Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

download Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

of 16

Transcript of Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    1/16

    BLOK GASTROINTESTINAL

    Laporan Praktikum Fisiologi

    KERUTAN USUS DI LUAR BADAN

    KELOMPOK B!"

    K#tua $ Mu%amma& K%alil Ak'ar (!!)*)!"!+,-

    S#k#rtaris $ N#./ Ul0a% 1ana2ati (!!)*)!"!,*-

    Anggota $ Na'illa Ris&iana Putri (!!)*)!*!33-

    Mutammima Ri45i/ani (!!)*)!"!67-

      Nurul amalia utami (!!)*)!"*)*-

      N#s/a Ir/ani (!!)*)!"!,!-

      Sas/a S%ar0ina Assa0 (!!)*)!"*7,-

      Ul0a Titis2ari Sugiar&i (!!)*)!"*6!-

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNI8ERSITAS 9ARSI

    *)!:; *)!+

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    2/16

    Kontrol saraf terhadap fungsi gastrointestinal :

    1. Sistem safar enterik :

    Sistem saraf ini terdapat pada dinding usus mulai dari esofagus memanjang sampai anus.

    Jumlah neuron pada sistem safar enterik sekitar 100 juta. Fungsi dari sistem saraf ini adalah

    untuk fungsi pergerakkan dan sekresi gastrointestinal.

    Sistem saraf enterik terdiri dari dua pleksus :

    - Pleksus mienterikus atau pleksus Auerbah! "ang terletak di bagian luar di

    antara lapisan otot longitudinal dan sirkular.

    - Pleksus submukosa atau pleksus #eissner! "ang terletak di bagian dalam

    submukosa.

    Pleksus mienterikus terutama mengatur pergerakan gastrointestinal! dan pleksus

    submukosa terutama mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal. Selain itu!

    terdapat serabut-serabut simpatis dan parasimpatis ektrinsik "ang berhubungan ke kedua

     pleksus mienterikus dan submukosa. $alaupun sistem saraf enterik dapat berfungsi dengan

    sendirin"a! tidak bergantung dari saraf-saraf ekstrinsik ini! perangsangan oleh sistem

     parasimpatis dan simpatis dapat sangat meningkatkan atau menghambat fungsi

    gastrointestinal lebih lanjut.

    Pada ujung-ujung saraf simpatis "ang berasal dari epitelium gastrointestinal ataudinding usus dan mengirimkan serabut-serabut aferen ke kedua pleksus sistem enterik! dan

    %1& ke ganglia pre'ertebra dari sistem saraf simpatis! %(& ke medula spinalis! dan %)& ke dalam

    saraf 'agus menuju ke batang otak. Saraf-saraf sensoris ini dapat mengadakan refleks-refleks

    lokal di dalam dinding usus itu sendiri dan refleks-refleks lain "ang disiarkan ke usus baik 

    dari ganglia pre'ertebra maupun dari daerah basal otak.

    (. Sistem saraf otonom :

    Persarafan parasimpatis. Persarafan ini dibagi menjadi di'isi kranial dan di'isi sakral.

    *ntuk beberapa serabut saraf parasimpatis ke regio mulut dan faring dari saluran penernaan!

    serabut saraf parasimpatis kranial hampir seluruhn"a di dalam saraf 'agus. Serabut ini

    memberikan iner'asi luar kepada esofagus! lambung! pankreas! dan sedikit ke usus sampai

    separuh bagian pertama usus besar.

    Parasimpatis sakral berasal dari segmen sakral kedua! ketiga! keempat dari medula

    spinalis! serta berjalan ke saraf pel'is ke seluruh distal usus besar dan sepanjang anus. Area

    sigmoid! rektum! dan anus diperkirakan mendapat persarafan parasimpatis "ang lebih baik 

    daripada bagian usus "ang lain. Fungsi serabut saraf ini terutama untuk defekasi.

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    3/16

     +euron postganglionik dari sitem parasimpatis gastrointestinal terletak terutama di

     pleksus mienterikus dan pleksus submukosa. Perangsangan saraf parasimpatis menimbulkan

     peningkatan dari aktifitas seluruh sistem saraf enterik. ,al ini memperkuat sebagian besar 

    fungsi gastrointestinal.

    Persarafan simpatis. Serabut simpatis berasal dari segmen dan /( medula spinalis.

    Sebagian besar serabut preganglionik "ang mempersarafi usus! sesudah meninggalkan

    medula! memasuki rantai simpatis "ang terletak di sisi lateral olumna spinalis! dan ban"ak 

    dari serabut ini berjalan melalui rantai ke ganglia "ang terletak jauh seperti ganglion seliaka

    dan berbagai ganglion mesenterika.

    Sistem saraf simpatis menginer'asi seluruh traktus gastrointestinal! tidak han"a di

    rongga mulut dan anus! seperti parasimpatis. *jung saraf ini juga mensekresikan norepinefrin

    dan epinefrin dalam jumlah sedikit.

    Perangsangan sistem saraf simpatis menghambat aktifitas traktus gastrointestinal!

    menimbulkan ban"ak efek "ang berlaanan dengan "ang ditimbulkan parasimpatis.

    Sistem simpatis menghasilkan pengaruhn"a dengan ( ara :

    - Pada tahap "ang keil melalui pengaruh langsung sekresi norepinefrin untuk 

    menghambat otot polos traktus intestinal.

    - Pada tahap "ang besar dengan pengaruh inhibisi dari norepinefrin pada neuron-

    neuron seluruh sistem saraf enterik.

    Perangsangan "ang kuat pada sistem saraf simpatis dapat menginhibisi pergerakkan

    motor usus begitu hebat! sehingga dapat benar-benar menghentikan pergerakkan makanan

    melalui traktus gastrointestinal.

    at-2at neurontransmiter "ang berbeda "ang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf dari

     berbagai tipe neuron enterik sebagai ontoh :

    Asetilkolin paling sering merangsang akti'itas gastrointestinal. +orepinefrin! hampir 

    selalu menghambat akti'itas gastrointestinal. ,al ini juga berlaku pada epinefrin! "ang

    menapai traktus gastrointestinal terutama leat aliran darah setelah disekresikan oleh

    medula adrenal ke dalam sirkulasi. Substansi transmiter lain "ang disebutkan tadi adalah

    gabungan dari bahan-bahan eksitator dan inhibitor.

    Asetilkolin %Ah& merupakan neurontransmiter "ang dikeluarkan oleh semua serat

     praganglion otonom! serat pasaganglion parasimpatis! dan neuron motorik.

    3pinefrin hormon primer "ang dikeluarkan oleh medula adrenal

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    4/16

     Pengaruh Asetilkolin

    Asetilkolin adalah salah satu neurotransmitter "ang digunakan oleh saraf. Asetilkolin

    atau "ang disebut juga sebagai Ah! adalah neurotransmitter "ang digunakan oleh serat

     praganglion simpatis dan parasimpatis. Ah juga digunakan sebagai neurotransmitter serat

     pasaganglion parasimpatis. Serat ini mengeluarkan asetilkolin. Serat ini! bersama dengan

    semua serat praganglion otonom! disebut juga sebagai serat kolinergik.

    Serat otonom pasa ganglion ini tidak berakhir di satu benjolan terminal saja % synaptic

    knob&. +amun! abang- abang terminal serat otonom memiliki ban"ak pembengkakan atau

     benjolan! "ang disebut sebagai varicosities! "ang seara bersamaan mengeluarkan

    neurotransmitter ke suatu daerah luas di organ "ang difus ini! disertai ken"ataan baha setiap

     perubahan akti'itas listrik "ang terjadi men"ebar ke seluruh massa otot polos atau otot

     jantung %pada usu halus! "ang berlaku adalah otot polos&melalui taut elah! men"ebabkan

    akti'itas otonom biasan"a mempengaruhi organ keseluruhan bukan sel-sel tertentu.4

    %Sherood!(01(&

    Ah juga berperan dalam persisteman parasimpatis! "aitu sebagai neurotransmitter 

     pasaganglion. S"stem parasimpatis sangat berperan dalam s"stem penernaan. S"stem ini

    mendominasi pada keadaan tenang dan santai. Pada keadaan tanpa anaman! tubuh

     berkonsentrasi melaksanakan akti'itas normaln"a! misaln"a penernaan. S"stem parasimpatis

    merupakan tipe rest and digest ! "aitu istirahat dan erna sekaligus memperlambat akti'itas-

    akti'itas "ang ditingkatkan oleh s"stem simpatis. Sebagai ontoh! efek stimulasi parasimpatis

     pada s"stem penernaan adalah sebagai berikut :

    1. #eningkatkan motilitas organ penernaan

    (. 5elaksasi sfingter %untuk memungkinkan gerakan maju isi saluran erna&

    ). Stimulasi sekresi penernaan

    6. Stimulasi sekresi panreas eksokrin %untuk penernaan&

    Pengeluaran ban"ak liur ener ka"a en2im

     Pengaruh Epinefrin

    3pinefrin merupakan salah satu hormon "ang disekresikan oleh medula

    suprarenal. Sekitar 7 -809 sekresi dari medulla suprarenal adalah epinefrin. 3fek perifer 

    dari hormon ini adalah hasil dari interaksin"a dengan reseptor alpha dan beta pada

    membran plasma. 5eseptor alpha dan beta merupakan protein ! "aitu sel AP*; "ang

    men"ekresikan gastrin dan terdapat pada daerah antrum lambung.

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    5/16

    erdapat ( tipe reseptor alpha! "aitu

    inhibisi "ang memiu relaksasi otot polos. Sedangkan stimulasi pada reseptor =)

    memberikan efek lipolisis! "aitu meluruhkan trigliserid di dalam adiposit.

    Pada otot polos! efek efinerin bergantung pada organ dan reseptor adregenik "ang

     bersangkutan. Pada saluran erna melalui reseptor alpha dan beta! epinefrin menimbulkan

    efek relaksasi otot polos saluran erna pada umumn"a> tonus dan motilitas usus dan

    lambung. 5eseptor

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    6/16

    ditemukan dalam suatu otot polos! maka otomatis! kontraksi otot tidak terjadi. ,al tersebut

    dikarenakan @a merupakan pengakti'asi m"osin kinase "ang diperlukan untuk proses

    kontraktil. erikut adalah proses "ang terjadi pada mekanisme kontraksi otot polos :

    1. Pada saat sebuah hormone berikatan pada reseptor di membrane maka akan

    mengaktifkan sebuah molekul protein akibat terjadin"a mekanisme depolarisasi

    membrane plasma.

    (. Akibat depolarisasi membrane plasma akan membuka kanal @a di permukaan

    memberan plasma dan memiu proses difusi @a melalui kanal @a "ang kemudian

    akan berkombinasi dengan almodulin.

    ). @almodulin dengan @a "ang telah membentuk ikatan kemudian melekat pada m"osin

    kinase dan mengakti'asi protein kinase ini %m"osin adalah salah satu protein "ang

     juga berperan penting dalam mekanisme kontraksi otot polos&.

    6. Akti'asi m"osin kinase menempelkan fosfat dari AP pada kepala m"osin untuk 

    mengaktifkan proses kontraktil

    . Kemudian terjadilah sebuah siklus cross-bridge formation, pergerakan! dan pelepasan

    ikatan protein kontraktil "ang terlibat. Siklus ini "ang men"ebabkan otot dapat

     berkontraksi seara terus-menerus %disesuaikan dengan siklus relaksasi juga&.

     Pengaruh Ion Barium

    Btot polos pada sebagian besar organ termasuk dalam golongan unit tunggal

    dimana serat C serat otot "ang memebentuk golongan ini tereksitasi dan berkontraksi

    sebagai satu kesatuan. Serat otot pada otot polos unit tunggal seara listrik dihubungkan

    oleh gap juntion. Ketika timbul potensial aksi di bagian manapun lembaran otot ini!

     potensial aksi tersebut merambat dengan epat melalui titik C titik kontak listrik khusus

    ini ke seluruh kelompok sel sel "ang saling berhubungan "ang kemudian berkontraksi

    sebagai satu unit "ang terkoordinasi.

    arium merupakan sen"aa "ang berperan dalam pembentukan potensial aksi

    spotan. Khususn"a a@l( dapat menginduksi sekresi usus dengan melepaskan kalsium

    dari intraselular "ang kemudian bergabung dengan kalmodulin untuk merangsang proses

    sekresi sehingga terjadi peningkatan beda potensial.

    Btot polos pada saluran penernaan termasuk otot polos unit tunggal "ang bersifat

    self-eDitable dan tidak membutuhkan stimulasi saraf untuk konraksin"a. Kelompok 

    kelompok khusus sel otot polos ini memperlihatkan akti'itas listik spontan> "aitu

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    7/16

    kelompok kelompok tersebut mampu menghasilkan potensial aksi tanpa stimulan

    eksternal apapun.

     Pengaruh suhuerakan usus dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu normal tubuh membuat usus dapat

    melakukan gerak peristaltikn"a seara normal. Saat usus diberikan perlakuan dingin! maka

    "ang terjadi adalah gerakan usus semakin melambat. ,al tersebut dapat dilihat dari

    amplitudon"a "ang semakin mengeil. Kemudian! usus diberikan perlakuan panas "ang

    men"ebabkkan gerakan usus semakin epat. Akan tetapi! bukan berarti dengan suhu "ang

    semakin panas %di atas normal& usus dapat bergerak lebih epat lagi. ,al ini dikarenakan oleh

    fator en2im. 3n2im han"a dapat berkerja dalam keadaan suhu tubuh normal %hernaati!

    (010&

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    8/16

    PELAKSANAAN PRAKTIKUM

    Tata >ara

    I= K#rutan Usus &i Luar Ba&an

    a. Tata Cara

    1. Susunlah alat menurut gambar.

    (. ,angatkan air dalam gelas beker pireks sehingga larutan loke di dalam tabung

    menapai suhu )°@.

    ). #intalah sepotong usus halus kelini kepada asisten "ang sedang bertugas.

    6. Pasang sediaan usus sebagai berikut:

    a. ?katkan dengan benang dikedua ujung sediaan usus pada ujung pipa gelas

     bengkok.

     b. ?katkan ujung "ang lain pada penatat usus. %*sahakan dalam hal ini supa"a

    sediaan usus tidak terlampau teregang&

    . Alirkan udara ke dalam larutan /oke dalam tabung perfusi dengan memompa balon

    dan mengatur klem! sehingga gelembung udara tidak terlalu menggo"angkan sediaan

    usus "ang telah dipasang itu.E. Selama perobaan! perhatikakn suhu larutan /oke dalam tabung perfusi "ang harus

    dipertahankan pada suhu )°@ keuali bila ada petunjuk-petunjuk lain.

     P-V.1.1  Apa tujuan pengaliran udara ke dalam cairan perfusi?

    Agar perfusi oksigen di jaringan di usus tetap baik sehingga tidak terjadi nekrosis

     pada jaringan usus.

    I=! P#ngaru% Epin#0rin

    a. Tata Cara

    1. @atat 10 kerutan usus sebagai kontrol pada tromol "ang berputar lambat! tetapi setiap

    kerutan masih teratat terpisah.

    (. @atat aktun"a dengan inter'al detik.

    ). anpa menghentikan tromol! teteskan tetes larutan epinefrin 1:10.000 ke dalam

    larutan perfusi.

    6. eruskan penatatan! sampai pengaruh epinefrin terlihat jelas.

     P-V.1.2 Apa pengaruh epinefrin dalam percobaan ini ?

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    9/16

    Pemberian epinefrin dapat menurunkan kerutan usus. ,al tersebut dikarenakan kerja

    dari epinefrin "ang mempengaruhi saraf simpatis.

    . ,entikan tromol dan uilah sediaan usus untuk menghentikan pengaruh epinefrin

    sebagi berikut:

    a. Pindahkan pembakar unsen! kaki tigakaat kasa dan gelas beker pireks dari

    tabung perfusi.

     b. /etakkan sebuah baskom di baah tabung perfusi.

    . ukalah sumbat tabung perfusi sehingga airan perfusi keluar sampai habis.

    d. utup kembali tabung perfusi! dan isilah dengan larutan /oke "ang baru %tidak 

     perlu "ang 'ersuhu )°@& dan besarkan aliran udara sehingga usus bergo"ang-

    go"ang.

    e. uka lagi sumbat untuk mengeluarkan larutan /oke-n"a.

    f. *langi hal di atas ( kali lagi! sehingga dapat dianggap sediaan usus telah bebas

    dari pengaruh epinefrin.

    g. Sesudah selesai hal-hal di atas! tutup kembali tabung perfusi dan isilah dengan

    larutan loke baru "ang bersuhu )°@ %disediakan& serta atur kembali aliran

    udaran"a.

    h. Pasang kembali gelas beker pireks! kaki tigakaat kasa dan pembakar unsen.

    I=* P#ngaru% As#tilkolin

    a. Tata Cara

    1. @atat 10 kerutan usus sebagai ontrol.

    (. anpa menghentikan tromol! teteskan ( tetes larutan asetilkolin 1:1.000.000 ke dalam

    airan perfusi. eri tanda pada saat penetesan.

    ). eruskan dengan penatatan sampai pengaruh asetilkolin terlihat jelas.

    6. ,entikan tromol dan uilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh asetilkolin

     P-V.1.3 Apa pengaruh asetilkolin pada sediaan usus ?

    #emperepat kontraksi usus. ,al tersebut dikarenakan kerja dari asetilkolin "ang

    mempengaruhi saraf simpatis.

    !=7 P#ngaru% Ion Kalsium

    a= Tata ?ara

    1. @atat 10 kerutan usus sebagai ontrol.

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    10/16

    (. ,entikan tromol dan gantilah larutan loke dalam tabung perfusi dengan larutan

    loke tanpa @a "ang bersuhu )o@ %disediakan&

    ). Jalankan kembali tromol dan aatlah terus sampai pengaruh kekurangan ion @a

    terlihat jelas.

    6. anpa menghentikan tromol! teteskan 1 tetes @a@l(19 kedalam airan perfusi. eri

    tanda saat penetesan.

    . eruskan dengan penaatan! sampai terjadi pemulihan. ila pemulihan tidak 

    sempurna! gantikanlah airan dalam tabung perfusi dengan airan loke baru "ang

     bersuhu )o@.

    .  P-V.1.4 Apa pengaruh kekurangan ion Ca terhadap kerutan usus ?

    #emperlambat kontraksi otot usus. Karena agar otot polos usus dapat berkontraksi

    diperlukan ion @a dan @almodulin untuk pengaktifan m"osin kinase.

    !." Pengaruh Pilokarpin

    a. Tata Cara

    1. @atat 10 kerutan usus sebagai ontrol.

    (. anpa menghentikan tromol! teteskan ( tetes larutan pilokarpin 0!9 ke dalam airan

     perfusi. eri tanda pada saat penetesan.

    ). eruskan dengan penatatan sampai pengaruh pilokarpin terlihat jelas.

     P-V.1.5 Apa pengaruh pilokarpin terhadap kerutan usus ?

    Pilokarpin men"ebabkan peningkatan kekuatan kerutan usus "ang disertai penurunan

    frekuensi kerutan usus

    6. ,entikan tromol dan uilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh pilokarpin .

    !.# Pengaruh $uhu

    a. ata ara

    1. @atat 10 kerutan usus sebagai ontrol pada suhu )@

    (. ,entikan tromol dan turunkan suhu airan perfusi seban"ak @ dengan jalan

    memindahkan pembakar unsen dan mengganti air hangat didalam gelas beker 

     pireks dengan air biasa.

    ). Segera setelah sampai suhu )0@! jalankan tromol kembali dan atatlah 10 kerutan

    usus

    6. ,entikan tromol lagi dan ulangi perobaan ini dengan setiap kali menurunkan

    suhu airan perfusi seban"ak @! sampai terapai (0@ dengan jalan memasukan

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    11/16

     potongan-potongan es kedalam gelas beker pireks. ;engan demikian didapat

     penaatan keaktifan berturut-turut pada suhu )@!)0!(@ dan (0@.

    . ,entikan tromol perfusi dan naikan suhu airan perfusi sampai )@ dengan jalan

    mengganti air es didalam gelas beker pireks dengan air biasa kemudian

    memanaskan air itu.

    E. Segera setelah suhu menapai )@ jalankan tromol kembali dan atatlah 10

    kerutan usus.

     P-V.1.6  Apa pengaruh suhu pada keaktifan usus ?

    Pada saat suhu menurun! kontraksi usus juga menurun dan melemah

    >atatan$ - Penurunan suhu seara perlahan-lahan akan memberikan hasil "ang

    memuaskan.

    - Penaikan suhu sehingga normal boleh dilakukan lebih epat dari pada penurunan

    suhu.

      - Koefisien suhu untuk setiap perbedaan 100@ %G10& #erupakan

     perbandingan antara frekuensi pada t 0 dengan frekuensi pada %t0H 100 & Sebagai berikut:

    etapi pengukuran "ang paling baik ialah dengan membandingkan kerja %I$ork 

    Butput4& pada t0 dengan kerja pada %t0 H 100&.

    M#nurut ilmu p#sa2at $

    Kerja Jarak D eban

    Bleh karena beban disini dianggap selalu sama %"aitu berat alat penatat&! maka "ang

    diperbandingkan disini ialah jarak "aitu : frekuensi per menit D amplitudo rata-rata! sehingga.

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    12/16

    ambaran mengenai perbandingan kerja pada t0 dengan kerja pada suhu %t0H 100&

    !=+ P#ngaru% Ion Barium

    a. Tata Cara

    1. @atat 10 kerutan usus sebagai kontrol.

    (. anpa menghentikan tromol! teteskan 1 tetes larutan a@l(  19 ke dalam airan

     perfusi. ila 1 tetes tidak memberikan hasil setelah -10 kerutan! lanjutkkan

     penambahan a@l( setetes demi setetes "ang diberikan setiap sesudah -10 kerutan

    "ang tidak jelas.

     P-V.1.7  Apa pengaruh%ang diharapkan terjadi pada penambahan BaCl ?

    ?on barium men"ebabkan peningkatan frekuensi kerutan usus.

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    13/16

    K3S?#P*/A+

    1. Pengaruh 3pinefrin

    )B@

    Kontrol 10 elombang ;3?K 

    Setelah kontrol idak ada gelombang karena efek epinefrin memperlambat

    Pemberian epinefrin dapat menurunkan kerutan usus. ,al tersebut dikarenakan kerja

    dari epinefrin "ang mempengaruhi saraf simpatis. ;imana efek dari saraf simpatis

    tersebut terhadap usus adalah penurunan motilitas usus. Sehingga pada sfignograf 

    terlihat gambaran penurunan kerutan usus pasa pemberian epinefrin dibandingkan

    dengan kontrol.

    (. Pengaruh Asetilkolin

    6)B@

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    14/16

    Kontrol 10 elombang )1 detik 

    Setelah kontrol )0 detik 10 kerutan

    Pemberian larutan asetilkolin akan terlihat adan"a peningkatan frekuensi dan

    amplitudo dari peregangan usus. Karena asetilkolin merupakan neurotransmitter "ang

    dihasilkan pada pasa ganglion saraf parasimpatis "ang berpengaruh terhadap

     peningkatan motilitas usus.

    ). Pengaruh ?on Kalsium

    ?on @a sangat diperlukan dalam mekanisme kontraksi otot polos. Jika ion @a tidak 

    ditemukan dalam suatu otot polos! maka otomatis! kontraksi otot tidak terjadi. ,al

    tersebut dikarenakan @a merupakan pengakti'asi m"osin kinase "ang diperlukan

    untuk proses kontraktil.

    6. Pengaruh Pilokarpin

    )8B@

    Kontrol 10 elombang 67 detik 

    Setelah kontrol elombang lemah sehingga tidak bisa dihitung.

    Pilokarpin merupakan obat kolinergik sehingga pemberian pilokarpin dapat

    mengakibatkan peningkatan kekuatan kerutan usus disertai dengan penurunan frekuensi

    kerutan usus %inter'al menjadi lebih panjang&.

    . Pengaruh Suhu

    Pada saat Kontrol : )B@! 1 menit ( detik 

    )0B@! 1 menit 17 detik 

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    15/16

    (B@! ( menit 10 detik 

    (0B@! ( menit )0 detik 

    Saat usus diberikan perlakuan dingin! maka "ang terjadi adalah gerakan usus

    semakin melambat. ,al tersebut dapat dilihat dari amplitudon"a "ang semakin

    mengeil. Kemudian! usus diberikan perlakuan panas "ang men"ebabkkan gerakan

    usus semakin epat. Akan tetapi! bukan berarti dengan suhu "ang semakin panas %di

    atas normal& usus dapat bergerak lebih epat lagi. ,al ini dikarenakan oleh fator 

    en2im. 3n2im han"a dapat berkerja dalam keadaan suhu tubuh normal

    E. Pengaruh ?on arium

    66B@

    Kontrol 10 gelombang 66 detik 

    Setelah kontrol )1 detik  

    arium merupakan sen"aa "ang berperan dalam pembentukan potensial aksi

    spotan. Khususn"a a@l( dapat menginduksi sekresi usus dengan melepaskan kalsium

    dari intraselular "ang kemudian bergabung dengan kalmodulin untuk merangsang proses

    sekresi sehingga terjadi peningkatan beda potensial. Pada penambahan a@l( terjadi

     peningkatan kontraksi usus.

    3fek simpatis %penurunan motilitas

    usus&

    3fek parasimpatis %peningkatan

    motilitas usus&

    3pinefrin Asetilkolin

  • 8/15/2019 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

    16/16

    Suhu "ang rendah Kalsium

    Suhu "ang tinggi

    ?on arium

    DAFTAR PUSTAKA

     or!and, ". 2##2 . $am%s kedokteran or!and. &disi 2'. (akarta ) &*+.

    *%yton, +, a!! (&. 2##7. %k% a/ar fisio!ogi kedokteran. &disi 11. (akarta ) &*+.

    0erood, . 2##1. isio!ogi man%sia dari se! ke sistem. &disi 2. (akarta) &*+.