Perdarahan Uterus Disfungsional
-
Upload
little-dolpin -
Category
Documents
-
view
253 -
download
0
Transcript of Perdarahan Uterus Disfungsional
5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 1/6
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)
Tugas kuliah mendadak, paling seru kalau tugas kelompok, paling menderita kalu
tugas individu T_T . . . kalau sendirian kan atutt... Tugas mata kuliah Ilmu kebidanan
"perdarahan Uterus Disfungsional" adalah tugas individu yg di berikan Dokter kepada
saya. menjelajah jagat web akhirnya dapat juga materinya, di campur-campur di edit.dan siap di presentasikan .. berikut materinya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah
perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus
menstruasi, karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon
(hipotalamushipofisis-ovarium-endometrium), tanpa kelainan organ. Perdarahan ini
juga didefinisikan sebagai menstruasi yang banyak dan / atau tidak teratur tanpa adanya
patologi pelvik yang diketahui, kehamilan atau gangguan perdarahan umum.
2.2 Siklus Menstruasi Normal
Menstruasi normal terjadi akibat turunnya kadar progesteron dari endometrium yang
kaya esterogen. Siklus menstruasi yang menimbulkan ovulasi disebabkan interaksi
kompleks antara berbagai organ. Disfungsi pada tingkat manapun dapat mengganggu
ovulasi dan siklus menstruasi. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 21-35 hari dan
berlangsung sekitar 2-7 hari. Pada saat menstruasi, jumlah darah yang hilang
diperkirakan 35-150 ml, biasanya berjumlah banyak hingga hari kedua dan selanjutnya berkurang sampai menstruasi berakhir.
2.3 Patogenesis
Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel
telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada
wanita premenopause (folikel persisten).
Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi
(anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.
Pada siklus ovulasi.
Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan
dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon
estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi.
Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan
sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium)
mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluhdarah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan
5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 2/6
rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi
bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti
perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.
2.4 Gejala Klinik
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Kejadian
tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami
menstruasi) atau masa pre-menopause.
Pada siklus ovulasi
Karakteristik DUB bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga
spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan kurang lebih
10% dari perdarahan disfungsionalndengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang
(oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu dilakukan kerokan pada masa
mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur sehingga siklus
haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapatmenolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe
sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologi :
1. korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan
endometrium tidak teratur.
2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia
atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh
gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam
fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada
hari siklus yang bersangkutan.3. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus
4. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru
sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim
berkepanjangan. 2Pada tipe ini berhubungan dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folike ini mengeluarkan
estrogen sebelum mengalami atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru .
Endometrium dibawah pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium
yang mula-mula proliperatif dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika
gambaran ini diperoleh pada saat kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan
bersifat anovulatoar. Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas
dan masa pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche, perdarahan
tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada
hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan hormon
gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause proses
terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa
5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 3/6
lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar. Sedangkan
pada wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak
teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.
2.5 Faktor Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional (DUB) belum diketahuisecara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional,
antara lain :
• Kegemukan (obesitas)
• Faktor kejiwaan
• Alat kontrasepsi hormonal
• Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)
• Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya:
trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing Manis
(diabetus mellitus), dan lain-lain
• Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi,
kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain lain.
2.6 Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam pemeriksaan
pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik,
maka penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan
pelvis harus diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan. Perdarahan siklik
(reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia, kenaikan berat badan karena
meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram abdomen ) lebih cenderung
bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak
teratur setelah mengalami amenore berbulan – bulan, kemungkinan bersifat anovulatori.Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar progesteron serum ( >
3 ng/ ml ) dan atau perubahan sekretorik pada endometrium yang terlihat pada biopsi
yang dilakukan saat onset perdarahan, semuannya merupakan bukti ovulasi. Diagnosis
DUB setelah eksklusi penyakit organik traktus genitalia, terkadang menimbulkan
kesulitan karena tergantung pada apa yang dianggap sebagai penyakit organik, dan
tergantung pada sejauh mana penyelidikan dilakukan untuk menyingkirkan penyakit
traktus genitalia. Pasien berusia dibawah 40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah
mengalami karsinoma endometrium, jadi pemeriksaan patologi endometrium tidaklah
merupakan keharusan. Pengobatan medis dapat digunakan sebagai pengobatan lini
pertama dimana penyelidikan secara invasif dilakukan hanya jika simptom menetap.
Resiko karsinoma endometerium pada pasien DUB perimenopause adalah sekitar 1 persen. Jadi, pengambilan sampel endometrium penting dilakukan.
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH,
Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika
ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.
Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur
atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus
menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia
mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretaseulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal
5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 4/6
berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih
sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas
endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji
coba terapeutik.
2.7 Pengobatan
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan
kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal
3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.
Menghentikan perdarahan.
Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan tidak
bagi wanita menikah tapi “belum sempat berhubungan intim”. O b a t (medikamentosa)
1. Golongan estrogen.
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik)
yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak
menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi
obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.
Dosis dan cara pemberian:
• • Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.• • Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)
• • Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan
Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang
infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4
kali sehari. Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam
sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan
proliferatif endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk
peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit. Terapi estrogen bermanfaat
menghentikan perdarahan khususnya pada kasus endometerium atrofik atau inadekuat.
Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo
Provera ). Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahantimbul lagi.
2. Obat Kombinasi
Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling efektif.
Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak atau
perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah
memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 – 6 bulan dan
dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang normal.
Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan
diperlukan. Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan endometrium yang berdarah
banyak selama penarikan progestin . Speroff menganjurkan pengobatan denganmenggunakan kombinasi kontrasepsi oral dengan regimen menurun secara bertahap.
5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 5/6
Dua hingga empat pil diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas jam , selama 5
sampai 7 hari untuk mengontrol perdarahan akut. Formula ini biasanya mengontrol
perdarahan akut dalam 24 hingga 48 jam ; penghentian obat akan menimbulkan
perdarahan berat. Pada hari ke 5 perdarahan ini, mulai diberikan kontrasepsi oral siklik
dosis rendah dan diulangi selama 3 siklus agar terjadi regresi teratur endometrium yang
berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis pil kombinasi dapat diturunkan bertahap ( 4kali sehari, kemudian 3 kali sehari, kemudian 2 kali sehari ) selama 3 hingga 6 hari, dan
kemudian dilanjutkan sekali setiap hari. Kombinasi kontrasepsi oral menginduksi atrofi
endometrium, karena paparan estrogen progestin kronik akan menekan gonadotropin
pituitari dan menghambat steroidogenesis endogen. Kombinasi ini berguna untuk
tatalaksana DUB jangka panjang pada pasien tanpa kontraindikasi dengan manfaat
tambahan yaitu mencegah kehamilan. Khususnya untuk pasien perimenarche,
perdarahan berat yang lama dapat mengelupaskan endometrium basal, sehingga tidak
responsif terhadap progestin. Kuretase untuk mengontrol perdarahan
dikontraindikasikan karena tingginya resiko terjadinya sinekia intrauterin ( sindroma
Asherman ) jika endometrium basal dikuret. OC aman pada wanita hingga usia 40 dan
diatasnya yang tidak obes, tidak merokok, dan tidak hipertensi.
3. Golongan progesterone
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat
anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh estrogen
terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain:
• • Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7 10 hari.
• • Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari.
• • Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuskular
4. OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan
Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga 10
hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi
umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan
dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi
( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori
dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.2
Mengatur menstruasi agar kembali normal
Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur
siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan progesteron: 2×1 tablet
diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.
Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik.
Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75
gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu
sekitar 4 kantong darah
5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 6/6
2.8 Prognosis
Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi)
• Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan
angka kesembuhan hingga 90 %.
• Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobatidengan hasil baik.