Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas...

71
NOTA PEMBELAAN PENASEHAT HUKUM “MENGADILI KORBAN KONSPIRASI NEGARA PASCA DEMONSTRASI MENENTANG RASISME” DALAM PERKARA PIDANA NOMOR : 36/PID.B/2020/PN-BPP ATAS NAMA TERDAKWA : AGUS KOSAY Yang di tuntut dalam Dakwaan Kesatu : Dakwaan Kesatu : Pasal 106 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke- (1) DIAJUKAN OLEH : TIM PENASEHAT HUKUM KOALISI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PENEGAKAN HUKUM DAN HAM DI PAPUA DI PENGADILAN NEGERI BALIKPAPAN BALIKPAPAN 2020

Transcript of Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas...

Page 1: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

NOTA PEMBELAAN PENASEHAT HUKUM

“MENGADILI KORBAN KONSPIRASI NEGARA PASCA DEMONSTRASI

MENENTANG RASISME”

DALAM PERKARA PIDANA NOMOR : 36/PID.B/2020/PN-BPP

ATAS NAMA TERDAKWA : AGUS KOSAY

Yang di tuntut dalam Dakwaan Kesatu : Dakwaan Kesatu : Pasal 106 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke- (1)

DIAJUKAN OLEH :

TIM PENASEHAT HUKUM KOALISI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PENEGAKAN

HUKUM DAN HAM DI PAPUA

DI PENGADILAN NEGERI BALIKPAPAN BALIKPAPAN

2020

Page 2: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

1

Nota Pembelaan Penasehat Hukum

“MENGADILI KORBAN KONSPIRASI NEGARA PASCA DEMONSTRASI MENENTANG RASISME”

Dalam Perkara Pidana Nomor : 36/Pid.B/2020/PN-BPP

Atas Nama Terdakwa :

AGUS KOSSAY

Yang di tuntut dalam Dakwaan Kesatu : Dakwaan Kesatu : Pasal 106 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke- (1)

Di Pengadilan Negeri Balikpapan

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang terhormat,

Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sdr.Panitera yang kami hormati, Hadirin yang juga kami hormati,

Puji syukur patut dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izinnya proses persidangan perkara dugaan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam dalam Dalam Dakwaan Kesatu : Pasal 106 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke- (1) KUHP, atau Dakwaan Kedua : Pasal 110 Ayat (1) KUHP, atau Dakwaan Ketiga : Pasal 110 Ayat (2) KUHP, atau Dakwaan Keempat : Pasal 160 KUHP Jo. Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP Dakwaan Kelima : Pasal 82 A Ayat (2) Jo. Pasal 59 Ayat (3) huruf a dan b dan Ayat (4) Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Jo.Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP, atas nama terdakwa AGUS KOSSAY , telah berjalan hingga pada hari ini Jumat, 12 Juni 2020, kami Penasehat Hukum Terdakwa diberi kesempatan untuk mengajukan Nota Pembelaan (PLEDOI).

Proses hukum terhadap terdakwa bersama 6 (enam) terdakwa lainnya dalam persidangan di PN Balikpapan ini, sejak awal sangat tidak prosedural mulai dari penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan dalam proses penangkapan hingga pemeriksaan yang tidak mengedepankan azas praduga tak bersalah (tersangka) telah ditetapkan sebagai tersangka tanpa diawali oleh bukti permulaan yang cukup, kesalahan prosedural ini berlanjut lagi dengan pemindahan Para Terdakwa pada tanggal 04 Oktober 2019 tanpa pemberitahuan kepada keluarga dan Penasehat Hukumnya, pengalihan ini membuat jarak antara tempat kejadian, keluarga terdakwa/keluarga para terdakwa lainnya semakin jauh dengan Para terdakwa, selain tidak prosedural karena salah kompetensi relatifnya, tentu konsekwensinya berdampak bagi tidak terdapat akses bagi keluarga terdakwa bersama terdakwa lainnya dan seluruh rakyat Papua untuk melihat persidangan secara terbuka. Proses hukum ini juga bertambah sulit dengan situasi wabah Covid-19, membuat persidangan dilakukan secara online terhitung mulai awal bulan April 2020, pesidangan secara online ini proses pembuktiannya tidak dapat dilakukan secara optimal, mulai dari sinyal yang terganggu, waktu yang tidak tepat, pembuktian yang tidak optimal hingga keluarga dan masyarakat umum juga tidak dapat mengakses persidangan ini dan tentu melanggar azas

Page 3: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

2

peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang lalu, sdr. Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan Tuntutan Pidana kepada Majelis Hakim untuk menyatakan bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah melakukan Tindak Pidana sebagai orang yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan serta melakukan makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah Negara, jatuh ke tangan musuh atau memisahkan sebagian dari wilayah Negara, sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke -1 KUHP jo Pasal 53 ayat (1) KUHP. tuntutan pidana tersebut sangat “spektakuler” karena Terdakwa AGUS KOSSAY dituntut dengan hukuman penjara selama 15 (lima belas) tahun dikurangkan selama terdakwa berada dalam tahanan. Tuntutan ini menunjukan bahwa negara lewat Sdr. Jaksa Penuntut Umum meneruskan konspirasi mengkriminalkan aktivis Papua dibalik Demo Anti Rasisme yang terjadi pada tanggal 19 Agustus 2019 dan 29 Agustus 2019. Ada 2 (dua) alasan kuat Negara melalui aparat penegak hukum secara khusus Polisi dan Jaksa sejak awal telah mempunyai rencana mengkriminalkan Terdakwa bersama 6 (enam) Terdakwa (Aktivis) lainnya sebagai berikut :

1. Pelaku Rasis, Intimidasi dan Persekusi di Surabaya pada tanggal 16 Agustus 2019, melibatkan Polisi, TNI, Ormas-Ormas Reaksionir dan Orang Partai besar di Republik ini, proses hukumnya tidak komprehensif dan terkesan pelakunya mendapat perlindungan dari negara berupa tuntutan dan vonis yang sangat rendah (Hanya 5 dan 7 bulan penjara);

2. Pasca Demo Anti Rasisme tanggal 19 Agustus 2019 dan 29 Agustus 2019, telah ada konspirasi krimiminalisasi lewat pernyataan Menteri Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia yang menyatakan, “Benny Wenda sebagai actor utama kerusuhan di Papua dan Papua Barat.Wenda juga melakukan konspirasi dengan aktor-aktor lokal untuk membuat kisruh suasana.Pihak local yang diajak kerjasama diantaranya Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB).Memang ada satu konspirasi antara Benny Wenda dengan organisasi itu.Baik KNPB maupun AMP, itu ada, jadi bukan mengada-ada.Itulah yang kemudian mendorong terjadinya satu demontrasi yang anakhis.”, pernyataan konspirasi yang sama disampaikan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnafian, “Saya sudah dapat beberapa data, KNPB main, ULMWP main dan saya tahu rangkaiannya kemana.Termasuk gerakan AMP, teman-teman adik-adik Aliansi Mahasiswa Papua, ini juga digerakan oleh mereka.Jadi apa yang terjadi saat ini di luar itu semua didesaian oleh kelompok yang ada disini.Dan itu akan saya kejar’. Menjadi pertanyaan, mengapa Negara melalui Kepolisian tidak serius mengusut dan memproses hukum pelaku-pelaku Rasisme yang berasal dari TNI, Polisi, Ormas-Ormas Reaksionir dan orang dari Partai Besar di Republik ini? selanjutnya memberikan vonis yang berat karena rasisme merupakan kejahatan yang sudah diatur dalam regulasi internasional dan nasional sebagai kejahatan serius yang perlu ditangani secara serius pula oleh aparat negara. Konspirasi Negara tersebut sangat nyata, Pasca demo anti rasisme di Papua yang terjadi bukan kasus rasisme diselesaikan sebagai momentum merubah bangsa ini kearah yang lebih baik, yang terjadi justru rasisme, intimidasi dan persekusi berlanjut terhadap rakyat Papua dalam

Page 4: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

3

penegakan hukum, pada bulan Agustus 2019 telah terjadi pengerahan Pasukan Gabungan TNI/Polri dari Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jambi dan Jakarta ada sekitar 6.000 pasukan, pada kurun waktu yang sama, dalam kurun waktu Bulan Agustus 2019 sampai dengan Oktober 2019, kurang lebih 1.000 orang ditangkap sebagai dampak dari demo anti rasisme dan terdapat kurang lebih 69 orang di Papua dan Papua Barat di proses hukum termasuk Terdakwa Agus Kosay bersama Terdakwa Buktar Tabuni, Terdakwa Steven Itlay, Terdakwa Ferry Kombo, Terdakwa Alex Gobay, Terdakwa Hengky Hilapok dan Terdakwa Irwanus Uropmabin. Mengenai ketentuan hukum yang diterapkan alangkah baiknya kita melihat sisi historisnya, sebagaimana diketahui bahwa KUHPidana kita berasal dari KUHPidana Nederland (Negeri Belanda). Melalui asas Korkodansi dalam pasal 131 I.S. KUH Pidana Nederland tersebut diberlakukan/diterapkan di negara Jajahan di Hindia Belanda termasuk ketentuan dalam Dalam Dakwaan: Pasal 106, 107 dan 110 KUHP, yang oleh Pemerintah Hindia Belanda pemberlakuan pasal aanslag (menyerang) kini disebut makar ini ditujukan untuk menjaga keutuhan wilayah jajahan Hindia Belanda termasuk Indonesia. Timbul pertanyaan sekarang, apakah pasal-pasal dalam dakwaan Pasal 106, 107 dan 110 KUHP yang dipakai oleh penjajah Pemerintah Hindia Belanda untuk menjaga keutuhan wilayah jajahannya, masih dapat dipertahankan didalam Negara Republik Indonesia yang katanya Negara merdeka dan berdaulat sekarang ini ? Dalam alam demokrasi saat ini pemberlakuan pasal makar sebagaimana tersebut diatas telah membatasi kehendak pasal 28 UUD 1945 dan secara tidak sadar kita telah mewarisi sistem dan pola-pola yang diterapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pertanyaan apakah kita akan mengulang kesalahan penjajah Belanda dahulu? Selayaknya kita membaca dan bercermin pada sejarah untuk lebih menghidupkan pengertian “merdeka” dalam pengertian yang lebih luas/tidak sempit, karena itu penggunaan pasal makar tersebut diatas seharusnya sudah tidak layak dipertahankan lagi dalam penegakan hukum di negeri ini.

Bila kita ingin mencari solusi atas problem sosial politik yang terjadi di tanah Papua umumnya dari akar masalahnya, maka harus ada ruang dialog untuk menyelesaikan akumulasi masalah-masalah sosial politik, hal dialog yang paling mendasar adalah menyelesaikan akar masalah di Papua yang disebut dengan, “PELURUSAN SEJARAH”, secara obyektif dan masing-masing pihak yang terlibat dalam dialog harus sepakat menerima apapun hasilnya. Proses ini sangat penting untuk dilakukan karena sangat menentukan realitas integritas bangsa Papua hari ini, karena sampai saat ini mengenai sejarah integrasi Papua oleh mayoritas masyarakat Papua masih dinilai kabur dan masyarakat tahu karena politik sengaja dikaburkan. Klarifikasi perlu untuk dilakukan hari ini dengan semangat “Keinginan baik” kita semua, baik pemerintah, masyarakat maupun aparat penegak hukum yang terlibat dalam persidangan saat ini. Adapun hal-hal yang sangat urgent untuk diklasifikasikan serta menjadi penyebab timbulnya pergolakan politik ditanah Papua menurut kami Tim Penasehat Hukum Terdakwa antara lain :

1. Bahwa sampai saat ini sebagian besar masyarakat Papua membenarkan

bahwa Papua pernah berdaulat sejak tanggal 01 Desember 1961.

Page 5: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

4

Subtansinya jelas butuh klarifikasi, sebab soal ini ada relevansinya dengan salah satu butir isi Tri Komando Rakyat (TRIKORA) yang menyatakan : “Bubarkan Negara Boneka Papua buatan Belanda”.

2. Bahwa lahirnya New York Agreement (Perjanjian New York) tanggal 15 Agustus 1962 oleh Mayoritas Rakyat Papua dipertanyakan dasar hukumnya, karena rakyat Papua menganggap itu sebagai pelecehan terhadap integritasnya, karena sebagai anak negeri yang hidup diatas tanah ini tidak pernah diikut sertakan dalam perundingan-perundingan antara Indonesia, Belanda dengan fasilitator Mr. Elswort Bunker sebagai wakil Perserikatan Bangsa-Bangsa padahal sangat disadari bahwa konsep Elwort Bunker itulah cikal bakal isi Perjanjian New York 1962 yang menentukan masa depan bangsa dan tanah ini.

3. Bahwa Penyerahan Kedaulatan dari Belanda ke UNTEA dan UNTEA ke Indonesia menurut Perjanjian New York dilakukan dengan dua tahap dengan mekanisme tahap pertama Belanda menyerahkan kedaulatan tanah ini ke UNTEA dan tahap kedua UNTEA akan menyerahkan kepada Indonesia dengan syarat setelah diserahkan kepada Indonesia akan dilakukan self determination, plebisit atau lebih dikenal dengan PEPERA ( Penentuan Pendapat Rakyat ) dengan batas waktu akhir tahun 1969.

4. Bahwa Rezim Orde Baru telah mengingkari perjanjian New York 1962 yang pada dasarnya menyatakan bahwa dalam semangat Perjanjian New York 1962 dan Statuta Roma 20-21 Mei 1969 dilakukan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat Papua namun kenyataan yang diterima oleh masyarakat Papua sejak Penentuan Pendapat Rakyat sampai adanya Kabinet Pembangunan dibawah rezim Suharto justru tidak menunjukan realisasi semangat tersebut;

5. Bahwa di Era Reformasi sejak tumbangnya Rezim Orde Baru, baik masa pemerintahan Presiden Habibie, Gusdur, Megawati, Susilo Bambang Yudoyono dan kini dibawah Pemerintahan Joko Widodo, persoalan “PELURUSAN SEJARAH”, belum mendapat respon penyelesaikan secara bermartabat.

Hal inilah yang masih dipertanyakan menyangkut keabsahan dan faliditas Putusan Para Orang Tua mereka dalam PEPERA Tahun 1969, masalah ini yang sampai saat sekarang belum pernah dikomunikasikan dalam sebuah tataran sejajar antara para tokoh daerah Papua dengan Pemerintah, bahkan ada kecendurungan untuk ditutupi, sehingga beberapa kali meletus apa yang oleh pihak keamanan dinamakan sebagai Makar atau Gerakan Separatis OPM. Bahkan ada kecendurungan mempolitisir dengan melatenkan situasi demikian untuk kepentingan-kepentingan pribadi para oknum aparat negara dan aparat penegak hukum yang akhirnya menyebabkan meluasnya kesenjangan-kesenjangan sosial yang terakumulasi terus menerus dalam perjalanan sejarah daerah Papua ini. Contoh konkret yang telah terjadi seperti eksploitasi sumber daya alam yang melimpah didaerah ini tanpa ada upaya untuk kesejahteraan masyarakat sekitarnya, menumpuknya pelanggaran HAM (Kasus Biak Berdarah, 06 Juli 1998; Kasus Sorong, 05 Juli 1999; Kasus Timika, 02 Desember 1999; Kasus Merauke, 16 Februari 2000; Kasus Nabire, 28 Februari sampai dengan 4 Maret 2000; Kasus, Abepura, 07 Desember 2000, Kasus Wasior Berdarah tahun 2001, Kasus Penyerangan Aparat Pasca KRP III, 19 Oktober 2011, Kasus Paniai Berdarah 2014, Kasus Deiyai 2019, Kasus Nduga 2019-2020 dan Kasus Intan Jaya 2019-2020) dan kasus pelanggaran HAM lainnya yang

Page 6: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

5

hampir merata diseluruh wilayah Papua, tanpa upaya mengadili pelakunya oleh Negara dan kesemuanya terakumulasi tanpa jalan keluar yang pasti. Pemberlakuan otonomi khusus yang oleh Pemerintah dianggap sebagai solusi terbaik dalam implementasinya ternyata masih jauh dari harapan masyarakat Papua, hal ini disebabkan oleh Kebijakan Pemerintah yang sangat tidak konsisten memberlakukan Undang-Undang tersebut misalnya soal lambang daerah sampai saat ini masih menjadi perdebatan karena yang dianggap sebagai simbol dan lambang daerah oleh masyarakat Papua yang diamanatkan oleh Undang – Undang Otonomi tersebut oleh Pemerintah dianggap sebagai simbol-simbol separatis kemudian dianulir dengan hadirnya PP 77 Tahun 2007 tentang Pelarangan simbol dan lambang daerah termasuk keberadaan bendera Bintang Kejora, selain itu untuk menyelesaikan persoalan sejarah masa lalu dan Pelanggaran Ham telah diamanatkan oleh Undang-Undang Otonomi Khusus soal hadirnya Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dan Pengadilan HAM untuk Propinsi Papua, hingga kini kehadiran kedua lembaga belum diseriusi oleh Pemerintah sendiri. Hal ini ditambah dengan belum adanya keseriusan Pemerintah menyelesaikan produk-produk pelaksanaan dari Undang-Undang Otonomi Khusus yang tujuannya memproteksi penduduk asli Papua, ada 13 (Tiga Belas) Peraturan Daerah Khusus dan 21 (Dua puluh satu) Peraturan Daerah Propinsi (Perdasi) yang sebagian besar sampai saat ini belum di selesaikan pembahasan drafnya oleh Pemerintah, apa yang dilakukan diatas merupakan upaya pembiaran atau kesengajaan yang menggunakan hukum sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan dan menekan eksistensi penduduk asli di Tanah Papua ini guna melegitimasi berbagai ketidakadilan. Para Terdakwa yang saat ini menjalani proses hukum adalah korban dari pemikiran semacam ini. Dalam kurun waktu sekitar tahun 2004-2006, telah ada upaya dari Lembaga Penelitian Indonesia untuk melakukan penelitian tentang Konflik di Papua, kemudian pada tahun 2008 Tim dari LIPI ditugaskan untuk membuat Papua Road MAP (Model Penyelesaian Konflik Papua secara mendasar dan konprehensif), dari hasil penelitian tersebut telah dikelompokan empat isu sumber konfik di Papua dan solusinya : 1. Isu Pertama : Masalah marginalisasi dan efek diskriminatif terhadap

orang asli Papua akibat pembangunan ekonomi, konflik politik, dan migrasi massal ke Papua sejak tahun 1970. Untuk menjawab ini, kebijakan afirmatif rekognisi perlu dikembangkan untuk pemberdayaan orang asli Papua;

2. Isu Kedua : Kegagalan Pembangunan terutama di Bidang Pendidikan,

Kesehatan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Untuk menjawab ini di perlukan semacam paradigma baru pembangunan yang berfokus pada perbaikan pelayanan publik demi kesejahteraan orang asli Papua di Kampung-Kampung;

3. Isu Ketiga : Adanya kontradiksi sejarah dan konstruksi identitas politik antara Papua dan Jakarta. Masalah ini hanya bisa dilakukan dengan dialog yang bermartabat dengan melibatkan semua komponen masyarakat Papua.

4. Isu Keempat : Pertanggung jawaban atas kekerasan Negara di masa lalu terhadap Masyarakat Papua. Untuk itu perlu, penegakan hukum melalui Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Pengungkapan Kebenaran melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi di Papua, hal ini merupakan pilihan-pilihan terbaik untuk keadilan bagi masyarakat Papua, terutama korban dan keluarganya.

Page 7: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

6

Selain LIPI, solusi-solusi untuk memecahkan problem tersebut juga dilakukan oleh Jaringan Damai Papua (JDP), yang terbentuk pada tanggal 06 Januari 2010, di koordinir oleh Almarhum Dr. Neles Tebay telah melakukan konsultasi publik di 19 Kabupaten yang ada di Papua, dengan melibatkan 50 Orang/perwakilan tiap kabupaten dan pada tanggal 5-7 Juli 2011, JDP telah melakukan Konferensi Damai Papua sebagai Konsultasi Publik tertinggi yang melibatkan 500 Perwakilan dari 19 Kabupaten tersebut, yang masing-masing utusan terdiri dari : Unsur Faksi Politik, Unsur Pemuda, serta melibatkan pengamat dari DPRP, MRP, Pemerintah, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Dewan Adat Papua, NGO dan lain-lain, hasil dari Konferensi tersebut intinya dideklarasikan bahwa; Dialog merupakan sarana terbaik untuk mencari solusi bagi penyelesaian konflik antara Masyarakat Papua dan Pemerintah Indonesia; Terdapat Tekad untuk mencari solusi atas berbagai persoalan politik, keamanan, Hukum, HAM, Ekonomi, Lingkungan Hidup serta sosial budaya di Tanah Papua melalui Dialog antara Rakyat Papua dan Pemerintah Indonesia yang difasilisasi oleh pihak ketiga yang netral; telah ditetapkan juru runding orang Papua yang akan berdialog dengan Pemerintah Indonesia. Menjadi pertanyaan mengapa telah ada upaya-upaya damai untuk menyelesaikan akar persoalan Papua, tetapi masih saja terjadi pembungkaman terhadap setiap gerakan masyarakat sipil di Papua dengan stigma separatis dan “jerat” hukum pasal Makar yang hampir setiap saat dialami secara bergantian oleh mereka yang memperjuangkan hak-hak dasar Masyarakat Papua, dalam tahun ini Terdakwa yang mengalami lagi “stigma” dan “jerat” Makar tersebut akibat dari SKENARIO KONSPIRASI NEGARA UNTUK MENANGKAP AKTIVIS DIBALIK PERISTIWA RASISME DI SURABAYA DAN DEMO ANTI RASISME DISELURUH PAPUA SERTA PAPUA BARAT. Kita sebagai aparat penegak hukum perlu belajar pada momentum PERISTIWA RASISME YANG BERDAMPAK PADA DEMO ANTI RASISME DI AMERIKA DAN KINI MELUAS KE BEBERAPA NEGARA PASCA TERBUNUHNYA GEORGE FLOYD, PERISTIWA INI PERLU DIGUNAKAN UNTUK MELIHAT KEHIDUPAN ORANG PAPUA KEDEPAN, DENGAN MENEMPATKAN ORANG PAPUA SEBAGAI SUBYEK UTAMA DALAM MENENTUKAN MASA DEPANNYA, BUKAN MENADI OBYEK PENDERITA DALAM PENEGAKAN HUKUM DAN MEMPERPANJANG PROSES RASISME TERHADAP ORANG ASLI PAPUA.

II.FAKTA-FAKTA PERSIDANGAN

a. Keterangan saksi-saksi :

1. Saksi FANNY KAREL LAIMENA, menerangkan dalam persidangan

dibawah janji sebagai berikut:

v Bahwa saksi adalah Staf pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

(Kesbangpol) Propinsi Papua;

v Bahwa saksi tidak mengenal Terdakwa dan melihat demo anti

rasisme yang terjadi pada tanggal 19 Agustus 2019 dan 29 Agustus

2019 di Jayapura;

Page 8: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

7

v Bahwa saksi demo terjadi saksi sudah pulang dari kantor dan

langsug pulang kerumah dan saksi tidak mengikuti

perkembangan;

v Bahwa saksi tidak mengenal Terdakwa Agus Kossay dan tidak

tahu Organisasi yang namanya KNPB, ULMWP dam AMP;

v Bahwa saksi tidak tahu KNPB, ULMWP dan AMP terdaftar di

Kesbangpol Propinsi Papua;

v Bahwa untuk terdaftar di Kesbangpol, organisasi yang

bersangkutan harus dating sendiri untuk mendaftar;

v Bahwa tidak ada kewajiban untuk mendaftar di Kesbangpol karena

mendaftar sifatnya sukarela.

Tanggapan Terdakwa : Tidak menanggapi karena saksi tidak tahu

mengenai aksi demo anti rasisme

2. Saksi HEPPY SALAMPESSY, menerangkan dalam persidangan dibawah janji sebagai berikut: v Bahwa Saksi adalah anggota Kepolisian Daerah Papua dan saksi

pernah memberikan keterangan di depan polisi;

v Bahwa saksi mengenal Terdakwa sebagai Ketua KNPB, sering

bertemu saat demontrasi-demonstrasi di Papua;

v Bahwa saksi ketemu Terdakwa lebih dari 3 (tiga) kali;

v Bahwa pada demontrasi tanggal 29 Agustus 2019 ada demo yang

dikoordinir oleh BEM Se-Kota Jayapura, yaitu Uncen dan USTJ;

v Bahwa demontrasi dilakukan dari Waena sampai Jayapura dan ada

beberapa titik demo di Jayapura;

v Bahwa saksi mendapat tugas untuk melakukan pengamanan dan

pemantauan terhadap aksi demontrasi tersebut;

v Bahwa yang saksi tahu ada surat pemberitahuan dari koordinator

demo, tapi saksi dengar demonstrasi tersebut tidak diizinkan;

v Bahwa saksi melakukan pengawalan saat demontrasi dari Waena

sampai di Kantor Gubernur;

v Bahwa saksi melakukan pengawalan dan pengamanan bersama

anggota polisi lainnya lebih dari 100 orang;

v Bahwa massa ada dari mahasiswa dan ada masyarakat umum,

mahasiswa menggunakan almamater sedangkan masyarakat umum

pakaian bebas;

v Bahwa dalam aksi tersebut ada bendera bintang kejora, ada poster-

poster intinya tolak rasis;

v Bahwa saksi dari Waena tidak lihat terdakwa, di Abepura baru

melihat Terdakwa Agus Kossay;

v Bahwa saksi hanya melihat Terdakwa berdiri saja dekat mobil yang

digunakan untuk orasi;

v Bahwa saksi tidak ketemu Terdakwa saat itu, tidak melihat

Terdakwa orasi, karena keadaan tidak kondusif saksi bersama

anggota lainnya dalam pengamanan jaraknya tidak dekat dengan

Terdakwa;

Page 9: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

8

v Bahwa yang saksi dengar ada orasi di Abepura, tuntutannnya

menolak rasisme dan meminta pelakunya diproses hukum, ada

teriakan Papua Merdeka, Referendum Yes;

v Bahwa selanjutnya massa ke Jayapura, berjalan kaki dan ada yang

menggunakan kendaraan mobil, kurang lebih 20 Kilo;

v Bahwa dalam perjalanan terjadi pengrusakan, pembakaran dan

setelah kejadian ada proses terhadap pelakunya, ada puluhan

rumah yang terbakar;

v Bahwa aksi di Kantor Gubernur hingga besoknya tanggal 30

Agustus 2019, ada pengibaran bendera bintang kejora juga dalam

aksi tersebut;

v Bahwa saat di Kantor Gubernur, tidak melihat Terdakwa Agus

Kossay, situasi sudah malam jadi saksi tidak melihat;

v Bahwa saksi tahu Koordinator umumnya Alexander Gobay (Ketua

BEM USTJ) dan Penanggung Jawabnya Lucky Siep (Ketua BEM

Uncen);

v Bahwa koordinator demo sering melakukan orasi, termasuk tolak

rasis, papua merdeka, referendum;

v Bahwa saat di Uncen atas, pihak hendak melakukan pembubaran

tetapi tidak diindahkan oleh massa;

v Bahwa yang saksi tahu Ketua Komite Nasional Papua Barat, saksi

tahu memperjuangkan Papua Merdeka, Penentuan Nasib Sendiri

dan Referendum;

v Bahwa saksi tidak tahu keterlibatan Terdakwa dalam pengrusakan

dan orasi-orasi lainnya, hanya tahu kelompoknya yang terlibat

v Bahwa saksi tahu kelompok KNPB karena ada massa dan

benderanya, warna merah;

v Bahwa saksi tahu surat pemberitahuan diberikan sebelum tanggal

19 Agustus 2019 dan 29 Agustus 2019;

v Bahwa surat tersebut kaitan dengan anti rasisme bukan Papua

Merdeka, rutenya juga ada dari Abepura sampai dengan Jayapura;

v Bahwa saksi tahu tanggal 19 Agustus 2019, massa di terima oleh

Gubernur dan Muspida;

v Bahwa saksi dengar ada orasi tentang stop persekusi dan usut

tuntas pelakunya;

v Bahwa saksi tidak melihat Terdakwa bersama massa yang

memegang bendera KNPB;

Tanggapan Terdakwa : Pada tanggal 29 Agustus 2019, saya tidak berada di lokasi Abepura dan tidak ikut aksi tersebut.

3. Saksi MOHAMAD ALI, menerangkan dibawah sumpah dalam

persidangan, pada pokoknya sebagai berikut : v Bahwa benar saksi mengenal terdakwa sebagai Ketua KNPB Pusat

dan terdakwa sebagai DPO dalam perkara yang lainnya. Untuk aksi

demo ditanggal 19 Agustus 2019 peran saksi sebagai pengamanan

tertutup dari Waena – Abepura - Jayapura bersama dengan anggota

kepolisian yang berjumlah kurang lebih 100 orang dengan

menggunakan seragam polisi dan berpakaian preman. Aksi demo itu

dalam rangka rasisme yang terjadi di Surabaya terhadap mahasiswa

papua. Mulai aksi itu sekitar jam 08.00 Wib. Jarak tempuh yang

Page 10: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

9

dilakukan massa aksi dari Abepura ke jayapura kurang lebih 5 Km.

Sepanjang jalan dari Wena-abepura –jayapura saksi mendengar

adanya orasi yang dilakukan oleh Terdakwa;

v Bahwa benar pada saat itu massa aksi kurang lebih ada 1.000 massa

yang sepengetahuan saksi didominasi oleh organisasi KNPB dan

Mahasiswa BEM Se Jayapura ada BEM UNCEN dengan almamater

warnah kuning dan BEM USTJ dengan almamater warna orange.

Saksi melihat Terdakwa di daerah Waena sedang memberikan orasi

tentang papua merdeka dan menyanyikan lagu kami bukan merah

putih melainkan bintang kejora. Referendum dijawab massa yes,

meminta untuk pelaku rasisme di Surabaya di proses hukum. Atribut

saat itu yang saya lihat ada menggunakan Bendera bintang kejora,

kaos-kaos bintang kejora dan fanflet. Untuk selembaran saksi tidak

ada melihat terdakwa membagikan selembaran yang ditandatangin

oleh Terdakwa. Massa aksi berjalan menuju kantor Gubernur dan

saksi melihat terdakwa ikut melakukan orasi dan pada saat itu massa

menyuruh untuk memberikan MIC kepada saudara VICTORE YEMO

dari saudara FERRY KOMBO;

v Bahwa setelah menyuarakan aspirasi itu FERRY KOMBO

menyerahkan aspirasi tertulis kepada gubernur diterima dan

disampaikan untuk aspirasi ini akan kami lanjutkan ke Presiden dan

saat penyerahan itu saya tidak melihat Terdakwa. Sekitar jam 16.00

Wit massa aksi membubarkan diri kembali ke abepura dan waena

juga sebagian ada yang pulang diantar oleh pihak kepolisian;

v Bahwa benar saksi pada tanggal 29 Agustus 2019 melakukan

pengamanan aksi tertutup dari waena –abepura-kantor gubernur.

Atribut yang digunakan ada bendera Bintang Kejora, Kaos Bintang

Kejora, bendera KNPB dan Fanflet. Sepanjang perjalanan itu saya

tidak ada melihat dan tidak memperhatikan Terdakwa. Untuk aksi

Jilid II ini saksi tau ada surat pemberitauan ke pihak kepolisian

namun oleh pihak kepolisian tidak diberikan izin. Berkaitan dengan

pengerusakan, penjarahan dan pembakaran terjadi disepanjang jalan

dari Waena –abepura-jayapura yang saat itu dilakukan oleh massa

aksi. Dikantor gubernur sore harinya massa melakukan orasi dan

melakukan penurunan bendera merah putih waktu itu posisi saya

diluar pagar dan yang melakukan adalah massa aksi. Dari luar saya

melihat massa aksi mengikatkan dan menggantikan bendera merah

putih dengan bintang kejora.

Tanggapan Terdakwa : Keterangan saksi tidak benar dan saksi tidak

mengetahui aktivitas terdakwa dalam demo tersebut.

4.. Saksi FERRY KOMBO, saksi menerangkan dibawa janji dalam persidangan sebagai berikut :

v Bahwa saksi dalam persidangan menolak keterangan dalam BAP

yang ditanyakan oleh Hakim karena BAP tersebut tidak sesuai keterangan saksi yang sebenarnya, saksi telah meminta diubah tetapi tidak dirubah oleh penyidik yang memeriksa (Hakim memerintah Jaksa Untuk menghadirkan saksi verbalisan/penyidik yang memeriksa);

v Bahwa selanjutnya saksi memberikan keterangan dalam sidang yang benar adalah saksi adalah penanggung jawab aksi demo tanggal 19 Agustus 2019, demo tersebut dilatar belakangi rasisme yang terjadi di

Page 11: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

10

Surabaya pada tanggal 16 Agustus 2019 dan beberapa daerah di Jawa seperti Malang, Semarang dan Jakarta;

v Bahwa saksi setelah melihat situasi rasisme ini dan reaksi dimasyarakat, mencoba mengakomodir BEM Se-Kota Jayapura untuk melakukan demo damai menentang rasisme dan rapat awal untuk melakukan demontrasi dilakukan di BEM Kampus Uncen;

v Bahwa yang hadir dalam rapat tersebut BEM Sekota Jayapura dan kelompok Cipayung seperti GMKI, PMKRI dan HMI dan hasil kesepakatan demo dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2019 dengan tujuan Kantor Gubernur;

v Bahwa saksi sempat di Kontak oleh terdakwa Agus Kossay menanyakan aksi demontrasi;

v Bahwa sebelum demontrasi saksi membuat surat pemberitahuan dan mengantar sendiri ke Polda Papua, tapi surat tersebut tidak jawaban dari Kepolisian Daerah Papua;

v Bahwa demontrasi dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2019 dengan titik kumpul awal di Kampus Uncen Waena, Expo Waena, USTJ, Kampus Uncen Abe dan Lingkaran Abe, mulai Jam 8-10 Pagi;

v Bahwa ditiap titik kumpul ada orasi-orasi dari kelompok-kelompok masyarakat, ada perwakilan pemuda, perempuan, adat, agama dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya;

v Bahwa massa yang melakukan lebih dari seribu da nada kelompok non Papua yang juga mengikuti demo tersebut;

v Bahwa massa berjalan kaki dari Abe ke Jayapura, ada sebagian yang menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat;

v Bahwa massa tiba di Kantor Gubernur antara Jam 14.00 WIT-16.00 WIT dan dikantor Gubernur saksi dan massa demo diterima oleh Gubernur, Ketua DPRP dan Anggota, Ketua MRP dan anggota serta Muspida lainnya;

v Bahwa di Kantor Gubernur massa mengadakan orasi secara bergantian, ada orasi perwakilan dari tokoh pemuda, perempuan, agama, adat dan perwakilan dari KNPI;

v Bahwa selesai demontrasi saksi sebagai penangggung jawab menyerahkan pernyataan sikap yang diterima oleh Gubernur Provinsi Papua yang intinya sebagai berikut : 1. Stop intimidasi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di

Surabaya; 2. Tangkap Pelaku Rasisme dan Intimidasi Mahasiswa Papua di

Surabaya; 3. Wakil Wali Kota Malang segera meminta maaf kepada

mahasiswa dan Rakyat Papua atas pernyataan yang di sampaikan bahwa mahasiswa Papua pulang;

4. Meminta kepada presiden untuk memberikan jaminan perlindungan keamanan terhadap mahasiswa Papua di Seluruh Indonesia.

v Bahwa Gubernur merespon dan berjanji akan melanjutkan pernyataan sikap yang diserahkan oleh saksi sebagai penanggung jawab;

v Bahwa demontras,i saat itu berakhir, jam 17.00 WIT tanggal 19 Agustus 2019, massa pulang dengan menggunakan kendaraan truck yang difasilisasi oleh kepolisian daerah papua;

v Bahwa Saksi bersama Ketua BEM USTJ Alex Gobay bersama Tim Gubernur setelah aksi tersebut ke Surabaya, ketemu dengan Gubernur Jawa Timur, Gubernur Jawa Timur merespon baik meminta maaf dan akan merespon pernyataan sikap Tim dari papua;

Page 12: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

11

v Bahwa demontrasi tanggal 29 Agustus 2019 saksi tidak mengikuti demontrasi tersebut, karena tidak ada rencana aksi demontrasi kedua dan saksi baru pulang dari Subaya;

v Bahwa saksi tidak melakukan koordinasi menanyakan anggota BEM lainnya kaitan dengan DEMO tanggal 29 Agustus 2019.

Tanggapan Terdakwa : Terdakwa membenarkan keterangan saksi

SAKSI VERBALISAN

Pemeriksaan saksi verbal lisan. Saksi Wadah H. Saleh Iptu. Penyidik Polda Papua, menerangkan di bawa sumbah dalam persidangan pada pokoknya sebagai berikut :

v Bahwa pada saat pemeriksaan tidak ada intimidasi

v Bahwa saksi verbal lisan tidak melakukan tekanan kepada saksi

Fery Kombo

v Bahwa tidak ada pemaksaan terhadap penandatanganan BAP

v Bahwa tidak menggunakan alat untuk mengancam saksi Fery

Kombo

v Bahwa saksi Fery Kombo diberikan waktu yang cukup untuk

membaca dan mengoreksi selama 30 menit

v Bahwa penyidik menunjukkan foto-foto kepada saksi Fery

Kombo ;

v Bahwa saksi waktu memeriksa tidak memberitahukan kepada

saksi Ferry Kombo untuk menghubungi pengacara;

v Bahwa menurut saksi menghubungi pengacara bukan kewajiban,

saksi tahu Perkap Kapolri Nomor 8 Tahun 2009, Pasal 27 Ayat 2

huruf H yang didalamnya terdapat kewajiban bagi polisi untuk

memberikan kesempatan kepada saksi dan terdakwa untuk

menghubungi pengacara melakukan pendampingan sebelum

pemeriksaan dilakukan;

v Bahwa saksi memeriksa bersama tim, pemeriksaan dilakukan

secara bergantian;

v Bahwa saksi Fery Kombo keberatan dengan penulisan adanya

Bintang Kejora selama massa aksi mulai dari Waena;

v Bahwa saksi Fery Kombo mengatakan tidak melihat Bendera

Bintang Kejora;

v Bahwa Bendera Bintang Kejora itu diketahui setelah penyidik

menunjukkan foto kepada saksi Fery Kombo, pada foto yang

ditunjukkan adalah Bintang Kejora yang berada di kantor

Gubernur

v Bahwa saksi Verbal lisan membenarkan tidak ada foto bintang

kejora selain yang ada di kantor Gubernur

v Bahwa hanya foto itu yang ditunjukkan, bukan yang berada di

Waena, Abepura, ataupun di Distrik lainnya

5. Saksi STEVEN ITLAY, saksi menerangkan dibawa janji dalam

persidangan sebagai berikut : v Bahwa saksi tidak mengetahui agenda KNPB Pusat;

v Bahwa saksi diperiksa dari Polda dengan status DPO;

v Bahwa saksi dituduh bekerja sama dengan WNA;

Page 13: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

12

v Bahwa saksi menanyakan apakah pemeriksaannya terkait dengan

dakwa WNA atau terhadap aksi rasis;

v Bahwa dokumen yang ditanyakan adalah dokumen yang ada di

flashdisk dan saksi hanya disuruh untuk membenarkan;

v Bahwa saksi mengatakan sudah merubah BAP sebanyak 4 kali,

tapi tidak dillakukan oleh penyidik yang memeriksa;

v Bahwa yang ditanyakan jaksa dan majelis hakim adalah BAP yang

sudah dirubah;

v Bahwa saksi Steven menolak BAP yang ditanyakan oleh Majelis

Hakim di persidangan dan untuk itu Majelis Hakim meminta di

hadirkan saksi verbalisan;

v Bahwa saksi Steven Itlay mengenal KNPB sudah 6 tahun;

v Bahwa saksi Steven Itlay awalnya di Waena;

v Bahwa visi dan misi dari knpb adalah menolak kekerasan di

Papua, membahas politik dan ekonomi di berbagai level

permasalahan yang ada di Papua;

v Bahwa saksi tidak mengikuti demo anti rasisme dan tidak

mengetahui keterlibatan terdakwa dalam demo anti rasisme

tersebut.

Saksi meringankan (Ade Charge) yang diajukan Penasehat Hukum/Terdakwa sebagai berikut :

1. AGUS MOSIP, Saksi menerangkan dibawa janji dalam

persidangan pada pokoknya sebagai berikut :

v Bahwa saya mendapatkan massa berada di titik kumpul tidak

disatu tempat;

v Bahwa saya berada di Expo Waena jam 09.00 WIT bersama massa

aksi yang akan mengikuti aksi demo tanggal 19 Agustus 2019;

v Bahwa pada saat saya berada di Expo Waena Terdakwa juga

sudah berada di sana dan kami bertemu di Expo Waena;

v Bahwa pada saat kami berada di Expo Waena massa aksi sudah

banyak berdatangan dari mana-mana;

v Bahwa Expo Waena merupakan salah satu titik kumpul massa

aksi;

v Bahwa selain titik kumpul yang gabung dari simpang jalan, mata

jalan yang gabung juga;

v Bahwa saat saya berada di Expo Waena sudah ada Aparat

Kepolisian dari pagi;

v Bahwa Aparat Kepolisian sudah berada di titik kumpul Expo

Waena untuk melakukan pengaman terhadap massa aksi yang

kumpul;

v Bahwa saya sempat melihat Terdakwa berbicara dengan Aparat

Keamanan yang melakukan pengamanan;

v Bahwa massa aksi yang berkumpul di Expo Waena tidak di

bubarkan oleh Aparat Kepolisian;

v Bahwa Aparat Kepolisian tetap ada dan massa aksi terus

bertambah;

v Bahwa saya beserta massa aksi bergerak ke Abepura UNCEN

sekitar jam 10.00 WIT ;

v Bahwa saya bersama massa aksi yang terakhir;

Page 14: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

13

v Bahwa massa aksi bergerak, saya bersama-sama dengan

Terdakwa Agus Kosay juga ikut massa aksi;

v Bahwa kami banyak orang yang jalan bersama-sama;

v Bahwa sampai di lingkaran Abe sempat kumpul dengan massa

yang ada di Abepura;

v Bahwa kami bergerak dari Abepura ke Jayapura sekitar jam 11.00

WIT;

v Bahwa saya tidak terlalu terlihat siapa yang melakukan orasi

karena saya dan Terdakwa berada di bagian belakang;

v Bahwa massa aksi tiba di Kantor Gubernur jam 14.00- 15.00 IT;

v Bahwa waktu jalan masih ada massa yang bergabung;

v Bahwa selama perjalanan terus bersama Terdakwa;

v Bahwa sepanjang jalan massa aksi tanggal 19 Agustus 2019 tidak

membawa Bendera Bintang Kejora;

v Bahwa sampai di Kantor Gubernur saya dengan Terdakwa

berada di pinnggir kanan, kami ambil tempat duduk di posisi

jalan keluar;

v Bahwa pada aksi 19 Agustsu 2019 saya tidak melihat fanflet,

selebaran, Bendera bintang Kejora, saya hanya melihat Bendera

dari masing-masing organisasi seperti GMKI, PMKRI, HMI dan

GMNI;

v Bahwa aksi tanggal 19 Agustus2019 ada sekitar 4 titik kumpul

Gapura Uncen, Expo, Lingkaran Abepura, Abepura merpati;

v Bahwa Yang mengkordiniir aksi tanggal 19 Agustus 2019 dari

BEM se Kota Jayapura seperti BEM UNCEN, BEM USTJ, STT

GKI, STT BAPTIS;

v Bahwa ada kelompok CIPAYUNG dari GMKI, PMKRI, HMI dan

GMNI;

v Bahwa kelompok organisasi CIPAYUNG juga terlibat dalam aksi

tanggal 19 Agustus 2019;

v Bahwa Kelompok CIPAYUNG juga melakukan orasi;

v Bahwa saat saya bertemu Terdakwa Agus Kosay sudah ada

aktivitas orasi di Expo Waena;

v Bahwa Yang berorasi saat di Expo Waena itu teman-teman dari

Mahasiswa, tapi saya tidak tahu namanya;

v Bahwa Yang berorasi pakai almamater;

v Bahwa kondisi pada saat itu teman-teman Mahasiswa melakukan

orasi, massa datang berdiri mendengar orasi;

v Bahwa saat di Abepura jarak massa dari lingkaran Abepura

UNCEN sampai mata jalan Perumahan Dosen UNCEN

Lapangan Trikora;

v Bahwa saya dan Terdakwa jarak dengan massa aksi itu jauh, saya

dan Terdakwa paling belakang, seperti penjelasan saya tadi;

v Bahwa saya mendengar Yel-Yel dari yang orasi di Kantor

Gubernur, ada dari BEM, CIPYUNG, Tokoh Perempuan, Tokoh

Agama, Tokoh Adat dan dari KNPI;

v Bahwa mereka yang melakukan orasi menyebutkan Papua

Merdeka’’ Referendum.

Page 15: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

14

v Bahwa Yel-Yel tersebut tidak hanya di aksi tanggal 19 Agustus

2019, tapi diaksi sebelumnya juga ada;

v Bahwa tidak ada yang proses hukum di aksi sebelumnya yang

mengucapkan Yel-Yel Papua Merdeka;

v Bahwa Yang saya lihat selama dengan Terdakwa di Expo,

Terdakwa tidak berorasi;

v Bahwa saya dari Expo dalam perjalanan ke Abepura, saya tidak

melihat Terdakwa orasi atau teriak Yel-Yel;

v Bahwa sampai di Kantor Gubernurpun Terdakwa tidak

melakukan orasi;

v Bahwa saya tidak melihat bendera KNPB dari Expo, diperjalanan

dari Abepura sampai di Kantor Gubernur;

v Bahwa saya tidak tahu orang-orang yang mengkordinir di titik-

titik kumpul;

Tanggapan Terdakwa : Membenarkan mengikuti aksi menolak

rasisme.

2. MUSA HISAGE, saksi menerangkan dibawah janji dalam

persidangan pada pokoknya sebagai berikut:

v Bahwa saya hanya sampai di lampu merah Waena;

v Bahwa saya jalan kaki ke Lampu Merah Waena, saya jalan sekitar

10.00 WIT;

v Bahwa saya melihat massa aksi sudah banyak yang hendak

melakukan aksi demo tanggal 29 Agustus 2019;

v Bahwa saya melihat ke arah kanan ada asap yang kelihatan di

Expo Waena;

v Bahwa informasi yang saya peroleh dari massa aksi yang datang

dari Expo dan mengatakan bahwa ada terjadi kebakaran di Expo

Waena;

v Bahwa saya balik ke Asrama sekitar 10.30 WIT;

v Bahwa sewaktu saya sampai di Asrama, saya melihat Terdakwa

di dalam halaman Asrama;

v Bahwa saya saat datang tidak sempat berbicara dengan Terdawa

karena langsung masuk ke dalam asrama;

v Bahwa pada tanggal 30 Agustus 2019 saya melihat Terdakwa

berada di asrama;

v Bahwa massa aksi yang berada di Kantor Gubernur sudah

pulang;

v Bahwa saya dan Terdakwa tinggal di Bangunan Asrama, kamar

kami berbeda;

v Bahwa tanggal 30 Agustus 2019 saya tinggal di Asrama sampai

malam, Terdakwa juga ada di asrama;

v Bahwa mulai dari jam 22.00 WIT sampai pagi sama-sama dengan

Terdakwa di Asrama;

v Bahwa saat saya pergi hendak melihat aksi demo tanggal 29

Agustus 2019 karena pintu kamarnya Terdakwa terbuka jadi

saya melihat Terdakwa didalam kamar;

v Bahwa saya berangkat ke lampu merah Waena dan setelah 30

menit saya kembali ke asrama;

Tanggapan Terdakwa : Menerima Keterangan Terdakwa

Page 16: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

15

3. LAURENZIUS KADEPA, saksi menerangkan dibawa janji dalam

persidangan pada pokoknya sebagai berikut :

v Bahwa saya tidak mengenal dan tidak memiliki hubungan

keluarga;

v Bahwa saat tanggal 19 Agustus massa aksi menuju Kantor

Gubernur saya berada di Kantor DPR Papua;

v Bahwa saya bersama –sama dengan teman-teman anggota DPRP

lain ke kantor Gubernur;

v Bahwa massa aksi saat sudah dekat saya dan teman-teman keluar

dari Kantor DPRP jam 13.00 WIT dan bergabung bersama-sama

masa aksi;

v Bahwa saya melihat Terdakwa Agus Kosay tanggal 19 Agustus

2019 di Kantor Gubernur bersama-sama massa aksi;

v Bahwa saya melihat Terdakwa bersama massa aksi, dimana posisi

saya jaraknya sekitar 20-30 meter;

v Bahwa Terdakwa bersama-sama kerumunan massa;

v Bahwa Terdakwa tidak melakukkan orasi;

v Bahwa saya tidak melihat Terdakwa membawa bendera KNPB;

v Bahwa tidak ada Bendera Bintang Kejora di Kantor Gubernur

pada aksi tanggal 19 Agustus 2019;

v Bahwa saya mengikuti aksi di Kantor Gubernur sampai selesai;

v Bahwa saya tidak melihat Terdakwa di aksi tanggal 29 Agustus

2019;

v Bahwa Yel-Yel Papua Merdeka dan Referendum Yes sudah

pernah disampaikan di aksi-aksi sebelumnya dalam isu setiap

demo kalau rakyat ada masalah, jadi itu hal biasa;

v Bahwa setahu saya tidak ada proses hukum di aksi sebelumnya

yang meneriakan Yel-Yel Papua Merdeka dan Referendum Yes;

v Bahwa saya juga heran untuk aksi penolakan rasis baru ada

proses hukum;

v Bahwa setelah tanggal 19 Agustus 2019 roda Pemerintahan

seperti biasanya, wilayah Papua tidak jatuh ke pihak asing;

v Bahwa ada Aparat Keamanan yang melakukan Pengamanan

terhadap massa aski tanggal 19 Agustus 2019 dan di Kantor

Gubernur ada Kapolda, ada Gubernur, Sekda, Ketua DPR Papua;

v Bahwa selama saya di Kantor Gubernur tidak ada tindakan

pembubaran oleh Polisi;

v Bahwa saya tidak kordinasi dengan Pihak Keamanan karena aksi

demo berjalan dengan aman;

v Bahwa aksi tanggal 19 Agustus 2019 itu terlaksana aman dan

lancar;

v Bahwa tanggal 29 Agustus 2019 sekitar jam 10.30 WIT Gubernur

menelpon saya;

v Bahwa Pak Gubernur sampaikan tolong sampaikan aksi tanggal

29 Agustus 2019 karena saya sedang berada di luar Papua;

v Bahwa Pak Gubernur sedang berada di Jakarta dalam

kepentingan menyerahkan pernyataan kepada Presiden;

v Bahwa di Jayapura aksi tanggal 19 Agustus 2019 itu aman dan

tanggal 29 itu hanya sedikit kericuhan;

Page 17: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

16

v Bahwa Mahasiswa yang menanggani aksi demo sehingga berjalan

aman;

v Bahwa tanggall 30 Agustus 2019 tidak roda Pemerintahan tidak

terhenti dan tidak ada Wilayah yang jatuh ke tangan musuh;

v Bahwa setahu saya yang korban kerusakan dan lain-lain sudah

dibantu oleh Pemerintah;

v Bahwa saya tidak tahu sampai ditempat;

v Bahwa ada rapat Pemerintah Kota dan Propinsi Papua untuk

menanggani korban Kerusuhan;

Tanggapan Terdakwa : Membenarkan Kesaksian tanggal 19

Agustus 2019, terdakwa tidak terlibat dalam Aksi tanggal 29

Agustus 2019.

b.Keterangan Ahli

Ahli yang diajukan Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan untuk

menerangkan keahliannya sehubungan dengan perkara ini adalah :

1. Ahli Bahasa Dr. APRIANUS SALAM, M.Hum, dalam persidangan

menerangkan dibawah sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut :

v Bahwa antara tema dengan dengan foto dan video yang ditunjukan Kalau secara Ilmu kebahasaan dalam perspektif struktural misalnya itu bagian–bagian peristiwa-peristiwa kecil yang merupakan bangunan peristiwa besar yang secara keseluruhan. Peristiwa besar berdiri dari peristiwa – peristiwa kecil yang selalu ada terkait dengan konteks peristiwa secara keseluruhan.

Secara teori kemudian teori itu berpendapat bahwa tidak ada peristiwa di dalam satu konteks terlepas berdiri sendiri –sendiri, merupakan rangkaian – rangkaian yang selalu;

v Bahwa Terkait dengan peristiwa saya hanya menganalisis berdasarkan data/dokumen– dokumen yang diberikan kepada saya, jadi ada peristiwa – peristiwa tertentu, demonstrasi ada peristiwa statement-statement yang terkait dengan Papua merdeka, pengibaran bendera bintang kejora, kemudian ada statement– statemen yang mungkin bisa masuk ke soal rasisme, statement monyet, kolonial dan seterusnya ini statement yang sebetulnya dari peristiwa” tertentu yang sekarang. Bagian tadi membangun peristiwa yang lebih besar yakni bagaimana kemudian sebagian kelompok” tertentu menyampaikan aspirasi tadi ada dan tetapi didalam menyampaikan aspirasi tadi, ada kesepakatan simbolik yang besifat nasional, bersifat kenegaraan yang bersifat kebangsaan yang melanggar kesepakatan simbolik tadi[

v Bahwa saksi mengsinergikan teori bahasa ada yang teori pri structural simiotik, ada teori wacana, hermenetik. Memang setiap disiplin ilmu bahasa, ilmu hukum, ilmu ekonomi dia punya register dia punya pengertian – pengertian tertentu yang kadang – kadang perlu disesuaikan dengan paradigma ilmu kedisiplinannya kami sebagai ahli bahasa tentu saja pengertian yang dianggap baku yang ada di kamus besar bahasa Indonesia, kita bisa lihat bersama, walaupun tentu saja berpendapat nanti belum tentu persis seperti kamus, karena saya juga boleh berhak berpendapat. Tapi saya kira benang merahnya sama jadi ini yang perlu dipahami bahwa kadang – kadang pengertian – pengertian yang di ilmu hukum bahasa, di ilmu ekonomi, ilmu politik itu pengertian kata – kata referendum misalnya tidak persis sama tapi tentu saja ada sati dua yang menjadi benang merah untuk dipakai bersama sehingga kemudian orang

Page 18: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

17

ketika menggunakan kata refendum itu mempunyai pengertian yang lebih kurang sama, cuma penggunaan bahasa itu kemudian sesuai dengan konteksnya bahasa hukum, ekonomi, yang sesuai dengan konteksnya disiplin yang berbeda-beda tetapi saya kira kamus besar bahasa Indonesia bisa di jadikan pedoman dasar untuk memberikan pengertian sebelum masuk kedalam disiplin- disiplin keilmuan lainnya;

v Bahwa sekelompok masyarakat boleh saja menyampaikan aspirasi sebagai warga Negara, tetapi ketika kemudian di dalam proses berkomunikasi ada hal – hal kemudian terjadi pelanggaran yang disepakati dari segi itu kebahasaan melanggar proses komunikasi tetapi kalau kemudian bisa saja pelanggaran – pelanggaran tadi bisa dimasukan ke ranah hukum / pengadilan ;

v Bahwa nanti Ahli hukum akan menjelaskannya, saya menjelaskan dari segi kebahasaan hanya mempersoalkan apakah dalam cara berkomunikasi, menyampaikan pendapat, menyampaikan aspirasi itu dari segi bahasanya apakah ada pelanggaran kesepakatan simboliknya atau tidak ? saya hanya sampai disitu saja. Apakah nanti statement itu dilindungi hukum atau tidak silakan diklarifikasi oleh Ahli hukum.

v Bahwa saksi telah menulis buku tentang Makar Simbolik pada

bagian Bab V; v Bahwa saksi menulis itu setelah saksi mempelajari kasus papua ada

peristiwa tentang sekelompok masyarakat / warga melakukan tindakan – tindakan simbolik dengan menurunkan bendera merah putih, mengibarkan bendera lain, itu saya berpikir;

v Bahwa hubungan relasi dengan maknanya, makna mana yang bersifat kordinatif, makna – makna yang bersifat korelatif, dan makna – makna yang bersifat kontradiktif sebetulnya relasinya makna kontradiktif jadi makna – makna tidak harus sama tapi, makna kontradiktif pun dapat disatukan dalam satu konteks;

v Bahwa Itu bisa berbeda, jadi tidak ada kemudian isu itu dipilah- pilah. Kemudian dalam ilmu kebahasanan diambil satu organ tertentu kemudian di anlisis dengan memisahkan organ tadi di dalam konteks keseluruhan jadi malah tidak bisa dipahami lagi;

v Bahwa saya tidak melihat berkas 7 Terdakwa; v Bahwa saya hanya diberikan satu berkas berdasarkan Kasus; v Bahwa setiap ada kasus, ada statement saksi ditanyakan bagaimana

menurut pendapat saksi, saksi tidak harus mengkaitkan siapa dengan pernyataan itu, kemudian ada BAP 7 orang dan juga pernyataan tertulis.

v Bahwa Kasus dan statement berbeda-beda; v Bahwa Istilah rasisme dan anti rasisme itu prasangka – prasangka

ideologis teori tentang Ideologi bicarakan dalam teori kebahasaan, jadi prasangka – prasangka Ideologis baik rasisme dan anti rasisme sebetulnya sama – sama rasisme, persoalan – persoalan tertentu, penolakan – penolakan tertentu, menolak rasisme dia juga punya ada rasisme tertentu yang dia pegang, apakah itu kemudian rasis dengan berbasis secara teoritis, rasisme itu dasarnya genetik apakah warna kulit, apakah berkaitan dengan turunan dan seterusnya. Tetapi sebetulnya yang perlu dipahami sama adalah bahwa penggunaan kata rasisme dan anti rasisme itu permainan politisasi makna, semuanya punya kepentingan jadi diperiksa saja apakah

Page 19: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

18

steatmen itu secara historis maupun secara kebahasaan maupun secara politik atau nanti kalau itu sudah clear bisa menjadi masalah hukum atau tidak;

v Bahwa Implikasi itu ada bukan soal rasismenya, implikasinya terhadap kemungkinan penolakan-penolakan terhadap anti rasisme, kita tidak bisa memfokus dalam satu konteks kemudian diambil kasusnya tapi implikasi yang serius tentu saja bentuk perlawanan sehingga ada orang, sekelompok orang berkepentingan apakah itu terkait dengan bendera atau apakah itu terkait denga pernyataan – pernyataan tertentu yang mungkin bisa bersifat tuduhan maupun penghinaan itu semua implikasi – implikasi yang lebih penting dari sekedar memahami apakah itu rasisme atau anti rasisme;

v Bahwa Kita punya kesepakatan kata monyet kalau berdiri sendiri tidak ada masalah, tapi kalau kita menunjukan secara ikonik ini gambar monyet kemudian kata monyet ada proses historis yang menyebabkan kemudian namanya istilahnya prioratif atau prio…atau istilah bahasanya menjadi berubah maknanya, kemudian kata itu dipakai untuk penghinaan itu jadi bermasalah, jadi maksud saya itu .

Ada makna – makna yang kemudian, dulu kata betina sangat terhormat dipakai, sekarang seorang wanita dikatakan dasar betina kamu dipakai jadi tidak benar wanita tadi merasa tidak terima, dia bisa saja melapor menjadi peristiwa;

Tanggapan Terdakwa : Terdakwa menolak keterangan Ahli karena

tidak ada kaitan denga Terdakwa

2. Ahli Psikologi Sosial Politik, A Prof. Dr. HAMDI MULUK, Ph.D,

menerangkan dalam persidangan dibawah sumpah, pada

pokoknya menerangkan sebagai berikut :

v Bahwa gerakan–gerakan yang berasal dari kelompok – kelompok

isurgensi juga ada kelompok – kelompok Mahasiswa kita tahu

bahwa ada misalnya HMI, PMKRI, HMI DAN GMKI tapi juga

terdakwa ada yang berbasis dari unsur mahasiswa;

v Bahwa gerakan menjadi besar itu kalau simpatisan semakin

banyak jadi unsur–unsur yang termotivasi untuk melakukan itu

menjadi lebih luar untuk gerakan – gerakan aksi kolektif menjadi

besar itu yang dari awal. Saya katakan dalam kasus Papua ini

seperti yang saya lihat ada sama ada gerakan – gerakan yang

motifnya menuntut diskriminasi dan juga banyak melibatkan

elemen – elemen tertentu jelas dalam anatomi gerakan ini bisa

diidentifikasi bahwa itu ada kalau saya lihat baik yang ditemukan

oleh penyilik ini ada rapat–rapat persiapan yang cukup intensif

itu juga melibatkan intensif lantas termasuk juga kelompok

insurgensi dan juga aspirasi ini belakang mulai buatanya

misalnya kalau kita lihat anatomi gerakan itu berkembang

menjadi liar biar gerekan tersebut kearah makar;

v Bahwa cara untuk menemukan kemerdekan dan seterusnya dan

betul bahwa di gerakan ini seperti penasehat hukum katakan

gerakan–gerakan civil society lain;

Page 20: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

19

v Bahwa seperti yang berita acara saksi lihat itu mulai berkembang

gerakan aspirasi memungkinkan di picu kemerdekaan,

ketidakpusan karena dan negara demokratif memang ada batasan

– batasan yang jelas bahwa ketika itu suatu sudah masuk ke titik

mengrongrong menyeruhkan mengajak orang untuk

mendeklarasikan pemerintahan yang sah menyuruh orang untuk

mendelegitimasi sebuah gerakan, bisa bersifat non violence dan

juga bisa violence bisa juga pengembangkan gerakan sipil bisa

berunjuk pada gerakan pemaksukan. Dalam anatomi sekarang

masa yang terjadi di Papua saya melihat semua bahwa kita harus

tahu kalau sudah jelas menyangkut merongrong, gerakan

surgensi atau gerakan poltisi untuk apakah menawarkan suatu

kedaulatan termasuk kewenangan simbol, simbol yang dipahami

oleh seluruh rakyat sebagai sebagai simbol sebagai ketidak

patuhan untuk memisahkan diri. Ini yang ditakutkan aspirasi

yang meluas dan akan mejadi gerakan insurgensi yang

mengancam NKRI. Apabila aparat kemanan bertindak itu sesuatu

hal yang wajar;

v Bahwa begini memang memisahkan mana yang terhadap aspirasi

dan mana yang sudah berkembang jadi, usaha – usaha untuk

insurgensii atau usaha – usaha ke arah makar, usaha aspirasi ke

arah kemerdekaan itu. Ini memang tugas penyidik untuk

mengumpulkan bukti – bukti mulai rapat – rapat bersiapan dan

mengumpulkan semua barang bukti. Ini semua menyangkut apa

yang menjadi aspirasi orang–orang yang bergerak di lapangan

itu. Tentu titik focus pada praktek – praktek, dalam sebuah

gerakan masal yang mungkin sudah mengarah pada insurgensi

tadi gerakan – gerakan makar dan seterusnya;

v Bahwa Yang pertama–tama harus diselidiki tentu adalah

leader,kita tidak bicara follower banyak sekali ribuan orang –

orang pasti ikut – ikut titik focus kepada penggerak –

penggeraknya dulu. Penggerak itu bisa orang–perorang,

organsasi dan secara hukum kita sebut sebagai organisasi dan

organisator yang namanya korlap dan ada orang yang

mengornisir itu yang diselidki dulu. Itu actor – actor praktek

tentu nanti kita harus pilah–pilah namun yang menyuarakan

murni, diskriminasi maka mulai mengara kea rah – arah motifnya

ke gerakan makar ini kita lakukan;

v Bahwa ada usaha melegitimasi sebuah resim yang sah usaha –

usaha untuk mengajak melakukan usaha untuk melakukan

pembakatannya ketidakpatuan dan menyuarakan tidak percaya

pada rezim semacam – semacam itu isinya political delegitimasi

itu sering dikatakan usaha untuk subjensi mungkin sekedar

menyampaikan asipirasi tapi memang dilematis juga Dalam aksi

juga. Kalau memang adalah untuk di percaya, minta Merdeka

juga dimaksud pada Isubjensi;

v Bahwa setelah itu apakah gerakan ini berkembang berkolaborasi

dengan kelompok – kelompok yang menyuarakan insurgensi itu

pada titik itu saja bahwa ada selebaran kertas yang diserahkan

Gubernur untuk pelaku diskriminasi tindak lanjut;

Page 21: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

20

v Bahwa artinya dalam sebuah proses negara demokrasi itu

dimungkinkan, proses politik yang sah paling tidak depannya

konggres MPR, atau MA atau seluruh Indonesia sepakat ada

referendum paling tidak satu provinsi minta berdiri sendiri itu

namanya referendum;

v Bahwa di seluruh dunia rasisme selalu tantangan bagaimana juga

hubungan yang harmonis dari pada masyarakat yang secara ras,

beragama sangat majemuk ragam, sas hubungan yang harmonis

itu saling menghormati tolerensi, tidak menghina, tidak

menyakiti satu sama lain karena memang secara kodrat kita

sudah beda secara rasial.

v Bahwa Secara rasial, secara agama, kebudayaan yang berbeda –

berbeda, kebiasan yang berbeda-beda masyarakat majemuk

dalam fisikologi lingkungan. Bagaimana setiap kelompok –

kelompok saling menghormati memang kalau pengusiran

terhadap ras lain orang akan mengatakan ini dalam fisikologi

politik.

Rasisme itu diindentifikasikan sebagai sebuah sikap kepada

kelompok ras yang berbeda dari orang jadi masalah sikap lahir,

sikap kadang tidak diikuti dengan hal – hal yang misalnya

perasaan, anda punya perasan negatif terhadap hal–hal jadi

dalam Indonesia sikap – sikap rasisme itu berpotensi saja terjadi

tidak hanya orang non Papua terhadap orang Papua juga

sebaliknya. Rasisme itu dalam fisikologi politik di definisikan

sebagai sebuah sikap negatif terhadap kelompok lain kelompok

itu, kelompok ras, kelompok suku, kelompok beda agama sama

saja dalam persepktif kalau orang yang punya prasangka orang

punya pandangan – pandangan tertentu terhadap sebuah ras,

agama, dan seterusnya berkembang menjadi prasangka;

v Bahwa Persoalan rasisme akan selalu menjadi tantangan terhadap

negara demokrasi tidak hanya Indonesia, seluruh Negara di

dunia menganggap ini sebuah tantangan kita berbangsa,

bernegara bagaimana kita mengembangkan kehidupan yang

toleran, dikusif tidak membeda -bedakan orang berdasarkan

suku, ras.agama kelompok yang berbeda kita sudah sepakat

hidup bersama dalam krangka NKRI mulai dari sabang sampai

Merauke setiap orang berdiri sama, setara sepanjang warga sama

hak – warga Republik yang sama hak – haknya harus dihormati

dan Problem ini dimasyarkat tantangan masyarakat demokratif.

Tanggapan Terdakwa : Terdakwa menolak keterangan Ahli karena

tidak ada kaitan denga Terdakwa

3. Ahli Hukum Tata Negara, Muhammad Rullyandi, S.H., MH, pada

pokoknya menerangkan dalam persidangan dibawah sumpah

sebagai berikut :

Page 22: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

21

v Bahwa Secara prosedur dalam berdemo, memang ada

pemberitahuan, Jikalau pemberitahuan itu sudah disampaikan

tapi kegiatannya, dilapangan tidak sesuai dengan isi

pemberitahuan, maka Polri mengambil Tindakan tegas;

v Bahwa Demo itu harus tunduk pada Undang-Undang,

demonstrasi adalah bagian dari kebebasan menyatakan pikiran

dengan lisan karena itu harus tunduk pada Undang-Undang

tentang Kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka Umum.

Jadi wajib menaati dan ada aturan khusus menjaga keutuhan

persatuan bangsa,

Jadi ada kewajiban kepada setiap warga Negara disamping

Demonstrasi adalah Hak warga Negara yang diatur dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Jadi ada hak yang dijamin dan Perlindungan Hukum Pasal 5

kemudian ada Kewajiban. Kewajiban itu merupakan

tanggungjawab individu-individu semua yang terlibat dalam

demonstrasi kalau ternyata materi substansi yang disampaikan

didepan publik ternyata mengandung unsur separatis, ternyata

ada unsur makar terpenuhi perlawanan terhadap fundamental

Negara maka Negara harus tegas mengambil sikap penegakan

Hukumnya dan ini bukan sebatas pada prosedural. Pada

prinsipnya Kegiatan yang dilarang Undang-Undang mereka

tidak terbuka secara public tapi memiliki misi tertentu yang

mereka rahasiakan sehingga barangkali aparat penegak hukum

juga tidak melihat secara kasat mata bahwa ternyata ada kegiatan

yang berpotensi merupakan kegiatan demonstrasi yang

menyampaikan demo separatis berujung pada pemisahan

terhadap NKRI, ini yang harus diwaspadai bahkan harus

dilakukan Tindakan tegas dan ternyata dilapangan terjadi

kegiatan yang tidak sesuai seperti Kasus demo yang terjadi pada

19 Agustus 2019 dan 29 Agustus 2019;

v Bahwa Pemberitahuan adalah Kewajiban, Kewajiban yang harus

dipenuhi oleh setiap warga Negara sebelum melakukan tidakan

berdemonstrasi , itu Kewajiban melakukan pemberitahuan. Kalau

permohonan ijin, jelas permohonan ijin itu secara resmi, meminta

ijin untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Meskipun

pemberitahuan dan permohonan ijin itu harus ada permohonan

ijin dari aparat untuk memperbolehkan atau tidak

memperbolehkan dalam hal diskresi apparat penegak hukum,

kewenangan subyektivitas dan objektivitas apparat penegak

hukum maka yang harus kita garis bawahi apakah

pemberitahuan itu meskipun dengan berbagai cara merahasiakan

kegiatan inti dari kegiatan yang dilakukan pada suatu kegiatan

demonstrasi sehingga tidak ketahuan oleh apparat penegak

hukum seolah-olah itu menjadi legal/ resmi, tiba-tiba pada saat

dilapangan berkembang liar dilapangan dan menimbulkan

kontra produktif sikap kewajiban pemberitahuan yang

Page 23: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

22

disampaikan oleh setiap orang atau setiap warga negara yang

dilakukan berdemonstrasi sebagaimana tadi;

v Bahwa Tidak bisa diukur dari perspektif procedural, karena

begini perspektik prosedural untuk kegiatan boleh tidaknya

orang berkumpul, berdemonstrasi. Itu tidak menjamin dengan

hanya orang memberikan surat pemberitahuan saja karena

terjadinya suatu tindak pidana yang disebut tadi makar ataupun

ada kegiatan lain yang katakanlah ternyata ada kerusuhan chaos

maka bisa saja penegak hukum menerapkan Pasal lain bisa saja

Pasal 160 KUHP tentang Penghasutan,

Orang dihasut supaya buat kerusuhan dalam demonstrasi

bahkan dengan sendirinya peristiwa-peristiwa kerusuhan itu

tdak secara otomatis kebal hukum, meskipun dikatakan bahwa

saya hadir kesini Ketua pelaksana demonstrasi punya ijin dari

aparat penegak hukum sehingga apapun yang terjadi tidak boleh

ditindak. Tidak bisa begitu. Itu namanya seolah-olah kebal

hukum. Yang ingin saya garis bawahi disini adalah dimana yang

terjadi dilapangan, ada hal-hal yang terjadi bertentangan dengan

Undang-Undang ataukah meskipun kebebasan menyampaikan

pendapat dijamin Undang-Undang Dasar 1945 tapi dibatasi juga

oleh Undang-Undang;

v Bahwa Statemen itu melawan penjajahan. Bahwa Penjajahan itu

Tindakan yang melanggar hak suatu bangsa dan tidak sesuai

dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan karena itulah

Undang-undang Dasar 1945 didalam pembukaannya mengatakan

bahwa Kemerdekaan adalah Hak Segala Bangsa. Hak Segala

Bangsa Untuk Merdeka itu dengan susunan Negara berdasarkan

Kedaulatan Rakyat, berdasarkan Ketuhanan yang Mahas Esa,

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,

Kerakyatan Yang di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan Dalam

Permusyawaratan Rakyat dan Keadilan Sosial bagi Seluruh

Rakyat Indonesia, karena itulah pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 dalam perspektif ilmu Hukum Tata Negara yang

menjadi recht side dalam bahasa belanda yang artinya Cinta

Hukum. Memberi makna hukum dalam sebuah tatanan hukum

positive dimulai dari Pasal-Pasal Undang-Undang Dasar 1945

sampai dengan Pasal-Pasal Undang-Undang dibawahnya. Jadi

tidak ada Negara didalam Negara prinsipnya, karena itulan

Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak boleh ada yang keluar

dari Wilayah NKRI. Tadi Saya sudah gambarkan dari aspek

sejarah terpaksa bahwa Bangsa kita menganut Indonesia Serikat

1949 kita menjadi Negara Federal karena kita berusaha

mempertahankan wilayah NKRI dari ancaman belanda yang

datang Kembali ke Indonesia. Kita rela setiap Daerah disebut

Negara Bagian. Ada Negara Indonesia tapia da Negara Bagian,

Negara Bagian Madura, Negara Bagian Indonesia Timur, Negara

Bagian Pasudan, Negara Bagian Sumatera Selatan, itulah Negara

Bagian yang dikuasai oleh Negara Pemerintahan Hindia Belanda

pada saat tahun 1949 setelah Indonesia merdeka, karena itu kita

tidak boleh menganggap soal wilayah NKRI soal wilayah

Page 24: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

23

kebebasan saja, setiap wlayah utuh menyatakan aspirasinya

menjadikan Negara selain Indonesia. Itulah makna Historikal

yang kita tanamkan dalam jiwa sanubari kita sebagai Anak

Bangsa,

yang mulia. Dalam perspektif Ilmu Hukum Tata Negara, Negara

sudah memprediksi forward looking bahwa jangan sampai

kebebasan Kemerdekaan berserikat membuat suatu organisasi

menyampaikan pikiran dan tulisan bisa menganggu tertib

Hukum Tata Negara dalam rangka menjaga kedaulatan Republik

Indonesia itulah saya sampaikan tadi diawal mari kita baca

Undang-Undang itu dengan seksama, ada Undang-Undang

tentang Kemerdekaan menyampaikan Pendapat di Muka Umum ,

ada Undang-Undang yang mengatur tentang Organisasi

Kemasyarakatan, ada Kegiatan-Kegiatan yang dilarang, seperti

Separatis. Kita berbicara menurunkan bendera kemudian kita

menginjakinjak itu adalah perbuatan menodai kehormatan

Negara Republik Indonesia, karena itulah ada ancaman pidana

bagi orang yang menginjak-injak, merobek-robek dan tidak

menghormati menghormati Republik Indonesia. Dengan

demikian kita harus bersyukur bahwa Bapak Pendiri Bangsa kita;

v Bahwa Soal lambang jadi pada prinsipnya di sejumlah Provinsi

diIndonesia itu memiliki simbol-simbol, lambang yang kemudian

kalua kita datang ke dalam daerahnya itu ada lambang

daerahnya. Tetapi yang dimaksud dalam hal ini adalah lambing

bendera yang beraviliasi pada suatu Gerakan separatis, Bintang

Kejora itu lambing bendera yang sudah di frame work sebagai

Kegiatan Separatis karena itulah kita tidak bisa mengatakan

mewakili kepentingan Masyarakat Papua tetapi ada yang perlu

dilihat dalam perspektif yang tidak bisa diperbolehkan dalam

Undang-Undang. Salah satunya lambing bendera Republik

Indonesia, lambing Bendera Negara hanya satu yaitu Bendera

Merah Putih. Kalau itu diturunkan kemudian injak-injak,

dirobek-robek, dibakar kemudian dinaikan lambang Kejora itu

maka tidak mencerminkan Kearifan Lokal. Ini bukan berbicara

dalam konteks Kearifan Lokal;

v Bahwa Organisasi Hisbutahir sudah dilarang, ada satu yang

baru organisasi Khalifah, ini bertentangan dengan Pancasila,

ingin merubah Pancasila, mau merubah Undang-Undang Dasar

1945 oleh sebab itu Mutakhir telah dinyatakan sebagai Organisasi

yang dilarang di Republik Indonesia. Rakyat kita ada 12 juta

lebih yang mulia jadi kita sulit mengontrol Organisasi-Organisasi

liar dan tidak terdaftar secara administrative sehingga sulit sekali

kita melihat. Dilapangan ada banyak Organisasi yang memiliki

visi dan misi yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar apalagi tidak teregister. Begitu pula dengan Partai

Politik PKI itu juga dilarang oleh Pemerintah Indonesia karena

menyerukan Gerakan Komunis jadi siapapun yang menyerukan

Page 25: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

24

Gerakan Komunis. Gambar arit dan Palu coba tempel saja di

sepeda motor lewat di Kantor Polisi, didepan Kantor Koramil

atau TNI, saya jamin akan langsung ditangkap;

v Bahwa Kita menghormati prinsip-prinsip persamaan Warga

Negara, dimata hukum, etnis dan termasuk ras, termasuk

diskriminasi dilarang oleh karena itu kalau ada Rasis itu memang

tidak dibenarkan dalam konteks keIndonesiaan bahwa kita harus

menghormati budaya, kelompok, kompoten Bangsa itu adalah

kebhinekaan tunggal ika;

v Bahwa Berdasarkan perkembangan terakhir yang saya ikuti juga,

memang ijin FPI itu dipertanyakan menurut Pemerintah FPI itu

harus ikut aturan Pemerintah, setia pada Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945. Nah Jadi Pemerintah juga melakukan

Tindakan tegas karena itu kegiatan ORMAS ini bukan pertama

kali;

v Bahwa Ada Pasal yang masih warisan Belanda, Pasal 160 itu

bukan Pasal Karet atau istilah Belandanya Obzei Article atau

suka-suka Penguasa saja. Tidak justru Penghasutan itu justru

mencegah terjadinya potensi kerusuhan begitu juga dengan

Makar dibuat norma hukum dengan ketentuan Pidana maka

tujuan Negara adalah supaya terpenuhinya tertib hukum. Saya

punya pengalaman dengan Pemilu kemarin bahwa ada Gerakan

people Power. Dengan adanya Gerakan People Power ini saya

diundang Mabes Polri untuk menyampaikan Pandangan Hukum

dan menurut saya ada kekuatan People Power yang berencana

menjatuhkan Pemerintahan yang sah maka itu termasuk

golongan Makar karena Undang-Undang KUHP meskipun

warisan belanda tapi sudah diuji kadar Nasionalisasinya oleh

Mahkamah Konstitusi, Pasal 106 KUHP, Pasal 107 KUHP

termasuk Pasal 160 KUHP tentang Obzei Article sudah pernah

diuji kadar ke Indonesiaannya berdasarkan putusan Mahkamah

Konstitusi maka dari itu ada Putusan MK nomor 7 Tahun 2017

yang tadi saya sebutkan maka cukup ada niat dan ada bukti

permulaan saja sudah bisa dilakukan penegakan Tindakan oleh

Aparat Penegak Hukum. Artinya Makar adalah Tindakan yang

dilarang oleh Undang-Undang Hukum Pidana dan

Penegakannya langsung diserahkan kepada Aparat Penegak

Hukum;

Tanggapan Terdakwa : Terdakwa menolak karena tidak ada kaitan

dengan Terdakwa

Page 26: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

25

KETERANGAN AHLI YANG DIAJUKAN OLEH PENASEHAT HUKUM/TERDAKWA SEBAGAI BERIKUT :

1. Ahli Politik, Dr. Adriana Elisabeth, M.Soc.Sc, menerangkan dalam

persidangan dibawah janji sebagai berikut :

v Bahwa saya bekerja di Lembaga Pengetahuan Indonesia atau

LIPI;

v Bahwa Sejak 2004 saya dengan teman-teman melakukan kajian

dan Penelitian tentang isu Papua dari berbagai aspek politik,

keamanan, social, budaya dan ekonomi, kalua saya juga mengajar

program strata 2 jurusan Ilmu Hubungan Internasional untuk

dua mata kuliah pertama mengenai study perdamaian dan

resolusi konflik mata kuliah yang lain mengenai kebijakan luar

Negeri;

v Bahwa saya pernah pertama kali di sidang Pengadilan Negeri di

Jakarta pusat pada bulan april saya hadir langsung dalam

persidangan itu,

kemudian dalam aspek yang lain saya juga pernah jadi saksi di

Mahkamah Konstitusi isu, sentralisasi dan Partai Politik Lokal;

v Bahwa saya sering menjadi pembicara diberbagai Kementrian

lembaga menyangkut dengan isu- isu Papua ,kemudian dikantor

staf presiden, di kementrian dalam negeri, kementrian luar negeri

danjuga mabes TNI, Mabes Polri dan lembaga Intelijen;

v Bahwa Saya pernah melakukan Kajian sejak 2004 sampai hari ini

saya dengan teman-teman di LIPI masih melakukan kajian-kajian

tentang Papua;

v Bahwa Buku yang menjadi rujukan kami tulis di tahun 2008

sebagai hasil dari penelitian itu kemudian diluncurkan tahun

2009, kemudian di tahun 2017, kami melakukan pemutahiran

analisa terkait dengan gerakan politik kaum mudah Papua.

Selain buku-buku kajian kami juga membuat rekomendasi

kebijakan secara regular kemudian kami sampaikan Kementrian

lembaga terkait dengan isu-isu Papua;

v Bahwa Saya bekerja sama dengan jaringan damai Papua

kebetulian sejak tahun 2019, saya dipercayakan Kordinator

jaringan damai Papua untuk Jakarta;

v Bahwa Secara umum konflik itu diartikan sebagai relasi yang

tidak harmonis karena adanya perbedaan pemahaman dan juga

perbedaan kepentingan tetapi kita tidak bisa menyebutkan

sesuatu itu disebut konflik karena ada jenjang disitu yang harus

kita pahami. Ketika ,kesepakatan yang terjadi itu bisa

menimbulkan ketegangan antara pihak kalau itu tidak

diselesaikan itu akan menjadi perselisihan kemudian itu juga

tidak bisa diselesaikan maka itu bisa menjadi konflik;

v Bahwa Konflik itu sebenarnya mempunyai dua makna; koflik itu

bisa di asumsikan menjadi sesuatu persaingan yang positif atau

sering juga disebut konflik easy,

Page 27: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

26

kalau konflik isu itu dilakukan dengan secara terbuka atau secara

transparan arti konflik disini menjadi positif karena kondisi

membuat orang lebih mendekatkan diri dengan cara-cara yang

baik dan terukur. Pengertian konflik yang itu adalah konflik

kekerasan bisa juga konflik terbuka, konflik bersenjata, atapun

peperangan. Konflik senjata atau konflik kekerasan inilah yang

kemudian paling banyak didominasi di berbagai negara juga di

Indonesia khususnya yang terjadi di Papua;

v Bahwa dampak konflik itu sendiri sangat luas bisa secara material

itu menghancurkan benda-benda fisik atau bangunan-bangunan

fisik yang ada kalau konflik itu dilakukan dengan berbasis

kepada kekerasan tetapi ada juga yang menyebabkan kerusakan

secara mental dalam hal ini adalah trauma yang ditimbukan,

terutama terhadap korban-korban konflik ini juga terjadi di

Papua. Lebih jauh dari itu konflik akan menimbulkan perasaan-

perasaan marah, kecewa dan juga keinginan untuk membalas

dendam tetapi, bagi sebagian orang yang mengalami konflik akan

menjadi korban konflik yang mengalami trauma, mereka juga

mempunyai pilihan-pilihan untuk melawan keadaan dengan

syarat-syarat melakukan peningkatan diri menujunkan prestasi

yang lebih baik untuk menghilangkan masalah-masalah selama

ini mereka alami itu secara umum dampak konflik;

v Bahwa Kalau tadi penjelasan saya tingkatan konflik, tingkatan

konflik perbedaan pendapat dimulai sejak proses integrasi disitu

ada perbedaan persepsi tentang proses integrasi antara

pemerintah Indonesia dengan sebagian orang-orang di papua.

Nampaknya perbedaan itu yang tidak diselesaikan atau di

biarkan terus sampai sekarang perbedaan pemahaman tetap

proses itu masih terus terjadi, bagi pemerintah Indonesia dengan

cara apa pun papua harus menjadi bagian dari Indonesia kalua

kita lihat kepada hari kemerdekaan Indonesia ditetapkan 17

Agustus tahun 1945 itu dimaksudkan bahwa papua juga menjadi

bagian Indonesia sejak waktu itu tetapi, pada kenyataannya

prosesnya berbeda papua baru menjadi bagian Indonesia secara

resmi setelah ada Jajak pendapat dan yang kemudian bahwa

itulah papua menjadi bagian dari Negara Republik Indonesia

disitu letaknya perbedaan secara politik secara Hukum

Internasional papua sudah sah di jadikan bagian Indonesia tetapi

sebagian orang papua yang mengikuti proses integrasi itu dan

mereka mengalami aksi-aksi atau mobilisasi dan juga indikasi

mereka mengatakan proses itu tidak transparan, proses itu tidak

jujur, proses itu tidak adil. Disini letak persoalannya pemerintah

Indonesia memandang bukan kepada prosesnya tetapi kepada

hasilnya yang sudah di dapat bahwa Papua menjadi bagian

Indonesia sementara sebagian orang Papua proses itu juga

penting di lihat supaya hasilnya itu bisa di terima oleh semua

pihak.

Page 28: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

27

Disitu menjadi salah satu akar persoalan orang Papua yang

sampai sekarang masih terjadi. Itu baru salah satu persoalan akat

di papua terkait dengan perbedaan persepsi tentang proses

integrasi papua ke dalam Indonesia;

v Bahwa yang pertama, masalah marjinalisasi dan diskriminasi

kalau kita kembali pada kasus-kasus persekusi di Surabaya pada

Agustus 2019, itu menjadi bukti masih adanya perlakukan

terhadap orang-orang atau Mahasiswa dari Papua, itu menujukan

bukti bahwa penelitian kami itu memang belum ditidak lanjuti

bagaimana masalah orang Papua;

v Bahwa Kalau mengacu pada Otonomi Khusus ada tiga prioritas

yang perlu di tingkatkan yaitu Pendidikan, Kesehatan ini menjadi

barometer dari index pembangunan Manusia Papua dan

kemudian Ekonomi, ini diluar pembanggunan infrastruktur,

tetapi kita lihat hari ini Indeks Pembanggunan Manusia Papua

dan papua Barat itu masih tercatat paling rendah di Indonesia

dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia, artinya UU

Otonomi Khusus yang ditetapkan tahun 2001 masyarakat Papua

belum sejaterah dalam kehidupan, Orang Papua khususnya

belum menjadi prioritas saat ini. Akar masalah yang lain itu,

Kekerasan Negara yang sebagian mengarah pada pelanggaran

HAM dan juga pelanggaran Ham di Massa Lalu. Ada investigasi

yang dibentuk periode lalu tetapi belum berhasil menyelesaikan

pelanggaran Ham di Papua, kasus Paniaipun masih belum selesai

antar Komnas HAM, Kejaksaan Agung itu tidak akan masalah

selain Pro Kontra Sejarah Papua. Saya sampaikann juga yang

Mulia, untuk melihat akar masalah di papua ini bisa dilakukan

faksial satu persatu diselesaikan tetapi, ada korelasi antara satu

akar masalah artinya persoalan Papua harus juga dilihat

dampaknya terhadap persen yang lain, kalau terlalu faksial

menyelesaikan misalnya pembangunan saja tanpa memandang

persoalan kejahatan-kejahatan Negara itu bisa dikurangi atau

dihilangkan selama itu juga persoalan di Papua akan terus

berlangsung seperti saat ini;

v Bahwa awal penelitian kami membuat pemetaan aktor-aktor yang

terlihat di Papua , kemudian kami menggali agenda-agenda dari

konteks damai, kemudian kami coba proyeksikan proses

konsolidasi di Papua. Semua hasil kajian itu kami rangkum

didalam buku Papua Road Map yang kemudian kami

menemukan empat skema akar masalah Papua;

v Bahwa Proses gerakan Masyarakat Sipil masih ada sampai saat

ini, Masih sangat terlihat terutama dari isu-isu HAM ( Hak Asasi

Manusia) sebetulnya dalam perspektiv saya hak itu bagian kecil

dari persoalan kemanusiaan tetapi,

itu selalu muncul di berbagai demo bahkan juga kelompok-

kelompok pro merdeka diluar negeri dua isu yang selalu

Page 29: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

28

digandeng itu adalah masalah pelanggaran HAM di Papua dan

juga Masalah REFERENDUM. Kalau kita melakukan penelitian di

Papua ketika berinteraksi dengan orang-orang di Papua kita

menemukan banyak sekali bukti masih adanya persoalan-

persoalan seperti itu di Papua;

v Bahwa Ekspresi didalam demo itu juga yang kemudian

menimbulkan perbedaan interpertasi, saya tidak bisa melihat isu

atau kasus rasisme di malang dan di Surabaya itu sebagai isu

yang berkembang itu ada akumulasi persoalan selama 57 tahun

terakhir ini;

v Bahwa penyelesaian persoalan-persoalan di Papua itu masih

memakai kacamata Pemerintah pusat jadi sifatnya masih lock

down sementara untuk memahami persoalan Papua kita juga

harus tahu persepsi atau sudut pandang papua terhadap

persoalan;

v Bahwa perbedaan-perbedaan itulah yang diekpresikan di dalam

demo jadi begitu banyak persoalan kemudian terjadilah demo-

demo. Yang menunjukkan bahwa masih ada banyak sekali

persoalan di papua memang yang belum diselesaikan yang di

anggap belum memenuhi rasa keadilan bagi orang-orang Papua;

v Bahwa cara untuk bisa mengurangi ekspresi-ekspresi perbedaan

pandangan tidak harus melalui demontrasi. itu yang kemudian

juga disampaikan di dalam buku Papua Road Map dan juga

rekomendasi kebijakan secara terpisah yang kami sampaikan

kepada Pemerintah untuk membuka sebagai salah satu cara

untuk mengurangi demontrasi mengurangi perbedaan melalui

saluran diskusi;

v Bahwa pemenjaraan orang-orang Papua tidak akan pernah bisa

menyelesaikan akar persoalan di Papua karena itu sama saja kita

menimbulkan dinamika yang akan terjadi.

v Bahwa Yang perlu diselesaikan adalah akar masalah di Papua,

Selama akar masalahnya tidak di selesaikan dan terus terjadi

pemenjaraan maka akan terjadi masalah besar dikemudian hari;

v Bahwa ketika masalah proses integrasi itu ada perbedaan disitu

antara orang-orang Papua yang mau bergabung dengan

Indonesia dan orang papua yang bergabung dengan Belanda dan

orang Papua yang ingin merdeka yang bergabung dengan

belanda sudah ke belanda semua yang bergabung dengan

Indonesia juga banyak sekali orang Papua yang sudah di dalam

Indonesia sebagai Menteri,sebagai duta besar dan sebagainya

tetapi ada sebagian yang memang ingin merdekakan diri

persoalanya bukan hanya itu ke inginan merdeka itu sangat

Ideologis itu tergantung dengan persepsi konflik dan sebagainya

yang kemudian jika mereka tidak bisa melepaskan diri dari

Indonesia,

kita menyaksikan fakta orang Papua itu memang belum

sejahterah daerah-daerah lain di Indonesia itu menambah

keyakinan bahwa kami lebih baik merdeka jadi seolah-olah

Merdeka adalah solusi bagi saya merdeka bukan solusi? Tetapi

Bagi orang-orang yang ingin merdeka keadaan seperti ini sudah

Page 30: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

29

secara Ideologis merdeka tapi tidak sejahterah solusinya adalah

merdekakan diri;

v Bahwa Pengalaman buruk masa lalu ini menimbulkan semacam

trauma walaupun anak-anak itu tidak langsung mengalami

proses integrasi pada waktu itu mereka bisa membayangkan

betapa tidak nyamannya hidup dalam kondisi seperti ini. Itu

yang saya sebutkan dalam trauma jadi sebagai orang papua itu

mengalami traumatik yang menurut saya kita tidak bisa

memperlakukan mereka dengan justru malah memenjarakan

kemerdekaan mengekspresi yang hanya itu mereka miliki begitu,

jadi selama trauma itu tidak pernah diselesaikan mereka tidak

akan perna keluar dari pemikiran atau pun niat-niat untuk

memerdekakan diri salah satu persoalan itu yang selalu Papua

ingin memerdekakan diri kemudia untuk trauma ini atau

pemulihan trauma saudara-saudara kita di papua saya belum

melakukan riset secara khusus tapi saya perna membuat program

sederhana namun tidak sukses.

2. Ahli HAM, Dr. Herlambang P Wiratraman, S.H., MH, menerangkan

dibawah sumpah dalam persidangan sebagai berikut :

v Bahwa saya S1 Fakultas Hukum Universitas Erlangga, S2 Human

Rights di Fakultas Sarjana Maidolity Universitas Thailand dan S3

Dokter Fakultas Hukum Universitas Belanda;

v Bahwa saya pernah menulis kebebasan berekpresi, kebebasan pers

dan akademik semua terkait dengan situasi Papua dan terkahir riset

bersama berkolaborasi sejumlah teman – teman peneliti tentang

sumber daya alam;

v Bahwa saya pernah jadi saksi Ahli dalam perkara Surya Anta CS;

v Bahwa saya pernah menjadi saksi di Mahkamah Konstitusi, dimana

saya diminta memberikan keterangan Ahli mekanisme Hukum Hak

Asasi Manusia, terkait dengan kasus – kasus pelanggaran HAM

berat di Indonesia itu bolak balik berkas Komnas HAM dan

Kejaksaan Agung sehingga saya berikan pendapat terkait

bagaimana mendudukan antara lembaga Negara agar serius

berbicara tentang pelanggaran HAM berat terutama mekanisme

untuk menyelesaikannya, karena kalau menundah penyelesaian

bagian dari ketidakadilan itu sendiri;

v Bahwa berkaitan dengan soal teknis ya tapi saya mau jelaskan

didalam system hukum menyampaikan kebebasan dimuka umum

dalam konteks Undang – Undang tahun 1998 ada prosedur

memberitahukan bukan keharusan.

Sebenarnya, bukan kewajiban harus dapatkan ijin tapi

memberitahukan. Mekanisme itu menjamin berlakunya Kebebasan

berekpresi, menyampaikan pendapat supaya proses untuk

mendapatkan pendapat itu dijamin oleh aparat Penegak Hukum.

Dalam hal ini terutama kepolisan karena setiap orang, setiap warga

Negara dijamin kebebasannya untuk menyampaikan pendapat sejak

Page 31: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

30

yang namanya republic Indonesia lahir sejak tahun 1945. Sejak

Indonesia lahir pasal 28, Undang – Undang sudah mengakui

sehingga mekanisme khusus yang mengatur soal pemberitahuan itu

sesungguh di Undang – Undang 1999/1998 itu sesungguhnya untuk

memastikan kewajiban negara hadir dalam kebebasan

menyampaikan pendapat;

v Bahwa Polisi tidak boleh mengartikan pemberitahuan sama dengan

ijin. “Saya ingin berpendapat begini mungkin andai kata

pemberitahun itu tidak ada, aparatpun harus tetap adil dalam

rangka melindungki kebebasan berpendapat. Jadi kalau misalnya

tanpa pemberitahuanpun itu harus dilaksanakan;

v Bahwa untuk kekebasan menyampaikan pendapat dimuka umum

itu mekanisme jelas di atur dalam Undang-Undang. Jadi dia tidak

berbentuk ijin itu sebabnya konsepnya berat negara itu harus hadir

karena adanya konstitusi;

v Bahwa jadi soal tema aksi biasanya memang secara hukum

memberitahukan, tema aksi dan siapa penanung jawab para pihak

penegak hukum dan juga peserta aksi membutuhkan perlindungan

bisa komunikasi langsung. Kalau hal – hal yang tidak jelas bisa

komunikasi segera, berkomunikasi terkait dengan jumlah masah

sifatnya estimasi, dia bisa jumlah besar, dia bisa jumlah kecil, begitu

juga dengan tema jelas itu antirasisme, yang bisa disampaikan;

v Bahwa terkait anti rasisme apalagi soal rasisme jelas dilarang keras

dalam system hukum Indonesia;

v Bahwa Saya sudah menyiapkan 29 argumen terkait dengan

kebebasan berekspresi. Nah kalau yang dinamakan makar itu ada

upaya untuk mengulingkan kekuasaan dan seterusnya itu jelas

terlalu jauh. Aksi atau demonstrasi anti rasisme itu saya sebut

legitimasi punya tujuan sangat mendasar;

v Bahwa pertama kalau ekpresi tentang rasisme itu legimatasi jadi

tidak terbantakn itu hak dasar warga WNI Repbulik Indonesia,

kemudian dilapangan misalnya tadi sebutkan ketika pengibaran

bendara bintang kejora, tuntuan Papua mereka itu dalam hak asasi

manusia itu bagian dari ekspresi Politik itu negara jamin didalam

konstitusi kita. Saya sebutkan pasalnya : pasal 28, F terkait dengan

memperoleh informasi dan komunikasi jadinya hubungan sosial

termasuk menggunakan saluran yang tersedia. 28 B setiap orang

berhak atas perlindungan keluarga, kehormatan, keluarga dan

martabat serta rasa aman terhadap ancaman berbuat atau tidak

berbuat merupakan hak asasi.

Soal pengibaran bendera bintang kejora, ataupun menyuara

referendum, Papua Merdeka itu bagian dari ekspresi politik yang

dilindungi dalam system hukum Indonesia maupun system hukum

hak asasi manusia dia sebut sebagai protektif eskpresi dan itu sudah

ada pengalaman politiknya;

v Bahwa apakah kriteria didalam pertimbangan atau istilahnya

rasional hak residensil keputusan Makamah Konstitusi, bahwa

hakim harus berhati – hati menggunakan pasal makar karena bisa

saja semua aktivitas dikaitkan dengan makar. Jadi untuk mengarah

Page 32: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

31

pada makar garisnya diperjelas dalam mengarahkan itu makar

atau tidak itu sebenarnya dari Makahamah Konstitusi maupun

system hukum Hak Asasi Manusia. Memang itu menegaskan

ekpresi politik itu dilindungi atau protektif expression sebenarnya

didalam keterangan tertulis, karena argumen mungkin menjadi jelas

ada prinsip yang dijamin ekpresi itu memang ada pembatasan.

Pembatasan harus mengaju pada standar Hukum Hak Asasi

Manusia secara ketat kalau Mahkamah Konstitusi mengatakan

harus hati – hati itu konstruksinya hukum apa, dan bagaimana kita

bisa mengukur secara hati - hati? Kalau orang hukum bicara Hati-

hati itu balikan sesuai kriteria itu dipenuhi standar Hukum Hak

Asasi Manusia, kriteria doktrin hukum didalam menjelaskan kasus

terkait. Doktrin yang bisa saya sampaikan jelas dalam 19 ayat 3

tidak lain INTERNATIONAL CONVENAN ON CIVIL AND

POLITICAL RIGHTS yang sudah diratifikasi oleh Undang –

Undang nomor 12 tahun 2005 kemudian pembatasan melalui surat

principal atau prinsip – prinsip yang menjelaskan ada tiga syarat,

yang pertama kalau membatasi ketika ada kasus seperti begitu.

Yakni freez Crime by the law ketegasan atas hukum, yang kedua

adalah legitimated dan yang ceserly appossionaly ketika

menjelaskan disini membatasannya itu tidak bermaksud untuk

membungkam kebebasan berekspresi atau membungkan kebebasan

untuk berpendapat jadi tidak boleh sama seperti itu cara

menafsirkannya. Begitu juga dalam doktrin yohanes berprinsipal,

prinsip- prinsip Yohanes kebebasan menyampaikan pendapat soal

menyampaikan pendapat, dalam doktrin kemananan nasioanal itu

juga menjadi kelemahan mendasar dalam kasus ini kaitan dengan

soal makar. Karena soal makar dengan menganggu keutuhan

Negara tadi bagaimana cara saya menterjemahkan makar itu ini

harus berbalik pada standar rujuk yang jelas, yang dianut dalam

system hukum Indonesia. Yakni pasal 19 ayat 3 dan dokrin hukum

tentang principal – principal hukum membatasan itu, pada principal

dikaitkan dengan Kemanan Nasional, Hak atas informasi dan terkait

dengan kebebasan berekpresi begitu;

v Bahwa jelas harus bisa disampaikan pada prinsip tadi dan juga

Indonesia kan bagian dari Komunitas Konstitusional bagian dari

PBB apalagi Indonesia beberapa kali masuk dalam Dewan

Keamanan sangat aktif mendorong upaya Penghormatan,

Perlindungan dan kemajuan Hak Asasi manusia maka sebagai

negara yang besar yang punya komunitas besar harus

membuktikan harus menghormati, menghargai prinsip – prinsip

HAM Internasional. Refleksi bagaimana dalam mengambil

tindakan misalnya kebijakan bahkan keputusan diwilayah

kekuasan. Dalam kontek ini Indonesia harus juga sudah memiliki

system salah satu yang dirujuk karena Indonesia sudah meratifikasi

ICCPR dan ICCR itu memiliki mekanisme khusus, khususnya

Page 33: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

32

prinsip – prinsip hukum special prosedur itu mekanisme prinsip –

prinsip yang berkaitan dengan Society Human Working Group on

indeterpentition. Sudah dirujuk dengan kasus Papua pernah

direspon oleh doktrin otoritatif yang dalam system HAM PBB

melalui komisari Umum HAM PBB nomor 35 sesuai dengan

paraghaf 10 – 23 yang menarik adalah supaya tidak keliru menyebut

dalam kasus Papua, misalnya pernah terjadi pengibaran Bintang

Kejora sebagai sebuah symbol yang pada saat itu dilarang karena

dianut dalam memerdekaan Papua dan Kasus di Biak Papua 2 Juli –

6 Juli tahun 1998 kemudian merujuk pada penembakan secara

membabi buta ratusan pengujuk rasa dan kriminalisasi terhadap

aktivis politik Papua yang didakwa dengan pasal 106 KHUP.

UN working group tadi menyatakan bahwa penahanan atau

termasuk pemejarahan, perampasan kemerdekaan itu yang

menyatakan apa pendapat bersifat sewenang –wenang melakukan

aktivis berdasarkan pada pandangan atau pihak – pihak politik

mereka secara damai yang merupakan Hak Asasi Manusia yang

fundamental atau yang mendasar dilindungi dalam system hukum

HAM. Dan ini jelas sekali menjadi perhatian Internasional terkait

dengan seharusnya ekpresi politik dijamin dalam system hukum;

v Bahwa kebebasan berekpresi sebenarnya dijamin didalam system

hukum Nasional, yang butuh kebebasan berpendapat, kalau di

Indonesia ini konstitusi tidak pernah ada jaminan kebebasan

berpendapat dia takut, Negara itu menjadi negara yang tidak

berdemokratis atau tidak berdasarkan hukum. Itu mulai dari

Indonesia belum lahir saja Bung hatta takut kalau warga Negara

tidak bisa bersuara. Kemudian perdebatan ini saya sudah pernah

tulis dalam Jurnal Konstitusi terbit sekita tahun 2010 atau 2011 itu

bisa akses secara online. Mengapa begitu penting kebebasan

berekspresi itu ada. Kita punya Undang-Undang dasar versi yang

terakhir, tadi sudah saya sebutkan beberapa pasal yang terkait

dengan kebebasan berekspresi jaminan atas ekpresi itu.

Kita punya Undang – Undang lahir sebelum Undang – Undang

Dasar sudah mengatur tentang kebebasan berekspresi dan kita

punya Undang – Undang 1998 sebelum Undang – Undang Dasar

dan Sebelum Undang – Undang HAM terkait dengan pasal 28 pada

saat itu jamninan kebebasan menyampaikan pendapat nah itu

hukum Nasional tapi ada juga system hukum Internasional yang

sudah dimuat dalam hukum Nasional. Tadi International Convenan

On Political Civil and Rights atau ICCPR ada satu jaminan

kebebesan menentukan pendapat dimuka umum nah hukum

International tetapi ada juga hukum internasional yang sudah

menjadi nasional yaitu International Covenan On Political Civil and

Rights yang bisa 70an dan berlaku 10 tahun, dirumuskan 1996tapi

berlaku kemudian berdasarkan hukum Indonesia. Dikasih 2005, kita

sudah mengakui itu dan kebebasan berekpresi didalam 19 ayat 1, 2,

3 dan lalu bisa jelaskan;

Page 34: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

33

v Bahwa Negara harus hadir untuk melindungi, setiap ekepresi yang

dilakukan oleh Warga Negaranya, kita mengakui hukum harus

Negara hadir. Jadi kalau misalnya Negara itu tahu kalau warga

Negara sedang mengekpresikan Negara harus bersifat melindungi

ekspresikan itu. Istilah Melindungi itu bukan kata saya tapi

melindungi ada dalam Konstitusi kita itu sudah ada Konstitusi kita

itu menjamin bukan ada di pasal 28 serta melindungi hak asasi

manusia itu sendiri Ada di pasal 28 E ayat tentang kewajiban

Negara. Itu dua artikel yang saya buat tentang Negara – Negara

yang mana harus hadir ada tentang ekspresi. Pasal 28 E ketika

coba dibaca lagi. Pembatasan dalam soal hak asasi manusia dalam

kebebasan yang menurut istilahnya permissible yang membatas –

batasanya tapi benar prinsip – prinsip hak asasi manusia;

v Bahwa berkaitan dengan hak hidup dan hak kebebasan itu Non

liberal Rights, prinsip paling mendasar pada Pasal 1 ayat (3)

Indonesia Negara Hukum;

v Bahwa Hak untuk menentukan Nasib Sendiri itu juga merupakan

bagian dari Ekspresi Politik yang digaris bawahi, berkali – kali saya

bicara Ekpresi Politik, itu sama dengan Hak Pilih. Contoh, Hak

untuk ke TPS Hak untuk memilih presiden itu Ekepresi Politik. Jadi

menentukan Nasib Sendiri saya pikir sebenarnya konsep yang

paling mendasar itu dalam kualifikasi sebagai warga Negara karena

status itu sudah menjelaskan tentang Self Determination atau

hukumnya punya sifat lunak tapi jangan lupa karena saya berkerja

di Departemen Hukum Tata Negara Undang Dasar kita tidak keliru

saya bacakan saja kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa maka

penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai

dengan prikemanusian dan prikeadilan. Yang bicara Undang –

Undang dasar, Self Determination menurut Undang – Undang dasar

bagaimana kita bisa mengatakan Self Detemination dalam konteks

Indonesia sendiri menghargai prinsip itu;

v Bahwa tidak ada korelasi antara Self Determination dengan Pasal

Makar;

v Bahwa makar harus dibuktikan tapi kalau sekedar Ekspresi itu

tidak. Ekepresi Politik dicacat itu;

v Bahwa Secara khusus wilayahnya pidana, pendapat saya terkait

dengan soal makar ada diatur dalam KUHP itu terjemahan yang

tidak sesuai tapi saya tidak jelaskan apa tidak saya kuasai.

Kontruksi Pekerjaan Hukum Indonesia tertutama ketika Indonesia

menegaskan relasi atau fondasi Kebebasan Berekpresi itu sudah

jamin adanya Ekspresi untuk menyatakan kalau kita hubungan

dengan kualifikasi Hak Asasi Manusia, hanya bicara anti rasisme

saja itu kewajiban semua orang untuk melawan rasisme jadi itu

dijamin. Apalagi itu dalam Konstitusi Indonesia paling anti dengan

rasisme itu terhadap peradaban yang sangat jauh dari Kemanusian,

Ekspresi Rasisme kemudian dibicarakan. Majelis Hakim cukup;

Page 35: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

34

3.Ahli Filsafat Hukum, Dr.Tristam Pascal Moeliono, S.H, M.H, LLM,

dalam persidangan dibawah sumpah yang pada pokoknya sebagai

berikut:

v Bahwa saya adalah dosen tetap Fakultas Hukum Universitas

Katolik Parahyangan, Bandung.sejak 1995 dengan jabatan

fungsional: Lektor. Daftar karya tulis saya dapat diperoleh dari

https://scholar.google.co.id/citations

?user=oxpRORYAAAAJ&hl=en.. Pada periode 2014-2019 saya

menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum UNPAR. Sekarang

untuk periode 2020-2025 saya menjabat sebagai Ketua Program

Studi Pascasarjana (magister dan doktor) di Fakultas Hukum

UNPAR.

v Bahwa Sejak tahun ajaran 2014/2015 sampai dengan sekarang,

saya mengampu mata kuliah filsafat hukum dan perbandingan

hukum di Program Studi Sarjana; Filsafat hukum dan Sosiologi

Hukum (team teaching) di Program Studi Magister lImu Hukum

dan Perbandingan Hukum di Program Studi Doktor imu Hukum.

Di samping itu saya menjadi koordinator mata kuliah hukum

internasional di Program Studi Sarjana. Dalam tugas itu saya

menulis buku ajar: Hukum Internasional, Hukum Nasional dan

Indonesia (Unpar Press, 2018).

v Bahwa Saya pernah diminta menjadi saksi ahli untuk

kepentingan pemohon (ICIR) uji konstitusional Pasal-Pasal Makar

di hadapan Mahkamah Konstitusi pada 2017. Laporan tentang

proses dan hasil akhir uji materil tersebut telah ditulis lengkap oleh

ICIR dalamlaporan berjudul: Mengembalikan Makna Makar dalam

Hukum Pidana Indonesia: Uji Materil ICJR terhadap Pasal-Pasal

Makar dalam R KUHP di Mahkamah Konstitusi dalam Perkara

content/uploads/2017/10/Mengembalikan-Makna-Makar.pdf

7/PUU/-XV/2017, http://icir.or.id/data/wp no.

v Bahwa Persoalan kesalahan penerjemahan aanslag dan aanslag to

en feit dalam WvSNI (Negara Indonesia) ke dalam terjemahan

tidak resmi KUHPidana telah ditulis dan ditelaah dalam tulisan

berjudul: Problematika Pengertian Aanslag-Aanslag tot en feit:

Makar dalam KUHP, wvSNI dan Sr. (Widati Wulandari, Tristam P

Moeliono), jurnal lImu hukum Padjadjaran, Vol 4 dan 3 (2017),

http://urnal.unpad. ac.id/pih/article/view/14932. Kesalahan

penerjemah ini ( aansiag dan aanslag tot en fet serta merta sebagai

makar ) dapat dibuktikan dengan menerjemahkan kembali pasal- pasal

yang memuat istilah aansiag da aansal tot en fiet.

v Bahwa Kesalahan penerjemahan ini (aansiag don aanslag tot en feit

serta merta sebagai makar) dapat dibuktikan dengan

menerjemahkan kembali Pasal-pasal yang memuat istilah aonslag

dan aansiag tot en feit.

v Bahwa Pasal 87 berbunyi: aonslag tot en feit bestaat, zoodra het

voornemen des doder zIch door en begin van uitvoering, in de zin

van art. 53, heft geopenbaard.

v Bahwa Dalam bahasa Indonesia menjadi: upaya melakukan tindak

pidana (attempt to commit/perpetratea crime) dikatakan ada,

Page 36: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

35

seketika niat pelaku telah diwujudkan dalam permulaan

pelaksanaan sebagaimana dimaksud pasal 53. Dalam hal ini

menjadi tidak masuk akal "aanslag tot en feit" (ottempt to commit a

crime) diterjemahkan langsung dengan istilah "makar" yang dalam

bahasa seharl-hari nencakup semua perbuatan yang bersifat

mengkhianati negara (treason atau high treason).

v Bahwa Makar (sebagai istilah umum) bahkan dapat dipersamakan

sebagai semua kejahatan yang mengancam keselamatan negara

(menggulingkan pemerintahan yang san, menganti dasar hegara

secara inkonsitusional, kudeta, mengancam nyata dan kebebasan

kepala negara/pemerintahan dengan maksud menggulingkan

pemerintahan yang sah, memisahkan diri dari negara dengan cara-

cara yang inkonstitusional, di.

v Bahwa selanjutnya, berkaitan dengan padanan istilah aanslag.

v Bahwa Istilah ini ditemukan dan digunakan dalam Pasal 104

wvSNI

v de aanslog ondernomen met het oogmerk om den koning, de

regerende koningin of den regent van het leven of de vrijheid te

berooven of tot regeren ongeschikt te moken word gestroft met de

doodstrof of levenslange gevangenisstraf of tijdelijke van ten

hoogste twintig joren.

v Bahwa terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia adalah:

"serangan yang dimaksud dengan tujuan menghilangkan nyawa

atau merampas kebebasan raja atau ratu atau penggantinya (rgent)

atau membuatnya tidak lagi mampu (melalui serangan itu)

melaksanakan tugas-tugas untuk memerintah diancam dengan

pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau pidana sementara

selama-lamanya 20 tahun.

v Bahwa dalam hal ini istilah aanslag: (onslaught; attact) dapat

dipadankan dengan seranganyang pasti "violent" karena dilakukan

dengan maksud menghilangkan nyata ataumerampas kebebasan

atau membuat raja (pimpinan negara) tidak lagi mampu

menjalankan tugas-tugasnya. Maka juga di sini tidak tepat

menggunakan istilah makar sebagai padanan dari kata aanslag.

Dalam konteks pasal di atas lebih tepat digunakan istilah serangan.

v Bahwa Di dalam Pasal 94 Sr. (Wvs/KUHP Belanda) diancam

dengan pidana melakukan "een aanslag tegen regeringsvorm

(serangan terhadap pemerintahan yang sah). Serupa dengan

WvSNI, pasal ini dan pasal-pasal lain (termasuk aanslag yang

merupakan unsur di dalam pasal-pasal itu) harus dibaca dalam

konteks memberikan perlindungan khusus pada pemerintahan

dan negara (keselamatan negara-pemerintahan).

v Pasal 94: "de aanslag ondernomen met het oogmerk om de

grondwettige regeringsvorm of de orde van troonopvolging te

vernietigen of op onwettige wijze te veranderen wordt gestraft met

levenslange gevangenisstraf of tijdelijke van ten hoogste dertig

jaren of geldboete van de vijfde categorie."

v Bahwa Terjemahannya adalah: serangan yang dilakukan dengan

maksud menghancurkan pemerintahan yang dibentuk

Page 37: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

36

berdasarkan konstitusi (pemerintahan yang sah) atau meniadakan

atau mengubah secara melawan hukum tata urutan penggantian

pengisian kedudukan raja (singasana) dihukum dengan pidana

penjara seumur hidup atau pidana sementara selama-lamanya 30

tahun atau denda dari kategori ke lima.

v Bahwa Berdasarkan ketentuan Pasal 79 Sr: percobaan (poging)

melakukan tindak pidanatersebut (serangan terhadap

pemerintahan yang sah) dipandang sebagai delik selesai.(poging

tot het plegen van een aanslag tegen regeringsvorm gelijk gesteld

met voftooid delic).

v Bahwa artikel 79 Sr: "Aanslag tot een feit bestoot, zodra het

voornemen van de dader zich door een begin van uitvoering, in de

zin van artikel 45, heeft geopenbaard."

v Bahwa Bunyi pasal ini sama dengan Pasal 87 wvSNI sehingga juga

dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan cara sama:

v Bahwa dalam bahasa Indonesia menjadi: upaya melakukan tindak

pidana (attempt to commit a crime) dikatakan ada, seketika niat

pelaku telah diwujudkan dalam permulaan pelaksanaan

sebagaimana dimaksud pasal 45". <Tekst en Commentaar

Strafrecht, Kluwer: gp, lemma Artikel 79, paragraaf 2>

v Bahwa Aanslag sebagal serangan dalam rumusan delik-delik yang

ada jelas dilakukan dengan maksud (ondernomen met het

oogmerk; committed with the intention): (a) menghilangkan nyawa

atau merampas kebebasan atau membuat tidak mampu kepala

negara/pemerintahan menjalankan tugasnya.

Serupa dengan serangan yang ditujukan pada perwakilan negara

asing atau orang-orang tertentu yang dilindungi dalam hukum

internasional menjalankan tugasnya.; (b) mengsganti pemerintahan

yang sah secara inkonstitusional (melawan hukum) dan (c)

memisahkan diri atau menempatkan sebagian atau seluruh

wilayah negara ke bawah kekuasaan asing (juga dengan cara-cara

yang melawan hukum atau inkonstitusional).

v Bahwa tidak disebutkan atau ada keterangan tentang apakah

serangan tersebut harus violent atau harus melibatkan kekerasan

fisik. Hanya ada indikasi (dengan membaca rumusan delik)

menghilangkan nyawa; (b) merampas kebebasan; (c) membuat

tidak mampu atau dalam hal dilakukan dengan maksud

memisahkan diri harus dilakukan dengan melawan hukum atau

inkonstitusional.

v Bahwa termasuk memahami makar hanya sebagai Niat dan bukan

suatu perbuatan (serangan)? Istilah aanslag (attack/serangan) dan

aanslag tot en feit (attempt to commit a crime/upaya melakukan

tindak pidana) yang muncul dan dituliskan secara tegas dalam

rumusan delik-delik (sebagai kejahatan terhadap keselamatan

negara) jelaskeliru, salah dan menyesatkan bila diterjemahkan

langsung dengan kata makar,

v Bahwa Ini dikatakan dengan memperhatikan asas legalitas dalam

hukum pidana yang memajukan kepastian hukum: perbuatan apa

Page 38: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

37

yang seharusnya dinyatakan terlarang dan diancam dengan

pidana.

v Bahwa istilah makar mencakup pengertian yang lebih luas dan

mengindikasikan semua perbuatan yang dikategorikan sebagai

pengkhianatan (treason) atau ancaman terhadap keselamatan

negara atau dalam bahasa lebih sederhana keberlangsungan

negara dan pemerintahan yang sah.

v Bahwa referendum secara singkat merujuk pada mekanisme atau

proses bertanya langsung pada rakyat pemilih pandangan mereka

tentang sesuatu hal yang dianggap negara menyangkut hajat

hidup orang banyak.

v Bahwa proses ini diselenggarakan oleh pemerintahan atau

penguasa dalam rangka mewujudkan asas-asas demokrasi (dalam

hukum nasional) atau hak rakyat menentukan nasib sendiri

(hukum internasional).

v Bahwa Kedua istilah ini (referendum dan/atau plebicite) merujuk

pada proses serupa pemilihan umum, di mana pemerintah

meminta pendapat-pandangan rakyat (warganegara) tentang

pers0alan-persoalan penting yang menyangkut hajat hidup orang

banyak. Perbedaannya adalah pemilihan umum (pemilu) biasanya

dilangsungkan, berdasarkan hukum nasional, dalam rangka

memilih calon anggota dewan perwakilan daerah atau calon

kepala pemerintahan (tingkat pusat atau daerah).

v Bahwa referendum atau plebicite, yang bisa dilaksanakan di

bawah hukum nasional atau hukum internasional,

diselenggarakan untuk meminta pandangan dan keputusan rakyat

tentang : (a) pilihan hak menentukan nasib sendiri dari

bangsa/rakyat (people's right of self determination): memisahkan diri

sendiri dari negara induk (secession: menjadi negara merdeka-

berdaulat) atau bergabung dengan negara lain (b) persoalan

persoalan lain yang menyangkut hajat orang banyak (tetap

bergabung atau memisahkan diri dari Uni Eropa dalam hal Brexit

(2016).

v Bahwa keterkaitan hak rakyat/bangsa menentukan nasib sendiri

(people's right to self determinoation) dengan opsi melakukan

referendum-plebicite dalam rangka memisahkan diri dan

membentuk negara baru (secession) terbaca dari piagam PBB

(1945), Declaration on the Granting of Independence to Colonial

Countries and Peoples, G.A. Res. 1514 (Dec. 14, 1960); Declaration

on Principles of International Law Concerning Friendly Relations

and Co-operation Among States in Accordance with the Charter of

the United Nations, G.A. Res. 2625 (Oct. 24, 1970).

v Bahwa disebutkan pula dalam UNGA 2615 tahun 1970: all peoples

under the principle of the equal rights of peoples and their right to

self-determination enshrined in the Charter of the United Nations

the right freely to determine without external interference their

political stotus and to pursue freely their economic, social and

cultural rights, and each state has duty to respect this right

inaccordance with the provisions of this Charter.

Page 39: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

38

v Bahwa contoh referendum : Pelaksanaan referendum Timor Timur

(1999) sebagai implementasi Agreement between the Republic of

Indonesia and the Portuguese Republic on the Question of East

Timor (1999). Keduanya diselenggarakan di bawah pengawasan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

v Bahwa contoh referendum yang dilaksanakan di luar pengawasan

PEB ialah referendurn bangsa Kurdi yang menyatakan

memisahkan diri dari lrak, 2017 atau referendun ralkyat Catalonia

yang menyatakan merdeka dari Spanyol, 2017. Konstitusionalitas

referendum tersebut dipertanyakan oleh negara induk dan masih

diperdebatkan oleh masyarakat internasional.

v Bahwa kasus Referendum Kurdi: Shak Hanish, The Kurdish

Referendum in irog anassesment, Journal of Power, Politics &

Governance, , Vol. 6, No. 2, pp. 17-291SSN: 2372-4919 (Print), 2372-

4927 (Online); DOt: 10.15640/jppgvén2a3, URL

https://doiorg/10.15640/jppg v6n2a3.

v Bahwa kasus Referendum Catalonia: Turp, Daniel; Caspersen,

Nina, Qvortrup, Matt; Welp, Yanina (2017). The Catalan

Independence referendum: An assessment of the process of self-

determination. Montréal: IRAI Posted at the Zurich Open

Repository and Archive, University of Zurich ZORA URL

https://doi.org/105157/uzh-143018.

v Sebaliknya bisa terjadi, referendum didukung negara induk dan

diselenggarakan di bawah hukum nasional. Contoh adalah The

Quebec Independence Referendum yang diselenggarakan pada

1980 dan 1995. Mayoritas warga Quebec dalam dua ka referendum

tersebut memilih tetap bergabung dengan Kanada.

v Bahwa Referendum terkait erat dengan gagasan demokrasi dan

hak (sipil-politik) warganegara untuk melalui jalur konstitusional

memilih-menentukan nasibnya sendiri: merdeka, bergabung

dengan negara lain, mengatur dan menentukan dasar hukum

negara dan sistem negara, pemerintahan dan hukum sendiri.

Dengan demikian, referendum atau plebicite tidak dalam dirinya

sendiri bersifat melavwan hukum. Ini dikatakan dari sudut

pandang hukum nasional maupun hukum internasional.

v Bahwa Indonesia sudah berpengalaman menghadapi tuntutan

rakyat (Papua Barat& Timor Timur) untuk menyelenggarakan

referendum (dengan hasil berbeda). Di samping itu, pemerintah

Indonesia juga pernah berhadapan dengan tuntutan referendum

rakyat Aceh (1999) yang diprakarsai Sentral Informasi Referendum

Aceh (SIRA). Tuntutan merdeka ini berahir dengan Helsinki

Accord 2001 di mana salah satu butir kesepakatannya adalah:

Allows Aceh to use its own regional flag, crest, and hymn.

Page 40: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

39

However, Jakarta will stil control the province's finances, defense

and foreign policy,https://www.cfr.org/backgrounderlindonesia-

aceh-peace-agreement

v Bahwa Periksa pula: Memorandum of Understanding between the

Government of the Republic of Indonesio and the Free Aceh

Movement:

Ø 1.1.5 Aceh hos the right to use regional symbols includingo

flog, o crest ond a hymn.

Ø 1.1.6 Konun Aceh wll be re-estobiliched for Aceh respecting the

historical trodtions ond customs of the people of Aceh ond

reflecting constemporory iegof requlrements of Ace.

Ø 1.17 The institution of Woll Nonggroe wth o Rs ceremoief

orributes ond entitiements will be estobilished

v Dengan kato lain kesepakatan damal antara rakyat Aceh yang

merasakan penderitaanaklbat penindasan dan perlskuan tdak adli

pemerntah ndonesia dengan pemerlntah indonesis berujung pada

pengaku dan pemerimaas otonomi daerah dalam lingkup Negare

persatuan Reputblik indonesis Dari uraian di atas perhal

pengalaman Indonesla dalam menghadapl tuntutan merdela dan

penyelenggarsan reflerendum,

maka dapat disimpulkan referendum tidak per se legal menurut

hukum naslonal tndonesia. Bahkan dengan membaca tujuan

negars indonesis (Pembukaan UUD 1945) Indonesia menolak

penjajaham dam penindasan atas bangsa lain dan bahkan juga

merdeka atas dasar hak rakyat Indonesle untuk merdeka dan

membentuk negara berdaulat Proklamasl 17 Agusts1945);

v Bahwa Berdasarkan uraian di atas, maka nyata bahwa referendum

sebagai suatu ikhtlar pemerintah dan/atau sekelompok orang

(untuk dan atas nama rakyat) meminta diselengsarakannya proses

untuk meminta pandangan dan keputusan rakyat tentang hal hal

yang menyangkut hidup hajat orang banyak dan diselenggarakan

berdasarkan hukum internasional dan/atau hukum nasional hanus

dibedakan dari perbuatan perbuatan yang masuk ke dalam

kategori tindak pidana yang mengancam keselamatan negara (atau

makar dalam arti luas: mencakup semua delk yang dicantumkan di

dalam kategori tersebut) sebagaimana dirumuskan dalam

KUHPIdana (WvSNI)

v Bahwa Unsur pembeda lain dapat ditemukan dalam rumusan

delik dan unsur-unsur delik yan dikategorikan sebagai tindak

pidana yang mengancam keselamatan negara. Hususnya

menyangkut adanya serangan (atau percobaan yang dianggap

tindak pidana selesai) yang dilakukan dengan maksud yang jelas

dalam hukum pidana tergolong mala in se menghilangkan nyawa,

merampas kebebasan, membuat tidak mampu melakukan tagas dll

v Bahwa Selanjutnya berkaltan dengan serangan dengan maksud

menmisahkan diri (secession maka dalam perbuatan tersebut

sudah jelas terkandung atau dilakukan dengan cara cara yang

melawan hukum (wederrechtelk) atau inkonstitusional.

v Bahwa Sebaliknya, dari sudut pandang hukum internasional,

tuntutan merdeka yang dianggap bertentangan dengan prinslp-

prinsip hukum internasional adalah yang melibatkan penggunaan

Page 41: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

40

kekerasan atau ancaman kekerasan Untuk selebihnya hukum

internasional tidak pernah menyatakan bahwa tuntutan merdeka

dan/atau memisahkan diri adalah bertentangan dengan hukum

internasional.

v Bahkan, dengan merefleksikan pengalaman Aceh yang disebut di

atas, tuntutan merdeka rakyat Aceh yang muncul dalam

perjuangan bersenjata Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dapat

diakomodasi dan diselesaikan dengan proses politik dan

pemberian otonomi khusus.

4. Ahli Rasisme Dr.Benny Giay, menerangkan dibawah janji dalam

persidangan sebagai berikut:

v Bahwa Ahli berprofesi sebagai Pendeta, bertugas di Lembaga

Gereja. Sejak pertengahan 1980 an ; hari ini memang jabatan Ketua

Sinode Gereja KINGMI di Tanah Papua sejak Tahun 2010. Latar

belakang pendidikan di bidang : a) Teologi/Pastoral : b) Sejarah

Gereja di Seminari dan Bidang Antropologi dari Universitas.

v Bahwa ada beberapa buku karya Ahli yang berhubungan dengan

bidang bidang pendidikan/keahlian Ahli yang berhubungan

dengan perkembangan Sejarah, Gereja dan Kebudayaan Papua.

Beberapa buku yang Ahli tulis sebagai berikut :

1. Zakheus Pakage & His Communities. Pergulatan seorang Mee

bernama Zakheus Pakage dan pengikutnya Tahun 1950an hingga

Pertengahan 1960an berhadapan dengan Belanda dan

Jepang/Badan Penyiar injil Amerika. Thesis S3 di

Amsterdam/Belanda.

2. Gereja LSM DAN Perjuangan HAM awal Tahun 1980an di Tanah

Papua. Menampilkan Keterlibatan Gereja menghadapi masalah

HAM sejak awal 1980an dengan mendirikan LSM. Strategi

Perlawanan generasi Papua Mahasiswa dan Masyarakat Tahun

1980an. Seminar di Universitas Berlin yang kemudian di terbitkan

dalam bentuk Buku Violencein In Indonesia ( bisa dilihat di atas ).

v Bahwa Ahli pernah menjadi saksi ahli dalam pengadilan anak anak

korban rasisme tgl 19 Agustus 2019

v Bahwa rasisme itu kita pahami sebagai Bahasa sikap perlakuan dari

orang perorang kelompok suku agama/sosial tertentu terhadap

kelompok diluarnya yang dinilai lebih rendah/lebih biadap/lebih

tertinggal dari kelompoknya sehingga para pihak ini

mengembangkan siasat/strategi perlakukan atau pendekatan

tertentu;

v Bahwa Bentuk pengungkapan rasisme bisa verbal atau perbuatan

program atau strategi kepada pihak ditujukkan bisa juga

bersifat pribadi atau kelompoknya diuangkapkan secara publik

melalui media, melalui pertunjukkan film, nyanyian atau bisa

melalui progran yang diarahkan secara sistematis dan terus

menerus;

v Bahwa dampak dari rasisme terhadap para korbannya, bisa secara

psikologis dan social mengalami marginalisasi secara sistimatis

tanpa ampun terlebih apabila terjadi rasisme ini bertahun

tahun tanpa perlawanan tanpa dukungan dan kesadaran dari

dalam.

Page 42: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

41

v Bahwa artinya kelompok yang korban rasisme itu bisa mati secara

social budaya menrut para ahli social Death. Saya kira orang

Papua mengalami apa yang para sejarawan social death. Para pihak

yang menjadi target system social yang rasis selama bertahun tahun

(seperti orang afrika Amerika selama berabad abat/tahun)

terkondisika untuk menjalai keidupan tanpa meliht massa yang

didepan lebih menerima nasibnya hidup dalam dunianya; yang

kadang terlibat dalam kasus kejahatan dan narkoba dan penjara

Negaa Adidya tnpa akhir. Ini Yang disebut soscall death yang

pernah dialami oleh bangsa Afrika Amerika sejak abad 14 atu

orang Afrika Selatan sejak Tahun 1948. Saat pemerintahan

minoritas kulit putih memperkenalkan politik diskriminasi rasial

aparteid.

v Bahwa sepengetahuan saya orang Papua sudah menjadi korban dari

pandangan pandangan rasis yang mematikan tadi beberapa abad

jauh sebelum indonesia sebelum indonesia menduduki Papua awal

tahun 1960an. Di sini saya hanya sebutkan dua pengalaman sejarah ;

Pertama : Laporan dari residen Jansen di Ambon yang pernah

mengingatkan penguasa Ternate dan Tidore Tahun 1950 ke atas

terkait laporan yang dia terim, berkaitan dengan beberapa Pulau di

sekitar Papua yag penduduknya dikhawatirkan punah lantaran

pengayauan pelayaran hongi dilakoni pertahunnya oleh para kaki

Sultan Tidore da ternate yang pergi mengayau dan menghancurkan

kampung kampung yang mmbakar hutan dan kemudian,

mengangkut anak anak laki laki, perempuan, anak, orang tua dan

perempuan yang tidak bisa lari ; yang kemudian semua dingkut ke

Maluku, Ternate , Tidore, dll lalu dijual sebagai budak disana

Pengalaman kedua kita bisa lihat dalam laporan seorang utusan

injil Belanda yang diutus dari basisnya di Manokwari pada awal

tahun 1900an ke Teluk Berau, Fak fak, Kaimana, Onim. Dalam

Laporan itu Pdt itu melaporkan tentang pedagangan budak dari

Seram dan Goram pergi Banda untuk dipasarkan disana sebagai

Budak.

Menangkap warga disitu Papua setelah membakar perkampungan

dan merampok harta milik dan hasil tangkapan /buruan tersebut

yang berupa ibu ibu dan anak anak papua itu mereka bawa

pasarkan di Seram Goram ( Maluku ) dari sana mereka bawa ke

Bandauntuk dipasarkan disana. Selain pedagang, pelaut juga dari

Seram, para pedagang budak Makasar, Ternate dan Tidore ikut

mencari budak di sana. Pengalaman ketiga saat pendeta Otto Gesler

membawa surat keterangan dari Sultan Tidore agar kedua utusan

injil tadi diterima oleh Tokoh masyarakat di Papua barat.

Masyarakat di Papua menolak Sultan itu, dia bukan orang baik

tetapi mesin penggerak perdagangan penjualan budak orang

Papua.

v Bahwa Rasisme terhadap Papua hingga hari ini tercermin dalam

seluruh system pembangunan, arah kerangka , operasi operasi

Page 43: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

42

militer, yang dimulai dengan sejak awal tahun 1960an mulai

langkah langkah berikut :

1.Indonesia mengaku diri datang untuk mengangkat orang Papua

sejajar dengan saudara saudari dari Indonesia lainnya.

2.Dengan kerangka tadi ( untuk mengangkat orang Papua sejajar

dengan suku suku lain di Indonesia pada tanggal 3 mey 1963

yaitu dua hari setelah Penyerahan Irian Barat oleh UNTEA, Elit

Petinggi NKRI Irian Barat waktu itu melancarkan kebijakan

seperti yang diambil Hitler yang mau menghabiskan orang

Yahudi dari Jerman /Eropa. Apa yang Hitler lakukan dengan

untuk mencapai tujuannya? Dia perintahkan semua buku

buku, majalah majalah/ dokumen dokumen, sejarah agama,

budaya , filsafa, dibakar dan dimusnakan dan ini yang

dilakukan petinggi Indonesia di Kota Baru ( Jayapura , Pada

tanggal 3 mey 1963, elit Indonesia menumpuk semua buku,

majalah, surat khabar, Dokumen partai, penelitian etnografi,

Sejarah Belanda di Papua, baik dalam bahasa Belanda maupun

dalam bahasa lain dibakar habis pada hari itu dihalaman

Gedung Kantor DPRP sekarang di depan Taman Imbi

Jayapura.

v Bahwa dampak bagi Orang Papua sejak tanggal 3 Mei itu orang

Papua menjadi :

1. Bangsa tanpa sejarah, tanpa identitas, tanpa pikiran tanppa

masa lalu

2. Bangsa Papua sejak itu menjadi mainan yang bisa dimainkan

/digerakkan dikendalikan oleh bangsa lain ( bangsa

asing/Indonesia ) semaunya.

v Bahwa apa yang terjadi pada tanggal 16-17 Agustuus 2019 dan

seterusnya yaitu gerakan protes Papua dari sseluruh kota di

Indonesia terhadap rasisme? Ini dalam kata kata Walter

Benyamin, pemikir Yahudi yang mati dalam pengungsian dari

Hilter devine violenve. Apa itu ?Tanggal 16 Agustus 2019 dst itu

tanggal yang Tuhan pilih untk kasih ke Indonesia dan dunia

bahwa dunia yang membantu Indonesia terus menjadika Papua

itu sebagai barang mainanan itu sangat kelirru dan sesat pikir.

Siapa yang bisa pikir gerakan mahasiswa Asrama Papua itu bisa

membuat Papua Bangkit dan tersadarkan diri dari ketidurannya

yang panjang dalam pangkuan NKRI yang telah 60 Tahun lebih

meninabobokannya sejak 3 mey 1963, Bangsa Papua dijadikan

bangsa tanpa Sejarah/identitas /budaya dan tanpa rumah

adatnya ? inilah yang kami dalam study sejarah sering menyebut

divine violence.

v Bahwa sebenarnya secara manusia, gerakan protes terhadap

rasisme tadi yang dilakukan oleh para Mahasiswa dan rakyat

Papua adalah wajar siapapun manusia normal, yang dilahirkan

dengan pikiran perasaan, idealisme yang membawa sejak lahir

watak untuk bertanya, wajar apabila mereka protes dan tidak

terganggu mendengar Papua monyet, Papua kete ..dll. Kelompok

atau unsur Papua ini, baik Gereja maupun akademisi, politisi

yang mengganggu hal ini biasa biasa. Kelompok itulah yang kami

anggap mahluk mahluk setengah gila atau sakit jiwa;

v Bahwa artinya tanggapan berupa protes yang dilakukan orang

Papua kalangan mahasiswa, pemuda dan masyarakat inilah yang

Page 44: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

43

masih memiliki pandangan dan pikiran kemanusiaan , yang

sisanya adalah manusia yang sudah dibius oleh systim Indonesia

melalui bahasa bahasa propaganda yang sudah campur baur

antara rasisme, militerisme dan pembangunanisme.

v Bahwa Keputusan vonis terhadap pelaku rasisme di Indonesia

yang di vonis 7 bulan itu hanya memenuhi rasa keadilan mereka

yang sedang memelihara /menjaga system rasis tadi antara lain

NKRI tadi yang mabuk rasisme, militerise dan

pembangunanisme dan antek anteknya, bukan bangsa Papua

yang sudah dari awal diposisikan sebagai monyet atau Papua

warga negara kelas dua. Vonis ini hanya menguntungkan

kepentingan mereka yang berkuasa yang sedang menjaga Papua

supaya tetap diterima posisinya sebagai monyet dan kete.

v Bahwa penangkapan terhadap para mahasiswa/masyarakat yang

menolak rasisme tanggal 29 Agustus 2019 itu bisa jadi cara negara

atau tim ini rasis tadi menjaga supaya wajah Negara tidak

terbuka. Ini dilakukan dengan cara :

v Bahwa pengiriman pasukkan sejak tanggal 19 Agustus malam

yang terus menerus berlangsung selama beberapa bulan

selanjutnya untuk meredam protes rasisme, satuan Brimob yang

didrop ke kota kota besar di Papua, meningkatkan, menambah

daerah operasi militer baru selain dilakukan di Nduga pasca

rasisme ini negara juga membuka

1.Wilayah operasi militer di intan jaya pertengahan Desember

2019

2.Kemudian operasi militer bulan Januari 2019 , sekitar wilayah

operasi PT Freport Tembagapura.

v Bahwa pada intinya proses damai rasisme itu dialihkan ke

politik Papua Merdeka

v Bahwa setelah melihat putusan pengadilan terhadap pelaku

pengucap ujaran rasisme di Surabaya sebenarnya Indonesia

telah mengakui keapsahan tuntutan orang Papua, dalam hal

Papua sebagai korban rasisme Indonesia systemik terhadap

Papua dari cara cara penanganan protes rasis yang dikendalikan

POLRI di Papua, Ahli duga ini terjadi atas dukungan Presiden

Jokowi yang berkunjung ke Papua pasca Rasisme yang

menjanjikan hadiah kepada Kapolda artinya Negara masih

lanjut tidak mau berubah, masih mengandalkan pendekatan

tangan besi operasi militer untuk selesaikan masalah rasisme di

Tanah Papua.

v Bahwa ada beberapa cara menyelesaikan masalah Papua secara

utuh dan bermartabat :

Pertama, kami dari Dewan Gereja Papua telah meminta

Pemerintah RI untuk hentikan rasisme terhadap Papua. Dengan

menggelar Dialog yang bermartabat dengan ULMWP/KNPB (

unsur Papa yang sedang perjuangkan Kemerdekaan Papua )

dengan melibatkan Pihak ketiga sebagaimana yang pernah

dilakukan oleh Presiden SBY dan JK dengan dialog dengan

GAM yang dimediasi oleh Negara ke 3. Mengapa dengan GAM

Aceh yang memperjuangkan Aceh mERDEKA -Jakarta bisa

berdialog tetapi mengapa dengan ULMWP/KNPB Negara ini

tidak bisa ? Rasisme ? atau masalah Agama .

Page 45: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

44

Kedua, menindaklajuti rekomendasi dari LIPI dengan negara

secara serius libatkan semua pihak, menyelesaikan 4 Akar

masalah Papua yang disebutkan oleh LIPI. Apa saja 4 akar

persoalan direkomendasikan oleh LIPI masing masing :

1.Diskriminasi Rasial dan marginalisasi orang Papua

2.Pemerintah Indonesia yang gagal membangun Bidang

Pendidikan dan Ekonomi

3.Pelanggaran HAM Pemerintah enggan menghentikan

pelanggaran HAM di Papua dan

4.Perbedaan pandangan antara Jakarta Papua mengenai Kedudukan

Indonesia atas Papua

v Bahwa ahli berpandangan bahwa proses hukum terhadap Terdakwa

Buktar Tabuni dan Terdakwa lain, seharusnya tidak dikenakan pasal

makar dan dibebaskan, karena mereka bukan pelaku makar, tindakan

yang dilakukan oleh mereka yang berdemo itu merupakan hak untuk

melawan rasisme dan ketidakbenaran di Papua.

c. Bukti surat

1. Bukti surat dari Penuntut Umum

Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan tidak mengajukan bukti

surat.

2. Bukti Surat dari Penasehat Hukum adalah :

1. Bukti T.1. Bukti surat tentang pembelahan rasisme yang

menerangkan tentang akar persoalan yang terjadi di Surabaya,

Jawa Timur serta aksi Rasisme yang terjadi di Papua pada

tanggal 15 Agustus sampai dengan 29 Agustus 2019;

2. Bukti T.2 Bukti surat Cover Papua Road Map dan Booklet Papua

Road Map menerangkan tentang peta dan sumber konflik di

Papua yang ditulis pada tahun 2009;

3. Bukti T.3 Bukti surat tentang Keterangan Aksi Demo Rasisme

pada tanggal 19 Agustus dan 29 Agustus 2019 di Kota Jayapura,

Papua;

4. Bukti T.4 Bukti Video 1 (pertama) menerangkan tentang aksi

rasisme di Kota Jayapura pada tanggal 19 Agustus 2019 berjalan

damai tanpa adanya anarkis yang dilakukan oleh Mahasiswa dan

Masyarakat sipil Papua;

5. Bukti T.5 Bukti Video 2 (dua) menerangkan tentang aksis rasisme

pada tanggal 19 Agustus 2019 yang dilakukan oleh Mahasiswa

yang tergabung dalam BEM dan Cipayung di Kota Jayapura,

Papua;

6. Bukti T.6 Bukti Video 3 (Ketiga) menerangkan tentang duduk

persoalan yang terjadi di Jawa Timur, Kota Surabaya terhadap

mahasiswa Papua;

7. Bukti T.7 Bukti Putusan Makar Nomor : 69/ Pid.B/2001/PN.JPR,

tentang 2 Terdakwa An Pdt. Herman Awom, S.Th dan Thaha M

Alhamid tidak dapat di Jatuhi hukuman pidana;

Page 46: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

45

8. Bukti T.8 BuktiPutusanMakarNomor:45/Pid.B/2009/PN

Nbetentang 15 Terdakwa diPengadilanNegeri Nabire yang di

Vonis Bebas.

d. Barang bukti :

1) Barang Bukti Yang Diajukan JPU

Dalam persidangan Jaksa Penuntut Umum membacakan daftar

barang bukti dalam tuntutannya tetapi tidak menunjukkan fisik

barang bukti tersebut dalam persidangan, yakni :

§ 1 (satu) buah HP Oppo F5 warna Hitam, Imei-1 :

867815037958819, imei-2 : 867815037958801, Nomor HP

085243996671.

§ 1 (satu) buah HP Nokia 105 , Imei-1 : 359009090806710, imei-2 : 3590090908567, Nomor HP 0812128580579

§ 1 (satu) Unit Flash disk warna merah merk Cruzer Blade 8 GB yang diberi

§ Tanda X berisikan Video, CCTV dan fhoto / dokumentasi aksi demo tanggal

§ 19 Agustus 2019 dan 29 Agustus 2019 - 1 (satu) Unit Flash disk warna merah merk Cruzer Blade 8 GB

yang diberi § Tanda V berisikan Orasi ALEXANDER GOBAY saat kegiatan

demo tanggal tanggal 19 Agustus 2019 di Jayapura § 7 (tujuh) Unit Komputer Lenovo. § 1 (satu) Unit Komputer Asus. § 1 (satu) Unit Komputer Samsung. § 1 (satu) Unit Komputer Acer. § 2 (dua) Unit Komputer Hp. § 2 (dua) Unit Komputer Dell. § 2 (dua) Unit Printer Hp Laserjet P1102. § 2 (dua) Unit Printer Canon Pixma. § 1 (satu) Unit Printer Epson. § 2 (dua) buah Keyboard Acer. § 1 (satu) buah Keyboard Logitech. § 1 (satu) buah Keyboard Asus; § 7 (tujuh) buah Keyboard Lenovo; § 2 (dua) unit Cpu Dell; § 8 (delapan) buah Mouse Lenovo; § 1 (satu) buah Mouse HP; § 2 (dua) buah Mouse Acer; § 1 (satu) buah Mouse Logitech; § 1 (satu) buah Mouse Votre; § 1 (satu) buah Charger Laptop Hipro; § 2 (dua) buah Charger Laptop Asus; § 1 (satu) buah Charger Laptop HP; § 4 (empat) buah Charger Komputer Lenovo; § 2 (dua) buah Kabel Power Komputer;

Page 47: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

46

§ 2 (dua) buah Kabel Data Komputer; § 5 (lima) buah Kabel Printer; § 2 (dua) buah Kabel Roll; § 1 (satu) buah Tape Compo Polytron; § 1 (satu) buah Setelan Suara Mic Behringer Uphorio Umc 22; § 1 (satu) buah Amplifier Uhf; § 1 (satu) buah Digital Video Recorder Ahd; § 1 (satu) buah Wireless In Router Wifi Asus; § 1 (satu) buah Wifi Zte;

§ 1 (satu) buah Terminal Wifi 3com; § 1 (satu) buah Memory CPU; § 1 (satu) buah Mic Duduk Anysong; § 1 (satu) buah Charger Battery Nikon; § 1 (satu) buah Mic Megaphone; § 2 (dua) buah Kalkulator Casio; § 1 (satu) buah Kamera CCTV Hikvision; § 1 (satu) buah Buku Kerja 2018 Prov. Papua; § 1 (satu) buah Speaker Bluetooth Kecil; § 2 (dua) Roll Kain Warna Cokelat Korpri; § 27 (dua puluh tujuh) buah Ikat Pinggang Kecil Korpri; § 1 (satu) buah Kabel Lampu Hias; § 1 (satu) buah Kabel Lampu Hias Salib; § 11 (sebelas) bauh Tas; § 1 (satu) unit Sepeda Motor Honda; § 1 (satu) buah Kunci Ring; § 1 (satu) buah Rangkaian Gantungan Kunci; § 1 (satu) buah Obeng Plat; § 1 (satu) buah Parang / Pisau; § 2 (dua) buah Tombak Kayu Panjang; § 4 (empat) buah Busur; § 36 (tiga puluh enam) buah Anak Panah; § 47 (empat puluh tujuh) buah Batu; § 58 (lima puluh delapan) buah Besi + Pipa; § 47 (empat puluh tujuh) buah Ketapel; § 6 (enam) buah Pecahan Kaca; § 5 (lima) batang Potongan Kayu.

Sehingga barang bukti yang tidak ditunjukkan dalam persidangan

patutlah dikesampingkan dan tidak perlu dipertimbangkan dalam

pembuktian ini.

2) Barang Bukti Yang di Ajukan Penasehat Hukum/Terdakwa

Dalam persidangan ini Penasehat Hukum/Terdakwa mengajukan

Barang Bukti yang intinya menjelaskan bahwa penangkapan

Terdakwa ada kaitannya dengan Konspirasi Penangkapan Aktivis

Pasca Demo Anti Rasisme, barang bukti sebagai berikut :

§ Bukti Video 1 (pertama) menerangkan tentang aksi rasisme di

Kota Jayapura pada tanggal 19 Agustus 2019 berjalan damai

tanpa adanya anarkis yang dilakukan oleh Mahasiswa dan

Masyarakat sipil Papua ;

§ Bukti Video 2 (dua) menerangkan tentang aksis rasisme pada

tanggal 19 Agustus 2019 yang dilakukan oleh Mahasiswa yang

tergabung dalam BEM dan Cipayung di Kota Jayapura, Papua ;

Page 48: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

47

§ Bukti Video 3 (Tiga) menerangkan tentang duduk persoalan yang

terjadi di Jawa Timur, Kota Surabaya terhadap mahasiswa papua

di Asrama Kamasan.

Dengan demikian patutlah barang bukti ini dipertimbangkan dan

diterima sebagai bukti yang sah.

a. Keterangan Terdakwa AGUS KOSSAY, dalam persidangan

menerangkan sbb:

v Bahwa terdakwa hanya akan menjelaskan terkait dengan aksi

tanggal 19 Agustus 2019 dan aksi tanggal 29 Agustus 2019 karena

terdakwa ditetapkan oleh Sdr. Tito Karnavian Kapolri saat itu (kini

Menteri dalam Negeri) terkait keterlibatan terdakwa pada aksi

tanggal 19 Agustus 2019 dan tanggal 29 Agustus 2019;

v Bahwa tindakan aksi di Papua berkaitan dengan rasisme di

Surabaya tanggal 16-17 Agustus 2019;

v Bahwa terdakwa secara pribadi tidak mau sampaikan pernyataan

tapi semua orang Papua di Papua tergerak untuk menyampaikan

penolakan terkait rasisme di Surabaya;

v Bahwa tanggal 18 Agustus 2019 kami membuat selebaran sebagai

bentuk dari aksi solidaritas untuk penolakan rasisme di Surabaya;

v Bahwa hal yang kami lakukan merupakan tindakan Kemanusiaan,

Keprihatinan kami terhadap tindakan ormas dan Aparat untuk

adik-adik Mahasiswa di Surabaya;

v Bahwa yang buat selebaran untuk aksi tanggal 19 Agustus 2019 itu

Sdr. Viktor Yeimo kemudian dibawah ke terdakwa di Perumnas 3

untuk tanda tangan dan kita bagikan jam 19.00 WIT di Perumnas 3;

v Bahwa tanggal 19 Agustus 2019 terdakwa berada di Expo Waena

bersama massa aksi yang berkumpul di Expo Waena;

v Bahwa terdakwa berada di Expo Waena dan terdakwa berkordinasi

dengan Kapolres Kota Jayapura terkait dengan jalan aksi tersebut;

v Bahwa terdakwa hadir di Expo Waena sebagai massa aksi tapi

terdakwa melihat adik-adik yang diberikan tugas itu adik-adik baru

sehingga saya lebih banyak berkoordinasi dengan Kapolres Kota

Jayapura;

v Bahwa kehadiran terdakwa disitu sebagai massa aksi sebagai orang

Papua yang direndahkan harga diri bukan mewakili organisasi;

v Bahwa adik-adik Korlap mereka baru sehingga tidak mengarahkan

dengan baik jadi saat saya berkordinasi dengan Kapolres Kota

Jayapura, beliau sampaikan bahwa saya tolong mengarahkan massa

aksi agar mereka bisa teratur jalan ke tempat yang massa aksi tuju;

v Bahwa saat berjalan menuju Abepura terdakwa berjalan bagian

belakang sekali karena masa aksinya banyak;

v Bahwa terdakwa tidak melihat di bagian depan massa aksi siapa-

siapa yang mengambil bagian saat jalan memimpin massa aksi;

v Bahwa terdakwa tidak melakukan orasi baik di lingkaran Abepura

hingga ke Jayapura;

v Bahwa massa aksi bergerak dari lingkaran Abepura menuju Kantor

Gubernur;

Page 49: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

48

v Bahwa dalam perjalanan seppanjang jalan massa memang

meneriakan Yel-Yel secara spontanitas;

v Bahwa Yel-Yel yang disampaikan massa aksi seperti biasa ‘’ Papua

Merdeka, Referendum Yes’’.

v Bahwa Yel-Yel yang disampaikan massa aksi seperti biasa ‘’ Papua

Merdeka, Referendum Yes’’, bukan baru didengar pada aksi

kemarin itu sudah berulangkali terjadi seperti waktu aksi penolakan

otonomi Khusus, Pemekaran, pasti Yel-Yel Papua Merdeka itu ada.

v Bahwa Isu Papua Merdeka juga sering di pakai Pejabat di Pusat

untuk meredam persoalan di Papua;

v Bahwa waktu di Kantor Gubernur Kordinator Umum menyerahkan

mic kepada perwakilan yang akan melakukan orasi;

v Bahwa di Kantor Gubernur ada orasi, dan orasi itu dilakukan oleh

perwakilan Tokoh Perempuan, Agama, Adat, Pemuda dan KNPI;

v Bahwa terdakwa jarak kira-kira 5-6 meter dari mereka yang

melakukan orasi;

v Bahwa terdakwa di Kantor Gubernur sampai kira-kira jam 18.00

WIT;

v Bahwa terdakwa tidak terlibat di aksi tanggal 29 Agustus 2019, saya

waktu itu berada di Asrama Rusunawa di Kediaman saya;

v Bahwa terdakwa dengar cerita dari teman-teman yang ikut aksi

tanggal 29 Agustus 2019;

v Bahwa terdakwa tidak melhat secara langsung aksi tanggal 29

Agustus 2019 hanya mendengar dari teman-teman;

v Bahwa mereka menceritakan pada tanggal 30 Agustus 2019 tentang

aksi tanggal 19 Agustus 2019;

v Bahwa mereka menjelaskan aksi tanggal 29 Agustus 2019 itu ada

Kerusuhan;

v Bahwa terdakwa tidak akan memberikan penjelasan terkait dengan

organisasi karena penangkapan terdakwa bukan terkait organisasi;

v Bahwa massa aksi tanggal 19 Agustus 2019 yang ikut kira-kira 5000

orang;

v Bahwa massa aksi bawah yang sempat terdakwa lihat spanduk

bertuliskan Menolak Rasisme;

v Bahwa terdakwa tidak melihat bendera-bendera yang dibawah

massa karena massanya banyak baru saya berjalan dibelakang;

v Bahwa bendera merah ditunjukan Jaksa tadi itu bukan bendera

KNPB, itu bendera Forum Independent Mahasiswa;

v Bahwa foto yang Jaksa tunjukan tadi itu foto tanggal 29 Agustus

2019 dan tanggal 29 Agustus 2019 itu saya tidak ikut;

v Bahwa saya sudah tegaskan bahwa yang tidak berkaitan dengan

aksi tanggal 19 Agustus 2019 saya tidak akan menjelaskan;

v Bahwa saya yang melakukan ppenandatangganan terhadap

selebaran dan yang membuat selebarannya Sdr. Viktor Yeimo;

v Bahwa saya tidak membaca isi selebaran karena waktu yang

singkat;

v Bahwa yang saya tahu akan ada aksi menolak rasisme di Surabaya;

v Bahwa saya tidak melakukan orasi di aksi tanggal 19 Agustus 2019;

v Bahwa saya ikut sampai di Kantor Gubernur bersama massa aksi;

Page 50: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

49

v Bahwa ada orasi di Kantor Gunernur dari perwakilan-perwakilan;

v Bahwa didalam selebaran yang didistribusikan tidak ada agenda di

dalam selebaran tersebut.

v Bahwa aspirasi yang di siapkan oleh BEM se Kota Jayapura itu di

sampaikan dan di serahkan secara tertulis ke Gubernur Papua;

v Bahwa saya mendengar inti dari aspirasi yang disampaikan adalah

Menolak Rasisme yang terjadi di Surabaya, Harus menangkap

pelaku Rasisme di Surabaya dan di proses Hukum;

v Bahwa saya mendengar Yel-Yel Papua Merdeka dan semua rakyat

ikut berteriak;

v Bahwa saya hanya menjelaskan tentang aksi tanggal 19 Agustus

2019 dan aksi tanggal 29 Agustus 2019 dan saya menolak

memberikan keterangan terkait dengan Organisasi;

v Bahwa aksi tanggal 29 Agustus 2019 saya tidak ikut dan hanya

berada di kediaman saya;

v Bahwa aksi tanggal 23 September 2019 saya tidak ikut aksi;

v Bahwa saya datang mengikuti aksi sebagai orang Papua yang harga

diri direndahkan karena Rasisme terjadi di Surabaya;

v Bahwa saya hadir atas kehadiran saya sendiri;

v Bahwa yang melaksanakan aksi tanggal 19 Agustus 2019

penanggungjawabnya BEM se Kota Jayapura;

v Bahwa saat kehadiran saya di Expo Waena saya sendiri bersama

massa aksi;

v Bahwa dari massa ada beberapa yang saya kenal, tidak hanya orang

Papua yang melakukan aksi tanggal 19 Agustus 2019 ada juga orang

Non Papua;

v Bahwa saya tidak ada pertemuan;

v Bahwa saya hanya tanda tangan 1 lembar kertas;

v Bahwa setelah copy saya tidak tahu, tugas saya hanya tanda tangan

saja;

v Bahwa saya tahu selebaran digandakan;

v Bahwa saya di suruh tanda tangan karena Kapasitas sebagai Ketua

Umum KNPB;

v Bahwa saya lihat Sdr. Viktor Yeimo di Kanto Gubernur;

v Bahwa saya tidak tahu Orasi Viktor Yeimo yang di Kantor MRP

karena saya dibagian belakang;

v Bahwa berawal vidio yang diviralkan di media sosial tentang

Rasisme yang terjadi di Surabaay terhadap Mahasiswa Papua di

Surabaya;

v Bahwa saat vidio itu viral maka menimbulkan kekecewaan yang

mendalam bagi Orang Papua tetapi juga Non Papua yang tinggal di

Papua;

v Bahwa aksi tanggal 19 Agustus 2019 itu penanggungjawab dari BEM

se Kota Jayapura;

v Bahwa saat terdakwa menelepon Sdr. Ferry Kombo hanya untuk

memastikan aksi demo tanggal 19 Agustus 2019;

v Bahwa massa aksi 19 Agustus 2019 ada beberapa titik kumpul jadi

tidak hanya di Expo;

v Bahwa massa aksi yang berkumpul di Expo berjalan menuju di

Abepura bersama dengan massa aksi yang sudah berada di

Abepura;

Page 51: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

50

v Bahwa massa aksi berjalan dari Abepura menjuju Kantor Gubernur

di Jayapura;

v Bahwa massa aksi tiba Kantor Gubernur di Jayapura pada jam 14.00

WIT;

v Bahwa Kordinator Umum memberikan mike kepada perwakilan-

perwakilan untuk menyampaikan orasinya;

v Bahwa yang menyampaikan orasi dari perwakilan Perempuan,

perwakilan Agama, perwakilan Adat, perwakilan Pemuda dan

Mahasiswa;

v Bahwa massa aksi tanggal 19 Agustus 2019 diterima langsung oleh

Gubernur, massa aksi menyerahkan pernyataan tertulis kepada

Gubernur;

v Bahwa massa aksi membawa spanduk-spanduk yang bertuliskan

STOP INTIMIDASI DAN RASISME;

v Bahwa untuk aksi tanggal 29 Agustus 2019, saya tidak mengikuti

aksi tersebut, saya hanya mendengar cerita bahwa ada rusuh;

v Bahwa lehadiran saya di aksi demo menolak Rasisme sebagai bagian

dari Masyarakat Papua yang harga dirinya direndahkan.

SAKSI VERBALISAN

1.WAHDA J. SALEH, SH, MH Yang dibawah sumpah dalam persidangan pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut : vSaksi memeriksa TERDAKWA sebanyak 4 kali pemeriksaan

dengan penyidik yang memeriksa ada 3 orang yaitu Saksi, Pak Takamuli dan Kairuddin, SH;

vBahwa saksi saat melakukan pemeriksaan penasehat hukum terdakwa mendampingi tetapi diluar ruangan, tidak mendengar dan melihat pemeriksaan karena ruangan kecil;

vBahwa saksi memeriksa tersangka/terdakwa terlebih dahulu baru kemudian melakukan pemeriksaan saksi-saksi;\

vBahwa jarak antara penangkapan dan pemeriksaan tersangka hanya 2 jam dan pemeriksaan ini dilakukan di Mako Brimob Polda Papua;

vBahwa empat kali melakukan pemeriksaan penasehat hukum tersangka di luar ruangan, tidak mendengar dan melihat pemeriksaan yang dilakukan oleh saksi;

vKeterangan yang ada dalam BAP pemeriksaan TERDAKWA dibuat oleh penyidik berdasarkan keterangan Terdakwa sendiri dan Penyidik tidak ada yang mengarang keterangan dalam BAP terdakwa tersebut.

vBahwa Saksi membuat BAP TERDAKWA dengan menerapkan pasal 117 dan 118 KUHAP Yaitu Pasal 117 (1) menyebutkan “Keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapa pun dan atau dalmn bentuk apapun. Ayat (2) Dalam hal tersangka memberi keterangan tentang apa yang sebenarnya ia telah lakukan sehubungan dengan tindak pidana yang dipersangkakan kepadanya, penyidik mencatat dalam berita acara seteliti-telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh tersangka sendiri.

Page 52: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

51

Kemudian Pasal 118 ayat (1) Keterangan tersangka dan atau saksi dicatat dalam berita acara yang ditandatangani oleh penyidik dan oleh yang memberi keterangan itu setelah mereka menyetujui isinya. Ayat (2) Dalam hal tersangka dan atau saksi tidak mau membubuhkan tanda-tangannya, penyidik mencatat hal itu dalam berita acara dengan menyebut alasannya.

vPada saat pemeriksaan saksi memberikan pertanyaan kemudian TERDAKWA menjawabpertanyaan yang diberikan oleh Penyidik.

vJawaban yang diberikan oleh TERDAKWA tidak diberikan waktu atau batasan oleh saksi dan saksi memberikan keleluasan kepada TERDAKWA untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyidik mulai dari BAP pertama sampai dengan seterusnya.

vSemua jawaban TERDAKWA murni jawaban TERDAKWA dan tidak ada yang dikarang-karang oleh Penyidik.

vDan mengenai dokumen-dokumen saksi perlihatkan kepada TERDAKWA dengan cara saksi mencetak atau mengeprint dokument-dokument tersebut berupa surat kepada TERDAKWA

vBahwa mengenai flast dist saksi ambil dari saksi STEFANUS ITLAY yang kemudian saksi print dan memperlihatkan dokument tersebut kepada TERDAKWA yang sebelumnya saksi menyampaikan kalau dokument tersebut berasal dari saksi STEFANUS ITLAY yang kemudian saksi pertanyakan dalam setiap pertanyaan kepada TERDAKWA

vSetiap selesai pemeriksaan kepada TERDAKWA saksi memberikan kesempatan kepada TERDAKWA untuk membacanya dan jika ada koreksi atau perubahan dari BAP tersebut maka saksi akan merubahnya sesuai dengan permintaan TERDAKWA, dan ditunggui oleh TERDAKWA setelah itu BAP tersebut di tanda tangani oleh TERDAKWA setiap lembarnya karena saksi sebelumnya menyampaikan hal tersebut kepada TERDAKWA

vSetiap lembar BAP TERDAKWA di tanda tangani oleh TERDAKWA sendiri dan tidak ada komplaint dari TERDAKWA.

vPemeriksaan TERDAKWA dilakukan setelah adanya penagkapan terhadap TERDAKWA

vPada saat pemeriksaan TERDAKWA didampingi oleh Penasehat Hukumnya yang melihat langsung pemeriksaan TERDAKWA dengan Berdasarkan pasal 115 ayat (2) KUHAP

v Semua keterangan TERDAKWA dalam BAP adalah kata-kata

TERSANGKA / TERDAKWA sendiri, sedangkan yang bersifat

dokument adalah kutipan dari dokument

vDokument yang ditunjukkan kepada TERDAKWA adalah

dokument yang berasal dari saksi STEFANUS ITLAY, sehingga

dari dukument itulah saksi tunjukkan kepada TERDAKWA

vDokument – dokument itu saksi print / cetak yang kemudian

saksi tunjukkan kepada TERDAKWA karena flast dist tersebut

berasal dari saksi STEFANUS ITLAY yang memiliki khasus

sebelum peristiwa tanggal 19 Agustus 2019 dan 29 Agustus 2019,

sehingga dokument-dokument tersebut sudah kami miliki

sebelumnya sehingga pada saat TERDAKWA ditangkap saksi

memperlihatkan dokument tersebut kepada TERDAKWA

vTERDAKWA ditangkap karena tindak pidana makar pasal 106 KUHP atau 110 KUHP atau tindak pidana organisasi kemasyarakatan

2. Dr. TAKAMULI, SH, M.H yang dibawah sumpah dalam persidangan

pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut :

Page 53: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

52

v Pemeriksaan terhadap TERDAKWA dilakukan secara bersama-sama

yaitu penyidiknya pak WAHDA J. SALEH, SH, MH dibantu oleh Khairuddin;

v Terdakwa melakukan pemeriksaan dengan berdsarkan sumpah jabatan saksi sebagai penyidik;

v Bahwa saksi saat melakukan pemeriksaan penasehat hukum terdakwa mendampingi tetapi diluar ruangan, tidak mendengar dan melihat pemeriksaan karena ruangan kecil;

v Bahwa saksi memeriksa tersangka/terdakwa terlebih dahulu baru kemudian melakukan pemeriksaan saksi-saksi;\

v Bahwa jarak antara penangkapan dan pemeriksaan tersangka hanya 2 jam dan pemeriksaan ini dilakukan di Mako Brimob Polda Papua;

v Bahwa empat kali melakukan pemeriksaan penasehat hukum tersangka di luar ruangan, tidak mendengar dan melihat pemeriksaan yang dilakukan oleh saksi;

v Dalam melakukan pemeriksaan terhadap TERDAKWA tidak dilakukan dengan cara pemaksaan atau kekerasan

v BAP terdakwa adalah berasal dari pertanyaan penyidik kemudian dijawab oleh tersangka / terdakwa dengan waktu yang seluas-luasnya dan semua jawaban TERSANGKA / TERDAKWA dimuat dalam Berita Acara kemudian diberikan kesempatan juga kepada TERDAKWA untuk membaca Berita Acara seluasluasnya kemudian TERSANGKA/ TERDAKWA setujui lalu kemudian TERDAKWA menandatangani Berita Acara Pemeriksaan tersebut

v Setelah TERDAKWA membacara BAP tersebut kemudian saksi menyatakan agar TERDAKWA memnandatangani BAP tersebut perlembarnya dengan memaraf pada bagian bawah sampai dengan Berita Acara Terakhir dan saat itu TERDAKWA tidak ada komlain sampai dengan sekarang terhadap Berita Acara Pemeriksaannya

v Pada saat pemeriksaan TERDAKWA penasehat Hukumnya berada diluar pemeriksaan karena aturan hukumnya boleh melihat tetapi tidak boleh mendengar jalannya pemeriksaan sesuai dengan pasal 115 ayat (2) KUHAP, pada saat itu situasi ruangan tidak ada kaca untuk melihat sehingga diberikan kesempatan untuk melihat jalannya pemeriksaan setelah itu Penasehat Hukumnya menunggu diluar ruangan pemeriksaan

v Terdakwa di periksa oleh penyidik tidak terlalu lama pada saat penangkapan terdakwa

v Terdakwa ditangkap pada bulan sepetember karena keterkaitan kasus tanggal 19 dan 20 Agustus 2019 karena sebelumnya ada tersangka lain yang sebelumnya ditangkap termasuk STEFANUS ITLAY, dan FERRY COMBO

v Dokument dari STEFANUS ITLAY diperoleh pada tahun 2019 dan teman STEFANUS ITLAY sudah permah disidangkan dan telah dihukum

v Mengenai dokument tersebut sebelumnya penyidik mengeprint atau mencetak document tersebut lalu diperlihatkan kepada TERDAKWA

v TERDAKWA diperiksa sebanyak 4 kali dengan didampingi penasehat hukumnya yang berada diluar ruang pemeriksaan

III.ANALISA FAKTA PERSIDANGAN

Majelis Hakim yang terhormat,

Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,

Hadirin sidang sekalian yang berbahagia.

Page 54: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

53

Bahwa untuk membuktikan apakah Terdakwa terbukti bersalah melakukan

Tindak Pidana sebagaimana dalam Surat Tuntutan Sdr. JPU melanggar

Dakwaan Kesatu yakni Pasal 106 KUHP Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP

maka haruslah berdasarkan alat bukti yang cukup yakni berupa fakta-fakta

yang terungkap dalam persidangan, maka dari fakta-fakta persidangan yang

terungkap, dapat dianalisa sebagai berikut :

a. MAHASISWA PAPUA SURABAYA MENJADI KORBAN TINDAKAN

RASIS

Ø Bahwa Demonstrasi Anti Rasisme tanggal 19 Agustus 2019 dan 29

Agustus 2019 yang terjadi di Jayapura tidak terlepas dari kaitannya

dengan kejadian yang terjadi tanggal 16 Agustus 2019 di Surabaya yaitu

saat kejadian pengempungan Asrama Mahasiswa Papua oleh beberapa

masa dari Organisasi Masyarakat (Ormas), oknum Perwira TNI-AD,

selain itu Satpol PP, aparat Kepolisian setempat yang berada di tempat

kejadian perkara tak berbuat apa-apa. Beberapa masa dari ormas

kemudian memaki dengan kata-kata rasis “Monyet, Babi, Anjing, dan

Kera” ada juga yang mengatakan “Kamu jangan keluar, saya tunggu

kamu. Saat itu juga jumlah ormas-ormas reaksioner bertambah banyak.

Kemudian mendobrak pintu depan Asrama Mahasiswa Papua dan

melempari batu hingga mengakibatkan kaca asrama pecah, sehingga

Mahasiswa Papua yang berada di dalam Asrama terkurung di ruang

Aula Asrama;

Ø Bahwa tindakan rasis tersebut berlanjut di tanggal 17 Agustus 2019

yaitu saat sekelompok Ormas reaksioner mendatangi Asrama

Mahasiswa Papua di Surabaya dan meneriakan yel-yel “Usir usir usir

Papua, Usir Papua sekarang juga. Selain itu Kata-kata Rasis (Monyet,

Anjing, Babi) pun masih diteriaki;

Ø Bahwa Mahasiswa Papua di Surabaya adalah korban dari tindakan

rasisme yang terjadi di Surabaya yang dilakukan oleh Ormas, oknum

Perwira TNI-AD, selain itu Satpol PP dan aparat Kepolisian setempat

juga turut menjadi bagian dari tindakan rasis tersebut karena

membiarkan tindakan rasisme tersebut;

Ø Bahwa akibat dari tindakan rasisme di Surabaya tersebut membuat

marah seluruh masyarakat Papua;

b. JPU TIDAK MENGHADIRKAN AHLI PIDANA UNTUK

MENJELASKAN UNSUR-UNSUR PASAL MAKAR DAN UNSUR-

UNSUR PASAL PENYERTAAN.

v Bahwa Keterangan ahli berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat 28 KUHAP

adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian

khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu

perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan suatu perkara;

Page 55: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

54

v Bahwa dalam persidangan untuk membuktikan dakwaannya saudara

JPU sama sekali tidak menghadirkan saksi ahli pidana namun hanya

menghadirkan 3 (tiga) orang Saksi Ahli antara lain Ahli Bahasa, Ahli

Psikologi Sosial Politik dan Ahli Hukum Tata Negara.

v Bahwa berdasarkan dari fakta persidangan maka dari ke tiga saksi ahli

yang telah dihadirkan oleh sudara JPU yaitu baik Ahli Bahasa, Ahli

Psikologi Sosial Politik dan Ahli Hukum Tata Negara maka secara

keahliannya tidak berkompetensi menjelaskan bagaimana perbuatan

terdakwa telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana makar dan juga

Unsur Penyertaan serta keterangan keahliannya tidak terdapat korelasi

dengan perbuatan terdakwa.

v Bahwa kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa berpendapat bahwa

secara keilmuan yang berkompetensi untuk menjelaskan apakah

perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur pidana sehingga

terdakwa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya secara

hukum sebagaimana yang di Tuntut oleh saudara JPU dalam Dakwaan

Kesatu Pasal 106 KUHP juncto Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP adalah Ahli

Pidana, sehingga terhadap keterangan ahli tersebut patutlah

dikesampingkan dan ditolak.

c.TINDAK PIDANA MAKAR TIDAK TERBUKTI

v Bahwa untuk membuktikan apakah Terdakwa AGUS KOSSAY terbukti

bersalah Menyuruh melakukan atau Turut serta Melakukan Makar

Dengan Maksud Supaya Seluruh atau Sebagian Wilayah Negara Jatuh

Ketangan Musuh atau Memisahkan Sebagian Dari Wilayah Negara

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Surat Dakwaan Kesatu

Pasal 106 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke- (1) KUHP, haruslah

berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, bukti surat, barang

bukti dan keterangan terdakwa.

- Bahwa untuk membuktikan apakah terdakwa terbukti bersalah

melakukan tindak pidana yang didakwakan dan dituntut kepada

terdakwa haruslah didasarkan alat bukti yang cukup yakni berdasarkan

keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa dan

barang bukti. Keterangan Saksi sesuai dengan penegasan dalam Pasal 1

angka 27 KUHAP, yakni Keterangan yang saksi lihat sendiri; saksi

dengar sendiri; alami sendiri mengenai suatu peristiwa pidana,

kemudian sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP,

menegaskan, “keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi

nyatakatan dalam sidang”, selain itu untuk membuktikan kebenaran

materiil yang sesungguhnya, maka Hakim harus memperhatikan

ketentuan Pasal 185 ayat (6) KUHAP yaitu :

-

1) Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lainnya;

2) Persesuaian antara saksi dengan alat bukti lainnya;

3) Alasan yang dipergunakan oleh saksi untuk memberikan

keterangan tertentu;

4) Cara hidup dan kesusilaan serta segala sesuatu yang pada

umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu

dipercaya.

- Dari 5 Orang Saksi yang di hadirkan Sdr. Jaksa Penuntut Umum atas

nama Saksi Fanny Karel Laimena, Heppy Salampessy, Saksi Mohamad

Ali, Ferry Kombo (Saksi Mahkota) dan Steven Itlay (Saksi Mahkota)

Page 56: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

55

dihubungkan dengan Ahli Bahasa atas nama Dr.APRINUS SALAM,

M,Hum, Ahli Psikologi atas nama Prof Dr.HAMDI MULUK, Ph.d, Ahli

Hukum Tata Negara atas nama MUHAMMAD RULLYANDI, S.H, M.H

serta Barang Bukti barang bukti berupa :

§ 1 (satu) buah HP Oppo F5 warna Hitam, Imei-1 :

867815037958819, imei-2 : 867815037958801, Nomor HP

085243996671.

§ 1 (satu) buah HP Nokia 105 , Imei-1 : 359009090806710, imei-2 : 3590090908567, Nomor HP 0812128580579

§ 1 (satu) Unit Flash disk warna merah merk Cruzer Blade 8 GB yang diberi

§ Tanda X berisikan Video, CCTV dan fhoto / dokumentasi aksi demo tanggal

§ 19 Agustus 2019 dan 29 Agustus 2019 - 1 (satu) Unit Flash disk warna merah merk Cruzer Blade 8 GB

yang diberi § Tanda V berisikan Orasi ALEXANDER GOBAY saat kegiatan

demo tanggal tanggal 19 Agustus 2019 di Jayapura § 7 (tujuh) Unit Komputer Lenovo. § 1 (satu) Unit Komputer Asus. § 1 (satu) Unit Komputer Samsung. § 1 (satu) Unit Komputer Acer. § 2 (dua) Unit Komputer Hp. § 2 (dua) Unit Komputer Dell. § 2 (dua) Unit Printer Hp Laserjet P1102. § 2 (dua) Unit Printer Canon Pixma. § 1 (satu) Unit Printer Epson. § 2 (dua) buah Keyboard Acer. § 1 (satu) buah Keyboard Logitech. § 1 (satu) buah Keyboard Asus; § 7 (tujuh) buah Keyboard Lenovo; § 2 (dua) unit Cpu Dell; § 8 (delapan) buah Mouse Lenovo; § 1 (satu) buah Mouse HP; § 2 (dua) buah Mouse Acer; § 1 (satu) buah Mouse Logitech; § 1 (satu) buah Mouse Votre; § 1 (satu) buah Charger Laptop Hipro; § 2 (dua) buah Charger Laptop Asus; § 1 (satu) buah Charger Laptop HP; § 4 (empat) buah Charger Komputer Lenovo; § 2 (dua) buah Kabel Power Komputer;

§ 2 (dua) buah Kabel Data Komputer; § 5 (lima) buah Kabel Printer; § 2 (dua) buah Kabel Roll; § 1 (satu) buah Tape Compo Polytron; § 1 (satu) buah Setelan Suara Mic Behringer Uphorio Umc 22; § 1 (satu) buah Amplifier Uhf; § 1 (satu) buah Digital Video Recorder Ahd; § 1 (satu) buah Wireless In Router Wifi Asus; § 1 (satu) buah Wifi Zte; § 1 (satu) buah Terminal Wifi 3com; § 1 (satu) buah Memory CPU; § 1 (satu) buah Mic Duduk Anysong; § 1 (satu) buah Charger Battery Nikon;

Page 57: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

56

§ 1 (satu) buah Mic Megaphone; § 2 (dua) buah Kalkulator Casio; § 1 (satu) buah Kamera CCTV Hikvision; § 1 (satu) buah Buku Kerja 2018 Prov. Papua; § 1 (satu) buah Speaker Bluetooth Kecil; § 2 (dua) Roll Kain Warna Cokelat Korpri; § 27 (dua puluh tujuh) buah Ikat Pinggang Kecil Korpri; § 1 (satu) buah Kabel Lampu Hias; § 1 (satu) buah Kabel Lampu Hias Salib; § 11 (sebelas) bauh Tas; § 1 (satu) unit Sepeda Motor Honda; § 1 (satu) buah Kunci Ring; § 1 (satu) buah Rangkaian Gantungan Kunci; § 1 (satu) buah Obeng Plat; § 1 (satu) buah Parang / Pisau; § 2 (dua) buah Tombak Kayu Panjang; § 4 (empat) buah Busur; § 36 (tiga puluh enam) buah Anak Panah; § 47 (empat puluh tujuh) buah Batu; § 58 (lima puluh delapan) buah Besi + Pipa; § 47 (empat puluh tujuh) buah Ketapel; § 6 (enam) buah Pecahan Kaca; § 5 (lima) batang Potongan Kayu.

-

- Maka tidak ada persesuaian untuk membuktikan kebenaran materiil

Terdakwa atas nama AGUS KOSSAY sebagai orang yang menyuruh

melakukan atau turut serta melakukan serta melakukan makar

dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah Negara, jatuh

ke tangan musuh atau memisahkan sebagian dari wilayah Negara,

sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke -

1 KUHP, hal ini dapat diurai sebagai berikut, FANNY KAREL

LAIMENA, HEPPY SALAMPESSY, MOHAMAD ALI, FERRY KOMBO

DAN STEVEN ITLAY merupakan saksi yang tidak melihat langsung

keterlibatan Terdakwa dalam demo antirasisme pada tanggal 19

Agustus 2019, Fanny Karel Laimena adalah saksi dari Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Provinsi Papua yang menerangkan tidak mengenal

terdakwa, tidak mengetahui KNPB, ULMWP dan KNPB dan untuk

terdaftar suatu organisasi di Kesbangpol bukan merupakan kewajiban

tetapi sifatnya sukarela,

-

-

- Saksi HEPPY SALAMPESSY DAN MOHAMAD ALI merupakan polisi

dari Kepolisian Daerah Papua yang melakukan pengamanan pada

tanggal 19 Agustus 2019 dan 29 Agustus 2019, tetapi saksi tidak melihat

langsung keteribatan terdakwa dalam orasi-orasi, membawa bendera

bintang kejora, bendera KNPB, begitupula saksi FERRY KOMBO DAN

STEVEN ITLAY, SAKSI FERRY KOMBO mengetahui Terdakwa AGUS

KOSSAY berada bersama di Titik Kumpul Expo Waena, tetapi tidak

melihat aktifitas Terdakwa, perbuatan yang dilakukan selama

demontrasi tanggal 19 Agustus 2019, sedangkan SAKSI STEVEN ITLAY

tidak mengetahui aktifitas Terdakwa dalam demo antirasisme karena

SAKSI sendiri tidak terlibat dalam demo anti rasisme tersebut.

-

Keterangan saksi-saksi atas nama FANNY KAREL LAIMENA, HEPPY

SALAMPESSY, MOHAMAD ALI, FERRY KOMBO DAN STEVEN

Page 58: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

57

ITLAY bukanlah saksi fakta yang mengetahui peristiwa makar yang

didakwakan pada terdakwa AGUS KOSSAY pada tanggal 19

September 2019, keterangan saksi seperti itu BUKANLAH SAKSI

karena tidak melihat dan mendengar langsung tindakan atau

perbuatan terdakwa yang berkaitan dengan dugaan tindak pidana

makar, keterangan demikian tidaklah mempunyai nilai pembuktian,

keterangan saksi tersebut juga tidak bersesuaian dengan keterangan

Ahli yang diajukan JPU baik Ahli Bahasa, Ahli Psikologi dan Ahli HTN,

keterangan dari keahliannya tidak memiliki korelasi dengan perbuatan

terdakwa, karena pada tanggal 19 Agustus 2019, Terdakwa mengikuti

demo damai anti rasisme sebagai peserta, terdakwa tidak melakukan

orasi-orasi, tidak menbawa bintang kejora, tidak membawa selebaran-

selebaran, tidak melakukan orasi yang berkaitan dengan Papua

Merdeka, Terdakwa bersama massa berjalan dari arah Waena sampai di

Kantor Gubernur Provinsi Papua, demo anti rasisme tanggal 19 Agustus

2019 berakhir dengan damai tidak ada kerusuhan, sedangkan mengenai

Barang Bukti yang termuat dalam BAP, terdakwa sendiri dalam

persidangan telah mencabut keterangannya yang berkaitan dengan

barang bukti yang tidak ada korelasi dengan perbuatan yang

sesungguhnya dilakukan oleh terdakwa karena saat penangkapan dan

pemeriksaan di polisi terdakwa di paksakan mengakui kepemilikan

dokumen tersebut terkait dengan aktivitasnya di KNPB.

Saksi meringankan yang diajukan oleh Penasehat Hukum atas nama

SAKSI AGUS MOSIB menerangkan bersama-sama terdakwa Agus

Kossay yang telah terlebih dahulu di Expo Waena, saksi bersama

massa aksi bergerak dari Expo Waena Pukul 10.00 WIT, didalam

perjalanan terdakwa tidak orasi, tiba dikantor Gubernur antara jam

14.00 WIT-15 WIT, di Kantor Gubernur ada orasi-orasi namun saksi

tidak melihat terdakwa orasi, dalam demontrasi tersebut tidak ada

bendera bintang kejora, bendera KPNB, Panflet-Panflet, selebaran

yang berkaitan dengan Papua Merdeka, setelah itu massa demo

pulang pada pukul 17.00 WIT dan demontrasi tersebut berakhir

dengan damai.

SAKSI MUSA HISAGE menerangkan pada demontrasi tanggal 29

Agustus 2019, Jam 10.00 WIT saksi mengikuti demontrasi, tapi ketika

melihat massa dan kebakaran didaerah Expo Waena, saksi kembali ke

Asrama Rusunawa Perumnas III Waena, Saksi melihat Terdakwa

Agus Kossay di halaman Asrama, keesokan harinya Saksi melihat

Terdakwa Agus Kossay masih di Asrama, Terdakwa Agus Kossay

tidak mengikuti demontras pada tanggal tersebut, sedangkan Saksi

Laurens Kadepa menerangkan DAN LAURENS KADEPA, Saksi

menerangkan Saksi adalah Anggota DPRP Papua, bergabung bersama

aksi massa di Jayapura hingga ke Kantor Gubernur, di Kantor

Gubernur, Saksi melihat terdakwa AGUS KOSSAY bergabung

bersama massa aksi. Ada orasi yang diwakili oleh beberapa kelompok

antara lain Perwakilan dari Kelompok Perempuan, Adat, Agama,

KNPI, Pemuda dan selesai orasi Perwakilan dari Penanggungjawab

menyerahkan pernyataan sikap yang intinya Tolak Rasisme, Usut

Tuntas Pelaku Rasisme, Walikota Malang Segera Minta Maaf kepada

Mahasiswa Papua kepada Gubernur Provinsi Papua yang saat itu

Page 59: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

58

hadir juga Ketua DPRP dan Anggota, Ketua MRP dan Anggota,

Demontrasi Anti Rasisme tersebut berakhir dengan damai ,

keterangan saksi-saksi meringankan ini jika dihubungkan dengan

dengan Keterangan Ahli yang diajukan oleh kami Penasehat Hukum,

maka PERBUATAN TERDAKWA tidak ada kaitan dengan peristiwa

Makar, Ahli HTN Dr.Herlambang R.Wiratraman, S.H menjelaskan

berkaitan dengan demontrasi anti rasisme, tulisan-tulisan, panflet-

panflet berkaitan dengan tuntutan Papua Merdeka, Menentukan Nasib

Sendiri, Referendum dan dokumen-dokumen berkaitan dengan Papua

Merdeka, merupakan kebebasan berekpresi yang dijamin oleh Deklarasi

Umum Tentang HAM, Konvesi Internasional Tentang Sipol, UUD 1945,

UU HAM dan Undang-Undang Kemerdekaan Menyampaikan

Pendapat di Muka Umum sangat bias jika dikaitkan dengan makar, hal

ini diperkuat oleh Ahli Filsafat Hukum Dr. Tristam Pascal Moeliono,

S.H, M.H, LLM yang menjelaskan Makar itu sesuai dengan teks aslinya

adalah Aanslag menyerang secara fisik, jadi tidak bisa dikaitkan dengan

tuntutan referendum, demo anti rasisme, teriakan yel-yel Papua

Merdeka, hingga kepemilikan dokumen yang berkaitan dengan Papua

Merdeka, sedangkan Ahli Politik dan Resolusi Konflik atas nama

Dr.Adriana Elisabeth, M.Soc, Sc, menjelaskan ada konflik di Papua

yang dipetakan oleh LIPI dalam Buku Papua Road Map, yakni 1).

Diskriminasi dan Marjinalisasi Orang Papua, 2).Kegagalan

Pembangunan, 3). Pelanggaran HAM, 4).Sejarah masa lalu Papua, Ahli

Rasisme atas nama Dr.Benny Giay menjelaskan ada persoalan rasisme

sebelum Zaman Belanda 1950 an, saat 1963, Pepera hingga saat ini telah

terjadi praktek-praktek rasisme terhadap Orang Asli Papua dan tidak

pernah diselesaikan secara serius oleh Negara, solusi yang ditawarkan

ahli adalah penyelesaian Papua tidak bisa diselesaikan dengan proses

hukum dengan pidana Makar, tetapi lebih mengedepankan keadilan

bagi masyarakat Papua dengan cara Dialog untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan yang terjadi di Papua.

IV. ANALISA TUNTUTAN

Berdasarkan surat tuntutan yang dibuat dan dibacakan oleh saudara JPU

dalam persidangan pada tanggal 5 Juni 2020 secara garis besar ditemukan

beberapa pelanggaran dalam teknis perumusan surat tuntutan yang dijamin

dalam peraturan perundang-undangan, sebagai berikut :

v JPU DALAM MENYUSUN TUNTUTAN MENGUTIP BAP DAN

MENGABAIKAN FAKTA PERSIDANGAN

v Bahwa dalam persidangan saudara JPU tidak perna menghadirkan

Ahli Pidana Prof. Dr. Edward Omar Sharif Hiariej, S.H., M.Hum

untuk didengar keterangannya namun dalam surat tuntutan

saudara JPU memasukan keterangan Ahli Pidana Prof. Dr. Edward

Omar Sharif Hiariej, S.H., M.Hum pada halaman 72 – halaman 85;

v Bahwa dalam surat tuntutan saudara JPU menyebutkan

“Keterangan Ahli tersebut telah ditanyakan kepada Terdakwa dan

Terdakwa membenarkan” sebagai jawaban terdakwa atas

keterangan ahli pidana sebagaimana dalam Surat Tuntutan halaman

Page 60: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

59

85 merupakan keterangan yang dibuat sendiri oleh saudara JPU

sebab faktanya saudara JPU tidak perna menghadirkan Ahli Pidana

Prof. Dr. Edward Omar Sharif Hiariej, S.H., M.Hum ke persidangan;

v Bahwa keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh

seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan

untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan

pemeriksaan sebagaimana Pasal 1 angka 28, UU Nomor 8 Tahun

1981;

v Bahwa sesuai dengan pengertian keterangan ahli diatas menunjukan

bahwa saudara JPU telah mengutip keterangan Ahli Pidana Prof.

Dr. Edward Omar Sharif Hiariej, S.H., M.Hum yang bersumber dari

BAP Keterangan Ahli di depan penyidik Polda Papua kedalam surat

tuntutan pada halaman 72 – halaman 85;

v Bahwa Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi

nyatakan di sidang pengadilan sebagaimana diatur pada pasal 185

ayat (1), UU Nomor 8 Tahun 1981;

v Bahwa keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di

sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau ia ketahui sendiri

atau ia alami sendiri sebagaimana pada pasal 189 ayat (1), UU

Nomor 8 Tahun 1981;

v Bahwa saudara JPU dalam surat tuntutannya menyebutkan

“TERDAKWA AGUS KOSSAY di depan persidangan telah merubah

keterangannya karena menurut TERDAKWA keterangan dalam

Berita Acara Pemeriksaan Terdakwa ada dokument-dokument yang

tidak berasal dari barang bukti milik terdakwa yaitu mengenai

keterangan organisasi (KNPB) Komite Nasional Papua Barat

sehingga menurut TERDAKWA keterangan tersebut tidak benar;”

v Bahwa sekalipun saudara JPU telah menyebutkan pernyataan diatas

dalam Surat Tuntutannya namun saudara JPU kembali mengutip

keterangan terdakwa dalam BAP Tambahan Tersangka pada angka

20 halaman 5 – halaman 7 ke dalam surat tuntutan pada keterangan

terdakwa sebagaimana pada Surat Tuntutan halaman 91 – halaman

93;

v Bahwa berdasarkan pada keterangan diatas membuktikan bahwa

saudara JPU dalam menyusun Tuntutan terkesan mengarang bebas

bahkan kembali mengutip keterangan ahli pidana dalam BAP dan

mengabaikan fakta persidangan.

v JPU DALAM MENYUSUN TUNTUTAN JPU TELAH SENGAJA

MENGABAIKAN KETERANGAN SAKSINYA ATAS NAMA FANNY

KAREL LAIMENA DENGAN TIDAK MEMASUKAN KETERANGAN

SAKSI TERSEBUT DALAM TUNTUTANNYA. Keterangan saksi

tersebut intinya menerangkan :

v Bahwa saksi adalah Staf pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

(Kesbangpol) Propinsi Papua;

v Bahwa saksi tidak mengenal Terdakwa dan melihat demo anti rasisme

yang terjadi pada tanggal 19 Agustus 2019 dan 29 Agustus 2019 di

Jayapura;

Page 61: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

60

v Bahwa saat demo terjadi saksi sudah pulang dari kantor dan langsug

pulang kerumah dan saksi tidak mengikuti perkembangan;

v Bahwa saksi tidak mengenal Terdakwa Agus Kossay dan tidak tahu

Organisasi yang namanya KNPB, ULMWP dam AMP;

v Bahwa saksi tidak tahu KNPB, ULMWP dan AMP terdaftar di

Kesbangpol Propinsi Papua;

v Bahwa untuk terdaftar di Kesbangpol, organisasi yang bersangkutan

harus datang sendiri untuk mendaftar;

v Bahwa tidak ada kewajiban untuk mendaftar di Kesbangpol karena

mendaftar sifatnya sukarela.

Keterangan Saksi JPU tersebut telah sengaja diabaikan/tidak dimasukan

dalam tuntutan karena akan memperjelas TERDAKWA AGUS KOSSAY

bersama organisasinya tidak dapat dikenakan Pasal Makar dalam

Peristiwa Demo Anti Rasisme pada tanggal 19 Agustus 2019.

v JPU DALAM MENYUSUN TUNTUTAN TIDAK MEMASUKAN

KETERANGAN SAKSI DAN KETERANGAN AHLI YANG DIAJUKAN

OLEH PENASEHAT HUKUM DI DALAM PERSIDANGAN

§ Bahwa Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi

nyatakan di sidang pengadilan sebagaimana diatur pada pasal 185 ayat

(1), UU Nomor 1981;

§ Bahwa Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang

pengadilan sebagaimana diatur pada pasal 186, UU Nomor 1981;

§ Bahwa dalam persidangan JPU menghadirkan saksi, ahli dan saksi

verbalisan. Sementara itu, Penasehat Hukum dalam persidangan

menghadirkan saksi dan ahli;’

§ Bahwa dalam Surat Tuntutan JPU kepada terdakwa AGUS KOSSAY

hanya memasukan keterangan saksi dan ahli yang dihadirkan oleh

JPU dan tidak memuat keterangan saksi dan ahli yang dihadirkan

penasehat hukum;

§ Bahwa pada prinsipnya dalam Surat tuntutan (requisitoir)

mencantumkan beberapa hal seperti tuntutan Jaksa Penuntut

Umum terhadap terdakwa, baik berupa penghukuman atau

pembebasan dan disusun berdasarkan pemeriksaan saksi, ahli, alat

bukti, dan keterangan terdakwa dalam ruang sidang yang mulia.

§ Bahwa berdasarkan uraian diatas sudah dapat disimpulkan JPU

DALAM MENYUSUN TUNTUTAN TIDAK MEMASUKAN

KETERANGAN SAKSI DAN KETERANGAN AHLI YANG

DIAJUKAN OLEH PENASEHAT HUKUM DI DALAM

PERSIDANGAN

v JPU MENYIMPULKAN TERPENUHINYA DAKWAAN KESATU

HANYA BERDASARKAN KETERANGAN AHLI BAHASA, AHLI

PSIKOLOGI SOSIAL POLITIK DAN AHLI HTN

- Bahwa menurut keterangan ahli Bahasa, pengertian kata makar dimaksudkan sebagai satu aksi pemikiran, tindakan dan/atau perbuatan, baik dalam bentuk kata-kata dan kalimat, maupun berbagai aktivitas lainnya, yang dianggap atau dinilai bertentangan dengan hukum. Pengertian makar jika lebih disederhanakan adalah

Page 62: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

61

pikiran, ucapan, tindakan dan/atau perbuatan yang melawan hukum dan merongrong kekuasaan resmi pemerintah tertentu;

- Bahwamenurut ahli Hukum Tata Negara, dalam perkembangan perspektif best practice praktik hukum tata negara di Indonesia makar dapat diartikan sebagai sikap perlawanan terhadap keadaan sistem fundamental yang diatur dalam konstitusi (in het staatsrecht is een contitutie de grondslag van een staat) dalam suatu negara dengan cara berkeinginan untuk melakukan suatu perubahan sistem;

- Bahwa menurut ahli psikologi politik, untuk memisahkan mana aspirasi yang merupakan protes terhadap ketidakadilan atau mana yang merupakan insurgensi atau usaha ke arah makar menjadi tugas dari penyidik untuk mengumpulkan bukti-bukti tersebut;

- Bahwa pada prinsipnya secara keilmuan yang memiliki kapasitas untuk menjelaskan unsur-unsur tindak pidana termasuk tindak pidana makar atau tindak pidana penyertaan adalah ahli pidana;

- Bahwa berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terkait tuntutan JPU yang “Menyatakan Terdakwa AGUS KOSSAY terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “MAKAR“, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 106 KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP dalam Surat Dakwaan Kesatu“ yang didasari atas keterangan ahli Bahasa, ahli psikologi social politik dan ahli HTN dimuka persidangan diragukan secara ilmu hukum pidana sebab yang berkompeten membedah unsur-unsur tindak pidana makar dan unsur-unsur tindak pidana penyertaan adalah ahli pidana.

v JPU Dalam Menyusun Tuntutan Tidak Mengikuti arahan Surat

Edaran Jaksa Agung Tentang Pedoman Perumusan Tuntutan sehingga

melahirkan Fakta Disparitas Tuntutan Pidana

- Bahwa berdasarkan Surat Edaran Jaksa Agung Nomor :

001/J.A/4/1995 tentang pedoman perumusan tuntutan dalam

perkara tindak pidana biasa disebutkan adanya prinsip

“Menghindari adanya disparitas tuntutan pidana untuk perkara-

perkara sejenis antara satu daerah dengan daerah lainnya”.

- Bahwa dalam dakwaan tindak pidana makar yang dituduhkan

kepada Sayang Mandabayan oleh JPU di PN Manokwari dalam

tuntutannya dituntut dengan pidana penjara selama 1 Tahun;

- Bahwa dalam dakwaan tindak pidana makar yang dituduhkan

kepada Erik Aliknoe Cs oleh JPU di PN Manokwari dituntut dengan

pidana penjara selama 1 Tahun;

- Bahwa dalam dakwaan tindak pidana makar yang dituduhkan

kepada Yoseph Laurens Syufi alias Siway Bofit Cs oleh JPU di PN

Sorong dituntut dengan pidana penjara selama 1 Tahun;

- Bahwa dalam dakwaan tindak pidana makar yang dituduhkan

kepada Surya Anta Ginting Cs oleh JPU di PN Jakarta Pusat dituntut

dengan pidana penjara selama 1 Tahun;

- Bahwa dalam dakwaan tindak pidana makar yang dituduhkan

kepada AGUS KOSSAY oleh JPU di PN Balikpapan dituntut dengan

Pidana Penjara selama 15 (Lima Belas) Tahun;

- Bahwa berdasarkan uraian diatas yang menunjukan adanya

perbedaan tuntutan di Manokwari, Sorong, Jakarta dan Balikpapan

Page 63: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

62

menunjukan fakta JPU dalam merumuskan tuntutan tidak mengikuti

arahan Surat Edaran Jaksa Agung Nomor : 001/J.A/4/1995 tentang

pedoman perumusan tuntutan dalam perkara tindak pidana biasa

sehingga dalam tuntutan JPU terhadap terdakwa AGUS KOSSAY

terdapat “disparitas tuntutan pidana”.

V. ANALISA YURIDIS

Majelis Hakim yang terhormat,

Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,

Hadirin sidang sekalian yang berbahagia.

Bahwa sebelum unsur-unsur dalam dakwaan pertama yang di jadikan

tuntutan Jaksa Penuntut Umum diuraikan lebih jauh, terlebih dahulu kami

akan soroti tentang Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum bahwa dalam surat

dakwaan saudara Jaksa Penuntut umum Nomor : PDM-

92/JPR/EKU.2/01/2020 menyebutkan bahwa Terdakwa didakwa sebagai

orang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan serta melakukan

makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah Negara, jatuh

ke tangan musuh atau memisahkan sebagian dari wilayah Negara,

sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke -1

KUHP.

Bahwa ternyata ketika Jaksa Penuntut umum mengajukan tuntutan kepada

Terdakwa sama sekali tidak menguraikan dengan fakta-fakta persidangan

secara utuh TERMASUK JAKSA PENUNTUT UMUM SECARA SENGAJA

MENGHILANGKAN FAKTA KETERANGAN SAKSINYA SENDIRI ATAS

NAMA FANNY KAREL LAIMENA, KETERANGAN 4 (EMPAT) AHLI,

BUKTI SURAT, BARANG BUKTI SERTA KETERANGAN TERDAKWA

YANG MENJELASKAN TERDAKWA TIDAK MELAKUKAN DUGAAN

TINDAK PIDANA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DAKWAAN PERTAMA

TERSEBUT. HAL YANG LEBIH FATAL LAGI AHLI PIDANA ATAS

NAMA PROF.Dr.Ir.OMARD SAHRI HARIEJ, S.H, M.HUM YANG TIDAK

MEMBERIKAN KETERANGAN DI PENGADILAN DAN

KETERANGANNYA JUGA TIDAK DIBACAKAN DI PERSIDANGAN,

SDR JPU SECARA SENGAJA MEMASUKAN DALAM TUNTUTAN

DENGAN CARA COPY PASTE SECARA UTUH KETERANGANNYA DARI

BAP. Menjadi jelas jika penguraian fakta-fakta tidak utuh maka akan

berpengaruh pada analisa unsur-unsur pasal sebagaimana dakwaan pertama,

yakni analisa pembuktian jadi tidak berimbang dan bias jauh dari urgensi

pengadilan ini tempat mencari kebenaran materiil yang sesungguhnya.

Bahwa untuk menguji kesimpulan Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan

Terdakwa telah terbukti serta sah dan meyakinkan telah melakukan tindak

pidana sebagai orang yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan

serta melakukan makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian

wilayah Negara, jatuh ke tangan musuh atau memisahkan sebagian dari

wilayah Negara, sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 KUHP jo Pasal 55

ayat (1) ke -1 KUHP, maka kami buktikan unsur-unsurnya dalam dakwaan,

yang kami uraikan secara lengkap sebagai berikut:

Page 64: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

63

1. Unsur Barang Siapa;

2. Unsur Makar;

3. Unsur dengan maksud/niat hendak;

4. Unsur supaya seluruh atau sebagian Wilayah Negara jatuh ketangan

musuh atau memisahkan sebagian wilayah Negara;

5. Unsur mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan turut

serta melakukan perbuatan;

Ad.1 Unsur Barang Siapa

Didalam setiap rumusan pasal-pasal KUHP maupun tindak pidana, unsur

(bestitelen) “Barangsiapa” merupakan sebuah kata yang penting di dalam

melihat kesalahan dan pertanggungjawaban pidana. Sebagai sebuah kata

“Barangsiapa” maka memerlukan kajian yang cukup serius dalam asas

kesalahan dan pertanggungjawaban pidana dalam upaya pembuktian.

Bahwa unsur “Barangsiapa” disini adalah orang sebagai subjek hukum yang

dapat dipertanggungjawabkan terhadap delik; yang dalam perkara ini Jaksa

Penuntut Umum mengajukan Terdakwa AGUS KOSSAY yang telah

dilakukan penyidikan,

maupun telah diperhadapkan dalam proses pemeriksaan di persidangan

terhadap Dakwaan dan Tuntutan Pidana yang ditujukan kepadanya. Unsur

“Barangsiapa”

tidak dapat ditujukan kepada diri terdakwa karena menentukan unsur ini

tidak cukup dengan menghubungkan terdakwa sebagai perseorangan

sebagaimana manusia pribadi atau subyek hukum yang diajukan sebagai

terdakwa dalam perkara ini, akan tetapi yang dimaksud “Barangsiapa” dalam

undang-undang adalah orang yang perbuatannya secara sah dan meyakinkan

terbukti memenuhi semua unsur dari tindak pidana. Jadi untuk membuktikan

unsur “Barangsiapa” harus dibuktikan dulu unsur lainnya.

Dengan demikian Unsur “Barangsiapa”, yang didakwa dan dituntut kepada

Terdakwa, belum terbukti dan terpenuhi secara sah menurut hukum, karena

masih tergantung pembuktian unsur-unsur lainnya.

Ad.2. Unsur Makar

Bahwa di dalam penjelasan KUHP tidak memberikan pengertian tentang

makar, namun dalam Kamus Hukum karangan Yan Pramadya Puspa, hal 12

memberikan pengertian MAKAR/ANSLAG adalah “setiap perbuatan yang

bersifat menyerang yang ditujukan kepada Presiden atau wakilnya dengan

maksud hendak merampas kemerdekaan atau menjadikan mereka tidak

berdaya atau tidak cakap memerintah”. Sehingga untuk memenuhi unsur ini

harus ada tindakan fisik berupa serangan terhadap Pemerintah yang

berkuasa dalam mewujudkan unsur supaya wilayah Negara seluruhnya atau

sebagian jatuh ketangan musuh atau dengan maksud untuk memisahkan

sebagian wilayah Negara dari yang lain.

Menurut R. Soesilo, (dalam KUHP serta Komentar-komentarnya, hal.109):

1. Tentang “aanslaag” ( makar, penyerangan) lihat catatan pada pasal 87 dan 104)

Page 65: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

64

2. Obyek dalam penyerangan ini adalah kedaulatan atas daerah Negara

Kedaulatan ini dapat dirusak dengan dua macam cara ialah dengan jalan:

a. Menaklukkan daerah Negara seluruhnya atau sebagian kebawah pemerintah

Negara Asing yang berarti menyerahkan daerah itu (seluruhnya) atau sebagian

kepada kekuasaan Negara Asing misalnya daerah Indonesia (seluruhnya) atau

daerah Kalimantan (sebagian) diserahkan kepada Pemerintah Inggris, atau

b. Memisahkan sebagian dari daerah Negara itu yang berarti membuat bagian daerah

itu menjadi suatu Negara yang berdaulat sendiri, misalnya memisahkan daerah

Aceh atau Maluku dari daerah Republik Indonesia untuk dijadikan Negara yang

berdiri sendiri.

Dalam pertimbangan putusan Pengadilan Negeri Klsa IA Jayapura Nomor:

78/Pid.B/2009/PN.JPR, halaman 51 disebutkan : menimbang bahwa kata

makar berasal dari bahasa Arab yang diterjemahkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia Cetakan Balai Pustaka berarti :

1. Akal busuk ; tipu muslihat;

2. Perbuatan (usaha) dengan maksud hendak menyerang (membunuh) orang,

dsb.

3. Perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintah yang sah

Bahwa jika pengertian makar di atas dikaitkan dengan fakta persidangan, dari

keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, bukti surat, barang bukti dan

keterangan Terdakwa AGUS KOSSAY yang terungkap fakta-fakta sebagai

berikut :

1. Bahwa kejadian demo anti rasisme bermula dari situasi Mahasiswa Papua di Kota Surabaya, yakni pada tanggal 16 Agustus 2019 telah terjadi penyerangan dan pengepungan terhadap Asrama Mahasiswa Kamasan Papua di Surabaya oleh Ormas bersama dengan aparat gabungan TNI dan POLRI sambil berteriak serta melontarkan kata-kata makian dan ucapan berbau rasis seperti “monyet wei monyet keluar kau” dan juga menyanyikan Yel-Yel yang berbunyi, “usir-usir, usir papua, usir papua sekarang juga”; merah putih tersebut;

2. Bahwa tindakan rasis dan intimidasi yang dilakukan di Kota Surabaya dan diviralkan tersebut kemudian menyebabkan reaksi mayoritas masyarakat Papua sehingga pada tanggal tanggal 19–29 Agustus 2019, mahasiswa dan masyarakat Papua hampir di seluruh Tanah Papua melakukan aksi damai mengutuk dan menolak tindakan rasis, intimidasi dan persekusi terhadap mahasiswa di beberapa kota studi di Indonesia, khususnya di Asrama Papua Kamasan di Surabaya, Jawa Timur;

3. Bahwa aksi menentang rasisme ini terjadi di beberapa daerah di Papua dan Papua Barat, seperti di Kota dan Kabupaten Jayapura, Manokwari, Sorong, Nabire, Biak, Kepulauan Yapen, Merauke, Dekai, Yahukimo, Bintuni, Timika, Waghete Enarotali), Wamena);

4. Bahwa aksi demo damai menentang rasisme yang di koordinir oleh BEM Se-Kota Jayapura dan Kelompok Cipayung tersebut berjalan dengan damai, diawali dengan adanya surat pemberitahuan kepada pihak kepolisian di Papua dan pernyataan sikap dalam aksi tersebut juga sangat jelas, yakni :

a. Stop intimidasi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya;

b. Tangkap Pelaku Rasisme dan Intimidasi Mahasiswa Papua di Surabaya;

Page 66: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

65

c. Wakil Wali Kota Malang segera meminta maaf kepada mahasiswa dan Rakyat Papua atas pernyataan yang di sampaikan bahwa mahasiswa Papua pulang;

d. Meminta kepada presiden untuk memberikan jaminan perlindungan keamanan terhadap mahasiswa Papua di Seluruh Indonesia.

6. Bahwa pernyataan tersebut telah di serahkan ke Gubernur Papua dan telah ditinjaklanjuti oleh Muspida dan beberapa perwakilan mahasiswa dengan bertemu Gubernur Jawa Timur;

7. Bahwa demontrasi menentang rasisme pada tanggal 19 Agustus 2019, berakhir dengan damai, tidak ada kerusuhan (pengrusakan/pembakaran)

8. Bahwa aksi demo yang dikoordinir oleh Terdakwa bersama BEM Se-Kota Jayapura dan kelompok Cipayung Se-Kota Jayapura merupakan bentuk solidaritas dalam mendorong Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis di Negeri ini yang sangat jelas mandatnya telah ada dalam UU Nomor 40 Tahun 2008 dan bentuk kemerdekaan menyampaikan pendapat yang diatur oleh UU 9 Tahun 1998 bukan merupakan maksud/niat untuk melakukan makar;

9. Bahwa dalam demo tanggal 19 Agustus 2019 tidak ada bendera, panflet-panflet, yang berkaitan dengan Papua Merdeka, Terdakwa Agus Kossay dalam demontrasi tersebut ikut terlibat sebagai peserta, tidak melakukan orasi, memegang bendera Papua, Panflet-Panflet, Bendera KNPB atai atribut-atribut lainnya yang berkaitan dengan Papua Merdeka

Fakta persidangan ini jika dihubungkan dengan dengan Keterangan Ahli

yang diajukan oleh kami Penasehat Hukum, maka PERBUATAN

TERDAKWA tidak ada kaitan dengan peristiwa Makar, Ahli HTN

Dr.Herlambang R.Wiratraman, S.H menjelaskan berkaitan dengan

demontrasi anti rasisme, tulisan-tulisan, panflet-panflet berkaitan dengan

tuntutan Papua Merdeka, Menentukan Nasib Sendiri, Referendum dan

dokumen-dokumen berkaitan dengan Papua Merdeka, merupakan

kebebasan berekpresi yang dijamin oleh Deklarasi Umum Tentang HAM,

Konvesi Internasional Tentang Sipol, UUD 1945, UU HAM dan Undang-

Undang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum sangat

bias jika dikaitkan dengan makar, hal ini diperkuat oleh Ahli Filsafat

Hukum Dr. Tristam Pascal Moeliono, S.H, M.H, LLM yang menjelaskan

Makar itu sesuai dengan teks aslinya adalah Aanslag menyerang secara fisik,

jadi tidak bisa dikaitkan dengan tuntutan referendum, demo anti rasisme,

teriakan yel-yel Papua Merdeka, hingga kepemilikan dokumen yang

berkaitan dengan Papua Merdeka, sedangkan Ahli Politik dan Resolusi

Konflik atas nama Dr.Adriana Elisabeth, M.Soc, Sc, menjelaskan ada

konflik di Papua yang dipetakan oleh LIPI dalam Buku Papua Road Map,

yakni 1). Diskriminasi dan Marjinalisasi Orang Papua, 2).Kegagalan

Pembangunan, 3). Pelanggaran HAM, 4).Sejarah masa lalu Papua, Ahli

Rasisme atas nama Dr.Benny Giay menjelaskan ada persoalan rasisme

sebelum Zaman Belanda 1950 an, saat 1963, Pepera hingga saat ini telah

terjadi praktek-praktek rasisme terhadap Orang Asli Papua dan tidak

pernah diselesaikan secara serius oleh Negara, solusi yang ditawarkan ahli

adalah penyelesaian Papua tidak bisa diselesaikan dengan proses hukum

dengan pidana Makar, tetapi lebih mengedepankan keadilan bagi

masyarakat Papua dengan cara Dialog untuk menyelesaikan persoalan-

persoalan yang terjadi di Papua.

Page 67: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

66

Maka UNSUR MAKAR yang didakwakan kepada Terdakwa AGUS

KOSSAY tidak terpenuhi dan karenanya tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan menurut hukum.

Ad.3. Unsur dengan maksud/niat hendak;

Bahwa perkataan “dengan maksud” adalah terjemahan dari perkataan “met

het oogmerk”, sehingga opzet di dalam kejahatan (pasal 106 KUHP) INI

HARUSLAH DITAFSIRKAN dalam arti sempit atau semata-mata sebagai

“Opzet als oorgmerk”. Bahwa yang dimaksud dengan unsur “DENGAN

MAKSUD” oleh pembuat Undang-undang sebagaimana yang dijelaskan

dalam Memori van toelicting adalah sebagai indikator apakah dalam suatu

tindakan tersebut ada unsur kesengajaan atau opset.

Bahwa menurut memori van toelicting unsur kesengajaan terbukti apabila

dikehendaki dan mengerti akibat dari perbuatannya in casu kehendak dan

mengerti akibat perbuatan dimaksud harus bersesuaian dengan unsur-

unsur pasal yang lain seperti pasal makar dan unsur memisahkan diri

sebagian atau seluruhnya hal yang tidak bersesuaian dengan unsur pasal

lain tersebut maka tidak dapat dikatakan sebagai unsur dengan maksud,

sesuai fakta persidangan yang didapat dari keterangan saksi, keterangan

ahli, surat, keterangan terdakwa :

v Bahwa peristiwa demontrasi anti rasisme pada tanggal 19 Agustus 2019,

dilatarbelakangi oleh peristiwa rasisme, intimidasi dan persekusi di

Surabaya pada tanggal 16 Agustus 2019;

v Bahwa atas dasar peristiwa tersebut, maka BEM Se-Kota Jayapura dan

Kelompok Cipayung HMI, GMKI dan PMKRI mencoba mengakomodir

situasi yang menimbulkan reaksi di masyarakat ini dengan melakukan

demontrasi damai menentang rasisme yang tujuannya di Kantor

Gubernur Provinsi Papua;

v Bahwa terdakwa Agus Kossay terlibat dalam aksi demontrasi tersebut

karena ingin menolak realitas perlakuan yang rasis yang sangat

merendahkan martabat orang Papua;

v Bahwa inti dari keinginan dan pernyataan sikap dari pendemo yang

diwakili oleh BEM Se-Kota Jayapura adalah sebagai berikut :

1. Stop intimidasi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya;

2. Tangkap Pelaku Rasisme dan Intimidasi Mahasiswa Papua di Surabaya;

3. Wakil Wali Kota Malang segera meminta maaf kepada mahasiswa dan Rakyat Papua atas pernyataan yang di sampaikan bahwa mahasiswa Papua pulang;

Meminta kepada presiden untuk memberikan jaminan perlindungan

keamanan terhadap mahasiswa Papua di Seluruh Indonesia.

v Bahwa pernyataan tersebut telah di serahkan kepada Gubernur Papua

dan Gubernur telah merespon dengan menindaklanjuti pernyataan

sikap tersebut dengan berangkat bersama muspida dan perwakilan

mahasiswa ke Surabaya bertemu dengan Gubernur Jawa Timur.

Page 68: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

67

Dari uraian kami tersebut diatas maka UNSUR DENGAN MAKSUD/NIAT

HENDAK yang didakwakan dan dituntut pada Terdakwa AGUS KOSSAY

tidak terpenuhi dan karenanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan

menurut hukum.

Ad.4.Unsur Supaya seluruh atau sebagian Wilayah Negara jatuh

ketangan musuh atau memisahkan sebagian wilayah Negara

Pengertian “supaya seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ke tangan

musuh atau memisahkan sebagian dari wilayah negara”, menurut R. Soesilo,

“merupakan perbuatan kekerasan fisik yang bersifat menyerang yang

menyebabkan terpisahnya negara atau yang dapat menyebabkan

terpisahnya negara”.

Bahwa maksud unsur ini adalah adanya tindakan Terdakwa AGUS KOSSAY

untuk memisahkan sebagian wilayah Negara atau seluruhnya jatuh ketangan

musuh atau kekuasaan asing atau dengan maksud untuk memisahkan

sebagian wilayah Negara dari yang lain.

Bahwa sesuai dengan fakta yang terungkap dalam persidangan melalui

keterangan para saksi, keterangan ahli, bukti surat, barang bukti dan

keterangan Terdakwa diperoleh fakta-fakta persidangan sebagai berikut,

SETELAH DEMO ANTI RASISME YANG DILAKUKAN BEM SE-KOTA

JAYAPURA DENGAN MENYERAHKAN PERNYATAAN SIKAP KEPADA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA DAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA

MENINDAKLANJUTI PERNYATAAN SIKAP TERSEBUT BERSAMA

MUSPIDA DAN PERWAKILAN MAHASISWA TIDAK ADA SELURUH

ATAU SEBAGIAN WILAYAH NEGARA JATUH KETANGAN MUSUH

ATAU MEMISAHKAN SEBAGIAN WILAYAH NEGARA

Dengan demikian Unsur dakwaan ini yang didakwakan kepada terdakwa

AGUS KOSSAY tidaklah terbukti secara sah dan meyakinkan secara hukum.

Ad.5.Unsur mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan

turut serta melakukan perbuatan

Bahwa bunyi pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP adalah sebagai berikut: “Dipidana

sebagai pembuat, suatu perbuatan pidana mereka yang melakukan, yang

menyuruh melakukan dan turut serta melakukan”.

Page 69: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

68

Bahwa dalam perkara ini Terdakwa Agus Kossay di periksa secara terpisah

dengan terdakwa BUCHTAR TABUNI, STEVEN ITLAY DAN ALEXANDER

GOBAY, dengan Dakwaan yang beberapa diantaranya berbeda, hal ini dapat

kita lihat dari Dakwaan masing-masing terdakwa, Agus Kossay, Dakwaan

Kesatu : Pasal 106 KUHP Jo.55 Ayat (1) Ke-1 KUHP, atau Dakwaan Kedua :

Pasal 110 Ayat (1) KUHP, atau Dakwaan Ketiga : Pasal 110 Ayat (2) KUHP,

atau Dakwaan Keempat : Pasal 160 Jo.Pasal 55 Ayat (1) KUHP, atau Dakwaan

Kelima : Pasal 82A Ayat (2) Jo.Pasal 59 Ayat (3) huruf a dan b dan Ayat (4)

Tentang Penetapan Perpu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU

Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan:

2.Terdakwa Steven Itlay, Dakwaan Kesatu : Pasal 106 KUHP Jo.Pasal 55 Ayat

(1) Ke-1 KUHP, atau Dakwaan Kedua Pasal 107 Ayat (1) KUHP Jo.Pasal 55

Ayat (1) Ke-1 KUHP,.atau Dakwaan Ketiga Pasal 107 Ayat (2) KIHP Jo.Pasal 55

Ayat (1) Ke-1 KUHP, atau Dakwaan Keempat Pasal 110 Ayat (1) KUHP

Jo.Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP:

3.Terdakwa Buktar Tabuni : Dakwaan Pertama : Pasal 106 KUHP Jo.Pasal 55

Ayat (1) Ke-1 KUHP, atau Dakwaan Kedua : Pasal 110 Ayat (1) KUHP Jo.Pasal

55 Ayat (1) Ke-1 KUHP, atau Dakwaan Ketiga : Pasal 160 KUHP:

4.Tedakwa Aleks Gobay, Dakwaan Pertama : Pasal 110 Ayat (1) Jo.Pasal 106

KUHP Jo.Pasal 55 Ayat 1 Ke-1 KUHP, atau Dakwaan Kedua Pasal 106 KUHP

Jo.Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP:

Terdakwa Agus Kossay dalam uraian dakwaan, dikaitkan turut serta

melakukan makar bersama BUCHTAR TABUNI, STEVEN ITLAY DAN

ALEKSANDER GOBAY, namun jika dikaji dari surat dakwaan masing-masing

dan dihubungkan dengan fakta persidangan, mempertegas bahwa Para

Terdakwa Buchtar Tabuni, Terdakwa Steven Itlay dan Terdakwa ALEX

GOBAY, selain pasal dakwaannya ada yang berbeda dengan Terdakwa AGUS

KOSSAY peristiwa hukumnya juga berbeda BUCHTAR TABUNI ditangkap

dengan dugaan makar pada tanggal 9 September 2019 di Kampwolker,

Terdakwa Steven Itlay di tangkap dengan tuduhan makar pada tahun 2018 di

Timika berkaitan dengan pertemuan dengan warga Polandia atas nama Jacob

Fabian, Terdakwa ALEXANDER GOBAY ditangkap tuduhan Makar pada

tanggal 29 Agustus 2019 di Jayapura, sedangkan Terdakwa sendiri ditangkap

tuduhan Makar dari tahun 2008 sampai dengan 29 Agustus 2019 di Jayapura,

tidak ada korelasi peran turut serta mereka dalam perkara masing-masing

sebagai orang yang menyuruh melakukan, melakukan dan turut serta

melakukan

Dengan demikian Unsur mereka yang melakukan, yang menyuruh

melakukan dan turut serta melakukan perbuatan, yang didakwakan dan

dituntut kepada Terdakwa AGUS KOSSAY tidak terpenuhi dan karenanya

Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.

Dengan tidak terbuktinya salah satu unsur dari dakwaan saja, maka

dianggap secara hukum tindak pidana yang didakwakan KEPADA

TERDAKWA AGUS KOSSAY tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Page 70: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

69

Majelis Hakim yang terhormat,

Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,

Sdr.Panitera yang kami hormati,

Hadirin yang juga kami hormati,

Bertumpuh pada paparan kondisi obyektif yang terungkap dalam persidangan

yang dialami oleh Terdakwa AGUS KOSSAY, dan telah kami uraikan di atas,

maka kami Penasehat Hukum Terdakwa berkesimpulan bahwa Terdakwa

Tidak melakukan dugaan tindak pidana

sebagai orang yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan serta

melakukan makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah

Negara, jatuh ke tangan musuh atau memisahkan sebagian dari wilayah

Negara, sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 KUHP jo Pasal 55 ayat (1)

ke -1 KUHP, karenanya kami mohon kepada Majelis Hakim yang

memimpin persidangan ini memutuskan Membebaskan Terdakwa AGUS

KOSSAY dari Dakwaan dan Tuntutan Pidana Serta Memerintahkan Jaksa

Penuntut Umum Merehabilitasi Nama Baik Terdakwa.

Namun demikian bila Majelis Hakim berpendapat/berkeyakinan lain, maka

kami mohon putusan yang seadil-adilnya, mengingat tujuan penjatuhan

pidana bukanlah pembalasan dendam atau penjeraan tetapi bertujuan

mendidik dengan memberi kesempatan terhadap orang tersebut memperbaiki

tingkah lakunya di tengah-tengah pergaulan masyarakat.

V.PENUTUP

Hari ini dihadapan Pengadilan yang terhormat, kita yang hadir beserta semua

orang yang prihatin terhadap ketidakadilan berharap inilah proses hukum

untuk menyatakan kepada Terdakwa AGUS KOSSAY dan Seluruh Rakyat

Papua keadilan masih ada di Negeri ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Adil senantiasa memberi petunjuk dan keteguhan

iman kepada Majelis Hakim dalam memutus perkara ini.

Balikpapan, 12 Juni 2020

KOALISI PENEGAK HUKUM DAN HAM DI PAPUA

PENASEHAT HUKUM TERDAKWA,

EMANUEL GOBAY, S.H, M.H;

GANIUS WENDA, S.H, M.H;

Page 71: Pledoi AGUS KOSSAY · 2020. 10. 21. · 2 peradilan yang cepat dan biaya murah serta azas persidangan yang terbuka untuk umum. Pada persidangan hari Jumat, tanggal 05 Juni 2020 yang

70

YULIANA YABANSABRA, S.H;

WEHELMINA MORIN, S.H;

BERNARD MARBUN, S.H;

NI NYOMAN SURATMININGSIH, S.H;

FATHUL HUDA WIYASHADI, S.H;

LATIFAH ANUM SIREGAR, S.H, M.H

GUSTAF R.KAWER, S.H, M.Si;