Strategi Pembelajaran Kontekstual

26
Strategi Pembelajaran Kontekstual Judul: Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum. Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia yang semakin terpuruk dengan fenomena lulusan yang kurang qualified, pemerintah telah merumuskan kurikulum berbasis kompetensi. Pada tahun 2004 ini, pemerintah akan menerapkan kurikulum berbasis kompetensi secara serentak di sekolah-sekolah setelah melalui uji coba sejak tahun 2001 di beberapa sekolah tertentu. KBK memiliki konsep pendekatan pembelajaran yang berbeda dengan kurikulum 1994, yaitu berbasis kompetensi dimana fokus program sekolah adalah pada siswa serta apa yang akan dikerjakan oleh mereka dengan memperhatikan kecakapan hidup (life skill) dan pembelajaran kontekstual. Dalam pengembangannya, seluruh elemen sekolah dan masyarakat perlu terlibat secara langsung, antara lain kepala sekolah, komite sekolah, guru, karyawan, orang tua siswa serta siswa. Sebuah kurikulum tidak hanya sekedar instruksi pembelajaran yang disusun oleh pemerintah untuk diterapkan di sekolah masing-masing. Sinclair (2003) menegaskan bahwa kurikulum yang baik adalah yang memberi keleluasaan bagi sekolah untuk mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik sesuai tuntutan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, sekolah memiliki wewenang penuh dalam mengimplementasikan KBK dalam proses belajar mengajar. Salah satu unsur terpenting dalam penerapan KBK sangat tergantung pada pemahaman guru untuk menerapkan strategi pembelajaran kontekstual di dalam kelas. Akan tetapi, fenomena yang ada menunjukkan sedikitnya pemahaman guru mengenai strategi ini. Oleh karena itu diperlukan suatu model pengajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang mudah dipahami dan diterapkan di kelas secara sederhana. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan yang atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer imu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok Dalam kurikulum berbasis kompetensi, guru dapat menggunakan

Transcript of Strategi Pembelajaran Kontekstual

Page 1: Strategi Pembelajaran Kontekstual

Strategi Pembelajaran Kontekstual

Judul: Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran KontekstualBahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum.Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran KontekstualDalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia yang semakin terpuruk dengan fenomena lulusan yang kurang qualified, pemerintah telah merumuskan kurikulum berbasis kompetensi. Pada tahun 2004 ini, pemerintah akan menerapkan kurikulum berbasis kompetensi secara serentak di sekolah-sekolah setelah melalui uji coba sejak tahun 2001 di beberapa sekolah tertentu. 

KBK memiliki konsep pendekatan pembelajaran yang berbeda dengan kurikulum 1994, yaitu berbasis kompetensi dimana fokus program sekolah adalah pada siswa serta apa yang akan dikerjakan oleh mereka dengan memperhatikan kecakapan hidup (life skill) dan pembelajaran kontekstual. Dalam pengembangannya, seluruh elemen sekolah dan masyarakat perlu terlibat secara langsung, antara lain kepala sekolah, komite sekolah, guru, karyawan, orang tua siswa serta siswa. 

Sebuah kurikulum tidak hanya sekedar instruksi pembelajaran yang disusun oleh pemerintah untuk diterapkan di sekolah masing-masing. Sinclair (2003) menegaskan bahwa kurikulum yang baik adalah yang memberi keleluasaan bagi sekolah untuk mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik sesuai tuntutan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, sekolah memiliki wewenang penuh dalam mengimplementasikan KBK dalam proses belajar mengajar.

Salah satu unsur terpenting dalam penerapan KBK sangat tergantung pada pemahaman guru untuk menerapkan strategi pembelajaran kontekstual di dalam kelas. Akan tetapi, fenomena yang ada menunjukkan sedikitnya pemahaman guru mengenai strategi ini. Oleh karena itu diperlukan suatu model pengajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang mudah dipahami dan diterapkan di kelas secara sederhana. 

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan yang atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer imu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok 

Dalam kurikulum berbasis kompetensi, guru dapat menggunakan strategi pembelajaran kontekstual dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu: memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa, lebih mengaktifkan siswa dan guru, mendorong berkembangnya kemampuan baru, menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat. Melalui pembelajaran ini, siswa menjadi lebih responsif dalam menggunakan pengetahuan dan ketrampilan di kehidupan nyata sehingga memiliki motivasi tinggi untuk belajar. 

Beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain: 

1. Pembelajaran berbasis masalah

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka. 

Page 2: Strategi Pembelajaran Kontekstual

2. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar

Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa antara lain di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas. Misalnya, siswa keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran. 

3. Memberikan aktivitas kelompok

Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.

4. Membuat aktivitas belajar mandiri

Peserta didik tersebut mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning). 

5. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat

Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja. Misalnya meminta siswa untuk magang di tempat kerja. 

6. Menerapkan penilaian autentik

Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002: 165), penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.

Portfolio merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan siswa dalam konteks belajar di kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar. Selain itu, portfolio juga memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berkembang serta memotivasi siswa. Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses siswa sebagai pembelajar aktif. Sebagai contoh, siswa diminta untuk melakukan survey mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya. 

Tugas kelompok dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan proyek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing

Page 3: Strategi Pembelajaran Kontekstual

siswa. Isi dari proyek akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk kelompok proyek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan siswa. 

Dalam penilaian melalui demonstrasi, siswa diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Para penonton dapat memberikan evaluasi pertunjukkan siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk kelompok untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam pertunjukan drama. 

Bentuk penilaian yang terakhir adalah laporan tertulis. Bentuk laporan tertulis dapat berupa surat, petunjuk pelatihan teknis, brosur, essai penelitian, essai singkat. 

Menurut Brooks&Brooks dalam Johnson (2002: 172), bentuk penilaian seperti ini lebih baik dari pada menghafalkan teks, siswa dituntut untuk menggunakan ketrampilan berpikir yang lebih tinggi agar dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 

Berdasarkan penjabaran yang telah dikemukakan diatas, kurikulum berbasis kompetensi perlu dikembangkan supaya dapat diterapkan secara efektif di dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai pelaksana kurikulum dapat menerapkan strategi pembelajaran kontekstual supaya dapat memberikan bentuk pengalaman belajar. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memiliki kecakapan untuk memecahkan permasalahan hidup sesuai dengan kegiatan belajar yang mengarahkan siswa untuk terlibat secara langsung dalam konteks rumah, masyarakat maupun tempat kerja. 

Keberhasilan penerapan pembelajaran kontekstual perlu melibatkan berbagai pihak. Dalam hal ini, penulis menyarankan supaya pihak sekolah dan masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya beberapa hal, yaitu:sumber belajar tidak hanya berasal dari buku dan guru, melainkan juga dari lingkungan sekitar baik di rumah maupun di masyarakat; strategi pembelajaran kontekstual memiliki banyak variasi sehingga memungkinkan guru untuk mengembangkan model pembelajaran yang berbeda dengan keajegan yang ada; pihak sekolah dan masyarakat perlu memberikan dukungan baik materiil maupun non-materiil untuk menunjang keberhasilan proses belajar siswa. 

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN yang EFEKTIF  EXAMPLES NON EXAMPLESCONTOH DAPAT DARI KASUS/GAMBAR YANG RELEVAN DENGAN KD

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai

Page 4: Strategi Pembelajaran Kontekstual

7. Kesimpulan

PICTURE AND PICTURELangkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai2. Menyajikan materi sebagai pengantar

3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi

4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut

6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

7. Kesimpulan/rangkuman

NUMBERED HEADS TOGETHER (KEPALA BERNOMOR)(SPENCER KAGAN, 1992)Langkah-langkah :

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya

4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain

6. Kesimpulan

COOPERATIVE SCRIPT (DANSEREAU CS., 1985)Skrip kooperatif :metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajariLangkah-langkah :

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

Sementara pendengar :1.  

o Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap

o Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya

Page 5: Strategi Pembelajaran Kontekstual

2. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.

3. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru

4. Penutup

 KEPALA BERNOMOR STRUKTUR (MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)Langkah-langkah :

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang

berangkai

Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua  mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

1. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka

2. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain

3. Kesimpulan

 STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI (SLAVIN, 1995)Langkah-langkah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)

2. Guru menyajikan pelajaran

3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat  menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu

5. Memberi evaluasi

6. Kesimpulan

JIGSAW (MODEL TIM AHLI) (ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978)Langkah-langkah :

1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda

3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

Page 6: Strategi Pembelajaran Kontekstual

7. Guru memberi evaluasi

8. Penutup

PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) (PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH) Langkah-langkah :

1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

 ARTIKULASILangkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa

3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang

4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya

5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya

6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa

7. Kesimpulan/penutup

MIND MAPPINGSangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawabanLangkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya

permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban

3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang

4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi

5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru

6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru

Page 7: Strategi Pembelajaran Kontekstual

 MAKE – A MATCH(MENCARI PASANGAN)(Lorna Curran, 1994) Langkah-langkah :

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban

2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu

3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang

4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin

6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya

7. Demikian seterusnya

8. Kesimpulan/penutup

 THINK PAIR AND SHARE(FRANK LYMAN, 1985) Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing

4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya

5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa

6. Guru memberi kesimpulan

7. Penutup

8.  

DEBATELangkah-langkah :

1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok

diatas

3. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.

4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.

5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap

Page 8: Strategi Pembelajaran Kontekstual

6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

ROLE PLAYINGLangkah-langkah :

1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum

KBM

3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang

4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan

6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan

7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.

8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

9. Guru memberikan kesimpulan secara umum

10. Evaluasi

11. Penutup

GROUP INVESTIGATION(SHARAN, 1992) Langkah-langkah :

1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok

3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain

4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif  yang bersifat penemuan

5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok

6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan

7. Evaluasi

8. Penutup

TALKING STICKLangkah-langkah :

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan

kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.

Page 9: Strategi Pembelajaran Kontekstual

3. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.

4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru

5. Guru memberikan kesimpulan

6. Evaluasi

7. Penutup

BERTUKAR PASANGANLangkah-langkah :

1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).

2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.

3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.

4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.

5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

SNOWBALL THROWINGLangkah-langkah :

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk

memberikan penjelasan tentang materi

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok

5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit

6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian

7. Evaluasi

8. Penutup

STUDENT FACILITATOR AND EXPLAININGSiswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnyaLangkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

Page 10: Strategi Pembelajaran Kontekstual

3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.

4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.

5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.

6. Penutup

COURSE REVIEW HORAYLangkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab

4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa

5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)

6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya

7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh

8. Penutup

DEMONSTRATION(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan

3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan

4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.

5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.

6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan.

7. Guru membuat kesimpulan.

EXPLICIT INTRUCTION(PENGAJARAN LANGSUNG)(ROSENSHINA & STEVENS, 1986)Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan  dengan pola selangkah demi selangkahLangkah-langkah :

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan

3. Membimbing pelatihan

Page 11: Strategi Pembelajaran Kontekstual

4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

 COOPERATIVE INTEGRATED READINGAND COMPOSITION (CIRC)KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS(STEVEN & SLAVIN, 1995)Langkah-langkah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas

4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok

5. Guru membuat kesimpulan bersama

6. Penutup

INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE(LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)OLEH SPENCER KAGAN“Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”Langkah-langkah :

1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam

3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan

4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya

 TEBAK KATAMEDIA :Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.Langkah-langkah :

1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas

1. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.

2. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.

Page 12: Strategi Pembelajaran Kontekstual

3. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.

4. Dan seterusnya

CONTOH KARTUPerusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatasDimiliki oleh 1 orangStruktur organisasinya tidak resmiBila untung dimiliki,diambil sendiri NAH … SIAPA … AKU ?JAWABNYA :   PERUSAHAAN  PERSEORANGAN

WORD SQUAREMEDIA :* Buat kotak sesuai keperluan* Buat soal sesuai TPKLangkah-langkah :

1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.2. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh

3. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban

4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak

SCRAMBLEMEDIA :

1. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai2. Buat jawaban yang diacak hurufnya

Langkah-langkah :1. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai2. Membagikan lembar kerja sesuai contoh

TAKE AND GIVEMEDIA :

1. Kartu ukuran ± 10×15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TPK

2. Kartu contoh sejumlah siswa

Langkah-langkah :1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya2. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai

3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit

4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.

Page 13: Strategi Pembelajaran Kontekstual

5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give).

6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).

7. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan

8. Kesimpulan

CONSEPT SENTENCELangkah-langkah :?        Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai.l      Guru menyajikan materi secukupnya.l      Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.l      Guru Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.l      Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.l      Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.l      Kesimpulan.

COMPLETTE SENTENCEMedia : Siapkan blangko isian berupa paragrafyang kalimatnya belum lengkapLangkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau

modul dengan waktu secukupnya

3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen

4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh).

5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.

6. Siswa berdiskusi secara berkelompok

7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hapal

8. Kesimpulan

TIME TOKENARENDS 1998Struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekaliLangkah-langkah :

1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL) 2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah

nilai sesuai waktu yang digunakan.

3. Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu kupon.

Page 14: Strategi Pembelajaran Kontekstual

4. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.

5. Dan seterusnya

PAIR CHEKSSPENCER KAGEN1993APA YANG DILAKUKAN?

l      BEKERJA BERPASANGANGuru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan  mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatihl      PELATIH MENGECEK            Apabila patner benar pelatih memberi kuponl      BERTUKAR PERAN            Seluruh patner bertukar peran dan mengurangi langkah 1 – 3l      PASANGAN MENGECEK            Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawabanl      PENEGASAN GURU            Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep KELILING KELOMPOKMaksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya Caranya………….?

1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan

2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya

3. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan

TARI BAMBUAgar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswaCaranya?Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.

1. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama2. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.

3. Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan  

DUA TINGGAL DUA TAMU(TWO STAY TWO STRAY)SPENCER KAGAN 1992MEMBERI KESEMPATAN KEPADA KELOMPOK UNTUK MEMBAGIKAN HASIL DAN INFORMASI DENGAN KELOMPOK LAINNYA. Caranya :

Page 15: Strategi Pembelajaran Kontekstual

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang 2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang

lain

3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain

5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka 

Artikel Yang Berhubungan

Management Pendidikan Prosedur Verifikasi dan Validasi NUPTK Secara Online Pedoman Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pembelajaran 2013/2014

Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA

POS UN Tahun Pelajaran 2012/2013

POS dan Kisi – Kisi UAMBN PAI Dan Bahasa Arab Tingkat MI, MTs, Dan MA Tahun 2013

Bahan Uji Publik Kurikulum 2013

Kisi-Kisi Ujian Nasional 2013

Pedoman Pembuatan Kisi-Kisi Soal

Format Supervisi

Format Remidi dan Pengayaan

Format Rancangan Penilaian

Pedoman Penetapan KKM

Kode Etik Guru Indonesia

Kompetensi Kepala Sekolah

KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH

Strategi Pembelajaran Kontekstual

MANAJEMEN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

RANCANGAN PENILAIAN HASIL BELAJARTAHUN PELAJARAN 2010/2011

Page 16: Strategi Pembelajaran Kontekstual

Kelas/Semester : ……….............…/…………….....

Mata Pelajaran : ……………………………...........

A. Aspek yang dinilai : Kognitif (pengetahuan)

Psikomotorik (ketrampilan gerak)

Afektif (minat, sikap)

B. Jenis Penilaian : Tugas, Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS),

dan Ulangan Akhir Semester (UAS)

C. Frekuensi Penilaian : Tugas : ........ kali

Ulangan Harian : ........ kali

UTS : 1 kali

UAS : 1 kali

D. Bobot : Tugas : 1

Ulangan Harian : 1

UTS : 1

UAS : 1

E. Rata-rata penilaian Kelas : (rata-rata skor Tugas + rata-rata skor UH)

2

F. Rumus Nilai Raport : 2 (R.NHT) + UTS + UAS

4

G. Ketuntasan Belajar Minimal (KKM) : ..............

Keterangan :

Page 17: Strategi Pembelajaran Kontekstual

R.NHT = Rata-rata Ulangan Harian dan Tugas

Mengetahui, Pamekasan, ......................................

Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran,

AKH. FAKIH, S.Ag, M.Pd                                                    AKHMAD FAUZI, SHI

Artikel Yang Berhubungan

Management Pendidikan

Prosedur Verifikasi dan Validasi NUPTK Secara Online Pedoman Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pembelajaran 2013/2014

Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA

POS UN Tahun Pelajaran 2012/2013

POS dan Kisi – Kisi UAMBN PAI Dan Bahasa Arab Tingkat MI, MTs, Dan MA Tahun 2013

Bahan Uji Publik Kurikulum 2013

Kisi-Kisi Ujian Nasional 2013

Pedoman Pembuatan Kisi-Kisi Soal

Model Pembelajaran Efektif

Format Supervisi

Format Remidi dan Pengayaan

Pedoman Penetapan KKM

Kode Etik Guru Indonesia

Kompetensi Kepala Sekolah

KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH

Strategi Pembelajaran Kontekstual

Page 18: Strategi Pembelajaran Kontekstual

MANAJEMEN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

Minggu, 09 Desember 2012 18:46 Tweet

Menyesuaikan perubahan kurikulum 2013 mendatang, bentuk laporan hasil belajar siswa (raport) akan berubah mengikuti perkembangan yang ada.

Hal ini disampaikan M Nuh, Mendikbud, di Hotel Garden Palace Surabaya, Minggu (9/12/2012). Menurutnya bentuk perubahan itu akan disesuaikan dengan kompetensi siswa.

Kompetensi siswa tersebut berupa sikap, ketrampilan dan pengetahuan. "Tiga masalah itu yang akan di jalani siswa dan mendapat nilai sebagai bahan laporan nilai," katanya, ketika membuka uji publik kurikulum 2013.

Dari tiga masalah tersebut akan menyangkut lima hal masing masing pengamatan, pertanyaan, daya nalar, percobaan, dan jejaring individu. Dari tiga pengembangan diri inilah guru akan bisa memberikan nilai kepada siswanya.

Jadi intinya nilai raport siswa nanti tak akan sama lagi dengan yang ada sekarang ini.Kalao sekarang ini nilai hanya berdasar pada nilai kognitif siswa sedangkan mulai 2013 akan berdasar pada aspek aspek tersebut.

M Nuh mengatakan tidak semua jenjang kelas mengalami perubahan raport siswa. Namun perubahan ini hanya berlaku untuk siswa kelas I,IV,VII dan X. Artinya jenjang kelas di luar itu tetap akan memakai pola lama.

Hanya untuk model penilaian ini nanti diharapkan tak membuat guru, siswa dan orang tua cemas. Sebab Kemendikbud telah menyiapkan buku pegangan bagi siswa dan guru. Artinya panduan untuk penilaian tersebut sudah disiapkan dari pusat.(red)

Terkait dengan akan dilaksanakannya Kurikulum Baru pada 2013 (Kurikulum 2013), pemerintah melakukan perombakan yang cukup besar terhadap Standar Nasional Pendidikan, di antaranya dengan meniadakan Ujian Nasional (UN) Tingkat Sekolah Dasar (SD) dan sederajat (MI/SDLB), dan pelaksanaan Kurikulum Baru yang berbasis kompetensi secara bertahap hingga 7 (tujuh) tahun mendatang.

Ketentuan itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang telah ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 7 Mei 2013 lalu.

Dalam PP ini dijelaskan, lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. “Standar

Page 19: Strategi Pembelajaran Kontekstual

Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan Pengembangan kurikulum untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,” bunyi Pasal 2 Ayat (1a) PP tersebut.

Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan Pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan. “Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri,” bunyi Pasal 5 Ayat (4). Pada PP terdahulu tidak ada kata-kata BSNP.

Menyangkut Materi Pendidikan sebagai bagian dari Standar Isi dalam Standar Nasional Pendidikan, PP ini menegaskan bahwa ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria: a. Muatan wajib yang ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan; b. Konsep keilmuan; dan c. Karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan.

Sementara Tingkat Kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria: a. Tingkat perkembangan Peserta Didik; b. Kualifikasi Kompetensi Indonesia; dan c. Pengusaan Kompetensi yang berjenjang.

PP ini secara tegas menghapus Ketentuan Pasal 6 sampai dengan Pasal 18 pada PP No. 19 Tahun 2005 yang di antaranya berisi tentang: a. Pengelompokan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (misalnya agama, kewarganeraan, pendidikan jasmani, dsb); b. Pengaturan kurikulum untuk agama, ilmu pengetahuan dan tehnologi; c. Ketentuan mengenai beban belajar; d. Pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokal; dan e. Pengembangan kurikulum pada masing-masing satuan pendidikan.

Menyangkut pengadaan Buk Teks Pelajaran, Pasal 43 Ayat (5a) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 ini menegaskan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akan menetapkan buku tersebut sebagai sumber utama belajar dan Pembelajaran setelah ditelaah dan/atau dinilai oleh BSNP atau tim yang dibentuk oleh Menteri.

Hapus UN SD

Hal penting lain dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 ini adalah menyangkut ketentuan penilaian hasil belajar. PP ini hanya menegaskan bahwa penilaian hasil belajar digunakan untuk: a. Menilai pencapaian Kompetensi Peserta Didik; b. Bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan c. Memperbaiki proses pembelajaran. “Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian hasil belajar oleh pendidikan diatur dengan Peraturan Menteri,” bunyi Pasal 64 Ayat (2e) PP No. 32/2013 ini.

Adapun ketentuan mengenai penilaian pada mata pelajaran Agama, Ahlak Mulia, Kewarga Negara, Ilmu Pengetahuan, Estetika, Jasmani dan Olahraga, serta Kesehatan yang tertuang dalam Pasal 64 Ayat (3,4,5,6,dan 7) PP No. 19/2005 dinyatakan dihapus.

Menurut PP ini, Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelanggarakan Ujian Nasional yang diikuti Peserta Didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah, dan jalur nonformal kesetaraan.

Page 20: Strategi Pembelajaran Kontekstual

“Ujian Nasional untuk satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar sebagaimana dimaksud, dikecualikan untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat,” bunyi Pasal 67 Ayat (1a) PP No. 32/2013 ini.

Pada Pasal 69 PP ini disebutkan, bahwa setiap Peserta Didik jalur pendidikan formal pendidikan dasar dan menengah dan jalur pendidikan nonformal kesetaraan berhak mengikuti Ujian Nasional, dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus, serta kewajiban bagi Peserta Didik untuk mengikuti satu kali Ujian Nasional tanpa dipungut biaya. Namun pada Ayat (2a) Pasal 69 PP itu ditegaskan, Peserta Didik SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat dikecualikan dari ketentuan mengikuti Ujian Nasional itu.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 ini bahkan secara tegas menghapus ketentuan Pasal 70 Ayat (1,2) PP No. 19/2005, yang didalamnya disebutkan mengenai materi Ujian Nasional tingkat SD dan sederajat, yang sebelumnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matemika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Menurut Pasal 72 Ayat (1) PP ini, Peserta Didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: a. Menyelesaikan seluruh program Pembelajaran; b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran; c. Lulus ujian sekolah/madrasah; dan d. Lulus Ujian Nasional.

Khusus Peserta Didik dari SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat, menurut Pasal 72 Ayat (1a) PP ini, dinyatakan lulus setelah memenuhi ketentuan pada Ayat (1) huruf a, b, dan c (tidak ada kata-kata lulus Ujian Nasional, red).

“Kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri,” bunyi Pasal 72 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 ini.

Menurut PP ini pula, ketentuan pengecualian Ujian Nasional SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 Ayat (1a) berlaku sejak tahun ajaran 2013/2014.

(Pusdatin/ES)