SKRIPSI ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/B1A111004_sitedi_SITI...
Transcript of SKRIPSI ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/B1A111004_sitedi_SITI...
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DIKECAMATAN MOWILA KABUPATEN KONAWE SELATAN
OlehSITI NURROHMAH
Stb. B1A1 11 004
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATANMOWILA KABUPATEN KONAWE SELATAN
OlehSITI NURROHMAH
Stb. B1A1 11 004
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2016
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATANMOWILA KABUPATEN KONAWE SELATAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Ekonomi
OlehSITI NURROHMAH
Stb. B1A1 11 004
JURUSAN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEOKENDARI
2015Tanggal 18 April 2016
vii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur bagi Allah SWT pencipta alam semesta beserta
isinya, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah serta petunjuk kepada setiap
makhluk ciptaan-Nya, termasuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Analisis Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di
Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan”. Salam dan Shalawat
dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sang pencerah yang menuntun
ummatnya dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang
dengan segala ilmu dan ajarannya.
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana
Ekonomi (S.E) pada Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Halu Oleo, untuk memberikan pengalaman kepada penulis dalam
meneliti dan menyusun karya ilmiah berupa skripsi. Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan
memotivasi penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis diberi bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara materil maupun moril. Khususnya untuk kedua
orang tuaku tersayang Bapak Suseno dan Ibu Sulastri yang selalu mendoakan,
memotivasi, mendukung pilihan ananda tercinta. Untuk itu, ananda mengucapkan
terima kasih sedalam-dalamnya atas doa, motivasi dan dukungannya serta telah
menjadi orang tua terbaik bagi ananda.
Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada semua Pihak yang mendukung tercapainya karya ilmiah ini.
Semoga segala bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang telah diberikan
kepada penulis dibalas dengan kebaikan dan pahala dari Allah SWT. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS, Selaku Rektor Universitas Halu
Oleo Kendari.
2. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Syarif, SE., MS, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.
viii
3. Ibu Dr. Rosnawintang, SE., M.Si, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.
4. Bapak Dr. Tibertius Nempung, SE., M.S dan Ibu Ulfa Matoka, SE., M.Si
Selaku Pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan saya saran dan
masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dosen Tim Penguji, yang juga telah banyak memberikan masukan dan
saran sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan
saya ilmu pengetahuan dan motivasi selama saya berada di bangku
perkuliahan saya ucapkan banyak terima kasih atas bimbingannya.
7. Untuk saudara Laki-laki ku, Ilham Akbar, Dika Anggara saya ucapkan banyak
terima kasih atas dukungannya selama ini.
8. Sahabat-sahabat Ilmu Ekonomi 011, Muhamad Rudi Samuji SE, Kustiana
Ayu, Nur Amelia SE, Fona Adhitami, Ruhaniati, Leni Bakka, Hesti, Elfira,
Chandri Maharani, Riski Setiawan, Didi Setiawan, Made Mudana, Siti Mana
Wa Salwa, Rahmadhani, Nirwana, serta sahabat-sahabat 011 yang tidak
sempat penulis sebutkan, saya ucapkan banyak terima kasih atas motivasi dan
dorongan kalian.
9. Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UHO yang selalu memberikan
dukungan dan dorongan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
10. Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat
serta sumbangsih wawasan dan pemikiran bagi seluruh pihak yang membacanya.
Kendari, April 2016
Penulis
ix
ABSTRAK
SITI NURROHMAH, B1A1 11 004, Analisis Produksi danPendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Mowila Kabupaten KonaweSelatan, dibimbing oleh Tibertius Nempung dan Ulfa Matoka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak produksi padisawah yang di hasilkan dan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan petanidi Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. Ruang lingkup pada penelitianini dibatasi pada produksi padi sawah dan pendapatan petani maupun biaya yangdigunakan untuk produksi padi sawah di wilayah penelitian di Kecamatan MowilaKabupaten Konawe Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah diambil 10% daripopulasi, yaitu sebanyak 30 orang petani. Teknk analisis yang digunakan dalampenelitian ini adalah menganalisis data primer yang dikumpulkan melaluikuisioner yang telah dibuat terlebih dahulu yang memuat daftar pertanyaan yangdibutuhkan dalam penelitian. Data yang diperoleh diklasifikasi, ditabulasi, dandiolah sesuai dengan alat analisis yang dipakai adalah Analisis Pendapatan Bersih.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah penerimaan petani padi sawahdi Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesarRp.252.000.000/MT dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp.8.400.000/MT.Demikian juga jumlah biaya yang dikeluarkan petani padi sawah di Desa WuuraKecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesarRp.84.000.000/MT, dengan rata-rata biaya sebesar Rp.2.800.000/MT. untuksetiap petani, namun biaya yang dikeluarkan berbeda sesuai dengan luasan lahangarapannya. Demikian pula jumlah keseluruhan pendapatan petani padi sawah diDesa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesarRp.168.000.000/MT, dengan rata-rata pendapatan petani sebesarRp.5.600.000/MT.
Kata Kunci : Produksi, Pendapatan.
x
ABSTRACT
SITI NURROHMAH, B1A1 11 004, Production and analysis offarmers' income in Rice district Mowila Kabupaten Konawe Selatan, guidedby Tibertius Nempung and Ulfa Matoka.
This study aims to determine how much the production of rice in the yieldpoint and determine how much income the farmers in the district MowilaKabupaten Konawe Selatan. The volume of this study is limited to rice productionand income of farmers and costs used for the production of rice in the field ofscientific research in the Area Mowila Kabupaten Konawe Selatan. Samples weretaken 10 % of the population is at least 30 farmers. Teknk analysis used in thisstudy is the analysis of primary data collected through questionnaires that havebeen made in advance with a list of questions , which are necessary for scientificresearch. Data obtained classified tabulated and processed in accordance with theanalysis tool used Net Revenue Analysis
The results showed that the number of hospitalizations of rice farmers in thevillage Wuura Southern District Mowila Konawe was Rp.252.000.000 / MT withan average receipt Rp.8.400.000 / MT. In addition , the amount of expenditureincurred by the rice farmers in the village Wuura Southern District MowilaKonawe was Rp.84.000.000 / MT, with an average cost Rp.2.800.000 / MT. foreach farmer , but costs vary depending on the area of his land . Similarly, the totalnumber of paddy farmers' income in the village Wuura Southern District MowilaKonawe was Rp.168.000.000 / MT, with an average income of farmers amountedRp.5.600.000 / MT.
Keywords : production, income.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR . ............................................................................... iHALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................................iiHALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA .................................................iiiHALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ivHALAMAN PENETAPAN PENGUJI .................................................................. vHALAMAN KEASLIAN TULISAN ....................................................................viKATA PENGANTAR ...........................................................................................viiABSTRAK .............................................................................................................. ixABSTRACT ............................................................................................................. xHALAMAN DAFTAR ISI......................................................................................xiHALAMAN DAFTAR TABEL ..........................................................................xiiiHALAMAN DAFTAR GAMBAR ......................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 11.1 Latar Belakang .................................................................................................... .11.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 61.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 71.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 71.5 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 82.1. Landasan Teorits ................................................................................................. 82.1.1. Pengertian Produksi ........................................................................................ 82.1.2. Faktor-faktor produksi ..................................................................................... 82.1.3. Konsep Pendapatan ........................................................................................ 162.1.4. Konsep Biaya . ............................................................................................... 222.1.5. Pengertian Tanaman Pangan . ...................................... ................................. 282.1.6. Pengertian Tanaman Tumpang Sari ............................. ................................. 282.1.7. Pembangunan Sektor Pertanian ..................................................................... 302.1.8. Tahap-Tahap Pembangunan Pertanian......................... ................................. 322.2. Kajian Empirik ................................................................ ................................. 342.3. Kerangka Pemikiran.......................................................................................... 36
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................... .................................373.1. Lokasi Penelitian............................................................................................... 37
xii
3.2. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 373.2.1. Populasi .......................................................................................................... 373.2.2 Sampel............................................................................................................. 373.3. Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 383.3.1. Jenis Data ....................................................................................................... 383.3.2. Sumber Data................................................................................................... 383.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 383.5. Teknik Analisis Data......................................................................................... 393.6. Definisi Operasional.......................................................................................... 40
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 414.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .............................................................. 414.1.1. Karakteristik Fisik Lokal ............................................................................... 414.1.1.1. Letak Geografis .......................................................................................... 414.1.1.2. Topografi dan Administratif ...................................................................... 434.1.1.3. Iklim dan Musim ........................................................................................ 434.1.2. Karakteristik Kependudukan ......................................................................... 454.1.2.1. Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin ........................................... 454.1.3. Produksi Pertanian Kabupaten Konawe Selatan ........................................... 464.1.3.1. Kondisi Luas Lahan Kabupaten Konawe Selatan ...................................... 464.1.3.2. Kondisi Produksi Padi di Kabupaten Konawe Selatan .............................. 484.2. Hasil Penelitian ................................................................................................ 504.2.1. Karakteristik Responden ............................................................................... 504.2.2. Hasil Analisis di wilayah penelitian............................................................... 524.3. Analisis Pendapatan yang diterima Petani Padi Sawah Desa Wuura
Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan ........................................... 554.3.1. Penerimaan Usahatani .................................................................................... 554.3.2. Biaya Usahatani ............................................................................................ 564.3.3. Pendapatan Usahatani .................................................................................... 574.4. Pembahasan....................................................................................................... 58
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 595.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 595.2. Saran ................................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Luas Lahan Sawah menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan MowilaTahun 2010……… ................................................................................ 5
Tabel 1.2. Perkembangan Konsumsi Beras Tahun 2000-2009……… ................... 6Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Mowila menurut Desa……….................... 42Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Kecamatan Mowila menurut Jenis Kelamin
Menurut Desa/ Kelurahan Tahun 2014…… ........................................ 45Tabel 4.3. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2014……… .............................................................................. 46Tabel 4.5. Luas Lahan Kabupaten Konawe Selatan Menurut Jenisnya
2012-2014……… ................................................................................ 48Tabel 4.6. Petani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Kelamin……… ....................... 49Tabel 4.7. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah dan LadangKabupaten Konawe Selatan Tahun 2014 ……… ................................................. 49Tabel 4.8. Petani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Kelamin……… ....................... 50Tabel 4.9. Petani Padi Sawah di Wilayah Penelitian Berdasarkan
Kelompok Usia..................................................................................... 51Tabel 4.10. Petani Padi Sawah Berdasarkan Tingkat Pendidikan……… ............ 51Tabel 4.11. Luas Lahan Sawah yang di Tanami Padi ……… .............................. 53Tabel 4.12. Bibit yang diperlukan saat Musim Tanam ......................................... 54Tabel 4.13. Hasil Produksi Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan MowilaKabupaten Konawe Selatan……… ...................................................................... 54Tabel 4.14. Pendapatan Petani pada Usahatani Padi Sawah di Desa Wuura
Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan……… .................. 55Tabel 4.15. Biaya Petani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila
Kabupaten Konawe Selatan ………………………………………56Tabel 4.16. Pendapatan Petani pada Usahatani Padi Sawah di Desa Wuura
Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan …………………57
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran......................................................................... 36
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika karena sebagian besar
daerahnya berada di daerah tropis yang langsung dipengaruhi oleh garis
khatulistiwa, yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Indonesia masih
merupakan Negara yang memegang peranan penting bagi keseluruhan
perekonomian nasional. Salah satu komoditas tanaman pangan di Indonesia
adalah padi yang hasil produksinya masih menjadi bahan makanan pokok. Padi
merupakan tanaman pertanian dan merupakan tanaman utama dunia.
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting peranannya dalam
perekonomian di sebagian Negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut
bisa kita lihat jelas dari peranan sektor pertanian dalam menampung penduduk
serta memberikan kesempatan kerja kepada penduduk. Pembangunan pertanian
perlu mendapat perhatian yang lebih baik, sekalipun prioritas pada kebijaksanaan
industrialisasi sudah dijatuhkan, namun sekor pertanian dapat memiliki
kemampan untuk menghasilkan surplus. Hal ini terjadi bila produktivitas
diperbesar sehingga menghasilkan pendapatan petani yang lebih tinggi dan
memungkinkan untuk menabung dan mengakumulasikan modal. Peningkatan
taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatannya.
Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi mereka melaksanakan beberapa
kegiatan dengan mengembangkan berbagai kemungkinan komoditi petanian lain
(diversifikasi usahatani) yang secara ekonomis menguntungkan jika lahan
1
2
pertaniannya memungkinkan. Pengembangan pendapatan di luar usahatani (off
farm income) juga akan sangat membantu peningkatan kesejaheraan karena
terbatasnya potensi usahatani, berbagai penelitian menunjukan bahwa peningkatan
pendapatan sektor pertanian akan mampu menurunkan angka kemiskinan petani
(Sudarman, 2001).
Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan mengamanatkan bahwa
pemerintah bersama masyarakat berkewajiban mewujudkan ketahanan pangan.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersediaanya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, merata dan terjangkau. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan
ketahanan pangan dilaksanakan melalui peraturan pemerintah (PP) No. 68 tahun
2002 tentang ketahanan pangan yang menyatakan bahwa penyediaan pangan
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan masyarakat yang
utama, walaupun ada konsumsi pangan lainnya kebutuhan pangan tersebut terus
berkembang dari waktu ke waktu terlebih pertambahan penduduk terus bertambah
sehingga permintaan pangan akan meningkat setiap tahun.
Sektor pertanian di Negara-negara berkembang (developing country)
peranannya sangat besar sekali karena merupakan mata pencaharian pokok
sebagian besar penduduknya. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian suatu
Negara dapat dilihat dari besarnya persentase Produk Domestik Bruto (PDB) dari
sektor pertanian Negara tersebut. Makin besar kontribusi sektor pertanian
terhadap PDP-nya berarti Negara tersebut masih tergolong atau termasuk Negara
3
agraris, sebaliknya apabila kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
persentasenya kecil maka Negara tersebut dapat disebut Negara industri.
Kontribusi sektor pertanian di Negara kita dari tahun ke tahun
persentasenya terus menurun searah dengan melajunya perkembangan sektor
industri yang terus meningkat. Sebelum tahun tujuh puluhan, persentase PDB dari
sektor pertanian masih di atas 50%, pada tahun 1993 menjadi 17,88% dan pada
tahun 1995 hanya mencapai 17,10% , sejak krisis ekonomi melanda Indonesia
pertengahan tahun1997 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB cenderung
meningkat, khususnya terhadap ekspor non migas. Dengan adanya peningkatan
ekspor non migas seperti kayu gelondongan dan hasil perkebunan serta ekspor
migas maka peningkatan produksi padi/ beras berhasil mengantarkan Indonesia
mencapai taraf swasembada beras pada tahun 1984. Dengan keberhasilan tersebut,
Indonesia yang pada tahun tujuh puluhan merupakan pengimpor beras terbesar di
dunia berubah menjadi Negara pengekspor meskipun tidak besar. Tetapi, mulai
tahun 1990-an taraf swasembada tersebut terancam kelestariannya, karena itu, saat
krisis moneter 1997, Indonesia kembali mejadi pengimpor beras terbesar di dunia.
Kecamatan Mowila merupakan salah satu sentra produksi padi khususnya
untuk pengembangan tanaman padi sawah. Sebagian besar penduduk bermata
pencaharian sebagai petani. Hasil yang diproduksi biasanya untuk dikonsumsi
sebagai bahan pangan dan ada pula yang dijual dengan tujuan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga. Besar kecilnya pendapatan usahatani padi
sawah yang diterima oleh penduduk di Kecamatan Mowila dipengaruhi oleh
penerimaan biaya produksi. Berdasarkan kontribusinya pada tahun 2014
4
Kabupaten Konawe Selatan merupakan penyumbang produksi padi terbesar
kedua setelah konawe di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu sebesar 13,82
persen. Kemudian luas tanam dan luas panen tanaman padi yang paling besar di
Kabupaten Konawe Selatan adalah Kecamatan Mowila berturut-turut sebesar
2.666 hektar dan 2.667 hektar. Perkembangan luas panen produksi dan
produkivitas padi sawah di Kecamatan Mowila pada tahun 2014 yaitu sebanyak
88.048 ton yang dihasilkan dari lahan sawah yang di panen seluas 21.242 hektar
dengan produktivitas sebesar 41,45 kwintal per hektar.
Menurut penggunaanya, luas lahan Kabupaten Konawe Selatan yang
digunakan untuk persawahan (irigasi dan non irigasi) pada tahun 2014 sebesar
23.351 hektar atau sekitar 5,71 persen dan total luas wilayah Kabupaten Konawe
Selatan. Luasan ini tidak lebih besar dari luas lahan sawah tahun 2012 dan 2013
yaitu sebesar 24.065 dan 25.875 hektar. kemudian di Kecamatan Mowila luas
lahan persawahan yaitu sebesar 2.136 hektar, hal tersebut dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
5
Tabel 1.1 Luas Lahan Sawah Menurut Desa/ Kelurahan Di Kecamatan MowilaTahun 2010
No Nama Desa/ Kelurahan Luas Wilayah(km²)
Luas Sawah(Ha)
1 Wuura 7,5 2002 Lamolori 3,6 633 Rakawuta 5,5 714 Toluwonua 6,2 1555 Mowila 3,9 706 Pudahoa 21,5 27 Puuwehuko 15 3518 Kandoano 5 2009 Mulyasari 2,2 4510 Monapa 5,6 28011 Kanombayasa 2,5 7012 Puunggulahi 4,4 12513 Ranoaopa 2,8 12514 Lalosingi 6,5 21915 Mataiwoi 6,2 2016 Wonua Kongga 3,8 1017 Wonuasan 2,2 3018 Tetesingi 9,7 519 Wonua Monapa 7,3 95
Jumlah 129,4 2.136Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan
Kebutuhan beras Kabupaten Konawe memperlihatkan bahwa konsumsi
beras dalam rumah tangga selama 10 tahun terakhir menurun rata-rata 0,58
persen pertahun, hal ini menggambarkan bahwa konsumsi beras masyarakat sudah
mulai menurun dan kemungkinan bersubtitusi dengan makanan jadi karena
permintaan beras perkapita dengan memperhitungkan industri sebesar 139
kg/tahun. Dengan demikian pemerintah masih tetap memprioritaskan
pengembangan komoditas padi dibanding komoditas pangan lain yang selama ini
dimanfaatkan lansung sebagai makanan utama masyarakat Indonesia. Konsumsi
beras dapat di lihat pada tabel berikut ini:
6
Tabel 1.2 Perkembangan Konsumsi Beras Tahun 2000-2009Tahun Konsumsi beras
(kg/tahun)2000 120,002001 133,002002 100,702003 127,892004 99,042005 105,002006 119,002007 120,202008 107,802009 101,15(% / tahun) -0,58
Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan
Hasil sensus pertanian tahun 2013 Kabupaten Konawe Selatan menunjukan
bahwa sebanyak 17.231 rumah tangga yang mengusahakan tanaman pangan padi
sawah walaupun demikian jumlah petani laki-laki masih dominan dibandingkan
jumlah petani perempuan yang membantu suami dalam bertani menanam padi
sawah. Jumlah petani laki-laki sebanyak 19.596 orang dan petani perempuan
sebanyak 2.468 orang petani.
Dari latar belakang diatas maka penulis dapat mengambil judul “Analisis
Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Mowila Kabupaten
Konawe Selatan”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1). Berapa besar produksi padi sawah yang di hasilkan dalam satu kali musim
tanam di Desa Wuura?
7
2). Berapa besar pendapatan petani atas usaha produksi padi sawah dan biaya
yang dikeluarkan untuk produksi padi sawah tersebut di wilayah penelitian
Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1). Untuk mengetahui seberapa banyak produksi padi sawah yang di hasilkan di
Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan.
2). Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan petani atas usaha produksi padi
sawah dan biaya yang dikeluarkan di Kecamatan Mowila Kaupaten Konawe
Selatan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi akademisi/keilmuan
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengembangan yang terkait dengan
produksi padi sawah dan pendapatan petani.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya, terutama yang
berkaitan dengan sub sektor tanaman pangan dan pendapatan petani.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini maka untuk
menghindari kesalahan interpretasi dalam kajian ini peneliti membatasi ruang
lingkup penulisan, sehingga ruang lingkup hanya pada produksi padi sawah dan
pendapatan petani maupun biaya yang digunakan untuk produksi padi sawah di
wilayah penelitian di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Produksi
Sejumlah ahli ekonomi mengemukakan berbagai macam definisi tentang
produksi akan tetapi pada prinsipnya mempunyai pengertian yang sama.
Pengertian produksi secara ekonomi adalah menghasilkan sejumlah output.
Mengenai hal tersebut selanjutnya penulis mengemukakan pendapat para ahli
sebagai berikut :
Menurut Assauri (2006 : 107) mendefinisikan produksi sebagai berikut :
Produksi adalah merupakan segala kegiatan dalam menciptakan dan
menambah kegunaan (utility) suatu barang dan jasa. Selain itu produksi dapat juga
diartikan sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan
menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang (www. Dikmenum.go.id).
Selanjutnya menurut M. Fuad (2004 : 8) produksi adalah kegiatan atau proses
yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output).
2.1.2. Faktor-faktor Produksi
Menurut Sukirmo (2006 : 6) pengertian faktor produksi adalah benda-
benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.
Produksi pertanian yang optimal adalah produksi yang mendatangkan
produk yang menguntungkan ditinjau dari sudut ekonomi ini berarti biaya faktor-
faktor input yang berpengaruh pada produksi jauh lebih kecil bila dibandingkan
8
9
dengan hasil yang diperoleh sehingga petani dapat memperoleh keuntungan dari
usaha taninya.
Faktor-faktor produksi yang dimaksud dalam penulisan ini adalah :
a. Alam
Alam merupakan semua kekayaan yang terdapat di alam untuk
dimanfaatkan dalam proses produksi, karena sudah begitu saja ada pada kita dan
sejak dulu dimanfaatkan untuk produksi, maka SDA ini termasuk faktor produksi
yang meliputi tanah, air, iklim, udara, dan sebagainya.
Kekayaan alam yang besar belum tentu menjamin tingkat kemakmuran
yang tinggi, alam sebagai faktor produksi hanya menyediakan bahan-bahan atau
kemungkinan-kemungkinan untuk berproduksi, jika kemungkinan-kemungkinan
yang tersedia di dalam lingkungan alam itu tidak dimanfaatkan, maka
kemungkinan-kemungkinan itu tinggal potensi belaka.
Perlunya pengelolaan tanah dalam pertanian, karena dengan adanya
pengelolaan tanah akan mencakup berbagai faktor yaitu:
1. Perencanaan penggunaan tanah sesuai dengan kesanggupannya.
2. Menyiapkan tanah dalam keadaan olah yang baik.
3. Pergiliran tanaman yang tersusun dengan baik.
4. Konservasi tanah dan air.
5. Mnegusahakan unsure hara tersedia dengan baik melalui pemupukan.
Selain itu perlu juga adanya pengelolaan tanah berkelanjutan karena dngan
adanya pengelolaan tanah berkelanjutan akan dapat menghasilkan keuntungan
dalam jangka waktu yang lama serta tetap memelihara kesehatan dan kualitas
10
lingkungan. Selanjutnya, Dumenski (1994), dalam Winarso (2005) menyatakan
bahwa pengelolaan berkelanjutan akan memperhatikan dan memadukan teknologi
yang mencakup empat pilar utama, yaitu:
a. Melindungi lingkungan,
b. Secara ekonomis sangat layak dan produktif,
c. Secara sosial diterima, dan
d. Mengurangi resiko.
Pertanian berkelanjutan didefinisikan sebagai pertanian yang dapat
mengarahkan pemanfaatan oleh manusia lebih besar, efisiensi penggunaan
sumberdaya lahan lebih besar dan seimbang dengan lingkungan, baik dengan
manusia maupun dengan hewan.
FAO (1990) merevisi batasan di atas dengan adanya pengukuran
berkelanjutan pertanian saat ini dan perkembangan masa depan, dengan criteria
sebagai berikut:
a. Kebutuhan pangan saat ini dan generasi yang akan datang
b. Memberikan lapangan pekerjaan yang cukup, pendapatan layak dan
kehidupan manusia yang diiinginkan dalam produksi pertanian.
c. Memelihara dan jika mungkin meningkatkan kapasitas produksi SDA secara
keseluruhan tanpa mengganggu siklus alam dan keseimbangan ekologi,
merusak identitas sosial budaya komunitas pedesaan.
d. Sektor pertanian lebih lentur melawan factor-faktor alami dan sosial ekonomi
yang merusak, resiko lain serta meningkatkan kepercayaan diri penduduk
pedesaan.
11
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pertanian berkelanjutan
dapat mempertahankan produktivitas tanah untuk generasi mendatang baik secara
ekologi, ekonomi, dan budaya.
Jenis-jenis Sumber Daya Alam (SDA)
1. Sumber Daya Alam Berdasarkan Kemungkinan Pemulihanya
Sumber daya alam yang selalu ada, adalah sumber daya yang tidak pernah
habis. Karena mengalami siklus sepanjang masa, misalnya energy sinar
matahari, udara, energi pasang surut air laut, dan sumber daya air.
Sumber daya alam yang dapat diperbaharui, adalah sumber daya yang jika
habis tidak dalam waktu yang lama dan cepat tersedia kembali baik dengan
reproduksi atau pengembangbiakan seperti hewan dan tumbuhan.
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, adalah sumber daya yang
sulit atau bahkan tidak bisa menyediakannya kembali karena membutuhkan
waktu yang sangat lama dan bahkan sampai jutaan tahun, seperti barang-
barang tambang.
2. Sumber Daya Alam Berdasarkan Jenisnya
Sumber daya alam hayati/biotik, adalah sumber daya alam berupa makhluk
hidup seperti hewan, tumbuhan, mikroba dan manusia.
Sumber daya alam nonhayati/abiotik, adalah sumber daya alam fisik yang
berupa benda-benda mati, seperti barang tambang, kincir angin, air dan tanah.
3. Sumber Daya Alam Berdasarkan Kegunaan dan Penggunaanya
12
Sumber daya alam penghasil bahan baku, adalah sumber daya alam yang
digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain dengan nilai guna yang
tinggi.
Sumber daya alam penghasil energi, adalah sumber daya alam sebagai
penghasil energi untuk kebutuhan manusia. Salah satunya sinar matahari yang
memancarkan energi untuk manusia. Begitu juga dengan arus air yang
digunakan sebagai penghasil energi dalam penggerak turbin pembangkit
listrik.
4. Sumber Daya Alam Berdasarkan Nilai Kegunaanya atau Sumber Daya
Ekonomis
Sumber daya alam ekonomis tinggi, adalah sumber daya yang didapatkan
dengan biaya yang besar. Seperti mineral-mineral logam mulia contohnya
intan, perak dan emas.
Sumber daya alam ekonomis renda, adalah sumber daya alam yang didapatkan
dengan biaya yang cukup murah dan tersedia dengan jumlah yang cukup
banyak. Seperti bahan-bahan bangunan. Contohnya batu, gamping dan pasir .
Sumber daya alam nonekonomis, adalah sumber daya alam yang didapatkan
tanpa mengeluarkan biaya, tanpa pengorbanan yang tersedia dalam jumlah
yang tidak terbatas. Contohnya sinar matahari, suhu, udara dan angin.
b. Tenaga Kerja
Dalam ilmu ekonomi (Daniel, 2002 : 86) yang dimaksud tenaga kerja
adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari
manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor
13
bukan termasuk faktor tenaga kerja, tetapi termasuk modal yang menggantikan
tenaga kerja. Tenaga kerja juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mengelola sumber daya alam tersebut dengan menggunakan tenaga dari manusia
atau biasa disebut dengan sumber daya manusia. Dalam faktor ini ada
pengelompokan tersendiri bagi tenaga kerja yaitu berdasarkan sifatnya dan
kemampuan atau kualitasnya.
1) Berdasarkan sifatnya, tenaga kerja terbagi menjadi dua, tenaga kerja jasmani,
dimana seluruh kegiatan atau aktivitas pekerjaan yang dilakukan lebih banyak
menggunakan kekuatan fisik seperti : kuli banguna, tukang kuli cangkul
sawah, tukang becak, buruh pengangkut barang dan lain sebagainya. Dan
tenaga kerja rohani dimana kegiatan yang dilakukan lebih banyak
mneggunakan otak atau pikiran seperti: direktur, guru, penulis, pengacara dan
lainya.
2) Berdasarkan kualitas atau kemampuannya, tenaga kerja terbagi menjadi tiga,
yaitu (1) tenaga kerja terdidik, dimana tenaga kerjanya membutuhkan
pendidikan yang sesuai seperti profesi dokter, guru, bidan dan lainya. (2)
terampil dimana tenaga kerja yang dibutuhkan mengharuskan pengalaman,
skill, dan biasanya mengikuti kursus sebelumnya seperti contoh: penjahit,
tukang rias, tukang las dan lain sebagainya. (3) tidak terdidik dan tidak
terampil yang biasa disebut tenaga kerja kasar dimana tidak membutuhkan
keterampilan atau pendidikan khusus seperti contoh tukang penjual Koran.
14
c. Modal
Modal/Kapital mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya.
Dalam arti sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan yang dimilki
seseorang yaitu semua harta berupa uang, tanah, mobil, dan lain sebagainya.
Menurut Von Bohm Bawerk (Daniel, 2002 : 74), arti modal modal atau kapital
adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut
dengan kekayaan masyarakat. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barang-
barang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat atau modal sosial.
Jadi, modal adalah “Setiap hasil/produk atau kekayaan yang digunakan
untuk memproduksi hasil selanjutnya atau hasil yang baru”. Secara umum modal
dapat dibagi 2, yaitu :
1) Modal tetap adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang
dapat digunakan beberapa kali, meskipun akhirnya barang-barang modal ini habis
juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil. Contoh : mesin, pabrik, gedung,
dll
2) Modal bergerak adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi
yang hanya bisa digunakan dalam proses produksi, misalnya bahan mentah,
pupuk, bahan bakar, dll.
Dalam usaha pertanian dikenal ada modal fisik dan modal manusiawi.
Modal fisik atau modal material, yaitu berupa alat-alat pertanian, bibit, pupuk,
ternak. Sedangkan modal manusiawi adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pendidikan, latihan, kesehatan. Modal manusiawi tidak memberikan pengaruh
15
secara langsung, dampaknya akan kelihatan dimasa datang dengan
meningkatnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia pengelolanya.
Yang dimasukkan dalam kalkulasi modal usaha tani padi adalah semua
biaya yang dikeluarkan oleh petani padi mulai dari pengolahan tanah sampai
permanen hasil. Biaya yang dimaksud yaitu pembelian bibit, pupuk, pestisida,
alat-alat dan biaya lainnya yang dikeluarkan untuk usaha tani padi yang
dilakukan.
d. Skill (Keterampilan)
Yang dimaksud dengan keahlian atau skill adalah manajemen atau
kemampuan petani menentukan manfaat pengunaan faktor produksi dalam
perubahan teknologi, sehinga usaha tani yang dikelolanya dapat memberikan hasil
(output) yang lebih baik. Oleh karena itu kapada para petani harus diberikan
penyuluhan dalam menggunakan dan memanfaatkan faktor-faktor produksi pada
saat muncul teknologi baru yang dapat diterapkan dalam melakukan usaha tani,
yang dapat menyebabkan biaya produksi dapat ditekan dan dapat meningkatkan
produksi.
Keterampilan (skill) yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha terdiri
dari:
1. Managerial skill, yaitu kemampuan dalam mengorganisasikan semua
faktor produksi agar mencapai tujuan.
2. Technical skill, yaitu keahlian yang bersifat teknis dalam pelaksanaan
proses produksi sehingga berjalan dengan baik.
16
Banyak orang yang tidak mempunyai keterampilan atau skill dalam
melakukan atau membantu dari hasil produksi sehingga produksi dapat berjalan
dapat berjalan dengan baik dengan skill yang dimiliki. Maka dari itu seseorang
harus mempunyai skill dengan cara melatih keterampilannya atau bakat yang
sudah dimiliki tinggal mengasah dengan demikian usaha ataupun ada kaitanya
dibidang pertanian dapat berjalan dengan lancar. Hal yang menyebabkan
seseorang tidak mempunyai keterampilan atau skill kerana kurangnya pengalaman
dan pengetahuan.
3. organizational skill, yaitu keahlian dalam memimpin berbagai usaha, tidak
hanya intern perusahaan yang bersifat bisnis, tetapi juga organisasi dalam bentuk
lain.
2.1.3. Konsep Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
Menurut Sadono Sukirno (2009:85) dalam teori ekonomi mikro bahwa
pendapatan adalah perolehan yang berasal dari biaya-biaya factor produksi atau
jasa-jasa produktif. Pengertian tersebut menunjukan bahwa pendapatan adalah
seluruh perolehan baik yang berasal dari biaaya faktor produksi maupun total
output yang dihasilkan untuk seluruh produksi dalam suatu perekonomian dalam
jangka waktu tertentu.
Pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan dan papan
sangat tergantung pada besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh seorang
individu. Hal ini seesuai dengan pendapat sadono sukirno dalam buku “Teori
17
Ekonomi” semakin tinggi pendapatan diposibel yang diterima oleh rumah tangga,
makin besar konsumsi yang dibelanjakan. (Sadono Sukirno, 2009:85).
Pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan akan menentukan
tingkat kesejahteraan yang dimiliki oleh seorang individu artinya makin besar
pendapatan makin besar pula konsumsi dan tingkat kepuasan yang diperolehnya.
Oleh sebab itu setiap individu berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi
kebutuhan melalui berbagai usaha dengan factor-faktor produksi yang dimilikinya
yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian.
Selanjutnya Winardi (2007:89) mengemukakan bahwa pendapatan adalah
hasil berupa uang atau materi lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan modal atau
kekayaan. Jikan melihat pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pendapatan seseorang adalah jumlah penggunaan kekayaan
jasa-jasa yang dimilikinya baik dalam bentuk uang atau dalam bentuk materi
lainnya.
Ekonomi sebagaimana yang diketahui adalah kegiatan manusia dengan
masyarakat untuk memanfaatkan dan mempergunakan unsure-unsur produksi
dengan sebaik-baiknya guna memenuhi berbagai rupa kebutuhan. Keadaan
ekonomi dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
pendapatan, jenis pekerjaan dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Pendapatan
sering dijadikan tolak ukur dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu
masyarakat dan keberhasilan perekonomian suatu Negara. Manusia sebagai
makhluk sosial, disamping harus mengadakan interaksi dengan orang lain juga
harus berusaha seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
18
keluarganya. Seseorang yang bekerja untuk memperoleh pendapatan senantiasa
mengharapkan agar pendapatan yang diterima sesuai dengan tingkat pengorbanan
yang telah diberika, sedangkan pemberi kerja mengharapakan hasil pekerjaan
yang lebih memuaskan dengan kata lain tenaga kerja tentu mengharapkan
pendapatan besar sebaliknya bagi pengusaha pendapatan harus ditekan
sedemikina rupa sehingga laba yang diperoleh semakin besar guna
mengembangkan usahanya dan meningkatkan kesejahteraan karyawannya.
Pendapatan sebagai salah satu unsure kesejahteraan. Harga dan
pendapatan merupakan faktor yang menntukan besar kecilnya permintaan barang
dan jasa. Pendapatan menurut pengertian umum adalah balas jasa yang diterima
oleh seorang individu setelah melaksanakan sesuatu pekerjaan atau nilai barang
dan jasa yang diterima oleh seorang individu melebihi hasil penjualanya.
Ditinjau dari segi rumah tangga perusahaan, maka pendapatan pada
prinsipnya mempunyai sifat menambah atau menaikkan nilai kekayaan pemilik
perusahaan, baik dalam bentuk penerimaan maupun tagihan. Untuk memperjelas
pengertian tentang pendapatan, dikemukakan pengertian pendapatan dari para
ahli: M.P Simangunsong (2004 : 6) mengemukakan bahwa :
“Pendapatan adalah bertambahnya aktiva perusahaan atau uang tunai, piutang,
kekayaan lain yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang mengakibatkan
modal bertambah”.Dumairy (1999 : 56) menambahkan bahwa: Pendapatan adalah
jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam
proses produksi meliputi uapah/gaji, sewa tanah, bunga dan keuntungan.
19
Pendapatan nasional menurut Lincolin Arsyad (2004 : 13) merupakan nilai
produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu perekonomian
(negara) dalam waktu satu tahun.
a. Pendapatan Nasional
Yang dimaksud dengan pendapatan nasional adalah keseluruhan
pendapatan yan diterima golongan masyarakat pemilik faktor-faktor produksi
berupa alam, tenaga kerja, modal dan skill dalam satu tahun. Selanjutnya
pendapatan nasional salah satu diantaranya adalah produk nasional yang
dibedakan atas :
1) Gross National Product (GNP), yaitu produksi nasional total suatu negara atau
output barang-barang atau jasa-jasa dalam jangka waktu tertentu yang dinilai
dengan harga pasar dalam bentuk uang. GNP ini paling umum digunakan untuk
menentukan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
2) Net National Product (NNP), yaitu nilai pasar semua uang, barang dan jasa
yang dihasilkan sebuah perekonomian dalam jangka waktu tertentu. Biasanya satu
tahun dikurangi penyusutan barang-barang modal.
3) Net National Income (NNI), yaitu jumlah penerimaan golongan-golongan
pemilik faktor-faktor produksi dalam masyarakat.
b. Pendapatan Perseorangan
Pendapatan perseorangan adalah semua pendapatan yang diperoleh
seseorang dalam kegiatan ekonomi dalam waktu tertentu. Pada umumnya
pendpatan perseorangan dapat dibedakan atas :
1) Pendapatan nominal, yaitu pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk uang.
20
2) Pendapatan riil (yaitu), yaitu pendapatan yang dihitung dari jumlah yang dapat
dibeli pendapatan nominal.
Kedua jenis pendapatan diatas sangat penting, akan tetapi yang selalu
mendapat perhatian dari para ahli adalah riil income, sebab walaupun pendapatan
tinggi, jika harga barang dan jasa tinggi, maka pada hakekatnya pendapatan riil
menjadi rendah.
Pendapatan perseorangan dapat dibedakan atas :
1) Upah adalah sejumlah uang. Barang-barang dan jasa-jasa yang diterima
seseoran dalam jangka waktu tertentu atas pemakaian tenaga.
2) Deviden adalah pendapatan yang diterima oleh pemilik saham sebagai balas
jasa dari pengikutsertaan modal dalam perusahaan.
3) Sewa adalah pendapatan yan diterima oleh pemilik harta atas harta yang
dipersewakan dalam jangka waktu tertentu sebagai imbalan atas penggunaan
fasilitas yang dimanfaatkan orang lain.
4) Bunga adalah pendapatan yang diterima oleh pemilik modal.
5) Pendapatan pengusaha merupakan pendapatan yang diterima para pengusaha.
Pendapatan ini seringkali sebagai kumpulan dari beberapa pendapatan.
c. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua
yaitu: (1) pendapatan kotor, yaitu pendapatan yang diperoleh petani dalam
usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau
pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga persatuan
berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan
21
yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama
proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya rill tenaga kerja dan biaya rill
sarana produksi.
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsure
penerimaan dan unsur pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah
hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan
pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana
produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi,
2001).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Secara umum Muljianto (2007: 98) mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi besar pendapatan yang diperoleh adalah:
1) Jumlah faktor produksi yang dimiliki dan disumbangkan dalam proses
produksi, semakin banyak faktor produksi yang digunakan maka semakin
besar pula pendapatan yang akan diterima.
2) Harga pokok produksi, hal ini turut pula menentukan besar kecilnya
pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi, semakin tinggi harga
faktor produksi maka akan semakin tinggi pula pendapatan yang diterima
faktor produksi.
3) Efisiensi kerja, juga turut mempengaruhi pendapatan, karena efisisensi
kerja merupakan jumlah pekerjaan yang berhasil diselenggarakan oleh
seorang pekerja. Umumnya dapat dikatakan semakin tinggi efisiensi kerja
akan semakin tinggi pula tingkat pendapatannya.
22
Baharsjah (2007:30) mengemukakan bahwa factor-faktor yang
menentukan kemajuan dan peningkatan pendapatan petani yaitu kondisi sumber
daya alam. Kondisi sumber daya manusia dan kondisi kelembagaan petani.
Selanjutnya Muksidar (2005: 13) mengemukakan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi pendapatan yaitu modal, tenaga kerja, peralatan kerja dan skill.
Dalam arti sederhana pendapatan dapat pula diartikan sebagai total
penerimaan setelah dikurangi semua biaya (pengeluaran). Balas jasa yang
diterima oleh pemilik faktor produksi yang dihitung dalam jangka waktu tertentu.
Bentuk dan jumlah pendapatan mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan member kepuasan, disamping itu
pendapatan berfungsi pula untuk mencukupi kegiatan lain dan memenuhi
kewajiban-kewajiban. Pendapatan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti hasil penjualan jasa, hasil penjualan barang dagangan, hasil penjualan
produksi pertanian dan sumber-sumber lainnya.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka pendapatan dari seorang warga
masyarakat atau individu adalah nilai dari seluruh faktor produksinya atau
sumber-sumber yang dimilikinya, sebagai alat untuk memperoleh barang dan jasa
guna memenuhi kebutuhan kehidupannya dan keluarganya. Ini mengandung suatu
pengertian bahwa tinggi rendahnya suatu tingkat kehidupan seseorang ditentukan
oleh tinggi rendahnya pendapatan dari orang atau keluarga yang bersankutan.
2.1.4. Konsep Biaya
Menurut Kuswadi (2007 : 72) bahwa biaya adalah semua pengeluaran
untuk mendapatkan barang dan jasa dari pihak ketiga. Hal senada juga
23
dikemukakan oleh Mulyadi (2007 : 8) bahwa biaya adalah pengorbanan yang
diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan Kusnadi (2006 : 168) bahwa biaya adalah manfaat yang dikorbankan
dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Manfaat (barang dan jasa) yang
dikorbankan diukur dalam Rupiah melalui pengurangan aktiva atas pembebanan
utang pada saat manfaat itu diterima.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa biaya adalah
pengorbanan yang dikeluarkan saat sekarang dan diharapkan dapat memperoleh
hasil tertentu pasa masa yang akan datang.
Macam-macam Biaya
Untuk tujuan yang berbeda, biaya dapat dibedakan dalam berbagai cara,
sebagaimana Supriyono (2002 : 18) mengemukakan bahwa :
Penggolongan biaya adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas
keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih
ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih
penting.
Mulyadi (2007 : 14) menggolongkan biaya kedalam 5 (lima) cara
penggolongan, menurut :
1) Objek peneluaran dalam suatu perusahaan yang terdiri atas :
a.Biaya bahan baku, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku
yang akan diubah menjadi bentuk baru.
b.Biaya tenaga kerja, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membiayai karyawan
yang bekerja dalam proses produksi.
24
c.Biaya overhead pabrik, yaitu biaya yang dikeluarkan selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja lansung untuk membiayai kegiatan produksi.
2) Fungsi pokok perusahaan yang terdiri atas :
a.Biaya produksi, yakni biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku
menjadi bahan jadi
b.Biaya pemasaran, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan
kegiatan pemasaran produk jadi.
c.Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membantu
kelancaran kegiatan produksi dan pemasaran produk.
3)Hubungan biaya dengan sesuatu yang terbagi atas :
a.Biaya langsung, yaitu biaya yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya
sesuatu yang dibiayai
b.Biaya tidak lansung, yaitu biaya yang dikeluarkan tidak hanya disebabkan
karena adanya sesuatu yang dibiayai.
4)Perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, terdiri
atas:
a.Biaya variabel, yaitu biaya yang dalam jumlah totalnya akan berubah
sebanding/proporsional dengan perubahan volume kegiatan produksi
b.Biaya semi variabel, yaitu biaya yang perubahannya tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan produksi
c.Biaya semi tetap, yaitu biaya yang jumlahnya tetap dalam volume kegiatan
tertentu dan akan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi
tertentu
25
d.Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume kegiatan
tertentu dan waktu tertentu
5) Atas dasar jangka waktu manfaatnya, terdiri atas :
a.Pengeluaran modal yaitu biaya yang dikeluarkan untuk masa manfaat lebih dari
satu periode akuntansi
b.Pengeluaran pendapatan yaitu biaya yang dikeluarkan yang masa manfaatnya
hanya pada masa/saat atau periode akuntansi menjadi pengeluaran tersebut.
Untuk melakukan perhitungan tinkat pendapatan yang diperoleh suatu usaha
pertanian, maka sangat perlu dilakukan identifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan
sekaligus menetahi tingkat pendapatan, sehingga dapat diketahui apakah usaha
tersebut menguntungkan atau tidak suatu periode tertentu.
Machfoedz (2006: 122) mengatakan bahwa biaya adalah beban terhadap
penghasilan karena perusahaan menggunakan sumberdaya ekonomi yang ada,
biaya bisa berasal dari aktiva atau kejadian langsung tanpa memalalui aktiva.
Bambang dan Kartasapoetra (2008:1) mendefinisikan biaya adalah jumlah
yang diukur dalam unit moneter atau uang yang dikeluarkan, jasa-jasa yang
diberikan atau hutang yang ditanggung dalam hubungannya dengan barang-
barang atau jasa-jasa yang diterima.
Batasan-batasan tersebut mempunyai perbedaan dalam rumusan konsep
oleh para ahli, tetapi pada prinsipnya mempunyai peranan asas, sehingga dengan
demikian dapat pula ditarik bebrapa kesimpulan yaitu:
1. pengorbanan sumber-sumber yang bersifat ekonomis (sifat potensial) yang
dapat diukur dengan uang (takaran moneter) karena sifatnya yang
26
potensial maka keberadaannya berdasarkan pada apa yang telah dan akan
terjadi.
2. Pengorbanan sumber-sumber ekonomis tersebut dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu. Olehnya itu kalau dikaitkan dengan tujuan perusahaan
maka dengan sendirinya dapat dikatakan bahwa pengorbanan sumber-
sumber ekonomis telah dan bakal terjadi untuk mencapai keuntungan.
3. Analisis biaya merupakan bagian penting dalam perencanaan.
Adanya ksimpulan di atas, dapat pula dikatakan bahwa setiap perusahaan
sangat perlu menganalisis apakah tujuan tersebut dapat dicapai dengan berhasil
dan berdayaguna, karena manfaat dari perencanaan adalah :
1. Tujuan yang ingin dicapai telah ditetapkan, sehingga pelaksaan kegiatan
dapat diusahakan dengan efektifitas dan efisiensi setinggi mungkin.
2. Untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat
dicapai dan dilakukan koreksi-koreksi atas penyimpangan-penyimpangan
yang timbul seawall mungkin.
3. Dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul dan
mengatasinya secara terarah.
4. Dapat menghindari adanya kegiatan yang tidak terarah dan terkontrol.
Bambang dan Kartasapoetra (2008: 4) mengemukakan bahwa dalam usaha
produksi yang dilangsungkan oleh suatu pabrik pada umumnya terdapat tiga
komponen biaya dasar, yaitu:
1. Biaya bahan (material) langsung,
2. Biaya tenaga kerja langsung
27
3. Biaya Overhead atau biaya umum.
Biaya bahan langsung (direct material cost) adalah biaya bahan-bahan
yang secara langsung dipergunakan dalam produksi
2.1.5. Pengertian Tanaman Pangan
Pengertian tanaman pangan adalah tanaman yang dimanfaatkan sebagai
bahan makanan sehari-hari yang dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat didalam
tubuh. Bisa dibilang bahwa bahan makanan ini merupakan hal yang paling harus
ada pada saat kita makan, walaupun sebagian orang mengurangi makanan yang
mengandung karbohidrat karena alasan takut gemuk.
Di Indonesia terdapat banyak sekali jenis tanaman pangan yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan makanan penghasil karbohidrat, yang paling utama
adalah nasi, nasi berasal dari tanaman padi. Nasi merupakan makanan pokok
orang Indonesia, kurang lengkap rasanya makan jika tidak memakai nasi.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalam pengertian pangan
adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya
yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan dan minuman. Pengertian pangan di atas merupakan definisi pangan
yang dikeluarkan oleh badan dunia untuk urusan pangan, yaitu Food and
Agricultural Organization (FAO).
Berkaitan dengan kebijakan ketahanan pangan, pengertian pangan
dikelompokkan berdasarkan pemrosesannya, yaitu:
28
1) Bahan makanan yang diolah, yaitu bahan makanan yang dibutuhkan proses
pengolahan lebih lanjut, sebelum akhirnya siap untuk dikonsumsi. Pemrosesan
di sini berupa proses pengubahan bahan dasar menjadi bahan jadi bahan
setengah jadi untuk tujuan tertentu dengan menggunakan teknik tertentu pula.
Contoh bahan makanan olahan adalah nasi, pembuatan sagu, pengolahan
gandum, pengolahan singkong, pengolahan jagung, dan lain sebagainya.
2) Bahan makanan yang tidak diolah, yaitu bahan makanan yang langsung untuk
dikonsumsi atau tidak membutuhkan proses pnegolahan lebih lanjut. Jenis
makanan ini sering dijumpai untuk kelompok buah-buahan dan beberapa jenis
sayuran.
Bahan baku pangan secara umum dapat dikatakan untuk diolah lebih lanjut
ataupun dapat langsung dikonsumsi (tanpa diolah). Dalam proses pengolahan ini
juga dibutuhkan bahan tambahan, berupa bumbu masak, bahan-bahan penyedap,
dan bahan-bahan lainya yang berfungsi untuk pelengkap penyajian makanan.
Pengertian pangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini atau sesuai dengan
konteks ketahanan pangan nasional difokuskan pada jenis pangan yang
mendominasi kandungan karbohidrat. Jenis makanan atau pangan yang
dimaksudkan terdiri atas beras, jagung, ketela, singkong, jenis ubi-ubian, dan jenis
ketela.
2.1.6. Pengertian Tanaman Tumpang Sari
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture)
berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam
waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan
29
adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman
budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah.
Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping. Penanaman yang
dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai
atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagai tumpang gilir (relay cropping).
Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur)
suatu tanaman perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok
masih kecil atau belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela
(intercropping). Jagung atau kedelai biasanya adalah tanaman sela yang dipilih.
Sistem budidaya surjan, suatu bentuk kearifan lokal dari Yogyakarta selatan, juga
dapat digolongkan sebagai tumpang sari.
Konsep serupa tumpang sari dapat diperluas dalam kelas usaha tani lain.
Dalam kehutanan, kombinasi pertanaman antara tanaman semusim dengan pohon
hutan dikenal sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga diterapkan bagi
budidaya padi dan ikan air tawar pada lahan sawah yang dikenal sebagai mina
padi.
Pola penanaman tumpang sari dapat memaksimalkan lahan dibandingkan
pola monokultur karena:
1. Hasil panen pada lahan tidak luas bisa beberapa kali dengan usia panen
dan jenis tanaman berbeda,
2. petani mendapat hasil jual yang saling menguntungkan atau menggantikan
dari tiap jenis tanaman berbeda dan,
3. resiko kerugian dapat ditekan karena terbagi pada setiap tanaman.
30
Penggunaan pupuk majemuk dalam tumpang sari lebih menguntungkan karena:
lebih murah dibandingkan dengan pupuk tunggal dan,
pemakaiannya sekali.
2.1.7. Pembangunan Sektor Pertanian
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting
karena sebagian anggota masyarakat di Negara-negara miskin menggantungkan
hidupnya pada sektor tersebut. Para perencana harus sungguh-sungguh
memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, maka satu-satunya cara adalah
dengan meningkatkan kesejahteraan sebagian besar anggota masyarakatnya yang
hidup di sektor pertanian itu. Cara itu bisa ditempuh dengan cara meningkatkan
produksi tanaman pangan dan tanaman perdagangan mereka dan atau menaikan
harga yang mereka terima atas produk-produk yang mereka hasilkan. Tentu saja
tidak semua kenaikan output akan menguntungkan sebagian besar penduduk
pedesaan yang bergerak dibidang pertanian itu. Lahirnya sistem mekanisme,
perkebunan-perkebunan besar, dan lain-lain bisa saja hanya akan menguntungkan
petani-petani kaya saja. Dengan kata lain, kenaikan output pertanian bukanlah
merupakan syarat yang cukup untuk mencapai kenaikan kesejahteraan masyarakat
pedesaan, namun merupakan syarat yang penting.
Pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan Gross Domestic Product tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau
tidak. Padat pula diartikan sebagai proses multidimensional menuju kea rah yang
31
lebih baik namun dilihat dari segi pendapatan dan output, atau lebih menitik
beratkan pada aspek kuantitas saja.
Namun demikian umumnya para ekonom memberikan istilah sama pada
kedua istilah tersebut. Mereka mengartikan pertumbuhan atau pembangunan
ekonomi sebagai Gross Domestic Product saja. Dalam penggunaan yang lebih
umum, istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan
perkembangan ekonomi di Negara-negara maju, sedangkan istilah pembangunan
ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di Negara sedang
berkembang (Lincoln Arsyad,2004:13).
Suatu perekonomian baru dapat dinyatakn dalam keadaan berkembang jika
pendapatan perkapita menunjukan kecenderungan jangka panjang yang menaik.
Namun tidak berarti pendapatan perkapita akan menunjukan kenaikan terus-
menerus. Adanya resesi ekonomi, penurunan impor, kekacauan politik. Dapat
mengakibatkan perekonomian mengalami penurunan tingkat kegiatan
ekonominya. Jika kegiatan demikian hanya bersifat sementara dan kegiatan
ekonomi secara rata-rata meningkat dari tahun-ketahun maka masyarakat tersebut
dapat dikatakan mengalami pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan pada sektor pertanian sangat terkait dengan teori
pertumbuhan The Law of Diminishing Return dari David Ricardo. Dimana
terdapat hukum hasil yang semakin berkurang. Pertumbuhan pada sektor
pertanian juga terbatas pada aspek kuantitas atau pendapatan output saja. Di
dalam sektor pertanian ternyata berlaku fluktuasi produksi akibat penggunaan
faktor produksi yang digunakan. Dalam kenyataannya terdapat hukum hasil yang
32
semakin berkurang “The Law of Diminishing Return”. Berkenaan dengan hokum
ini David Ricardo menyatakan bahwa apabila input variabel ditambahkan
penggunaannya sedangkan input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan
dari setiap tambahan 1 unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik tetapi
kemudian akan menurun apabila input variabel tersebut terus ditambah.
Input tetap adalah tanah dimana dikatakan input tetap karena tanah bersifat
tetap tetap berapapun variabel yang digunakan. Dan input variabel adalah tenaga
kerja dan modal (produk marjinal) dari tenaga kerja dan capital akan menurun
dengan semakin banyaknya kedua input variabel ini digunakan pada sebidang
tanah (Lincolin Arsyad. 2004).
2.1.8. Tahap-tahap pembangunan pertanian
Ada 3 tahap perkembangan pembangunan pertanian, antara lain yaitu:
1. Pertanian Tradisional
Dalam pertanian tradisional, produksi dan konsumsi sama banyaknya dan
hanya satu atau dua tanaman saja(biasanya jagung atau padi) yang merupakan
sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitasnya rendah karena
hanya menggunakan peralatan sangat sederhana (teknologi yang dipakai rendah).
Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit saja, sedangkan tanah dan
tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan.
Pada tahap ini hukum oenurunan hasil (The Law of Diminishing Return)
berlaku karena terlampau banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di lahan
pertanian yang sempit. Kegagalan panen karena hujan, atau kurang suburnya
tanah, atau karena tindakan-tindakan pemerasan oleh para rentenir, merupakan hal
33
yang sangat ditakuti oleh para petani. Tenaga kerja banyak yang mengganggur
sepanjang tahun, walaupun para pekerja tersebut mungkin bekerja penuh pada
musim tanam dan musim panen.
Para petani biasanya hanya menggarap tanah hanya sebanyak yang biasa
digarap oleh keluarganya saja, tanpa memerlukan tenaga kerja bayaran, walaupun
ada sekali. Keadaan lingkungan sangat statis, teknologi sangat terbatas dan
sederhana, sistem kelembagaan social, pasar-pasar terpencar jauh, serta jaringan
komunikasi antara daerah pedesaan dan perkotaan yang kurang memadai
cenderung akan menghambat perkembangan produksi. Dalam keadaan demikian,
kekuatan motivasi utama dalam kehidupan para petani ini barangkali bukanlah
meningkatkan penghasilan, tetapi berusaha untuk bisa mempertahankan
kehidupan keluarganya.
2. Tahap Pertanian Tradisional Menuju Pertanian Modern
Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman produk pertanian sudah
mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada yang dijual ke sektor komersial,
tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah mungkin merupakan suatu
tindakan yang tidak realistis jika mentransformasi secara cepat suatu sistem
pertanian tradisional ke dalam sistem pertanian yang modern. Upaya untuk
mengenalkan tanaman perdagangan dalam pertanian tradisional seringkali gagal
dalam membantu petani untuk meningkatkan kehidupannya. Menggantungkan diri
pada tanaman perdagangan bagi para petani kecil lebih mengundang resiko
daripada pertanian subsistem murni karena resiko fluktuasi harga menambah
keadaan menjadi lebih tidak menentu.
34
3. Pertanian modern
Tahap yang ketiga adalah tahap yang menggambarkan pertanian modern
yang produktifitasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal dan
teknologi yang tinggi pula. Pada tahap ini produksi pertanian seluruhnya
ditujukan untuk melayani keperluan pasar komersial. Pertanian modern bisa
berbeda-beda dalam ukuran dan fungsinya. Mulai dari jenis pertanian buah-
buahan dan sayur-sayuran yang ditanam secara intensif., sampai pada pertanian
gandum dan jagung yang sangat besar seperti di Amerika Utara. Hampir semua
menggunakan peralatan mekanis yang sangat hemat tenaga kerja, mulai dari jenis
traktor yang paling besar dan mesin-mesin panen yang modern, sampai pada
teknik-teknik penyemprotan udara yang memungkinkan satu keluarga bisa
mengolah dan menemani beribu-ribu hektar tanah pertanian.
2.2. Kajian Empirik
Tesa Rahayu (2014), menganalisis tentang “ Analisis Pendapatan Petani
Padi Sawah di Nagari Gugua Kuranji Hilir Kecamatan Sungai Limau Kabupaten
Padang Pariaman “. Di dalam penelitianya Tesa Rahayu menyimpulkan yaitu,
1. Biaya
Biaya total eksplisit rata-rata petani padi sawah adalah Rp. 1.742.387 dan
biaya total rata-rata implicit Rp. 778.764 sehingga didapat total biaya rata-rata
responden (biaya eksplisit + biaya implisit) adalah Rp. 2.521.151 per satu kali
periode tanam.
2. Penerimaan
35
Produksi yang diperoleh rata-rata 0,99 ton dan harga dari hasil produksi
Rp. 4.581.604 maka di dapat total penerimaan rata-rata responden (produksi yang
diperoleh X harga dari hasil produksi) adalah Rp. 4.535.788 per satu kali periode
tanam.
3. Keuntungan
Penerimaan rata-rata Rp. 4.535.788 dan total biaya rata-rata Rp. 2.521.151
maka didapat total keuntungan rata-rata responden (penerimaan-biaya total)
adalah Rp. 2.014.637 per satu kali periode tanam.
4. R/C
Pendapatan Rp. 2.793.401 dan biaya total Rp. 2.521.151 maka didapat
total Rp. 2.521.151 maka didapat total R/C Ratio rata-rata (Pendapatan / biaya
total) adalah 1,1.
Fatmawati M. Lumintang (2013), menganalisis tentang” Analisis
Pendapatan Pendapatan Petani Padi di Desa Teep Kecamatan Langowan Timur”.
Biaya produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani dalam pengelolaan usaha
tani. Penelitian ini bertujuan, menganalisa potensi produksi petani serta,
menganalisa tingkat pendapatan petani padi yang ada di desa teep. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah primer. Metode yang di gunakan adalah
metode analisis deskriptif dan analisis kelayakan usaha yang berujuan untuk
mengetahui besarnya penggunaan faktor produksi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa besar kecilnya pendaptan usaha tani padi di Desa Teep di pengaruhi oleh
penerimaan dan biaya produksi. Bagi petani agar terjadi peningkatan pendapatan
maka diharapkan para petani dapat menekan biaya produksi.
36
2.3. Kerangka Pemikiran
Pendapatan dilihat dari dua sisi yaitu penerimaan petani dari hasil produksi
dan biaya yang dikeluarkan petani. Dalam penerimaan petani terdiri dari luas
lahan dan hasil produksi, sedangkan biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel kemudian diaanalisis dengan rumus pendapatan bersih untuk menarik
sebuah kesimpulan.
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Analisis Produksi dan Pendapatan Petani
Luas Lahan Hasil Produksi
Pendapatan Bersih
P = TR – TC
Kesimpulan/Saran
Biaya Tetap
Biaya Produksi
Biaya Variabel
Petani Padi Sawah
37
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Wuura Kecamatan Mowila
Kabupaten Konawe Selatan dengan obyek studi produksi sektor tanaman pangan
dan pendapatan petani.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Arikunto (2008:108), memberikan pengertian tentang Populasi adalah
yaitu keseluruhan subyek penelitian. Dari pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan, bahwa populasi dalam penelitisan ini meliputi segala sesuatu yang
akan dijadikan subyek/obyek penelitian. Adapun yang menjadi Populasi dalam
penelitian ini adalah semua petani padi sawah yang bertani padi di Desa Wuura
Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. Jumlah petani padi sawah pada
Desa Wuura sebanyak 300 orang petani.
3.2.2. Sampel
Ridwan (2007) mengatakan bahwa: sampel adalah bagian dari populasi,
sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data
dan dapat mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil 10%
dari populasi, maka diperoleh 30 orang adapun wilayah yang diambil yatitu pada
Desa Wuura yang ada di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan.
37
38
3.3. Jenis dan Sumber Data
3.3.1. Jenis Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan studi
deskriptif dengan mengumpulkan data yang terdiri dari data primer dan data
sekunder.
Data primer diperoleh dari survey lapangan menyangkut obyek yang akan
diteliti dan disesuaikan dengan kebutuhan. Data juga diperoleh dari wawancara
terhadap responden masyarakat lokal pada lokasi penelitian. Data sekunder
diperoleh dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian ini.
3.3.2. Sumber Data
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari: Kantor
Dinas Pertanian Kabupaten Konawe Selatan , Kantor Statistik Kabupaten Konawe
Selatan dan Kantor Pemerintahan Kecamatan Mowila untuk memperoleh data
Geografis dan Demografis.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik
pengumpulan data yaitu:
Teknik Pengamatan atau observasi meliputi berbagai hal yang menyangkut
pengamatan kondisi fisik dan aktifitas pada lokasi penelitian. Teknik kuisioner
adalah bentuk pertanyaan terstruktur yang diberikan kepada responden sesuai
dengan masalah penelitian.
39
Teknik wawancara yaitu kegiatan mengajukan pertanyaan melalui
wawancara guna memperoleh informasi melalui tanya jawab secara langsung
dengan responden dan informan.
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis
data primer yang dikumpulkan melalui kuisioner yang telah dibuat terlebih dahulu
yang memuat daftar pertanyaan yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang
diperoleh diklasifikasi, ditabulasi, dan diolah sesuai dengan alat analisis yang
dipakai:
Analisis Pendapatan Bersih
Untuk menghitung pendapatan bersih usahatani terlebih dahulu harus
diketahui tingkat pendapatan total dan pengeluaran pada periode tertentu.
Pendapatan total petani dihitung dengan persamaan sebagai berikut
(Boediono,1993:105):
Pendapatan total = TR = PxQ
Dimana :
TR = Total Revenue = pendapatan total petani (Rp)
Q = Quantitas = jumlah produk yang dihasilkan
Pendapatan bersih petani diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
P = TR – TC
TR = P x Q
TC = TFC + TVC
40
P adalah pendapatan bersih yang diperoleh petani dengan mengurangi pendapatan
total dengan biaya total. TR adalah pendapatan total dari penjualan jumlah produk
yang dihasilkan (jumlah produk dikalikan harga yang berlaku).
4.6.Definisi Operasional
1. Produksi adalah besarnya jumlah baik produksi yang dihasilkan petani dalam
sekali masa tanam dihitung dalam ton.
2. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya senantiasa berubah seiring dengan
perkembangan usaha yaitu pengadaan bibit, pupuk, obat/pestisida, dan tenaga
kerja.
3. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah-ubah yaitu biaya
perawatan dan biaya lain-lain.
4. Pendapatan bersih petani padi adalah jumlah yang diterima dari hasil usahatani
padi dan merupakan selisih antara nilai produksi dengan total biaya produksi
yang dikeluarkan dihitung dalam satuan rupiah.
41
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
4.1.1. Karakteristik Fisik Lokal
4.1.1.1. Letak Geografis
Kabupaten Konawe Selatan
Letak geografis Kabupaten Konawe Selatan terletak pada koordinat
3º.58.56- 4º.31.52 lintang selatan dan 121º,58- 123º,16 bujur timur. Batas ²daerah
Kabupaten Konawe Selatan yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Lambuya, Pondidaha dan sampara Kabupaten Konawe serta baruga dan poasia
Kota Kendari. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rumbia Kabupaten
Bombana dan Lambandia serta Ladongi Kabupaten Konawe Selatan. Sebelah
selatan berbatasan dengan Pulau Tobea Besar dan Selat Tiworo Kabupaten Muna
dan Kabupaten Buton. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda dan Laut
Maluku.
Luas wilayah daratan Kabupaten Konawe Selatan, 451.420 Ha atau 11,83
persen dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara. Sedangkan luas wilayah
perairan (laut) ± 9.368 km². Selain jazirah tenggara pulau Sulawesi, terdapat
juga pulau kecil yaitu pulau Cimpedak.
Kecamatan Mowila
Kondisi geografis Kecamatan Mowila membentang dari selatan ke utara
menyebabkan perbedaan jarak dari masing-masing Desa ke Ibu Kota Kecamatan
(Mowila). Desa terdekat dari Ibu Kota Kecamatan adalah Desa Mataiwoi (±1Km)
41
42
sedangkan Desa terjauh adalah Desa Puuwehuko(±7 Km). Kecamatan Mowila
memiliki wilayah dataran, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah
utara berbatasan dengan Kecamatan Pondidaha, sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Baito, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Landono,
dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Angata.
Kecamatan Mowila merupakan wilayah dataran yang memiliki wilayah
seluas 127,41 km² atau 2,82 persen dari luas wilayah daratan Kabupaten Konawe
Selatan. Kecamatan mowila mempunyai 20 wilayah desa dengan desa yang
terluas adalah desa Puwehuko dengan luas wilayah 28,14 km² atau 22,09 persen
dari luas Kecamatan Mowila. Untuk desa terkecil adalah desa Pudahoa dengan
luas 0,98 km² atau 0,77 persen dari luas Kecamatan Mowila.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Mowila Menurut DesaNo Desa Luas (km²) % (presentase)1 Wuura 8,15 6,402 Lamolori 4,26 3,333 Rakawuta 3,06 2,404 Toluwonua 5,78 4,545 Mowila 2,97 2,336 Pudahoa 0,98 0,777 Puwehuko 28,14 22,098 Kandoano 16,25 12,759 Mulyasari 2,79 2,1910 Monapa 2,41 1,8911 Ranombayasa 5,46 4,2912 Punggulahi 2,30 1,8013 Ranoaopa 2,53 1,9914 Lalosingi 1,40 1,10I5 Mataiwoi 6,38 5,016 Wonua Kongga 4,05 3,1817 Lamebara 7,40 5,8118 Wonuasari 2,49 1,9519 Tetisingi 11,92 9,3520 Wonua Monapa 8,69 6,82
Jumlah 127,41 100
Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2015
43
4.1.1.2. Topografi dan Administratif
Secara umum Kecamatan Mowila memiliki topografi hamparan dan lereng
dengan sedikit dataran rendah yang berpotensi sebagai lahan pertanian. Akses dari
Ibukota Kecamatan keseluruh desa di wiliyah Kecamatan Mowila relatif mudah,
karena semua desa dapat dilewati dengan kendaraan roda empat maupun roda
dua.
Wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Mowila dengan Ibukota
Kecamatan adalah Desa Mowila, terdiri dari 20 desa adalah Desa definitif. Dalam
setiap desa di Kecamatan Mowila telah terbentuk antara 3 sampai 4 Dusun,
dimana untuk setiap Dusun terdiri dari 2 Rukun tetangga (RT). Dalam setiap Desa
di Kecamatan Mowila telah dilengkapi dengan aparat desa, mulai sekretaris Desa
(Sekdes) sampai dengan Kepala Urusan (Kaur). Dalam menjalankan tugas sehari-
hari semua desa telah memiliki kantor. Untuk sarana dan prasarana lainnya
seperti Balai Desa dan sanggar PKK hampir semua Desa telah ada. Pada tahun
2011 jumlah prasarana pertahanan sipil desa/kelurahan di Kecamatan Mowila
berjumlah 34 buah. Sedangkan jumlah personil pertahanan sipil berjumlah 169
orang.
4.1.1.3 Iklim dan Musim
Adapun iklim daan musim Kecamatan Mowila identik dengan daerah-
daerah lain di Indonesia, di Kecamatan Mowila di kenal dengan dua musim yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan musim banyak dipengaruhi oleh
arus angin yang bertiup di atas wilayahnya. Pada bulan November sampai dengan
Maret, angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan
44
Samudra Pasifik, setelah sebelumnya melewati beberapa lautan, pada bulan-bulan
tersebut terjadi musim penghujan.
Demikian pula pada bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan
curah hujan kadang-kadang kurang dan kadang-kadang lebih. Musim ini oleh para
pelaut setempat dikenal dengan musim pancaroba. Sedangkan pada bulan Mei
sampai dengan Agustus, angin bertiup dari arah Timur yang berasal dari Benua
Australia kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan minimnya curah
hujan yang terjadi di daerah ini.
Pada bulan Agustus sampai dengan Oktober terjadi musim kemarau. Hal
ini sebagai akibat dari perubahan kondisi alam yang sering tidak menentu,
keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan.
Curah hujan di Kecamatan Mowila pada tahun 2014 mencapai 2.124,9 mm
dalam 185 hari hujan (HH). Sedangkan suhu udara dipengaruhi oleh berbagai
faktor, perbedaan ketinggian dari permukaan air laut mengakibatkan perbedaan
suhu untuk masing-masing tempat dalam satu wilayah. Secara keseluruhan,
Kecamatan Mowila merupakan daerah yang bersuhu tropis. Berdasarkan data
yang ada, diperoleh dari pangkalan Udara Wolter Monginsidi, selama tahun 2014
suhu udara maksimum 32°C Dan minimum 22°C . Tekanan udara rata-rata
1.011,5 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 82 persen. Kecepatan angin
pada umumnya berjalan normal yaitu sekitar 3 m/sec.
45
4.1.2. Karakteristik Kependudukan
4.1.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk terbanyak di Kecamatan Mowila terdapat pada desa
Pudahoa dengan jumlah penduduk 1240 orang, dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 805 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 435 orang.
Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat pada Desa Wonua Kongga dengan
jumlah penduduk sebanyak 257 orang. Komposisi penduduk Kecamatan Mowila
menurut jenis kelamin per desa selengkapnya disajikan pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Kecamatan Mowila Menurut Jenis KelaminMenurut Desa/ Kelurahan Tahun 2014
No Desa/ Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah1 Wuura 260 263 5232 Lamolori 364 313 6773 Rakawuta 401 338 7394 Toluwonua 312 281 5935 Mowila 577 597 11746 Pudahoa 805 435 12407 Puwehuko 216 192 4088 Kandoano 474 434 9089 Mulyasari 335 319 65410 Monapa 352 326 67811 Ranombayasa 177 186 36312 Punggulahi 188 177 36513 Ranoaopa 184 183 36714 Lalosingi 387 312 69915 Mataiwoi 314 362 67616 Wonua Kongga 129 128 25717 Lamebara 228 204 43218 Wonuasari 221 205 42619 Tetisingi 237 234 47120 Wonua Monapa 284 273 557
Jumlah 6.467 5.785 12.252Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan (2014)
46
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis kelamin Tahun2014
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total0-4 28 44 725-9 40 24 6410-14 30 32 6215-19 20 24 4420-24 20 23 4325-29 22 24 4630-34 22 22 4435-39 19 20 3940-44 13 17 3045-49 10 9 1950-54 11 6 1755-59 9 5 1460-64 6 5 1165+ 10 8 18Jumlah 260 263 523Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan 2014
Berdasarkan tabel 4.3. diatas tentang jumlah penduduk Desa Wuura pada
tahun 2014 sebanyak 523 jiwa. Penduduk terbanyak di Desa Wuura didominasi
oleh jenis kelamin perempuan sebanyak 263 jiwa, sedangkan untuk jenis kelamin
laki-laki sebanyak 260 jiwa. Berdasarkan kelompok umur jumlah penduduk
terbanyak terdapat pada kelompok umur 0-4 tahun dengan jumlah 72 orang.
4.1.3. Kondisi Pertanian Kabupaten Konawe Selatan
4.1.3.1. Kondisi Luas Lahan Kabupaten Konawe Selatan
Kabupaten Konawe Selatan dalam angka 2015 menunjukan luas lahan
Kabupaten Konawe Selatan terbagi menjadi Sembilan fungsi, dimana yang paling
besar adalah lahan untuk tambak, kolam, empang, dan hutan Negara(28,38%),
pekarangan/tanah untuk bangunan (26,09%), dan 17,37 persen merupakan lahan
perkebunan. Luas lahan sawah (irigasi dan non irigasi) yang ada di Kabupaten
Konawe Selatan pada tahun 2014 sebesar 23.351 hektar atau sekitar 5,17 persen
47
dari total luas wilayah Kabupaten Konawe Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.4. berikut:
Tabel 4.4. Presentase Luas Lahan Kabupaten Konawe Selatan menurutFungsinya,2014No Jenis Lahan Presentase (%)1 Tanah Sawah 5,172 Tegal/Kebun 7,713 Padang Rumput 1,494 Lahan Tanaman Kayu-Kayuan hutan rakyat 4,965 Tambak, Kolam, Empang, Hutan Negara dll 28,386 Pekarangan/Tanah Untuk Bangunan 26,097 Ladang/Huma 4,858 Lahan Kosong 3,939 Perkebunan 17,37
Jumlah 100Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan 2014
Luasan lahan Kabupaten Konawe Selatan menurut jenisnya didominan
oleh lahan pertanian bukan sawah yaitu sebesar 310.255 hektar pada tahun 2014.
Lahan pertanian bukan sawah terdiri dari tegal, ladang, lahan yang sementara
tidak diusahakan, lainya (perkebunan, hutan rakyat, tambak dan kolam).
Sedangkan luasan lahan yang terkecil digunakan untuk lahan sawah yaitu sebesar
16.716 hektar pada tahun 2014. Luasan ini tidak lebih besar dari luas lahan
sawah tahun 2012 dan 2013, yaitu sebesar 24.065 dan 25.875 hektar. Hal ini
dapat terjadi karena adanya pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi
pemukiman, kebun, ladang, dan lain-lain. Fakta ini dapat dilihat dalam Tabel 4.5
yang menunjukkan adanya peningkatan luas lahan bukan pertanian pada tahun
2013 dan 2014 sebesar 63.765 hektar.
48
Tabel 4.5. Luas Lahan Kabupaten Konawe Selatan Menurut Jenisnya, 2012 - 2014
Sumber: BPS Kabupaten Konawe Selataan Tahun 2014
4.1.3.2. Kondisi Produksi Padi di Kabupaten Konawe Selatan
Berdasarkan kontribusinya, pada tahun 2014 Kabupaten Konawe Selatan
merupakan penyumbang produksi padi terbesar kedua setelah Kabupaten Konawe
di wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara, yaitu sebesar 13,82 persen. Tabel 4.6
menunjukkan luas panen padi (padi sawah dan padi ladang) pada tahun 2014
adalah 22.126 Ha. Hasil perhektar pada tahun 2014 sebesar 41.07 kw. Sedangkan
hasil produksi pada tahun 2014 sebesar 90.867 ton. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut.
49
Tabel 4.6. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi KabupatenKonawe Selatan
No Kondisi Pertanian Tahun2012 2013 2014
1 Luas Panen (ha) 28.789 26.089 22.1262 Hasil perhektar (kw) 40,48 41 41,073 Produksi (ton) 116,543 106,968 90,867
Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan 2014
Produksi komoditi padi masih didominasi oleh padi sawah. Tabel 4.7
menunjukkan perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah
dan padi ladang pada tahun 2014. Sebanyak 88.048 ton dihasilkan dari lahan
sawah yang dipanen seluas 21.242 hektar dengan produktivitas 41,45 kuintal per
hektar. Sementara itu komoditi padi ladang diproduksi sebanyak 2.818 ton dari
lahan ladang yang dipanen seluas 884 hektar dengan produktivitas 31,89
kuintal per hektar. Fakta di atas menunjukkan bahwa padi sawah lebih berpotensi
untuk dikembangkan di Kabupaten Konawe Selatan. Namun, alasannya luas lahan
tersedia selain itu produktifitas lebih besar dibanding padi ladang. Kontribusi
komoditi padi ladang dalam sektor pertanian di Kabupaten Konawe Selatan juga
perlu mendapat perhatian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7.
berikut.
Tabel 4.7. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah dan Padi LadangKabupaten Konawe Selatan Tahun 2014
No Kondisi Pertanian Jenis LahanPadi Sawah Padi Ladang
1 Luas Panen (ha) 21.242 8842 Hasil perhektar (kw) 41,45 31,893 Produksi (ton) 88.048 2.818
Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan 2014
50
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang mengusahakan produksi padi sawah di
wilayah penelitian dimaksud adalah jenis kelamin, kelompok usia dan tingkat
pendidikan para produsen padi sawah di wilayah penelitian. Lebih jelasnya
diuraikan sebagai berikut:
a. Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, petani padi sawah yang ada di Desa Wuura
Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan mayoritas berjenis kelamin laki-
laki. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut:
Tabel 4.8. Petani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)Laki-laki 25 83,33Perempuan 5 16,66Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Tabel 4.8. di atas menunjukan bahwa sebanyak 25 responden (83,33%)
adalah laki-laki sedangkan perempuan sebanyak 5 responden (16,66%). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pada umumnya petani padi sawah adalah laki-
laki.
b. Kelompok Usia
Umur seseorang akan sangat berpengaruh terhadap aktivitasnya dalam
memenuhi kebutuhanya sehari-hari. Sesuai hasil penelitian dengan menggunakan
kuisioner, dan hasil kuisioner sampel yang diteliti termasuk dalam kategori usia
51
produktif sekitar 20-40 tahun, ini merupakan potensi untuk meningkatkan
produksi padi di wilayah penelitian. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel
berikut:
Tabel 4.9. Petani Padi Sawah di Wilayah Penelitian Berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)15-19 0 020-30 2 6,6631-40 20 66,66>41 8 26,66Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Tabel 4.9. di atas menunjukan bahwa petani terbanyak berusia antara 31-40
tahun yaitu sebanyak 20 responden (66,66%). Mereka merupakan petani produktif
yang berusia antara 20-30 tahun, sehingga merupakan potensi karena masih usia
muda dan dapat ditingkatkan produksinya.
c. Pendidikan
Tinggi rendahnya pendidikian seseorang akan dapat mempengaruhi pola
pikir, sikap dan tindakannya dapat juga dilihat dari potensi sumber daya bidang
pertanian. Sesuai hasil penelitian diperoleh temuan bahwa mayoritas responden
yang diteliti memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah sehingga
peningkatan produktivitasnya bisa lambat meningkat karena faktor pendidikan.
Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut.
Tabel 4.10. Petani Padi Sawah Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Responden (Orang) Persentase (%)SD 6 20SMP 21 70SMA 3 10Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
52
Tabel 4.10. diatas menunjukan bahwa sebanyak 6 responden (20%)
berpendidikan SD. Yang berpendidikan SMP sebanyak 21 responden (70%),
Sehingga tingkat pendidikan ini masih kategori rendah, sehingga produktivitasnya
akan berpengaruh. Kemudian yang berpendidikan SMA sebanyak 3 responden
(10%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan petani padi
sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan yang
diteliti tergolong rendah namun walaupun rendah, pengalaman mereka cukup
memadai sehingga diharapkan produktivitas bisa meningkat, dan pendapatan
mereka ikut meningkat.
4.2.2. Hasil Analisis di Wilayah Penelitian
Salah satu aspek yang diperlukan untuk mengetahui produksi dan
pendapatan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten
Konawe Selatan adalah melalui wawancara terhadap petani atau responden, dalam
hal ini adalah masyarakat yang berprofesi sebagai petani.
a. Luas Lahan Sawah yang di Tanami Padi
Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu merupakan luas areal
persawahan yang akan ditanami padi dimusim tertentu. Yang pada umumnya
lahan sawah merupakan lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang saluran untuk menahan/ menyalurkan air yang biasanya ditanami padi
sawah tanpa memandang darimana diperolehnya atau status tanah tersebut.
Semua lahan pertanian yang dimiliki petani di Desa Wuura adalah miliknya
sendiri sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa lahan.
Sementara luas lahan berpengaruh terhadap produktivitas usaha tani dimana
53
usahatani dengan luas lahan yang lebih besar akan memeiliki produktivitas yang
lebih tinggi daripada usahatani yang memiliki luas lahan pertanian yang lebih
kecil. Luas lahan petani bervariasi, untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan pada
responden di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11. Luas Lahan Sawah Yang di Tanami Padi
No Luas Lahan (Hektar) Responden (Orang) Persentase (%)1 0,5 3 102 1 12 403 1,5 3 104 2 12 40Jumlah 30 100Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, mengenai luas lahan sawah responden yang
ditanami padi di lokasi penelitian bervariasi. Yang memiliki luas lahan sebesar 0,5
hektar yaitu sebanyak 3 responden (10%). Untuk luas lahan sebesar 1 hektar yaitu
sebanyak 12 responden (40%). Dan yang memiliki luas lahan 1,5 hektar yaitu
sebanyak 3 responden (10%). Sedangkan yang memiliki luas lahan 2 hektar
adalah sebanyak 12 responden (40%). Berdasarkan data di atas maka dapat
disimpulkan bahwa dari 30 responden mayoritas luas lahan sawah yang ditanami
padi adalah 1 hektar dan 2 hektar.
b. Bibit yang diperlukan
Jumlah bibit dan kualitas bibit sangat mempengaruhi hasil produksi padi
sawah, ketika jumlah bibit banyak dan berkualitas bagus didukung dengan luas
sawah maka akan mempengaruhi jumlah produksi padi. Bibit yang diperlukan
saat musim beraneka ragam, untuk lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel
berikut:
54
Tabel 4.12. Bibit yang diperlukan saat musim tanam
No Jumlah Bibit (kg) Responden (Orang) Persentase (%)1 100 12 402 75 3 103 50 12 404 35 3 10Jumlah 30 100Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Berdasarkan tabel 4.12. diatas tanggapan responden mengenai bibit yang
diperlukan saat musim tanam beraneka ragam. 40% responden menjawab 100 kg
dan 50 kg bibit yang diperlukan saat musim tanam, sedangkan 10% responden
menjawab memerlukan bibit sebesar 75 kg dan 35 kg saat musim panen. Jumlah
bibit yang diperlukan petani saat musim tanam tiba bergantung pada luas sawah
yang akan ditanami. Sedangkan untuk pengolahan sawah setiap tahun mengolah
sawah 2 kali dalam setahun untuk menanam padi.
Tabel 4.13. Hasil Produksi Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan MowilaKabupaten Konawe Selatan
No Hasil Produksi (Ton) Responden (orang) Persentase (%)1 4 12 402 3 3 103 2 12 404 1 3 10Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Berdasarkan tabel 4.13. diatas mengenai hasil padi sawah di desa Wuura
Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan dari 30 responden sebanyak 12
responden (40%) hasil produksi nya sebesar 4 ton, untuk hasil produksi 3 ton
responden nya adalah 3 orang (10%). Dan untuk hasil produksi 2 ton responden
nya adalah 12 orang (40%). Sedangkan untuk hasil produksi 1 ton responden nya
adalah 3 orang (10%).
55
4.3. Analisis Pendapatan Yang diterima Petani Padi Sawah Desa Wuura
Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan
4.3.1. Penerimaan Usahatani
Penerimaan dalam usahatani padi adalah perkalian antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual, hasil produksi padi sehingga penerimaan ditentukan
oleh besar kecilnya jumlah produksi padi dan harga jual yang berlaku saat itu di
wilayah penelitian. Dengan demikian bahwa penerimaan petani padi sawah
beraneka ragam tergantung besar kecilnya hasil produksi padi saaat panen juga
ditentukan luasan saawah yang dimiliki petani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.14. Penerimaan Petani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan MowilaKabupaten Konawe Selatan
No Responden (orang) Penerimaan (Rp) Persentase (%)1 12 12.000.000 402 3 9.000.000 103 12 6.000.000 404 3 3.000.000 10Jumlah 30 252.000.000 100Rata-rata 8.400.000
Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Tabel 4.14. di atas menjelaskan penerimaan petani padi sawah di Desa
Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan menunjukan jumlah
keseluruhan penerimaan petani adalah Rp.252.000.000/MT, dengan rata-rata
penerimaan petani padi adalah sebesar Rp.8.400.000/MT dengan harga jual Rp.
3.000/kg.
56
4.3.2. Biaya Usahatani
Biaya usahatani padi adalah semua biaya yang dikeluarkan selama
berusahatani. Biaya tersebut meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya
variabel adalah biaya yang jumlahnya senantiasa berubah seiring dengan
perkembangan usaha yaitu pengadaan bibit, pupuk, obat/pestisida, dan tenaga
kerja. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah-ubah
yaitu biaya perawatan seperti biaya peralatan tani dan biaya lain-lain. Lebih
jelasnya mengenai rincian biaya ditampilkan melalui tabel berikut:
Tabel 4.15. Biaya Petani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan MowilaKabupaten Konawe Selatan
No Responden Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Jumlah Biaya (Rp)1 12 1.000.000 3.000.000 4.000.0002 3 700.000 2.300.000 3.000.0003 12 600.000 1.400.000 2.000.0004 3 400.000 600.000 1.000.000
Jumlah 22.500.000 61.500.000 84.000.000Rata-rata 750.000 2.050.000 2.800.000
Berdasarkan tabel 4.15 diatas mengenai biaya petani padi sawah di Desa
Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan menunjukan bahwa
jumlah biaya tetap nya adalah Rp. 22.500.000/MT dengan rata-rata Rp.
750.000/MT dari 30 masyarakat yang dijadikan responden. Untuk biaya variabel
jumlahnya adalah Rp. 61.500.000/MT dengan rata-rata sebesar Rp.2.050.000/MT.
Sedangkan jumlah biaya adalah sebesar Rp. 84.000.000/MT dengan rata-rata
biaya sebesar Rp. 2.800.000/MT.
57
4.3.3. Pendapatan Usahatani
Besarnya pendapatan yang diterima petani merupakan hasil dari jumlah
produksi padi saat musim panen dikali dengan harga jual padi saat musim panen
dengan satuan harga Rp. 3.000/kg dikurangi dengan total biaya yang terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel. Dimana biaya tetap terdiri dari biaya perawatan
seperti biaya peralatan tani dan biaya lain-lain, sedangkan biaya variabel terdiri
dari biaya pengadaan bibit, biaya pembelian pupuk, pembeliaan obat atau
pestisida, dan biaya tenaga kerja. Besarnya pendapatan responden petani padi
sawah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = TR – TC
Pendapatan responden padi sawah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16. Pendapatan Petani pada Usahatani Padi Sawah di Desa WuuraKecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan
No Responden TotalPenerimaan
(Rp)
Total Biaya(Rp)
Total PendapatanBersih (Rp)
1 2 3 4 5=3-41 12 12.000.000 4.000.000 8.000.0002 3 9.000.000 3.000.000 6.000.0003 12 6.000.000 2.000.000 4.000.0004 3 3.000.000 1.000.000 2.000.000Jumlah 252.000.000 84.000.000 168.000.000Rata-rata 8.400.000 2.800.000 5.600.000
Berdasarkan tabel 4.16. diatas tentang pendapatan petani pada usahatani
padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan
menunjukan bahwa jumlah total pendapatan bersih petani padi sawah di Desa
Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar
58
Rp.168.000.000/MT dengan rata-rata pendapatan petani padi sawah adalah
Rp.5.600.000/MT, yang merupakan hasil pengurangan jumlah penerimaan dengan
Namun pendapatan masing-masing petani bisa beragam karena, luasan
produksi padi berbeda tiap petani, sehingga pendapatan bersih petani berbeda
pula, seperti ditunjukan pada tabel 4.16 diatas.
4.4. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa besar kecilnya pendapatan
usahatani padi sawah yang diterima oleh penduduk di Desa dipengaruhi oleh
penerimaan dan biaya produksi. Jika produksi dan harga jual padi sawah semakin
tinggi, maka akan meningkatkan penerimaan. Apabila biaya produksi lebih tinggi
dari penerimaan maka akan menyebabkan kerugian usaha para petani.
Adapun pendapatan bersih yang diterima petani padi sawah di Desa Wuura
berdasarkan hasil penelitian adalah sebesar Rp.168.000.000/MT dengan rata-rata
pendapatan padi sawah adalah Rp.5.600.000/MT, yang merupakan hasil
pengurangan jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama
satu musim tanam padi sawah. Diharapkan petani dapat menekan biaya produksi,
terutama pada biaya benih, biaya obat, dan biaya tenaga kerja.
59
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai Analisis Produksi
dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe
Selatan,maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Jumlah penerimaan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila
Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar Rp.252.000.000/MT dengan rata-
rata penerimaan sebesar Rp.8.400.000/MT.
2. Jumlah biaya yang dikeluarkan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan
Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar Rp.84.000.000/MT, dengan
rata-rata biaya sebesar Rp.2.800.000/MT. untuk setiap petani, namun biaya
yang dikeluarkan berbeda sesuai dengan luasan lahan garapannya.
3. Jumlah keseluruhan pendapatan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan
Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar Rp.168.000.000/MT,
dengan rata-rata pendapatan petani sebesar Rp.5.600.000/MT, namun
pendapatan bersih berdasarkan luas lahan garapan beragam.
59
60
5.2. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan mengenai analisis produksi dan
pendapatan petani padi sawah maka perlu adanya saran-saran untuk pemerintah
dalam hal penyediaan bibit unggul agar produktifitas dapat ditingkatkan, dan
penyuluhan tentang teknik pengelolaan usahatani padi sawah terkait usaha
peningkatan produksi padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten
Konawe Selatan. Serta pengupayaan adanya toko tani untuk mendukung petani,
yang diupayakan dari pemerintah daerah Kabupaten Konawe Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri. 2006. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: FE UI.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Mowila dalam dalam Angka 2015.Sultra: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2015. Konawe Selatan dalam Angka 2015. Wakatobi:Badan Pusat Statistik.
Boediono. 1993. Ekonomi Makro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu EkonomiNo.2, Edisi 4, Yogyakarta: BPFE.
Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta.
Dumairy. 1999. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:Anggota IKAPI.
Firdaus, M. 2007. Manajemen Agribisnis. Edisi Perttama. Jakarta: PenerbitBumi Aksara.
Fuad, M. 2004. Pengantar Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.Jakarta. Salemba Empat.
Kusnadi. 2006. Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan dan Perebutan SumberDaya Alam. Yogyakarta: LKiS.
Kuswadi. 2007. Analisis Keekonomian Proyek. Yogyakarta: PT. Andi.
Lincolin, Arsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Sekolah TinggiIlmu Ekonomi YKPN.
Mulyadi. 2007. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyanto. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian PT. Pustaka LP3ESIndonesia, anggota IKAPI. Jakarta.
Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Petani, BPEF, Yogyakarta.
Sadono, Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan DasarKebijakan. Jakarta: Kencana.
Saraswati, R dan Sumamo. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanahsebagai Komponen Teknologi Pertanian. Iptek Tanaman Pangan.
Simangunsong, Bintang. 2004. The Economic Performance of IndonesiaForest Sector in the period 1980-2002. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Supriono. 2002. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani, UI – Press, Jakarta.
Soekarwati. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: University Indonesia.
Sutanto, R. 2006. Pertanian Organik. Penerbit Kasinius, Yogyakarta.
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori Aplikasi danPenelitian. Jakarta. Penerbit: Salemba Empat.
Yuwono, T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University.
Tabel Penerimaan Petani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan MowilaKabupaten Konawe Selatan
Responden Luas Sawah (Ha) Hasil Produksi (Ton) Penerimaan (Rp)1 2 4 12.000.0002 1 2 6.000.0003 1,5 3 9.000.0004 2 4 12.000.0005 1 2 6.000.0006 1 2 6.000.0007 2 4 12.000.0008 2 4 12.000.0009 1 2 6.000.00010 2 4 12.000.00011 2 4 12.000.00012 1 2 6.000.00013 2 4 12.000.00014 1 2 6.000.00015 2 4 12.000.00016 1 2 6.000.00017 2 3 9.000.00018 1 4 12.000.00019 1,5 2 6.000.00020 2 4 12.000.00021 1 4 12.000.00022 2 3 9.000.00023 2 2 6.000.00024 1,5 4 12.000.00025 1 1 3.000.00026 2 2 6.000.00027 0,5 1 3.000.00028 1 2 6.000.00029 0,5 1 3.000.00030 1 2 6.000.0000Jumlah 42 84 252.000.000Rata-rat 1,4 2,8 8.400.000
Tabel Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Responden
Biaya Tetap Biaya VariabelBiaya
Pengadaan Bibit
BiayaLain-Lain
BiayaBibit
BiayaPupuk
BiayaObat
BiayaTenagaKerja
1 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.0002 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.0003 250.000 450.000 400.000 600.000 500.000 800.0004 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.0005 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.0006 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.0007 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.0008 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.0009 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.00010 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.00011 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.00012 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.00013 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.00014 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.00015 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.00016 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.00017 250.000 450.000 400.000 600.000 500.000 800.00018 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.00019 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.00020 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.00021 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.00022 250.000 450.000 400.000 600.000 500.000 800.00023 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.00024 400.000 600.000 500.000 800.000 700.000 1.000.00025 150.000 250.000 100.000 200.000 100.000 200.00026 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.00027 150.000 250.000 100.000 200.000 100.000 200.00028 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.00029 150.000 250.000 100.000 200.000 100.000 200.00030 200.000 400.000 300.000 350.000 250.000 500.000
Jumlah 8.400.000 14.100.000
11.100.000
30.600.000
13.200.000
20.000.000
Rata-rata 280.0.00 470.000 370.000 1.020.000 440.000 700.000
Tabel Pendapatan Petani pada Usahatani Padi Sawah di Desa Wuura KecamatanMowila Kabupaten Konawe Selatan
No Responden TotalPenerimaan
(Rp)
Total Biaya(Rp)
Total PendapatanBersih (Rp)
1 2 3 4 5=3-41 12.000.000 4.000.000 8.000.0002 6.000.000 2.000.000 4.000.0003 9.000.000 3.000.000 6.000.0004 12.000.000 4.000.000 8.000.0005 6.000.000 2.000.000 4.000.0006 6.000.000 2.000.000 4.000.0007 12.000.000 4.000.000 8.000.0008 12.000.000 4.000.000 8.000.0009 6.000.000 2.000.000 4.000.00010 12.000.000 4.000.000 8.000.00011 12.000.000 4.000.000 8.000.00012 6.000.000 2.000.000 4.000.00013 12.000.000 4.000.000 8.000.00014 6.000.000 2.000.000 4.000.00015 12.000.000 4.000.000 8.000.00016 6.000.000 2.000.000 4.000.00017 9.000.000 3.000.000 6.000.00018 12.000.000 4.000.000 8.000.00019 6.000.000 2.000.000 4.000.00020 12.000.000 4.000.000 8.000.00021 12.000.000 4.000.000 8.000.00022 9.000.000 3.000.000 6.000.00023 6.000.000 2.000.000 4.000.00024 12.000.000 4.000.000 8.000.00025 3.000.000 1.000.000 2.000.00026 6.000.000 2.000.000 4.000.00027 3.000.000 1.000.000 2.000.00028 6.000.000 2.000.000 4.000.00029 3.000.000 1.000.000 2.000.00030 6.000.000 2.000.000 4.000.000Jumlah 252.000.000 84.000.000 168.000.000Rata-rata 8.400.000 2.800.000 5.600.000