CRS Periodontitis Marginalis-1

31
CASE REPORT SESSION (CRS) PERIODONTITIS MARGINALIS Oleh : Fauziyyah Karimah 12100114047 Serly Sri Wahyuni 12100114001 Ayu Niendar Puspita D 12100114024 Sekar Asmara JD 12100114100 Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Program Pendidikan Profesi Dokter

description

case report session

Transcript of CRS Periodontitis Marginalis-1

CASE REPORT SESSION (CRS)

PERIODONTITIS MARGINALIS

Oleh :

Fauziyyah Karimah 12100114047

Serly Sri Wahyuni 12100114001

Ayu Niendar Puspita D 12100114024

Sekar Asmara JD 12100114100

Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

Program Pendidikan Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

RS Al-Islam Bandung

2015

BAB I

Status Pasien

1.1 Identitas Pasien

Nama : Tn.S

Umur : 66 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pensiunan

Alamat : Cempaka Arum

Tgl pemeriksaan : 12 Agustus 2015

1.2 Keluhan Utama: Nyeri gigi kanan bawah

1.3 Riwayat Keluhan Sekarang:

Sejak 4 hari sebelum ke klinik gigi, pasien mengeluh adanya nyeri pada gigi kanan

bawah. Nyeri dirasakan terasa linu dan masih dirasakan hilang timbul. Keluhan dirasakan

ketika pasien menggunakannya untuk menggigit makanan, meminum air dingin ataupun

ketika sikat gigi dan akan hilang dengan sendirinya. Namun jika gigi pasien tidak di gunakan,

pasien tidak merasakan adanya linu pada gigi. Keluhan dirasakan membaik jika pasien

menggunakan koyo di bagian luar pipinya.

Pasien menyikat gigi minimal 2-3x dalam sehari. Pasien menyikat gigi dengan cara

menggosoknya ke kanan dan ke kiri saja dan jarang langsung mengganti sikat gigi jika bulu

sikat giginya sudah rusak.

Pasien menginginkan giginya dicabut agar tidak nyeri lagi.

Pasien memiliki kebiasaan mendorong lidah ke arah depan gigi namun menyangkal

memiliki kebiasaan bernafas melalui mulut, menggigit jari atau kuku, menggigit bibir, tidak

merokok.

1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu:

Pasien mengatakan ia memiliki riwayat hipertensi terkontrol dan diabetes melitus

tidak terkontrol. Pasien menyangkal memiliki penyakit jantung, kelainan darah, riwayat

alergi, gastritis, tb paru, ashtma

Riwayat Keluarga : Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit asthma, diabetes

melitus, dan kolesterol tinggi

1.5 General Survey

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Komposmentis

Tanda vital

- BP : 140/ 90 mmHg

- PR : 80x/ menit

- RR : 20/ menit

- T : afebris

1.6 Pemeriksaan Extraoral

• Bentuk wajah : Simetris

• Profil jaringan lunak : cembung

• KGB : tidak ada pembesaran

• Open close jaw : Deviasi kanan, Trismus (-)

• TMJ : krepitasi (-/-)

clicking (+/+)

nyeri (-/-)

1.7 Pemeriksaan Intraoral

• Oral higiene : Sedang

• Bibir : Normotonus

• Mukosa bukal : Normal,cheek biting (-)

• Gingiva : edema (-) hiperemis (-)

• Lidah : Normal

• Dasar mulut : Normal

• Palatum : Kedalaman normal,torus palatinus (-)

• Tonsil : T1, T1

1.8 Odontogram

V X

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

X O X X

1.9 Status Lokalis

Gigi 47

Karies + (superficial)

Sondasi +

Dingin +

Perkusi -

Tekanan -

Palpasi Edema + Hiperemis +

Mobility Gr II

Saku gusi >2mm

Jaringan sekitar status lokalis :

- Edema (+)

- Hiperemis (+)

- Ulkus (-)

- Stomatitis (-)

1.10 Diagnosis Banding:

• 47 Periodontitis Marginalis Akut

• 47 Periodontal Abses

1.11 Diagnosis Kerja: 47 Periodontitis Marginalis Akut

1.12 Rencana Terapi:

• Pro Resep

• Pro Rujuk ke dokter gigi

– Pro perawatan gingiva

– Pro scalling

1.13 Usulan Pemeriksaan: Rontgen Panoramic

1.14 Terapi

R/ amoxicillin tab 500mg no XV

S 3 dd 1

R/ metronidazole tab 500mg no XV

S 3 dd 1

1.15 Konseling

1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit, cara penanganannya, serta rencana

konsultasi ke dokter gigi.

2. Cara menyikat gigi yang baik dan benar serta frekuensi minimal 2 kali sehari setelah

makan dan sebelum tidur

3. Kontrol gula darah → Konsul ke Penyakit Dalam

4. Kurangi makanan yang manis-manis

5. Tidak melakukan pencabutan gigi sendiri

6. Penggunaan mouthwash dan flossing untuk membersihkan sisa makanan.

7. Dental check up 6 bulan sekali, ada atau tidak ada keluhan. Apabila ada keluhan harus

secepatnya datang ke dokter gigi.

1.16 Prognosis

Quo ad vitam : Ad bonam

Quo ad functionam : Ad malam

BAB II

PEMBAHASAN KASUS

2.1 Analisa Kasus

TN.S 66 tahun

• Nyeri pada gigi kanan bawah (4.7).

• Nyeri terasa linu dan dirasakan hilang timbul.

• Pada pemeriksaan ditemukan adanya hiperemis dan edema pada ginggiva 47, mobility

gr II pada 47, dan adanya saku gusi > 2 mm.

• Riwayat DM tidak terkontrol

PERIODONTITIS

Gb 1 perbandingan gigi normal dengan periodontitis

2.2 Periodontitis

Definisi

Periodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi

epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang alveolar.

Pada pemeriksaan klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing

(ditempat aktifnya penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan perubahan kontur

fisiologis. Dapat juga ditemukan kemerahan, pembengkakan gingiva dan biasanya tidak ada

rasa sakit.

Epidemiologi

Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan ke dua utama yang masih merupakan

masalah di masyarakat. Prevalensi meningkat pada :

- Bertambahnya usia

- Peningkatan akumulasi plak dan kalkulus

- Dibetes melitus

- Kunjungan ke dokter gigi yang rendah

Etiologi dan Faktor Risiko

Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu

- Faktor lokal (ekstrinsik)

- Faktor sistemik (intrinsik)

Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi,

sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum.

Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor lokal yaitu

inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya. Kerusakan yang

disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar,

sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan

akar.

Gb. 2 Etiologi Periodontitis

a. Faktor Lokal

1. Plak bakteri

2. Kalkulus

3. Impaksi makanan

4. Pernafasan mulut

5. Sifat fisik makanan

6. Iatrogenik Dentistry

7. Trauma dari oklusi

1. Plak Bakteri

Plak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba yang melekat erat

pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan kebersihan mulut. Berdasarkan

letak huniannya, plak dibagi atas supra gingival yang berada disekitar tepi gingival dan plak

sub-gingiva yang berada apikal dari dasar gingival. Bakteri yang terkandung dalam plak di

daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit

periodontal berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat

toksik. Bakteri dapat menyebabkan penyakit periodontal secara tidak langsung dengan jalan :

1. Meniadakan mekanisme pertahanan tubuh.

2. Mengurangi pertahanan jaringan tubuh

3. Menggerakkan proses immuno patologi.

Meskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis,

akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai penyebabnya yang merupakan multifaktor,

meliputi interaksi antara mikroorganisme pada jaringan periodontal dan kapasitas daya tahan

tubuh.

2. Kalkulus

Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang mengalami

pengapuran, terbentuk pada permukaan gigi secara alamiah. Kalkulus merupakan pendukung

penyebab terjadinya gingivitis (dapat dilihat bahwa inflamasi terjadi karena penumpukan sisa

makanan yang berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa, kalkulus bukan

penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Faktor penyebab timbulnya gingivitis

adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada

permukaan kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung.

3. Impaksi makanan

Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan) merupakan keadaan

awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal. Gigi yang berjejal atau miring

merupakan tempat penumpukan sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak, sedangkan

gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang tinggi. Tanda-tanda yang

berhubungan dengan terjadinya impaksi makanan yaitu

a. perasaan tertekan pada daerah proksimal

b. rasa sakit yang sangat dan tidak menentu

c. inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat sering berbau.

d. resesi gingiva

e. pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat bergerak dari soketnya,

sehingga terjadinya kontak prematur saat berfungsi dan sensitif terhadap perkusi.

f. kerusakan tulang alveolar dan karies pada akar

4. Pernafasan Mulut

Kebiasaan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk. Hal ini

sering dijumpai secara permanen atau sementara. Permanen misalnya pada anak dengan

kelainan saluran pernafasan, bibir maupun rahang, juga karena kebiasaan membuka mulut

terlalu lama. Sementara misal pasien penderita pilek dan pada beberapa anak yang gigi depan

atas protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup bibir. Keadaan ini menyebabkan

viskositas (kekentalan) saliva akan bertambah pada permukaan gingiva maupun permukaan

gigi, aliran saliva berkurang, populasi bakteri bertambah banyak, lidah dan palatum menjadi

kering dan akhirnya memudahkan terjadinya penyakit periodontal.

5. Sifat fisik makanan

Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan yang bersifat lunak

seperti bubur atau campuran semiliquid membutuhkan sedikit pengunyahan, menyebabkan

debris lebih mudah melekat disekitar gigi dan bisa berfungsi sebagai sarang bakteri serta

memudahkan pembentukan karang gigi. Makanan yang mempunyai sifat fisik keras dan kaku

dapat juga menjadi massa yang sangat lengket bila bercampur dengan ludah. Makanan yang

demikian tidak dikunyah secara biasa tetapi dikulum di dalam mulut sampai lunak bercampur

dengan ludah atau makanan cair, penumpukan makanan ini akan memudahkan terjadinya

penyakit. Makanan yang baik untuk gigi dan mulut adalah yang mempunyai sifat self

cleansing dan berserat yaitu makanan yang dapat membersihkan gigi dan jaringan mulut

secara lebih efektif, misalnya sayuran mentah yang segar, buah-buahan dan ikan yang

sifatnya tidak melekat pada permukaan gigi.

6. Iatrogenik Dentistry

Iatrogenik Dentistry merupakan iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan dokter gigi

yang tidak hati-hati dan adekuat sewaktu melakukan perawatan pada gigi dan jaringan

sekitarnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar gigi. Dokter gigi harus

memperhatikan masa depan kesehatan jaringan periodontal pasien, misalnya :

Waktu melakukan penambalan pada permukaan proksimal (penggunaan matriks) atau

servikal, harus dihindarkan tepi tambalan yang menggantung (kelas II amalgam),

tidak baik adaptasinya atau kontak yang salah, karena hal ini menyebabkan mudahnya

terjadi penyakit periodontal.

Sewaktu melakukan pencabutan, dimulai dari saat penyuntikan, penggunaan bein

sampai tang pencabutan dapat menimbulkan rusaknya gingiva karena tidak hati hati

Penyingkiran karang gigi (manual atau ultra skeler) juga harus berhati hati, karena

dapat menimbulkan kerusakan jaringan gingiva.

7. Trauma dari oklusi

Trauma dari oklusi menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium, tekanan oklusal yang

menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik oklusi.

Trauma dari oklusi dapat disebabkan oleh :

Perubahan-perubahan tekanan oklusal Misal adanya gigi yang elongasi, pencabutan

gigi yang tidak diganti, kebiasaan buruk seperti bruksim, clenching.

Berkurangnya kapasitas periodonsium untuk menahan tekanan oklusal

Kombinasi keduanya.

Faktor Sistemik

Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat oleh

keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-material seperti hormon,

vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini terganggu dapat mengakibatkan

gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan tersebut dapat berupa kurangnya materi

yang dibutuhkan oleh sel-sel untuk penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang seharusnya

dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan adanya gangguan

keseimbangan tersebut maka dapat memperberat atau

menyebabkan kerusakan jaringan periodontal.

Faktor-faktor sistemik ini meliputi :

Demam yang tinggi

Defisiensi vitamin

Drugs atau pemakaian obat-obatan

Hormonal

1. Demam yang tinggi

Pada anak-anak sering terjadi penyakit periodontal selama menderita demam yang

tinggi, (misal disebabkan pilek, batuk yang parah). Hal ini disebabkan anak yang sakit tidak

dapat melakukan pembersihan mulutnya secara optimal dan makanan yang diberikan

biasanya berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva dan debris berkumpul pada mulut

menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan terjadi penyakit periodontal.

2. Defisiensi vitamin

Defisiensi vitaman dapat menjadi salah satu faktor penyebab periodontitis. Defisiensi

vitamin C sebenarnya tidak menyebabkan penyakit periodontal, tetapi adanya iritasi lokal

menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersebut sehingga

terjadi reaksi inflamasi (defisiensi memperlemah jaringan).

3. Drugs atau obat-obatan

Obat-obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering terjadi pada anak-anak

penderita epilepsi yang mengkomsumsi obat anti kejang, yaitu phenytoin (dilantin). Dilantin

bukan penyebab langsung penyakit jaringan periodontal, tetapi hiperplasia gingiva

memudahkan terjadinya penyakit. Penyebab utama adalah plak bakteri.

4. Hormonal

Penyakit periodontal dipengaruhi oleh hormon steroid. Peningkatan hormon estrogen

dan progesteron selama masa remaja dapat memperhebat inflamasi margin gingiva bila ada

faktor lokal penyebab penyakit

Klasifikasi

Gb. 2 klasifikasi Periodontitis

2.3 Periodontitis Marginalis

A. Definisi Periodontitis Marginalis

Periodontitis secara umum diartikan sebagai inflamasi yang melibatkan struktur

periodontal pendukung. Terlibatnya struktur periodontal pendukung oleh inflamasi bisa

akibat: 1) kelanjutan inflamasi dari gingivitis kronis yang tidak dirawat atau tidak tuntas

perawatannya, atau 2) penjalaran inflamasi dari pulpa gigi melalui foramen apikalis ke ruang

ligament periodontal di bagian apical.

Untuk membedakan kedua bentuk periodontitis tersebut, digunakan terminology yang

berbeda yaitu: 1) Periodontitis Marginalis, berkembang dari gingivitis (peradangan atau

infeksi pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah bawah gigi

sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan periodontal.

dan 2) Periodontitis Apikalis, yaitu peradangan yang terjadi pada jaringan sekitar apeks gigi

yang biasanya merupakan lanjutan dari infeksi atau peradangan pada pulpa.

B. Insidensi

Angka kejadian periodontitis marginalis berhubungan dengan umur, dan secara umum

efeknya pada jenis kelamin adalah sama. Bukan umur dari individu yang menyebabkan

meningkatnya prevalensi, tetapi lamanya waktu jaringan periodontal berubah oleh akumulasi

plak. Menurut jenis kelamin, laki- laki lebih banyak dari wanita, dan gambaran klinik

penyakit ini pada laki-laki lebih berat. Sedangkan pada ras kulit hitam, gambaran kliniknya

lebih berat daripada ras kulit putih. Pada saat ini angka kejadian periodontitis marginalis

berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan.

C. Etiologi

Pembentukkan periodontitis marginalis secara umum terjadi melalui interaksi dari

berbagai faktor. Secara umum etiologi penyakit ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa

faktor, antara lain;

1) Faktor lokal.

Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang

mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada

permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan

gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis gusi. Bakteri dan

produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan

terjadilah periodontitis.

2) Faktor sistemik

Kebanyakan periodontitis marginalis terjadi pada pasien yang memiliki penyakit sistemik

yang mempengaruhi keefektivan respon host. Diabetes merupakan contoh penyakit yang

dapat meningkatkan keganasan penyakit ini, selain itu kehamilan, menopause dan

kelainan endokrin dapat juga menyebabkan periodontitis marginalis.

3) Lingkungan dan perilaku

Merokok dapat meningkatkan tingkat keparahan penyakit ini. Pada perokok, terdapat

lebih banyak kehilangan attachment dan tulang, lebih banyak furkasi dan pendalaman

poket. Obat-obatan juga dapat mempengaruhi penyakit ini. Antidepresan, parasetamol

dan antihistamin mengandung bahan-bahan yang menurunkan produksi air liur. Karena

air liur memiliki efek pembersihan pada gigi dan membantu menghambat pertumbuhan

bakteri, jika produksinya berkurang maka plak dan karang gigi dapat terbentuk lebih

mudah. Obat lain, terutama obat anti-kejang, calcium channel blockers dan obat-obatan

yang menekan sistem kekebalan tubuh, kadang-kadang menyebabkan pertumbuhan

berlebih dari jaringan gusi (gingiva hiperplasia), membuat plak lebih sulit untuk

dihilangkan.

4) Genetik

Biasanya kerusakan periodontal sering terjadi di dalam satu keluarga, ini kemungkinan

menunjukkan adanya faktor genetik yang mempengaruhi periodontitis marginalis ini.

Patogenesis Periodontitis Marginalis

Sisa makananWaktu

Plak

Kalkulus

Invasi Ginggiva melalui Ginggival pocket

Ginggivitis Marginalis

merusak Epitelial attachment pada cementoenamel junction

Inflamasi membran Periodental

Periodontitis Marginalis

Bakteri

Patofisiologi Periodontitis Marginalis

Kalkulus dan plak menginduksi inflamasi dalam sulcus ginggival kemudian mendesak kearah

apikal

Destruksi membran periodental

Timbul kantung periodental yang semakin dalam

Hubungan cementum dan tulang alveolar terputus

Terjadi resorpsi tulang dan gigi lepas

Tanda dan Gejala

Rasa sakit berdenyut-denyut, terus menerus dan terlokalisir

Gigi penyebab dan beberapa gigi lain goyang

Rasa dan bau tidak enak di mulut

Kesehatan gigi buruk, ditemukan banyak plak dan kalkulus

Adanya pembengkakan dan hiperemis pada ginggival

Migrasi gigi patologis

Terdapat pocket periodental

Pemeriksaan

1. Inflamasi gingiva dan pendarahan

Adanya dan keparahan inflamasi gingiva tergantung pada status kebersihan mulut; bila buruk,

inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi pendarahan waktu penyikatan atau bahkan

pendarahan spontan.

2. Poket 

Pengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting dari diagnosis periodontal.

Bila tidak ada pembengkakan gingiva, poket sedalam lebih dari 2 mm menunjukkan adanya

migrasi ke apikal dari epitelium krevikular

3. Resesi gingiva

Resesi gingiva dan terbukanya akar dapat meyertai periodontitis kronis.

4. Mobilitas gigi

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menekan salah satu sisi gigi yang bersangkutan dengan

alat atau ujung jari dengan ujung jari lainnya pada sisi gigi yang berseberangna dan gigi

tetangganya yang digunakan sebagai titik pedoman sehingga gerakan realtif dapat diperiksa.

5. Nyeri

Nyeri atau sakit waktu gigi diperkusi menunjukkan adanya inflamasi aktif dari jaringan

penopang.

Diagnosis

Ditegakkan berdasarkan anamnesa, gambaran klinik dan pemeriksaan penunjang.

◦ Dari anamnesa didapatkan gejala berupa banyak ditemukan kalkulus, gusi

mudah berdarah, gigi goyang.

◦ Dari pemeriksaan penunjang untuk memastikan bakteri penyebab dapat

dilakukan kultur, dan pemeriksaan radiologis.

Penatalaksanaan

1. Skaling dan root planing

Skaling subginggiva adalah metode paling konservatif dari reduksi poket dan bila

poket dangkal, merupakan satu-satunya perawaan yang perlu dilakukan. Meskipun

demikian, bila kedalaman poket 4 mm atau lebih, diperlukan perawatan tambahan. Ayng

pain gsering adalah root planing dengan atau tanpa kuretase subginggiva.Skaling adalah

suatu tindakan pembersihan plak gigi,kalkulus dan deposit-deposit lain dari permukaan

gigi. Penghalusan akar dilakukan untuk mencegah akumulasi kembali dari deposit-deposit

tersebut. Tertinggalnya kalkulus supragingival maupun kalkulus subgingival serta ketidak

sempurnaan penghalusan permukaan gigi dan akar gigi mengakibatkan mudah terjadi

rekurensi pengendapan kalkulus pada permukaan gigi.

2. Antibiotik

Antibiotik biasanya diberikan untuk menghentikan infeksi pada gusi dan jaringan di

bawahnya. Perbaikan kebersihan mulut oleh pasien sendiri juga sangat penting. Obat pilihan

adalah tetrasiklin, tetapi akhir-akhir ini obat yang mengandung metronidazol dibuktikan

sangat efektif terhadap bakteri patogen periodontal.

Pengalaman klinik menunjukkan bahwa metronidazol dikombinasikan dengan

amoksisilin sangat efektif untuk perawatan periodontitis lanjut dan hasilnya memuaskan.

3. Kumur-kumur antiseptik

Terutama yang sering digunakan pada saat sekarang adalah chlorhexidin atau heksitidin

yang telah terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal dan

dapat mematikan bakteri patogen periodontal serta dapat meghambat terbentuknya plak.

4. Bedah periodontal 

Pada kasus-kasus yang lebih parah, tentunya perawatan yang diberikan akan jauh lebih

kompleks. Bila dengan kuretase tidak berhasil dan kedalaman poket tidak berkurang, maka

perlu dilakukan tindakan operasi kecil yang disebut gingivectomy. Tindakan operasi ini dapat

dilakukan di bawah bius lokal. Pada beberapa kasus tertentu yang sudah tidak bisa diatasi

dengan perawatan di atas, dapat dilakukan operasi dengan teknik flap, yaitu prosedur yang

meliputi pembukaan jaringan gusi, kemudian menghilangkan kotoran dan jaringan yang

meradang di bawahnya.

5. Ektraksi gigi

Bila kegoyangan gigi parah atau didapatakan gangren pulpa, maka dilakukan ektraksi

gigi.

Pencegahan Periodontitis

Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum

tidur.

Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang

tersangkut di antara celah gigi-geligi.

Berhenti merokok

Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol

rutin dan pembersihan

Komplikasi

Kehilangan gigi

Coronary artery disease

Stroke

Premature, BBLR

Gangguan Respirasi

Rheumatoid arthritis

Asthma

Prognosis

Prognosis bergantung pada perawatan periodontik, perawatan saluran bukan

merupakan indikasi, terutama jika pulpanya masih vital. Bila penanganan dilakukan segera,

kehilangan gigi dapat dicegah, bila tidak ditangani dengan baik dapat terbentuk pus dan bisa

meluas menjadi pyorrhea alveolaris atau dapat menimbulkan kegoyangan gigi yang parah

sehingga harus dilakukan ekstraksi gigi.

2.4 Mekanisme terjadinya penyakit periodontal pada penderita diabetes mellitus

Penyakit diabetes mellitus berpengaruh aktif terhadap kerusakan jaringan. Pada

penderita diabetes mellitus dengan kelainan periodontal selalu diikuti dengan factor iritasi

lokal. Disebutkan bahwa diabetes mellitus merupakan factor predisposisi yang dapat

mempercepat kerusakan jaringan periodontal yang dimulai oleh agen microbial, perubahan

vaskuler pada penderita diabetes dapat mengenai pembuluh darah besar dan kecil.

Perubahan pada pembuluh darah kecil dapat dijumpai pada arteriol, kapiler dan

venula pada bermacam – macam organ serta jaringan. Akibat adanya angiopati pada

penderita diabetes mellitus , pada jaringan periodontal akan mengalami kekurangan suplai

darah dan terjadi kekurangan oksigen, akibatnya akan terjadi kerusakan jaringan periodontal.

Selanjutnya akibat kekurangan oksigen pertumbuhan bakteri anaerob akan meningkat.

Dengan adanya infeksi bakteri anaerob pada diabetes mellitus akan menyebabkan pertahanan

dan perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan hipoksia jaringan sehingga bakteri anaerob

yang terdapat pada plak subgingiva menjadi berkembang dan lebih pathogen serta

menimbulkan infeksi pada jaringan periodontal. Pada neuropati diabetes mellitus yang

mengenai syaraf otonom yang menginervasi kelenjar saliva, akan mengakibatkan produksi

saliva berkurang dan terjadi xerostom

Menurunnya kepadatan tulang seringkali mempunyai kaitan dengan diabetes mellitus.

Sehubungan dengan kejadian ini, perlu diketahui bahwa insulin dan regulasi diabetes mellitus

mempunyai pengaruh pada metabolisme tulang, antara lain insulin meningkatkan uptake

asam amino dan sintesis kolagen oleh sel tulang, yang penting untuk formasi tulang oleh

osteoblast. Regulasi jelek diabetes mellitus menyebabkan hipokalsemia yang akan

menimbulkan peningkatan hormon paratiroid ( resorbsi tulang akan meningkat) regulasi jelek

diabetes mellitus juga mengganggu metabolisme vitamin D3 dengan kemungkinan

menurunnya absorbsi kalsium di usus. Selain itu juga akan merangsang makrofag untuk

sintesis beberapa sitokin yang akan meningkatkan resorbsi tulang. Semua pengaruh diabetes

mellitus pada tulang inilah yang menyebabkan adanya hubungan antara diabetes mellitus

dengan penurunan kepadatan tulang.

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang sangat berpengaruh terhadap

kesehatan jaringan periodontal. Ada beberapa hal yang terjadi pada pasien diabetes sehingga

penyakit ini cenderung untuk memperparah kesehatan dari jaringan periodontal :

Bacterial Pathogens

Kandungan glukosa yang terdapat di dalam cairan gusi dan darah pada pasien diabetes

dapat mengubah lingkungan dari mikroflora, meliputi perubahan kualitatif bakteri yang

berpengaruh terhadap keparahan dari penyakit periodontal.

Polymorphonuclear Leukocyte Function

Penderita diabetes rentan terhadap terjadinya infeksi. Hal ini dihipotesiskan sebagai

akibat dari polymorphonuclear leukocyte deficiencies yang menyebabkan gangguan

chemotaxis, adherence, dan defek phagocytosis. Pada pasien dengan diabetes yang tidak

terkontrol terjadi pula gangguan pada fungsi PMN (polymorphonuclear leukocytes) dan

monocytes/macrophage yang berperan sebagai pertahanan terhadap bakteri patogen.

Altered Collagen Metabolism

Pada pasien diabetes yang tidak terkontrol yang mengalami hiperglikemi kronis

terjadi pula perubahan metabolisme kolagen, dimana terjadi peningkatan aktivitas

collagenase dan penurunan collagen synthesis.

Kolagen yang terdapat di dalam jaringan cenderung lebih mudah mengalami

kerusakan akibat infeksi periodontal. Hal ini mempengaruhi integritas jaringan tersebut.