Lap Koagulasi Flokulasi Kel. 6(Final)

24
LABORATORIUM PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH INDUSTRI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 MODUL : Koagulasi - Flokulasi PEMBIMBING : Ir. Dwi Nirwantoro Nur, MT Oleh : Kelompok : VI (Enam) Nama : 1. Nurul Fathatun ,121424023 2. Reni Swara M. ,121424026 3. Resza Diwansyah P ,121424027 4. Rinaldi Adiwiguna ,121424028 Kelas : 3A Tanggal Praktikum : 7 April 2015 Tanggal Penyerahan :

description

Pengolahan air imbah

Transcript of Lap Koagulasi Flokulasi Kel. 6(Final)

LABORATORIUM PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH INDUSTRISEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015

MODUL: Koagulasi - Flokulasi

PEMBIMBING: Ir. Dwi Nirwantoro Nur, MT

Tanggal Praktikum : 7 April 2015Tanggal Penyerahan : (Laporan)

Oleh:

Kelompok:VI (Enam)Nama:1. Nurul Fathatun,1214240232. Reni Swara M.,1214240263. Resza Diwansyah P,1214240274. Rinaldi Adiwiguna,121424028Kelas:3A

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIHJURUSAN TEKNIK KIMIAPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2015

KOAGULASI FLOKULASI

I. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSungai merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Salah satu manfaat sungai yang cukup penting adalah sebagai salah satu sumber air untuk mendukung kebutuhan hidup manusia. Sebagai contoh, air sungai bisa dipergunakan untuk mencuci, mandi, bahkan dapat diolah untuk menjadi air minum.Namun dari waktu ke waktu fungsi sungai perlahan lahan berubah. Saat ini, masyarakat cenderung membuang limbah rumah tangganya langsung ke sungai dan menyebabkan air sungai menjadi tercemar oleh limbah domestik. Keadaan sungai yang pada awalnya bersih berubah menjadi kotor dan keruh.Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat diperlukan penanganan khusus agar kualitas air sungai sesuai dengan standar. Ada beberapa contoh pengolahan air diantaranya pengolahan secara fisis, kimiawi dan biologis. Pada pengolahan secara fisis, cara yang bisa dilakukan adalah filtrasi dan sedimentasi. Pada pengolahan secara biologis, biasanya dilakukan untuk membunuh mikroorganisme yang patogen yaitu dengan pemberian bahan desinfektan. Pada pengolahan secara kimiawi, dilakukan dengan cara menambahkan suatu senyawa kimia yang biasanya disebut dengan koagulan dan flokulan. Saat ini, metode yang paling banyak digunakan untuk mengolah air, yaitu metode kimiawi dan pengolahan secara fisis.Pada dasarnya air sungai mengandung partikel-partikel koloid yang sulit untuk mengendap dengan gaya gravitasi, sehingga diberi penambahan koagulan serta flokulan agar partikel-partikel koloid dapat mengendap. Umumnya koagulan yang sering digunakan adalah Alumunium Sulfat atau biasa disebut dengan tawas.Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati parameter kimia, fisika, biologi seperti uji oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biokimia (BOD), kebutuhan oksigen kimia (COD), partikel tersuspensi, sulfida, pH, bau rasa dan kekeruhan (Nur Azman, 2006). Namun pada praktikum kali ini hanya untuk mengetahui total padatan tersuspensi (TSS), pH, dan kekeruhan air sungai tersebut.

1.2 Tujuan a. Menentukan dosis optimum untuk koagulan dan flokulan yang digunakan b. Mengetahui pengaruh koaagulan terhadap pengurangan kekeruhan c. Mengetahui pengaruh penambahan flokulan pada pengendapan

II. DASAR TEORI2.1 Air permukaanAir permukaan aalah air yang bersumber dari air hujan yang mengalir di permukaan bumi dan berkumpul di suatu tempat yang relatif rendah, termasuk di dalamnya air buangan bekas aktifitas manusia (Kusumawati,2009).Besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti air sungai dan air danau. Air permukaan banyak digunakan sebagai sumber air baku karena ketersediaannya yang melimpah dan murah.

2.1.1 Jenis air permukaanMenurut Hendro David P (2010) air permukaan berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:a. perairan daratperairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan b. perairan lautperairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas

2.1.2 Karakteristik air permukaan Karakteristik air permukaan secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:1. berdasarkan kuantitasa. dipengaruhi oleh musimb. terpengaruh oleh sumber, sifat dan luas area2. berdasarkan kualitasa. mengandung zat organik dan zat anorganikb. jenis dan kadar zat organik,anorganik tergantung pada : kadar pencemaran jenis tanah yang dilaui oleh sungai tersebut3. sungai membawa zat padat yang berasal dari erosi dan penghancuran zat-zat organis dan garam mineral sesuai dengan jenis tanah yang dilalui4. pada saat melalui daerah pemukiman dan industri maka akan mengalami pencemaran baik dari rumah tangga dan industri.

2.1.3 Pengolahan air permukaanTeknologi pengolahan yang digunakan untuk masing-masing sumber air baku yang memanfaatkan air permukaan agak berlainan karena karakteristik pengotor juga berbeda. Pada umumnya air sungai banyak mengandung padatan tersuspensi yang menyebabkan air sungai terlihat keruh sehingga teknologi yang umumnya digunakan adalah proses koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi, adsorbsi karbon aktif. Pengolahan ini akan menghasilkan air bersih secara visual dan akan didistribusikan ke unit pabrik maupun untuk keperluan warga sipil. Air bakuPembubuhan koagulanPengadukan cepat (koagulasi)Pengadukan lambat (flokulasi)sedimentasifiltrasi

Gambar 2.1 skema instalasi pengolahan air dari sumber air permukaan

2.2 Koloidkoloid merupakan salah satu penyebab kekeruhan pada air. Partikel koloid yang biasa terdapat di dalam air permukaan diantaranya adalah humus, tanah liat, silika dan virus (Hendro David P,2010). Stabilitas koloid sangat penting dalam proses koagulasi flokulasi untuk menghilangkan koloid-koloid yang tergantung pada ukuran partikel dan muatan elektrik dan dipengaruhi oleh media pendispersi seperti kekuatan ion dan pH.

2.2.1 Karakteristik KoloidCiri penting dari suatu koloid padat yang terdispersi dalam air yaitu partikel-partikel padat yang tidak akan mengendap karena gaya gravitasi. Ukuran partikelnya berkisar dari 0,1 milimikron (10-10) sampai 100 mikron (10-5) (Hendro David P, 2010).Menurut Rufiani widyawati (1983) partikel-partikel koloid dalam air baku setiap daerah mempunyai sifat umum, diantaranya :1. Bermuatan listrikSifat yang menyebabkan partikel koloid dalam keadaan stabil dimana muatan partikel koloid saling tolak menolak dan tidak dapat membentuk partikel yang lebih besar akibatnya partikel stabil dan sulit untuk mengendap.2. Sifat adsorpsiKoloid cenderung melakukan adsorpsi.Partikel koloid yang terdispersi dalam air berukuran antara 1-10m. Karena ukurannya sangat kecil massanya pun sangat kecil dan sulit untuk diendapkan.3. Sifat hidrasiSifat ini erupakan sifat koloid yag mempunyai daya gabung terhadap media air.

2.3 Parameter kualitas airMengacu pada peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa setiap kriteria mutu air sesuai dengan kriteria mutu air.Kriteria mutu air adalah tolak ukur mutu air untuk setiap kelas air.Baku mutu air ditetapkan berdasarkan kreiteria mutu air.Sesuai dengan ruang lingkup penulisan penelitian ini, parameter kualitas air yang diperiksa dilakukan terhadap parameter penting yang mempengaruhi terhadap proses koagulasi dan flokulasi. Parameter yang dikaji adalah kekeruhan dan pH

2.3.1 KekeruhanKekeruhan atau turbidity adalah kondisi keberadaan partikel koloid dan suspensi dari suatu bahan pencemar.Bahan-bahan pencemar tersebut berupa bahan organik da bahan anorganik yang terkandung dalam perairan. Kekerhan ini disebabkan zat-zat tersuspensi dengan ukuran partikel antar koloid sampai dengan partikel lumpur kasar (Hendro David P,2010). Air keruh adalah air yang banyak mengandung partikel tersuspensi yang dapat menghalangi penetrasi sinar ke dalam air (Hendro David P,2010). Semakin banyak partikel tersuspensi semakin sedikit sinar yang dapat melewati partikel tersebut.Kekeruhan pada air sungai dapat disebabkan oleh adanya sedimen sehingga menutupi substansi dasar air sungai.kekeruhan pada sungai juga tergantung pada jenis dasar sungai, polutan, ataupun biota yang hidup di sungai.Adapun partikel yang dapat menjadikan iar menjadi keruh adalah : tanah liat endapan zat organik dan bukan anorganik yang terbagi dalam butir-butir halus campuran warna organik yang bisa dilarutkan plankton jasad renik (makhluk hidup yang sangat kecil)

2.3.2 pHPembebasan pH (derajat keasaman) dilakukan karena akan mempengaryhi rasa korosifitas air dan efisiensi penggunaan klorin. Beberapa senyawa asam dan basa kebih toksik dalam bentuk molekuler dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH. Selain itu pH air juga akan mempengaruhi efisiensi proses pengolahan air (Hendro David P,2010).

2.4 Prinsip dasar koagulasi dan flokulasiKoagulasi dapat didefinisikan sebagai destabilisasi muatan pada koloid dan partikel tersuspensi. Proses koagulasi dapat disebut juga flash mixing process karena proses berlangsung secara cepat.Agar terjadi tumbukan antar partikel koloid maka daya tolak menolak diantara partikel yang bermuatan negatif harus dinetralkan dengan menambahkan koagulan yang bermuatan positif (Linvil,1965). Proses penambahan koagulan tersebut disebut dengan proses koagulasi.

Gambar 2.2. Proses koagulasiProses koagulasi berintegrasi langsung dengan proses flokulasi. Kontak antar permukaan dapat terjadi kerena proses flokulasi. Flokulasi merupakan proses kontak dan ahdesi antara partikel sehingga membentuk partikel yang memiliki ukuran partikel yang lebih besar. Partikel yang berada dalam keadaan tidak stabil akan cepat bergumpal. Akan tetapi apabila semua partikel dalam keadaan tidak stabil maka proses flokulasi akan berjalan lambat.Cara memperkecil jarak antar partikel atau menambah frekuensi tumbukan antar partikel adalah dengan pemberian daya atau power input sehingga air tersebut mengalami turbulensi.

Gambar 2.3. Proses flokulasiSecara umum proses koagulasi bertujuan untuk : Mengurangi kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik maupun organik di dalam air Mengurangi warna yang diakibatkan oleh partikel koloid yang terkandung di dalam air. Mengurangi jumlah bakteri patogen yang terkandung di dalam air, alga dan organisme lain Mengurangi rasa dan bau yang diakibatkan adanya partikel koloid di dalam air.

Faktor yang mempengaruhi proses koagulasi dan flokulasi adalah :a. Jumlah tumbukan atau benturanJumlah benturan memungkinkan penggabungan flok sangat bergantung pada diameter partikel serta besarnya gradien kecepatan.b. Pengaruh gradien kecepatanGradien kecepatan rata-rata dikolerasikan dengan daya pengadukan c. Pengaruh temperaturTemperatur mempengaruhi besarnya viskositas. Semakin besar temperatur maka semakin kecil nilai viskositasnya, maka kecepatan pengendapan akan semakin tinggi.d. Pengaruh pHDestabilisasi partikel koloid dengan penambahan koagulan untuk menghasilkan flok yang baik harus terjadi pada kondisi pH yang optimum.Hal ini berkaitan dengan kelarutan koagulan tersebut di dalam air dengan pH tertentu. Besarnya range pH dipengaruhi oleh jenis dan dosis koagulan yang digunakan serta komposisi kimia dari air baku tersebut.e. Pengaruh alkalinitas Alkalinitas air seperti ion karbonat (HCO3) membantu pembentukan flok dengan peran memproduksi ion-ion hidroksida pada reaksi hidrolisa koagulan.f. Pengaruh kekeruhan airTingkat kekeruhan air berpengaruh terhadap mekanisme pembentukan flok. Pada air dengan kekeruhan rendah proses destabilisasi partikel koloid akan semakin sulit. Pada air dengan kekeruhan tinggi ketidakstabilan koloid akan terjadi dengan cepat.

2.5 Prinsip Jar TestUntuk menentukan dosis yang optimal flokulan dan nilai-nilai parameter lain seperti pH,jenis flokulan yang digunakan dalam proses flokulasi dan sebagainya,dilakukan proses jartest. Jartest merupakan model sederhana proses flokulasi.Proses flokulasi sebenarnya tidak dapat terganggu (Alaerts,1987) . Namun efisiensi proses tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar dan jenis zat tersuspensi, pH larutan, kadar dan jenis flokulan, waktu dan kecepatan pengadukan an adanya beberapa macam ion terlarut yang tertentu ( contohnya posfat). Apabila faktor tersebut tidak optimal dapat menghalangi proses flokulasi. Jar test dapat digunakan untuk mencari nilai-nilai yang optimal melalui percobaan dalam laboratorium.Sesuatu larutan kolodial yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat dianggap stabil bila :a. Partikel kecil terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang lamab. Partikel tersebut tidak dapat menyatu bergabung dan membentuk partikel yang lebih besar dan berat. Karena muatan elektris pada permukaan parikel setanda. Sehingga adddaaa repulsi antara partikel satu dengan yang lainnya.

Dengan pembubuhan flokulan maka stabilitas partikel akan terganggu. Hal ini disebabkan :a. Molekul dari flokulan dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya.b. Flokulan dapat mengendap sebagai flok yang dapat mengurung koloid dan menarik partikel tersebut ke bawah.

2.6 Bahan kimia ntuk proses koagulasi dan flokulasiSecara umum bahan kimia untuk proses koagulasi dan flokulasi dapat dikategorikan menjadi:2.6.1 KoagulanBahan kimia yang dignakan pada proses koagulasi disebut dengan koagulan. Funsi dari koagulan adalah untuk mengurangi kekeruhan warna dan bau dalam air yang mempengaruhi kualitas air.Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi. Zat ini merupkan donor muatan positif yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan partikel ( Hendro david P,2010).Saat ini banyak koagulan yang dapat digunakan dalam proses koagulasi, diantaranya :NamaFormulaBentukReaksi dengan airpH optimum

Aluminium sulfat, alum sulfat,salumAl2(SO4)3.xH2OBongkah bubukAsam

6,0-7,8

Sodium aluminatNaAlO2 atau Na2Al2O4bubukBasa 6,0-7,8

Poli aluminium klorida (PAC)Aln(OH)mCl3n-mCairan,bubukAsam6,0-7,8

Ferri sulfatFe2(SO4)3.9H2OKristal halusAsam4,0-9,0

Ferri kloridaFeCl3.6H2OBongkah,cairanAsam4,0-9,0

Ferri sulfatFeSO4.7H2OKristal halusAsam>8,5

Sumber : hendro david P,20102.6.2 FlokulanFlokulan merupakan bahan kimia yang digunakan dalam proses flokulasi yang dapat menggumpalkan partkel-partikel kecil menjadi gumpalan. Bahan yang biasa digunakan adalah polimer dengan molekul panjang dari bahan alami atau sintetik yang mempunyai gugus aktif dan kemampuan untuk disosiasi.Polimer mahal terdiri atas beberapa jenis : polimer kationik, bermuatan positif,contohnya poliamin polimer anionik,bermuatan negatif,contohnya poliakrilik, untuk pH basa polimer nonionik, tidak bermuatan, contohnya poliakrilamid,untuk pH netral bentuk : padatan,cairan emulsi,cairan kental,cairan basa kemurnian dan kelarutan tinggi endapan sangat sedikit dosis rendah antara 1-3 ppm

Sumber : utilitas 1

III. METODOLOGI PERCOBAAN3.1 Alan dan BahanAlatJumlahBahanJumlah

Turbidimeter1 unitLimbah pertanian (sungai sebrang POLBAN)15 liter

pH meter1 unitPAC1%

Peralatan jartest1 unitFlokulan quaclear 0,1%

Gelas kimia 1000 mL8 buah

Gelas kimia 100 mL2 nuah

Gelas ukur 1000mL1 buah

Pipet Volum 10 ml1 buah

Kerucut inhoff 12 buah

Bola hisap1 buah

3.2 Langkah Kerjaa. Penentuan Dosis Optimum Koagulan

b. Penentuan Dosis Optimum Koagulan

3.3 Data Pengamatan dan Pengolahan Data3.3.1 Penentuan Koagulan OptimumKondisi umpan:Kekeruhan: 35,28 NTUpH: 6,68Volume koagulan (ml)Kekeruhan (NTU)Volume endapan (ml)Konsentrasi koagulan (ppm)

212.892.525

65.424.2575

105.386125

145.876.5175

185.9913225

227.9112275

Grafik Hubungan Volume Koagulan terhadap Kekeruhan dan Tinggi Endapan

3.3.2 Penentuan Flokulan OptimumBerdasarkan Grafik yang terbentuk diatas, volume koagulan yang paling optimum adalah 18 mL sehingga pada penentuan Flokulan optimum digunakan volume koagulan sebesar 18 mL pada setiap sampelVolume koagulan: 18 mLVolume flokulan (ml)Kekeruhan (NTU)Volume endapan (ml)pHKonsentrasi flokulan (ppm)

06.53

19.629.54.481.25

26.62124.582.5

36.71104.743.75

47.317.54.765

57.1494.756.25

65.819.54.757.5

Grafik Hubungan Volume Flokulan terhadap Kekeruhan dan Tinggi Endapan

Berdasarkan grafik yang terbentuk di atas didapatkan volume optimum flokulan adalah sebesar 0 ml

IV. PEMBAHASANPada praktikum ini, dilakukan penentuan kadar optimum koagulan untuk pengolahan air sungai limbah pertanian yang berada di daerah Sarijadi, Bandung. Air limbah memiliki kekeruhan sebesar 35,28 NTU dan pH 6,68. Koagulan Polyaluminum Chloride (PAC) dapat bekerja pada rentang pH 6 sampai dengan 9. Sehingga, penambahan koagulan PAC tepat apabila langsung ditambahkan pada air limbah tersebut.Pada saat penentuan kadar koagulan, variasi konsentrasi koagulan yang ditambahkan adalah 25 ppm, 75 ppm, 125 ppm, 175 ppm, 225 ppm, dan 275 ppm. Penentuan dilakukan pada metoda jartest selama 1 menit dengan kecepatan 100 kali putaran per menit. Tujuan pengadukan ini adalah untuk mempertemukan partikel koloid dan koagulan, sehingga semakin cepat pengadukan maka akan semakin cepat berkontak. Setelah pengadukkan, air limbah diendapkan pada imhoff cone selama 1 jam.Dari hasil percobaan, volume endapan yang paling banyak yaitu sebesar 13 ml, merupakan akibat dari penambahan koagulan sebesar 225 ppm. Selain itu, kekeruhannya pun kecil. Maka, semakin tinggi kadar koagulan, semakin banyak pula endapan yang terebentuk. Namun, apabila kadar koagulan yang ditambahkan terlalu banyak, maka justru akan memperkeruh air limbah. Terbukti dari penambahan koagulan sebanyak 275 ppm yang memiliki kekeruhan tinggi dan volume endapan yang lebih sedikit. Koagulan yang terlalu banyak akan membuat zat padat dalam air menjadi tersuspensi yang terapung-apung pada badan air yang akhirnya malah mengotori. Oleh karena itu, pemberian koagulan harus efisien dan menghasilkan produk air bersih seoptimal mungkin.Koagulasi memiliki kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap membentuk flok (gabungan partikel kecil). Flok dari partikel-partikel tersebut selanjutnya digabungkan menjadi ukuran dan beratnya yang lebih besar agar mudah mengendap melalui proses flokulasi. Flokulan yang ditambahkan yaitu Poli Akril Amida (PAA) yang merupakan cairan yang sangat viskos, sulit larut dalam air, sehingga kadar yang ditambahkan hanya sedikit saja. Dalam pengolahan air, PAA merupakan suatu polielektrolit yang memiliki berat molekul yang sangat tinggi sehingga efektif untuk menggabungkan flok menjadi ukuran yang lebih besar. Untuk mengetahu pengaruh penambahan flokulan, caranya yaitu menambahan kadar koagulan optimal dari percobaan sebelumnya, kemudian ditambahkan dengan flokulan dengan kadar 1,25 ppm, 2,5 ppm, 3,75 ppm, 5 ppm, 6,25 ppm, dan 7,5 ppm.Penentuan dilakukan pula dengan metoda jartest selama 10 menit dengan kecepatan 60 kali putaran per menit. Pengadukan yang lebih lambat ini bertujuan untuk menggumpalkan flok-flok menjadi ukuran yang lebih besar, kemudian akan beragregasi dengan partikel-partikel tersuspensi lainnya. Pengadukan pelan akan memperpendek jarak antar partikel sehingga gaya tarik menarik antar partikel menjadi lebih besar dan dominan dibanding gaya tolaknya, yang menghasilkan kontak dan tumbukan antar partikel yang lebih banyak dan lebih sering. Kontak inilah yang menggumpalkan flok-flok bmenjadi lebih besar.Dari hasil percobaan, penambahan flokulan tidak menurunkan kekeruhan air, tetapi justru sebaliknya. Volume endapan yang didapatkan pun lebih kecil dari 13 ml, atau lebih kecil dari hasil penambahan kadar optimum koagulan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penambahan flokulan tidak selalu memberikan air hasil penjernihan yang baik karena pembentukkan flok yang terlalu besar mengakibatkan flok-flok tersebut mengapung pada badan air sehingga menjadikan air menjadi keruh. Selain itu, penambahan koagulan PAC dan flokulan PAA membuat air olahan menjadi asam (pH sekitar 4). Hal tersebut diakibatkan karena terdapatnya ion hidrogen bebas yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis yaitu ketika koagulan bereaksi dengan air. Secara umum, semakin banyak koagulan yang digunakan maka penurunan pH akan semakin tinggi.Menurut praktikan, proses yang optimal merupakan yang memilki kekeruhan kecil dan volume endapan yang besar. Dari hasil praktikum, hasil optimal didapatkan akibat dari penambahan 225 ppm koagulan dan 0 ppm flokulan, menjadikan air olahan memiliki kekeruhan 5,99 NTU. Dapat dikatakan pula untuk keefektifan koagulan dalam menjernihkan air limbah hasil pertanian ini, berdasarkan data kekeruhan adalah sebesar 83%.

V. SIMPULAN

Air limbah yang dianalisis memiliki kekeruhan sebesar 35,28 NTU dan pH 6,68, sehingga koagulan PAC dapat langsung digunakan karena bekerja pada rentang pH 6-9 Pada saat penentuan kadar koagulan, variasi konsentrasi koagulan yang ditambahkan adalah 25 ppm, 75 ppm, 125 ppm, 175 ppm, 225 ppm, dan 275 ppm. Penentuan dilakukan pada metoda jartest Pengadukan pada penentuan koagulan bertujuan untuk mempercepat pertemuan antar partikel sehingga lebih mudah membentuk endapan yang lebih besar. Dengan demikian, dapat ditentukan dosis koagulan optimum, dilihat dari banyaknya endapan, namun tidak menambah kekeruhan limbah karena penambahan koagualan yang berlebihan. Adapun dosis koagulan optimum yang didapatkan adalah 225 ppm Setelah itu, dilakukan penetapan dosis flokulan optimum dengan metode jartest namun dengan pengadukan yang lebih lambat agar endapan yang terbentuk tidak pecah. Adapun variasi kadar flokulan adalah 1,25 ppm, 2,5 ppm, 3,75 ppm, 5 ppm, 6,25 ppm, dan 7,5 ppm. Dari hasil percobaan, penambahan flokulan tidak menurunkan kekeruhan air, tetapi justru sebaliknya. Dari hasil praktikum, hasil optimal didapatkan akibat dari penambahan 225 ppm koagulan dan 0 ppm flokulan, menjadikan air olahan memiliki kekeruhan 5,99 NTU.

DAFTAR PUSTAKAPatar, Hendro David. 2010. Evaluasi Pemakaian Koagulan untuk menentukan kekeruhan air baku pada mini trestment Cibeureum PDAM kota Bandung. BandungSantika, Sri Sumestri. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional