Periodontitis Merupakan Penyakit Multifaktorial
description
Transcript of Periodontitis Merupakan Penyakit Multifaktorial
BAB I
PENDAHULUAN
Periodontitis merupakan penyakit multifaktorial, etiologi periodontitis merupakan
interaksi antara plak gigi di subgingiva yang mengandung bakteri patogen penyebab
periodontitis dan host. Bakteri patogen penyebab periodontitis dipengaruhi oleh kebersihan
rongga mulut, adanya plak dan retensi makanan, dan diet. Sedangkan host dipengaruhi oleh
adanya factor genetic yang menentukan respons imun spesifik dan non spesifik , kebiasaan,
factor social dan fisik (Wolf et al., 2004). Periodontitis agresif adalah penyakit pada jaringan
penyangga gigi yang ditandai dengan kerusakan yang cepat di ligament periodontal dan tulang
alveolar pada penderita usia muda, pada umumnya terjadi pada usia dibawah 30 tahun. Pada
periodontitis agresif proses kehilangan perlekatan jaringan dan resesi gingival empat kali (4x)
lebih cepat dibandingkan dengan periodontitis kronis (Velden et al., 2006; Newman et al., 2006)
Sampai saat ini kejadian periodontitis agresif pada usia muda masih merupakan masalah
yang belum dapat dijelaskan secara tuntas dibidang kedokteran gigi. Patogenesis periodontitis
dipengaruhi interaksi antara factor host dan bakteri yang didominasi oleh Actinobacillus
actinomycetemcomitans yang sekarag lebih dikenal dengan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans (A.actinomycetecomitans), adanya bakteri ini pada plak gigi
dihubungkan dengan agresifitas kerusakan jaringan periodontal dan diperparah dengan adanya
factor genetic dan lingkungan (Korman, 2000). Kontak langsung antara agen infeksius dengan
sel host diawali dengan proses adhesi (perlekatan). Proses adesi merupakan salah satu sifat
virulensi dari bakteri patogen yang berperan penting untuk terjadinya kolonisasi, invasi sampai
timbulonya penyakit inveksi (Giannasca et al, 1996; Doig et al, 1992; Finlay and Flaklow, 1989).
A.actinomycetecomitans mempunayi fimbriae yang berfungsi sebagai adesi dan invasi, fimbriae
ini merupakan factor virulensi pada proses infeksi di dalam rongga mulut.
A.actinomycetecomitans mempunyai berbagai macam factor virulensi yaitu LtxA yang dapat
merusak polymorphonuclear leucocyte (PMN) dan monosit, Cytolethal distending toxin (Cdt),
LPS, surface associated material (SAM) chemotactic inhibition factors, protease yang
mendegradasi immunoglobulin, kolagenase yang mendegradasi jaringan ikat kolagen, vesikel
extracellular outer membrane, factor yang mempengaruhi respons imun, factor yang merusak sel
host yaitu sel epitel dan fibroblast dan sifat virulensi yang relevan dengan adesi dan penetrasi
pada jaringan yaitu adhesion dan fimbriae (Kler and Malik, 2010).
Salah satu factor virulensi A.actinomycetecomitans adalah adhesin yang belum terungkap
secara eksklusif dan sampai saat ini belum diketahui peran dari adhesin A.actinomycetecomitans
pada penderita periodontitis agresif oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengungkap
peran adhesion sehingga diagnosis dan terapi yang tepat dapat dilakukan.
BAB II
PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN
2.1 Rumusan Masalah
Apakah protein adhesin A.actinomycetecomitans mengakibatkan peningkatan jumlah sel
radang akut pada tikus Wistar dengan periodontitis agresif?
2.2 Tujuan Penelitian
2.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peningkatan jumlah sel radang akut pada
hewan coba (dari hasil induksi protein adhesin A.actinomycetecomitans.
2.2.2 Tujuan Khusus
Dapat mengetahui peran adhesin A.actinomycetecomitans sehingga diagnosis, tindakan
preventif dan terapi yang tepat dapat dilakukan pada penderita periodontitis agresif.
2.3 Manfaat Penelitian:
Dengan didapatkannya protein adhesion A.actinomycetecomitans yang terbukti
mempunyai kemampuan meningkatkan jumlah sel radang akut dan sel radang kronis pada hewan
coba (tikus wistar), maka hal ini akan memperjelas pathogenesis periodontitis agresif yang masih
perlu diungkapkan lebih lanjut sehingga tindakan preventif dan kuratif yang tepat dapat
diberikan pada penderita.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Patogenesis periodontitis dipengaruhi interaksi antara factor host dan bakteri yang
didominasi oleh Actinobacillus actinomycetemcomitans yang sekarang lebih dikenal sebagai
Aggregatibacter actinomycetemcomitans(A.actinomycetecomitans, adanya bakteri ini pada plak
gigi dihubungkan dengan agresifitas kerusakan jaringan periodontal dan diperparah dengan
adanya factor genetic dan lingkungan (Korman, 2000). Pada beberapa penelitian terdahulu
menunjukkan keberadaan A.actinomycetemcomitans pada lebih dari 95% lesi periodontal
penderita dengan LAP (Henderson et al, 2010; Maeda et al, 2009). A.actinomycetecomitans
harus mempunyai factor virulensi agar dapat berkoloni, menyebabkan penyakit dan bertahan
pada host. A.actinomycetemcomitans mempunyai beberapa factor virulensi yang telah
diidentifikasi yaitu adhesin dan fimbriae yang berperan untuk invasi ke dalam jaringan, biofilm
polisakarida, lipopolisakarida (LPS), dua protein yang spesifik pada A.actinomycetemcomitans
adalah Cytolethal distending toxin (Cdt) dan Leukotoksin (LtxA) (Henderson et al, 2010;Ouhara
et al 2006). Kontak langsung antara agen infeksius dengan sel host diawali dengan proses adesi
(perlekatan). Proses adesi merupakan salah satu virulensi dari bakteri patogen yang berperan
penting untuk terjadinya kolonisasi, invasi, sampai timbulnya penyakit infeksi (Giannasca et al,
1996; Doig et al, 1992; Finlay and Flaklow, 1989). Apabila bakteri merupakan mekanisme
pertahanan hidup yang kuat dan juga merupakan mekanisme virulensi untuk bakteri patogen.
Adhesin bakteri juga merupakan media bagi bakteri untuk melakukan invasi pada host. Untuk
melakukan adesi pada host, adhesion bakteri dapat juga terikat pada bakteri lain dengan spesies
yang sama atau yang berbeda. A.actinomycetemcomitans mempunyai fimbriae dan macam
koloni yang membuat bakteri ini bertahan hidup, beberapa macam koloni
A.actinomycetemcomitans adalah koloni transparan kasar, transparan halus dan opaque halus.
Hanya di koloni transparan kasar terdapat fimbriae dengan protein terbanyak di 6,5 kDa dan
sedikit pada 54 kDa. Antibodi pada host dapat menghalangi ikatan dari A.actinomycetecomitans
pada saliva dan hihrosiapatin, sel epitel bukal, dan fibroblast, hal ini menunjukkan pentingnya
permukaan sel dari fimbriae untuk adesi pada permukaan yang beragam (Henderson et al, 2010).
Adesi strain berfimbriae A.actinomycetemcomitans pada permukaan gigi penting dan lebih
efektif (Henderson et al, 2010; Lamont, et al 2006). Strain A.actinomycetemcomitans yang
berfimbriae mempunyai daya adesi 3 kali lipat lebih tinggi daripada yang tanpa fimbriae (Feng Z
and Weinberg, 2006). A.actinomycetemcomitans mempunyai banyak factor virulensi, salah
satunya adalah adhesin yang belum terungkap secara eksklusif dan sampai saat ini belum
diketahui dengan jelas peran dari adhesion A.actinomycetemcomitans pada penderita
periodontiotis agresif, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengungkap peran
adhesin sehingga diagnosis, tindakan preventif dan terapi yang tepat dapat dilakukan pada
penderita.
Untuk maksud ini dilakukan penelitian mengenai analisis respon imun terhadap induksi
protein adhesin fimbriae dengan tahapan penelitian : Tahap pertama : Isolasi dan identifikasi
bakteri A.actinomycetemcomitans dari poket oenderita periodontitis agresif. Isolasi protein
adhesion A.actinomycetemcomitans dilanjutkan elektroforesa SDS-PAGE. Karakterisasi protein
adhesin A.actinomycetemcomitans (kDa), dilanjutkan uji Hematoksilin Eosin (HE) untuk
mengetahui adanya peningkatan jumlah sel radang akut yang menunjukkan terjadinya reaksi
inflamasi setelah dilakukan induksi protein adhesin pada hewan coba (tikus Wistar).
3.1 Protein Adhesin Bakteri
Bakteri patogen menggunakan sejumlah mekanisme dalam menyebabkan penyakit pada
manusia. Patogenesa penyakit infeksi diawali oleh interaksi patogen pada permukaan host.
Permukaan host disini termasuk kulit, membrane mukosa dari rongga mulut, nasopharing dan
jaringan yang lebih dalam termasuk jaringan limfoid, epitel lambung dan usus, alveolus, jaringan
endothel. Mikroba patogen mempunyai factor yang diekspresikan untuk dapat mengikat molekul
dari sel host sehingga terhindar dari kekuatan mekanik host. Sekali melekat pada permukaan
host, patogen dapat memulai proses biokimia spesifik yang akan menghasilkan penyakit,
termasuk proliferasi, pengeluaran toxin, invasi sel host, dan aktivasi signaling sel host melaui
cascade ( Wilson, 2002).
Faktor-factor perlekatan mikroba disebut adhesin, yang perlekatan mikroorganisme
kepada substrat sel host merupakan proses dini dan vital untuk semua patogen. Kadang-kadang
bakteri cukup mengekspresi satu factor perlekatan saja untuk dapat mengkolonisasi sel hospes
seperti misalnya yang terdiri dari polipeptida (protein) atau polisacharida (karbohidrat). Protein
adhesion dibagi dua kelompok : fimbriae dan afimbriae. Fimbriae merupakan struktur yang
menjulur keluar seperti rambut padapermukaan bakteri terdiri dari protein. Protein subunit pada
ujungbpili sering berfungsi mengikat reseptor host. Yang perlu dicatat bahwa satu patogen dapat
mengekspresikan lebih dari satu adhesion (Wilson, 2002). Pada A.actinomycetemcomitans
beberapa adhesin berperan pada perlekatan dari bakteri ini pada sel epitel, karena perlekatan
bakteri ini pada sel epitel bersifat multifaktorial (Lamont et al, 2006).
3.3 Sel Radang Akut
Sel yang ditemukan pada tempat peradangan (Robbine dan Kumar, 1992) :
Leukosit Polimorfonuklear:
a. Neutrofil
Neutrofil adalah sel pertama dan yang paling banyak ditemukan pada radang akut, sel ini
motil, amuboid, fagositosis aktif dan memberikan respon terhadap kemotaksis.
Fungsi utama neutofil : fagositosis bakteri dan destruksi sel dengan enzim lisosomal.
Pengeluaran enzim lisosomal pada jaringan. Ekstraseluler akan menyebabkan reaksi radang
local.
b. Basofil,
Pada basofil sitoplasmanya mengandung granula yang mengandung histamine dan
heparin, sel ini berperan dalam reaksi hipersensitifitas.
c. Eusinofil
Eusinofil beremigrasi dari aliran darah pada stadium lanjut dan penyembuhan, jumlahnya
meningkat pada infeksi parasit dan keadaan alergik. Mengandung antihistamin dan mencegah
untuk reaksi hipersensitif.
d. Sel Mast
Fungsinya mirip basofil, merupakan sel jaringan ikat , menghasilkan histamine dan
heparin.
Limfosit dan sel plasma, fungsi utamanya yaitu pada imunitas selular dan humoral.
Monosit, sel fagosit, bersifat motil.
Dari jaringan : Histoisit atau makrofag, berfungsi sama dengan monosit , merupakan
sel fagositik aktif dan motil.
e. Fibroblas, ditemukan pada stadium penyembuhan.
f. Sel datia Sel datia adalah sel besar yang berinti banyak. Secara aktif fagositik dan
menelan partikel asing yang terlalu besar untuk makrofag.
Sel radang akut adalah sel polimorfonukleus netrofil (mikrofag) : Leukosit
polimorfonukleus (netrofil, eosinofil, basofil) neutrofil: utama untuk fagositosis. Dibantu zat-zat
anti, mempererat kontak leukosit bakteri. Merupakan pertahanan pertama karena dapat migrasi
dengan segera dan dalam jumlah yang besar. Tidak berdaya pada kuman – kuman tertentu seperti
tuberculosis eosinofil: jumlahnya bertambah dalam keadaan alergi, asthma, hipersensitif
terhadap kedatangan parasit terutama cacing. Khemktasis dan fagositosis lebih rendah dari
netrofil.
DAFTAR PUSTAKA
Feng Z and Weinberg A, 2006. Role of Bacteria in Health and Disease of Periodontal Tissues. Periodontology 2000.40:50-76
Henderson B, Ward JM, Ready D, 2010. Aggregatibacter (Actibacillus) actinomycetemcomitans : a triple A periodontopathogen Periodontology 2000.54:78-105
Korman KS, 200. Genetics factors in the pathogenesis of periodontitis of Actinobacillus actinomycetemcomitans. Periodontol 20:135-167.
Lamont RJ and Yilmaz O, 2002. In or out: the invasiveness of oral bacteria.Periodontology 2000 30:61-69
Maeda T, Maeda H, Yamabe K, Mineshiba J, Tanimoto I, Yamamamoto T, Naruishi K, Kokeguchi S, Takashiba S, 2009. Highly expressed genes in a rough-colony-forming
phenotype of Aggregatibacter actinomycetemcomitans : implication of a mip-like gene for the invasion of host tissue.FEMS immunol Med Microbiol 58:226-236
Newman MG, Takei N, Klokkevold P, Carranza’s Clinical Periodontology. 10 th ed. WB Saunders Co. Philadelphia, New York, London, p : 168-181, 409-414, 675-668
Ouhara K, Komatsuzawa H, Shiba H, Uchida Y, Kawai T, Sayama K, Hashimoto K, Tauban MA, Kurihara H, Sugai M, 2006. Actinobacillus actinomycetemcomitans. Outer membrane protein 100 triggers innate immunity and production of β- defensin and the 18-KiloDalton cationaic antimicrobial protein through the fibronectin-integrin pathway in human gingival epithelial cells. Infection and Immunity. 74: 5211-5230
Velden V, Abbas F, Armand S, Loos BG, Timmerman MF, Weijden V, 2006. Java project on periodontal disease. The Natural Development of Periodontitis : risk factor, risk predictor and risk determinants. J Clin. Periodontal.33 : 540 - 49
Wolf HF, Rateitschak, and Hassel TM, 2004. Colour Atlas of Dental Medicine. Periodontology.
Robbine dan Kumar, 1992, Buku Ajar Patologi; Alih Bahasa, Staf Pengajar Laboratorium Patologi Anatomik FK-UNAIR Surabaya, Ed. 4, EGC, Jakarta.