PEMERIKSAAN FISIK

6
PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik antara lain pemeriksaan lengkap kepala dan leher, pemeriksaan mikroskopis telinga, pemeriksaan saluran pernafasan atas dan pemeriksaan nervus kranialis (N III- NXII). Penemuan pada pemeriksaan fisik dapat berupa infeksi, neoplasma dan trauma Penyebab infeksi ditandai dengan adanya otorea, discharge purulent pada telinga tengah, atau adanya cholesteatoma Penyebab neoplasma ditandai dengan adanya kelemahan yang progresif, lesi pada tulang temporal dan parotis, kelemahan segmental Kontusio dan laserasi pada tempat dimana nervus kranialis berada, battle sign (ekimosis mastoid), atau adanya hemotimpanum mengindikasikan adanya trauma Multipel defisit nervus kranialis mengindikasikan adanya infeksi intrakranial atau basis cranii, neoplasma pada tulang temporal atau kelainan neurologis seperti Guillain-Barre syndrome Pemeriksan fisik fokus pada fungsi motor dari nervus fasialis dengan membandingkan gerakan wajah pada sisi yang terkena dan sisi yang tidak terkena. Pasien kemudian diperiksa seluruh ekspresi wajahnya dan pemeriksa melihat pergerakan dari masing-masing sisi yang tidak terkena maupun yang terkena Pasien diminta untuk menaikkan alis, menutup mata serapat mungkin, mengerutkan hidung, tersenyum lebar, menciutkan mulut, dan mnggertakkan gigi. Penyebab tersering paralisis fasial akut adalah Bell Palsy, penyebab tersrring kedua adalah trauma. Bukan Bell Palsy apabila ada tanda dibawah ini : tanda dari tumor, vesikel, keterlibatan multiple saraf kranialis, infeksi tulang temporal, trauma, palsy pada saat lahir, tanda lesi pada sistem nervus sentral, dan infeksi akut mononukleosis Paralisis bilateral N.VII hanya terjadi pada sekitar 1% pasien dengan penyebab nya adalah tumor batang otak, infeksi intrakranial atau

description

px fisik

Transcript of PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan fisik antara lain pemeriksaan lengkap kepala dan leher, pemeriksaan mikroskopis telinga, pemeriksaan saluran pernafasan atas dan pemeriksaan nervus kranialis (N III- NXII).Penemuan pada pemeriksaan fisik dapat berupa infeksi, neoplasma dan traumaPenyebab infeksi ditandai dengan adanya otorea, discharge purulent pada telinga tengah, atau adanya cholesteatomaPenyebab neoplasma ditandai dengan adanya kelemahan yang progresif, lesi pada tulang temporal dan parotis, kelemahan segmentalKontusio dan laserasi pada tempat dimana nervus kranialis berada, battle sign (ekimosis mastoid), atau adanya hemotimpanum mengindikasikan adanya traumaMultipel defisit nervus kranialis mengindikasikan adanya infeksi intrakranial atau basis cranii, neoplasma pada tulang temporal atau kelainan neurologis seperti Guillain-Barre syndromePemeriksan fisik fokus pada fungsi motor dari nervus fasialis dengan membandingkan gerakan wajah pada sisi yang terkena dan sisi yang tidak terkena. Pasien kemudian diperiksa seluruh ekspresi wajahnya dan pemeriksa melihat pergerakan dari masing-masing sisi yang tidak terkena maupun yang terkenaPasien diminta untuk menaikkan alis, menutup mata serapat mungkin, mengerutkan hidung, tersenyum lebar, menciutkan mulut, dan mnggertakkan gigi.Penyebab tersering paralisis fasial akut adalah Bell Palsy, penyebab tersrring kedua adalah trauma.Bukan Bell Palsy apabila ada tanda dibawah ini : tanda dari tumor, vesikel, keterlibatan multiple saraf kranialis, infeksi tulang temporal, trauma, palsy pada saat lahir, tanda lesi pada sistem nervus sentral, dan infeksi akut mononukleosisParalisis bilateral N.VII hanya terjadi pada sekitar 1% pasien dengan penyebab nya adalah tumor batang otak, infeksi intrakranial atau keganasan, fraktur basis cranii yang luas, Guillain-Barre sindrom, dan Lyme diseasePEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan audiometri nada murni dan audiometri tutur direkomdasikan karena permasalahan sering bermula pada tulang temporal dan Nervus kranialis VII dan VIII yang berada di fossa posterior Pemeriksaan topografi (Schirmer test, pemeriksaan reflek stapedius, elektrogustatometri, dan salivary flow) diperlukan untuk menentukan letak lesi dan menetukan prognostikImaging lebih efisisen untuk diagnosis (terutama bila etiologi tidak diketahui secara pasti) dan diperlukan bila paralisis nya terjadi rekuren dan atipikalCT SCAN diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab fasial paralisis yang berhubungan dengan destruksi tul;ang (Cholesteatoma, mastoiditis, tumor, dan trauma tulang temporal)MRI lebih baik digunakan apabila kecurigaan penyebab fasial paralisis adalah karena adanya infeksi atau adanya neoplasma pada saraf (fasial palsy yang idiopatik, herpez zoster oticus, dan fasial scwanoma)Paralisis komplit memerlukan pemeriksaan elektrofisiologi untuk menentukan derajat degenerasi dan prognosis untuk sembuhTes schirmer digunakan untuk mengukur jumlah air mata. Berkurangnya jumlah air mata memerlukan terapi yang menyeluruh terutama pada kornea.PATOFISIOLOGI CEDERA SARAFCedera saraf dideskripsikan sebagai Neurapraxia, Axonotmesis, Neurotmesis1. Neurapraxia ketika terjadi lesi yang mengkompresi / menghambat aliran axoplasm dari badan sel saraf menuju axon distalSaraf akan berfungsi normal kembali apabila hambatan diambilPemeriksaan NST, MST, EnoG dalam batas normal, namun EMG menunjukkan tidak adanya aktivitas motorik volunter yang disebabkan oleh hambatan tersebut2.Axonotmesis degenerasi Wallerian yang terletak distal dari lesi dengan karakteristik proteksi dengan kantong endoneural pada axon motorik. Pemeriksaan NST, MST, EnoG menunjukan degenerasi yang cepat dan komplit, EMG tidak mwnunjukkan adanya aktivitas motorik, sampai paada hari ke 10-14 yang menunjukkan fibrilasi myogenik3. Neurotmsis Lesi terletak pada degenerasi Wallerian dan hilanya tubul endoneuralPemeriksaan elektrofiologik hasilnya hampir sama dengan yang Axonotmesis

TES ELEKTROFISIOLOGIKTes yang digunakan untuk menetukan progosis kembalinya fungsi saraf adalah NET (Nerve Excitability Test) MST (Maximal Stimulation Test) ENoG (Elektroneurography) EMG (Elektromyography)

NST, MST dan EnoG paling baik digunakan untuk evaluasi paralisis akut (ketika saraf masih pada tahap degenerasi)NST akan memberikan gambaran peningkatan perbedaan ambang dari satu sisi ke sisi lainMST menunjukkan derajat yang lebih berat pada kelemahan wajahEnoG menunjukkan rendahnya prosentase pada neuron motorik.

Test ini tidak diindikasikan pada pasien : Paresis (pada pemeriksaan pergerakan wajah mengindikasikan bahwa sarafnya intak, neurapraxic primer dengan proognosis yang baik untuk penyembuhanParalisis fasialis karena Bell Palsy, trauma, dan herpes zooster oticus degenerasi saraf biasanya terjadi pada 3 minggu pertama setelah timbulnya gejala palsy NET, MST, dan EnoG dinilai paling akurat diukur pada saat tersebut

False positif dapat terjadi pada 3 pemeriksaan ini yang mennggambarkan telah komplitnya degenerasi saraf.

Pemeriksaan EMG dengan kombinasi NET, MST dan EnoG, bertujuan untuk mengurangi terjadinya hasil false positif

HERPES ZOOSTER OTICUS

Virus varizella zooster menyebabkan infeksi laten pada ganglia nervus kranialis pada saat infeksi pertama kali terjadiVirus dalam fase laten ini akan dapat teraktivasi beberapa tahun kemudian dengan mekanisme yang belum diketahui secara pastiReaktivasi virus ini pada ganglion genikulatum menyebabkan terjadinya Herpes Zooster Oticus atau Ramsay Hunt SyndromePada pasien tersebut terjadi fasial paralisi akut, nyeri telinga berat, erupsi vesikel pada CAE dan KonkaGejala SNHL dan disfungsi vestibular dapat terjadi pada lebih dari 30% pasienRamsay Hunt sindrom insidensinya meningkat seiring dengan usia, dan prognosis untuk terjadi recovery spontan pada fungsi saraf lebih buruk dibandikan Bell PlasyKembalinya facial movement terjadi pada 50% pasien, lainya mengalami kelemahan dengan derajat berbeda-beda, synkinesis, kontraktur, dan spasme.Degenerasi pada herpes zooster oticus terjadi dalam waktu 3 minggu dan lambat, dan regenerasi dapat terjadi 3-6 bulan sebelum pada akhirnya facial movement mulai terlihat nyata pada pemeriksaan fisikPada penelitian Jackson et al didapatkan, pada biopsi eksisional tampak adanya demarkasi antara saraf normal dan saraf yang terkena pada segmen labirin dimana bagian distal dan proximal dari saraf menujukkan gambaran normalManajemen Herpes Zooter Oticus :Terapi antiviral Mengurangi nyeri dan memperpendek resolusi lesi pada kulit( Valacyclovir 1000mg diberikan 3 x sehari selama 7 hari atau Famciclovir 500 mg 3x sehari selama 7 hari)Steroid Prednisone 400-500 mg diberikan dalam dosis terbagi selama 7-10 hariTerapi bedah dekompresi masih dalam tahap diteliti

OTITIS MEDIA DAN PARALISIS FASIALIS

Fasial paralisis dapat merupakan komplikasi dari Otitis Media Supuratif Akut, Otitis Media Efusi, Otitis Media Kronik, dan Mastoiditis.Infeksi pada canalis fallopi dapat menyebabkan inflamasi dan edema neural.Terapi harus segera diberikan untuk mengeradikasi infeksi(Pada OME dilakukan myringotomi untuk drainase dan hasil cairan aspirasi nya kemudian dikultur untuk menentukan antibiotik yang sesuai)Insidensi fasial paralisis yang berhubungan dengan OMA adalah 1; 20.000 kasus dan biasanya terjadi pada anak-anak dengan prognosis yang baik. Kembalinya fungsi normal saraf fasialis seiring dengan tertanganinya infeksi pada OMA.Fasial paralisis yang berhubungan dengan Otitis Media Kronik, cholesteatoma, dan osteomyelitis pada basis cranii memberikan prognosis yang lebih buruk. Perkembangan paralisis fasial ke arah yang lebih berat dan tidak terdeteksi menunjukkan adanya cedera iskemik dari nervusAntibiotik dan aural toilet diberikan sebagai terapi awal, dan apabila membran tympani intak dilakukan myringotomiCT Scan berfungsi untuk evaluasi canalis fallopi sebelum terapi bedahBedah tympanomastoid diperlukan untuk mengeradikasi jaringan yang terinfeksi pada telinga tengah dan mastoid dan diakukan pula Identifikasi N.VII dengan hati-hati. Jaringa granulasi, matrix cholesteatoma, dan tulang yang terinfeksi dipisahkan dan mencegah seminimal mungkin terjadinya cedera iatrogenik.Fungsi N.VII dapat kembali bila onset paralisis nya akut dan inisiasi terapi sudah diberikan. Fasial paralisis yang sudah terjadi selama berminggu-minggu atau lebih jarang terjadi perbaikan

TRAUMA

Cedera nervus dapat terjadi karena trauma tumpul, trauma tajam / penetrasi, dan trauma iatrogenikAnamnesis, Pemeriksaan fisik, imaging, dan pemeriksaan eleltrofisiologis penting dilakukan untuk melihat adanya keungkinan recovery spontan