Perdarahan Uterus Disfungsional

6
 Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) Tugas kuliah mendadak, paling seru kalau tugas kelompok, paling menderita kalu tugas individu T_T . . . kalau sendirian kan atutt... Tugas mata kuliah Ilmu kebidanan "perdarahan Uterus Disfungsional" adalah tugas individu yg di berikan Dokter kepada saya. menjelajah jagat web akhirnya dapat juga materinya, di campur-campur di edit. dan siap di presentasikan .. berikut materinya BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah  perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi, karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon (hipotalamushipofisis-ovarium-endometrium), tanpa kelainan organ. Perdarahan ini  juga didefinisikan sebagai menstruasi yang banyak dan / atau tidak teratur tanpa adanya  patologi pelvik yang diketahui, kehamilan atau gangguan perdarahan umum. 2.2 Siklus Menstruasi Normal Menstruasi normal terjadi akibat turunnya kadar progesteron dari endometrium yang kaya esterogen. Siklus menstruasi yang menimbulkan ovulasi disebabkan interaksi kompleks antara berbagai organ. Disfungsi pada tingkat manapun dapat mengganggu ovulasi dan siklus menstruasi. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 21-35 hari dan  berlangsung sekitar 2-7 hari. Pada saat menstruasi, jumlah darah yang hilang diperkirakan 35-150 ml, biasanya berjumlah banyak hingga hari kedua dan selanjutnya  berkurang sampai menstruasi berakhir. 2.3 Patogenesis Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten). Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi. Pada siklus ovulasi. Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation) Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan

Transcript of Perdarahan Uterus Disfungsional

5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 1/6

Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)

Tugas kuliah mendadak, paling seru kalau tugas kelompok, paling menderita kalu

tugas individu T_T . . . kalau sendirian kan atutt... Tugas mata kuliah Ilmu kebidanan

"perdarahan Uterus Disfungsional" adalah tugas individu yg di berikan Dokter kepada

saya. menjelajah jagat web akhirnya dapat juga materinya, di campur-campur di edit.dan siap di presentasikan .. berikut materinya

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah

 perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus

menstruasi, karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon

(hipotalamushipofisis-ovarium-endometrium), tanpa kelainan organ. Perdarahan ini

 juga didefinisikan sebagai menstruasi yang banyak dan / atau tidak teratur tanpa adanya

 patologi pelvik yang diketahui, kehamilan atau gangguan perdarahan umum.

2.2 Siklus Menstruasi Normal

Menstruasi normal terjadi akibat turunnya kadar progesteron dari endometrium yang

kaya esterogen. Siklus menstruasi yang menimbulkan ovulasi disebabkan interaksi

kompleks antara berbagai organ. Disfungsi pada tingkat manapun dapat mengganggu

ovulasi dan siklus menstruasi. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 21-35 hari dan

 berlangsung sekitar 2-7 hari. Pada saat menstruasi, jumlah darah yang hilang

diperkirakan 35-150 ml, biasanya berjumlah banyak hingga hari kedua dan selanjutnya berkurang sampai menstruasi berakhir.

2.3 Patogenesis

Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel

telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada

wanita premenopause (folikel persisten).

Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi

(anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.

Pada siklus ovulasi.

Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan

dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon

estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.

Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi.

Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan

sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium)

mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluhdarah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan

5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 2/6

rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi

 bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti

 perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.

2.4 Gejala Klinik 

Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Kejadian

tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami

menstruasi) atau masa pre-menopause.

Pada siklus ovulasi

Karakteristik DUB bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga

spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan kurang lebih

10% dari perdarahan disfungsionalndengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang

(oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu dilakukan kerokan pada masa

mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur sehingga siklus

haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapatmenolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe

sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologi :

1. korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang kadang

 bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan

endometrium tidak teratur.

2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia

atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh

gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam

fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada

hari siklus yang bersangkutan.3. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh

darah dalam uterus

4. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam

mekanisme pembekuan darah.

Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru

sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim

 berkepanjangan. 2Pada tipe ini berhubungan dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folike ini mengeluarkan

estrogen sebelum mengalami atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru .

Endometrium dibawah pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium

yang mula-mula proliperatif dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika

gambaran ini diperoleh pada saat kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan

 bersifat anovulatoar. Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas

dan masa pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche, perdarahan

tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada

hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan hormon

gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause proses

terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa

5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 3/6

lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar. Sedangkan

 pada wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak 

teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.

2.5 Faktor Penyebab

Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional (DUB) belum diketahuisecara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional,

antara lain :

• Kegemukan (obesitas)

• Faktor kejiwaan

• Alat kontrasepsi hormonal

• Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)

• Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya:

trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing Manis

(diabetus mellitus), dan lain-lain

• Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi,

kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain lain.

2.6 Diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam pemeriksaan

 pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik,

maka penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan

 pelvis harus diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan. Perdarahan siklik 

(reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia, kenaikan berat badan karena

meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram abdomen ) lebih cenderung

 bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak 

teratur setelah mengalami amenore berbulan – bulan, kemungkinan bersifat anovulatori.Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar progesteron serum ( >

3 ng/ ml ) dan atau perubahan sekretorik pada endometrium yang terlihat pada biopsi

yang dilakukan saat onset perdarahan, semuannya merupakan bukti ovulasi. Diagnosis

DUB setelah eksklusi penyakit organik traktus genitalia, terkadang menimbulkan

kesulitan karena tergantung pada apa yang dianggap sebagai penyakit organik, dan

tergantung pada sejauh mana penyelidikan dilakukan untuk menyingkirkan penyakit

traktus genitalia. Pasien berusia dibawah 40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah

mengalami karsinoma endometrium, jadi pemeriksaan patologi endometrium tidaklah

merupakan keharusan. Pengobatan medis dapat digunakan sebagai pengobatan lini

 pertama dimana penyelidikan secara invasif dilakukan hanya jika simptom menetap.

Resiko karsinoma endometerium pada pasien DUB perimenopause adalah sekitar 1 persen. Jadi, pengambilan sampel endometrium penting dilakukan.

Pemeriksaan penunjang:

1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH,

Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika

ada tampilan yang mengarah kesana.

2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.

Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur 

atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus

menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia

mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretaseulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal

5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 4/6

 berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih

sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas

endometrium.

3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji

coba terapeutik.

2.7 Pengobatan

Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan

kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:

1. Menghentikan perdarahan.

2. Mengatur menstruasi agar kembali normal

3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

Menghentikan perdarahan.

Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan tidak 

 bagi wanita menikah tapi “belum sempat berhubungan intim”. O b a t (medikamentosa)

1. Golongan estrogen.

Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik)

yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak 

menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi

obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.

Dosis dan cara pemberian:

• • Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.• • Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)

• • Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan

Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang

infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4

kali sehari. Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam

sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan

 proliferatif endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk 

 peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit. Terapi estrogen bermanfaat

menghentikan perdarahan khususnya pada kasus endometerium atrofik atau inadekuat.

Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo

Provera ). Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahantimbul lagi.

2. Obat Kombinasi

Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling efektif.

Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak atau

 perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah

memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 – 6 bulan dan

dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang normal.

Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan

diperlukan. Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan endometrium yang berdarah

 banyak selama penarikan progestin . Speroff menganjurkan pengobatan denganmenggunakan kombinasi kontrasepsi oral dengan regimen menurun secara bertahap.

5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 5/6

Dua hingga empat pil diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas jam , selama 5

sampai 7 hari untuk mengontrol perdarahan akut. Formula ini biasanya mengontrol

 perdarahan akut dalam 24 hingga 48 jam ; penghentian obat akan menimbulkan

 perdarahan berat. Pada hari ke 5 perdarahan ini, mulai diberikan kontrasepsi oral siklik 

dosis rendah dan diulangi selama 3 siklus agar terjadi regresi teratur endometrium yang

 berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis pil kombinasi dapat diturunkan bertahap ( 4kali sehari, kemudian 3 kali sehari, kemudian 2 kali sehari ) selama 3 hingga 6 hari, dan

kemudian dilanjutkan sekali setiap hari. Kombinasi kontrasepsi oral menginduksi atrofi

endometrium, karena paparan estrogen progestin kronik akan menekan gonadotropin

 pituitari dan menghambat steroidogenesis endogen. Kombinasi ini berguna untuk 

tatalaksana DUB jangka panjang pada pasien tanpa kontraindikasi dengan manfaat

tambahan yaitu mencegah kehamilan. Khususnya untuk pasien perimenarche,

 perdarahan berat yang lama dapat mengelupaskan endometrium basal, sehingga tidak 

responsif terhadap progestin. Kuretase untuk mengontrol perdarahan

dikontraindikasikan karena tingginya resiko terjadinya sinekia intrauterin ( sindroma

Asherman ) jika endometrium basal dikuret. OC aman pada wanita hingga usia 40 dan

diatasnya yang tidak obes, tidak merokok, dan tidak hipertensi.

3. Golongan progesterone

Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat

anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh estrogen

terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain:

• • Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7 10 hari.

• • Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari.

• • Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuskular 

4. OAINS

Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan

Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga 10

hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi

umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan

dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi

( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori

dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.2

Mengatur menstruasi agar kembali normal

Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur 

siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan progesteron: 2×1 tablet

diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.

Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.

Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik.

Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75

gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu

sekitar 4 kantong darah

5/15/2018 Perdarahan Uterus Disfungsional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perdarahan-uterus-disfungsional-55ab4e13dd68f 6/6

2.8 Prognosis

Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi)

• Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan

angka kesembuhan hingga 90 %.

• Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobatidengan hasil baik.