Pneumonia Lobaris (Pn)

download Pneumonia Lobaris (Pn)

of 13

Transcript of Pneumonia Lobaris (Pn)

  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    1/13

    Pneumonia Lobaris (PN)

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Definisi

    Pneumonia lobaris adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini

    menyerang lobus paru.(2,6) Pembagian atau penggolongan pneumonia berdasarkan atas dasar

    anatomis kurang relevan dibanding pembagian pneumonia berdasar etiologinya. Berdasar

    etiologinya, pneumonia dibagi : (1) bakteri (Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus,

    S.hemolyticus, S.aureus, H.influenza,dll), (2) virus (RSV, influenza, adenovirus, CMV), (3)Mycoplasma pneumoniae, (4) Aspirasi (makanan, kerosen, cairan amnion, benda asing), (5)

    Pneumonia hipostatik, (6) Sindrom Loeffler.(3,4,5 )

    http://2.bp.blogspot.com/-gUm5NZuC5Wg/TliLe3KMvmI/AAAAAAAAAGU/aVl6chkNYSE/s1600/gbrLB2.jpg
  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    2/13

    II.2. Etiologi

    Pneumonia lobaris lebih sering ditimbulkan oleh invasi bakteri. Golongan bakteri yang sering

    menyebabkan ataupun didapatkan pada kasus pneumonia lobaris adalah(,5):

    1.Bakteri gram positif

    a. Pneumococcus

    b. Staphylococcus aureus

    2.Bakteri gram negatif

    a. Haemophilus influenzae

    b.Klebsiella pneumonia

    II.2.1. Bakteri gram positif

    A. Pneumococcus

    Merupakan bakteri patogen yang paling sering ditemukan pada kasus pneumonia. Pneumokokus

    dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%,

    sedangkan pada anak ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada

  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    3/13

    usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir

    selalu disebabkan oleh pneumokokus, ditemukan pada dewasa dan anak besar.(3,5)

    B. Patofisiologi

    Organisme ini teraspirasi ke bagian tepi paru dari saluran nafas bagian atas atau nasofaring.

    Awalnya terjadi edema reaktif yang mendukung multiplikasi organisme-organisme ini serta

    penyebarannya ke bagian paru lain yang berdekatan. Biasanya satu lobus atau lebih, atau bagian-

    bagian dari lobus, tidak melibatkan sisa sistem bronkopulmonal. Namun, gambaran pneumonia

    lobar ini sering tidak ada pada bayi, yang mungkin menderita penyakit yang tidak lebih

    sempurna dan difus yang menyertai distribusi bronkus dan yang ditandai dengan banyak daerah

    konsolidasi teratas di sekeliling jalan nafas yang lebih kecil. Jarang didapatkan jejas yang

    permanen.(5) Umumnya bakteri ini mencapai alveoli melalui percikan mukus atau saliva

    (droplet) dan tersering mengenai lobus bagian bawah paru karena adanya efek gravitasi.

    Organisme ini setelah mencapai alveoli akan menimbulkan respon yang khas yang terdiri dari 4

    tahap yang berurutan, yaitu :

    1)Kongesti (4 s/d 12 jam pertama) Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh

    darah yang berdilatasi dan bocor. Serta didapatkan eksudat yang jernih, bakeri dalam jumlah

    yang banyak, neutrofil, dan makrofag dalam alveolus.

    2)Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) Paru-paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel

    darah merah, fibrin dan lekosit polimorfonuklear mengisi alveoli. Lobus dan lobulus yang

    http://1.bp.blogspot.com/-zWtvo9nqRT0/TliMAcwxStI/AAAAAAAAAGc/fW5oG5VhI14/s1600/ch93f4.jpg
  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    4/13

    terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan

    seperti hepar. Stadium ini berlangsung sangat singkat.

    3)Hepatisasi kelabu (3 s/d 8 hari) Lobus paru masih tetap padat dan warna merah menjadi

    tampak kelabu karena lekosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli dan permukaan

    pleura yang terserang melakukan fagositosis terhadap pneumococcus. Kapiler tidak lagi

    mengalami kongesti.

    4)Resolusi (7 s/d 11 hari) Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga

    jaringan kembali pada strukturnya semula.(2,5) Bercak-bercak infiltrat yang terbentuk pada

    pneumonia lobaris adalah bercak-bercak yang tidak teratur, berbeda dengan bronkopneumonia

    dimana penyebaran bercaknya mengikuti pembagian dan penyebaran bronkus dan ditandai

    dengan adanya daerah-daerah konsolidasi terbatas yang mengelilingi saluran-saluran nafas yang

    lebih kecil.(2,

    C. Gambaran Klinis Biasanya didahului dengan adanya infeksi saluran nafas bagian atas selama

    beberapa hari. Pada bayi bisa disertai dengan hidung tersumbat, rewel serta nafsu makan yang

    menurun. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39C atau lebih. Anak sangat gelisah,

    dispneu. Kesukaran bernafas yang disertai adanya sianosis di sekitar mulut dan hidung. Tanda

    kesukaran bernafas ini dapat berupa bentuk nafas berbunyi (ronki dan friction rub di atas jaringan yang terserang), pernafasan cuping hidung, retraksi-retraksi pada daerah

    supraklavikuler, interkostal dan subkostal. Pada awalnya batuk jarang ditemukan, tapi dapat

    dijumpai pada perjalanan penyakit lebih lanjut serta sputum yang berwarna seperti karat (dahak

    berdarah). Lebih lanjut lagi bisa terjadi efusi pleura dan empiema, dimana keadaan ini dapat

    menyebabkan ketinggalan gerak pada sisi yang terkena pada saat respirasi yang dapat dilihat

    dengan gerakan berlebihan pada sisi yang berlawanan. Biasanya perkusi redup pada daerah efusi

    dengan pengurangan fremitus dan suara pernafasan. Suara bronkial sering ditemukan tepat di

    atas batas cairan dan pada sisi yang tidak terkena. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas

    daerah yang terkena. Tanda- tanda klasik konsolidasi ditemukan pada hari kedua dan ketiga

    penyakit. Pada perkusi bisa ditemukan adanya suara redup, fremitus yang bertambah. Pada

    auskultasi mungkin ditemukan adanya suara bronkial, ronki basah halus.(,5)

  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    5/13

    D. Diagnosis

    Biasanya jumlah lekosit meningkat mencapai 15.000 40.000/mmk dengan jumlah sel

    polimorfonuklear terbanyak, sedangkan bila didapatkan jumlah lekosit kurang dari 5.000/mmk

    sering berhubungan dengan prognosis penyakit yang buruk. Nilai hemoglobin bisa normal atau

    sedikit menurun. (,5)

    Pemeriksaan sputum harus didapatkan dari sekresi batuk dalam dan aspirasi trakea yang

    dilakukan dengan hati-hati. Pada kebanyakan pasien, pneumokokus dapat diisolasi dari sekresi

    nasofaring, tapi penemuan ini tidak dapat dipandang sebagai hubungan sebab-akibat, karena 10-

    15% populasi mungkin merupakan pengidap S.pneumoniae yang tidak terinfeksi. Namun, isolasi

    bakteri dari darah pada cairan pleura adalah diagnosa infeksi. Bakteremia ditemukan pada sekitar

    30% penderita yang menderita pneumonia pneumokokus. Jenis pemeriksaan berupa pemeriksaan

    makroskopik, mikroskopik dan biakan.(5) Gambaran radiologis dapat berupa konsolidasi pada

    satu atau beberapa lobus. Konsolidasi dapat diperagakan dengan roentgenografi sebelum

    konsolidasi ini dapat diketahui dari pemeriksaan fisik. Konsolidasi lobus pada anak yang lebih

    tua tidak sesering pada bayti dan anak muda. Foto Roentgen dapat juga menunjukkan adanya

    komplikasi seperti pneumotorak, atelektasis, abses paru, pneumatokel, pneumotoraks,

    pneumomediastinum, atau perikarditis.(,5)

    E. Diagnosa banding

    http://3.bp.blogspot.com/-FkHX70vtqg0/TliNos-aklI/AAAAAAAAAGk/Ex2PkkXcg2Q/s1600/145-0-0-1.jpg
  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    6/13

    Pneumonia pnemokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia bakteri lain atau virus tanpa

    pemeriksaan mikrobiologi yang tepat. Keadaan-keadaan yang mungkin merancukan antara lain

    bronkiolitis, bronkitis alergika, gagal jantung kongestif, aspirasi benda asing, atelektasis, abses

    paru dan tuberkulosis.(,5)

    F. Komplikasi

    Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi pneumonia bakteria menjadi tidak lazim, walaupun

    infeksinya terjadi bersamaan dengan infeksi oleh mikroorganisme lain pada temapat yang sama.

    Komplikasi yang sering terjadi ialah empiema, yang terjadi sebagai akibat dari perluasan infeksi

    pada permukaan flora. Empiema lebih sering terjadi pada bayi dibanding pada anak yang lebih

    tua.(,5

    G. Penatalaksanaan

    Penisilin merupakan terapi yang spesifik karena kebanyakan pneumococcus sangat peka

    terhadap obat tersebut. Pada bayi dan anak-anak, pengobatan awal dimulai dengan pemberian

    penisilin G dengan dosis 50.000 unit/kgBB/hari secara intramuskular dan ditambah dengan

    kloramfenikol 50- 75 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotika yang mempunyai spektrum luas

    seperti ampisilin. Terapi ini dilanjutkan sampai 10 hari atau paling tidak sampai 2 hari setelah

    suhu badan pasien normal. Bila didapatkan penderita alergi penisilin maka diberikan sefalosporin

    dengan dosis 50 mg/kgBB/hari. . (5)Asupan cairan per oral secara bebas dan pemberian aspirin

    untuk mengatasi demam tinggi, merupakan tambahan utama untuk pengobatan penyakit ini.

    Jenis cairan yang digunakan ialah campuran glkukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan

    3:1 ditambah dengan larutan KCl 10mEq/500 ml botol infus. Pemberian oksigen segera untuk

    penderita dengan kesukaran bernafas sebelum menjadi sianosis.(5

    H. Prognosis

    Dengan pemberian antibiotika yang memadai dan dimulai secara dini pada perjalanan penyakit

    tersebut, maka mortalitas pneumonia lobaris akibat bakteri pneumokokus selama masa bayi dan

    masa kanak-kanak sekarang menjadi kurang dari 1% dan selanjutnya morbiditas yang

    berlangsung lama juga menjadi rendah.(5)

  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    7/13

    2. Staphylococcus aureus

    A. Infeksi yang disebabkan oleh organisme ini merupakan infeksi berat yang cepat menjadi

    progresif dan resisten terhadap pengobatan, serta bila tidak segera diobati dengan semestinya

    akan berhubungan dengan kesakitan yang berkepanjangan dan mempunyai angka mortalitas

    tinggi. Penyakit bronkopneumonia akibat organisme ini jarang ditemukan.(4) Seperti pada

    infeksi pneumokokus, infeksi stafilokokus ini sering didahului dengan infeksi virus pada saluran

    pernafasan bagian atas. Pada umumnya terjadi pada setiap umur, 30% dari semua penderita

    berumur di bawah 3 bulan dan 70% berumur di bawah 1 tahun. Epidemi penyakit ini terjadi di

    dalam ruang perawatan bayi, biasanya berhubungan dengan strain- strain organisme patologis

    spesifik, yang biasanya resisten terhadap berbagai antibiotika. Bayi akan memperlihatkan

    penyakit dalam beberapa hari setelah dikolonisasi atau setelah beberapa minggu kemudian.Infeksi virus pada saluran pernafasan memegang peranan penting dalam memajukan penyebaran

    stafilokokus, di antara bayi-bayi dan dalam mengubah kolonisasi menjadi penyakit.(5)

    B. Patofisiologi

    Stafilokokus menghasilkan bermacam-macam toksin dan enzim misalnya hemolisin, lekosidin,

    stafilokinase dan koagulase. Permukaan pleura biasanya diselubungi oleh lapisan eksudat

    fibropurulen tebal, sehingga menimbulkan abses yang mengandung koloni stafilokokus, lekosit,eritrosit dan debris nekrosis. Bila abses ini pecah maka dapat terbentuk trombus-trombus sepsis

    pada daerah-daerah yang mengalami kerusakan dan peradangan luas.(5

    C. Gambaran Klinis

    Adanya riwayat lesi-lesi kulit penderita atau anggota keluarga lain yang disebabkan oleh

    staphylococcus disertai gejala-gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas atau bawah selama

    beberapa hari sampai 1 minggu. Penderita mengalami demam bersuhu tinggi, batuk dan tanda

    kesukaran pernafasan seperti takipneu, suara pernafasan yang meningkat, retraksi dada dan

    subkostal, nafas cuping hidung, sianosis dan kecemasan. Pada beberapa penderita dapat

    mengalami gangguan saluran cerna yang ditandai dengan muntah-muntah, anoreksia, diare serta

    distensi abdomen.(5) Pemeriksaan fisik pada awal perjalanan penyakit, suara-suara pernafasan

    yang menurun, ronkhi yang tersebar dan suara-suara pernafasan bronkhial. Bila terjadi efusi atau

  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    8/13

    empiema, pada perkusi didapatkan suara redup serta getaran-getaran suara yang berkurang pada

    auskultasi.(5)

    D. Diagnosis

    Didapatkan adanya lekositosis (AL>20.000/mmk) terutama sel-sel polimorfonuklear, pada bayi

    muda angka leukosit dapat tetap dalam kisaran normal. Bila didapatkan lekopeni maka

    prognosisnya buruk, sering ditemukan adanya anemia ringan sampi sedang. Biakan didapatkandari aspirasi trakea atau pungsi pleura, dengan pewarnaan Gram didapatkan gambaran kokus

    gram positif dalam kelompok. Penemuan kuman stafilokokus dalam nasofaring tidak bernilai

    diagnostik, tetapi biakan darah mungkin positif. Pada cairan pleura menunjukkan adanya eksudat

    dengan jumlah se-sel polimorfonuklear berkisar dari 300 100.000/mmk, protein di atas 2,5 g/dl

    dan kadar glukosa rendah yang relatif sama dengan kadar glukosa dalam darah. Gambaran

    radiologis berupa infiltrat yang menyatu dan biasanya terbatas, atau dipadatkan dan homogen

    dan melibatkan seluruh lobus paru atau hemitoraks.(5)

    E. Diagnosis banding

    Mengenali pneumonia stafilokokus awal pada bayi sering sukar dilakukan. Mulainya yang

    mendadak dan penjelekan gejala yang cepat harus dipertimbangkan disebabkan oleh stafilokokus

    sampai terbukti lain. Riwayat furunkulosis, baru masuk rumah sakit, abses payudara ibu harus

    http://3.bp.blogspot.com/-53U3Hx7Zd-c/TliN58FdvsI/AAAAAAAAAGs/MUP3cFCk5DA/s1600/0e279286d08204326581593df9c28185.jpg
  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    9/13

    dipertimbangkan kemungkinan diagnosa ini. Pneumonia bakteri lain yang menyebabkan

    empiema atau pneumatokel dapat merancukan diagnosa, termasuk pneumonia streptokokus,

    klebsiella, H. influenza, pneumonia pneumokokus dan tuberkulosis dengan kaverna. Kadang-

    kadang aspirasi benda asing yang tidak radioopak dapat memberikan gambaran klinis dan

    radiologis yang sama.(5)

    F. Komplikasi

    Karena empiema, piopneumotoraks dan pneumatokel begitu sering ditemukan bersama

    pneumonia ini, sehingga mereka dianggap bagian dari perjalanan alamiah penyakit dan bukan

    sebagai komplikasi. Lesi septik di luar saluran pernafasan jarang terjadi, kecuali pada bayi muda,

    yang padanya dapat terjadi perikarditis, meningitis, osteomielitis, dan abses metastasis multipel

    stafilokokus pada jaringan lunak.(5)

    G. Penatalaksanaan

    Terapi terdiri atas pemberian antibiotik yang tepat, drainase kumpulan nanah, pemberian

    oksigen, hidrasi dan pemberian nutrisi secara intravena. Kadang-kadang dapat diperlukanbantuan

    ventilasi.(5)

    H. Terapi

    Pilihan yaitu dengan pemberian penisilin semi sintetik, resisten penisilase (misal : nafsilin) 200

    mg/kgBB/hari secara intra vena atau seftriakson 100-150 mg/kgBB/hari secara intra vena atau

    dengan ampicilin 100 mg/kgBB/hari secara intra vena selama 14 hari, pada neonatus. Pada bayi

    dan anak-anak antibiotika yang diberikan ialah sefuroksim 80-160 mg/kgBB/hari secara intra

    vena dengan lama pemberian selama 10 hari. Uji resistensi pada pneumonia stafilokokus

    sangatlah penting karena telah banyak yang resisten terhadap beberapa antibiotika, namun

    mengingat cepatnya perjalanan penyakit maka dianjurkan untuk memberikan antibiotika

    spektrum luas yang kiranya belum resisten. Untuk infeksi stafilokokus yang membuat

    penisilinase dapat diberikan linkomisin 10-20 mg/kgBB/hari secara intra vena.(5,9) Selain itu

    bisa pula dilakukan drainase pus yang terkumpul, pemberian oksigen disertai posisi penderita

    setengah miring untuk mengurangi sianosis dan kecemasan. Bila paru sudah mulai mengembang,

  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    10/13

    maka pipa- pipa drainase bisa dilepaskan. Hal ini dikarenakan pipa-pipa tersebut tidak boleh

    berada di dalam rongga toraks lebih dari 5 7 hari.(5

    I. Prognosis

    Angka kesembuhan penderita mengalami kemajuan besar dengan penatalaksanaan sekarang,

    angka mortalitas berkisar dari 10 30% dan bervariasi dengan lamanya sakit yang dialami

    sebelum penderita dirawat, umur penderita, pengobatan yang memadai serta adanya penyakit

    yang menyertai. Semua penderita dengan hasil biakan staphylococcus yang positif sebaiknya

    harus diuji terhadap kemungkinan fibrosis kistik dan terhadap penyakit defisiensi imunologis.(5

    II.2.2. Bakteri gram negatif

    1. Haemophilus influenzae

    A. Infeksi yang serius akibat bakteri patogen ini lebih banyak ditemukan pada bayi dan anak-

    anak, teriutama yang belum mendapatkan vaksinasi hemofilus dan sangat berhubungan dengan

    adanya riwayat meningitis, otitis media, infeksi traktus respiratorius dan epiglotitis.(5)

    B. Patofisiologi

    Pneumonia H. influenza penyebarannya biasanya lobar, tetapi tidak ada tanda roentgenogram

    dada yang khas. Terjadi infiltrat segmental, keterlibatan lobus tunggal atau multipel, efusi pleura

    dan pneumatokel. Penyebaran dari infeksi di tempat lain adalah secara hematogen. Daerah yang

    terinfeksi memperlihatkan adanya reaksi peradangan dengan sel-sel lekosit polimorfonuklear

    ataupun sel-sel limfosit disertai dengan penghancuran sel-sel epitel bronkiolus secara meluas.

    Peradangan ini selanjutnya menimbulkan edema yang disertai dengan perdarahan.(5,6)

    C. Gambaran Klinis

    Gejala klinis yang ditimbulkan tidak jauh berbeda dengan gambaran klinis yang diakibatkan oleh

    pneumokokus, pneumonia H. influenza lebih sering mulai secara tersembunyi dan biasanya

    perjalanannya lama selama beberapa minggu. Batuk hampir selalu dijumpai tapi mungkin tidak

    produktif. Pada penderita di sini juga dijumpai adanya demam serta tanda kesukaran bernafas,

  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    11/13

    takipnea dan pernafasan cuping hidung.(5) Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan suara redup

    yang terlokalisasi saat perkusi serta adanya suara pernafasan bronkial; cairan pleural sering ada

    pada roentgen dada pada bayi muda.(5,6,

    D. Diagnosis

    Adanya biakan bakteri ini yang memberikan arti positif. Kultur didapatkan dari darah, cairan

    pleura maupun dari aspirasi paru yang memperlihatkan adanya lekositosis sedang disertai dengan

    limfopenia relatif. Bila tidak ada biakan positif, uji aglutinasi lateks urin yang positif dapat

    dipakai untuk mendukung diagnosis ini. Selain itu bisa pula dengan pemeriksaan elektroforesis

    imunologis berlawanan (counter immunoelectrophoresis) pada sekresi-sekresi trakea, darah, air

    kemih dancairan pleura untuk menegakkan diagnosis lebih dini. Bila ditemukan adanya

    atelektasis, bronkoskopi mungkin terindikasi untuk mengesampingkan adanya benda asing.(5,6,

    E. Komplikasi

    Sering dijumpai adanya komplikasi, terutama pada bayi muda, dan termasuk bakteremia,

    perikarditis, selulitis, empiema, meningitis dan piartrosis. Meningitis terjadi pada 15% penderita

    yang lebih muda pada satu penelitian.(5)

    F. Penatalaksanaan

    Terapi simtomatik dan suportif sama dengan terapi pada pneumonia pneumokokus dan

    stafilokokus. Obat antibiotika pilihan adalah kloramfenikol dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dan

    ampisilin 100 mg/kgBB/hari atau seftriakson 100 mg/kgBB/hari secara intra vena harus

    dimasukkan sebagai terapi antibiotika inisial sampai diketahui apakah organisme penghasil

    penisilinase; jika strain tersebut sensitif, cukup diberikan ampisilin 100 mg/kgBB/hari saja. Uji

    kepekaan dan resistensi sangat penting.(5) Tindakan drainase diindikasikan bila terdapat efusi

    pleura dan piartrosis.(5)

    2. Klebsiella pneumoniae

    A. Organisme ini termasuk gram negatif yang ditemukan pada traktus respiratorius dan traktus

    gastrointestinal pada beberapa anak sehat. Organisme ini jarang menimbulkan infeksi pada anak-

  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    12/13

    anak. Infeksi akibat Klebsiella pneumoniae ini bisa timbul sebagai kasus sporadis pada neonatus.

    Banyak bayi mengandung organisme ini dalam nasofaring mereka tanpa memperlihatkan adanya

    tanda-tanda sakit klinis hanya sesekali saja seorang bayi mengalami sakit berat. Bahan-bahan

    yang menyebarkan infeksi sehingga menularkan adalah peralatan yang dipakai di dalam ruang

    pemeliharaan bayi dan alat pelembab udara sebagai sumber-sumber utama infeksi nosokomial

    dengan organisme tersebut.(

    B. Patofisiologi

    Infeksi nosokomial yang timbul dari aspirasi orofaringeal. Bakteri ini memasuki alveoli melalui

    peralatan yang dipakai dengan kecenderungan merusak dinding alveolar. Daerah yang terinfeksi

    benar-benar mengalami nekrosis disertai dengan adanya sejumlah pus yang banyak dan bahkan

    jaringan setempat sudah fibrosis.(7)

    E. Penatalaksanaan

    Penggunaan antibiotik baru berupa sefalosporin generasi ketiga sangat dianjurkan karena obat ini

    terbukti efektif dalam melawan bakteri ini. Kanamisin merupakan obat pilihan yang digunakan

    pada neonatus. Dosis yang digunakan 15 20 mg/kgBB/hari secara intramuskuler setiap 8 jam

    selama minimal 10 14 hari atau dengan gentamisin 5-7,5 mg/kgBB/hari secara iv/im. Terapi

    yang diperpanjang diindikasikan untuk penyebaran infeksi pada kavitas paru. Bila sudah terdapat

    empiema, drainase perlu dilakukan untuk fungsi pengembangan parunya.

    F. Prognosis

    Adanya penyakit penyerta seperti bakteremia, empiema dan kerusakan parenkim sisa bisa

    memperburuk keadaan dan meningkatkan angka kematian.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Dahlan, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi. Pusat Penerbitan Departemen

    Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

  • 8/12/2019 Pneumonia Lobaris (Pn)

    13/13

    2. Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,

    Volume 2: Penerbit EGC. Jakarta.

    3. Soedarsono. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR.

    Surabaya

    5.Behrman RE, Vaughan VC, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12, Penerbit EGC,

    Jakarta, 1992, hal: 617-628.

    6.Kumala P, dkk (ed), Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, Penerbit EGC, Jakarta, 1998,

    hal: 167.

    10. Isselbacher, et al, Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Vol. 2, PenerbitEGC, Jakarta, 1995, hal. 906-909.