Pendahuluan menejemen publik
-
Upload
pemprop-jabar -
Category
Documents
-
view
524 -
download
0
Transcript of Pendahuluan menejemen publik
PENDAHULUAN
Secara teoritik, para pakar telah menyepakati bahwa dalam teori
dan praktek ilmu administrasi negara, maka paradigma dikotomi politik dan
administrasi negara sudah tidak diterapkan lagi, sehingga fungsi dan
peranan administrasi negara tidak hanya terbatas pada pelaksanaan
kebijakan serta pengawasan dan penilaian hasil-hasil kebijakan, tetapi
mencakup pula tentang perumusan dan penentuan kebijakan-kebijakan
negara. Gordon ( dalam Mustopadidjaja, 1999 ) memberikan rumusan
tentang administrasi publik sebagai keseluruhan proses yang berkaitan
dengan penerapan atau pelaksanaan hukum dan peraturan yang
dikeluarkan oleh badan legislatif, eksekutif dan yudikatif, baik yang
dilakukan oleh organisasi maupun dilakukan oleh perorangan.
Administrasi Publik merupakan fenomena kajian yang stratejik di
dalam penyelenggaraan negara sebagai akibat dari adanya perubahan dan
kecenderungan global, sehingga menuntut agar lembaga-lembaga
pemerintah menjadi lebih profesional dalam menjalankan misinya dan
terbebas dari proses politik praktis. Administrasi Publik di Indonesia lebih
dikenal dengan istilah administrasi negara, adalah salah satu aspek dari
kegiatan pemerintahan yang sesungguhnya ada semenjak keberadaan
sistem politik di suatu negara.
Administrasi negara memegang peranan penting dalam setiap
perubahan pola kehidupan dan perubahan pola pikir yang sangat cepat dari
setiap kurun waktu, sehingga pola kehidupan dan pola pikir manusia dapat
sesuai dengan tuntutan jaman dan rasional. Pembaharuan dan
penyempurnaan administrasi negara merupakan landasan bagi
terwujudnya kemajuan dan kesejahteraan masyarakat atau bangsa melalui
peningkatan kinerja lembaga-lembaga kenegaraan dan instansi
pemerintahan, dengan memberikan pelayanan publik yang prima dan
berkualitas tinggi, sejalan dengan pemberian peranan yang lebih luas
kepada masyarakat. Pembangunan administrasi publik menurut
Mustopadidjaja ( 1999 ) merupakan antitesa terhadap masalah-masalah
yang dihadapi dalam masyarakat atau negara, dan secara rasional
MANAJEMEN PUBLIK EDISI NREVISI 2006 v
bersandar pada paradigma atau teori dasar tertentu. Dalam pembaharuan
administrasi publik, menurut Mustopadidjaja ( 1999 ) terdapat 4 ( empat )
prinsip dasar yang harus dipedomani, yaitu ;
1. Adanya pemisahan antara pembuatan kebijakan dengan pelaksanaan kebijakan, mengingat proses pembuatan kebijakan lebih bersifat politis, subjektif dan mengandung kontroversial, sedangkan pelaksanaan kebijakan akan berhubungan dengan permasalahan dan kebutuhan nyata yang dihadapi oleh publik.
2. Terjadinya pemberdayaan manajemen dalam suatu organisasi, dengan mengurangi intervensi dari pemegang otoritas yang lebih tinggi agar pelaksanaan oleh staf dapat berjalan secara efektif dan bertanggung jawab.
3. Pelaksanaan penilaian kinerja lebih didasarkan pada hasil kuantitatif dibandingkan hasil kualitatif, dengan maksud agar dapat mengurangi imbas faktor-faktor terkendali dalam penilaian kinerja dan mengurangi imbas dari perubahan lanjutan.
4. Adanya penghargaan untuk pencapaian prestasi, dalam arti menghubungkan antara promosi SDM kompensasi dengan aktualisasi hasil kerja, serta menyesuaikan aspirasi para pegawai dengan tujuan organisasi pemerintahan.
Dalam rancangan strategi dan kebijakan pembangunan diperlukan
adanya paradigma administrasi publik secara tepat, sehingga mampu
memperhitungkan masalah dan tantangan sosial, ekonomi publik serta
kelembagaan dari lingkungan secara tepat dan serasi. Paradigma-
paradigma baru pengorganisasian dan pembangunan ( politik, ekonomi,
sosial budaya, hukum dan pemerintahan ) harus dapat diimplementasikan
dalam tindakan nyata agar tujuan pembangunan dapat tercapai. Dengan
terciptanya administrasi publik yang mapan, maka agenda perbaikan
kesejahteraan masyarakat akan berjalan terus, roda administrasi
pemerintahan tidak terganggu, serta proses demokratisasi tidak berhenti di
tengah jalan, sehingga akan berdampak pada terwujudnya suatu kondisi
kebangsaan dengan ekonomi yang maju, masyarakat yang sejahtera, serta
proses politik yang demokratis.
MANAJEMEN PUBLIK EDISI NREVISI 2006 vi
Dewasa ini, para ahli administrasi negara telah meletakkan fungsi
perumusan kebijakan publik ( public policy formulation ) sebagai bagian
yang sama pentingnya dengan pelaksanaan kebijakan publik ( public policy
implementation ) . Nigro ( dalam Islamy, 2000 : 1 ) mengatakan bahwa
administrasi negara mempunyai peranan yang sangat penting dalam
merumuskan public policy dan oleh karenanya merupakan bagian dari
proses politik. Dalam hubungannya dengan hal-hal tersebut, Singadilaga
( 2000 : 6 ) berpendapat bahwa kegiatan politik itu adalah kegiatan
administrasi, dengan perkataan lain proses politik adalah juga proses
administrasi, sebaliknya proses administrasi adalah proses politik, dengan
demikian maka kebijakan publik adalah juga bagian dari lapangan yang
tidak terpisahkan dengan administrasi negara.
Suatu hak yang juga perlu mendapat perhatian di dalam proses
administrasi negara adalah adanya seni dan ilmu tentang manajemen yang
digunakan untuk mengatur proses pencapaian tujuan negara tersebut.
Winardi ( 1998 : 4 ) mengatakan bahwa, manajemen merupakan sebuah
wadah untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lainnya.
Keputusan yang diambil di dalam proses administrasi negara
adalah kebijakan publik, akan tetapi keputusan yang menjadi kebijakan
publik hanyalah keputusan-keputusan yang mengandung nilai-nilai demi
kepentingan masyarakat ( public interest ) dan merupakan keputusann
yang baik ( Singadilaga, 2000 : 7 ). Dikatakan lebih lanjut bahwa kebijakan
publik sebagai suatu keputusan harus mengandung dua hal, yaitu :
pertama, merupakan “ ethical proposition “ dan kedua, merupakan
“ factual proposition “.
Berbagai keputusan yang diterbitkan suatu organisasi lazimnya
dituangkan secara formal dalam berbagai bentuk peraturan perundang-
undangan, sehinga dengan demikian mempunyai kekuatan hukum atau
“ rechtkracht ” yang mengikat objek maupun subjek kebijakan ( Singadilaga,
2000 : 5 ). Dikatakan pula bahwa dalam hubungan hierarkinya dikenal tiga
strata kebijakan pokok, yaitu : a) kebijakan strategis, b) kebijakan
MANAJEMEN PUBLIK EDISI NREVISI 2006 vii
manajerial, dan c) kebijakan teknis operasional. Demikian misalnya
terbitnya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1999 tentang Partai Politik dan
undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
merupakan kebijakan publik yang bersifat strategis, karena kedua Undang-
undang tersebut akan mengatur perilaku politik dan perilaku administrasi
setiap pelaku kebijakan di Indonesia. Dalam kaitan dengan kebijakan
strategis tersebut, maka kebijakan manajerialnya antara lain Program
Pembangunan Nasional ( Propenas ) tahun 2000-2004, sedangkan
kebijakan teknis operasionalnya antara lain adalah Rencana Strategis
( Renstra ) dari setiap instansi pemerintah dalam rangka pemberian
pelayanan publik.
Thoha ( 1999 : 64065 ) memberikan catatan tentang hubungan
kebijakan publik dengan birokrasi yang pada dasarnya sebagai berikut :
a. Mengingat public policy selalu dihubungkan dengan kegiatan-kegiatan
pemerintah, maka hal itu tidak bisa dipisahkan dengan birokrasi.
b. Walaupun di dalam banyak hal public policy dibuat dalam arena politik
tetapi hampir semua perencanaan dan pelaksanaanya dalam arena
birokrasi.
c. Jika kegiatan dan tugas-tugas pemerintah bertambah luas, maka
mengakibatkan bertambahnya birokrasi.
d. Mengingat posisinya yang strategis, mempunyai keahlian profesional,
kedekatan antara mekanisme perencanaan dan pelaksanaan
kebijakan, maka peran birokrasi dalam public policy sangat
menentukan.
Birokrasi pemerintahan pada dasarnya merupakan struktur
organisasi yang memiliki ruang lingkup tugas sangat luas serta memerlukan
organisasi besar, dengan sumber daya manusia yang besar jumlahnya
( Kristiadi, 1994 : 29 ). Pada situasi sekarang ini, masyarakat menilai sosok
birokrasi pemerintah dalam setiap aspek penyelenggaraan pelayanan
publik sebagai suatu organisasi yang kaku dan sangat birokratis.
Birokrasi sebagaimana pemahaman Weber ( dalam Kristiadi,
1994 : 2 ) diartikan sebagai suatu pengorganisasian yang tertib, tertata dan
MANAJEMEN PUBLIK EDISI NREVISI 2006 viii
teratur, dalam hubungan kerja yang berjenjang, serta mempunyai prosedur
kerja yang tersusun jelas dalam suatu tatanan organisasi, Djohan
( 1997 : 57 ) mengemukakan bahwa di dalam dunia pemerintahan modern,
birokrasi biasanya memainkan peranan yang penting, bahkan Etzioni
( 1996 : 35 ) mengatakan bahwa ;
Birokrasi dinilai sebagai alat yang paling efektif dalam melaksanakan kebijakan pemerintah apapun. Di negara-nega yang sedang membangun peranan birokrasi yang sudah penting itu semakin bertambah penting dengan dijalankannya pula oleh birokrasi fungsi-fungsi lain diluar “ policy Implementaion “ seperti menjadi artikulator dan agregator kepentingan, menjadi sumber informasi tentang “public issues and political events”, sehingga mempengaruhi proses penyusunan kebijakan pemerintah, menjalankan sosialisasi politik, menjadi stabilisator politik, menjadi pengendali pembangunan, melakukan pelayanan dan lain sebagainya.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa di samping peranan
tradisionalnya sebagai pelaksana kebijakan, birokrasi juga memainkan
peranan politik. Akibatnya birokrasi tidak hanya bertumbuh menjadi besar
dan kuat seiring dengan lajunya pembangunan, tetapi juga memiliki
kekuasaan yang sangat luas.
Substansi pemerintahan adalah memberikan pelayanan kepada
masyarakatnya sebagaimana yang dikemukakan Rasyid ( 1996 : 10 )
bahwa pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani diri sendiri apalagi
dilayani, tetapi ia dibentuk untuk melayani masyarakat serta menciptakan
kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan
kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai kemajuan bersama.
Konsepsi tersebut memberikan indikasi bahwa pemerintah
haruslah memiliki keberpihakan kepada masyarakat Osborne dan Gaebler
( 1997 : 263 ) menahami keberpihakan ini sebagai tuntutan mendekatkan
pemerintah dengan masyarakat, sehingga pemerintah dapat memberikan
respon secara cepat terhadap kebutuhan masyarakat yang dinamis.
Asumsinya bahwa pemerintah yang ada dalam jangkauan masyarakat akan
memberikan pelayanan secara cepat, responsif, akomodatif, inovatif,
produktif dan ekonomis.
MANAJEMEN PUBLIK EDISI NREVISI 2006 ix