PEMERIKSAAN FISIK

17
. PEMERIKSAAN FISIK Tehnik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya. Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar(jelas terlihat ) tingkat tekanan intraokuler. Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sitematis, biasanya dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata di evaluasi lebih dahulu, kemudian diperiksa struktur internal. Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus maksilaris, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan pupil. Ketika melakukan pemeriksaan dari luar ke dalam, perawat : a. Melakukan obsevasi keadaan umum mata dari jauh. b. Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata diinspeksi warna,keadaan kulit, dan ada tidaknya serta arahnya tumbuhnya bulu mata. c. Catat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya benda asing.

description

pemeriksaan fisik pada pasien

Transcript of PEMERIKSAAN FISIK

Page 1: PEMERIKSAAN FISIK

.       PEMERIKSAAN FISIK

Tehnik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah

inspeksi dan palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan

sumber cahaya. Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas

dan untuk mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi

secara kasar(jelas terlihat )  tingkat tekanan intraokuler.

Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan

sitematis, biasanya dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata di evaluasi

lebih dahulu, kemudian diperiksa struktur internal. Struktur eksternal mata diperiksa

terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus

maksilaris, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan pupil.

Ketika melakukan pemeriksaan dari luar ke dalam, perawat  :

a.       Melakukan obsevasi keadaan umum mata dari jauh.

b.      Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata diinspeksi

warna,keadaan kulit, dan ada tidaknya serta arahnya tumbuhnya bulu mata.c.       Catat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya

benda asing.

G.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.       Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral

penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,lensa, akueus atau vitreus

humor, kesalahan refraksi,  atau penyakit sistem saraf atau penglihatan ke retina atau jalan

optik.

2.       Lapang penglihatan         : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, massa tumor pada

hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.

Page 2: PEMERIKSAAN FISIK

3.       Pengukuran tonografi    : mengkaji intraorkuler (TIO)(NORMAL 12-25 mm Hg).

Pengukuran gonioskopi                  : membantu membedakan sudut terbuka atau sudut

tertutup glaukoma.

4.       Test provokatif                 : digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaukoma bila TIO

normal atau hanya meningkat ringan.

5.       Pemeriksaan oftalmoskopi          : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atropi lepeng

optik, papiledema, pendarahan retina,dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan

belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.

6.       Darah lengkap, laju sedimentasi (LED)    : menunjukan anemia sistemik/ infeksi.

EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid       : dilakukan untuk memastikan

arterosklerosis, PAK.

7.       Test toleransi glaukosa/ FBS        : menentukan adanya/kontrol diabetes.

H.     PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembesaran

laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru

yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar

melalui kanula (Pokalo, 1992).

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi kuat sampai titik

dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya

konservatif. pentingnya di kaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien.

Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktifitas

rekreasi, menyetir mobil, dan kemampuan bekerja, sangat penting untuk menentukkan

terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk

berkerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang

terbaik dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila pandangan tajam

mempengaruhi keamanan atau kwalitas hidup, atau bila virsualisasi segmen posterior

sangat perlu mengevalusi perkembangan berbagi penyakit retina atau saraf optikus, seperti

pada diabetes dan glaukoma.

Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang

berusia lebih dari 65. masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia lokal

Page 3: PEMERIKSAAN FISIK

berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis.

Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.

Pengamblian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya.

Dukungan finansial dan psikososial dan konsekuensi pembedahan harus dievaluasi, karena

sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi.

Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi lokal (retrobulbar atau peribulbar),

yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi

perasaan klaustreofobia sehubungan dengan graping bedah. Anestesi umum diperlukan

bagi yang tidak bisa menerima anestesi lokal, yang tidak mampu bekerjasama dengan

alasan fisik atau psikologis, atau yang tidak berespon terhadap anestesi lokal.

Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak: ekstrasi

intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan

yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabakan glaukoma

atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopatidiabetika.  

I.        PENCEGAHAN

Perawat sebagai anggota penting tim perawatan  kesehatan, dan sebagai pendidik

dan praktiksi kebiasaan kesehatan yang baik, dapat memberikan pendidikan dalam hal

asuhan mata, keamanan mata, dan pencegahan penyakit mata. Perawat dapat mencegah

membantu orang belajar bagaimana mencegah kontaminasi silang  atau penyebaran

penyakit infeksi kepada orang lain melalui praktek higiene yang baik. Perawat dapat

mendorong pasien melakukan pemeriksaan berkala dan dapat merekomendasikan cara

mencegah cedera mata.

Kapan dan seringnya mata seseorang harus diperiksa tergantung pada usia pasien,

faktor resiko terhadap penyakit dan gejala orkuler. Orang yang mengalami gejala orkuler

harus segera menjalani pemeriksaan mata. Mereka yang tidak mengalami gejala tetapi

yang berisiko mengalami penyakit mata orkuler harus menjalani pemeriksaan mata berkala.

Pasien yang menggunakan obat yang dapat mempengaruhi mata, seperti kortekosteroid,

hidrokksikloroquin sulfat, tioridasin HCI, atau amiodarone, harus diperiksa secara teratur.

Yang lainya harus menjalani evaluasi glaukoma rutin pada usia 35 dan reevaluasi berkala

setiap 2 sampai 5 tahun.

J.        KOMPLIKASI

Page 4: PEMERIKSAAN FISIK

Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa : visus tidak akan mencapai 5/5.

Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan

mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi berupa glukoma dan uveitis.

BAB IIIASKEP KATARAK

A.      PENGKAJIAN

Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah

1.       Identitas

Nama                            : Tn./Ny./ An

Usia                               : Bisa terjadi pada semua umur

Jenis kelamin             : laki-laki dan perempuan

Alamat                          :

Dan keterangan lain mengenai identitas pasien. Pada katarak kongenital biasanya terlihat

pada usia dibawah 1 tahun, sedangkan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia

Page 5: PEMERIKSAAN FISIK

<40 tahun, pasien dengan katarak persenil terjadi pada usia sesudah 30 – 40 tahun,dan

pasien dengan katarak senilis terjadi pada usia >40 tahun.

2.       Keluhan utama:

-          Penglihatan kabur

-          Persepsi warna turun

-          Diplopia dan visus menurun

-          Ada hailo

-          Penglihatan memburuk pada siang hari/silau

-          Mata basah

Perawat harus menentukan apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua mata dan

berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.

3.       Riwayat penyakit dahulu

-          Akibat trauma

-          Akibat radasi

-          Penggunaan kortikosteroid yang lama

-          Kelainan congenital

-          Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,

pembedahan mata sebelumnya , dan penyakit metabolic lainya yang memicu resiko

katarak.

4.       Riwayat penyakit sekarang

-          Penglihatan kabur

-          Persepsi warna turun

-          Diplopia dan visus menurun

-          Ada hailo

-          Penglihatan memburuk pada siang hari

Merupakan penjelasan dari keluhan utama.

5.       Riwayat keluarga

Page 6: PEMERIKSAAN FISIK

-          Katarak bisa karena kongenital

-          Adanya riwayat kelainan mata famili derajat pertama.

Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi kesalahan

konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.

B.      DATA DASAR PENGKAJIAN

1.       Aktifitas/istirahat

-          Gejala           : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan

penglihatan.

2.       Makanan/cairan

-          Gejala           : muntah/mual (glaukoma akut ).

3.       Neurosensori

-          Gejala           : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau

dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan

dekat/ merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran

cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma akut ).

Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

-          Tanda            : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ). Pupil menyempit

dan merah/mata keras dengan kornea berawan ( glaukoma darurat ). Peningkatan air mata.

4.       Nyeri/ketidaknyamanan

-          Gejala           : ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/

berat menetap atau tekanan pada sekitar mata,sakit kepala (glaukoma akut).

5.       Penyuluhan/ pembelajaran

-          Gejala           : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat

stres, alergi, gangguan vasomotor,(contoh peningkatan tekanan vena ), ketidakseimbangan

endokrin, diabetes (glaukoma). Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

Page 7: PEMERIKSAAN FISIK

C.      Diagnosa Keperawatan

a.       Pre operasi1.       Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori atau status organ indera.

2.       Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –

kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.

3.       Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak

mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.

4.       Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan

5.       Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.

b.      Post operasi

1.       Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.

2.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh

3.       Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori atau status organ indera.

4.       Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –

kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.

D.     INTERVENSI KEPERAWATAN

  Diagnosa 1

Page 8: PEMERIKSAAN FISIK

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan visusTujuan : menunjukkan perubahan prilaku pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.

Intervensi Rasional

1.   Diskusi tentang pembatasan aktivitas

2.   Ambulasi dengan bantuan berikan kamar mandi khusus

3.   Dorong nafas dalam bentuk untuk bersihan paru

4.   Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres, contoh bimbingan imajinasi, visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi

5.   Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi

6.   Berikan obat sesuai indikasi antiemetic

1.  Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan

2.  Memerlukan sedikit dari pada pispot yang dapat menyebabkan TIO

3.  Batuk meningkatkan TIO

4.  Meningkatkan relaksasi dan koping menurunkan TIO

5.  Digunakan untuk melindungi dari cidera dari kecelakaan untuk menurunkan gerakan mata

6.  Mual/muntah dapat meningkatkan TIO, memerlukan tindakan segera untuk mencegah cidera okuler

          

                         Diagnosa 2

Infeksi resiko tinggi terhadap prosedur invasifTujuan : menunjukkan perubahan prilaku pola hidup dan meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan demam serta mencegah/menurunkan resiko infeksi.

Intervensi Rasional

Mandiri1.   Diskusikan pentingnya mencuci tangan

sebelum menyentuh/mengobati mata2.   Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk

membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan masukkan lensa kontak bila

3.   Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah area kontaminasi area operasi

4.   Teknik aseptic menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang

Page 9: PEMERIKSAAN FISIK

menggunakan.3.   Tekankan pentingnya tidak

menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi.4.   Observasi tanda terjadinya infeksi contoh

kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulen. Identifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.

Kolaborasi1.      Berikan obat sesuai indikasi:

Antibiotik (topical, parenteral, atau subkonjungtival)

2.      Steroid

5.   Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi

6.   Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlikan upaya intervensi. Adanya ISK meningkatkan adanya resiko kontaminasi silang.

1.   Topikal digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi.

2.   Digunakan untuk menurunkan inflamasi.

  Diagnosa 3

Intoleransi aktivitas berhubunan denan peningkatan TIOTujuan : menyatakan pemahaman faktor yang terlibat kemungkinan cedera

Intervensi Rasional

Mandiri1.   Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi

tentang nyeri pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata

2.   Beri pasien posisi bersandar, atau miring ke sisi yang tidak sakit sesuai keinginan

3.   Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk

4.   Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi

5.   Dorong nafas dalam, batuk untuk bersih paru6.   Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi

7.   Minta pasien untuk membedakan antara

1.       Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan

2.      Istirahat beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan resiko perdarahan atau stres pada jahitan terbuka

3.      Menurunkan stress pada area operasi/menurunkan tio

4.      Memerlukan sedikit regangan dari pada penggunaan pispot yang dapat meningkatkan tio

5.      Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO

6.      Digunakan untuk melindungi dari cedera

Page 10: PEMERIKSAAN FISIK

ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam tiba-tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hipema (perdarahan pada mata) pada mata dengan senter sesuai indikasi.

8.   Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.

Kolaborasi1.   Berikan antiemetik sesuai indikasi

2.   Berikan analgesic

kecelakaan dan menurunkan gerakan mata7.      Ketidaknyamanan mungkin karena prosedur

pembedahan, nyeri akut menunjukkan TIO atau perdarahan, terjadi karena regangan .

8.      Menunjukkan proptar iris atau rupture luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau tekanan mata.

1.      Mual/muntah dapat meningkatkan TIO, memerlukan tindakan segera untuk mencegah cedera intraokuler.

2.      Digunakan untuk ketidaknyamanan ringan, meningkatkan istirahat/mencegah gelisah yang dapat mempengaruhi TIO.

  Diagnosa 4

Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada lensa mata.Tujuan : klien akan mendemontrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses rangsangan visual dan mengomunikasikan pembatasan pandangan.

Intervensi Rasional

1.      Kaji dan dokumentasikan ketajaman penglihatan (visus) dasar

2.      Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien

3.      Adaptasikan lingkungan dengan kebutuhan  visual klien dengan cara orientasikan klien padalingkungan

4.      Letakkan alat-alat yang sering digunakan dalam pandangan klien (seperti, tv control, teko, tisu)

5.      Berikan pencahayaan yang paling sesuai dengan klien

6.      Cegah glare (sinar yang menyilaukan)

1.      Menentukan seberapa bagus visus klien

2.      Memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimana hal tersebut memengaruhi perawatan

3.      Memfasilitasi kebebasan bergerak dengan aman

4.      Mengemambangkan tindakan indevenden dan meningkatkan keamanan

5.      Meningkatkan penglihatan klien lokasi katarak akan memengaruhi apakah cahaya gelap atau terang yang lebih baik

6.      Mencegah distres. Katarak akan memecah

Page 11: PEMERIKSAAN FISIK

7.      Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat

8.      Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, birara dan menyentuh sering

9.      Orientasikan pasien terhadap lingkungan dan orang lain di areanya

10.   Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan ferifer hilang. Dan buta titik mungkin ada

11.  Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata

12.  Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan pada sisi yang tak dioperasi

sinar lampu yang akan menyebabkan distres7.      Kehilangan pengihatan terjadi lambat dan

progresif, tiap mata dapat berlanjut dengan laju yang berbeda, tetapi biasanya hanya satu mata yang diperbaiki per prosedur.

8.      Memberikan rangsangan sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung

9.      Memberikan peningkatan kenyamanan, menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperasi

10.  Perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi

11.  Gangguan penglihatan iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan

12.  Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah

  Diagnosa 5

Ansietas berdasarkan kehilangan penglihatanTujuan : tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat

diatasi

Intervensi Rasional

1.   Kaji tingkat ansietas derajat pengalaman nyeri/timbulnya secara tiba-tiba dan

1.      Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas

Page 12: PEMERIKSAAN FISIK

pengetahuan kondisi saat ini

2.   Dorong pasien untuk mengukur masalah dan mengekspresikan perasaan

3.   Identifikasi sumber orang yang mendorong

dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO

2.      Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata mengklasifikasi salah satu konsepsi dan pemecahan masalah

3.      Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah

  Diagnosa 6

Kurang pengetahuan berhubungn dengan perawatan/pengobatanTujuan : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan

INTERVENSI RASIONAL

1.      Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur lensa

2.      Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas

3.      Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung, penggunaan sprey, bedak bubuk, merokok

4.      Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari pembedahan atau penutup padaa malam

5.      Anjurkan pasien tidur telentang mengatur intensitas lampu dan menggunakan kaca mata gelap bila keluar atau dalam ruangan terang, batuk dengan mulut atau mata terbuka

1.      Meningkatkan pamahaman dan kerja sama dengan program pasca operasi

2.      Dapat bereaksi silang campur dengan obat yang diberikan

3.      Aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau regang atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan

4.      Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan resiko peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala

5.      Mencegah cedera kecelakaan pada mata

Page 13: PEMERIKSAAN FISIK

E.   ImplementasiMelaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan

dan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien dan tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pencegahan deteriosasi visual yang lebih berat , pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan tanpa komplikasi.

F.    EvaluasiMelakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang

telah dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil yang diharapkan :

1.    Mengalami peredaan nyeri.2.    Tampak tenang dan bebas dari ansietas.3.    Menghadapi keterbatasan dalam persepsi sensori.4.    Menerima program penanganan dan menjalankan  anjuran secara aman dan tepat.5.    Mempraktikan aktifitas perawatan diri secara efektif.6.    Berpartisipasi dalam aktifitas diversional dan sosial.7.    Mengucapkan pemahaman program terapi, perawatan tindak lajut, dan kunjungan

ke  dokter

Penggunaan Elektrokardiogram hanya dilakukan :1. Sesuai indikasi / ketentuan 2. Atas instruksi dokter.

Langkah-langkah pemasangan EKG 

1. Atur Posisi Pasien, posisi pasien diatur terlentang datar 2. Buka dan longgarkan pakaian pasien bagian atas, bila pasien memakai jam tangan, gelang,

logam lain agar dilepas 3. Bersihkan kotoran dengan menggunakan kapas pada daerah dada, kedua pergelangan

tangan dan kedua tungkai dilokasi manset elektroda.4. Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda.

Page 14: PEMERIKSAAN FISIK

5. Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai.6. Memasang arde.7. Menghidupkan monitor Elektrokardiogram.8.  Menyambungkan kabel Elektrokardiogram pada kedua tungkai pergelangan tangan dan

kedua tungkai pergelangan kaki pasien, untuk rekaman ekstremitas lead (Lead I, II, III, AVR, AVL, AVF) dengan cara : 

Warna merah pada pergelangan tangan kanan  Warna hijau pada kaki kiri Warna hitam pada kaki kanan. Warna kuning pada pergelangan tangan kiri. Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead 

   o V1 pada interkosta keempat garis sternum kanan   o V2 pada interkosta keempat garis sternum kiri   o V3 pada pertengahan V2 dan V4   o V4 pada interkosta kelima garis pertengahan clavikula kiri   o V5 pada axila sebelah depan kiri   o V6 pada axila sebelah belakang kiri

   9.   Melakukan kalibrasi dengan kecepatan 25 mili/detik  10.  Bila rekaman Elektrokardiogram telah lengkap terekam, semua elektroda yang melekat ditubuh pasien dilepas dan dibersihkan seperti semula.  11.  Pasien dibantu merapihkan pakaian