikit mencapai ASI,

bia digunakan saat

pemberian ASI.

“50”

kombinasikan juga

dengan suatu

polipeptida

(polikmisin,

basitrasin).

Framisetin khusus

digunakan secara

topikal.

Kontraindikasi :

bila ada riwayat

alergi pada

aminoglikosida.

“90”

Tetrasiklin Khasiat: bakteriostatik dan

bakterisidal lemah bila diinjeksikan

secara intravena.

Mekanisme kerjanya: berdasarkan

sintesis protein kuman yang

diganggu. Spektrum kerja luas dan

meliputi banyak cocci gram+ dan

gram-, serta kebanyakan basili,

kecuali pseudomonas dan proteus.

Aktif juga terhadap Chlamydia

trachomatis, Rickettsiae,

Spirochaeta terhadap sifilis dan

frambusia, leptospirae,

Actinomyces, dan beberapa

protozoa (Amoeba).

Farmakokinetik: resorpsi 75% dan

agak lambat saat perut kosong.

Kadar puncak dalam darah 3-4 jam

kemudian. Kecuali, doksisiklin dan

minoksiklin yang diserap baik (90-

100%), dan juga bila ditelan dengan

makanan. Kadar plasma T1/2

tetrasiklin berkisar 9 jam,

minoksikin 18 jam, dan 23 jam

doksisiklin. Memiliki kemampuan

penetrasi yang cukup bak ke dalam

E.S: Penggunaan oral

dapat menyebabkan

gangguan GIT,

penyebabnya ialah

adanya mukosa

lambung/ perubahan

flora-usus oleh bagian

yang tak diserap,

terutama tetrasiklin.

Hingga dapat

menimbulkan adanya

supra-infeksi oleh

Candida albicans. Efek

lebih sering dan serius

adalah sifat

penyerapannya dalam

tulang dan gigi yang

sedang tumbuh pada

janin anak-anak.

Pembentukan

kompleks tetrasiklin-

kalsiumfosfat dapat

menimbulkan

gangguan pada struktur

kristal dari gigi serta

pewarnaan dengan

Indikasi: Infeksi

saluran napas, paru-

paru, ISK, infeksi

kulit dan mata.

Penggunaan pada

acne, , karena

adanya daya

hambat terhadap

akitvitas lipase

untuk

Propionibacter

acnes. Pada

bronkhitis kronis,

adakalanya

dijadikan sebagai

obat profilaksis

serangan akut.

Kontraindikasi:

Sediaan suspensi

atau kapsul yang

sudah lama

tersimpan/ telah

berwarna kuning

tua sampai coklat

Tidak boleh

diminum lagi.

jaringan karena sifat lipofiliknya,

dengan afinitas khusus (tulang,

mata, prostat, gigi, kuku dan kulit

yang meradang. Difusi melalui CSS

buruk, kecuali minoksiklin.

Ekskresi tetrasiklin melalui ginjal,

degan kadar dalam urin utama dan

tinggi, doksisiklin dan minoksiklin

terutam diekskresi melalui empedu

dan feses.

“90”

titik-titik kuning yang

mudah mengalami

karies. Fotosensitasi,

kulit menjadi peka

cahaya, menjadi

kemerah-merahan,

gatal-gatal, dan

sebagainya.

Kehamilan : bisa

menyebabkan

penghambatan tulang

yang mengakibatkan

menjadi lebih rapuh

dan kalsifikasi gigi

terpengaruh secara

buruk, semua

tetrasiklin tidak boleh

diberikan setelah

bulan keempat dari

kehamilan dan pada

anak-anak sampai

usia 8 tahun.

Interaksi: membentuk

kompleks tak larut

dengan sediaan besi,

aluminium, magnesiun

dan kalsium, hingga

resorpsinya dari usus

gagal. Sehigga

tetrasiklin tidak boleh

diminum sambil

minum susu atau

bersama makanan atau

antasida. Kecuali

doksisiklin dan

minoksiklin dapat

ditelan bersama

makanan dan susu.

Tetrasiklin ,oksitetrasik

lin dan minoksiklin

Karena pada

kondisi lembab dan

panas mudah

terurai, terutama

karena cahaya, dan

dapat menjadi

sangat toksik bagi

ginjal, karena

terurai menjadi epi-

dan

anhidrotetrasiklin.

Tidak boleh

diberikan pada ibu

hamil hingga anak

berusia 8 tahun.

Hipersensitivitas

terhadap tetrasiklin.

“0”

dapat menghambat

hidrolisis dari

conjugated estrogen

dalam usus. Turunnya

kadar estrogen dalam

darah bisa

menimbulkan spotting

setelah penggunaan

antikonseptiva yang

berisi etinilestradiol

atau mestranol.

“0”

Makrolida&

Linkomisin

Efek: bakteriostatis, bakteri

gram+, dan spektrum kerja mirip

penisilin-G. Mekanisme kerja,

melalui pengikatan reversibel pada

ribosom kuman, sehingga sintesis

proteinnya dirintangi.

Waktu paruh singkat, hingga perlu

ditakarkan sampai 4x.

Kinetik: tergantung formulasi,

bentuk garam atau ester. Makanan

memperburuk absorbsi, sebaiknya

diminum saat perut kosong, kecuali

diritromisin tidak dipengaruhi oleh

makanan. Kemampuan penetrasi ke

jaringan dan organ baik, kadar

interseluler tinggi. Efek kuman

intrasel tinggi, Legionella,

Mycoplasma & Chlamydia. Sisanya

di luar sel. Metabolisme semua

makrolida diuraikan dalam hati,

melalui sistem sitokrom P-450,

menjadi metabolit inaktif. Kecuali,

metabolit-OH dari klaritromisin.

Ekskresi berlangsung melalui

empedu dan tinja serta kemih,

terutama dalam bentuk inaktif.

“50”

E.S: Gangguan GIT,

yang terutama nampak

pada eritromisin akibat

penguraiannya oleh

asam lambung. Lebih

jarang nyeri kepala dan

reaksi kulit. Eritromisin

dosis tinggi dapat

menimbulkan ketulian

reversibel, mungkin

akibat pengaruhnya

terhadap SSP. Semua

makrolida dapat

mengganggu fungsi

hati, yang tampak

sebagai peningkatan

nilai-nilai fungsi hati,

nyeri kepala, pusing

dapat terjadi.

Eritromisin dan dapat

mengakibatkan reaksi

alergi.

Interaksi: atas dasar

peningkatan pada

sistem enzim sitokrom

P-450, eritromisin

memperlihatkan

Indikasi:

eritromisin

merupakan pilihan

utama pada infeksi

paru-paru dengan

Legionella

pneumophilia

(penyakit veteran),

Mycoplasma

pneumoniae, dan

infeksi usus oleh

Campylobacter

jejuni. Pada infeksi

lain, merupakan

pilihan obat kedua,

bilaman terdapat

resistensi dan suatu

hipersensitivitas

untuk penisilin.

Pada indikasi lain,

seperti sepsis,

endokarditis, dan

pasien dengan

granulositopenia,ata

u lansia, sebaiknya

digunakan yang

bersifat baktersidal,

penghambatan

enzimatis dari

metabolisme teofilin,

karbamazepin,

kumarin, rifampisin,

astemizol, terfenadin

dan siklosporin. Nyata

pada dosis besar dan

penggunaan lama.

Hanya klaritromisin

berinteraksi secara

signifikan dengan

karbamazepin.

Ertiromisin dan

klaritromisin

meningkatkan kadar

plasma digoksin

dengan jalan

merintangi sejenis

kuman tertentu dengan

merintangi kuman

tertentu yang

menginkativasi

digoksin dalam usus.

Klaritromisin dan

roxitromisin yang tidak

dapat diberikan

bersamaan dengan

ergotamin, karena

dapat menimbulkan

kejang arteri dan reaksi

iskemia.

Kehamilan dan

laktasi: eritromisin

aman, tapi tidak ada

data untuk derivatnya,

sedangkan

rosirtromisin aman

diminum sambil

memberi ASI.

seperti penisilin dan

sefalosporin. Untuk

derivatnya yang

lebih tahan asam

lambung dan

keluhan GIT nya

lebih ringan, seperti

azitromisin dapat

diberikan, yang

mampu melawan

bakteri gram-,

seperti

Haemophilus

influenzae, infeksi

saluran napas.

Untuk klaritromisin

dan azitromisin

efektif juga

mengatasi kuman

penyerta pada

AIDS, seperti

Toxoplasma gondii

dan

Mycobacterium

avium intercellare.

Kontraindikasi:

Alergi eritromisin,

saat hamil tidak

boleh diberikan

“0”

Klaritromisin ternyata

mengganggu

perkembangan janin

pada binatang coba,

jangan digunakan pada

trimester pertama

kehamilan.

“70”

Kloramfenikol Efek: Bakteriostatis terhadap

Enterobacter dan Staph.aureus

dengan merintangi sintesa

polipeptida kuman. Bekerja

bakterisidal terhadap

Strep.pneumoniae,

Neiss.meningitides dan

H.influenzae

Resorpsi: dari usus cepat, 75-90%

terserap. Difusi ke dalam jaringan,

lumen, dan cairan tubuh baik sekali.

Kecuali ke dalam empedu.

Kadarnya dalam CCS tinggi.

Plasma T1/2 rata-rata 3 jam. Dalam

hepar, zat ini dirombak 90%

menjadi glukoronida inaktif. Bayi

yang baru dilahirkan, belum cukup

untuk merombak tersebut, maka

mudah mengalami keracunan.

Ekskresi melalui ginjal sebagai

metabolit inaktif, lebih kurang 10%

Rasa ester (palmitat dan stearat)

tidak pahit berlainan dengan

kloramfenikol sebagai basa, maka

sering digunakan sebagai sediaan

suspensi. Ester inaktif ini dalam

usus dihidrolisis oleh lipase dan

menghasilkan basa aktif kembali.

Syarat hidrolisis lengkap ialah

ukuran partikel serbuk yang

digunakan untuk dibuat suspensi,

E.S: gangguan GIT,

neuropati optis dan

perifer, radang lingua,

mukosa mulut. Tetapi,

yang sangat berbahaya

ialah depresi sumsum

tulang (Mielodepresi)

yang dapat tampak

dalam bentuk anemia,

dalam 2 bentuk,

penghambatan

pembentukan sel-sel

darah 5 hari setelah

terapi dimulai,

tergantung lama terapi,

dosis dan bersifat

reversibel. Yang kedua,

berupa anemia

aplastik, beberapa

minggu sampai bulan

setelah terapi, maka

tetes mata tidak boleh

digunakan lebih dari 10

hari. Mielodepresi

tidak reversibel namun

jarang. Dapat

menyebabkan

kerusakan sumsum

tulang diduga karena

kloramfenikol menjadi

metabolit aktif yang

Indikasi: infeksi

tifus, meningitis

(khusus bagi

H.influenzae),

infeksi anaerob

(contoh abses otak

oleh B.fragilis yang

semuanya

digunakan secara

oral. Secara topikal

sebagai salep 3%

dan tetes/ salep

mata, sebagai

pilihan kedua. Jika

fusidat dan

tetrasiklin tidak

efektif hanya pada

konjungtivits

bakterial selama 10

hari. Lebih bai

k salep mata

sebelum tidur 1 dd.

Kontraindikasi:

Penderita anemia

aplastik, ibu hamil

dan laktasi, tetes

telinga (karena zat

pelarut yaitu

propilenglikol

ototoksis pada

telinga. Penderita

haru 1-5 mikron. Untuk injeksi

dengan garam-Na dari ester

suksinat yang mudah larut dan

daram jaringan dirombak menjadi

kloramfenikol aktif.

“90”

toksik karena diuraikan

kuman dalam usus.

Begitupula pada

penggunaan di kulit

dan mata, maka akan

diuraikan oleh sinar

UV-A.

Kehamilan dan

laktasi: tidak

dianjurkan, khususnya

selama minggu-minggu

terakhir dari

kehamilan, karena

dapat menimbulkan

sianosis dan hipotermia

neonatus (grey baby

syndrome), melintasi

plasenta, ASI, begitu

pula untuk tiamfenikol

“67”

neuropati. Penderita

dengan kelainan

darah lainnya.

“55”

Tiamfenikol Spektrum kerja dan sifatnya mirip

dengan kloramfenikol, efeknya juga

kurang kuat. Resorpsi sangat baik

sekali. T1/2 nya 2 jam, pengikatan

pada enzim glukoronidase hepar

hanya 5-10%. Sedangkan

ekskresinya dalam urin tinggi

sebagai zat aktif 65%. Didalam

empedu kadarnya lebih tinggi dari

kloramfenikol.

“80”

E.S: Depresi sumsum

tulang yang reversibel,

jarang meninmbulkan

aplasia sumsum tulang,

lebih sering

eritropoiesis,

leukopenia,

trombositopenia dan

peningkatan kadar

serum besi

“67”

Indikasi: Infeksi

tifus, ISK dan

Infeksi saluran

empedu. Juga pada

Strepto.pyogenes,

haemophilus dan

pneumokokus.

Kontraindikasi:

Gagal ginjal,

Penderita anemia

aplastik, ibu hamil

dan laktasi.

Penderita dengan

kelainan darah

lainnya.

“67”

Vankomisin Efek: bakterisidal kuman gram+ E.S: Gangguan fungsi Bisa sebagai

aerob dan anaerob, termasuk

stafilokokus yang resisten untuk

metisilin (MRSA). Biasanya

sebagai lini terakhir, bila antibiotik

lainnya sudah tidak mempan.

Kinetik: resorpsi dari usus buruk,

namun pada usus yang sakit, seperti

pada enteritis resorpsinya baik.

Kadar terapeutis dalam cairan

pleura, sinovial, dan saluran kemih

tercapai. Plasma T1/2 ialah 5-11

jam. Ekskresi 80% melalui saluran

kemih.

“0”

ginjal, terutama pada

penggunaan lama

dengan dosis tinggi,

juga neuropati perifer,

reaksi alergi kulit

menjadi kemerahan

yang disebut the red

man syndrome, mual,

demam, dan lainnya.

Kombinasi dengan

aminoglikosida

meningkatkan resiko

nefro dan ototoksisitas.

Kehamilan dan

Laktasi: belum ada

data yang menjelaskan,

namun obat ini

mencapai ASI.

“0”

pengganti bagi

pasien yang alergi

penisilin atau

sefalosporin.

Indikasi: kolitis

akibat terapi seperti

oleh linkomisin,

klindamisin dan

radang pada

mukosa usus oleh

Stafilokokus.

Kontraindikasi:

Gagal ginjal, alergi

vankomisin,

mengkonsumsi obat

aminoglikosida,

neuropati

Bisa diberikan

oral, ataupun

injeksi

“0”

Asam Fusidat Efek: Bakteriostatis, dengan

menghambat sintesis kuman.

Spektrum kerja sempit dan terbatas

pada kuman gram+ terutama

stafilokokus, juga yang membentuk

penisilinase. Kuman gram- resisten

kecuali Neisseria.

Kinetik: daya penetrasi bagus,

jaringan lunak, otot jantung, tulang,

sendi, mata, pus, sputum, namun ke

CSS buruk. Plasma T1/2 nya adalah

10-12 jam. Ekskresi terutama

melalui empedu dan tinja sebagai

metabolit inaktif.

“0”

E.S: ringan berupa

gangguan GIT, kadang-

kadang reaksi kulit

(eritema, iritasi).

Kehamilan dan

laktasi: pada akhir

kehamilan, dapat

menyebabkan ikterus

pada bayi, dan zat ini

melintasi plaseta dan

ASI.

“0”

Indikasi: secara

oral atau IV pada

infeksi stafilokokus,

khususnya bila

terdapat resistensi

atau

hipersensitivitas

terhadap penisilin

dan lainnya. Secara

topikal bisa

diberikan pada

infeksi stafilokokus

kulit, berupa krim

atau salep dan pada

mata berupa gel.

Resistensi dapat

timbul dengan

cepat. Biasanya

dikombinasi dengan

penisilin atau

eritromisin

Kontraindikasi:

trimester akhir

kehamilan, alergi

asam fusidat.

“0”

Mupirosin Efek: Bakterisidal,menghambat

RNA-sintetase, menyebabkan

penghentian sintesis protein kuman.

“0”

E.S: gatal-gatal, nyeri,

rasa terbakar, kulit

kering, dan kemerahan.

Di hidung: bersin,

iritasi, dan gatal-gatal

karena vehiulumnya.

Nefrotoksik, karena

vehikulum dalam salep,

terlalu banyak yang

diserap.

“0”

Kuman gram+,

seperti

Staphy.aureus, Str.

Pyogenes dan

Str.pneumoniae.

tidak aktif terhadap

kuman gram-,

kecuali

H.influenzae dan

Neisseria

gonorrhoea.

Khusus digunakan

secara topikal,

sebagai salep kulit

pada infeksi kuman

gram+, juga sebagai

salep hidung

pembawa-MRSA

untuk eliminasi

kuman resisten ini.

Tidak digunakan

secara sistemik,

karena resorpsi oral

buruk dengan

perombakan yang

pesat.

Kontraindikasi:

gagal ginjal, alergi

terhadap vehikulum

pada pemberian

topikal

“0”

Sefalosporin Sama seperti penisilin yang

memiliki cicnin beta-laktam

sebagai antimikroba. Namun jenis

cincinnya berbeda, yaitu enam

anggota cincin dihidrotiazin yang

berbeda dari cincin tiazolidin yang

beranggotakan 5 pada penisilin.

Spektrum kerja luas, meliputi

banyak kuman gram+, dan gram-,

termasuk E.coli, Klebsiella, dan

Proteus. Bersifat baktersidal dalam

fase pertumbuhan kuman, dengan

menghambat sintesis peptidoglikan

yang diperlukan kuman.

Kepekaannya terhadap beta-

laktamase lebih rendah daripada

penisilin.

Generasi I (cephradine,

cepalexin,cefadroxil, dan

cefazolin): aktif terhadap cocci

gram+, (Methicilin-Sensitive

Staphylococcus aureus,

Streptococcus pyogenespenicilin-

sensitive Streptococcus

pneumoniae), tidak berdaya

terhadap gonococci, H.influenzae,

Bacteriodes, dan Pesudomonas,

tidak tahan terhadap beta-

laktamase.

Generasi II (Cefaclor, Cefprozil,

Cefuroxime, Cefoxitin dan

Cefotetan): lebih aktif terhadap

gram- (Contohnya Haemophilus

Influenzae), termasuk gonococci,

H.influenzae, Bacteriodes,serta

kuman-kuman yang resisten dengan

amoksisilin. Agak kuat terhadap

beta-laktamase dan efek terhadap

E.S: sama dengan

penisilin, namun lebih

ringan. Gangguan GIT

dapat muncul, karena

seperti penisilin,

sefalospirn ini

mengubah sifat dari

mikroflora menjadi

patogen pada GIT

(diare,bahkan pada

keadaan yang khusus

oleh karena C.difficile

bisa menyebabkan

diare berat,mual,

muntah,anoreksia).

Jarang ada reaksi

alergi, seperti

maculopapular rash

dan urtikaria. Alergi

silang dapat terjadi

pada derivat penisilin

yang molekulnya mirip

dengan generasi

pertama dari

sefalosporin, sehingga

bila alergi pada

penisilin maka ada

kemungkinan besar

untuk alergi pada

sefalosporin generasi

pertama. Sedangkan,

pada pemberian gernasi

kedua,ketiga dan

keempat diyakini lebih

aman. Nefrotoksisitas

lebih sering pada

generasi I, khususnya

sefaloridin, dan

Secara umum:

sefalosporin

digunakan juga

untuk kanker

payudara.

Sefalosporin

dikontaindikasikan

untuk para pasien

dengan alergi

sefalosporin. Selalu

dilakukan

pengecekan atau

ditanyakan

adapakah memliki

alergi terhadap

penisilin dan

sefalosporin.

Karena efek

pemakaian jangka

lama atau

sekundernya dapat

menyebabkan

seseorang menjadi

defisiensi vitamin

K, maka pemberian

sefalosporin pada

pasien hemofilia

dikontraindikasikan

serta pada pasien

yang memiliki

reaksi alergi terkait

obat pada sendi dan

kulit.

Generasi I:

digunakan peroral

pada ISK ringan

dan pilihan kedua

ada infeksi saluran

gram + (Streptokokus dan

stafilokokus)sama. Cefoxitin dan

Cefotetan efektif melawan mikroba

anaerob usus. Cefaclor, mengatasi

bakteri telinga tengah, pari-paru

dan traktus urinarius.

Generasi III (Cefixime, Cefdinir,

Cefotaxime, Ceftriaxon dan

Ceftazidime): Lebih kuat terhadap

gram- namun lebih pada kuman tipe

enterikus, sedangkan yang lainnya

lebih lemah, lebih luas lagi terhadap

Bacteriodes, dan Pesudomonas.

Resistensi kuat terhadap beta-

laktamase, namun khasiat terhadap

gram+ lebih ringan. Tidak aktif

terhadap Methicilin Resistant

Staphylococcus Epidermis dan

MRSA. Dari semua obat di generasi

ini, Ceftazidime memiliki aktivitas

yang paling bagus untuk mengatasi

organisme gram -, seperti

P.aeruoginosa.

Generasi IV (Cefepime): sangat

resisten terhadap laktamase dan

aktif sekali terhadap pesudomona s

dan gram negatif lainnya serta gram

positif (Methicilin-sensitive

S.aureus, dll).

Diabsorbsi cepat melalui oral dan

lengkap dari usus. Plasma T1/2 30-

150 menit. Distribusi baik,

meliputi: jaringan dan cairan tubuh,

namun buruk pada otak, mata dan

CSS (Kecuali sefotaksim). Ekskresi

lebgkap dan hampir utuh 80%

melaui saluran urinarius, melalui

filtrasi dan sekresi glomeruler.

“100”

sefalotin dosis tinggi,

selain itu bila

penggunaannya

bersamaan dengan

aminoglikosida dapat

merusak fungsi ginjal,

lebih sering pada lansia

dan pada pasien dengan

penurunan fungsi

ginjal. Beberapa obat

bisa menimbulkan

reaksi disulfiram bila

digunakan bersamaan

dengan alkohol, yaitu

sefamandol dan

sefoperazon. Adapun

pada pemberian lama

dapat menyebabkan

superinfeksi karena

pertumbuhan dari

Acinetobacter ,enteroc

occus, dan candida.

Selain sefalosporin

dapat menghancurkan

mikroflora, dapat

menyebabkan

defisiensi vitamin K,

yang dapat

menyebabkan

perdarahan. Pada

pemberian Cefaclor

dapat menimbulkan

reaksi efek samping

pada kulit dan sendi.

Kehamilan dan

Laktasi: mudah

melintasi plasenta,

tetapi kadarnya rendah

dalam darah janin

daripada darah ibunya.

pernapasan dan kuit

yang tidak begitu

serius, dan bila

terdapat alergi

untuk penisilin

Cefazolin,

dikombinasi dengan

Tobiramisin/

gentamisin,

kombinasi ini

digunakan untuk

spektrum luas

seperti pada ulser

korneal. Spektrum

sefazolin ini aktif

untuk gram+,

seperti penisilinase

oleh

Staphylococcus.

Generasi II dan

III: digunakan

parenteral pada

infeksi serius yang

resisten terhadap

amoksisilin dan

generasi I, juga

dikombinasi dengan

aminoglikosida

(gentamisisn,

tobramisin) untuk

memperluas dan

memperkuat

aktivitasnya.

Profilaksis bedah

jantung, usus,

ginekologi, dan

lainnya. Sefoksitin

dan sefuroksim

(gen.II) dipakai

Sefalotin dan sefaleksin

telah digunakan selama

kehamilan tanpa

adanya efek buruk pada

bayi. Kebanyakan

dapat masuk ASI. Yang

masih bisa dianggap

aman (lainnya belum

ada data) ialah obat

generasi I, sefaklor,

sefotaksim, seftriakson

dan seftazidim. Hanya

dalam jumlah kecil

yang dianggap aman

bagi bayi.

Penggunaan oral

seperti

sefaleksin,sefaklor dan

sefradin aman, namun

penggunaannya pada

trimester kedua dan

ketiga dapat

menyebabkan alergi,

kemungkinan karena

mensensitasi janin.

Laqinnya sedikit

informasi untuk

sefiksim dan

sefpodoksim.

Sefalosporin injeksi,

sama seperti diatas, dan

diduga pemberiannya

mungkin aman dan

mungkin merupakan

pilihan yang masuk

akal untuk infeksi

berat.

Selama pemberian

menyusui bayi yang

sedang disusui

pada gonore.

Untuk generasi

kedua pemberian

Cefaclor secara oral

digunakan untuk

mengatasi selulitis

sedang preseptal.

Pemberian

parenteral seperti

Cefuroxime

bersamaan dengan

ampislin/sulbactam

direkomendasikan

untuk mengatasi

selulitis preseptal

yang tidak respon

terhadap

pengobatan oral

atau berat.

Generasi III:

Seftriakson dan

sefotaksim sering

dianggap sebagai

obat pilihan

pertama untuk

gonore. Sefokstitin

pada infeksi

Bacteriodes

fragilis.

Ceftazidime,

digunakan sebagai

alternatif obat

topikal dan

Amikacin

intravitreal untuk

mengataso gram

negatif, seperti

P.aeuroginosa pada

endoftalmitis.

Kombinasi antara

memiliki potensial

untuk timbulnya flora

normal usus namun

dapat digunakan.

Sefalosporin

(Sefaklor,sefamandole,

sefazolin,sefotaksim,se

fosiksitin, sefaleksin)

kategori A untuk ibu

menyusui, masuk ke

dalam asi dengan

konsentrasi rendah dan

aman.

“86”

Ceftazidime/

Cefixime

dikombinasi dengan

Nafcilin sebagai

terapi selulitis

orbital. Ceftriaxone

yang dikombinasi

dengan Vancomycin

ialah mengatasi

selulitis preseptal

sedang hingga

berat. Untuk

N.gonorrhoeae baik

infeksinya di

konjugtiva, bisa

diberikan

Ceftriaxone secara

intramuskuler.

Selain

pemberiannya

secara IM juga bisa

secara IV pada

pasien gonokokal

neonatorum

oftalmikus.

Cefixime juga dapat

diberikan secara

oral untuk gonore

“75”

Beberapa Sediaan Sefalosporin yang ada generik dengan harganya:

- Sefadroksil sirup kering 125mg/5mL (btl 60 ml) = Rp. 10.122

- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk3x10 kapsul) = Rp.18.693

- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk 10x10 kapsul) = Rp. 62.307

- Sefadroksil kapsul 500 mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.49.000

- Sefadroksil kapsil 500mg (ktk 10x10 kapsul)= Rp, 98.000

- Sefaklor kapsul 250mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 50.035

- Sefaklor kapsul 500mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 91.731

- Sefaleksin kapsul 250mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 45.679

- Sefaleksin kapsul 500mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 84.000

- Sefazolin injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 63.655

- Sefiksim kapsul 100mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.167.622

- Sefiksim kapsul 100 mg (ktk 3x10 kapsul)=Rp. 100.573

- Sefiksim kapsul 50mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 42.000

- Sefiksim sirup kering 100 mg. 5 mL (btl 30mL)= Rp. 42.350

- Sefiksim 400mg +Azitromisin 1000mg (paket)= Rp. 46.200

- Sefotaksim injeksi 0,5 g (ktk 2 vial)= Rp. 12.151

- Sefotaksim injekis 1 g (ktk 2 vial)= Rp.21.560

- Sefotaksim injeksi 1g (ktk 10 vial)= Rp.107.800

- Sefotaksim injeksi 1 g/vial ( ktk 1 vial)= Rp. 10.780

- Seftazidim injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 105.336

- Seftriakson injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 26.737

- Seftriakson serbuk injeksi 1g/vial (ktk 1 vial@10mL)=Rp.13.369

- Sefuroksim serbuk injeksi 750mg/vial (ktk 2 vial@ 10mL)= Rp. 29.845

Polipeptida Efek: Polimiksin hanya aktif

melawan kuman gram- termasuk

pseudomonas, sedangkan basitrasin

dan gramisidin efektif terhadap

gram +.

Sebagai bakteriosidal, dengan sifat

permukaannya yang melekatkan

diri pada membran sel bakteri ,

sehingga permeabilitas sel

meningkat dan akhirnya selnya

ruptur. Kerjanya tidak bergantung

terhadap membelah tidaknya

kuman tersebut, sehingga dapat

dikombinasi dengan bakteriostatik,

seperti kloramfenikol dan

tetrasiklin.

Untuk Polymyxin B, merupakan

suatu deterjen kationik atau

surfaktan yang berinteraksi dengan

membran fosfolipid, sehingga

mengganggu integritas osmotik dari

suatu sel bakteri. Peningkatan

permeabilitas ini menyebabkan sel

bakteri mati. Polikmisin B ini

beraksi selektif pada bakteri gram -,

E.S: nefrotoksis bila

diberikan secara

parenteral. Serta

dapat mneybabkan

ototoksis. Efek

samping pada pmberian

topikal okuler ialah

iritsai dan alergi dari

palpebra namun jarang

dan biasanya sedang.

Namun bila diberikan

secara injeksi

subkonjugtival dapat

memberikan rasa nyeri,

kemosis (edema

konjugtiva), dan

nekrosis jaringan.

Kontraindikasinya

ialah bila pada

seseorang yang

intolerasi atau

hipersensitivitas

terhadap obat ini.

“38”

Indikasi: kuman

gram- termasuk

pseudomonas, dan

bebeapa kecil

terhadap gram +..

Kontraindikasi:

tidak ada

gangguan ginjal,

tidak dalam

keadaan hamil,

dan tidak dalam

masa anak-anak.

Serta mudah

menyebabkan

ototoksisitas

Penggunaan Klinis

Polikmisin B ini

tidak digunakan

secara sistemik

karena efek

nefrotoksisitas dan

neurotoksisitasnya

tinggi. Secara

topikal Polikmisin

B ini digunakan

termasuk P.aeuroginosa.

Gramicidin, seperti Polikmisin B,

yang merubah karakteristik

membran sel, sehingga sel tersebut

mati. Perbedaannya dengan

Polikmisin B, Gramisidin lebig

efektif mengatasi bakteria gram

negatif. Obat ini menggantikan

basitrasin dalam kombinasi topikal

infeksi okular

“69”

kombinasi dengan

antibakteri lainnya

atau steroids untuk

melindungi infeksi

di kulit dan otitis

eksternal. Secara

okular

pemberiannya juga

dikombinasikan

dengan antibiotik

lainnya serta atau

dengan steroid.

Biasanya untuk

mengobati infeksi

di konjugtiva,

ataupun palpebra.

Hal ini juga

digunakan sebagai

tindakan prevensi

terhadap konjugtiva

ataupun kornea

yang sedang

kompromis atau

dalam penggunaan

steroid. Pemberian

topikal khusus

untuk mata ialah

dicairkan dari

500000 polimiksin

B sulfat unti dalam

20-50mL akuades

atau air steril atau

sodium-klorida

10000-25000

unit/mL

konsentrasi. Untuk

Pseudomonas

aeruginosa di mata

dengan konsentrasi

0,1%-0,25%

(10000-25000

unit/mL) dalam 1-3

tetes tiap jam,

interval

ditingkatkan sesuai

indikasi.

Tidak ada

keterangan yang

mencantumkan

interaksi obat

“90”

Ialah Penisilin, lebih aman bila diberikan pada anak kurang dari 18 tahun

dibanding memberikan ofloksasin yang juga bisa diberikan namun efek samping

terhadap penutupan lempeng epifisis anak yang dibawah 18 tahun lebih besar

sehingga anak tersebut bahaya untuk tidak tumbuh optimal semakin besar

Untuk menurunkan demam dan nyeri saat menelan bisa diberikan para-

aminofenol, karena dengan mengambil dari golongan obat ini didalamnya

terdapat obat yang dapat menurunkan panas dan mengurangi nyeri.

- Tablet Hisap Tenggorok atau lozenges untuk meredakan sakit tenggorokan,

antiseptik kumur belum diberikan karena takutnya anak ini masih belum bisa

berkumur dengan baik, takut nantinya cairan yang dikumurkan tertelan, walaupun

hal ini dipertimbangkan karena efeknya yang cukup lama di atas jaringan dan

mampu mengangkat jaringan mati beerta sel radang dan bakteri di daerah tersebut

yang akan ikut terangkat saat pasien berkumur dan terbuang saat pasien

membuang obat kumur tersebut

e. Nama obat dari masing- masing golongan obat

Kriteria Penisilin G dan V Aminopenisilin (Ampisilin & Amoksisilin)

Sefalosporin Generasi ke-3

Eficacy Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri

Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri

Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri

Suitability Infeksi gonokokus. Penisilin G (benzilpenisilin) 5-10 kali lebih aktif terhadap spesies Neisseria

Infeksi penumokokus Infeksi stafilokokus Sifilis Difteri Infeksi mikroorganisme anaerob

Infeksi saluran napas Infeksi saluran kemihMeningitis Infeksi salmonella

Bermanfaat dalam eradikasi gonokokus

Safety Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : tereksresi dalam ASI dalam jumlah kecil (Penisilin) ;

Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : tereksresi dalam ASI dalam jumlah kecil

Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : cukup aman

Cost Ampisilin kaplet 250 mg ( ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 26.180,-

Ampisilin kaplet 500 mg ( ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 41.910,-

Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v. 1000 mg/ml (ktk 10 vial) = Rp 52.250,-

Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v. 500 mg/ml (ktk 10 vial) = Rp 33.000,-

Seftriakson injeksi 1 g (ktk 2 vial) = Rp 21.008,-

Seftriakson serbuk injeksi 1 g/vial (ktk 1 vial @ 10 ml = Rp 10.504,-

Sefotaksim injeksi 0,5 g (ktk 2 vial)= Rp 9.547,-

Sefotaksim injeksi 1 g (ktk 2 vial)=

Ampisilin sirup kering 125 mg/5ml (btl 60 ml) Rp 4.400,-

Amoksisilin kapsul 250 mg (ktk 10 x 10 kapsul) = Rp 30.107,-

Amoksisilin kapsul 250 mg (ktk 12 x 10 kapsul) = Rp 36.300,-

Amoksisilin kaplet 500 mg (ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 40.700,-

Amoksisilin serbuk injeksi 1000 mg (ktk 10 vial) = Rp 72.600,-

Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml (btl 60 ml) = Rp 4.070,-

Rp 16.940,- Seftazidim injeksi 1 g (ktk 2

vial)= Rp 82.764,-

Penisilin yang dipilih ialah Amoksisilin dengan spektrum yang luas, diketahui

pasien tidak memiliki riwayat alergi, karena memiliki daya resorpsi 80% lebih

lengkap dibanding ampisilin dan memiliki kadar 2x lipat lebih banyak dalam

darah dibanding ampisilin, selain itu hampir sama dengan ampisilim , seperti

kadar PP 20% dengan T1/2 = 1-2 jam dan memiliki kemampuan difusi ke dalam

jaringan dan cairan tubuh dengan lebih baik

Golongan Obat Efficacy Safety Suitability Cost

Salisilat dan derivatnya

AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektif

(80)

ES : Iritasi GI tract, hepatotoksik, perdarahan. Gangguan keseimbangan asam basa, berupa alkalosis yang mempengaruhi ginjal dengan gejala tetani dan perubahan EKG yang khas.

(50)

Indikasi : antipiretik pada dewasa, analgesik pada nyeri tidak spesifik (sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia, mialgia), demam reumatik akut, artritis reumatoid, aspirin dosis kecil sebagai anti agregasi trombositKontraindikasi : kerusakan hati berat/ penyakit hati kronik, hipoprotrombinemia, def. vit K, hemofilia, ulkus peptikum aktif

(50)

Rp. 124,53/tablet

(70)

Para-aminofenol Menghambat biosintesis PG di hipotalamus, diduga melalui penghambatan selektif terhadap isoenzim COX-3

(100)

ES: Nefropati analgesik pada pemakaian jangka panjang, hepatotoksik pada dosis toksik dan pemakaian jangka panjang, reaksi hipersensitif jarang terjadi.

(90)

Indikasi : demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit gigiKontraindikasi : gangguan fungsi hepar dan ginjal, lini pertama OAKI : Hepatitis, sirosis hepatis, dll terkait hepar.Interaksi : Pirazinamid,

Rp. 42,13/tablet

(100)

meningkatkan resiko kerusakan hepar.Pemakaian kronis, pemakaian dengan warfarin, akan meningkatkan efek dari warfarin. Dengan kolesitramin bisa menyebabkan pengurangan absorbsi. (90)

Asam mefenamat AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifEfek sebagai analgetik dan anti inflamasi kurang jika dibanding aspirin

(70)

ES : GI tract (dispepsia, diare, perdarahan mukosa lambung),Reaksi hipersensitifitas (eritema kulit dan bronkokonstriksi), anemia hemolitik

(90)

Indikasi : sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri traumatik, dismenorea, demam, nyeri pasca persalinanKontraindikasi : tukak lambung/ usus aktif, gangguan hepar atau ginjal.

(80)

Rp. 158,75/tablet

(70)

Diklofenak AINS yang menghambat COX-2- preferentialwaktu paruh singkat, namun diklofenak di akumulasi di cairan sinovial sehingga efek

ES : mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala, gangguan enzim hati

Indikasi : nyeri/inflamasi pasca trauma, terutama untuk nyeri sendiKontraindikasi : tukak lambung/ usus, hipersensitifitas terhadap

Rp.792,00/tablet (Pseudogeneric)

(40)

terapi di sendi lebih panjang

(80) (90)

diklofenak, gangguan fungsi hepar atau ginjal, gangguan KV

(0)

Ibuprofen AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifEfek analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat, onset cepat

(70)

ES : pada saluran cerna efek samping ringan, yang jarang eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, kejadian trombus meningkat

(0)

Indikasi : demam, nyeri ringan sampai sedang, nyeri pasca trauma, nyeri ototKontraindikasi : hipersensitifitas terhadap AINS lain dan aspirin, tukak peptik, gangguan KV

(0)

Rp. 184,39/tablet

(60)

Ketoprofen AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektif

ES : sama dengan AINS lain, terutama gangguan saluran cerna, dan reaksi hipersensitifitas.

Indikasi : mengatasi gejala RA, spondilitis akut, gout dan OAKontraindikasi : hipersensitif terhadap aspirin dan AINS lain, ullkus gastroduodenum, riwayat asma dan alergi

Rp. 1534,50/tablet

(20)

(70)(90)

(90)

Indometasin AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifResorpsi baik di usus

(70)

ES : nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung, pankreatitis. Sakit kepala hebat, halusinasi, agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia, reaksi alergi sperti urtikaria, gatal, dan serangan asma.

(20)

Indikasi : digunakan pada spondilitis ankilosa, artritis pirai akut, dan osteoporosis jika AINS yang lain kurang berhasilKontraindikasi : gangguan psikiatri, pasien dengan penyakit lambung (50)

Rp. 49,51/tablet(80)

Piroksikam Efek : analgetik, antipiretik dan antiinflamasi plasma-T1/2 rata-rata 50 jamKarena lama dalam tubuh, maka pemberian cukup sekali dan memudahkan konsumsi serta kepatuhan pasien. (90)

E.S : meningkatkan resiko terjadinya gastrointestinal dengan tingkat sedang dan reaksi kulit.(90)

Indikasi: untuk meringankan simtom dengan terjadinya ostearthtritis, rheumatoid arthritis dan spondilitis ankilosing, serta nyeri haidKontaindikasi :Alergi piroksikamUlkus peptikum, gangguan GIT lama, seperti gastritis kronis dan lain-lainnyaInteraksi : meningkatkan efek antikoagulan, seperti koumarin, mengurangi ekskresi litium, peningkatan

Rp. 131,25/tablet

(70)

konsentrasi plasma ritonavir

Penggunaan :sekali sehari, bisa oral, intramuskuler dan rektal, sehari sekali dan lebih mudah diresorpsi melalui usus dan diperlambat dengan adanya makanan. Baiknya 2 jam setelah makan atau sebelum makan, namun dilihat tanpa resiko keluhan GIT (90)

Meloksikam Preferential COX-2, dengan plasma T1/2 nya 20 jam(80)

Efek samping : pada GIT, namun lebih ringan dibanding dengan piroksikam.(80)

Indikasi : penyakit rematik, spondilitis ankilosing dan osteoarhtritis (short term).Kontraindikasi: Gagal ginjal, gagal jantung(50)

Rp. 1350/tablet (Pseudogeneric)

(30)

-

Yang dipilih dari golongan NSAIDs ialah Paracetamol resorpsi lebih cepat di

usus, plasma T1/2 nya 1-4 jam. Dalam hati akan diuraikan menjadi metabolit yang

sangat toksis dan diekskresikan melalui urin sebagai konjugat glukoronida dan

sulfat. Bisa diberikan lebih baik daripada ibuprofen karena ibuprofen ini lebih bisa

menyebabkan kelainan GIT, seperti mual dan muntah

- Dipilih vitamin yang mengandung B-kompleks, C, dan mineral seperti Kalsium

dan Zinc.

f. BSO dan Harga

- Amoksisilin sirup kering 125mg/5 mL (@60mL = Rp.5.160), Kaplet@ 500mg

= Rp.518

- Parasetamol Sirup 120mg/5mL (@botol 60mL= Rp.3.220)

- Vitamin Elkana (@Botol 60mL= Rp. 16.700), terdiri dari :

o Dibasic Ca phosphate 200 mg, Ca lactate 100 mg, vit B6 20 mg, vit C 25

mg, vit D3 100 iu. Per 5 mL syr Vit A 2,400 iu, vit B1 4 mg, vit B2 1.2 mg,

vit B6 1.2 mg, vit B12 4 mcg, vit C 60 mg, vit D 400 iu, nicotinamide 16

mg, Ca pantothenate 6 mg, choline 12 mg, inositol 12 mg, Ca gluconate

300 mg, Ca hypophosphite 20 mg, Na hypophosphite 20 mg, l-lysine HCl

200 mg

g. Penghitungan Dosis

- Perhitungan dosis anak menurut rumus Young (Amoksisilin)

Da = n / (n+12) X Dosis lazim dewasa

= 5/(5+12) X 500 mg (sekali minum)

=147,06 mg

Da = n / (n+12) X Dosis dewasa

= 5/(5+12)X 2000mg (sehari)

= 588,24 mg

Maka dalam 125mg/5mL, maka sekali minum 5,8 mL (147,06mg) maka, tidak

melebihi dosis maksimal (588,24mg= 23mL). Namun, karena keinginan yang dicapai

ialah untuk pasien mendapatkan dosis yang tepat maka dipilih dengan pembuatan

puyer, walaupun sedikit pahit, nantinya saat puyer dilarutkan bisa dicampur dengan

gula tambahan oleh orangtua pasien

- Untuk Parasetamol, umur 5 tahun:

Sekali minum: 100mg (dosis lazim)

Sehari : 200mg (dosis lazim)

Maka dalam 125mg/5mL, maka sekali minum 4 mL (100mg)

h. Resep

dr. Miley

SIP No: 001/002/UP/DINKES

Praktek :

Jl. Kemana-kemana No.90 Mataram

Tlp : (0370) 690909

Mataram, 9 Oktober 2011

R/ Syr Paracetamol 60 mL Lag. I

S.p.r.n.t.d.d. C.th.I. p.c

______________________________________ Paraf

R/ Kap. Amoksisilin 147,06 mg

Sacch.Lact.q.s

m.f.l.a.pulv.d.t.d.no. XXX

S.t.d.d. pulv.I p.c

_________________________________ Paraf

R/ Syr. Elkana 60 mL Lag. I

S.t.d.d. C. a.c

______________________________________ Paraf

Pro : Susan

Umur : 5 Tahun

Alamat : Jl. Yuk mari No.90 Mataram

i. Informasi :

- Minum hangat

- Istirahat cukup

- Makan teratur dan makan buah-buahan dan sayur

- Puyer diminum selama 10 hari, sehari 3 kali dan di tambahkan 1-2 sendok teh

untuk melarutkan puyer yang dibuat dan bisa ditambahkan gula secukupnya.

- Sebelum makan anak diberi vitamin Elkana 3 kali sehari dan 1 sendok yang

diberikan sampai habis

- Saat minum parasetamol dengan sendok yang ada dituangkan sirupnya hingga pas

dibawah garis 5 mL agar pas pada angka 4 mL atau 4 cc

- Bila setelah 10 hari keluhan masih ada diharapkan pasien kontrol kembali

- Menghindari makanan yang dapat mengiritasi tonsil seperti yang pedas, dingin,

dan berminyak