Perawatan Refractory Periodontitis, Necrotizing Ulcerative Periodontitis, Dan Periodontitis Yang...

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebanyakan pasien periodontitis kronis ditemui dengan tipe bentuk yang umum dan akan mudah sembuh saat diberi terapi yang konvensional. Pada tipe ini, terapi yang diberikan adalah debridement non bedah dan bedah, dilanjutkan dengan perawatan jangka lama yang adekuat. Namun, ada beberapa pasien dengan tipe periodontitis yang tidak menunjukkan perkembangan membaik saat dilakukan perawatan konvensional, tipe ini lebih jarang terjadi. Beberapa diantaranya adalah periodontitis refraktori, necrotizing ulcerative periodontitis dan periodontitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik.(Carranza & Newman, 1996) Periodontitis refraktori adalah periodontitis yang tidak sembuh dengan terapi yang biasa diberikan atau dapat sembuh tapi tidak lama setelah terapi akan kambuh lagi. Keadaan periodontitis dapat dikatan periodontitis refraktori bila terapi yang diberikan berjalan dengan benar. Periodontitis refraktori disebabkan respon host yang abnormal, organisme yang resisten atau secara morfologis ada bagian yang sulit dijangkau, selain itu dapat juga dikaitkan dengan 1

description

Periodontal disease on Refractor Periodontitis, NUP and Systemic Periodontitis

Transcript of Perawatan Refractory Periodontitis, Necrotizing Ulcerative Periodontitis, Dan Periodontitis Yang...

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebanyakan pasien periodontitis kronis ditemui dengan tipe bentuk yang umum dan akan mudah sembuh saat diberi terapi yang konvensional. Pada tipe ini, terapi yang diberikan adalah debridement non bedah dan bedah, dilanjutkan dengan perawatan jangka lama yang adekuat. Namun, ada beberapa pasien dengan tipe periodontitis yang tidak menunjukkan perkembangan membaik saat dilakukan perawatan konvensional, tipe ini lebih jarang terjadi. Beberapa diantaranya adalah periodontitis refraktori, necrotizing ulcerative periodontitis dan periodontitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik.(Carranza & Newman, 1996)Periodontitis refraktori adalah periodontitis yang tidak sembuh dengan terapi yang biasa diberikan atau dapat sembuh tapi tidak lama setelah terapi akan kambuh lagi. Keadaan periodontitis dapat dikatan periodontitis refraktori bila terapi yang diberikan berjalan dengan benar. Periodontitis refraktori disebabkan respon host yang abnormal, organisme yang resisten atau secara morfologis ada bagian yang sulit dijangkau, selain itu dapat juga dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Necrotizing ulcerative periodontitis (NUP) terjadi pada penderita Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). NUP terjadi setelah acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG). NUP ditandai dengan adanya bentukan kawah yang dalam pada tulang interdental, namun tidak ditemukan pocket. Periodontitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik akan sangat bergantung pada keadaan penyakit sistemik yang diderita. Oleh karena itu terapi yang diberikan akan saling berhubungan. (Carranza & Newman, 1996)Terapi yang diberikan pada penderita periodontitis ini kompleks dan membutuhkan terapi yang intensif dan komprehensif. Karena pasien dengan kasus tersebut tidak memberikan respon secara normal pada terapi yang biasa, pertanyaan yang mendasari pada adanya kasus ini adalah apakah ada masalah yang berhubungan dengan respon tubuh host. Meskipun terdapat banyak usaha untuk menjelaskan tipe imunologi pasien, amun tidak ada pemecahan yang menentukan perbadaan hasil terapi. Perawatan terbaik yang dilakukan adalah kombinasi dari terapi anti mikrobial dengan scalling dan root planning. Identifikasi bakteri menjadi akan menjadi kunci utama pada perawatan yang dilakukan, karena akan menentukan antibiotik yang akan diberikan. (Carranza & Newman, 1996)Pada makalah ini akan dijelaskan terapi yang sebaiknyanya diberikan pada penderita dengan periodontitis refraktori, necotizing ulcerative periodontitis, dan periodontitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik. 1.2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui terapi dan perawatan yang sebaiknya dilakukan untuk pasien dengan periodontitis refraktori, necotizing ulcerative periodontitis dan periodontitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik.

1.3. Manfaat

Makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa S1 Pendidikan Dokter Gigi Universitas Airlangga tentang perawatan pada periodontitis.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Refraktori Periodontitis

2.1.1 DefinisiRefractory Periodontitis telah didefinisikan oleh American Academy of Periodontology sebagai "Periodontitis pada pasien yang tidak menunjukkan perubahan terhadap perawatan apapun yang diberikan, bagaimanapun ketelitian atau frekuensinya." Refractory Periodontitis harus dibedakan dari penyakit yang berulang lainnya, dimana penyembuhan secara total terjadi setelah dilakukan terapi, namun diikuti oleh kambuhnya penyakit sebagai akibat dari reformasi plak, dan kalkulus (Carranza & Newman, 2002).Untuk mengklasifikasikan kasus sebagai refractory (tidak responsif), klinisi harus jelas membedakan kauss ini dari kasus yang terapinya tidak sampai selesai. Pada pasien seperti iritasi mungkin belum sepenuhnya ditangani sampai sembuh, dan penyakitnya mungkin tidak menjadi semakin parah tetapi penyakitnya tidak pernah benar-benar sembuh. Karena kurangnya pedoman dan parameter yang jelas untuk diagnosis dan klasifikasi pasien dengan Refractory Periodontitis, ada dua pendapat yang berbeda dalam literatur :

1. Refractory Periodontitis berbeda dari semua jenis periodontitis. Refractory Periodontitis disebabkan oleh agen bakteri yang berbeda, respon host yang menunjukkan perubahan spesifik, atau kombinasi faktor ini. Menurut pandangan ini, memungkinkan adanya beberapa kategori atau subtipe dari pasien refractory. 2. Refractory Periodontitis bukanlah hal yang berbeda, dan semua kasus periodontitis refractory dapat masuk ke dalam beberapa kategori lain periodontitis. Kasus Refractory yang paling sering terlihat selama perawatan agresif periodontitis, periodontitis sebagai manifestasi dari penyakit sistemik yang tidak dapat diselesaikan, dan periodontitis kronis yang diperburuk oleh kebiasaan merokok atau kondisi sistemik yang tidak terkontrol seperti diabetes dan AIDS (Carranza & Newman, 2002).Penggabungan Refractory Periodontitis ke klasifikasi penyakit periodontal menunjukkan bahwa ada faktor-faktor yang tidak diketahui yang menyebabkan perawatan yang tidak menunjukkan hasil. Sebagai hasilnya penyebutan Refractory Periodontitis sebagai suatu penyakit tersendiri telah dihapus, meskipun disadari bahwa ada beberapa kasus periodontitis yang mungkin tidak menunjukkan perubahan selama perawatan konvensional yang tidak adekuat atau tidak tepat atau faktor lain yang tidak diketahui. Gambaran klinis dan keparahan sebelum perawatan bukan merupakan diagnosa Refractory Periodontitis. Setelah perawatan awal, tidak ada perubahan jumlah plak di tempat yang mengalami pembengkakan atau attachment loss, tetapi daerah yang yang mengalami attachment loss mengalami perdarahan yang persisten saat dilakukan probing dan ada nanah (Carranza & Newman, 2002).Refractory periodontitis dapat disebabkan karena respon host yang abnormal, patogen dan microflora virulen yang tidak normal, kegagalan mengeliminasi faktor retensi plak, atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Proporsi yang tinggi dari bakteri A.actinomycetemcomitans dan P. intermedia ditemukan pada Refractory Periodontitis. Rodenburg menyatakan jumlah keseluruhan bakteri dalam poket pasien Refractory lebih rendah dibandingkan pasien yang tdak mendapat perawatan apa-apa, tetapi A.actinomycetemcomitans memiliki proporsi yang lebih besar pada microflora subgingiva dibandingkan dengan pasien yang tidak medapat perawatan apa-apa.. Hal ini dapat dijelaskan dengan asumsi bahwa A.actinomycetemcomitans lebih sulit dibersihkan dari area subgingiva daripada bakteria lain karena kemampuan invasifnya dan adanya re-infeksi dari bagian lain dalam mulut (Carranza & Newman, 2002).Slot dan Rams menyebutkan jenis mikroorganisme pada kejadian refractory chronic periodontitis sebagai berikut :

1. F.nucleatum (75% tiap pasien tiap regio)

2. P.intermedia (40%)

3. A.actinomycetemcomitans (30%)

4. Peptostreptococcus micros (30%)

5. Staphylococcus sp (30%)

6. Bacteroides forsythus (25%)

7. Campylobacter rectus (25%)

8. P. gingivalis (15%)

9. Candida sp (15%)

10. Enterobacteriaceae atau Pseudomonadacea spp (10%)

Haffajee et al mengidentifikasi tiga kompleks mikrobial utama pada pasien Refractory Peridodontitis yaitu :

1. B.forsythus, F.nucleatum,C.rectus2. Streptococcus intermedius, B.gingivalis dan Peptostreptococcus micros3. S.intermedius dan F.nucleatum.Walker et al mengindikasikan setidaknya ada 2 pola attachment loss yang berhubungan dengan refractory periodontitis, tiap pola mengindikasikan flora yang berbeda. Pola yang menunjukkan attachment loss yang besar dan cepat adalah karakteristik dari flora gram negatif yang mengandung spirochaeta, P.intermedia dan spesies Fusobacterium. Pola yang lambat dan terus-menerus dominan pada flora gram negatif yang memiliki proporsi yang besar pada spesies S.intermedius atau organisme yang mirip S.intermedius. Namun Refractory Periodontitis tidak hanya berhubungan dengan persistensi spesies mikrobial saja. Mac Farlane et all mendeskripsikan gangguan fagositosis PMN pada kasus Refractory Periodontitis dan reduksi kemotaksis PMN dan persentase kasus yang tinggi pada kelompok perokok. Hernichel-Gorbach et al melaporkan bahwa terdapat perubahan mononuclear-cell cytokine system (Carranza & Newman, 2002).2.1.2 Diagnosis Refractory Periodontitis Diagnosis periodontitis refraktori membutuhkan pengumpulan data dan evaluasi. Ini adalah cara utama di mana dokter dapat menentukan normalitas respon pasien terhadap pengobatan. Beberapa individu bisa saja datang untuk pertama kalinya dengan bentuk kerusakan pada periodontal yang luar biasa parah untuk usia mereka. Dalam kasus ini awal diagnosis bukan periodontitis refraktori, melainkan salah satu penyakit agresif lainnya. Seorang pasien dengan periodontitis refraktori sering tidak memiliki karakteristik klinis membedakan pada awal pemeriksaan dibandingkan dengan periodontitis tipe lainnya (Carranza & Newman, 2002).Setelah perawatan, differential diagnosa Refractory Periodontitis meliputi :

1. Periodontitis dengan penanganan yang tidak tepat

Kebanyakan jenis periodontitis dapat dirawat dengan efektif jika tahapan perawatan dilakukan dengan baik. Jika selama pemeriksaan setelah perawatan, ditemukan bahwa pasien tidak menunjukkan respon yang adekuat, maka kemungkinan terapi tersebut tidak tepat. Cara untuk menunjukkan suatu perawatan yang adekuat adalah melakukan semua perawatan yang terbaik dengan menghilangkan segala faktor etiologi dan menggunakan teknik terbaik.

2. Periodontitis yang berhubungan dengan pengendalian plak yang buruk oleh pasien

Pengendalian plak sangat menentukan keberhasilan perawatan periodontal sehingga perhatian khusus untuk melakukan pengendalian plak harus dilakukan sebelum mengklasifikasikan sebagai Refractory Periodontitis.

3. Lesi Endodontik

Keberadaan lesi endodontik harus diperhatikan sebelum menentukan klasifikasi sebagai Refractory Periodontitis terutama pada pasien dengan localized reccurent disease.

Diagnosis suatu kasus sebagai Refractory Periodontitis adalah apabila terjadi attachment loss setelah perawatan yang baik dan pengendalian plak yang dilakukan oleh klinisi dan pasien dan semua faktor etiologi bisa dikendalikan.2.1.3 Terapi Refractory Periodontitis Perkiraan prognosis dan pengobatan harus didasarkan pada bukti yang tersedia dari literature dan pengalaman dari klinisi sendiri. Langkah pertama dalam pengobatan periodontitis refraktori dengan antimikroba harus ada diagnose mikrobiologi dan tes kerentanan. Tes mikrobiologis ini meliputi analisis kultur, penilaian mikroskopis, analisis asam nukleat, analisis restriksi endonuklease, deteksi antigen bakteri dan enzim, dan analisis dengan menggunakan reaksi PCR . Hasil tes ini memberikan informasi tentang keberadaan dan persentase relatif patogen periodontal yang diduga dan, yang lebih penting dapat menentukan sensitivitas organisme terhadap antimikroba secara spesifik. Informasi ini memungkinkan dokter untuk membuat keputusan yang paling tepat tentang antibiotik (Carranza & Newman, 2002).Kombinasi debridement dan pengobatan antibiotik sistemik dapat mengurangi perdarahan ketika probing, adanya pus, kedalaman poket, dan insidensi lesi yang aktif serta dapat menekan atau menghilangkan periodontal patogen pada pasien dengan periodontitis refraktori. Debridement mekanis dengan scaling dan root planing dapat mengurangi jumlah bakteri pada supragingival dan subgingival, tetapi patogen utama seperti Actinobacillus actinomycetemcomitans dapat lolos karena kemampuan mereka untuk menyerang jaringan periodontal atau untuk tinggal di furkasi atau struktur gigi lain yang tidak bisa dijangkau instrument (alat) atau karena sistem pertahanan host yang kurang (Carranza & Newman, 2002).Microflora yang terlibatPilihan Antibiotik

Organisme gram positifAmoxicillin-clavulanate potassium (Augmentin)

Organisme gram negatifClindamycin

Non oral gram negatif fakultatif (bentuk batang)Ciprofloxacin

Blavk pigmented bacteria and spirochetesMetronidazole

Prevotella indtermedia, Porphyromonas gingivalisTetracycline

A.actinomycetemcomitansMetronidazole, amoxicillin, tetracycline

Pembedahan juga dapat menghilangkan jaringan marginal yang mungkin diserang oleh bakteri . Selain itu, morfologi gingival jaringan harus diubah untuk memfasilitasi penghapusan plak harian oleh pasien. Terapi antibiotik sistemik bertujuan untuk memperkuat mekanisme perawatan periodontal dan mendukung sistem pertahanan host dalam mengatasi infeksi dengan membunuh patogen subgingival yang tetap ada meski telah terapi periodontal konvensional. Tabel 1. Antibiotik terapi pada perawatan Refractory atau Rapidly Progressive Periodontitis

2.2 Necrotizing Ulcerative Periodontitis

NUP adalah kelanjutan dari NUG pada struktur periodontal, yang mengarah ke attachment dan bone loss. NUP mungkin merupakan kombinasi dari beberapa gejala seperti nekrosis dan ulserasi koronal pada papilla interdental dan/atau margin gingiva, terasa sakit, margin gingiva berwarna merah dan mudah berdarah bahkan, halitosis, dan manifestasi sistemik termasuk demam, malaise, dan lymphadenophaty. Adanya stres, merokok, dan gizi buruk dapat menjadi faktor pendukung terjadinya NUP. (Carranza & Newman, 2012)2.2.1 Diagnosa

2.2.1.1 Clinical FeaturesHampir sama dengan NUG, secara klinis NUP diartikan dengan nekrosis dan ulcerasi pada bagian koronal dari papilla interdental dan gingival margin, terasa sakit, margin gingiva berwarna merah dan mudah berdarah. Ciri khas dari NUP adalah terjadinya kerusakan progresif dimana mencakup attachment periodontal dan terjadinya bone loss. Adanya celah pada tulang interdental yang dalam dapat menggambarkan lesi periondontal NUP (Gambar 17-1). Bagaimanapun, poket periodontal "konvensional" dengan probing yang dalam tidak ditemukan karena ulserasi dan necrosis merupakan reaksi alamiah dari lesi gingival yang merusak marginal epitelium dan jaringan ikat, yang mengakibatkan resesi gingiva. (Carranza & Newman, 2012)Poket periodontal terbentuk karena sel junctional epitelium terus bergerak dan berpindah ke apikal untuk menutup daerah hilangnya jaringan ikat. Nekrosis pada junctional epitelium pada NUG dan NUP menyebabkan timbulnya ulser yang mencegah epitel ini berpindah, sehingga poket tidak adapt terbentuk. Keparahan lesi NUP ini mengakibatkan timbulnya bone loss yang parah, pergerakan gigi, dan hilangnya gigi. Pasien NUP biasanya juga disertai dengan oral malodor/bau mulut, demam, malaise dan limpadenopati. (Carranza & Newman, 2012)2.2.1.2 Microscopic Findings

Dalam penelitian menggunakan transmisi (TEM) dan scanning electron microscopy (SEM) pada plak microba pada nekrotik papilla gingiva, Cobb dkk mendemostrasikan striking histologi persamaan antara NUP pada pasien HIV-positif dan lesi NUG pada pasien non HIV. Biopsi yang mencakup papilla posterior dari 10 pria dan 6 wanita pasien HIV-postif dengan NUP telah dievaluasi. Penelitian secara mikroskop nampak permukaan biofilm terdiri dari campuran flora microba dengan morphotypes berbeda dan dibawahnya terdapat flora dengan aggregasi spirochetes (zona bakteri). (Carranza & Newman, 2012)Dibawah lapisan bakeri sebelumnya adalah agregasi PMN (neutrophil-rich zone) dan sel nekrotik (zona nekrotik). Teknik biopsi yang digunakan pada penelitian ini tidak dapat digunakan untuk mengobserbvasi lapisan yang lebih dalam dan tidak dapat mengidentifikasi zona ilfiltrasi spirochetal, dimana digolongkan sebagai lesi NUG. (Carranza & Newman, 2012)

Gambar 1. NUP pada pasien 45 tahun, HIV-negatif, pria kulit putih. A. Tampak bukal rahang atas daerah gigi I dan C. B.Tampak palatal pada daerah yang sama. C. Tampak bukal pada rahang bawah anterior. Celah yang dalam berhubungan dengan bone loss. 2.2.2 Kebutuhan dan Algoritma Perawatan

Evaluasi status kesehatan secara komprehensif dan penegakan diagnosa dari berbagai kondisi yang mungkin berdampak pada perubahan respon imun host penting untuk dilakukan. Selain itu juga, sebelum memulai perawatan dibutuhkan pemahaman mengenai peyakit hematologi seperti leukimia, yang mempunyai gambaran klinis yang hampir sama dengan NUP (Gambar 1a-b) (Carranza & Newman, 2012)

Gambar2. Wanita dewasa dengan Leukimia Mielositik Akut. A, Tampak anterior, papila interdental yang nekrotik dengan keradangan gingiva yang parah dan pembengkakan gingiva pada dasar lesi. B, Tampak palatal, nekrosis yang luas dari interdental dan mukosa palatal di posterior insisif.

Perawatan NUP dapat dimulai hanya jika pemeriksaan riwayat kesehatan dan identifikasi kelainan sistemik seperti leukimia atau gangguan hematologi lain yang mungkin bermanifestasi oral telah dilakukan. Perawatan NUP meliputi :

1) Local debridement

Pembersihan lesi dan jaringan periodontal dengan scaling and root planing. Jika diperlukan dapat menggunakan anestesi lokal selama debridement karena seringkali lesi terasa sakit. Instrumentasi ultrasonik dapat memperbaiki debridement pada lesi yang dalam.

2) Lavage 3) Perbaikan oral hygiene

4) Medikamentosa

Antimikroba tambahan, seperti klorheksidin, ditambahkan pada regimen oral efektif untuk mereduksi bacterial load pada pasien NUP. Penggunaan antibiotik baik lokal secara topikal maupun sistemik serta penggunaan analgesik sistemik (jika terdapat keluhan sakit), harus sesuai dengan indikasi dari tanda dan gejala yang timbul. (Carranza & Newman, 2012)

Pada pasien NUP sering dijumpai infeksi bakteri, fungi, virus, dan mikroorganisme non-oral lain, yang mempersulit pilihan terapi antimikroba. Superinfeksi atau pertumbuhan fungi dan virus yang berlebihan dapat disebabkan oleh karena terapi antibiotik. Obat-obatan antifungi dan atau antivirus dapat digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah dan mengatasi infeksi. Perawatan oral hygiene pada penderita NUP dipersulit dengan adanya lesi yang terasa sakit, sehingga diutamakan pada pemilihan agen antibakteri dalam bentuk cairan, seperti obat kumur. Pada akhirnya, perawatan NUP yang sukses bergantung pada perawatan kondisi sistemik (imunokompromis) sebagai faktor predisposisi terhadap timbulnya penyakit pada pasien. Evaluasi dan perawatan pasien NUP dengan kondisi sistemik yang diketahui seperti infeksi HIV, dipertimbangkan bersama dengan ahli penyakit dalam atau dokter yang terkait. (Carranza & Newman, 2012)2.3 Periodontitis yang Berhubungan dengan Penyakit Sistemik

2.3.1 Gangguan Endokrin dan Perubahan Hormon

2.3.1.1 Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit yang berhubungan dengan periodontal. Diabetes melitus terjadi gangguan metabolik kompleks yang ditandai dengan hiperglikemik kronik. Diabetes melitus disebabkan karena produksi insulin yang kurang, kerusakan insulin atau kobinasi keduanya yang terjadi ketidakmampuan transport glukosa dari darah ke jaringan sehingga menyebabkan kadar glukosa darah tinggi. (Carranza & Newman, 2002)Ada dua tipe diabetes melitus, tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 merupakan insulin-dependent diabetes melitus (IDDM) yang disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas sehingga tidak bisa menghasilakan insulin. Diabetes tipe 1 terjadi sekitar 5%-10% dari kasus diabetes dan sering terjadi pada anak-anak atau dewasa muda. Diabetes tipe 1 dapat menyebabkan ketosis dan koma. Gejala diabetes tipe 1 ini meliputi polifagi, polidipsi dan poliuria. (Carranza & Newman, 2012)Diabetes melitus tipe 2 merupakan non-insulin-dependent diabetes melitus yang disebabkan oleh resistensi insulin sehingga meningkatkan glukosa darah. Diabetes tipe 2 terjadi sekitar 90%-95% dari kasus diabetes melitus dan biasanya terjadi pada orang dewasa. Diabetes melitus tipe umumnya terjadi pada individu yang mengalami obesitas. (Carranza & Newman, 2012)a. Manifestasi Oral

Manifestasi oral pada penderita diabet misalnya cheilosis, mukosa kering dan pecah, burning mouth and tongue, penurunan aliran saliva, perubahan perlekatan flora pada oral cavity dengan didominasi oleh candida albican, hemolityc streptococci dan stapilokokus. Peningkatan karies gigi juga diketahui sebagai manifestasi diabetes yang tidak terkontrol. Tetapi perubahan pada rongga mulut pada orang diabetes melitus tidak selalu ada terutama pada pasien dengan diabetes melitus yang terkontrol. (Carranza & Newman, 2012)Pasien diabetes melitus terkontrol mempunyai respon jaringan yang normal, pertumbuhan gigi yang normal, pertahanan terhadap infeksi juga normal dan tidak terjadi peningkatan karies. (Carranza & Newman, 2012)

Pengaruh diabetes melitus pada jaringan periodontium telah banyak diteliti. Walaupun sulit untuk menyimpulkan efek spesifik dari penderita diabetes pada jaringan periodonsiumnya, termasuk pembesaran gingiva, polip gingiva yang bertangkai maupun tak bertangkai, pembentukan abses, periodontitis, dan hilangnya gigi (Gambar 2.1). Tetapi ada perubahan yang umum terjadi pada penderita diabetes tidak terkontrol yaitu lemahnya pertahanan tubuh dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, dan kerusakan pada jaringan periodontal. Penyakit periodontal dianggap sebagai komplikasi diabetes. Periodontitis pada diabetes tipe 1 mulai muncul pada usia 12 tahun. Penyakit periodontitis pada penderita diabetes melitus ada pola yang konsisten atau berbeda. Keradangan gingiva, poket periodontal yang dalam, hilangnya tulang secara cepat, dan tingginya abses pada periodontal merupakan kondisi yang sering terjadi pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan oral hygiene yang jelek. (Carranza & Newman, 2012)

Gambar 3 Kondisi periodontal pada pasien diabetes. A dan B, Diabetes pada orang dewasa (glukosa darah >400 mg/dl). Terjadi inflamsi gingiva, perdarahan spontan, dan edema. Kontrol diabetes selama 4 hari dengan terapi insulin (glukosa darah