ANDI MAJID-FDK.pdf

128
PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG TUNAGRAHITA Kajian Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: ANDI MAJID 1110054100027 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of ANDI MAJID-FDK.pdf

Page 1: ANDI MAJID-FDK.pdf

PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL

PENYANDANG TUNAGRAHITA

Kajian Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial

Di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,

Cibinong Bogor

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

ANDI MAJID

1110054100027

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: ANDI MAJID-FDK.pdf
Page 3: ANDI MAJID-FDK.pdf
Page 4: ANDI MAJID-FDK.pdf
Page 5: ANDI MAJID-FDK.pdf

i

ABSTRAK

Andi Majid

1110054100027

Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita (Kajian

Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor)

Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat

kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh

keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas

perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus. Layanan

rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami kecacatan fisik, mental,

perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai kehidupan yang mandiri

dengan cara penerapan layanan pribadi dan vokasional. Agar layanan rehabilitasi

yang diberikan terarah dan sistematis perlu adanya metode yang tepat sebagai

pelaksanaannya. Untuk itu penting untuk diteliti Dengan menerapkan metode

layanan rehabilitasi yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat

berkembang secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan

meningkat.

Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana metode

layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor? Bagaimana pencapaian tujuan

dari metode rehabilitasi sosial terhadap peningkatan keberfungsian sosial

penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,

Cibinong-Bogor? Dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian

kualitatif dengan menggunakan metode deskripstif yakni menjelaskan dan

menuturkan data yang ada. Data yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur

bertahap dan observasi langsung. Pemilihan informan dengan menggunakan

purposive sampling yakni dengan sampel bertujuan. Penulis mengambil informan

sebanyak 20 orang dengan sesuai tujuan penelitian.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Dalam penelitian metode

rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

Ciungwanara, menggunakan metode kelompok dengan penilaian pribadi, yaitu

dengan menempatkan penerima manfaat melalui bimbingan konseling secara

pribadi maupun dengan mendapatkan bimbingan di kelas. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita cukup baik

namun belum mencapai optimal, total keberhasilan dari keseluruhan aspek

tunagrahita ringan dan sedang mecapai 63%. Hal ini bisa dikatakan belum

mencapai hasil yang optimal jika belum mencapai total keseluruhan mencapai

70%, itu terutama dalam bidang kemampuan yang membutuhkan pikiran

dalam aspek mental psikologis dan vokasional.

Page 6: ANDI MAJID-FDK.pdf

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Semesta Alam,

Allah SWT yang telah memberi rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga

senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta seluruh

keluarganya, para sahabatnya, sampai kepada kita selaku umatnya hingga akhir

zaman. Amin.

Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi yang berjudul program rehabilitasi sosial bagi penyandang tunagrahita

dalam peningkatan keberfungsian sosial di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

Ciungwanara, Cibinong-Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing

penyusunan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu

Dekan.

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan

Bapak Ahmad Zaki, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Syamsir Salam, MS selaku Dosen pembimbing skripsi ini,

yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukan, tetapi bersedia memberikan

perhatian, arahan dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis.

Page 7: ANDI MAJID-FDK.pdf

iii

4. Seluruh Dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik,

membimbing dan memberikan ilmu-ilmu bermanfaat selama penulis kuliah di

Jurusan Kesejahteraan Sosial.

5. Pimpinan dan staf perpustakaan utama, perpustakaan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Kementrian

Sosial yang telah banyak memberikan fasilitas kepada penulis dalam

penyelesaian studi pustaka.

6. Bapak Cecep Sutriaman, S.Sos.MPS.Sp selaku Kepala Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG), Ibu Dra. Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,

Dra. Lisdiana, Msi selaku Kepala Seksi Pegawai Program dan Advokasi

Sosial, dan seluruh pegawai Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) yang tidak bisa

disebutkan satu persatu tapi tetap tidak mengurangi rasa terimakasih penulis

serta anak-anak penerima manfaat di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG),

Ciungwanara yang telah mengizinkan, dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Yang tercinta kedua orang tua penulis ayahanda Adin (Alm) dan Ibunda

A.Andayani, Spd serta selaku wali ayahanda Arif Ampriawan, yang senantiasa

memberikan motivasi, moril dan materil, pengorbanan, doa dan kasih sayang

yang tak pernah henti.

8. Adikku tersayang Afifah Ampriyani yang memberikan semangat, bantuan dan

hiburan yang bermanfaat sehingga penulis termotivasi untuk menyeselesaikan

skripsi ini.

Page 8: ANDI MAJID-FDK.pdf

iv

9. Keluarga Besar Bapak H. Muhtar Idris yang selalu memberikan motivasi dan

kemudahan dalam bantuan baik secara moril dan material dalam kelancaran

skripsi ini.

10. Nur Hikmah yang telah ikut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini

dengan memberikan waktu untuk memotivasi, sharing, semangat, canda gurau

dan doa-doa untuk sukses bersama.

11. Kawan-kawan seperjuangan www.BASKOM.org (Bryan Petet, Habib Ndut,

Soleh Zamet dan Eza Oye). Terima kasih atas segala kebersamaan menggapai

cita-cita bersama, dan selalu memberikan pelajaran terbaik disaat bersama.

12. Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial yang sudah mau bertukar pikiran

dalam penyelesaian skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya

tapi tetap tidak mengurangi kasih sayang penulis. Terima kasih atas

kebersamaan dan kekompakkannya.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan

kepada para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih Semoga Allah SWT

memberikan balasan kebaikan. Aamiin Ya Robbal Alamin.

Jakarta, 9 Desember 2014

ANDI MAJID

Page 9: ANDI MAJID-FDK.pdf

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1-6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 6-7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 9

D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 10

E. Metode Penelitian .................................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 18

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Tunagrahita .............................................................................. 20

1. Pengertian Tunagrahita ......................................................... 20

2. Klasifikasi Tunagrahita ......................................................... 22

3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita .................................... 24

B. Rehabilitasi ............................................................................... 25

1. Pengertian Rehabilitasi .......................................................... 25

2. Metode Rehabilitasi .............................................................. 26

3. Jenis Rehabilitasi ............................................................ 30-32

4. Perangkat Rehabilitasi..................................................... 32-34

C. Keberfungsian Sosial ............................................................... 34

Page 10: ANDI MAJID-FDK.pdf

vi

BAB III PROFIL LEMBAGA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PSBG

Ciungwanara Bogor ................................................................. 37

B. Kondisi Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan

Fasilitas, Klien dan Dana Penyelenggaraan Panti ................ 38

C. Proses Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan di

PSBG Ciungwanara Bogor ..................................................... 47

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Metode Layanan Rehabilitasi Sosial ........................................ 51

1. Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas,

Kondisi Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara ............................................................ 52

2. Proses Rehabilitasi Sosial ..................................................... 57

B. Peningkatan Keberfungsian Sosial Tunagrahita .................... 67

1. Hasil Rehabilitasi Sosial ...................................................... 81

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan

Rehabilitasi Sosial ................................................................. 85

a. Faktor Pendukung .......................................................... 85

b. Faktor Penghambat ........................................................ 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 88

B. Saran ........................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: ANDI MAJID-FDK.pdf

vii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ......................................... 2

2. Tabel 1.2 Tabel Pemilihan Informan ................................................................. 16

3. Tabel 1.3 Tebel Kegiatan Penelitian .................................................................. 17

4. Tabel 3.1 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 44

5. Tabel 3.2 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ............................... 44

6. Tabel 3.3 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Tenaga Profesi ......................... 45

7. Tabel 4.1 Tabel Alokasi Program Rehabilitasi Sosial ....................................... 62

8. Tabel 4.2 Alur Pelayanan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara ..... 63

9. Tabel 4.3 Indikator Keberhasilan Penyandang Tunagrahita Tahun 2014 .......... 68

10. Tabel 4.4 Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita

Tahun 2014 ........................................................................................................ 79

Page 12: ANDI MAJID-FDK.pdf

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pengajuan Bimbingan Skripsi

2. Surat Izin Penelitian Skripsi di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

Ciungwanara Bogor

3. Surat Keterangan mengadakan penelitian di Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor

4. Jadwal Bimbingan Fisik, Mental, Sosial, dan Keterampilan di Panti

Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor

5. Absensi Penerima Manfaat

6. Rekapitulasi Indikator Keberhasilan Penerima Manfaat

7. Persyaratan Pendaftaran Calon Penerima Manfaat

8. Pedoman Wawancara

9. Identitas Informan

10. Tabel Observasi Penelitian di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

Ciungwanara Bogor

Page 13: ANDI MAJID-FDK.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus

masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak

berkebutuhan khusus merupakan anak yang tidak memiliki kemampuan

apapun. Salah satu dari mereka adalah anak tunagrahita. Tunagrahita yang

berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita berarti pikiran. Anak

Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang

sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh keterbasan

intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas perkembangannya

memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1

Menurut Sensus Nasional Biro Pusat Statistik Tahun 2006, dari

222.192.572 penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% atau 2.810.212 jiwa adalah

penyandang cacat, 601.947 anak (21,42%) diantaranya adalah anak cacat usia

sekolah (5-18tahun). Sedangkan populasi ADTG (Anak Dengan Tuna Grahita)

menempati angka paling besar dibanding jumlah anak dengan kecacatan

lainnya. Sementara itu, data Sekolah Luar Biasa Tahun 2006/2007 jumlah

peserta didik penyandang cacat yang mengenyam pendidikan baru mencapai

27,35% atau 87.801 anak. Dari jumlah itu, populasi ADTG menrmpati paling

besar yaitu 66.610 anak dibanding jumlah anak dengan kecacatan lainnya.

1 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006), h. 9.

Page 14: ANDI MAJID-FDK.pdf

2

Sekitar 57% dari jumlah itu adalah ADTG ringan dan sedang.2

Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) tahun 2012,

disablitas menurut usia yakni sebagai berikut3:

Tabel 1.1

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

PMKS Usia <18

Thn

Usia 18-

24 thn

Usia 25-

55 thn

Usia 56>

thn Total

Netra 5921 3869 46960 86110 142860

Rungu wicara 7632 4410 17482 7432 36956

Tubuh 32990 18384 129272 83233 263879

Mental retardasi 30460 31821 120737 30015 213033

Gangguan jiwa 2257 5105 44514 13246 65122

Fisik mental 19438 9935 47944 24991 102308

Dari perkembangan data di atas, terdapat perbedaan yang cukup

signifikan bagi penyandang tunagrahita dari tahun sebelumnya yaitu mencapai

66.610, kemudian pada tahun 2012 penyandang tunagrahita termasuk paling

tinggi ke-2 diantara penyandang yang lainnya. Oleh sebab itu perlu adanya

pemberian program rehabilitasi sosial guna mengembalikan kembali

keberfungian sosial mereka dalam masyarakat.

Undang-Undang No. 4 tahun 1997 menegaskan bahwa penyandang

cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan,

hak, kewajiban, dan peran yang sama. Mereka juga mempunyai hak dan

kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pada

Pasal 6 ayat 5-6, dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak

memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan

2 http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-

perlu-pendekatan-khusus.html (dikutip pada tanggal 23 Januari 2014) 3 Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012

Page 15: ANDI MAJID-FDK.pdf

3

sosial; dan hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan,

dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam

lingkungan keluarga dan masyarakat.4

Ketetapan dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1997 itu sangat berarti

bagi anak tunagrahita, karena memberi landasan yang kuat bahwa tunagrahita

mempunyai hak yang sama untuk peningkatan kesejahteraan sosial di segala

aspek kehidupan dan penghidupan dalam rangka terwujudnya kesamaan

kedudukan, hak, kewajiban, dan peran.

Melihat dari Undang-Undang di atas, untuk mengembalikan fungsi

penyandang masalah kecacatan mental/psikotik diperlukan pendekatan secara

medis maupun sosial. Penanganan secara medis menjadi kewenangan

Kementerian Kesehatan (dalam hal ini Rumah Sakit Jiwa) baik pemerintah

maupun swasta dan untuk memulihkan fungsi sosialnya, peran Kementerian

Sosial menjadi tumpuan untuk melakukan rehabilitasi.

Pemerintah dalam hal ini menyediakan tempat khusus bagi tunagrahita.

Tempat khusus ini salah satunya dikenal dengan Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor, yang merupakan salah satu unit teknis

Kementerian Sosial yang berfungsi memberikan pelayanan sosial untuk

penyandang tunagrahita dalam menyelenggarakan pelayanan dalam bentuk

rehabilitasi sosial yang bertujuan untuk proses refungsionalisasi dan

pengembangan untuk memungkinkan tunagrahita mampu melaksanakan

fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

Rehabilitasi merupakan istilah yang berakar dari pandangan plato

terhadap pelaku kejahatan, namun pada perkembangannya, istilah tersebut

4 Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyandang Cacat No. 4 Tahun 1997

Page 16: ANDI MAJID-FDK.pdf

4

meluas penggunaannya di berbagai bidang. Tidak hanya oleh mereka yang

berkutat dibidang kriminologi saja, tetapi juga pada bidang-bidang medis,

sosial, psikologi, dan kesejahteraan sosial. Rehabilitasi menawarkan

optimisme dan harapan yang terkait dengan semangat kemanusiaan yang kuat

untuk membantu memperoleh kesembuhan dan hidup yang lebih baik.

Rehabilitasi mempertemukan keahlian dari tenaga profesional, seperti dokter,

psikolog, kriminolog, pendidik, konselor dan pekerja sosial.5

Layanan rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami

kecacatan fisik, mental, perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai

kehidupan yang mandiri dengan cara penerapan layanan pribadi dan

vokasional. Agar layanan rehabilitasi yang diberikan terarah dan sistematis

perlu adanya metode yang tepat sebagai pelaksanaannya. Untuk itu penting

untuk diteliti bagaimana metode layanan rehabilitasi guna mengetahui sejauh

mana efektivitas dan efisiensi dari metode yang efektif agar dapat

meningkatkan keberfungsian sosial tunagrahita secara optimal.

Dalam praktiknya terdapat tiga metode layanan rehabilitasi sosial yaitu

metode secara pribadi, metode secara kelompok, dan metode layanan yang

diberikan oleh masyarakat. Untuk itu perlu adanya penelitian khususnya bagi

penyandang tunagrahita, karena tunagrahita menghadapi masalah dalam

keberfungsian sosial, maka perlu adanya penentuan metode yang sesuai bagi

penyandang tunagrahita. Dengan menerapkan metode layanan rehabilitasi

yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat berkembang

5 Philip Bean, Rehabilitation, dalam Adam Kuper, Jessica Kuper, Ensiklopedia ilmu-ilmu

sosial Ed1 get7, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 913-914.

Page 17: ANDI MAJID-FDK.pdf

5

secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan meningkat.

Terdapat dua jenis layanan program rehabilitasi sosial yang

dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG), yang pertama Program

Pelayanan Pokok meliputi: pendekatan awal, penerimaan, pengasramaan,

orientasi, asesmen, perumusan rencana intervensi, pelaksanaan intervensi

(Bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan), resosialisasi, penyaluran,

bimbingan lanjut, terminasi. Kedua Pelayanan Penunjang, meliputi:

pendataan, sosialisasi program, Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga

(RSBK), Program Pelayanan Jarak Jauh (PPJJ), Pembinaan Persatuan Orang

Tua (POT), pengembangan SDM.6

Program pembinaan merupakan bagian yang integral dalam rangkaian

proses pelayanan sosial dan tidak dapat dianggap sebagai modalitas treatment

yang berdiri sendiri. Hal ini berkaitan dengan pemahaman umum bahwa

setelah klien menjalani program rehabilitasi primer di panti rehabilitasi,

mereka masih memerlukan perawatan atau bimbingan lanjutan agar proses

reintegrasi ke masyarakat dapat berlangsung lancar. Pada kenyataannya

treatment tidak berhenti di dalam panti rehabilitasi melainkan terus berlanjut

sampai klien kembali ke masyarakat, mampu mengembangkan gaya hidup

yang sehat dan menjadi manusia yang produktif (BNN,2008).7

Oleh sebab itu Program Rehabilitasi Sosial di Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG) Ciungwanara itu sendiri adalah bertujuan untuk memulihkan

kemauan, kemampuan dan harga diri tunagrahita sehingga dapat

melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat bergaul dan

6 Keputusan Menteri Sosial RI. No.59HUK2003 tentang Organisasi dan Tata kerja panti

Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor. 7 Widodo Nurdi, Evaluasi Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Pada Panti Sosial, h. 214.

Page 18: ANDI MAJID-FDK.pdf

6

mengembangkan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat, mencegah

tumbuh dan berkembangnya pandangan yang negatif dari masyarakat terhadap

tuna grahita, dan menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat

tentang keadaan, permasalahan dan kebutuhan tuna grahita sehingga

masyarakat sadar dan mendukung usaha rehabilitasi tuna grahita.

Dalam hal ini peningkatan usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan

oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara dengan mengetahui

metode layanan Rehabilitasi Sosial yang tepat diharapkan dapat meningkatkan

Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita dalam melaksanakan kegiatan-

kegiatan untuk memenuhi hak-hak dasar penyandang tunagrahita.

Oleh sebab itu perlu adanya metode layanan rehabilitasi yang

komprehensif, direncanakan secara bersama -sama oleh penerima manfaat

dan pelaksana rehabilitasi, untuk memaksimalkan daya kerja,

kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di

tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat

melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan latar

belakang diatas maka penulis memiliki judul “PENINGKATAN

KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG TUNAGRAHITA (Kajian

Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG) mempunyai beberapa layanan program yaitu program

Page 19: ANDI MAJID-FDK.pdf

7

pelayanan pokok dan program pelayanan penunjang. Namun karena

layanan rehabilitasi sosial yang lebih pokok terdapat dalam kegiatan di

dalam panti, maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah yang akan

diteliti pada salah satu metode pelayanan pokok meliputi: pendekatan awal,

penerimaan, pengasramaan, orientasi, asesmen, perumusan rencana

intervensi, pelaksanaan intervensi (Bimbingan fisik, mental, sosial, dan

keterampilan), resosialisasi, penyaluran, bimbingan lanjut, terminasi yang

dilakukan di dalam panti dalam kurun waktu lima bulan, dari bulan Mei

sampai dengan bulan September 2014.

2. Perumusan Masalah

Selanjutnya berdasarkan batasan masalah di atas maka terlihat

bahwa permasalahan pokok dalam penelitian ini meliputi:

a. Metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti

Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor.

b. Berdasarkan permasalahan di atas (a), terlihat dengan nyata bahwa hal

ini berkesinambungan pada hasil peningkatan keberfungsian sosial

penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

Ciungwanara, Cibinong-Bogor.

3. Identifikasi Masalah

Untuk menyusun metode layanan rehabilitasi sosial penyandang

tunagrahita diperlukan data-data tentang kemampuan tunagrahita,

bimbingan yang telah diberikan, dan faktor pendukung serta faktor

penghambatnya. Terdapat beberapa macam identifikasi masalah yang

timbul, yaitu:

a. Bagaimana kondisi penyelenggaraan, sarana prasarana rehabilitasi

Page 20: ANDI MAJID-FDK.pdf

8

sosial?

b. Bagaimana proses rehabilitasi sosial yang diselenggarakan melalui

panti?

c. Seperti apakah bimbingan yang diberikan bagi penyandang tunagrahita

dalam panti?

d. Bagaimana kondisi anak yang telah menerima pelayanan rehabilitasi di

panti?

e. Faktor-faktor apa saja yang mendukung peningkatan keberfungsian

sosial tunagrahita dalam panti?

f. Faktor-faktor apa saja yang menghambat peningkatan keberfungsian

sosial tunagrahita dalam panti?

g. Bagaimana model pelaksanaan program layanan Rehabilitasi Sosial

yang efektif dalam panti yang dilakukan oleh panti?

h. Bagaimana pencapaian tujuan dari program layanan Rehabilitasi Sosial

terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas

intelektual tunagrahita di panti?

Oleh karenanya, untuk membatasi masalah sebagaimana dimaksud,

maka permasalahan pokok dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Bagaimana metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita

dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-

Bogor?

b. Bagaimana pencapaian tujuan dari metode rehabilitasi sosial terhadap

peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti

Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor?

Page 21: ANDI MAJID-FDK.pdf

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pelaksanaan model program rehabilitasi sosial dalam meningkatkan

keberfungsian sosial bagi penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan:

a. Untuk mengetahui metode layanan rehabilitasi sosial penyandang

tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,

Cibinong-Bogor.

b. Untuk mengetahui hasil dari metode layanan Rehabilitasi Sosial

terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas

intelektual tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

Ciungwanara, Cibinong-Bogor.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan

kebijakan di bidang Program Rehabilitasi Sosial bagi penyandang

tunagrahita.

2) Dapat berkontribusi dalam memberikan gambaran tentang model

dan metode peningkatan keberfungsian sosial penyandang

tunagrahita.

b. Manfaat Akademis

1) Dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan kepustakaan

Page 22: ANDI MAJID-FDK.pdf

10

bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial.

2) Dapat menambah khazanah keilmuan baru dalam program

pelayanan masyarakat melalui lembaga dan ilmu kesejahteraan

sosial.

3) Dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis secara

langsung dalam penelitian lapangan melalui penelitian ilmiah.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap

beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Adapun beberapa skripsi tersebut antara lain:

Nama : Rian Rusdiyanto

NIM : 104054002094

Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam

Judul : Pemberdayaaan Penyandang Cacat Tunagrahita Oleh Yayasan

Wahana Bina Karya Penyandang Cacat di Kelurahan Lebak Bulus

Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan

Skripsi tersebut membahas tentang pemberdayaan Tunagrahita yang

dilaksanakan oleh Yayasan Wahana Bina Karya. Yang menjadi pembeda

dengan skripsi tersebut dengan skripsi penulis yakni skripsi diatas

menggunakan variabel konsep pemberdayaan yang diberikaan oleh Yayasan

Wahana Bina Karya dalam lingkungan kelurahan, sedangkan skripsi penulis

yaitu penulis mengangkat program rehabilitasi sosial yang ada dalam

lingkungan panti sosial. Persamaanya yakni skripsi tersebut dan skripsi

penulis menggunakan subjek yang sama yaitu penyandang tunagrahita.

Page 23: ANDI MAJID-FDK.pdf

11

Nama : B.Mujiani dan Setyo Sumarno

Jurnal : Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol.11 No.2 2012

Judul : Kuriusitas terhadap Temanggung: Studi Pekerjaan Sosial Tentang

Tunagrahita Curiosity about Temanggung: A Study on Mentally

Retardation.

Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama

menggunakan fokus atau kajian pada penyandang tunagrahita. Sedangkan

perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam memberikan

cakupan layanan yang dijalankan oleh lembaga, yaitu dengan program layanan

dalam panti dengan menempatkan penerima manfaat ke dalam asrama untuk

mengikuti program-program yang diberikan oleh lembaga.

Nama : Mulia Astuti

Jurnal : Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol.18 No.01

2013

Judul : Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Di Panti Sosial Bina

Netra „Tumou Tou Tomohon Manado Dan „Tan Miyat‟ Bekasi

Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama

menggunakan kajian pada pemberian program rehabilitasi sosial. Sedangkan

perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam objek sasaran

yang diberikan, yaitu jurnal di atas menempatkan penyandang tuna netra

sebagai penerima program rehabilitasi sosial, sedangkan penulis menempatkan

penyandang tunagrahita sebagai penerima program rehabilitasi sosial.

Page 24: ANDI MAJID-FDK.pdf

12

E. Metode Penelitian

Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan menggunakan metode untuk

menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi

sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah

dapat diuraikan dan dijelaskan secara lebih rinci.

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian dikenal dua macam pendekatan penelitian yang

dapat dilakukan, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang informasinya atau data-

datanya berbentuk angka (scoring) dan diolah dengan statistik.8

Sedangkan pendekatan kualitatif yaitu upaya untuk memahami makna

yang terkandung dalam program ini. Hal ini selaras dengan pandangan

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis

atau lisan dari orang-orang yang diamati.9

Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif,

pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu

dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil penelitian

secara mendalam untuk mengetahui makna dari sesuatu secara jelas dari

kondisi sebenarnya.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif.

8 Poerwandari, E.K, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta:

Perfecta, 2005) h.23 9 Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya

2007), h.4.

Page 25: ANDI MAJID-FDK.pdf

13

Data tersebut bisa berasal dari wawancara, foto, videotape, dokumen

pribadi, catatan lapangan, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian

deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang

melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa

kondisi, juga menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam

menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka

untuk menetapkan rencana yang akan datang.10

3. Metode Penetapan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

Ciungwanara Bogor, dengan pertimbangan untuk mengetahui upaya

penanganan permasalahan sosial rehabilitasi sosial tunagrahita yang

dilaksanakan di wilayah pemerintahan daerah, khususnya di wilayah

Cibinong Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Terdapat dua metode dalam menetapkan lokasi, yaitu:

a. Random, penetapan lokasi secara acak.

b. Purposive, penetapan lokasi secara sengaja atau mempunyai tujuan dan

alasan tertentu.

Untuk penelitian ini penulis memilih menentuan lokasi secara

purposive dengan alasan agar lebih mudah mengenal lokasi penelitian,

lebih mudah menjangkau lokasi penelitian guna mendapatkan data yang

lebih rinci dan akurat.

10

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

2006), cet. 12, h.25.

Page 26: ANDI MAJID-FDK.pdf

14

4. Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua macam data yaitu:

a. Data primer adalah data yang diperoleh pada saat penelitian itu

berlangsung, baik melalui observasi, wawancara ataupun dalam materi

yang berhubungan dengan masalah penelitian.

b. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui penelitian

kepustakaan untuk mencari konsep dari teori-teori yang berhubungan

dengan penulisan skripsi ini seperti buku-buku, internet, brosur, serta

catatan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

5. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan dengan menggunakan

pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya

seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. oleh karena itu observasi

adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya

melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra

lainnya.11

Dalam penelitian ini diperoleh informasi pelakasanaan

observasi atau pengamatan secara langsung pada program rehabilitasi

sosial, yang dilakukan oleh pengelola panti, penerima manfaat,

fasilitas, proses rehabilitasi dan keberfungsian sosial tunagrahita

melalui pencatatan apa yang terlihat, didengar dan diraba kemudian

penulis tuangkan dalam laporan penulisan skripsi sesuai data yang

dibutuhkan. Dalam hal ini penulis mengamati langsung kegiatan

tunagrahita dan pegawai yang ada di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

11

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 115.

Page 27: ANDI MAJID-FDK.pdf

15

Ciungwanara, Cibinong-Bogor.

b. Wawancara adalah proses memperoleh data dengan cara tanya jawab

serta secara langsung, bertatap muka antara penanya dengan pengelola

perusahaan.12

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

wawancara bertahap, yakni wawancara yang dilakukan secara bertahap

dan pewawancara tidak harus terlibat dalam kehidupan informan.

Kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang sedang mempelajari

objek penelitian yang dapat dilakukan secara tersembunyi atau terbuka.

Sistem “datang dan pergi” dalam wawancara ini mempunyai keandalan

dalam mengembangkan objek-objek baru dalam wawancara berikutnya

karena pewawancara memperoleh waktu yang panjang di luar

informan untuk menganalisis hasil wawancara yang telah dilakukan

serta dapat mengoreksinya bersama tim yang lain.13

c. Studi Pustaka, studi kepustakaan yang dilakukan guna mendapatkan

teori yang akan digunakan sebagai analisis hasil penelitian sosial

dalam program rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita.

6. Teknik Pemilihan Informan

Berkenaan dengan tujuan penelitian ini maka pemilihan informan

menentukan informasi kunci (key informan) tertentu serta informasi

sesuai dengan fokus penelitian.

Untuk memilih sample (dalam hal ini informan kunci) lebih tepat

dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya, apabila

dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi

12

Adang Rukhyat, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: Dinas Olahraga dan

Pemuda, 2003) h.51 13

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h.110.

Page 28: ANDI MAJID-FDK.pdf

16

informasi maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru,

proses pengumpulan informasi sudah selesai.

Tabel 1.2

Tabel Pemilihan Informan

Informan Informasi yang

dicari

Metode Jumlah Alasan

Klien (Penerima

Manfaat)

Manfaat Program

Rehabilitasi yang

diberikan oleh

Lembaga

Wawancara 10 orang

(5 ringan)

(5 sedang)

Sebagai objek

penerima manfaat

program

rehabilitasi

Kepala Seksi

Rehabilitasi Sosial

dan Pegawai

Rehabilitasi Sosial

Model pelaksanaan

Program Rehabilitasi

Sosial dan

peningkatan

keberfungsian sosial

Wawancara 5 orang Sebagai penentu

kebijakan

pelaksanaan

program

rehabilitasi dan

beberapa disiplin

ilmu Profesional

Pendamping Asrama

dan Warga Sekitar

Mengetahui

keberhasilan

program dan

menguji kebenaran

data pihak panti

Wawancara 5 orang Sebagai pihak

netral dan

sebagai

pihak ke 3

7. Analisa Data

Adapun metode yang penulis gunakan dalam menganalisa data

adalah analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif yaitu memberikan

gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini

bisa menjadi acuan untuk melihat karateristik data yang kita peroleh.14

Ciri dari analisis ini adalah menitik beratkan pada observasi dan

suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti hanya bertindak sebagai

14

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. 2005, h.25

Page 29: ANDI MAJID-FDK.pdf

17

pengamat. Ia hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan

mencatatnya dalam buku observasinya.15

Secara singkat, hasil penelitian diolah dan disajikan dengan cara

melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai

data yang terkumpul secara apa adanya, kemudian data tersebut

disimpulkan.

8. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Februari 2014 dan selesai

sampai bulan Agustus 2014. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan

dalam melaksanakan proses penelitian, sebagai berikut:

Tabel 1.3

Tebel Kegiatan Penelitian

N

O

KEGIATAN

BULAN

Februari

2014

Maret

2014

April

2014

Mei

2014

Juni

2014

Juli

2014

Agustus

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penelitian

Pendahuluan

2 Pengumpulan

Data

3 Pengumpulan data

dan analisis data

4 Penulisan dan

penyelesaian Bab I

5 Penulisan dan

penyelesaian Bab II

6 Penulisan dan

penyelesaian Bab

III

7 Penulisan dan

penyelesaian Bab

IV

8 Penulisan dan

penyelesaian Bab V

15

Ibid., h.25

Page 30: ANDI MAJID-FDK.pdf

18

9. Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik

triangulasi. Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.

Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat

kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (realibilitas) data, serta

bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data dilapangan.

Keabsahan data yang digunakan penulis adalah triangulasi sumber

yakni menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber

memperoleh data.16

Penulis menggunakan observasi dan membaca arsip-

arsip sekolah untuk membandingkan data yang sudah diperoleh dari

wawancara

10. Teknis Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan, penulis mengacu pada

pedoman karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh

CeQDA (Center for Quality Develoopment and Assurance) UIN Syarif

Hidayatuullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui secara global tentang penelitian ini, maka

sistematika penulisannya ialah sebagai berikut:

BAB I : Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,

pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan

16

Ibid., h. 219

Page 31: ANDI MAJID-FDK.pdf

19

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : Berisikan landasan teoritis mengenai pokok pembahasan meliputi

pengertian tunagrahita, klasifikasi tunagrahita, faktor-faktor

penyebab tunagrahita, pengertian rehabilitasi sosial, metode

rehabilitasi, jenis rehabilitasi, perangkat rehabilitasi,

keberfungsian sosial.

BAB III : Memberikan gambaran umum tentang profil lembaga dan sejarah

perkembangan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

BAB IV : Bab ini merupakan inti penelitian, dijelaskan secara rinci

mengenai bagaimana metode pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi

penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial

penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

BAB V : Merupakan Bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran

mengenai metode pelaksanaan program rehabilitasi sosial bagi

penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial

penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

Page 32: ANDI MAJID-FDK.pdf

20

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Tunagrahita

1. Pengertian Tunagrahita

Tunagrahita yang berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita

berarti pikiran. Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki

tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai

oleh keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas

perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1

Ada beberapa deskripsi tentang konsep dan pengertian tunagrahita

dari beberapa ahli, antara lain2:

1. Cacat mental merupakan suatu keadaan dari perkembangan mental

yang tidak lengkap, yang menyebabkan individu kurang dapat

menyesuaikan diri dengan kawan-kawannya yang normal, sehingga

memerlukan pengawasan maupun bantuan khusus. (Tredgold,Hutt,

1976).

2. Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang

terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya

kendala (impairment) keterampilan (kecakapan, skills) selama masa

perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia,

yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. (WHO, 1992,

Lumban Tobing, 1997).

1 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006), h. 9. 2 Mulia Astuti, Rehabilitasi sosial Tunagrahita Melalui Panti Sosial Bina Grahita

(Jakarta: P3KS Press, 2010), h.10.

Page 33: ANDI MAJID-FDK.pdf

21

3. Cacat mental retardasi adalah seseorang yang mengalami

penyimpangan / kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada

mental intelektual, yang terjadi sejak bayi dalam kandungan, atau masa

bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh faktor organik biologis

maupun faktor fungsional. (Depsos, 1999).

Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa

referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan,

febleminded, mental subnormal, tunagrahita. Semua makna dari istilah

tersebut sama, yakni menunjuk kepada seseorang yang memiliki

kecerdasan mental di bawah normal.

Seorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau

tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian

rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas

perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,

termasuk dalam program pendidikannya (Bratanata, 1979).

Kecerdasan yang dimiliki seseorang, di samping menggambarkan

kesanggupan secara mental seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap

situasi dan kondisi yang baru, atau kesanggupan untuk bertindak secara

terarah, berfikir secara rasional dalam menghadapi lingkungan secara

efektif, juga sebagai kesanggupan untuk belajar dan berpikir secara

abstrak.

Edgar Doll berpendapat seorang dikatakan tunagrahita jika: (1)

secara sosial tidak cakap, (2) secara mental di bawah normal, (3)

kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan (4)

Page 34: ANDI MAJID-FDK.pdf

22

kematangannya terhambat (Kirk, 1970). Sedangkan menurut The

American Association on Mental Defeciency (AAMD), seseorang

dikategorikan tunagrahita apabila kecerdasannya secara umum di bawah

rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian sosial dalam setiap fase

perkembangannya (Hallahan dan Kauffman, 1986).3

2. Klasifikasi Tunagrahita

Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensi,

yang terdiri dari tunagrahita ringan, sedang dan berat. Kemampuan

intelegensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet

dan Skala Weschlee (WISC).

a. Anak tunagrahita ringan (IQ 50-75)

Anak tunagrahita ringan disebut juga debil atau moron. Mereka

masih dapat berfungsi secara individu seperti membaca, menulis dan

berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik,

anak terbelakang mental ringan pada saatnya dapat memperoleh

penghasilan untuk dirinya sendiri.

Akan tetapi anak tunagrahita ringan perlu mendapat bimbingan

dalam melakukan penyesuaian sosial secara independent. Seperti

contoh ia akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat

merencanakan masa depan, dan bahkan sering melakukan kesalahan.

Namun pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami

gangguan secara fisik.

Kesimpulannya, anak tunagrahita ringan mampu dididik untuk

bisa melakukan kegiatan pribadinya seperti bidang akademis, sosial

3Ibid., h.88-89

Page 35: ANDI MAJID-FDK.pdf

23

dan pekerjaan.

b. Anak tunagrahita sedang (IQ 30-50)

Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Mereka sangat

sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar

menulis, membaca dan berhitung. Tetapi mereka masih dapat dididik

untuk mengurus diri seperti mandi, berpakaian, makan minum,

mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya. Namun dalam

kehidupan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan terus

menerus.

Kesimpulannya, anak tunagrahita sedang hanya dapat dilatih

untutk mengurusi dirinya sendiri melalui aktifitas sehari-hari (daily

living), serta bisa melakukan fungsi sosial kemasyarakatan sesuai

kemampuannya.

c. Anak tunagrahita berat (0-25)

Anak tunagrahita berat sering disebut idiot, adalah anak

tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga tidak

mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus

kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain. Dengan kata

lain, anak tunagrahita berat selalu membutuhkan pereawatan

sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup

tanpa bantuan orang lain (totally dependent).

Kesimpulannya, anak tunagrahita berat akan selalu memerlukan

bantuan perawatan total dalam hal merawat diri, makan dan lainnya.

Page 36: ANDI MAJID-FDK.pdf

24

Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang

hidupnnya.

3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita

Menelaah sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang

menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen)

dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen).

Kirk berpendapat bahwa ketunagrahitaan karena faktor endogen,

yaitu faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen

(Hereditary transmission of psycho-biological insufficiency). Sedangkan

faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari

perkembangan normal.

Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, penyebab

ketunagrahitaaan menurut Devenport dapat dirinci melalui jenjang berikut:

(1) kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma, (2) kelainan

atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur, (3) Kelainan atau

keturunan yang dikaitkan dengan implantasi, (4) Kelainan atau keturunan

yang timbul dalam embrio, (5) kelainan atau keturunan yang timbul dari

luka saat kelahiran, (6) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin,

dan (7) kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa

kanak-kanak.4

Dari penyebab di atas diketahui bahwa ketidakmampuan anak

tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan sejajar dengan anak

4 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006), h. 91.

Page 37: ANDI MAJID-FDK.pdf

25

normal karena keterbatasan fungsi kognitif dan kesetiaan ingatan anak

tunagrahita sangat lemah dibanding dengan anak normal. Maka tidak

heran jika ada instruksi yang diberikan kepada anak tunagrahita tidak

melalui proses kognitif, akibatnya proses pemanggilan kembali

pengalaman atau peristiwa yang lalu, sering mengalami kesulitan.

B. Rehabilitasi

1. Pengertian Rehabilitasi

Menurut UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial Bab 1

Pasal 1 ayat 8, Rehabilitasi sosial adalah:

“Proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk

memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara

wajar dalam kehidupan masyarakat”

Tujuan rehabilitasi sosial dijelaskan dalam UU No.11 Tahun 2009

Bab III Pasal 7 ayat 1:

“Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan

mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial

agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar”

Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan yang dahulu,

perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misal

pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang

berguna dan memiliki tempat di masyarakat.5

Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah

sebagai berikut :

5 Pusat Bahasa. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3”. (Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas, 2002)., h.940.

Page 38: ANDI MAJID-FDK.pdf

26

1. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta

tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun

masyarakat atau lingkungan sosialnya.

2. Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

2. Metode Rehabilitasi

Metode yang digunakan dalam pemberian layanan rehabilitasi

sosial dan vokasional penyandang cacat antara lain adalah6:

1. Pekerjaan Sosial dengan Individu (Sosial Case Work)

a. Pengertian

Pekerjaan Sosial dengan individu adalah suatu proses

pelayanan profesional yang diberikan oleh pekerja sosial kepada

penyandang cacat secara perseorangan yang mengalami

permasalahan psikososial yang mengganggu peranan sosialnya.

b. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang

diberikan

1) Intervensi Krisis.

2) Terapi Perilaku (Behavior Therapy).

3) Intervensi Lingkungan (Milieu Treatment).

4) Terapi Bermain (Play Therapy).

5) Terapi Realitas (Reality Therapy).

6) Konseling.

7) Kunjungan Rumah (Home Visit).

6 Haryati Roebyantho, dkk, Penelitian Pola Multi Layanan Pada Panti Sosial

Penyandang Cacat, h.13.

Page 39: ANDI MAJID-FDK.pdf

27

c. Aplikasi pelayanan individual:

1) Diterapkan pada penyandang cacat yang mempunyai masalah

yang bersifat pribadi.

2) Dilakukan dengan berbicara dari hati ke hati, dapat

mendengarkan cerita penerima manfaat dengan sepenuh hati.

3) Dilakukan secara berulang-ulang dalam rangka untuk

mendapatkan informasi yang lebih lengkap.

4) Diterapkan pada masalah yang sulit diungkapkan penyandang

cacat dan menggali berbagai hal yang dianggap penting untuk

penanganan masalah.

5) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.

6) Dibuatkan kesimpulan hasil dari setiap pertemuan sehingga dapat

mengetahui perkembangan penanganan permasalahan penerima

manfaat.

2. Pekerjaan Sosial dengan Kelompok (Sosial Group Work)

a. Pengertian

Pekerjaan sosial dengan kelompok adalah proses pelayanan

profesional yang dilakukan pekerja sosial untuk membantu

penyandang cacat mengatasi permasalahan psikososialnya dengan

memanfaatkan proses dan interaksi kelompok.

b. Jenis pelayanan yang diberikan:

Pelayanan (terapi) yang diberikan melalui pendekatan

kelompok dipandang efektif untuk mengatasi masalah psikososial

Page 40: ANDI MAJID-FDK.pdf

28

yang dialami penyandang cacat. Terdapat 9 (sembilan) tipe

kelompok dalam Group Work:

1) Kelompok Percakapan Sosial (Sosial Conversation).

2) Kelompok Rekreasi (Recreation Group).

3) Kelompok Rekreasi dan Keterampilan (Recreation & Skill

Group).

4) Kelompok Pendidikan (Educational Group).

5) Kelompok Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan

(Problem Solving and Decission Making Group).

6) Kelompok Bantu Diri (Self-Help Group).

7) Kelompok Sosialisasi (Sosialization Group).

8) Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group).

9) Kelompok Sensitivitas (Sensitivity Group).

c. Aplikasi Pelayanan:

1) Membentuk kelompok penyandang cacat (5-10 orang) sebagai

media pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional.

2) Kegiatan yang dilakukan harus bersifat kreatif dan berorientasi

pada pemecahan permasalahan dan kebutuhan penyandang cacat.

3) Setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan yang sama

dalam mengungkap permasalahan yang dialami.

4) Diterapkan untuk mengembangkan sikap peniruan terhadap

pengalaman positif penyandang cacat yang lainnya.

5) Pekerja sosial berperan sebagai fasilitator dalam kelompok.

Page 41: ANDI MAJID-FDK.pdf

29

6) Membuat catatan perkembangan penyandang cacat dari setiap

pertemuan yang diadakan.

3. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (Community

Organization/Community Development)

a. Pengertian

Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat adalah suatu

proses pelayanan dan rehabilitasi sosial professional yang dilakukan

pekerja sosial bersama profesi lain kepada kelompok-kelompok

masyarakat yang memiliki penyandang cacat agar mereka

mempunyai kepedulian dan tanggungjawab untuk membantu

memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah penyandang cacat.

b. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang

diberikan.

1) Promosi sosial (sosial promotion).

2) Mediasi.

3) Kemitraan (partnership).

4) Penggalangan dana (fundrising).

c. Aplikasi pelayanan

1) Perlu dilakukan pemetaan terhadap kelompok kelompok

masyarakat yang diharapkan mempunyai kepedulian dan dapat

berpartisipasi dalam pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional

penyandang cacat.

Page 42: ANDI MAJID-FDK.pdf

30

2) Perlu diidentifikasi pihak-pihak yang dapat diajak bekerjasama

dan bermitra dalam pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional

penyandang cacat.

3) Perlu diidentifikasi pihak-pihak penyandang dana yang

diharapkan dapat berpartisipasi dalam pelayanan rehabilitasi

sosial dan vokasional penyandang cacat.

4) Perlu sosialisasi program pelayanan rehabilitasi sosial dan

vokasional penyandang cacat kepada masyarakat luas.

Kegiatan yang Dilakukan dalam Rehabilitasi:

1. Pencegahan; artinya mencegah timbulnya masalah sosial, baik

masalah datang dari diri klien itu sendiri, maupun masalah yang

datang dari lingkungan klien.

2. Rehabilitasi; diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan

mental, bimbingan keterampilan.

3. Resosialisasi; adalah segala upaya bertujuan untuk menyiapkan klien

agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat.

4. Pembinaan tidak lanjut; diberikan agar keberhasilan klien dalam

proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan.7

3. Jenis Rehabilitasi

Rehabilitasi pada tataran praktik, mempertemukan berbagai disiplin

ilmu mulai dari medis, psikologis, sosial, bahkan pendidikan

multidispliner tersebut menghasilkan proses rehabilitasi yang saling terkait

dan mendukung upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu

7 Muis, Ichwan, Rehabilitasi Sosial, h. 23.

Page 43: ANDI MAJID-FDK.pdf

31

dapat menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Pada

perkembangannya, rehabilitasi terbagi menjadi empat jenis rehabilitasi8

sebagai berikut:

a. Rehabilitasi Medis

Rehabilitasi ini memberikan berbagai perawatan secara medis dalam

upaya untuk memulihkan kondisi fisik klien. Rehabilitasi medis

menawarkan pelayanan kesehatan bagi klien, yang mempertemukan

tenaga profesional seperti dokter, psikiater, psikolog, bahkan pekerja

sosial medis. Umumnya proses rehabilitasi medis berlangsung di

rumah sakit, khususnya yang memiliki Instalasi Rehabilitasi Medis

(IRM), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit

Fatmawati merupakan contoh rumah sakit yang telah memiliki (IRM).

b. Rehabilitasi Pendidikan

Rehabilitasi pendidikan merupakan upaya pengembangan potensi

intelektual klien pada setting Sekolah Luar Biasa (SLB). Rehabilitasi

ini mengandalkan tenaga pendidik, terutama para pendidik yang

menekuni bidang khusus Pendidikan Luar Biasa (PLB).

c. Rehabilitasi Vokasional

Rehabilitasi ini, memberikan keterampilan-keterampilan khusus pada

klien sesuai dengan minat dan kemampuannya, seperti keterampilan

dalam bidang musik, pijat, masak, olah raga, komputer, dan lain

sebagainya. Rehabilitasi vokasional memerlukan tenaga-tenaga khusus

8 Caroline Nitimiharjo, Rehabilitasi Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial

Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Sosial RI,

2004)., h.185.

Page 44: ANDI MAJID-FDK.pdf

32

yang menguasai keterampilan-keterampilan tersebut. Sehingga dapat

mewujudkan tujuan proses rehabilitasi vokasional yaitu kemandirian

ekonomi.

d. Rehabilitasi Sosial

Proses rehabilitasi sosial mengupayakan agar klien dapat memulihkan

fungsi sosialnya di masyarakat. Proses rehabilitasi sosial juga

bertujuan untuk mengintegrasikan klien kembali ke lingkungan

masyarakat. Pada prosesnya, rehabilitasi sosial mengintervensi klien

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga dan komunitasnya.

Dalam hal ini, proses tersebut melibatkan sikap klien terhadap

keluarga, komunitas, bahkan masyarakat, juga sebaliknya. Peranan

pekerja sosial, psikolog, dan konselor menjadi sangat penting pada

proses rehabilitasi ini.

4. Perangkat Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan proses pemulihan kepada kondisi yang

semula, agar dapat mencapai tujuan tersebut. Rehabilitasi memerlukan

serangkaian perangkat sebagai penunjang berlangsungnya proses

rehabilitasi yang integratif dan komprehensif. Perangkat tersebut meliputi

“sarana dan prasarana” yang menunjang proses rehabilitasi yaitu:

a. Program Rehabilitasi

Program rehabilitasi mencakup pelaksanaan prosedur rehabilitasi yang

terencana, terorganisir, dan sistematis. Umumnya program rehabilitasi

menjadi bagian dan sebuah kegiatan organisasional lembaga, baik

lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Jangkauan program

Page 45: ANDI MAJID-FDK.pdf

33

dapat meliputi lingkup lokal, nasional, regional. Keterkaitan dan

kerjasama antara lembaga-lembaga menyelenggarakan program

rehabilitasi merupakan hal penting mencapai tujuan rehabilitasi itu

sendiri. Dimana, tujuan dan fokus rehabilitasi akan tergantung pada

kebijakan lembaga dan dapat bervariasi pada lembaga lain. Seperti

pada lembaga yang menyelenggarakan program rehabilitasi bagi

penyandang disabilitas yang mengkhususkan pada program

rehabilitasinya saja.

b. Pelayanan

Pelayanan dalam proses rehabilitasi meliputi aktivitas khusus yang

dapat memberikan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan klien.

Penyelenggaraan pelayanan kepada klien mengintegrasikan berbagai

pendekatan, disiplin ilmu dan tenaga-tenaga profesional untuk

mencapai tujuan dari proses rehabilitasi tersebut.

c. Sumber Daya Manusia (SDM)

Proses rehabilitasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya sumber daya

manusia sebagai pelaksana proses tersebut. Pelaksana rehabilitasi

melibatkan tenaga-tenaga profesional dari berbagai latar belakang

pendidikan dan keterampilan-keterampilan khusus, seperti dokter,

pekerja sosial, psikolog, konselor, terapis, edukator, pengajar

vokasional, dan lain sebagainya. Sumber daya manusia memegang

peranan utama dalam pelaksanaan rehabilitasi.

d. Fasilitas Penunjang Rehabilitasi

Fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan rehabilitasi meliputi

fasilitas tempat sebagai wadah pelaksanaan rehabilitasi, seperti

Page 46: ANDI MAJID-FDK.pdf

34

Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM) pada rumah sakit, panti sosial

binaan pemerintah, dan lembaga sosial yang menyelenggarakan

program dan layanan rehabilitasi. Selain tempat pelaksanaan, fasilitas

penunjang lainnya adalah peralatan rehabilitasi. Jenis dan jumlah

peralatan tersebut, tergantung pada program, dan layanan rehabilitasi

yang diselenggarakan.

5. Keberfungsian Sosial

Keberfungsian Sosial secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

kemampuan seseorang dalam melaksanakan fungsi sosialnya atau kapasitas

seseorang dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan status

sosialnya.9

Menurut Achlis dalam bukunya, Praktek Pekerjaan Sosial I,

keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan

tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi sosial tertentu yang

bertujuan untuk mewujudkan nilai dirinya demi pencapaian kebutuhan hidup.

Indikator peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari ciri-

ciri seperti yang diungkapkan Achlis:10

1. Individu mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan

fungsinya

2. Individu intens menekuni hobi serta minatnya

3. Individu memiliki sifat afeksi pada dirinya dan orang lain atau

lingkungannya

4. Individu menghargai dan menjaga persahabatan

9 Abu Huraerah, "Pekerjaan Sosial Dalam Menangani Kemiskinan". (Jakarta: Pikiran

Rakyat, 2005). 10

Achlis, Praktek Pekerjaan Sosial I, (Bandung: STKS 2011) h.21.

Page 47: ANDI MAJID-FDK.pdf

35

5. Individu mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu mendidik

6. Individu semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya

7. Individu memperjuangkan tujuan hidupnya

8. Individu belajar untuk disiplin dan memanajemen diri

9. Individu memiliki persepsi dan pemikiran yang realistik.

Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan individu-

individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi

kebutuhannya. Konsep ini pada intinya menunjuk pada “kapabilitas”

(capabilities) individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-

peran sosial di lingkungannya.

Baker, Dubois dan Miley menyatakan bahwa keberfungsian sosial

berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar

diri dan keluarganya, serta dalam memberikan kontribusi positif bagi

masyarakat.11

Konsep ini mengedepankan nilai bahwa manusia adalah subyek dari

segenap proses dan aktifitas kehidupannya. Bahwa manusia memiliki

kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dalam proses pertolongan.

Bahwa manusia memiliki dan/atau dapat menjangkau, memanfaatkan, dan

memobilisasi asset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya.

Pendekatan keberfungsian sosial dapat menggambarkan karakteristik

dan dinamika kehidupan yang lebih realistis dan komprehensif. Ia dapat

menjelaskan bagaimana keluarga merespon dan mengatasi permasalahan

11

Pekerjaan Sosial Dan Paradigma Baru Kemiskinan. Kementrian Sosial Republik

Indonesia.

Page 48: ANDI MAJID-FDK.pdf

36

sosial-ekonomi yang tekait dengan situasi lingkungannya.

Selaras dengan adagium pekerjaan sosial, yakni “to help people to help

themselves”,12

pendekatan ini memandang individu bukan sebagai objek pasif

yang hanya dicirikan oleh kondisi dan karakteristik. Melainkan orang yang

memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang sering

digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial.

Dari pemikiran di atas, keberfungsian sosial individu dalam situasi ini

seringkali tergantung pada keluarga yang secara bersama-sama dengan

jaringan sosial membantu para anggotanya dengan pemberian bantuan

ekonomi, tempat tinggal dan bantuan-bantuan mendesak lainnya. Seharusnya

konsep keberfungsian sosial lebih menekankan pada “apa yang dimiliki

individu”, ketimbang “apa yang tidak dimiliki si individu”.

12

Edi Suharto, Coping Strategies dan Keberfungsian Sosial: Mengembangkan

Pendeketan Pekerjaan Sosial dalam Mengkaji dan Menangani Kemiskinan (Bogor: Institut

Pertanian Bogor, 2002).

Page 49: ANDI MAJID-FDK.pdf

37

BAB III

PROFIL LEMBAGA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PSBG Ciungwanara Bogor

Pada tanggal 5 September 1885 diresmikan berdirinya panti yang

berlokasi di Jl.SKB No.3 Desa Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten

Bogor, dengan nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM)

Retardasi, peresmiannya dilakukan oleh Bupati KDH Tk.II Kabupaten Bogor.

Nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM) diganti nama

menjadi Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Sosial RI No.14 Tahun 1994, tanggal 23 April 1994.

PSBG Ciungwanara Bogor diklasifikasikan ke dalam Panti Sosial type

A (Eselon IIIa) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI

No.59/HUK/2003, tanggal 23 Juli 2003.

Visi Misi PSBG Ciungwanara Bogor

1. Visi

Mewujudkan kemandirian penyandang cacat mental retardasi

(tunagrahita).

2. Misi

a. Meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat

tunagrahita.

b. Meningkatkan profesionalisme petugas pelayanan penyandang cacat

tunagrahita.

c. Menjalin kerjasama dengan organisasi sosial/LSM dan instansi terkait.

Page 50: ANDI MAJID-FDK.pdf

38

B. Kondisi Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas, dan Dana

Penyelenggaraan Panti

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial di PSBG Ciungwanara

Bogor, dilaksanakan oleh 43 orang personil, bila dilihat dari jabatannya,

komposisinya adalah sebagai berikut:

a. Eselon III (Kepala Panti) 1 orang

b. Eselon IV (Kabag TU, Kasie PAS dan Rehsos) 3 orang

c. Tenaga Fungsional 8 orang

d. Staff 31 orang

Dalam melaksanakan tugasnya kekuatan personil tersebut dapat

dilihat dalam struktur organisasi berikut:

a. Kepala panti, bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan

kegiatan panti. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala panti dibantu oleh

tiga orang eselon IV atau pejabat struktural beserta stafnya dan delapan

orang pejabat fungsional pekerja sosial.

Kepala

Instalasi Produksi (WorkShop)

Kelompok Jabatan

Fungsional

Seksi Program &

Advokasi Sosial

Sub Bag Tata Usaha

Seksi Rehabilitasi Sosial

Page 51: ANDI MAJID-FDK.pdf

39

Uraian tugas jabatan struktural dapat dilihat dari uraian tugas

masing-masing eselon empat sebagai berikut.

b. Kasubag TU mempunyai tugas:

1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan

ketentuan, yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.

2) Membagi tugas/kegiatan kepada staff.

3) Melakukan konsultasi kegiatan kepada kepala panti.

4) Urusan cuti, KARIS/KARSU, ASKES dan TASPEN.

5) Menyiapkan usulan diklat pegawai dan kenaikan pangkat serta

kenaikan gaji berkala.

6) Membuat LAKIP panti

7) Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan.

8) Melakukan urusan surat menyurat.

9) Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan.

10) Menyiapkan bahan laporan kegiatan panti.

11) Melakukan kegiatan administrasi perkantoran.

12) Menghimpun dan merekapitulasi DP3, DUK dan daftar hadir.

13) Menyiapkan bahan mutasi dan pembinaan pegawai.

14) Melakukan penyusunan dan pembahasan anggaran.

15) Menyiapkan bahan sanksi administrasi kepegawaian.

16) Menyiapkan analisa kebutuhan pegawai.

17) Melakukan urusan gaji dan honor pegawai.

18) Menyiapkan rencana dan analisa penggunaan dana.

19) Menyiapkan laporan realisasi keuangan.

Page 52: ANDI MAJID-FDK.pdf

40

20) Melakukan Unit Akuntansi Wilayah (UAW) dan Sistem Akuntansi

Instansi (SAI) mengenai barang dan keuangan (SIMAK BMN).

21) Mengusulkan kepanitiaan pengadaan barang dan jasa.

22) Menyiapkan analisa kebutuhan sarana dan prasarana UPT.

23) Menyelenggarakan keamanan, kebersihan, dan penerangan

lingkungan panti.

24) Mengelola permakanan dan kebutuhan klien.

25) Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional

dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti.

26) Menyiapkan bahan kehumasan.

27) Menyiapkan bahan dokumentasi pameran, dan sosialisasi program.

28) Melakukan tugas lain dari kepala panti sesuai dengan pereaturan

perundang-undangan yang berlaku.

Dari 28 tugas sub bagian tata usaha, pada umumnya adalah

tugas-tugas penunjang penyelenggaraan rehabilitasi sosial kecuali

mengelola permakanan.

c. Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial (PAS), mempunyai tugas:

1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan ketentuan

yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.

2) Membagi tugas/kegiatan kepada staff.

3) Melakukan perumusan rencana kegiatan tahunan.

4) Melakukan konsultasi kegiatan kepada pemimpin.

5) Melakukan pengkajian program, penyiapan standarisasi pelayanan,

pemantauan dan evaluasi.

Page 53: ANDI MAJID-FDK.pdf

41

6) Melakukan penyiapan bahan program, pendampingan yang

memerlukan advokasi.

7) Menyiapkan bahan panduan operasional panti.

8) Menyiapkan bahan panduan petugas pelayanan klien.

9) Melakukan program persatuan orang tua klien (POT) keluarga.

10) Melakukan pendistribusian informasi ketentuan/ peraturan/ tata

tertib setiap unit pelayanan dan klien yang wajib dipatuhi.

11) Melakukan identifikasi, registrasi, seleksi, dan penerimaan serta

penjelasan program kepada calon klien.

12) Melakukan pendampingan penyesuaian bagi setiap klien yang

terhambat selama mengikuti tahapan/proses rehabilitasi dalam

panti.

13) Melakukan penghimpunan dan pengolahan hasil pelaksanaan

kegiatan bidang sebagai bahan laporan.

14) Melakukan penghimpunan, pengolahan perpustakaan.

15) Melakukan penghimpunan, pengolahan, data awal dan informasi

klien sebagai bahan penyusunan laporan.

16) Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional

dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti.

17) Melakukan tugas lain dari atasan/pimpinan sesuai dengan

peraturan berlaku.

Dari 17 tugas yang harus dilakukan seksi PAS, 10 diantaranya

dapat dikategorikan pada kegiatan penunjang dan 7 lainnya dapat

dikategorikan kegiatan rehabilitasi sosial (kegiatan pokok).

Page 54: ANDI MAJID-FDK.pdf

42

d. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, mempunyai tugas:

1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan,

ketentuan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.

2) Membagi tugas/kegiatan kepada staff.

3) Melakukan persiapan rencana kegiatan bimbingan fisik, perawatan

kesehatan, mental, sosial, dan keterampilan serta

mengkonsultasikan kepada kepala panti.

4) Melakukan koordinasi kegiatan dengan unit terkait.

5) Melakukan penyusunan kurikulum, seleksi penempatan, kegitan

bimbingan sosial, mental, fisik, kecerdasan dan keterampilan.

6) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan rehabilitasi sosial

termasuk perkembangan klien.

7) Melakukan penyusunan kurikulum, seleksi, kegiatan bimbingan

sosial, mental, fisik, Kecerdasan dan keterampilan.

8) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan rehabilitasi sosial

termasuk perkembangan klien.

9) Melakukan test awal untuk pengungkapa dan pemahaman masalah

(Assesment).

10) Melakukan test penelusuran minat dan bakat termasuk kemampuan

didik dan latih.

11) Melakukan penempatan klien pada program.

12) Melakukan pendekatan kepada masyarakat, dunia usaha, dan

instansi terkait dalam rangka resosialisasi.

13) Melakukan magang klien pada perusahaan dan atau tempat usaha

sesuai jenis keterampilan.

14) Menyiapkan bahan rajukan.

Page 55: ANDI MAJID-FDK.pdf

43

15) Melakukan konsultasi keluarga.

16) Menghimpun kelengkapan data/file klien.

17) Melakukan kegiatan ekstra kurikuler.

18) Penempatan klien dalam asmara.

19) Melakukan persiapan kegiatan UEP, magang, wirausaha dan

kunjungan keluarga.

20) Melakukan penyiapan bahan keterampilan, bimbingan kepribadian

klien.

21) Melakukan peningkatan prilaku, pengetahuan, dan keterampilan

klien.

22) Melakukan pembinaan terhadap pengasuh dan instruktur.

23) Melakukan konsultasi kegiatan dengan pemimpin.

24) Melakukan penghimpunan dan pengolahan data sebagai bahan

laporan.

25) Melakukan tugas lain dari atasan/pimpinan sesuai peraturan yang

berlaku.

Dari 25 tugas kepala seksi rehabilitasi sosial, 20 atau 80%

diantaranya merupakan kegiatan rehabilitasi sosial yang langsung

berhubungan dengan klien dan 20% lainnya merupakan kegiatan

penunjang.

e. Pekerja Sosial mempunyai tugas secara keseluruhan terlibat dalam

kegiatan rehabilitasi sosial mulai dari pendekatan awal sampai

bimbingan lanjut kecuali pengarsipan.

Page 56: ANDI MAJID-FDK.pdf

44

f. Instalasi Produksi (work shop)

Secara fisik unit ini sudah tersedia, namun kegiatannya belum berjalan

karena keterampilan bekerja yang diperoleh selama di panti belum bisa

diterapkan untuk menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan

standar pasar.

Jumlah pegawai PSBG Ciungwanara Bogor sebanyak 57 orang

dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tebel 3.1

Tabel jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin

di Panti PSBG Ciungwanara Bogor

No Jenis kelamin ƒ

1 Laki-laki 20

2 Perempuan 26

Total 46

Tebel 3.2

Tabel jumlah pegawai berdasarkan pendidikan

di Panti PSBG Ciungwanara Bogor

No Tingkat pendidikan ƒ

1 SD 3

2 SMP 15

3 SMA 10

4 D III 11

5 D-IV / S I 15

6 S2 4

Page 57: ANDI MAJID-FDK.pdf

45

Tebel 3.3

Tabel jumlah pegawai berdasarkan tenaga profesi

di Panti PSBG Ciungwanara Bogor

No Jenis Profesi ƒ

1 Dokter Umum 1

2 Perawat 2

3 Psikolog 1

4 Pekerja sosial 9

5 Okupasi therapy 1

2. Kapasitas dan Fasilitas Panti

Kapasitas di PSBG Ciungwanara Bogor dapat menampung 75

orang, yang ditempatkan pada delapan asrama, terbagi atas tiga asrama

putra, dan lima asrama putri dalam satu asrama dapat menampungkan

sembilan sampai sepuluh klien, pada setiap asrama ditempatkan satu

pembimbing asrama.

PSBG Ciungwanara Bogor menempati tanah seluas 5,3 Ha dengan

luas bangunan 3,888 M2. Fasilitas penunjang berupa bangunan fisik yang

tersedia di PSBG Ciungwanara Bogor adalah sebagai berikut:

a. Kantor

b. Ruang data/Perpustakaaan

c. Ruang Kesehatan (Poliklinik)

d. Ruang Pamer/show room hasil karya/kerajinan

e. Rumah dinas pegawai

f. Aula

g. Gudang dan garasi

h. Ruang observasi

Page 58: ANDI MAJID-FDK.pdf

46

i. Lokal pendidikan

j. Mushola

k. Ruang kesenian

l. Asrama

Asrama Garuda

Asrama Merpati

Asrama Parkit

Asrama Flamboyan

Asrama Melati

Asrama Kenanga

Asrama Kakatua

Asrama Nuri

m. Wisma tamu

n. Ruang makan dan dapur

o. Sarana air bersih

p. Sarana penerangan listrik

q. Sarana taman bermain

r. Sarana olah raga

s. Pos satpam

3. Klien

Klien yang diterima pada PSBG Ciungwanara Bogor, berasal dari

Provinsi Lampung, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Namun tidak

menutup kemungkinan untuk daerah lain seperti dari Jawa Timur, dan

Page 59: ANDI MAJID-FDK.pdf

47

Kalimantan Selatan.

4. Dana Penyelenggaraan Panti

Sumber dana PSBG Ciungwanara Bogor berasal dari APBN yang

tertuang dalam DIPA. Untuk tahun 2014 berjumlah Rp. 5.006.013.000

C. Proses Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan di PSBG Ciungwanara

Bogor

1. Program Pokok

Program pokok pelayanan dan rehabilitasi Orang dengan Kecacatan (ODK)

Intelektual/ Grahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,

meliputi :

a. Rehabilitasi sosial

1) Pendekatan awal

2) Penerimaan.

Penerimaan calon klien harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut;

a) Orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/grahita:

Debil/ mampu didik = IQ antara 50 s/d 70

Imbisil/ mampu latih= IQ antara 30 s/d 49

b) Tidak menderita cacat ganda (tuna netra, bisu tuli)

c) Tidak mempunyai penyakit menular/kronis

d) Tidak menderita gangguan jiwa

e) Tidak mengidap epilepsi

f) Mampu mengurus diri

Page 60: ANDI MAJID-FDK.pdf

48

g) Usia antara 15 s/d 35 tahun.

Perlengkapan persyaratan penerimaan :

a) Permohonan pendaftaran calon klien

b) Isian formulir pendaftaran

c) Isian angket riwayat anak

d) Isian anket kepribadian anak

e) Surat pernyataan orangtua/wali bermaterai

f) Data pengkajian keadaan keluarga dan lingkungan

g) Surta keterangan psikolog

h) Surat keterangan sehat dari dokter

i) Surat keterangan RT/RW domisili

j) Pas poto 4x6 sebanyak 5 lembar

k) Pas poto seluruh badan ukuran post card sebanyak 1 lembar

l) Foto copi KTP orang tua/ wali

m) Poto copy kartu keluarga 2 lembar

n) Poto copy akte kelahiran 2 lembar

o) Hasil rontgen

p) Hasil tes psikiater

3) Akomodasi

Merupakan kegiatan penyediaan sarana prasarana yang diberikan

kepada seluruh klien dengan memperhatikan kondisi masing-

masing, berupa:

1) Penempatan di asrama

2) Pemenuhan kebutuhan makan

Page 61: ANDI MAJID-FDK.pdf

49

3) Pemenuhan kebutuhan sandang

4) Pemenuhan kebutuhan kebersihan dan pemeliharaan kesehatan

5) Pendampingan penyesuaian diri bagi klien baru

6) Pengisian waktu luang

4) Asesmen

Merupakan kegiatan kajian tentang klien, keluarga dan masyarakat.

5) Perumusan rencana intervensi

6) Kontrak pelayanan

7) Pelayanan therapy khusus

8) Bimbingan rehabilitasi.

Serangkaian upaya memulihkan dan menumbuh kembangkan

kemauan dan kemampuan penerima manfaat yang meliputi:

Bimbingnan fisik (olah raga, kesehatan dan kesenian)

Bimbingan sosial (pramuka, dll)

Bimbingan mental (agama, budi pekerti, kecerdasan, mental

psikologis)

Bimbingan keterampilan kerja/ usaha (keterampilan dasar,

keterampilan kejuruan dan PBK).

b. Advokasi / perlindungan sosial

c. Instalasi produksi

d. Resosialisasi

Merupakan kegiatan aktualisasi kemampuan fisik, mental, sosial dan

keterampilan klien pasca rehabilitasi dan berada ditengah keluarga dan

masyarakat, yang meliputi:

Page 62: ANDI MAJID-FDK.pdf

50

1) Bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga dan masyarakat.

2) Bimbingan sosial hidup bermasyarakat

3) Bimbingan pembinaan bantuan /stimulant usaha produktif

4) Bimbingan usaha ekonomi produktif

5) Penempatan kerja

e. Bimbingan lanjut

Proses peningkatan dan pemantapan aktualisasi kemampuan fisik,

mental, sosial dan keterampilan.

2. Program penunjang

a. Pendataan

b. Pengkajian evaluatif

c. Penyebaran informasi (sosialisasi program)

d. Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT)

e. Penyediaan sarana dan prasarana aksesibilitas

f. Rekreasi klien

g. Kerjasama instansional

h. Pengembangan mutu Sumber Daya Manusia (SDM).

3. Pengembangan program

Pengembangan program mencakup program Pelayanan Panti Jarak

Jauh (PPJJ) yang dilaksanakan di lokasi yang terdapat Orang Dengan

Kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita.

Page 63: ANDI MAJID-FDK.pdf

51

BAB IV

METODE DAN PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL

PENYANDANG TUNAGRAHITA

Pada bab ini akan dipaparkan temuan dan analisis metode rehabilitasi

sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, yang

terdiri dari sumber daya manusia, kapasitas dan fasilitas, kondisi

penyelenggaraan, proses rehabilitasi, dan peningkatan keberfungsian sosial yang

terdiri dari hasil rehabilitasi serta faktor pendukung dan penghambat rehabilitasi

sosial.

A. Metode Layanan Rehabilitasi Sosial

Dalam teori metode rehabilitasi terdapat tiga model layanan yang

tersedia, yaitu metode individu (case work), metode kelompok (grup work)

dan pengorganisasian masyarakat (Community Development) bagi penyandang

tunagrahita1.

Dalam menentukan metode perlu adanya layanan rehabilitasi yang

komprehensif, direncanakan secara bersama -sama oleh penerima manfaat

dan pelaksana rehabilitasi, untuk memaksimalkan daya kerja,

kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di

tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat

melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam penelitian metode rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti

Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, menggunakan metode kelompok

dengan penilaian pribadi, yaitu dengan menempatkan penerima manfaat

1 Metode layanan rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 26.

Page 64: ANDI MAJID-FDK.pdf

52

melalui bimbingan konseling secara pribadi maupun dengan mendapatkan

bimbingan di kelas.2

Hal ini seperti pernyataan yang diutarakan oleh ibu Wiwik kepada

penulis:

Dalam pelaksanaan program rehabilitasi, pihak panti

menjalankan metode individual (direct service) dengan

bimbingan individu dan metode kelasikal yaitu dengan

bimbingan kelas atau secara berkelompok.3

Belum terlihat jelas bagaimana bentuk metode rehabilitasi yang

digunakan, namun metode rehabilitasi yang digunakan harus memperhatikan

beberapa faktor seperti; karakteristik tunagrahita, kurikulum, kondisi guru,

dukungan sistem, lingkungan keluarga siswa, dan lingkungan masyarakat.

Terlihat pihak panti menggunakan tahap pelaksanaan metode

rehabilitasi multi terhadap pemilihan kurikulum yang terstruktur, yaitu metode

yang diberikan berupa bimbingan pendampingan pribadi yang dilakukan oleh

pekerja sosial yang sesuai dengan standar pelayanan rehabilitasi sosial, baik

itu secara langsung maupun secara kelasikal/kelompok.4 Pendampingan yang

dilakukan seorang pekerja sosial dengan mengikuti pedoman-pedoman sesuai

dengan keputusan Kementrian Sosial yang seolah menjadi acuan pedoman

yang digunakan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

1. Sumber Daya Manusia, Kapasitas & Fasilitas. dan Kondisi

Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara

Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan secara

mental, sehingga perlu adanya layanan dari penerapan secara individu

2 Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014. 3 Wawancara pribadi dengan Ibu Wiwik selaku Seksi Program dan Advokasi Sosial, Panti

Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 8 Juli 2014. 4 Metode rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 26.

Page 65: ANDI MAJID-FDK.pdf

53

maupun vokasional. Dalam hal ini dibutuhkan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang mampu memberikan metode layanan rehabilitasi sosial, yaitu

dengan proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan

tunagrahita mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam

kehidupan masyarakat.5

Penerapan metode layanan rehabilitasi yang didukung dengan

adanya perangkat rehabilitasi diharapkan kemampuan kerja tunagrahita

dapat berkembang secara optimal, sehingga keberhasilan kerjanya juga

sangat ditentukan dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan

fasilitas penunjang yang tersedia merupakan salah satu perangkat

berjalannya rehabilitasi.6

Dalam menjalankan metode rehabilitasi layanan profesional yang

diberikan oleh pekerja sosial kepada penerima manfaat (sedang) sektor

mampu latih dengan menggunakan metode individu (case work) yaitu

dilakukan secara berulang-ulang dalam rangka untuk mendapatkan

informasi yang lebih lengkap dan diterapkan pada masalah yang sulit

diungkapkan penerima manfaat dan menggali berbagai hal yang dianggap

penting untuk penanganan masalah.

Sedangkan untuk penerima manfaat (ringan) sektor mampu didik

dengan metode kelompok (group work) layanan profesional yang

diberikan oleh pekerja sosial kepada para tunagrahita yaitu dengan

membentuk kelompok atau bimbingan kelas sebagai media pelaksanaan

pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional. Kegiatan yang dilakukan

bersifat kreatif dan berorientasi pada pemecahan permasalahan dan

5 Pengertian rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 25.

6 Perangkat rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 32.

Page 66: ANDI MAJID-FDK.pdf

54

kebutuhan penyandang tunagrahita. bisa meningkatkan kebutuhan mereka

baik itu secara pribadi maupun secara kehidupan sosial penyandang

tunagrahita.7

Sumber daya manusia yang terdapat dalam Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG) dalam penyelenggaraan program rehabilitasi sosial

berjumlah 43 personil yang terdiri dari pejabat struktural dan fungsional.

Dari hasil observasi dan wawancara informan, terlihat masih

memiliki kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di dalam

panti, seperti psikolog, psikiater, peksos, tenaga perpustakaan, dan supir

lembaga.8 Hal ini dikarenakan minimnya dana yang tersedia, karena hanya

cukup untuk melaksanakan kegiatan rutin di dalam panti. Tetapi tidak

tersedia untuk kegiatan luar panti, seperti ketika mengikuti beberapa

undangan jambore pramuka. Lain halnya dalam memenuhi kebutuhan

Sumber Daya Manusia (SDM) dalam panti, pihak panti harus menyiapkan

dana sendiri guna membayar pekerja honorer untuk mendatangkannya.

Sebagaimana pernyataan Bapak Jarmadi kepada penulis:

Pihak panti kekurangan sumber daya manusianya disini,

karena inikan milik Kementrian Sosial, kan setiap tahun ada

pendaftaran calon anggota yang baru pada mau masuk, tapi

banyak yang tidak sesuai dengan kriteria calon yang diminta,

sehingga kadang kita harus menyewa pegawai honorer untuk

menutupinya.9

Bertolak belakang dengan permasalahan Sumber Daya Manusia

(SDM), justru banyak terdapat fasilitas yang tersedia di dalam panti. Hal

7 Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014. 8 Hasil Observasi Pengamatan Keadaan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara.

Bogor, 21 Mei 2014. 9 Wawancara pribadi dengan Bapak Jarmadi selaku KA SubBag TU Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG) Ciungwanara, Bogor, 21 Mei 2014.

Page 67: ANDI MAJID-FDK.pdf

55

ini akan berakibat kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai

pengolola mengakibatkan terbengkalainya beberapa fasilitas yang tersedia,

seperti mobil dinas, perpustakaan, dan koperasi.

Dalam proses penerimaannya terdapat klasifikasi kriteria atau

syarat penerimaan bagi penerima manfaat yang baru yaitu harus memiliki

IQ 50-75 atau biasa disebut debil, dan paling rendah mencapai IQ 30-50

atau imbesil, dibawah IQ ˂ 30 pihak panti tidak dapat menerima penerima

manfaat tersebut, karena dikhawatirkan tidak mampu untuk diberikan

bimbingan baik itu secara latih ataupun didik.10

Hal tersebut dikarenakan kapasitas tampung maksimal panti juga

hanya bisa menerima 75 orang, sehingga daya tampung yang minim juga

menimbulkan banyak penerima manfaat yang baru akan masuk harus

menunggu giliran untuk bisa masuk ke panti. Hal ini menunjukkan bahwa

kebutuhan akan rehabilitasi sosial bagi penyandang tunagrahita tidak

sebanding dengan dengan jumlah panti rehabilitasi yang tersedia.

Ditambah lagi adanya kiriman dari instansi lain seperti satpol pp

maupun lembaga terkait yang sering mengirimkan beberapa calon

penerima manfaat yang baru dari luar daerah ke dalam panti yang

sebenarnya daya tampung panti juga sangat terbatas.

Untuk mengantisipasi hal di atas, pihak panti berusaha untuk

bekerjasama dengan dengan lembaga lain untuk membantu memberikan

solusi tentang minimnya tempat penampungan penerima manfaat. Salah

satunya yaitu dengan lembaga Pusat Layanan Terpadu Anak Dengan

10

Klasifikasi tunagrahita, Lihat Bab 2, h.23.

Page 68: ANDI MAJID-FDK.pdf

56

Kecacatan (PLT-ADK). Salah satunya dengan menyalurkan menerima

manfaat baru yang belum bisa masuk ke dalam panti agar bisa

mendapatkan tempat sementara sambil menunggu giliran jika ada yang

kosong baru akan dipindahkan ke dalam panti. Hal ini diperkuat dari

pernyataan Ibu Adiningsih kepada penulis:

Kadang kita juga kelimpungan untuk menerima penerima

manfaat baru, karena kan kapasitas disini juga terbatas

hanya 75 orang, jadi kalo ada penerima manfaat baru dari

masyarakat atau kiriman dari satpol pp, kita mengantisipasi

bekerja sama dengan PLT-ADK di daerah Ceger untuk

penampungan sementara, nanti kalo udah ada yang kosong

disini, baru kita konfirmasi kesana unutk memindahkan lagi

kesini.11

Namun sayangnya, permasalahan ini tak cukup berhenti disitu saja,

lembaga Pusat Layanan Terpadu Anak Dengan Kecacatan (PLT-ADK)

hanya menampung penerima manfaat anak dengan batas usia 18 tahun

sesuai dengan undang-undang anak, sedangkan PSBG sendiri bisa

menampung penerima manfaat dari usia 15-35 tahun. Jadi jika ada

penerima manfaat yang melebihi usia di atas 18 tahun, pihak panti

memasukkan ke dalam daftar tunggu, yaitu jika ada kekosongan baru akan

dipanggil. Kemudian juga adanya sebagian penerima manfaat yang tidak

memiliki keluarga, sehingga setelah mendaptkan program rehabilitasi

sosial selama 4 tahun, pihak panti harus tetap menahannya di dalam panti

sampai ada keputusan dari kementrian sosial atau adanya pihak lembaga

tertentu yang bersedia untuk mempekerjakan mereka di dalam instansinya.

11

Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,

Panti Sosial Bina Grahita 21 Mei 2014.

Page 69: ANDI MAJID-FDK.pdf

57

2. Proses Rehabilitasi Sosial

Dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,

penyandang tunagrahita diberi nama dengan sebutan “Penerima Manfaat”

(PM), dikarenakan mereka adalah objek sasaran dari program rehabilitasi

sehingga mereka disebut penerima manfaat di dalam panti. Proses

rehabilitasi ini berlangsung dalam panti selama 4 tahun.

Program rehabilitasi sosial PSBG merupakan suatu program

kegiatan yang berkesinambungan dilakukan oleh pihak panti dan akan

diteruskan oleh pihak lain seperti keluarga atau disalurkan ke masyarakat

untuk bisa bekerja secara mandiri. Tujuannya agar meningkatnya peran

dan partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan usaha kesejahteraan

sosial bagi penyandang tunagrahita semakin tumbuh dan berkembang.

Dalam menjalankan program rehabilitasi yang dilaksanakan di

Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, pihak panti bertujuan

untuk mengintegrasikan penerima manfaat kembali ke lingkungan

masyarakat melalui proses rehabilitasi yang saling terkait dan mendukung

upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu dapat menjalankan

perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya dengan menggunakan

jenis rehabilitasi sosial.12

Akan tetapi dalam hasil observasi program

rehabilitasi ini menyangkut pada dua program rehabilitasi, yaitu

rehabilitasi sosial dan rehabilitasi vokasional, dikarenakan selain

bimbingan sosial, pihak panti juga melakukan bimbungan dalam

memberikan pelatihan vokasional guna melatih skill dan keterampilan para

12

Jenis rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 30-32.

Page 70: ANDI MAJID-FDK.pdf

58

penerima manfaat.13

Dalam dua bulan pertama, penerima manfaat akan diberikan masa

orientasi dan observasi, yaitu dimana penerima manfaat akan selalu

diawasi oleh pendamping agar bisa mengikuti program-program yang ada

di dalam panti. Tujuan dari adanya orientasi dan observasi ini untuk dapat

mengetahui sejauh mana kemampuan, bakat dan minat penerima manfaat

baru dalam mengikuti program-program yang diberikan.

Kemudian dalam enam bulan sekali mereka akan mendapatkan

evaluasi peningkatan keberhasilan kerja, dan bagi mereka yang sudah bisa

mendapatkan penempatan program kerja, mereka akan diberikan pelatihan

vokasional sesuai minat dan kemampuan dari masing-masing tunaagrahita

itu sendiri. Ada juga yang mengalami perubahan keterampilan vokasional

karena baru terbentuk atau karena faktor lingkungan teman mereka yang

membuat penerima manfaat bisa mengubah minat awal masuk, menjadi

sesuai dengan bakat yang mereka miliki setelahnya. Hal ini dapat

diperkuat oleh pernyataan Ibu Adningsih kepada penulis:

Kita memang melakukan tahapan orientasi dan observasi

bagi penerima manfaat yang baru masuk, tujuan yang

pertama agar kita bisa mengetahui sejauh mana kemampuan

IQ penerima manfaat baru ini, apakaah layak untuk diterima

atau tidak? Kemudian setelah itu kita juga sambil

menentukan kegiatan apa sih yang disukai awalnya sama

anak ini, kemudian kita biarin mereka, nanti setelah enam

bulan baru kita evaluasi apa bener ini cocok dengan mereka,

klo engga ya kita pindahkan sesuai hasil evaluasi.14

Terlihat bahwa pada proses penerimaan tahap seleksi pihak panti

tidak mau kecolongan dengan data yang diberikan dari sumber

13

Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014. 14

Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,

Panti Sosial Bina Grahita 21 Mei 2014.

Page 71: ANDI MAJID-FDK.pdf

59

sebelumnya seperti keluarga atau masyarakat yang kadang tidak sesuai

dengan kenyataan penerima manfaat. Oleh sebab itu diadakan proses

orientasi dan observasi yang menentukan apakah penerima manfaat ini

layak atau tidak diterima untuk menerima proses rehabilitasi sosial dalam

panti.

Intervensi yang dilakukan PSBG Ciungwanara selama empat tahun

dalam melaksanakan metode rehabilitasi sosial melalui berbagai macam

kegiatan bimbingan antara lain; Bimbingan sosial, Bimbingan mental,

Bimbingan fisik, dan Bimbingan keterampilan.15

a. Bimbingan Sosial

Bimbingan Sosial yang dilakukan dalam metode kelompok

dimana para penerima manfaat dikelompokkan untuk saling

berkomunikasi baik itu sesama penerima maupun dengan pegawai

panti. Bimbingan ADL (activity day living), yaitu dalam hasil

pengamatan terlihat bahwa penerima manfaat diajarkan untuk bisa

melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan

membersihkan lingkungan. Tujuan ini dimaksudkan agar penerima

manfaat memiliki kesadaran diri dan tanggung jawab sosial agar

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dan dapat

membantu dirinya sendiri.16

Dalam bimbingan sosial ini berdampak besar pada kemampuan

penerima manfaat dalam peningkatan keberfungsian sosialnya, karena

15

Buku Pedoman Kementrian Sosial Panti Sosial Bina Grahita tentang Penyandang

Disabilitas. 16

Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 11 Juni 2014.

Page 72: ANDI MAJID-FDK.pdf

60

mereka akan terbiasa mengurus diri sendiri dan mampu melakukan

pergaulan dengan orang lain dengan komunikasi sosialnya sehingga

melatih penerima manfaat agar bisa bercakap guna memudahkan

interaksi mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Bimbingan Mental

Bimbingan Mental, meliputi bimbingan kecerdasan, bimbingan

agama, dan bimbingan budi pekerti. Bimbingan kecerdasan yaitu dari

hasil pengamatan, pegawai memberikan materi pelajaran di kelas

seperti matematika dasar, bahasa Indonesia dasar, dan bahasa Inggris

dasar, kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan berfikir

penerima manfaat. Dalam bimbingan kecerdasan pembagian kelas

dibagi menjadi 6 kelas, yaitu kelas dasar 1,2,3 dan kelas lanjutan 1,2,3.

Pembagian kelas berdasarkan tingkat kecerdasan (IQ) dan perilaku

yang ditunjukkan oleh penerima manfaat.17

Sedangkan Bimbingan Agama secara metode individu dan

kelompok yang diberikan guna mengajak penerima manfaat agar

memahami kebutuhan jiwa spiritual mereka, biasanya untuk yang

beragama Islam, mereka diajarkan untuk sholat, menghafal doa dalam

kegiatan sehari-hari, dan membaca Al-Qur’an. Untuk yang beragama

Kristen mereka diajarkan cara berdoa, nyanyian rohani, perjanjian

lama, perjanjian baru, dan hukum taurat.

17

Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 2 Juni 2014.

Page 73: ANDI MAJID-FDK.pdf

61

Bimbingan Budi Pekerti dengan metode individu agar penerima

manfaat lebih banyak mengenal nilai/norma yang berlaku dalam

masyarakat. Seperti sopan santun, tenggang rasa, percaya diri dan

harga diri, serta memiliki kondisi psikologi yang sehat dalam berfikir,

bersikap, dan bertindak.

c. Bimbingan Fisik

Bimbingan Fisik dan olahraga yaitu dengan metode kelompok

sebagai proses mendidik, mengarahkan secara terencana, terarah,

sistematik dan profesional agar dapat menumbuh kembangkan

kamauan dan kemampuan penerima manfaat bagi segi fisik dan

olahraga sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kegiatan dalam

bimbungan fisik antara lain: Senam, Olah raga (sepakbola, volly, bulu

tangkis, dan atletik), permainan, jalan sehat, terapi, dan pemeliharaan

kesehatan.

Hasil pengamatan, kegiatan ini sangat bermanfaat dalam

membantu mengingkatkan kesehatan penerima manfaat agar

memperoleh kesegaran dan kebugaran. Disamping itu fungsi lain dari

bimbingan fisik juga untuk mengajak penerima manfaat agar cepat

merespon segala yang ada di sekitar lingkungannya, sehingga cepat

tanggap untuk berfikir langkah apa yang selanjutnya mereka akan

lakukan. Hal ini sangat berkaitan untuk peningkatan keberfungsian

sosial penerima manfaat dalam masyarakat nanti.18

18

Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014.

Page 74: ANDI MAJID-FDK.pdf

62

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

BimbinganSosial

BimbinganMental

Bimbingan Fisik BimbinganKeterampilan

Minat

Waktu/Minggu

Keberhasilan

d. Bimbingan Keterampilan

Bimbingan Keterampilan dengan mengelompokkan secara

minat dengan pengembangan kemampuan secara individu, meliputi

keterampilan membuat keset, keterampilan menjahit, menyulam, olah

pangan, handicraft, house keeping dan bercocok tanam. Diharapkan

dengan adanya program keterampilan dapat meningkatkan

kemandirian, mengembangkan potensi dan bakat serta menambah

fungsi menerima dalam masyrakat agar bisa bekerja sehingga tidak

menjadi beban masyarakat dan keluarga.

Terlihat dari hasil pengamatan para penerima manfaat juga

dilibatkan dalam kebersihan lingkungan panti, bagi penerima manfaat

yang sudah bisa bekerja, dikaryakan untuk membersihkan asrama dan

teras-teras panti, dan diberi isentif uang jajan.19

Tabel Alokasi Kegiatan Bimbingan Rehabilitasi Sosial Panti

Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara

Tabel 4.1

Tabel Alokasi Program Rehabilitasi Sosial

19

Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 10 Juni 2014.

Page 75: ANDI MAJID-FDK.pdf

63

Dalam prosesnya rehabilitasi sosial yang dilaksanakan di panti

terdapat beberapa tahapan

Tabel 4.2

Alur Pelayanan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara

Dalam tahap pendekatan awal pihak panti, melakukan

pendataan tentang konsentrasi tempat/lokasi potensial para

penyandang tunagrahita dari dinas sosial dan masyarakat. Kemudian

mengetahui kondisi calon penerima manfaat di daerah yang dilakukan

penjajakan.

Kegiatan ini dilakukan oleh Ketua Panti, Kepala Seksi dan

Advokasi Sosial (PAS) dan Pekerja Sosial (PekSos). Dalam hal ini

pelaksana melakukan pendataan dan menentukan daerah mana yang

memiliki jumlah para penyandang tunagrahita yang potensial.

Kemudian melakukan pendekatan kepada keluarga calon penerima

Page 76: ANDI MAJID-FDK.pdf

64

manfaat, setelah itu melakukan sosialisasi program panti dan

pendidikan, terakhir menentukan penjemputan penerima manfaat baru

setelahnya. Hal ini seperti diperkuat oleh pernyataan Ibu Adiningsih

kepada penulis:

Kita dalam proses pendekatan awal melakukan

pendekatan dengan mencari data, kemudian kita tentukan

daerah potensial untuk kita datangi nantinya, disana kita

bisa bekerja sama dengan pekerja sosial kelurahan untuk

melakukan assesment ditempat tinggal klien, kemudian

nanti setelah kita dapatkan hasilnya kita kembali pulang,

nanti setelahnya kita melakukan menjemputan kalau

memang nanti dipanti kita terdapat kekosongan, kalau

untuk yang masyarakat umum biasanya mereka langsung

datang kemari kemudian nanti kita panggil atau kita

hubungi.20

Jadi terdapat dua metode yang dilakukan pihak panti dalam

melakukan pendekatan awal, untuk calon penerima manfaat yang

didatangi pihak panti dilakukan dengan cara penjemputan, dan untuk

masyarakat umum dilakakun dengan cara pemanggilan kembali.

Dalam hal ini proses pendekatan harus lebih spesifik lagi mana yang

dapat diterima di dalam panti dan mana yang masih bisa dilakukan di

dalam keluarga dalam memberikan proses rehabilitasi klien.

Hambatan dari proses ini seperti data yang diterima kadang

tidak sesuai dengan kondisi penerima manfaat, calon penerima manfaat

berat untuk meninggalkan keluarga, komunikasi yang terhambat

(perbedaan bahasa), perspektif masyarakat terhadap kehidupan dalam

panti.

20

Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,

Panti Sosial Bina Grahita 21 Mei 2014.

Page 77: ANDI MAJID-FDK.pdf

65

Dari proses penerimaan, pihak panti menentukan kelayakan

calon penerima manfaat untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi di

panti yang dilakukan oleh Kepala Seksi dan Advokasi Sosial (PAS),

Psikolog, beserta Pekerja Sosial (PekSos). Pada tahapan ini calon

penerima manfaat mengisi formulir dan mengikuti beberapa seleksi

seperti, tes kesehatan, seleksi intelektual (IQ), dan kemampuan

mengurus diri sendiri (ADL).

Dalam proses penerimaan terkadang orang tua kurang terbuka

tentang kondisi kecacatan calon penerima manfaat sehingga para

pelaksana mengadakan tahap orientasi selama dua bulan untuk

mengetahui langung kondisi calon penerima manfaat dalam proses

pengasramaan sebelum dilakukan assesmen dan rumusan rencana

intervensi.

Resosialisasi adalah suatu kegiatan untuk mempersiapkan

peyandang tunagrahita, keluarga dan masyarakat agar dapat menerima

penerima manfaat setelah proses rehabilitasi sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya. Kegiatan resosialisasi yang dilakukan

diantaranya magang, kegiatan ini bertujuan agar klien siap kembali ke

lingkungan masyarakat. Untuk mempersiapkan orang tua/keluarga

telah dilakukan pertemuan dan beberapa kegiatan bersama orang tua

seperti melibatkan orang tua pada saat kegiatan dalam panti, rekreasi

bersama penerima manfaat dengan harapan orang tua mengetahui

perkembangan anak selama berada di dalam panti.

Sedangkan untuk kegiatan mempersiapkan masyarakat hanya

Page 78: ANDI MAJID-FDK.pdf

66

terbatas pada pemilik tempat usaha dimana klien magang, sperti

pernyataan yang diutarakan Ibu Agustin kepada penulis:

Dalam proses resosialisasi para penerima manfaat

diberikan pelatihan magang (PBK) seperti menjahit kita

bekerja sama dengan taylor yang ada di masyarakat,

kemudian bercocok tanam kita bekerjasama dengan

pembibitan pertanian dan pemilik kebun untuk nanti kita

jual hasil tanaman dan buah anak-anak dipasar, untuk

olah pangan kita bekerja sama dengan pabrik kerupuk,

untuk supaya anak-anak bisa bekerja disana dalam

jangka waktu satu bulan.21

Dalam hal ini pihak panti bisa memperjuangkan hak

penyandang tunagrahita seperti yang tertuang dalam UU No.4 Tahun

1997 pasal 14 tentang Penyaandang Cacat, dimana setiap perusahaan

wajib minimal 1% dalam seluruh jumlah karyawan mempekerjakan

penyandang cacat. Akan tetapi timbul hambatan dalam hal ini karena

lemahnya hukum di Indonesia yang belum sepenuhnya membuat

perusahaan di Indonesia mempekerjaan 1% penyandang cacat dari

seluruh jumlah karyawannya, jika dibanding dengan Negara Jepang

sudah diwajibkan dan jika tidak akan mendapatkan hukuman sangki

yang sesuai.

Kemudian setelah mendapatkan proses resosialisasi, dilakukan

penyaluran penerima manfaat kepada pihak keluarga dan dunia kerja.

Penerima manfaat yang sudah selesai mengikuti program rehabilitasi

sosial akan mendapatkan bantuan stimulan berupa uang pengembangan

usaha dengan syarat bisa mandiri secara ekonomi. Seperti pernyataan

Ibu Adiningsih kepada penulis:

21

Wawancara pribadi dengan Ibu Agustin selaku Pekerja Sosial, Panti Sosial Bina

Grahita 2 Juni 2014.

Page 79: ANDI MAJID-FDK.pdf

67

Kita juga memberikan bantuan stimulan kepada anak-

anak untuk usaha setelah nanti kembali disalurkan

kepada keluarga dengan cacatan mereka yang bisa

mandiri secara ekonominya, untuk besarnya bantuan

biasanya disesuaikan dengan daerah kondisi dan

kemampuan anak itu sendiri.22

Selanjutnya kegiatan pembinaan lanjut dilakukan kepada eks

penerima manfaat yang sudah menerima rehabilitasi di panti, dengan

kurun waktu satu tahun setelah penyaluran guna memantau keadaan

penerima manfaat setelah menerima program rehabilitasi, apakah klien

mengalami kemajuan atau kemunduran.

B. Peningkatan Keberfungsian Sosial Tunagrahita

Terdapat beberapa indikator pencapaian tujuan dalam keberfungsian

sosial tunagrahita, diantaranya: (1) aspek fisik; (2) aspek mental psikologis,

meliputi kemampuan intelektual, emosi, dan kemauan; (3) aspek sosial,

meliputi pengaturan bahasa, kontak dengan orang lain, mengerti hak milik,

dan kerjasama; (4) aspek vokasional, meliputi inisiatif, kreatifitas, kerajinan,

kedisiplinan, keterampilan kehidupan sehari-hari, prestasi kerja, penyesuaian

dalam pekerjaan, tanggung jawab, dan daya penerimaan instruksi kerja; (5)

apek religi.

Untuk mengetahui keberhasilan peningkatan keberfungsian sosial

tunagrahita, penulis membagi kolom keberhasilan antara penyandang

tunagrahita ringan (debil) dan tunagrahita sedang (embisil), untuk mengetahui

perbedaan hasil diantara keduanya. Kemudian penulis menyajikan indikator

pencapaian tujuan dalam keberfungsian sosial tunagrahita dalam bentuk 18

22

Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,

Panti Sosial Bina Grahita 17 Juni 2014.

Page 80: ANDI MAJID-FDK.pdf

68

tabel yang akan dianalisis setiap aspeknya.

Dalam setiap tabel yang disajikan terdapat lima pernyataan penilaian

yang akan diteliti oleh penulis dalam mengetahui keberhasilan, setiap

penerima manfaat (PM) akan dinilai berdasarkan kemampuan yang dimiliki.

Hasil maksimal 25 poin, penilaian akan nyatakan berdasarkan total jumlah

keberhasilan dibagi ( : ) 25 poin, presentasi mencapai 70% dinyatakan berhasil

dalam meningkatkan keberfungsian sosialnya. Hal ini dapat dilihat dari tabel-

tabel berikut:

Tabel 4.3

Indikator Keberhasilan Penyandang Tunagrahita Tahun 2014

1. Aspek Fisik

Berdasarkan aspek fisik tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014. N: 10

No Aspek Fisik Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Mampu memelihara kesehatan

diri dengan baik 1 orang - 5 5 -

2 Mampu memelihara kesehatan

diri dengan cukup 1 orang - 4 4 -

3 Mampu memelihara kesehatan

diri dengan hasil kurang 3 orang 3 orang 3 9 9

4

Mampu memelihara kesehatan

diri dengan bantuan orang lain

masih kurang

- 2 orang 2 - 4

5 Apabila sama sekali tidak bisa

mengurus diri - - 1 - -

Total: 5 orang 5 orang 18 13

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam aspek fisik mencapai (72%), keberhasilan penyandang tunagrahita

sedang dalam aspek fisik mencapai (52%) dalam memelihara kesehatan diri

secara mandiri maupun dengan bimbingan yang amat ringan.

2. Aspek Mental Psikologis

Page 81: ANDI MAJID-FDK.pdf

69

Berdasarkan aspek mental psikologis tunagrahita, Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014.

A. Kemampuan Intelektual N: 10

No Kemampuan Intelektual Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 mampu membaca menulis dan

berhitung dengan lancar 1 orang - 5 5 -

2

mampu membaca menulis dan

berhitung dengan sedikit

bantuan orang lain

1 orang - 4 4 -

3

mampu membaca menulis dan

berhitung dengan masih banyak

memerlukan bantuan orang lain

3 orang 1 orang 3 9 3

4 mampu membaca menulis dan

berhitung dengan sederhana

dan terbatas

- 4 orang 2 - 8

5 tidak mampu membaca menulis

dan berhitung - - 1 -

Total: 5 orang 5 orang 18 11

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam kemampuan intelektual mencapai (72%), keberhasilan penyandang

tunagrahita sedang dalam kemampuan intelektual mencapai (44%) dalam

kemampuan membaca, menulis dan berhitung secara lancar maupun dengan

bimbingan.

B. Emosional N: 10

No Emosi Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Mempunyai kestabilan

emosional secara layak 1 orang 5 5

2 Dengan bantuan minimal,

mampu mengendalikan emosi 4 orang 1 orang 4 16 4

3 Dengan bantuan maksimal,

mampu mengendalikan emosi - 1 orang 3 - 3

4

Dengan bantuan maksimal,

masih kurang mampu

mengendalikan emosi

- 3 orang 2 - 6

Page 82: ANDI MAJID-FDK.pdf

70

5 tidak mampu sama sekali

mengendalikan emosi - 1 -

Total: 5 orang 5 orang 21 13

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam mengontrol emosional mencapai (84%), keberhasilan penyandang

tunagrahita sedang dalam mengontrol emosional mencapai (52%) dalam

kemampuan kestabilan emosional secara layak.

C. Kemauan N: 10

No Kemauan Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1

Tanpa inisiatif orang lain

mampu mengespresikan suatu

yang positif

1 orang - 5 5 -

2

Dengan inisiatif yang ringan

mampu mengespresikan suatu

yang positif

2 orang - 4 8 -

3

Dengan inisiatif yang ringan

mampu mengespresikan suatu

cukup baik

2 orang 2 orang 3 6 6

4 Memerlukan bantuan orang lain

dalam mengespresikan suatu - 3 orang 2 - 6

5 Sama sekali tidak mempunyai

kehendak - - 1 - -

Total: 5 orang 5 orang 19 12

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam kemauan mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita

sedang dalam kemauan mencapai (48%) dalam memiliki kehendak inisiatif

dalam mengespresikan suatu yang positif.

3. Aspek Sosial

Berdasarkan aspek sosial tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014.

A. Pengaturan Bahasa N: 10

No Pengaturan Bahasa Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

Page 83: ANDI MAJID-FDK.pdf

71

1 Dapat menyampaikan kehendak

dengan bahasa yang baik 1 orang - 5 5 -

2

Dapat menyampaikan kehendak

dengan bahasa yang baik

walaupun kurang lancar

2 orang - 4 8 -

3 Masih sukar menyampaikan

kehendak dengan ucapan 2 orang 2 orang 3 4 6

4

Sukar atau tidak lengkap

menyampaikan kehendak

dengan ucapan

- 3 orang 2 - 6

5 Sama sekali tidak dapat

menyampaikan kehendak - - 1 -

Total: 5 orang 5 orang 17 12

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam pengaturan bahasa mencapai (68%), keberhasilan penyandang

tunagrahita ringan dalam pengaturan bahasa mencapai (48%) dalam

kemampuan menyampaikan kehendak dengan bahasa yang baik walaupun

kurang lancar.

B. Kontak dengan orang lain N: 10

No Kontak dengan Orang Lain Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Dapat menjalin hubungan

dengan orang lain dengan baik 2 orang - 5 10

2

Dapat menjalin hubungan

dengan orang lain dengan

cukup

2 orang 2 orang 4 8 8

3 Kurang dapat menjalin

hubungan dengan orang lain 1 orang 3 orang 3 3 9

4

Tidak dapat menjalin hubungan

dengan orang lain secara

langsung

- - 2 -

5

Tidak dapat sama sekali

menjalin hubungan dengan

orang lain

- - 1 -

Total: 5 orang 5 orang

21 17

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam kontak dengan orang lain mencapai (84%), keberhasilan penyandang

Page 84: ANDI MAJID-FDK.pdf

72

tunagrahita sedang dalam kontak dengan orang lain mencapai (68%) dalam

menjalin hubungan dengan orang lain secara baik.

C. Mengerti Hak Milik N: 10

No Mengerti Hak Milik Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Mengerti hak milik fungsional

baik dirinya maupun orang lain 1 orang - 5 5 -

2 Mengerti hak milik secara

fungsional 2 orang 1 orang 4 8 4

3 Ada kemampuan mengerti hak

milik dengan sedikit pengertian 2 orang 3 orang 3 6 9

4 Dengan bantuan orang lain baru

mengerti hak milik - 1 orang 2 - 2

5 Tidak sama sekali mengerti hak

milik - - 1 - -

Total: 5 orang 5 orang

19 15

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam mengerti hak milik mencapai (76%), keberhasilan penyandang

tunagrahita sedang dalam mengerti hak milik mencapai (60%) dalam

mengerti hak milik fungsional baik dirinya maupun orang lain.

D. Kerja Sama N: 10

No Kerja Sama Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Berkomunikasi sosial secara

baik dan dapat berpartisipasi - - 5 -

2 Berkomunikasi sosial secara

baik dan mampu berpartisipasi 2 orang - 4 8

3

Dengan bimbingan orang lain

mampu berkomunikasi sosial

dan dapat berpartisipasi

3 orang 3 orang 3 9 9

4

Dengan bimbingan orang lain

masih sulit berkomunikasi

sosial dan dapat berpartisipasi

- 2 orang 2 - 4

5

Tidak sama sekali memiliki

kemampuan berkomunikasi

sosial dan berpartisipasi

- - 1 - -

Total: 5 orang 5 orang

17 13

Page 85: ANDI MAJID-FDK.pdf

73

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam kerja sama mencapai (68%), keberhasilan penyandang tunagrahita

ringan dalam kerja sama mencapai (52%) dalam berkomunikasi sosial secara

baik dan dapat berpartisipasi.

4. Aspek Vokasional

Berdasarkan aspek vokasional tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014.

A. Inisiatif Kerja N: 10

No Inisiatif Kerja Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Mampu tanpa bimbingan dan

bekerja sendiri 1 orang - 5 5 -

2 Dapat bekerja sendiri dengan

bimbingan yang ringan 2 orang 1 orang 4 8 4

3 Dapat bekerja sendiri dengan

bimbingan berkelanjutan 2 orang 2 orang 3 6 6

4 Dengan bimbingan yaang ketat

baru bisa mengerjakan - 2 orang 2 - 4

5 Dengan bimbingan yaang ketat

masih belum bisa mengerjakan - - 1 -

Total: 5 orang 5 orang

19 14

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam inisiatif kerja mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita

sedang dalam inisiatif kerja mencapai (56%) dapat bekerja sendiri walaupun

dengan bimbingan yang ringan.

B. Kreatifitas N: 10

No Kreatifitas Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Mempunyai daya cipta dan

kreasi yang banyak - - 5 - -

Page 86: ANDI MAJID-FDK.pdf

74

2 Mempunyai daya cipta dan

kreasi yang cukup 1 orang - 4 4 -

3 Mempunyai daya cipta tetapi

kreasinya belum menarik 4 orang 2 orang 3 12 6

4

Mempunyai daya cipta kalau

dirangsang dan variasinya tidak

menarik

- 2 orang 2 - 4

5 Tidak atau belum mempunyai

daya cipta dan variasi - 1 orang 1 - 1

Total: 5 orang 5 orang

16 11

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam kreatifitas mencapai 4 orang (64%), keberhasilan penyandang

tunagrahita sedang dalam kreatifitas mencapai (44%) dalam mempunyai daya

kreasi walaupun kreasinya belum begitu menarik.

C. Kerajinan N: 10

No Kerajinan Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Rajin datang dan mau bekerja

dengan penuh perhatian 1 orang - 5 5

2 Rajin datang dan mau bekerja 2 orang 1 orang 4 8 4

3 Kadang-kadang rajin datang

dan mau bekerja 2 orang 2 orang 3 6 6

4 Sering tidak mau datang

bekerja - 1 orang 2 - 2

5

Sering sekali melalaikan tugas

dan tidak menepati waktu dan

tata tertib

- 1 orang 1 - 1

Total: 5 orang 5 orang

19 13

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam kerajinan mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita

sedang dalam kerajinan mencapai (52%) untuk rajin datang dan mau bekerja

dengan penuh perhatian.

D. Kedisiplinan N: 10

No Kedisiplinan Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

Page 87: ANDI MAJID-FDK.pdf

75

1

Mengetahui tugas yang

diberikan dan mengerjakan

dengan penuh perhatian

1 orang - 5 5 -

2 Mau mengerjakan tugas yang

diberikan 2 orang 1 orang 4 8 4

3 Mau mengerjakan tugas tetapi

dengan sulit 2 orang 1 orang 3 6 3

4 Sering melalaikan tugas - 3 orang 2 - 6

5

Sering kali melalaikan tugas

dan tidak menepati waktu dan

tata tertib

- - 1 - -

Total: 5 orang 5 orang

19 13

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam kedisiplinan mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita

sedang dalam kedisiplinan mencapai (52%) dalam mengetahui tugas yang

diberikan dan mengerjakan dengan penuh perhatian.

E. Keterampilan Kehidupan Sehari-hari N: 10

No Keterampilan sehari-hari Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Dapat melakukan perawatan

diri tanpa bantuan orang lain 1 orang - 5 5 -

2

Dapat melakukan perawatan

diri dengan sedikit bantuan

orang lain

2 orang 1 orang 4 8 4

3 Dapat melakukan perawatan

diri dengan bantuan orang lain 2 orang 2 orang 3 6 6

4 Melakukan perawatan diri

apabila dibantu orang lain - 2 orang 2 - 4

5 Tidak dapat melakukan

perawatan terhadap diri sendiri - - 1 - -

Total: 5 orang 5 orang

19 14

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam keterampilan kehidupan sehari-hari mencapai (76%), keberhasilan

penyandang tunagrahita sedang dalam keterampilan kehidupan sehari-hari

mencapai (56%) dalam melakukan perawatan diri walaupun dengan sedikit

bantuan orang lain.

Page 88: ANDI MAJID-FDK.pdf

76

F. Prestasi Kerja N: 10

No Prestasi Kerja Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Hasil Pekerjaannya baik sekali - - 5 - -

2 Hasil Pekerjaannya baik 1 orang - 4 4 -

3 Hasil Pekerjaannya cukup baik 2 orang 1 orang 3 6 3

4 Hasil Pekerjaannya kurang baik 1 orang 3 orang 2 2 6

5 Hasil Pekerjaannya kurang

sekali 1 orang 1 orang 1 1 1

Total: 5 orang 5 orang

13 10

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam prestasi kerja mencapai (52%), keberhasilan penyandang tunagrahita

sedang dalam prestasi kerja mencapai (40%) untuk hasil pekerjaan yang baik

dan cukup baik dengan bimbingan yang ringan.

G. Penyesuaian Dalam Pekerjaan N: 10

No Penyesuaian dalam Pekerjaan Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Dapat mengikuti tata kerja

dengan penuh perhatian - - 5 - -

2 Dapat mengikuti tata kerja

dengan cukup baik 3 orang 1 orang 4 12 4

3 Agak sukar mengikuti tata kerja 2 orang 2 orang 3 6 6

4 Kurang mengikuti tata kerja - 2 orang 2 - 4

5 Sulit mengikuti tata kerja dan

tidak ada perhatian - - 1 - -

Total: 5 orang 5 orang

18 14

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam penyesuaian pekerjaan mencapai (72%), keberhasilan penyandang

tunagrahita sedang dalam penyesuaian pekerjaan mencapai (56%) untuk

dapat mengikuti tata kerja dengan cukup baik.

H. Tanggung Jawab N: 10

No Tanggung Jawab Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1

Mentaati peraturan dan perintah

serta menjalankan tugasnya

dengan baik

- - 5 - -

2 Mentaati peraturan dan perintah

serta menjalankan tugasnya 1 orang 1 orang 4 4 4

Page 89: ANDI MAJID-FDK.pdf

77

3 Mentaati peraturan dan perintah 2 orang 1 orang 3 6 3

4 Kadang-kadang melanggar

peraturan dan larangan 2 orang 3 orang 2 4 6

5 Tidak mengikuti peraturan dan

perintah - - 1 - -

Total: 5 orang 5 orang

14 13

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam tanggung jawab mencapai (56%), keberhasilan penyandang tunagrahita

sedang dalam tanggung jawab mencapai (52%) dalam mentaati peraturan dan

perintah serta menjalankan tugasnya walaupun kadang sedikit melanggar.

I. Daya Penerimaan Instruksi Kerja N: 10

No Daya Penerimaan Instruksi

Kerja

Penerima Manfaat (PM) Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1

Dapat mengikuti tata tertib dan

petunjuk kerja dengan penuh

perhatian

- - 5 - -

2

Dapat mengikuti tata tertib dan

petunjuk kerja dengan cukup

baik

2 orang 1 orang 4 8 4

3 Masih agak dapat mengikuti

tata tertib dan petunjuk kerja 2 orang 2 orang 3 6 6

4 Sukar mengikuti tata tertib

lingkungannya 1 orang 2 orang 2 2 4

5 Sukar sekali mengikuti tata

tertib lingkungannya - - 1 - -

Total: 5 orang 5 orang

16 14

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam daya penerimaan instruksi kerja mencapai (64%), keberhasilan

penyandang tunagrahita sedang dalam daya penerimaan instruksi kerja

mencapai (56%) dalam mengikuti tata tertib dan petunjuk kerja dengan cukup

baik.

Page 90: ANDI MAJID-FDK.pdf

78

5. Aspek Religi

Berdasarkan aspek vokasional tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014. N: 10

No Aspek Religi Penerima Manfaat (PM)

Skor

Poin

(Keberhasilan)

Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Mampu menjalankan ibadah

sesuai agamanya dengan benar - - 5 - -

2

Mempunyai inisiatif dalam

beribadah tetapi belum

maksimal

2 orang 1 orang 4 8 4

3 Menjalankan ibadah atas

bimbingan orang lain 2 orang 3 orang 3 6 9

4

Menjalankan ibadah masih sulit

walaupun atas bimbingan orang

lain

1 orang 1 orang 2 2 2

5 Tidak mampu menjalankan

ibadah - - 1 -

Total: 5 orang 5 orang

16 15

Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan

dalam aspek religi mencapai (64%), keberhasilan penyandang tunagrahita

ringan dalam aspek religi mencapai (60%) untuk mempunyai inisiatif dalam

beribadah tetapi belum maksimal.

Dari keseluruhan tabel indikator keberhasilan di atas, maka didapatkan

hasil dari peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita

berdasarkan 5 aspek yang terbagi dalam 18 indikator pencapaian peningkatan

keberfungsian sosial penyandang tunagrahita. Hasil tersebut dipilah menjadi

dua bagian, yaitu berdasarkan tingkat kemampuan dan karateristiknya. Untuk

yang berada dikriteria ringan (debil) dan embisil (sedang) memiliki penilaian

berbeda. Pada dikriteria ringan (debil) maka tingkat kemampuan

kemandiriannya diukur dengan presentasi 60% - 75% (baik), untuk yang

berada dikriteria sedang (embisil) maka tingkat kemampuan kemandiriannya

hanya diukur dengan presentasi 40% - 60% (cukup).

Page 91: ANDI MAJID-FDK.pdf

79

Tabel 4.4

Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita Tahun 2014

No. ITEM

Penerima Manfaat (PM)

Keberhasilan Setiap Aspek Penerima Manfaat (PM)

Total Keberhasilan Seluruh Aspek

Ringan Sedang Ringan Sedang Ringan Sedang

1 Aspek Fisik 72% 52% 72% 52%

71% 54%

2

Aspek Mental Psikologis

A. Kemampuan Intelektual 72% 44%

77% 48% B. Emosi 84% 52%

C. Kemauan 76% 48%

3

Aspek Sosial

A. Pengaturan Bahasa 68% 48%

74% 57% B. Kontak dengan orang lain 84% 68%

C. Mengerti Hak Milik 76% 60%

D. Kerja Sama 68% 52%

4

Aspek Vokasional

A. Inisiatif Kerja 76% 56%

68% 52%

B. Kreatifitas 64% 44%

C. Kerajinan 76% 52%

D. Kedisiplinan 76% 52%

E. Keterampilan sehari-hari 76% 56%

F. Prestasi Kerja 52% 40%

G. Penyesuaian Pekerjaan 72% 56%

H. Tanggung Jawab 56% 52%

I. Daya Penerimaan Instruksi Kerja 64% 56%

5 Aspek Religi 64% 60% 64% 60%

Dari tabel diatas dapat dipaparkan keberhasilan dari setiap aspek

berdasarkan klasifikasi kemampuan tunagrahita ringan dan sedang. (1) aspek

fisik total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan mencapai 72% dengan

penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita sedang mencapai 52%

dengan penilaian cukup. Oleh sebab itu untuk aspek fisik peningkatan

keberfungsian bisa dikatakan baik namun belum optimal.

(2) aspek mental psikologis, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita

ringan mencapai 77% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi

Page 92: ANDI MAJID-FDK.pdf

80

tunagrahita sedang mencapai 48% dengan penilaian cukup. Sehingga

peningkatan keberfungsian aspek mental psikologis bisa dikatakan cukup baik

namun belum optimal.

(3) aspek sosial, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan

mencapai 74% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita

sedang mencapai 57% dengan penilaian cukup. Sehingga peningkatan

keberfungsian aspek sosial bisa dikatakan sangat baik dan cukup optimal.

(4) aspek vokasional, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan

mencapai 68% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita

sedang mencapai 52% dengan penilaian cukup. Sehingga peningkatan

keberfungsian aspek vokasional bisa dikatakan cukup baik namun masih

belum optimal.

(5) apek religi, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan

mencapai 64% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita

sedang mencapai 60% dengan penilaian cukup. Sehingga peningkatan

keberfungsian aspek religi bisa dikatakan cukup baik dan cukup optimal.

Total dari keberhasilan seluruh aspek klasifikasi tunagrahita ringan

mencapai 71% dan untuk keberhasilan seluruh aspek klasifikasi tunagrahita

sedang mencapai 54% sehingga jika diakumulasikan memiliki nilai 63%

dengan penilaian cukup baik. Namun hal ini bisa dikatakan belum mencapai

hasil yang optimal jika total akumulasi keduanya belum mencapai total

keseluruhan 70%.

Waktu maksimal yang diberikan tunagrahita dalam mencapai

keberfungsian sosial selama 4 tahun di panti, bukan menjadikan salah satu

Page 93: ANDI MAJID-FDK.pdf

81

batas ukuran dalam pencapaian tujuan, karena dalam jangka waktu 2 tahun

sebenarnya anak sudah bisa dikembalikan ke dalam keluarga, dengan

indikator pencapaian tujuan di atas.

Dalam permasalahan sosial yang berkaitan dengan penyandang

disabilitas tunagrahita, pencapaian keberfungsian sosial dapat dilihat dari

tingkat kemandiriannya, karena suatu perkembangan kemandirian tunagrahita

menjadi nilai utama yang difokuskan dalam meningkatkan keberfungsian

tunagrahita dalam kehidupan sehari-hari.

Tingkat kemandirian seorang tunagrahita berbeda dengan seseorang

pada umumnya, tingkat kemandirian seseorang dinilai berdasarkan tingkat

kemampuan dan karateristiknya, yaitu untuk yang berada dikriteria embisil

(sedang) maka tingkat kemampuan kemandiriannya hanya diukur untuk

sebatas mampu latih, yaitu dengan melatihnya berulang kali untuk

mengerjakan kegiatan pribadi sehari-hari tunagrahita seperti, mandi, memakai

baju, mengenal beberapa fungsi benda dan ruangan.

Bagi tunagrahita yang berada dikriteria debil (ringan) maka tingkat

kemandiriannya lebih meningkat lagi, yaitu ditambah untuk belajar

bersosialisasi, berkomunikasi, dan pengembangan keterampilan sesuai bakat

dan minat yang dimilikinya.

1. Hasil Rehabilitasi Sosial

a. Klien (Penerima Manfaat)

Dari jumlah penerima manfaat 75 orang selama 4 tahun, jumlah

ini merupakan maksimal penempatan dalam panti untuk mendapatkan

program rehabilitasi sosial. Hasil rehabilitasi sosial dari 6 indikator

Page 94: ANDI MAJID-FDK.pdf

82

keberhasilan yaitu: melakukan kegiatan sehari-hari (ADL), relasi

sosial, kemampuan berfikir, kemampuan keterampilan, penyaluran,

kemampuan kemandirian.

Dari hasil pengumpulan data dan penelitian penulis diketahui

bahwa hanya tiga indikator yang dapat dilakukan oleh klien yaitu;

ADL, relasi sosial, dan kemampuan berfikir sesuai dengan derajat

kemampuannya. Sedangkan untuk kemampuan keterampilan dan

kemampuan kemandirian belum sepenuhnya mampu dilakukan sendiri

oleh penerima manfaat, keterampilan dan kemandirian yang

dimaksudkan adalah keterampilan yang bertujuan untuk bekerja dan

kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Proses rehabilitasi hanya tergantung pada input penerimaan

yang baik kepada klien atau yang mampu latih dan dapat dilihat dari

kemampuan awal klien yang baik, kemudian proses rehabilitasi bisa

berjalan dengan baik dan sehingga menghasilkan kemampuan baru

yang dimiliki klien setelahnya. Sebaliknya jika terdapat klien yang

tidak bisa mampu latih, maka proses rehabilitasi sosial juga terhambat

sehingga tidak menimbulkan keberfungsian sosial klien yang

diharapkan. Seperti pernyataan dari Ibu Azmi kepada penulis:

Proses rehabilitasi dipanti tergantung pada kemampuan

calon penerima manfaat di awal, klo dia mampu latih,

maka proses rehabilitasinya bisa berjalan dan

menghasilkan hasil yang diharapkan, walaupun kadang

tidak jauh berbeda dengan hasil awalnya.23

23

Wawancara pribadi dengan Ibu Azmi Rahmi Deni Aziz selaku Pekerja Sosial, Panti

Sosial Bina Grahita 8 Juli 2014.

Page 95: ANDI MAJID-FDK.pdf

83

Dalam penyaluran, baru dapat dilakukan penyaluran kepada

keluarga saja, karena keterampilan yang dimiiliki penerima manfaat

belum dapat memenuhi standar yang dibutuhkan oleh dunia usaha.

b. Keluarga

Keluarga adalah faktor utama yang seharusnya bertanggung

jawab penuh terhadap keberfungsian sosial klien, karena keluarga yang

lebih mengetahui apa yang dibutuhkan klien dan pengembangan diri

seperti apa yang ada dalam diri klien.

Keluarga belum siap atau enggan menerima kembali anaknya

keluar dari panti, hal ini di sebabkan karena kurangnya pemahaman

keluarga dalam membimbing anak dengan tunagrahita, pada saat

bimbingan lanjut petugas telah memberikan edukasi kepada keluarga,

tetapi belum dilengkapi dengan pemberian panduan praktis dengan

cara membimbing anak dengan tunagrahita.

Adanya program Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT) juga

terlihat belum maksimal, karena hanya sebatas ceremony atau sebatas

temu kangen keluarga dengan klien, namun tidak menanyakan

perkembangan klien kepada salah satu peksos yang bertanggung jawab

terhadap peningkatan kemampuan klien.

Kedepan seharusnya perlu adanya penggalakan program

Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT) untuk meningkatkan peran

keluarga dalam membantu perkembangan anak yang dilakukan pihak

panti dengan mewajibkan orangtua untuk datang dalam jangka waktu

tertentu dan wajib untuk dipertemukan dengan peksos guna mencari

solusi bersama baiknya untuk perkembangan anak selanjutnya.

Page 96: ANDI MAJID-FDK.pdf

84

Untuk selanjutnya, program rehabilitasi terbaik ada di dalam

lingkungan keluarga, sedangkan pihak panti hanya berperan sebagai

advokasi dan fasilitator bagi keluarga. Sehingga penyandang

tunagrahita merasakan dirinya diterima di dalam keluarga sebelum

mereka mengenal lingkungan masyarakat nantinya.

c. Masyarakat

Masyarakat belum memberikan dukungan kepada para

tunagrahita yang telah memperoleh rehabilitas sosial di panti, hal ini di

sebabkan masih kurangnya sosialisasi tentang tunagrahita, disamping

itu kemampuan yang diperoleh selama empat tahun di panti belum

maksimal untuk disalurkan ke dunia usaha.

Secara konseptual kegiatan penyaluran dilakukan kepada dunia

kerja dan keluarga, namun sampai saat ini hanya 1% yang bisa masuk

dalam dunia kerja dan sisanya sebatas penyaluran kepada keluarga. Di

samping itu juga penulis melihat masyarakat luas dan dunia usaha pada

umumnya belum bisa menerima keberadaan penyandang tunagrahita

dalam perusahaan mereka karena belum adanya kepercayaan pihak

luar terhadap penyandang tunagrahita dalam bekerja.

Hal ini disebabkan karena kemampuan hasil yang bisa diberikan

penerima manfaat atau penyandang tunagrahita belum dapat memenuhi

standar yang dibutuhkan pasar dan dunia usaha. Sebagian dari

penerima manfaat masih selalu membutuhkan bimbingan dalam proses

dalam mencapai tujuan akhirnya, sehingga sulit bagi mereka untuk

bisa bersaing dalam dunia kerja yang ada di masyarakat.

Page 97: ANDI MAJID-FDK.pdf

85

Terlihat bahwa belum maksimalnya peran masyarakat dalam

menerima keberadaan penyandang tunagrahita, sehingga menghambat

keberfungsian sosialnya, perlu adanya penyadaran dan perubahan

perspektif dari masyarakat bahwa penyandang tunagrahita untuk

mendukung segala usaha-usaha yang dilakukan penyandang

tunagrahita dalam melakukan tugasnya.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi

Sosial

a. Faktor Pendukung

PSBG berada dibawah naungan Kementrian Sosial RI sehingga

memiliki payung hukum dan lembaga cukup besar. Sehingga

memudahkan PSBG untuk melakukan kerjasama dengan instansi

terkait guna membantu proses rehabilitasi sosial. Salah satunya seperti

bekerjasama untuk melakukan bimbingan lanjut sebelum melakukan

terminasi. Penerima manfaat dipindah ke dalam rumah bekerja yang

bekerjasama dengan PSBG utuk memantau kemajuan atau

kemunduran penerima manfaaat selama mendapatkan program

rehabilitasi sosial di PSBG.

Faktor pendukung lainnya program rehabilitasi sosial di PSBG

salah satunya adalah sarana dan prasarana yang sudah cukup memadai

dan memiliki halaman yang luas, sehingga penerima manfaat dapat

melakukan ekspresi dirinya sesuai minat dan bakat penerima manfaat.

Dengan adanya beberapa alat keterampilan yang ada, sangat

memudahkan proses belajar penerima manfaat guna meningkatkan

Page 98: ANDI MAJID-FDK.pdf

86

keberhasilan kerja tunagrahita.

Adanya upaya pegawai untuk meningkatkan keberhasilan

peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita, antara lain: mencari

informasi tentang jenis-jenis pekerjaan, kondisi dan tuntutan pekerjaan

serta latihan kerja, menetapkan pilihan bidang pekerjaan yang sesuai

dengan kemampuan dan minat siswa, memahami persyaratan kerja

tentang jenis pekerjaan yang diminati, dan memantapkan keterampilan

yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang dipilihnya.

b. Faktor Penghambat

Temuan penelitian menggambarkan bahwa kurangnya

pemahaman pegawai akan keadaan penerima manfaat sehingga dapat

mempengaruhi keterarahan program yang sesuai dengan kebutuhan

penerima manfaat. Pegawai merumuskan program belum berdasarkan

hasil asesmen, pandangan masyarakat, dan orang tua sehingga program

ini tidak dapat dimanfaatkan tunagrahita untuk menggalang masa

depannya. Temuan ini juga menggambarkan bahwa lemahnya

dukungan sistem dari beberapa sumber kemungkinan disebabkan

pegawai panti dan anggota masyarakat lainnya belum memahami apa

yang dapat dilakukan oleh tunagrahita. Sementara program rehabilitasi

bagi penerima manfaat masih terpaku pada pedoman pelaksanaan

rehabilitasi lembaga yang hanya melakukaan pendekatan kuratif

semata dan bukan mengarah pada pengembangan semua aspek baik ia

sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.

Page 99: ANDI MAJID-FDK.pdf

87

Faktor penghambat program rehabilitasi lembaga lainnya

adalah orang tua kilen yang kurang terbuka tentang kondisi kecacatan

klien, karena kondisi keadaan klien yang sebenarnya tidak sesuai

dengan data yang diisikan dalam formulir sehingga rencana intervensi

yang dibuat tidak sesuai dengan kenyataan klien.

Kepercayaan pihak luar (dunia usaha) terhadap klien kurang,

karena keterampilan klien belum memenuhi standart yang dibutuhkan,

sehingga penyaluran hanya terbatas pada pihak keluarga dan hanya

sebagian kecil yang bisa diterima dalam dunia kerja.

Page 100: ANDI MAJID-FDK.pdf

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian penulis dari hasil observasi, wawancara dan

studi dokumen di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwana, Cibinong-

Bogor dalam menjawab perumusan masalah yang sudah diuraikan pada bab

sebelumnya yaitu bagaimana metode layanan rehabilitasi sosial penyandang

tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-

Bogor, maka dengan menggunakan metode rehabilitasi sosial, dapat terlihat

pencapaian tujuan dari layanan Rehabilitasi Sosial terhadap peningkatan

keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, temuan penelitian

menunjukkan bahwa dalam teori metode rehabilitasi terdapat tiga model

layanan yang tersedia, yaitu metode individu (case work), metode

kelompok (grup work) dan pengorganisasian masyarakat (Community

Development) bagi penyandang tunagrahita. Dalam menentukan metode

perlu adanya layanan rehabilitasi yang komprehensif, direncanakan

secara bersama -sama oleh penerima manfaat dan pelaksana

rehabilitasi, untuk memaksimalkan daya kerja, kemandirian, integrasi,

partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di tempat kerja dan

masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat melaksanakan fungsi

sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam penelitian metode

rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

Page 101: ANDI MAJID-FDK.pdf

89

Ciungwanara, menggunakan metode kelompok dengan penilaian pribadi,

yaitu dengan menempatkan penerima manfaat melalui bimbingan

konseling secara pribadi maupun dengan mendapatkan bimbingan di kelas.

2. Peningkatan keberfungsian sosial; Hasil penelitian menunjukkan bahwa

peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita belum mencapai optimal,

Total keberhasilan dari keseluruhan aspek menjadi 63%. Hal ini bisa

dikatakan belum mencapai hasil yang optimal jika belum mencapai total

keseluruhan mencapai 70% baik dilihat dari perilaku kerja maupun

dari hasilnya walaupun penyandang tunagrahita telah mendapatkan

program rehabilitasi sosial dalam waktu yang cukup lama jika

dibandingkan rehabilitasi dalam lembaga lainnya. Penambahan bobot

waktu ini didasarkan pada tujuan peningkatan keberfungsian sosial

tunagrahita. Pencapaian yang belum optimal itu terutama dalam bidang

kemampuan yang membutuhkan pikiran dalam beberapa aspek, seperti:

(2) aspek mental psikologis, meliputi kemampuan intelektual, emosi, dan

kemauan; (2) aspek vokasional, meliputi inisiatif, kreatifitas, kerajinan,

kedisiplinan, keterampilan kehidupan sehari-hari, prestasi kerja,

penyesuaian dalam pekerjaan, tanggung jawab, dan daya penerimaan

instruksi kerja. Kemampuan ini bersifat semi skills, yang kesemuanya itu

seharusnya dapat dilakukan oleh siswa tunagrahita yang telah mengikuti

program rehabilitasi sosial.

B. Saran

Dari hasil penelitian dan informasi yang sudah dapatkan, penelitian ini

hanya terbatas pada pelayanan yang diselenggarakan panti dan keluaran

Page 102: ANDI MAJID-FDK.pdf

90

(output) saja, maka penelitian ini perlu ditindak lanjuti dalam mengkaji

hasilnya (outcome dan dampaknya). Ada beberapa cacatan yang menjadikan

dasar penulis memberikan saran atau usulan untuk meningkatkan rehabilitasi

sosial di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor:

a. Pemerintah sebagai penentu kebijakan utama perlu mengkaji kebijakan

terhadap pemenuhan hak-hak penyandang tunagrahita dan perlu adanya

ajuan untuk pemerintah membuat peraturan tentang penerimaan

rehabilitasi panti sosial yang sesuai dengan Undang-Undang Penyandang

Cacat No.4 Tahun1997.

b. Pihak Panti Sosial dalam proses penerimaan perlu adanya pendekatan pada

sumber penerima manfaat, seperti keluarga atau masyarakat umum untuk

mengidentifikasi lebih jauh alasan keluarga mememasukkan salah satu

anggota keluarga atau saudaranya ke dalam panti. Perlu adanya proses,

kajian metode yang jelas dalam proses kegiatan program Rehabilitasi

Sosial yang dilakukan lembaga.

c. Peran orang tua yang masih mampu untuk mengurusnya alangkah lebih

baiknya bimbingan dilakukan dalam keluarga karena lebih memiliki

kedekatan emosional dan mengetahui permasalahan yang dihadapi klien.

Keberadaan penyandang tunagrahita dalam panti yang seharusnya menjadi

solusi akhir keluarga jika memang benar-benar tidak mampu untuk

memenuhi segala kebutuhan yang harus didapatkan klien.

d. Masyarakat ikut memperhatikan penyandang tunagrahita dan memberikan

dukungan bagi yang telah memperoleh rehabilitasi sosial dengan

memberikan kesempatan yang sama seperti pada masyarakat umumnya.

Page 103: ANDI MAJID-FDK.pdf

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arikunto, Suharsimi. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara,

2008.

Astuti, Mulia. Penelitian Tentang Rehabilitasi Sosial di PSBG. Jakarta: P3KS

Press 2010.

Bean, Philip. Rehabilitation, dalam Adam Kuper, Jessica Kuper, Ensiklopedia

ilmu-ilmu sosial Ed1 get7, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,

dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2007.

Efendi, Mohammad. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi

Aksara, 2006.

Maleong, Lexi. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

2007.

Nitimiharjo, Caroline. Rehabilitasi Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan

Sosial Konsepsi dan Strategi. Jakarta: Badan Penelitian dan

pengembangan Departemen Sosial RI, 2004.

Nurdi, Widodo. Evaluasi Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Pada Panti Sosial.

Poerwandari, E.K. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia.

Jakarta: Perfecta, 2005.

Pusat Bahasa. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3”. (Jakarta: Balai

Pustaka Depdiknas, 2002).

Rukhyat, Adang. Panduan Penelitian Bagi Remaja. Jakarta: Dinas Olahraga dan

Pemuda, 2003.

Soetarso. Standardisasi Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.

Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 1997.

Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi Dan Profesi; Contoh Aplikasi

Evaluasi Program Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat, Mandiri Pedesaan, Kurikulum,

Perpustakaaan dan Buku Teks. Jakarta: Rajawali Press, 2011.

Page 104: ANDI MAJID-FDK.pdf

B. Jurnal, Buku Panduan, dan Undang-Undang

B Mujiyadi dan Setyo Sumarno “Kuriusitas terhadap Temanggung: Studi

Pekerjaan Sosial Tentang Tunagrahita Curiosity about Temanggung: A

Study on Mentally Retardation”. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial

Volume 11, No 2 Juni 2012.

Mulia Astuti “Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Di Panti Sosial Bina

Netra „Tumou Tou Tomohon Manado Dan „Tan Miyat‟ Bekasi ”. Jurnal

Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Volume 18, No 01

April 2013.

Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012.

Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyandang Cacat No. 4 Tahun

1997.

Undang-undang No.11 tentang Kesejahteraan Sosial Tahun 2009.

C. Internet

Departemen Kesehatan. Anak dengan tunagrahita perlu pendekatan.

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-

dengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.html. Artikel ini diakses

pada tanggal 23 Januari 2014.

Keputusan Menteri Sosial RI. No.59HUK2003 tentang Organisasi dan Tata kerja

panti Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor.

Pekerjaan Sosial Dan Paradigma Baru Kemiskinan. Kementrian Sosial. (Diakses

pada tanggal 17 Juni 2014).

Page 105: ANDI MAJID-FDK.pdf

Pedoman Wawancara

1. Jumlah informan : 20 orang

2. Status : 10 penerima manfaat, 5 pegawai, 5 warga sekitar

3. Jenis kelamin : 8 laki-laki, 12 perempuan

Meliputi :

1. Kondisi penyelenggaraan, sarana dan prasarana rehabilitasi sosial.

2. Proses rehabilitasi sosial dalam panti.

3. Kondisi anak yang telah menerima pelayanan rehabilitasi di panti.

4. Pola pengasuhan yang diberikan.

5. Keterkaitan Program Rehabilitasi dengan Kondisi Klien di Asrama.

6. Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyandang Tunagrahita.

7. Faktor-faktor yang mendukung peningkatan keberhasilan sosial

tunagrahita.

8. Faktor-faktor yang menghambat peningkatan keberhasilan sosial

tunagrahita.

9. Model pelaksanaan program layanan Rehabilitasi Sosial yang efektif dalam

panti.

10. Peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas intelektual

tunagrahita.

Page 106: ANDI MAJID-FDK.pdf

I

KBMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS DAKWAH qAN ILMU KOMUNIKASIJl. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 IndonesiaWebsite: www.fdkuiniakarta.ac.id

Telepon/Fax : (021 ) 7 432728 / 74703 580E-mail : dakwah(rDl'dk.uinjakarta.ac.id

Nomor :Lamp :Hal :

Un.0 1 /F5/PP .00.9 /2393 120 | 4I ( satu) bundelBimbingan Skripsi

Kepada Yth.Prof. Dr. Syamsir Salam, MSDosen Fakultas Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta. 26 Maret2}l4

Assalamu' alaikum Wr. Wb.

Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan olehmahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagaiberikut,

NamaNomor PokokJurusanSemesterJudul Skripsi

Tembusan:l. Dekan2. Ketua Jwusan Kesejahteraan Sosial (Kessos)

Andi Majid1110054100027Kesejahteraan Sosial (Kessos)VIII (Delapan)Program Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Tunagrahitadalam Peningkatan Keberfungsian Sosial di Panti Sosial BinaGrahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor.

Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal 24 Maret s.d.24 September 2014.

Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.

ll/as salamu' alaikun Ih. Wb.

an. Dekan,Wakil Dekan Bidang Akademik

' Ph.D o1199803/1 004

Page 107: ANDI MAJID-FDK.pdf

,/

NomorLampiranHal

w xaw,wwww

Tembusan

iI KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIi9SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

Jl. Ir. H. JuandaNo. 95 Ciputat 15412 IndonesiaTelepon/Fax : (021) 7 432728 | 7 47 03590

Website: www.fdkuiniakarta.ac.id- E-mail : [email protected]

Un.O I lF5lPP .00.9 I 4265 I 201 4

Izin Penelitian (Skripsi)

Kepada Yth,Kepala Panti Sosial Bina grahita (PSBG)Ciungwanara-Bogordi

Tempat

As s al amu' al aikum Wr. Wb.

Jakarta, 30 April2014

Dekan FakultasJakarta menerangkan

NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusan/KonsentrasiAlamatTelp.

1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ka/Sekorodi Keseiahteraan Sosial

Dakwah dan IJmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullahbahwa:

Andi Majid1 I 10054100027Jakarta, 07 Novemb er 1992VIII (Delapan)Kesejahteraan SosialJl. Lapangan Roos II RT 010/05 No. 30081299222971

adalah benar nahasiswa Fakultas Dakwah dan Ihnu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangkapenulisan skripsi berjudul Program Rehabilitasi Sosial bagi PenyandangTunagrahita dalam Peningkatan Keberfungsian Sosial di Panti Sosial Bins Grahita(PSBG) Ciungwanara - Bogor. Kegiatan penelitian akan dilakukan dari bulan Meisampai dengan Juli 2014.

Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapatmenerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud.

Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami rnengucapkan terima kasih.

Wassalamu' alaikum Wr.Wb.

Page 108: ANDI MAJID-FDK.pdf

N

thW

KEMENTERIAN SOSIAL RIPANTI SOSIAL BINA GRAHITA CIUNGWANARAJI.SKB No.3 Karadenan Cibinong Bogor. Telp/Fax: (0251) 8652979-8661832

SURAT KETERANGANNomor :77? PSBG-TU/KS.01/1O12014

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

NIP

Jabatan

: Dra. TriSukreni, M.Si

: 19620928 198703 20O2

: Kepala PSBG Ciungwanara

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :

Nama

NIM

UmurMahasiswa

:Andi Maj id

:111005410027

:2?Tahun

: UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Dakwah dan llmu Komunikasi

Jurusan Kesejahteraan Sosial

telah melaksanakan penelitian di Panti Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor dari bulan

Mei s.d Agustus 2014.

Demikian Surat keterangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya:

:-*"{

Page 109: ANDI MAJID-FDK.pdf

I . E w r ,rif .

falnMoE[l -

4. Alrunar

I D E N T I T A S O R A N G T I J AWALI

l , Narnc

Lahir

j i . Pr..ku'r. jarrr

5,,Tar g ga.l pencJa ti iuiur

6. Tanggal penerirrraan

Berkas Pendaftarur

P E P . S Y A R A T A NP E N D A F T A R A N

Psiko iog

Dokter

r . ( t / K w

I

Permohonan pendaftaran Calorr pMAda/Be lum adals ian Formul i r penr ja f la ranAda/Be lum adals ian Angkqt R iwayat AnakAda/Be lum'adals ian Angket kepr ibad ian AnakAda/Belum adals ian Sura t PernyataanAda Be lum adaDataPengka j ian Keadaan Ke l ta rga dan L ingkunganAda Be lum adaSura t Ke ie rangar . lAda/Be lum ada$urat Keterar. lgar. l, {da/Belum adaSura t KeteranganAda/Be lum ada' t0 , Pas Photo 4x 6 cm se jumla , r 5 lenrbar dengan k l i senyaAda/Be lum adb

1 1 , Pas Photo Berd i r i ukuran poscar se iumlah 1 lembarAcia/Belum adai2. Plroto Copy l(Tp Orang TuaA//al i Caton pM

Ada/Be lurn ada'13, Photo Copy Kar tuKe lua rga (KK)2LembarAda/Be lum ada'14 . Photo Copy At ( teAda/Be lum ada

1 5 H a s i l R o u n t g e nr \da /Be lum ada

1 6 . H a s i l t e s p s i k i a t e rAda/Belum ..rda

Ke lah i ran 2 lenrbar

A S P E R SL e n g k a p

ARA AN PENDAFTARAN

Belum LengkapNomor :

PFFF svr\RrrPE} . ]D \FTA,RAN- Lengrap- Belum lengki rp- f . lomor:

t ,

2lembar

a

" . . I. ' ' t , :

.'.z

l ' t rN

-Persyaratan penOaftaEnTang;ga l :

di lengkapi

=_-_--renyerahan BerkasPendaf tarandiTim Rehab i l i tas iTanggal [ :

Page 110: ANDI MAJID-FDK.pdf

I€ '

r - ( i l t t l d l

Lamp i ran

; PermohonanCalon PMCiungwanara

PendaflaranPSBG

Bogor

KepadaYth Kepala Panti SosialBina Gralr i ta CiungwanaraBogor.

ber l<as

Dengan Hormat ,Yang ber tanda tangan d jNama orang tua/waliTempaV tangga l l ah i rPeker jaan

A{amat

bawah in i , saya :

Mengaju l<an Permcrronan pendaf taran ca lon pM ,Jengarr ident i tas :Nanra

TempaVtangga l l ah i rA lamat

Status : Arral< : l (andung/ Angl<aV Tirr / Asui . t / ,Sebaga i bahan per t imbangan, bersama i r . r i kami lampi rkan :

1 Pernrohonan pendaftaran calon pMz. rormul i r pendaftaran3. Riwayat Anak4. Kepr ibadian anak5. Surat pernyataan

9 l (eadaan Keluarga dan !_ingkungan Masyarakat7. Hasi l tes psikoloo8. Hasi t tes psik iate?

?: ! r t " i keterangan berbadan sehat dar i Dol<terru , DUra t Keterangan domis i l RVRw1 1. pas photo axd,.s l ; ;b; ; d; ; ; ; " kt isenya1?. f " r

Photo Bercrn ukuran pos tcard , 1 lembar]9, || 'roio gopy K'l-p orang rrumdii Caton pM 2 Lernbar14. Photo Copy Kartu ketr iarga ( :<f< I 2 Lembar]: lholo_Coby nr,,te Kelahiran 2 lembarro . nas l xountqen17' Riwayat keslhatan (pernah operasi , saki t menahun cJr)18 , Matera i 6OOO, 2 ie rnbar

Demik ian ; ' a tas pe :ha l i an danban tuannya kami ucapkan te r ima kas ih .

PemohonOrang tua/wali

Page 111: ANDI MAJID-FDK.pdf

Ir ( | !

J

q, ,,i:;'tt,\ , / f . t ' . ' i t - -

\'ri?-

j ," ] l_lh formulir: Cibarvah init tdak p€rr lu.

A . . " lden t i tas Ca lon pM

] . , N a m a L o n g k a p! , N a . n a p a n g g i l b n3 J e n i s K e l a m i n

- KErvlEN-t-ERtAN SOSTAL RtPANTI SOSIAL BIUN,CH,iHITA CIU NGWANAR,A.J I ,SKB No.3 Karadenan C ib inong Bqg; r , re rp iFax : (0251) 1J652979

I I . FOR,MULIR PENDAFTARAN

sesua i de ngan koadaan ana l< yang sosunggu i rnya dan cororah yang

: fu fo3u. r r tLahi r /unrur: , : y K U b a n g s ao . s t a t u s K e v r a r g c n e g a r a a n. , ( ^? i , " WNt ke t i runan WNA/ A g a m a8 , , , 3 i l a i 1 r a t

V\/NI/ WNh a r a p d i l a m p i r l < a n[urunan sura t kor , l ,a rga r re g a raan)

Desa,/ Kel iKecamaLanKabupa tenp rop ins i

9, Tetepon/Hp10 , Pend id i kan

kode pos )

: Bolum. pern"n'sf i ioi;h:;ps;11 . Pe rnah d iasuh a tau d id id i k

SDI-B/SLB kelas :l (e las

H l den t i t as Orang Tuar , Ayan

a . Nanra

I Tempd t i angga lq pend id i kan -o. poker jaan.e. A lamat

f . No te lepon /Hp

oala m pa nt i Asuhan/penyan tunan

lah i r

a . N a m ab ,

e . A lamat

I!95;*-nn"'Peker jaan

l a h i r

f . No te lepon/Hp

\).:1 " " ̂ iit:l 3

e n a n s s u n giarva b/rva I i: Tempat ranggat lah i r

t ,

: Hub keluardJshtus

d . p e k e r j a a n ' v w e r € r r ' u s :e. Alamat

r . N o t e l e p o n / H p

Page 112: ANDI MAJID-FDK.pdf

tJ

t ! l)i

KEMENTERIAN SOSIAL RIPA N rj s?p,.:l*L,ptxA q-nAnITe c I u N GWANARAJl.sKs No,3 Karadenan Crblnone B;s;.'i.jpA; i.;ri; }d##

l r ] l : f ansket di ibavrah in iser ta corot lah yang t ida, (

A. ldor i t iLas Calon pM

i I I , R IWAYAT CALON KLIEN

JJr i ,a. tu ju jur /seuuoi dengen r iv, ,ayat calon pM ycr.rg sesunggulrrryo,

I N a m a L o n g k a p

; ' T j j : " , l l "es i tan : " " " ' . . : , . . . , ,. ] ,

len ig Ko lamin

l ! * : o3 .n { "u - ' ' | , v | | | l J I ; . . . - , , . . . ' . . . : : : : ' : .

1 0 , P e n d i d i k a n . F _ , . i . , . . . : . , .

11, pernah i ia ,^ , . , - . J : ' , '3 ,3" : "an seko ian 'n i< lso rce ias . . . . . . . . . . . . : , . : . . : . . : . .suh atau cjididik oJril'"i""ii xl',]'il;,,penvanrun3n :. .,B . S g v r a k t u D a l a m K a n r { , , A A a _ / ^ - " r - t ' ' s r i s " " " "

1. Umur ,u, " . ,1, f

lgungan ( Pranatal )z, 5"rr,.,..'. ilw'oi'itU

mengandr:nepe rn a h r, #11i:

ng,naPaka fr

3 Sak i t apa : Ya l t i dakU. Be rapa l an ranya .

l . i , ] i l? 'err vv 'YA

' " : ' ' : '1 : . ' l : -o ' ' ] :u ' ,1: . . :nun surat kewarsa'rosaraan)

K e c a m a t a i - - - t - - " 7 ; . . , , .

K a b u p a t e n :

" : , _ y r r i kandungan ke t i ka sa r r t :J ' 1p * :h i ' bupe rnah ja tuh ; ' ; ^ . , ; , : . ] ; ' . , . . , . . . '

4 a '^€aga imono;u t l i i v "u ' : Ya / t idak

t, ;1,11l pernah terg";Jg,Keten t ramun buunnya . \ , ^ / , : r _ ,

., I ^ j??kah .se,babnya- :. yattidak

6. ,Slq,tr: xuil.isaneearaan ; i;.,"i i **7. !3Xi ly" '

kot i runan wNA ha,ap d i rampir l<an tur . r - rnan c, , r . , r ,^ . . ,^ . .

5. Apakah riri, i l" '""toA F!y;r;,r';T!?iif;i[iJ,"- F: :n; :a

tetak auyi J" iu i l , " ' " : terus nrenerus/ l<adang- lcadan; i r ic ta l<

perrah7 ' senang[ah ' lbu dengan : Nornra l / t idak normalo 11?du.ngan torsebuto ' t -e rnahkah tbu , minum obat , p i l

; Ya l t idck

^ p e n B n a n g / o b a

s. apar<"n iB;;|:-Y"nisnya : yal t idal<

I u n", g _ri3"n"J""#,i i. TrT s a I a m iI l e raOaka l i

- " " ' r q :Pe rnah / t i dakpe rnaS

,o l - f l l yebabnya apa ; ,,n l^ , - f loyebabnya apa ; ,l u . ̂ e J a i n a n p a d a

" r J - r l ^ ^ ^ ^ _ , : . . , , , .s a a t m e n g a n d u n g : . , , .

Page 113: ANDI MAJID-FDK.pdf

,,J. 1

Sewak tu Anak Lah i r (Na ta l1 . Lah i r d i?, Yang member iKan

Waktu melalr i rkan3. Baga inrana proses

; lRunrah/rumah SakiVRumah bersal in /n a r t n l n n n a ̂y u r r v r v r t \ j c U I

k e l a h i r a n n y aDol<ter/B ida n/D urkun B ayi lTa n per pertolon ; an/.a . M u d a h b . S u k a r c . D e n g a n a l a td . . O O T r a s i e . d e n g a n d i p e i : uI . t -e t1c_ l ranan

Ya/ t idak

Apakah wak tu l ah i r l angsungdapa t menang i sUs ia kandungan saa t me lah i r kan :B e r a t d a n p a n j a n g s a a t l a h i r : . . . . , . .K e t a t n a n s a a t l a h i r

Sete lah Lahi r . ( post l .Jata l )1 , Apakah tbu member i AS I

a . Dar i umur be rapa

b . Sampa i Lnnur be rapac . B i l a t i dak d ibe r i AS I apa sebabnyaApakah i t r u pe rnah sak i t wak tu menvusu ia . Apa sak i tnya

b. Berapa lama saki tnya

c . Wak tu i bu sak i t anak un ru r be rapad , Sewak tu sak i t i bu mas ih menyusu iSewak tu mas ih kec i l apak? l r pgpns6 .uL ' ta , Apa sak i tnya

b . P a d a L J m U f I o r a n o c n t z i { ^ , , ^' s f c r l . / c l ) c l n t U t y i : i

c , Apakah pe rnah menga lami_keku rangan V i tam in /g i z i

d . Apa. l<ah tampak geja la_geja la kemundrr ranse te lah sembuh

.4, Apakal r pernah Step ( ke jang )a . Ka rena aoa

, Berapa ka l i S tepc , Wak tu umur be rapa sa jaUmur be rapa anak dapa t cJuduk

a , Umur be rape ca lon pM d : l pe tb. Umur berapa ealon p( t t dapatc . Umur be rapa ca lon pM dapa t

Baga i mana pe rkembangan b i ca raSejak kapan/umur berapa caton pM

ngomot l ag i

Apakah pernah ja tuh

a . Baga imana ja tu lnnya

b . wak tu j a tuh umur DeraDaPernah ma in -ma in dengan pe rma inanAtau a la t yang te rbua t da r i t imah

lancar /seda ng/kurang lancar

Pernai r / t idak pernah

q .

D.

2 , Ya / t idak

: Pernah/ t idak

: Pernah/ t idak pernan

b e r d i r i

h c r i n l n . r

bicara

t i dak

Pernah / t idak pernah

Page 114: ANDI MAJID-FDK.pdf

F J r'p

'fWrAf,##ffi ffififrU msksnsn,lye ceharl_harit r

^ Surdah seimbangi ' t I A - - t ,r r , Apakah calon plvr

. v s , v , r r r v r m e m l l l k i a l e r o i t e r f o n l , I_ _ , * , v , r e _ r ( r i t t [ U : . . ,

, r - :

I ) C A T A T A N :

Bogor,

Yang mengis i angket .

\

Page 115: ANDI MAJID-FDK.pdf

,; ;- i{fq

Wt , . ' l

6foo(T

c tB4 l -

Efs'El s

Flsp lEF I E

;z,

(t6oq)6a!

..o.!.

EoGo

&

dl(s(E

&M

FG

+

il

Etgtn

6IEILg.

v,oclsotY6-t

FEET

.YoAs(Dx{tr-v,f,g€

..voo

5(Dx|u

.g

F.ge

c(|tID'ppo oo - E

F.g5sEa

ctua'pP8Eg*. E F.Eco

c(uU'"gso ( !I r :g f

s*5 'Eir

c(!g,'g '9O ( lo - Eg tP. ti; ' t u65.Eo

EE

6E{uPEEE o

c(!

.*6gGg

_iqEa.l

jttr(EA{}fa

avt

-f

vut

|l'CD(lt

G.cooatuCDGl!.6rD

(ott,(uE-c(B

actucttc.ctEm

c(!:o .-€ P.86E * a1f?aBE'C E. o c o.E0a

Fsg

FF€E(!th

S et s q ,SF<gg's.oEifi

c(!

' l -

$ogE(oG"G

Ee

@

ct!'T

H(DY.c(qE

xtF

,!

eo

cIU. I

s|t)Y.F6cttcEF

rtato

([v,

Ia0ct

f;ctEEa

nFg

'&$a;'oI

r0.v

F&

Fe&

a!.9g

EE

A

FI6E{n

{u,g=€ErFIE'Egt

{I(g

.g

cFc ' ( Ex ' 6- o6 cr)E'AEir

'a(t

.Y

FO ( [Y' f r '- c ,1 a ( / )CDc

-tlEifr

g-sE E3 EJ . c too: c g(g artc 0 ( o

s8F6

FRE Ef s

J Aeo: o o( E U 'c D ( E. g E.ct qt

EE

q(E(EcoIDo,:(coE tg

EE

ir

g

l!!Eo.Dattv.c(!ItcEEia

E(EEo.Ac':(CItl(JlE,GIF

a

E(!.E

frC}:(.EfitolE.clEco

efftsE(ott

Fo,f;Efi

!'acE

FE

t<

EEa?EdE( - 1

$B;EEE

eEa?sEgAQESm

Edcna g t

H5AR- = Ht{ tt

ffi

f,ssb " E

$a$€EE00

ESFb^E$"AsrE€iE

E(g

at

Egc(E(')c

tt.gco

E(Epgcfitt't

c(u(t,c

-oC(D

e,o

..Y'=tI6 tY ' 668ct)caEia

'aox5I

6 isv ' 6f ;8ct)c

Eln

EIo,TL

E6

(Uqr

3tE

to

Eo

Itt,o-!t5cog(g(tcbE

6

Eo

$FE.EIIl

{sta.t!g

tl,

CDIEc-

E.4

"$$t rE

€$FS€t

SEH 6

€sF$E$

Fgc L t l

. o -

?ggEE Er isFE

E-tr'F _95e?gq cgEE E

F i 5EE

. J! t . -(tr ct. o 0

EPdE{ e- ( oE 9PE. & E. E c oo

c(t,Eo)o.rE5coc(oD'cEEct

Eqt.Yq,o.!,5ocol',c:E€iE

ct[t=o.EEatotvq([orc

llE

g)

c-glo-E(oltc):<c(Eotc:EEto

sCLEoll)

oYc(!9lc€.Etc

EaEt!d,$

YGTEGt,.c,EIEID

E{!g($Eocl

c(c

.g

.a

.EE

tE

I

'6-to(l.o'€

; ' 6 .

fi,tz '

f iH

frg.F€EEi ad

J - 6 .

frE$s$Emd

cEa

H#E$EScc

cIEtg

.g$to,vcl D rttt I,F . il;ffi

(ETE

E.D

Y- G ,

T L M

f lP- E

ffi

E-go(EE(oPf;t',.E.t:lEi6

E-(ou,(!EocD

gt[ctt

EEco

Eoo-E(Eoc)Yc(Egrg

EE

in

coE-e(E[)c)xE(Eg:l.Eco

GoEEga{}XE(Ecn

Ea

E(uEE6sxE€E

fi.E@

E(t6

gt!E{FEEec

J-{t=

Iditrr

I

G-Grt

b

oa.{6cl

I

t3qE

ct6diE

I

otn

d

6cqoiG

I

ota

a

*d

I

q4'ta

o6.to

I

qttel

(to;

I

ococ|

rD

oc?

rt).q

I

tr7r

rt

(\l

I

rf'!f

oof''

I

!.}

c\t

o(rtto

I

(tq(q

eltr

I

6rr?(ri

or.lf

I

rrf

o(:tf,

I

qary+

firrt

I

r=qr*?

tlnlldt

@a.6

az, Fir (a rtf r*? (l' ql o) a , N aa t rl! IB li*

,J

a4J-&.-ufl8HEg<

E'HaH#s-E

3g#Hgdft (/I

fis#ne?

ols?l -KIeEl -

#1fisle

*tF$s

sc

Ie3

(J(5'

EL{[g'{,g

Page 116: ANDI MAJID-FDK.pdf

I

ft€I(IPTTUIASI INDItfiTO* IGSERHASII.AN PEI\TI RTMA MAHFAATI

PADA PSEG CIUHGWAITIARA BOGOR

NAMA PTilIRIMA MANFA,AT

Mengetahui IKepata Panti

TRIWULAN; TH.. , . . . . . . . . .

Bogor,PekerJa Sosial

Aspek PslkologiA. Kcmam uen IntefisktualB. Erno$iC. l(ernauan

A*pak SosfalA. Pengaturan BahasaB. Kontak dengan orang lainC. Mengarti ltak Milik

AspekVokasiormtA- lnisiatif KerjaS. KreatMtasC. KeraiinanD. KedisiplinanE. Retrarnpilan Kehidupan sehari-

hariF. frestasi Kerja

l.Kualltatlf2. Kuantitatif

G, Penyusuaian dalam pekerjaanH. TanggungJawabl. Daya Penerimaan Instruksi Kerja

Page 117: ANDI MAJID-FDK.pdf

/ \a r

INDIKATOR KEBERHASILAN PENERIMA MANFAAT

NO.I

I T E M NIIAI

I Aspek . tstK

1. Apabila marnpu memelihara kesehatan diri atas inisiatif sendiri,denganhasi lbaik

5

2. Apabila rnarnpu memelihara kesehatan diri sendiri, dengan hasil cukup 4a. Apabila rnampu memelihara kesehatan diri dengan hasil kurang 34. Apablla mampu memellhara kesehatan dirisendlrl, dengan batuan orang

fain masih kurans2

5. Apabi la sama sekal i t idak bisa mensurus dir i sendir i 1

tf Aspek Mental Psikologis

A Kemampuan lntelektual1 . Apabila mampu dan dapat membaca, menulis,berhitung dengan lancar

serta memiliki pengetahuan urnum secara praktis fungslonaldan dapatmenerapkan dalam kebutuhan sehari-hari

5

2. Apabifa dapat mernbaca, menulis, berhitung dengan lancar serta mernilikipengetahuan umum secara praktis fungsional dengan sedikit memerlukanbantuan orans lain,

4

3. Apabita dapat membaca, menulis, berhltung dengan lancar serta memiliklpengetahuan umum secara praktis fungsional secara sederhana dan masihbanyak memerlukan bantuan orans lain

3

4. Apabila dapat membaca, menulis, berhitung dengan lancar serta memilikipengetahuan umum secara praktis fungsional sederhana sekali terbatashanya bisa baca tulis nama sendiri

2

5, Apabila tidak memiliki kemampuan membaca,rnenulis, berhitung denganlancar serta memillkl penBertahuan umum secara praktls fungsional

1

B Emosi1". Apabila mempunyai kestabilan emosional, da pat mengendal i kan emoslnya

terhadao ranssansan-ranssansan dari luar secara lavak5

2. Dengan bantuan rninimat , dapat mengendalikan emosi terhadapranfiSanflan -rangsangan emosi dari luar

4

3. Dengan bantuan maksimal , dapat mengendalaikan ernosl terhadaprangsanf, an-rangsanRan dari lua r

3

4. Derrgan bantuan maksimal , masih kurang dapat mengendalikan emositerhadao ranssansan-rangsangan dari luar

2

5. Apabila sama sekali tidak dapat mengendalikan emositerhadaprangsangan-rangsangan dari luar

I

c Kernauan1. Tanpa inisiatif orang lain bisa mengekspresikan suatu kehendak positif

vane kreatif5

2. Apabila atas pengalarnan filasa lampau mempunyal kemampuan dapatmengekspreslkan suatu kehendak yang posltif walaupun dengan Inislatifvans minim

4

3. Apabila mampu rnengekspresikan suatu kehendak yang positif dengancukup baik, tetapi dengan bantuan inisiatif orang lain

3

4. Apabila dalam rnengekspresikan kehendaknya masih memertukan bantuanorans lain

2

5. Apabila sama sekali tidak mempunyai kehendak I

Page 118: ANDI MAJID-FDK.pdf

4/

ill Aspek Sosial

A Pengaturan BahasaL, Apabila rlapat menyampaikan kehendaknya kepada orang lain dengan

ucapanartikulasl atau simbol-simbol bahasa vanc baik,betul dan lance 52. Apabila dapat menyampaikan kehendaknya kepada orang lain dengan

ucapan ,betul walaupun kurang lancer 4

3. Apabila maslh sukar atau tidak mampu m€yarnpaikan kehendaknya kepadaorang lain dengan ucapan , artikulasi atau dalam menggunakan simbol-stmbol

3

4, Apabila sukar dan tidak lengkap dalam meyampaikan kehendaknya kepadaorang lain dengan ucapan ,artikulasi dalam menggunakan sirnbol-simbol

2

5 , Apabi la sama sekal i t idak dapat menyampaikan kehendaknya denganbahasa

7

B Kontak dengan orang lain

t . Apabi la dapat menjal in hubungan dengan orang lain, dengan penuhrlengertian , kehangatan , dan konstruktif

5

2. Apabita dapat menjalin hubungan dengan orang lain , dengan cukuppengertlan, kehansatan, dan konstruktif

4

3, Apablfa kurang dapat menjalin hubungan dengan orang lain denganpengertlan,dan relative konstruktif

3

4. Tldak dapat berhubungan dengan orang lain dengan pengerttan dankonstruktlf , serta tidak dapat merasakan kehangatan (kaku, dingln ) sepertfada tirai pemisah .

7

5" Apabila sama sekalitidak dapat berhubunean densan oranc lain L

c Mengerti Hak Milik

t . Apablla rnengerti hak mif ik secara fungsional baik dirinya maupun oranglain

5

z, Apabila rneneerti hak milik secara funssional 43. Apabila ada kemampuan mengerti hak milik dengan sedikit pengertian

fungsional3

4. Apabila dengan bantuan orang lain , baru mengerti hak milik sedikitfungsional

2

5. Apabila sama sekali tidak men*erti hak miliknya L

D KerJa Sama

L. Apabila ada kemampuan berkomunikasi social secara baik dan dapatberpartislpasi secara konstruktif dalam linckunsannva

5

z. Apabila memiliki kemampuan berkomunikasi social dan mampuberoartisipasi secara konstruktif dalam linskunsannva

4

3, Apabila dengan bimbingan orang lain mampu berkomunikasi socialdanmampu berpartisipasi secara konstruktif dalam lingkungannya

3

4, Apabila dengan bimbingan orang lain masih sulit berkomunikasi social dankurang rnampu berpartlsipasi secara konstruktif dalam lingkungannya

2

5. Apabila sama sekalt tidak memiliki kemampuan berkomunikasi sosia !

Page 119: ANDI MAJID-FDK.pdf

#

IV Aspek Vokaslonal

A lnlsiatif KerJaL, Apabila mampu tanpa bimbingan dan bekerja sendiri sesuai dengan

pekeriaan yans di tusaskan5

2. Apabila dapat bekeria sendiri dengan bimbinsan vans ringan 43. Apabila dapat bekerja sendlri tetapi perfu pengawasan dan bfmbingan

secara bsrkefanjutan3

4, Apabila dengan bimbingan yang ketat baru dapat bekeria 25. DenEan bimbinean vanE ketat rnasih belum mau bekeria 1

I Kreativitast . Apabila rn€mpunyai daya cipta dan variasi vans benvak 52. Apabila mempunvai daya cipta dan variasi vans cukuo 43. Apablla mernpunyaldaya cipta tetapl varlasinya belum menarlk 34. Mempunyai daya cipta kalau dirangsang dan dibimbing tetapr: variasinya

tidak menarikz

5 . Apabita tldak/ belum mempunvai daya cipta dan variasi 1

c Keraiinan3., Apabila rajin datang ke tempat kerja dan mau bekerja dengan penuh

perhatian5

2. Apabila railn datang ke tempat keria dan mau bekeria 43. Apabila rnau datang ke tempat kerja tetapi kadang-kadang tidak mau

bekerja atau kadang-kadane tidak mau datane ke tempat keria3

4. Sering tldak datang ketempat kerja dan sering tidak mau bekerja 25. Serlng sekali melalaikan tusas dan tidak meneoati waktu dan tata tertlb I t

D KedisiolinanL, Apabila tahu tugas-tugasnya yang diberikan dan mengerjakan dengan

pengertian serta mematuhi tata tertib keria5

2. Apablla mau menserkakan tusas-tupas vans diberikan 43. Apabila mau mengerjakan tetapi dengan sulit, kadang-kadang melalaikan

tugas-tugasnya3

4. Apabila sering melalaikan tugasnya 25. Sering sekali melalalkan tugas dan tidak menepati waktu dan tata tertib 1

E Ketrampilan kehiduoan sehari-harit. Apabila dapat melakukan perawatan diri tanpa bantuan orang lain 52. Apabila dapat melakukan perawatan diri dengan sedikit bantuan orang lain 43 . Apabila dapat rnelakukan perawatan diri denqan bantuan orane lain 34, Melakukan perawatan diri apabila dibantu orang lain 25. Tidak dapat metakukan p€rawatan terhadap diri sendiri dengan atau tanpa

banttran orans lain1

F Prestasi Kerjat Kualitatif

n, Apabita mutu pekerjaannya baik sekafi (melebihitemannya) 5b. Apabila mutu pekeriaannva baik 4c. Apabila mutu pekerjaannya cukup baik 3d, Apabifa mutu pekeriaannva kurang baik 2

2.e. Apbila mutu pekerjaannya kurang sekaliKuantltatlf

1

a. Apabifa hasil pekerjaannva banyak sekali (melebihi ternannyal 5b. Apabila hasil pekerjaannya banyak 4c. Apabila hasil pekeriaanrrya cukup banvak 3d. Apabila hasil pekerlaannva kurans banvak 2e. Apabila hasil pekerjaannya kurang sekali L

Page 120: ANDI MAJID-FDK.pdf

a/

G PenyuEualan dalalr pekerJaan1 . Apqlita dapat mengikutltata kerja dengan penuh perhatian 52- ipablla dapat mengikuti tata kerja dengan cukup batk 43. Apabila agak sukar mensikuti tata keria 34. Apablfa kurang mengikuti tata keria 25 Sulit mengikuti tata kerja dan tidak ada perhatian L

H Tanggung Jawabx, Apabila mentaatiperaturan dan perintah dengan menjalankan tugasnya

dengan sebaik-baiknva5

z. Apabita mentaati peraturan dan perintah serta menialankan tugasnva 43. Apabila mentaati peraturan dan perintah 34, Apabila kadang-kadang melanggar peraturan dan larangan 25. Apabila tidak mengikuti peraturan dan perintah (menolak ) 1Daya Penerimaan lnstruksi KeriaL, Apabila dapat mengikuti tata tertib lingkungan dan petunjuk kerja dengan

penuh perhatian5

2. Apabila dapat mengikuti tata tertib lingkungan dan petunjuk kerja dengancukup baik

4

3. Apabila sukar mensikuti tata tertib l inekunsannva 34, Apabila dapat mensikuti tata tertib linskuneannva dan Detuniuk keria 25. Sukar sekali mengukuti tata tertib dan menolak petunjuk I

V Aspek Religi

5t , Penerima manfaat rnarnpu menjalankan ibadah sesuaidengan agarna dankepercayannva atas inisiatif sendiri dengan benar

2, Mempunyai inisiatif dalam beribadah tetapi belum maksimal 43. Menjalankan ibadah atas bimbingan orang lain 34. Menjalankan ibadah masih sulit walaupun atas bimbingan orang lain 25. 1Tidak mampu menjalankan ibadah 1

Tot Nilai 100KE'TERANGAN TENTANG GRAFIK PENTLAIAN

1, Jenis / itern penifeian2. Eesartlya {angka )

Nifai (1)jumlah item kurang sekaliNitai {2 } jumlah item kurang

' Nilai {3 } jumlah item cukupNilai (4) jumalah item baikNitai (5 ) jumtah item baik sekali

3. Kplom angka romawi (l s/d f f ) = jumlah angka selama 1 (satu ) bulan dari 19 item4. Jumlah angka penllafan (score) = Jumlah angka yang dlcapal dalam 1 (satu ) bulan darl 19 lt6m

Antara O- 19 = kurang sekaliAntara 2$38 = kurangAntera 39 - 57 : cukupAntara 58 -75 = baikAntara 77 -95 = baik sekali

' 'Bogor,

Mengetahui:

Kepala Panti, Pekerja Sosial,

Nip. Nip.

Page 121: ANDI MAJID-FDK.pdf

Identitas Informan

A. Pegawai Lembaga

Nama : Dra. Adiningsih

Status : Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial

NIP : 19660430 199102 2 003

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pendidikan : PLS, STKS D-IV

Pangkat / golongan : III.a

Nama : Burhanudin, SST,MPS.Sp

Status : Pekerja sosial

NIP : 19780210 200604 1 012

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Pendidikan : Pekerja Sosial Klinis, STKS-S2

Pangkat / golongan : III.c

Nama : Agustin Indriyani

Status : Pekerja Sosial

NIP : 19650802 198803 2 002

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pendidikan : PLB, SGPLB-DII

Pangkat / golongan : II.b

Nama : Dra.Wiwik Kusdiyanti

Status : Seksi Program Dan Advokasi Sosial

NIP : 19640322 199102 2 001

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pendidikan : Kesejahteraan Sosial, STKS-S1

Pangkat / golongan : III.a

Nama : Azmi Rahmi Deni Aziz, SST

Status : Pekerja sosial

NIP : 19770824 200502 2 002

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pendidikan : Pekerjaan Sosial, STKS D-IV

Pangkat / golongan : III.a

B. Pembina Asrama dan Masyarakat

Nama Pegawai : Ibu Wiwin

Jabatan : Pembina Asrama

Nama Pegawai : Ibu Een

Jabatan : Pembina Asrama

Page 122: ANDI MAJID-FDK.pdf

Nama Pegawai : Ibu Lena

Jabatan : Pembina Asrama

Nama Pegawai : Pak Ade

Jabatan : Pembina Asrama

Nama Pegawai : Pak Udin

Jabatan : Pembina Asrama

Nama Warga : Ibu Dedah

Profesi : Penjual warung sembako disekitar lembaga

Nama Warga : Pak Farhan

Profesi : Penjual warung soto mie disekitar lembaga

Nama Warga : Pak Jarwo

Profesi : Penjual buah disekitar lembaga

C. Penerima Manfaat

Nama : RY

Daerah Asal (Usia) : Padang (18th)

Nama : KR

Daerah Asal (Usia) : Cilacap (19th)

Nama : AN

Daerah Asal (Usia) : Tanggerang, Banten (18th)

Nama : II

Daerah Asal (Usia) : Cilegon, Banten (18th)

Nama : NN

Daerah Asal (Usia) : Tasik, Jawa Barat (37th)

Nama : KS

Daerah Asal (Usia) : Serang, Banten (15th)

Nama : EN

Daerah Asal (Usia) : Subang, Jawa Barat (28th)

Nama : RG

Daerah Asal (Usia) : Bekasi (25th)

Nama : LL

Daerah Asal (Usia) : Karawang, Jawa Barat (23th)

Nama : RZ

Daerah Asal (Usia) : Tanggerang, Banten (23th)

Page 123: ANDI MAJID-FDK.pdf

Tabel Observasi Penelitian Skripsi PSBG Ciungwanara

No Hari/Tanggal Kegiatan Observasi Harian

1 Rabu, 21 Mei 2014 a. Mengamati keadaan lembaga PSBG Ciungwanara

Penulis mengamati setiap lokasi dan isi ruangan terdiri

dari 19 ruangan dan 8 diantaranya ruang asrama.

Kemudian penulis juga melihat struktur pegawai

PSBG dan membuat denah peta lokasi di dalam PSBG

b. Mengamati kegiatan pegawai PSBG

Penulis berkenalan dengan pegawai yang bertemu hari

ini di kantor salah satunya kepada bapak Jarmadi

dengan memberitahukan tujuan penulis untuk

melakukan kegiatan penelitian skripsi di lembaga.

Penulis juga mengamati keberedaan pegawai dan

jumlah fasilitas yang tersedia di lembaga, banyak

fasilitas yang tidak digunakan karena kurangnya

pegawai yang tersedia di lembaga.

c. Mengamati Kegiatan Rehabilitasi Sosial

Setelah berkenalan dengan pegawai, penulis mengikuti

Bimbingan Agama Islam yang diajarkan oleh bapak

Burhanuddin yang sedang belajar menghafal doa-doa

harian. Kemudian setelah itu penulis mengikuti

Bimbingan Komunikasi yang sedang diisi oleh siswa

praktikum dengan mengajak bercakap dan

berkomunikasi para penerima manfaat. Pada kegiatan

terakhir penulis mengisi Program Bimbingan Budi

Pekerti yang diisi oleh penulis sendiri, penulis

mengajarkan tentang sopan santun dan tata krama.

2 Senin, 26 Mei 2014 a. Pengamatan Perilaku Penerima Manfaat

Mengikuti kegiatan pribadi penerima manfaat: sholat

Dzuhur dan piket, penulis mengetahui kemampuan

bekerja dan aspek religius penerima manfaat hari itu.

Penerima manfaat yang masih dalam kategori debil

(ringan) mampu mengerjakan tugas piket dan

mengerjakan sholat, sedangkan untuk yang embisil

(sedang) hanya mampu mengerjakan sekedarnya saja.

b. Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial

Hari ini penulis mengamati metode rehabilitasi panti

dengan mengikuti Bimbingan Kesehatan, disitu PM

diajarkan untuk menjaga pola hidup sehat dan bersih

Page 124: ANDI MAJID-FDK.pdf

seperti mengenal makanan 4 sehat 5 sempurna, serta

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Kegiatan

ini harus rutin dilakukan agar PM terbiasa dengan pola

hidup yang sudah diajarkan dalam panti ketika mereka

sudah berada di luar panti.

Kemudian penulis juga mengikuti Bimbingan

Keterampilan pada hari itu dengan mengamati setiap

kegiatan keterampilan yang diberikan petugas seperti

keterampilan, olah pangan, menjahit, menyulam,

membuat keset, handicraft, dan bercocok tanam. Sore

harinya penulis mengikuti kegiatan Olah raga yang

hanya diikuti oleh anak lelaki, karena memang sedang

melakukan olahraga futsal dan bulutangkis. Terlihat

anak-anak bisa mengekspresikan hobi dan

kemampuannya dari olahraga yang mereka ikuti.

Terlihat dengan menggunakan metode rehabilitasi

pribadi dan kelompok penerima manfaat melalui

sektor kemampuan latih dan kemampuan didik para

tunagrahita bisa meningkatkan kebutuhan mereka baik

itu secara pribadi maupun secara kehidupan sosial

penyandang tunagrahita.

3 Senin, 2 Juni 2014 a. Mengamati Kegiatan Rehabilitasi Sosial

Penulis mengikuti Mengikuti Bimbingan Kecerdasan

yang diadakan panti pada pagi hari sekitar jam 7

sampai jam 9. Pada kesempatan kali ini penulis

mengamati cara penerima manfaat menerima

bimbingan kecerdasan melalui pendidikan di dalam

kelas seperti murid pada umumnya, kemampuan

penerima manfaat bermacam-macam dan tingkatannya

disesuikan berdasarkan kemampuan IQ bukan dari

umurnya. Bimbingan kecerdasan ini memiliki fungsi

untuk melatih daya pikir penerima manfaat.

Pada pukul 10 pagi, penulis kemudian Mengikuti

Bimbingan Kesehatan. Dari hasil pengamatan penulis

penerima manfaat diajarkan untuk menjaga kesehatan

diri seperti menggunting kuku dan mencukur rambut

oleh pegawai.

Kemudian pada siang harinya penulis Mengikuti

Bimbingan Agama Islam yaitu pegawai yang

kebetulan sedang diisi oleh bapak Burhan kembali

mengajarkan penerima manfaat untuk belajar sholat

bagi yang beragama Islam.

Kemudian penulis juga mengamati Kegiatan Makan

Page 125: ANDI MAJID-FDK.pdf

Siang Penerima Manfaat, mulai dari cara makan

mereka yang mampu menggunakan sendok sampai

yang langsung menggunakan tangan mereka sendiri

untuk makan, pola makan mereka berbeda pada

masyarakat pada umumnya, mereka tidak mengenal

istilah jijik dan aneh terhadap makanan sisa temannya,

jika tidak cepat dibereskan oleh pegawai, maka

makanan sisa temannya bisa di makan sampai tak

tersisa.

4 Selasa, 10 Juni 2014 a. Mengamati biodata masing-masing penerima

manfaat

Pada hari ini penulis mengamati hasil case conference

guna mengetahui biodata penerima manfaat yang

sudah masuk dalam data panti, berbagai latar belakang

penulis temui, mulai dari anak yang kurang mampu

sampai anak yang mampu, namun sayangnya ada

keengganan orang tua untuk merawat anaknya dalam

lingkungan keluarga, karena menganggap bahwa anak

mereka memiliki kekurangan.

b. Mengamati kegiatan keterampilan penerima

manfaat

Kemudian penulis juga mengamati hasil pembagian

kemampuan dasar keterampilan penerima manfaat,

disini penulis bisa mengetahui kemampuan pola pikir

dari masing-masing penerima manfaat.

5 Rabu, 11 Juni 2014 a. Mengamati kegiatan ADL penerima manfaat di

pagi hari

Penulis mengamati pelatihan ADL oleh pembina dari

mulai bangun tidur sampai penerima manfaat mandi

piket dan membersihkan lingkungan di pagi hari, ada

penerima manfaat yang mampu bergereak tanpa harus

diinstruksikan namun ada juga dari mereka yang perlu

bimbingan dan instruksi khusus dari pembina asrama.

Penulis juga mengamati kegiatan apel pegawai dan

penerima manfaat yang bertujuan untuk menjadikan

penerima manfaat menjadi pemimpin kelak, disana

pegawai menjadikan penerima manfaat sebagai

pemimpin upacara.

b. Mengamati kegiatan bimbingan agama

Penulis juga mengetahui cara belajar sholat penerima

manfaat dan mengetahui cara bersuci penerima

Page 126: ANDI MAJID-FDK.pdf

manfaat (wudhu) pada hari itu.

6 Kamis, 12 Juni 2014 a. Mengamati kegiatan persami PSBG

Pada hari ini penulis Mengikuti kegiatan persami yang

berlangsung selama dua hari (bermalam di lembaga),

penulis mengamati bagaimana pembekalan jiwa

mandiri yang bisa diterapkan dalam ilmu pramuka

kepada para penerima manfaat yang mampu

mengikuti, karena tidak semua dari penerima manfaat

yang mampu mengikuti kegiatan yang diadakan oleh

panti.

7 Selasa, 17 Juni 2014 a. Mengamati proses kerja pegawai rehsos

Penulis hari ini mengamati pembuatan laporan

pertanggung jawaban dinas oleh pegawai, dimana

setiap pegawai diwajibkan untuk melaporkan hasil

kegiatan mereka selama beberapa bulan kepada

pembuat kebijakan.

b. Mengamati kegiatan penerima manfaat

Penulis Mengikuti kegiatan olah vokal (karokean),

disini penulis mengamati bahwa penerima manfaat

sangat cepat dan mudah untuk menghafal lagu-lagu

yang mereka suka, seharusnya ini bisa dijadikan bahan

referensi untuk dijadikan metode dalam pengajaran

oleh pegawai kepada penerima manfaat.

8 Rabu, 25 Juni 2014 a. Mengamati lingkungan asrama penerima manfaat

Penulis Mengamati kegiatan penerima manfaat di

asrama, pada hari ini terlihat sedang tidak ada kegiatan

yang dilaksanakan oleh pegawai. Oleh sebab itu,

penulis manfaatkan untuk mengetahui kegiatan yang

dilakukan oleh penerima manfaat jika mereka sedang

tidak mengikuti kegiatan. Kebanyakan dari mereka

bercanda dengan teman-temannya layaknya anak kecil

yang bermain dengan teman sebayanya sambil berlari

dan mengejar satu sama lain. Bagi penerima manfaat

yang kurang aktif dalam bersosialisasi biasanya

mereka berdiam diri atau akan mencari sesuatu untuk

mereka bisa mainkan sendiri.

Pada hari ini, penulis juga mengamati kerja pramu saji

yang berada ditengah asrama penerima manfaat.

Penulis menanyakan perihal makanan dan asupan gizi

yang diberkan untuk penerima manfaat guna

meningkatkan kemampuan berfikir penerima manfaat.

Page 127: ANDI MAJID-FDK.pdf

b. Mengamati lingkungan sekitar lembaga

Penulis juga mengamati kegiatan para petugas

keamanan dan lingkungan di daerah sekitar lembaga,

tidak ada kegiatan yang mereka lakukan selain

menunggu kedatangan tamu dan menemani penerima

manfaat jika ingin pergi ke warung untuk membeli

sesuuatu yang mereka butuhkan.

9 Jum’at, 27 Juni 2014 a. Mengamati kegiatan lembaga

Penulis hari ini Mengikuti kegiatan munggahan

(sedang berlangsung) karena untuk menyambut

datangnya bulan ramadhan, pegawai dan penerima

manfaat duduk bersama dalam aula untuk

mendengarkan tausiyah yang diisi oleh ustad yang

diundang oleh pihak panti untuk mengisi acara.

Kemampuan para penerima manfaat untuk

mendengarkan terlihat sulit karena keterbatasan

mereka dalam menangkap tujuan dalam bicara dalam

proses seperti ini, cara yang efektif sepertinya

pengajak mereka untuk ikut berkomunikatif.

b. Mengamati kerja pegawai lembaga

Kemudian setelahnya penulis mengamati laporan

susunan pegawai panti, mulai dari struktur, latar

belakang, sampai posisi dari masing-masing pegawai.

Penulis juga mengamati proses pendanaan lembaga,

namun tidak bisa secara rinci karena memang ada

kewenangan khusus yang diberlakukan jika ingin

mengetahui lebih detail.

10 Selasa, 8 Juli 2014 a. Mengamati kegiatan pegawai Program dan

Advokasi Sosial (PAS)

Pada hari ini penulis mengamati proses kerja pegawai

program dan advokasi sosial, dimana biasanya mereka

yang menerima penerima manfaat di awal proses

penerimaan untuk dilakukan tahapan asessmen dan

menjangkau kondisi lingkungan keluarga penerima

manfaat. Penulis mengamati laporan hasil kerja

pegawai advokasi melalui program layanan jarak jauh

yang melakukan kadernisasi kepada warga sekitar

untuk dijadikan pekerja sosial kecamatan guna

pendampingi penyandang tunagrahita yang ada di

lingkungan mereka, salah satunya di Indramayu.

b. Mengamati Kegiatan Penerima Manfaat

Penulis juga kembali mengikuti kegiatan penerima

Page 128: ANDI MAJID-FDK.pdf

manfaat yang sedang mendapatkan bimbingan

keterampilan, masing-masing penerima manfaat

mengikuti kegiatan bimbingan keterampilan sesuai

dengan bakat dan minat yang sudah ditentukan pada

tahapan asessmen.

11 Jum’at, 11 Juli 2014 a. Mengamati kegiatan pegawai Rehabilitasi Sosial

(Rehsos)

Pada hari ini penulis mengamati proses kerja pegawai

rehabilitasi sosial, di dalam ruangan kebanyakan para

pegawai membuat data sesuai dengan tanggung jawab

mereka masing-masing, pegawai rehabilitasi sosial

terdiri dari beberapa disiplin ilmu diantaranya pekerja

sosial, psikologi, perawat sosial dan pengembangan

masyarakat.