Pemicu 2 Kel 7 Final
-
Upload
michelle-betsy-alianto -
Category
Documents
-
view
277 -
download
0
description
Transcript of Pemicu 2 Kel 7 Final
Kelumpuhan Kedua Tungkai pada Seorang Pemain Basket
Oleh : Kelompok 7Fasilitator : dr. Wiyarni,SpA
Tanggal Presentasi : 24 Mei 2010FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Blok Saraf dan Kejiwaan
KELOMPOK 7
NAMA NIM
KETUA Dian Wijayanti 405070076
SEKRETARIS Ellen Aristika G 405070083
PENULIS Lovina 405070054
ANGGOTA Stephanie Wibisono 405070001
Fajar Permata Sari 405070032
Patricia Veronika 405070047
Malik DJ 405070053
Viencensia 405070090
Julian 405070095
Marcella Dian 405070096
Ritchie Santoso 405070115
Ferdy Sanjaya 405070118
Kelumpuhan Kedua Tungkai pada Seorang Pemain Basket
Emir, seorang murid SMA berusia 17 tahun terpaksa tidak dapat memperkuat tim basket sekolahnya bertanding dengan sekolah lain, karena sejak 3 hari yang lalu mulai mengalami kelemahan pada kedua tungkainya. Keluhan dimulai sejak 1 minggu yang lalu dengan rasa kesemutan dan nyeri pada kedua otot paha yang menjalar ke kedua lengan. Rasa kesemutan semakin memberat sampai akhirnya Emir merasa merasa kedua tungkainya mulai sulit digerakkan. Dua minggu sebelumnya Emir juga tidak dapat mengikuti latihan basket karena menderita diare. Oleh kedua orang tuanya, Emir dibawa ke RS dan oleh dokter diharuskan menjalani rawat inap.Dokter yang memeriksa Emir menemukan kelemahan bukan saja pada kedua tungkai tetapi juga pada kedua lengan disertai refleks patela dan achilles yang menghilang. Setelah menjalani perawatan selama 3 hari keadaan Emir belum menunjukkan perbaikan, bahkan Emir mulai merasa sulit bernafas.
Apa yang dapat anda pelajari dari kasus di atas ?
LEARNING OBJECTIVE • Menjelaskan tentang anatomi, histologi, dan fisiologi dari
sistem saraf tepi (SST)• Menjelaskan tentang kelumpuhan sistem saraf tepi (definisi,
epidemiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, faktor predisposisi, pemeriksaan, penatalaksanaan, pencegahan, prognosis, komplikasi) : – N.kraniales Bell’s sign– N.spinales Neuropati perifer, Peroneal palsy, Guillain
Barre syndrome, Miastenia Gravis, Poliomyelitis, Radicular syndrome, Myelopathy, Carpal tunnel syndrome, Tarsal tunnel syndrome
• Menjelaskan tentang diagnosis banding neuropati perifer :– Horner syndrome, Neurofibromatosis, Polymyositis,
Duchene muscular dystrophy
REFLEKS PATELLA• Pengetukan tendon dgn palu
karet scr pasif meregangkan otot kuadriseps dan mengaktifkan reseptor gelendongnya, kontraksi pada otot ekstensor lutut ekstensi mengangkat tungkai bawah dgn khas.
• Reflek normal : komponen saraf dan otot normal
• Refleks berkurang / menghilang hilangnya masukan eksitatorik dari pusat yg lebih tinggi atau berlebihan akibat hilangnya inhibitorik.
Tujuan: setiap kali sendi lutut cenderung melengkung akibat gravitasi otot kuadriseps teregang meluruskan lutut menahan tungkai terekstensi berdiri tegak
ANATOMI SISTEM SARAF TEPI
Dermatoma Dermatoma
Radix ventralis• Berisi serabut saraf eferen
membawa rangsang motorik dan keluar dari medulla spinalis dalam alur dis sulcus venro lateralis.
• Terbentuk dari axon sel2 cornu anterior yg terletak di substantia grisea MS
• Keluar dari durameter serabut ini bergabung dengan radix dorsalis dan membentuk serabut campuran-sensorik dan motorik
http://www.neuroanatomy.wisc.edu/SClinic/Weakness/Weakness.htm
1. The anterior (ventral) horn cell 2. The peripheral nerve, (ventral and dorsal
nerve roots i.e., radiculopathy or nerve i.e., neuropathy) 3. The neuromuscular junction 4. The muscle (i.e. myopathy)
http://www.neuroanatomy.wisc.edu/SClinic/Weakness/Weakness.htm
Anterior horn cell conducted along the nerve fiber neuromuscular junction.
Neuromuscular junctionPembukaan kanal Ca2+ ca2+ masuk ke terminal button eksositosis vesikel Ach difusi melintasi ruang sel saraf dan otot berikatan reseptor di motor end plate membran miosit kanal kation terbuka Na+ masuk >> K+ keluar potensial end plate potensial aksi merambat ke seluruh serat otot Ach diuraik oleh AchE
Nervus Vestibularis (N.VIII) • Terdiri dari 2 berkas saraf yang menyalurkan dua macam impuls nervus
koklearis yang menghantarkan impuls pendengaran dan nervus vestibularis yang menyalurkan impuls keseimbangan
• Alat penangkap rangsang pendengaran dan keseimbangan dari mana serabut kedua bagian nervus oktavus berasal merupakan juga satu bangunan yang terdiri dari dua bagian. Bangunan labirin dan terdiri dari bagian koklea dan vestibula
Nervus Glosofaringeus (N.IX) • Terdiri dari serabut motorik dan sensorik• Ganglion untuk bagian sensorik ganglion petrosum• Cabang lainnya menyarafi tonsil, selaput lendir bagian belakang palatum
mole dan 1/3 bagian belakang lidah• Nervus glosofaringeus saraf motorik utama bagi farings yang memegang
peran penting dalam mekanisme menelan,bertugas memindahkan makanan dari mulut ke farings
Rangkuman No Saraf Sensoris/motoris Nuklei Fungsi
I Olfaktori Sensoris Nuklei olfaktori anterior Mentransmisikan informasi penciuman
II Optikus Sensoris Nuklei geniculate lateral Mentransmisikan informasi penglihatan
III Okulomotoris Motoris Nuklei okulomotor, nuklei Edinge-Westphal
Mengatur pergerakan bola mata
IV Troklearis Motoris Nuklei troklear Depresi dan rotasi lateral bola mata
V Trigeminus Sensoris-motoris Nuklei trigeminal Menerima sensasi bagian wajah
VI Abducens Motoris Nuklei abducens Mempersarafi rektus larteral yang menjauhi mata
VII Facialis Sensoris-motoris Nuklei facialis Menerima sensasi 2/3 bagian lidah dan mempersarafi kelenjar saliva
VIII Akustikus Sensoris Nuklei vestibular, nuklei koklear Sensitif terhadap bunyi, rotasi dan gravitasi
IX Glosofaringeus Sensoris-motoris Nuklei ambiguus, nuklei saliva inferior, nuklei solitari
Menerima sensasi 1/3 bagian lidah, mempersarafi kelenjar parotis
X Vagus Sensoris-motoris Nuklei ambiguus, nuklei motor vagal dorsal, nuklei solitari
Mempersarafi laringeal dan faringeal, mempersarafi secara parasimpatis visera toraks dan abdominal
XI Asesorius Sensoris-motoris Nuklei ambiguus, nuklei asesoris spinal
Mengontrol pergerakan leher
XII Hipoglosus Motoris Nuklei hipoglossal Mempersarafi lidah, penting untuk mengunyah dan artikulasi
Tanda – tanda gangguan Sensorik MotorikUMN LMN
Refleks meningkatRefleks patologisTonus meningkatArrophy disuse
Refleks menurunRefleks patologis (-)Tonus menurunAtrophy
LETAK LESI:Korteks motorik primerKapsula internaBatang otakMedulla Spinalis
LETAK LESI:Motor neuronRadiks ventralisPleksusVasikulusSaraf periferMotor and plateOtot
KUMAN PENYEBAB GANGGUAN MOTOR NEURON
Virus
PENYAKIT SUSUNAN SARAF PERIFER
KORNU ANTERIOR • Polio• Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)/MND• Spinal Muscular Atrophy Kugelberg Welander syndrome Werdnig Hoffman syndrome
RADIKS • Guillain Barre syndrome : Poliradikulitis,Poliradikuloneuritis• Trauma: avulsi radiks total / partial• HNP : iritasi / kompresi radiks
PLEKSUS • Trauma
SARAF PERIFER • Polineuropati• Neuropati diabetika• Morbus Hansen: mononeuropati multipleks• Pressure neuropathy• CT Sy• Trauma • Bell´s palsy / ggn n.VII perifer
OTOT • Dystrofia Muskulorum Progresiva (DMP)• Miositis
Penyakit menular akut oleh virus dengan predileksinya merusak sel anterior substansia grisea medula spinalis dan batang otak, mengakibatkan kelumpuhan otot-otot dengan distribusi dan tingkat yang bervariasi serta bersifat permanen
1. Sering pada anak-anak < 5 tahun tersebar diseluruh dunia
2. Reservoir : manusia3. Penyebaran penyakit : fecal-
oral, melalui saluran nafas
1. Sering pada anak-anak < 5 tahun tersebar diseluruh dunia
2. Reservoir : manusia3. Penyebaran penyakit : fecal-
oral, melalui saluran nafas
EPIDEMIOLOGI
Tertelan virus yang virulen multiplikasi di orofaring dan mukosa usus (peyer's patches) invasi sistemik (sistem limfatik dan kemudian darah) susunan saraf pusat (7-10hari)
Tertelan virus yang virulen multiplikasi di orofaring dan mukosa usus (peyer's patches) invasi sistemik (sistem limfatik dan kemudian darah) susunan saraf pusat (7-10hari)
PATOFISIOLOGI
1.Virus poliomyelitis (Virus RNA) 2.Genus : enterovirus 3.Famili :picornaviridae
Terdiri dari 3 strain : • tipe 1 (brunhilde) (epidemi luas dan ganas)• tipe 2 (lansing)• tipe 3 (leon)
1.Virus poliomyelitis (Virus RNA) 2.Genus : enterovirus 3.Famili :picornaviridae
Terdiri dari 3 strain : • tipe 1 (brunhilde) (epidemi luas dan ganas)• tipe 2 (lansing)• tipe 3 (leon)
ETIOLOGI
SYMPTOM• asimptomatik, virus in faeces,
hence transmitting infection to others.
• fever, fatigue, headache, vomiting, stiffness in the neck, and pain in the limbs.
• Non paralysis• paralysis (In a small proportion of
cases)which is often permanent.• "minor illness" terjadi saat
viremia (hari ke 7).– demam (bisa sampai 39,5 C),
malaise, nyeri kepala, sakit tenggorok, anoreksia, filial, muntah, nyeri otot dan perut serta kadang-kadang diare.
• major illness ditemukan bila konsentrasi virus disusunan saraf pusat mencapi puncaknya yaitu pada hari ke-12-14.
• Masa inkubasi : 9-12 hari, kadang-kadang 3-35 hari.
Berdasarkan lesi SSP, 4 bentuk :
Kelemahan otot leher, perut, punggung, diafragma, ekstremitas. Sifat kelumpuhan asimetri (ank), simetris (dws)
Kelemahan otot leher, perut, punggung, diafragma, ekstremitas. Sifat kelumpuhan asimetri (ank), simetris (dws)
Kelemahan motorik dari 1/> saraf kranial dengan atau tanpa gangguan pusat vital seperti pernapasan, sirkulasi dan temperatur tubuh
Kelemahan motorik dari 1/> saraf kranial dengan atau tanpa gangguan pusat vital seperti pernapasan, sirkulasi dan temperatur tubuh
Ditandai dengan kesadaran yang menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.
Ditandai dengan kesadaran yang menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.
Gejala campuran antara bentuk spinal dan bulbar. Gejala campuran antara bentuk spinal dan bulbar.
BENTUK SPINALBENTUK BULBAR
BENTUK BULBOSPINAL BENTUK ENSEFALITIK
LABORATORIUM• Oral swab (minggu pertama)• Pemeriksaan tinja (sampai
beberapa minggu).• Pemeriksaan serologi:
– tes neutralisasi dengan memakai serum pada fase akut dan konvalesen(penyembuhan).
– positif : kenaikkan titer 4x atau lebih.
– sangat spesifik dan bermanfaat untuk menegakkan diagnosa poliomielitis.
– Pemeriksaan CF (Complement Fixation), tetapi ditemukan reaksi silang diantara ketiga tipe virus ini.
• Pemeriksaan urin : bervariasi, kadang albuminuria ringan
• Pemeriksaan likuor serebrospinalis : pleiositosis < 500/mm3– Awalnya PMN > limfosit.
Kemudian menjadi limfosit yang lebih dominan (kembali normal setelah 10-14hari).
– Pada stadium awal kadar protein normal, minggu ke2 dapat naik sampai 100mg%, dan kembali normal dalam 4-6 minggu.
PENATALAKSANAAN • Infeksi tanpa gejala : istirahat• Non paralitik
– Analgetik.– fisioterapi untuk mengurangi deformitas yang terjadi.
• Paralitik– Paralisis pernafasan pernafasan mekanis.– Fisioterapi pasif.– Paralisis kandung kemih stimulan parasimpatetik
seperti bethanechol (Urecholine) 5-10 mg oral atau 2.5-5mg/SK.
Prognosis• Kematian -kegagalan fungsi pusat pernafasan atau infeksi
sekunder pada jalan nafas.• 9% akan meninggal pada fase akut,• 15% sembuh sempurna • 75% mempunyai deformitas permanen
• Vaksin harus melawan 3 serotipe (trivalent)• Vaksin diberi 4 kali : umur 2 bulan, 4 bulan, 6 - 18 bulan, lalu 4
- 6 tahun (booster)– Kalau “terlambat”, tidak perlu mulai lagi. Hanya teruskan
jadwal.• OPV (oral) & eIPV (intramuscular)
Preventik
Suatu polineuropati yang bersifat ascending dan akut , yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut.
1. Insiden terbanyak < 35 thn2. Jumlah penderita laki-laki
dan wanita hampir sama
1. Insiden terbanyak < 35 thn2. Jumlah penderita laki-laki
dan wanita hampir sama
EPIDEMIOLOGI
1. antibodi /respon kekebalan seluler terhadap agen infeksious pada saraf tepi.2. adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi3. didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada pembuluh darah saraf tepi menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi.
1. antibodi /respon kekebalan seluler terhadap agen infeksious pada saraf tepi.2. adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi3. didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada pembuluh darah saraf tepi menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi.
PATOFISIOLOGI
Idiopatik. Beberapakeadaan/penyakityang mendahului:•Infeksi•Vaksinasi•Pembedahan•Penyakit sistematik:
o keganasano systemic lupus erythematosuso tiroiditiso penyakit Addison
•Kehamilan atau dalam masa nifas
Idiopatik. Beberapakeadaan/penyakityang mendahului:•Infeksi•Vaksinasi•Pembedahan•Penyakit sistematik:
o keganasano systemic lupus erythematosuso tiroiditiso penyakit Addison
•Kehamilan atau dalam masa nifas
ETIOLOGI
Gejala klinis dan kriteria diagnosa
• Parestesi 2-3 mg setelah demam
• Kelumpuhan akut disertai hilangnya refleks-refleks tendon dan
• Disosiasi sitoalbumin pada CSF
• angguan sensorik dan motorik perifer
1. Pemeriksaan fisik : * Ascending paralysis, terjadi dalam 3 minggu pertama, areflexia, kelainan saraf otonom, ataxia, kelainan pada N.kranial2. CSF: * Protein CSS. Meningkat setelah gejala 1
minggu atau terjadi peningkatan pada LP serial
* Jumlah sel CSS < 10 MN/mm33. Elektrodiagnostik(NCV ): * Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada
80% kasus. Biasanya kecepatan hantar kurang 60% dari normal
4. Pencitraan * MRI : hari ke-13 setelah terlihat gejala
PEMERIKSAAN
Prognosis • Dewasa lebih buruk dengan keadaan :
– usia lebih tua dari 40 tahun– kemajuan sangat cepat ke arah quadriparesis– komplikasi penyakit berbahaya– bentuk axonal Sindrom Guillain-Barré
• pemberian imunogobulin secara intravena (IVIG, intravenous immunoglobin).
• Pada pasien dengan kelemahan, gejala otonom (misalnya, hipotensi orthostatik) aktivitas sebaiknya dibatasi.
Penatalaksanaan
Komplikasi • kelemahan otot pernapasan
dan kelainan saraf otonom.• Pneumonia, • RDS (Respiratory Distress
Syndrome), • septikemia, • pressure sores • embolus pulmonal• chronic inflammatory
demyelinating polyradiculoneuropathy (CIDP).
• Inflamasi demyelinasi poliradikulopati akut
• Sindrom cauda equina dan conus medularis
• Inflamasi demyelinasi poliradikulopati kronik
• HIV-1 dengan inflamasi demyelinasi akut atau kronik
• HIV-1 dengan sakit distal polineuropati sensorimotor
• HIV-1 dengan multiple mononeuropati• HIV-1 dengan komplikasi neuromuscular
yang luas• HIV-1 dengan poliradikulopati progresif• HIV-1 dengan mielopati vacuolar• Penyakit lyme• Myasthenia gravis• Organofosfat• Toksik neuropati
Diagnosa Banding
kondisi yang disebabkan oleh saraf yang terjepit (tertekan) pada spine yang dapat meyebabkan nyeri, mati rasa, kesemutan, atau kelemahan sepanjang jalur saraf.
1. Aktivitas-aktivitas yang menempatkan beban yang berlebihan atau yang berulangkali pada spine.
2. Riwayat keluarga
1. Aktivitas-aktivitas yang menempatkan beban yang berlebihan atau yang berulangkali pada spine.
2. Riwayat keluarga
FAKTOR RISIKO
Cervical spine:C7 nerve is most often affected followed by C6. result from degeneration.
Lumbar spineCaused by herniated disk or spondylitic changes.L4-L5 and L5-S1. L5 is the most commonly compressed nerve root.
Cervical spine:C7 nerve is most often affected followed by C6. result from degeneration.
Lumbar spineCaused by herniated disk or spondylitic changes.L4-L5 and L5-S1. L5 is the most commonly compressed nerve root.
PATOFISIOLOGI
1. Kompresi atau iritasi dari saraf-saraf ketika keluar dari spine yang disebabkan:
2. Disk herniation3. Bone spur from osteoarthritis4. Penyebab yg jarang: infeksi, tumor5. Skoliosis
1. Kompresi atau iritasi dari saraf-saraf ketika keluar dari spine yang disebabkan:
2. Disk herniation3. Bone spur from osteoarthritis4. Penyebab yg jarang: infeksi, tumor5. Skoliosis
ETIOLOGI
SYMPTOMS SIGNS• Herniated cervical disk
– Pain: posterior neck, spasm of the cervical paraspinal muscle, near or over the shoulder blades.
– Sensory disturbances, arm weakness usually occur in a root-level distribution on the same side of herniation
• Herniated lumbosacral disk– Severe LBP, lumbar paraspinal spasms with pain radiating
to the buttocks, legs and feet.– Sensory loss, weakness occur in a radicular pattern but
weakness and atrophy no eraly presenting features– Lumbar radiculopathy that causes pain that radiates down
a lower extremity is commonly referred to as sciatica.
DIAGNOSTIC
• Anamnesis and physical examination, knowing the exact location of the patient's symptoms, can help localize the nerve that is responsible
• check muscle strength, sensation, and reflexes to see if there are any abnormalities
• Plain radiographs• MRI is the best imaging study to detect disk pathology,
herniation of the nucleus pulposus, and nerve root impingement
• CT scan : discern the bony architecture• EMG and NCS: acute / chronic changes
SPECIAL TESTS• Spurling sign CR• Straight leg-raising test LsR• Lasegue sign increase pain if radiculopathy is present• Femoral stretch test L2-L4 radiculopathy
DIAGNOSA BANDING
• Low back strain• Hip and knee disorders• Lumbosacral pleus
disorders• Peripheral nerve
entrapment
• Cervicalgia• Shoulder pathology• Elbow disorders• Brachial plexus disorders• Thoracic outlet synd.• Peripheral nerve
entrapment
CERVICAL RADICULOPATHY LUMBOSACRAL RADICULOPATHY
TREATMENT• Pharmacotherapy:
– NSAID – Short course Corticosteroid for acuteherniated disk, but
still contoversial– Narcotics – reserved for control of severe pain– Gabapentin, lidocaine patch 5%, tramadol, tricyclic
antidepressants- neuropathic pain• NONpharmaco : Heat,ice, massage, limit activity, postural
modification• Epidural corticosteroid injection for pain caused by herniated
disks• Surgery for lumbosacral disk herniation : laminectomy and
disk excision
PREVENTION
• Maintaining a reasonable weight, • good muscle conditioning, • avoiding excessive strain on the neck and back reduce the
chances of developing radiculopathy.
• Good. • Respond well to conservative treatment options. • Surgical procedures typically obtain good results as well with
no long-term restrictions.
PROGNOSIS
kelainan fungsi yang berkesinambungan pada beberapa saraf perifer di seluruh tubuh.
Causes of polyneuropathy
Category Specific process
Infectious diseases Leprosy
HIV infection
Borreliosis (Lyme disease)
Inflammatory diseases AIDP (Guillain Barre syndrome)
CIDP
Multifocal motor neuropathy
Collagen vascular disease
Genetic disorders Hereditary motor sensory neuropathies (Charcot-Marie-Tooth family of diseases)
Hereditary sensory and autonomic neuropathies
Toxins Therapeutic drugs
Drugs of abuse
Poisons
Causes of polyneuropathy
Category Specific process
Other systemic disease Diabetes mellitus
Chronic renal failure
Thyroid dysfunction
Parathyroid dysfunction
Paraneoplastic neuropathy
Paraproteinemia
Amyloidosis
Vitamin deficiency ex:vit B
Critical illness neuropathy
Acute intermittent porphyria
PATOFISIOLOGI• Degenerasi neuronal : damage to the motor or sensory nerve
cell bodies, with subsequent degeneration of their contiguous peripheral axons
• Degenerasi wallerian : damage to the axon at a spesific point below the cell body, with degeneration distal to the injury
• Segmental demyelination : kerusakan pada selubung myelin tanpa kerusakan pada akson
• Degenerasi aksonal : kerusakan akson difus. Bagian distal akson plg jauh dr badan sel plg cepat mengalami perubahan krn diffuse neuronal injury gejala mulai dr tangan & kaki menjalar ke atas
GEJALA • Kesemutan, mati rasa, nyeri terbakar.• Nyeri memburuk di malam hari, bisa timbul jika menyentuh
daerah yang peka atau karena perubahan suhu. • Tidak bisa merasakan suhu dan nyeri, terjadi ulkus akibat
tekanan. • neuropati perifer mengenai saraf otonom, terjadi: - diare atau sembelit - ketidakmampuan untuk mengendalikan saluran pencernaan
atau kandung kemih - impotensi - tekanan darah tinggi atau rendah - keringat berlebihan
KLASIFIKASI• Berdasarkan onset : akut, subakut, kronik• Berdasarkan gejala : sensorik, motorik, otonom, campuran• Berdasarkan penyebaran : distal atau proksimal, simetis atau
asimetris, multifokal• Berdasarkan EMG : aksonal, demyelinating
DIAGNOSA• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil
pemeriksaan fisik.• Elektromiografi dan uji kecepatan penghantaran saraf
dilakukan untuk memperkuat diagnosis. • Pemeriksaan darah dilakukan jika diduga penyebabnya adalah
kelainan metabolik (anemia pernisiosa karena kekurangan vitamin B12), diabetes (kadar gula darah meningkat) dan gagal ginjal (kadar kreatinin meningkat).
• Pemeriksaan air kemih bisa menunjukkan adanya keracunan logam berat atau mieloma multipel.
PEMERIKSAAN PENUNJANG• Anti-GM1 antibody (acute motor axonal neuropathy)• Anti-GQ1b (Miller Fisher variant of Guillain Barre syndrome)• Anti-Hu antibody (carcinomatous sensory neuropathy)• Anti-myelin-associated glycoprotein antibody (multiple
myeloma)• Anti-sulfatide antibody (symmetric polyneuropathy with
prominent distal sensory loss)• Pungsi lumbal (AIDP, CIDP, infectious and neoplastic diseases)• EMG• Biopsi (vasculitis, amyloidosis, sarcoidosis, giant axonal
neuropathy, leprosy)
Commonly ordered laboratory tests for evaluation of neuropathy
Category Test
General serologic testing
Standard electrolyte panel (sodium, potassium, bicarbonate)
Glucose and glycosylated hemoglobin levels
Magnesium, calcium, and phosporus levels
Renal and liver function tests
Creatine kinase levels
Vitamin B12 methylmalonic acid and homocysteine
Complete blood count with differential
Erythrocyte sedimentation rate
Thyroid function testing
Infectious disease screening
Rapid plasma reagin
Lyme titers
Commonly ordered laboratory tests for evaluation of neuropathy
Category Test
Immunologic screening
Antinuclear antibody
Rheumatoid factor
Serum protein electrophoresis
Quantitative immunoglobulins
Common peroneal nerve dysfunction is damage to the peroneal nerve leading to loss of movement or sensation in the foot and leg.
ETIOLOGI• Akibat tekanan dari luar, seperti penekanan pada saraf selama
jongkok atau duduk bersilang kaki • Trauma• Diabetes • Lepra
Trauma lokal Edema lokal otot dan secara sekunder meningkatkan tekanan pada compartement dan oklusi pembuluh darah lokal(A.Tibialis anterior) atau percabangannya yang iskhemik nekrosis sesuai dengan distribusinya
GEJALAMenurut level lesinya antara lain:1. Lesi pada kaput fibula• paralise jari kaki, dorso fleksi kaki dan jari kaki, serta bagian lateral distal
dari tungkai bawah• Hanya cabang profunda yang terkena->deep peroneal nerve syndrome2. Anterior tibial (deep peroneal) nerve syndrome• Kelainan ini menimbulkan parese/paralise jari kaki dan dorsofleksi kaki• Gangguan sensoris pada kulit di sela antara jari kaki 1 dan 23. Superficial peroneal nerve syndrome• Menimbulkan parese dan atropi M.Peronei dan gangguan eversi kaki• Gangguan sensoris pada bagian lateral distal tungkai bawah dandorsum
kaki
PEMERIKSAAN PENUNJANG• Examination of the legs - a loss of muscle control over the legs
(usually the lower legs) and feet. • There is difficulty with dorsiflexion (lifting up the foot and
toes) and with eversion (toe-out movements). • Tests of nerve activity include:
• EMG• NCV• MRI to look for compressive lesion along nerve
PENATALAKSANAANTerapi:• Konservatif, menghindari
faktor kompresi• Operasi• Physical therapy
• Radikulopati L5• Post operasi pinggul• High aciatic
mononeuropathy yang mengenai serabut peroneus kommunis
DIAGNOSA BANDING
PROGNOSIS • If nerve damage is severe,
disability may be permanent.
PREVENTIONAvoid prolonged pressure to the back or side of the knee. Injuries to the leg or knee should be treated promptly.
Tarsal Tunnel Syndrome
Tarsal tunnel syndrome is a compression neuropathy in the foot with symptoms of pain and abnormal sensations such as numbness and tingling (paresthesias).
SYMPTOM• Shooting or radiating pain. • Numbness, burning or tingling sensation • These symptoms may be increased with occupational stress or
activity to the lower extremity.• Radiculopathy to the L4, L5, and S1 regions in the back can produce
pain in the tarsal tunnel area.
TREATMENT• NSAID. • Injection of the tarsal tunnel with a corticosteroid
and local anesthetic• Physical therapy
If symptoms persist >6 months or muscle weakness develops, surgical release of the posterior tibial nerve (tarsal tunnel release) may be indicated. In this procedure the laminate ligament is cut, allowing the nerve to expand. Endoscopic tarsal tunnel release may be an option in some cases.
HORNER SYNDROME
• Segmen C8 – T2 mengatur vasokonstriksi, sekresi keringat dan piloareksi dari leher dan kepala di sisi homolateral.
• Lesi pada pusat silio-spinale, pada ganglion servikale superius atau pada pleksus karotikus akan menimbulkan sindrom Horner’s
• Merupakan blefparoptosis akuisita unilateral. Terjadinya akibat paralisa dari saraf simpatis yang mengurus M. Muller. Biasanya ditemukan pada proses lues (sifilis)
GEJALA• Enophtalmus• Ptosis • Kontraksi pupil• Penyempitan dari fissura palpebra, • Anhidrosis• warna kemerahan di sisi wajah yang sakit, disebabkan
oleh paralisa saraf-saraf simpatis servikal.
ETIOLOGI• merupakan blefparoptosis akuisita unilateral. Terjadinya
akibat paralisa dari saraf simpatis yang mengurus M. Muller. Biasanya sindroma Horner’s ditemukan pada proses lues (sifilis)
NEUROFIBROMATOSISpenyakit yang diturunkan melalui autosom dominan dan lebih sering pada laki-laki, muncul pada kulit dan bagian tubuh lainnya.
PATOLOGI• Pertumbuhan dari sel Schwann dan sel lainnya yang
mengelilingi dan menyokong saraf-saraf tepi.• Bintik2 kulit berwarna coklat di dada, punggung, pinggul, sikut
dan lutut. ditemukan pada saat anak lahir atau baru timbul pada masa bayi. Pada usia 10-15 tahun mulai muncul berbagai ukuran dan bentuk neurofibromatosis di kulit.
keadaan ditandai oleh kelemahan atau kelumpuhan otot – otot lurik setelah melakukan aktivitas, dan akan pulih kekuatannya setelah beberapa menit atau jam
1. 10-30 tahun2. < 40 lebih banyak pada wanita3. > 40 lebih banyak pada pria
1. 10-30 tahun2. < 40 lebih banyak pada wanita3. > 40 lebih banyak pada pria
EPIDEMIOLOGI
Kelemahan pada otot – otot dan meningkatnya kelemahan otot pada saat melakukan kegiatan fisik penurunan jumlah reseptor asetilkolin pada neuromuscular junction
Kelemahan pada otot – otot dan meningkatnya kelemahan otot pada saat melakukan kegiatan fisik penurunan jumlah reseptor asetilkolin pada neuromuscular junction
PATOFISIOLOGI
1. Autoimun berhubungan dengan penyakit spt: tirotoksikosis, miksedema, artritis reumatoid, dan SLE
2. Disebabkan kerusakan resptor Ach neuromuscular junction akibat penyakit autoimun
1. Autoimun berhubungan dengan penyakit spt: tirotoksikosis, miksedema, artritis reumatoid, dan SLE
2. Disebabkan kerusakan resptor Ach neuromuscular junction akibat penyakit autoimun
ETIOLOGY
KLASIFIKASI
Gangguan otot okular - gejala ptosis dan diplopiaPtosisnya unilateralBiasanya ringan akan seringkali resisten terhadap pengobatan
Gangguan otot okular - gejala ptosis dan diplopiaPtosisnya unilateralBiasanya ringan akan seringkali resisten terhadap pengobatan
Timbul perlahan dimulai dari okular okular menyebar mengenai muka, anggota badan, dan otot – oto bulbar
Timbul perlahan dimulai dari okular okular menyebar mengenai muka, anggota badan, dan otot – oto bulbar
Timbulnya cepat, dimulai ganguan otot okular, anggota badan dan kemudian otot pernafasan
Timbulnya cepat, dimulai ganguan otot okular, anggota badan dan kemudian otot pernafasan
Kelemahan otot menyeluruh + paralisis otot pernafasan•gol 3 yang kebal terhadap obat AchE + penyakit infeksi lain
Kelemahan otot menyeluruh + paralisis otot pernafasan•gol 3 yang kebal terhadap obat AchE + penyakit infeksi lain
GOL 1: MIASTENIA OKULAR GOL 2: MIASTENIA RINGAN
GOL 3: MIASTENIA BERAT GOL 4: KRISIS MIASTENIA
GAMBARAN KLINIK• Kelemahan fokal yang ringan ->kelemahan tubuh
menyeluruh yang fatal• 33% hanya kelainan okular disertai kelemahan otot – otot
lainnya• Kelemahan ekstremitas tanpa kelainan okular 15%• 20% sulit menelan dan mengunyah• Gejala diplopia pada sore hari menghilang pada pagi hari• Ptosis• Otot bulbar suaranya basal dan suara akan memburuk• Kasus berat afoni temporer
DIAGNOSIS
• Anamnesis• Tes klinik sederhana
– Memandang objek di atas level bola mata akan timbul ptosis pada miastenia okular
– Mengangkat lengan jatuhnya lengan bila otot bahu yang terkena
– Pada kasus bulbar, volume suara akan menghilang atau timbul disartria
– Sukar menelan barium bila terdapat gejala disfagia• Pemeriksaan farmakologik
– Tes edrofonium– Tes neostigmin
PENATALAKSANAAN
• Obat antikolinesterase– neostigmin dan piridostigmin menghambat
kolinesterase yang menhancurkan asetilkolin– Muskarinik mempengaruhi otot polos dan kelenjar– Nikotinik mempengaruhi ganglion autonom dan
myoneural junction• Pemberian kortikosteroid• Timektomi wanita muda dengan riwayat <5 th menderita
miastenia gravis, terdapat timoma yang kemungkinan ganas
PROGNOSIS• Biasanya jelek• Kematian biasanya disebabkan oleh insufisiensi pernafasan.• Pada wanita muda tanpa timoma kira – kira 80-90%
penderita akan membaik, atau akan terjadi remisi yang sempurna dalam beberapa tahun
• Tirotoksikosis• Lupus eritematosus• Sindrom Fischer
DIAGNOSA BANDING
Kesimpulan dan Saran
• Berdasarkan gejala yang ada, seperti diare, kesemutan, paralisis assending, disertai gangguan pernafasan dan arefleksia, Emir mengalami GBS (Gullain Barre Syndrome).
• Sarannya : melakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosa yang lebih pasti dan melakukan penatalaksanaan sesuai dengan etiologi.
Daftar Pustaka• Burst, J.C,Current Neurology.International edition.McGrawhill,2007.• Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi klinis 1nded., Gajah Mada University
Press, Yogyakarta• Mardjono, M., 2003, Neurologi Klinis Dasar 9th ed., hal 55,149,348, Dian
Rakyat, Jakarta• Sherwood L. Human physiology. 2th edition. Jakarta: EGC, 2001.• http://www.neuroanatomy.wisc.edu• http://library.usu.ac.id/download/fk/anak-syahril2.pdf• http://www.who.int/topics/poliomyelitis/en/• http://www.neurosurgery.net.au/NerveEntrapments.html
THANK YOU
THANK YOU