PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL...

89
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP SISTEM KOLOID (Kuasi Eksperimen di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan (S.Pd) Oleh : DANIAH YEYEN PUSPITASARI 103016227119 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Transcript of PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL...

Page 1: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP SISTEM KOLOID

(Kuasi Eksperimen di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan (S.Pd)

Oleh :

DANIAH YEYEN PUSPITASARI

103016227119

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 2: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

ABSTRAK Daniah Yeyen Puspitasari, Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada Konsep Sistem Koloid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar kimia pada konsep sistem koloid. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain statis dua kelompok. Sampel yang digunakan adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes pilihan ganda sebanyak 20 butir soal. Dari perhitungan melalui uji t diperoleh thitung sebesar 2,89 dan ttabel sebesar 2,00. Karena thitung> ttabel (2,89 > 2,00) maka Ha diterima, yang artinya bahwa pembelajaran kontekstual dapat mempengaruhi hasil belajar kimia. Kata kunci: kontekstual, hasil belajar

Page 3: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

ABSTRACT

Daniah Yeyen Puspitasari, The Effect of Contextual Teaching and Learning Outcomes On Chemical In Colloidal Systems Concepts. This study aimed to investigate the influence of contextual learning of chemistry at the concept of learning outcomes of colloidal systems. The method used is based on experiment with two groups of static design. The sample used was a class XI IPA as the experimental group and class XI IPA 2 as the control group. The research instrument used is the multiple choice test questions as much as 20 points. From calculations by t-test t-count at 2.89 and 2.00 for t-table. Since tcount > ttable (2.89> 2.00), then Ha is received, which means that learning can influence the outcome of contextual learning of chemistry. Keyword: contextual, outcomes

Page 4: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan

dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik

pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. 2

Begitu pula hakikat pendidikan yang terdapat dalam UU RI No. 20/2003 Pasal 3

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.3

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah

lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang

didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di

dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi,

siswa tidak dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk

menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

                                                       1 Jurnal Hukum dan HAM Bidang Pendidikan Vol. 3, N0. 2, Desember 2005, h. 5. 2 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2007), Cet IV, h. 4. 3 Depdiknas, Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional, 2006), Cet III, h. 8. 

1

Page 5: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

2

Rendahnya hasil belajar kimia siswa merupakan dampak dari berbagai

masalah yang muncul dalam pembelajaran. Permasalahan yang terlihat adalah

kurangnya aktivitas siswa saat mengikuti pelajaran, dimana siswa hanya

bertindak sebagai pendengar, dan pelajaran hanya terfokus di kelas, sehingga

siswa menjadi pasif.

Kurangnya keaktifan siswa juga terlihat pada kurangnya siswa yang

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan kebanyakan hanya menunggu perintah

guru. Kurangnya kemampuan bernalar juga terlihat dari setiap jawaban siswa

yang hanya berorientasi pada kalimat-kalimat buku. Jawaban-jawaban tes

menunjukkan bahwa siswa berusaha memberikan jawaban sesuai dengan

kalimat buku, tidak terlihat adanya jawaban yang merupakan hasil ramuan

pemikiran sendiri apalagi hasil pemikiran analisis.

Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam proses

pembelajaran. Tanpa adanya aktivitas, proses pembelajaran tidak mungkin

terjadi. Aktivitas harus dilakukan siswa untuk meningkatkan hasil belajar. Siswa

akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah

diketahui. Belajar akan lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya

bukan sekedar mengetahui.

Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan dari pada secara

aktif mencari tahu untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap

kosep ilmu kimia. Hal ini menyebabkan sebagian besar konsep-konsep kimia

menjadi konsep yang bastrak bagi siswa dan bahkan mereka tidak dapat

menemukan hubungan antar konsep yang diperlukan untuk memahami konsep

yang lain. Akibatnya, siswa tidak dapat membangun pemahaman konsep-konsep

kimia pada awal mereka mempelajari ilmu kimia, mengkaitkan ilmu kimia

dalam kehidupan sehari-hari dan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.

Salah satu materi kimia yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari yaitu konsep koloid. Banyak nilai yang dapat digali dari konsep koloid,

misalnya pencemaran koloid yang menggambarkan betapa buruknya perangai

seseorang dan ketidak peduliannya akan lingkungan. Selain dampak negatif

Page 6: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

3

yang ditimbulkan, ada juga dampak positifnya yaitu konsep koloid sangat

berguna dalam bidang kosmetik, pangan, dan obat-obatan.

Untuk meningkatkan hasil belajar kimia, maka seorang guru dituntut

untuk menggunakan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah upaya

yang dilakukan oleh perancang dalam menentukan tehnik penyampaian pesan,

penentuan metode dan media, alur isi pelajaran, serta integrasi antara pengajar

dan peserta didik.4

Strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar yang dapat

mengaktifkan antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Dengan

demikian arah pembelajaran harus mengacu pada siswa. Guru dapat

mengupayakan perbaikan proses dan hasil belajar dengan menggunakan metode

yang melibatkan siswa secara aktif dan melakukan perbaikan terhadap kesalahan

pemahaman siswa sedini mungkin. Kekurangan sarana dan prasarana

pembelajaran tidak perlu menghambat pembelajaran inovatif karena ada model-

model pembelajaran yang tidak memerlukan laboratorium seperti model

pembelajaran kontekstual yang digunakan dalam penelitian ini.

Tugas guru hanya membantu siswa dan mengarahkanya agar siswa

mampu belajar secara mandiri, dengan demikian proses pembelajaran tidak

menggantungkan sepenuhnya kepada guru. Siswa akan termotivasi untuk

mengerjakan soal latihan secara mandiri, sehingga sikap belajar siswa tidak

hanya sewaktu di sekolah saja, tapi di luar lingkungan sekolah siswa akan tetap

belajar dengan lingkungannya secara langsung.

Dalam menerapkan model pembelajaran ini, beberapa hal perlu

diperhatikan guru: (1) menggunakan lingkungan sekitar dan kehidupan nyata

sebagai laboratorium alam; (2) alur pembelajaran yang diterapkan, seperti

penyampaian tujuan, penyajian materi melalui demonstrasi, membimbing

pelatihan, mengecek pemahaman dan pemberian umpan balik, dan memberikan

kesempatan berlatih; dan (3) keterlibatan siswa secara aktif dapat mengurangi

perilaku siswa yang mengganggu proses pembelajaran.

                                                       4 Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada

Media, 2007), Cet. I, h. 37. 

Page 7: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

4

Berdasarkan pengalaman di lapangan, tidak jarang siswa kesulitan dalam

menangkap isi pesan yang disampaikan oleh guru selama berlangsungnya

pembelajaran, karena metode yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik

materi yang disampaikan. Penyebab lain siswa kurang bergairah dalam

mengikuti pembelajaran kimia karena pembelajaran kimia dianggap hanya

sekedar untuk kepentingan sesaat tanpa ada manfaat praktis dalam kehidupan

sehari-hari di masyarakat, diperlukan kemampuan dalam memanfaatkan

kemampuan logika, matematika dan bahasa, perlu daya juang yang tinggi dalam

memahami dan menyelesaikan setiap soal, pemahaman antara teori dan praktik

sering tidak berkaitan. Di samping itu, pelajaran kimia cukup kompleks untuk

dikuasai oleh siswa, mulai dari menghafal, memahami, menganalisis,

menerapkan, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sehubungan dengan itu, maka upaya peningkatan kualitas proses belajar

mengajar kimia merupakan suatu kebutuhan yang harus dilakukan. Salah satu

pembelajaran yang dapat menjembatani keresahan tersebut adalah pembelajaran

kontekstual yang berasaskan konstruktivisme yang menuntut siswa untuk

mengkonstruksi (membangun) sendiri pengetahuan dan konsep, sehingga

pembelajaran lebih bermakna. Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan

siswa dapat menyenangi pelajaran kimia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

awal, maka terdapat beberapa masalah salam penelitian ini, yaitu:

1. Pelajaran kimia dianggap siswa sebagai mata pelajaran yang membosankan

dan sulit karena banyaknya materi yang harus dipelajari, baik berupa fakta,

teori, hukum, rumus, dan perhitungan kimia;

2. Pemahaman konsep materi yang diajarkan terhadap kaitannya dalam

kehidupan sehari-hari serta pendekatan pembelajaran yang masih

konvensional (berpusat pada guru) sehingga pencapaian hasil belajar tidak

maksimal;

3. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang mengaktifkan siswa;

Page 8: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

5

4. Kurangnya minat siswa pada pembelajaran kimia karena siswa tidak memiliki

kesadaran akan pentingnya ilmu kimia.

C. Pembatasan Masalah

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan:

1. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar pada ranah kognitif.

2. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas XI IPA SMU Muhammadiyah 25

Pamulang.

3. Konsep sistem koloid yang dimaksud adalah sifat-sifat koloid dan pembuatan

sistem koloid.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut: “Apakah pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap hasil belajar

kimia pada konsep sistem koloid?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar kimia

pada konsep sistem koloid.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman tentang kegunaan ilmu

kimia dalam kehidupan sehari-hari serta meningkatkan hasil belajar kimia.

2. Dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran alternatif bagi guru.

3. Membantu siswa untuk belajar lebih semangat dan lebih baik lagi.

4. Memberi motivasi aktif kepada guru kimia untuk menggunakan pembelajaran

kontekstual dalam pengajaran.

Page 9: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  

BAB II

PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIK DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)

terbentuk dari tiga kata, yaitu contextual, teaching and learning.

Teaching adalah refleksi sistem kepribadian sang guru yang bertindak

secara profesional. Learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa

yang menunjukkan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan1.

Secara kosa kata, context dapat diartikan sebagai hubungan, konteks,

keadaan, suasana. Secara umum kontekstual mengandung arti2:

1) Yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung,

mengikuti konteks,

2) Yang membawa maksud, makna dan kepentingan.

Dalam jurnal the highlight zone research @ work mendefinisikan

pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

”Contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations, and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers and engage in the hard work that learning requires.”3

Arti pembelajaran kontekstual di atas adalah konsep belajar mengajar

yang membantu guru dalam menghubungkan materi yang diajarkan

dengan keadaan nyata, dan memotivasi siswa untuk menghubungkan                                                        

1  A. Chaedar Alwasilah, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna, (Bandung: MLC, 2006), h. 19.  

2 Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “Pendekatan Contextual and Learning dalam Pembelajaran Pendidikan IPS”,dalam Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 2, November 2006, hlm. 168. 

3 Robert G. Berns dan Patricia M. Erickson, “Contextual Teaching and Learning, Preparing Students for the New Economy”, diakses dari situs www.nccte.com, 2001, hlm. 2. 

6

Page 10: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

7

antara pengetahuan dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari,

baik dalam keluarga, masyarakat, dan pekerja.

Wina Sanjaya dalam bukunya mendefinisikan pembelajaran

kontekstual adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh (student center) untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.4

Elaine B. Johnson mendefinisikan pembelajaran kontekstual:

Sistem kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi dan menggunakan penilaian autentik.5

Dalam jurnal pendidikan Certel disebutkan

Contextual teaching and learning is an approach of teaching and learning relating the materials and classroom activities to real situation and actual experience focusing on the learning process leading to creativity, critically thinking, problem solving and being able to apply their knowledge in their daylives (Center on Education and Work at University of Wisconsin-Madison)6

Maksud dari pendapat di atas bahwa pembelajaran kontekstual adalah

pendekatan belajar mengajar yang menghubungkan materi (bahan

pelajaran) dan aktivitas kelas dengan realitas (kenyataan) yang                                                        

4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), Cet. 1, h. 253. 

5 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Mizan Learning Center, 2009), Cet. VII, h. 67. 

6 Sujito, “Pembelajaran Berbasis Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)”, dalam Certel Jurnal Pendidikan, Humaniora, dan Sains Vol. 1, No. 2 Januari 2005, hlm. 29. 

Page 11: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

8

memusatkan pembelajaran dengan pengalaman baru yang menghasilkan

proses pembentukan kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah dan

kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan.

Dalam jurnal pendidikan Exacta, Nirwana mendefinisikan

pembelajaran kontekstual sebagai konsep pengajaran yang membantu

guru mengkaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dengan

memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan

penerapannya dalam kehidupan mereka.7

Pembelajaran kontekstual yaitu menghubungkan isi (konten) mata

pelajaran dengan situasi lingkungannya sendiri, baik lingkungan fisik

(alam sekitar) maupun lingkungan sosial (keluarga, masyarakat,

berbangsa, dan bernegara). Pembelajaran kontekstual akan menghasilkan

siswa inovatif serta mempunyai kecakapan hidup (life skill). Oleh karena

itu, strategi pembelajaran kontekstual memfokuskan siswa sebagai

pembelajar yang aktif.8

Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah strategi yang

dipakai dengan harapan siswa dilibatkan dan didorong untuk beraktivitas

secara penuh dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kontekstual tidak

menghendaki siswa sekedar mendengar, mencatat, menghafal dan

kemudian melupakan materi yang diajarkan oleh guru. Dalam konteks

itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan

bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari

berguna bagi hidupnya nanti.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa

mencapai tujuannya dan berperan sebagai fasilitator tanpa henti yang

membantu siswa menemukan makna (pengetahuan). Maksudnya, guru

lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.

                                                       7 Nirwana, “Pendekatan Kontekstual Sebagai Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil

Pembelajaran Fisika Siswa SMUN 5 Bengkulu”, dalam Exacta Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol.1, No.2, Desember 2003, hlm. 73. 

8 Syafiri Anwar, dkk. “Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Kontekstual pada Mata Pelajaran Geografi”, dalam JurnalPembelajaran, Vol. 27, No. 01, April 2006, hlm. 14. 

Page 12: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

9

Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk

menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa.

Pengetahuan datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.

Pembelajaran individual yang dikembangkan dalam dunia

pendidikan perlu diimbangi dengan pendekatan pembelajaran yang

berbasis kerja sama, kebersamaan, dan pembelajaran secara kooperatif

agar peserta didik mampu menghadapi masa yang akan datang. Menurut

Eggen dan Kauchak ada enam ciri pembelajaran efektif9, yaitu:

1) Siswa sendiri aktif terhadap lingkungan dengan cara observasi,

menemukan, membandingkan persamaan-persamaan dan perbedaan-

perbedaan, serta membentuk konsep dan menggeneralisasikan apa

yang ditemukannya.

2) Guru hanya menyediakan materi sebagai alat untuk mengasah

kemampuan berpikir siswa dan guru tetap berinteraksi (mengawasi).

3) Aktivitas-aktivitas siswa didasarkan atas pengayaan-pengayaan.

4) Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan

kepada siswa dalam menganalisa informasi.

5) Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan

keterampilan pola berpikir.

6) Guru menggunakan tehnik mengajar yang bervariasi sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

Menurut Sardiman A.M peranan guru dalam kegiatan belajar

mengajar antara lain10:

1) Informator, sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium,

studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun

umum.

2) Organisator, sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal

pelajaran, dan lain-lain.

                                                       9  Pamujie, Pengertian Pembelajaran, diakses dari situs:

http://mrpams.blogspot.com/2008/06html.  10 Sardiman, A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2007), h. 144-146.  

Page 13: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

10

3) Motivator, dalam rangka meningkatkan kegairahan dan

pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang

dan memberikan dorongan kepada siswa.

4) Pengarah, jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih

menonjol. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan

belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

5) Inisiator, guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar.

6) Transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan

pendidikan dan pengetahuan.

7) Fasilitator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses

belajar-mengajar.

8) Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

9) Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik

dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya.

Wina Sanjaya menjelaskan bahwa pendekatan (approach)

diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses

pembelajaran. Pembelajaran merujuk pada pandangan tentang terjadinya

suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.11 Jadi, pembelajaran

kontekstual merupakan kegiatan belajar mengajar yang sudut

pandangnya berdasarkan konstruktivisme (membangun) yang desainnya

berupa keterlibatan siswa/pelajar secara penuh.

Dari berbagai definisi di atas dapat diambil sebuah kesimpulan

bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pengajaran yang

menggunakan konsep pembelajaran yang mengkaitkan subjek yang

dipelajari dengan situasi sebenarnya dan juga membantu siswa dalam

mengembangkan kreativitas, berpikir kritis dan memecahkan masalah.

Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi

siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan

                                                       11 Husin Kilwouw dan Iwan Rumelan, “Pola dan Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) dalam Pembelajaran”, dalam Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 2, November 2006, hlm. 177. 

Page 14: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

11

siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke

siswa.

Pembelajaran kontekstual menekankan pada multi aspek

lingkungan belajar seperti, ruang kelas laboratorium, laboratorium

komputer, lapangan kerja, dan sebagainya. Pembelajaran kontekstual

menganjurkan para pendidik untuk memilih atau mendesain lingkungan

pembelajaran yang memadukan sebanyak mungkin pengalaman belajar

seperti lingkungan sosial, budaya, fisik, dan lingkungan psikologis untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan

hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan

penerapan praktis dalam konteks dunia nyata dalam lingkungan

pembelajaran.

Strategi pembelajaran kontekstual dalam pelaksanaan

pembelajarannya dapat mengikuti tahapan sebagai berikut12:

1) Motivasi: meliputi pengenalan, perbincangan, penggunaan alat bantu

guru dalam mengajar.

2) Pemahaman: meliputi penerangan konsep, bacaan dan contoh.

3) Kemahiran: meliputi aktivitas dan penyelesaian masalah yang

dilakukan oleh siswa.

4) Penilaian: meliputi pengingatan kembali fakta dan penilaian

kemajuan yang diperoleh siswa.

Berbagai peranan dan aktivitas akan dilakukan siswa dalam

pembelajaran kontekstual sebagai berikut:13

1) Siswa berperan sebagai pembelajar aktif mengelola dirinya sendiri,

mengembangkan minatnya sendiri atau bekerja kelompok, belajar

melalui perbuatan.

                                                       12  Gelar Dwirahayu (eds.), Kontekstual dan Model-model Pembelajaran IPA,

(Jakarta:IAIN Indonesia Social Equity Project, 2007), Cet. I, hlm. 126. 13 Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “Pendekatan Contextual Teaching and

Learning dalam Pembelajaran Pendidikan IPS”, dalam Jurnal Kep endidikan, Vol 4, No. 2, November 2006, hlm.168-169. 

Page 15: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

12

2) Membentuk hubungan antara apa yang dipelajari di sekolah dengan

kehidupan di masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan dunia kerja.

3) Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting, dan berarti bagi

dirinya maupun orang lain, membuat pilihan, memberikan hasil

tampak maupun tak tampak.

4) Menggunakan pemikiran tahap tinggi, berpikir kritis, kreatif,

melakukan analisis, sintesis, pemecahan masalah, membuat

keputusan menggunakan logika dan fakta-fakta.

5) Mengembangkan kemampuan bekerja sama. Guru membantu siswa

bekerja secara efektif dalam kelompok, memahami orang lain,

berkomunikasi, saling membantu dan mempengaruhi.

Landasan utama dalam pembelajaran kontekstual terdiri atas lima

landasan (jurnal the highlight zone research @work) yaitu:

1) Pengetahuan yang berdasar konstruktivisme (knowledge-based

constructivism), aktifitas berupa instruksi langsung dan konstruktivis

sangat efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Artinya belajar

tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan

pengetahuan dibenak mereka dan memberi makna melalui

pengalaman nyata.

2) Usaha untuk meningkatkan intelegensi (effort-based

learning/incremental theory of intelligence).

3) Bersosialisasi (socialization), dimana belajar adalah proses sosial,

yang mana siswa membutuhkan sosialisasi dan faktor kultur untuk

pertimbangan selama pembelajaran.

4) Situasi pembelajaran (situated learning), pengetahuan dan

pembelajaran harus berada pada situasi fisik dan hubungannya dengan

sosial.

5) Pembelajaran yang terdistribusi (distributed learning).

Page 16: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

13

b. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen, yaitu14:

1) Kontruktivisme

Komponen ini merupakan landasan berfikir pembelajaran

kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Esensi dari

teori konstruktivisme adalah siswa harus menemukan dan

mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Sehingga

strategi memperoleh lebih diutamakan dibanding seberapa banyak siswa

memperoleh dan mengingat pengetahuan.

2) Menemukan

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil

dari menemukan sendiri. Beberapa langkah yang dapat digunakan dalam

proses menemukan ini adalah: merumuskan masalah, mengamati atau

melakukan observasi, menganalisis hasil pengamatan dan pada tahap

terakhir mengkomunikasikan atau menyajikan hasil pengamatan (pada

guru, teman sekelas atau pendengar lainnya).

3) Bertanya

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru

untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Komponen ini merupakan strategi utama dari pembelajaran yang berbasis

pada pendekatan kontekstual. Kegiatan bertanya dapat diterapkan antara

siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan orang

lain yang didatangkan kekelas dan sebagainya.

Kegiatan bertanya sangat berguna dalam proses pembelajaran,

seperti yang dikemukakan Depdiknas sebagai berikut:15

                                                       14 Raymond Burhano, “Pendekatan Kontektual Pada Pembelajaran Matematika”, dalam

Jurnal Guru Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah, Vol. 2, No.2, Desember 2005, hlm. 66-67.  

Page 17: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

14

a) Menggali informasi, baik akademis maupun administrasi

b) Mengukur kemampuan siswa

c) Membangkitkan respon siswa

d) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

f) Memfokuskan perhatian siswa pada materi

g) Memotivasi siswa berpikir dan bertanya

h) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa

4) Masyarakat Belajar

Masyarakat belajar dapat terwujud apabila terjadi komunikasi dua

arah yaitu antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran, masyarakat

belajar dapat diciptakan dengan membentuk kelompok belajar, baik

kelompok kecil maupun kelompok besar.

Kegiatan belajar ini dapat terjadi apabila tidak ada pihak yang

dominan dalam berkomunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk

bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak

mau saling mendengarkan16.

5) Pemodelan

Pemodelan maksudnya adalah sebuah pembelajaran keterampilan

atau pengetahuan tertentu dapat menggunakan atau menghadirkan model

yang bisa ditiru. Namun dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-

satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, selain

itu model juga dapat didatangkan dari luar lingkungan sekolah.

6) Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berfikir kebelakang tantang apa-apa yang sudah kita lakukan. Metode ini

dapat membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan

                                                                                                                                                          15 Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “Pendekatan Contextual and Learning

Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS”, dalam Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 2, November 2006, hlm. 171. 

16 Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “Pendekatan Contextual and Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS”, dalam Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 2, November 2006, hlm. 171. 

Page 18: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

15

yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru, sehingga siswa

merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya dari hal-hal yang

baru dipelajarinya.

Penerapannya dikelas dapat berupa pernyataan langsung tentang

apa-apa yang diperoleh siswa, catatan atau jurnal dibuku siswa, kesan dan

saran siswa mengenai pembelajaran tersebut, atau berupa diskusi dan

hasil karya siswa17.

7) Penilaian Otentik

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran ini perlu

diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa telah mengalami proses

pembelajaran dengan benar. Karena assessment menekankan pada proses

pembelajaran, maka data yang dikumpulkan diperoleh dari kegiatan nyata

yang dikerjakan siswa dalam proses pembelajaran, misalnya penilaian

terhadap presentasi hasil kerja kelompok.

Berdasarkan tujuh komponen pembelajaran kontekstual di atas, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah

pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah

dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, pembelajaran

kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa

dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam

kehidupannya. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang

mengkaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana

materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang

belajar.

Materi pelajaran akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi

pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan

arti di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi

lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai                                                        

17 Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “Pendekatan Contextual and Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS”, dalam Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 2, November 2006, hlm. 172. 

Page 19: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

16

tujuan pembelajaran, dan selanjutnya siswa akan memanfaatkan kembali

pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam konteks di luar

sekolah untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata, baik secara mandiri

maupun secara berkelompok.

Pengembangan konsep belajar dan mengajar yang kontekstual

diharapkan dapat menjadi konsep yang membantu guru mengembangkan

materi dengan situasi dunia nyata dan menghubungkan pengetahuan siswa

dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai hal itu,

Blanchard menawarkan beberapa strategi dalam penerapan pembelajaran

kontekstual yaitu:18

1) Menekankan pentingnya pemecahan masalah;

2) Menyadari perlunya belajar dan mengajar yang terjadi dalam berbagai

konteks seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja;

3) Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya agar siswa

menjadi pembelajar mandiri dan teratur;

4) Pembelajaran terjadi dalam konteks siswa yang beraneka ragam;

5) Memotivasi siswa untuk berani belajar dari yang lain dan belajar

bersama-sama;

6) Menggunakan penilaian otentik.

c. Karakteristik Pembelajaran Kontesktual

Wina Sanjaya mengemukakan bahwa dalam kontekstual terdapat lima

karakteristik utama sebagai berikut19:

1) Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran merupakan proses

pengaktifan pengetahuan yang sudah ada yang berarti apa yang akan

dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang telah dipelajari, dengan

                                                       18 Sujito, “Pembelajaran Berbasis Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Hakekat dan Impelementasinya dalam Pengajaran Bahasa”, dalam Certel Jurnal Pendidikan, Humaniora dan Sains, Vol.1 No.2, Januari 2005, hlm. 31. 

19 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. I, h. 254. 

Page 20: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

17

demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan

yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh

dan menambah pengetahuan baru.

3) Pemahaman pengetahuan artinya pengetahuan yang diperoleh bukan

untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.

4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman, artinya pengetahuan dan

pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam

kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini

dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan

penyempurnaan strategi.

Adapun menurut Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar

dan Menengah karakteristik pembelajaran kontekstual antara lain20:

1) Kerjasama

2) Saling menunjang

3) Menyenangkan dan tidak membosankan

4) Belajar dengan bersemangat

5) Pembelajaran terintegrasi

6) Menggunakan berbagai sumber

7) Siswa aktif

8) Berbagi dengan teman

9) Siswa kritis, guru kreatif

10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa

11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi juga hasil karya

siswa

Berbagai peranan dan aktivitas akan dilakukan siswa dalam

pembelajaran kontekstual sebagai berikut:21

                                                       20  Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Pengembangan

Model Pembelajaran yang Efektif, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h. 3. 

Page 21: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

18

1) Siswa berperan sebagai pembelajar aktif mengelola dirinya sendiri,

mengembangkan minatnya sendiri atau bekerja kelompok, belajar

melalui perbuatan.

2) Membentuk hubungan antara apa yang dipelajari di sekolah dengan

kehidupan di masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan dunia kerja.

3) Menggunakan pemikiran tahap tinggi, berfikir kritis, kreatif, melakukan

analisis, sintesis, pemecahan masalah, membuat keputusan menggunakan

logika dan fakta-fakta.

4) Mengembangkan kemampuan bekerja sama. Guru membantu siswa

bekerja secara efektif dalam kelompok, memahami orang lain,

berkomunikasi, saling membantu dan mempengaruhi.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala

menggunakan pembelajaran kontekstual22:

1) Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang

sedang berkembang.

2) Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan

penuh tantangan.

3) Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan

antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui.

4) Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada

(asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan

demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak

mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual, siswa akan

mengenal bentuk pembelajaran REACT, yaitu23:

                                                                                                                                                          21 Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “ Pendekatan Contextual Teaching and

Learning dalam Pembelajaran Pendidikan IPS”, dalam Jurnal Kependidikan Vol. 4, No. 2, November 2006, hlm. 168-169. 

22  Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. I, h. 261.  

23 Gelar Dwirahayu (eds.), Kontekstual dan Model-model Pembelajaran IPA, (Jakarta:IAIN Indonesia Social Equity Project, 2007), Cet. I, hlm. 125.

 

Page 22: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

19

1) Relating (mengkaitkan), dalam pembelajaran relating dimaksudkan agar

siswa harus dapat menghubungkan pengetahuan baru yang diperoleh

dengan pengalaman hidup yang telah dan akan diperoleh.

2) Experiencing (mengalami), pembelajaran kontekstual berada dalam

konteks penemuan dan daya cipta. Bahwa setelah mendapatkan

pengetahuan baru siswa akan dapat menemukan ide dan menciptakan

sesuatu dari ide yang dia miliki tersebut.

3) Applying (mengaplikasikan), adalah belajar dalam konteks bagaimana

pengetahuan atau informasi baru yang diperoleh oleh siswa dapat dia

gunakan dalam berbagai situasi yang dihadapi, baik situasi yang mudah

maupun situasi yang sulit.

4) Cooperating (bekerja sama), bahwa belajar dalam konteks dapat

mengkaitkan pengetahuan atau informasi baru yang diperoleh dan

mengsingkronkannya dengan pengalaman hidup mereka.

5) Transfering (memindahkan), bahwa belajar dalam konteks membina

pengetahuan atau informasi yang ada atau yang sudah diketahui

Pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan

pemikiran tentang belajar sebagai berikut24:

1) Proses belajar, dalam proses ini:

a) Siswa tidak hanya sekedar menghafal tetapi mengkonstruksikan

pengetahuan mereka sendiri.

b) Siswa belajar dari mengalami, jadi siswa mencatat sendiri pola-pola

bermakna dari pengetahuan baru yang dialaminya.

c) Pengetahuan yang dimiliki siswa itu terorganisasi dan mencerminkan

pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.

d) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau

proporsisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang

dapat diterapkan.

                                                       24 Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, “Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif”, diakses dari situs http://pakgurtuonline.pendidikan.net, 2006. 

Page 23: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

20

e) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi

baru.

f) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu

yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya.

g) Proses belajar dapat mengubah struktur otaknya.

2) Transfer belajar

a) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan pemberian dari orang

lain.

b) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang

terbatas sedikit demi sedikit.

c) Siswa perlu mengetahui apa tujuan pembelajaran dan bagaimana

menggunakan pengetahuan dan keterampilan tersebut.

3) Siswa sebagai pembelajar

a) Seorang siswa mempunyai kecenderungan lebih cepat mempelajari

hal-hal baru.

b) Siswa memerlukan strategi belajar yang tepat.

c) Guru membantu siswa menghubungkan antara pengetahuan yang baru

dengan pengetahuan yang sudah diketahuinya.

d) Guru juga memfasilitasi siswanya dengan memberi kesempatan

kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka

sendiri.

4) Lingkungan belajar

a) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada

siswa.

b) Pengajaran berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan

pengetahuan baru mereka.

c) Umpan balik sangat penting bagi siswa, yang berasal dari proses

penilaian yang benar.

d) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok.

Page 24: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

21

d. Langkah-langkah Pembelajaran kontekstual

Untuk mencapai kompetensi dengan menggunakan pembelajaran

kontekstual guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah

ini.25

1) Pendahuluan

a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai secara manfaat dari

proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan

dipelajari.

b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual: (1) Siswa

dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa; (2)

Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi; (3) Melalui

observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang

ditemukan di lapangan.

c) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh

setiap siswa.

2) Inti

(1) Siswa melakukan observasi dengan pembagian tugas kelompok.

(2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di lapangan sesuai

dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

(3) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan

kelompoknya masing-masing.

(4) Siswa melaporkan hasil diskusi.

(5) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh

kelompok yang lain.

3) Penutup

(1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sesuai

dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.

(2) Guru menugaskan siswa untuk membuat laporan tentang hasil

pengamatan mereka.

                                                       25 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2006), h. 268-269. 

Page 25: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

22

e. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional

Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai

tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada

memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang

bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas

(siswa). Sesuatu yang baru, maksudnya yang datang dari “menemukan

sendiri” bukan dari “apa kata guru”. Proses belajar mengajar lebih diwarnai

student centered daripada techer centered. Dalam pembelajaran guru

mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan pengalaman nyata siswa.

Sedangkan dalam kelas tradisional, guru adalah pemimpin di ruang kelas.26

Adapun perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran

tradisional dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran

Tradisional27

No Pembelajaran Kontesktual Pembelajaran Tradisional 1 Menyandarkan pada memori spasial

(pemahaman makna). Menyandarkan pada hafalan.

2 Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.

Pemilihan informasi ditentukan oleh guru.

3 Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Siswa secara pasif menerima informasi.

4 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.

5 Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.

6 Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.

Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.

7 Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek

Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas,

                                                       26 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-

mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: MLC, 2008), Cet. IV, h. 100. 27 Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “Pendekatan Contextual Teaching and

Learning dalam Pembelajaran IPS” dalam Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 2, November 2006, h. 174-175.

 

Page 26: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

23

dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).

mendengar ceramah, dan mengisi latihan (melalui kerja individual).

8 Perilaku dibangun atas kesadaran diri. Perilaku dibangun atas kebiasaan. 9 Keterampilan dikembangkan atas dasar

pemahaman. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

10 Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri.

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor.

11 Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan.

Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.

12 Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.

13 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas.

14 Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

f. Kata-kata Kunci Pembelajaran Kontekstual

Kata kunci dalam pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi antara

lain28:

1) Pembelajaran dunia nyata (Real world learning)

2) Mengutamakan pengalaman nyata

3) Berpikir tingkat tinggi

4) Berpusat pada siswa

5) Siswa aktif, kritis dan kreatif

6) Pengetahuan bermakna dalam kehidupan

7) Dekat dengan kehidupan nyata

8) Perubahan perilaku

9) Siswa praktek bukan menghafal

10) Pembelajaran (Learning) bukan pengajaran (teaching)

11) Pendidikan bukan pengajaran

12) Pembentukan manusia

13) Memecahkan masalah

                                                       28 Nurhadi, dkk, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

dan Penerapannya dalam KBK”, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004), Cet. I, h. 39-40. 

Page 27: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

24

14) Siswa akting, guru mengarahkan

15) Hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan test.

g. Model-model Pembelajaran yang Menggunakan Strategi Pembelajaran

Kontekstual

Model-model pembelajaran yang menggunakan strategi

pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut29

1) Authentic Instruction adalah suatu model pembelajaran yang

menginstruksikan siswa untuk belajar konteks arti kehidupan yang

sebenarnya. Dalam pelaksanaannya membutuhkan kemampuan berpikir

dan penyelesaian masalah tingkat tinggi, artinya siswa harus dapat

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari sesulit apapun.

2) Inquiry-Based Learning

Seseorang dikatakan melakukan kegiatan inquiri apabila ia

merumuskan masalahnya sendiri, merancang eksperimen,

mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

3) Problem-Based Learning

Problem-Based Learning atau yang lebih dikenal dengan model

pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan untuk membantu

siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Dalam proses

pembelajarannya siswa dipandu melalui masalah-masalah yang

diberikan oleh guru yang disesuaikan dengan pokok bahasan.

4) Service learning

Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang

menggabungkan metode pelayanan masyarakat dengan sekolah

terstruktur yang berbasis pada refleksi dari pelayanan masyarakat

tersebut.

5) Work-Based Learning

                                                       29  Gelar Dwirahayu (eds.), Kontekstual dan Model-model Pembelajaran IPA,

(Jakarta:IAIN Indonesia Social Equity Project, 2007), Cet. I, hlm. 126. 

Page 28: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

25

Model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam praktek langsung di

lapangan, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat langsung

dipraktekkan di tempat kerja.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk

mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap

tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa

bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang

hayat30.

Nana Syaodih mendefinisikan hasil belajar atau achievement

sebagai suatu realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial yang

dimiliki seseorang.31 Menurut Bloom seperti yang dikutip oleh Veithzal

Rivai, mengatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang

dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman belajarnya.32 Sudjana

mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.33

Menurut Gagne, perubahan perilaku yang merupakan hasil

belajar dapat berbentuk:34

1) Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam verbal, baik

secara tertulis maupun tulisan.

2) Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam

melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan

                                                       30  Udin S. Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:

Universitas Terbuka, 2007), Cet I, h. 1.5. 31 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 102 32 H. Veithzal Riva’I, "Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan

Peserta Diklat Spama Survei Diklat Departemen Kesehatan”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 040 Tahun Ke-9, Januari 2003, hlm. 130. 

33 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. I, h. 22. 

34 Akhmad Sudrajat, Hakikat Belajar, (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar).  

Page 29: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

26

simbol-simbol. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah

kecakapan dalam membedakan, memahami konsep konkrit, konsep

abstrak, aturan dan hukum. Keterampilan ini sangat dibutuhkan

dalam menghadapi pemecahan masalah.

3) Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan

pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam

konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan

mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas

yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil

pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada

proses pemikiran.

4) Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu

untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Sikap adalah

keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan

bertindak dalam menghadapi suatu objek atau peristiwa,

didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai

pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.

5) Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan

pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Adapun Moh. Surya mengemukakan bahwa hasil belajar akan

tampak dalam35:

1) Kebiasaan,

2) Keterampilan,

3) Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan member

arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara objektif

sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar,

4) Berpikir asosiatif; yakni berpikir dengan cara mengasosiasikan

sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat,

                                                       35 Akhmad Sudrajat, “Hakikat Belajar”, diakses dari situs

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar.  

Page 30: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

27

5) Berpikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan

dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis,

6) Sikap, yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi

dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu

sesuai pengetahuan dan keyakinan,

7) Inhibisi (menghindari hal yang mubazir)

8) Apresiasi

Benjamin Bloom dkk, mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam

tiga kategori besar. Pertama domain kognitif, ranah ini meliputi

kegiatan mental otak. Kedua domain afektif mencakup sikap dan nilai.

Ketiga domain psikomotor mencakup keteramapilan (skill) atau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar

tertentu (motorik).36

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

adalah :37

1) Faktor internal yang meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis dan

aspek psikologis, yang terdiri dari lima faktor, yaitu :

a) Intelegensi siswa

b) Sikap siswa

c) Bakat siswa

d) Minat siswa

e) Motivasi siswa

2) Faktor eksternal yang terdiri atas dua macam, yakni :

a) Lingkungan sosial

                                                       36 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005), h. 49 – 57. 37 Muhibin Syah, “Psikologi Belajar”, (Jakarta : PT. Raja Geafindo Persada, 2004),

Cet.3, h. 144. 

Page 31: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

28

b) Lingkungan non sosial (sarana dan prasarana), termasuk di

dalamnya media pembelajaran

3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan

kegiatan pembelajaran.Berdasarkan faktor eksternal belajar diatas,

yaitu faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah siswa, maka

dapat didefinisikan lagi menjadi38:

1) Cara memberikan pelajaran

2) Kurangnya bahan-bahan bacaan

3) Kurangnya alat-alat

4) Bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan

5) Penyelenggaraan pembelajaran terlalu padat.

Sudjana juga mengatakan bahwa kondisi pembelajaran yang

berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor tujuan pengajaran

yang jelas, bahan pengajaran yang memadai, metodologi pengajaran

yang tepat dan cara penilaian yang baik.39

Faktor-faktor tersebut akan sangat mempengaruhi hasil belajar

siswa, karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan

terjadi atau tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar siswa

menghadapi masalah-masalah baik internal maupun eksternal. Jika

siswa tidak dapat mengatasi masalah tersebut, maka dia tidak belajar

dengan baik.

Selain beberapa faktor di atas, ada beberapa hal yang juga perlu

diperhatikan diantaranya adalah konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar

merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.

Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun

proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran,

guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar. Selain

                                                       38 Oemar Hamalik. Metoda Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. (Bandung: Tarsito,

1990), h. 120-121. 39  Pamujie, Pengertian Pembelajaran, diakses dari situs:

http://mrpams.blogspot.com/2008/06.html.  

Page 32: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

29

konsentrasi belajar, kebiasaan belajar juga dapat mempengaruhi hasil

belajar. Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar

yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain, belajar pada

akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan

belajar dan lain-lain.

c. Penilaian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang diadakan.

Evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk

mendapatkan informasi tentang siswa, baik kemampuan penguasaan

konsep, sikap maupun keterampilan. Hal ini dapat digunakan sebagai

umpan balik yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar

siswa. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan

awal anak dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan bahan

apersepsi, yaitu bahan yang dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk

menguasai pelajaran baru.

Yang dimaksud dengan penilaian ialah kegiatan

memperbandingkan hasil pengukuran (skor) sifat suatu objek dengan

acuan yang relevan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu kualitas

yang bersifat kuantitatif.40

Penilaian hasil belajar memiliki fungsi yang sangat penting

dalam pembelajaran, atara lain berfungsi untuk41:

1) Mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar siswa

2) Memberikan umpan balik

3) Melakukan perbaikan kegiatan pembelajaran

4) Memotivasi guru mengajar lebih baik

5) Memotivasi siswa belajar lebih giat

                                                       40 Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Jakarta: Kanisius,

1995), h. 149. 41  Alimudin, “Sistem Penilaian Hasil Belajar”, diakses dari situs:

http://penilaianhasilbelajar.blogspot.com/2008/01/sistem-penilaian-hasil-belajar.html.  

Page 33: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

30

Penilaian hasil belajar memiliki tujuan sebagai berikut42:

1) Sebagai granding, untuk menentukan atau membedakan kedudukan

hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peseta didik lain.

2) Sebagai alat seleksi, untuk memisahkan antara peserta didik yang

masuk kategori tertentu dan yang tidak.

3) Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah

menguasai kompetensi.

4) Sebagai bimbingan, untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik

dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat

keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,

pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.

5) Sebagai alat diagnosis, untuk menunjukkan kesulitan belajar yang

dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa

dikembangkan.

6) Sebagai alat prediksi.

Berbagai jenis penilaian berbasis kelas antara lain, tes tertulis,

tes perbuatan, pemberian tugas, penilaian kinerja, penilaian proyek,

penilaian hasil kerja peserta didik, penilaian sikap, dan penilaian

portofolio. Jenis penilaian sangat tergantung kepada kompetensi dasar

maupun indikator yang diuraikan dalam kurikulum.

Sementara itu, prinsip-prinsip yang digunakan dalam penilaian

hasil belajar antara lain43:

1) Penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dari proses

pembelajaran

2) Mencerminkan masalah dunia nyata

3) Menggunakan berbagai ukuran, metode, teknik dan kriteria sesuai

dengan karakterisktik dan esensi pengalaman belajar

                                                       42  Sulaiman Zein, “Penilaian Hasil Belajar”, diakses dari situs:

http://smpn2ransel.wordpress.com/2008/03/19/penilaian-hasil-belajar/.  43  Alimudin, “Sistem…”, diakses dari situs:

http://penilaianhasilbelajar.blogspot.com/2008/01/sistem-penilaian-hasil-belajar.html.  

Page 34: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

31

4) Bersifat holistic (menyeluruh), mencakup semua aspek dari tujuan

pembelajaran.

Benjamin S Bloom berpendapat bahwa taksonomi

(pengelompokkan) tujuan pendidikan harus senantiasa mengacu kepada

tiga ranah (domain) yaitu44:

1) Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan

berpikir (otak). Enam jenjang proses berpikir mulai dari jenjang

terendah sampai ke jenjang tertinggi adalah: (1) Pengetahuan adalah

kemampuan seseorang untuk mengingat kembali atau mengenali

kembali tentang nama, ide, istilah, gejala, rumus, dan sebagainya; (2)

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; (3)

Aplikasi adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara, metode, rumus, teori, dan

sebagainya dalam situasi baru dan konkrit; (4) Analisis adalah

kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan

atau keadaan menurut bagian yang lebih kecil dan mampu

memahami hubungan diantara bagian atau faktor yang satu dengan

faktor lainnya; (5) Sintesis adalah kemampuan berpikir yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga

menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola

baru; (6) Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk membuat

pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, dan mampu

memilih pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan atau kriteria

yang ada.

2) Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan

nilai. Krathwohl membagi ranah afektif dalam lima jenjang, yaitu:

                                                       44 Anas Sudijono, “Pengantar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2001), h. 49-57. 

Page 35: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

32

(1) Menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada dirinya dalam

bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain; (2) Menanggapi adalah

kemampuan seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif

dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya; (3)

Menilai adalah kemampuan seseorang untuk menilai atau

menghargai suatu kegiatan atau objek, sehingga dirasakan akan

membawa kerugian atau penyesalan; (4) Mengorganisasikan adalah

kemampuan seseorang untuk mempertemukan perbedaan nilai

sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal dan membawa

perbaikan; (5) Karakterisasi dengan suatu nilai kompleks adalah

keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3) Psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan

keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar tertentu.

3. Ilmu Kimia

Kimia merupakan bagian pendidikan umum dan dewasa ini ilmu

kimia telah memegang peranan penting dalam kehidupan. Ilmu kimia

mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami

materi ini dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang

direncanakan. Pada pelajaran kimia diperoleh pengetahuan tentang susunan

(komposisi) zat dan penggunaan bahan tak bernyawa, baik alamiah maupun

buatan, dan mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk

tubuh kita sendiri.45 Ilmu kimia juga dapat didefinisikan sebagai ilmu

pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang meliputi struktur,

susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya.

                                                       45 Keenan, Kleinfelter, Wood., Kimia Untuk Universitas, (Jakarta: Erlangga, 1992), h. 2. 

Page 36: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

33

Perubahan materi tersebut dapat juga menimbulkan dampak negatif terhadap

manusia dan lingkungannya.46

Pembelajaran kimia di SMA dan MA berfungsi dan bertujuan sebagai

berikut47:

a. Menyadari keteraturan dan keindahan alam untuk mengagungkan

kebesaran Tuhan Yang maha Esa.

b. Membentuk sikap ilmiah yang mencakup:

1) Sikap jujur dan obyektif terhadap data;

2) Sikap terbuka, yaitu bersedia menerima pendapat orang lain serta mau

mengubah pandangannya, jika ada bukti bahwa pandangannya tidak

benar;

3) Ulet dan tidak cepat putus asa;

4) Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa ada

dukungan hasil observasi empiris; dan

5) Dapat bekerjasama dengan orang lain.

c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui

percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujjian hipotesis

dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen,

pengambilan, pengolahan dan interpretasi data, serta mengkomunikasikan

hasil eksperimen secara lisan dan tertulis.

d. Meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat bermanfaat dan

juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta

menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi

kesejahteraan masyarakat.

e. Memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya dan

penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari

dan teknologi.

                                                       46Dorthy Hariandja, “Pengenalan Ilmu Kimia”, diakses dari situs

www.dikmenum.go.id/e-learning/bahan/kelas1/images/pengenalan%20ilmu%20kimia.pdf, januari 2007, h. 5.  

47  Departemen Pendidikan Nasional, “Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah”, (Jakarta: Depdiknas, 2004), h. 7. 

Page 37: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

34

f. Membentuk sikap yang positif terhadap kimia, yaitu merasa tertarik untuk

mempelajari kimia lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam

keteraturan perilaku alam serta kemampuan kimia dalam menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan penerapannya dalam teknologi.

Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar kimia dapat didefinisikan

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran yang

mempelajari tentang materi kimia yang dinyatakan dalam bentuk skor yang

diperoleh dari hasil pengujian (tes) mengenai sejumlah pokok bahasan dari

mata pelajaran kimia.

4. Konsep Koloid

Konsep koloid adalah salah satu pokok bahasan dalam pelajaran kimia

kelas XI semester 2. Adapun indikator atau tujuan dalam pembelajaran

konsep koloid adalah siswa mampu menjelaskan proses pembuatan koloid,

mengidentifikasi dan mengelompokkan sifat-sifat koloid serta

mendeskripsikan peranan koloid dalam berbagai macam industri48. Koloid

merupakan bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi49.

Sifat-sifat koloid: (1) efek Tyndal, (2) gerak Brown, (3) muatan

koloid, (4) koagulasi, (5) koloid pelindung, (6) dialisis, (7) koloid liofil dan

koloid liofob, dan (8) pengolahan air bersih.

Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan

partikel suspensi. Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan

pengelompokkan (agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan

dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium dispersi. Cara

yang pertama disebut cara kondensasi, sedangkan cara yang kedua disebut

cara dispersi.

Cara kondensasi dapat dilakukan dengan reaksi hidrolisis, dan dengan

reaksi redoks. Adapun cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik,

cara peptisasi, dan cara busur Bredig.

                                                       48 Unggul Sudarmo, Kimia untuk SMA kelas XI, (Jakarta: Phibeta, 2006), h. vii 49 Michael Purba, Kimia 2B untuk SMA kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 158. 

Page 38: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

35

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian ini, Penulis merujuk kepada penelitian-penelitian

terdahulu yang relevan, dan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan

yaitu:

1) Penelitian tentang “Pendekatan Kontekstual Sebagai Upaya Meningkatkan

Proses dan Hasil Pembelajaran Fisika Siswa SMUN 5 Bengkulu” oleh

Nirwana (2003) menyimpulkan bahwa pembelajaran fisika dengan

menggunakan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil

belajar fisika siswa, pembelajaran fisika dengan penerapan model

pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan proses pembelajaran fisika.50

2) “Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas, Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 13

Bandar Lampung” oleh I Wayan Distrik (2005) menyimpulkan bahwa dalam

pembelajaran langsung dan pendekatan kontekstual keaktifan belajar siswa

dapat ditingkatkan, perilaku yang tidak mendukung proses belajar dikurangi,

dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.51

3) “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan

Contextual Learning Mata Pelajaran Fisika di SMAN 3 Bandar Lampung”

oleh Damriani (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa. Hal ini disebabkan pendekatan kontekstual memperhatikan

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa dalam kegiatan belajar.52

4) “Pengaruh Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan

Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Pokok Bahasan

Perubahan Materi” oleh Qomariah (2006) menyimpulkan bahwa terdapat                                                        

50 Nirwana, “Pendekatan Kontekstua Sebagai Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran Fisika Siswa SMUN 5 Bengkulu”, dalam Exacta: Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, vol.1, No. 2, Desember 2003, hal. 77. 

51 I Wayan Distrik, dkk., “Model Pembelajaran Langsung (Direct Instructional) dengan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) untuk Meningkatkan Aktifitas, Konsepsi, dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 13 Bandar Lampung”, dalam Sari Penelitian PembelajaranHibah PTK dan PPKP Tahun 2005, hal. 9. 

52 Damriani, “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Contextual Teaching Learning Mata Pelajaran Fisika di SMAN 3 Bandar Lampung”, dalam JPMIPA, vol. 7, No. 1, Januari 2006. 

Page 39: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

36

pengaruh yang signifikan penerapan CTL dengan metode eksperimen

terhadap hasil belajar kimia siswa dengan meningkatkan hasil belajar siswa

maka dapat membantu para siswa memahami konsep perubahan materi

sehingga siswa menjadi lebih termotivasi, kreatif, berpikir kritis dan

menghargai orang lain dalam proses belajar mengajar.53

C. Kerangka Berpikir

Bidang studi kimia merupakan kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan alam. Kebanyakan para siswa agak sulit mempelajarinya karena di

setiap konsep dibutuhkan penalaran tinggi, ketelitian, dan kemampuan

menerapkannya di alam. Untuk itu dalam proses belajar mengajar, metode dan

strategi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dilakukan dalam proses

belajar karena dengan adanya strategi dan metode diharapkan dapat

mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Untuk membantu para siswa dalam meningkatkan hasil belajar pada mata

pelajaran kimia khususnya pada konsep sistem koloid diperhatikan beberapa

faktor yang mempengaruhinya. Pada konsep sistem koloid banyak sekali contoh-

contoh sistem koloid yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun pada kenyataannya siswa belum memahaminya. Guru memberi

perlakuan kepada siswa dengan perlakuan yang bersifat konvensional (metode

ceramah) yang akan membuat siswa kurang tertarik dengan materi ini.

Oleh karena itu guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang

paling efektif, yang menuntut siswa untuk aktif dan bekerja sama dalam

memecahkan suatu masalah. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat

menuntut siswa aktif salah satunya dengan pembelajaran kontekstual, dalam

pembelajaran kontekstual guru akan mengkaitkan materi pelajarannya dengan

dunia nyata dan mendorong siswa menerapkan pengetahuannya dalam

kehidupannya. Dengan demikian siswa akan menjadi lebih aktif dan menyadari

tentang kegunaan apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupannya. Selain itu                                                        

53 Qomariah, Pengaruh Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan metode eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan perubahan materi. 2006. UIN Jakarta, Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan IPA, skripsi tidak diterbitkan. 

Page 40: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

37

juga melatih siswa dalam mengembangkan dan membangun pengetahuan yang

dimilikinya.

Berdasarkan kajian teoretik dan bahasan hasil penelian yang relevan,

maka diharapkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual dapat

meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian ini adalah

“pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap hasil belajar kimia pada konsep

sistem koloid”.

Page 41: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMU Muhammadiyah 25 Pamulang kelas

XI IPA semester genap tahun ajaran 2007/2008, dengan waktu penelitian

dimulai pada bulan Mei – Juni 2008.

B. Metode Penelitian

1. Metode penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen.

Penelitian eksperimen mempunyai tiga ciri pokok, yaitu: (1) variabel bebas

yang dimanipulasikan; (2) variabel lain yang mungkin berpengaruh dikontrol

agar tetap konstan; (3) efek atau pengaruh manipulasi variabel bebas dan

variabel terikat diamati secara langsung oleh peneliti.1

2. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain statis dua kelompok.

T

Grup 

abel 2. De Dua Ke sain Statis

Variabel Ter at 

lompok

Postes ik

A  X  T B  ‐   T 

Keterangan:

A = Kelompok yang menggunakan pembelajaran kontekstual

B = Kelompok yang menggunakan pembelajaran konvensional

X = Penggunaan pembelajaran kontekstual

T = Tes akhir yang sama pada kedua kelompok

                                                       

1 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-2, h. 180-181. 

38

Page 42: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

39

C. Populasi dan Sampling

1. Populasi

Populasi target adalah seluruh siswa SMU Muhammadiyah 25

Pamulang. Populasi terjangkaunya seluruh siswa kelas XI IPA SMU

Muhammadiyah 25 Pamulang tahun ajaran 2007/2008.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini sebanyak dua kelas. Kelas XI IPA 1

sebagai kelas eksperimen berjumlah 38 siswa dan kelas XI IPA 2 sebagai

kelas kontrol berjumlah 25 siswa.

D. Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan tes hasil belajar kimia siswa. Tes hasil belajar yaitu tes yang

digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai dan memahami materi

yang diberikan. Tes hasil belajar yang akan diberikan kepada siswa berupa tes

akhir (post test) yang berbentuk soal pilihan ganda terdiri dari 20 soal dengan 5

options (A, B, C, D, dan E). Sebelum tes ini diberikan kepada siswa,

diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

Tabel. 3. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Secara Kognitif

No Indikator Aspek Kognitif

Jumlah C1 C2 C3 C4

1. Mengelompokkan campuran yang ada

di lingkungan ke dalam suspensi,

sistem koloid, dan larutan sejati.

- 1,

2

- 3 3

2. Menjelaskan adanya 8 sistem koloid

berdasarkan fase terdispersi dan

medium pendispersi.

- - 5 4 2

3. Mengelompokkan koloid yang ada di

lingkungan ke dalam beberapa macam

sistem koloid.

- 6,

7,

9

- 8 4

 

Page 43: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

40

No Indikator Aspek Kognitif

Jumlah C1 C2 C3 C4

4. Menjelaskan penggunaan sistem

koloid di industri kosmetik, makanan,

farmasi, dan sebagainya.

- 11 10 - 2

5. Mengamati dan menjelaskan hasil

pengamatan tentang efek Tyndal dan

gerak Brown.

- 12,

13

- 14 3

6. Menjelaskan kestabilan koloid,

peristiwa elektroforesis dan koagulasi

koloid dalam kehidupan sehari-hari.

15,

16

- - - 2

7. Memperagakan proses penjernihan air

dengan cara penambahan koagulan.

- 17 - - 1

8. Menjelaskan koloid liofil dan koloid

liofob serta perbedaan sifat keduanya

dengan contoh yang ada di

lingkungan.

18 - - - 1

9. Memperagakan pembuatan koloid

dengan cara kondensasi dan dispersi..

- - - 19, 20

1

Keterangan:

C1: Hafalan

C2 : Pemahaman

C3 : Penerapan

C4 : Analisis

C5 : Sintesis

C6 : Evaluasi

 

Page 44: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

41

E. Kalibrasi Instrumen

1. Uji Validitas

Valid (sahih) adalah alat ukur yang mampu mengukur apa yang

hendak diukur.2 Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila

sesuai dengan keadaan senyatanya.3

Adapun validitas instrumen hasil belajar yang digunakan dalam

penelitian ini adalah validitas isi (content validity) dan validitas butir soal

(validitas item). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi jika mampu

mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran

yang diberikan sesuai dengan yang tertera dalam kurikulum pembelajaran4.

Sementara itu, validitas butir soal yang digunakan untuk pengujian validitas

skor butir dis-kontinum (soal bentuk ebjektif dengan skor 0 atau 1) adalah

dengan menggunakan koefisien korelasi biserial. Rumus yang digunakan

untuk menghitung koefisien korelasi biserial (rpbi) antara skor butir soal

dengan skor total tes adalah 5:

qp

SDMM

rt

tppbi

−=

Keterangan:

rpbi = Koefisien korelasi point biseral

Mp = Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh peserta

Mt = Skor rata-rata dari skor total

SDt = Deviasi standar dari skor total

p = Proporsi peserta yang menjawab betul terhadap butir item yang

sedang diuji validitas itemnya

q = Proporsi peserta yang menjawab salah terhadap butir item yang

sedang diuji validitas itemnya                                                        

2 Tonih Feronika dan Burhanuddin Milaman, Evaluasi Pendidikan Kimia (Modul). (Jakarta: Program Studi Pendidikan Kimia FITK, 2006), h. 12. 

3 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), Cet. Ke-5, h. 58. 

4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumu Aksara, 1996), Cet. 12, h. 64. 

5 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 185. 

 

Page 45: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

42

Dari rumus koefisien korelasi biserial di atas, di dapat rtabel sebesar

0,35 dan dari 25 soal yang dibuat, didapat 5 soal yang tidak valid sehingga 20

soal dinyatakan valid. (Lampiran 5).

2. Uji Reliabilitas

Sebuah instrumen penelitian belum cukup hanya dengan pengujian

validitas saja, namun juga harus memiliki reliabilitas. Reliabilitas alat

penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang

dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan

memberikan hasil yang relatif sama.6 Untuk uji reliabilitas item tes

menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20)7 sebagai berikut:

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ ∑−⎥⎦⎤

⎢⎣⎡

−= 2

t

ii2t

11 SqpS

1nnr

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item

pi = Proporsi peserta yang menjawab dengan betul butir item yang

bersangkutan

qi = Proporsi peserta yang jawabannya salah, atau qi = 1 − pi

St2 = Varian total

∑piqi = Jumlah dari hasil perkalian pi dengan qi

Pada penelitian ini, butir soal dikatakan reliabel jika nilai koefisien

reliabilitas lebih besar dari nilai rtabel yaitu 0,7. Jadi, pada penelitian ini butir

soal telah dinyatakan reliabel karena nilai koefisien reliabilitasnya sebesar

0,97. (Lampiran 6)

                                                       

6 Nana Sudjana, Penialaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-11, h. 16. 

7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 252-253. 

 

Page 46: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

43

3. Perhitungan Analisis Butir Instrumen

Sebelum penelitian dilaksanakan dan soal post test diujikan, terlebih

dahulu dilakukan uji instrumen melalui perhitungan analisis butir instrumen

dengan cara menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal. Rumus yang

digunakan dalam pengujian ini sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh

Dubois8, yaitu:

JSBP =

Keterangan:

P = Angka indeks kesukaran

B = Banyaknya peserta yang dapat menjawab dengan betul terhadap

butir item yang bersangkutan

Js = Jumlah peserta yang mengikuti tes hasil belajar

Klasifikasi indeks kesukaran:

a. Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

b. Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang

c. Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Adapun dari rumus tingkat kesukaran diperoleh hasil, dari 20 soal tes

yang diujicobakan pada siswa terdapat 2 soal yang dikategorikan sukar, 12

soal dikategorikan sedang, dan 6 soal termasuk soal mudah. (Lampiran 7)

Butir item juga diuji daya pembedanya. Daya pembeda item adalah

kemampuan suatu butir item hasil belajar untuk dapat membedakan antara

peserta yang berkemampuan tinggi dengan peserta yang berkemampuan

rendah. Dari 20 soal yang diujicobakan dan dihitung daya pembedanya,

terdapat 1 soal kategori baik sekali, 8 soal kategori baik, 7 soal kategori

cukup, dan 4 soal kategori jelek (Lampiran 8). Rumus yang digunakan untuk

daya pembeda item adalah sebagai berikut9:

 

                                                       8 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005), h. 372. 9 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,

2001), h. 134. 

 

Page 47: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

44

JBBB

JABADP −=

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan

benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

Klasifikasi daya pembeda:

D : 0,00 – 2,00 : jelek

D : 0,20 – 0,40 : cukup

D : 0,40 – 0,70 : baik

D : 0,70 – 1,00 : baik sekali

F. Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual dan yang

diajar dengan pembelajaran konvensional. Data-data yang masih dalam bentuk

data mentah terlebih dahulu disusun dalam tabel distribusi frekuensi untuk

memperoleh gambaran yang sederhana, jelas, dan sistematis mengenai hasil

yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka, kemudian dari data tersebut

dihitung pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas, uji homogenitas,

kemudian dilakukan pengujian hipotesis terhadap data tersebut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang

diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan berupa

uji Lilliefors.10

Uji Lilliefors mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

                                                       10 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), Cet. Ke-2, h.466. 

 

Page 48: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

45

a. Pengamatan X1, X2,….Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,….Zn dengan

menggunakan rumus Zi = S

XXi −

Dengan: Zi = Skor baku

Xi = Skor data

X = Nilai rata-rata

S = Simpangan baku

b. Untuk setiap bilangan baku tersebut dan dengan menggunakan daftar

distribusi normal baku, kemudian hitung peluang F(Zi) dengan aturan:

Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0,5 + nilai tabel

Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel)

c. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ….Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi, jika populasi ini dinyatakan dengan S(Zi), maka:

S(Zi) = n

ZyangZ........,Z,Z,ZBanyaknya in321 ≤

d. Hitung selisih ⎢F(Zi) - S(Zi)⎪

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut

dan harga tersebut dinamakan dengan LO.

f. Tentukan kriteria pengujian berikut:

1) Jika LO ≤ Lt, HO diterima (data berdistribusi normal)

2) Jika LO ≥ Lt, HO ditolak (data tidak berdistribusi normal)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kedua

keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan berupa uji Fischer11.

Fh = 22

21

SS =

terkecilVarians terbesarVarians

  S2 = )1n(n

)X(Xn 22

−∑ ∑−

                                                       11 Nana Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), Cet. Ke-2, h. 249. 

 

Page 49: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

46

Dengan:

Fh = Homogenitas

S12 = Varians terbesar

S22 = Varians terkecil

Adapun kriteria pengujiannya adalah:

a. Terima Ho jika harga Fhitung < Ftabel, yang berarti variansi populasi kedua

variabel homogen.

b. Tolak Ho jika harga Fhitung > Ftabel, yang berarti variansi populasi kedua

variabel tidak homogen.

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji t12 sebagai berikut:

to = 21 MM

21

SEMM

− 

Keterangan:

to = t hitung

M1 = Mean dari kelompok eksperimen

M2 = Mean dari kelompok kontrol

SEM1-M2 = Besarnya kesesatan mean sampel

Adapun untuk mencari SEM1-M213 digunakan rumus sebagai berikut:

1NSDSE M−

=  

Keterangan:

SEM = Besarnya kesesatan mean sampel

SD = Deviasi standar dari sampel

N = Banyaknya sampel

1 = Bilangan konstan

                                                       12 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2004), h. 314. 13 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2004), h. 282. 

 

Page 50: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

 

47

Adapun kriteria pengujiannya yaitu:

a. Terima Ho jika harga ttabel > thitung

b. Tolak Ho jika harga ttabel < thitung

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

1. H0 : μA = μB, maka Ho diterima, Ha ditolak

2. Ha : μA > μB, maka Ha diterima, Ho ditolak

Page 51: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kelompok Eksperimen

a. Pemahaman konsep siswa kelompok eksperimen

Kelas eksperimen yaitu kelas yang mendapatkan perlakuan

menggunakan model pembelajaran kontekstual memiliki jumlah siswa 38

orang. Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai, para siswa menjalani

post test berupa tes pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan 5 options (A,

B, C, D, dan E) pada konsep sistem koloid. Adapun data rata-rata nilai

post test untuk kelas eksperimen (X) dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4. Pemahaman Konsep Siswa

Berdasarkan post test Kelompok Eksperimen

Deskripsi Nilai

Maksimal 90

Minimal 50

Mean 74,66

Median 79,36

Modus 79,5

Simpangan Baku 11,89

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian post test kelompok

eksperimen mengenai pemahaman konsep sistem koloid dari 38 siswa

yang dijadikan subyek penelitian, diperoleh nilai maksimal 90, nilai

minimal 50, nilai rata-rata 74,66, median sebesar 79,36, modus 79,5 dan

simpangan baku sebesar 11,89.

b. Ketuntasan hasil belajar tiap indikator kelompok eksperimen

Ada 11 indikator yang harus dicapai siswa dalam konsep sistem

koloid, dimana pada indikator 1 diwakili 3 soal, indikator 2 diwakili 2

soal, indikator 3 diwakili 4 soal, indikator 4 diwakili oleh 2 soal, indikator

48

Page 52: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

49

5 diwakili oleh 3 soal, dan indikator 7 sampai 11 masing-masing diwakili

oleh 1 soal. Jenjang kemampuan kognitif yang dipakai yaitu C1 (hafalan),

C2 (pembahasan), C3 (penerapan), dan C4 (analisis). Tabel ketuntasan

belajar siswa tiap indikator pada kelas eksperimen dapat dilhat sebagai

berikut:

Tabel 5. Ketuntasan Belajar Tiap Indikator Kelompok Eksperimen No. Indikator No. Soal % Ketuntasan 1. Mengelompokkan campuran yang ada di

lingkungan ke dalam suspensi, sistem koloid, dan

larutan sejati.

1, 2, 3 80,70 %

2. Menjelaskan adanya 8 macam koloid

berdasarkan fase terdispersi dan medium

perdispersi.

4, 5 71,07 %

3. Mengelompokkan koloid yang ada di lingkungan

ke dalam beberapa macam sistem koloid.

6, 7, 8, 9 73,03 %

4. Menjelaskan penggunaan sistem koloid di

industri kosmetik, makanan, farmasi, dan

sebagainya.

10, 11 69,74 %

5. Mengamati dan menjelaskan hasil pengamatan

tentang efek Tyndal dan gerak Brown.

12, 13,

14

77,19 %

6. Menjelaskan kestabilan koloid dan peristiwa

elektroforesis.

15 84,21 %

7. Mengamati koagulasi koloid dalam kehidupan

sehari-hari.

16 68,42 %

8. Memperagakan proses penjernihan air dengan

cara penambahan koagulasi.

17 73,68 %

9. Menjelaskan koloid liofil dan koloid liofob serta

perbedaan sifat keduanya dengan contoh yang

ada di lingkungan.

18 71,05 %

10. Memperagakan pembuatan koloid dengan cara

kondensasi.

19 76,32 %

11. Memperagakan pembuatan koloid dengan cara

dispersi

20 68,42 %

Page 53: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

50

2. Kelompok Kontrol

a. Pemahaman konsep siswa kelompok kontrol

Kelas kontrol yaitu kelas yang mendapatkan perlakuan

menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki jumlah siswa

sebanyak 25 orang. Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai, para siswa

akan diberikan soal post test berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal

dengan 5 options (A, B, C, D, dan E). Adapun pemahaman konsep siswa

pada kelompok kontrol ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 6. Pemahaman Konsep Siswa

Berdasarkan Post Test Kelompok Kontrol

Deviasi Nilai

Maksimal 80

Minimal 50

Mean 65,50

Median 76,37

Modus 77,5

Standar deviasi 11,99

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa pada kelas

kontrol nilai maksimal yang diperoleh sebesar 80, nilai minimal yang

diperoleh sebesar 50, nilai rata-rata sebesar 65,50, median sebesar 76,37,

modus sebesar 77,5 dan simpangan baku sebesar 11,99.

b. Ketuntasan hasil belajar tiap indikator pada kelompok kontrol

Pemahaman siswa pada konsep koloid dapat dilihat dari persen

ketuntasan hasil belajar tiap indikatornya. Ada 11 indikator yang harus

dicapai siswa dalam konsep sistem koloid, dimana pada indikator 1

diwakili 3 soal, indikator 2 diwakili 2 soal, indikator 3 diwakili 4 soal,

indikator 4 diwakili oleh 2 soal, indikator 5 diwakili oleh 3 soal, indikator

6 sampai 11 masing-masing diwakili oleh 1 soal. Jenjang kemampuan

kognitif yang dipakai yaitu C1 (hafalan), C2 (pembahasan), C3

Page 54: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

51

(penerapan), dan C4 (analisis). Tabel ketuntasan belajar siswa tiap

_ndustry_ pada kelas kontrol dapat dilhat sebagai berikut:

Tabel 7. Ketuntasan Belajar Tiap Indikator Kelompok Kontrol

No. Indikator No. Soal % Ketuntasan

1. Mengelompokkan campuran yang ada di

lingkungan ke dalam _ndustry, _ndust koloid,

dan larutan sejati.

1, 2, 3 62,67 %

2. Menjelaskan adanya 8 macam koloid

berdasarkan fase terdispersi dan medium

perdispersi.

4, 5 44 %

3. Mengelompokkan koloid yang ada di

lingkungan ke dalam beberapa macam _ndust

koloid.

6, 7, 8, 9 70 %

4. Menjelaskan penggunaan _ndust koloid di

_ndustry kosmetik, makanan, farmasi, dan

sebagainya.

10, 11 66 %

5. Mengamati dan menjelaskan hasil pengamatan

tentang efek Tyndal dan gerak Brown. 12, 13, 14 66,67 %

6. Menjelaskan kestabilan koloid dan peristiwa

ektroforesis. 15 80 %

7. Mengamati koagulasi koloid dalam kehidupan

sehari-hari.

16 72 %

8. Memperagakan proses penjernihan air dengan

cara penambahan koagulasi. 17 64 %

9. Menjelaskan koloid liofil dan koloid liofob serta

perbedaan sifat keduanya dengan contoh yang

ada di lingkungan.

18 68 %

10. Memperagakan pembuatan koloid dengan cara

kondensasi. 19 80 %

11. Memperagakan pembuatan koloid dengan cara

dispersi.

20 64 %

Page 55: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

52

3. Perbandingan Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol

Perbandingan hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 8. Perbandingan Hasil Belajar Siswa

Interval Kelas eksperimen Kelas kontrol Kategori

80 – 100 22 4 Baik sekali

66 – 79 5 10 Baik

56 – 65 6 3 Cukup

40 – 55 5 8 Kurang

30 – 39 0 0 Gagal

Jumlah 38 25

Berdasarkan tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen

jumlah siswa yang termasuk kategori baik sekali pada interval antara 80 –

100 sebanyak 22 siswa, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 4 siswa

yang termasuk ketegori baik sekali. 5 siswa termasuk kategori baik pada

kelas eksperimen dan 10 siswa pada kelas kontrol termasuk kategori baik.

Ada 6 siswa termasuk pada ketegori cukup di kelas eksperimen dan 3 siswa

termasuk kategori cukup pada kelas kontrol. 5 siswa termasuk kategori

kurang pada kelas eksperimen dan 8 siswa kategori kurang ada pada kelas

kontrol, sedangkan yang termasuk dalam kategori gagal pada interval 30 -39

tidak ada pada kedua kelas

.

4. Pengujian Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

Uji normalitas yang digunakan yaitu uji Lilliefors pada taraf

signifikan 95% dengan α = 0,05

Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Variabel Sampel Lhitung Ltabel Kesimpulan Data X 38 0,1287 0,1437 Normal

Page 56: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

53

Berdasarkan tabel di atas diketahui Lhitung 0,1287, sedangkan Ltabel

pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dengan jumlah sampel

sebanyak 38 siswa sebesar 0,1437. Karena Lhitung < Ltabel, maka dapat

dikatakan bahwa HO diterima artinya data hasil belajar kimia siswa pada

kelas eksperimen berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol

Tabel 10. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol

Variabel Sampel Lhitung Ltabel Kesimpulan Data

Y 25 0,1464 0,173 Normal

Berdasarkan tabel di atas diketahui Lhitung sebesar 0,1464,

sedangkan Ltabel pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dengan

jumlah sampel sebanyak 25 siswa sebesar 0,173. Karena Lhitung > Ltabel,

maka dapat dikatakan bahwa HO diterima artinya data hasil belajar kimia

siswa kelas kontrol berdistribusi normal.

c. Uji Homogenitas

Dari hasil pengujian diketahui Fhitung sebesar 1,037 dan Ftabel pada

taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dengan derajat kebebasan

pembilang 37 dan derajat penyebut 24 diperoleh nilai 1,905, karena Fhitung

< Ftabel, maka dapat dikatakan bahwa HO diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa varian kedua kelas sama atau homogen.

d. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian persyaratan analisis ternyata

diperoleh kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Dari hasil

penelitian diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 74,66 dan kelas

kontrol 65,50. Langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji t.

Page 57: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

54

Berdasarkan perhitungan, diketahui thitung 2,89 dan dengan

merujuk pada ttabel dengan taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dan df =

(n1 + n2) – 2 diperoleh ttabel 2,00. Apabila dibandingkan thitung dengan ttabel,

maka thitung lebih besar dari ttabel. Dengan demikian hipotesis nihil (HO)

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar

kimia siswa.

B. Pembahasan

Perbandingan nilai rata-rata yang diperoleh antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol yaitu sebesar 74,66 dan 65,50. Dari hasil

tersebut dapat dilihat perbedaan nilai rata-rata yang cukup besar, yang berarti

siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual memiliki nilai rata-rata

yang tinggi disbanding dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran

konvensional.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh

penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar kimia siswa

pada konsep sistem koloid menunjukkan bahwa nilai hasil belajar kimia

melalui pembelajaran kontekstual lebih baik dibandingkan dengan nilai hasil

belajar kimia tanpa pembelajaran kontekstual (ceramah).

Hasil pengujian hipotesia dengan menggunakan uji t pada taraf

signifikan 95% dengan α = 0,05 menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel yaitu

2,89 > 2,00. Dengan nilai thitung tersebut menunjukkan adanya pengaruh

pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar siswa khususnya pada

konsep sistem koloid.

Pada persentase ketuntasan belajar tiap indikator untuk kelas

eksperimen lebih unggul dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun ada

dua indikator pada kelompok eksperimen yang lebih kecil dari kelompok

kontrol yaitu pada indikator 7 dan 10. Hal ini disebabkan karena pada

kelompok eksperimen, dalam menjawab soal siswa terbalik menjawab soal

atau dengan kata lain mereka masih belum paham menempatkan contoh soal

Page 58: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

55

dalam kategori yang sebenarnya. Misalnya untuk indikator 11 yang diwakili

soal nomor 19 pada kelompok eksperimen siswa agak bingung dan ragu-ragu

menjawab soal, sehingga jawaban yang dipilih kurang tepat. Berbeda dengan

kelompok kontrol yang rata- rata hampir sebagian siswa menjawab benar,

hal ini dikarenakan siswa sebelumnya telah membaca dan menghafal materi.

Akan tetapi hampir secara keseluruhan persentase ketuntasan belajar pada

kelompok eksperimen labih unggul dibandingkan dengan kelompok kontrol,

yang berarti bahwa dalam ketuntasan belajar kelompok eksperimen lebih

baik dan pembelajaran kontekstual dapat mempengaruhi hasil belajar siswa

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini sejalan dengan

penelitian Qomariah tentang pengaruh penerapan kontekstual dengan metode

eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan

perubahan materi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan CTL

dengan metode eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa dengan

meningkatkan hasil belajar siswa maka dapat membantu para siswa

memahami konsep perubahan materi sehingga siswa menjadi lebih

termotivasi, kreatif, berpikir kritis, dan menghargai orang lain dalam proses

belajar mengajar.

Pada saat kegiatan pembelajaran di kelompok eksperimen

berlangsung, para siswa dibangun pengetahuannya akan materi sistem koloid

dengan cara diberi appersepsi atau pertanyaan yang berhubungan dengan

sistem koloid agar siswa dapat menjawab dan mengembangkan pengetahuan

yang dimilikinya. Ada siswa yang menjawab dengan antusias dan ada pula

siswa yang kurang memperhatikan apa yang dijelaskan guru karena mungkin

di benak mereka mata pelajaran kimia tidak begitu penting dalam kehidupan

mereka.

Setelah guru memberikan rangsangan tentang pengetahuan apa saja

yang harus dicapai siswa, siswa melalui kelompoknya masing-masing mulai

diberi tugas melakukan eksperimen tentang pembuatan dan sifat-sifat koloid.

Tiap-tiap kelompok mulai merumuskan masalah, melakukan observasi

dengan cara eksperimen, mengamati hasil eksperimen, menganalisis dan

Page 59: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

56

mencatat hasil pengamatan kelompoknya masing-masing. Apabila ada yang

kurang dipahami oleh kelompok maka mereka akan bertanya kepada guru.

Fungsi guru disini sebagai fasilitator dimana guru memberikan fasilitas atau

kemudahan dalam proses belajar-mengajar, dimana guru memberikan

kemudahan kepada siswa yang kurang paham untuk bertanya.

Karena adanya kerja kelompok maka masyarakat belajarpun akan

tercipta dengan baik. Pada saat melakukan ekperimen akan terjadi

komunikasi dua arah antara guru dengan siswa. Proses pemodelanpun

terbentuk yaitu dengan menggunakan alat dan bahan, tiap kelompok akan

memperoleh dan membangun pengetahuan mereka sendiri dari hasil temuan

penelitian mereka dan hasil temuan itu akan dibahas bersama-sama oleh guru

dan kelompok lain untuk mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai. Pembelajaran kontekstual ini dapat memotivasi

siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, seperti bekerjasama

saling memberikan informasi, mengemukakan pendapat, mempresentasikan,

dan menjawab pertanyaan guru selama pembelajaran berlangsung terutama

pada kegiatan praktikum, diskusi, dan kegiatan memecahkan masalah.

Pembelajaran kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran seperti halnya

strategi pembelajaran yang lain, pembelajaran kontekstual ini dikembangkan

dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna. Melalui

pembelajaran kontekstual, siswa melakukan proses belajar dan

mengembangkan kemampuannya dan siswa menjadi pembelajar yang aktif.

Terakhir, guru melakukan penilaian terhadap hasil penelitian tiap kelompok.

Pada kelas kontrol, guru hanya menerangkan dan memberikan contoh

yang sudah dibuat sebelumnya oleh guru. Seperti guru yang melakukan

demonstrasi di depan kelas dan siswa hanya melihat hasilnya saja tanpa

disuruh melakukan percobaan. Guru hanya menerangkan meteri sistem

koloid dan setelah itu siswa diberi lembar kerja siswa yang dikerjakan secara

berkelompok. Disini terlihat ada sebagian siswa yang tidak memperhatikan

apa yang guru sampaikan dan ada siswa yang mengganggu siswa lain,

sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung begitu baik. Siswa yang

Page 60: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

57

memiliki keinginan tinggi untuk belajar akan semakin paham dan siswa yang

tidak memiliki keinginan yang tinggi untuk belajar akan kurang paham.

Perbandingan hasil belajar yang diperoleh antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol juga berbeda. Pada kelompok eksperimen

terdapat 22 siswa yang mendapat nilai antara 80 – 100 dibanding dengan

kelompok kontrol yang hanya 4 siswa saja. Hal ini disebabkan karena pada

kelompok eksperimen mereka benar-benar paham dan mengetahui

pentingnya pelajaran kimia khususnya pada konsep sistem koloid disamping

mereka telah melakukan percobaan sendiri sehingga apa yang mereka telah

lakukan secara langsung dapat mereka pahami dan ingat. Sedangkan untuk

nilai dibawah 50 paling banyak diperoleh oleh kelompok kontrol sebesar 8

siswa, nilai ini di dapat karena sebagian siswa pada kelompok kontrol

cenderung meremehkan pentingnya pelajaran kimia dalam kehidupan

sehari-hari dan mereka kurang fokus dalam memperhatikan penjelasan yang

diberikan oleh guru sehingga dalam menjawab soal mereka kurang

memahaminya dan akibatnya nilai yang diperolehpun kecil.

Pembelajaran kontekstual merupakan proses interaksi peserta didik

dengan pendidik pada suatu lingkungan belajar dimana siswa aktif secara

penuh dalam proses interaksinya dan pendidik mengontrol dan mengawasi

aktivitas siswanya. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi

pelajaran sesuai dengan topik yang dipelajarinya. Belajar dalam konteks

kontekstual bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat apa yang

diucapkan guru, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung

seperti siswa dilibatkan dalam kegiatan praktikum dan kerja kelompok.

Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi

secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja tetapi

aspek afektif dan psikomotor juga dapat berkembang.

Kerjasama kelompok yang dilakukan dalam kelompok-kelompok

kecil dapat mengembangkan keberanian berpendapat, mengembangkan

kemampuan memecahkan permasalahan yang ada, seperti mereka mampu

memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang sistem koloid dan

Page 61: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

58

mampu mengerjakan soal dengan baik. Sikap tanggung jawab dan perhatian

tampak pula pada masing-masing kelompok, karena mereka telah rela

bersedia membawa bahan-bahan yang diperlukan untuk praktikum.

Berbeda dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan

pembelajaran dengan metode ceramah. Mereka terlihat pasif, karena hanya

mendengarkan apa yang disampaikan guru. Tanpa berpartisipasi dalam

pembelajaran. Misalnya untuk bertanya atau mengemukakan pendapat

berdasarkan pengetahuan awal yang mereka miliki, mereka tidak begitu

antusias, bahkan ada sebagian siswa yang tak memperhatikan penjelasan

guru dan mengganggu siswa lain seperti mengobrol sehingga proses

pembelajaran menjadi membosankan dan yang ada hanya siswa yang

memiliki keinginan kuat seperti siswa yang pintar saja yang menjawab dan

antusias dalam pembelajaran dan ini akan membuat siswa yang paham

semakin paham dan yang kurang paham makin ketinggalan.

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu

guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Melalui pembelajaran kontekstual

diharapkan proses belajar akan lebih bermakna, dengan cara siswa

mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya.

Pembelajaran kontekstual membantu para siswa menemukan makna

belajar seperti dalam konsep sistem koloid, para siswa menjadi tahu dan

dapat membuat sistem koloid berdasarkan pengetahuan yang mereka dapat

dari pembelajaran. Para siswa juga dapat mengkaitkan konsep sistem koloid

ke dalam kehidupan mereka.

Penggunaan pembelajaran kontekstual dilakukan bertujuan untuk

memperbaiki cara belajar siswa yang hanya mendengarkan secara pasif

penjelasan yang disampaikan guru. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa dan apabila siswa memahami adanya

hubungan antara apa yang diperoleh di kelas atau sekolah dengan kehidupan

Page 62: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

59

mereka di luar, maka mereka akan menyadari manfaat belajar. Pembelajaran

berlangsung alamiah pada saat kegiatan praktikum dimana siswa bekerja

sama dan mengalami secara langsung kegiatan praktikum.

Pembelajaran kontekstual sangat mengedepankan proses

pembelajaran dan bukan hanya pada hasil pembelajaran. Pada saat

pembelajaran kontekstual berlangsung, guru tidak hanya terpacu untuk

melihat hasil belajar berupa nilai tetapi lebih mengutamakan kegiatan

aktivitas siswa dalam menemukan dan membangun pengetahuan mereka

sendiri sehingga apa yang mereka dapat dari pembelajaran menjadi

bermakna dan bermanfaat. Materi pelajaran akan semakin berarti jika siswa

mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan

mereka, dan menemukan arti dalam proses pembelajaranya, sehingga

pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan

bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan selanjutnya siswa

akan memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya

itu dalam konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan permasalahan dunia

nyata, baik secara mandiri maupun secara kelompok.

Pembelajaran kontekstual membutuhkan ruang kelas yang di

dalamnya para siswa akan lebih aktif dan bertanggung jawab terhadap

belajarnya. Teori pembelajaran kontekstual berfokus pada multiaspek

lingkungan belajar mulai dari ruang kelas, laboratorium, tempat bekerja

maupun tempat-tampat lainnya seperti rumah, halaman sekolah, pasar, dan

lainnya. Dengan demikian mendorong para guru untuk memilih dan

mendesain lingkungan belajar yang dimungkinkan untuk mengkaitkan

berbagai bentuk pengalaman sosial, budaya, fisik, dan psikologi dalam

mencapai hasil belajar.

Page 63: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa

pembelajaran kontekstual dapat berpengaruh terhadap hasil belajar kimia

terutama pada konsep sistem koloid. Ini dapat terlihat dari uji hipotesis yang

menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel, pada taraf signifikan 95%

dengan α = 0,05 yaitu 2,89 > 2,00. Dengan demikian hipotesis nihil (Ho)

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima dan dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar kimia pada

konsep sistem koloid.

Selain itu, perbandingan nilai rata-rata yang diperoleh antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol yaitu sebesar 74,66 dan 65,50. Dari hasil

tersebut dapat dilihat perbedaan nilai rata-rata yang cukup besar, yang berarti

siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual memiliki nilai rata-rata

yang tinggi disbanding dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran

konvensional.

B. Saran

Dengan memperhatikan hasil penelitian dan kesimpulan, maka saran

dalam penelitian ini adalah:

1. Dalam proses pembelajaran sebaiknya digunakan variasi metode

pembelajaran seperti pembelajaran kontekstual khususnya untuk konsep

sistem koloid.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian serupa terhadap siswa yang memiliki

karakteristik berbeda dan kondisi yang berbeda pula, untuk membuktikan

apakah pembelajaran kontekstual mampu diterapkan pada siswa dalam

kondisi apapun.

Page 64: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

61

DAFTAR PUSTAKA

Alimudin. 2008. Sistem Penilaian Hasil Belajar, diakses dari situs:

http://penilaianhasilbelajar.blogspot.com/2008/01/sistem-penilaian-hasil-belajar.html

Alwasilah, A. Chaedar. 2006. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan

Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: MLC. A.M., Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada. Anwar, Syafiri dan Dalim, Yeniwarti. 2004. “Penilaian Otentik dalam Pembelajaran

Kontekstual Pada Mata Pelajaran Geografi”, diambil dari Jurnal Pembelajaran , Vol.27, No. 01

 Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi

Aksara Berns, Robert G. dan Erickson,Patricia M. 2001. Contextual Teaching and Learning,

Preparing Students for the New Economy, diambil dari www.nccte.com. Burhano, Raymond. 2005. Pendekatan Kontektual Pada Pembelajaran Matematika,

Padang: Jurnal Guru Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah, vol.2 no.2 Damriyani. 2006. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui

Pendekatan Contextual Teaching and Learning Mata Pelajaran Fisika Di Sman 3 Bandar Lampung, dalam JPMIPA, vol.7,no.1

Depdiknas. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia

Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2003.

Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif, Jakarta: Depdiknas. Direktorat Pengembangan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar

dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif, diakses dari situs: http://pakguruonline.pendidikan.net.

 

Page 65: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

62

Distrik, I. Wayan, dkk. 2005. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instructional) dengan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) untuk Meningkatkan Aktivitas, Konsepsi, dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 13 Bandar Lampung, dalam Sari Penelitian Pembelajaran Hibah PTK dan PPKP Tahun 2005.

Dokolamo, Hamid dan Sangaji, Nursinah. 2006. Pendekatan Contextual and

Learning dalam Pembelajaran Pendidikan IPS, (dalam Jurnal Kependidikan vol.4.no.2 Jurusan Ilmu Kependidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Dwirahayu, Gelar. 2007. “Penerapan Contextual Teaching and Learning dalam

Pembelajaran Matematikadi Madrasah”, Jakarta: Project Implementation Committee.

 Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulita-kesulitan Belajar, Bandung:

Tarsito Hariandja, Dorthy. 2007. Pengenalan Ilmu Kimia, diakses dari situs:

www.dikmenum.go.id/elearning/bahan/kelas1/images/pengenalan%20ilmu%20kimia.pdf

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan

Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Mizan Learning Center.

Junanto, Sabar. 2010. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dan Gaya

Belajar Siswa terhadap Pencapaian Kompetensi, diakses dari situs: http://pasca.uns.ac.id.//mod.php?mod=publisher&op=viewcat&id=4/2010/12/03

Jurnal Hukum dan HAM Bidang Pendidikan. 2005. Vol. 3, No. 2  Keenan, Kleinfelter Wood. 1992. Kimia Untuk Universitas, Jakarta: Erlangga. Kilwouw, Husin dan Rumelan, Iwan. 2006. Pola dan Pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran, (UNPATTI:) vol.4 no.2 Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di sekolah, Jakarta:

Kanisius M. Subana dan Sudrajat. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka

Setia. Mulhayatiah, Diah. 2007. Kontekstual dan Model-model Pembelajaran IPA, Jakarta:

Project Implementation Committee.

 

Page 66: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

63

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2004. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT

Bumi Aksara. Nirwana. 2003. Pendekatan Kontekstual sebagai Upaya Meningkatkan Proses dan

Hasil Pembelajaran Fisika Siswa SMUN 5 Bengkulu, dalam Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Vol. 1 No.2

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

dan Penerapannya dalam KBK, Malang: Universitas Negeri Malang Pamujie. 2008. Pengertian Pembelajaran, diakses dari situs:

http://mrpams.blogspot.com/2008/06. Purba, Michael. 2006. Kimia 2B untuk SMA kelas XI, Jakarta: Erlangga . Ramli, Munasprianto (Ed), 2007. Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan

Matematika Dasar, Jakarta: Project Implementation Committee.cet. 1  Riva’i, H. Veithzal. 2003. Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan

Peserta Diklat Spama Survei Diklat Departemen Kesehatan, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

Salma, Dewi Prawiradilaga. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta: Kencana

Prenada Media Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta: Kencana  Smith,Bettye P. 2006. Contextual Teaching and Learning Practies in the Family and

Consumer Sciences Curriculum, University Of Georgia: 2006 dari Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24 No. 1

Sudarmo, Unggul. 2006. Kimia untuk SMA kelas XI, Jakarta: Phibeta. Sudrajat, Akhmad. 2008. Hakikat Belajar, diakses dari situs:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar. Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, Sudjana Nana dan Ibrahim, 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:

Sinar Baru Sudjana. 2002. Metode Statistika, Bandung: Tarsib

 

Page 67: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

 

64

Sujito. 2005. Pembelajaran Berbasis Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), dalam Certel Jurnal Pendidikan, Humaniora, dan Sains vol.1 no.2

Sukardi. 2004. Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:

PT Bumi Aksara,Cet. Ke-2 Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Feronika, Tonih dan Milaman, Burhanuddin. 2006. Evaluasi Pendidikan Kimia

(Modul), Jakarta: Program Studi Pendidikan Kimia FITK.  Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakrata:

Universitas Terbuka Zein, Sulaiman. 2008. Penilaian Hasil Belajar, diakses dari situs:

http://smpn2ransel.wordpress.com/2008/03/19/penilaian-hasil-belajar.

Page 68: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

Lampiran 9

Hasil Perhitungan Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tes Bentuk Pilihan Ganda

Nomor Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Kesimpulan r-bis Kriteria DP Kriteria P Kriteria

1 0,60 Valid 0,73 Baik 0,65 Sedang Diambil 2 0,54 Valid 0,22 Cukup 0,65 Sedang Diambil 3 0,68 Valid 0,20 Cukup 0,90 Mudah Diambil 4 0,11 Invalid -0,09 Jelek 0,42 Sedang Dibuang 5 0,58 Valid 0,21 Cukup 0,71 Sedang Diambil 6 0,61 Valid 0,61 Baik 0,52 Sedang Diambil 7 0,51 Valid 0,24 Cukup 0,52 Sedang Diambil 8 0,50 Valid 0,43 Baik 0,36 Sedang Diambil 9 0,77 Valid 0,20 Cukup 0,84 Mudah Diambil

10 0,44 Valid 0,43 Baik 0,42 Sedang Diambil 11 -0,15 Invalid -0,20 Jelek 0,097 Sukar Dibuang 12 0,42 Valid 0,49 Baik 0,39 Sedang Diambil 13 0,78 Valid 0,60 Baik 0,71 Mudah Diambil 14 0,40 Valid 0,44 Baik 0,23 Sukar Diambil 15 0,43 Valid 0,42 Baik 0,55 Sedang Diambil 16 0,47 Valid 0,21 Cukup 0,78 Mudah Diambil 17 -0,09 Invalid -0,021 Jelek 0,32 Sedang Dibuang 18 0,41 Valid 0,15 Jelek 0,68 Sedang Diambil 19 0,62 Valid 0,74 Baik sekali 0,58 Sedang Diambil 20 0,52 Valid 0,14 Jelek 0,87 Mudah Diperbaiki 21 0,53 Valid 0,36 Cukup 0,39 Sedang Diambil 22 -0,08 Invalid -0,01 Jelek 0,13 Sukar Dibuang 23 0,49 Valid 0,14 Jelek 0,87 Mudah Diperbaiki 24 -0,09 Invalid -0,00 Jelek 0,07 Sukar Dibuang 25 0,43 Valid 0,16 jelek 0,48 sedang Diperbaiki

rtabel = 0,36

Page 69: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  102

Lampiran 10

SOAL POSTEST

Nama :

Kelas :

Pilihlah salah satu jawaban yang benar dari pertanyaan di bawah ini!

1. Perhatikan pernyataan di bawah ini:

i. Susu tampak putih, keruh, dan homogen

ii. Larutan gula pasir tidak berwarna

iii. Kapur dalam air membentuk endapan

iv. Agar-agar dalam air panas menggumpal

Yang merupakan sistem koloid adalah ….

a. i dan ii

b. i dan iii

c. i dan iv

d. ii dan iv

e. iii dan iv

2. Tiga buah zat yaitu P, Q, dan R

Zat Sifat-sifat P Q R

Heterogen, tidak dapat disaring, bila disinari menunjukkan berkas cahaya. Heterogen, dapat disaring, bila disinari tidak menunjukkan berkas cahaya. Homogen, tidak dapat disaring, bila disinari tidak menunjukkan berkas cahaya.

Berturut-turut sebagai larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi adalah …..

a. Q, P, R

b. R, P, Q

c. P, R, Q

d. Q, R, P

e. P, Q, R

3. Data pengujian beberapa campuran yang ada di lingkungan.

No. Campuran Sebelum Penyaringan

Sesudah Penyaringan

Dikenai Cahaya

1. 2. 3. 4. 5.

P Q R S T

Sangat Keruh Keruh Bening Bening Sangat Keruh

Sangat Keruh Keruh Bening Bening Sangat Keruh

Tidak terjadi penghamburan cahaya Terjadi penghamburan cahaya. Terjadi penghamburan cahaya. Tidak terjadi penghamburan cahaya. Tidak terjadi penghamburan cahaya.

Campuran yang termasuk koloid adalah ….

Page 70: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  103

a. P dan S

b. Q dan R

c. P dan T

d. R dan T

e. S dan T

4. Sebanyak 1 cm3 minyak dicampur dengan 5 cm3 air dikocok, dan cairan tersebut tidak tercampur. Kemudian ditambahkan 5 tetes air sabun dan terjadi emulsi. Yang merupakan fase terdispersi, medium pendispersi, dan zat pengemulsi adalah ….

a. Minyak, air, dan air sabun

b. Air, minyak, dan air sabun

c. Air, air sabun, dan minyak

d. Minyak, air sabun, dan air

e. Air sabun, air, dan minyak

5. Jika udara digelembungkan ke dalam larutan sabun, maka akan timbul buih. Fase dispersi dan fase pendispersi pada buih berturut-turut adalah ….

a. Cair, gas

b. Cair, cair

c. Gas, cair

d. Gas, padat

e. Cair, padat

6. Andi disuruh Ibu membeli cat untuk memperbaharui warna tembok rumah. Menurut kamu, cat termasuk koloid jenis ….

a. Emulsi

b. Busa padat

c. Sol

d. Aerosol padat

e. Sol padat

7. Perhatikan tabel berikut!

No. Fase Terdispersi

Medium Pendispersi

Nama Koloid Contoh

1. 2. 3.

Gas Cair Padat

Padat Padat Padat

Busa padat Emulsi padat Sol padat

Karet busa Batu apung Gelas berwarna

Contoh-contoh koloid di atas adalah tepat, kecuali ….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 1 dan 2

e. 2 dan 3

Page 71: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  104

8. Setiap pagi, Lili minum susu. Walaupun meminumnya dalam keadaan dingin, tetapi tidak pernah terjadi penggumpalan dalam susu. Hal ini disebabkan karena …

a. Terjadi adsorpsi

b. Terjadi koagulasi

c. Pengaruh efek Tyndal

d. Adanya elektroforesis

e. Adanya koloid pelindung

9. Ibu akan membuat agar-agar untuk Adik. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah serbuk agar-agar, gula pasir, susu, dan air. Setelah didinginkan, agar-agar yang dibuat Ibu termasuk koloid jenis ….

a. Sol

b. Emulsi

c. Gel

d. Aerosol

e. Buih

10. Bila minyak kelapa dicampurkan dengan air akan terjadi dua lapisan yang tidak saling bercampur. Suatu emulsi akan terjadi juga bila campuran ini dikocok dan ditambahkan ….

a. Sabun

b. Minyak tanah

c. Gula

d. Air panas

e. Tinta

11. Norit merupakan karbon aktif yang dapat digunakan sebagai obat sakit perut karena ….

a. Mengkoagulasi racun

b. Melarutkan racun

c. Mengencerkan racun

d. Mengadsorpsi racun

e. Mensubstitusi racun

12. Dipagi hari cahaya matahari jelas sekali terlihat berkasnya dari celah jendela. Peristiwa tersebut dinamakan dengan ….

a. Gerak Brown

b. Adsorpsi

c. Efek Tyndal

d. Koagulasi

e. Koloid pelindung

13. Apa yang terjadi pada saat susu disinari dengan cahaya/senter ….

a. Terjadi penghamburan cahaya b. Sebagian cahaya diteruskan

Page 72: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  105

c. Cahaya akan diserap

d. Cahaya akan tertahan

e. Cahaya akan dibiaskan

14. Setelah air sungai yang keruh disaring, maka diperoleh filtrat yang jernih. Filtrat tersebut ternyata menunjukkan efek Tyndal. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ….

a. Air sungai tergolong larutan sejati

b. Air sungai tergolong suspensi

c. Air sungai tergolong sol

d. Air sungai tergolong koloid

e. Air sungai mengandung partikel kasar dan partikel koloid

15. Peristiwa yang menunjukkan bahwa partikel koloid dapat bermuatan listrik disebut ….

a. Elektrolisis

b. Elektroforesis

c. Elektrodialisis

d. Efek Tyndal

e. Busur Bredig

16. Alat cotrel adalah alat yang digunakan untuk tujuan ….

a. Memurnikan larutan dan disperse koloid

b. Memisahkan gas dengan partikel asap yang berbahaya

c. Mengendapkan ion-ion

d. Memisahkan sistem koloid yang muatannya berbeda

e. Mengatur keluarnya asap pada cerobong asap

17. Pada proses penjernihan air keruh, tawas digunkan untuk menggumpalkan partikel koloid dalam air. Maka sifat koloid yang terjadi adalah ….

a. Koagulasi

b. Adsorpsi

c. Efek Tyndal

d. Gerak Brown

e. Koloid pelindung

18. Pada proses pengolahan air dilakukan penambahan tawas yang bertujuan untuk ….

a. Menghilangkan kesadahan air b. Mengendapkan kotoran

Page 73: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  106

c. Menghilangkan bau

d. Membunuh bakteri

e. Logam beracun

19. Seorang ahli membuat sol emas dengan melompatkan bunga api listrik dari electron Au dalam air. Pembuatan yang dilakukan oleh ahli tersebut menggunakan cara ….

a. Dispersi

b. Peptisasi

c. Mekanik

d. Busur Bredig

e. Kondensasi

20. Mikael mendapat tugas dari guru untuk membuat sol belerang dengan cara menumbuk dan menggerus butir belerang dan dicampur dengan kristal gula pasir. Serbuk belerang dan serbuk gula pasir yang halus tersebut dicampur dengan air sebagai medium pendispersi lalu dikocok-kocok. Cara apa yang dilakukan oleh Mikael tersebut ….

a. Cara peptisasi

b. Cara reaksi redoks

c. Cara reaksi hidrolisis

d. Cara mekanik

e. Cara busur Bredig

Page 74: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

107

Lampiran 11

Hasil Tes Kemampuan Siswa Kelas Eksperimen

Responden Nilai1 502 503 554 555 556 607 608 659 6510 6511 6512 7013 7014 7515 7516 7517 8018 8019 8020 8021 8022 8023 8024 8025 8026 8027 8028 8029 8530 8531 8532 8533 8534 8535 8536 8537 9038 90

 

Page 75: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

108

Hasil Tes Kemampuan Siswa Kelas Kontrol

Responden Nilai1 502 503 504 505 506 557 558 559 6010 6511 6512 7013 7014 7015 7016 7017 7018 7519 7520 7521 7522 8023 8024 8025 80

 

Page 76: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

109

Lampiran 12

Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen

1. Urutan data terkecil ke data terbesar

50, 50, 55, 55, 55, 60, 60, 65, 65, 65, 65, 70, 70, 75, 75, 75, 80, 80, 80, 80, 80,

80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 85, 85, 85, 85, 85, 85, 85, 85, 90, 90.

2. Rentang (r)

R = data terbesar – data terkecil

= 90 – 50

= 40

3. Banyaknya kelas (K) dengan banyaknya data (n) = 38

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 38

= 1 + 5,213

= 6,213

= 6

4. Panjang kelas interveal (i)

i = r/k

= 40/6

= 6,6

= 7

5. Frekuensi Relatif

frelatif = Fabsolut×100%/N

Page 77: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

110

Langkah Perhitungan Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku

1. Mean

=  

Keterangan:

= rata-rata (mean)

fi = frekuensi

∑fi.xi = jumlah hasil perkalian antara titik tengah dengan frekuensi dari

masing-masing interval

2. Median

Me = L +

Keterangan:

Me = Median

L = batas bawah nyata dari interval yang mengandung median

f = frekuensi kelas median

i = panjang kelas interval

n = banyanknya data

fkb = frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval yang

mengandung median

3. Modus

Mo = L +

Keterangan:

Mo = Modus

L = batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus

fa = frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus

fb = frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus

i = panjang kelas interval

4. Simpangan Baku

Page 78: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

111

Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kimia Kelas Eksperimen

Interval xi fi fi. xi xi2 fi.xi

2 fka fkb

84 – 90 87 10 870 7569 75690 10 38

77 – 83 80 12 960 6400 76800 22 28

70 – 76 73 5 365 5329 26645 27 16

63 – 69 66 4 264 4356 17424 31 11

56 – 62 59 2 118 3481 6962 33 7

49 – 55 52 5 260 2704 13520 38 5

38 2837 217041

1. Mean ( )

=

=

= 74,66

2. Median

Me = L +

= 76,5 +

= 76,5 +

= 76,5 + 1,75

= 78,25

3. Modus

Mo = L +

= 76,5 +

= 76,5 + 4,66

= 81,16

Page 79: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

112

4. Simpangan Baku

Page 80: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  113

Lampiran 13

Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol

1. Urutan data terkecil ke data terbesar

50, 50, 50, 50, 50, 55, 55, 55, 60, 65, 65, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 75, 75, 75, 75,

80, 80, 80, 80.

2. Rentang (r)

R = data terbesar – data terkecil

= 80 – 45

= 35

3. Banyaknya kelas (K) dengan banyaknya data (n) = 38

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 25

= 1 + 4,613

= 5,613

= 6

4. Panjang kelas interveal (i)

i = r/k

= 35/6

= 5,83

= 6

5. Frekuensi Relatif

frelatif = Fabsolut×100%/N

Page 81: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  114

Langkah Perhitungan Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku

1. Mean (Mx)

=  

Keterangan:

= rata-rata (mean)

fi = frekuensi

∑fi.xi = jumlah hasil perkalian antara titik tengah dengan frekuensi dari masing-

masing interval

2. Median

Me = L +

Keterangan:

Me = Median

L = batas bawah nyata dari interval yang mengandung median

f = frekuensi kelas median

i = panjang kelas interval

n = banyanknya data

fkb = frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval yang mengandung

median

3. Modus

Mo = L +

Keterangan:

Mo = Modus

L = batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus

fa = frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus

fb = frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus

i = panjang kelas interval

4. Simpangan Baku

Page 82: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  115

Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kimia Kelas Kontrol

Interval xi fi fi.xi xi2 fi.xi

2 fka fkb

75 – 80 77.5 8 620 6006.25 48050 8 25

69 – 74 71.5 6 429 5112.25 30673.5 14 17

63 – 68 65.5 2 131 4290.25 8580.5 16 11

57 – 62 59.5 1 59.5 3540.25 3540.25 17 9

51 – 56 53.5 3 160.5 2862.25 8586.75 20 8

45 – 50 47.5 5 237.5 2256.25 11281.3 25 5

25 1637.5 110712

1. Mean

=

=

= 65,50

2. Median

Me = L +

= 77,5 +

= 77,5 +

= 77,5 −1,125

= 76,375

3. Modus

Mo = L +

= 77,5 +

= 77,5 + 0

= 77,5

4. Simpangan Baku

Page 83: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  116

Page 84: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  119

Lampiran 16

Perhitungan Uji Homogenitas

Data Hasil Belajar Kimia Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Perhitungan uji homogenitas menggunakan uji Fisher dengan langkah

sebagai berikut:

1. Ho : varians populasi homogen

Ha : varians populasi heterogen

2. Jumlah Sampel

N1 : 38

N2 : 25

3. Menentukan derajat kebebasan

4. Menentukan Fhitung

Fh = 22

21

SS

terkecilVariansterbesarVarians

=

Diketahui : S terbesar = 132,479

S terkecil = 127,75

Fh = 037,175,127

479,132=

5. Dengan demikian Fh = 1,037 sedangkan untuk derajat kebebasan

pembilang 38 − 1 = 37 dan penyebut 25 − 1 = 24. Pada taraf signifikan 5%

dari daftar table distribusi frekuensi nilai F tidak ditemukan, maka

digunakan interpolasi sebagai berikut:

30 37 40

7 3

Dari table F diperoleh nilai F(0,05; dk = 30,37) sebesar 1,94 dan F(0,05; dk = 40,37)

sebesar 1,89maka:

Ftabel = F(0,05; dk = 30,37)

=

Page 85: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  120

= 1,905

6. Karena Fhitung<Ftabel, maka Ho diterima yang berarti bahwa kedua data

memiliki varians populasi homogen

Page 86: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

121

Lampiran 17

Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis, maka langkah-langkahnya adalah:

1. Hipotesis statistik

H0 : μA = μB, maka Ho diterima, Ha ditolak

Ha : μA > μB, maka Ha diterima, Ho ditolak

2. Uji signifikan dengan uji-t

Berdasarkan perhitungan pada lampiran sebelumnya didapatkan:

n1 = 38

n2 = 25

S12 = 143,86

S22 = 144

= 74,66

= 65,50

Pengujian hipotesis dengan uji-t pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05)

dengan derajat kebebasan (dk = n1+n2-2 atau 38+25-2 = 61) digunakan

rumus:

sebelumnya diketahui:

Page 87: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

122

Sehingga diperoleh:

3. Harga t-tabel

Untuk menentukan harga t-tabel, maka dilakukan pengujian satu arah pihak

kanan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk = n1 +

n2 – 2 atau 38 + 25 – 2 = 61). Sehingga diperoleh harga t-tabel sebesar 2,00.

4. Kriteria

Adapun criteria pengujian hipotesis dengan uji-t adalah:

a. Jika t-hitung ≥ t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

b. Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

5. Kesimpulan

Berdasarkan criteria di atas, maka hasil pengujian hipotesis penelitian ini

termasuk kriteria nomor 1 yaitu t-hitung ≥ t-tabel yaitu 2,89 ≥ 2,00 sehingga

dapat didefinisikan Ho ditolak dan Ha diterima.

Page 88: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

  117

Lampiran 14

Tabel Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Xi F fk Xi2 f.Xi2 fXi s Zi =

Ztab F(Zi) S(Zi) F(Zi) − S(Zi)

50 2 2 2500 5000 100 74,5 11,5 −2,13 0,4834 0,0166 0,0526 0,036

55 3 5 3025 9075 165 74,5 11,5 −1,69 0,4545 0,0455 0,1315 0,086

60 2 7 3600 7200 120 74,5 11,5 −1,26 0,3962 0,1038 0,1842 0,0804

65 4 11 4225 16900 260 74,5 11,5 −0,83 0,2967 0,2033 0,2894 0,0861

70 2 13 4900 9800 140 74,5 11,5 −0,39 0,1517 0,3483 0,3421 0,0062

75 3 16 5625 16875 225 74,5 11,5 −0,04 0,0160 0,484 0,4210 0,063

80 12 28 6400 76800 960 74,5 11,5 0,47 0,1808 0,6808 0,7368 0,056

85 8 36 7225 57800 680 74,5 11,5 0,91 0,3186 0,8186 0,9473 0,1287

90 2 38 8100 16200 180 74,5 11,5 1,34 0,4099 0,9099 1,0000 0,0901

38 215650 2830

Page 89: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2243/1/98400... · didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. ... kimia dalam kehidupan

Xi F fk Xi2 f.Xi2 fXi s Zi =

Ztab F(Zi) S(Zi) F(Zi) − S(Zi)

45 1 1 2025 2025 45 65,6 11,30 −1,82 0,4656 0,0344 0,04 0,0056

50 4 5 2500 10000 200 65,6 11,30 −1,38 0,4162 0,0838 0,2 0,1162

55 3 8 3025 9075 165 65,6 11,30 −0,94 0,3264 0,1736 0,32 0,1464

60 1 9 3600 3600 60 65,6 11,30 −0,49 0,1879 0,3121 0,36 0,0479

65 2 11 4225 8450 130 65,6 11,30 −0,05 0,0199 0,4801 0,44 0,0401

70 6 17 4900 29400 420 65,6 11,30 0,38 0,1480 0,648 0,68 0,032

75 4 21 5625 22500 300 65,6 11,30 0,83 0,2967 0,7967 0,84 0,0433

80 4 25 6400 25600 320 65,6 11,30 1,27 0,3980 0,898 1 0,102

25 110650 1640

  118

Tabel Uji Normalitas Kelas Kontrol

Lampiran 15