pneumonia anak
-
Upload
mella-zastia-putri -
Category
Documents
-
view
32 -
download
0
description
Transcript of pneumonia anak
PRESENTASI KASUSPNEUMONIA PADA ANAK
D I S U S U N O L E H :M E L L A T I Z A S T I A P U T R I ( 1 1 0 2 0 1 1 1 6 0 )
K O N S U L E N P E M B I M B I N G :D R . E L L E N R O O S T A T Y S , S P . A
K E P A N I T E R A A N K L I N I K I L M U K E S E H A T A N A N A K
F A K U L T A S K E D O K T E R A N Y A R S I – R S U D P A S A R R E B O
J A K A R T A
STATUS PASIENIdentitas PasienNama : An. RTTL/Umur : 21 Januari 2015 (5 bulan)Berat Badan : 6.3 kgPanjang Badan : 57 cmJenis Kelamin : Laki-lakiAgama : IslamAlamat : Jl.Kel.Tengah RT.05 RW.04 Kel.Kampung
tengah Kec.Kramat Jati. Jakarta TimurMasuk RS : 23 Juni 2015 Pukul 13.44 WIBTanggal pemeriksaan : 24 juni 2015No. RM : 614248
STATUS PASIEN
Identitas Orang TuaAyah Ibu
Nama : R SUsia : 21 tahun 24 tahunAgama : Islam IslamPendidikan : SMP SDPekerjaan : Supir Ibu Rumah TanggaHub. dengan orangtua : Anak kandung (anak ke-3 dari 3
bersaudara)
ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien A. Keluhan Utama Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 2 hari SMRS, sesak dirasakan terus menerus dan tidak memberat saat pagi ataupun malam hari. B. Keluhan TambahanKeluhan disertai demam, batuk berdahak, dan pilek sejak 12 jam SMRS.
C. Riwayat Penyakit Sekarang• Sesak sejak 2 hari SMRS. sesak dirasakan
terus menerus dan tidak memberat saat pagi ataupun malam hari, ibu pasien tidak mengetahui adanya pencetus sesak pada pasien.
• Keluhan disertai demam, batuk berdahak dan pilek sejak 12 jam SMRS. Dahak berwarna putih, dahak sulit untuk dikeluarkan.
• Menyusu ASI tidak kuat. Saat menyusu pasien tidak mudah lelah ataupun biru.
• Buang air besar (BAB) normal. Buang Air kecil (BAK) normal. Mual dan muntah (-)
• Pasien sempat dibawa ke puskesmas lalu dirujuk ke RSUD Pasar Rebo.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya sebanyak 3 kali sejak pasien berumur 2 bulan, terakhir 2 bulan yang lalu dan telah dibawa ke RSUD pasar rebo kemudian diobati , lalu sembuh.
• Riwayat alergi dan asma (-) Riwayat kejang (-) riwayat OAT (-)
• Riwayat penyakit jantung (-) riwayat tersedak (-)
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien riwayat asma.kakak pasien (5 th) riwayat kejang demam dan batuk pilek yang disertai sesak, namun tidak tinggal serumah dengan pasien dan jarang bermain bersama.
Keluarga yang tinggal bersama pasien berjumlah 2 orang yaitu ayah dan ibu pasien.
F. Riwayat Kebiasaan dalam Keluarga
• Ayah pasien merupakan seorang perokok aktif, ketika merokok terkadang berada dekat dengan pasien.
• Ibu pasien juga seorang perokok aktif namun sudah berhenti sejak mengandung pasien.
G. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Kesan: Bayi kurang bulan, riwayat kehamilan dan persalinan baik.
H.Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan gigi I : belum (Normal 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
PsikomotorTengkurap : belum (Normal: 6-9 bulan)
Mengangkat kepala : belum (Normal: 3-9 bulan)
Duduk : belum (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : belum (Normal: 9-12 bulan)
I. Riwayat Makanan Pasien mendapatkan ASI sejak lahir hingga saat ini. Pasien sudah dapat makan bubur sedikit demi sedikit. J. Riwayat Imunisasi DasarImunisasi dilakukan di Puskesmas0 bulan : Hepatitis B, Polio1 bulan : BCG2 bulan : Polio, DPT, Hib, Hepatitis B
Kesan : Selebihnya pasien belum menerima imunisasi lainnya.
K. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan• Ayah pasien bekerja sebagai supir• Ibu pasien tidak bekerja• Menurut ibu pasien penghasilan sekitar Rp
3.000.000,- sebulan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Lingkungan Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dikawasan yang tidak terlalu padat penduduknya. Tempat tinggal pasien berukuran 100 m2, beratap genteng, lantai keramik dengan 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dan dapur digabung menjadi satu ruangan. Cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah pasien melalui jendela. Ventilasi udara cukup. Terdapat penerangan dengan listrik. Air berasal dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan melalui selokan di depan rumah. Selokan tidak rutin dibersihkan namun alirannya lancar. Kesan: rumah dan sanitasi lingkungan baik.
PEMERIKSAANPemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum : Sakit sedang2. Kesadaran : Composmentis3. Tanda Vital
Frekuensi nadi : 130 x/menit, teratur, nadi kuat, isi cukup
Frekuensi napas : 60 x/menitSuhu : 36,80 CelsiusTekanan darah : 80/50 mmHg
4. Kulit : Turgor baik, CRT < 2 detik, sianosis (-)
5. Kepala : Lingkar kepala 42 cm, rambut hitam merata, tidak
mudah dicabut6. Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil bulat
isokor, conjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-)
7. Leher : Dalam batas normal tidak terdapat pembesaran KGB
8. Telinga : Normotia, serumen (-)9. Hidung : Deviasi septum (-), sekret (+), pernafasan
cuping hidung (-)10.Tenggorok : T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis11.Mulut : Mukosa bibir basah, sianosis (-)12.Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak Palpasi: Iktus kordis teraba di sela iga V midklavikula
sinistra Perkusi:
Batas atas jantung di sela iga 2 garis sternal sinistra Batas kanan jantung di sela iga 4 garis sternal
dekstra Batas kiri jantung di sela iga 4 garis midklavikula
sinistra Auskultasi : Bunyi jantung I – II regular, murmur (-), gallop
(-)
Thorax Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri,
retraksi dinding dada (+)
Palpasi : Fremitus simetris kanan-kiri. Tidak teraba massa.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing (+/-), rhonki
basah halus(+/+)
Abdomen Inspeksi : Cembung simetris. Auskultasi : Bising usus (+) normal Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba. Nyeri tekan (-). Turgor baik. Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen
Ektremitas : Tidak ada edema, akral hangat, tidak ada deformitas,
CRT<2’
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : Negatif Brudzinki I : Negatif Brudzinki II : Negatif Kernig : Negatif Lasque: Negatif
Status giziKlinis: edema -/-, tampak kurus -/-
Antropometris:BB
: 6300 grTinggi/Panjang Badan : 57 cmLingkar kepala : 42 cmLingkar lengan atas : 12 cm BB/U
: -1 SDPB/U
: -3 SDBB/TB
: 2 SDBMI
: 21Simpulan status gizi : gizi baik
DATA LABORATORIUM
DATA LABORATORIUM
FOTO THORAX PA27/06/2015Kesan : infiltrat pada suprahiler, perihiler dan pericardial kedua paru
RESUMEPasien seorang bayi laki-laki berusia 5 bulan, datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan : • sesak sejak 2 hari SMRS, sesak dirasakan terus
menerus dan tidak berkurang ataupun memberat, ibu pasien tidak mengetahui pencetus sesak pada pasien,
• keluhan disertai dengan demam, batuk berdahak berwarna putih tidak terdapat bercak darah, dan pilek sejak 12 jam SMRS.
• Mual dan muntah disangkal oleh ibu pasien.• Nafsu minum ASI pasien menurun sejak mengalami
sakit tersebut. • Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)
dikatakan normal. • Riwayat kejang (-) dan riwayat OAT(-) riwayat tersedak
(-).• Sebulan SMRS pasien mengalami keluhan yang sama,
keluhan telah berulang sebanyak 3 kali sejak pasien berumur 2 bulan dan telah diobati kemudian sembuh.
• Terdapat riwayat asma pada ibu pasien dan ayah seorang perokok aktif.
RESUMEPemeriksaan FisikTanda vital dalam batas normalConjungtiva anemisRetraksi dinding dada (+)Terdengar rhonki basah halus pada kedua lapang paru
Pemeriksaan Penunjang• 23/06/15 dan 27/06/2015 didapatkan Hb, Ht
menurun, leukosit, dan trombosit meningkat. • Hasil AGD pada tangal 27/06/2015 menunjukan
adanya asidosis metabolik.
•PneumoniaDiagnosa kerja
•Asma Bronkial
Diagnosa
Banding
PENATALAKSANAAN
Tirah baring
Gizi dan ASI yang
cukup
Edukasi
PENATALAKSANAAN
• O2 nasal kanul 1 L/menitOksigenasi• IVFD KA-EN 1B 6 tpm di IGD,
dilanjutkan KA-EN 3B 6 tpm di bangsal
Cairan• Berotec (Bronkodilator) 3 cc +
Nacl 10 ccInhalasi
• inj. Cefotaxim 2x250 mgAntibiotik
• inj. Paracetamol 4x75 mg *jika perluAntipiretik
• 30 mg dalam aquades 30 ccBicnat
Edukasi• Menjauhkan pasien dari polusi
udara terutama asap rokok dari ayah pasien.
• Jika ada anggota keluarga yang sedang sakit menggunakan masker ketika berada dekat dengan pasien
• Tidak menyusui pasien saat menangis ataupun sedang tertidur.
• Tetap memberikan ASI dan mencukupi kebutuhan gizi pasien
• Melengkapi imunisasi pasien
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
FOLLOW UP
FOLLOW UP
ANALISA KASUS
Pneumonia
•Demam (+)•Dapat diawali dengan ISPA•Batuk dengan napas cepat•Crackles (ronki)•Sesak napas (dinilai dengan melihat adanya retraksi dinding dada/ retraksi epigastrium, pernafasan cuping hidung)•Kepala terangguk-angguk•Leukositosis•Foto rontgen thorax menunjukan gambaran pneumonia
Asma bronkial
• Riwayat wheezing berulang
• Ekspirasi memanjang• Cenderung pada
malam hari• Diperberat oleh
aktifitas fisik• Memberikan respon
baik terhadap bronkodilator
• Hiperinflasi paru• Riwayat atopi/asma
pada pasien/keluarga pasien
• Adanya faktor pencetus
ANALISA KASUSSecara klinis, penyebab pneumonia pada anak sulit
dibedakan antara pneumonia bakterial dengan pneumonia viral. sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa pneumonia bakterial memiliki awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis, dan perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis.
Berdasarkan hal tersebut, pada kasus menunjukkan bahwa pasien memiliki :• awitan gejala yang cepat, • batuk berdahak,• dan leukositosis sehingga kemungkinan terbesar penyebab penyakitnya infeksi bakteri. Selain itu, data epidemiologi menunjukkan bahwa etiologi paling sering pada penyakit pneumonia anak umur 4 bulan-5 tahun adalah bakteri (Chlamidya pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, dan Streptococcus pneumoniae).
Berdasarkan pedoman diagnosis WHO untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan pneumonia pada anak, maka kasus ini termasuk dalam pneumonia berat. Pasien memerlukan rawat inap karena pada anamnesa dan pemeriksaan fisik ditemukan adanya :• Batuk• Napas cepat >50x/menit• Retraksi dinding dada (+)• Pada auskultasi terdengar suara
pernapasan bronkial dan crackels (ronki)
• Nafsu menyusu pasien berkurang
TINJAUAN PUSTAKAPNEUMONIA PADA ANAK
• Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011).
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI• Masalah kesehatan utama pada anak di negara
berkembang• Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.
• Menurut survey kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia.
FAKTOR RISIKOTerdapat berbagai faktor risiko yang
menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut, yaitu:• Pneumonia yang terjadi pada masa bayi• Berat badan lahir rendah (BBLR)• Tidak mendapat imunisasi• Tidak mendapat ASI yang adekuat• Malnutrisi• Tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di
nasofaring• Tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi
industri atau asap rokok) (Said, 2013)
ETIOLOGIPenyebab pneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al., 2011) :1. Faktor Infeksia. Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).b. Pada bayi :
1) Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
2) Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
3) Bakteri: Streptokokus pneumoniae, Haemofilus influenza,
Mycobacterium tuberculosa, Bordetella pertusis.
c. Pada anak-anak :1) Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV2) Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia3) Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
d. Pada anak besar – dewasa muda :1) Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis2) Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis
ETIOLOGI2. Faktor Non Infeksi.Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi
a. Bronkopneumonia hidrokarbon :Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b. Bronkopneumonia lipoid :Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.
KLASIFIKASI1. Berdasarkan lokasi lesi di paru
a. Pneumonia lobarisb. Pneumonia interstitialisc. Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksia. Pneumonia yang didapat dari masyarakat
(community acquired pneumonia/ CAP)b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit
(hospital-based pneumonia)3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a. Pneumonia bakterib. Pneumonia virusc. Pneumonia mikoplasmad. Pneumonia jamur
4. Aspirasi pneumonia
Pedoman diagnosis WHOBayi dan anak berusia 2 bulan-5 tahun
Pneumonia berat• Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal
salah satu hal berikut:• Kepala terangguk-angguk• Pernapasan cuping hidung• Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam• Foto dada menunjukkan gambaran pneumoniaSelain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini :• Napas cepat• Suara merintih (grunting)• Pada auskultasi terdengar: Crackles (ronki), suara
pernapasan menurun, suara pernapasan bronkial harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia • Bila tidak ada sesak napas• Batuk atau kesulitan bernapas• Ada napas cepat dengan laju napas:
>50 x/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun>40 x/menit untuk anak >1-5 tahun
tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral
Bukan Pneumonia Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya
diberikan pengobatan simptomatik seperti penurun panas
PATOGENESIS
Bakteri penyebab pneumonia menginvasi paru melalui 2 jalur, yaitu dengan : • Inhalasi melalui jalur trakeobronkial. • Sistemik melalui arteri-arteri pulmoner • Tranplasental selama persalinan pada
neonatus
PATOGENESISSecara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley
et.al., 2011):• Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium
kongesti) = HIPEREMIA
• Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag.
• Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paruparu tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
Stadium II (48 jam berikutnya) =
HEPATISASI MERAH
• Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
Stadium III (3-8 hari berikutnya) =
HEPATISASI KELABU
• Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
Stadium IV (7-11 hari berikutnya) =
RESOLUSI
MANIFESTASI KLINIS• Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-
40o C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi.
• Anak gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung/ retraksi epigastrik,interkostal maupun suprasternal dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.
• Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
• Pada auskultasi terdengar rhonki basah halus hingga sedang.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis pneumonia (Said, 2013) :
• Adanya leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.
Darah perifer lengkap
• Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan infeksi bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda
CRP
• Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS.
• Diagnosis dikatakan definitif bila kuman ditemukan dari darah,sputum, cairan pleura, atau aspirasi paru.
Pemeriksaan Mikrobiologik
• hanya direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat.
• Adanya gambaran infiltratRontgen thoraks
DIAGNOSISpneumonia pada anak umumnya didiagnosis
berdasarkan gambaran klinis yang menunjukkan keterlibatan sistem respiratori, serta gambaran radiologis. Prediktor paling kuat adanya pneumonia • Demam,• Sianosis,• dan lebih dari satu gejala respiratori sebagai berikut
takipnea, batuk, napas cuping hidung, retraksi, ronki, dan suara napas melemah (Said, 2013).
Tanda bahaya• Pada anak usia 2 bulan – 5 tahun: tidak dapat minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk.• Pada anak dibawah 2 bulan adalah malas minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, dan demam/badan terasa dingin.
TATALAKSANA
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al., 2011):Penatalaksaan Umum• Pemberian oksigen lembab 1-2 L/menit:
sampai sesak nafas hilang• Pemasangan infus untuk rehidrasi dan
koreksi elektrolit.• Asidosis diatasi dengan pemberian
bikarbonat intravena.
TATALAKSANA
Penatalaksanaan Khusus• Mukolitik, ekspektoran dan obat
penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal.
• Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung
• Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis. Pneumonia ringan: amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
TATALAKSANA
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok usia.1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
ampicillin + aminoglikosidamoksisillin - asam klavulanatamoksisillin + aminoglikosidsefalosporin generasi ke-3
2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)beta laktam amoksisillinamoksisillin - asam klavulanatgolongan sefalosporinkotrimoksazolmakrolid (eritromisin)
3. Anak usia sekolah (> 5 thn)amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin,
azitromisin)tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
TATALAKSANAKarena dasar antibiotik tersebut adalah coba-coba (trial and error) maka harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai hari ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam: ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti empiema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).
KOMPLIKASIKomplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema toraks, perikarditis, purulent, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. Empiema toraks merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.
PROGNOSISSembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.