PEMERIKSAAN FISIK

13
PEMERIKSAAN FISIK MULUT A. Pengertian Pemeriksaan fisik mulut yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan pada mulut dengan atau tanpa alat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya. Teknik pemeriksaan pada mulut meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi (dilakukan hanya pada gigi). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan mulut yaitu : Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi duduk Pencahayaan harus baik, sehingga semua bagian dalam mulut dapat diamati dengan jelas. Pengkajian di mulai dengan mengamati bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut dan palatum/langit-langit mulut, kemudian faring. B. Indikasi 1. Pasien yang terinfeksi HIV 2. Stomatitis 3. Kanker orofaring 4. Gigi yan terinfeksi C. Kontra indikasi 1. Klien dengan kondisi spasme 2. Klien dengan kondidi koma D. Tujuan Tujuan dari pemeriksaan fisik mulut adalah untuk : 1. mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya yaitu membedakan kondisi sehat dan penyakit. 2. Menentukan kebutuhan hygiene oral 3. Menentukan terapi keperawatan untuk klien dengan dehidrasi,asupan terbata, trauma oral atau obstruksi jalan nafas E. Alat yang digunakan

Transcript of PEMERIKSAAN FISIK

Page 1: PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN FISIK MULUT

A.    PengertianPemeriksaan fisik mulut yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan pada mulut dengan atau tanpa alat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya.Teknik pemeriksaan pada mulut meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi (dilakukan hanya pada gigi).Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan mulut yaitu :

      Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi duduk      Pencahayaan harus baik, sehingga semua bagian dalam mulut dapat diamati dengan jelas.      Pengkajian di mulai dengan mengamati bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam,

lantai dasar mulut dan palatum/langit-langit mulut, kemudian faring.

B.     Indikasi1.      Pasien yang terinfeksi HIV2.      Stomatitis3.      Kanker orofaring4.      Gigi yan terinfeksi

C.     Kontra indikasi1.      Klien dengan kondisi spasme2.      Klien dengan kondidi koma

D.    TujuanTujuan dari pemeriksaan fisik mulut adalah untuk :

1.      mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya yaitu membedakan kondisi sehat dan penyakit.

2.      Menentukan kebutuhan hygiene oral3.      Menentukan terapi keperawatan untuk klien dengan dehidrasi,asupan terbata, trauma oral atau

obstruksi jalan nafasE.     Alat yang digunakan1.      Senter2.      Spatel lidah atau kasa tunggal segi empat3.      Handscoon

F.      Cara Kerja

Inspeksi :1.      Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa dengan tinggi yang sejajar.2.      Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan kongenital, bibir sumbing, warna bibir (pucat,

kemerahan, cyanosis), ulkus, lesi dan masa.

Page 2: PEMERIKSAAN FISIK

3.      Lanjutkan pengamatan pada gigi dengan pasien dianjurkan membuka mulut.4.      Atur pencahayaan yang memadai dan bila diperlukan, gunakan penekan lidah untuk menekan

lidah sehingga gigi akan tampak lebih jelas.5.      Amati keadaan setiap gigi mengenai posisi, jarak, gigi rahang atas dan bawah, ukuran, warna,

lesi, atau adanya tumor. Amati juga secara khusus pada akar-akar gigi dan gusi.6.      Pemeriksaan setiap gigi dengan cara mengetuk secara sistematis, bandingkan gigi bagian kiri,

kanan, atas dan bawah dan anjurkan pasien untuk memberi tahu bila merasa nyeri sewaktu diketuk.

7.      Perhatikan pula ciri-ciri umum sewaktu melakukan pengkajian antara lain: kebersihan mulut dan bau mulut.

8.      Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan kesimetrisannya. Suruh pasien menjulurkan lidah dan amati mengenai kelurusan, warna, ulkus maupun setiap ada kelainan.

9.      Amati selaput lendir mulut secara sistematis pada semua bagian mulut mengenai warna, adanya pembengkakan, tumor, sekresi, peradangan, ulkus dan perdarahan.

10.  Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan menutup mulut sejenak bila cape, lalu lanjutkan dengan inspeksi faring dengan cara pasien dianjurkan untuk membuka mulut, tekan lidah pasien ke bawah sewaktu pasien berkata “ah”. Amati faring terhadap kesimetrisan ovula.

Gb.1. bibir normalnya berwarna merah muda, simetris, halus, dan lembab.

Page 3: PEMERIKSAAN FISIK

Gb. 2. Inspeksi bagian dalam mukosa oral dari bibir bawah

Gb.3. Retraksi mukosa bukal memungkinkan visualisasi yang bersih.

Gb.4. permukaan bawah dari lidah sangat bersifat vaskuler.

Page 4: PEMERIKSAAN FISIK

Gb.5. palatum keras bertempat dibagian anterior didalam atap mulut

Gb.6. spatel lidah memungkinkan perawat melihat uvula dan bagian posterior dari palatum lunak.

PalpasiPalpasi pada pengkajian mulut dilakukan terutama bila dari inspeksi belum diperoleh data yang meyakinkan. Tujuan palpasi adalah untuk mengetahui bentuk dan setiap ada kelainan pada mulut dapat diketahui dengan palpasi, yang antara lain meliputi pipi, dasar mulut, palatum/langit-langit mulut dan lidah.Cara palpasi agar tidak muntah

1.      Atur posisi pasien duduk menghadap pemeriksa.2.      Anjurkan pasien untuk membuka mulut.3.      Pegang pipi diantara ibu jari dan jari telunjuk (jari telunjuk berada di dalam). Palpasin pipi

secara sistematis dan perhatikan adanya tumor atau pembengkakan. Bila ada pembengkakan determinasikan menurut ukuran, konsistensi, hubungan dengan daerahsekitarnya dan adanya nyeri.

4.      Lanjutkan dengan palpasi pada palatum dengan jari telunjuk dan rasakan terhadap adanya pembengkakan dan fisura.

5.      Palpasi dasar mulut dengan cara pasien disuruh mengatakan “el” kemudian palpasi dilakukan pada dasar mulut secara sistematis dengan jari telunjuk tangan kanan. Bila diperlukan beri sedikit penekanandengan ibu jari dari bawah dagu untuk mempermudah palpasi. Catat bila di dapatkan pembengkakan.

Page 5: PEMERIKSAAN FISIK

6.      Palpasi lidah dengan cara pasien disuruh menjulurkan lidah, pegang lidah dengan kassa steril menggunakan tangan kiri. Dengan jari penunjuk tangan kanan lakukan palpasi lidah terutama bagian belakang dan batas-batas lidah. 

Sumber : Info Medistra Edisi Khusus No. 02/2007

Ditulis oleh : Prof. Dr. Suwandhi Widjaja, Sp.PD, Ph.D

Gangguan fungsi hati sangat beragam. Agar berhasil dalam pengobatan, seorang

dokter harus pandai mendiagnosis. Mulai dari mengetahui riwayat penyakit pasiem,

mencari tanda penyakit hati kronis, hingga penyakit lain penyebab gangguan faal hati.

Penderita gangguan hati sering memperlihatkan hasil laboratorium kepada dokter.

Berdasarkan catatan laboratorium yang menunjukan adanya gangguan fungsi hati itu, mereka

meminta kepada dokter pendapat dan metode pengobatannya. Hal ini mereka lakukan agar

fungsi liver kembali membaik. Lalu bagaimana sikap bijak kita (para dokter) ?

Sebagai seorang dokter klinis, kita tidak boleh lupa, pertanyaan utama pasien. Apa sebenarnya penyakit saya itu,

dok ?

Untuk dapat menjawab pertanyaan itu, kita harus mengetahui bagaimana riwayat penyakit, simptomatologi, dan

riwayat yang relevan (ada kaitannya)  dengan kondisi klinis pasien. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan termasuk

obat tradisionil, serta eksposisi dengan zat kimia/makanan adalah hal lain yang perlu juga mendapat perhatian kita.

Tak hanya itu. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda penyakit hati kronis seperti palmar erithema, jaundice, spider

nevi, dan sebagainya juga sangat membantu dalam menganalisis hasil laboratorium.

Perlu diingat, kelainan faal hati juga sering dijumpai pada penyakit lain diluar penyakit hati. Misalnya, penyakit

kelenjar thyroid, payah jantung, dan payah ginjal. Masing-masing tes terhadap penyakit tersebut biasanya juga

menunjukan faal hati yang terganggu. Oleh karena itu kita memerlukan pemeriksaan penunjang lainnya untuk

memberikan konklusi dari hasil laboratorium.

Fungsi Hati

Hati merupakan organ padat terbesar yang terletak di rongga perut bagian kanan atas. Organ ini sangat penting

karena memiliki berbagai fungsi. Seperti sebagai regulator dari semua metabolisme (karbohidrat, protein dan lemak,

tempat sintesis dari berbagai komponen (protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum, dan zat lainnya yang sangat

vital.

Selain itu hati juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran asam empedu, pusat pendetoksifikasi racun,

dan tempat penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid (estrogen).

Pada jaringan hati terdapat sel-sel kupfer. Sel ini sangat penting dalam eliminasi organisme asing, baik bakteri

maupun virus. Oleh karena itu untuk memperlihatkan adanya gangguan fungsi hati itu. Dokter perlu mengetahui,

semua tes kesehatan selalu mempunyai sensitivitas, dan spesifisitas yang berlainan. Sehingga untuk interpretasi

hasil tersebut kita harus mengenal tes tersebut, bagaimana sensitivitas, dan bagaimana spesifitasnya.

Tes Faal Hati

hati dalam tubuh mempunyai multifungsi, sehingga tes faal hati pun beraneka ragam sesuai dengan apa yang

hendak kita nilai.

Page 6: PEMERIKSAAN FISIK

1. Untuk menilai fungsi sintesis (protein, zat pembekuan darah dan lemak) biasanya dilakukan pemeriksaan

albumin, masa protrombin, dan kolesterol.

2. Untuk menilai fungsi ekskresi/transportasi menggunakan pemeriksaan bilirubin, alkali fosfatase, γ-GT

3. Untuk mengetahui kerusakan sel hati/jaringan hati, memakai pemeriksaan SGOT (AST), SGPT (ALT).

4. Untuk melihat adanya pertumbuhan sel hati yang muda (karsinoma sel hati) digunakan Alfa Feto Protein

(AFP)

5. Untuk menjelaskan adanya kontak dengan virus hepatitis B, pemeriksaan HBsAg, Anti HBs, HBeAg, Anti

HBe, Anti HBc, dan HBVDNA perlu dijalani pasien.

6. Untuk melihat adanya kontak dengan virus hepatitis C, pemeriksaan anti HCV, HCV RNA,

dan genotype HCV perlu dilakukan.

Gangguan Faal Hati

Secara umum terdapat dua jenis/macam gangguan faal hati.

1. Akibat peradangan umum atau peradangan khusus di hati. Kondisi ini menimbulkan kerusakan jaringan/sel

hati.

2. Akibat tersumbatnya saluran empedu. 

Macam Hasil Tes

1. Test faal hati pada pasien dengan infeksi bakterial maupun virus sistemik yang bukan virus hepatitis. Gejala

klinisnya berupa demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Tes ini memperlihatkan

peningkatan SGOT, SGPT serta γ-GT antara 3-5 kali nilai normal. Albumin sedikit menurun bila infeksi

sudah terjadi lama dan bilirubindapat meningkat sedikit terutama bila infeksi cukup berat.

2. Test faal hati pada pasien dengan hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati

seperti bilirubin direct / indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%, kecuali pada hepatitis

kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai

normal. γ-GT dan alkalifosfatase meningkat dua sampai empat kali nilai normal, kecuali pada hepatitis

kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal kecuali terjadi hepatitis fulminan,

rasio albumin globulin dapat terbalik dan masa protrombin dapat memanjang.

3. Test faal hati untuk pasien dengan sumbatan saluran empedu. Bilirubin direct dan indirect dapat tinggi sekali

(> 20 mg%), terutama bila sumbatan sudah cukup lama. Peningkatan SGOT dan SGPT biasanya tidak

terlalu tinggi, sekitar kurang dari 4 kali nilai normal, γ-GT dan alkalifosfatase meningkat sekali dapat lebih

dari 5 kali nilai normal. Kolesterol juga meningkat.

4. Test faal hati bagi pasien dengan perlemakan hati (fatty liver). Albumin/globulin dan bilirubin biasanya masih

normal. SGOT dan SGPT meningkat 2-3 kali nilai normal demikian juga γ-GT dan alkalifosfatase meningkat

½ - 1 kali dari normal. Kadar triglyserida dan kolesterol juga terlihat meninggi. Kelainan ini sering terjadi

pada wanita dengan usia muda/pertengahan, gemuk, dan biasanya tidak terdapat keluhan yang berupa

perasaan tak nyaman pada perut bagian kanan atas. Pada kasus perlemakan hati primer, semua petanda

hepatitis C harus negatif.

Tanda Hepatitis Virus

Page 7: PEMERIKSAAN FISIK

1. Hepatitis A. Bagi penderita hepatitis A akut atau pasien yang telah sembuh dari hepatitis A mempunyai

tanda berupa IgM anti HAV positif. Sedang IgG anti HAV positif sering ditemukan pada anak atau orang

dewasa di negara berkembang yang memiliki sanitasi lingkungan jelek. Tanda ini menunjukkan seseorang

telah terinfeksi virus hepatitis A di masa lampau. Karena itu prevalensi IgG HAV dapat dipakai sebagai

indeks sanitasi lingkungan di suatu negara.

2. Hepatitis B. Hilangnya HBsAg dan timbulnya anti HBs merupakan tanda bagi seseorang yang telah sembuh

dari infeksi hepatitis B. Sedang IgM anti HBc positif, berarti seseorang baru (recent) saja terinfeksi dengan

hepatitis B.

Hepatitis B Yang Menahun

1. Hepatitis kronis fase replikatif/toleran. Ditandai dengan HBsAg +, HBeAg +, HBVDNA + (kuantitatif dapat >

105 copy/ml). Namun, faal hatinya normal.

2. HBeAg +, HBVDNA + (kuantitatif dapat > 105 copy/ml)). Namun, faal hati abnormal, terutama SGOT/PT

tinggi (> 3 kali nilai normal), albumin/globulin biasanya masih normal, bilirubin dapat meningkat sedikit (<

dari 3 mg%).

3. Hepatitis Kronis B mutant. HbsAg +, HBeAg negatif, tetapi anti HBe +, dan HBV DNA +. Fungsi liver

terganggu. Biasanya penderita ini, mempunyai penyakit hati yang lebih berat.

4. Hepatitis inaktif / integratif, HBsAg +, Anti HBe +, HBV DNA negatif atau dibawah < 103 copy/ml dan faal

hatinya normal.

5. Sirosis hati B, rasio albumin/globulin terbalik. Bilirubin meningkat (< dari 5 mg%), SGOT > SGPT, biasanya

meningkat dua hingga empat kali normal, tapi pada yang sirosis berat SGOT/SGPT dapat normal. HBsAg +,

HBeAg/Anti-HBe dapat +. HBV DNA seringnya sudah negatif.

Hepatitis C

1. Sembuhdari hepatitis C, ditandai dengan anti HCV +, HCV RNA negatif, faal hati yang normal.

2. Hepatitis C kronik, ditandai dengan Anti HCV +, HCV RNA +, faal hati sebagian terbesar terganggu, tapi

bisa normal pada sebagian kecil penderita.

3. Sirosis hati C, rasio albumin/globulin terbalik. Bilirubin meningkat (< dari 5 mg%), SGOT > SGPT, biasanya

meningkat kira-kira 2-4 kali normal, tapi pada yang sirosis berat SGOT/SGPT dapat normal. Anti HCV dan

HCV RNA positif.

Genotype Hepatitis

Pada hepatitis B memiliki delapan genotype dan diberi nama sesuai abjad : A hingga H. Genotipe B dan C

merupakan jenis yang banyak ditemui di Indonesia.

Sedangkan pada hepatitis C terdapat enam genotipe dan diberi nama dengan menggunakan angka (1 sampai 6).

Selain itu terdapat genotipe yang dibagi ke dalam sub-genotipe, dengan memberikan tambahan huruf kecil dari a

sampai c. Di Indonesia kasus terbanyak adalah genotipe jenis 1b. (> 65%).

Kelainan Faal Hati Tak Spesifik

Kelainan faal hati tak spesifik umumnya terjadi pada penderita, yang penyakit hatinya telah mempengaruhi fungsi

dari organ lain. Seperti ginjal, paru jantung, dan sebagainya. Dalam hal seperti ini, gambaran klinis serta

Page 8: PEMERIKSAAN FISIK

pemeriksaan penunjang seperti USG, CT Scan, dan Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP)

atau bahkan biopsi hati biasanya diperlukan untuk menegakkan diagnosisnya.

Hasil Lab Faal Hati Normal Penderita Penyakit hati Menahun

Pada penderita kronik hepatitis B dengan fase replikatif, inaktif/integratif sering menunjukan hasil laboratorium yang

normal. Hal serupa juga dijumpai pada penderita hepatitis C (dengan HCV RNA +), tes faal hati menunjukkan

normal. Pada penderita sirosis hati yang kompensata juga memiliki tes faal hati yang normal.

Sedangkan sirosis hati yang sudah lanjut pun kita sering mendapatkan kadar SGPT/SGOT normal. Hal ini terjadi

karena jumlah sel hati pada sirosis berat sudah sangat kurang, sehingga kerusakan sel hati relatif sedikit. Tapi kadar

bilirubin akan terlihat meninggi dan perbandingan albumin/globulin akan terbalik. Bila kita cermati lebih teliti, kadar

SGOT akan lebih tinggi daripada SGPT.

---- end

Gangguan Faal (Fungsi) Hati Yang Sering Ditanyakan Oleh PenderitaOleh : Prof. dr. Suwandhi Widjaja, Sp.PD, Ph.D

Penderita sering memperlihatkan kepada dokter hasil laboratorium yang mencatat adanya gangguan faal hati, kemudian meminta penjelasan dari hasil laboratorium bahkan memohon pengobatan atas gangguan faal hati tersebut.

Sebagai seorang dokter klinis kita tidak boleh lupa bahwa pertanyaan penderita itu sebenarnya mengacu pada diagnosis penyakit saya itu apa sebenarnya! Untuk bisa menjawab pertanyaan tadi dengan jitu, kita harus mengetahui bagaimana riwayat penyakitnya, simptomatologi serta riwayat yang relevan dengan kondisi klinisnya. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan, termasuk obat tradisionil, eksposisi dengan zat kimia/makanan juga perlu diperhatikan. Permeriksaan fisik untuk mencari tanda penyakit hati kronis seperti palmar erithema, jaundice, spider nevi dansebagainya sangat membantu dalam menganalisis hasil laboratorium tadi. Harus diingat bahwa kelainan faal hati, dapat juga dijumpai pada penyakit-penyakit lain diluar penyakit hati, misalnya penyakit kelenjar thyroid, payah jantung dan payah ginjal. Karena itu, kita memerlukan pemeriksaan penunjang lainnya sehingga dapat memberikan kesimpulan dari hasil laboratorium tadi.

Faal Hati yang sesungguhnya.

Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tempat sintesa dari berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti estrogen.

Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat penting dalam eliminasi organisme asing baik bakteri maupun virus. Karena itu untuk memperlihatkan adanya gangguan faal hati, terdapat satu deretan tes yang biasanya dibuat untuk menilai faal hati tersebut. Perlu diingat bahwa semua tes kesehatan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berlainan, maka interpretasi dari hasil tes sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.

Page 9: PEMERIKSAAN FISIK

Tes Faal Hati

Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes faal hatipun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak kita nilai.

Untuk fungsi sintesis seperti protein, zat pembekuan darah dan lemak biasanya diperiksa albumin, masa protrombin dan cholesterol. Fungsi ekskresi/transportasi, diperiksa bilirubin, alkali fosfatase. ∂-GT. Kerusakan sel hati atau jaringan  hati, diperiksa SGOT(AST), SGPT(ALT). Adanya pertumbuhan sel hati yang muda (karsinoma sel hati), alfa feto protein. Kontak dengan virus hepatitis B yaitu; HBsAg, AntiHBs, HBeAg, anti HBe, Anti HBc, HBVDNA, dan virus hepatitis C yaitu; anti HCV, HCV RNA, genotype HCV.

Secara umum ada 2 macam gangguan faal hati.

1.      Peradangan umum atau peradangan khusus di hati yang menimbulkan kerusakan jaringan atau sel hati.

2.      Adanya sumbatan saluran empedu.

Aneka macam hasil tes faal hati yang terganggu.

Tes faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang sistemik yang bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai dengan demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati terlihat akan terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai normal. Albumin dapat sedikit menurun bila infeksi sudah terjadi lama dan bilirubin dapat meningkat sedikit terutama bila infeksi cukup berat.  (lihat table 1)

Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati seperti Bilirubindirect/indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%, kecuali pada hepatitis kolestatik,bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal kecuali bila terjadi hepatitis fulminan maka rasio albumin globulin dapat terbalik dan masa protrombin dapat memanjang ( lihat tabel2)

Tes faal hati pada sumbatan saluran empedu. Bilirubin direct/indirect dapat tinggi sekali (>20 mg%), terutama bila sumbatan sudah cukup lama. Peningkatan SGOT dan SGPT biasanya tidak terlalu tinggi, sekitar kurang dari 4 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat sekali dapat lebih dari 5 kali nilai normal. Kolesterol juga meningkat  (lihat table 3).

Tes faal hati pada perlemakan hati (fatty liver). Albumin/globulin dan Bilirubin biasanya masih normal. SGOT dan SGPT meningkat sekitar 2 sampai 3 kali nilai normal demikian juga ∂-GT dan alkalifosfatasemeningkat sekitar ½ sampai 1 kali dari nilai normal . Kadar triglyserida dan kolesterol juga terlihat meninggi. Kelainan ini sering pada wanita dengan usia muda/pertengahan, gemuk dan biasanya tidak ada keluhan atau mengeluh adanya perasaan tak nyaman pada perut bagian kanan atas. Pada kasus perlemakan hati yang primer maka semua pertanda hepatitis C harus negatif. (lihat tabel 4)

Adanya pertanda hepatitis virus dalam darah penderita.

Penderita hepatitis A akut atau baru sembuh dari hepatitis A, ditandai dengan IgM anti HAV yang

Page 10: PEMERIKSAAN FISIK

positif. Sedang IgG anti HAV positif sering ditemukan pada anak atau orang dewasa dari negara berkembang dengan sanitasi lingkungan yang jelek. Ini menandakan penderita pernah terinfeksi virus hepatitis A dimasa lalu. Karena itu prevalensi IgG HAV dapat dipakai sebagai indeks sanitasi lingkungan suatu negara.

Sembuh dari infeksi Hepatitis B, ditandai dengan menghilangnya HBsAg dan timbulnya anti HBs. Sedang IgM Anti HBc pos, berarti baru (recent) terinfeksi dengan hepatitis B.

Hepatitis B yang menahun.

1.      Hepatitis kronis fase replikatip/toleran. Ditandai dengan HBsAg+, HbeAg+, HBVDNA+ ( kuantitatif dapat >105 copy/ml). Tapi Faal hatinya normal.

2.   Hepatitis kronis reaktif aktif (necro-inflamatory stage). Ditandai dengan HBsAg+, HBeAg+, HBVDNA+ (kuantitatif dapat >105 copy/ml). Tapi Faal hati nya Abnormal, terutama SGOT/PT tinggi (>3X nilai normal), albumin/globulin biasanya masih normal, bilirubin dapat menigkat sedikit (< dari 3 mg%)

3.  Hepatitis khronis B mutant. Disini HBsAg+, HBeAg negatif, tetapi anti HBe+,  dan HBV DNA+. Liver fungsinya terganggu. Biasanya penderita ini, mempunyai penyakit hati yang lebih berat.

4.      Hepatitis inaktif/integratif. HBsAg+, Anti HBe+, HBV DNA negatif atau dibawah < 103 copy/ml dan faal hatinya normal.

5.     Sirosis hati B, rasio albumin/globulin terbalik, Bilirubin meningkat (< dari 5 mg%), SGOT> SGPT, biasanya meningkat sekitar 2 s/d 4 kali normal, tapi pada yang sirosis berat SGOT/SGPT dapat normal. HBsAg+, HBeAg/anti HBe  dapat  positif. HBV-DNA seringnya sudah negatif.

Hepatitis C

1.      Sembuh dari hepatitis C, ditandai dengan anti HCV+, HCV-RNA – (negatif), faal hati yang normal.

2.      Hepatitis C kronik, ditandai dengan Anti HCV+, HCV-RNA +,  faal hati sebagian terbesar terganggu, tapi bisa normal pada sebagian kecil penderita.

3.     Sirosis hati C, rasio albumin/globulin terbalik, Bilirubin meningkat( < dari 5mg%), SGOT > SGPT, biasanya meningkat sekitar 2 s/d 4 kali normal, tapi pada yang sirosis berat SGOT/SGPT dapat normal. Anti HCV dan HCV-RNA positif.

Genotype hepatitis.

Pada hepatitis B ada 8 genotipe dan diberi nama abjad A sampai dengan H. Di Indonesia terutama genotipe B dan C. Hepatitis C ada 6 genotipe dan diberi nama angka 1 sampai 6. Dalam satu genotipe ada dibagi lagi menjadi sub-genotipe dan tambahan huruf kecil dari a sampai c. Di Indonesia yang terbanyak adalah genotipe 1b. (> 65%)

Page 11: PEMERIKSAAN FISIK

Kelainan faal hati yang tidak specific

Hal ini biasanya terjadi pada penderita penyakit hati yang telah mempengaruhi fungsi dari organ lain seperti ginjal, paru jantung dsb. Dalam hal seperti ini, gambaran klinis serta pemeriksaan penunjang seperti USG, CT scan dan ERCP (Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography) atau bahkan biopsi hati biasanya diperlukan untuk menegakan diagnosisnya.

Hasil laboratorium faal hati yang normal pada penderita penyakit hati yang menahun.

Penderita kronik hepatitis B pada yang fase replikatif, inaktif/integratif sering menunjukan hasil laboratorium yang normal. Juga pada penderita hepatitis C (dengan HCV-RNA+), juga dapat menunjukan tes faal hati yang normal. Pada penderita sirosis hati yang kompensata juga sering mempunyai tes faal hati yang normal. Pada sirosis hati yang sudah lanjut sering kita mendapatkan kadar SGPT/SGOT normal, hal ini terjadi karena jumlah sel hati pada sirosis berat sudah sangat kurang sehingga kerusakan sel hati relatif sedikit. Tapi kadar bilirubin akan terlihat meninggi dan perbandinganalbumin/globulin akan terbalik. Bila kita cermati lebih teliti maka kadar SGOT akan lebih tinggi SGPT.

Pelaporan hasil petanda hepatitis virus secara kuantitatif dan kualitatif.

1.      Hepatitis B.

Pemeriksaan kualitatif selalu lebih sensitif dari pada pemeriksaan kuantitatif. Cara pemeriksaan kuantitiatif hepatitis B dikerjakan dengan bermacam cara dan tiap cara mempunyai sensitivitas tertentu dan juga pelaporannya dapat memakai satuan tertentu. Lihat tabel 5. Hasil kuantitiatif hepatitis B diatas 105 copy/ml dianggap batas untuk diobati.

2.      Hepatitis C.

Juga pemeriksaan kualitatif lebih sensitif dari kuantitatif. Ada bermacam cara pemeriksaan kuantiatif HCV dan mempunyai rentang sensitivitas yang berbeda. Hasil kuantitatif dari 1 cara pemeriksaan kuantitatif HCV,  tidak dapat disamakan hasilnya dengan pemeriksaan HCV dengan cara yang lain.Tabel 6

Penyakit yang jarang tapi menunjukan gangguan  faal hati

Penyakit thyroid/kelenjar gondok.Penyakit hati auto immune (AIH)Wilson diseaseAlpha-1-antitrypsisn deficiencyCeliac diseaseMuscle disorders