MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KERAJINAN...
Transcript of MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KERAJINAN...
i
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERIKERAJINAN ANYAMAN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE DEMONSTRASI DI KELAS VISD NEGERI 2 SENDANG MULYASARI
KECAMATAN TONGAUNAKABUPATEN KONAWE
T E S I S
OLEH:
KETUT SUCIKONIM. G2P1 15 039
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI2017
ii
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERIKERAJINAN ANYAMAN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE DEMONSTRASI DI KELAS VISD NEGERI 2 SENDANG MULYASARI
KECAMATAN TONGAUNAKABUPATEN KONAWE
T E S I S
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarMagister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni
Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo
OLEH:KETUT SUCIKONIM. G2P1 15 039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENIPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI2017
iii
iv
v
ABSTRAK
Ketut Suciko, 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi KerajinanAnyaman dengan Menggunakan Metode Demonstasi di Kelas VI SDNegeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tonggauna KabupatenKonawe. Dibimbing oleh I Ketut Suardika dan Hj Darnawati.
Tujuan penelitian ini adalah 1) Meningkatkan efektivitas mengajar gurupada materi kerajinan anyaman dengan menggunakan metode demonstrasi dikelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna KabupatenKonawe. 2) Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi Kerajinan Anyamandengan menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 SendangMulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. 3) Meningkatkan hasilbelajar siswa pada materi kerajinan anyaman dengan menggunakan metodedemonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan TongaunaKabupaten Konawe.
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VI SDN 2 Sendang MulyasariKecamatan Tongauna Kabupaten Konawe sebanyak 18 siswa. Penelitian inimerupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Data yangdiperoleh berupa persentase efektivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa danhasil belajar siswa berdasarkan hasil observasi persiklus yang dianalisis secarakuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) efektivitas mengajar gurumeningkat dengan menggunakan metode demonstrasi. Pada siklus I pertemuan 1,efektivitas mengajar guru mencapai 60,00% dan pertemuan 2, efektivitasmengajar guru mencapai 73.33% selanjutnya Pada siklus II pertemuan 1,efektivitas mengajar guru mencapai 86.66% dan pertemuan 2, efektivitasmengajar guru mencapai 93.33%. 2) Aktivitas belajar siswa meningkat denganmenggunakan metode demonstrasi. Pada siklus I pertemuan 1, aktivitas belajarsiswa mencapai 45,45% dan pertemuan 2, aktivitas belajar siswa mencapai63.63%. Pada siklus II pertemuan 1, aktivitas siswa mencapai 81,81% danpertemuan 2, aktivitas siswa mencapai 90,90%. 3) Hasil belajar siswa meningkatdengan menggunakan metode demonstrasi. Pada siklus I siswa yang mencapaiketuntasan sebanyak 13 siswa atau 72,22% dengan nilai rata-rata 76,94 dan padasiklus II meningkat sebanyak 16 siswa atau 88.89% dengan nilai rata-rata 83,50.Kesimpulan dari penelitian ini adalah Penggunan Metode Demonstrasi dapatmeningkatkan: 1) efektivitas mengajar guru, 2) Aktivitas belajar siswa, 3) hasilbelajar Siswa pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2 SendangMulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Kerajinan Anyaman, Metode Demonstrasi
vi
ABSTRACT
KetutSuciko, 2017, Increasing Students’ Outcomes of Learning WovenHandcrafts by Using Demonstration Method in Class VI of SD Negeri 2SendangMulyasari in the Sub-district of Tonggauna of KonaweRegency.Supervised by I KetutSuardikaandHj. Darnawati.
The aims of this study were: (1) to improve the effectiveness of teacher’sinstruction in the teaching woven handcrafts by using demonstration method inclass VI of SD Negeri 2 Sendang Mulyasari in the sub-district of Tonggauna ofKonawe regency; (2)to improve student’s learning activities in their learning ofwoven handcrafts by using demonstration method in class VI of SD Negeri 2Sendang Mulyasari in the sub-district of Tonggauna of Konawe regency; (3) toincrease students’ outcomes of learning woven handcraft by using demonstrationmethod in class VI of SD Negeri 2 SendangMulyasari in the sub-district ofTonggauna of Konawe regency.
Subjects of the study were class VI students of SD Negeri 2SendangMulyasari in the sub-district of Tonggauna of Konawe regency, totaling18 students. The study was a classroom action research conducted in 2 cycles.Data obtained from in the forms of percentage indicating the effectiveness ofteacher’s instruction, students’ learning activities, and students’ outcome oflearning based on results of observation per cycle which were analyzedquantitatively and qualitatively.
Results showed that: (1) the effectiveness of teacher’s instruction increased asa results of using demonstrationmethod. In cycle I, the effectiveness of teacher’sinstruction was 60.00% in meeting 1 and 73.33% in meeting 2. In the next cycle,the effectiveness of teacher’s instruction was 86.66% in meeting 1 and 93.33% inmeeting 2. 2) Students’ learning activities also increased after the use ofdemonstrationmethod. In cycle I, the students’ learning activities was 45.045% inmeeting 1 and increased to 63.63% in meeting 2. In the next cycle, the students’learning activities was 81.81% in meeting 1 and rose to 90.90% in meeting 2. 3)The students’ learning outcomes also improved after the application ofdemonstration method. In cycle I, there were 13 students (72.22%) whocompleted their learning, gaining an average of 76.94. In the next cycle, 16students (88.89%) competed their learning with an average of 83.50. Theconclusions were: the use of demonstration method could increase: 1) theeffectiveness of teacher’s instruction, 2) students’ learning activities, 3) student’soutcomes of learning woven handcrafts in class VI of SD Negeri 2SendangMulyasari in the sub-district of Tonggauna of Konawe regency
Keywords: Learning Outcomes, Woven Handcraft, Demonstration Method
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, penguasa
langit dan bumi yang tiada daya dan upaya selain dari pertolongan-Nya, atas
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya jugalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
hasil penelitian ini guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
pada Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo
Kendari.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Supriadi Rustad, M.Si., selaku Plt. Rektor Universitas Halu Oleo,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan
pendidikan Program S2 di Pascasarjana Universitas Halu Oleo.
2. Prof. Ir. H. Sahta Ginting, M.Agr., Ph.D., selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Halu Oleo, atas jasa beliaulah sehingga penulis
memperoleh peluang untuk melanjutkan studi penulis di jenjang S-2 yaitu
pada Program Studi Pascasarjana Pendidikan Seni.
3. Dr. Dasmin Sidu, S.P., M.P, Selaku Wakil Direktur Bidang Akdemik dan
Kemahasiswaan, yang telah yang telah memberikan kemudahan dalam
semua urusan penulis yang bersifat akademik pada tingkat jurusan dan
kelancaran administrasi dalam penyusunan tesis ini.
4. Dr. I Ketut Suardika, S.Pd., M.Si., selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Seni PPS Universitas Halu Oleo sekaligus sebagai
pembimbing I, yang telah memberikan kemudahan dalam semua urusan
penulis yang bersifat akademik pada tingkat jurusan dan kelancaran
viii
administrasi dalam penyusunan tesis ini serta pemberian bimbingan,
arahan dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi
selama menjadi dosen pembimbing dalam penelitian ini.
5. Dr. Hj. Darnawati, M.Pd., selaku Pembimbing II atas bimbingan, arahan
dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi selama
menjadi dosen pembimbing dalam penelitian ini.
6. Seluruh Dosen serta segenap Staf Administrasi di lingkup Program
Pascasarjana Universitas Halu Oleo yang telah banyak memberikan
arahan, bimbingan dan pengetahuan selama menempuh pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Seni.
7. Arbain, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN 2 Sendang Mulya Sari, dan
Wayan Rita, S.Pd sebagi teman sejawat yang telah banyak memberi
banyak bantuan, motivasi dan solusi dalam pembelajaran di kelas.
8. Kepada teman-teman seangkatan Program Studi Pendidikan Seni
Angkatan 2015, terima kasih banyak atas kebersamaan dan kerjasamanya
selama ini.
Penulis menyadari bahwa tidak berarti bahwa hasil penelitian ini sudah
merupakan suatu karya yang sempurna, olehnya itu penulis masih mengharapkan
saran perbaikan dari pembaca yang sifatnya konstruktif.
Kendari, Juni 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................. iHALAMAN SAMPUL DALAM.............................................................. iiHALAMAN PENGESAHAN................................................................... iiiHALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................... ivABSTRAK ................................................................................................. vABSTRACT............................................................................................... viKATA PENGANTAR............................................................................... viiDAFTAR ISI.............................................................................................. ixDAFTAR TABEL .................................................................................... xiDAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiiDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah...................................................... 11.2 Rumusan Masalah ............................................................... 51.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 51.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran....................................... 82.2 Konsep Aktivitas Belajar..................................................... 102.3 Konsep Hasil Belajar ........................................................... 132.4 Kerajinan Anyaman............................................................. 16
2.4.1 Pengertian Anyaman .............................................. 162.4.2 Bahan, Alat dan Motif Anyaman ........................... 172.4.3 Alat Kerajinan Menganyam ................................... 212.4.4 Jenis Motif Menganyam......................................... 22
2.5 Metode Demonstrasi............................................................ 232.5.1 Pengertian Metode Pembelajaran............................ 232.5.2 Pengertian Metode Demonstrasi ............................. 242.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi... 252.5.4 Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi 28
2.6 Hasil Penelitian yang Relevan............................................. 292.7 Kerangka Pikir..................................................................... 322.8 Hipotesis Tindakan.............................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian .................................................................... 353.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 353.3 Subjek Penelitian ................................................................. 353.4 Faktor yang Diteliti............................................................. 353.5 Desain dan Prosedur Penelitian ........................................... 36
x
3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 383.7 Teknik Analisis Data ........................................................... 383.8 Indikator Kinerja ................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian..................................................................... 424.1.1 Kegiatan Pendahuluan....................................................... 424.2 Tindakan Siklus I.................................................................. 444.3 Tindakan Siklus II ................................................................ 614.4 Pembahasan Hasil Penelitian Persiklus ................................ 79
BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan........................................................................... 885.2 Saran ..................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstraasi ......................................... 25
Tabel 2.2 Kebaikan dan Kekurangan Metode Demonstrasi ............................................ 26
Tabel 3.1 Penentuan Skor Klasifikasi Observasi ............................................................ 39
Tabel 3.2 Penentuan Skor Klasifikasi Observasi ............................................................ 40
Tabel 4.1 Hasil Tes Awal Pra Siklus ............................................................................... 42
Tabel 4.2 Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan pertama pada Siklus I ....... 46
Tabel 4.3 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan pertama pada Siklus I ............ 49
Tabel 4.4 Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan kedua pada Siklus I .......... 53
Tabel 4.5 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan kedua pada siklus I ................ 55
Tabel 4.6 Skor Perbandingan Perolehan Siswa Pada Tes Awal dan Tes Siklus I ........... 57
Tabel 4.7 Ketuntasan Hasil Belajar Secara Klasikal Siklus I ......................................... 58
Tabel 4.8 Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Guru dan Siswa Siklus I .... 59
Tabel 4.9 Observasi Efektivitas Mengajar Guru pada Pertemuan Pertama Siklus II ..... 63
Tabel 4.10 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan pertama pada Siklus II ......... 66
Tabel 4.11 Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan II pada Siklus II .............. 70
Tabel 4.12 Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan kedua pada Siklus II ................ 73
Tabel 4.13 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Awal, Tes Siklus I dan II .......................... 76
Tabel 4.14 Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Guru dan Siswa Siklus II . 78
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian.................................................................. 33
Gambar 3.1 Skema siklus Penelitian Tindakan Arikunto .................................... 37
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Efektivitas Mengajar Guru Persiklus ............... 83
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Persiklus .................... 85
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Persiklus .......................... 87
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran...................................................................... 93
Lampiran 2 RPP Siklus I ................................................................................... 96
Lampiran 3 RPP Siklus II ................................................................................. 99
Lampiran 4 Tes Awal Prasiklus ......................................................................... 102
Lampiran 5 Tes Siklus I .................................................................................... 103
Lampiran 6 Tes Unjuk Kerja Siklus II .............................................................. 104
Lampiran 7 Skor Perolehan Hasil Belajar Siswa Persiklus ............................... 105
Lampiran 8 Lembar Penilaian Unjuk kerja dan Rubrik Penilaian Siklus 2 ....... 106
Lampiran 9 Rekapitulasi Ketuntasan Skenario Pembelajaran PerSiklus ....... 108
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang dipandang mampu
meningkatkan kualitas hidup manusia. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh
efektivitas pembelajaran yang dilakukan baik di sekolah maupun luar sekolah.
Efektivitas pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa, tidak terlepas
dari interaksi antara guru dan peserta didik. Interaksi tersebut dapat meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan bersama dalam proses pembelajaran.
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-
potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa
bantuan seorang guru (Mulyasa, 2006: 35). Guru harus memaknai pembelajaran,
serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan
perbaikan kualitas peserta didik.
Peran guru dijelaskan oleh Mulyasa (2006: 37) sebagai berikut: Guru
sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai
pelatih, guru sebagai penasehat, guru sebagai pembaharu/innovator, guru sebagai
model dan teladan, guru sebagai pribadi, guru sebagai peneliti, guru sebagai
pendorong kreatifitas, guru sebagai pembangkit pandangan, guru sebagai pekerja
rutin, guru sebagai pemindah kemah, guru sebagai pembawa cerita, guru sebagai
2
aktor, guru sebagai emansipator, guru sebagai evaluator, guru sebagai pengawet
dan guru sebagai kulminator.
Dalam menjalankan perannya yaitu sebagai pendidik, pengajar, pemimpin,
administrator, guru harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan
kesadaran (awarreness), keyakinan (belief), kedisiplinan (discipline) dan
tanggung jawab (responsibility) secara optimal sehingga memberikan pengaruh
positif terhadap perkembangan siswa secara optimal, baik fisik maupun psikhis.
Hanafiah dan Suhana (2009: 106-108) menyatakan guru adalah pendidik
yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan
lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi
tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Guru
membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu
yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar
yang dipelajari Mulyasa (2006: 37). Dalam pelaksanaan pembelajaran, banyak
variable yang mempengaruhi kesuksesan seorang guru. Penguasaan dan
keterampilan guru dalam penguasaan materi pembelajaran dan strategi
pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
secara optimal Mulyasa (2006: 37).
Menurut pengamatan peneliti berdasarkan pembelajaran SBK yang telah
dilaksanakn guru hanya sekedar menjelaskan teori saja tanpa melaksanakan
praktek, dan dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah.
Sehingga disaat peneliti melaksanakan tes awal banyak siswa yang tidak mengerti
apa dan bagaimana cara menganyam tersebut karena kurangnya pengetahuan
3
ataupun pengalaman siswa dalam membuat kerajinan anyaman dan banyaknya
terdapat siswa yang kurang terampil dan tidak bisa membuat kerajinan anyaman
Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, masih banyak siswa kurang
memperhatikan proses pembelajaran di kelas, siswa kurang memperhatikan guru
saat menerangkan, malas mengerjakan tugas, ribut saat guru sedang menerangkan,
dan cenderung pasif saat belajar, sehingga hanya guru yang lebih dominan dalam
pembelajaran. Akibat hal tersebut di atas mempengaruhi rendahnya nilai siswa
pada materi kerajian anyaman.
Dari hasil tes awal yang diberikan guru menunjukkan bahwa hasil belajar
materi kerajinan anyaman terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥75
hanya 6 orang atau 33,33% dan siswa yang memperoleh nilai ≤75 sebanyak 12
orang atau 66,67% dari jumlah siswa 18 orang. Rata-rata nilai siswa pada tes awal
ini adalah 66,67. Selain itu banyak siswa yang kurang kreatif serta tidak mampu
untuk mengembangkan idenya dalam membuat karya kerajinan anyaman. Siswa
tidak ada keinginan untuk menemukan ide baru dalam mengolah bahan yang ada
untuk sebuah karya yang baru dan berbeda sehingga kerajinan yang dihasilkan
tidak bervariasi baik itu dari segi bentuk ataupun komposisi dari karyanya itu.
Dalam konteks peningkatan hasil belajar, interaksi aktif antara guru dan
siswa membutuhkan metode. Metode dalam peningkatan hasil belajar siswa
sangat beragam. Salah satunya adalah metode demonstrasi, yakni teknik penyajian
materi pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan proses situasi dari
awal hingga akhir dan didampingi dengan penyampaian secara lisan. Sabri (2007:
57) menjelaskan, metode demonstrasi adalah mengajar yang memperlihatkan
4
bagaimana proses terjadinya sesuatu. Ini dapat dilakukan oleh guru atau orang lain
yang sengaja diminta dalam suatu proses pembelajaran.
Pada dasarnya, semua mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) sama
pentingnya dalam menjadikan siswa kaya akan pengetahuan. Tidak terkecuali
mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). Berkenaan dengan tajuk
penelitian ini, menggunakan metode demonstrasi, maka di fokuskan pada mata
pelajaran SBK. Penggunaan metode ini sangat baik bagi siswa, khususnya di
Sekolah Dasar dalam mempraktekkan seni keterampilan menganyam melalui
kegiatan demonstrasi terutama bagi siswa sekolah dasar sangat penting, karena
usia sekolah dasar masih berfikir konkret, belum mampu berfikir abstrak.
Pembelajaran SBK di sekolah merupakan wadah perantara siswa dalam
mengetahui, mengenal, dan mempraktikkan warisan karya-karya kebudayaan
yang ada di Indonesia. Berdasarkan survey awal, pembelajaran SBK di sekolah
berorientasi pada pengenalan jenis-jenis kesenian dan keterampilan. Siswa
dijadikan objek dari proses pembelajaran. Berkenaan dengan metode demonstrasi
yang akan dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman, maka
siswa berlaku sebagai subyek, sehingga diharapkan dapat memberi nilai plus bagi
siswa itu sendiri. Dalam metode ini, guru mempraktikan proses kerajinan
anyaman, sehingga siswa dapat melihat secara langsung dan dapat
mempraktikkannya proses pembuatan kerajinan anyaman.
Proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi memberikan
siswa pemahaman, pengalaman, dan kreativitas berkarya. Menurut Sumanto
(2006: 9), kreativitas berkarya diartikan sebagai kemampuan menemukan,
5
menciptakan, mambuat, merancang dan memadukan suatu gagasan baru maupun
lama menjadi kombinasi baru dengan didukung kemampuan terampil yang
dimilikinya. Metode pembelajaran seperti ini, dapat meningkatkan hasil belajar
dan kreativitas berkarya.
Dari uraian di atas peneliti ingin mengadakan perbaikan proses
pembelajaran SBK di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari dengan
menerapkan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran kerajinan anyaman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan efektivitas
mengajar guru pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2
Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe?
1.2.2 Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2
Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe?
1.2.3 Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang
Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk:
6
1.3.1 Meningkatkan efektivitas mengajar guru pada materi kerajinan anyaman
dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2
Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.
1.3.2 Meningkatkan aktivitas belajar siswa materi Kerajinan Anyaman dengan
menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang
Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.
1.3.3 Meningkatkan hasil belajar siswa materi kerajinan anyaman dengan
menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang
Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.4.1 Siswa
Siswa mendapat pengalamaan langsung untuk mengembangkan koordinasi
mata dan tangan serta mengembangkan kreativitas siswa dalam
keterampilan menganyam yang menyenangkan.
1.4.2 Guru
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pembelajaran
keterampilan melalui metode demontrasi.
1.4.3 Sekolah
Memberikan masukan agar selalu mengembangkan karya-karya anak
melalui keterampilan menganyam.
7
1.4.4 Bagi Peneliti
Menambah khasanah dan memperkaya pengetahuan dan pengalaman peneliti
dalam meningkatkan hasil belajar siswa, memperkaya referensi bagi peneliti
selanjutnya yang mengkaji tentang meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman
dengan metode demonstrasi.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran
Proses belajar adalah proses yang kompleks, tergantung pada teori belajar
yang dianutnya. Belajar merupakan suatu proses dan bukan produk. Menurut
Syaiful Bahri (2006: 35) mengatakan bahwa belajar adalah proses melahirkan atau
mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahan-
perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.
Menurut Majid (2000: 75) mengatakan bahwa belajar adalah proses untuk
memperoleh perubahan yang dilakukan secara sadar, aktif, dinamis, sistematis,
berkesinambungan, integrative dan tujuan yang jelas. Sedangkan menurut Sanjaya
(2006: 24) memusatkan belajar dalam tiga hal, yaitu belajar adalah mengubah
tingkah laku, perubahan adalah hasil dari pengalaman dan perubahan terjadi
dalam perilaku individu.
Jadi, pada hakikatnya belajar adalah segala proses atau usaha yang
dilakukan secara sadar, sengaja, aktif, sistematis dan integrative untuk
menciptakan perubahan-perubahan dalam dirinya menuju ke arah kesempurnaan
hidup.
Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan
pembelajaran menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pengajar. Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal dan bukan pula
9
mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap
dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu
(Slameto, 2003: 28).
Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa.
Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang
peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan
siswa dalam proses belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus
sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga proses atau kegiatan belajar dan
mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Hasil belajar dalam kontekstual menekankan pada proses yaitu
segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Nilai siswa diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari ketika belajar. Hasil
belajar diukur dengan berbagai cara misalnya, proses bekerja, hasil karya,
penampilan, rekaman, dan tes (Sanjaya, 2006: 45).
Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh guru
dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan
dan minatnya, sehingga perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat terwujud.
Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian hasil
10
belajar dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai),
peningkatan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah perubahan tingkah
laku atau kedewasaannya.
Belajar merupakan peningkatan dan perubahan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik ke arah yang lebih baik lagi. Keberhasilan belajar siswa
merupakan akibat dari tindakan dari sebuah pembelajaran yang tidak lepas dari
peran aktif guru dan siswa itu sendiri, dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Dengan belajar, seharusnya siswa dapat berubah menjadi lebih baik. Perubahan-
perubahan yang terjadi dari hasil belajar harus mengacu kepada kesadaran, niat,
tujuan belajar, berlangsung secara terus menerus dan menimbulkan perubahan
positif dalam moralitas, mental, pengetahuan dan keterampilan siswa (Syaiful
Bahri, 2006: 78).
2.2 Konsep Aktivitas Belajar
Aktivitas adalah istilah umum yang dikaitkan dengan keadaan bergerak,
eksplorasi dan berbagai repson lainnya terhadap rangsangan sekitar (Djamarah,
2008:38). Sedangkan belajar didefinisikan (Muhibbin Syah, 2008: 89) sebagai
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Olehnya itu dapat
dikatakan aktivitas belajar sebagai eksplorasi atau respon terhadap modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Aktivitas belajar merupakan prinsip dasar dalam proses pembelajaran.
Prinsip dasar yang dimaksud adalah interaksi antara guru dan siswa sebagai upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Interaksi tersebut bertujuan meningkatkan
pemahaman dan mental siswa. Hal ini disebabkan siswa cenderung pasif dalam
11
proses pembelajaran. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diperlukan agar
tercapai tujuan dan sasaran pembelajaran (Fitri, dkk. 2013: 23). Mengantispasi
kepasifan siswa, guru memegang peranan yang sangat penting, yakni memberikan
peran atau pelibatan siswa secara langsung. Keaktifan siswa dalam pembelajaran
akan mewujudkan hakikat dari pendidikan, yakni perubahan. Pemikiran ini
sejalan dengan pendapat Daryanto (2010: 3), perubahan yang bersifat aktif adalah
perubahan yang tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha orang
yang bersangkutan.
Paul B. Diedric (2006: 101) menggolongkan jenis-jenis aktivitas belajar
sebagai berikut: 1) Visual activities, yakni membaca, memperhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral Activities, menjelaskan,
menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi,
interupsi. 3) Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing Activities, misalnya menulis cerita,
karangan, laporan, menyalin. 5) Drawing Activities, menggambar, membuat
grafik, peta, diagram. 6) Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun,
beternak. 7) Mental Activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, mengambil keputusan. 8) Emotional Activities, misalnya,
merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang (Sardiman, 2011: 101).
Jenis-jenis aktivitas belajar di atas, terintegrasi dalam penelitian
meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman dengan menggunakan demonstrasi.
Penekanannya pada aktivitas belajar itu sendiri. Artinya, kemampuan guru dalam
12
mendemonstrasikan kerajinan anyaman pada siswa dapat dipahami dan
diperagakan. Pelibatan siswa secara aktif dalam aktivitas belajar akan
meningkatkan hasil belajar. Selain itu, dapat membina mental siswa untuk berani
berdiskusi dan mengambil keputusan.
Sudjana (2010: 6) menjelaskan keaktifan siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar dapat dilihat berdasarkan: 1) turut serta dalam melaksanaan
tugas belajarnya, 2) terlibat dalam pemecahan masalah, 3) bertanya kepada siswa
lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, 4)
berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah, 5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, 6)
memulai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh, 7) melatih dirinya
dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, 8) kesempatan menggunakan
atau menerapkan apa yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau
persoalan yang dihadapinya.
Dalam kegiatan pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa yang
memadai sangat dibutuhkan sebagai cara menciptakan suasana kelas yang
kondusif dan komunikatif. Tradisi lama yang terjadi dalam proses pembelajaran
adalah menjadikan siswa sebagai objek. Siswa yang pasif menjadikan guru secara
sepihak menguasai situasi. Kondisi tersebut adalah wujud dari buruknya system
pendidikan. Olehnya itu dibutuhkan revolusi dalam proses pembelajaran, yakni
menjadikan siswa sebagai subyek pembelajaran. Peran siswa secara aktif di dalam
kelas memberi nilai plus bagi siswa itu sendiri pendalaman materi, penguatan
13
mental berdiri dan mengungkapan hasil pikiran di depan orang banyak adalah
nilai positif yang dihasilkan dari keaktifan siswa di kelas.
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan
memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya
kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu
menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari
siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang
akan mengarah pada peningkatan prestasi. Hal ini sejalan dengan Natawijaya
(2005: 22) yakni pemikiran suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh
hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor.
2.3 Konsep Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3-4). Pernyataan tersebut menyirat
makna, hasil belajar tidak diperoleh oleh siswa saja, tetapi guru juga termasuk di
dalamnya. Pada siswa, hasil belajar merupakan rangkaian akhir dari proses belajar
yang telah dilaluinya pada suatu materi. Sedangkan pada guru, hasil belajar
berorientasi pada keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran atau tindak
14
akhir proses belajar melalui evaluasi hasil belajar. Olehnya itu, dapat dikatakan
hasil belajar merupakan evaluasi guru terhadap siswa mengenai kegiatan
pembelajaran. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2010: 3).Dalam akhir proses pembelajaran
akan menghasilkan suatu perubahan yang khas sebagai hasil belajar. Hasil belajar
dapat dicapai siswa melalui upaya perubahan tingkah laku yang meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Mengutip pernyataan Gagne, Suprijono (2009: 5) menjabarkan hasil
belajar berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
15
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku.
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat dilihat
berdasarkan kemampuan siswa mengungkapkan pengetahuan, menyampaikan
konsep, memecahkan masalah, dan menentukan sikap menerima atau menolak
objek berdasarkan penilaian diri sendiri.
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran
di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu
sendiri. Hasil belajar yang diperoleh setiap siswa tidak akan sama karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilannya dalam proses belajar.
Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar, sebagai berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Baik
buruknya hasil belajar siswa dapa dipengaruhi oleh factor-faktor tersebut. Kondisi
yang terjadi di dalam atau di luar diri siswa memberi dampak kemampuan siswa
mengungkapkan pengetahuan, menyampaikan konsep, memecahkan masalah, dan
16
menentukan sikap menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian diri
sendiri.
2.4 Kerajinan Anyaman
2.4.1 Pengertian Anyaman
Anyaman merupakan keterampilan masyarakat berbentuk kerajinan
tradisional yang diturunkan secara turun-menurun sebagai warisan budaya. Takari
(2007: 3) mendefiniskan anyaman adalah suatu kegiatan menjalin bahan yang
berbentuk pita sehingga satu sama lainnya saling kuat-menguatkan dan karena
tekniknya, timbulah motif yang berulang.
Selain itu, (Rosita, 2005: 11) menjelaskan tentang kerajinan anyaman yang
memiliki nilai-nilai keindahan. Nilai-nilai keindahan tersebut kemudian menjadi
ciri khas barang anyaman. Saat ini anyaman banyak mengalami perkembangan
mulai dari bentuk dan motif yang bevariasi sehingga bentuk dan motif tidak
kelihatan monoton. Perkembangan motif dan variasi anyaman tidak terlepas dari
tuntutan pasar sebagai sebuah produk. Motif dan variasi ini yang tidak menoton
menandakan, bahwa pengrajin memiliki sumberdaya kreatif yang tinggi.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa kerajinan anyaman
merupakan produk tradisional yang dihasilkan berbentuk silang dan tumpang
tindih antara iratan dan pakan sebagai warisan budaya yang pewarisannya
dilakukan secara turun-menurun untuk meningkatkan daya kreativitas siswa.
Menganyam pada dasarnya menyelipkan secara pelan-pelan di antara lusi dan
pakan. Lusi adalah bagian iratan yang disusun membujur, sedangkan pakan adalah
bagian iritan yang disusun melintang. Korelasi antara kerajinan anyaman dan
17
materi pembelajaran di sekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan daya
kreativitas untuk membantu perkembangan psikomotorik siswa.
2.4.2 Bahan, Alat dan Motif Anyaman
Bahan Mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembuatan karya.
Terlebih karya (barang) kerajinan. Menganyam termasuk salah satu dari bagian
seni kerajinan. Oleh karena itu, kualitas bahan yang akan dipergunakan sangat
menentukan kualitas karya dari kerajinan tersebut.
Menurut Takari, (2007: 7-11) Bahan yang digunakan akan sangat
menentukan untuk kerajinan anyaman terdiri dari dua macam:
a. Bahan Pokok
Bahan pokok adalah bahan yang akan mendominasi terwujudnya karya. Karya
kerajinan yang telah jadi pun dapat dilihat bahan apa yang digunakan dengan
jelas. Bahan pokok dari kerajinan anyam adalah sebagai berikut:
1) Bambu tali
Bambu tali merupakan bambu yang mempunyai kualitas paling baik dibanding
dengan bambu jenis yang lain, sebagai bahan anyaman. Bambu ini sangat lentur,
kuat, tidak mudah putus dan patah. Bambu tali banyak digunakan oleh pengrajin
anyaman tradisional sejak jaman dulu. Untuk dapat dipakai bahan anyaman dari
bambu ini harus di irat dahulu sehingga menjadi lembaran-lembaran yang pipih,
untuk mengirat menggunakan alat pisau.
2) Rotan
Rotan digunakan untuk jenis anyaman silindris dengan berbagai teknik di
antaranya untuk anyaman membelit denga pakan tunggal dan ganda misalnya
18
keranjang. Tetapi rotan pitrit yang jenisnya besar dapat dipakai ebagai perabot
besar (misalnya: lemari pakaian, kursi, meja dan kerajinan lainnya).
3) Pandan
Pandan adalah jenis daun yang banyak tumbuh dipinggir sungai bahkan termasuk
tumbuhan liar. Daunnya berduri disisi kanan dan kirinya sehingga untuk
mengambil daun pandan perlu keterampilan tersendiri. Agar dapat digunakan
sebagai bahan anyaman daun pandan harus diserat sehingga lebih kecil (sesuai
dengan ukuran yang di inginkan) dan harus dikeringkan terlebih dahulu dengan
cara dijemur. Bahkan ada pula pengrajin yang sengaja merebusnya terlebih dahulu
agar lebih kuat. Daun pandan dapat dipakai sebagai bahan kerajinan anyaman
tas,topi, tikar, dan lain-lain.
4) Blarak/janur
Blarak adalah daun kelapa yang sudah tua banyak tumbuh didaerah tropis.
Sedangkan janur adalah daun kelapa yang masih muda. Blarak/janur untuk dapat
digunakan sebagai bahan kerjinan anyam harus dipisahkan dari lidinya dahulu,
walapun sebagian orang juga menggunakan blarak/janur tidak dipisahkan dari
lidinya, yaitu lidinya ikut teranyam dan mempunyai fungsi untuk penguat hasil
anyaman itu. Hal ini banyak ditemukan pada kegiatan panggung atau dekorasi
atau sebagai keranjang sayuran. Blarak/janur banyak dipakai sebagai kerajinan
anyam untuk membuat; ketupat, tas, topi, atap, dan lain-lain.
5) Kertas
Kertas dapat dipakai sebagai bahan anyaman terutama untuk karya mainan atau
kegiatan pembelajaran di tingkat taman kanak-kanak. Untuk dapat digunakan
19
sebagai bahan anyaman kertas harus dipotong berbentuk panjang-panjang dan
lebarnya sesuai dengan yang diinginkan. Kertas sebagai bahan anyaman
sebaiknya menggunakan kertas yang kuat sehingga tidak mudah putus.
6) Plastik
Plastik sebagai bahan anyaman telah dirancang sengaja untuk bahan anyaman .
Adapun besar kecilnya teah dirancang sesuai denga tujuannya. Plastik sebagai
bahan kerajinan anyam banyak dijumpai atau dijual di toko-toko alat tulis,
bentuknya seperti sedotan minuman dengan pewarnaan langsung, sehingga anda
tidak perlu mewarnai lagi.
7) Karet
Demikian juga dengan karet sebagai bahan anyaman telah dirancang sengaja
sebagai bahan kerajinan anyam. Bahan ini dapat di jumpai di toko alat tulis
dengan bentuk lembaran-lembaran, sehingga apabila akan dipakai harus dipotong-
potong terlebih dahulu menggunakan gunting atau cutter.
8) Kain
Selain menggunakan kertas, plastik, karet untuk kegiatan menganyam juga dapat
digunakan bahan dari kain,karena kain dianggap lebih aman dan praktis. Adapun
cara penggunaan dan memotongnya sama dengan kertas dan karet.
9) Daun pisang
Untuk kegiatan pembelaran menganyam di antaranya dapat menggunakan bahan
dari daun pisang. Bahan dari daun pisang adalah bahan yang paling aman dan
murah untuk kegiatan menganyam. Daun pisang yang masih lembaran dan telah
20
dipisahkan dari pelepahnya dapat dijadikan suwiran sehinggamenjadi lembaran-
lembaran kecil dengan ukuran 0,5-1 cm memanjang
b. Bahan Pembantu
Bahan pembantu merupakan pelengkap dari proses anyaman . Bahan ini tidak
selalu dibutuhkan.
1) Lem
Untuk menguatkan dan menyambung anyaman sering menggunakan bahan
pelengkap yang berupa lem. Lem ini terdiri dari lem putih (untuk mengelem kayu,
plastik, kain) dan lem kertas.
2) Paku
Untuk kerajinan anyam terapan sering menggunakan bahan bentuk paku, rotan
sebagai pengikat agar tak mudah lepas.
3) Pelitur/Vernis
Disamping untuk mengkilapkan hasil anyaman vernis ini juga dapat dipakai
sebagai pengikat/perekat susunan anyaman sehingga karya anyaman bertabah kuat
dan tidak mudah lepas.
4) Pewarna
Banyak bahan-bahan anyaman yang sudah mempunyai pewarnaan asli (warna;
kayu,bambu , rotan) tetapi banyak pula yang perlu mendapat tambahan pewarnaan
seperti; mending, seratan bambu, seratan pandan. Ada beberapa bahan pewarna di
antaranya; naptol, sepuhan, cat air.
21
2.4.3 Alat Kerajinan Menganyam
Alat Merupakan benda yang tidak kalah pentingnya dalam pembuatan suatu
kerajinan menganyam. Dengan tersediannya kelengkapan alat yang memadai juga
akan menentukan kualitas suatu karya anyaman.
a. Pisau
Pisau khusus untuk membantu prosesnya bahan anyaman memiliki bentuk yang
khusus pula, karena hal ini disesuaikan dengan cara penggunaannya. Pisau ini
dirancang agar mudah digunakan untuk mengirat (meraut) bambu agar menjadi
tipis-tipis serta untuk menghalusikan iratan bambu.
b. Gergaji potong
Gunanya untuk memotong bambu yang akan dipecah-pecah menjadi bagian-
bagian dengan ukuran 0,5-1 cm. Gergaji ini untuk menghilangkan ruas-ruas
bambu. Gergaji potong berbeda dengan gergaji belah. Lebih jelasnya Anda dapat
amati gambar di bawah.
c. Gunting
Untuk memotong lembaran iratan bambu , kertas, plastik, kain, karet, dan lain-
lain. Sehingga menjadi lembaran-lembaran panjang.
d. Cutter
Untuk memotong lembaran-lembaran kertas,plastik, karet,kain yang akan
dijadikan bahan anyaman. Pisau ini lebih tajam dari pisau biasa. Maka diingatkan
kepada Anda agar alat pemotong cutter ini dirawat dengan hati-hati.
e. Kuas
Dipergunakan untuk mengoles lem dan cat sebagai bahan pelengkap kerajinan
anyaman.
22
f. Penggaris
Dalam kegiatan kerajinan anyam penggaris ini disamping sebagai alat pengukur
juga dapat dipakai sebagai alat bantu memotong kertas dengan cutter atau pisau
agar lurus dan mudah memotongnya. Tetapi sebaiknya menggunakan penggaris
dari bahan logam.
g. Uncek
Uncek bentuknya menyerupai jarum besar. Uncek ini digunakan untuk membuat
lobang-lobang tali agar bahan tali dapat dengan mudah dimasukan untuk
menguatkan ikatan. Dalam anyaman motif merupakan salah satu pendukung
proses menganyam. Motif anyam itu sebelumnya juga hasil proses pemikiran atau
gagasan dari si penciptanya.
2.4.4 Jenis Motif Menganyam
Menurut Takari (2007: 17) motif anyaman adalah kerajinan anyaman
untuk memerindah bentuk, membedakan warna, dan memperkuat struktur
anyaman. Setiap jenis anyaman dapat dikombinasikan sehingga menghasilkan
motif-motif lain yang lebih unik, indah dan menarik. Pada dasarnya motif karya
kerajinan anyaman dibuat dengan tiga cara, yaitu:
a. Menganyam Dasar Tunggal
Menganyam dasar tunggal berarti menganyam dengan selang satu, yaitu sekali
baris lungsin dan sekali baris pakan. Pada gambar dibawah ini lungsin
digambarkan pada arah yang membujur, sedangkan pakan digambarkan pada
arah yang melintang.
b. Menganyam Dasar Ganda
23
Menganyam dasar ganda berarti menganyam berselang dua yaitu dua kali arah
lungsin dan dua kali arah pakan. Bahan anyaman dapat dipilih yang sama
dalam warna dan ukuran, tetapi dapat juga berbeda.
c. Menganyam Kombinasi
Menganyam kombinasi berarti menganyam berdasarkan corak tertentu. Bahan
lungsin dan pakan yang digunakan biasanya berbeda dalam warna atau
ukurannya.
2.5 Metode Demonstrasi
2.5.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara tujuan pembelajaran melalui
tahapan tertentu atau langkah-langkah yang lebih prosedural. Sanjaya (2010:
187), menjelaskan bahwa metode pembelajaran merupakan cara merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan. Menurut Djamarah (1991: 72), menjelaskan
metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran berarti cara dalam proses
pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.
Macam-macam metode pembelajaran menurut (Sumiati dan Asra, 2009:
78) antara lain adalah sebagai berikut : Metode pemecahan masalah, Metode
tanya jawab, Metode diskusi, Metode kerja kelompok, Metode demonstrasi &
eksperimen, Metode sosiodrama dan bermain peran, Metode pemberian tugas
belajar & resitasi, Drill pemberian latihan, Metode ceramah.
24
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
merupakan alat atau cara yang digunakan untuk merubah suatu keadaan yang
diinginkan pada pembelajaran agar memperoleh hasil yang maksimal.
2.5.2 Pengertian Metode Demonstrasi
Kata lain dari demonstrasi adalah peragaan. Menurut Sanjaya (2006: 152),
metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi,
atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode
penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.
Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan,
akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret dalam
strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Sementara itu, Muhibbin Syah (2006: 208) mendifiniskan demonstrasi
sebagai metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan
dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang sedang disajikan. Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad (2006: 8)
mengemukakan metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan meragakan,
mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di
luar kelas.
Beberapa pendapat di atas mengenai metode demonstrasi memiliki fokus
yang sama, yakni pada peragaan untuk dipertontonkan kepada siswa. Dalam
konteks kegiatan pembelajaran, demonstrasi merupakan peragaan yang dilakukan
25
oleh guru atau orang lain untuk mempertunjukkan kepada siswa tentang proses
terjadinya peristiwa, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kontekstualisasi pengertian demonstrasi di atas dengan meningkatkan hasil
belajar siswa, yakni guru atau orang lain memperagakan pembuatan kerajinan
anyaman kepada siswa untuk diamati dan diulangi cara pembuatannya.
2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Setiap metode yang digunakan untuk pembelajaran terdapat kelebihan dan
kekurangan, begitu juga dengan metode demonstrasi. Metode demonstrasi
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Aswan Zain (2006: 91)
Kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi akan dijabarkan pada tabel berikut
ini.
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
No. Kelebihan Kekurangan
1. Dapat membuat pembelajaranmenjadi jelas dan lebih konkrit,sehingga menghindari verbalisme
Metode ini memerlukanketerampilan guru secara khusus,karena tanpa ditunjang dengan halitu, pelaksanaan demonstrasi akantidak efektif
2. Siswa lebih mudah memahami apayang dipelajari
Fasilitas seperti peralatan, tempat,dan biaya yang memadai tidak selalutersedia dengan baik
3. Proses pembelajaran lebih menarik Demonstrasi memerlukan kesiapanatau perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yangcukup panjang yang mungkinterpaksa mengambil waktu atau jampelajaran lain.
26
4. Siswa dirangsang untuk aktifmengamati, menyesuaikan antarateori dengan kenyataan, danmencobanya melakukan sendiri
Sumber: Azwan Zain (2006: 91)
Selain pendapat di atas, Menurut Syaiful Sagala (2010: 211) kebaikan dan
kekurangan metode demonstrasi juga akan dijabarkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Kebaikan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
No. Kebaikan Kekurangan
1. Perhatian siswa dapat dipusatkankepada hal-hal yang dianggappenting oleh guru sehingga halyang penting itu dapat diamatisecara teliti
Derajat verbalisme kurang, pesertadidik tidak dapat melihat ataumengamati keseluruhan benda atauperistiwa yang didemonstrasikan
2. Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satusaluran pikiran yang sama
Untuk demonstrasi digunakan alat-alat khusus
3. Ekonomis dalam jam pelajaran disekolah dan ekonomis waktu yangpanjang dapat diperlihatkanmelalui demonstrasi dengan waktupendek
Dalam mengadakan pengamatandiperlukan pemusatan perhatian
4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan hanyadengan membaca danmendengarkan, karena muridmendapatkan gambaran yang jelasdari hasil pengamatan
Tidak semua demonstrasi dapatdilakukan di kelas
5. Karena gerakan dan prosespertunjukan, maka tidakmemerlukan keterangan-keterangan yang banyak
Memerlukan banyak waktu
6. Beberapa persoalan yangmenimbulkan pertanyaan ataukeraguan dapat diperjelas waktuproses demonstrasi
Sumber: Syaiful Sagala (2010: 211)
27
Perbedaan dari dua pandangan mengenai kelebihan dan kekurangan
metode demonstrasi di atas memandang verbalisme sebagai kelebihan dan
kekurangan.
Menurut Syaiful Sagala (2010: 211), verbalisme dapat mendukung
peragaan kegiatan pembelajaran, sementara Zain (2006: 91), menganggap
verbalisme dihindari dan difokuskan pada peragaan. Perbedaan ini kemudian
menyimpulkan bahwa verbalisme dapat digunakan dalam metode demonstrasi
disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas. Artinya, guru dapat memfokuskan
materi pembelajaran berdasarkan kondisi keaktifan belajar siswa. Apabila siswa
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, maka verbalisme lebih difokuskan
dibandingkan dengan peragaan. Sebaliknya, apabila siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran, maka peragaan lebih difokuskan daripada verbalisme. Perbedaan
lainnya terletak pada pengamatan. Menurut Zain, metode demonstrasi dapat
merangsang siswa untuk melakukan “pengamatan” lebih dekat terhadap materi
yang diajarkan, sehingga itu menjadi kelebihan. Sementara Sagala memandang
“pengamatan” sebagai kelemahan karena membutuhkan pemusatan perhatian.
Pada penggunaan alat-alat peraga, baik Zain maupun Sagala sama-sama
memandang sebagai kekurangan dalam metode demonstrasi. Kekurangannya pada
ketersedian alat dan tempat yang tidak di setiap sekolah memilikinya. Selain itu,
Zain dan Sagala, memandang metode demonstrasi membutuhkan waktu yang
cukup lama, sehingga dibutuhkan kesiapan yang matang dalam kegiatan
pembelajaran. Kesamaan lainnya juga terdapat pada menarik perhatian siswa
untuk melihat secara langsung peragaan materi yang akan dipelajari.
28
2.5.4 Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi
Mengimplemantasikan metode demonstrasi membutuhkan langkah-
langkah untuk meningkatkan hasil belajar. Hasibuan dan Mujiono (2006: 31)
merumuskan langkah-langkah metode pembelajaran demonstrasi, sebagai berikut:
1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang
diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan; 2)
Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar
dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan ; 3) Alat-alat yang diperlukan untuk
demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu
supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; 4) Jumlah siswa memungkinkan
untuk diadakan demonstrasi dengan jelas; 5) Menetapkan garis-garis besar
langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi
dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya; 6)
Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi
kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaanpertanyaan dan komentar
selama dan sesudah demonstrasi; 7) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal
yang harus diperhatikan: a. Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas
oleh siswa. b. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap
siswa dapat melihat dengan jelas. c. Telah disarankan kepada siswa untuk
membuat catatan-catatan seperlunya.
Selain itu menurut Muhammad Ali (2010: 85-86) langkah-langkah
penerapan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:
29
1. Merumuskan kecakapan atau ketrampilan yang hendak dicapai setelah
demonstrasi.
2. Mempertimbangkan penggunaan metode yang tepat dan efektif untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan.
3. Memilih alat yang mudah didapat, dan mencobanya sebelum
didemonstrasikan supaya tidak gagal saat diadakan demonstrasi.
4. Menetapkan langkah-langkah yang akan dilaksanakan.
5. Memperhitungkan waktu yang tersedia.
6. Pelaksanaan demonstrasi.
7. Membuat perencanaan penilaian terhadap kemajuan peserta didik.
Langkah-langkah sebagaimana disebutkan di atas akan dapat
mengantarkan peserta didik untuk memperoleh pemahaman dan kecakapan sesuai
dengan tujuan demonstrasi itu sendiri.
2.6 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan
hasil belajar siswa telah banyak dilakukan. Penelitian yang relevan dengan
penelitian ini adalah Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Menggambar Buah-Buahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi di Kelas
VII SMP IT” yang dilakukan oleh Lestari (2012: 34). Hasil penelitannya sangat
memuaskan, yakni peningkatan yang sangat signifikan dari uji coba yang
dilakukan melalui 2 siklus. hasil belajar pada tiap siklus terjadi peningkatan, yaitu
nilai rata-rata kelas Siklus I mencpai 73,18 dengan siswa yang tuntas belajar 14
siswa atau 45,16%. Siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 83,91, siswa yang
30
mengalami tuntas belajar sebanyak 27 siswa atau 87,10%. Dari hasil penelitian di
atas memiliki relelevansi dengan penelitian yang akan yaitu, pada fokus penelitian
pada mata pelajaran yang sama yaitu SBK dan menggunakan metode demonstrasi,
walaupun materi yang dikaji berbeda.
Selanjutnya penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknik Kolase Melalui Produk Kerajinan
Tangan Dalam Mata Pelajaran SBK di SDN Desa Lama Kec. Hamparan Perak”
yang dilakukan oleh Maria (2012: 42). Penelitian ini berkesimpulan peningkatan
aktivitas siswa terlihat sebagai berikut: pada siklus I rata-rata dari jumlah seluruh
aspek yang diamati adalah 53,7%, pada siklus II jumlah rata-rata meningkat
menjadi 80.0%. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa yang terlihat pada
ketuntasan siswa dalam menyelesaikan karya kerajinan teknik kolase sebagai
berikut: karya sebelumnya tanpa menggunakan metode demonstrasi siswa yang
tuntas 10 orang (33,3%) dan setelah menggunakan metode demonstrasi pada
siklus I jumlah siswa yang tuntas 16 orang (53,3%), dan pada siklus II jumlah
siswa yang tuntas mencapai 28 orang (93,3%). Dari hasil penelitian di atas juga
memiliki relelevansi dengan penelitian ini yaitu, pada fokus penelitian pada mata
pelajaran yang sama yaitu SBK dan menggunakan metode demonstrasi, walaupun
materi yang dikaji berbeda.
Penelitian yang relevan selanjutnya adalah “Penerapan Metode
Demonstrasi Berbantuan Media Daun Pisang Untuk Meningkatkan Keterampilan
Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Pada Anak TK.” penelitian
yang dilakukan Sukerti (2013: 47). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
31
siklus I persentase keterampilan motorik halus adalah 61,37% berada pada
katagori cukup. Terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 83,65% dengan
katagori baik, hal tersebut menandakan bahwa terdapat peningkatan keterampilan
motorik halus pada anak kelompok B TK Kusuma Dharma Tukad Mungga pada
siklus I dan siklus II sebesar 22,28%. Jadi penerapan metode demonstrasi dengan
berbantuan media daun pisang melalui kegiatan menganyam dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus pada anak kelompok B TK Kusuma Dharma Tukad
Mungga Kecamatan/Kabupaten Buleleng semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
Dari hasil penelitian di atas juga memiliki relelevansi dengan penelitian ini yaitu,
pada fokus penelitian pada materi yang sama yaitu tentang menganyam dan
menggunakan metode demonstrasi.
Perbedaan hasil penelitian yang relepan dengan penelitian ini adalah :
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012:34), hanya menekankan pada
peningkatan hasil belajar siswa pada menggambar buah-buahan dan dilaksanakan
di Kelas VII SMP sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Maria (2012: 42),
Meningkatkan Hasil Belajar dan aktivitas Siswa pada Teknik Kolase di SD dan
selselanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sukerti (2013: 47).meningkatkan
motorik halus dengan bantuan media daun pisang pada anak TK.
Perbedaan penelitian ini dari ke tiga penelitian diatas adalah penelitian ini
menekankan pada peningkatan tiga aspek yaitu : 1. Meningkatkan efektivitas
mengajar guru, 2. Meningkatkan aktivitas belajar sisawa, 3. Meningkatkan hasil
belajar siswa materi kerajinan anyaman pada mata pelajaran SBK di SD Kelas
32
VI. Selain Materi dan jenjang sekolah, bahan dan alat yang digunakan juga
berbeda. Penelitian ini menggunakan bahan dari alam yaitu bahan anyaman dari
bambu .
2.7 Kerangka Pikir
Kerajinan anyaman sebagai materi pembelajaran di Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) menuntut aktivitas belajar sebagai upaya merangsang daya
berpikir siswa untuk berimajinasi dan berkreasi. Akan tetapi, hasil survey awal
yang temukan, metode pembelajaran terkesan monoton. Artinya, dalam kegiatan
pembelajaran, siswa dijadikan sebagai objek sehingga guru secara aktif
menyampaikan penjelasan-penjelasan tanpa melibatkan siswa lebih aktif dalam
materi kerajinan anyaman. Selain itu, ketidak pedulian siswa terhadap materi
pembelajaran tercipta situasi belajar yang tidak kondusif. Olehnya itu,
dibutuhakan metode demonstrasi sebagai strategi pembelajaran. Memperagakan
materi kerajinan anyaman kepada siswa untuk dicermati dan dipraktikkan
dipandang sebagai metode pembelajaran yang efektif dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini, kerangka pikir digunakan sebagai alur pemikiran
peneliti dalam rangkaian kegiatan penelitian. Berlandaskan uraian di atas, maka
kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
33
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Siswa:
1.Sebagai pusat pembelajaran2. Perhatian tertuju pada materi3. Memperoleh pengalaman langsung4. Aktif dan terampil5. Belajar menemukan suatu konsep
materi
Guru:
1. Sebagai mediator2. Menyajikan pembelajaran lebih
jelas dan konkrit3. Memberikan pengalaman langsung
kepada siswa4. Menggunakan alat peraga
Hasil Belajar dalam Keterampilanmenganyam masih rendah
Metode Demonstrasi
Hasil Belajar Siswa pada materi menganyamdapat meningkat
Penyebabnya:
1. Guru hanya menggunakan metode ceramah2. Pembelajaran hanya berpusat pada guru3. Pembelajaran abstrak dan berdasarkankan pada
hafalan4. Siswa secara pasif menerima informasi dari guru
Kondisi awal
34
2.8 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang, kajian teori dan kerangka pikir
diatas, hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah:
2.8.1 Jika guru menggunakan metode demonstrasi, maka efektifitas mengajar
guru pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan (SBK) materi
Kerajinan Anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari
Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe akan meningkat.
2.8.2 Jika guru menggunakan metode demonstrasi, maka aktivitas belajar siswa
pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan (SBK) materi Kerajinan
Anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan
Tongauna Kabupaten Konawe akan meningkat.
2.8.3 Jika guru menggunakan metode demonstrasi, maka hasil belajar siswa
pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan (SBK) materi Kerajinan
Anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan
Tongauna Kabupaten Konawe akan meningkat.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penlitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Penggunaan penerapan penelitian tindakan di dalam kelas, selain
sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, diharapkan akan mampu
mendorong guru memiliki kesadaran diri melakukan refleksi dan kritik diri
terhadap aktifitas pembelajaran yang diselenggarakannya. Susilo (2007:16)
menyatakan tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penilitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2017 di SD
Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe
3.3 Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VI SD Negeri 2
Sendang Mulyasari yang berjumlah 18 orang.
3.4 Faktor yang Diteliti
Untuk menjawab Rumusan masalah di atas, maka ada beberapa hal yang
harus dikaji dalam penelitian ini antara lain: 1) efektivitas guru; 2) aktivitas siswa;
3) hasil belajar siswa menggunakan metode demonstrasi. Secara rinci akan
dijelaskan sebagai berikut.
36
a. Menganalisis efektivitas mengajar guru menggunakan metode demontrasi
dalam meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman pada mata pelajaran
SBK
b. Menganalisis aktivitas belajar siswa menerapkan metode demonstrasi
dalam meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman pada mata pelajaran
SBK
c. Menganalisis hasil belajar rakerajinan anyaman siswa pada mata pelajaran
SBK dengan menggunakan metode demonstrasi
3.5 Desain dan Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, langkah awal yang dilakukan adalah survey awal,
yakni melakukan pengamatan secara langsung mengenai aktivitas belajar siswa
sebagai landasan merumuskan fokus penelitian. Survey dilakukan melalui
pengamatan aktifitas guru dan murid dalam proses pembelajaran. Observer juga
melakukan pengamatan pada interaksi guru dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran (Sugioyono, 2012:311). Dari hasil survey awal, maka dilakukan
evaluasi. Setelah evaluasi, maka dalam refleksi ditetap kantindakan yang
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman melalui metode
demonstasi.
Adapun model Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan yaitu model
Arikunto dkk (2015:42 ) dapat dilihat pada gambar berikut ini.
37
Gambar 3.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan, Arikunto (2015:42 )
Berdasarkan model penelitian tindakan di atas, maka langkah-langkah
yang harus dilakukan penelitian adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan, dan membuat rencana tindakan,
termasuk didalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Observasi/Evaluasi
Dalam melakukan pengamatan, peneliti mengamati perilaku siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, mengamati interaksi siswa, mengamati
penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan mengamati
penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.
Perencanaan
SIKLUS I
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
Perencanaan
Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Pelaksanaan
38
d. Refleksi
Pada tahapan ini, peneliti dan observer mendiskusikan hasil observasi
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti dan observer
mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang terjadi pada siklus pertama.
Kelebihan yang ada akan dijadikan acuan pada siklus kedua dan adapun
kekurangannya didiskusikan bersama dan mencari cara penyelesaiannya.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
a. Penggunaan teknik tes hasil belajar, yaitu data hasil belajar seni budaya
dan keterampilan setelah menggunakan metode demonstrasi yang
dilakukan pada setiap akhir siklus penelitian.
b. Penggunaan teknik non tes yaitu berupa pengamatan atau Observasi. Data
tentang pelaksanaan belajar mengajar berdasarkan skenario pembelajaran
metode demonstrasi yang terwujud dalam lembar observasi kegiatan guru
dan siswa selama proses pembelajaran
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif dengan pendekatan kualitatif dalam bentuk persentase, nilai rata-rata,
serta disajikan dalam bentuk table. Analisis deskriptif kualitatif digunakan pula
untuk mengukur indikator kinerja berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Teknik analisis data secara rinci sebagai berikut:
39
1. Analisis Keefektifan Mengajar Guru
Keefektifan mengajar guru adalah segala tahapan yang dilakukan guru selama
proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, Inti dan kegiatan akhir
pembelajaran. Data observasi tersebut selanjutnya akan diolah dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Membuat tabulasi data
b. Menentukan keefektifan mengajar guru dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Skor yang DiperolehPersentase Keberhasilan = x 100
Skor Maksimal
Kemudian hasil perhitungan persentase keberhasilan tindakan pada masing-
masing tahap pembelajaran yang diperoleh akan dibandingkan dengan penentuan
skor klasifikasi pada table berikut ini.
Tabel 3.1 Penentuan skor klasifikasi Observasi
Persentase keberhasilanTindakan
Taraf Keberhasilan
85%-100% Sangat Baik70%-84% Baik65%-69% Cukup Baik50%-64% Kurang0%-49% Sangat Kurang
(Sumber: Moelong dalam Lestari, 2015: 55)
2. Analisis Aktivitas Belajar Siswa
Dalam menganalisis data aktivitas siswa dilakukan dengan cara
mendeskripsikan setiap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Penilaian
dapat dilihat dari skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase
perolehan skor pada lembar observasi dikualifikas iuntuk menentukan seberapa
40
besar aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus
persentase diperoleh dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada tiap pertemuan
pembelajaran dengan menggunakan lembarobservasi. Data observasi tersebut
selanjutnya akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat tabulasi data
a. Menentukan keefektifan mengajar guru dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Skor yang DiperolehPersentase Keberhasilan = x 100
Skor Maksimal
Kemudian hasil perhitungan persentase keberhasilan tindakan pada masing-
masing tahap pembelajaran yang diperoleh akan dibandingkan dengan penentuan
skor klasifikasi pada tabelberikut ini:
Tabel 3.2 Penentuan skor klasifikasi Observasi
Persentase keberhasilanTindakan
Taraf Keberhasilan
85%-100% Sangat Baik70%-84% Baik65%-69% Cukup Baik50%-64% Kurang0%-49% Sangat Kurang
(Sumber: Moelong dalam Lestari, 2015: 56)
3. Analisis Hasil Belajar Siswa
Untuk menghitung hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Nilai siswa
Nilai siswa secara individu ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh siswa
pada tes yang dilakukan dengan rumus:
41
Skor Perolehan SiswaPersentase Keberhasilan = x 100
Skor Maksimum
b. Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan klasikal ditentukan berdasarkan persentase ketuntasan individu
siswa pada setiap siklus pembelajaran dengan rumus sebagai berikut.
%100 tuntas% xn
fi
N : Jumlah siswa secara keseluruhan
fi : Jumlah siswa pada kategori ketuntasan belajar
(Sumber: Moelong dalam Lestari, 2015: 57)
3.8 Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini meliputi indikator proses
dan hasil pembelajaran sebagai berikut:
3.8.1 Dari segi proses, indikator keberhasilan penelitian ini tercapai bila skor
Efektivitas mengajar guru dalam melaksanakan skenario pembelajaran
pembelajaran minimal mencapai 90%. (Kategori sangat baik)
3.8.2 Dari segi proses, indikator keberhasilan penelitian ini tercapai bila skor
aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran minimal 85%
(berkategori sangat baik atau aktif).
3.8.3 Dari segi hasil, indikator keberhasilan tindakan pemanfaatan metode
demonstrasi dalam pembelajaran SBK tercapai bila minimal 85% (KKM
Klasikal) siswa memperoleh skor minimal 75 (KKM Individu).
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1Kegiatan Pendahuluan
Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi awal sehingga diperoleh
informasi bahwa masih banyak siswa kurang memperhatikan saat pembelajaran
berlangsung. Sehingga pembelajaran hanya terfokus pada guru. Hal ini
disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan guru yang mengakibatkan
kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Sebelum melakukan tindakan, peneliti memberikan tes awal tertulis pada
siswa. Pemberian tes awal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
agar dapat diketahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah
dilaksanakannya perlakuan-perlakuan dalam penelitian. Tes awal tersebut berisi
soal-soal tentang materi kerajinan anyaman. Untuk lebih jelasnya hasil tes awal
siswa kelas VI SD Negeri Sendang Mulyasari dapat di lihat pada tabel 4.1
dibawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Tes Awal Pra Siklus
No Nama Siswa Nilai Siswa Keterangan
1 Marselinus Ariel Dhio 70 Tidak Tuntas
2 Umi Nurjanatin 75 Tuntas
3 Yakobus Riko Yudasta 75 Tuntas
4 Nerin Suryani 70 Tidak Tuntas
43
5 Muh. Ilham 75 Tuntas
6 Dhea Ramdani 60 Tidak Tuntas
7 Ilham Farid Alpandi 50 Tidak Tuntas
8 Setya Ananda Kumara 80 Tuntas
9 Bernikem Ana Tasya 65 Tidak Tuntas
10 Isyara Ayu Dwi Anjani 55 Tidak Tuntas
11 Anisa Nurbaiti Ningrum 45 Tidak Tuntas
12 Anggun Tiara Wati 85 Tuntas
13 Dendi Iswantoro 65 Tidak Tuntas
14 Antonius Adi Saputra 65 Tidak Tuntas
15 Iyan Abimayu 80 Tuntas
16 Lidiya Firmaningsi 65 Tidak Tuntas
17 Khatima Sari Dewi 65 Tidak Tuntas
18 Diki Prasetyo 70 Tidak Tuntas
Rata-Rata 67,50
756 orang
(33.33%)
7512 orang(66.67%)
(Sumber: Data diolah dari hasil tes awal pra siklus, 2017)
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari hasil tes awal hasil belajar SBK
siswa masih rendah pada materi keterampilan menganyam. Hal ini terlihat dari
jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75 hanya sebanyak
6 orang atau 33,33% dari jumlah siswa. Siswa yang memperoleh nilai dibawah 75
sebanyak 12 orang atau 66,67% dari jumlah siswa. Rata-rata nilai siswa pada tes
awal ini adalah 67,50.
44
Berdasarkan hasil tes awal tersebut maka peneliti akan melakukan tindakan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dalam
pembelajaran keterampilan menganyam.
4.2. Tindakan Siklus I
4.2.1 Pertemuan Pertama
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan
beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Setelah
berkonsultasi dengan Observer, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pertemuan pertama pada
tindakan siklus I.
b. Menyiapkan media yang akan digunakan guru pada saat pelaksanaan tindakan.
c. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas.
d. Membuat lembar kerja siswa (LKS)
e. Membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus I
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti, sementara Teman sejawat
(Wayan Rita, S.Pd) bertindak sebagai observer untuk mengamati kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari jumat tanggal 4 maret 2017. Kegiatan
45
pembelajaran diawali dengan guru mengucap salam, dilanjutkan menanyakan
kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Guru langsung memulai pembelajaran
dengan memperlihatkan contoh kerajinan anyaman kepada siswa agar siswa
memiliki gambaran tentang kerajinan anyaman. Guru tidak memberikan apersepsi
kepada siswa.
Mengawali kegiatan inti, guru menjelaskan materi kerajinan anyaman
kepada siswa. Pada saat guru menjelaskan materi pembelajaran banyak siswa
yang tidak memperhatikan dan bercakap-cakap dengan teman sebangkunya. Siswa
juga tidak diarahkan untuk mencatat. Selanjutnya guru mendemonstrasikan cara
menganyam dari kertas untuk menjelaskan pengertian menganyam dilanjutkan
dengan guru mendemonstrasikan apa saja bahan dan alat yang digunakan dalam
menganyam.
Guru mengorganisasikan siswa kedalam 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang. Pembagian kelompok ini berdasarkan dari
nilai tes awal yang diperoleh masing-masing siswa. Dalam tiap kelompok
kemampuan siswa bervariasi, ada siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah. Pembagian kelompok dengan cara bervariasi ini bermaksud
agar semua kelompok aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru
mengarahkan tiap kelompok untuk menyelesaikan LKS yang tela dibagikan guru
dalam kelompoknya masing-masing. Kemudian guru hanya membantu kelompok
yang bermasalah. Namun selama proses pembelajaran berlangsung tidak semua
kelompok diberi bimbingan oleh guru Kemudian guru menunjuk secara acak satu
orang dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di
46
depan kelas dan kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya. Dari hasil yang
diperoleh siswa terlihat bahwa masih ada kelompok yang belum begitu mengerti
bahan dan alat yang digunakan dalam menganyam.
Namun karena jam pelajaran akan segera usai, hanya 2 kelompok yang
sempat mempresentasikan hasil kerjanya. Dengan sisa waktu yang ada, guru
bersama dengan siswa kemudian menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Sebelum menutup pelajaran, dan tidak memberikan penilaian terhadap hasil kerja
siswa. Hal ini disebabkan karena waktu tidak cukup
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengobservasi proses
pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi untuk
guru lampiran 3 dan aktivitas siswa.
3. Observasi
Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan untuk pertemuan
pertama pada siklus I adalah proses pembelajaran sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Selain itu juga dilihat aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Hasil observasi pada pertemuan I diuraikan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.2: Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan Pertama pada Siklus I
No Aspek yang DiamatiTerlaksana
KomentarYa Tidak
Kegiatan Awal1 Guru mengucapkan salam √ Guru memberi salam
kepada siswa
47
2Guru menjelaskan tujuanpembelajaran
√ Tidak menjelaskantujuan pembelajaran
3Guru memberikan apersepsi terkaitdengan materi pembelajaran
√ Tidak memberikanapersepsi
4.Guru memulai pembelajaran denganmemperlihatkan contoh kerajinananyaman
√memperlihatkancontoh kerajinananyaman
Kegiatan Inti
1 Guru menjelaskan materi kerajinananyaman kepada siswa
√menjelaskan materikerajinan anyaman
2Guru mengarahkan siswa untukmencatat langkah-langkahpembuatan kerajinan anyaman
√Tidak mengarahkansiswa untuk mencatat
3Guru mendemontrasikan pembuatankerajinan anyaman
√Guru memberikancontoh membuatkerajinan anyaman
4
Guru mengarahkan siswamengulangi membuat kerajianananyaman yang telahdidemonstrasikan
√
Tidak mengarahkansiswa untukmengulang apa yangdi demonstrasikan
5Guru membentuk kelompok yangterdiri dari 4 dan 5 siswa
√Guru mengarahkansiswa untukmembentukkelompok
6 Guru memantau setiap kelompokdalam pembuatan
√Guru tidakmemantau setiapkelompok
7 Guru membantu kelompok yangmendapat masalah
√Guru hanyamembantu kelompokyang bermasalah
8 Guru menjelaskan kepada siswaketika memberikan bantuan
√Guru memberikanpenjelasan ketikasiswa minta bantuan
9Guru memberikan kesempatankepada siswa untukmempresentasikan didepan kelas
√
Guru memberikankesempatan kepadasiswamempresentasikanpembuatan kerajinananyaman melaluimetode demonstrasi
48
Kegiatan Penutup
1Guru memberikan kesimpulanterhadap pembelajaran yang telahdilakukan
√
Guru menarikkesimpulan dariproses pemberlajaranpembuatankerajinana anyaman.
2 Guru memberikan penilaianterhadap hasil kerja siswa.
√Guru tidakmemberikanpenilaian terhadaphasil kerja siswa.
Jumlah aspek yang terlaksana 9
Jumlah aspek yang diobervasi 15
Persentase 60%
(Sumber: Olahan Data Penelitian siklus 1, 2017)
Berdasarkan pengamatan observasi pertemuan pertama pada siklus I terdapat
sembilan (9) aspek yang terlaksana atau 60% dari lima belas (15) aspek yang ada.
Capaian tersebut belum mencapai ketuntasan dengan harapan efektivitas mengajar
guru mencapai 85% dari indikator yang ditentukan. Hal ini disebabkan terdapat
enam (6) aspek atau 40% efektivitas guru yang tidak terlaksana. Hasil observasi
terhadap guru menunjukan hal-hal berikut :
a. Guru memulai pembelajaran dengan memperlihatkan contoh kerajinan
anyaman yang telah dibuat.
b. Guru menjelaskan materi tentang kerajinan anyaman kepada siswa
c. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah pembuatan anyaman bambu
d. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
e. Guru hanya membatu kelompok yang bermasalah.
f. Guru menjelaskan kepada siswa ketika memberikan bantuan.
49
g. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mewakili kelompoknya
memperagakan dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan
kelas.
h. Guru memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Selain pengamatan dilakukan terhadap efektivitas mengajar guru, observasi
juga dilakukan pada aktivitas siswa. Hasil observasi terhadap siswa menunjukan
hal-hal berikut:
Tabel 4.3: Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama pada Siklus I
No Aspek yang DiamatiTerlaksana
KomentarYa Tidak
1. Siswa menyimak penjelasanguru terhadap materi kerajinananyaman
√Siswa tidak menyimakpenjelasan materikerajinan anyaman.
2. Siswa mencatat langkah-langkah pembuatan kerajinananyaman
√Siswa tidak mencatatlangkah-langkahmembuat kerajinan.
3. Siswa mengamati demonstrasiyang dilakukan oleh guru √
Siswa melakukanpengamatan terdapapdemonstrasi yangdilakukan guru.
4. Siswa mengikuti arahan guruuntuk membentuk kelompok √
Siswamengelompokkan diriberdasarkan arahanguru
5. Siswa mengulangi pembuatankerajinan anyaman
√Siswa tidak mengulangipembuatan kerajinananyaman
6. Siswa bertanya kepada gurutentang langkah-langkah yangbelum dipahami
√
Siswa tidakmengajukan pertanyaanterkait langkahpembuatan kerajinananyaman
7. Siswa menyusun konsep √ Siswa berembukmenyusun konsep
50
Kerajinan anyaman pembuatan kerajinananyaman
8. Siswa membuat kerajinananyaman berdasarkan konsepyang telah disusun
√
Siswa membuatkerajinan anyamanberdasarkan hasilrembukan yang telahterkonsep.
9. Siswa mempresentasikankonsep yang telah dibuat √
Siswamempresentasikankonsep pembuatankerajinan anyamanyang dibuat
10. Siswa menilai hasil karyakerajinan anyaman kelompoklain
√Siswa tidak melakukanpenilaian terhadap hasilkarya anyamankelompok lain.
11 Siswa mengomentari hasilkarya kelompok lain
√Siswa tidak memberitanggapan atas konsepkarya kelompok lain.
Jumlah aspek yang terlaksana 5
Jumlah aspek yang diobservasi 11
Persentase 45.45%
(Sumber: Olahan data Penelitian Siklus I, 2017)
Dari tabel di atas, terdapat lima (5) aspek aktivitas belajar yang terlaksana atau
45.45% dari 11 aspek yang ada. Jumlah persentase aktivitas belajar siswa yang
terlakasana tersebut belum mencapai target yang diharapkan guru. Terdapat enam
(6) aspek atau 54,55% aktivitas belajar siswa yang tidak terlaksana. Beberapa
faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut.
a. Tidak semua siswa memperhatikan penjelasan guru.
b. Siswa tidak mencatat langkah-langkah pembuatan kerajinan anyaman yang
telah diberikan guru.
c. Siswa tidak selalu berada dalam kelompoknya.
d. Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan walaupun tidak paham.
51
4.2.2 Pertemuan Kedua
1. Perencanaan
Yang dilakukan pada tahap ini adalah mempersiapkan hal-hal yang dapat
menunjang maksimalnya pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua. Hal-hal
yang dipersiapkan untuk pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua adalah:
a. Membuat rencana perbaikan pembelajaran untuk pertemuan kedua pada
tindakan siklus I.
a. Menyiapkan lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas.
b. Menyiapkan lembar kerja siswa
2. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan kedua ini dilakukan perbaikan pembelajaran karena pada
pertemuan pertama belum tuntas terselesaikan. Guru mengawali pembelajaran
pada pertemuan kedua dengan memberi salam lalu memerintahkan ketua kelas
untuk memimpin doa bersama sebelum memulai pembelajaran, setelah itu guru
mengabsensi keahdiran siswa. Pada pertemuan kedua ini guru menjelaskan pada
siswa tentang jenis motif kerajinan anyaman. Kemudian guru menyampaikan
tujuan dalam pembelajaran serta memberi motivasi kepada siswa agar aktif dalam
pembelajaran. Tidak lupa guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan
mengingatkan kembali materi pada pertemuan yang sebelumnya.
Seperti halnya pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama, guru lalu
mengarahkan siswa untuk membentuk kelompoknya seperti pada pertemuan
pertama. Pada saat menyiapkan kelompoknya siswa gaduh, ada siswa yang
52
bertengkar dengan siswa kelompok lain karena ingin bertukar kelompok dengan
temannya di kelompok lain. Guru kemudian membimbing siswa untuk berkumpul
dengan teman-teman di kelompoknya seperti yang telah ditentukan sebelumnya,
sehingga tidak ada siswa yang berpindah kelompok. Setelah semua siswa berada
pada kelompoknya masing-masing, guru mengarahkan siswa untuk menyiapkan
bahan pembelajaran yang mereka miliki kemudian guru dibantu observer. Setelah
semua kelompok siap menerima materi guru menjelaskan materi dengan cara
mendemonstrasikan jenis motif anyaman tunggal, ganda dan kombinasi dengan
menggunakan media berupa kertas anyaman. Setelah itu guru memberikan
bantuan kepada siswa yang bermasalah. Kemudian guru memberi penjelasan Pada
tahap ini siswa cukup tertib. Setelah itu guru menunjuk secara acak perwakilan
dari masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan di depan kelas yang
telah mereka peragakan dengan kelompoknya.
Dari hasil pendemonstrasian dan presentase siswa menuliskan langkah-
langkah membuat motif anyaman dasar tunggal, ganda dan kombinasi, nampak
bahwa ada kelompok masih salah ketika menuliskan langkah-langkah tersebut.
Guru kemudian menjelaskan siswa langkah yang benar dari langkah-langkah yang
dilakukan dengan kerajinan anyaman.
3. Observasi/Evaluasi
Hal-hal yang diobservasi oleh peneliti pada pelaksanaan tindakan untuk
pertemuan kedua pada siklus I adalah keterkaitan proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dengan rencana perbaikan pembelajaran. Selain itu juga
53
dilihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Data hasil observasi pada
siklus I akan diuraikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4: Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan Kedua pada Siklus I
No Aspek yang DiamatiTerlaksana
KomentarYa Tidak
Kegiatan Awal1 Guru mengucapkan salam √ Guru memberi
salam kepada siswa
2Guru menjelaskan tujuanpembelajaran
√ Tidak menjelaskantujuan pembelajaran
3Guru memberikan apersepsi terkaitdengan materi pembelajaran
√ Tidak memberikanapersepsi
4Guru memulai pembelajaran denganmemperlihatkan contoh kerajinananyaman
√memperlihatkancontoh kerajinananyaman
Kegiatan Inti
1 Guru menjelaskan materi kerajinananyaman kepada siswa
√menjelaskan materikerajinan anyaman
2Guru mengarahkan siswa untukmencatat langkah-langkahpembuatan kerajinan anyaman
√Tidak mengarahkansiswa untukmencatat
3Guru mendemontrasikan pembuatankerajinan anyaman √
Guru memberikancontoh membuatkerajinan anyaman
4Guru membentuk kelompok yangterdiridari 4 siswa √
Guru mengarahkansiswa untukmembentukkelompok
5
Guru mengarahkan siswamengulangi membuat kerajianananyaman yang telahdidemonstrasikan
√
Tidak mengarahkansiswa untukmengulang apa yangdi demonstrasikan
6 Guru memantau setiap kelompokdalam pembuatan kerajinan
√ Guru tidakmemantau setiap
54
anyaman bambu kelompok
7Guru membantu kelompok yangmendapat masalah √
Guru hanyamembantukelompok yangbermasalah
8Guru menjelaskan kepada siswaketika memberikan bantuan
√Guru memberikanpenjelasan ketikasiswa minta bantuan
9Guru memberikan kesempatankepada siswa untukmempresentasikan didepan kelas
√Guru melakukanreview terhadaphasil kerja tiapkelompok
Kegiatan Penutup
1 Guru memberikan kesimpulanterhadap pembelajaran yang.
√Guru menyimpulkanmateri pembelajaran
2Guru memberikan penilaianterhadap hasil kerja siswa. √
Guru tidakmemberikanpenilaian terhadaphasil kerja siswa
Jumlah aspek yang terlaksana 11
Jumlah aspek yang diobervasi 15
Persentase 73.33%
(Sumber: Olah Data Penelitian Siklus 1, 2017)
Dalam upaya meningkatan efektivitas mengajar guru, maka observasi pada
pertemuan kedua pun dilakukan. Hasil observasi terhadap guru pada pertemuan
kedua menunjukan sebelas (11) aspek atau 73,33% yang terlakasana. Terdapat
peningkatan efektivitas belajar guru dari pertemuan pertama. Namun, peningkatan
tersebut belum sesuai dengan target yang diharapkan. Beberapa point yang
memengaruhi kurangnya efektivitas mengajar guru adalah sebagai berikut:
a. Guru tidak mengarahkan siswa untuk mencatat langkah-langkah pembuatan
kerajinan anyaman bambu.
b. Guru tidak mengamati dan membimbing siswa yang bekerja dalam kelompok.
55
c. Guru tidak mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman.
Selain melakukan pengamatan terhadap efektivitas mengajar guru, observasi
juga dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap siswa
diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5: Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua Pada siklus I
No Aspek yang Diamati
Terlaksana
Komentar
Ya Tidak
1. Siswa menyimak penjelasanguru terhadap materi kerajinananyaman
√Siswa materi kerajinananyaman yangdisampaikan guru
2. Siswa mencatat langkah-langkah pembuatan kerajinananyaman
√Siswa mencatat langah-langkah membuatkerajinan anyaman yangdidemonstrasikan guru
3. Siswa mengamati demonstrasiyang dilakukan oleh guru
√ Siswa mengamatiperagaan yang dilakukanguru
4. Siswa mengikuti arahan guruuntuk membentuk kelompok
√ Siswa mengelompokandiri berdasarkan arahanguru
5. Siswa mengulangi pembuatankerajinan anyaman
√Siswa tidak mengulangipembuatan kerajinananyaman yang dilakukanguru
6. Siswa bertanya kepada gurutentang langkah-langkah yangbelum dipahami
√Siswa tidak menanyakanlangkah pembuatanpembuatan kerajinananyaman yang belumdipahami
7. Siswa menyusun konsepKerajinan anyaman
√ Siswa menyusun konsepkerajinan anyaman secaraberkelompok
8. Siswa membuat kerajinananyaman berdasarkan konsepyang telah disusun
√Siswa membuat kerajinananyaman berdasarkankonsep yang telahdisepakati
56
9. Siswa mempresentasikankonsep yang telah dibuat
√ Siswa mempresentasikankonsep yang telahdisepakati.
10. Siswa menilai hasil karyakerajinan anyaman kelompoklain
√Siswa tidak menilai hasilkerajinan anyamankelompok lain
11 Siswa mengomentari hasilkarya kelompok lain
√ Siswa tidak memberikankomentar karya kerajinananyaman kelompok lain
Jumlah aspek yang terlaksana 7
Jumlah aspek yang diobservasi 11
Persentase 63.63%
(Sumber: Hasil Olahan Data Penelitian Siklus I, 2017)
Berdasarkan data di atas, sebanyak tujuh (7) aspek atau 63,63% yang
terlaksana dalam aktivitas belajar siswa dari 11 aspek yang diobservasi. Terdapat
empat (4) aspek atau 36,37% persen aspek yang tidak terlaksana. Data tersebut
menunjukkan belum tercapainya indikator keberhasilan aktivitas belajar siswa.
Beberapa hal yang mempengaruhi belum tercapainya indikator keberhasilan
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Siswa tidak mengajukan pertanyaan saat tidak paham.
b. Beberapa siswa tidak mencatat
Setelah pelaksanaan tindakan siklus I selama 2 kali pertemuan selesai
dilaksanakan, maka pertemuan selanjutnya dilaksanakan evaluasi siklus I.
Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 10 maret 2017 tanpa ada pembagian
kelompok lagi karena yang akan dilihat adalah hasil belajar dari masing-masing
siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar
kerajinan membuat anyaman setelah diterapkan pembelajaran.
57
Hasil tes tindakan siklus I menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar kerajinan anyaman siswa jika dibandingkan dengan hasil tes awal, yaitu
dari 33,33% (6 siswa) memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75 meningkat
menjadi 72,22% (13 siswa). Rata-rata perolehan hasil tindakan siklus I sebesar
77,35 hasil tes ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6: Skor Perbandingan Perolehan Siswa Pada Tes Awal dan Tes Siklus 1
NoNama Siswa Nilai Keterangan
Tes Awal Tes Siklus I
1 Marselinus Ariel Dhio 70 70 Tidak Tuntas
2 Umi Nurjanatin 75 80 Tuntas
3 Yakobus Riko Yudasta 75 75 Tuntas
4 Nerin Suryani 70 85 Tuntas
5 Muh. Ilham 75 80 Tuntas
6 Dhea Ramdani 60 80 Tuntas
7 Ilham Farid Alpandi 50 75 Tumtas
8 Setya Ananda Kumara 80 80 Tuntas
9 Bernikem Ana Tasya 65 70 Tuntas
10 Isyara Ayu Dwi Anjani 55 75 Tuntas
11 Anisa Nurbaiti Ningrum 45 70 Tidak Tuntas
12 Anggun Tiara Wati 85 85 Tuntas
13 Dendi Iswantoro 65 70 Tidak Tuntas
14 Antonius Adi Saputra 65 80 Tuntas
15 Iyan Abimayu 80 90 Tuntas
16 Lidiya Firmaningsi 65 75 Tuntas
17 Khatima Sari Dewi 65 70 Tidak Tuntas
58
(Sumber: Data Hasil Olahan Penelitian Siklus I, 2017)
Tabel 4.6 di atas menujukkan perolehan nilai tes awal pada pra siklus
sebanyak 6 orang siswa atau 33,33% yang memperoleh nilai di atas atau sama
dengan 75 dan 12 orang siswa atau 66,67% yang memperoleh nilai dibawah 75.
Selanjutnya, perolehan nilai tes siklus I mengalami peningkatan dengan hasil 13
orang siswa atau 72, 22% memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75 dan 5
orang siswa memperoleh nilai di bawah 75. Peningkatan perolehan nilai dari tes
awal hingga tes siklus I belum memenuhi indikator penilaian yang ditetapkan,
sehingga dibutuhkan siklus II sebagai bentuk evaluasi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
Tabel 4.7: Ketuntasan Hasil Belajar Secara Klasikal Siklus I
Tindakan Tes Awal Tes Siklus I
Rata-rata 67,50 76,94Ketuntasan Secara Klasikal 33,33% 72,22%
(Sumber: Olahan Data Penelitian, 2017)
4. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti dan guru secara kolaboratif mendiskusikan
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang terdapat pelaksanaan
tindakan siklus I untuk kemudian diperbaiki pada tindakan siklus II. Pada
18 Diki Prasetyo 70 75 Tuntas
Rata-Rata 67,50 76,94
756 orang
(33.33%)
13 orang
(72,22%)
75 12 orang(66.67%)
5 orang(27,78%)
59
tindakan siklus I, pembelajaran kerajinan anyaman bambu sudah cukup maksimal,
walaupun masih ada hal-hal yang belum terlaksana. Hal ini dapat dilihat dari rata-
rata ketuntasan rencana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru yang diikuti oleh siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan dialog antara guru dan peneliti, hal utama
penyebab tidak tuntasnya pelaksanaan pembelajaran terletak pada aspek interaksi
antar siswa dan aktivitas siswa, begitu pula interaksi antara guru dan siswa.
Selain itu, masih adanya siswa yang pasif dalam kegiatan kelompok.
Tabel 4.8: Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Oleh Guru dan Siswa
Siklus I
TindakanPertemuan I
(%)
Pertemuan II
(%)
Siklus IGuru 60% 73,33%
Siswa 45,45% 63,63%
(Sumber: Hasil Olahan Data Penelitian, 2017)
Persentase di atas belum memenuhi indikator kinerja yang diharapkan
yaitu 90%. Oleh karena itu, dari segi proses tindakan belum dapat dikatakan
berhasil.
Berdasarkan hasil observasi pengamat (Wayan Rita, S.Pd), Kelemahan-
kelemahan dan kekurangan pada siklus I berdasarkan hasil diskusi peneliti dan
guru adalah:
a. Faktor guru
1. Guru tidak memotivasi siswa belajar agar siswa lebih bersemangat dalam
belajar serta guru harus memberikan apersepsi.
60
2. Guru tidak bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerjasama dengan
teman kelompoknya.
3. Guru tidak selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti
4. Guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan
kegiatan dalam recana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran dapat terlaksana.
b. Faktor siswa
1. Masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru saat proses
pembelajaran berlangsung.
2. Masih ada sebagian siswa yang belum mampu mengemukakan pendapat
3. Masih ada siswa yang belum aktif dalam kelompoknya
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan siklus I, hasil belajar kerajinan anyaman
siswa meningkat dari tes awal meskipun ada yang peningkatannya tidak
signifikan. Persentase ini belum memenuhi indikator kinerja dari segi hasil seperti
yang diharapkan yaitu minimal 85% siswa memperoleh nilai minimal 75.
Meskipun hasil evaluasi belum mencapai indikator kinerja yaitu 85%
memperoleh nilai minimal 75, akan tetapi untuk melihat sejauh mana
peningkatannya, penelitian ini tetap akan dilanjutkan pada siklus II dan tentunya
kekurangan-kekurangan pada siklus I akan diperbaiki.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, pelaksanaan tidakan siklus I
belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga peneliti
61
bersama guru merencanakan tindakan siklus II. Kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki kelemahan dan
kekurangan sikllus I pada siklus II adalah:
1. Guru harus memotivasi siswa belajar agar siswa lebih bersemangat dalam
belajar serta guru harus memberikan apersepsi.
2. Guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa
yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerjasama
dengan teman kelompoknya.
3. Guru harus selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
4. Guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan
kegiatan dalam rencana pembelajaran dapat terlaksana.
4.3. Tindakan Siklus II
4.3.1 Pertemuan Pertama
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah
menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan.
Setelah berkonsultasi dengan Observer, peneliti melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pertemuan pertama pada
tindakan siklus II
b. Menyiapkan media yang akan digunakan guru pada saat pelaksanaan tindakan.
62
c. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama untuk tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa
14 Maret 2017. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengucap salam dan
menayakan kesiapan siswa untuk belajar. Selanjutnya guru menginformasikan
topik pembelajaran serta bentuk pembelajaran yan akan dilaksanakan serta
indikatornya. Guru tidak lupa pula untuk memotivasi siswa agar tetap
bersemangat belajar SBK khususnya pada materi kerajinan anyaman bambu
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar siswa sudah memperhatikan
penjelasan guru dan terlihat antusias. Guru kemudian memberikan apersepsi untuk
mengingatkan kembali pengetahuan siswa mengenai pentingnya pembelajaran
kerajinan anyaman.
Selanjutnya guru mengorganisir siswa kedalam kelompoknya masing-
masing. Tidak lupa guru memeriksa kelengkapan tiap-tiap kelompok. Setelah itu,
guru menjelaskan materi kerjinan anyaman. Kemudian guru di bantu oleh
observer dalam memantau berlangsungnya pembelajaran dengan teman
kelompoknya. Setelah guru itu guru berjalan berkeliling kelas memperhatikan
pekerjaan dan membimbing siswa jika ada yang mengalami kesulitan.
Selanjutnya guru menunjuk perwakilan dari tiap-tiap kelompok untuk
memperagakan hasil kerjanya di depan kelas. Setelah semua kelompok selesai
mempresentasekan hasil kerja kelompoknya guru memberikan latihan untuk
kelompok, dan setelah itu dilanjutkan dengan latihan individual. Pada akhir
63
pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas dan
mengarahkan siswa membuat rangkuman. Sebelum pembelajaran selesai guru
memberikan tugas rumah dan meminta agar siswa rajin belajar di rumah serta
memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan
pertama adalah guru menyajikan materi pembelajaran apakah sudah sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat atau belum. Selain itu juga
dilihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Efektivitas mengajar guru
berdasarkan pengamatan langsung akan diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9 : Observasi Efektivitas Guru pada Pertemuan Pertama Siklus II
No Aspek yang DiamatiTerlaksana
KomentarYa Tidak
Kegiatan Awal
1 Guru mengucapkan salam √Guru memberi
salam kepada siswa
2Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran√
Tidak menjelaskan
tujuan pembelajaran
3Guru memberikan apersepsi terkait
dengan materi pembelajaran√
Tidak memberikan
apersepsi
4
Guru memulai pembelajaran dengan
memperlihatkan contoh kerajinan
anyaman
√
memperlihatkan
contoh kerajinan
anyaman
64
Kegiatan Inti
1Guru menjelaskan materi kerajinan
anyaman kepada siswa√
menjelaskan materi
kerajinan anyaman
2
Guru mengarahkan siswa untuk
mencatat langkah-langkah
pembuatan kerajinan anyaman
√
Tidak mengarahkan
siswa untuk
mencatat
3
Guru mendemontrasikan pembuatan
kerajinan anyaman √
Guru memberikan
contoh membuat
kerajinan anyaman
4
Guru membentuk kelompok yang
terdiridari 4 siswa√
Guru mengarahkan
siswa untuk
membentuk
kelompok
5
Guru mengarahkan siswa
mengulangi membuat kerajianan
anyaman yang telah
didemonstrasikan
√
Tidak mengarahkan
siswa untuk
mengulang apa yang
di demonstrasikan
6
Guru memantau setiap kelompok
dalam pembuatan kerajinan
anyaman bambu
√
Guru tidak
memantau setiap
kelompok
7
Guru membantu kelompok yang
mendapat masalah √
Guru hanya
membantu
kelompok yang
65
bermasalah
8
Guru menjelaskan kepada siswa
ketika memberikan bantuan √
Guru memberikan
penjelasan ketika
siswa minta bantuan
9
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
mempresentasikan didepan kelas√
Guru melakukan
review terhadap
hasil kerja tiap
kelompok
Kegiatan Penutup
1
Guru memberikan kesimpulan
terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan√
Guru memberikan
kesimpulan terhadap
pembelajaran yang
telah dilakukan
2
Guru memberikan penilaian
terhadap hasil kerja siswa.√
Guru tidak
memberikan
penilaian terhadap
hasil kerja siswa
Jumlah aspek yang terlaksana 13
Jumlah aspek yang diobervasi 15
Persentase 86.66%
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
Berdasarkan data di atas, terdapat tiga belas (13) aspek atau 86.66% yang
terlaksana dari lima belas (15) aspek yang ada. Sebanyak dua (2) aspek belum
66
terlaksana, sehingga indikator keberhasilan efektivitas mengajar guru belum
tercapai.
Selain pengamatan terhadap efektivitas mengajar guru, observasi juga
dilakukan untuk mengukur aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap siswa
menunjukan hal-hal seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10: Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama pada Siklus II
No Aspek yang DiamatiTerlaksana
KomentarYa Tidak
1. Siswa menyimak penjelasan
guru terhadap materi kerajinan
anyaman
√
Siswa menyimak materi
yang disampaikan guru
2. Siswa mencatat langkah-
langkah pembuatan kerajinan
anyaman√
Siswa mencatat langkah-
langkah pembuatan
kerajinan anyaman yang
disampaikan guru
3. Siswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh guru√
Siswa mengamati
peragaan membuat
kerajinan anyaman yang
dilakukan guru
4. Siswa mengikuti arahan guru
untuk membentuk kelompok √
Siswa membentuk
kelompok berdasarkan
arahan guru
5. Siswa mengulangi pembuatan √ Siswa tidak mengulangi
67
kerajinan anyaman pembuatan kerajinan
anyaman sesuai
peragaan yang dilakukan
guru
6. Siswa bertanya kepada guru
tentang langkah-langkah yang
belum dipahami √
Siswa bertanya tetantang
langkah-langkah
pembuatan kerajinana
anyaman yang belum
dipahami
7. Siswa menyusun konsep
Kerajinan anyaman√
Siswa menyusun konsep
pembuatan kerajinan
anyaman secara
berkelompok
8. Siswa membuat kerajinan
anyaman berdasarkan konsep
yang telah disusun√
Siswa membuat
kerajinan anyaman
berdasarkan konsep
yang telah disepakati
9. Siswa mempresentasikan
konsep yang telah dibuat √
Siswa mempresentasikan
konsep pembuatan
kerajinan anyaman
10. Siswa menilai hasil karya
kerajinan anyaman kelompok
lain
√
Siswa memberi
penilaian terhadap hasil
karya kelompok lain
68
11 Siswa mengomentari hasil
karya kelompok lain √
Siswa tidak memberikan
komentar terhadap hasil
karya kelompok lain
Jumlah aspek yang terlaksana 9
Jumlah aspek yang diobservasi 11
Persentase 81.81%
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
Berdasarkan tabel di atas, terdapat sembilan (9) aspek observasi atau
81,81% yang terlaksana dari 11 jumlah aspek yang ada. Hasil observasi terhadap
aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama siklus II belum memenuhi
indikator penilaian yang ditetapkan. Faktor utamanya adalah ada beberapa
kelompok yang kurang aktif dalam menyelesaikan latihan kelompok yang
diberikan guru.
4.3.2 Pertemuan Kedua
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan
beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Setelah
berkonsultasi dengan Observer, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pertemuan kedua pada
tindakan siklus II
b. Menyiapkan media yang akan digunakan guru pada saat pelaksanaan tindakan.
c. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas.
69
d. Membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus II
2. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan kedua tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at 17 Maret
2017. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengucap salam dan
menanyakan kesiapan siswa untuk belajar. Selanjutnya guru menginformasikan
kepada siswa topik pembelajaran yang akan dipelajari dan bentuk pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Setelah itu guru menyampaikan tujuan/idikator yang
harus dicapai siswa, kemudian memberikan apersepsi serta memotivasi siswa.
Guru lalu mengkoordinir siswa kedalam kelompoknya masing-masing.
Setelah semua siswa tertib dalam kelompoknya, guru kemudian
memperagakan cara membuat anyaman bambu. Kemudian guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperagakannya dalam kelompoknya. Setelah
itu dengan dibantu oleh observer, guru membimbing siswa kepada masing-masing
kelompok dan selanjutnya meminta siswa untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan tersebut dengan teman kelompoknya. Setelah guru memeriksa tugas
siswa, guru berjalan berkeliling kelas memperhatikan pekerjaan siswa.
Selanjutnya guru menunjuk satu orang siswa perwakilan dari tiap-tiap
kelompok untuk memperagakan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Kemudian jawaban siswa tersebut disimpulkan oleh guru dengan cara mengulang
kembali jawaban siswa. Setelah menyimpulkan, guru memberikan latihan
kelompok dan individual kepada siswa. Pada tahap ini siswa aktif dalam
menyelesaikan latihan kelompok dan latihan individual yang diberikan. Pada
akhir pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas.
70
Sebelum pembelajaran selesai, siswa diminta agar rajin belajar di rumah serta
memperhatikan penjelasan guru selama proses belajar-mengajar berlangsung.
3. Observasi/Evaluasi
Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan
kedua adalah apakah guru sudah menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah dibuat atau belum. Selain itu juga dilihat
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Hasil observasi efektivitas mengajar guru pada pertemuan kedua siklus II
telah memenuhi indikator penilaian. Lebih terperinci akan diuraikan pada tabel
berikut:
Tabel 4.11 : Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan II pada Siklus II
No Aspek yang DiamatiTerlaksana
KomentarYa Tidak
Kegiatan Awal
1 Guru mengucapkan salam √Guru memberi
salam kepada siswa
2Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran√
Tidak menjelaskan
tujuan pembelajaran
3Guru memberikan apersepsi terkait
dengan materi pembelajaran√
Tidak memberikan
apersepsi
4
Guru memulai pembelajaran dengan
memperlihatkan contoh kerajinan
anyaman
√
memperlihatkan
contoh kerajinan
anyaman
71
Kegiatan Inti
1Guru menjelaskan materi kerajinan
anyaman kepada siswa√
menjelaskan materi
kerajinan anyaman
2
Guru mengarahkan siswa untuk
mencatat langkah-langkah
pembuatan kerajinan anyaman
√
Tidak mengarahkan
siswa untuk
mencatat
3
Guru mendemontrasikan pembuatan
kerajinan anyaman √
Guru memberikan
contoh membuat
kerajinan anyaman
4
Guru membentuk kelompok yang
terdiridari 4 siswa√
Guru mengarahkan
siswa untuk
membentuk
kelompok
5
Guru mengarahkan siswa
mengulangi membuat kerajianan
anyaman yang telah
didemonstrasikan
√
Tidak mengarahkan
siswa untuk
mengulang apa yang
di demonstrasikan
6
Guru memantau setiap kelompok
dalam pembuatan kerajinan
anyaman
√
Guru tidak
memantau setiap
kelompok
7
Guru membantu kelompok yang
mendapat masalah √
Guru hanya
membantu
kelompok yang
72
bermasalah
8
Guru menjelaskan kepada siswa
ketika memberikan bantuan √
Guru memberikan
penjelasan ketika
siswa minta bantuan
9
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
mempresentasikan didepan kelas
√
Guru tidak review
hasil kerja tiap
kelompok
Kegiatan Penutup
1Guru memberikan kesimpulan
terhadap pembelajaran yang.√
2Guru memberikan penilaian
terhadap hasil kerja siswa.√
Jumlah aspek yang terlaksana 14
Jumlah aspek yang diobervasi 15
Persentase 93.33%
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
Tabel di atas menunjukkan efektivitas mengajar guru telah memenuhi
indikator yang ditetapkan, yakni di atas 90%. Dari lima belas (15) aspek yang
diobservasi, terdapat empat belas (14) aspek yang terlaksana dengan persentase
93,33%. Hasil obervasi ini menegaskan bahwa pencapaian indikator penilaian
efektivitas mengajar guru tercapai pada pertemuan kedua siklus II. Hasil observasi
terhadap guru menunjukan hal-hal berikut :
73
a. Guru menjelaskan kepada siswa tentang bentuk pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
b. Guru memberi apersepsi dan motivasi
c. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
d. Guru memantau setiap kelompok
e. Guru menjelaskan kepada siswa cara membuat anyanam.
f. Guru meminta siswa untuk mencatat langkah-langkah pembuatan anyaman.
g. Guru mengamati dan membimbing siswa yang bekerja dalam kelompok.
h. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mewakili kelompoknya
memperagakan dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan
kelas.
i. Guru memberikan latihan kelompok dan latihan individual.
j. Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman.
Selain observasi yang dilakukan terhadap efektivitas mengajar guru,
pengamatan juga dilakukan pada aktivitas belajar siswa dalam pertemuan kedua
siklus II. Hasil observasi terhadap siswa menunjukkan keberhasilan terhadap
pencapaian indikator seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.12: Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus II
No Aspek yang DiamatiTerlaksana
KomentarYa Tidak
1. Siswa menyimak penjelasan
guru terhadap materi kerajinan
anyaman
√
Siswa menyimak
materi yang
disampaikan guru
74
2. Siswa mencatat langkah-langkah
pembuatan kerajinan anyaman√
Siswa mencatat
langkah-langkah
membuat kerajinan
anyaman
3. Siswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh guru √
Siswa melakukan
pengamatan yang
diperagakan guru
4. Siswa mengikuti arahan guru
untuk membentuk kelompok √
Siswa membentuk
kelompok berdasarkan
arahan guru
5. Siswa mengulangi pembuatan
kerajinan anyaman
√
Siswa melakukan
pembuatan kerajinan
anyaman berdasarkan
hasil pengamatan
demonstrasi.
6. Siswa bertanya kepada guru
tentang langkah-langkah yang
belum dipahami√
Siswa mengajukan
pertanyaan terhadap
materi yang belum
dipahami
7. Siswa menyusun konsep
Kerajinan anyaman√
Secara berkelompok,
siswa merumuskan
dan mnyusn konsep
kerajinan anyaman
75
yang akan dibuat
8. Siswa membuat kerajinan
anyaman berdasarkan konsep
yang telah disusun
√
Siswa membuat
kerajinan anyama
yang telah disepakati
9. Siswa mempresentasikan konsep
yang telah dibuat
√
Siswa
mempresentasikan
langkahh-langkah
membuat kerajinan
anyaman yang telah
disepakati
10. Siswa menilai hasil karya
kerajinan anyaman kelompok
lain√
Perwakilan kelompok
memberi penilaian
terhadap hasil karya
kelompok lain
11 Siswa mengomentari hasil karya
kelompok lain √
Siswa tidak
mengomentasi hasil
karya kelompok lain.
Jumlah aspek yang terlaksana 10
Jumlah aspek yang diobservasi 11
Persentase 90.90%
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
Berdasarkan data di atas, sepuluh (10) aspek dengan persentase 90,90% telah
terlaksana yang menunjukan keberhasilan mencapai indikator penilaian pada
76
aktivitas belajar siswa. Hal-hal yang mendukung keberhasilan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
b. Siswa selalu berada dalam kelompoknya.
c. Tiap kelompok aktif dalam menyelesaikan latihan kelompok yang diberikan
guru.
d. Siswa mengajukan pertanyaan saat tidak paham.
e. Siswa membuat rangkuman tentang materi yang dipelajari.
Tes evaluasi tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Maret 2017
dalam bentuk tes psikomotorik yaitu berupa unjuk kerja mempraktekkan kegiatan
menganyam kipas yang terbuat dari bambu untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa. Hasil tes menunjukkan adanya peningkatan dari pra siklus,
siklus I dan siklus II. Evalasi terhadap skor perolehan nilai pada tes awal, siklus I
dan II akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.13 : Skor Perolehan Siswa Pada Tes Awal, Tes Siklus I dan II
No Nama Siswa
NILAI
KetTes
Awal
Tes
Siklus I
Tes
Siklus II
1 Marselinus Ariel Dhio 70 70 78 Tuntas
2 Umi Nurjanatin 75 80 100 Tuntas
3 Yakobus Riko Yudasta 75 75 78 Tuntas
4 Nerin Suryani 70 85 78 Tuntas
5 Muh. Ilham 75 80 100 Tuntas
77
6 Dhea Ramdani 60 80 78 Tuntas
7 Ilham Farid Alpandi 50 75 89 Tuntas
8 Setya Ananda Kumara 80 80 100 Tuntas
9 Bernikem Ana Tasya 65 70 78 Tuntas
10 Isyara Ayu Dwi Anjani 55 75 78 Tuntas
11 Anisa Nurbaiti Ningrum 45 70 67 Tidak Tuntas
12 Anggun Tiara Wati 85 85 78 Tuntas
13 Dendi Iswantoro 65 70 78 Tuntas
14 Antonius Adi Saputra 65 80 89 Tuntas
15 Iyan Abimayu 80 90 100 Tuntas
16 Lidiya Firmaningsi 65 75 78 Tuntas
17 Khatima Sari Dewi 65 70 67 Tidak Tuntas
18 Diki Prasetyo 70 75 89 Tuntas
Jumlah 1.215 1.385 1.503
Nilai Rata-Rata 67.50 76.94 83.50
756 orang
(33.33%)
13 orang
(72,22%)
16 orang
(88.89%)
7512 orang
(66.67%)
5 orang
(27,78%)
2 orang
(11.11%)
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa perolehan nilai tes awal pada pra
siklus sebanyak 6 orang siswa atau 33,33% yang memperoleh nilai ≥75 dan 12
orang siswa atau 66,67% yang memperoleh nilai ≤75 dengan nilai rata-rata 67,50.
78
Selanjutnya, perolehan nilai tes siklus I mengalami peningkatan dengan hasil 13
orang siswa atau 72,22% yang memperoleh nilai ≥75 dan 5 orang siswa
memperoleh nilai ≤75 dengan nilai rata-rata 76,94. Kemudian pada siklus II
mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, perolehan nilai tes
tindakan siklus II mengalami peningkatan dengan hasil 16 orang siswa atau
788,89% siswa yang memperoleh nilai ≥75 dan 2 orang siswa atau 11,11% siswa
yang memperoleh nilai di bawah ≤75 dengan nilai rata-rata 83,50.
Peningkatan perolehan nilai dari tes awal, tes tindakan siklus I hingga tes
tindakan siklus II, telah memenuhi indikator penilaian yang ditetapkan, sehingga
pelaksanaan penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus II menunjukkan hasil
yang sangat baik. Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi mendapatkan hasil
sangat memuaskan.
Tabel 4.14: Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Oleh Guru dan Siswa
Siklus II
TindakanPertemuan I
(%)
Pertemuan II
(%)
Siklus IIGuru 86,66% 93,33%
Siswa 81,81% 90,90%
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
79
Jika dilihat dari hasil tes pada evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu
telah mencapai 88.89% siswa yang telah memperoleh nilai diatas atau sama
dengan 75 dan rencana pembelajaran telah mencapai 90.90% dari 85 yang telah
ditetapkan atau dengan kata lain telah mencapai indikator keberhasilan, maka
penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai rencana pelaksanaan penelitian
dengan dua siklus tindakan.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Persiklus
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus
terdiri dari 2 kali pertemuan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian.
Jumlah pertemuan dalam tiap siklus tergantung dari kepadatan materi yang
dibahas. Sebelum pelaksanaan tindakan pada siklus I, terlebih dahulu siswa diberi
tes awal dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal yang
dimiliki siswa agar dapat diketahui peningkatan yang terjadi setelah palaksanaan
tindakan. Hasil tes awal menunjukkan kemampuan siswa rata-rata masih dibawah
standar ketuntasan yang ditetapkan sekolah yaitu sebesar 75. Hal ini
mengharuskan adanya suatu tindakan dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas tersebut.
1. Deskripsi Efektivitas Mengajar Guru Persiklus
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan setelah diadakan kesepakatan
dengan guru untuk melakukan tindakan. Hasil observasi pelaksanaan
pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada Siklus I menunjukkan bahwa
guru sudah mampu melakukan kegiatan pembelajaran kerajinan anyaman,
meskipun masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Pelaksanaan
80
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi belum maksimal sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Agar pelaksanaan rencana
pelaksanaan pembelajaran dapat di maksimalkan, guru harus mampu mengelola
waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam rencana pembelajaran
dapat terlaksana. Hasil observasi pelaksanaan tindakan pada siklus I menunjukkan
bahwa guru tidak memotivasi siswa, guru tidak begitu tegas menyikapi siswa
yang kurang memperhatikan penjelasan dan tidak berada pada kelompoknya, guru
tidak memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menanyakan hal-hal
yang kurang dimengerti, guru kurang memberikan pujian terhadap hasil kerja
kelompok yang baik, guru tidak memberikan latihan individual kepada siswa,
serta guru tidak mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman dari materi
pelajaran yang telah dipelajari. Hal-hal tersebut tentunya sangat bepengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus memotivasi siswa agar
siswa lebih bersemangat dalam belajar, guru harus bersikap tegas dengan
menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan
guru dan tidak selalu berada dalam kelompoknya, guru harus selalu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak
dimengerti, guru harus memberikan pujian kepada kelompok yang memperoleh
hasil terbaik, guru harus memberikan latihan individual kepada siswa dalam
kelompok, serta guru harus mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi tindakan siklus I tersebut
menunjukkan bahwa dari segi proses tindakan yang dilakukan belum berhasil
karena pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran belum mencapai indikator
81
kinerja yang direncanakan. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan pada siklus
II untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar SBK siswa yang diajar
dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi kerajinan anyaman dengan
melihat beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus I sehingga dapat
diupayakan untuk diperbaiki pada siklus II. Selain hal-hal yang telah diuraikan di
atas, rendahnya nilai siswa pada siklus I disebabkan beberapa hal, antara lain
karena siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi pada materi kerajinan anyaman serta masih banyak siswa yang belum
menguasai konsep-konsep menganyam. Selain itu juga disebabkan karena belum
terlaksananya semua komponen dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Namun
di luar dari yang hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan metode demonstrasi pada materi kerajinan anyaman yang
menekankan pada pengalaman belajar siswa secara langsung, melalui kegiatan
mengamati, memperagakan dan menyusun langkah-langkah cukup memberikan
pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar SBK siswa khususnya pada materi
kerajinan anyaman.
Pada tindakan siklus II, pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
dengan menggunakan metode demonstrasi yang dilakukan oleh guru sudah
berlangsung dengan baik, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah
diperbaiki. Meskipun dalam kegiatan masih ada beberapa siswa yang belum dapat
menyampaikan pendapat tetapi siswa tersebut aktif melibatkan diri dalam
pelaksanaan tindakan kelompok dan secara umum kegiatan siswa sudah
berlangsung dengan baik. Hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus II
82
menunjukkan hasil yang sangat baik. Guru telah mampu mengelola waktu dengan
efisien sehingga semua tahapan kegiatan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran dapat terlaksana. Guru telah memotivasi siswa agar siswa lebih
bersemangat dalam belajar seni budaya dan keterampilan, guru memberikan
apersepsi, guru telah bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada
siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerjasama
dengan teman kelompoknya, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti, guru sangat maksimal
dalam memberikan bimbingan dan arahan pada siswa saat menyelesaikan masalah
yang diberikan serta guru memberikan penghargaan berupa pujian kepada siswa.
Walaupun demikian, masih terdapat sedikit kekurangan pada pelaksanaan
tindakan siklus II, yaitu guru tidak memberikan penilaian secara langsung
terhadap hasil kerja siswa. Tetapi berdasarkan pantauan peneliti semua kelompok
mempunyai bahan pembelajaran yang lengkap, sehingga tidak menjadi hambatan
dalam pelaksanaan tindakan. Hasil pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan
bahwa, dilihat dari segi proses rencana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru telah mencapai indikator yang ditentukan. Berdasarkan
hasil observasi dari kegiatan awal sampai dengan siklus II terjadi perubahan sikap
pada siswa yaitu siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar. Pada awalnya
siswa kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan oleh guru, dan
setelah siklus II siswa lebih terfokus memperhatikan materi yang diberikan guru.
Hal ini sejalan dengan pendapat sanjaya (2006: 45) yang menyatakan bahwa
dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi guru
83
dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses
belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam
pembelajaran, sehingga proses atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan
belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Untuk mengetahui hasil observasi persentase efektivitas mengajar guru dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dilihat dari grafik perbandingan nilai
berikut ini:
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Efektivitas Mengajar Guru Persiklus
Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran keterampilan menganyam dapat meningkatkan
efektivitas mengajar guru di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada
siklus I pertemuan 1, aktivitas mengajar guru mencapai 60% dan pertemuan 2,
aktivitas mengajar guru mencapai 73.33%. Sementara pada siklus II mengalami
peningkatan, pertemuan 1, aktivitas mengajar guru mencapai 86.66% dan
pertemuan 2, aktivitas mengajar guru mencapai 93.33% .
60%
86,66%73.33%
93.33%
0
20
40
60
80
100
Siklus I Siklus IIPertemuan I Pertemuan II
84
2. Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa Persiklus
Secara umum peningkatan aktivitas belajar siswa diperoleh dengan
diadakannya kegiatan atau proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara
aktif untuk memahami materi pelajaran dengan melibatkan siswa berbuat dan
bergerak aktif membuat kerajinan anyaman, anak terlibat aktif untuk
mendengarkan penjelasan dan demonstrasi guru serta berlatih berbicara melalui
kegiatan diskusi dalam kelompoknya dan presentase atau menyajikan hasil diskusi
kelompoknya anak dilibatkan untuk mengamati secara langsung media
pembelajaran yang berhubungan dengan materi dan aspek intelektual yaitu anak
menguji kemampuan kecerdasannya dalam menyelesaikan lembar kerja siswa
(LKS) yang disiapkan guru serta memecahkan masalah bagaimana membuat
anyaman dengan berbagai sehingga menghasilkan benda pakai berupa kipas yang
terbuat dari bahan bambu karena dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
keterampilan menganyam, siswa hanya diberi latihan dengan pendekatan yang
sama. Mengantispasi kepasifan siswa, guru memegang peranan yang sangat
penting, yakni memberikan peran atau pelibatan siswa secara langsung. Keaktifan
siswa dalam pembelajaran akan mewujudkan hakikat dari pendidikan, yakni
perubahan. Pemikiran ini sejalan dengan pendapat Daryanto (2010:3), perubahan
yang bersifat aktif adalah perubahan yang tidak terjadi dengan sendirinya,
melainkan karena usaha orang yang bersangkutan. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Fitri (2013: 23) yang menyatakan bahwa aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran diperlukan agar tercapai tujuan dan sasaran pembelajaran
85
Selanjutnya Untuk mengetahui hasil observasi persentase aktivitas mengajar
siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dilihat dari grafik
perbandingan nilai berikut ini:
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Persiklus
Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran keterampilan menganyam dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada siklus I
pertemuan 1, aktivitas belajar siswa mencapai 45,45% dan pertemuan 2, mencapai
63.63%. Sementara pada siklus II mengalami peningkatan, pertemuan 1, aktivitas
belajar siswa mencapai 81,81% dan pertemuan 2, meningkat cukup signifikan
menjadi 90.90%.
3. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Persiklus
Berdasarkan peningkatan efektivitas mengajar guru dan aktivitas belajar
siswa dalam proses pembelajaran yang tersebut di atas sangat berpengaruh pula
pada peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya Hasil tes persiklus
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan
dengan nilai tes awal yang telah diperoleh sebelumnya yaitu dari hasil tes awal
45.45%
81,81%
63.63%
90.90%
0
20
40
60
80
100
Siklus I Siklus II
Pertemuan I Pertemuan II
86
33,33% (6 orang) siswa memperoleh nilai ≥75 dengan rata-rata nilai rata-rata
sebesar 67,50. Pada siklus I meningkat menjadi 72,22% (13 orang) siswa
memperolah nilai ≥75 dengan nilai rata-rata sebesar 76,94. Sedangkan pada siklus
II dari segi hasil belajar siswa telah mencapai indikator 88,89% (16 siswa)
memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75, dengan nilai rata-rata sebesar
83,50. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono, (2006: 3-4) yang
menyatakan bahawa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar Pernyataan tersebut menyirat makna, hasil belajar
tidak diperoleh oleh siswa saja, tetapi guru juga termasuk di dalamnya. Pada
siswa, hasil belajar merupakan rangkaian akhir dari proses belajar yang telah
dilaluinya pada suatu materi. Sedangkan pada guru, hasil belajar berorientasi pada
keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran atau tindak akhir proses
belajar melalui evaluasi hasil belajar. Olehnya itu, dapat dikatakan hasil belajar
merupakan evaluasi guru terhadap siswa mengenai kegiatan pembelajaran.
Pendapat ini diperkuat oleh Sudjana, (2010: 3) yang menyatakan bahwa
hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik Dalam akhir proses pembelajaran akan menghasilkan suatu
perubahan yang khas sebagai hasil belajar. Hasil belajar dapat dicapai siswa
melalui upaya perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Untuk mengetahui lebih jelas hasil belajar siswa dari pembelajaran
yang telah dilaksanakan dapat dilihat dari grafik perbandingan nilai berikut ini:
87
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Persiklus
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi tindakan siklus II menunjukkan
bahwa dari segi proses, tindakan yang dilakukan telah berhasil karena pelaksanaan
pembelajaran telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan 90% untuk
keefektifan mengajar guru dan 85% untuk aktivitas siswa. Karena kedua indikator
telah tercapai maka penelitian dihentikan sampai dengan siklus II.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar seni budaya
dan keterampilan pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulya Sari pada
materi kerajinan anyaman dapat ditingkatkan dengan pembelajaran menggunakan
metode Demonstrasi.
33.33%6 orang
72,22%13 orang
88.89%16 orang
67,5076,94
83,50
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Persentase Ketuntasan Nilai Rata-rata
88
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar kerajinan anyaman pada mata pelajaran SBK siswa kelas VI
SD Negeri 2 Sendang Mulya Sari Kecamatan Tongauna dapat ditingkatkan
dengan menggunakan metode demonstrasi. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian
indikator kinerja baik dari segi proses maupun dari segi hasil pada penelitian ini:
5.1.1 Penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran kerajinan
anyaman dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru di kelas VI SD
Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada siklus I pertemuan 1, aktivitas
mengajar guru mencapai 60% dan pertemuan 2, aktivitas mengajar guru
mencapai 73.33%. Sementara pada siklus II mengalami peningkatan,
pertemuan 1, aktivitas mengajar guru mencapai 86.66% dan pertemuan 2,
aktivitas mengajar guru mencapai 93.33%
5.1.2 Penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran Kerajinan
anyaman dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas VI SD
Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada siklus I pertemuan 1, aktivitas belajar
siswa mencapai 45,45% dan pertemuan 2, mencapai 63.63%. Sementara
pada siklus II mengalami peningkatan, pertemuan 1, aktivitas belajar siswa
mencapai 81,81% dan pertemuan 2, meningkat cukup signifikan menjadi
90.90%.
89
5.1.3 Penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran Kerajinan
anyaman dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VI SD Negeri 2
Sendang Mulyasari. Hasil pada tes awal, siswa yang memperoleh
ketuntasan dengan nilai ≥75 sebanyak 6 siswa 33,33% dengan rata-rata
67,50. Pada siklus I mencapai 72,22% atau sebanyak 13 siswa yang
mendapatkan nilai ≥75, dengan rata-rata 76,94 dan pada siklus II
meningkat mencapai 88.89% atau sebanyak 16 siswa yang mendapat nilai
≥75, dengan rata-rata 83,50.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan hal-hal
sebagai berikut:
5.2.1 Hendaknya guru dapat mengetahui, memahami dan menerapkan metode
demonstrasi dalam upaya meningkatkan hasil belajar SBK siswa Sekolah
Dasar.
5.2.2 Penerapan metode pembelajaran demonstrasi sebagai salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan agar dapat mengembangkan potensi
yang dimiliki siswa secara optimal (pengetahuan, keterampilan, sikap,
nilai-nilai dan keterkaitannya), baik secara langsung maupun tidak
langsung.
5.2.3 Bagi sekolah yang mempunyai fasilitas lengkap hendaknya dapat
menerapkan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar guna
memperoleh hasil yang maskimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
90
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi,dkk. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT BumiAksara.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.(Edisi Revisi). Jakarta: RinekaCipta.
Bahri, Syaiful. (2006). Strategi Belajar Mengajar Jakarta: RinekaCipta.
Costa, A. L., (Ed.). (1999). Teaching for intelligence. Arlington Heights, Illinois:Skylight Training and Publishing, Inc.
Daryanto. (2010). Belajar dan Mengajar. Bandung: YramaWidya.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri& Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: PT. RinekaCipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar, Edisi 2. Jakarta: RinekaCipta.
Fitri, Junita, dkk. (2011) Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran SeniMusik Di Smp Negeri 3 Padang Panjang. Artikel. Program StudiPendidikan Sendratasik, FBS Universitas Negeri Padang.
Graha, Oho. (1990). Seni Kerajinan Bambu. Bandung:Angkasa.
Hanafiah dan Suhana. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Jakarta: RefikaAditama
Hasibuan, JJ. Dan Moedjiono.(2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV.Remaja Rosda karya.
Lestari, Dian. (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar Buah-Buahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi di Kelas VII SMP ITAl-Fityan School Medan. Jurnal Gorga. Vol. 1 No. 2. Hal. 1-14.
Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Maria Veronika H danMesra. (2012). Penerapan Metode Demonstrasi UntukMeningkatkan HasilBelajar Teknik Kolase Melalui Produk KerajinanTangan Dalam Mata Pelajaran SBK di SDN Desa Lama Kec. Hamparan
91
Perak T.P 2011/2012 JurnalGorga Univ. Negri Medan. JurnalGorga. Vo.1. No. 1.Hal. 1-12.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Natawijaya, Rochman. (2005). Aktivitas Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Negeri, Ling LingDewiPerwira. (2011). Membuat Anyaman Kertas Pada SiswaKelas IV Dengan Metode Demonstrasi di SD Negeri 01 GambuhanPemalang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FakultasIlmuPendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Purwanto. (2008).Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk PsikologidanPendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rasyad, Aminuddin.(2006). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Bumi Aksara.
Rido, Kurnianto. (2009). Penelitian Tindakan Kelas “EdisiPertama”. Surabaya:Lapis PGMI.), hal. 5-15
Rosita, Ade Eka. (2005). Kerajinan Rotan di Perusahaan Anggun Rotan DesaManggung Wukirsari Imogiri Bantul. Skripsi. Yogyakarta: ProgramStudiPendidikanSeniKerajinan, FBS UNY.
Sabri, Ahmad. (2007). Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Padang:Quantum Teaching.
Sagala,Syaiful. (2010).Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sam’s, Rosma Hartiny. 2010.Model Penelitian Tindakan Kelas.Yogjakarta: Teras.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta Pusat Grapika: FajarInterpratama.
Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PTRajagrafindo.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mmepengaruhinya. Jakarta:Rhineka Cipta.
Sudjana, Nana. (2010). Dasar-dasar Proses BelajarMengajar. Bandung: SinarBaru Algesindo Offset.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
92
Sukerti, dkk. (2013). Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media DaunPisang Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak MelaluiKegiatan Menganyam Pada Anak TK. Jurnal Pendidikan Anka UsiaDini. Vol. 1 No. 1. Hal. 1-10.
Sumanto. (2006). Pengembangan Kreatifitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas.
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning, Teori dan AplikasiPAIKEM.Yogyakarta: PustakaPelajar.
Susilo. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka BookPublisher.
Syah, Muhibbin. (2000).Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cetakan5. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Takari, Enjah. 2007. Kerajinan Menganyam. Bandung: PT Epsilon Group.
93
Lampiran: 1 Silabus Pembelajaran
SILABUS PEMBELAJARAN
SEKOLAH : SDN 2 SENDANG MULYASARI
MATA PELAJARAN : SBK
KELAS/SEMESTER : VI/2
Standar Kompetensi: 7. Mengapresiasi karya kerajinan
KompetensiDasar
Materipembelajaran
Kegiatanpembelajaran
indikator penilaian Alokasiwaktu
Sumber belajar
7.1Mendeskripsikankesesuain fungsi,kekuatan dankeindahan karyakerajinananyaman
Bahan dan alatkerajinananyaman
1. Melalui peragaanguru siswa dapatmenjelaskanpengertiankerajian anyaman
2. Melalui peragaanguru siswa dapatMembedakan jenisbahan alam danbahan buatanuntuk membuatkerajinan anyaman
3. Melalui peragaangurusiswamenyebutkan alatuntuk membuatkerajinan anyaman
4. Melalui peragaangurusiswamenjelaskanfungsi alat untuk
1. Menjelaskanpengertian anyaman
2. Membedakan jenisbahan alam danbahan buatan untukmembuat kerajinananyaman
3. Menyebutkan alatuntuk membuatkerajinan anyaman
Teknik:
1. Lisan2. Tertulis
2 jp x 35menit
1. Buku paketSBK KelasVI
2. Alat danbahankerajinanmenganyam
3. Pengetahuanguru dariberbagaisumber
94
membuatkerajinan anyaman
Jenis MotifdasarKerajinananyaman
1. Melalui peragaanguru siswaMenjelaskan jenismotif anyamandasar tunggal
2. Melalui peragaanguru siswaMenjelaskan jenismotif anyamandasar ganda
3. Melalui peragaanguru siswaMenjelaskan jenismotif anyamandasar kombinasi
1. Menjelaskan jenismotif anyaman dasartunggal
2. Menjelaskan jenismotif anyaman dasarganda
3. Menjelaskan jenismotif anyaman dasarkombinasi
Teknik:
1. Lisan2. Tertulis
2 jp X 35Menit
1. Buku paketSBK KelasVI
2. Kertasanyaman
3. Pengetahuanguru dariberbagaisumber
StandarKompetensi:
8. Membuat Karya Kerajinan
8.1 merancangbenda pakai daribahan anyaman
MerancangBenda pakaidari anyamanbambu
Melalui praktek siswadapat membuatrancangan karyakerajinan anyamanbambu menjadi bendapakai
Siswa membuatrancangan karyakerajinan anyamanbambu menjadi bendapakai
Teknik:
1. Lisan2. Praktek
2 jp X 35Menit
1. Buku paketSBK KelasVI
2. Pengetahuanguru dariberbagaisumber
3. BahanAnyamanbambu
95
8.2 membuatbenda pakai daribahan anyaman
Benda pakaidari anyamanbambu
Melalui praktek siswadapat siswa membuatkerajinan anyamanbambu menjadi bendapakai
Siswa membuatkerajinan anyamanbambu menjadi bendapakai
Teknik:
1. Lisan2. Praktek
2 jp X 35Menit
1. Buku paketSBK KelasVI
2. Pengetahuanguru dariberbagaisumber
3. Bahananyamanbambu
96
Lampiran: 2 RPP Siklus 1
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
(SIKLUS I)
Nama Sekolah : SDN 2 SENDANG MULYASARI
Mata Pelajaran : SBK
Kelas / Semester : VI/II
Alokasi / Waktu : 2×35 menit
Pertemuan ke : 1 & 2
A. Standar Kompetensi
7. Mengapresiasi karya kerajinan
B. Kompetensi Dasar
7.1 Mendeskripsikan kesesuai fungsi, kekuatan, dan keindahan karya kerajinan anyaman
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian anyaman
2. Membedakan jenis bahan alam dan bahan buatan untuk membuat kerajinan anyaman
3. Menyebutkan alat untuk membuat kerajinan anyaman
4. Menjelaskan jenis-jenis motif anyaman
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan pengertian kerajian anyaman dengan benar
2. Melalui penjelasan guru siswa dapat membedakan jenis bahan alam dan bahan buatan untuk
membuat kerajinan anyaman dengan benar
3. Melalui penjelasan guru siswa menyebutkan alat untuk membuat kerajinan anyaman dengan
benar
4. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan jenis motif anyaman dasar tunggal dengan
benar
5. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan jenis motif anyaman dasar ganda dengan benar
6. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan jenis motif anyaman dasar kombinasi dengan
benar
E. Materi Pembelajaran
1. Bahan dan alat Kerajinan Anyaman
2. Jenis motif anyaman dasar
F. Metode Pembelajaran
Demonstrasi, Tanya Jawab, dan diskusi
97
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
KegiatanPendahuluan
1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas2. Guru mengecek kehadiran siswa3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan
menyampaikan materi pelajaran yang akandiajarkan
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran5. Guru memberikan motivasi kepada siswa6. Membagi siswa dalam kelompok belajar
10 Menit
Kegiatan Inti 1. Guru mendemonstrasikan tentang bahan dan alatdalam kerajinan menganyam serta fungsinyamasing-masing
2. Guru meminta perwakilan setiap kelompok majudidepan kelas untuk mengamati media yangdisediakan guru berupa bahan alam dan bahanbuatan kerajinan anyaman serta alat untukmembuat kerajinan anyaman
3. Guru membagikan LKS kepada kepada setiapkelompok
4. Berdasarkan hasil pengamatannya siswamemecahkan masalah tentang materi kerajinanmenganyam dengan mengisi LKS berdasarkanhasil pengamatannya
5. Guru meminta setiap kelompok untukmempresentasekan hasil kerja kelompoknya
6. Guru memberikan penghargaan atas pekerjaansetiap kelompok
7. Guru memberikan penguatan berupa komentarhasil pengamatan siswa
50 Menit
Penutup 1. Guru dan siswa menyimpulkan materipembelajaran
2. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya4. Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran
10 Menit
Pertemuan II
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
KegiatanPendahuluan
1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas2. Guru mengecek kehadiran siswa3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan
10 Menit
98
menyampaikan materi pelajaran yang akandiajarkan
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran5. Guru memberikan motivasi kepada siswa6. Membagi siswa dalam kelompok belajar
Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan pengertian motif anyamantunggal, ganda dan kombinasi dengan caramendemonstrasikan cara membuat kerajinanmenganyam dari bahan, daun pisang dan daunkelapa, kertas
2. Guru membagikan LKS kepada kepada setiapkelompok
3. Guru memberikan bimbingan pada kelompok siswayang mengalami kesulitan
4. Guru meminta setiap kelompok untukmempresentasekan hasil kerja kelompoknya
5. Guru memberikan penghargaan atas pekerjaansetiap kelompok
6. Guru memberikan penguatan materi berupakomentar hasil diskusi siswa
7. Guru memberikan tes kompetensi untuk mengujipemahaman siswa
50 Menit
Penutup 1. Guru dan siswa menyimpulkan materipembelajaran
2. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya4. Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran
10 Menit
H. Penilaian1.Tehnik Penilaian : Tes lisan, 1tertulis dan perbuatan2. Bentuk penilaian : Uraian
I. Media/alat dan Sumber Belajar1. Media/Alat Belajar : Bahan dan alat kerajinan anyaman, LKS2. Sumber belajar :
a. Buku paket SBK Kelas VI SD Tahun 2009, Jakarta: Cempaka Putih. Hal. 61-74Sendang Mulyasari, Juni 2017
99
Lampiran: 3 RPP Siklus II
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
(SIKLUS II)
Nama Sekolah : SDN 2 SENDANG MULYASARI
Mata Pelajaran : SBK
Kelas / Semester : VI/II
Alokasi / Waktu : 2×35 menit
Pertemuan ke : 1 & 2
A. Standar Kompetensi
8. Membuat kerajinan anyaman
B. Kompetensi Dasar
8.1 Merancang karya kerajinan anyaman menjadi benda pakai8.2 Membuat karya kerajinan anyaman menjadi benda pakai
C. Indikator1. Merancang karya kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai2. Membuat karya kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui peragaan guru siswa dapat merancang membuat kerajinan anyaman bambu menjadibenda pakai dengan benar.
2. Melalui peragaan guru siswa dapat membuat kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakaidengan benar.
E. Materi PembelajaranKerajinan Anyaman bambu menjadi benda pakai
F. Metode Pembelajaran
Demonstrasi, Tanya Jawab, diskusi, dan Praktek
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
KegiatanPendahuluan
1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas2. Guru mengecek kehadiran siswa3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan
menyampaikan materi pelajaran yang akandiajarkan
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran5. Guru memberikan motivasi kepada siswa6. Membagi siswa dalam kelompok belajar
10 Menit
100
Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yangakan dilaksanakan.
2. Guru menjelaskan materi pengantar denganmendemonstrasikan/memperlihatkan beberapabenda pakai yang terbuat dari hasil kerajinananyaman bambu.
3. Guru mendemonstrasikan alat dan bahan yang akandigunakan untuk membuat rancangan hasilkerajinan anyaman bambu menjadi benda pakaiberupa kipas
4. Guru mendemonstrasikan teknik membuat kipasdari anyaman bambu
5. Guru meminta beberapa siswa untuk membantuguru mendmonstrasikan cara membuat anyamanbambu menjadi kipas.
6. Guru meminta setiap kelompok untuk merancangdan menyiapkan bahan dan alat kerajinan anyamanyang akan digunakan pada pertemuan berikutnya.
50 Menit
Penutup 1. Guru dan siswa menyimpulkan materipembelajaran
2. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya4. Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran
10 Menit
Pertemuan II
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
KegiatanPendahuluan
1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas2. Guru mengecek kehadiran siswa3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan
menyampaikan materi pelajaran yang akandiajarkan
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran5. Guru memberikan motivasi kepada siswa6. Membagi siswa dalam kelompok belajar
10 Menit
Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yangakan dilaksanakan.
2. Guru mendemonstrasikan alat dan bahan yang akandigunakan untuk membuat hasil kerajinan anyamanbambu menjadi benda pakai berupa kipas
3. Guru mendemonstrasikan teknik membuat kipasdari anyaman bambu
4. Guru meminta setiap siswa dalam kelompok untukmemepraktekkan membuat kipas dari anyamanbambu
5. Guru berkeliling kelas menilai proses pembuatankipas dari anyaman bambu
6. Guru membimbing siswa yang mengalamikesulitan
50 Menit
101
Penutup 1. Guru dan siswa menyimpulkan materipembelajaran
2. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya4. Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran
10 Menit
H. Penilaian
1.Tehnik Penilaian : Tes lisan, tertulis dan perbuatan3. Bentuk penilaian : Uraian
I. Media/alat dan Sumber Belajar
1. Media/Alat Belajar : Bahan dan alat kerajinan anyaman, LKS2. Sumber belajar :
a. Buku paket SBK Kelas VI SD Tahun 2009, Jakarta: Cempaka Putih. Hal. 61-74b. Bahan ajar tentang materi kerajinan menganyam
Sendang Mulyasari, Juni 2017
102
Lampiran 4. Tes Awal Prasiklus
Tes awal
Berilah tanda silang (x) pada satu huruf a,b,c atau d pada jawaban yang benar !
1. Yang termasuk hasil kerajinan anyaman yang sering digunakan dalam rumah tangga
adalah........
a. Ember c. Ikat pinggang
b. Bakul d. Panci
2. Bahan buatan yang dapat dijadikan sebagai benda kerajinan anyaman adalah....
a. Daun pandan c. Rotan
b. Daun Lontar d. Kertas
3. Menganyam dengan cara menyilangkan rautan dengan membentuk segi enam beraturan
dan setiap sudut dibuat menumpang dan menindih bergantian disebut....
a. Anyaman sasak c. Anyaman mata bintang
b. Anyaman lilit d. Anyaman bilik
4. Anyaman ketupat di buat dari....
a. Daun Tebu c. Daun Kelapa
b. Daun Bambu d. Daun Pisang
5. Berikut ini merupakan barang anyaman yang digunakan sebagai tempat menyimpan
makanan....
a. Tirai bergambar c. Bakul Nasi
b. Nyiru d. Keranjang
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Hasil kerajinan yang dikerjakan dengan cara mengangkat dan menumpang tindihkan atau
menyilangkan bahan sehingga memjadi suatu karya yang indah dan menarik disebut........
2. Menganyam dengan melilitkan dua rautan secara bergantian disebut......
3. Anyaman bilik cocok digunakan untuk benda pakai .......
4. Jok kursi dan keranjang menggunakan nyaman bercorak ......
5. Membuat kerajinan kipas mennggunakan jenis anyaman ......
103
Lampiran 5. Tes Siklus 1
Tes Siklus 1
Berilah tanda silang (x) pada satu huruf a,b,c atau d pada jawaban yang benar !
1. Berikut ini merupakan barang anyaman yang digunakan sebagai tempat menyimpan
makanan adalah....
a. Tirai bergambar c. Bakul Nasi
b. Nyiru d. Keranjang
2. Anyaman ketupat dibuat dari....
a. Daun Tebu c. Daun Kelapa
b. Daun Bambu d. Daun Pisang
3. Menganyam dengan cara menyilangkan rautan dengan membentuk segi enam beraturan
dan setiap sudut dibuat menumpang dan menindih bergantian disebut....
a. Anyaman sasak c. Anyaman mata bintang
b. Anyaman lilit d. Anyaman bilik
4. Bahan buatan yang dapat dijadikan sebagai benda kerajinan anyaman adalah....
a. Daun pandan c. Rotan
b. Daun Lontar d. Kertas
5. Yang termasuk hasil kerajinan anyaman yang sering digunakan dalam rumah tangga
adalah.......
a. Ember c. Ikat pinggang
b. Bakul d. Panci
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Hasil kerajinan yang dikerjakan dengan cara mengangkat dan menumpang tindihkan atau
menyilangkan bahan sehingga memjadi suatu karya yang indah dan menarik disebut........
2. Menganyam dengan melilitkan dua rautan secara bergantian disebut......
3. Anyaman bilik cocok digunakan untuk benda pakai .......
4. Jok kursi dan keranjang menggunakan nyaman bercorak ......
5. Membuat kerajinan kipas mennggunakan jenis anyaman ......
104
Lampiran 6 Tes Unjuk kerja Siklus II
Tes Siklus II
Buatlah secara individu kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai berupa kipas!
105
Lampiran 7. Skor Perolehan Hasil Belajar Siswa Persiklus
SKOR PEROLEHAN SISWA PADA TES AWAL, TES SIKLUS I DAN
TES SIKLUS II
Tabel 4.13 : Skor Perolehan Siswa Pada Tes Awal, Tes Siklus I dan II
No Nama SiswaNILAI
KeteranganTes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II
1 Marselinus Ariel Dhio 70 70 78 Tuntas
2 Umi Nurjanatin 75 80 100 Tuntas
3 Yakobus Riko Yudasta 75 75 78 Tuntas
4 Nerin Suryani 70 85 78 Tuntas
5 Muh. Ilham 75 80 100 Tuntas
6 Dhea Ramdani 60 80 78 Tuntas
7 Ilham Farid Alpandi 50 75 89 Tuntas
8 Setya Ananda Kumara 80 80 100 Tuntas
9 Bernikem Ana Tasya 65 70 78 Tuntas
10 Isyara Ayu Dwi Anjani 55 75 78 Tuntas
11 Anisa Nurbaiti Ningrum 45 70 67 Tidak Tuntas
12 Anggun Tiara Wati 85 85 78 Tuntas
13 Dendi Iswantoro 65 70 78 Tuntas
14 Antonius Adi Saputra 65 80 89 Tuntas
15 Iyan Abimayu 80 90 100 Tuntas
16 Lidiya Firmaningsi 65 75 78 Tuntas
17 Khatima Sari Dewi 65 70 67 Tidak Tuntas
18 Diki Prasetyo 70 75 89 Tuntas
Jumlah 1.215 1.385 1.503
Rata-Rata 67.50 76.94 83.50
75 6 orang(33.33%)
13 orang(72,22%)
16 orang(88.89%)
75 12 orang(66.67%)
5 orang(27,78%)
2 orang(11.11%)
106
Lampiran: 8 Lembar Penilaian Unjuk Kerja dan Rubrik Penilaian Siklus II
LEMBAR PENILAIAN UNJUK KERJA
KETERAMPILAN MENGANYAM
SIKLUS II
No. Nama Siswa Keterampilanmenggunakan
alat danbahan
menganyam
Teknikmenganyam
HasilAnyaman
Skor Nilai Ket
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Marselinus ArielDhio
√ √ √ 7 78 Tuntas
2 Umi Nurjanatin √ √ √ 9 100 Tuntas
3 Yakobus RikoYudasta
√ √ √ 8 89 Tuntas
4 Nerin Suryani √ √ √ 7 78 Tuntas
5 Muh. Ilham √ √ √ 9 100 Tuntas
6 Dhea Ramdani √ √ √ 7 78 Tuntas
7 Ilham Farid Alpandi √ √ √ 8 89 Tuntas
8 Setya AnandaKumara
√ √ √ 9 100 Tuntas
9 Bernikem Ana Tasya √ √ √ 7 78 Tuntas
10 Isyara Ayu DwiAnjani
√ √ √ 7 78 Tuntas
11 Anisa NurbaitiNingrum
√ √ √ 6 67 BelumTuntas
12 Anggun Tiara Wati √ √ √ 7 78 Tuntas
13 Dendi Iswantoro √ √ √ 7 78 Tuntas
14 Antonius AdiSaputra
√ √ √ 8 89 Tuntas
15 Iyan Abimayu √ √ √ 7 78 Tuntas
107
16 Lidiya Firmaningsi √ √ √ 7 78 Tuntas
17Khatima Sari Dewi
√ √ √ 6 67 BelumTuntas
18 Diki Prasetyo √ √ √ 8 89 Tuntas
Jumlah 1.503
Rata-rata 83,50
Tuntas 16
% ketuntasan 88,89%
Tidak Tuntas 2
% ketidaktuntasan 11,11%
Rubrik Kriteria Penilaian keterampilan menganyam
Keterampilan menggunakan alat dan bahan anyaman bambu
1. Cara menggunakan alat dan bahan kurang terampil2. Cara menggunakan alat dan bahan terampil, tetapi masih kaku, kurang luwes3. Cara menggunakan alat dan bahan sangat terampil
Teknik menganyam bambu1. Menganyam bambu dengan teknik yang baik2. Menganyam tekniknya baik, tetapi masih kurang sempurna3. Menganyam dengan teknik yang baik dan sempurna
Hasil anyaman bambu1. Hasil anyaman bambu kurang baik dan kurang rapi2. Hasil anyaman bambu, tetapi masih kurang rapi3. Hasil anyaman bambu dan sangat rapi
108
Lampiran: 9 Rekapitulasi Ketuntasan Skenario Pembelajaran Persiklus
REKAPITULASI KETUNTASAN PROSES PELAKSANAAN SKENARIO
PEMBELAJARAN DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR
PADA SETIAP SIKLUS TINDAKAN
1. Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Oleh Guru dan Siswa
TindakanPertemuan I
(%)
Pertemuan II
(%)
Siklus IGuru 60% 73,33%
Siswa 45,45% 63,63%
Siklus IIGuru 86,66% 93,33%
Siswa 81,81% 90,90%
2. Ketuntasan Hasil Belajar Secara Klasikal
Tindakan Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II
Rata-rata 67,50 76,94 83,50Ketuntasan SecaraKlasikal
33,33% 72,22% 88,89%
109
Lampiran: 10 Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Bahan yang di gunakan dalam pembuatan anyaman bambu
109
Lampiran: 10 Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Bahan yang di gunakan dalam pembuatan anyaman bambu
109
Lampiran: 10 Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Bahan yang di gunakan dalam pembuatan anyaman bambu
110
Gambar 2. GuruMendemonstarsikan MateriAnyaman Bambu di depan
Kelas
Gambar 3. Guru membimbingsiswa dalam kelompok
110
Gambar 2. GuruMendemonstarsikan MateriAnyaman Bambu di depan
Kelas
Gambar 3. Guru membimbingsiswa dalam kelompok
110
Gambar 2. GuruMendemonstarsikan MateriAnyaman Bambu di depan
Kelas
Gambar 3. Guru membimbingsiswa dalam kelompok
111
Gambar 5. Siswa praktek membuat anyaman kipasyang terbuat dari bambu
Gambar 4. Siswa Praktek membuat anyaman kipas yangterbuat dari bambu
dari bambu
111
Gambar 5. Siswa praktek membuat anyaman kipasyang terbuat dari bambu
Gambar 4. Siswa Praktek membuat anyaman kipas yangterbuat dari bambu
dari bambu
111
Gambar 5. Siswa praktek membuat anyaman kipasyang terbuat dari bambu
Gambar 4. Siswa Praktek membuat anyaman kipas yangterbuat dari bambu
dari bambu
112
Gambar 6. Observer sedang mengamati aktivitas belajar siswa
Gambar 7. Observer sedang mengamati aktivitas belajar siswa
112
Gambar 6. Observer sedang mengamati aktivitas belajar siswa
Gambar 7. Observer sedang mengamati aktivitas belajar siswa
112
Gambar 6. Observer sedang mengamati aktivitas belajar siswa
Gambar 7. Observer sedang mengamati aktivitas belajar siswa
113
Gambar 9. Hasil kerajinan anyaman bambu yang telah dibuat siswa
Gambar 8. Siswa mempresentasekan hasil anyaman bambu
113
Gambar 9. Hasil kerajinan anyaman bambu yang telah dibuat siswa
Gambar 8. Siswa mempresentasekan hasil anyaman bambu
113
Gambar 9. Hasil kerajinan anyaman bambu yang telah dibuat siswa
Gambar 8. Siswa mempresentasekan hasil anyaman bambu
96
96
96
RIWAYAT HIDUP
KETUT SUCIKO, dilahirkan pada 21 Juni 1972 di Petigo, Provinsi Bali, anakke empat dari lima bersaudara, pasangan Bapak Putu Putra dan Ibu MadeKripik. Penulis menempuh pendidikan tingkat dasar di SDN 1 SendangMulyasari (Tamat tahun 1985), kemudian melanjutkan pendidikan ke SMPNegeri 2 Unaaha (1988). Pada tahun 1988 penulis melanjutkan pendidikan keSMA (tamat tahun 1991). Penulis melanjutkan pendidikan DII PGSD diUniversitas Halu Oleo Kendari (memperoleh gelar A.ma 2004). Pada tahun
2009 penulis melanjutkan pendidikan S1 PGSD di Universitas Terbuka. Sejak tahun 2005penulis bekerja sebagai guru SD Negeri 1 Sanuanggamao, Kecamatan Tongauna, KabupatenKonawe. Pada tahun 2008 penulis bekerja sebagai guru SD Negeri 2 Sendang Mulyasari,kecamatan Tongauna, Kabupaten Konawe sampai sekarang.