POSR 2 prin
-
Upload
kadeq-ditya-putra -
Category
Documents
-
view
75 -
download
6
description
Transcript of POSR 2 prin
KASUS 1
1. Daftar permasalahan
a. Nyeri dan bengkak di semua sendi jari-jari kakinya
b. Keluhan sering dialami dan hilang timbul
c. Keluhan sering kambuh jika mengkonsumsi kacang-kacangan dan jeroan
d. Tanda radang +++, massa keras di sendi-sendi jari, jari-jari sulit digerakkan
e. Penderita mengalami gastritis
2. Diagnosis kerja
Gout Arthritis
3. Tujuan terapi
Mengatasi serangan akut (nyeri dan radang)
4. Golongan obat yang dapat digunakan
a. Parasetamol
b. NSAID
i. Aspirin
ii. Cox-inhibitor non-selective
iii. Cox-2-inhibitor seletive
c. Colchicine
d. Kortikosteroid
i. Glukokortikoid
1
Seorang laki-laki, umur 30 tahun, pekerjaan buruh tani, datang ke puskesmas dengan keluhan
nyeri dan bengkak di semua sendi jari-jari kakinya. Keluhan ini sudah sering dialami, hilang
timbul. Keluhan ini sering kambuh jika dia mengonsumsi kacang-kacangan dan jeroan.
Beberapa orang anggota keluarganya juga mengalami keluhan yang sama. Hasil pemeriksaan
fisik didapatkan tanda-tanda radang +++, teraba massa keras di sendi-sendi jari, jari-jari sulit
digerakkan karena nyeri dan massa tersebut, tanda vital dalam batas normal. Riwayat penyakit
lain: penderita ini mengalami gastritis.
ii. Mineralokortikoid
5. Golongan obat terpilih
Golongan obat terpilih adalah NSAID karena efektif meredakan nyeri dan memiliki efek
antiinflamasi yang cukup baik. Kolsikin tidak dipilih karena memiliki rasio dosis terapi dan
toksik yang rendah dan oleh karenanya memiliki efek samping yang cukup banyak.
Sedangkan kortikosteroid diberikan untuk mengatasi serangan akut gout, terutama pada
pasien yang dikontraindikasi atau tidak memberi respons terhadap terapi dengan NSAID
dan/atau kolkisin. Golongan NSAID yang dipilih adalah Cox-2-inhibitor seletive karena
aman diberikan pada penderita gastritis dibanding dengan aspirin dan Cox-inhibitor non-
selective.
6. Jenis obat yang akan digunakan
Meloxicam
7. Dosis, interval pemakaian, jangka waktu pemakaian, BSO, jumlah obat yang diambil, signa
a. Dosis: 7.5 -15 mg
b. Interval pemakaian: 1 kali sehari pada pagi hari (karena nyeri biasanya timbul pada
pagi hari)
c. Jangka waktu pemakaian: 2 minggu
d. BSO: tablet, karena stabil dalam penyimpanan dan pasien merupakan pasien dewasa.
e. Jumlah obat yang diambil: dengan sediaan tablet 7.5 mg, maka diperlukan 14 tablet
f. Signa: karena meloksikam aman untuk lambung, jadi dapat diminum kapan saja
2
8. Resep dan KIE
KIE:
- Obat diminum setiap hari pada pagi hari
- Menghindari makan makanan yang mengandung purin tinggi seperti kacang-kacangan,
jeroan, daging, dll
- Setelah obat habis, pasien diminta untuk datang kontrol kembali. Apabila kadar asam urat
masih tinggi (>7.0 mg/dl), maka pada pasien akan diberikan obat yang dapat menurunkan
kadar asam urat misalkan alopurinol.
3
dr. PutraPraktek
Jalan Merpati No 22 MataramSIP: 1214-N/15/11/92-DINKES
No Telp.: (0370) 121554 Mataram, 25 Juli 2013
R/ tab Meloxicam mg 7.5 no XIV s u.d.d tab I Paraf
Pro : Tn. XUmur : 30 tahunAlamat : Jalan Bung Karno No. 25 Mataram
KASUS 2
1. Daftar permasalahan
a. Nyeri lutut kanan
b. Sering kambuh jika dingin atau sering berdiri atau terlalu lama berjalan
c. TD 160/100 mmHg
d. Tanda radang++ pada sendi lutut kanan
2. Diagnosis kerja
Osteoarthritis et Hipertensi grade II
3. Tujuan terapi
a. Mengurangi keluhan nyeri sendi dan tanda radang
b. Menurunkan tekanan darah
c. Mencegah berulangnya gejala (kondroprotektif)
4. Golongan obat yang dapat digunakan
a. Mengurangi nyeri dan radang
i. Parasetamol
ii. NSAID:
1. Aspirin
2. Cox-inhibitor non-selective
3. Cox-2-inhibitor seletive
iii. Kortikosteroid
b. Menurunkan tekanan darah:
i. ACE Inhibitor4
Seorang perempuan berumur 45 tahun, pekerjaan guru, datang berobat dengan
keluhan nyeri di sendi lutut kanan. Keluhan ini dialami sejak 2 tahun yang lalu
diawali dengan trauma pada daerah tersebut. Keluhannya sering kambuh jika udara
dingin atau sering berdiri atau terlalu lama berjalan. Hasil pemeriksaan fisik, tekanan
darah 160/100 mmHg, pernapasan 20 kali/menit, suhu afebris, tanda radang ++ pada
sendi lutut kanan.
ii. ARB
iii. Simpatolitik:
1. Sentral: alfa2 blocker
2. Perifer: alfa1 blocker, beta blocker
iv. CCB:
1. Dihidropiridin
2. Non-dihidropiridin
v. Diuretik
1. Tiazid
2. Loop diuretik
3. Diuretik hemat kalium
vi. Vasodilator
c. Kondroprotektif: glukosamin & kondroitin
5. Golongan obat terpilih
a. Mengurangi nyeri dan radang: golongan obat terpilih adalah NSAID karena memiliki
efek antiinflamasi yang lebih besar dibanding parasetamol. NSAID terpilih adalah
yang mengahambat cox-nonselective, karena NSAID cox-2-selective inhibitor dapat
meningkatkan risiko insiden edema dan hipertensi. Kortikosteroid tidak dianjurkan
diberikan pada pasien osteoarthritis karena dapat semakin memperburuk keadaan
sendi yang rusak.
b. Menurunkan tekanan darah: menurut JNC 7, kombinasi 2 obat untuk pasien dengan
hipertensi grade II. Golongan obat terpilih adalah:
o Diuretik golongan tiazid dipakai sebagai lini pertama yang kemudian dapat
dikombinasi dengan golongan antihipertensi yang lain karena secara umum
ditoleransi dengan baik dan paling baik dalam mencegah komplikasi
kardiovaskular pada hipertensi dibanding dengan antihipertensi lain.
o ACE Inhibitor dipakai karena dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular. Selain
itu juga dapat menghambat hipokalemia yang disebabkan oleh diuretik tiazid,
karena ACE Inhibitor memiliki efek hiperkalemia.
5
c. Kondroprotektif digunakan untuk mencegah berulangnya gejala nyeri lutut pada
pasien dengan mekanisme memperbaiki kerusakan sendi sehingga dapat mengurangi
nyeri sendi. Kondroprotektif ini biasanya terdapat dalam bentu sediaan kombinasi
antara glukosamin dan kondroitin.
6. Jenis obat yang akan digunakan
a. Piroxicam memiliki duration of action yang panjang, dapat diberikan sekali sehari
sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Juga
karena tersedia sediaan oral dan topikal
b. Kombinasi
i. Hydrochlorotiazide, memiliki onset of action yang lebih cepat dan efek lebih
baik dari tiazide
ii. Captopril, memiliki efek peningkatan kualitas hidup yang lebih baik dari
enalapril, walaupun memiliki efficacy dan safety yang sama
c. Merek dagang yang tersedia yaitu Vosteon karena selain mengandung glukosamin
dan kondroitin juga mengandung ipriflavon yang menghambat resorpsi tulang dan
kalsium sitrat yang merupakan suplemen kalsium tambahan.
7. Dosis, interval pemakaian, jangka waktu pemakaian, BSO, jumlah obat yang diambil, signa
a. Piroxicam
Oral
i. Dosis: 10-20 mg
ii. Interval pemakaian: sekali sehari
iii. Jangka waktu pemakaian: selama 2 minggu
iv. BSO: tablet. Karena stabil dalam penyimpanan dan pasien merupakan pasien
dewasa.
v. Jumlah obat yang diambil: dengan sediaan 10 mg, maka dibutuhkan 14 tablet.
vi. Signa: diminum bersamaan dengan makan
Topikal
i. Sediaan: 0.5%
6
ii. Interval pemakaian: 3-4 kali sehari
iii. BSO: gel. Efektif untuk lesi akut.
iv. Jumlah obat yang diambil: 1 tube (60 gr)
b. Kombinasi
i. Hidroklorotizid
1. Dosis: lazim 25-100 mg/hari dosis tunggal. Dosis yang dipakai adalah
dosis terendah.
2. Interval pemakaian: 1 kali sehari
3. Jangka waktu pemakaian: 14 hari
4. BSO: tablet. Karena stabil dalam penyimpanan dan pasien merupakan
pasien dewasa
5. Jumlah obat yang diambil: dengan sediaan tablet 25 mg maka dipakai
14 tablet
6. Signa: dapat dipakai kapan saja
ii. Captopril
1. Dosis: 25 mg
2. Interval pemberian: 2 kali sehari
3. Jangka waktu pemakaian: selama 14 hari
4. BSO: tablet. Karena stabil dalam penyimpanan dan pasien merupakan
pasien dewasa
5. Jumlah obat yang diambil: dengan sediaan tablet 25 mg, maka
diperlukan 28 tablet
6. Signa: diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan
c. Vosteon
i. Dosis: 1-2 kaplet
ii. Interval pemberian: 3 kali sehari
iii. Jangka waktu pemberian: selama 14 hari
iv. Jumlah obat yang diambil: 42 kaplet
7
8. Resep dan KIE
KIE:
- Sendi yang nyeri, diistirahatkan selama 1-2 hari. Bisa dibantu dengan pemakaian tongkat,
kursi roda, atau yang lainnya untuk membantu proses berjalan selama sendi yang nyeri
diistirahatkan.
- Sendi yang nyeri bisa diberikan kompres dingin
8
dr. PutraPraktek
Jalan Merpati No 22 MataramSIP: 1214-N/15/11/92-DINKES
No Telp.: (0370) 121554 Mataram, 25 Juli 2013
R/ tab Piroxicam mg 10 no XIV s u.d.d tab I d.c ParafR/ gel Piroxicam 0.5% tub. I s.p.r.n 3-4 d.d u.e ParafR/ tab Hydrochlorotiazide mg 25 no XIV s u.d.d tab I ParafR/ tab Captopril mg 25 no XXVIII s b.d.d tab I u.h a.c ParafR/ tab Vosteon no XLII s t.d.d tab I Paraf
Pro : Tn. XUmur : 30 tahunAlamat : Jalan Bung Karno No. 25 Mataram
KASUS 3
1. Daftar permasalahan
a. Nyeri berulang pada sendi-sendi jari
b. Keluhan sejak 10 tahun
c. Perut sering sakit, terutama jika terlambat makan
d. Jari bengkok sejak 2 tahun terakhir
e. Tanda radang ++ pada sendi-sendi jari
f. TD: 150/90 mmHg
2. Diagnosis kerja
Reumathoid arthritis
3. Tujuan terapi
a. Mengurangi nyeri dan tanda radang
b. Mencegah kerusakan sendi lebih lanjut
4. Golongan obat yang dapat digunakan
a. Mengurangi nyeri dan tanda radang
i. Parasetamol
ii. NSAID
1. Aspirin
2. Cox nonselective inhibitor
9
Seorang perempuan berumur 40 tahun, pekerjaan buruh, datang berobat dengan keluhan
nyeri berulang di sendi-sendi jarinya. Keluhan ini dialami sejak 10 tahun yang lalu. Bila
jarinya sakit, dia hanya membeli obat di warung dan membubuhkan ramuan hangat. Jika
berat, dia berobat ke Mantri dekat rumahnya, biasanya diberikan tablet 3 macam. Namun
karena sering meminum obat tersebut, dia mengeluh perutnya menjadi sering sakit,
apalagi jika terlambat makan. Sejak 2 tahun terakhir, jarinya terlihat bengkok dan tidak
bisa diluruskan. Hasil pemeriksaan fisik : TD 150/90 mmHg, pernapasan 20 x/menit, suhu
afebris, tanda radang (++) pada sendi-sendi jari.
3. Cox-2-selective inhibitor
iii. Kortikosteroid
b. Mencegah kerusakan sendi lebih lanjut
i. DMARDs
5. Golongan obat terpilih
i. NSAID penghambat COX 2 inhibitor
Obat golongan ini dikembangkan dalam mencari penghambat COX untuk pengobatan
inflamasi dan nyeri yang kurang menyebabkan toksisitas saluran cerna dan
perdarahan.
ii. DMARDs
Obat golongan ini telah dikembangkan untuk dapat mengatasi keluhan pasien sekaligus
memiliki efek untuk mencegah perburukan penyakit pasien, efek yang tidak dimiliki oleh
NSAIDs. Meskipun efek kerjanya lambat, namun efektivitasnya cukup tinggi dengan
efek samping yang jelas, sehingga pilihan obat dapat disesuaikan dengan kondisi klinis
pasien. Oleh karena itu, kami memilih golongan obat ini untuk diberikan pada pasien,
terutama karena NSAIDs serta glukokortikoid dapat memperburuk kondisi klinis pasien
saat ini, berupa gastritis dan hipertensi.
6. Jenis obat yang akan digunakan
i. P-drug untuk NSAID COX 2 inhibitor dalah meloksikam. Meloksikam
tergolong preferential COX 2 inhibiotr cenderung menghambt COX 2 lebih
dari COX 1 tetapi penghambatan COX 1 pada dosis terapi tetap nyata. Efek
samping meloksikam terhadap saluran cerna kurang dari piroksikam.
ii. P-drug yang kami pilih adalah sulfasalazin. Pada dasarnya, setiap obat
golongan DMARDs memiiki efektifitas yang hampir sama. Perbedaannya
bersifat subjektif, tergantung dari keluhn masing-masing pasien. Untuk pasien
di skenario, sebaiknya tidak diberikan siklosporin, karena dapat
mempengaruhi tekanan darah. Beberapa obat lainnya tidak tersedia di
10
Indonesia, yaitu adalimumab, anakinra, garam emas, serta D-penicillamine.
Selain itu, dipertimbangkan pula harga sert onset of action tiap obat. Misalnya
saja, meskipun azathioprine harganya murah, namun onset kerjanya sekitar 2-
3 bulan.
Sulfasalazin dan methotrexate merupakan pilihan pertama golongan
DMARDs pada terapi arthritis rheumatoid. Namun, dilihat dari segi harga
methotrexate jauh lebih mahal daripada sulfasalazin karena tidak ada sediaan
generiknya. Mengingat pekerjaan pasien adalah buruh, maka kami lebih
memilih sediaan generik yang lebih murah, yaitu sulfasalazin tablet 500 mg,
dengan onset kerja lebih cepat, yaitu sekitar 1-3 bulan.
7. Dosis, interval pemakaian, jangka waktu pemakaian, BSO, jumlah obat yang diambil, signa
i. Meloksikam
Dosis 7,5 mg per hari, diberikan 1 hari sekali, selama satu minggu, diminum
setelah makan, bentuk sediaan yang tersedia yaitu meloksikam suppositoria,
meloksikam tablet 7,5 mg dan 15 mg. pada kasus ini diberikan sediaan
meloksikam tablet 7,5 mg.
ii. Sulfasalazin
bentuk tablet bersalut enteric digunakan dalam dosis 1 x 500 mg/hari, sampai
mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan
hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka panjang sampai tercapai remisi
sempurna. Jika dalam waktu 3 bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini
dihentikan dan diganti dengan yang lain, atau dikombinasi. Efek sampingnya
nausea, muntah, dan dyspepsia.
11
8. Resep dan KIE
KIE :
- Setelah obat habis datang kembali untuk kontrol , untuk melihat efek terapi sehingga
dapat dipertimbangkan aakah dosis obat perlu dinaikkan atau diturunkan.
- Hentikan konsumsi tablet 3 macam dan obat warung serta ramuan hangat untuk
mengurangi keluhan yang dirasakan oleh pasien, seperti nyeri perut dan peningkatan
tekanan darah.
- Istirahat cukup dan kurangi aktivitas yang menyebabkan keluhan nyeri bertambah berat.
- Diperlukan fisioterapi untuk mencegah terjadinya deformitas lebih lanjut.
12
dr. PutraPraktek
Jalan Merpati No 22 MataramSIP: 1214-N/15/11/92-DINKES
No Telp.: (0370) 121554 Mataram, 25 Juli 2013
R/ tab sulfasalazin 500 mg no. VII s u.d.d tab I p.c Paraf
R/ tab meloksikam 7,5 mg no. VII s u.d.d tab I p.c Paraf
Pro : Tn. XUmur : 30 tahunAlamat : Jalan Bung Karno No. 25 Mataram
- Bila perjalanan penyakit semakin memburuk di mana terdapat kerusakan tulang dan
tulang rawan, maka dilakukan osteotomy, artrodesis, atau artroplasty, tergantung tingkat
kerusakannya.
13
KASUS 4
1. Daftar permasalahan
a. Bercak keputihan di daerah leher dan punggung
b. Gatal pada daerah tersebut, terutama saat berkeringat
2. Diagnosis kerja
Pityriasis versicolor
3. Tujuan terapi
a. Mengeradikasi jamur penyebab
b. Menghilangkan keluhan gatal-gatal
4. Golongan obat yang dapat digunakan
a. Eradikasi jamur
i. Azol
1. Imidazol
2. Triazol
ii. Griseofulvin
iii. Amfoterisin B
iv. Nistatin
v. Terbinafin
vi. Fusitosin
b. Menghilangkan keluhan gatal-gatal
14
Seorang laki-laki 20 tahun datang datang ke puskesmas dengan keluhan adanya bercak
keputihan di daerah leher dan punggung. Bercak keputihan tersebut awalnya berukuran kecil,
muncul di belakang leher, dan lama kelamaan meluas ke daerah punggung. Sekarang pasien
merasa gatal-gatal pada daerah tersebut, terutama saat berkeringat. Pasien mengatakan bahwa
saudaranya ada juga yang mengalami penyakit yang sama dan dia sering memakai handuk
bergantian dengan saudara-saudaranya. Tentukan pengobatan yang rasional dan tulis resepnya
yang banyak.
Antihistamin
- ARH1
Generasi I
Generasi II
- ARH2
5. Golongan obat terpilih
a. Golongan azol dipilih karena memilik spektrum eradikasi jamur yang luas serta
efektif digunakan pada pasien-pasien dengan pityriasis versicolor. Golongan triazol
dipilih karena memiliki selektivitas yang lebih tinggi dalam melawan jamur, resisten
terhadap degradasi dan menyebabkan gangguan endokrin yang lebih sedikit
dibanding golongan imidazol.
b. Anitihistamin I digunakan karena efektif untuk digunakan pada pasien dengan gatal-
gatal di kulit. ARHD tidak digunakan karena site of actionnya berbeda yakni
digunakan pada kasus-kasus saluran GI. ARH1 generasi kedua dipilih karena, pasien
masih merasakan gatal-gatal yang minimal, yakni terutama saat berkeringat dan juga
kelebihannya yang tidak menimbulkan sedasi dibanding dengan ARH1 generasi
pertama.
6. Jenis obat yang akan digunakan
a. Itraconazol dipilih karena memiliki efikasi yang paling luas dibanding golongan
triazol lainnya serta golongan antifungi pada umumnya.
b. Loratadin dipilih karena memiliki masa kerja yang lebih lama dibanding ARH2 lain.
7. Dosis, interval pemakaian, jangka waktu pemakaian, BSO, jumlah obat yang diambil, signa
a. Itraconazol
i. Dosis: 200-400 mg
ii. Interval pemberian: 1 kali sehari
iii. Jangka waktu pemberian: 7 hari
iv. BSO: capsul. Karena merupakan jenis sediaan yang ada dan pasien
merupakan pasien dewasa muda.
v. Jumlah obat yang diambil: dengan sediaan 100 mg, maka dibutuhkan 14
kapsul
15
vi. Signa: diminum bersama dengan makan
b. Loratadin
i. Dosis: 10 mg
ii. Interval pemberian: sekali sehari
iii. Jangka waktu pemberian: 7 hari
iv. BSO: tablet. Karena stabil dalam penyimpanan, pasien merupakan pasien
dewasa
v. Jumlah obat yang diambil: dengan sediaan10 mg, maka dibutuhkan 7 tablet
vi. Signa: dapat diminum kapan saja
8. Resep dan KIE
KIE:
- Pasien diminta untuk menggunakan handuk yang sama tidak secara bergantian
- Pasien diminta untuk rajin membersihkan badannya/mandi serta mengurangi aktivitas
yang berlebihan yang dapat menimbulkan keringat yang banyak
16
Puskesmas MataramJalan Gili Gede Kav 22 Mataram
No Telp.: (0370) 121554 Dokter: dr. Ahmad Marzuki Mataram, 27 Juli 2013
R/ caps Itraconazole mg 100 no XIV s u.d.d tab II d.c Paraf
R/ tab Loratadine mg 10 no VII s.p.r.n u.d.d tab I Paraf
Pro : Tn. XUmur : 20 tahunAlamat : Jalan Pemuda No. 25 Mataram
KASUS 5
1. Daftar permasalahan
a. Bintil berisi air di seluruh badan sejak 2 hari
b. Awalnya di dada kemudian menyebar ke seluruh badan
c. Demam 1 hari yang lalu
2. Diagnosis kerja
Varicella zooster
3. Tujuan terapi
a. Eradikasi virus penyebab
b. Menurunkan suhu demam
4. Golongan obat yang dapat digunakan
5. Golongan obat terpilih
6. Jenis obat yang akan digunakan
a. Acyclovir merupakan obat terpilih. Walaupun sudah banyak yang menjadi resisten
dengan acyclovir, tapi karena letak pengobatannya ada di puskesmas, maka acyclovir
menjadi pilihan pertama karena tersedia luas dan harganya yang relatif murah.
b. Parasetamol
7. Dosis, interval pemakaian, jangka waktu pemakaian, BSO, jumlah obat yang diambil, signa
a. Acyclovir
i. Dosis:
1. Dewasa: 800 mg
17
Seorang anak perempuan berusia 10 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan timbul bintil
berisi air di seluruh badan. Keluhan muncul sejak 2 hari yang lalu. Dari anamnesis diketahui
awalnya keluhan ini timbul di daerah dada, kemudian menyebar ke seluruh badan. Pasien juga
mengalami demam 1 hari yang lalu. Dari pemeriksaan didapatkan lesi kulit berupa vesikula
dengan makula hiperemi dengan diameter 0,5 – 1 mm dan beberapa tampak erosi. Dokter
kemudian memberikan obat kepada ibu pasien.
2. Anak: mg ≈ 400 mgii. Interval pemakaian: 5 kali sehari
iii. Jangka waktu pemakaian: 7 hari
iv. BSO: tablet. Karena stabil dalam penyimpanan dan pasien sudah cukup besar
untuk bisa meminum obat tablet.
v. Jumlah obat yang diambil: dengan sediaan 400 mg, diberi 35 tablet
vi. Signa: boleh diminum kapan saja
b. Parasetamol
i. Dosis:
1. Dewasa: 500-1000 mg
2. Anak: ≈ 250 mgii. Interval pemakaian: bila perlu 3 kali sehari
iii. Jangka waktu pemberian: 3 hari
iv. BSO: tablet. Karena stabil dalam penyimpanan dan pasien sudah cukup besar
untuk bisa meminum obat tablet.
v. Jumlah obat yang diambil: dengan sediaan 500 mg, maka diberi 4,5 tablet ≈ 5
tablet.
vi. Signa: karena tidak ada keluhan di sistem gastrointestinal, maka boleh
dikonsumsi kapan saja
18
8. Resep dan KIE
19
dr. PutraPraktek
Jalan Sriwijaya No 6 MataramSIP: 1214-N/15/11/92-DINKES
No Telp.: (0370) 121554 Mataram, 25 Juli 2013
R/ tab Acyclovir mg 400 no XXXV s 5 d.d tab I ParafR/ tab Paracetamol mg 500 no V s.p.r.n t.d.d tab I Paraf
Pro : XUmur : 10 tahunAlamat : Jalan Pemuda No. 25 Mataram
Kasus 6
1. Daftar masalah. a. Keluhan bercak kemerahan terasa tebal pada punggung, paha, lengan, wajah, dan tangan
sejak 6 bulan yang lalu. b. Sejak 1 bulan yang lalu terdapat luka yang tidak kunjung sembuhc. Makula eritema berskuama halus dengan batas tegas pada daerah punggung, paha,
lengan, wajah, dan tangannya. 2. Penegakan diagnosis.
Lepra/ Morbus Hansen/ Kusta tipe Multibasiler. - Morbus hansen (kusta, lepra) adalah infeksi kronis yang disebabkan kuman Mycobacterium
lepra yang menyerang susunan saraft tepi, kulit, dan jaringan tubuh lain, kecuali susunan saraf pusat.
- Diagnosis WHO (1997) dengan adanya tanda utama atau cardinal sign. Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 1 tanda berikut :
o Kelainan kulit hipopigmentasi atau eritematosa dengan anestesi yang jelas
o Kelainan saraf tepi dengan penebalan saraf tepi disertai dengan anestesi.
o Hapusan kulit adanya bakteri tahan asam
- Perbedaan tipe PB (paucibasilar) dan MB (multibasilar)
Tipe PB MB
Klinis makula - Asimetris (jumlah 1-5)- Batas tegas, kering, dan
kasar.- Terjadi anestesi- Hipopigmentasi
- Simetris, jumlah >5- Tidak tegas , halus
berkilat.- Anestesi tidak jelas- Eritema
Penebalan saraf tepi - Terjadi lebih dini - Terjadi lanjut dan
20
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan bercak kemerahan yang terasa tebal pada punggung, paha, lengan, wajah, dan tangannya sejak 6 bulan yang lalu. Sekitar 1 bulan yang lalu pasien juga mengeluhkan di kakinya terdapat luka yang tidak kunjung sembuh. Riwayat penyakit dahulu pasien tidak mengetahui apakah dirinya memiliki riwayat darah tinggi atau kencing manis sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, pada vital sign juga dalam batas normal. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan makula eritema berskuama halus dengan batas tegas pada daerah punggung, paha, lengan, wajah, dan tangannya. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosa pasien tersebut.
- Lokalisasi simetris cenderung simetris. BTA (-) (+)
3. Tujuan terapi. a. Mengeradikasi bakteri Mycobacterium lepra. b. Mencegah terjadi kecacatan
4. Pemilihan golongan obat
Tidak terdapat adanya pembagian golongan pengobatan pada lepra, pada pengobatannya langsung pada pilihan obat dan regimen pengobatan. WHO menganjurkan 3 penggunaan obat utama (rifampisin, klofazimin, dapson) Berikut adalah obat :
a. Sulfon
b. Dapson
c. Rifampisin
d. Klofazimin
Jadi dipilih golongan obat rifampisin, klofazimin, dapson berdasarkan pedoman WHO karena rifampisin bersifat efektif untuk bakterisidal pada bakteri mycobacterium lepra, penggunaan dapson digunakan sebagai bakteriostatik, penggunaan klofamizin jika terdapat resistensi terhadap dapson,
Sedangkan pada obat sulfon tidak dpilih karena tidak tersedia bentuk generik dan absorbsi obat yang kurang sehinggga efektivitasnya tidak sebaik dapson.
5. Dosis, interval pemakaian, jangka waktu pemakaian, BSO, jumlah obat yang diambil,
signa
i. Dapson
Diberikan 100 mg/hari selama 12 bulan , maksimal 18 bulan, sediaannya 100 mg,
harga 1 btl yang berisi 1000 tablet Rp. 42.525, diminum 1 kali sehari
ii. Rifampisin
Doisis yang diberika 600 mg/bulan, selama 12 bulan, maksimal 18 bulan, terdapat
sediaan kapsul 300 mg, harga ktk 10 x 10 kapsul yitu Rp. 64.80021
iii. Klofazimin
Dosis 50 mg/ hari, dan 300 mb/ bulan selama 12 bulan, maksimal 18 bulan,
sediaan yang tersedia kapsul 100 mg dan tablet 50 mg. Harga satu klofazimin
kapsul 100 mg micronize Rp. 3000 sedangkan satu tablet 50 mg Rp. 2300.
Obat per bulan dibawah supervisi tenaga medis.
Rifampisin 600 mg/bulan
Klofazimin 300 mg/bulan
Obat diminum perhari, diserahkan kepada pasien :
Dapson 100 mg/hari dan Klofazimin 50 mg/hari masing-masing satu kali sehari.
6. Penulisan resep secara lege artis.
22
dr. PutraPraktek : Jalan Sriwijaya No 2 Mataram
SIP No: 300/010019/UP/DINKESTelp 0370 673635
Mataram, 8 Juni 2013
R/ Tab Dapson 100 mg No.XXX
S.u.d.d tab I
_____________________________________ . A
R/ Tab Klofazimin 50 mg No.XXX
S.u.d.d. tab I
_____________________________________ . A
Nama : laki-laki
Umur : 30 tahun
Alamat: Jl. Mekar No. 16 Mataram
7. Edukasi pasien.- Tiap bulan datang control untuk meminum obat rifampicin 600mg dan klofazimin 300 mg
- Melakukan pencegahan agar lingkungan sekitar tidak tertular.
23