PENGETAHUAN PETUGAS PERPUSTAKAAN DALAM...
Transcript of PENGETAHUAN PETUGAS PERPUSTAKAAN DALAM...
PENGETAHUAN PETUGAS PERPUSTAKAAN DALAM
MENGELOLA PERPUSTAKAAN
(STUDI SMP SATU ATAP PADA SD NEGERI 7 KONAWE SELATAN)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.K) Kosentransi
Ilmu Perpustakaan Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo
Disusun Oleh :
RAMA ADRIANTO YUNUSC1 D1 13 124
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
KOSENTRASI PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
ii
iii
iv
v
ABSTRACT
Rama Adrianto Yunus Department of Communication Studies Library ConcentrationFaculty of Social and Political Science Number Stanbuk C1D1 13 124 With Title ThesisKnowledge Library Officer In Managing Library (One Roof Junior Secondary School StudyAt SD Negeri 7 Konawe Selatan): (1) Dr. Zulfiah Larisu, S.Sos., M.Si (2) La Iba, S.IP.,M.Si.
Problems In This Research Is How The Knowledge Of Library Officers In ManagingLibraries. The Purpose Of This Research Is To Know How To Decide The Library Officer InManaging The Library. The Study Is Implemented In The State Secretary Library 7 KonaweSelatan.
In this study, the authors used a qualitative descriptive study that is to describe the factsand the nature of the relationship between the phenomena investigated. With qualitativemethod that is to understand the phenomenon of what experienced research subjects by wayof describing and collecting data through the library and field with interview and observationtechniquesn with 3 informants as data sources.
The Result of This Research Shows That Knowledge of State Elementary LibraryOfficer 7 Konawe Selatan Still Very Less Where In Its Management Has Not ImplementedClassification And Cataloging, For Maintenance Of Library Material Is Still Not EffectiveAnd Service Process To The Reader Has To Be Good For Having Implemented Open AcessService System, Hal Such Can be Concluded Based on Interview Results ConductedResearchers to the State Elementary School Library Library 7 Konawe Selatan.
Keywords: Knowledge, Library Officer, Management
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi WabarakatuhPuji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengetahuan Petugas Perpustakaan Dalam Mengelola Perpustakaan (Studi
SMP Satu Atap Pada SD Negeri 7 Konawe Selatan)”.
Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam upaya
penulisan skripsi ini senantiasa mengalami kendala dan hambatan, namun berkat
Rahmat Allah SWT, serta dorongan bantuan dari berbagai pihak sehingga segala
tantangan dan rintangan dapat teratasi. Oleh karena itu, sepatutnyalah penulis
haturkan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibu Dr.Zulfiah
Larisu,S.Sos.,M.Si. selaku pembimbing I dan Bapak La Iba.,S.IP.,M.Si selaku
pembimbing II yang banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam
memberikan bimbingan dan arahan serta nasihat kepada penulis.
vi
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu perkenankanlah penulis dari lubuk hati yang paling dalam menghanturkan
terima kasih yang tulus dan teristimewa kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Muhammad Zamrun F.S.Si.,M.Si.,M.Sc Selaku Rektor
Universitas Halu Oleo Kendari.
2. Bapak Drs. H. Bahtiar, M.Si Selaku Dekan Fakultas ilmu sosial dan ilmu
politik Universitas Halu Oleo Kendari.
3. Bapak Masrul,S.Ag,M.Si Selaku Ketua Jurusan ilmu komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Kendari
4. Bapak Asrul Jaya,S.Sos.,M.Si Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Kosentrasi Perpustakaan dan Ibu Sutiyana fachruddin,S.Sos.,M.I.Kom Selaku
Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo Kendari.
5. Ibu Jumaranah S.Sos.M.Si Selaku Penasehat Akademik.
6. Bapak dan Ibu dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Seluruh dosen serta staf administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
atas kebaikan dan kebijaksanaannya dalam memberikan pengajaran dan
pendidikan.
8. Kedua orang tua saya Ayahanda Nuslan dan Ibunda Juli yang telah
memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi
dengan penuh kesabaran, pengorbanan, dan pengertian sehinnga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan pada tingkat sarjana strata satu (S1) serta saudara-
saudaraku Rahma Sulfiani Yunus dan Rani Febriani Yunus serta atas dukungan
moril dan materil serta spirit yang diberikan.
9. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara yang telah memberikan izin penelitian
10. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Konawe Selatan yang
telah memberikan izin penelitian
11. Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe Selatan yang memberikan
izin untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya.
12. Tenaga Pengajar dan Petugas Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe
Selatan yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung.
13. Terimah kasih kepada orang tua kedua saya Almarhumah Suriyanti yang
semasa hidupnya memberikan saya semangat dan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
14. Sepupu-sepupu terbaik saya Muhamad Ramadhan, Serliyanti, Nining Asrianti
Molasari, Isra Wahyuni, Resti Oktaviani, Oki Herlindo, dan Febri Ardianti
15. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Kosentrasi Perpustakaan
Angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan sumbangsih pikirannya.
16. Teman-teman dan Sahabat: Muhamad Ridwan, La Ruli, S.I.K, Abdul
Rahmasyah Wabula, Rakhmat Ashari, S.I.K, Andika Julianto, Aldin
Sastrawan, Hendro, Iyon, Lusman, Eliyadin, Dirmansyah dan lainnya yang
tidak sempat saya sebutkan satu persatu.
17. Teman-teman KKN Desa Matabubu Kec. Baito , Kab. Konawe Selatan Amad,
Anti, Atun, Fifi, Hanan, Herman, Idul, IL, Intan, Kadek, Lili, Nurmin, Riski,
Ryan, Wahyu yang selama ini turut memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
18. Senior dan adik-adik keluarga besar Mahasiswa Pencinta Alam PASIFIC Yang
telah memberikan pengetahuan dan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan memiliki
kelemahan dan keterbatasan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun dalam rangka penyempurnaan skripsi ini, dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam
dimasa mendatang. Semoga Allah Subhana Wata’ala senantiasa memberikan
Rahmat dan Taufik-Nya kepada kita semua, Amin.
Kendari, Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................iv
ABSTRAK....................................................................................................................................v
KATA PENGANTAR.............................................................................................................vi
DAFTAR ISI.............................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3. Tujuan dan manfaat Penelitian.......................................................................6
1.4. Sistematika penulisan........................................................................................7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Pengetahuan........................................................................................................9
2.1.1. TujuanPengetahuan...........................................................................10
2.1.2. TingkatPengetahuan..........................................................................11
2.2. Perpustakaan...................................................................................................12
2.2.1. Jenis-jenis Perpustakaan..................................................................13
2.2.2. Perpustakaan Sekolah......................................................................15
2.3. Pustakawan dan Petugas Perpustakaan....................................................20
2.3.1. Pustakawan..........................................................................................20
2.3.2. Petugas Perpustakaan.......................................................................25
2.4. Pengelolaan Perpustakaan............................................................................28
2.4.1. Pengelolaan Bahan pustaka.............................................................30
2.4.2. Klasifikasi.............................................................................................31
2.4.3. Katalogisasi..........................................................................................33
2.4.4. Pemeliharaan Bahan Pustaka..........................................................34
viii
2.4.5. Layanan.................................................................................................37
2.5. Kerangka pemikiran.......................................................................................40
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian............................................................................................43
3.2. Subjek dan Informan penelitian.................................................................43
3.3. TeknikPenentuan informan..........................................................................44
3.4. Jenis Dan Sumber Data.................................................................................44
3.4.1.Jenis Data..............................................................................................44
3.4.2.Sumber Data.........................................................................................45
3.5. TeknikPengumpulan Data............................................................................45
3.6. TeknikAnalisis Data.......................................................................................46
3.7. Desain OperasionalPenelitian.....................................................................48
3.8. Konseptualisasi................................................................................................50
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian.............................................................................................51
4.1.1. Gambaran umum dan Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar
Negeri 7 Konawe Selatan.............................................................51
4.1.2. Visi dan Misi Sekolah.....................................................................54
4.1.3. Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi
SD Negeri 7 Konawe selatan........................................................55
4.1.4. Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi
Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe selatan.............................60
4.1.5. Koleksi Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan............63
4.1.6. Sarana dan Prasarana Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe
Selatan................................................................................................65
4.1.7. Pengelola Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan .. 66
4.1.8. Alur dan Sistem Layanan Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe
Selatan................................................................................................67
4.1.9. Tata Tertib Perpustakaan Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe
Selatan68
4.1.10. Profil Informan................................................................................69
4.2. Pengetahuan Petugas Tentang Perpustakaan.........................................70
4.3. Manajemen Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan..................74
4.3.1. Prosedur dan Kebijakan 75
4.3.2. Manajemen Koleksi 76
4.3.3. Pendanaan dan Pengadaan 78
4.3.4. Fasilitas 79
4.3.5. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) 80
4.4. Pengelolaan Perpustakaan...........................................................................81
4.4.1. Pengolahan Sarana dan Prasarana Perpustakaan.....................83
4.4.2. Pengolahan Bahan Pustaka 85
4.4.3.Klasifikasi 86
4.4.4. Katalogisasi 88
4.4.5. Pemeliharaan Bahan Pustaka 90
4.4.6. Layanan92
4.5. Pembahasan Hasil..........................................................................................93
BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan 98
5.2.Saran 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Sumber daya Manusia SD Negeri 7 Konawe selatan.......................49
Tabel 4.2. Koleksi Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe selatan........................58
Tabel 4.3. sarana dan prasarana Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe selatan
60
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1. Denah SD Negeri 7 Konawe selatan................................................47
Gambar 4.2. Denah Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe selatan.....................53
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan penunjang
kegiatan belajar siswa yang memegang peranan sangat penting dalam
memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. salah satu masalah yang
dihadapi dalam dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran yang terjadi
terpaku hanya berada di dalam kelas, yaitu proses pembelajaran yang hanya
diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk dihubungkan dengan
kehidupan sehari-harinya.
Perpustakaan sebagai salah satu sarana pembelajaran dapat menjadi
sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa, sekaligus menjadi tempat yang
menyenangkan dan mengasikkan walaupun hasilnya tidak dapat di usahakan
dengan segera. Perpustakaan bukan merupakan hal yang baru di kalangan
masyarakat, dimana-mana telah diselenggarakan perpustakaan, seperti di
sekolah-sekolah, baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan, baik sekolah
dasar maupun sekolah menengah. Begitu pula dikantor-kantor, bahkan
1
sekarang telah digalakkan perpustakaan umum baik tingkat kabupaten sampai
dengan di tingkat desa.
Setiap sekolah memiliki perpustakaan, namun banyak yang mengatakan
bukunya tidak menarik. Ruangan ada hanya untuk memenuhi persyaratan
saja. Dari hal tersebut perlu dipahami kembali bahwa perpustakaan sekolah
adalah perpustakaan yang ada disekolah untuk melayani para peserta didik
dalam memenuhi kebutuhan informasi. Di dalam penyelenggaraannya,
perpustakaan sekolah tersebut diperlukan referensi buku pelajaran yang lebih
banyak, yang dapat digunakan oleh siswa.
Secara definitif, pengelolaan perpustakaan sekolah berarti segenap usaha
pengkoordinasian segala kegiatan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Usaha pengkoordinasian tersebut
biasanya diwadahi dalam suatu struktur organisasi yang disebut struktur
organisasi perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah akan bermanfaat
apabila benar-benar memperlancar pencapaian tujuan proses pembelajaran
disekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa tingginya prestasi
murid-murid, tetapi lebih jauh lagi, antara lain adalah murid-murid mampu
mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, murid-murid
terbiasa belajar mandiri, murid-murid terlatih ke arah tanggung jawab, dan
murid-murid selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Oleh karena itu, agar koleksi perpustakaan sekolah dapat
dimanfaatkan secara efektif oleh pemakainya, maka perpustakaan sekolah
harus dikelolah secara baik dan efisien.
2
Hal pertama, yang dilakukan dalam pengelolaan adalah pengadaan. Yang
dimaksud pengadaan disini yaitu meliputi pengadaan gedung atau ruangan
perpustakaan, peralatan atau perlengkapan perpustakaan, serta koleksi
perpustakaan. Bahan pustaka dapat diperoleh dengan pembelian, tukar-
menukar, hadiah, dan fotokopi. Disamping itu perpustakaan harus
mengelolah bahan pustaka yang terdapat suatu kegiatan yang dikenal dengan
istilah ”processing”, atau ”pengelolaan” yang dimaksud dengan kegiatan
pemrosesan atau pengelolaan ini adalah suatu kegiatan mengelolah berbagai
macam bahan pustaka atau koleksi yang diterima perpustakaan berupa buku,
majalah, buletin, laporan, skripsi atau tesis, penerbitan pemerintah, surat
kabar, atlas, dan lain-lain, agar dalam keadaan siap untuk: a. Diatur pada
tempat-tempat tertentu. b. Disusun secara sistematis sesuai dengan sistem
yang berlaku. c. Dipergunakan oleh siapa saja yang memerlukan. Itulah yang
selanjutnya menyebabkan perpustakaan dalam peminjaman dan
pengembalian setiap macam bahan pustaka atau koleksinya dapat berjalan
lancar dan tertib.
Adanya perpustakaan sekolah akan memperluas wawasan dan cakrawala
berpikir siswa dan guru sehingga mereka dapat berinteraksi dan terlibat
langsung baik secara fisik maupun mental dalam proses pembelajaran.
Dengan adanya perpustakaan di sekolah, diharapkan para siswa dapat
mengasah otak, memperdalam pengetahuan, dapat melahirkan kreatifitas,
serta dapat membentuk kegiatan baik kegiatan kurikuler ataupun kegiatan
3
ekstra kurikuler. Dengan demikian, keberadaan perpustakaan sekolah akan
memberikan kesadaran para siswa dan guru bahwa dunia mereka tidak hanya
terbatas pada ruang kelasnya saja, pengetahuan dan pengalaman mereka akan
bertambah luas sebab tidak hanya dibatasi oleh materi-materi yang
terkandung dalam buku-buku teks yang diwajibkan oleh guru atau pihak
sekolah.
Pengetahuan yang dimiliki secara aktif dapat mendorong munculnya
imajinasi yang memainkan bagian penting dalam tindakan yang kreatif
(Suparman,1994:46). Kreativitas sebagai kualitas pribadi merupakan hal yang
diperlukan untuk penentuan masalah strategis dan pengembangan cara
pemecahan masalah yang sedang di hadapi dalam organisasi perpustakaan
sekolah. Selain itu di ketahui pula bahwa hanya sekitar 5% dari 200.000 SD
dan Madrasah Ibtidaiah (MI) di indonesia yang memiliki perpustakaan dan
sebagian besar belum memiliki pustakawan. Bahkan perpustakaan dari
10.000 SD dan MI tersebut kurang dari 10% yang dikelola pustakawan.
Pengelolaan lebih banyak di serahkan kepada para guru.
Dalam proposal penelitian ini, lokasi yang akan dijadikan tempat
penelitian yaitu di perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan yaitu
Perpustakaan sekolah yang merupakan sarana penunjang yang didirikan
untuk mendukung kegiatan civitas akademika di sekolah tersebt, didalam
Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan hanya terdapat dua jenis
pelayanan yaitu: pelayanan sirkulasi dan layanan pembaca dalam penelitian
ini penulis menfokuskan pada pengetahuan guru dalam mengelola
4
perpustakaan yang terdapat pada Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
yang terletak di desa Matabubu Kec. Baito Kabupaten Konawe Selatan,
sebagai Perpustakaan yang menyediakan berbagai koleksi bahan pustaka
yang di gunakan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, Perpustakaan
SD Negeri 7 Konawe Selatan yang merupakan pusat informasi bagi siswa
tentu memiliki target tertentu untuk mencapai pengelolaan perpustakaan yang
maksimal di berikan kepada pemustakanya, sehingga pemustaka merasa puas
dengan pelayanannya.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada Perpustakaan SD
Negeri 7 Konawe Selatan bahan pustaka yang ada masih kurang hanya
berjumlah 400 judul buku, untuk itu perlu diupayakan pengadaan bahan pustaka,
seperti yang dikemukakan oleh salah satu siswa bahwa pengaturan koleksi agak
berantakan, ruang perpustakaan yang tidak teratur membuat siswa
mengurungkan niatnya untuk membaca di perpustakaan tersebut, pustakawan
dianggap kurang tanggap dalam pemberian informasi mengenai koleksi yang ada
dirak dan terkesan malas dengan pemustaka. Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis tertarik untuk mengetahui keberhasilan maupun kendala atau
permasalahan yang di hadapi guru dalam mengelola perpustakaan guna
menunjang proses balajar mengajar, dengan judul penelitian “Pengetahuan
Petugas Perpustakaan Dalam Mengelola Perpustakaan (Studi SMP Satu
atap Pada SD Negeri 7 Konawe Selatan)”
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka permasalahan yang
akan diangkat adalah Bagaimana Pengetahuan Petugas Perpustakaan Dalam
Mengelola Perpustakaan.?
1.3.Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
a.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan guru dalam mengelola perpustakaan. b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan pengetahuan, khususnyadibidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi terutama mengenai
pengetahuan dalam mengelola perpustakaan sekolah. Selain itu juga hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun
kebijakan tertentu dalam usaha pengembangan dan peningkatan
perpustakaan sekolah.
b. Praktis
Bagi siswa, hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan minat untuk berkunjung keperpustakaan.
6
Bagi guru, pengetahuan dalam mengelola perpustakaan dapatmemfasilitasi siswa dalam mencari informasi agar belajar dan mempelajari
materi dengan mudah dan bermakna..
Bagi sekolah, hasil dari penelitian pengetahuan guru dalam mengelolaperpustakaan ini memberikan referensi dalam meningkatkan kualitas
perpustakaan untuk meningkatkan proses belajar mengajar yang dilakukan
oleh guru.
Bagi peneliti, peneliti mampu menerapkan pengelolaan perpustakaan yangbaik dan benar. Serta peneliti mempunyai pengetahuan dan wawasan
mengenai pengelolaan perpustakaan.
1.3. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam proposal ini disusun secara sistematis dalam
tiga bab yaitu:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini mencakup Latar Belakang dilakukannya Penelitian,
Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Serta
Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir
Pada bagian ini akan diuraikan Pengertian Pengetahuan, Konsep
Petugas Perpustakaan sekolah, Pengertian Pengolahan
Perpustakaan yang di dalamnya terdapat Sistem Pengolahan Bahan
7
Pustaka, Klasifikasi, Katalogisasi, Pemeliharaan Bahan Pustaka,
Sistem Layanan, dan Pengertian Perpustakaan Sekolah dan Bagan
Kerangka Pikir.
Bab III Metode Penelitian
Mencakup, Lokasi Penelitian, Subjek Dan Informan Penelitian,
Teknik Penentuan Informan, Jenis Dan Sumber Data, Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Desain Operasional
Penelitian, Konseptualisasi.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran umum sekolah dasar
negeri 7 Konawe Selatan seperti: gambaran umum dan sejarah
berdirinya, denah sekolah, visi dan misi sekolah, sumber daya
manusia dan struktur organisasi, denah perpustakaan, sumber daya
manusia dan struktur organisasi perpustakaan, koleksi, sarana dan
prasarana perpustakaan, sistem layanan dan hasil pembahasan.
Bab V Penutup
Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran mengenai
pengetahuan petugas perpustakaan dalam mengelolala
perpustakaan di sekolah dasar negeri 7 Konawe Selatan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2010).
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan adalah
informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam
pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
9
2.1.1. Tujuan Pengetahuan
Lahir dan berkembangnya ilmu pengetahuan telah banyak membawa
perubahan dalam kehidupan manusia, terlebih lagi dengan makin hebatnya
penerapan ilmu pengetahuan dalam bentuk teknologi yang telah menjadikan
manusia lebih mampu memahami berbagai gejala serta mengetur kehidupan
secara lebih efektif dan efisien. Notoatmodjo, (2010) menyebutkan bahwa ada
empat tujuan ilmu pengetahuan, yaitu:
a. Deskriptip
Deskriptip ialah menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu objek
atau masalah sehingga mudah di pelajari.
b. Ekplanatori
Ekplanatori merupakan salah satu tujuan ilmu pengetahuan yang kaitannya
adalah menjelaskan hubungan sebab-akibat dari suatu peristiwa.
c. Prediktif
Prediktif ialah ilmu pengetahuan mampu memprediksi atau meramalkan
kemungkinan besar apa yang akan terjadi sehingga dapat di cari pencegahannya.
d. Rasa Memahami atau Kesadaran
Setelah mendapat informasi atau ilmu pengetahuan, manusia di harapkan
memiliki rasa memahami atau memiliki kesadaran akan sesuatu yang akan
terjadi.
10
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut
(Notoatmodjo, 2010) mempunyai 6 tingkat, yakni :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima..
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
menggunakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving
cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
11
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. evaluasi dilakukan dengan
menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.
2.2. Perpustakaan
Perpustakaan adalah mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan
atau gedung tersendiri yang berisi bukubuku koleksi, yang diatur dan disusun
demikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-
waktu diperlukan oleh pembaca Sutarno (2006:11). Secara
lebih konkrit perpustakaan dapat dirumuskan sebagai suatu unit kerja dari
sebuah lembaga pendidikan yang berupa tempat penyimpanan koleksi buku-
buku pustaka untuk menunjang proses pendidikan. Dari beberapa pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah tempat untuk
mengembangkan informasi dan pengetahuan yang dikelola oleh suatu lembaga
pendidikan, sekaligus sebagai sarana edukatif untuk membantu memperlancar
12
cakrawala pendidik dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Sejalan dengan perkembangan zaman, pengertian perpustakaan baeubah
secara berangsur-angsur. Pada mulanya setiap ada kumpulan buku-buku koleksi
yang dikelola secara rapi dan teratur disebut perpustakaan, tetapi karena adanya
perkembangan teknologi modern dalam usaha pelestarian dan pengembangan
informasi, maka koleksi perpustakaan tidak hanya terbatas buku-buku saja tetapi
juga beraneka ragam jenisnya.
2.2.1. Jenis-jenisPerpustakaan Sekolah
Menurut (Sulistyo Basuki, 1991:42) ada beberapa jenis perpustakaan
diantanya:
1. Perpustakaan International
Perpustakaan international yaitu perpustakaan yang didirikan oleh 2 negara
atau lebih, dimana perpustakaan merupakan bagian dari sebuah organisasi
international.
2. Perpustakaan Nasional
Perpustakaan nasional merupakan perpustakaan utama yang didirikan di ibu
kota negara dan paling komprehensif dalam melayani keperluan informasi dari
para penduduk.
13
3. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang dibiayai oleh dana umum yang
terbuka untuk umum atau terbuka bagi siapa saja tanpa memandang jenis
kelamin, agama, ras, usia, pandangan politik, dan pekerjaan
4. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah yaitu perpustakaan yang terdapat pada sebuah sekolah
dan dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan dengan tujuan
membantu sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Perpustakaan swasta atau perpustakaan pribadi yaitu perpustakaan yang
dikelola oleh pihak swasta atau pribadi dengan tujuan melayani keperluan bahan
pustaka bagi kelompok, keluarga, atau individu tertentu.
6. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang terdapat di sebuah
departemen, lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa, industri
maupun perusahaan swasta. Perpustakaan khusus mempunyai koleksi buku yang
hanya terbatas pada beberapa disiplin ilmu saja dan keanggotaan perpustakaan
terbatas pada sejumlah anggota yang ditentukan oleh kebijakan perpustakaan.
7. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang terdapat dilingkungan
perguruan tinggi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi
14
masyarakat perguruan tinggi yaitu para dosen, mahasiswa, dan staf pegawai
yang terdapat di lingkungan perguruan tinggi tersebut.
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas maka dapat disimpulka bahwa ada
beberapa jenis perpustakaan yaitu perpustakaan international, perpustakaan
nasional, perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan
tinggi, perpustakaan khusus, dan perpustakaan pribadi.
2.2.1. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan Sekolah Merupakan Bagian Integral Dari Program Sekolah
Secara Keseluruhan, Dimana Bersama-Sama Dengan Komponen Lainnya Turut
Menentukan Keberhasilan Proses Pendidikan Dan Pengajaran” Darmono
(2007:3) Diadakannya perpustakaan sekolah adalah untuk memenuhi kebutuhan
informasi bagi masyarakat di lingkungan sekolah yang bersangkutan, khususnya
para guru dan murid. Perpustakan berpera sebagai media dan sarana untuk
menunjang kegiatan proses belajar mengajar di tingkat sekolah.
Oleh karena itu, perpustakaan merupakan bagian integral dari program
penyelenggaraan pendidikan tingkat sekolah. Perpustakaan sekolah akan
bermanfaat apabila benar-benar berguna dan dapat menunjang proses belajar
mengajar di sekolah. Bafadal (2009 : 5) menyebutkan bahwa penyelenggaraan
perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan
bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan
15
sekolah diharapkan dapat membantu siswa dan guru menyelesaikan tugas-tugas
dalam proses belajar mengajar.
Yusuf (2007 : 3) menyebutkan tujuan di dirikannya perpustakaan tidak
terlepas dari tujuan diselenggarakannya pendidikan sekolah secara keseluruhan,
yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa, serta mempersiapkan
mereka untuk mengikuti pendidikan menengah.
a. Fungsi Perpustakaan Sekolah
Bafadal (2009 : 6) menyebutkan bahwa perpustakaan sekolah itu merupakan
sumber belajar, karena kegiatan yang paling tampak pada setiap kunjungan
siswa adalah belajar, baik belajar masalah-masalah yang berhubungan langsung
dengan mata pelajaran yang diberikan di kelas, maupun buku-buku lain yang
tidak berhubungan langsung dengan mata pelajaran yang diberikan di kelas.
Apabila ditinjau dari sudut tujuan siswa mengunjungi perpustakaan sekolah,
maka ada yang tujuannya untuk belajar, untuk berlatih menelusuri buku-buku
perpustakaan sekolah, untuk memperoleh informasi, bahkan ada yang tujuannya
hanya untuk mengisi waktu senggang atau sifatnya rekreatif.
Beberapa fungsi perpustakaan sekolah menurut Bafadal (2009 : 6) adalah
sebagai berikut.
1. Fungsi Edukatif
Maksud fungsi edukatif ini yaitu segala keseluruhan sarana prasarana di
perpustakaan terutama koleksi yang dikelolanya banyak membantu para
siswa sekolah untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam
16
mentransfer konsep-konsep pengetahuan sehingga di kemudian hari para
siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut.
2. Fungsi Informatif
Fungsi informatif ini berkaitan dengan upaya penyediaan koleksi
perpustakaan yang bersifat “memberitahu” akan hal-hal yang berhubungan
dengan kepentingan para siswa dan guru.
3. Riset atau Penelitian Sederhana
Fungsi riset atau penelitian ini maksudnya adalah koleksi perpustakaan
sekolah dapat dijadikan bahan untuk membantu kegiatan penelitian
sederhana.
4. Fungsi Kreasi
Fungsi kreasi ni dimaksudkan dengan adanya koleksi ringan seperti surat
kabar, majalah umum, buku fiksi, dan sebagainya diharapkan dapat menghibur
pembacanya di saat yang memungkinkan.
b. Tujuan Dan Manfaat Perpustakaan Sekolah
Bafadal (2009 : 5) menyebutkan bahwa penyelenggaraan perpustakaan
sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan
pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah
diharapkan dapat membantu siswa dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam
proses belajar mengajar. Yusuf (2007 : 3) menyebutkan tujuan didirikannya
perpustakaan tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya pendidikan
sekolah secara keseluruhan, yaitu memberikan bekal kemampuan dasar
17
kepada siswa, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan
menengah.
1). Tujuan Perpustakaan Sekolah
Setiap hal yang dilakukan pasti memiliki alasan dan tujuan mengapa hal
itu dilakukan. Begitu juga dengan perpustakaan, perpustakaan didirikan pasti
memiliki tujuan. Tujuan itu tentu tidak akan terlepas dari tujuan institusi
induknya. Perpustakaan sekolah memiliki tujuan yang mendukung tujuan dari
sekolah yang bersangkutan.
Perpustakaan Nasional RI ( 1992: 10) membagi tujuan kedalam dua bagian
yaitu bagian umum dan bagian khusus. Tujuan perpustakaan sekolah secara
umum adalah: Perpustakaan sekolah diselenggarakan sebagai suatu perangkat
kelengkapan pendidikan untuk bersama dengan kelengkapan-kelengkapan
yang lain guna meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti dan mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-
sama bertanggung jawab atas pembangunan.
2). Manfaat Perpustakaan Sekolah
Manfaat perpustakaan sekolah menurut Bafadal (2009 : 5) adalah sebagai
berikut.
a. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan siswa terhadap
membaca.
18
b. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.
c. Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri
yang akhirnya siswa dapat belajar dengan mandiri.
d. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik
membaca.
e. Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan
berbahasa.
f. Perpustakaan sekolah dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab.
g. Perpustakaan sekolah dapat memperlancar siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
h. Perpustakaan sekolah dapat membantu guru-guru menemukan
sumber-sumber pengajaran.
i. Perpustakaan sekolah dapat membentuk siswa, guru-guru dan staf
sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Perpustakaan sekolah merupakan komponen pendidikan yang penting.
Perpustakaan sekolah memberikan layanan kepada pembaca di sekolah yang
meliputi murid, guru, kepala sekolah, dan staf administrasi lainnya. Layanan untuk
guru terutama ditekankan agar bahan pengajaran yang mereka ajarkan siap di
perpustakaan. Hal ini akan memperkaya pengalaman guru dan mempermudah
proses pendidikan dan pengajaran. Seharusnya guru dan pustakawan
19
mengusahakan agar para siswa-siswi dapat membiasakan dirimembaca di
perpustakaan.
Hal ini dimaksudkan agar siswa-siswi tersebut dapat mencari informasi
secara mandiri di perpustakaan, karena perpustakaan sekolah diadakan atau
didirikan untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh para siswa-siswi, serta secara tidak langsung akan dapat
meningkatkan mutu kehidupan siswa-siswi itu sendiri.
2.3. Pustakawan dan Petugas Perpustakaan
2.3.1. Pustakawan
Pustakawan adalah seorang yang menyelenggarakan kegiatan
perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu yang dimiliki melalui
pendidikan. Menurut definisi tersebut maka seseorang yang ingin menjadi
pustakawan atau penyelenggara sebuah perpustakaan merupakan orang yang
mempunyai pendidikan tertentu. Artinya tanpa bekal ilmu mengelola informasi
janganlah bertekad mendirikan sebuah perpustakaan. Kecuali pengelola yang
bersangkutan telah belajar mandiri (otodidak) mengenai penyelenggaraan suatu
perpustakaan (pusat informasi). Sampai atau tidaknya sebuah informasi kepada
pemakai akan tergantung kepada peran pustakawan.
Pustakawan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan layanan perpustakaan, oleh karena itu staf perpustakaan
(pustakawan) harus memadai dari segi jumlah dan mutu untuk memenuhi
20
kebutuhan pelayanan dan program yang dikembangkan di perpustakaan
perguruan tinggi. Pustakawan perpustakaan perguruan tinggi idealnya lulusan
perguruan tinggi (S1) Ilmu Perpustakaan.. Disamping itu, ada kalanya
perpustakaan perguruan tinggi merekrut sarjana berbagai bidang ilmu sebagai
pakar subjek untuk ditempatkan pada bidang layanan rujukan, pengolahan,
teknologi informasi, atau bidang lain, atau mahasiswa yang bekerja paruh waktu
di perpustakaan untuk melakukan tugas –tugas seperti misalnya pengerakan
(shelving).
a. Kompetensi Pustakawan
Kompetensi pustakawan dapat digunakan sebagai syarat untuk dianggap
mampu dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu. Kompetensi pustakawan
dapat diwujudkan melalui seperangkat tindakan cerdas, yang dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab oleh individu sehingga pekerjaan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Menurut undang-undang R.I No.43 Tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 1
ayat 8 dinyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan
serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan
dan pelayanan perpustakaan. Sedangkan Ikatan Pustakawan Indonesia
menyatakan pustakawan adalah orang yang memberikan dan melaksanakan
kegiatan perpustakaan dalam usaha pemberian, pelayanan jasa kepada
21
masyarakat sesuai dengan misi yang diemban oleh badan induknya berdasarkan
ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang diperolehnya melalui
pendidikannya.
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa pendidikan adalah modal utama
pustakawan dalam melaksanakan tugasnya, walaupun seseorang sudah lama
bekerja di perpustakaan tetapi tidak mempunyai pendidikan pustakawan maka
dia tidak dapat disebut sebagai seorang pustakawan. Dalam hal ini pustakawan
melaksanakan tugas pustakawannya berdasarkan pengetahuan ilmu perpustakaan
dan informasi yang dimilikinya hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Rachman
Hermawan (2006:11) bahwa:
Pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan denganjalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembagainduknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yangdimilikinya melalui pendidikan.
Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (2006:3) kompetensi dapat didefinisikan
sebagai berikut:
“Pengetahuan dan keterampilan yang dituntut untuk dimiliki oleh seorangpekerja dalam melaksanakan tugasnya yang sesuai dengan nilai-nilai yangditerapkan oleh satu organisasi dan juga merupakan kemampuan dasar, yangmemungkinkan seorang pekerja memiliki cara berpikir, bertingkah laku, danmembuat generalisasi dalam situasi apapun, dan juga dapat menemukan jalandalam menyelesaikan kesulitan yang berpotensi untuk berlangsung dalam wakturelatif lama”.
22
Dari ketiga pendapat di atas dapat diketahui bahwa kompetensi adalah suatu
kombinasi keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang diperlukan untuk
kesuksesan organisasi, penampilan pribadi dan pengembangan karier untuk
pustakawan yang berkompeten dibidangnya.
Dalam melaksanakan tugasnya pustakawan harus memiliki kemampuan
yang baik, sehingga pekerjaan yang dikerjakan dapat mencapai hasil yang
maksimal. Menurut Syahrir (2009:5), ciri-ciri kompetensi ada dua jenis yaitu :
1. Kompetensi profesional yaitu yang terkait dengan pengetahuan pustakawan di
bidang sumber-sumber informasi, manajemen dan penelitian, dan kemampuan
menggunakan pengetahuan tersebut sebagai dasar untuk menyediakan layanan
perpustakaan dan informasi.
2. Kompetensi individu, yang menggambarkan satu kesatuan keterampilan,
perilaku dan nilai yang dimiliki pustakawan agar dapat bekerja secara efektif,
menjadi komunikator yang baik, selalu meningkatkan pengetahuan, dapat
memperlihatkan nilai lebihnya, serta dapat bertahan terhadap perubahan dan
perkembangan dalam dunia kerjanya.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa kompetensi profesional
merupakan hal penting yang harus dimiliki pustakawan dalam membangun suatu
perpustakaan digital, keterampilannya dalam bidang teknologi informasi harus
bisa bersaing dengan kompetensi yang lain melalui komitmen belajar dan
perkembangan pendidikan berkelanjutan. Sedangkan kompetensi individu yaitu
seorang pustakawan harus mempunyai sifat positif, fleksibel dalam menerima
23
setiap perubahan dan mampu menjadi partner yang baik dalam setiap proses
aktivitas.
Menurut Widijanto (2008:23), standar minimal kompetensi yang mutlak
diperlukan oleh pustakawan pada zaman globalisasi ini terdiri atas 5 (lima)
unsur kompetensi yaitu :
1. Kompetensi intelektual antara lain berupa kemampuan berpikir dan
bernalar, kemampuan kreatif (meneliti dan menemukan), kemampuan
memecahkan masalah, dan kemampuan mengambil keputusan strategis
yang mendukung kehidupan global.
2. Kompetensi (intra) personal antara lain berupa kemandirian,
ketahanbantingan, keindependenan, kejujuran, keberanian, keadilan,
keterbukaan, mengelola diri sendiri, dan menempatkan diri sendiri secara
bermakna serta orientasi pada keunggulan yang sesuai dengan kehidupan
global.
3. Kompetensi komunikatif antara lain berupa kemahirwacanaan,
kemampuan menguasai sarana komunikasi mutakhir, kemampuan
menguasai suatu bahasa, kemampuan bekerja sama, dan kemampuan
membangun hubungan-hubungan dengan pihak lain yang mendukung
kehidupan global dalam suatu sistem dunia.
4. Kompetensi sosial budaya antara lain berupa kemampuan hidup bersama
orang lain, kemampuan memahami dan menyelami keberadaan
24
orang/pihak lain, kemampuan memahami dan menghormati kebiasaan orang
lain, kemampuan berhubungan atau berinteraksi dengan pihak lain dan
kemampuan bekerjasama secara multikultural.
5. Kompetensi kinestetis-vokasional antara lain berupa kecakapan
mengoperasikan sarana-sarana komunikasi mutakhir, kecakapan
melalukan pekerjaan mutakhir, dan kecakapan menggunakan alat-alat
mutakhir yang mendukung perpustakaan untuk berkiprah dalam
kehidupan global.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan akan dapat
memberikan pelayanan yang profesional untuk masyarakat baik yang bersifat
reference service (pelayanan rujukan), information service (penyedia informasi)
dan reader advisory work (pemberian bimbingan kepada pembaca).
2.3.2. Petugas Perpustakaan
Menurut Bafadal (1991: 176) “petugas perpustakaan sekolah terdiri dari
dua bagian, yaitu seorang yang bertindak sebagai kepala perpustakaan sekolah
yang sering disebut juga dengan kata pustakawan atau guru pustakawan, dan
beberapa orang anggota staf perpustakaan sekolah”. Jumlah petugas
perpustakaan sekolah tergantung kepada jumlah peserta didik yang dilayani.
Semakin banyak peserta didik suatu sekolah tertentu makin banyak pula petugas
perpustakaan sekolahnya. Perbandingan antara jumlah petugas perpustakaan
dengan jumlah peserta didik yang dilayani berbanding 1:250 peserta didik,
25
sehingga apabila jumlah peserta didiknya berkisar 250 orang diperlukan satu
orang petugas, dan apabila peserta didiknya berkisar 500 orang diperlukan
petugas minimal dua orang petugas. Petugas perpustakaan sekolah, yaitu:
1. Kepala perpustakaan sekolah atau guru/pustakawan
Kepala perpustakaan sekolah adalah seseorang yang diberi tanggung jawab
untuk mengelola perpustakaan sekolah. Jabatan ini sebaiknya dipegang oleh
salah seorang guru sehingga penyelenggaraan perpustakaan sekolah benar-benar
diintegasikan dengan proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah.
Secara kualifikatif guru yang ditunjuk menjadai kepala perpustakaan sekolah
atau guru pustakawan seharusnya memenuhi syarat-syarat tertentu baik
pengetahuan, skill, maupun attitude-nya.
2. Staf perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah yang masih baru berdiri bisa saja hanya dikelola oleh
seorang guru, dimana dalam kegiatan sehari-hari guru tersebut bisa bertindak
sebagai kepala perpustakaan atau guru pustakawan sambil merangkap
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pelayanan teknis dan pelayanan pembaca. Hal
ini sering ditemui pada sebagian besar perpustakaan Sekolah Dasar (SD).
Sedangkan pada perpustakaan-perpustakaan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih-lebih yang sudah maju di mana buku-
buku yang dikelola banyak dan peserta didik yang dilayani juga banyak, kepala
perpustakaan sekolah dibantu oleh beberapa petugas atau staf yang bisa
diambilkan dari guru-guru atau bukan guru. Jumlah anggota staf ini sesuai
26
dengan kebutuhannya, minimal ada tiga orang, yaitu petugas pelayanan teknis,
petugas pelayanan pembaca, dan petugas tata usaha.
a. Petugas pelayanan teknis atau “processing”
Petugas pelayanan teknis atau “processing” adalah seseorang yang ditunjuk
atau yang diberi tugas memproses bahan-bahan pustaka mulai pengadaan bahan-
bahan pustaka tersebut siap untuk digunakan oleh pengunjung perpustakaan
sekolah. Pekerjaan-pekerjaan pelayanan teknis atau “processing” ada yang
bersifat profesi dan teknik. Oleh sebab itu seseorang yang ditunjuk tidak hanya
karena memiliki keahlian tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah orang
tersebut terampil dan tekun bekerja sehingga dapat memproses bahan-bahan
pustaka dengan tekun, teliti, dan penuh kreatif. b. Petugas pelayanan pembaca
Petugas pelayanan pembaca adalah seseorang yang ditunjuk memberikan
pelayanan terhadap peserta didik, guru-guru, dan pegawai lainnya yang
mengunjungi perpustakaan sekolah. Seperti halnya pelayanan teknis, pelayanan
pembaca juga ada yang bersifat profesi dan ada pula yang bersifat teknis. Oleh
sebab itu seseorang yang ditunjuk sebagai petugas pelayanan pembaca tidak
hanya terampil, tekun, tetapi juga mampu mengadakan hubungan kemanusiaan
atau “human relation”, penyabar, penyayang, ramah tamah, sehingga dapat
memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya.
27
c. Petugas tata usaha
Petugas tata usaha adalah seseorang yang diberi tugas menyelesaikan
ketatausahaan perpustakaan sekolah. Dalam kegiatannya sehari-hari lebih
bersifat pelayanan bagi kepala perpustakaan sekolah, petugas pelayanan teknis,
dan petugas pelayanan pembaca.
2.4. Pengelolaan Perpustakaan
Pengelolaan perpustakaan bukan sekedar kegiatan menempatkan buku-buku
di rak, akan tetapi lebih dari itu, sangat kompleks, berkelanjutan, dan selalu
berubah. Pengelolaan adalah mengetahui secara tepat apa yang akan dikerjakan
dan kemudian melihat cara kerja yang terbaik, dengan kata lain pengelolaan
adalah pengendalian dari suatu usaha dengan menggunakan sumber-sumber
daya organisir untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dahuri dkk (2006:46) lebih menjelaskan mengenai definisi dan pengertian
pengelolaan dengan menggunakan beberapa pemahaman: 1) pengelolaan
merupakan proses yang mempertimbangkan hubungan timbal balik antara
kegiatan dan suatu proses penyusunan dan pengambilan keputusan secara
rasional; 2) Pengelolaan juga suatu proses kontinu dan dinamis yang
mempersatukan/mengharmoniskan kepentingan antara berbagai stakeholders
dan kepentingan ilmiah; 3) pengelolaan merupakan penyusunan dan
pengimplementasian suatu rencana untuk memanfaatkan dan melindungi
ekosistem suatu program kerja.
28
Pengelolaan merupakan bagian dalam menjalankan perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh dalam proses pendayagunaan
segala sumber kegiatan secara efesien disertai penetapan cara pelaksanaannya
oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Kegiatan mengelola adalah kegiatan yang mencerminkan adanya sebuah sistem,
terkait dan terdiri dari beberapa aspek atau factor untuk mendukungnya
(Soetinah,1991:45).
Beberapa faktor yang dapat ditemui dalam sebuah proses mengelola
perpustakaan diantaranya adalah: 1) Kebijakan dan prosedur; 2) Mengelola
Koleksi; 3) Pendanaan dan Pengadaan; 4) Mengelola Fasilitas; 5) Sumber Daya
Manusia 6) Perencanaan.Kegiatan mengelola bagi pengelola perpustakaan
(guru-pustakawan), merupakan bagian atau peran serta dalam pendidikan di
sekolah (Soejono,1992:23). Secara efektif perpustakaan harus mampu
mendukung kurikulum dan program-program sekolah.
Untuk mewujudkan mengelola perpustakaan yang baik, maka pengelola
perpustakaan perlu : 1).Mengembangkan kemampuan professional sebagai guru-
pustakawan; 2) Memperhatikan kemampuan yang diperlukan dan prosedur yang
dibutuhkan untuk dapat mengelola perpustakaan secara efektif –dari
perpustakaan yang sekedar bertahan hidup menjadi perpustakaan yang benar-
benar berjalan secara baik; 3) Mengembangkan kebijakan dan prosedur dengan
prinsip-prinsip yang mengaktualisasikan visi dari perpustakaan sekolah. 4)
29
Memperlihatkan keterkaitan antara sumber-sumber informasi dan tujuan dan
prioritas sekolah, serta program perpustakaan; 5) Menunjukkan peran guru-
pustakawan melalui rencana mengelol. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
penyelenggara perpustakaan sekolah perlu memahmi prinsip dan fungsi
manajemen dengan baik, sehingga visi, misi, dan tujuan yang ditetpkan oleh
sekolah dapat tercapai dengan baik.
2.4.1. Pengolahan Bahan Pustaka
Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu inti dari tugas
perpustakaan. Bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan wajib diolah dengan
baik agar proses temu kembali informasi nantinya berjalan lancar dan
mewujudkan tertib administrasi. Dalam pelaksanaannya, proses pengolahan
bahan pustaka ini dapat berbeda-beda urutan kegiatan atau alur prosesnya antara
perpustakaan satu dengan yang lainnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh
adanya perbedaan budaya kerja, sumber daya manusia, dan sarana prasarana
dalam proses pengolahan. Namun demikian, ada tiga kegiatan pokok dalam
pengolahan bahan pustaka yaitu: (1) klasifikasi, (2) katalogisasi, (3)
pemeliharaan bahan pustaka.
30
2.4.2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokkan yang sistematis pada sejumlah objek,
gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu
berdasarkan ciri-ciri yang sama Hamakonda (1999: 1). Menurut Suwarno (2007:
66), secara umum klasifikasi terbagi dalam dua jenis, yaitu:
1. Klasifikasi artifisial (artificial classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka
berdasarkan sifat-sifat yang secara kebetulan ada pada bahan pustaka
tersebut. Misalnya berdasarkan warna buku atau tinggi buku.
2. Klasifikasi fundamental (fundamental classification), yaitu klasifikasi bahan
pustaka berdasarkan isi atau subjek buku, yaitu sifat yang tetap pada bahan
pustaka meskipun kulitnya berganti-ganti atau formatnya diubah. Klasifikasi
fundamental ini yang sering digunakan perpustakaan saat ini.
Ada beberapa jenis klasifikasi perpustakaan yang digunakan, diantaranya:
1. Dewey Decimal Classification (DDC)
2. Universal Decimal Classification (UDC)
3. Library of Congress Classification
Dari ketiga sistem klasifikasi di atas, yang paling banyak digunakan di
perpustakaan adalah Dewey Decimal Classification (DDC). Pada modul ini
hanya akan diuraikan Dewey Decimal Classification (DDC). Selain itu, juga
akan diuraikan home classification dimana sistem klasifikasi ini berbeda dengan
sistem klasifikasi yang umum digunakan untuk jenis koleksi tertentu yang
dimiliki perpustakaan dengan alasan efisiensi proses temu kembali informasi.
31
1. Dewey Decimal Classification
Susunan subjek pada sistem Klasifikasi Persepuluh Dewey ini meliputi
seluruh ilmu pengetahuan manusia, menurut sistem Klasifikasi Persepuluh
Dewey, imu pengetahuan manusia dapat dibagi ke dalam sepuluh kelas utama
(main class) yang biasa disebut Ringkasan Pertama (First Summary) seperti
tertera berikut ini”
000 Karya Umum
100 Filsafat
200 Agama
300 Ilmu-ilmu Sosial
400 Bahasa
500 Ilmu-ilmu Murni
600 Ilmu-ilmu Terapan
700 Kesenian, Hiburan, Olahraga
800 Kesusastraan
900 Geografi dan Sejarah Umum
Menurut sistem Klasifikasi Persepuluh Dewey, setiap kelas utama dari
kesepuluh kelas utama di atas dapat dibagi atas rinci menjadi sepuluh bagian
atau divisi (division) yang biasanya disebut Ringkasan Kedua (Second
Summary). Oleh karena kelas utama berjumlah sepuluh kelas, sedangkan setiap
kelas utama dibagi lagi menjadi sepuluh bagian, maka jumlah divisi keseluruhan
adalah seratus divisi.
32
2.4.3. Katalogisasi
Katalog berasal dari bahasa latin “catalogus” yang berarti daftar, dalam
pengertian umum katalog diartikan sebagai daftar nama-nama, judul dan barang-
barang. Dalam sejarah kepustakawanan, katalogisasi atau pengkatalogan
(cataloguing, catalogieseren) merupakan keterampilan yang sudah dimiliki
sejak berabad-abad lamanya, sebagai senarai inventaris.
Dalam dunia perpustakaan katalog diartikan sebagai daftar berbagai jenis
koleksi, dapat berupa buku yang dibuat menurut sistem atau cara tertentu, secara
alfabetis maupun secara sistematis untuk memudahkan penemuan kembali bahan
pustaka yang dibutuhkan pemustaka (user) maupun oleh petugas perpustakaan.
Menurut KBB (2001) : katalog merupakan secarik kartu, daftar atau buku
yang memuat nama benda atau informasi tertentu yang ingin disampaikan,
disusun secara berurutan, teratur dan alfabetis: kartu membantu memudahkan
orang mencari buku di perpustakaan; berkas katalog yang dibuat pada slip kertas
yang diikat di jilid berkas untuk memungkinkan adanya penyisipan bahan baru
yang tepat susunannya. Katalog juga merupakan gambaran dari fisik sebuah
dokumen. Hasil pokok dari kegiatan katalogisasi adalah penyusunan dari bahan
pustaka dan pemeliharaan katalog yang memberikan akses utama kepada
koleksi.
33
a. Tujuan Dan Fungsi Katalogisai
a. Tujuan Katalogisasi
Memungkinkan seorang menemukan sebuah buku yang diketahuipengarangnya, judulnya atau subjeknya.
Menunjukan buku yang dimiliki perpustakann oleh pengarangtertentu, berdasarkan subjek tertentu dan dalam jenis literatur
tertentu.
Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya dan berdasarkan karakternya (sastra ataukah berdasarkan topik).
b.Fungsi Katalogisasi
Katalog berfungsi sebagai alat komunikasi yang
menginformasikan koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan.
Katalog berfungsi sebagai wakil koleksi.
2.4.4. Pemeliharaan Bahan Pustaka
Pemeliharaan bahan perpustakaan adalah upaya untuk menjaga
keselamatan buku-buku dan bahan lain dari kerusakan sehingga koleksi
perpustakaan tersebut dapat berumur panjang dan dapat dimanfaatkan dalam
waktu yang lama. Dalam pengertian pemeliharaan termasuk perawatan dan
pencegahan dari kerusakan sehingga bahan pustaka itu dapat dilestarikan.
Bafadal (1991:35), mendefinisikan pemeliharaan bahan pustaka merupakan
kegiatan yang mencakup segala usaha pencegahan terhadap hal-hal yang
34
menimbulkan kerusakan buku atau dengan kata lain menyelamatkan buku dari
unsur-unsur yang merusak. Secara umum, usaha pemeliharaan bahan pustaka
ialah dengan menjaga kebersihan ruangan perpustakaan itu sendiri, lemari, rak,
dan buku bebas dari debu. Mengadakan larangan merokok, makan dan minum
dalam ruang perpustakaan.. Untuk mencegah hal tersebut umumnya telah
dimasukkan dalam peraturan tata tertib perpustakaan.
a. Tujuan dan Fungsi Pemeliharaan Bahan Pustaka
1. Tujuan Pemeliharaan Bahan Pustaka
Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai terkait dengan kegiatan
pemeliharaan bahan pustaka di perpustakaan yaitu :
a. Menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam setiap bahan
pustaka atau dokumen.
b. Menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka atau dokumen.
c. Mengatasi kendala kekurangan ruang.
d. Mempercepat proses temu batik atau penelusuran dan perolehan informasi.
e. Menjaga keindahan dan kerapian bahan pustaka.
f. Mencegah koleksi perpustakaan dari kerusakan akibat penggunaan yang
keliru oleh mahasiswa.
35
2. Fungsi Pemeliharaan Bahan Pustaka
a) Fungsi Perlindungan
Upaya melindungi bahan pustaka dari beberapa faktor yang
mengakibatkan kerusakan.
b) Fungsi Pengawetan
Upaya pengawetan terhadap bahan pustaka agar tidak cepat rusak dan
dapat dimanfaatkan lebih lama lagi
c) Fungsi Kesehatan
Upaya menjaga bahan pustaka tetap dalam kondisi bersih sehingga tidak
berbau pengap dan tidak mengganggu kesehatan pembaca maupun
pustakawan.
d) Fungsi Pendidikan
Upaya memberikan pendidikan kepada pembaca, bagaimana
memanfaatkan bahan pustaka yang baik dan benar.
e) Fungsi Kesabaran
Upaya pemeliharaan bahan pustaka membutuhkan kesabaran dan
ketelitian.
f) Fungsi Sosial
Pemeliharaan bahan pustaka sangat membutuhkan keterlibatan dari orang
lain.
36
g) Fungsi Ekonomi
Pemeliharaan yang baik akan berdampak pada keawetan bahan pustaka,
yang akhimya dapat meminimalisasi biaya pengadaan bahan pustaka.
h) Fungsi Keindahan
Dengan pemeliharaan yang baik, bahan pustaka di perpustakaan akan
tersusun rapi, indah dan tidak berserakan, s ehi ngga perpustakan
kelihatan indah dan nyaman.
2.4.5. Layanan
Banyak argumentasi yang menyatakan bahwa layanan perpustakaan
merupakan titik sentral kegiatan perpustakaan. Dengan kata lain, perpustakaan
identik dengan layanan karena tidak ada perpustakaan jika tidak ada kegiatan
layanan. (Nasution, 1992 : 2).
Sistem layanan perpustakaan ada dua macam yaitu layanan yang bersifat
terbuka dan layanan yang bersifat tertutup. Pemilihan sistem layaan terbuka atau
sistem layanan tertutup berdasarkan beberapa faktor pertimbangan seperti:
- Tingkat keselamatan koleksi pepustakaan.
- Jenis koleksi dan sifat rentan dari koleksi.
- Perbandingan antara jumlah staf, jumlah pengguna dan jumlah koleksi.
- Luas gedung perpustakaan.
- Rasio antara jam layanan dengan jumlah staf perpustakaan.
37
a. Layanan sistem terbuka
Layanan sistem terbuka (open access) adalah sisitem layanan yang
memungkinkan para pengguna secara langsung dapat memilih, menemukan dan
mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi
perpustakaan. Pada sistem ini maka pengguna dapat melakukan browsing bahan
pustaka dari jajaran koleksi.
b. Layanan sistem tertutup
Sistem layanan tertutup (closed access) adalah sistem layanan perpustakaan
yang tidak membolehkan pengguna perpustakaan mengambil sendiri bahan
pustaka di perpustakaan. Pengambilan dan pengembalian bahan yang telah
dipinjam dilakukan oleh petugas perpustakaan.
Aktivitas layanan perpustakaan dan informasi bararti penyediaan bahan
pustaka secara tepat dan akurat dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi
bagi para pengguna perpustakaan. Perpustakaan memberikan layanan bahan
pustaka kepada masyarakat adalah agar bahan pustaka tersebut yang telah diolah
dapat dimanfaatkan dengan cepat oleh masyarakat pengguna perpustakaan . a.
Tujuan dan Fungsi Layanan
Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan sekolah adalah menyajikan informasi
guna kepentingan pelaksanaan proses belajar mengajar dan rekreasi bagi siswa-
siswi, dengan menggunakan bahan pustaka yang ada di perpustakaan tersebut.
Kegiatan layanan di perpustakaan sekolah meliputi, peminjaman buku-buku,
melayani kebutuhan pelajar dalam kelas, menyediakan sumber informasi bagi
38
murid dan guru serta tenaga administrasi sekolah, membimbing siswa untuk
mahir dalam mencari informasi secara mandiri.
Lasa Hs,(1995) Seorang kolomnis Perpustakaan dan Pustakawan Universitas
Gajah Mada Yogyakarta, membagi 5 (lima) fungsi perpustakaan sekolah adalah
1) Menunjang proses pendidikan; 2) Mengembangkan minat dan bakat siswa; 3)
Mengembangkan minat baca guru dan siswa; 4) Menjadi sumber informasi; 5)
Memperoleh bahan rekreasi kultural. Sedangkan dalam Surat Keputuan Menteri
Pendidikan dan Kebudayan Nomor: 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981,
membagi beberapa fungsi perpustakaan sekolah sebagai berikut:
a. Sebagai Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan
pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah;
b. Pusat penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa
mengembangkan kreativitas dan imajinasinya;
c. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi
waktu luang (Buku-buku hiburan).
Dari ketiga pendapat tentang fungsi dan tujuan perpustakaan sekolah tersebut
di atas, ada salah satu fungsi yang sangat menarik dan perlu dikembangkan
adalah sebagai fungsi sumber informasi. Fungsi ini memiliki multifungsi karena
dapat dijadikan sebagai sarana belajar untuk membantu menyelesaikan tugas-
tugas sekolah bagi siswa-siswi dan juga dapat berfungsi menambah wawasan
dan mewujudkan kreativitas bakat siswa-siswi yang dimiliki sehingga dapat
menghasilkan prakarya sederhana bagi diri pribadi yang mandiri kelak.
39
2.5. Kerangka Pikir
Pengertian perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada
sebuah sekolah, di kelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan dan
tujuan usaha membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan
tujuan pendidikan pada umumnya. Di samping itu dalam penjelasan undang-
undang pendidikan nasional kita, di sebutkan bahwa salah satu sumber belajar di
sekolah yang amat penting tetapi bukan satu-satunya adalah perpustakaan.
Sebagai salah satu sumber belajar di sekolah perpustakaan membantu
tercapainya visi dan misi sekolah tersebut. Mengingat pentingnya peran
perpustakaan sekolah maka perlu adanya suatu pengelolaan atau manajemen
yang tepat dan cepat sehingga fungsi perpustakaan sekolah benar-benar
terwujud. Namun masalahnya sekarang adalah tidak sedikit perpustakaan
sekolah yang pengelolaannya masih kurang profesional. Kalau pun sudah baik,
bagaimana perpustakaan sekolah mampu memenuhi kebutuhan penggunanya
akan berbagai pengetahuan dan informasi secara mudah dan cepat di era
globalisasi ini. Untuk itu di perlukan suatu sistem informasi manajemen
Pengelolaan merupakan bagian dalam menjalankan perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh dalam proses pendayagunaan
segala sumber kegiatan secara efesien disertai penetapan cara pelaksanaannya
oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Untuk dapat mencapai tujuan perlu sumber daya manusia dan non manusia
40
berupa sumber dana, teknik, fisik, perlengkapan, alam, informasi, ide, peraturan-
perturan dan teknologi. Sumber daya tersebut di kelola melalui proses
manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengawasan yang di harapkan mampu mengeluarkanproduk berupa barang atau
jasa. Sebagai langkah awal dalam proses perencanaan perpustakaan, antara lain,
adalah menetapkan visi dan misi perpustakaan di samping juga memperhatikan
faktor internal dan eksternal. Adanya visi yang jelas akan ikut membantu
koordinasi aktivitas orang-orang yang terikat oleh perpustakaan itu. Sementara
itu, misi merupakan rumusa kegiatan yang akan di lakukan dan hasilnya dapat di
hitung, di buktikan, di lihat, atau pun di rasakan.
41
Bagan Kerangka Pikir
Pengetahuan Petugas Perpustakaan DalamMengelolaa Perpustakaan (Studi Pada SD
Negeri 7 Konawe Selatan)
Teori Pengetahuan dan pengelolaan perpustakaan
Oleh Notoatmodjo (2003) dan Dahuri (2006:46)
Pengetahuan Pengelolaan Perpustakaan
- Tahu (Know) - Pengolahan Bahan Pustaka
- Memahami (Comprehension) - Klasifikasi
- Aplikasi (Application) - Katalogisasi
- Pemeliharaan Bahan Pustaka
- Layanan
Notoatmodjo, (2010)Dahuri (2006:46)
Pustakawan/
Petugas
Kerangka Pikir Di Modifikasi Oleh Penulis 2017
Gambar 1.1
Kerangka pikir
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perpustakaan SD Negeri 7 Konawe selatan,
tepatnya di Desa Matabubu, Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe selatan,
dengan pertimbangan sebagai berikut Pengelolaan perpustakaan sekolah yang
belum maksimal, Bahan pustaka yang tidak tertata dengan rapi, Petugas
perpustakaan yang tidak memiliki pengetahuan di bidang perpustaakan.
3.2. Subjek Dan Informan
3.2.1. Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan guru dan staf tata usaha
SD Negeri 7 Konawe Selatan. yang berjumlah 12 orang berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil survey awal pada tanggal 26 Desember 2016.
3.2.2. Informan
Informan dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 3 orang guru yang
bertugas sebagai pengelola perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan.
43
3.3.Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian ini peneliti menentukan informan dengan teknik purposive
sampling, artinya dengan memilih narasumber yang benar-benar mengetahui
kondisi internal dan eksternal perpustakaan SD Negeri 7 Konawe selatan
sehingga mereka akan dapat memberikan masukan secara tepat tentang
pengetahuan petugas perpustakaan dalam mengelolaan perpustakaan.Informan
yang dipilih dalam penelitian ini berasal guru dan staf tata usaha SD Negeri 7
Konawe selatan.
3.4. Jenis Dan Sumber Data
3.4.1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah
sebagai berikut :
1. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh berupa keterangan-keterangan,
seperti sistem pengelolaan yang di terapkan di perpustakaan serta strategi
dalam meningkatkan minat membaca siswa.
2. Data kuantitatif yaitu data yang berupa laporan-laporan secara tertulis,
seperti daftar bahan pustaka dan daftar pengujung yang ada di
perpustakaan sekolah tersebut.
44
3.4.2. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Adapun data-data primer pada penelitian ini di dapat
langsung dari hasil Wawancara yang di lakukan oleh penulis kepada seluruh
pihak sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, dan staf tata usaha (TU) di
SD Negeri 7 Konawe selatan, Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe selatan.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data-data sekunder dalam penelitian
ini berasal dari hasil observasi dan dokumentasi dengan melihat situasi di
perpustakaan SD Negeri 7 Konawe selatan, Kecamatan Baito, Kabupaten
Konawe selatan.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka
peneliti menggunakan metode-metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara (interview) Wawancara adalah proses mengajukan
pertanyaan dengan tujuan untuk memperoleh keterangan yang jelas dari
informan sesuai data yang di butuhkan dalam proses face to face.
45
2. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan langsung dilapangan terhadap aspek denagan objek yang
akan diteliti.
3. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengumpulan data dengan menelaah buku-buku, laporan-laporan, jurnal
dan sejumlah dokumen yang relevan dengan fokus penelitian ini dalam
memperoleh.
3.6. Tehnik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982) sebagaimana
dikutip Moleong (2007:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceriterakan kepada orang lain.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari
analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis,
kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain. McDrury
(Collaborative Group Analysis of Data, 1999) seperti yang dikutip Moleong
(2007:248) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang
ada dalam data,
46
2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang
berasal dari data.
3. Menuliskan ‘model’ yang ditemukan.
4. Koding yang telah dilakukan.
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan
informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui
situasi obyek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai
dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali
rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian
menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada direkaman
tersebut.
Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip,
selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan
reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi,
yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat sesuai
dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga
didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa
informan.
47
3.7. Desain Operasional Penelitian
Desain operasional Penelitian adalah penjelasan dari masing-masing
variable yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator yang
membentuknya.
Variable Bebas (X)
Variable Bebas (X), yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman,rasa, dan raba.
Pada penelitian ini, tingkat Pengetahuan yang dicakup di dalam domain
kognitif menurut Notoatmodjo (2010) mempunyai 6 tingkat, yakni :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima..
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar.
48
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
menggunakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving
cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
Variable Terikat (Y)
Variable terikat (Y) atau pada skripsi ini disebut juga sebagai target behavior
adalah penegelolaan perpustakaan. Pengelolaan perpustakaan merupakan bagian
dalam menjalankan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian menjadi suatu
rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan
menyeluruh dalam proses pendayagunaan segala sumber kegiatan secara efesien
disertai penetapan cara pelaksanaannya oleh seluruh jajaran sekolah untuk
mencapai tujuan sekolah.
49
Tabel 2. Desain Operasional Penelitian
Unit analisisSruktur Kerangka Teknik
unit analisis Pengumpulan data
Pengetahuan Menganalisis: 1. Wawancara
- Tahu (Know)2. Observasi
- Memahami (Comprehension)
Pengelolaan - Aplikasi (Application)3. Dokumentasi
perpustakaan
- Pengolahan Bahan Pustaka
- Klasifikasi
- Katalogisasi
- Pemeliharaan Bahan Pustaka
- Layanan
3.8. Konseptualisasi
1. Pengetahuan adalah hasil dari tau yang di dapatkan melalui proses
pengindraan objek tertentu.
2. Perpustakaan adalah sebuah gedung yang didalamnya terdapat berbagai
koleksi buku.
3. Pustakawan dan Petugas Perpustakaan adalah seseorang yang
mempunyai keterampilan dalam mengelola suatu perpustakaan.
4. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah merupakan proses mengoptimal
kontribusi manusia, materil, anggaran guna mencapai tujuan organisasi .
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Dan Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar Negeri 7
Konawe Selatan.
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan sekolah dasar negeri 7 konawe
selatan. Sekolah dasar ini berdiri pada tahun 1990. awalnya sekolah dasar ini
bernama sekolah dasar negeri 01 baito. Akan tetapi dengan adanya pemekaran desa
amasara menjadi desa matabubu, lalu sekolah ini berubah nama menjadi sekolah
dasar negeri 2 baito, tepatnya pada tanggal 1994 .sebelum pemekaran desa amasara
menjadi desa matabubu, sekolah ini di bangun di desa amasara namun karena
adanya kebijakan dari pemerintah kabupaten konawe selatan yaitu belum
tersedianya sarana pendidikan di desa matabubu maka di bangunlah sekolah tersebut
guna menujang pendidikan yang layak bagi masyarakat desa. Di tahun 2004 sekolah
ini berganti nama menjadi Sekoah Dasar Negeri 7 Konawe Selatan karena telah di
bangun SMP pada waktu itu. Sekarang, sekolah dasar yang belum lama ini telah
terakreditasi “B / BAIK” Dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN)
40401968.
51
Selama berdiri, Sekolah Dasar Negeri 7 konawe selatan sudah di pimpin oleh 5
kepala sekolah dengan urutan sebagai berikut:
a. Ngadiman
b. Ramini,S.Pd
c. Susilo,S.Pd
d. Rosmiati,S.Pd
Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe Selatan merupakan satu-satunya sekolah yang
berada diwilayah desa matabubu dan merupakan sekolah yang tentunya menjadi
perhatian dan tujuan utama bagi sebagian warga masyarakat desa matabubu untuk
dapat mengenyam pendidikan. Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 konawe
selatan merupakan unit pelaksanaan teknis yang di bawahi sekolah dan menempati
sebuah gedung terdiri dengan luas keseluruhan = 56 m2 yang bertempat di desa
Matabubu Kecamtan Baito Kabupaten Konawe selatan Sulawesi tenggara.
Secara geografis gedung Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe Selatan
terletak pada posisi yang cukup strategis, dimana letaknya cukup dekat dengan
beberapa kelas itu sendiri yang hanya berjarak 20 m
52
Bangunan sekolah ini berdiri di atas tanah seluas yang 9.800 m2 tepatnya terletak di:
a. Dusun : II
b. RT : 3
c. Desa : Matabubu
d. Kecamatan : Baito
e. Kabupaten : Konawe Selatan
f. Provinsi : Sulawesi Tenggara
g. Kode pos : 93383
a b c d e f g ml
kh
in
j
Gambar 4.1.Denah Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe Selatan
Sumber: Data Sekunder Mei 2017
53
Keterangan:
a. Kelas I
b. Kelas II
c. Kelas III
d. Kelas IV
e. Kelas V
f. Kelas IIV
g. Ruang Guru/Kantor
h. Kelas VI (SMP)
i. Kelas VII (SMP)
j. Kelas VIII (SMP)
k. Perpustakaan
l. Kantin
m. WC
n. Lapangan
4.1.2. Visi dan Misi Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe Selatan
a. Visi
Menjadi sekolah terpercaya di masyarakat untuk mencerdaskan bangsa dalam
rangka mensuksekan wajib.
54
b. Misi
1. Menyiapakan generasi unggul yang memiliki potensi di bidang imtaq
dan iptek.
2. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, Kreatif, sesuai dengan
perkembangan zaman.
3. Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya dalam
masyarakat.
4.1.3. Sumber Daya Manusia Dan Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri 7
Konawe Selatan
a. Sumber daya Manusia
Sumber daya manusia di Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan ini terdiri dari
12 orang yang terdiri dari seorang kepala sekolah. 10 orang guru dan 1 staf tata
usaha (TU).
Tabel 4.1.
Sumber Daya Manusia Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe Selatan
NO NAMA/NIP PANGKAT JENIS GURU
GOLONGAN
1 Rosmiati,S.Pd III/b Kepala sekolah/Guru Kelas
2 Susilo,S.Pd III/b Guru Kelas
3 Rudi,S.Pd III/a Guru Penjas
55
4 Nurhayati,S.Pd II/a Guru Kelas
5 Edi,S.Pd II/b Guru Kelas
6 Hajar Mangade - Guru Kelas
7 Siti Ranti - Guru Kelas
8 Martina Porende - Guru Kelas
9 Ansar - Guru PAI
10 Alviah,S.Pd II/a Guru Kelas
11 Suniati - Guru Kelas
12 Salam - TU
Sumber: Data Sekunder Mei 2017
b. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi SD Negeri 7 Konawe Selatan harus dapat menggambarkan
kepastian hubungan, kedudukan organisasi sekolah, dan bertanggung jawab
terhadap fungsi dan tugas yang diembannya. Hal itu perlu karena dalam suatu
organisasi banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan bersama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan organisasi itu sendiri. Sehingga dapat menjalankan tugas dan
56
fungsinya dalam rangka optimalisasi pencapaian tujuan yang diharapkan baik.
Adapun struktur Organisasi SMA Negeri 7 Konawe Selatan Kab. Muna terlampir
pada bagan I.
Dalam struktur organisasi tersebut sudah dipaparkan dengan jelas bagian-bagian
peranan atau tugas masing- masing bidang yaitu sebagai berikut :
1. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum
Adapun peranan dan tugas wakil bidang kurikulum yaitu bertanggung jawab
dalam bidang pelaksanaan kegiatan pada bidang kurikulum, penyusunan program
pengajaran, penyusunan pembagian tugas guru dan jadwal pengajaran, penyusunan
jadwal pelaksanaan UTS,UAS dan ujian akhir, menyusun kriteria persyaratan
kenaikan kelas dan kelulusan, menyusun laporan pelaksanaan pembelajaran.
2. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan
Adapun tugas wakil kepala sekolah kesiswaan yaitu :
a. Memantau ketertiban siswa pada saat belajar, istrahat, waktu pulang sekolah.
b. Melakukan koordinasi dalam penanganan kasus siswa dengan wali kelas, BP dan
guru yang terkait.
c. Mengkordinasi kegiatan siswa yang telah diprogramkan melalui program kegiatan
OSIS dan bekerja sama dengan para koordinator.
Tugas staf wakil bidang kesiswaan yaitu :
a. Melaksanakan pembinaan terhadap seksi yang ada di OSIS
b. Melaksanakan piket guru pemantauan dan pengawasan perilaku siswa.
57
c. Mengadministrasikan kegiatan kesiswaan.
3. Wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana
Adapun tugas wakil kepala sekolah sarana dan prasarana yaitu :
a. Menyusun rencana kerja dan jadwal kerja
b. Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana sekolah
c. Mengkoordinasikan kegiatan program perbaikan atau penambahan sarana dan
prasarana baru dilingkungan sekolah
d. Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan dan pengadaan bahan- bahan
pengajaran.
4. Wakil kepala sekolah bidang humas
Adapun tugas wakil kepala sekolah humas yaitu : membina, mengatur, dan
mengembangkan hubungan dengan komite sekolah, membina pengembangan antara
sekolah dengan lembaga pemerintahan, dunia usaha dan lembaga sosial lainnya.
Selain itu, Humas untuk menjalin komunikasi dengan pihak eksternal sekolah.
5. Kepala Tata Usaha
Adapun tugas kepala tata usaha yaitu sebagai berikut :
a. Menyusun program usaha
b. Mengkoordinir tugas- tugas tata usaha
c. Mengatur pengurusan kepegawaian
d. Mengawasi dan mengendalikan penggunaan alat- alat sekolah.
58
ed f
h
gc
i
b
ja
Gambar 4.2. Denah Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
Sumber: Data Sekunder mei 2017
Keterangan:
a. Pintu masuk
b. Rak buku
c. Rak buku
d. Rak buku
e. Rak buku
f. Meja sirkulasi
g. Meja dan kursi petugas
h. Ruang penyimpanan
59
i. Rak buku
j. Rak buku
4.1.4. Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi Perpustakaan SD
Negeri 7 Konawe Selatan
a. Sumber Daya Manusia
Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan letaknya terpisah dari
gedung sekolah lainnya. Dalam artian, perpustakaan sekolah ini terletak di gedung
sendiri yang benar-benar gedung perpustakaan. Perpustakaan ini di kelola oleh tiga
orang pengelolaan perpustakaan, yaitu seorang guru yang bernama Edi,S.Pd dan dua
orang guru yang bernama Nurhayati,S.Pd dan Martina Porende. Dengan demikian
perpustakaan ini tidak setiap waktu dibuka dan dapat dimanfaatkan. Ada waktu-
waktu tertentu perpustakaan sekolah ini ditutup ketika hari sekolah. Misalnya,
ketika guru pengelola sedang mengajar atau ada pekerjaan yang kebetulan waktunya
bersamaan maka perpustakaan ditutup karena tidak ada yang menjaga.
b. Struktur Organisasi Perpustakaan
Struktur Organisasi Perpustakaan harus dapat menggambarkan kepastian
hubungan dan kedudukan organisasi perpustakaan dan bertanggung jawab terhadap
peranan dan tugas yang diembannya. Hal itu perlu karena dalam suatu organisasi
banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan bersama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan organisasi itu sendiri. Sehingga dapat menjalankan peranannya
60
dalam rangka optimalisasi pencapaian tujuan yang diharapkan baik untuk lembaga
induk pembentuk perpustakaan . Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
merupakan bagian yang terpenting dari struktur sekolah ini yang dimaksudkan
untuk memberikan gambaran tentang peranan dan tugas yang harus dikerjakan yang
berhubungan dengan kegiatan perpustakaan di SD Negeri 7 Konawe Selatan.
Adapun Struktur Organisasi Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan terlampir
pada bagan II.
Berdasarkan Struktur Organisasi Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
tersebut mempunyai peranan masing-masing bagian yang ada di perpustakaan, di
uraikan sebagai berikut:
1. Kepala sekolah
Sebagai pimpinan sekolah bertanggungjawab pada semua aspek kegiatan
pendidikan di SD Negeri 7 Konawe Selatan termasuk kegiatan perpustakaan.
2. Kepala perpustakaan
a. Membuat perencanaan pembinaan dan pengembangan perpustakaan di sekolah
yang biasanya di buat pada setiap awal tahun ajaran baru
b. Mendayagunakan semua sumber yang ada baik sumber manusia maupun sumber
material
c. Mengadakan kordinasi dan pengawasan terhadap semua kegiatan perpustakaan
sekolah sehingga semuanya mengarah kepada tujuan.
61
d. Apabilah dalam pelaksanaan tugasnya kepalh perputakaan sekolah di bantu oleh
beberapa staf maka ia bertanggung jawab atas pembinaan semua anggota stafnya
e. Membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu sehubungan dengan pembinaan
dan pengembangan perputakaan sekolah.
f. Mengadakan penilayan terhadap penyelengarakan perpustakaan sekolah
3. Teknis
Adapun peranan teknis perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan yaitu, sebagai
berikut :
1. Bagian pengadaan
a. Pelaksanaan administrasi umum perpustakaan
b. Melayani pembuatan belangko perpustakaan yaitu katru anggota perpustakaan dan
bebas pustaka
c. Pelaksanaan proses inventaris bahan pustaka
d. Pelaksanaan proses katalogisasi bahan pustaka
e. Pelaksanaan proses klasifikasi bahan pustaka
f. Bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana perpustakaan.
2. Bagian pengolahan
Adapun peranan pengadaan bahan pustaka yaitu :
a. Pembelian bahan pustaka biasa anggaran dari komite sekolah dan dana bos
b. Hadiah bahan pustaka biasanya pemberian Cuma- Cuma dari berbagai pihak
seperti buku tentang korupsi
62
c. Kerja sama, pihak sekolah selalu mengadakan kerja sama dengan beberapa
penerbit untuk mendapatkan harga buku dengan kualitas yang bagus
3. Penyusunan
Adapun peranan penyusunan adalah pengelola perpustakaan menyusun buku atau
bahan pustaka ke rak sesuai sesuai dengan nomor klasifikasi.
4. Layanan
1. Layanan referensi
Adapun peranan layanan referensi adalah sebagai berikut :
a. Menerima pertanyaan- pertanyaan dari para pemustaka mengenai koleksi bahan
pustaka
b. Memberi bimbingan untuk menemukan koleksi referensi
2. Layanan sirkulasi
a. Mengawasi keluarnya setiap bahan pustaka dari ruang perpustakaan
b. Pendaftaran anggota perpustakaan
c. Peminjaman dan pengembalian bahan pustaka
d. Memberikan sanksi bagi anggota yang belum mengembalikan pinjaman.
4.1.5. Koleksi Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan dan
disajikan kepada siswa guna memnuhi kebutuhan pengguna akan informasi koleksi
yang dibutuhkan oleh setiap perpustakaan, hal ini tergantung pada jenis dan tujuan
perpustakaan yang bersangkutan.
63
Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan menyediahkan koleksi yang dapat
menunjang minat kunjungan siswa dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Jenis
buku yang ada di perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan Selatan yaitu buku
paket, buku bacaan, peta, globe dan koran. Jumlah keseluruhan koleksi
Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan Selatan yaitu 1.274.
Berikut ini adalah keadaan koleksi perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Keadaan Koleksi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
Jumlah
No Jenis buku Judul Kondisi
Layak Tidak layak
1 Buku paket 2.000 879 50
2 Buku bacaan 345 315 30
3 Peta - - -
4 Globe - - -
5 Koran /majalah - - -
Jumlah 2.345 1.194 80
Sumbe:, Data sekunder, Mei 2017
64
Dari tabel diatas menunjukan bahwa keadaan koleksi bahan pustaka pada
Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan. Yang layak dipakai berjumlah 1.194
buku sedangkan yang tidak layak di pakai berjumlah 80 buku.
Karena belum adanya pengetahuan petugas perpustakaan tentang pengelolaan
perpustakaan, Koleksi yang tersedia diperpustakaan ini diolah tidak berdasarkan
DDC (Dewey Decimal Classification), koleksi yang ada di susun begitu saja di rak
buku dan tidak dikelompokkan berdasarkan subjek buku.
Mereka beralasan bahwa sedikitnya koleksi buku yang ada diperpustakaaan dan
tidak adanya pengetahuan petugas perpustakaan dalam menegelola perpustakaan
membuat koleksi buku yang ada tidak tersusun dengan rapi. Jumlah koleksi yang
ada hanya sekitar eksemplar, tertulis pada tabel 2.
4.1.6. Sarana dan Prasarana Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
a. Gedung perpustakaan
Gedung perpustakaan terletak ditempat yang strategis dan mudah diakses atau
dikunjungi oleh pemustaka atau siswa, yaitu terletak diantara ruangan kelas belajar
siswa dan gedung kegiatan belajar siswa dalam mencari ilmu pengetahuan.
Gedung perpustakaan SD Negeri 7 Konawe selatan merupakan gedung yang
baru dibangun pada tahun 2016 yang didirikan diatas tanah seluas 120 m2 yang
terdiri satu lantai.
b. sarana dan prasarana
65
sarana dan prasarana di perpustakaan merupakan komponen penting yang tidak
dapat dipisahkan dengan melaksanakan suatu kegiatan kantor. Untuk menunjang
kelancaran aktivitas dan pelayanan pada pemustaka perpustakaan SD Negeri 7
Konawe selatan mempunyai perabot dan peralatan seperti yang terdapat pada tabel
4.3.
Tabel 4.3.
Sarana dan Prasarana di Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe selatan
No Nama Barang Jumlah Keadaan Barang
1 Meja srirkulasi 1 Buah Baik
2 Kursi Sirkulasi 1 Buah Baik
3 Meja Petugas 1 Buah Baik
4 Kursi Petugas 1 Buah Baik
5 Meja Baca 4 Buah Baik
6 Kursi Baca 16 Buah Baik
7 Rak Buku 8 Buah Baik
Sumber : data sekunder, April 2016.
4.1.7. Pengelola Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
Pengelola Perpustakan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan mempunyai
minat dibidang kerja perpustakaan, kepedulian yang tinggi terhadap perpustakaan,
kemampuan pendekatan pribadi yang baik, pengetahuan umum yang luas,
66
kemampuan komunikasi yang baik, inisiatif, kreativitas, kepekaan terhadap
perkembangan yang baru terutama yang berhubungan dengan bidang perpustakaan
serta dedikasi yang tinggi. Jumlah tenaga pengelola Perpustakaan Sekolah Dasar
Negeri 7 Konawe selatan berjumlah 3 orang yang terdiri dari seorang pimpinan atau
kepala perpustakaan yang di beri tanggung jawab oleh kepala sekolah. Staf
pengelolah perpustakaan berjumlah 2 orang.
Kepala Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan adalah Edi, S.Pd.
Ia seorang lulusan strata 1 (S1) pendidikan matematika, agama islam tergolong
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan mengajar di bidang studi matematika, ia ditunjuk
oleh pimpinan yaitu kepala Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan untuk
memenuhi kebutuhan sertifikasi karena kekurangan mengajar.
4.1.8. Alur dan Sistem Layanan Pada Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe
Selatan
a. Sistem Layanan
Sistem layanan di perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan adalah
sistem pelayanan terbuka (open acces). Dalam sistem ini para pemustaka (baik
siswa maupun guru) dapat langsung mencari, memilih, menemukan dan mengambil
sendiri bahan pustaka yang di kehendaki dari jajaran koleksi perpustakaan yang ada
di rak koleksi.
Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan memberikan pelayanan
kepada pengguna setiap hari. Akan tetapi para siswa tidak bisa datang sewaktu-
67
waktu sesuai keinginan siswa. Perpustakaan memberikan kebijakan kepada para
siswa agar berkunjung ke perpustakaan hanya pada saat jam istirahat, kecuali ada
tugas dari guru yang mengajar ketika siswa berkunjung. b. Alur layanan Sirkulasi
Pada alur Layanan sirkulasi perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe
selatan, proses penulusuran informasi pemustaka datang ke perpustakaan dimulai
mengisi daftar kunjungan karena daftar ini wajib diisi, kemudian mulai mencari
bahan pustaka yang akan dibaca dan dipinjam, setelah itu pemustaka menyerahkan
buku yang akan dipinjam kepada petugas perpustakaan. Kemudian petugas mencatat
buku yang akan di pinjam oleh pemustaka.
4.1.9. Tata Tertib Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
Salah satu hal yang penting dan yang harus ada dalam perpustakaan adalah
tata tertip. Tata tertip ini sangat penting untuk mengatur pemustaka dalam
memanfaatkan perpustakaan. Tidak dapat dibayangkan seandainya perpustakaan
tanpa ada tata tertip tentunya suasana akan kurang nyaman serta buku akan
berhamburan di mana-mana.
Adapun tata tertip Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan yaitu
1. Anggota perpustakaan adalah guru, siswa dan tata usaha
2. Calon anggota perpustakaan harus mengisi formulir dan menyerakan dua (2)
buah foto ukuran 2 x 3 cm.
3. Dapat meminjamkan buku bila ada kartu perpustakaan.
68
4. Tidak dapat meminjamkan buku untuk orang lain.
5. Dilarang membawa tas saat masuk ke perpustakaan
6. Peminjam tidak dapat di wakili.
7. Bagi menghilangkan buku dapat mengganti susuai dengan harga buku.
8. Menjaga keamanan dan ketenangan didalam perpustakaan.
4.1.10. Profil Informan
1. Rosmiati, S.Pd.
Rosmiati, S.Pd. (P) berusia 51 tahun, beragama islam berpendidikan terakhir S1
pendidikan Bahasa indonesia, kepala sekolah SD Negeri 7 Konawe selatan yang
menjabat sebagai sejak tahun 2014 sampai sekarang.
2. Edi, S.Pd.
Edi, S.Pd. (L) berusia 37 tahun, beragama islam berpendidikan terakhir S1
pendidikan matematika, ia seorang guru PNS mengajar bidang studi matematika dan
diberi tanggung jawab oleh kepala sekolah untuk menjabat sebagai kepala
perpustakaan sekaligus bertindak sebagai pengelola perpustakaan.
3. Nurhayati, S.Pd.
Nurhayati, S.Pd (P) berusia 36 tahun, beragama islam, berpendidikan terakhir S1
pendidikan bahasa indonesia, ia seorang guru PNS mengajar bidang studi bahasa
indonesia dan diberi tanggung jawab oleh kepala Perpustakaan sebagai bagian
Teknik didalam perpustakaan.
69
4. Martina Porende, S.Pd.
Martina Porende, S.Pd. (P) berusia 24 tahun, beragama islam berpendidikan
terakhir S1 pendidikan ilmu pengetahuan alam (IPA), ia seorang guru PNS mengajar
bidang studi IPA dan diberi tanggung jawab oleh kepala perpustakaan sebagai
bagian layanan di perpustakaan.
4.2. Pengetahuan Petugas Tentang Perpustakaan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Jadi pengetahuan perpustakaan merupakan
hasil dari tahu dan pengindraan tentang perpustakaan baik dari segi pengertian,
tujuan, fungsi, dan lainnya yang berkaitan dengan perpustakaan.
Dari segi pengertian, perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di
lingkungan sekolah. Diadakannya perpustakaan sekolah adalah untuk memenuhi
kebutuhan informasi bagi masyarakat di lingkungan sekolah yang bersangkutan,
khususya para guru dan murid.
Perpustakaan berperan sebagai media dan sarana untuk menunjang kegiatan
proses belajar mengajar di tingkat sekolah. Oleh karena itu, perpustakaan
merupakan bagian integral dari program penyelenggaraan pendidikan tingkat
sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Edi,S.Pd (37) berpendapat:
“Menurut saya Pepustakaan adalah sebuah gedung tempat disimpannya
berbagai macam buku yang digunakan sebagai penunjang bagi guru dan
siswa dalam proses belajar mengajar disekolah dan sebagai tempat bagi
70
siswa untuk menambah ilmu pengetahuan. Dan perpustakaan yang ada
disekolah bukan hanya diperuntukkan bagi siswa saja tetapi masyarakat
disekitar sekolah juga dapat keperpustakaan untuk menambah wawasannya ”
(Wawancara, 10 Mei 2017)
Pengetahuan guru terhadap perpustakaan sangatlah penting agar perpustakaan
dapat berjalan dengan baik. Pustakawan harus mengetahui apa saja yang dimaksud
perpustakaan, karena Guru/pustakawan sebagai kunci pembuka perpustakaan artinya
apabila guru tidak berupaya memotivasi peserta didik untuk memanfaatkan bahan
pustaka maka peserta didik tidak tertarik dan berminat terhadap perpustakaan
sekolah.
menurut Nurhayati,S.Pd (36) menyatakan bahwa:
“Kalau menurut saya Perpustakaan adalah gedung tempat membaca yang di
dalamnya terdapat berbagai macam buku yang terdiri beberapa jenis ilmu
yang tidak hanya tentang pelajaran sekolah tapi di situ juga banyak terdapat
ilmu atau pelajaran umum dan jika di baca akan menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan bagi pembaca” .”(Wawancara, 10 Mei 2017)
Jadi dalam segi pengetahuan tentang perpustakaan, pustakawan hanya
mengetahui perpuspustakaan hanya sebagai gedung atau tempat disimpanya buku-
buku dan tempat untuk siswa atau masyarakat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Untuk pemahaman petugas tentang perpustakaan itu masih sangat minim
dibuktikan dari hasil wawancara peniliti kepada salah satu petugas dilayanan teknis,
dimana perpustakaan hanya difungsikan sebagai tempat bagi siswa untuk membaca
padahal perpustakaan memiliki fungsi sebegai sarana bagi siswa untuk menyalurkan
kretivitasnya. menurut Nurhayati,S.Pd (36) bahwa:
71
“Pemahaman saya tentang perpustakaan yaitu sebuah gedung tempat
disimpannya buku dan sebagai saran bagi siswa untuk membaca dan
mengulang pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Adapun fungsi lainnya
yaitu sebagai tempat bagi siswa untuk mengejakan tugas sekolahnya.”
.(Wawancara, 10 Mei 2017)
Jadi dalam hal pemahaman petugas tentang perpustakaan itu masih sangat
kurang karena mereka belum mengetahui tentang fungsi lain dari suatu perpustkaan.
Padahal perpustakaan bukan hanya berfungsi sebagai sarana bagi siswa untuk
membaca dan mengerjakan tugas sekolahnya masih banyak fungsi lain dari
perpustakaan seperti fungsi edukatif, informasi, penelitian dan kreasi.
Dari segi pengaplikasian dan fungsi, perpustakaan hanya dijadikan sebagai
tempat disimpannya buku-buku dan tempat membaca bagi siswa, masih ada banyak
fungsi perpustakaan yang menunjukkan perpustakaan sekolah itu sangat berfungsi
untuk penggunaanya. Seperti yang dijelaskan Nurhayati, S.Pd (36) menyatakan
bahwa:
“Dalam hal fungsi perpustakaan menurut saya Perpustakaan sekolah berfungsi
sebagai tempat untuk siswa menambah pengetahuan dan sebagai sarana untuk
mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru, bukan hanya itu perpustakaan
juga berfungsi sebagai tempat bagi guru untuk manambah materi yang akan
diajarkan kepada siswa ” .(Wawancara, 10 Mei 2017)
Fungsi yang dijelaskan disini adalah fungsi edukatif perpustkaan dimana
sarana yang ada seperti buku yang ada diperpustakaan membantu para siswa untuk
mengerjakan tugas yang diberikan guru disekolahnya, fungsi ini membantu siswa
untuk mengembangkan kemampuan dasarnya dalam belajar.
72
Lebih lanjut dijelaskan oleh Martina P. (24) Menyatakan bahwa:
“Menurut saya fungsi perpustakaan sekolah yaitu sebagai sarana bagi siswa
untuk mengulang kembali pelajaran yang di berikan oleh gurunya apabila
pejelasan yang di sampaikan oleh gurunya belum semua semua dijelaskan
maka mereka dapat mencari buku sesuai materi yang diajarkan oleh
gurunyan.” (Wawancara, 10 Mei 2017)
Bafadal mengatakan bahwa perpustakaan mempunyai empat fungsi umum, yaitu:
1. Fungsi Edukatif
Maksud fungsi edukatif ini yaitu segala keseluruhan sarana prasarana di
perpustakaan terutama koleksi yang dikelolanya banyak membantu para
siswa sekolah untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam
mentransfer konsep-konsep pengetahuan sehingga di kemudian hari para
siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut.
2. Fungsi Informatif
Fungsi informatif ini berkaitan dengan upaya penyediaan koleksi
perpustakaan yang bersifat “memberitahu” akan hal-hal yang berhubungan
dengan kepentingan para siswa dan guru.
3. Riset atau Penelitian Sederhana
Fungsi riset atau penelitian ini maksudnya adalah koleksi perpustakaan
sekolah dapat dijadikan bahan untuk membantu kegiatan penelitian
sederhana.
73
4. Fungsi Kreasi
Fungsi kreasi ini dimaksudkan dengan adanya koleksi ringan seperti surat
kabar, majalah umum, buku fiksi, dan sebagainya diharapkan dapat
menghibur pembacanya di saat yang memungkinkan.
Jadi dalam hal pengetahuan petugas tentang perpustakaan, peneliti
menyimpulkan bahwa pengetahuan petugas perpustakaan (khususnya guru
pengelola perpustakaan) tentang perpustakaan masih sangat kurang. Akan tetapi
mungkin mereka masih agak bingung menyampaikannya ketika di wawancarai.
4.3. Manajemen Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
Manajemen dalam perpustakaan sekolah bukan sekedar kegiatan menempatkan
buku-buku di rak, akan tetapi lebih dari itu, sangat kompleks, berkelanjutan, dan
selalu berubah. Jadi manajemen merupakan sebuah proses yang memfokuskan pada
memperhatikan kegiatan dari hari ke hari, menghadapi permasalahan isi dan
integrasi dengan tujuan-tujuan sekolah. Kegiatan manajemen adalah kegiatan yang
mencerminkan adanya sebuah sistem, terkait dan terdiri dari beberapa aspek atau
factor untuk mendukungnya.
Bagi pengelola perpustakaan (guru-pustakawan), kegiatan manajemen
merupakan bagian atau peran serta dalam pendidikan di sekolah. Secara efektif
perpustakaan harus mampu mendukung kurikulum dan program-program sekolah.
Dalam hal manajemen perpustkaan SD Negeri 7 Konawe Selatan, petugas
perpustakaan mengeluhkan kurangnya pengembangan kemampuan profesional
74
sebagai petugas perpustakaan, contohnya sosialisasi tentang perpustakaan. Seperti
yang dijelaskan oleh Edi,S.Pd (37) bahwa:
“Kurangnya sosialaisasi tentang perpustakaan kepada petugas yang ditunjuk
untuk mengelola perpustakaan membuat pengelolaan diperpustakaan ini
sangat tidak efektif. Seharusnya sebelum perpustakaan dibangun guru yang
ditunjuk langsung sebagai petugas perpustakaan harus dibekali pengetahuan
dan pemahaman tentang apa itu perpustakaan dan bagaimana cara
pengelolaan perpustakaan yang baik.” (Wawancara, 10 Mei 2017)
Jadi Dalam manajemen perpustakaan sebetulnya ada banyak factor yang
mempengaruhi kesuksesannya. Akan tetapi hal yang paling penting sebetulnya
adalah sejauh mana pengelola dapat mensinergikan program-program perpustakaan
dengan visi-misi sekolah serta kebutuhan kurikulum yang diterapkan. Proses
manajemen perpustakaan adalah sebuah proses kreatif dan inovatif yang mestinya
menjadi bagian penting dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
4.3.1. Prosedur dan Kebijakan
Prosedur merupakan ‘CARA’ atau ‘BAGAIMANA’ kegiatan dan aksi-aksi
akan dapat mengimplementasikan sebuah rencana spesifik atau menjalankan sebuah
kebijakan. Kebijakan sendiri mengarah pada ‘MENGAPA’ atau “APA’ prinsip-
prinsip dari organisasi (sekolah/perpustakaan). Kadang kala sebuah kebijakan
terhadap perpustakaan sekolah sangat dipengaruhi oleh kondisi kebijakan di
lingkungannya, baik dari sekolah atau pemilik sekolah, dinas pendidikan,
pemerintah atau mungkin departemen pendidikan.
75
Sebagai pengelola perpustakaan (guru-pustakawan), maka kita perlu secara
jelas memahami bagaimana mengelola perpustakaan secara efektif, dimana
kebijakan sekolah, yayasan, pemerintah dan kebijakan lainnya harus dijalankan, dan
prosedur harus dapat merefleksikan kebutuhan-kebutuhan sekolah itu sendiri. Dalam
mengambil kebijakan kepala SD Negeri 7 Konawe selatan mengikuti kebijakan
yang diatur oleh pemerintah mulai dari gedung perpustakaan dan bahan pustaka.
seperti yang jelaskan oleh Edi,S.Pd (37) bahwa:
“Dalam pengambilan kebijakan kepala sekolah harus menunggu keputusan
dari pemerintah kabupaten karena pemerintah kabupatenlah yang mengatur
segala hal yang ada disekolah ini, mulai dari kurikulum, gedung perpustkaan
dan buku yang akan disimpan diperpustakaan, tetapi pemerintah dalam
mengambil kebijakan harus sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut.”
(Wawancara, 11 Mei 2017)
Jadi kepala sekolah tidak bisa langsung mengambil kebijakan sepihak karena
semua yang ada disekolah tersebut sudah diatur oleh pemerintaha daerah tersebut.
Contoh dari hal tersebut yaitu gedung perpustakaan, dikabupaten tersebut gedung
perpustakaan nyaitu sama hanya yang membedakannya yaitu dari tata ruangannya
saja.
4.3.2. Manajemen Koleksi
Manajemen koleksi merupakan area kunci dari tangungjawab seorang guru-
pustakawan. Koleksi sendiri dapat didefiniskan sebagai sebuah bahan pustaka atau
sejenisnya yang dikumpulkan, dikelola, dan diolah dengan kriteria tertentu.
Pengelolaan koleksi yang baik akan menentukan sukses tidaknya sebuah program
76
perpustakaan sekolah. Karena tanpa dikelola dengan baik, maka koleksi akan tetap
menjadi kumpulan atau tumpukan buku yang tidak bermakna.
Dalam manajemen koleksi sebetulnya jumlah bukan suatu hal yang menjadi
sangat prinsip, akan tetapi lebih penting bagaimana koleksi itu dapat dimanfaatkan
dengan baik atau tidak. Petugas perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan tidak
memanajemen koleksi dengan baik dimana buku-buku yang ada tidak tertata dengan
rapi karena belum adanya klasifikasi dan katalogisasi. Hal ini dapat dibuktikkan
dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti.
Buku yang ada dirak hanya ditata sesuai tinggi suatu bahan pustaka ini membuat
pemustaka sulit untuk menemukan bahan pustaka yang akan dia baca. Hal ini
dijelaskan oleh Martina P. (24) bahwa:
“Buku yang ada dirak kami susun sesuai tinggi buku. Ini mungkin yang
membuat pembaca sulit mendapatkan buku yang ia inginkan dan yang
membuat buku tidak tertata itu karena siswa yang datang untuk membaca,
setelah membaca mereka tidak mengatur buku sesuai dirak mana ia
mengambilnya ini yang membuat buku yang ada dirak tertumpuk dan tidak
teratur.” (Wawancara, 11 Mei 2017)
Jadi manajemen koleksi adalah hal yang membutuhkan perhatian serius dari
petugas perpustakaan karena karateristik dari koleksi suatu perpustakaan sekolah
yaitu berbagai jenis sumber dan dijadikan sebagai kebutuhan pengajar. Apabila
suatu koleksi kurang diperhatikan maka pengelolaan yang ada diperpustakaan
tersebut tidak maksimal.
77
4.3.3. Pendanaan dan Pengadaan
Pendanaan adalah masalah yang sering menjadi ‘momok’ bagi sebagian
pengelola perpustakaan dalam mengembangkan perpustakaannya. Untuk itu
masalah pendanaan ini harus direncanakan sedini mungkin. Melalui sebuah
‘assesment’ terhadap koleksi dan tujuan pengembangan program-program, sebuah
rencana pendanaan dapat dilakukan dan dikeluarkan dalam sebuah dokumen
perencanaan bagi perpustakaan sekolah. Sebuah rencana pendanaan akan membantu
kita dalam meyakinkan dewan sekolah atau pemilik sekolah untuk menyetujui dan
juga sebagai bukti akuntabilitas dari program-program perpustakaan.
Rencana pendanaan harus menjadi bagian ‘integral’ dari pendanaan rutin
sekolah. Langkah selanjutnya apabila sudah disetujui, maka tugas dari pengelola
perpustakaan untuk merancang dan mengawal penggunaan dana yang sudah
diajukan. Untuk rencana pendanaan perpustakaan mungkin sudah menunjang namun
petugas perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan belum ada yang
mampu membuat rancangan pengadaan bahan pustaka dan fasilitas perpustakaan.
Seperti yang dijelaskan oleh Edi,S.Pd (37) bahwa:
“Pengelola belum mampu membuat rancangan anggaran pengadaan buku dan
fasilitas sekolah karena mereka tidak mengerti pertimbangan-pertimbangan
apa sajakah yang harus mereka ambil dalam membuat rancangan tersebut,
seharusnya ada sosialisasi tentang bangaimana membuat rancangan anggaran
untuk pengadaan fasilitas dan buku diperpustakaan.” (Wawancara, 11 Mei
2017)
78
Jadi Hal ini harus dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan prosedur
yang sudah dirancang sebelumnya. Kegiatan pendanaan ini sangat erat hubungannya
dengan sebuah kegiatan pengadaan. Pengadaan di perpustakaan dapat meliputi
pengadaan koleksi, fasilitas, ruang, alat maupun lainnya.
4.3.4. Fasilitas
Fasilitas perpustakaan menjadi sisi lain yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan perpustakaan. Seringkali yang terjadi masalah perpustakaan adalah
masalah ‘ketiadaan’ atau ‘ketidakberdayaan’ fasilitas. Mulai dari ketiadaan tempat,
ketiadaan koleksi, ketiadaan sarana pendukung, dan sarana prasarana lainnya.
Biasanya tiap level sekolah mempunyai karakteristik masing-masing dalam
perencanan fasilitas.
Namun demikian guru-pustakawan dapat mengeksplorasi sendiri kebutuhan
dan juga hal-hal lain menyangkut fasilitas ini. Ya mungkin dengan terlebih dahulu
melihat kemampuan dan kemauan sekolah dalam pengembangan perpustakaan
sekolahnya. Tetapi perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan ini sangat
kekurangan fasilitas penunjang perpustakaan lainnya, contohnya papan
pengumuman, lemari tempat penyimpanan barang dan atlas. Hal ini dipertegas oleh
Nurhayati,S.Pd (36) bahwa:
“Fasilitas yang ada diperpustakaan ini masih sangat kurang, bisa dilihat sendiri
fasilitas yang ada hanya berupa kursi, meja baca, meja petugas dan rak buku.
Seharusnya fasilitas perpustkaan ditambah lagi seperti lemari penyimpanan,
79
atlas, peta dan berbagai fasilitas penunjang lainnya, ini bertujuan agar siswa
berminat untuk membaca keperpustakaan ini.” (Wawancara, 11 Mei 2017)
Jadi fasilitas sangat diperlukan diperpustakaan. Namun yang penting dalam
pengelolaan fasilitas harus diperhatikan 3 hal yakni, nyaman, terbuka dan
kemudahan bagi pengguna. Apabila ketiga hal tersebut tidak diperhatikan maka
pengelolaan perpustkaannya tidak akan efektif, tetapi mungkin dengan terlebih
dahulu melihat kemampuan dan kemauan sekolah dalam pengembangan
perpustakaan sekolahnya.
4.3.5. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Faktor lain yang penting dalam pengelolaan perpustakaan sekolah adalah
masalah sumber daya manusia (SDM) yang mengelolanya. Kita sering menemui
bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan perpustakaan ‘hanya’ menjadi kerjaan
‘sampingan’ sehingga tidak dikelola secara baik. Bahkan dalam beberapa kasus
ketiadaan SDM ini membuat sekolah sama sekali tidak memperdulikan adanya
perpustakaan sebagai bagian integral dari sistem pendidikannya.
SDM atau staf pengelola perpustakaan merupakan kunci utama dalam
kesuksesan sebuah perpustakaan. Inovasi dan ide-ide kreatifnya akan membawa
perpustakaan menjadi perpustakaan yang berdayaguna dan juga nyaman digunakan
oleh murid maupun guru. Untuk itu, pengelolaan perpustakaan memang
membutuhkan guru atau pengelola yang cukup tahu masalah manajemen,
mempunyai ide-ide segar dan bekerja secara professional di perpustakaan. Masalah
80
SDM inilah yang sekarang menjadi masalah serius yang dihadapi oleh perpustakaan
SD Negeri 7 Konawe selatan karena guru yang menjadi petugas perpustakaan tidak
mempunyai latar belakang pendidikan dibidang perpustakaan dan sama sekali tidang
mengetahui masalah manajemen. Menjadi Petugas perpustakaan hanya dijadikan
sebagai pekerjaan sampingan mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Edi,S.Pd (37)
bahwa:
“Kami yang ditunjuk oleh kepala sekolah untuk bertugas sebagai pustakawan
tidak mempunyai pengetahuan dibidang itu. Namun sebagai penilaian
akreditasi sekolah maka kami bersedia untuk merangkap tugas sebagai guru
dan petugas perpustakaan. Seharusnya disekolah ini mempunyai pegawai
yang mengetahui tentang dasar-dasar pengelolaan perpustakaan agar
perpustakaan tidak terbengkalai.” (Wawancara, 11 Mei 2017)
Jadi petugas perpustakaan harus mempunyai kemampuan untuk mengelola
perpustakaan, memahami visi dan misi sekolah, dan juga memahami kurikulum
yang diterapkan di perpustakaan. Seharusnya seorang staf mempunyai kemampuan
khusus dalam pengelolaan perpustakaan, seperti dalam pembuatan OPAC,
Katalogisasi, Pengelolaan koleksi referensi, Pengelolaan Koleksi Multimedia,
Rancangan Program Khusus seperti “kemampuan membaca”, dan sebagainya.
4.4. Pengelolaan Perpustakaan
Perpustakaan hendaknya di kelola agar pemanfaatannya sesuai dengan fungsi
dan tujuan perpustakaan. Pengelolaan perpustakaan sekolah itu sendiri meliputi
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di suatu perpustakaan sekolah, yaitu: Pengelolaan
ruangan, Pengelolaan sarana dan prasaran dan pengelolaan bahan pustaka.
81
Sebagai pusat pengelola informasi maka perpustakaan sangat membutuhkan
komponen yang paling penting yaitu sebuah ruangan yang akan di gunakan untuk
melakukan aktifitas perpustakaan. Pedoman secara umum yang bisa menjadi
pegangan petugas perpustakaan dalam menentukan nilai dekoratif ruang
perpustakaan, di antarannya, warna cat untuk ruangan tidak menyilaukan mata
namun juga tidak seram dan konsep dekorasi di buat dengan sederhana namun tetap
menarik dan mempunyai nilai keindahan yang tinggi.
Sejumlah lukisan di dinding yang bagus, penempatan globe yang ditata indah
dan rapi di tempat yang tepat juga bisa menambah nilai artistic ruangan
perpustakaan.
Akan tetapi perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan ini dikelola
dengan tanpa memperhatikan nilai dekoratif yang di anjurkan seperti diatas. Tetapi
gedung perpustakaannya sudah memenuhi standar gedung yang di tetapkan
pemerintah kabupaten, seperti yang di ungkapkan Edi,S.Pd (37) beliau mengatakan
bahwa:
“Ruangan perpustakaan yang kami sediakan untuk siswa di bangun mengikuti
gedung-gedung perpustakaan yang ada disekolah lain di kecamatan ini¸
ruangan perpustakaan ini sudah memenuhi standar gedung perpustakaan
sekolah yang di tatapkan pemerintah kabupaten” (Wawancara, 11 Mei 2017)
Gedung perpustakaan yang ada disekolah ini dibangun mengikuti gedung
perpustkaan yang ada dikabupaten tersebut, akan tetapi dalam segi penataan gedung
mungkin yang membedakan.
82
Kurangnya pengetahuan guru yang ada membuat gedung perpustakaan yang ada
kurang tertata dengan rapi, padahal gedung yang ada sudah memenuhi standar yang
ditetapkan pemerintah, penataan ruangan sangatlah penting agar pemustaka dapat
nyaman membaca buku diperpustakaan tersebut.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Martina P. (24) mengatakan bahwa:
“Ruangan perpustakaan yang ada di perpustakaan sekolah ini sudah sangat
baik digunakan siswa untuk membaca buku, karena gedung perpustakaan
sudah memenuhi standar ruangan yang di tetapkan dinas pendidikan konawe,
namun dalam segi tata ruangan mungkin masih belum memenuhi standar
yang ada.” (Wawancara, 11 Mei 2017)
Jadi ruang perpustakaan hendaknya di tata sedemikian rupa sehingga setiap
siswa/guru yang masuk keruangan perpustakaan merasa senang, aman dan nyaman.
Penataan ruangan perpustakaan yang memenuhi syarat estetika yang nyaman baik
harus di dukung oleh peralatan dan perlengkapan yang ergonomis. Jadi dalam hal
pengelolaan ruangan perpustakaan peneliti menyimpulkan, ruangan yang ada sudah
cukup baik dan nyaman di gunakan siswa, naman dalam hal dekorasi belum
memenuhi standar yang ada karena para petugas belum mengetahui standar tata
ruangan yang baik untuk perpustakaan sekolah.
4.4.1. Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Perpustakaan
Sarana dan Prasarana perpustakaan perlu di adakan sebagai suatu syarat
berdirinya suatu perpustakaan. Jenis saran dan prasarana yang perlu di sediakan oleh
perpustakaan sekolah meliputi sepuluh jenis, yaitu: rak buku, rak majalah, lemari
katalog, meja sirkulasi, meja dan kursi baca, meja dan kursi kerja petugas, rak surat
83
kabar, atlas, lemari kamus, papan pengumuman dan laci tempat penitipan barang.
Akan tetapi peneliti melihat sarana dan prasarana yang disediakan perpustakaan
Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan ini masih kurang dan tidak sesuai dengan
penjelasan diatas.
Sarana dan prasasaran yang ada diperpustakaan ini masih sangat terbatas.
Sarana yang ada diperpustakaan ini hanya berupa rak buku, meja baca, kursi petugas
dan meja sirkulasi. Padahal ada sarana yang lebih penting seperti papan
pengumuman, peta dunia atau globe dan lemari penyimpanan barang. Hal ini
dijelaskan oleh Nurhayati,S.Pd (35) bahwa:
“Sarana dan prasarana yang ada diperpustakaan ini berupa meja sirkulasi,
kursi sirkulasi, meja baca, kursi baca dan rak buku, padahal masih ada sarana
dan prasaran penunjang seperti papan pengumuman, globe dan lemari
penyimpanan tidak ada di perpustakaan ini, padahal peralatan tersebut sangat
penting bagi siswa dan guru untuk mendapatkan informasi tambahan dan
tempat untuk siswa menyimpan barang-barang mereka.” (Wawancara, 11 Mei
2017)
Jadi Pada saat membahas tata ruang sebuah perpustakaan maka tidak
terpisahkan dengan pembahasan pada aspek sarana dan prasarana yang digunakan
perpustakaan tersebut. Meskipun tata ruangannya bagus namun sarana dan prasaran
yang ada tidak sesuai atau masih sangat kurang, maka tujuan penataan ruangan
untuk mewujudkan ruangan yang fungsional tidak akan dapat tercapai. Seperti yang
ditemukan peneliti di perpustakaan sekolah dasar negeri 7 konawe selatan yaitu
sarana dan prasaran yang ada sangat sedikit hanya berupa rak buku, meja baca dan
84
meja sirkulasi peralatan penunjang seperti papan pengumuman, rak surat kabar dan
globe tidak ditemukan diperpustakaan ini.
4.4.2. Pengelolaan Bahan Pustaka
Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu inti dari tugas perpustakaan.
Bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan wajib diolah dengan baik agar proses
temu kembali informasi nantinya berjalan lancar dan mewujudkan tertib
administrasi. Dalam pelaksanaannya, proses pengolahan bahan pustaka ini dapat
berbeda-beda urutan kegiatan atau alur prosesnya antara perpustakaan satu dengan
yang lainnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan budaya kerja,
sumber daya manusia, dan sarana prasarana dalam proses pengolahan.
Untuk sistem pengolahan bahan pustaka diperpustakaan ini bahan pustaka
yang ada tidak kelola sesuai setandar karena belum adanya pengetahuan tentang
perpustakaan contonya dirak buku belum dibuat nomor klas buku, pengelola hanya
menyimpan begitu saja bahan pustaka di rak buku meraka tidak menyusun buku
sesuai nomor kasifikasi buku tersebut akhirnya buku tidak tersusun secara rapi dan
untuk katalogisasi meraka belum membuat katalog mereka beralasan bahwa bahan
pustaka yang ada sangat sedikit, padahal kedua sistem pengolahan tersebut
sangatlah penting tujuanya agar mempermudah pemustaka (user) untuk penelusuran
informasi bahan pustaka yang siap pakai. Hal dapat di simpulkan dari hasil
wawancara, peneliti kepada Nurhayati, S.Pd. (36) selaku layanan teknis beliau
mengatakan bahwa:
85
“Untuk pengelolaan buku yang ada di perpustakaan ini kami tidak mengatur
dan buku hanya disimpan begitu saja dirak buku. Karena belum adanya
pengetahuan kami tentang pengelolaan bahan pustaka yang baik dan benar ,
Petugas yang ditunjuk langsung untuk mengelola perpustakaan tidak
mengelolanya dengan padahal gedung dan sarana yang ada cukup memadai.”
(Wawancara, 13 Mei 2017).
Jadi Salah satu tugas perpustakaan sekolah ialah menyediakan bahan pustaka
untuk dipakai oleh siswa dan bahan yang di sediakan hendaknya berguna dan
bernilai bagi pengguna. Pada dasarnya kegiatan pengolahan ialah mempersiapkan
bahan pustaka sedemikian rupa sehingga bahan pustaka tersebut dengan mudah
dapat di temukan apabila dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan. Akan tetapi yang
di temukan peneliti di perpustakaan ini bahan pustaka yang ada tidak di kelola
dengan baik padahal saran dan prasarana sudah cukup memadai.
4.4.3. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokkan yang sistematis pada sejumlah objek,
gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu
berdasarkan ciri-ciri yang sama. Klasifikasi terbagi atas dua jenis yaitu Klasifikasi
artifisial dan klasifikasi fundamental. Klasifikasi artifisial yaitu klasifikasi bahan
pustaka berdasarkan sifat-sifat yang secara kebetulan ada pada bahan pustaka
tersebut, contohnya warna buku dan tinggi buku. Sedangkan klasifikasi fundamental
adalah klasifikasi bahan pustaka berdasarkan isi atau subjek buku, yaitu sifat yang
tetap pada bahan pustaka, meskipun kulitnya diganti-ganti atau formatnya diubah.
86
Pada perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan, karena belum
adanya pengetahuan petugas tentang pengelolaan bahan pustaka, petugas
menerapkan jenis klasifikasi artifisial yang dimana bahan pustaka yang ada di
perpustakaan ini disusun berdasarkan tinggi buku sehingga bahan pustaka yang ada
tidak teratur sesuai penomoran buku. Sepeti yang dijelaskan oleh Nurhayati, S.Pd
(36) beliau menyatakan bahwa:
“Karena belum adanya pengetahuan tentang pengelolaan bahan pustaka
khususnya pengeturan buku sesuai judul dan isi buku yaitu klasifikasi, kami
selaku pengelola perpustakaan tidak mengetahui apa yang di maksud dengan
klasifikasi. Klasifikasi yang kami ketahui yaitu pengelompokkan benda atau
mahluk hidup. ” (Wawancara, 11 Mei 2017)
Pengelola beralasan belum adanya pengetahuan tentang perpustakaan
membuat buku yang ada di perpustakaan ini disusun menurut tinggi bahan pustaka
tersebut, ini membuat buku yang ada dirak tidak teratur dan pemustaka yang ingin
membaca buku diperpustakaan ini harus mencari buku dengan cara memeriksanya
di semua rak buku yang ada.
Jadi sistem pengolahan bahan pustaka di perpustakaan ini kurang dikelola
dengan baik karena klasifikasi belum diterapkan, ada pun penyusunan buku dirak
hanya berdasarkan tinggi buku, cara itu sebenarnya sudah cukup baik namun
penyusunan buku tersebut membuat pemustaka sulit untuk menemukan bahan
pustaka yang ingin dibacanya. Seharusnya perpustakaan ini menerapkan jenis
klasifikasi fundamental karena disusun sesuai isi dan subjek suatu buku, ini
membuat buku yang ada dirak menjadi teratur karena tersusun sesuai subjek atau
87
judul suatu bahan pustaka. Jenis klasifikasi ini juga membuat pemustaka mudah
dalam mencari buku yang akan mereka baca.
4.4.4. Katalogisasi
Katalog merupakan secarik kartu, daftar atau buku yang memuat nama benda
atau informasi tertentu yang ingin disampaikan, disusun secara berurutan, teratur
dan alfabetis: kartu membantu memudahkan orang mencari buku di perpustakaan;
berkas katalog yang dibuat pada slip kertas yang diikat di jilid berkas untuk
memungkinkan adanya penyisipan bahan baru yang tepat susunannya. Katalog juga
merupakan gambaran dari fisik sebuah dokumen. Hasil pokok dari kegiatan
katalogisasi adalah penyusunan dari bahan pustaka dan pemeliharaan katalog yang
memberikan akses utama kepada koleksi.
Akan tetapi peneliti menemukan bahwa perpustakaan Sekolah Dasar Negeri
7 Konawe selatan tidak menerapkan katalogisasi diperpustakaannya. Padahal yaya
suhendar mengatakan bahwa katalog perpustakaan berfungsi sebagai: (1). sebagai
alat komunikasi yang menginformasikan koleksi yang dimiliki oleh suatu
perpustakaan. (2). sebagai wakil koleksi.
Katalogisasi sangatlah penting diperpustakaan agar bahan pustaka dapat
lebih mudah ditelusuri, namaun diperpustakaan ini mereka tidak membuat dan
memberlakukan katalog karena bahan pustaka yang ada sangat sedikit akibatnya
siswa yang ingin mebaca buku harus mencari disemua rak buku yang ada
diperpustakaan ini, padahal dengan katalog penelusuran bahan pustaka akan lebih
88
mudah karena data-data dari buku yang di telusuri sudah ada dalam katalog.
Ketiadaan katalog perpustakaan ini dijelaskan oleh Nurhayati,S.Pd, (36)
mengatakan bahwa:
“Kalau katalognya belum ada itu, iya belum ada. Karena bahan bahan pustaka
yang ada diperpustakaan itu sangat sedikit jadi untuk pembuatan katalog
kami tidak membuatnaya. Adapun untuk mengontrol buku yang ada dirak
kami membuat daftar bahan pustaka dibuku agenda ” (Wawancara, 13 Mei
2017).
Jadi Tanpa diadakannya katalogisasi, mencari buku yang di perlukan akan
sulit. Oleh karena itu pustakawan mencari sarana atau alat yang dapat memberikan
gambaran tentang suatu buku/bahan pustaka dalam bentuk catatan serta mengatur
buku-buku dirak, untuk memudahkan kembali jika diperlukan. Tetapi yang
ditemukan peneliti katalogisasi tidak di berlalukan diperpustakaan ini, karena bahan
pustaka yang ada diperpustakaan ini sedikit. Untuk mengontrol bahan pustaka
mereka hanya membuat daftar-daftar bahan pustaka dibuku agenda, cara ini
sebenarnya kurang efektif karena pemustaka tidak mengetahui keterangan-
keterangan lain dalam buku yang mereka cari. Katalogisasi sangat diperlukan
perpustakaan karena Katalog berfungsi sebagai alat komunikasi yang
menginformasikan koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan dan Katalog
sebagai wakil koleksi.
89
4.4.5. Pemeliharaan Bahan Pustaka
Maksud dari Pemeliharaan bahan perpustakaan adalah upaya untuk menjaga
keselamatan buku-buku dan bahan lain dari kerusakan sehingga koleksi
perpustakaan tersebut dapat berumur panjang dan dapat dimanfaatkan dalam waktu
yang lama. Tujuan dari pemeliharaan bahan pustaka ini dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) Menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam setiap bahan
pustaka atau dokumen. (2) Menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka atau
dokumen. (3) Mengatasi kendala kekurangan ruang. (4) Mempercepat proses temu
batik atau penelusuran dan perolehan informasi. (5) Menjaga keindahan dan
kerapian bahan pustaka.
Cara pelestarian seperti fumigasi, deasifikasi, laminasi dan enkapsulasi tidak
diterapkan diperpustakaan karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran
pustakawan dalam memelihara bahan pustaka yang ada. Seharusnya agar bahan
pustaka dapat awet, minimal pustakawan menerapakan salah satu cara pelestarian
diatas contohnya laminasi dan enkapsulisasi agar bahan pustaka terlindungi dan
awet.
Cara pelestarian diatas seharusnya sangat perlu dilakukan, akan tetapi
perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan tidak melakukan
pemeliharaan bahan pustaka padahal itu sangat penting agar bahan pustaka tetap
awet. Seperti yang dijelaskan oleh Nurhayati,S.Pd (36) bahwa:
90
“Pemeliharaan yaitu dengan cara menyusun dengan rapi bahan pustaka sesuai
dengan ukurannya dan membersihkan rak buku agar tidak ada hewan yang
merusak buku. Selain menyusun dan membersihkan rak buku kami juga
melapisi buku sengan plastik agar buku terawat dan terhindar dari serangga
dan zat-zat yang dapat merusak isi suatu buku” (Wawancara, 11 Mei 2017)
Pemeliharaan bahan pustaka merupakan kegiatan yang mencakup segala
usaha pencegahan terhadap hal-hal yang menimbulkan kerusakan buku atau dengan
kata lain menyelamatkan buku dari unsur-unsur yang merusak. Secara umum, usaha
pemeliharaan bahan pustaka ialah dengan menjaga kebersihan ruangan perpustakaan
itu sendiri, lemari, rak, dan buku bebas dari debu. Mengadakan larangan merokok,
makan dan minum dalam ruang perpustakaan. Seperti yang dijelaskan oleh Martina
P. (24) bahwa:
“Pemeliharaan bahan pustaka buku dengan cara melindungi rak dari serangga
dan hewan yang dapat merusak buku dengan cara membersihkan lemari, dan
rak buku dari debu dan asap rokok yang dapat merusak buku dan selain untuk
menghindari serangan serangga yang dapat merusak buku, tujuan kami
melapisi buku menggunakan plastik yaitu agar terhindar dari kerusakan yang
disebabkan oleh manusia.” (Wawancara, 13 Mei 2017)
Jadi dari segi pengetahuan pengelola perpustakaan petugas sudah mengetahui
bagaimana cara melestarikan dan memelihara bahan pustaka. Akan tetapi pengelola
belum melaksanakannya, terbukti dari hasil observasi buku-buku dibiarkan
berserakan dan tidak disusun dirak buku sesuai tempatnya.
91
4.4.6. Layanan
Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan memberikan
pelayanan kepada pengguna setiap hari. Akan tetapi para siswa tidak bisa datang
sewaktu-waktu sesuai keinginan siswa. Perpustakaan memberikan kebijakan kepada
para siswa agar berkunjung ke perpustakaan hanya pada saat jam istirahat, kecuali
ada tugas dari guru yang mengajar ketika siswa berkunjung.
Sistem layanan yang diterapkan oleh perpustakaan ini adalah sistem layanan
terbuka atau open access, dimana siswa dibebaskan untuk memilih dan mengambil
buku yang akan dibacanya dijajaran koleksi yang ada di perpustakaan. Untuk jenis
layanan lain perpustaakan ini memperbolehkan siswa untuk meminjam buku selama
1 minggu untuk dibaca, tetapi utuk masalah tata tertib saat meminjam buku
perpustakaan ini belum membuatnya dikarenakan diperpustakaan ini bahan pustaka
masih sangat sedikit. Untuk pemberlakuan kartu perpustakaan sekolah ini tidak
membuatnya mereka beralasan minat siswa untuk membaca diperperpustakaan
sangat kurang.
Seperti pemaparan, Martina. P, (24) selaku petugas dilayanan pemustaka,
perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan memberikan layanan baca
ditempat dan layanan sirkulasi.
Hal ini dapat di simpulkan dari pernyataan yang diungkapkan Martina. P, beliau
mengatakan bahwa:
92
“Layanan yang kami berikan kepada siswa ini yaitu layanan membaca buku
ditempat dan dilayanan sirkulasi kami memberikan kesempatan bagi siswa
meminjam buku selama 1 minggu untuk dibaca. Untuk masalah denda
terhadap siswa yang merusak dan menghilangkan buku kami belum membuat
peraturan tentang itu, karena masih kurangnya minat siswa untuk meminjam
buku diperpustakaan” (Wawancara, 13 Mei 2017)
Jadi dari segi pelayanan di perpustakaan ini menerapkan sistem layanan
terbuka. Untuk layanan kepada pemustaka sudah sangat baik, contohnya petugas
memberikan kesempatan bagi siswa untuk meminjam buku untuk dibaca dirumah
namaun kelemahan dari pelayanan ini petugas belum membuat peraturan dan tata
tertib bagi siswa yang menghilangkan dan merusak buku. Untuk layanan referensi,
petugas menyediakan buku-buku umum yang dapat dibaca oleh guru untuk
menambah wawasannya dan sebagai bahan ajar untuk siswa.
4.5. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan petugas perpustakaan dalam
mengelola perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan dalam teori
pengetahuan Notoatmodjo, (2010) yang menyatakan bahwa Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek
tertentu..
Berdasarkan teori notoatmodjo, (2010) tersebut dapat dijelaskan bahwa, ilmu
pengetahuan dapat didapat melalui hal apa saja, guru yang bertugas sebagai
pustakawan harus mengetahuai apa saja hal yang berhuungan dengan perpustakaan.
93
Pengetahuan yang dimiliki oleh guru yang bertugas diperpustakaan adalah sebuah
informasi yang berupa ilmu pengetahuan dan informasi yang lain, dimana
pengetahuan tersebut disampaikan secara langsung kepada pemustaka. Pengetahuan
guru dibidang perpustakaan sangatlah penting bagi perpustakaan sekolah tersebut.
Karena jika seorang guru mengetahui hal yang berhubungan tentang perpustakaan
walaupun sedikit maka pengelolaan perpustakaan tersebut akan berjalan dengan
baik.
Dalam penelitian pengetahuan petugas perpustakaan dalam mengelola
perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan dalam teori Notoarmodjo,
(2010) menerangkan ada 6 tingkatan pengetahuan. Dari 6 tingkat pengetahuan
tersebut hanya menggunakan 3 tingkatan pengetahuan yaitu tahu (know),
memahami (comprehension) dan aplikasi (application), hal ini disebabkan hanya
meneliti pengetahuan petugas perpustakaan dalam mengelola perpustakaan Sekolah
Dasar Negeri 7 Konawe selatan.
Teori pengetahuan yang dijelaskan oleh Notoarmodjo, (2010) yaitu Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali
benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Hal ini sesuai dalam hasil wawancara kepada guru/pustakawan adalah pengetahuan
pengelolaan yaitu pengetahuan dalam proses klasifikasi, katalogisasi, pemeliharaan
bahan pustaka dan pelayanan kepada pemustaka. Pengetahuan dalam hal
pengelolaan perpustkaan ini bertujuan agar perpustakaan dapat berjalan dengan baik
dan pemustka mendapatkan pelayanan yang prima. Hal ini sesuai menurut
94
Dahuri,(2006:46) bahwa Pengelolaan perpustakaa bukan sekedar kegiatan
menempatkan buku-buku di rak, akan tetapi lebih dari itu, sangat kompleks,
berkelanjutan, dan selalu berubah. Pengelolaan adalah mengetahui secara tepat apa
yang akan dikerjakan dan kemudian melihat cara kerja yang terbaik, dengan kata
lain pengelolaan adalah pengendalian dari suatu usaha dengan menggunakan
sumber-sumber daya organisir untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu inti dari tugas perpustakaan.
Hal ini sesuai dalam hasil wawancara guru terhadap sistem pengolahan bahan
pustaka yang di terapakan diperpustakaan ini. Sistem Pengelolaan yang dimaksud
yaitu kegiatan pokok pengolahan perpustakaan seperti klasifikasi, katalogisasi,
pemeliharaan bahan pustka dan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Hamakonda, (1999:1) bahwa Bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan
wajib diolah dengan baik agar proses temu kembali informasi nantinya berjalan
lancar dan mewujudkan tertib administrasi. Dalam pelaksanaannya, proses
pengolahan bahan pustaka ini dapat berbeda-beda urutan kegiatan atau alur
prosesnya antara perpustakaan satu dengan yang lainnya. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya perbedaan budaya kerja, sumber daya manusia, dan sarana
prasarana dalam proses pengolahan. Namun demikian, ada tiga kegiatan pokok
dalam pengolahan bahan pustaka yaitu: (1) klasifikasi, (2) katalogisasi, (3)
pemeliharaan bahan pustaka..
95
Dalam segi klasifikasi bahan pustaka, biasanya pustakawan melakukan
klasifikasi sesuai dengan sistem yang di terapakan oleh Dewey yaitu DDC (Dewey
Decimal Classification) namun sistem ini tidak diterapkan oleh perpustakaan ini.
Hal ini sesuai dalam hasil wawancara dalam pustakawan belum mengetahui sistem
yang diterapkan oleh dewey, mereka hanya menyusun buku sesuai disiplin ilmu
buku tersebut. Hal ini membuat kurang dirawatnya bahan pustaka yang ada
diperpustakaan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwarno, (2007:66)
Klasifikasi adalah pengelompokkan yang sistematis pada sejumlah objek, gagasan,
buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-
ciri yang sama.
Katalog merupakan secarik kartu, daftar atau buku yang memuat nama benda
atau informasi tertentu yang ingin disampaikan, disusun secara berurutan, teratur
dan alfabetis.. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga menjelaskan Katalog
juga merupakan gambaran dari fisik sebuah dokumen. Hasil pokok dari kegiatan
katalogisasi adalah penyusunan dari bahan pustaka dan pemeliharaan katalog yang
memberikan akses utama kepada koleksi.
Dalam pemeliharaan bahan pustaka kegiatan yang mencakup segala usaha
pencegahan terhadap hal-hal yang menimbulkan kerusakan buku atau dengan kata
lain menyelamatkan buku dari unsur-unsur yang merusak. Hal ini terjadi disebabkan
beberapa faktor yaitu biologi, fisika, kimia dan lain-lain, faktor biologi yaitu
binatang pengerat, serangga dan jamur, faktor fisika seperti debu, suhu udara dan
96
kelembapan dan cahaya, adapun faktor kimia yaitu kandungan asam dalam kertas
atau tinta dapat mempercepat kerusakan pada bahan pustaka dan untuk faktor lain-
lain seperti manusia dan bencana alam. Untuk mencegah hal tersebut umumnya
telah dimasukkan dalam peraturan tata tertib perpustakaan.
Pada sistem layanan perpustakaan ini memerapkan sistem open acess atau
pelayanan terbuka dimana pemustaka dapat menentukan sendiri bahan pustaka apa
saja yang akan ia baca. Hal ini sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh
Nasution, (1992:2) bahwa Sistem layanan perpustakaan ada dua macam yaitu
layanan yang bersifat terbuka dan layanan yang bersifat tertutup. Pemilihan sistem
layaan terbuka atau sistem layanan tertutup berdasarkan beberapa faktor
pertimbangan seperti: Tingkat keselamatan koleksi pepustakaan, Jenis koleksi dan
sifat rentan dari koleksi, Perbandingan antara jumlah staf, jumlah pengguna dan
jumlah koleksi, Luas gedung perpustakaan dan Rasio antara jam layanan dengan
jumlah staf perpustakaan.
Pada pernyataan diatas dapat disimpulkan Pengetahuan petugas perpustakaan
dalam mengelola perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan yaitu pengetahuan
guru dibidang perpustakaan sudah cukup baik namun pada proses pengelolaan
belum dilaksanakan secara maksimal, contohnya pada klasifikasi perpustakaan ini
belum menerapkan sistem klasifikasi DDC padahal sistem ini sangat penting, agar
pemustaka dengan mudah menemukan bahan pustaka yang diinginkannya. Hal ini
membuat kurang efektifnya proses pengelolaan yang ada di perpustakaan SD Negeri
7 Konawe Selatan.
97
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya pengetahuan
petugas perpustakaan SD Negeri 7 Konawe selatan yang mengelola perpustakaan
tersebut masih sangat kurang mereka berasalan akibat kurangnya sosialisasi
tentang perpustakaan membuat kurang efektifnya pengelolaan perpustakaan
disekolah tersebut. Pengelolaan diperpustakaan ini kurang efektif dimana tidak
ditemukannya klasifikasi dan katalogisasi. Bahan pustaka yang ada
diperpustakaan ini tidak tertata dengan rapi dan untuk pemeliharaanya pun
mereka hanya membersihkan rak penyimpanan buku agar terhindar dari serangga
dan zat-zat perusak buku lainnya. Pelayanan perpustakaan ini menerapkan sistem
open acess dimana pemustaka dapat leluasa mencari buku yanga akan ia baca,
namun untuk masalah tata tertib perpustakaan belum mengambil kebijakan bagi
siswa yang merusak dan menghilangkan buku.
98
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian, maka penulis
menyarankan agar para petugas perpustakaan/pustakawan sekolah dituntut untuk
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dibidang pengelolaan perpustakaan
agar kebutuhan pemustaka dalam hal ini pemenuhan kebutuhan informasi dapat
terpenuhi, sehingga pemanfaatan perpustakaan semakin tinggi atau meningkat.
99
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Ibrahim. 1991. Pengelolaan perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Bafadal, Ibrahim. 2009. Penyelenggaran perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Darmono, 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan TataKerja, Jakarta: Grasindo.
Dahuri, 2006. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Jakarta: Pradaya Paramita
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 1992. Perpustakaan Perguruan Tinggi:Buku Pedoman. Edisi 3. Jakarta: Depdiknas RI.
Hamakonda, Towa P. (1999). Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey.Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hermawan,Rachman 2009. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan TerhadapKode Etik Pustakawan, Jakarta: Sagung Seto
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010 Jakarta: Balai Pustaka
Lasa, Hs. 1995. Jenis-jenis Pelayanan Informasi Perpustakaan. Cet. II.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nasution, M.N. 1992. Layanan Perpustakaan dan Informasi. Jakarta: PT Ghalia.
Noor, Jamaluddin. 1978. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR. Ruzz Media Group.
Notoatmodjo, Sukidjo. 2010. Metodologi Riset Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
Moleong, lexy.J. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Sulistyo Basuki,. (1991) Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Soetinah,. (1991). Pedoman Penyelenggaraan PerpustakaanSekolah.Yogyakarta: Kalisius
Soejono, Trimono. (1992). Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung:Remaja Rosdakarya
Sutarno, NS. (2006). Manajemen perpustakaan: suatu pendekatan praktik.
Jakarta: Sagung Seto.
Sutarno, NS. (2008). Kamus perpustakaan dan informasi. Jakarta: Jala.Permata.
Suwarno, Wiji. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono, 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Suprayogo, I. (2001), Metodologi penelitian sosial. Rosdakarya, Bandung.
Suparman.1994. Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Jakarta, Bumi Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 TentangPerpustakaan.
Widijanto,. (2008) Sentralisasi Kompetensi, Aplikasi Teknologi Informasi, danStrategis Holistik; Upaya Perpustakaan/Pustakawan MeningkatkanProfeionalisme dan Kualitas Layanan Di era Globalisasi. Dalam VisiPustaka Vol.10 No.3
Yusup, Pawit M. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta:Bumi Aksara.
Zulaiman. 2009. Peran Perpustakaan Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Bagan I.
Struktur Organisasi SD Negeri 7 Konawe Selatan
KETUA KOMITE KEPALA SEKOLAH
SYAMSUL,A.MRosmiati,S.Pd
KA. TU
SALAM
WAKASEK KURIKULUM WAKASEK SARPRAS
EDI, S.Pd SIH RAHAYU, S.Pd
WAKASEK KESISWAANWAKASEK HUMAS
ASMAR S.PdSITI JUNAETI S.Pd., M.Pd.
GURU
WALI KELAS I WALI KELAS VI
Nurhayati,S.Pd Rosmiati,S.Pd
WALI KELAS II WALI KELAS V
Suniati Hajar M.
WALI KELAS II1 WALI KELAS VI
Siti Ranti Martina P.
GURU PENJAS GURU PAI
Rudi,S.Pd Ansar
Ket. Garis konsultasi
Garis koordinasi
Bagan II.
Struktur Organisasi Perpustakaan SD Negeri 7 Konawe Selatan
KEPALA SEKOLAH
Rosmiati,S.Pd
KEPALA PERPUSTAKAAN
Edi,S.Pd
LAYANAN TEKNIS LAYANAN PEMBACA
Nurhayati,S.Pd Martina P.
LAMPIRAN
Gedung Sekolah Dasar Negeri 7 Konawe selatan
Gedung perpustakaan sekolah dasar negeri 7 Konawe selatan
Sarana dan Prasarana perpustakaan sekolah
Sarana dan Prasarana perpustakaan sekolah
Suasana ruang perpustakaan saat siswa sedang membaca
Wawancara dengan Edi,S.Pd selaku unit perpustakaan disekolah dasar 7 Konawe
selatan
Wawancara dengan Martina P. guru yang bertugas dilayanan pemustaka
Wawancara dengan Nurhayati,S.Pd guru yang bertugas dilayanan sirkulasi