Pemicu Diskusi Topik Khusus Modul Kardiovaskular 2014
-
Upload
andri-hendratno -
Category
Documents
-
view
42 -
download
6
description
Transcript of Pemicu Diskusi Topik Khusus Modul Kardiovaskular 2014
Pemicu Diskusi Topik Khusus Modul Kardiovaskular 2014
Seorang wanita, Ny. Ashan, 54 tahun, datang dengan keluhan utama sesak. Ia juga
mengaku sering berkeringat dingin, mual, muntah, jantung berdebar-debar,
bengkak pada kedua kaki. Ia juga merasakan napasnya terasa berat saat
beraktivitas. Pada malam hari, napas terasa berat juga kadang-kadang dirasakan
oleh pasien. Tiga hari yang lalu, ia juga mengaku adanya batuk berdarah, tetapi
tidak terlalu banyak. BAK dirasakan agak berkurang frekuensinya oleh pasien,
sedangkan BAB tidak ada keluhan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
TD 190/100 mmHg, HR 113X/menit, suhu 37ᵒC, RR 28X/menit, Sp O2= 83%
Kepala : Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Leher : JVP ( 5+2 ) cmH2O
Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rhonki basah halus +/+, Wheezing (+)
Cor : murmur sistolik di katup mitral (+), gallop (-), HR = denyut nadi
1. Klarifikasi dan definisi
a. Konjungtiva anemis
Pucat pada membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata ( konjungtiva palpebralis ) dan permukaan
anterior sklera ( konjungtiva bulbaris ).1
b. Sklera
Sklera adalah bagian terluar mata yang melindungi, kuat dan berwarna putih.2
c. Ikterik
Ikterik adalah suatu keadaan dimana terjadi pigmentasi kekuningan di kulit,
sklera, ataupun selaput mukosa yang lainnya. Hal ini terjadi oleh karena
peningkatan kadar bilirubin di dalam darah. Normalnya, bilirubin yang ada di
plasma darah nilainya ada di kisaran 0,5 mg/dl. Peningkatan sekitar 3x dari
normalnya (sekitar 1,5 mg/dl ke atas) akan menyebabkan terlihatnya warna
kekuningan atau ikterik.2
d. Bising jantung/cardiac murmur
Murmur jantung adalah suara jantung tambahan yang abnormal pada saat jantung
berdetak. Suara murmur dapat berkisar dari suara yang sangat kecil sampai suara
yang sangat besar. Suara normal detak jantung berasal dari penutupan katup
jantung. Dokter dapat mendengar suara jantung dengan menggunakan stetoskop.
Bising jantung lebih lama daripada bunyi jantung. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada auskultasi bising adalah:
1. Apakah bising merupakan bising systole atau bising diastole.
2. Tentukan lokasi bising yang terkeras.
3. Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan.
4. Perhatikan derajat intensitas bising tersebut.
Ada 6 derajat bising :
1) Bising yang paling lemah yang dapat didengar.Bising ini hanya dapat
didengar dalam waktu agak lama untuk menyakinkan apakah besar-benar
merupakan suara bising.
(2) Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan segera.
(3) dan (4) adalah bising yang sedemikian rupa sehingga mempunyai
intensitas diantara (2) dan (5).
(5) Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop tidak
diletakkan pada dinding dada.
(6) Bising yang dapat didengar walaupun tak menggunakan stetoskop.
5. Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek, bising
yang meniup, bising yang melagu.3
2. Pertanyaan Diskusi
a. Tentukan diagnosa yang tepat!
b. Bagaimana tatalaksana farmakoterapi yang rasional?
c. Bagaimana penulisan resep yang rasional untuk pasien tersebut?
3. Pembahasan
a. Diagnosa
Berdasarkan gejala yang dialami pasien yaitu rhonki basah halus ( kriteria
mayor Framingham ), sesak nafas, edema bilateral, dispnea on effort, batuk,
takikardia ( kriteria minor Framingham ), maka pasien memenuhi kriteria gagal
jantung. Rhonki basah halus menunujukkan adanya edema pada paru yang
menandakan gagal jantung kiri. Edema bilateral menandakan gagal jantung kanan.
Hal ini berarti pasien mengalami gagal jantung kongestif.
Murmur sistolik pada katup mitral menandakan insufisiensi katup mitral
yang merupakan salah satu penyebab tersering dari gagal jantung kiri, sementara
itu gagal jantung kanan dapat disebabakan oleh gagal jantung kiri. Pasien
mengeluh sesak saat beraktivitas menandakan NYHA functional class grade 3.
Tekanan darah pasien menunjukkan adanya hipertensi grade 2 menurut JNC VII.
Jadi, kesimpulannya pasien mengalami gagal jantung kongestif et causa
insufisiensi katup mitral dengan NYHA functional class grade 3 disertai dengan
hipertensi grade 2 menurut JNC VII.4,
a.1 Patofisiologi gagal jantung
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik yang kompleks akibat kelainan
struktural dan fungsional jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk
diisi dengan darah atau untuk mengeluarkan darah. Manifestasi gagal jantung
yang utama adalah sesak napas dan rasa lemah, yang membatasi kemampuan
melakukan aktifitas fisik, dan retensi cairan yang menyebabkan kongesti paru dan
edema perifer. Pada kebanyakn pasien dengan gagal jantung, disfungsi sistolik
dan diastolik ditemukan bersamaan. Kompensasi pada gagal jantung sistolik
terjadi melalui 2 mekanisme utama, yaitu sistem simpatis dan renin-angiotensin-
aldosteron. Aktivasi sistem simpatis terjadi sebagai reaksi terhadap penurunan
curah jantung yang dipersepsi oleh baroreseptor. Peningkatan aktivitas simpatis
menyebabkan peningkatan kontraksi otot jantung dan frekuensi denyut jantung
melalui stimulasi reseptor adrenergik β1 di jantung. Akibatnya terjadi peningkatan
curah jantung sebagai kompensasi terhadap penurunan curah jantung pada gagl
jantung sistolik. Aktivasi sitem RAA dimulai dengan sekresi renin oleh sel
jukstaglomerular di ginjal melalui stimulasi reseptor adrenergik β1 dan sebagai
reaksi terhadap berkurangnya perfusi ke ginjal. Sekresi renin akan menghasilkan
angiotensin 11, yang memiliki 2 efek utama yaitu sebagai vasokonstriktor kuat
dan sebagai perangsang produksi aldosteron di korteks adrenal. Efek vsokonstriksi
oleh aktivitas simpatis dan Ang 11 akan meningkatkan beban hulu ( preload ) dan
beban hilir ( afterload ) jantung, sedangkan aldosteron menyebabkan retensi air
dan natrium yang akan menambah peningkatan preload jantung. Tekanan
pengisian ventrikel ( preload ) yang meningkat akan meningkatkan curah jantung
(menurut hubungan Frank-Starling) sebagai mekanisme kompensasi.
b. Tatalaksana Farmakoterapi
Untuk kasus ini kami memutuskan untuk memberikan tatalaksana
farmakoterapi berupa ACE inhibitor dan loop diuretic sebagai tatalaksana lini
pertama. Pemberian ACE inhibitor dan loop diuretic digunakan pada pasien yang
mengalami gagal jantung kongestif disertai dengan retensi cairan. ACE inhibitor
yang digunakan adalah Ramipril, sedangkan loop diuretic yang digunakan adalah
furosemid. Pemberian ACE inhibitor bertujuan untuk mengurangi beban preload
dan afterlod serta remodelling pada hipertrofi ventrikel, sedangkan furosemid
bertujuan untuk mengurangi jumlah cairan tubuh sehingga mengurangi beban
preload jantung. Diuretic merupakan obat utama untuk mengatasi gagal jantung
akut yang selalau disertai dengan kelebihan overload cairan yang bermanifestasi
sebagai kongesti paru atau edema perifer.5
Pemilihan Ramipril dari golongan ACE inhibitor dikarenakan ramipril
memiliki efek dalam mengurangi beban preload dan afterload jantung serta
remodelling pada hipertrofi ventrikel. Selain itu, ramipril bila dibandingkan
dengan ACE inhibitor lain seperti captopril memiliki kelebihan berupa dosis yang
digunakan lebih kecil sehingga kepatuhan pasien lebih baik dalam meminum obat
tersebut. Pemilihan furosemid didasarkan pada sifatnya sebagai diuretic yang
paling kuat.
1) Furosemid
Farmakodinamik
Diuretik kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsobsi elektrolit
Na, K, Cl di ansa henle ascendens tebal; tempat kerjanya di permukaan sel epitel
luminal.
Farmakokinetik
Diuretik loop mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas furoesmid
65%. Obat golongan ini terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga
tidak difiltrasi di glomerulus tapi cepat sekali di ekskresi melalui sistem transport
asam organik di tubulus proksimal. Sebagian besar furosemid diekskresi dalam
bentuk utuh dan dalam konjugasi dalam senyawa sulfhidril dan sebagian kecil
dalam bentuk glukoronid.
Penggunaan klinik
Furosemid merupakan obat standar untuk gagal jantung yang disertai
edema. Untuk edema paru akut diperlukan pemberian cairan intravena. Perbaikan
klinik dapat dicapai karena terjadi perubahan hemodinamik dan penurunan
volume cairan ekstrasel dengan cepat sehingga alir balik vena dan curah ventrikel
kanan berkurang.
2) ACE Inhibitor
Farmakodinamik
ACE Inhibitor menghambat angiotensin converting enzyme(ACE)
sehingga menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang akan
menghambat aktivitas angiotensin II di reseptor AT1 maupun AT2. Pengurangan
hipertrofi miokard dan penurunan preload jantung akan menghambat progresi
remodelling jantung. Enzim ACE adalah kininase II, maka ACE Inhibitor akan
menghambat degradasi bradikinin sehingga kadar bradikinin meningkat dan
bradikinin akan bekerja lokal pada reseptor BK2 di sel endotel menhasilkan NO
dan PGI2 yang merupakan vasodilator.
Dr. Dekanam sip: 1234567/BG/89Jl. A. Yani komp. Untan telp. 712345 Pontianak, 12 Mei 2014 R/ Ramipril tab 1,25 mg No. I s 1 dd 1
BongR/ Inj Furosemide 20 mg No. IIIS pro Inj
Bong
Pro : Ny.Ashan (54 tahun) Jl. Pahlawan No. 33
Penggunaan Klinik
ACE Inhibitor merupakan terapi lini pertama untuk pasien dengan fungsi
sistolik ventrikel kiri yang menurun. Pada pasien dengan retensi cairan, obat ini
harus diberikan bersama diuretik. ACE Inhibitor selalu dimulai dengan dosis
rendah dan dititrasi sampai dosis target.
c. Resep
Resep hari pertama
Dr. Dekanam sip: 1234567/BG/89Jl. A. Yani komp. Untan telp. 712345 Pontianak, 12 Mei 2014 R/ Ramipril tab 1,25 mg No. XIV s 2 dd 1
BongR/ Furosemide tab 40 mg No.XXIs 3 dd 1
Bong
Pro : Ny.Ashan (54 tahun) Jl. Pahlawan No. 33
Resep hari kedua