Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten …iccri.net/download/warta_puslit_koka/Warta...

5
25 | 3 | Oktober 2013 >> 24 PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Warta K Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat Sukrisno Widyotomo 1) , Sugiyono 1) , Qithfirul Aziz 1) , dan Agus Saryono 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization-United Nation (FAO-UN) melakukan pendampingan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani kakao di Mentawai, Sumatera Barat dalam pengelolaan kebun dan penanganan pascapanen. Kegiatan yang dilakukan meliputi pelatihan dan pembuatan demoplot. Dukungan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam penyediaan infrastruktur dan sarana transportasi yang layak agar produk kakao asal Mentawai berdaya saing tinggi. Sumatera Barat yang terletak sekitar 150 km dari kota Padang. Secara geografis Kabupaten Kepulauan Mentawai terletak di antara 0 O 50'- 3 O 30' LS dan 97 O 330'-100 O 30' BT. Kabupaten ini terdiri dari empat pulau utama yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan yang dihuni oleh mayoritas masyarakat suku Mentawai. Luas wilayah Kabupaten Mentawai sekitar 6.011 km 2 yang terdiri dari 10 kecamatan dan 43 desa dengan jumlah penduduk 64.235 jiwa. Kabupaten Kepulauan Mentawai berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kota Padang pada arah Timur; Samudera Indonesia pada arah Barat; Kabupaten Nias Provinsi epulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten dalam lingkup Provinsi Perjalanan Tim Puslitkoka menuju lokasi pendampingan di Mentawai

Transcript of Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten …iccri.net/download/warta_puslit_koka/Warta...

25 | 3 | Oktober 2013

>> 24PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta

K

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakaodi Kabupaten Kepulauan Mentawai,

Sumatera Barat

Sukrisno Widyotomo1), Sugiyono1), Qithfirul Aziz1), dan Agus Saryono1)

1)Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) bekerjasama denganFood and Agriculture Organization-United Nation (FAO-UN) melakukanpendampingan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani kakaodi Mentawai, Sumatera Barat dalam pengelolaan kebun dan penangananpascapanen. Kegiatan yang dilakukan meliputi pelatihan dan pembuatan demoplot.Dukungan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam penyediaan infrastrukturdan sarana transportasi yang layak agar produk kakao asal Mentawai berdayasaing tinggi.

Sumatera Barat yang terletak sekitar150 km dari kota Padang. Secarageografis Kabupaten KepulauanMentawai terletak di antara 0O50'-3O30' LS dan 97O330'-100O30' BT.Kabupaten ini terdiri dari empatpulau utama yaitu Pulau Siberut,Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara danPulau Pagai Selatan yang dihunioleh mayoritas masyarakat sukuMentawai. Luas wilayah KabupatenMentawai sekitar 6.011 km2 yangterdiri dari 10 kecamatan dan 43desa dengan jumlah penduduk64.235 jiwa. Kabupaten KepulauanMentawai berbatasan denganKabupaten Padang Pariaman,Kabupaten Pesisir Selatan, danKota Padang pada arah Timur;Samudera Indonesia pada arahBarat; Kabupaten Nias Provinsi

epulauan Mentawaimerupakan salah satuk a b u p a te n d a l a ml i n g k u p P r o v i n s i

Perjalanan Tim Puslitkoka menuju lokasipendampingan di Mentawai

25 <<25 | 3 | Oktober 2013

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta

Sumatera Utara pada arah Utara, dan KabupatenBengkulu Utara pada arah Selatan. Salah satukomoditas unggulan sektor perkebunan diKabupaten Kepulauan Mentawai adalah kakao.Data yang menyatakan total produksi kakao darisetiap pulau di wilayah Kabupaten KepulauanMentawai belum dapat dipastikan. DirektoratJenderal Perkebunan melaporkan bahwa padatahun 2010 Kabupaten Kepulauan Mentawaimenyumbang 1,8% dari total produksi kakao yangdihasilkan Provinsi Sumatera Barat.

Keterbatasan informasi menjadi kendala dalampeningkatan pengetahuan petani kakao tentangteknologi budidaya dan penanganan pascapanenyang baik. Sarana infrastruktur jalan dan kepastianpasar untuk memberikan harga yang baik masihsangat terbatas sehingga muncul keenggananpetani kakao melakukan pengelolaan kebundengan baik. Upaya perbaikan dan peningkatanpemahaman petani di Kabupaten KepulauanMentawai terhadap pengelolaan kebun kakao danpenanganan pascapanen yang benar perlu segeradilakukan. Pada tahun 2012, Food and AgricultureOrganization-United Nation (FAO-UN) bekerjasamadengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indone-sia (Puslitkoka) melakukan kegiatan PeningkatanProduksi dan Mutu Kakao di Kabupaten KepualaunMentawai. Tujuannya adalah untuk memperbaikidan meningkatkan keterampilan petani diKabupaten Kepulauan Mentawai dalam budidayakakao dan penanganan pascapanen secara baik.Kegiatan dilaksanakan di tiga titik lokasi, yaitu

Km 10 Kecamatan Pagai Utara, Km 27 dan Km 37Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten KepulauanMentawai, Sumatera Barat.

Pengelolaan KebunKegiatan pendampingan dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan dan pengetahuanpetani kakao terhadap pengelolaan kebun yangbaik. Materi pendampingan meliputi tahapanpembukaan lahan, cara penanaman, pangkasbentuk dan pemeliharaan, sanitasi kebun,pengendalian hama dan penyakit, dan pengelolaanpenaung serta penanganan pascapanen. Upayapeningkatan pemahaman dan pengetahuan petanikakao dilakukan melalui pelatihan dan pem-bangunan demoplot cara budidaya kakao yangbenar. Pelatihan budidaya, pengendalian hamapenyakit dan penanganan pascapanen dilakukandi dalam kelas dan praktek di lapangan. Kegiatandiikuti sekitar 75 orang dan dari jumlah tersebutterseleksi petani calon pelatih sebanyak 15 orang.Petani calon pelatih memiliki tugas untukmenyampaikan informasi dan melatih petanianggota mengenai budidaya, pengendalian hamapenyakit dan penanganan pascapanen.

Penyediaan bibit unggul dilakukan dengan caraperbanyakan secara vegetatif menggunakan entresunggul klon-klon Sulawesi 01, Sulawesi 02, ICCRI 03,dan ICCRI 04 telah dilakukan di tiga lokasipembinaan. Bibit yang telah disambung dengan entresunggul tersebut ditanam di areal lahan demoplot .

Lokasi pembangunan demoplotNo. Lokasi dan Alam Titik koordinat

kondisi tanaman1.

2.

3.

Km 10.- PB- TBM- TM

Km. 27- PB- TBM- TM

Km. 37- PB- TBM- TM

Dusun Sabeu Gunggung, Pagai Utara

Dusun Sabbiret, Pagai Selatan

Dusun Maukau, Pagai Selatan

02O 46,623’ LS – 100O 03,363’ BT02O 47,017’ LS – 100O 03,928’ BT02O 47,313’ LS – 100O 05,250’ BT

02O 59,349’ LS – 100O 15,358’ BT02O 59,087’ LS – 100O 16,329’ BT02O 59,095’ LS – 100O 16,314’ BT

03O 00,774’ LS – 100O 17,626’ BT03O 00,703’ LS – 100O 17,270’ BT03O 00,724’ LS – 100O 17,360’ BT

*) PB = penanaman baru, TBM = tanaman belum menghasilkan, dan TM = tanaman menghasilkan.

25 | 3 | Oktober 2013

>> 26PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta

Pendampingan Puslitkoka terhadap petani kakao di Mentawai dalam teknikbudidaya dan penanganan pascapanen

Pelatihan penanganan hama/penyakit

Pembangunan demoplot dengan menanam bibit baru

Pelatihan fermentasi biji kakao

27 <<25 | 3 | Oktober 2013

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta

Penanganan PascapanenPenanganan pascapanen merupakan tahapan

penting dalam usaha pengelolaan perkebunankakao. Jika penanganan pascapanen tidak tepat,maka buah kakao dengan mutu baik dari kebunakan menghasilkan mutu biji kakao kering yangrendah.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa bijikakao Mentawai memiliki mutu yang rendah, jauhdari standar mutu biji kakao Indonesia. Petanikakao di kedua kecamatan tersebut belummenerapkan penanganan pascapanen secara baik.Penanganan pascapanen yang dilakukan hanyapanen dan pemecahan buah, kemudian bijidikeringkan tanpa proses fermentasi.

Mutu contoh biji kakao rakyat di Mentawai

I. Persyaratan Umuma. Serangga hidup - Tidak ada Ada Adab. Kadar air % b/b Maks. 7,5 9,6 10,2c. Biji berbau asap dan atau - Tidak ada Ada Ada

hammy dan atau berbau asingd. Kadar benda-benda asing - Tidak ada Tidak ada Adae. Kadar biji pecah % b/b Maks. 2 0,1 -

II. Persyaratan Khususa. Jumlah biji/100 g - Maks > 120 105 (B) 104 (B)b. Kadar biji berjamur % b/b 4 11 30c. Kadar biji slaty % b/b 20 25,3 38d. Kadar biji berserangga % b/b 2 33,3 0e. Kadar kotoran/waste % b/b 3 3,42 8,8f. Kadar biji berkecambah % b/b 3 4,3 0

Asal biji kakaoPagai Utara Pagai SelatanNo. Parameter Satuan Syarat*)

*) Berdasarkan SNI 2323:2008/amandemen 2010.

Tata Niaga KakaoTata niaga kakao di Kecamatan Pagai Utara

dan Pagai Selatan tidak jauh berbeda dengan tataniaga kakao di daerah-daerah sentra kakao Indo-nesia yang jauh dari ibukota kabupaten maupunprovinsi. Biji kakao setengah kering yang dihasilkanoleh petani kakao dibeli oleh pedagang pengumpultingkat desa dengan dasar harga yang diterapkanadalah biji kakao asalan (tanpa fermentasi). Alattransportasi yang tersedia hanya sepeda motorkarena infrastruktur jalan masih belum dapat dilaluikendaraan roda empat. Biji kakao yang terkumpul

Cara pengeringan biji kakao dilakukandi atas lembaran kayu dan

terpal plastik

di tingkat pedagang kemudian dikirim ke pengepuldi Sikakap yang terletak di kecamatan Pagai Utaradan berdekatan dengan darmaga penyeberanganke pelabuhan Bungus, Padang. Tahapan prosesyang diterapkan oleh pedagang pengumpul adalahpengeringan lanjut dengan cara dijemur hinggakadar air ±7%, dan proses pengemasan di dalamkarung.

Sarana transportasi yang menghubungkanKecamatan Pagai Utara dan Pagai Selatan denganibukota Provinsi Sumatera Barat adalah KapalMotor (KM) Ambu-Ambu yang jadwal kedatangan-nya hanya satu kali dalam seminggu. Kendala

25 | 3 | Oktober 2013

>> 28PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta

transportasi mengakibatkan kebutuhan bahanpokok yang tidak tersedia di Kecamatan PagaiUtara dan Pagai Selatan hanya dapat dipenuhi satuminggu sekali. Biji kakao kering yang telah dikemasdalam karung kemudian dikirim oleh pedagangtingkat kecamatan ke ibukota Provinsi SumateraBarat menggunakan KM Ambu-Ambu.

Selain kondisi mutu biji kakao kering yangrendah, keterbatasan infrastruktur jalan dan saranatransportasi merupakan kendala utama yang harus

segera dibenahi dalam upaya meningkatkanpendapatan dan kesejahteraan petani kakao diMentawai. Infrastruktur dan sarana transportasi yangterbatas berdampak pada biaya transportasi yangdikenakan per kilogram biji kakao kering dari petanisampai ke pedagang tingkat provinsi masih sangattinggi.Tanpa dukungan infrastruktur dan saranatransportasi yang baik, maka upaya perbaikan kebundan mutu biji kakao yang berdaya saing tinggi akansulit diperoleh.

PenutupKabupaten Kepulauan Mentawai memiliki potensi yang besar sebagai salah satu sentra perkebunan

kakao rakyat di Sumatera Barat. Tanaman kakao secara umum dapat tumbuh dengan baik dan berpotensimenghasilkan produk biji kakao kering dalam jumlah besar dan bermutu baik. Demoplot yang telah dibuatdiharapkan dapat digunakan sebagai etalase pengelolaan budidaya dan penanganan pascapanen yangbenar bagi petani kakao di wilayah Kabupaten Mentawai. Perbaikan infrastruktur dan sarana transportasiyang layak perlu segera dilakukan agar produk kakao rakyat memiliki daya saing yang tinggi.

Sepeda motor sebagai transportasidarat penghubung antar lokasi

Perahu motor sebagai transportasi airuntuk menyalurkan hasil panen dan

bibit kakao

KM Ambu-Ambu tranportasi utama penyaluran hasil produksi di Mentawai

Bassikoka:- Aman bagi lingkungan dan produk biji kopi dan kakao yang dihasilkan- Dapat diaplikasikan pada semua daerah pertanaman kopi dan kakao- Dapat digabungkan/dipadukan dengan cara pengendalian non pestisida- Dapat mengendalikan jenis tanaman hama yang lain seperti hama penggerek

batang merah (Zeuzera coffeae) pada kopi, hama Helopeltis pada kakao- Cocok untuk produk kopi dan kakao organik Produksi:

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia