PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM...
Transcript of PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM...
PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM
LABORATORIUM SKILL (LAB. SKILL) DI YAYASAN BINA INSAN
MANDIRI DEPOK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Mustofa
104054102121
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Februari 2010
Mustofa
NIM. 104054102121
``
PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM
LABORATORIUM SKILL (LAB. SKILL) DI YAYASAN BINA INSAN
MANDIRI DEPOK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Kom.I)
Oleh
Mustofa 104054102121
Pembimbing
Drs. Helmi Rustandi, M.Ag
NIP 19601208 198803 2 005
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program Laboratorium
Skill (Lab Skill) di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 4 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam pada Program Studi
Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.
Jakarta, 4 Maret 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap
Anggota
Drs. Wahidin Saputra, MA DR. Moh. Ali Wafa, M. Ag
NIP 19700903 199603 1 001 NIP 150 321 584
Anggota
Penguji I Penguji II
Dra. Mahmudah F. ZA, M. Pd Wati Nilamsari, M. Si
NIP 19640212 199703 2 001 NIP 19710520 199903 2 002
Pembimbing
Drs. Helmi Rustandi, M. Ag
NIP 19601208 198803 2 005
ABSTRAK
Mustofa: Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program lab Skill di
Yayasan Bina Insan Mandiri Depok
Dalam rangka upaya penguatan kaum dhuafa agar tebentuknya capacity
building bagi mereka, sehingga kaum dhuafa mempunyai kemampuan dalam
kehidupannya, Yayasan Bina Insan Mandiri Depok hadir dan concern terhadap masalah tersebut khususnya kemiskinan yang berakar pada kurangnya pendidkan
dan pelatihan bagi masyarakat, yang menyebabkan mereka selalu berada di posisi terendah dalam sebuah roda kehidupan, dengan diberikannya pendidikan dan
pelatihan ditengah mahal dan sulitnya seseorang untuk mengembangkan kapasitasnya diharapkan kaum dhuafa menjadi semakin kuat..
Lewat program laboratorium skill yaitu tempat pendidikan dan pelatihan
bagi kaum dhuafa seperti; anak jalanan, pengamen, pemulung, pengasong dll, di
YABIM diharapkan meningkatnya SDM yang baik sebagai bekal kaum dhuafa kelak, dengan skill yang diperoleh dari laboratorium tersebut kaum dhuafa
diharapkan menjadi mandiri dalam kehidupannya tidak lagi menjadi bagian dari masalah sosial yang membebani pemerintah dan masyarakat dan bahkan mereka
mampu menjadi bagian dari agen atau unsur pembangunan bangsa.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif agar
mendapatkan hasil penelitian yang mendalam yakni dengan menggunakan teknik
wawancara dan observasi. Sample purposif yang digunakan sebanyak 4 orang
yaitu ketua yayasan, instruktur lab skill percetakan dan 2 peserta pelatihan lab
skill percetakan.dengan alasan agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan
masalah yang ingin diketahui.
Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan pemberdayaan
dilakukan secara bertahap. tahapan pemberdayaan yang tergambar pada
pelaksanaan dari program lab skill percetakan yaitu: tahap persiapan dimana pihak
Yabim mempersiapkan segala sesuatunya dalam memulai pelatihan keterampilan
ini, tahap assesmen adalah tahap pengungkapan minat bakat pada peserta
pelatihan, tahap perencanaaan adalah tahap yang dipersiapkan sebelum kegiatan pelatihan dilakukan, tahap formulasi aksi adalah penentuan program berupa
keterampilan percetakan, tahap pelaksanaan program adalah tahap kegiatan yang dimulai dari perekrutan hingga penyaluran peserta, tahap evaluasi berfungsi untuk
mengukur perkembangan program percetakan ini, dan tahap terminasi adalah tahap pemutusan secara formal bertujuan agar peserta pelatihan mandiri dan
menerapkan keterampilan yang telah dipelajari sebagai bekal hidup mereka.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan kasih sayangnyalah penulis akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini
dan shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW, begitu juga kepada keluarga, sahabat dan tabi’it-
tabi’innya
Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bimbingan,
masukan serta motivasi dari banyak pihak, oleh karena itu melalui kata pengantar
ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi setingi-tingginya
atas segala bantuan baik moril maupun materil serta masukan ide yang
membangun bagi penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis haturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahanda H. Hasan yang tidak mengenal lelah mendidik penulis sampai
saat ini serta bekerja keras memberikan apa yang dapat ia berikan kepada
penulis. Kepada ibunda Hj. Eni Suhaeni yang dengan ketabahan hati,
mencurahkan perhatian, serta kasih sayangnya yang tulus, menjaga dan
memberikan ketentraman kepada penulis hingga saat ini, segala doa-doanya
yang terus mengalir tiada henti untuk penulis. Atas semua yang telah
diberikan semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya, kemudian
semoga penulis bisa memberikan yang terbaik untuk mereka.
2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. DR. Komarudin Hidayat,
MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi DR. Arief Subhan,
M.Ag, para dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dosen
pada Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah mentransformasikan nilai,
pengetahuan serta keterampilan kepada penulis. Terimaksih atas semua yang
telah diberikan semoga mendapatkan balasan kebaikan.
3. Dosen Pembimbing bapak Drs, Helmi Rustandi, M.Ag yang telah
memberikan ruang, waktu serta selalu bersabar selama membimbing penulis
dalam menyusun skripsi ini, terima kasih atas masukan, saran serta
motivasinya.
4. Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, kepada bapak Nurrohim, bapak
Mustami’in, bapak Abdul Basit terima kasih sudah mempersilahkan untuk
melakukan penelitian di YABIM
5. Guru-guruku di Pon-Pest Asy-syahadatain Nurul Huda Munjul Cirebon,
khususnya para Kyai & Nyai, kepada kyai Hasan Ma’mun dan nyai
Maimunah serta keluarga, terimakasih atas segala ilmunya.
6. Keluargaku tercinta di Cirebon, Kakek, Nenek, Paman, Bibi, sepupu,
Kakak- kakaku; Ce Elis, ce Iyan, kang Mas & kang Acenk, Keponakan-
keponakanku; Satria, Aisah Intan & Nok Ninis…Kalian adalah inspirasiku..
7. Seseorang yang selalu menemani dalam keseharianku meskipun dia jauh
disana dan selalu mendoakan untuk keberhasilanku semoga selalu dikuatkan
dalam menjalani kehidupan ini, terima kasih atas semua yang telah kau
berikan.
8. Om Ajiz Moslem dan Planet 13 yang selalu memberikan bimbingan kepada
penulis dalam menjalankan kehidupan ini, segala kebaikanmu tidak akan
pernah aku lupakan.
9. Teman-temanku di jurusan Kesos, Ersyad, Imam al-Bantani, Magfirah,
Anita, dkk yang slalu menemani dalam penulisan skripsi ini. khususnya
angkatan 2004 “ Izul, Dedy, Jawa, Apip, Item, Hafiz, Ipuy, Wahit, B’jah,
Idung, Fahrudin, Sam, Putri, Winda, Ade, Ziar, Emy, Fitrah, Nana, Nadya,
Sarti, Dhea terima kasih atas semua kebersamaannya.
10. Teman-temanku di asrama IKBAL Ciputat yang selalu bersama dalam
melewati perjuangan kehidupan untuk mengejar sebuah arti keberhasilan,
Qply, Abiq, Dimmy, chiwank, ucup, Tofik, iming, yudi, ade, Ali kwadrat,
Rosyid, Pian, Sukur, Ubay, Alifah, pipit, Tomo terima kasih atas
kebersamaannya Dan kepada Anggota Ikbal lainnya Lukman, roni dll yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, kemudian buat teman-teman di Sosiologi
Agama; Iwes, Ariel, Ade, ghoziel, Eros yang terkadang nongkrong bareng.
Sebagai kata akhir, penulis hanya beharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, segala kebaikan hanya milik Allah
dan segala kehilafan hanyalah milik penulis, sekian dan terima kasih.
Jakarta 14 Februari 2010
Mustofa
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………… 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………… 9
D. Metodologi Penelitian ……………………………………. 10
E. Sistematika Penulisan ……………………………………. 16
BAB II KERANGKA TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat ………………………………. 18
1. Pengertian Pemberdayan Masyarakat …………………. 18
2. Strategi Pemberdayan Masyarakat ……………………. 22
3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat …………………. 23
B. Pengertian Dhu’afa, Fakir dan Miskin ………………….. 26
C. Pengertian Laboratorium Skill ………………………….. 33
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI
DEPOK
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri Depok …. 36
B. Visi dan Misi ……………………………………………… 39
C. Identitas Yayasan …………………………………………. 39
D. Sarana dan Prasarana …………………………………….. 40
E. Struktur Organisasi ……………………………………….. 42
F. Pembiayaan Operasional …………………………………… 43
G. Program dan Kegiatan …………………………………… 43
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Analisis Program Pemberdayaan Pada Lab skill Percetakan 46
1. Tahap Persiapan ……………………………………….. 50
2. Tahap Assesmen ………………………………………. 54
3. Tahap Perencanan …………………………………….. 55
4. Tahap Formulasi Aksi ………………………………… 56
5. Tahap Pelaksanaan Program …………………………… 56
6. Tahap Evaluasi ……………………………………….. 60
7. Tahap Terminasi ……………………………………… 67
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Program Lab Skill
Percetakan ………………………………………………. 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………. 70
B. Saran ……………………………………………………… 72
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 74
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah yang ada sudah sejak lama dan
hampir bisa dikatakan akan tetap menjadi “kenyataan abadi” dalam
kehidupan. Kemiskinan sendiri terjadi sebagai dampak pembangunan.
Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas
aksesnya kepada kegiatan ekonomi, sehingga tetinggal jauh dari masyarakat
yang mempunyai potensi lebih tinggi.
Kemiskinan secara umum sebagaimana kita ketahui adalah sebuah
kondisi dimana masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar untuk
kelangsungan hidupnya Parsudi Suparlan dalam bukunya menjelaskan bahwa
“secara singkat kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat
hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang
umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang
rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan
kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong
sebagai orang miskin.”1
Kemiskinan terjadi disebabkan oleh banyak faktor dan begitu
kompleks sekali dalam mengklasifikasikannya. Meskipun menurut Badan
Pusat Statistika jumlah kemiskinan di tahun 2009 menurun dengan data BPS
pada awal Juli mengumumkan, hasil survei pada Maret 2009 yang
1 Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1995), Cet. ke-3, h. 1
1
menunjukkan jumlah orang miskin di Indonesia menjadi sebanyak 32,53 juta
jiwa atau 14,15 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Data itu
menunjukkan penduduk miskin berkurang 2,43 juta jiwa dibandingkan dengan
hasil survei pada maret 2008 yang mencapai 34,96 juta jiwa atau 15,42 % dari
total populasi.
Menurut Deputi Statistik Sosial BPS, Arizal Manaf, dalam survei ini
angka jumlah orang miskin tersebut diperoleh berdasarkan garis kemiskinan
atau jumlah pengeluaran sebesar Rp 200.262 per orang per bulan.
Penghitungan Rp 200.262 ribu tersebut dirinci terdiri dari Rp147,339 untuk
makan per bulan dan Rp 52.923 untuk pengeluaran non makanan, seperti
tempat tinggal dan pakaian per bulan.2
Meskipun data BPS menyatakan bahwa jumlah kemiskinan bekurang
di tahun 2009 tetapi pada kenyataannya masih banyak sekali masyarakat yang
merasakan berat dan susahnya menjalani kehidupan, terlihat di jalanan-jalanan
kota besar anak-anak di usia sekolah mencari penghasilan karena kondisi sulit
keluarganya, selain itu dengan ditandai susahnya usia kerja untuk
mendapatkan pekerjaan, tercatat peningkatan jumlah pengangurann di
Indonesia tahun 2009 menurut Analisis Divisi Vibiz Research unit dari Vibiz
Consulting melihat adanya potensi peningkatan pengangguran tersebut maka
akan membuat pengangguran meningkat menembus level 10 juta pada tahun
2009.
Berdasarkan data BPS jumlah pengangguran di Indonesia mencapai
9,4 juta orang. Dimana komposisinya berdasarkan pendidikan adalah:
2 Data Jumlah Kemiskinan Tahun 2009 Versi BPS Artikel diakses Pada 27
September 2009 dari http://www.waspada.co.id
Dibawah Sekolah Dasar sebanyak 547 ribu, Sekolah Dasar sebanyak 2,1 Juta,
SMP dan sederajat 1,973 juta, SMA dan sederajat 3,81 juta, Diploma dan
sederajat 362 ribu dan Universitas dan sederajat sebanyak 600 ribu jiwa.3
Tabel 1
Jumlah penganguran berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2009
No Tingkat
Pendidikan Jumlah Pengangguran
1 < SD 547 ribu
2 SD 2,1 juta
3 SMP dan Sederajat 1,973 juta
4 SMA dan sederajat 3, 81 juta
5 Diploma 362 ribu
6 S1 600 ribu
7 Jumlah 9, 4 juta Sumber: BPS
Terjadinya ketimpangan seperti ini karena pendekatan penanggulangan
kemiskinan masih terpaku pada pendekatan pertumbuhan ekonomi sehingga
terjadi distorsi pembangunan yaitu pembangunan ekonomi tidak sejalan
dengan pembangunan sosial.
Kondisi SDM yang lemah dikarenakan kondisi pendidikan yang
rendah menambah lengkap penderitaan orang miskin untuk selalu berada pada
kondisi marginal/ terasing dari aktifitas ekonomi yang menyebabkan banyak
dari mereka putus asa dan bertahan pada kondisi miskin karena keterbatasaan
mereka.
Krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997 sampai saat ini telah
mempengaruhi kehidupan perekonomian masyarakat yaitu rendahnya
penghasilan sehingga tidak cukup untuk menunjang kehidupan keluarga yang
berakibat kepada kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Masalah kemiskinan
3 Ibid.
di Indonesia saat ini dirasakan sangat mendasar untuk ditangani salah satu ciri
umumnya adalah kondisi masyarakat yang miskin tidak memilki sarana dan
prasarana, perumaham, dan pemukiman yang tidak memadai, kualitas
lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni.
Masalah kemiskinan adalah tangung jawab bersama bukan hanya
pemerintah saja sebagai stakeholder tetapi juga masyarakat pada umumnya
sangat berpengaruh dalam penanggulangani masalah kemiskinan, karena
masyarakat justru yang paling dekat dengan kemiskinan bahkan mungkin
sebagai pelaku dari kemiskinan itu sendiri.
Bappenas (2002) telah menetapkan dua strategi utama penanggulangan
kemiskinan, yaitu: Pertama meningkatkan pendapatan melalui peningkatan
produktivitas, dimana masyarakat miskin memiliki kemampuan pengelolaan,
memperoleh peluang dan perlindungan untuk memperoleh hasil yang lebih
baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya maupun politik. Kedua
mengurangi pengeluaran melalui pengurangan beban kebutuhan dasar seperti
akses ke pendidikan, kesehatan dan infrastruktur yang mempermudah dan
mendukung kegiatan sosial ekonomi. Kedua strategi tersebut dijabarkan dalam
pilar langkah kebijakan sebagai berikut:
Dalam rangka upaya peningkatan kemampuan/capacity building maka
strategi yang dipilih adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin
untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan
pendidikan, peningkatan keterampilan usaha, permodalan, prasarana,
teknologi, serta informasi pasar.
Dalam rangka upaya perlindungan sosial/social protection maka
strategi yang dipilih adalah memberikan perlindungan dan rasa aman bagi
masyarakat miskin, utamanya kelompok masyarakat yang paling miskin yaitu
fakir miskin, orang jompo, anak terlantar, cacat dan kelompok masyarakat
miskin yang disebabkan oleh bencana alam, dampak negatif, krisis ekonomi
dan konflik sosial yang diarahkan melalui kemampuan kelompok masyarakat
dalam menyisihkan sebagian dari penghasilan melalui mekanisme tabungan
kelompok.
Dalam rangka upaya pemberdayaan masyarakat/community
empowerment, maka strategi yang dipilih adalah peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, pemantapan organisasi dan kelembagaan sosial, politik,
ekonomi, dan budaya sehingga mampu mengakses dan berpartisipasi dalam
pengambilan kebijakan dan perencanaan publik.4
Dalam menangani masalah kemiskinan perlu adanya pendekatan yang
bersifat jangka panjang sehingga penanganannya tidak bersifat
karitatif/sementara, pendekatan Pemberdayaan Masyarakat dalam disiplin
ilmu kesesjahteraan sosial memang salah satu alternatif dalam menanggulangi
masalah kemiskinan karena pendekatannya menjadikan masyarakat lebih
mandiri.
Pemberdayaan menurut Edi Soeharto menunjuk pada kemampuan
orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memilki
kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga
mereka memiliki kebebasan, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
4 Penangulangan Kemiskinan, artikel di akses pada 28 September 2009 dari
www.google.com
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka
dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-
jasa yang mereka perlukan, dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.5
Program Pemberdayaan Masyarakat sangat bermanfaat untuk
diterapkan dalam menangani masalah-masalah sosial khususnya masalah
kemiskinan yang kian hari kian memprihatinkan. Program pemberdayaan saat
ini sudah banyak diterapkan di lembaga-lembaga baik pemerintah maupun non
pemerintah, baik itu dipanti-panti, atau yayasan-yayasan seperti program
pemberdayaan yang diterapkan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok lewat
PKBM (Pusat kegiatan belajar masyarakat) Yayasan Bina Insan Mandiri
Depok memberikan program pemberdayaan masyarakat lewat program
keterampilan yang diberi nama Lab Skill (Laboratorium Skill). dengan
pelatihan dan keterampilan yang diberikan kepada kaum dhuafa yang
mencakup didalamnya anak jalanan, pengamen, pemulung, pengemis dan lain-
lain yang berada disekitar terminal Depok mulai dari keterampilan otomotif,
percetakan, pengolahan limbah dan banyak lagi yang kesemuanya itu
diharapkan agar kaum Dhu’afa atau kaum yang kurang beruntung mempunyai
keterampilan sehigga dapat diterapkan dalam dunia kerja yang bertujuan untuk
meningkatkan penghasilan hidupnya sebagai cita-cita kesejahteraan pada diri
mereka.
5 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Rafika
Aditama, 2005), h. 59-60
Yayasan Bina Insan Mandiri Depok adalah lembaga yang concern
terhadap masalah sosial khususnya kemiskinan yang berakar pada kurangnya
pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat miskin, Mereka diberikan
pendidikan dan pelatihan ditengah mahal dan sulitnya seseorang terlebih orang
miskin untuk mengenyam pendidikan dan pelatihan di negeri ini. Kehadiran
Yayasan Bina Insan Mandiri Depok memberikan secercah harapan baru untuk
masa depan kaum dhu’afa
Secara administratif Yayasan Bina Insan Mandiri Depok berdiri pada
tahun 2004. Bapak Nurrohim dan Purwandiono yang menggagas dan
mendirikan lembaga ini karena melihat kondisi lingkungannya yang
memprihatinkan, para pengasong, pengamen, pemulung, anak-anak para
pedagang kecil yang kurang mampu serta yatim piatu adalah bagian dari
lingkungannya, dari latar belakang tersebut berdirilah Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok dengan tujuan pendidikan dan pelatihan bagi mereka.
Dari gambaran di atas maka penulis tertarik sekali untuk meneliti
bagaimana pelaksanaan pemberdayaan melalui program keterampilan
Laboratorium Skill di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, dengan demikian
penulis memilih judul : “ Pemberdayaan Kaum Dhu’afa Melalui Program
Lab. Skill di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Yayasan Bina Insan Mandiri Depok lewat PKBM (Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat) menyelenggarakan beberapa program yang berkaitan
dengan pendidikan dan pelatihan diantaranya yaitu menyelenggarakan
pendidikan kesetaraan Paket A, B, C, PAUD serta kursus dan pelatihan bagi
masyarakat Dhua’fa, termasuk diadalamnya Program Laboratorium Skil.
Program lab skill adalah program keterampilan yang bertujuan
memberdayakan kaum dhu’afa. Program tersebut diantaranya keterampilan
komputer, kursus menjahit, service handphone, penggemukan hewan ternak,
pengobatan dan budi daya jamur, percetakan dll. Karena banyaknya
program keterampilan yang ada pada program lab. skill dan itu bersifat mitra
atau kerjasama dengan institusi lain maka penelitian ini berfokus pada
bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan oleh
Yayasan Bina Insan Mandiri Depok melalui program Lab. skill percetakan
alasannya adalah karena program percetakan adalah program yang satu-
satunya sudah milik sendiri dari Yayasan Bina Insan Mandiri Depok oleh
karena itu sangat efektif untuk diteliti.
2. Rumusan Masalah
Setelah memahami latar belakang dan batasan masalah penelitian, agar
uraian dalam bab-bab selanjutnya tidak meluas secara tidak menentu, maka
rumusan masalah yang akan penulis jabarkan adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa melalui program
lab. skill keterampilan percetakan?
2) Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pemberdayaan melalui lab. skill keterampilan percetakan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah peneliti rumuskan di
atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemberberdayaan kaum
dhu’afa melalui lab. skill keterampilan percetakan.
2) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan
kaum dhu’afa melalui program lab. skill keterampilan percetakan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
1) Menambah khasanah akademik berupa dokumen teknis pada ranah
ilmu kesejahteraan sosial khususnya masalah kemiskinan melalui
pemberdayaan masyarakat.
2) Mengenal lebih jauh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok sebagai
salah satu yayasan yang ikut serta dalam penanggulangan masalah
sosial.
3) Sebagai prasyarat akhir untuk mendapat gelar sarjana starta satu (S1)
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan
juga sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan.
khususnya bagi praktisi yang bergelut pada penaggulangan masalah
sosial.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode
penelitian kualitatif. Dimana menurut Bodgan dan Taylor, metodologi
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara utuh.6
Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan
sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi
sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan
suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian
kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi
sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima
oleh akal sehat manusia.7
Oleh karena itu, pendekatan penelitian ini dipilih oleh penulis
berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran proses dari
pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa melalui program lab skill
keterampilan percetakan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.
Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, penulis mendapatkan data-
data yang diperlukan melalui temuan data di lapangan dengan mencari data-
data yang ada yaitu penulis mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas.
6 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1999), h. 3 7 Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1992), h. 209
Selain itu, penulis melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-fakta
yang terjadi secara alamiah dengan menggambarkannya secara kesemua
kegiatan yang dilakukan melalui pendekatan lapangan, dimana usaha
pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian
kembali atas semua yang telah dikumpulkan, penulis akan mendapatkan data-
data pemberdayaan kaum dhua’fa yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok.
Dengan memilih metode ini, peneliti mengharapkan dapat memperoleh
data yang lengkap dan akurat.
2. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitiannya, penulisan ini bersifat deskriptif, karena
data yang ditampilkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Dengan demikian laporan penelitian akan diberi kutipan-kutipan data untuk
memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut bisa
bersumber dari hasil wawancara, catatan lapangan, memo dan dokumentasi
lainnya.8
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukana di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok
terhitung sejak bulan September sampai Maret 2009.
4. Teknik pemilihan informan
Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan
menentukan informasi kunci (key information) tertentu yang sarat informasi
sesuai dengan fokus penelitian.
8 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), Cet. Ke-2 h. 39
Untuk memiih sample lebih tepat dilakukan dengan sengaja (purposive
sampling) yaitu peneliti memilih dan menentukan orang-orang atau pegawai
yang menjadi informan untuk di wawancarai.
Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 2
Kerangka dan Jumlah Informan
Informasi yang dicari Informan Jumlah
a. Tahapan Pemberdayaan pada
lab. skill percetakan
b. Faktor pendukung dan
penghambat
1.Ketua Yayasan
2.Penanggung jawab
program
3. Instruktur
3 orang
Manfaat dan hasil dari
keterampilan percetakan
Peserta pelatihan 2 orang
5. Sumber Data
Sumber data terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Data primer adalah data utama yang terdiri dari kata-kata dan tindakan.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil
wawancara dengan responden di lapangan serta hasil observasi pada
subjek penelitian.
b. Data skunder adalah data tambahan yang berasal dari dokumen tertulis.
Data yang digunakan adalah buku, majalah ilmiah, arsip serta dokumen
milik Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis
menggunakan jenis penelitian lapangan/ Field Research dimana peneliti
datang langsung ke Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.
Dalam penelitian lapangan ini, peneliti juga menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan pembahasan diantaranya
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.9 dalam hal ini penulis melakukan penelitian
dengan cara mengamati langsung terhadap segala sesuatu yang terkait
dengan masalah Pemberdayaan Kaum Dhu’afa Melalui Program Lab. Skill
Percetakan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.
b. Wawancara
Wawancara atau interview yaitu tanya jawab lisan antara dua orang/
lebih secara langsung.10 Dalam penelitian ini dilakukan komunikasi
langsung dengan nara sumber yaitu ketua yayasan, penanggung jawab
program Lab. skill, instruktur pelatihan dan peserta pelatihan, pada tahap
ini peneliti menggunakan wawancara berstruktur dan terbuka, dimana ada
komunikasi langsung antara responden dengan peneliti, peneliti
memberikan pedoman wawancara yang kemudian diajukan kepada
responden untuk dijawab, intinya agar peneliti dapat berkomunikasi
dengan baik dan peran informan yang melakukan pelatihan keterampilan
yang menjadi subjek peneliti dapat menyampaikan informasi dengan
terang dan akurat.
9 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara , 2003), h. 53 10 Ibid, h. 57
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data-data yang tertulis yang mengandung
keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih
aktual.11 Dalam penelitian ini dokumentasi diperoleh dari dokumentasi
yang berkaitan dengan skripsi ini.
7. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu suatu teknik analisis data dimana peneliti membaca,
mempelajari, memahami, dan merumuskan semua data yag diperoleh,
kemudian membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian.12
8. Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitaitif sering kali dinyatakan tidak ilmiah
sehingga kurang bisa dipertanggungjawabkan dari berbagai segi. Dengan
alasan itulah dalam penelitian kualitatif perlu dilaksanakan pemeriksaan
keabsahan data sebagai usaha untuk meningkatkan derajat keperacayaan data.
Pemeriksaan keabsahan data terdiri dari berbagai kriteria:
1) kepercayaan (creadibility). Dalam penerapan kriteria ini ada beberapa
tahapan yang peneliti lakukan yaitu:
a. Perpanjangan keikutsertaan, dimana peneliti tingal dilapangan sampai
kejenuhan penelitian data tercapai dan dapat menghasilkan data yang
maksimal sesuai kenyataan dilapangan. Dalam penelitian ini peneliti
mengadakan perpanjangan keikutsertaan dilapangan.
11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.24 12 Ibid., h. 22
b. Ketekunan atau keajegan
Ketekunan atau keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten
interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis
yang konstan atau tentatif. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
secara cermat, teliti dan hati-hati secara berkesinambungan dalam
menggali data- data mengenai pemberdayaan melalui program lab. skill.
c. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang sudah ada.
d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dilakukan dengan cara
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Dalam penelitian ini
peneliti mengadakan diskusi dengan teman, dosen pengajar yang
memiliki pengetahuan tentang konteks yang diteliti.
9. Teknik Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada standar penulisan skripsi pada
buku: “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang
diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2007.
10. Tinjauan Pustaka
Untuk membandingkan maka peneliti memaparkan beberapa skripsi
yaitu skripsi yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Keterampilan Teknisi Handphone di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa
yang disusun oleh Amelia. Skripsi ini berisi mengenai pemberdayaan
masyarakat melalui keterampilan teknisi handphone. Upaya yang dilakukan
oleh Institut Kemandirian Dompet Dhuafa melalui teknisi hanphone
menjadikan peserta pelatihan memiliki keahlian khusus dibidang perbaikan
handphone, bermanfaat sekali untuk kemandirian peserta setelah mengikuti
pelatihan tersebut, berdasarkan hasil observasi penulis skripsi ini, banyak
peserta bisa mengembangkan keahliannya kemudian membuka usaha konter
dan service handphone, dari profesi baru tersebut dapat meningkatkan
kehidupan ekonomi peserta pelatihan menjadi lebih baik.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis
penulisanya di bagi ke dalam lima bab yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun
sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, dikemukakan teori-terori yang melandasi dan
mendukung penelitian. Yang meliputi Pengertian, strategi, dan
tujuan Pemberdayaan Masyarakat, pengertian dhu’afa, fakir dan
miskin dan pengertian laboratorium skill.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Bab ini membahas profil dari Yayasan Bina Insan Mandiri Depok
yang meliputi: sejarah singkat berdirinya visi, misi, motto dan
tujuanya, identitas yayasan, sarana dan prasarana, struktur
organisasi, pembiayaan operasional dan kerjasama.
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
Bab ini membahas tentang hasil analisis pelaksanaan program lab
skill keterampilan percetakan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok
serta faktor pendukung dan penghambat dari program tersebut.
BAB V PENUTUP
Bab terakhir ini, memberikan kesimpulan terhadap hasil penelitian
yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, guna menghasilkan
masukan ataupun saran membangun terhadap program yayasan.
18
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan menurut kamus lengkap bahasa Indonesia adalah
proses, cara, serta perbuatan memberdayakan.13
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai
kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk
membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan terlepas dari
keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa
kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Kekuasaan senantiasa
hadir dalam konteks relasi sosial, karena itu kekuasaan dan hubungan
kekuasaan dapat berubah, dengan pemahan kekuasaan seperti ini,
pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki
konsep yang bermakna.14
Menurut Gunawan Sumodiningrat pemberdayaan adalah upaya
untuk membangun daya yang dimilki dhu’afa dengan mendorong,
memberikan motivasi, dan meningkatkan kesadaran tentang potensi yang
dimiliki mereka, serta berupaya untuk mengembangkannya.15
13
Artmanda. W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jombang: Frista) 14
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:
Rafika Aditama, 2005), h. 58 15
Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Daerah dan Pengembangan
Masyrakat, (Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997), h. 165
Selaras dengan pengertian di atas Shardlow melihat bahwa
berbagai pengetian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya
membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha
mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam
kesimpulannya Shardlow menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai
suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Blesek yang dikenal
dibidang pendidikan ilmu kesejahteraan sosial dengan nama self
Determination, yang dikenal sebagai salah satu prinsip dasar dalam bidang
pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya
mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan
dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi
sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam
membentuk hari depannya.16
Selanjutnya Kartasasmita dalam buku isu-isu tematik pembangunan
sosial yang ditulis oleh Sulistiari (2004) mengatakan, bahwa
memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan
masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendinamisasi potensi-
potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat
seluruh lapisan masyarakat, dengan kata lain menjadikan masyarakat
mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi
penguatan anggota individu dan anggota masyarakat tetapi juga pranata-
16
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, (Jakarta: FEUI Press, 2003) h. 54
pranatanya menanamkan nilai budaya seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya
pemberdayaan.17
Menurut Ife pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni
kekuasaan dan kelompok lemah, kekuasaan di sini diartikan bukan hanya
menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan
atau penguasaan klien atas:
1) Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup yaitu
kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya
hidup, tempat tinggal dan pekerjaan.
2) Pendefinisian kebutuhan yaitu kemampuan menentukan kebutuhan
selaras dengan aspirasi dan keinginannya.
3) Ide atau gagasan yaitu kemampuan untuk mengekspresikan dan
menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara
bebas tanpa tekanan.
4) Lembaga-lembaga yaitu kemampuan menjangkau, menggunakan dan
mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga
kesejahteraan sosial, pendidikan dan kesehatan.
5) Sumber-sumber yaitu kemampuan memobilisasi sumber-sumber
formal, informal dan kemasyarakatan.
6) Aktivitas ekonomi yaitu kemampuan memanfaatkan dan mengelola
mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.
17
Sulistiari, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi,
(Jakarta: Balai Latihan dan Pengembangan Sosial Dep. Sos. RI, 2004), h. 29
7) Reproduksi yaitu kemampuan dalam kaitannya dengan proses
kelahiran, perawatan fisik, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.
Pemberdayaan Masyarakat sering dipahami sebagai perwujudan
dari pengembangan masyarakat yang lahir dari tradisi pendidikan massa
(mass education) dan berbasis pada bidang pekerjaan sosial, serta memiliki
kemiripan cakupan dengan pendidikan luar sekolah, namun pengembangan
masyarakat berkembang menjadi disiplin llmu mandiri.18
Menurut Suhartini pemberdayaan biasanya menggunakan strategi
bottom up. Artinya, masyarakat sejak awal dilibatkan dalam proses
perencanaan sampai pada pelaksanaan, dengan demikian disamping
menjadi objek, masyarakat juga menjadi subjek dan pelaku pembangunan
yang merupakan bagian dari proses peerubahan sosial.19
Menurut Edi Suharto pemberdayaan betujuan untuk:
1) Meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak
beruntung.
2) Sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi
terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya.
3) Menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui
pengubahan struktur sosial.
18
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:
Rafika Aditama, 2005), h. 59 19
Rr. Suhartini, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT
LKiS Pelangi Aksara, 2005), Cet. Ke- 1, h. 133.
4) Suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan
agar mampu menguasai/ berkuasa atas kehidupannya.20
Dari berbagai pengertian yang ada, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang
dilakukan untuk membuat masyarakat semakin berdaya dengan melibatkan
masyarakat sebagai subjek sehingga mereka mempunyai Power/Kekuatan
dengan cara mengembangkan skill/potensi yang dimilkinya, yang dapat
dikembangkan dalam pelatihan- pelatihan agar mempunyai modal untuk
hidup mandiri.
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Strategi menurut kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
ilmu/seni menggunakan sumber daya untuk melaksanakan strategi
kebijksanaan tertentu.21 Jika dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat
maka strategi adalah bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan dan
sumber daya sehingga dapat mengaplikasikanya dilapangan.
Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowrment setting):
1) Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.
Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut
sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered
approach).
20
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 59 21
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonsia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.
964
2) Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3) Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem
Belajar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan
pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,
perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian
masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam
pendekatan ini. Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang
yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka
sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk
bertindak.22
3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Ada beberapa tahapan dalam proses pemberdayaan masyarakat
diantaranya adalah:
1) Tahap Persiapan. Tahap ini meliputi persiapan petugas (community
worker) dengan tujuan supaya ada kesamaan persepsi antar anggota
agen perubah (agent of change) mengenai pendekatan apa yang dipilih
dalam melakukan pengemangan masyarakat.
22
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 66
2) Assesmen. Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap masalah dan
sumber daya yang dimiliki klien/masyarakat assesmen ini dapat juga
dilakukan dengan menggunakan penilaian SWOT, strength/kekuatan,
weaknes/ kelemahan, opportunity/kesempatan dan threat/tantangan.
3) Tahapan Perancanaan Program. Pada tahap ini agen perubah mencoba
melibatkan masyarakat untuk memahami masalah yang mereka hadapi
dan berusaha mencari solusi terhadap masaslah tersebut.
4) Tahap Formulasi Aksi. Dalam tahap ini agen perubah membantu
kelompok masyarakat untuk menentukan program dan kegiatan yang
akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Formulasi rencana aksi dirumuskan oleh petugas dengan masyarakat.
5) Tahap Pelaksanaan program/Kegiatan. Pada tahap ini agen perubah
membantu kelompok masyarakat dalam melaksanakan program yang
telah direncanakan.
6) Tahap Evaluasi. Pada tahap ini agen perubah bersama peserta dari
kelompok masyarakat melakukan pengawasan terhadap program-
program yang dilaksanakan dan mengawasinya.
7) Tahap terminasi. Pada tahap ini dilakukan pemutusan hubungan kerja
secara resmi antara pekerja sosial dengan masyarakat. Tahap terminasi
pada program pemberdayaan dilakukan di akhir kegiatan berupa focus
group discussion sebagai program evaluasi terhadap seluruh
kegiatan.23
23
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, h. 244
Selaras dengan tahapan pemberdayaan diatas Suhartini membagi
tahapan pemberdayaan kedalam enam tahapan yaitu:
1) Membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya.
2) Melakukan analisis/ kajian terhadap permasalahan tersebut secara
mandiri/ partisipatif. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara
curah pendapat, membentuk kelompok-kelompok diskusi, dan
mengadakan pertemuan warga secara periodik/ terus menerus.
3) Melakukan skala prioritas, dalam arti memilih dan memilih tiap
masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan.
4) Mencari cara penyelesaian masalah yang sedang dihadapi antara lain
dengan pendekatan sosio-kultural yang ada dalam masyarakat.
5) Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi.
6) Mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk
dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.24
Lebih spesifik kepada pemberdayaan kaum dhu’afa menurut Asep
Usman Ismail dikutip dari bukunya Isbandi menggambarkan 5 tahapan
utama; pertama, menghadirkan kembali pengalaman yang
memberdayakan dan pengalaman yang tidak memberdayakan. Kedua,
Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidak
berdayaan. Ketiga, mengidentifikasikan suatu masalah atau projek
pemberdayaan. Keempat, mengidentifikasikan basis daya yang bermakna
24 Rr. Suhartini, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, h. 135
bagi pemberdayaan. Kelima, mengembangkan rencana-rencana aksi
pemberdayaan dan mengimplementasikannya.25
B. Pengertian Dhu’afa, Fakir dan Miskin
1. Pengertian Dhu’afa
Perkataan dhu’afa dalam kosa kata Al-Qur’an merupakan bentuk
jamak dari kata dha’if. Kata ini berasal dari kata dhu’afa, yadh’ufu, dhu’fan
atau dha’fan yang secara umum mengandung dua pengertian, lemah dan
berlipat ganda. Tentu saja yang dimaksudkan dalam konteks pembahasan
ini dhu’afa secara literal berarti orang-orang yang lemah. Menurut al-
Ashfahani perkataan dhu’fu merupakan lawan dari quwwah yang berarti
kuat. Kemudian menurut Imam Khalil, Pakar ilmu nahwu, istilah dhu’fu
biasanya dimaksudkan untuk menunjukan lemah fisik, sedangkan dha’fu
biasanya digunakan untuk menunjukan lemah akal.
Sejalan dengan penjelasan di atas, Al-Raghib al- Ashfahani di dalam
kitab Mufradat Alfadah Al-Qur’an ketika menjelaskan makna dan maksud
istilah dhi’af-an pada surat anisa ayat 9 sebagai berikut:
��������� �� ����� ���� ��������� �� � !" #$%&' ()*+-./0 �1#2&/34
���/$��5 �6!"�78%�9 ���:;*<��$%�$ ���� ������:;����� (=���� �>?+ ?&@ ABC
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya
meninggalkan anak-anak yang lemah dibelakang mereka yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, maka hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah daan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.
25
Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan
Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 10
Dari ayat di atas bahwa istilah dhi’af-an memiliki beberapa
pengertian:
Pertama, dha’if al-jism yakni lemah secara fisik. Maksudnya, bahwa
orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka memilki
fisik, tubuh, atau badan yang lemah. Bagi orang Islam, makanan yang
bergizi itu selain memenuhi gizi yang seimbang sebagaimana dirumuskan
dalam prinsip empat sehat lima sempurna, tetapi juga harus memperhatikan
syarat halalan thayyiba, yakni halal secara ilmu fikih dan berkualitas bagi
kesehatan tubuh.26
Sejalan dengan ini Sajogyo menjelaskan seseorang
belum dikatakan sejahtera jika belum mencukupi standar protein dan kalori
tertentu, sedang menurut BPS kebutuhan minimum untuk hidup di ukur
dengan pengeluaran untuk makanan setara 2.100 kalori per kapita per hari.27
Kedua, dha’if fi al-aqli yakni lemah secara intelektual. Sebenarnya
setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang hampir sama. Misalnya
kelemahan intelektual anak-anak pada umumnya tidak terletak pada potensi
anak itu sendiri, tetapi terletak pada kemampuan orang tua, guru dan orang
dewasa disekitar kehidupan anak-anak dalam mengembangkan potensi
kecerdasan mereka.
Ketiga, dha’if al-hali yakni lemah karena keadaan sosial ekonomi
yang dihadapinya. Adapun yang dimaksud dengan kelemahan yang ketiga
ini adalah sebagai berikut: (1) kelemahan itu tidak berkenaan dengan fisik,
keterampilan hidup dan kecerdasan, tetapi berkenaan dengan kemampuan
26
Asep Usman Ismail, dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan
Kaum Dhu’afa, h. 19 27
Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, (Jakarta:
IMPAC, 1999) h.10
untuk mndapat informasi dan peluang pengembangan diri. (2) Kelemahan
itu berkenaan dengan kemiskinan dan masalah-masalah sosial. Anak-anak
yatim dari lingkungan masyarakat fakir miskin yang cerdas dan memilki
keinginan untuk maju termasuk salah satu contoh kelemahan bentuk ketiga.
Seorang muslim selain diperintahkan agar senantiasa meningkatkan
ketakwaan-nya kepada Allah, juga sangat ditekankan agar tidak
membiarkan generasi yang lemah dilingkungan terdekatnya, terutama kaum
dhu’afa seperti anak yatim, fakir miskin, anak jalanan, dan anak-anak
terlantar, serta orang-orang dari keluarga yang termasuk penyandang
masalah kesejahteraan sosial.
Dapat disimpulkan menurut al-Asfahani, pengertian dhu’afa yang
berakar dari kata dha’afa membentuk kata dhu’afa dengan segala
perubahannya di dalam Al-Qur’an mengandung pengertian: lemah secara
fisik, lemah kedudukan, lemah ekonomi, lemah akal dan ilmu/ kurang
pendidikan, lemah iman/ keyakinan, dan lemah jiwa.
Istilah dhu’afa ini antara lain ditemukan pada ayat Al-Qur’an, yang
mengandung pengertian lemah fisik, baik karena belum cukup umur, lanjut
usia maupun karena faktor kwalitas kesehatan.28
EF�7�� G8�� ���⌧#&/.B��� J=� G8�� KL&M��&☺���� J=� G8�� �� ����� J=
O?3"�Q ��� O�:; #R+ ST��&U ��0!; �����V�W X� Y Z!��@�.� K ��� G8��
�[ (3\�☺���� � � �]7!^&@ K _���� ⌦.�:#⌧a B � UF. AB4C
Artinya: Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas al-dhu’afa/ orang-orang
yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak
memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku
28
Asep Usman Ismail, dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan
Kaum Dhu’afa, h. 18-19
ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk
menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang, (Q.S. al-Taubah : 91).
2. Pengertian Fakir dan Miskin
Berkenaan dengan fenomena kemiskinan, Al-Qur’an menyebut
istilah miskin dalam bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebutnya
dalam bentuk jamak, masakin, debanyak 12 kali. Jadi secara keseluruhan
Al-Qur’an menyebut istilah miskin sebanyak 23 kali. Dilihat dari segi
kebahasaannya istilah miskin berasal dari kata kerja sakana, yang akar
hurufnya terdiri atas s-k-n. Perkataan sakana mengandung arti diam, tetap,
jumud dan statis. al-Ashfahani mendefinisikan miskin adalah seorang yang
tidak memiliki apapun.
Istilah miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang
atau sekelompok orang yang lemah. Ketika seseorang itu tidak berhasil
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yakni potensi kecerdasaan,
mental dan keterampilan, maka keadaan itu akan berakibat langsung pada
kemiskinan, yakni ketidakmampuan mendapatkan, memilki dan mengakses
sumber-sumber rizki sehingga ia tidak memiliki sesuatu apapun untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang miskin memiliki tenaga untuk
bekerja, tetapi ia tidak melatih dan membiasakan dirinya untuk menjadi
pekerja yang terampil. Orang miskin juga memiliki potensi untuk
mengembangkan dirinya tetapi tidak berhasil menjadi pekerja yang ulet.
Mereka memilih pola hidup sakana yang berarti diam, jumud dan statis
tidak mengembangkan skill atau keterampilan dan keahlian dalam hidupnya
karena malas. Akibatnya miskin.29
Namun menurut Gunawan Sumodiningrat dalam bukunya
kemiskinan teori, fakta dan bijakan, penyebab kemiskinan tidak hanya
disebabkan karena seseorang diam, apatis, malas dan tidak mengembangkan
skillnya yang di istilahkan dengan kemiskinan Kultural/Culture of poverty,
Akan tetapi juga seseorang menjadi miskin karena lebih bersifat hambatan
kelembagaan atau strukturnyna memang bisa menghambat seseorang untuk
meraih kesempatan-kesempatannya sehingga masyarakat tidak dapat ikut
menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi
mereka.30
Menurut Tadjuddin Noer Effendi “ kemiskinan ini meliputi
kekurangan fasilitas pemukiman yang sehat, kekurangan pendidikan,
kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya, kekurangan perlindungan
dari hukum dan pemerintah.31
Selanjutnya Sajogyo menggunakan satuan kilogram beras ekuivalen
untuk menentukan kriteria batas garis kemiskinan penduduk.
1. Sangat Miskin
Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
mempunyai penghasilan di bawah setara dengan 240 kg beras ekuivalen
setiap orang dalam setahun untuk penduduk yang hidup di perdesaan, dan
mereka yang berpenghasilan setara dengan 360 kg beras untuk penduduk
yang tinggal di perkotaan.
29
Ibid, h. 20 30
Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, h.16 31
Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia, Peluang kerja, dan
kemiskinan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 203
2. Miskin
Penduduk yang temasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
mempunyai penghasilan setara dengan 240 kg beras sampai 320 kg beras
per tahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yang
berpenghasilan setara dengan 360 kg beras sampai 480 kg beras per tahun
untuk penduduk yang tinggal di kota.
3. Hampir Cukup
Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
mempunyai penghasilan setara 320 kg beras sampai 480 kg beras per
tahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yang
mempunyai penghasilan setara 480 kg beras sampai 720 kg beras per
tahun untuk penduduk yang tinggal di kota.
4. Cukup
Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
mempunyai penghasilan setara dengan lebih dari 480 kg beras setiap
orang selama setahun di daerah perdesaan, dan mereka yang mempunyai
penghasilan setara 720 kg beras setiap orang selama setahun untuk
daerah perkotaan.32 .
Sementara itu, istilah fakir di dalam bahasa Indonesia berasal dari
kosa kata bahasa Arab faqir dalam bentuk tunggal dan fuqara’ dalam
bentuk jamak yang secara kebahasaan, menurut Al-Raghib al-Ashfahani,
memilik empat pengertian. Pertama, perkataan faqir berarti orang yang
membutuhkan Allah. Kebutuhan ini merupakan eksistensial yang berkenaan
32 Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, h.8
dengan eksistensi manusia, yakni bahwa setiap manusia secara universal
membutuhkan Allah sebagaimana dinyatakan di dalam ayat yang berikut:
�)b?cd2�+ ef�f(��� g iWZ e������;:#���� G8j!; k��� � _���� ��/l
mLn����� ?� ☺&����� A4!C
“Wahai seluruh manusia kalian fuqara’ yakni membutuhkan Allah,
sedangkan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Q.S. Fathir: 15).
Kedua, perkataan faqir berarti membutuhkan. Dalam pengertian
bahwa setiap orang membutuhkan makanan dan minuman serta kebutuhan
fisik-biologis lainnya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Ketiga,
perkataan faqir berarti tidak memilki, tidak mengakses, dan tidak
mendapatkan sembilan bahan pokok (sembako) untuk memenuhi kebutuhan
hidup setiap hari sehingga ia menjadi faqir, yakni membutuhkan
pertolongan dan bantuan dari yang memilki kemampuan. Keempat
perkataan faqir berarti faqr al-nafs, yakni jiwa yang tidak memiliki, tidak
mengakses, dan tidak mendapatkan siraman rohani untuk pengayaan batin.33
Para ulama fiqih sepeti Imam Hanafi berpendapat bahwa fakir
adalah orang yang tidak memilki penghasilan tetap dan tidak ada yang
memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sementara itu Imam Syafi’i
berpendapat bahwa fakir adalah orang yang tidak dapat mencukupi
kebutuhan dasar. Sementara itu, orang miskin adalah orang yang memiliki
pekerjaan tetap tetapi penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhannya
sehari- hari.34
33
Asep Usman Ismail, dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan
Kaum Dhu’afa, h. 20-21 34
Hasan Shadili, (ed), Fakir dalam Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus, Jilid 7,
(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 3977
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah fakir dan
miskin pada dasarnya sama yakni seseorang yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya karena keterbatasan mereka. Namun antara fakir
dan miskin ada derajat yang membedakannya yakni istilah fakir lebih
rendah derajatnya dari istilah miskin.
C. Pengertian Laboratorium Skill
Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode
praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa
berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-
gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu
yang dipelajari.35 Sedangkan skill adalah kata serapan dalam bahasa Inggris
yang berarti: keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang memampukan
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.36 Skill juga bisa diartikan sebagai
keterampilan/how-to atau cara untuk melakukan sesuatu, landasan dari skill
adalah pengalaman dan pembelajaran secara praktek lapangan. Skill memiliki
karakter bisa ditransfer dari individu ke individu lainnya melalui proses
pembelajaran bertahap. Praktek dan pengulangan merupakan dua kunci utama
bagi seseorang untuk menguasai skill yang baru.37 Jadi laboratorium skill dapat
diartikan sebagai tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang
dilakukan melalui proses pembelajaran bertahap guna meningkatkan
35
Artikel di akses pada 10 november 2009 dari
http://smileboys.blogspot.com/2008/05/pengertian-laboratorium.html 36
J.S Badudu, Kamus; Kata-Kata Serapan Asing dalam B. Indonesia (Jakarta:
Kompas, 2005), h. 322 37 Artikel di akses pada 10 November 2009 dari Http://diglib.petra.ac.id
keterampilan, kemampuan dan pengetahuan pada diri seseorang sehingga
mampu melakukan suatu pekerjaan untuk bekal hidupnya.
Di era perdagangan bebas seseorang dianjurkan untuk memiliki
kecakapan hidup/life skill sehingga dapat bersaing dengan yang lain. Secara
umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill dan specific life skill.
General life skill dibagi menjadi dua yaitu personal life skill/kecakapan
personal dan social skill/kecakapan sosial. Kecakapan personal itu sendiri
terdiri dari self awarness skill kecakapan mengenal diri dan thinking skill/
kecakapan berpikir. Spesific life skill juga dibagi menjadi dua yaitu academic
skill kecakapan akademik dan vocational skill kecakapan vokasional/kejuruan.
Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan,
kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kecakapan
berpikir meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi,
mengambil keputusan dan kecakapan memecahkan masalah. Kecakapan sosial
meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan kecakapan
bekerjasama. Kecakapan akademik meliputi kecakapan mengidentifikasi
variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis dan kecakapan
melaksanakan penelitian. Kecakapan vokasional/kejuruan terkait dengan
bidang pekerjaan tertentu (Depdiknas, 2003:8)38
Menurut Jecques Delor mengatakan bahwa pada dasarnya program life
skills ini berpegang pada empat pilar pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan).
2. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat/bekerja).
38 Ginna Santosa, S.Pd, “Pengembangan Aspek Skill dan Entrepreneurship dalam
Pembelajaran Sejarah di Sekolah,” Program Pascasarjana UNDIP Semarang, 3 Juni 2009.
3. Learning to be (belajar untuk menjadi orang yang berguna).
4. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang
lain).39
39 Artikel di akses pada 10 November 2009 dari Andreas04 oleh Andreas Viklund.
Blog pada WordPress.com.
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri Depok
Berawal dari keprihatinan terhadap nasib anak bangsa yang mengalami
kemiskinan dan kebodohan, generasi bangsa tersebut berada dalam
persimpangan jalan. Kondisi ekonomi yang terpuruk menambah deretan
permasalahan yang mereka hadapi, kemiskinan, kebodohan yang bermuara
pada kriminalitas dan penyakit sosial lainnya.
Wujud dari keprihatinan Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu dengan
menyelenggarakan pendidikan Gratis, mulai dari Pendidikan Usia dini
(PAUD), SD Persamaan, SMP, dan SMU, penyelanggaraan Lab Skill bagi
masyarakat kurang mampu.40
Pada awalnya bapak Nurrohim dan rekan-rekannya secara suka rela
melakukan pembinaan dan memberikan pendidikan informal bagi anak jalanan,
ia merupakan motor penggerak kegiatan tersebut, baginya pendidikan adalah
hal yang sangat penting sehingga dia merasa terpanggil untuk membantu anak
jalanan yang tidak sekolah agar memperoleh pendidikan. Nurrohim prihatin
dengan kondisi anak-anak bangsa dimana masih banyak anak bangsa yang
tidak dapat bersekolah. Karena kemiskinan, banyak anak yang putus sekolah
bahkan tidak pernah sekolah, jangankan memikirkan pendidikan, memikirkan
makan saja sulit.
Bagi Nurrohim, bergaul dengan kaum dhuafa terminal merupakan hal
yang biasa dalam hidupnya. Predikat lulusan pesantren yang disandangnya
40
Brosur Penerimaan Siswa Baru Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Tahun
2008/2009
36
tidak membuatnya jauh dari kehidupan jalanan sehingga dia tahu betul
bagaimana kehidupan di jalanan. Hal itulah yang mendorongnya untuk
mengajak taman-temannya yang berstatus mahasiswa untuk melakukan
pembinaan dan memberikan pendidikan informal bagi anak jalanan.
Kegiatan tersebut dimulai pada tahun 2001 dengan memanfaatkan
sebuah masjid di terminal Depok yang kondisinya pada saat itu masih
memprihatinkan. Dan kini, berkat kesungguhan dan keikhlasan, Nurrohim dan
rekan-rekannya telah mendirikan Yayasan yang tidak hanya diperuntukkan
bagi anak jalanan saja, tetapi juga untuk anak-anak miskin yang tidak memiliki
biaya.
Yayasan Bina Insan Mandiri yang terkenal dengan nama Sekolah
Master/Masjid Terminal karena Nurrohim dan rekan-rekannya pada tahun 2004
melakukan kegiatan di masjid. Keadaaan Bina Insan Mandiri di kalangan
masyarakat sangat dibutuhkan untuk melakukan kewajiban memberi
pencerahan terhadap anak jalanan yang berasal dari latar belakang yang
berbeda.41
Wujud dari keprihatinan Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu dengan
menyelenggarakan pendidikan Gratis mulai dari Pendidikan Usia dini (PAUD),
SD Persamaan, SMP, dan SMU bagi masyarakat kurang mampu. Program
tersebut terlaksana berkat kerjasama dengan USZ Mitra BAZNAS (Badan
Amil Zakat Nasional) Bina Insan Mandiri, Diknas, CSR/Corporate Social
Respon cibility bidang keagamaan, PT. Adikarya dan PT. Bakrie Telkom serta
donatur perorangan.
41 Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurrohim tanggal 27 Okt 2009
Selain menggarap bidang pendidikan Yabim dan USZ mitra BAZNAS
Bina Insan Mandiri juga memberikan pelayanan sosial berupa dakwah sosial,
kesehatan dan pemberdayaan ekonomi sehingga konsep Islam yang kamil
dapat terealisasaikan dalam kehidupan sehari-hari.42
YABIM dan USZ mitra BAZNAS Bina Insan Mandiri concern dengan
pembinaan kaum dhu’afa yang terdiri dari pengamen, pengasong, anak jalanan,
pemulung, serta kaum dhu’afa yang memiliki potensi untuk hidup layak dan
akidah yang cukup. Kehadiran Yayasan Bina Insan Mandiri di terminal Depok
sangatlah membantu dalam mencerdaskan anak bangsa dan merealisasikan
harapan-harapannya. Paling tidak dengan adanya PKBM dan Yayasan Bina
Insan Mandiri (Pusat Kegitan Belajar Masyarakat) dan pembelajaran secara
Gratis dapat memberikan solusi dari permasalahan masyarakat yang menjadi
beban pemerintah. Sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat marginal untuk
tidak dapat mengenyam pendidikan, tidak ada lagi seorang anak bunuh diri
karena tunggakan SPP, tidak ada lagi orang tua yang terbebani dengan
mahalnya biaya pendidikan, tidak ada lagi si sakit yang menangis bertambah
deritanya lantaran tidak memiliki uang untuk berobat.
Tantangan Bina Insan Mandiri ialah mampu membentuk masyarakat
yang mandiri, kreatif dan berakhlak mulia sehingga dapat meningkatkan taraf
hidup masyarakat.
Dukungan moril dan materil yang besar dari masyarakat yang peduli
terhadap Bina Insan Mandiri adalah salah satu kekuatan Yayasan Bina Insan
Mandiri, sehingga sampai saat ini pendidikan dan pelatihan dapat dinikmati
42
Brosur Penerimaan Siswa Baru Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Tahun
2008/2009
oleh masyarakat dhu’afa43.
B. Visi dan Misi
Visi: Cerdas, mandiri, kreatif dan berakhlak mulia
Misi:
1) Menghadirkan pendidikan gratis yang berkualitas
2) Mengembangkan kemandirian melalui Lab skill
3) Pembinaan mental dan spiritual yang berkesinambungan.
C. Identitas Yayasan
1. Nama Yayasan : Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu yayasan yang
independen yang bergerak di bidang pendidikan,
sosial, dakwah dan ekonomi kerakyatan.
2. Alamat : Jl. Margonda No. 58 Terminal Terpadu Depok
3. Tujuan Pelayanan
Tujuan Umum : Meningkatkan kecerdasan bangsa menuju masyarakat yang
mandiri dan berbudi pekerti.
Tujuan Khusus :
1) Menyiapkan masyarakat yang mandiri.
2) Menyiapkan insan yang handal melalui keterampilan
tepat guna dan berhasil.
4. Sasaran pelayanan :
1) Para pemuda potensial yang memiliki keinginan untuk
belajar
2) Masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah
43 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Nurrochim tanggal 27 Okt 2009
yang belum tersentuh dan sadar akan pentingnya
pendidikan baik formal maupun non formal
3) Para kaum dhu’afa yang mengalami kesulitan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik,
kegiatan ekonomi yang memadai serta kebutuhan
sosial yang menyangkut hajat hidup umat isam.44
D. Sarana dan Prasarana
Tabel 3
Sarana dan Prasarana
No. Jenis Jumlah Keterangan
1. Ruang kelas 10 Baik
2. Ruang guru 2 Baik
3. Perpustakaan 1 Baik
4. Ruang TU 1 Baik
5. Ruang Lab-Skill 1 Baik
6. Lapangan futsal 1 Baik
7. Asrama laki-laki 1 Baik
8. Asrama perempuan 1 Baik
9. WC 3 Baik
10. Masjid 1 Baik
11. komputer 8 Baik
12. Ruang Kesehatan 1 Baik Sumber: Yayasan Bina Insan Mandiri Depok
Tabel 4
Data Relawan dan Pengurus Yayasan Bina Insan Mandiri
No Nama Lengkap
L
/P
Tempat dan Tempat
Lahir Alamat Pendidikan Jurusan
1 Agus Salim L Tegal, 09 Jan 1985
Cibubur Jakarta
Timur UNINDRA T. Informatika
2
Ahmad Syarifudin
L Jakarta, 25 Jun 1989 Jl. Margonda Raya No. 58 Depok SMU IPS
3 Ais Rahim L Gorontalo, 22 Des 1988
Jl. Margonda Raya No. 58 Depok UI
Sastra Jawa
4
Angga Roman
W L Jember, 15 Agust 1974
Jl. Kenanga II No.
120 Pancoran Mas S1 Interlive Sastra Inggris
44 Brosur Proposal Pendidkan gratis, (School for People) Bina Insan Mandiri 2009
Depok
5 D. Sofyansyah L Jakarta, 31 Des 1979
Jl. Salak Raya No. 200 Sukamajaya
Depok
AL-
QUDWAH Tarbiyah
6 Dede Hermawan L Bandung, 30 Jan 1984
Jl. Raya Lenteng Agung No.25 Jakarta S1 IISIP B. Inggris
7
Diana Nur Farida
P Depok, 06 Sept 1990 Jl. A.R Hakim No.15 Kemiri Muka Depok
PTJ Inggris Bisnis
8 Dicky Nugraha L Jakarta, 22 Feb 1980
Jl. Cimanuk VII No.2
Depok II SMU IPS
9
Drs.Poerwandri
yono L Jakarta, 24 Juli 1987 Depok
IKIP Jakarta Teknik
10 Eka L Depok, 29 Nov 1988 Depok SMA IPA
11 Ekwanto TP L Depok, 07 Okt 1984
JL. Janger 2 No.125 Depok II
S1 UNINDRA
Pendidikan IPS
12 Emi Maya P Bojonegoro, 05 Feb 1984
Gg. H.Fatimah No.36
Depok STIAMI Administrasi
13
Firman Rizki Hidayat
L Jakarta, 04 Sept 1990
Jl. Rawa Sari No.13
Cipayung Pancoran
Mas Depok SMA IPS
14 Fitriah P Depok, 26 Juni 1989
Jl. Margonda Raya
No. 58 Depok UIN Jakarta Dakwah
15 Hendra Pujianto L Jakarta, 11 Sept 1986
Jl. Margonda Raya No. 58 Depok
TRIANANDRA Ekonomi
16
Ilhamsyah D
,S.Ked L Jakarta, 03 April 1972
Jl. Tole Iskandar Gg
Attaqwa No.45 BTN Depok S1 UI Kedokteran
17 Ismail L Jakarta, 14 Maret 1986
Jl. Margonda Raya No. 58 Depok
TRIANANDRA Ekonomi
18 Komarudin L Sukabumi, 11 Apil 1986
Jl. Margonda Raya
No. 58 Depok
AL-
QUDWAH Tarbiyah
19 Lianti P Bogor, 29 Agust 1985
Gg Munjar Kp
Kelapa Citayam Bojong Gede Bogor
AL-QUDWAH Tarbiyah
20 M Anshori L Depok, 18 Feb 1988
Gg Swadaya Rt
01/07 No 46 Kemiri Muka Beji Depok UI Hukum
21
M Ayatulloh
Komeni L Bengkulu, 16 Juni 1989
Jl. Margonda Raya
No. 58 Depok UI Sastra Jawa
22 Ma’rifah P Depok, 11 Maret 1977
Gg. Swadaya Beji Depok
Univ. Mutiara
Islam PGTK
23 Masfufah P Depok, 30 Jan 1983 Depok MA IPS
24
Muh Natsir / Ghifar
L Dompu, 16 Juli 1987 Jl. Margonda Raya No. 58 Depok SMA IPS
25
Muhammad Ramdhani
L Purwakarta, 02 Nov 1971 Jl. Margonda Raya No. 58 Depok D3 STIM Akuntansi
26
Mustamiin,S.Psi L Depok, 19 Okt 1980
Gg. Swadaya Beji
Depok
S1 UIN
Jakarta
Psikologi
Pendidikan
27 Nova Dwi N P Jakarta, 30 Nov 1983
Jl Situ Gede No.1
Cibubur JakTim UNJ PAUD
28 Nur Laela P Jakarta, 08 Sept 1988
JL. Raya Sawangan Pancoran Mas Depok
AL-QUDWAH Tarbiyah
Sumber: Yayasan Bina Insan Mandiri Depok
E. Stuktur Organisasi
Pelindung : Yayasan Bina Insan Mandiri
Pembina Tekhnis : Dinas Pendidikan / Penilik PLS Diknas
Penasehat : Drs. Poerwandriyono
Ketua : Nurrohim, Amd
Sekretaris : Toni
Bendahara : Ahmad Khairuddin Jufri
Koordinator Pendidikan : Ilham
Koordinator Dakwah : Qomarudin
Koordinator Sosial : Ahmad Syarifudin
Koordinator Kesehatan : Irsan A. Md
Koordinator Lab Skill : Mustami’n
Koordinator TK : Ma’rifah
Koordinator SD : Sofyansyah
Koordinator SMP : Tommy Al-Qodiri
Koordinator SMU : Ekwanto45
F. Pembiayaan Operasional
Dana operasional dalam menjalankan roda Yayasan Bina Insan Mandiri di
dapat dari hasil kerjasama dan bantuan dari CSR perusahaan, badan amil zakat,
para donator dll.46
45
Brosur Proposal Pendidkan gratis, (School for People) Bina Insan Mandiri 2009 46 Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurrohim tanggal 28 Okt 2009
DONATUR Kas PKBM
Pengembangan SDM
Sarana & Prasarana
Kurikulum
Lap. Keuangan
G. Program dan Kegiatan
1. Paud (Pendidikan Usia Dini)
Pendidikan usia Dini merupakan wadah yang strategis dalam
pembinaan anak yang berumur 0 sampai 5 tahun. Teori psikologi
perkembangan menerangkan bahwa pendidikan yang ditanamkan pada usia
dini akan mempengaruhi kepribadian anak pada usia selanjutnya, kesalahan
mendidik anak pada usia dini menyebabkan timbulnya benih kepribadian
yang negatif.
Kehadiran PAUD di terminal Depok yang dikelola oleh YABIM
bertujuan untuk membantu para orang tua murid yang memiliki keterbatasan
ekonomi dan pengetahuan cara mendidik anak sehingga kesadaran untuk
menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah dapat terealisasikan dengan baik.
Walhasil anak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana dicita-citakan
oleh orang tuannya. Sampai saat ini jumlah seluruh PAUD ada 120 santri
2. Sekolah Dasar Persamaan Paket A
Kondisi perekonomian yang belum membaik menyebabkan masih
banyaknya orang tua yang mengalami kesulitan untuk menyekolahkan tidak
terkecuali untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah dasar (SD). Banyaknya
anak–anak jalanan yang berusia Sekolah Dasar berada disekitar trotoar dan
lampu merah
Adalah salah satu akibat dari mahalnya biaya sekolah dasar dan
dengan keterbatasan yang ada YABIM berusaha memberikan fasilitas
kepada mereka untuk belajar dalam program Sekolah Dasar sampai saat ini
program tersebut mendapatkan respon yang positif dari masyarakat lemah.
Program Sekolah Dasar ini memiliki siswa berjumlah 138 siswa dan siswi.
3. Kejar Paket B Setara SMP dan SLTP Terbuka
SLTP diselenggarakan oleh YABIM sebagai tindak lanjut dari
jenjang dasar bertujuan memberikan bekal pengetehuan serta keterampilan
bagi siswa SLTP sehingga pola pikir siswa menjadi positif dan siap
menyongsong masa depan dengan bekal keterampilan yang ia miliki.
Jumlah seluruh siswa yang mengikuti program SLTP sebanyak 348 siswa
yang terdiri dari anak jalanan, pengamen, pengasong dan masyarakat yang
tidak mampu.
4. Kejar Paket C Setara SMU
Kejar paket C merupakan suatu program yang dirancang untuk
meninggkatkan pola pikir dan kualitas bagi para siswa yang kebingungan
ketika harus memilih antara dunia usaha ditengah keterbatasan yang ada.
Program ini juga mempersiapkan para siswa didik untuk menempuh jenjang
perguruan tinggi sesuai minat dan kemampuan mereka khusus dalam segi
akademis. Jumlah seluruh siswa sampai saat ini mencapai 289 siswa.
5. Lab. Skill
Program ini dimaksudkan agar para siswa memilki semangat/spirit
dalam menjalani kehidupan, memilki jiwa kreatif, sikap positif, jujur dan
inovatif. Harapan dari pelatihan ini agar para siswa memilki jiwa
enterpreneur sejati yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, mampu
melihat, menggali dan mengembangkan potensi daerahnya.47
47
Brosur Proposal Pendidkan gratis, (School for People) Bina Insan Mandiri
2009
Program lab skill adalah sebuah tempat/laboratorium dimana siswa
YABIM bisa meningkatkan keahlian/keterampilannya sehingga mereka
dapat bersaing dalam mendapatkan sebuah pekerjaan dan tidak lagi hidup di
jalan program ini diperuntukan masyarakat dhuafa/marginal yang ada di
sekitar terminal Depok, program ini mempunyai banyak macam dan
jenisnya, sebagai sebuah pilihan bagi mereka untuk menyalurkan minat dan
bakat mereka, diantara macam dan jenisnya adalah keterampilan menjahit,
komputer, pengolahan limbah, pengobatan budi daya jamur, percetakan, dll.
Sasaran programnya sangat strategis yakni kaum dhuafa yang sadar dan
membutuhkan mereka yang ingin mengembangkan skillnya.
Program lab skill yang ada di YABIM Depok begitu efektif dan begitu
besar manfaat yang dirasakan oleh peserta yang mengikutinya karena
banyak dari mereka kini menjadi mandiri dan bisa memanfatkan
keterampilan yang telah di miliki mereka sehingga mereka menjadi mandiri
Program lab skill yang begitu banyak macam dan jenisnya menggunakan
mekanisme mitra dengan LPK/ lembaga pendidikan khusus yang ada di
Depok, jadi YABIM bekerja sama dengan lembaga tersebut untuk
mengirimkan siswa-siswa YABIM untuk bisa diberdayakan dengan program
keterampilan sesuai pilihan mereka, ada juga yang sudah mempunyai tempat
sendiri yaitu lab skill percetakan.48
48 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Nurrohim tanggal 27 Okt 2009
BAB IV
ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Analisis Program Pemberdayaan Pada Lab. Skill Percetakan
Hidup di kota besar sarat dengan berbagai tantangan, tantangan utama
adalah bagaimana dapat bersaing dengan sesama insan untuk terus dapat
memperoleh pendapatan sebagai kebutuhan hidup. Apalagi hidup di era
globalsasi, persaingan hidup semakin ketat dan kentara. life skill atau
kecakapan hidup/ keterampilan hidup seharusnya ada pada diri kaum dhuafa/
kaum lemah
Kaum dhuafa adalah mereka yang lemah secara ekonomi, sosial,
politik, hukum, pendidikan, kebudayaan bahkan agama yang selayaknya
mereka memang perlu untuk diberdayakan sehingga mereka keluar dari
lingkaran keterpurukan dan menjadi manusia yang mempunyai SDM untuk
masa depan kelak.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk
memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan
mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan
networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan
kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial.49
Pengertian ini sejalan
dengan upaya yang dilakukan oleh YABIM Depok, dalam melakukan usaha
memandirikan rakyat untuk menanggulangi masalah sosial dan keterpinggiran
sosial khususnya masalah kemiskinan yang ada disekitar terminal Depok,
mereka terpinggirkan dari dunia formal sehingga terpaksa masuk dalam
49 Makalah Subejo dan Supriyanto, Metodologi Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat
46
aktifitas hidup yang apa adanya, mereka mengamen, mengasong bahkan
mengemis.
Peran YABIM dalam menangani permasalahan sosial khusunya kaum
dhuafa dengan pendidikan dan keterampilan, adalah sangat penting, adalah
program Lab. Skill sebagai alterantif bagi mereka untuk mengantarkan ke
masa depan yang lebih baik, langkah positif YABIM ini adalah sebuah cita-
cita demi tercapainya insan yang mandiri yang mampu berdaya karena
diberdayakan sehingga mereka mempunyai keahlian/keterampilan yang baik
untuk modal hidupnya,
Berdirinya YABIM Depok yang diprakarsai oleh bapak Nurrohim
(ketua Yayasan YABIM) pada hakekatnya sebagai tujuan dakwah yang beliau
yakini dan tujuan filosofisnya adalah mengurangi angka seseorang untuk tidak
lagi hidup di jalan sehingga tumbuh kesadaran pada diri mereka untuk
merubah konsep diri yang negatif, kemudian mereka mau mengembangkan
pengetahun dan keterampilannya di YABIM, sebagaimana diungkapkan oleh
ketua yayasan bapak Nurrohim:
“Program ini sebenarnya juga mengurangi mereka di jalan yang
awalnya mereka ngamen mereka beralih profesi, maka kita salurkan,
kita arahkan mau mereka kemana yaitu manfaat yang dirasakan”.50
Program Lab. Skill yang begitu banyak macam dan jenisnya
menggunakan mekanisme mitra dengan LPK/ lembaga pendidikan khusus
yang ada di Depok, jadi untuk saat ini YABIM bekerja sama dengan lembaga
tersebut untuk mengirimkan siswa-siswa YABIM untuk bisa diberdayakan
dengan program keterampilan sesuai pilihan mereka, misalkan yang tertarik
50 Wawancara Pribadi dengan bapak Nurrohim tanggal 7 Desember 2009
dengan salon maka mereka ditempatkan di LPK pada program keterampilan
salon.
“Kita bekerja sama dengan LPK (lembaga pendidkan khusus) yang
ada di depok setiap 1 tahun 2 kali alhamdulilah mereka cari kita, itu
salah satu keuntungan lembaga ini”.
Program lab. skill keterampilan percetakan adalah program yang satu-
satunya mempunyai tempat praktek/laboratorium sendiri di YABIM Depok,
oleh karena itu penulis hanya meneliti lebih dalam program lab. skill
percetakan karena itu di anggap efektif untuk diteliti. dan cukup efektif
dilaksanakan oleh para siswa YABIM, maksud efektif disini adalah karena
program keterampilan tersebut cukup memenuhi dari segi sarana dan
prasarana, karena dari gedung dan alat-alatnya sudah milik sendiri yakni milik
YABIM, berbeda dengan pelatihan keterampilan lainnya seperti salon,
otomotif, komputer, menjahit dll, itu sifatnya mitra/kerjasama dengan
LPK/lembaga-lembaga kursus yang ada di sekitar Depok.51
Program ini cukup baik untuk dilaksanakan untuk meningkatkan
kemampuan praktek dalam bidang pecetakan bagi peserta pelatihan karena
selain melaksanakan proses pelatihan program ini juga langsung menerima
order dari konsumen yang berkaitan dengan cetak-mencetak, jadi peserta bisa
secara langsung mengetahui cara kerja dari sebuah pasar dari bisnis
percetakan.
Untuk mendukung kegiatan/ program ketrampilan percetakan, YABIM
juga menanamkan pembentukan mental dan wawasan pengetahuan kepada
siswa, dengan adanya pembentukan sikap dan wawasan pengetahuan maka
51 Observasi pada tanggal 21 Nopember 2009
program keterampilan percetakan akan berlangsung dengan baik karena telah
tertanam kesadaran pada diri siswa. Karena mereka mempunyai konsep diri
yang positif sebagaimana yang diungkapkan oleh ketua yayasan:
“kita adakan pengajian-pengajian semacam bimbingan konseling, kita
juga sering menghadirkan motivator-motivator istilahnya, seperti itu
setelah dia sadar akhirnya dia punya planing dan punya konsep diri
istilahnya”.52
Dalam pembentukan sikap dan peningkatan wawasan pengetahuan
YABIM memberikan kegiatan di luar jam keterampilan percetakan, berupa
bimbingan sosial yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan prilaku
normatif pada pribadi siswa. Materi yang diberikan ketika bimbigan sosial ini
adalah aspek psikologi, mental spiritual, kewirausahaan, yang semua ini
sebagai solusi dalam upaya pemecahan masalah sosial yang ada pada siswa
baik itu kehidupan pribadi, keluarga dan lingkungannya. Teknisnya dilakukan
dengan bentuk formal dan informal, bentuk formal biasanya pihak yayasan
menyelenggaakan acara-acara formal seperti seminar, pengajian dll,
sedangkan bentuk non formal dilakukan dengan cara door to door yaitu
kunjungan ke rumah-rumah mereka, tempat nongkrong mereka, yang
diistilahkan sebagai pendampingan, pendampingan tersebut berupa, konsultasi
permasalahan ekonomi, sosial, bimbingan mental dan motivasi, bertujuan
untuk memberikan penyadaran sifat, sikap dan karakter mereka dalam
memandang hidupnya.53
Agar pelaksanaa pemberdayaan lab. skill percetakan di YABIM
tersajikan dalam kerangka pemberdayaan maka penulis berpatokan pada teori
52
Wawancara pribadi dengan bapak Nurrohim tanggal 8 Desember 2009 53
Wawancara pribadi dengan bapak Mustami (Penanggung Jawab Program Lab
Skill Percatakan) tanggal 28 Januari 2010
tahapan pemberdayaan masyarakat dimana tahap pemberdayaan seperti yang
sudah dijelaskan panjang lebar pada Bab II.
Ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh YABIM Depok pada
keterampilan percetakan ini yaitu:
1. Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi penyiapan instruktur, peserta pelatihan dan
mempersiapkan fasilitas yang akan dijadikan sebagai tempat pelatihan,
sebagaimana yang diungkapkan oleh instruktur pelatihan:
“Yang jelas persiapan dari segi tempat sudah tersedia, kemudian
alat-alat juga juga sudah 90% siap kemudian ee.. dari segi man/
orang serta personil juga ada”54
Dalam tahapan persiapan ini juga ada proses perkenalan yang
dilakukan oleh instruktur meliputi prospek dari bisnis percetakan.
“Proses perkenalan dalam keterampilan percetakan, ee..pertama kita
perkenalkan kepada peserta bahwa skill percetakan ini punya potensi
pasar yang sangat luas, setiap sektor usaha apapun jenisnya mereka
pasti butuh yang namanya cetak, dengan itu ee..mereka termotivasi”.55
Berikut pesiapan-persiapan yang sudah dilaksanakan oleh YABIM
Depok pada program lab skill keterampilan percetakan yaitu:56
a. Pelatih/ Instuktur
Instruktur didatangkan dari SDM yang sudah berpengalaman
dibidang percetakan, ada dua orang yang menjadi instuktur dalam
pelatihan ini pertama bapak Abdul Basit yang mengajarkan
keterampilan berkaitan dengan bidang teknik, bidang teknik ini
54
Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Basit (Instruktur Lab Skill Percetakan)
tanggal 10 Desember 2009 55
Ibid 56 Observasi pada tanggal 18 Januari 2010
berkaitan dengan pengenenalan teknik-teknik berkaitan dengan media
apa saja yang digunakan dalam keterampilan percetakan, bagaimana
cara mengoperasikan mesin dan bagaimana proses dalam melakukan
cetak dan sablon.
Sementara yang kedua adalah bapak Bahtiar yang memberikan
keterampilan mengenai desain grafis, dalam desain grafis ini diajarkan
bagaimana teknik-teknik mendesain dengan baik dan benar dengan
memberikan keahlian dibidang corel draw, photo shop, freehand dll
yang menunjang untuk percetakan.
b. Peserta
Peserta pelatihan keterampilan percetakan adalah siswa YABIM
yang minat dibidang percetakan, siswa YABIM adalah mereka kaum
dhuafa seperti: pemulung, pengasong, pengamen, anak jalanan.
Mereka yang minimal berusia 17 tahun dan mempunyai semangat
tinggi untuk mengikuti pelatihan ini. Berikut daftar nama dari peserta
yang mengikuti keterampilan percetakan:
Tabel 5
Daftar Nama Peserta Keterampilan Percetakan tahun 2009
No Nama L/P Umur Pendidikan Alamat sekarang
1 Wahyu L 19 Paket C Depok
2 Dofir L 21 Paket C Depok
3 Saefurrozi L 20 Paket C Depok
4 Ayatullah Khomaeni L 21 Paket C Depok
5 R. Baini L 22 Paket C Depok
6 Toni L 25 Paket C Depok
7 Saefullah L 22 SMP Depok
8 Yudi L 24 SMP Depok
9 Monika P 17 SMP Depok
10 Fuji lesteri P 17 SMP Depok
11 Deffa L 18 Paket C Depok
12 Arif Rahman L 25 STM Depok
Sumber: Yayasan Bina Insan Mandiri Depok
c. Media 57
Keterampilan percetakan yang ada di YABIM adalah
keterampilan percetakan untuk pembuatan Spanduk, banner, kartu
nama, undangan, atribut, sablon dll. Ada beberapa media yang
digunakan dalam menunjang keterampilan percetakan tersebut yaitu:
a) Komputer
komputer digunakan untuk mendesain target yang hendak dicetak.
Program yang digunakan adalah program design grafis meliputi
freehand, corel draw dan photo shop.
b) Printer
Printer digunakan untuk mengeprint hasil desain dari computer
c) Skrin
Skrin berfungsi untuk meng-copy hasil desain dari komputer,
prosessnya adalah setelah desain yang sudah di print maka
tempelkan hasil desain ke skrin dengan menggunakan minyak.
d) Lampu Tembak
Lampu tembak berfungsi untuk penyinaran skrin supaya skrin
cepat kering berfungsi untuk mengcopy dari kertas ke skrin
waktunya dilakukan kurang lebih 8 menit.
e) Headryer
Headryer berfungsi untuk mengeringkan desain yang sedang di
copy ke skrin.
f) Mesin Cetak
57 Wawancara Pribadi Bersama Wahyu Peserta Pelatihan Tanggal 28 Januari 2010
Mesin cetak berfungsi untuk mencetak hasil desain dari skrin ke
bebagai macam ukuran dan jenis kertas, fungsi dari mesin cetak ini
adalah untuk mengcopy desain dengan jumlah banyak.
g) Rakel/ koas
Rakel digunakan sebagai media untuk meratakan cat pada proses
sablon, penempelan hasil desain ke target.
h) Cat
Cat diguakan untuk bahan sablon, diantara catnya adalah untuk
bahan plastk dan kertas, cat yang digunakan sejenis polimex.
d. Tempat Pelatihan
Pelatihan keterampilan percetakan ini bertempat di Yayasan Bina
Insan Mandiri Depok JL. Margonda no. 58 Terminal Depok, dimana
gedung dan peralatan yang ada sudah menjadi milik dari YABIM
Depok
e. Waktu
Waktu pelaksanaan keterampilan percetakan adalah 6 bulan
kemudian dilaksanakan dari hari senin sampai dengan hari kamis
dengan perincian waktu dimulai pada pukul 09.00 sampai pukul 12.00
istirahat kemudian dilanjutkan kembali sampai dengan pukul 15.00.
“penyiapan jadual, kita adakan keterampilan ini dari hari senin
sampai kamis, dimulai pukul 09.00 sampai pukul 12.00 istirahat,
kemudian dilanjutkan sampai pukul 15.00”. 58
58
Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Basit (Instruktur Lab Skill Percetakan)
tanggal 10 Desember 2009
f. Jadual
Berikut jadual pelatihan percetakan di YABIM:
Tabel 6
Jadual Kegiatan Pelatihan
Hari Waktu Materi
Senin
09-00 -10. 00
10.00 - 12.00
13.00 -15.00
F Motivasi kerja & wawasan enterurpeneurship
F Teori dasar desain grafis meliputi
(coreldraw, photoshop,dan freehand)
F Praktek aplikasi desain grafis (pembuatan
desain)
Selasa 10-00 -12.00
13.00 - 15.00
F Pengenalan mesin- mesin cetak
F Praktek pengoperasian alat-alat percetakan
Rabu 10-00 - 12.00
13.00-15.00
F Pengenalan bahan- bahan yang digunakan
F Teknik-teknik penyablonan
Kamis
10-00 -12.00
13.00 -16.00
F Materi teori percetakan (metode presentasi &
tanya jawab)
F Praktek pembuatan langsung produk
percetakan
Sumber: Yayasan Bina Insan Mandiri Depok
2. Tahap Assesmen
Proses assesmen yang dilakukan di YABIM adalah dengan
mengidentifkasi kekuatan dan kelemahan klien dengan cara menilai minat
dan bakat pada peserta yang hendak mengikuti program lab skill, dalam
pelatihan keterampilan ini adalah peserta yang memang berminat di bidang
percetakan, yang tertarik dengan program ini maka siswa YABIM bisa
mengikuti program ini dengan minat bakat yang mereka miliki.
Sebagaimana petikan wawancara dengan instruktur program:
“Assesmen disini adalah pengungkapan minat dan bakat yang ada
pada diri klien, jika si klien pengen kerja di percetakan nantinya atau
mau membuka usaha percetakan maka kita sebagai fasilitator akan
menmpatkan mereka di program ini jadi bagi mereka yang memang
tertarik dengan dunia percetakan maka kami akan langsung
memberikan pelatihan kepada mereka”.
3. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini instruktur melibatkan peserta untuk membuat strategi
apa yang efektif untuk mempermudah peserta memahami keterampilan
percetakan, strategi yang dilakukan disini adalah YABIM merencanakan
kegiatan ini agar tidak hanya bersifat asal-asalan tetapi merencanakan
betul agar program ini mengantarkan kepada kemandirian. Intinya
bersinergi dengan peserta pelatihan, apa keinginan dan harapan dari
peserta dalam melaksanakan ketrampilan percetakan ini. Sebagaimana
petikan wawancara dengan Toni:
“ Ee dalam perencanaan program kami di ajak untuk breafing atau
kumpul-kumpul gitulah supaya nanti pelaksanaan keterampilan
percatakan ini memang kami senang melaksanakannya.ee Kami
berdiskusi tentang harapan-harapan kami kedepannya setelah kami
menyelesaikan pelatihan ini pengen apa gitu..”59
.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan adalah:
a. Mendeskripsikan hasil assesmen, berbagai masalah, sumber dan
kebutuhan peserta dalam pelatihan keterampilan.
b. Mengadakan penghitungan terhadap sumber dana yang dibutuhkan
dan yang tersedia, dana yang didapatkan untuk pelatihan
keterampilan ini diperoleh dari kerjasama dengan funding yang
ingin mendonasikan dananya untuk kegiatan sosial seperti Baznas,
P.T Sampoerna, Telkomsel.
59
Wawancara Pribadi dengan Toni Peserta Program Lab Skill Keterampilan
Percetakan Tanggal 10 Desember 2009
c. Menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan, termasuk
didalamnya menetapkan tujuan dan hasil yang ingin di capai, serta
jadual kegiatannya..
4. Tahap Formulasi Aksi
Pada tahap ini YABIM mengupayakan betul bahwa program yang
diselenggarakan adalah program yang dapat membantu masyarakat
khusunya masyarakat dhuafa dalam menangani masalah sosial yang ada
pada kehidupan mereka dengan berlandaskan pada visi YABIM yaitu
cerdas, mandiri, kreatif dan berakhlak mulia. Maka dibentuknya program
lab skill berupa keterampilan percetakan adalah sebuah perumusan yang
matang dalam menempatkan dhuafa sebagai target perubahan, dengan
membekali mereka berupa keterampilan tersebut, karena skill dalam
percetakan adalah peluang yang menjanjikan bagi masyarakat dhuafa,
prospek usaha percetakan juga bagus bila digeluti dengan serius, karena
produk usaha percetakan bila diprediksikan tidak akan pernah sepi dari
pelanggan.
5. Tahap Pelaksanaan Program
Dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan percetakan di YABIM
jangka waktu yang diberikan kepada para peserta pelatihan adalah 6 bulan
dimulai dari awal bulan sampai dengan akhir bulan.
“Program ini efektifnya dilaksanakan dengan lama waktu 6 bulan.
program disini prosesnya adalah bulan pertama adalah seleksi dan
assesmen kemudian selanjutnya adalah langsung pemberian teori dan
praktek yang berkaitan dengan masalah percetakan”.60
60
Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Basit (Instruktur Lab Skill Percetakan)
tanggal 10 Desember 2009
Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan maka
penulis dapat menggambarkan proses pelaksanaan pelatihan keterampilan
percetakan dengan bagan sebagai berikut:
Tabel 7
Bagan Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Percetakan
Waktu Materi pertemuan Strategi
Bulan pertama Perekrutan peserta &
assesmen
Seleksi calon peserta &
pengenalan program percetakan serta
pemberian motivasi
Bulan kedua sampai
bulan kelima
Pemberian teori dan praktek
keterampilan percetakan
Teori dan praktek
Bulan keenam Persiapan magang kerja dan
penyaluran
Kerjasama dengan
komunitas/sentra-sentra
bisnis percetakan Sumber: Observasi Lapangan
Pelaksanaan program keterampilan percetakan adalah sebagai berikut:
a. Perekrutan Peserta
Proses perekrutan yang dilakukan oleh YABIM cukup sederhana
berbeda dengan lembaga seperti panti milik pemerintah yang
mempunyai prosedur perekrutan yang cukup ketat, di YABIM pola
perekrutannya adalah mengaju pada sasaran program yang ada pada
YABIM yaitu: Para pemuda potensial yang memiliki keinginan untuk
belajar dan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah yang belum
tersentuh dan sadar akan pentingnya pendidikan baik formal maupun
non formal.
Peserta pelatihan didatangkan dari siswa YABIM dan masyarakat
dhuafa/ lemah yang sudah dewasa yang memang minat di bidang
percetakan dipersilahkan untuk ikut serta dalam meningkatkan skill
percetakan, tanpa proses yang sulit kecuali jika memang dari kapasitas
pesertanya sudah penuh, maka bisa dialihkan ke pelatihan lain yang
sesuai minat dan bakat mereka, karena pihak yayasan hanyalah berfungsi
sebagai fasilitator.
“Pertama pola perekrutan di sini sifatnya tidak terbatas, karena
banyak program keterampilan yang ada disini bagi siswa YABIM
yang minat di bidang percetakan maka boleh langsung mendaftar
untuk ikut keterampilan ini”.61
Dalam perekrutan peserta ini langkah-langkahnya adalah pertama
dengan identifikasi dan seleksi calon peserta didik, dengan
menempatkan warga belajar yang miskin dan tidak mampu sehingga
proses pelayanan jadi tepat sasaran, metode yang dilakukan adalah
dengan mengumpulkan data dengan cara door to door, interview dan
pengumuman.
Kedua assesmen minat dan bakat bagi mereka yang memang
berminat dalam keterampilan percetakan maka mereka berhak ikut
dalam pelatihan tersebut.
b. Pemberian Materi Pelatihan
Dalam keterampilan percetakan ini pemberian materi dilakukan
dengan metode teori dan praktek, untuk teori diberikan mengenai
teknik –teknik dasar desain grafis dan teori tentang percetakan kepada
peserta kesemuanya dipelajari dari buku-buku yang berkaitan dengan
masalah desain grafis dan pecetakan kemudian langsung di praktekan
pada media yang tersedia..
“30 % kita gunakan untuk teori dan 70% untuk praktek, teori kita
gunakan buku-buku keterampilan, disitu terdapat gambar-gambar
dan langsung dipraktekan, kalo dari segi prakteknya kita langsung
61 Ibid
terapkan dari buku-buku itu untuk langsung dipraktekan, seperti
misalnya bagaimana teknik-teknik perekaman gambar kita
langsung praktek, atau juga karena lembaga ini adalah bisa
langsung menerima projek dari luar maka mereka langsung
mengerjakan proyek tersebut”.62
Metode dalam penyampainnya dengan metode presentasi/
penjelasan yang diberikan oleh instuktur berkaitan dengan media apa
saja yang digunakan, fungsi-fungsi dari mesin percetakan dll, kemudian
selanjutnya metode tanya jawab, kemudian langsung dipraktekan pada
mesin yang tersedia, kemudian metode lainnya adalah bila ada order
dari pelanggan berkaitan dengan percetakan maka peserta bisa langsung
mengerjakan projek tersebut di bawah bimbingan dan pemantauan
instrukur.
Selain itu bagi peserta diberikan materi tentang desain grafis
sebagai penunjang dalam dunia percetakan dalam mendesain sebelum
mencetak.
“Materi tentang desain grafis untuk desain model programnya
corel, photo shop, freehand, setmarker yang mendukung dibidang
percetakan”.63
c. Penyaluran
Penyaluran dilakukan kepada siswa yang sudah mengikuti program
ini dengan baik yaitu mereka yang sudah mengikuti pelatihan selama 6
bulan, karena YABIM sudah punya kerjasama dengan sentra-sentra
bisnis percetakan atau komunitas percetakan maka bagi mereka yang
sudah menyelasaikan program ini bisa direkomendasikan kepada
instansi tersebut.
62
Ibid 63 Ibid
“Ee yang percetakan itu kita punya kerjasama dengan komunitas
percetkan jadi setelah mereka belajar di sini, ee mereka bisa
langsung magang atau kerja di instansi tersebut, itu kelebih
belajar disini.64
6. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan atau kegagalan suatu
rencana kegiatan atau program, sejauh mana rencana kegiatan atau
program tersebut dilaksanakan. Evaluasi yang dilakukan di YABIM pada
keterampilan percetakan adalah dengan cara mengadakan breafing dua
minggu sekali dengan tujuan menilai sejauh mana mutu pekerjaan yang
sudah dilakasanakan oleh para peserta pelatihan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh instruktur program keterampilan:
“Evaluasi kita lakukan 2 minggu sekali terutama dalam kinerja
terutama mutu kwalitas pekerjaan, Kita adakan breafing dengan
para peserta”.65
Selain dilakukan ditengah program kegiatan yang bersifat
monitoring, evaluasi pada program ini juga dilakukan menjelang akhir
program, evaluasi ini disebut dengan evaluasi sumatif bertujuan untuk
menilai dampak program kegiatan untuk menilai dampak dari pelatihan ini
sudah terlihat nyata atau belum.
“ Evaluasi juga kita adakan menjelang akhir pelayanan yang kita
sebut dengan evaluasi sumatif, ee..fungsinya untuk menilai dampak
dari program ini sudah terlihat hasilnya apa belum”66
Berikut data evaluasi peserta keterampilan percetakan yayasan Bina
Insan Mandiri Depok tahun 2009: 67
64
Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurrohim Tanggal 7 Desember 2009 65
Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Basit (Instruktur Lab Skill Percetakan)
tanggal 10 Desember 2009 66 Ibid
Tabel 8
Aspek Sikap dan Mental
Nama Keaktifan Kepatuhan Kepercaya
dirian
Gaya
Bicara Prilaku
Penerimaan
Materi
Wahyu - Aktif √
-Kurang
-Tidak aktif
- ya √
- Tidak
-Tinggi √
-Sedang
-Rendah
- Sopan √ -Kurang
sopan
-Tidak sopan
-sopan √
-kurang sopan
-tidak sopan
-Cepat √ -Sedang
-lambat
Dofir - Aktif √
-kurang
-Tidak aktif
- ya √
- Tidak
-Tinggi √
-Sedang
-Rendah
- Sopan √ -Kurang
sopan
-Tidak
sopan
-sopan √
-kurang sopan
-tidak sopan
-Cepat √
-Sedang
-lambat
Saefurrozi - Aktif √
-kurang
-Tidak aktif
- ya √
- Tidak
-Tinggi
-Sedang √
-Rendah
- Sopan
-Kurang
sopan √
-Tidak
sopan
-sopan
-kurang sopan
√
-tidak sopan
-Cepat
-Sedang √
-lambat
Ayatollah
Khomaeni
- Aktif
-kurang √ -Tidak aktif
- ya √
- Tidak
-Tinggi
-Sedang √
-Rendah
- Sopan
-Kurang
sopan √ -Tidak
sopan
-sopan
-kurang sopan
√ -tidak sopan
-Cepat
-Sedang
-lambat
R. Baini - Aktif
-kurang √ -Tidak aktif
- ya √ - Tidak
-Tinggi
-Sedang √
-Rendah
- Sopan √ -Kurang
sopan
-Tidak
sopan
-sopan
√
-kurang sopan
-tidak sopan
-Cepat
-Sedang
-lambat √
Toni - Aktif √
-kurang
-Tidak aktif
- ya √ - Tidak
-Tinggi √
-Sedang
-Rendah
- Sopan √ -Kurang
sopan
-Tidak
sopan
-sopan √
-kurang sopan
-tidak sopan
-Cepat
-Sedang √
-lambat
Saefullah - Aktif √
-kurang -Tidak aktif
- ya √
- Tidak
-Tinggi √ -Sedang -Rendah
- Sopan √
-Kurang sopan
-Tidak
sopan
-sopan √
-kurang sopan -tidak sopan
-Cepat √
-Sedang -lambat
Yudi - Aktif √
-kurang
-Tidak aktif
- ya √
- Tidak
-Tinggi
-Sedang √
-Rendah
- Sopan
-Kurang
sopan √
-Tidak
sopan
-sopan
-kurang
sopan√
-tidak sopan
-Cepat
-Sedang √
-lambat
Monika - Aktif √
-kurang
-Tidak aktif
- ya √ - Tidak
-Tinggi
-Sedang √
-Rendah
- Sopan √
-Kurang
sopan
-Tidak
sopan
-sopan √ -kurang sopan
-tidak sopan
-Cepat
-Sedang √
-lambat
Fuji Lestari
- Aktif -kurang √ -Tidak aktif
- ya √ - Tidak
-Tinggi -Sedang √
-Rendah
- Sopan √ -Kurang
sopan
-Tidak
-sopan √ -kurang sopan
-tidak sopan
-Cepat √ -Sedang
-lambat
67
Wawancara Pribadi dengan Instruktur Lab Skill Percetakan Bapak Abdul Basit
Tanggal 3 Februari 2010
sopan
Deffa - Aktif √
-kurang
-Tidak aktif
- ya √
- Tidak
-Tinggi
-Sedang √ -Rendah
- Sopan √ -Kurang
sopan
-Tidak
sopan
-sopan √
-kurang sopan
-tidak sopan
-Cepat √
-Sedang
-lambat
Arif
Rahman
- Aktif √
-kurang
-Tidak aktif
- ya √ - Tidak
-Tinggi
-Sedang √ -Rendah
- Sopan
-Kurang
sopan √
-Tidak
sopan
-sopan
-kurang
sopan√
-tidak sopan
-Cepat √
-Sedang
-lambat
Sumber: Wawancara bersama instruktur
Aspek Sikap dan Mental Peserta Pelatihan Lab Skill Percetakan
1. Keaktifan
a. Aktif 9 (75%)
b. Kurang aktif 3 (25%)
c. Tidak Aktif 0 (0%)
2. Kepatuhan
a. Patuh 12 (100%)
b. Tidak Patuh 0 (0%)
3. Kepercayadirian
a. Tinggi 4 (30%)
b. Sedang 8 (70%)
c. Rendah 0 (0%)
4. Gaya bicara (sopan santun)
a. Sopan 8 (70%)
b. Kurang sopan 4 (30%)
c. Tidak sopan 0 (0%)
5. Prilaku (sopan santun)
a. Sopan 8 (70%)
b. Kurang sopan 4 (30%)
c. Tidak sopan 0 (0%)
6. Penerimaan Materi
a. Cepat 7 (60%)
b. Sedang 4 (30%)
c. Lambat 0 (0%)
Dari table di atas menggambarkan bahwa aspek sikap dan mental dari
peserta keterampilan percetakan dapat dijelaskan secara rinci yaitu dari
segi keaktifan dari jumlah 12 peserta, ada 9 peserta (75%) aktif dan 3
peserta (25%) kurang aktif, dari segi kepatuhan menunjukan dari 12
peserta (100%) mereka semua patuh terhadap peraturan yang berlaku, dari
segi tingkat kepercayadirian dari 12 orang peserta 4 peserta (30%)
menunjukan kepercayadirian yang tinggi kemudian 8 peserta (70%)
menunjukan tingkat kepercayadirian yang sedang, dari gaya bicara selama
mereka mengikuti kegiatan ini menujukan dari 12 peserta, 8 peserta
(70%) menunjukan gaya bicara yang sopan, dan 4 peserta (30%)
menunjukan gaya bicara yang kurang sopan, dari segi prilaku menujukan 8
peserta (70%) bersikap sopan dan 4 peserta (30%) kurang sopan,
kemudian dari segi penerimaan materi menunjkan 7 peserta (60%)
mempunyai penerimaan yang cepat, 4 peserta (30%) menunjukan
penerimaan materi yang sedang dan 1 peserta (10%) menunjukan masih
lambatnya dalam penerimaan materi.
Tabel 9
Aspek Penerimaan Pengetahuan
Nama Pemahaman
Teori Dasar
Desain Grafis
Pemahaman
Teori Dasar
Percetakan
Kemampuan
Pengenalan Mesin
yang Digunakan
Kemampuan
Pengenalan
Bahan yang Digunakan
Wahyu - Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Dofir - Baik √ - Cukup - Kurang
- Baik √
- Cukup - Kurang
- Baik √ - Cukup - Kurang
- Baik √
- Cukup - Kurang
Saefurrozi - Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Ayatollah
Khomaeni
- Baik
- Cukup √
- Baik √
- Cukup
- Baik √
- Cukup
- Baik √ - Cukup
- Kurang - Kurang - Kurang - Kurang
R. Baini - Baik
- Cukup
- Kurang √
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Toni - Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Saefullah - Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Yudi - Baik
- Cukup
- Kurang √
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Monika - Baik √
- Cukup - Kurang
- Baik √
- Cukup - Kurang
- Baik √
- Cukup - Kurang
- Baik √ - Cukup - Kurang
Fuji
Lestari
- Baik
- Cukup
- Kurang √
- Baik
- Cukup √ - Kurang
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Deffa - Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
Arif
Rahman
- Baik
- Cukup √ - Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
Sumber: Wawancara bersama instruktur
Aspek Penerimaan Pengetahuan Peserta Pelatihan Lab Skill Percetakan
1. Pemahaman teori dasar desain grafis
a. Baik 7 (60%)
b. Cukup 2 (15%)
c. Kurang 3 (25%)
2. Pemahaman teori dasar percatakan
a. Baik 8 (70%)
b. Cukup 4 (30%)
c. Kurang 0 (0%)
3. Kemampuan pengenalan mesin
a. Baik 8 (70%)
b. Cukup 4 (30%)
c. Kurang 0 (0%)
4. Kemampuan pengenalan bahan
a. Baik 12 (100%)
b. Cukup 0 (0%)
c. Kurang 0 (0%)
Dari table mengenai aspek penerimaan pengetahuan menunjukan
bahwa dari segi pemahaman teori dasar desain grafis, dari 12 peserta
pelatihan menunjukan 7 peserta (60%) mempunyai pemahaman dasar
desain grafis dengan nilai baik, 2 peserta (15%) dengan nilai cukup dan 3
peserta (25%) masih kurang memahami teori dasar desain grafis, dari segi
pemahaman teori dasar percetakan menunjukan 8 peserta (70%) mendapat
nilai baik dan 4 peserta (30%) mendapat nilai cukup, dari segi kemampuan
pengenalan mesin ada 11 peserta (90%) mendapat penilaian baik dan
sisanya 1 peserta (10%) mendapat penilaian cukup, kemudian dari segi
pengenalan bahan yang digunakan menunjukan 12 peserta (100%) sudah
mendapat penilaian baik.
Tabel 10
Aspek Penerimaan Keterampilan
Nama Kemampuan
Mengoperasikan
Mesin Cetak
Kemampuan
dlm Mendesain
Kemampuan
dan Ketelitian
dlm Menyablon
Kemampuan dlm
Proses Awal hingga
Akhir dlm
Keterampilan
Percetakan
Wahyu - Baik √
- Cukup - Kurang
- Baik √
- Cukup - Kurang
- Baik √
- Cukup - Kurang
- Baik √
- Cukup - Kurang
Dofir - Baik √ - Cukup
- Kurang
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Saefurrozi - Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
Ayatollah
Khomaeni
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
R. Baini - Baik
- Cukup
- Kurang √
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik
- Cukup √ - Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Toni - Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik
- Cukup
- Kurang √
- Baik
- Cukup √
- Kurang
Saefullah - Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
Yudi - Baik
- Cukup
- Kurang √
- Baik
- Cukup √ - Kurang
- Baik
- Cukup √ - Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Monika - Baik √ - Cukup
- Kurang
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Fuji
Lestari
- Baik
- Cukup
- Kurang √
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
Deffa - Baik √
- Cukup - Kurang
- Baik
- Cukup √ - Kurang
- Baik √
- Cukup - Kurang
- Baik √
- Cukup - Kurang
Arif
Rahman
- Baik
- Cukup √ - Kurang
- Baik
- Cukup √
- Kurang
- Baik √ - Cukup
- Kurang
- Baik √
- Cukup
- Kurang
Sumber: Wawancara bersama instruktur
Aspek Penerimaan keterampilan Peserta Pelatihan Lab Skill Percetakan
1. Kemampuan mengoperasikan mesin cetak
a. Baik 7 (60%)
b. Cukup 2 (15%)
c. Kurang 3 (25%)
2. Kemampuan dalam mendesain
a. Baik 2 (15%)
b. Cukup 10 (85%)
c. Kurang 0 (0%)
3. kemampuan dan ketelitian dalam menyablon
a. Baik 8 (70%)
b. Cukup 3 (25%)
c. Kurang 1 (5%)
4. kemampuan dari proses awal hingga akhir dalam keterampilan percetakan
a. Baik 11 (90%)
b. Cukup 1 (10%)
c. Kurang 0 (0%)
Dari table aspek penerimaan keterampilan menggambarkan bahwa
dari segi kemampuan mengoperasikan mesin cetak dari total 12 peserta
pelatihan, 7 peserta (60%) mendapat penilaian baik, 2 peserta (15%)
mendapatkan penilaian cukup dan 3 peserta (25%) masih mempunyai
penilaian kurang, dari segi kemampuan mendesain menunjukan hanya 2
peserta (15%) yang mendapat penilaian baik dan sisanya 10 peserta (85%)
mendapat penilaian cukup, dari segi kemampuan dan ketelitian dalam
menyablon 8 peserta (70%) mendapatkan nilai baik, 3 peserta (25%)
mendapat penilaian cukup dan 1 peserta (5%) mendapat penilaian kurang,
kemudian dari kemampuan proses awal hingga akhir dalam keterampilan
mencetak, dari total 12 peserta 11 peserta (90%) mendapat penilaian baik
dan 1 peserta (10%) mendapat penilaian cukup.
Dari hasil wawancara bersama instuktur mengenai data hasil
evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata peserta pelatihan lab
skill keterampilan percetakan yang dinilai dari aspek sikap, pengetahuan
dan pemehaman keterampilan mayoritas dari mereka sudah cukup baik
dalam memahaminya, mereka antusias dalam mengikuti pelatihan
keterampilan tersebut karena dirasa keterampilan percatakan sangat
penting diikuti sebagai bekal keahlian mereka untuk masa depan.
7. Tahap terminasi
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran dengan tujuan agar peserta pelatihan mandiri
dan mencari pengalaman di luar yang lebih menantang, namun dalam
pemutusan hubungan ini pihak yayasan tidak serta merta memutuskannya
begitu saja, melainkan peserta disalurkan pada perusahaan/ sektor-sektor
bisnis percetakan yang ada di sekitar Depok sesuai keahlian yang telah
mereka pelajari, karena YABIM bekerja sama dengan komunitas
percetakan se-Depok, bagi yang memenuhi persyaratan yang ditawarkan
pihak mitra maka peserta bisa bekerja di tempat tersebut. Namun bagi
mereka yang telah menyelesaikna program lab skill biasanya mereka juga
ada yang membuka usaha sendiri atau berkelompok.
“Penyaluran ada, bentuknya kita jelaskan bahwa jika mereka
ingin yang lebih baik dan menambah pengalaman kita salurkan
mereka karena kita punya komunitas percetakan se-Depok, peserta
bisa ditempatkan disana jika mereka memenuhi kriteria mitra kerja
kita”68
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Program Keterampilan
Percetakan
Dalam setiap kegiatan apapun bentuknya cukup wajar jika ada
sebuah faktor pendukung dan penghambatnya, sama halnya dengan program
keterampilan percetakan yang ada di YABIM Depok, selama proses
observasi dan wawancara, penulis menemukan beberapa faktor pendukung
dan penghambat dalam pelaksanaan keterampilan percetakan ini yaitu:
1 Faktor Pendukung
a. Sudah lengkapnya fasilitas yang menunjang dalam pelatihan
keterampilan percetakan. Yakni sudah tersedianya sebuah gedung yang
didalamnya terdapat alat-alat yang berkaitan dengan cetak mencetak
yang mempunyai fungsi masing-masing.
b. SDM dari instruktur yang ada sudah cukup baik, dimana instruktur
didatangkan dari orang yang sudah berpengalaman pada dunia kerja
khususnya bidang percetakan dan desain grafis, bapak Abdul Basit dan
Bapak Bahtiar mereka sudah mepunyai pengalaman kerja selama
68
Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Basit (Instruktur Lab Skill
Percetakan) tanggal 10 Desember 2009
kurang lebih 5 tahun di bidang percetakan dan desain grafis sehingga
mereka mampu unruk menerapakan pengalaman kerja yang sudah
diperolehnya dulu kepada peserta pelatihan.
c. Adanya antusias dari siswa, hal ini ditandai dengan peran aktif peserta
dalam mengikuti keterampilan percetakan.
d. Adanya kerjasama dengan sektor-sektor usaha sebagai wadah
penyaluran peserta pelatihan. Yaitu lembaga-lembaga yang bergerak
dibidang percetakan yang ada disekitar Depok, karena pihak Yabim
sudah ikut serta dalam perkumpulan atau komunitas usaha percetakan
sehingga setelah mengikuti pelatihan tersebut peserta bisa
direkomendasikan untuk bekerja di mitra-mitra sektor usaha
percetakan sendiri, atau mereka bisa membuka usaha sendiri.
2 Faktor Penghambat
a. Berbedanya permasalahan peserta yang sangat kompleks sehingga
mempengaruhi proses pelatihan.
b. Kurang nyamannya kondisi ruangan yang ramai karena masih
berdekatan dengan tempat kelas siswa-siswa Paket, sehingga proses
pelatihan keterampilan sedikit terganggu dengan kebisingan.
c. Kurangnya sosialisai dari pemerintah Depok bahwa di YABIM sudah
mempunyai banyak SDM yang siap pakai khususnya dibidang
keahlian percetakan.69
69 Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurrohim Tanggal 29 Desember 2009
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan maka peneliti
menyimpulkan bahwa pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan di Yayasan
Bina Insan Mandiri Depok pada program lab. Skill Percetakan bertujuan untuk
memberikan skill khusus kepada peserta yang berasal dari kaum dhuafa yang
ada disekitar Depok, yang didalamnya adalah anak jalanan, pengamen,
pengasong, pemulung, dll, dalam progam ini juga YABIM tidak hanya
memberikan keterampilan tetapi juga memberikan penanaman akhlak kepada
peserta diluar jam pelatihan keterampilan percetakan dengan bentuk
bimbingan sosial agar terbentuknya kesadaran pribadi untuk berupaya
merubah kehidupannya menjadi lebih baik, sehingga selain mendapatkan
bekal keterampilan peserta juga mempunyai bekal konsep diri yang positif.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan dilakukan secara bertahap yaitu:
a. Tahapan Persiapan adalah tahap awal dalam mempersiapkan segala yang
berkenaan pada program lab skill percetakan, dimana persiapan yang
dilakukan adalah: penyiapan instrukur, peserta, media yang digunakan
dan tempat guna berjalannya program dengan baik.
b. Tahapan Assesmen adalah tahapan pengidentifikasian masalah mengenai
kekuatan dan kelemahan yang dimilki oleh peserta pelatihan, sebagai
upaya dalam pemecahan masalah di kemudian hari.diantaranya adalah
pengungkapan minat bakat yang dimiliki oleh peserta pelatihan.
c. Tahap perencanaan adalah tahap dimana instruktur dan peserta
merencanakan strategi apa yang dilakukan agar program keterampilan
dapat dilaksanakan dengan maksimal dan sesuai dengan kehendak dan
keinginan dari peserta pelatihan.
d. Tahap Formulasi Aksi adalah tahap dimana pihak YABIM
mengupayakan betul bahwa program lab skill percetakan merupakan
program yang sesuai dengan apa yang diinginkan dan dicita-citakan 71
70
peserta pelatihan, karena pihak YABIM sudah memikirkan betul prospek
dari bisnis percetakan tersebut.
e. Tahap Pelaksanaan Program adalah tahap kegiatan yang ada pada
program lab skill percetakan dimana tahapan ini dimulai dari proses
rekrutmen peserta kemudian pemberian materi dan penyaluran.
f. Tahap Evalusi adalah tahap untuk mengukur sejauh mana kegagalan dan
keberhasilan program lab skill percetakan, sebagai alat ukur untuk
perbaikan program kedepan.
g. Tahap Terminasi adalah tahap pemutusan hubungan secara formal
dengan peserta program lab skill percetakan, dengan tujuan agar peserta
pelatihan menjadi mandiri dan bisa mengembangkan dan mengamalkan
ilmu yang telah dipelajari dari YABIM.
2 . Faktor Pendukung dan penghambat
a. Faktor Pendukung
(1) Sudah lengkapnya fasilitas yang menunjang dalam pelatihan
keterampilan percetakan.
(2) SDM dari instruktur yang ada sudah cukup baik.
(3) Adanya antusias dari siswa, hal ini ditandai dengan peran aktif
peserta dalam mengikuti keterampilan percetakan.
(4) Adanya kerjasama dengan sektor-sektor usaha sebagai wadah
penyaluran peserta pelatihan
b. Faktor Penghambat
(1) Minimnya dana/ terbatasnya dana untuk membeli bahan-bahan
percetakan.
(2) Berbedanya permasalahan peserta yang sangat kompleks sehingga
mempengaruhi proses pelatihan.
(3) Kurang nyamannya kondisi ruangan yang ramai karena masih
berdekatan dengan tempat kelas siswa-siswa Paket, sehingga proses
pelatihan keterampilan sedikit terganggu dengan kebisingan.
(4) Kurangnya sosialisai dari pemerintah Depok bahwa di YABIM sudah
mempunyai banyak SDM yang siap pakai khususnya dibidang
keahlian percetakan.
B. Saran
Demi memajukan proses pelayanan dan pemberdayaan kaum dhuafa
yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, tanpa mengurangi
rasa hormat atas jerih payah yang dialakukan oleh YABIM, peneliti
memberikan saran diantaranya:
1. Demi terciptanya proses pelatihan yang profesional maka harus diberikan
kompetensi yang baik agar pelatihan kedepan terlaksana dengan kerangka
yang lebih profesional.
2. Menambah kembali program-program lab skill lainnya yang berlokasi di
YABIM sendiri agar masyarakat sekitar terminal Depok khususnya yang
dhuafa lebih mudah untuk ikut serta program pelatihan tersebut.
3. Megaktifkan program-program lab skill seperti lab skill komputer dan
menjahit yang saat ini belum aktif padahal sudah ada peralatannya.
4. Menambah buku-buku perpustakan yang berkaitan dengan motivasi dan
kewirausahaan agar siswa YABIM termotivasi setelah membaca buku-
buku tersebut.
5. Memperbaiki kinerja para pegawai YABIM yang lebih profesional, agar
kedepan pelayanan YABIM menjadi berkualitas, sehinga pendekatan yang
dicita-citakan dapat terealisasi yaitu mewujukan masyarakan yang
sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, Jakarta: FEUI Press, 2003.
Badudu , J.S. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam B. Indonesia. Jakarta:
Kompas, 2005.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
Brosur Penerimaan Siswa Baru, Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Copy Right
2008
- - - - -. Proposal Pendidkan gratis, (School for People), Yayasan Bina Insan
Mandiri Copy Right 2009.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonsia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Efendi, Tadjuddin Noer. Sumber Daya Manusia, Peluang kerja, dan kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.
Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1992.
Ismail, Asep Usman. dkk Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan
Dhu’afa. Jakarta: Dakwah Press, 2008.
Moleong, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1999.
Santosa, Ginna. Pengembangan Aspek Skill dan Entrepreneurship dalam
Pembelajaran Sejarah di Sekolah. Semarang: Program Pascasarjana
UNDIP, 2009.
Shadili, Hasan (ed), Fakir dalam Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus, Jilid 7.
Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.
Suhartini, Rr. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: PT LKiS
Pelangi Aksara, 2005.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat. Bandung: Rafika Aditama, 2005.
Sulistiari. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta:
Balai Latihan dan Pengembangan Sosial Dep. Sos. RI, 2004.
Sumodiningrat, Gunawan. Dkk. Teori, Fakta dan Kebijakan. Jakarta: IMPAC,
1999.
- - - - -. Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyraka., Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997.
Suparlan, Parsudi. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1995.
Usman, Husaini dan Setiadi Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT. Bumi Aksara , 2003.
W, Artamanda. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Frista.
Artikel Internet
Andreas04 oleh Andreas Viklund. Blog pada WordPress.com. Artikel di akses pada 10 Nopember 2009
Data Jumlah Kemiskinan Tahun 2009 Versi BPS Artikel diakses Pada 27
September 2009 dari http://www.waspada.co.id
Http://diglib.petra.ac.id. Artikel di akses pada 10 Nopember 2009.
Http://Smileboys.Blogspot.Com/2008/05/Pengertian-Laboratorium.Html Artikel
di akses pada 10 Nopember 2009.
Penangulangan Kemiskinan, artikel di akses pada 28 September 2009 dari
www.google.com
Pengertian Kemiskinan, Artikel diakses pada 27 September 2009 dari
http://www.go.to/ambon