SRI DAWATI-FDK.pdf

82
i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. kerena atas hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW. yang senantiasa menuntun kita kejalan yang di ridhai Allah SWT. Amiin. Tujuan disusunnya skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sosial Islam Starata 1 (S1). Adapun skripsi ini penulis beri judul “Implementasi Program Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir Penyalahgunaan NAPZA Di Lingkungan Sekolah” Penulis menyadari tanpa bimbingan dan bantuan dari semua pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Maka penulis haturkan ribuan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Keliwon dan ibunda Nurmiati yang senantiasa mencurahkan kasih sayang serta dukungan moril dan materiil yang tak pernah putus. Kakanda tercinta (bang Edi dan keluarga, mbak Atik dan keluarga, mbak Ris dan keluarga, bang Lilik dan keluarga, bang Suriadi dan keluarga, mbak Rus dan keluarga, bang Maman dan keluarga, serta adikku Iwan dan Inur) seluruh keluarga dan keponakanku yang senantiasa memberikanku motivasi dan do’a demi terselesaikannya skripsi ini. Untuk keluargaku skripsi ini saya persembahkan semoga dapat menambah kesuksesan dalam mewujudkan cita-cita dan kebahagiaan kita. Amiin. 2. DR. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 3. Drs. Yusra Kilun, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Konsenterasi Kesejahteraan Sosial. 4. Drs. Helmi Rustandi, MA. selaku Ketua Jurusan Konsentersai Kesejahteraan Sosial sekaligus Dosen Pembimbing yang selalu memberikan ide dan arahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Transcript of SRI DAWATI-FDK.pdf

Page 1: SRI DAWATI-FDK.pdf

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. kerena atas hidayah

dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW. yang senantiasa menuntun kita

kejalan yang di ridhai Allah SWT. Amiin.

Tujuan disusunnya skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

meraih gelar Sarjana Sosial Islam Starata 1 (S1). Adapun skripsi ini penulis beri

judul “Implementasi Program Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir

Penyalahgunaan NAPZA Di Lingkungan Sekolah”

Penulis menyadari tanpa bimbingan dan bantuan dari semua pihak, skripsi

ini tidak akan terselesaikan. Maka penulis haturkan ribuan ucapan terimakasih

kepada:

1. Bapak Keliwon dan ibunda Nurmiati yang senantiasa mencurahkan kasih

sayang serta dukungan moril dan materiil yang tak pernah putus. Kakanda

tercinta (bang Edi dan keluarga, mbak Atik dan keluarga, mbak Ris dan

keluarga, bang Lilik dan keluarga, bang Suriadi dan keluarga, mbak Rus

dan keluarga, bang Maman dan keluarga, serta adikku Iwan dan Inur)

seluruh keluarga dan keponakanku yang senantiasa memberikanku

motivasi dan do’a demi terselesaikannya skripsi ini. Untuk keluargaku

skripsi ini saya persembahkan semoga dapat menambah kesuksesan dalam

mewujudkan cita-cita dan kebahagiaan kita. Amiin.

2. DR. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

3. Drs. Yusra Kilun, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik Jurusan

Konsenterasi Kesejahteraan Sosial.

4. Drs. Helmi Rustandi, MA. selaku Ketua Jurusan Konsentersai

Kesejahteraan Sosial sekaligus Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan ide dan arahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Page 2: SRI DAWATI-FDK.pdf

ii

5. Ismet Firdaus, M.Si. selaku sekertaris jurusan Konsenterasi Kesejahteraan

Sosial yang selalu memberikan masukan dan nasehat kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya Jurusan

Konsenterasi Kesejahteraan Sosial yang telah mengalirkan ilmu

pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga kepada penulis selama

duduk di bangku perkuliahan.

7. Seluruh Pengurus Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta

Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

menyediakan buku-buku dari berbagai sumber dan literatur yang penulis

butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

8. Dirut YKAI Ibu Winarti Sukaesih dan seluruh staf karyawan dan

karyawati YKAI serta guru-guru dan pengurus Peer Group SMPN 139

Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data di

lapangan.

9. Sahabatku Fuad, Wening, Fitri, Ika, serta keluarga besar KB/TK Bhakti

Insan Cendekia Sarua-Ciputat saya ucapkan terimakasih atas do’a dan

dukungannya.

10. Teman-teman Kessos satu nasib dan seperjuangan angkatan 2003, Mari

kita bersama-sama mengamalkan ilmu pengetahuan kita agar bermanfaat

baik di dunia maupun di akhirat kelak, Amiin...

11. Sahabat hati yang selalu setia dan sabar menanti, walaupun jarak

memisahkan kita namun tak membuat dirimu jemu menemani dan

menantiku. Syukron Katsiron atas do’a dan motivasi yang sangat berarti

bagi penulis.

Semoga kebaikan kalian semua akan dibalas dengan kebaikan yang

setimpal di akhrirat kelak. Amiin. Penulis mohon ma’af atas segala

kesalahan dan kekhilafan yang telah diperbuat, baik disengaja maupun

tidak disengaja untuk senantiasa melakukan introspeksi diri.

Seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”

begitupun dengan skripsi ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Namun

Page 3: SRI DAWATI-FDK.pdf

iii

demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca,

sehingga bisa memberi saran dan kritik yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, Juni 2008

Penulis

Page 4: SRI DAWATI-FDK.pdf

iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Modernisasi dan globalisasi di samping menimbulkan dampak positif

berupa kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan mekanisasi industri juga

memberikan imbas negatif yang tak kalah hebat. Arus moderenisasi dan

globalisasi secara perlahan namun pasti menembus sekat - sekat norma tata susila

dan budaya suatau bangsa, memberikan perubahan terhadap individu terhadap

pemahaman baik buruk, tabu dan juga pemahaman terhadap nilai-nilai

spiritualitas agama.

Pemahaman terhadap agama atau hal-hal yang bersifat spiritualitas

mengalami pergeseran yang bermakna, agama dipahami secara parsial dan hanya

ada pada tataran pemikiran serta minim dalam aplikasinya, sehingga manusia

seolah-olah kehilangan pegangan. Kemapanan pada aspek lahiriah lebih

mendominasi sedangkan pemenuhan terhadap kebutuhan psikis khususnya

spiritual cenderung terabaikan sehingga mengakibatkan individu tersebut

mengalami “kegersangan” jiwa. Dalam kondisi tersebut tidak sedikit individu

yang terperosok pada tindakan amoral, kriminalitas, pelacuran dan

penyalahgunaan NAPZA.

Individu yang tidak siap secara mental memiliki pemahaman yang keliru

terhadap apa yang disebut modern, mereka menganggap bahwa modern adalah

mengadopsi budaya barat secara utuh sehingga tak jarang mereka bertingkah laku

Page 5: SRI DAWATI-FDK.pdf

v

layaknya orang-orang barat seperti mengenakan pakaian mini, minum-minuman

keras dan memakai NAPZA, padahal hal tersebut sangat bertentangan dengan

nilai-nilai luhur budaya bangsa. Salah satu dari sekian banyak tidakan atau budaya

yang tidak sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa adalah merebaknya

penyalahgunaan NAPZA di kalangan masyarakat khususnya generasi muda.

Problem Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya

(NAPZA) merupakan suatu tantangan bagi generasi penerus bangsa.1 Mengingat

korban terus “berjatuhan” semakin banyak, rumah sakit ketergantungan obat dan

panti-panti rehabilitasi telah penuh sesak para pecandu. Hal tersebut merupakan

perpenyalahgunaanan dan tantangan yang cukup berat bagi kita dalam

mempersiapkan pemimpin bangsa di masa depan.

Arus modernisasi juga telah merubah seluruh struktur kehidupan manusia.

Arus ini telah memberi label baru bagi manusia yaitu sebagai “manusia modern”.

“manusia modern” seperti diulas Ahmad Mubarok kini terperangkap dalam situasi

yang menurut istilah psikolog Humanis terkenal, Rollo May sebagai “manusia

dalam kerangkeng”, satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia

modern.2

Faktor kemiskinan dan ketimpangan sosial juga merupakan salah satu

dampak dari derasnya benturan arus modernisasi dan gobalisasi, anak-anak yang

miskin cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dan

mengkombinasikan sekolah sambil bekerja. Anak-anak ini, terutama yang tinggal

1 Drs. H. Ahmad Sanusi Mustofa, Problem Narkotika-Psikotropika dan HIV-AIDS,

(Jakarta: Zikrul Hakim 2002), Cet. Ke-1, h.1. 2 Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Jiwa dalam Al-Quran.

(Jakarta : Paramadina, 2000), h. 7

Page 6: SRI DAWATI-FDK.pdf

vi

di daerah perkotaan, beresiko menjadi target kejahatan terorganisir untuk

dimanfaatkan dalam kegiatan ekonomi terselubung, seperti pelacuran, dan terlibat

dalam pembuatan, penjualan dan perdagangan obat terlarang.

Kurang lebih 44 juta penduduk Indonesia saat ini berusia 10 s/d 20 tahun,

usia yang beresiko tinggi untuk bereksperimen dengan obat terlarang. Walaupun

sebagian anak rentan terhadap penipuan, kekerasan, dan manipulasi yang

dilakukan orang dewasa. Namun tidak semua anak rentan untuk terlibat dalam

kegiatan pembuatan, penjualan, dan peredaran obat-obatan terlarang. Sebagian

anak memang lebih rentan dibanding anak lain akibat dari keadaan-keadaan

tertentu. (angka perkiraan BPS-1997) sumber BPS (2000) indikator kesejahteraan

anak, 1999.3

Hasil penelitian (Hawari, 1990) membuktikan bahwa penyalahgunaan

NAPZA menimbulkan dampak antara lain : merusak hubungan kekeluargaan,

menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana

yang baik dan buruk, perubahan perilaku menjadi anti-sosial, merosotnya

produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu-lintas,

kriminalitas, dan tindak kekerasan lainnya.4

Perpenyalahgunaanan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang

luas dan kompleks; baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun

psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya, kriminalitas dan lain sebagainya).

Yang memprihatinkan adalah bahwa korban penyalahgunaan NAPZA adalah para

3 ILO, Anak-anak Dalam Perdagangan dan Produksi Obat-obatan terlarang di Jakarta,

(Jakarta: Organisasi Perburuhan Internasional, 2004), Cet. Ke-1. h.13. 4 Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan

Kesehatan Jiwa, (Yogya: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), Edisi III, Cet ke-X h. 267-268.

Page 7: SRI DAWATI-FDK.pdf

vii

remaja dewasa muda, mereka yang sedang dalam usia produktif yang merupakan

sumber daya manusia atau aset bangsa dikemudian hari. Islam sangat

memperhatikan generasi muda penerus bangsa dan agama tentang

penyalahgunaan NAPZA sejak zaman dahulu, seperti firman Allah Swt

menjelaskan dalam Alqur’an surah Al Maidah ayat 90-91 yang artinya :

“Hai orang-orang yang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,

berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah

perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu

mendapatkan keberuntungan” (Q.S.5:90) 5

“sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan

kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan

menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu

(dari mengerjakan pekerjaan itu)” (Q.S.5:91) 6

Banyak hal yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya

meminimalisir penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja salah satu diantaranya

adalah dengan cara mengembangkan suatu rencana aksi nasional tentang

penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan anak yang diwujudkan dalam suatu

keputusan presiden (No.59, Agustus 2002). Rencana aksi nasional ini akan

dilaksanakan dalam masa 20 tahun, rencana nasional ini juga telah menetapkan

5 Departemen Agama RI; Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an “Al-Qur’an

dan Terjemahannya”, (Bandung, CV Penerbit Diponegoro 2005) Cet ke-3, h.123 6 Idem

Page 8: SRI DAWATI-FDK.pdf

viii

lima jenis bentuk pekerjaan yang dilakukan oleh anak yang harus segera

dihapuskan dalam kurun waktu 5 tahun. Yaitu anak-anak yang terlibat dalam

penjualan, pembuatan, dan pengedaran obat-obatan terlarang, perdagangan anak

untuk dilacurkan, anak-anak yang bekerja di sektor alas kaki, anak-anak yang

bekerja di penambangan dan anak-anak yang bekerja di perikanan lepas pantai.7

Mengingat bahaya NAPZA memiliki dampak yang luas dan berdampak

negatif bagi generasi muda penerus bangsa, maka YKAI, BNN, BNP dan sekolah

SMPN 139 Jakarta membentuk program penanggulangan penyalahgunaan

NAPZA di lingkungan sekolah yang melibatkan siswa di dalamnya yaitu dalam

bentuk program Peer Group ( kelompok teman sebaya ).

Berpijak pada latar belakang penyalahgunaan di atas, penulis merasa perlu

untuk melakukan penelitian terhadap peran lembaga-lembaga pemerintah dan

lembaga swadaya masyarakat dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA

yang dituangkan dalam skripsi dengan judul “Implementasi Program Peer

Group YKAI Dalam Meminimalisir Penyalahgunaan NAPZA Di

Lingkungan Sekolah” (Studi di SMPN 139 Jakarta).

B. Batasan Dan Perumusan Masalah

Uraian di atas menggambarkan betapa NAPZA dapat menimbulkan

dampak negatif yang begitu luas dalam kehidupan masyarakat khususnya remaja

sebagai cikal bakal generasi penerus bangsa, baik dipandang dari segi psikologik

( psikologis, perkembangan syaraf otak, mental, jiwa, dan spiritual ) maupun

7 ILO, Anak-anak Dalam Perdagangan dan produksi Obat-obatan terlarang, h. iii.

Page 9: SRI DAWATI-FDK.pdf

ix

psikiatrik ( fisik, perkembangan tubuh dan kesehatannya ). Dengan membentuk

suatu program Peer Group merupakan salah satu cara atau metode yang digunakan

dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.

Agar lebih terarah peneliti membatasi objek penelitian pada sekolah

SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM yang sudah menjadi PILOT PROJEC YKAI,

ILO, dan IPEC. Berkaitan dengan hal tersebut diajukan beberapa pertanyaan

sebagai berikut :

1. Apa saja yang menjadi program inti Peer Group YKAI dalam

meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah ?

2. Bagaimana sistem koordinasi program Peer Group YKAI dengan BNN

dan RSKO dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan

sekolah?

3. Bagaimana sistem rujukan yang dilakukan dalam program peer group

terhadap RSKO dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di

lingkungan sekolah ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan rumusan penyalahgunaan di atas, yang menjadi tujuan

penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui program inti peer group dalam meminimalisir

peyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah

Page 10: SRI DAWATI-FDK.pdf

x

2. Untuk mengetahui bagaimana koordinasi program Peer Group YKAI

dengan BNN dan RSKO dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di

lingkungan sekolah

3. Untuk mengetahui bagaimana sistem koordinasi antara program peer

group dengan RSKO.

Adapun manfaat penelitian adalah :

1. Penelitaian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan

masukan bagi para praktisi pendidikan di sekolah dalam rangka

meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan di sekolah

dalam rangka mengatasi maraknya penyalahgunaan NAPZA di lingkungan

sekolah.

3. Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai program Peer Group bagi

siswa dan orangtua yang dilakukan oleh sekolah yang bekerjasama dengan

beberapa LSM (lembaga swadaya masyarakat), pemerintah dan

masyarakat luas dalam mengatasi penyalahgunaan penyalahgunaan

NAPZA di lingkungan sekolah.

D. Metodologi Penelitian

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, pendekatan ini

dimaksud untuk menggambarkan suatu kenyataan empiris yang terjadi di

lingkungan sekolah.

Page 11: SRI DAWATI-FDK.pdf

xi

2. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di SMPN 139 Duren Sawit-

JAKTIM, dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut telah menjadi

PILOT PROJEC YKAI dalam hal meminimalisir penyalahgunaan NAPZA

di lingkungan sekolah. Hal ini sesuai dengan maksud penelitian, yaitu

tentang Implementasi Program Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir

Penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.

3. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dan dikumpulkan dalam penelitian

ini adalah jenis data kualitatif. Penelitian kualitatif cenderung dilakukan

dengan jumlah kasus sedikit. Satu kasus tunggal-pun dapat dipakai, bila

secara potensial memang sangat sulit bagi peneliti memperoleh kasus lebih

banyak, dan bila dari kasus tunggal tersebut memang diperlukan banyak

informasi yang sangat mendalam.8

4. Sumber Data

Sumber data adalah subjek utama dalam meneliti penyalahgunaan

di atas untuk memperoleh data-data yang kongkret. Adapun sumber data

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer.

Data primer adalah data utama yang terdiri dari kata-kata dan tindakan.

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil

wawancara dengan responden yaitu siswa/i SMPN 139 Jakarta serta

8 Masri Singarimbun, Sufian Effendi, Methode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3S), cet.

Ke-1. h.12

Page 12: SRI DAWATI-FDK.pdf

xii

hasil observasi pada subjek penelitian yaitu para anggota Peer Group

SMPN 139 Jakarta.

b. Sumber Data Sekunder.

Data sekunder adalah data tambahan yang berasal dari dokumen

tertulis. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah

buku-buku, makalah, dan hasil kajian tertentu dari berbagai literatur

yang berhubungan dengan NAPZA

5. Tekhnik Pengumpulan Data.

Adapun tekhnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

dengan cara berkomunikasi langsung atau tidak langsung yaitu dengan

mempergunakan tekhnik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti.9 peneliti terjun langsung ke wilayah

penelitian untuk mengamati kegiatan pelaksanaan program Peer Group

dan ikut serta di dalamnya baik penulis sebagai pembimbing maupun

fasilitator saja, sekedar untuk mengamati jalannya kegiatan.

b. Wawancara

Wawancara (interview) Yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung.10

untuk memperoleh data yang akurat, maka

penulis melakukan tanya jawab secara lisan dan langsung bertatap

9 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2003), h.53 10 Ibid.,h. 57

Page 13: SRI DAWATI-FDK.pdf

xiii

muka dengan pembimbing lapangan dan pengurus program yang ada

di sekolah SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM.

6. Alat Bantu Pengumpulan Data

Untuk memudahkan pengumpulan data, maka peneliti

membutuhkan alat bantu yang akan digunakan selama wawancara

berlangsung yaitu dengan alat perekam suara (tape recorder)

7. Analisis Data

Yang dimaksud analisis data adalah suatu proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesa yang disarankan oleh data.11

Adapun dalam teknik penulisan dan transliterasi menggunakan buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang

disusun oleh Tim Penulis diterbitkan oleh CeQDA Juni 2007.

11

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosda Karya, 2000), h.

103

Page 14: SRI DAWATI-FDK.pdf

xiv

E. Sistematika Penulisan.

Penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas lima bab dimana antara bab

yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan masing-masing bab terdiri

dari sub-sub bab. Untuk lebih jelas berikut adalah sistematikanya:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Batasan

dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI

Bab ini membahas tentang : Implementasi Program Peer Group

mencakup, Pengertian Peer Group, Program Peer Group; dan

Penyalahgunaan NAPZA meliputi : Pengertian NAPZA, Faktor-

faktot penyebab penyalahgunaan NAPZA, dan Dampak

penyalahgunaan NAPZA.

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas tentang : Sejarah Berdirinya SMPN 139 Duren

Sawit-JAKTIM, visi-misi, struktur organisasi, Keadaan Siswa,

Sarana dan prasarana. Sejarah Berdirinya YKAI, Visi-misi, Lintas

Program YKAI, Susunan pengurus YKAI, Program YKAI,

Karyawan dan Staf dan Program Per Group di SMPN 139 Jakarta.

BAB IV IMPLEMENTASI PROGRAM PEER GROUP YKI DALAM

MEMINIMALISIR PENYALAHGUNAAN NAPZA DI

LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi di SMPN 139 Jakarta)

Page 15: SRI DAWATI-FDK.pdf

xv

Bab ini membahas tentang : Pelaksanaan Inti Program Peer Group,

Koordinasi Program Peer Group, Rujukan Bagi Anak Yang

Terlibat Penyalahgunaan NAPZA.

BAB V PENUTUP

Bab ini membahas tentang : Kesimpulan, dan Saran.

Page 16: SRI DAWATI-FDK.pdf

xvi

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Program Peer Group

I. Pengertian Peer Group

Peer Group ( kelompok Teman Sebaya ) merupakan salah satu

program YKAI yang bertujuan untuk meminimalisir masalah

penyalahgunaan NAPZA di masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah.

Peer Group SMPN 139 telah terbentuk sejak bulan Mei 2005. Peer Group ini

terbentuk ketika dijadikannya SMPN 139 Jakarta sebagai Pillot Project “

Pencegahan Anak yang Terlibat Narkoba (Child Drugs Trafficking) di

lingkungan sekolah ” oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI)

yang didukung oleh International Labour Organization (ILO) yaitu sebuah

badan PBB yang bergerak di bidang tenaga kerja.

Dengan adanya program ini diharapkan agar penyalahgunaan NAPZA

di lingkungan sekolah dapat diminimalisir dan tidak ada lagi

penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah dimasa yang akan datang.

Sebelum penulis menjelaskan lebih lanjut tentang program Peer Group,

penulis merasa perlu untuk menggambarkan terlebih dahulu tentang defenisi

dari Peer Group.

Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian-

pengertian yang berbeda megenai Peer Group, tergantung pada jenis sumber

dan tokoh yang merumuskan pengertian tersebut.

Page 17: SRI DAWATI-FDK.pdf

xvii

Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian-pengertian

yang berbeda mengenai Peer Group, tergantung dari jenis sumbernya dan

tokoh yang merumuskan pengertian tersebut. Perbedaan tersebut disebabkan

adanya sudut pandang yang berbeda berdasarkan latar belakang pendidikan

dan sumber yang dipakai akan tetapi secara substansial memiliki titik tekan

yang sama.

Secara ethimologi kata Peer Group berasal dari bahasa Inggris yaitu Peer

yang berarti teman sebaya, sedangkan Group berarti kelompok.12

Jadi arti

Peer Group adalah kelompok teman sebaya. Dalam pengertian lain

kelompok teman sebaya dapat dibagi dalam tiga suku kata yaitu

“1``1kelompok” memiliki arti kumpulan manusia yang merupakan kesatuan

beridentitas dengan adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-pola

interaksi antara manusia itu sendiri atau kumpulan orang yang memiliki

atribut sama, “teman” memiliki arti kawan, sahabat atau orang yang

bersama-sama bekerja, dan “sebaya” memiliki arti baya.13

Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan

pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas di

bawah ini penulis mengutip beberapa defenisi dari berbagai literatur antara

lain sebagai berikut :

a. Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) dalam

bukunya yang berjudul “Prosedur penanganan dan pencegahan

12

Laila Saniyah, Kamus Mini Praktis Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris,

(Surabaya, Karya Agung, 1999), h. 177 13

Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, Depdikbud, 1991), h. 470,

1029, 886

Page 18: SRI DAWATI-FDK.pdf

xviii

perdagangan narkoba di sekolah” memberikan pengertian bahwa Peer

Group adalah kelompok teman sebaya dimana kelompok teman sebaya

tersebut yang dibentuk oleh sekolah dengan tujuan untuk memberikan

informasi tentang bahaya NAPZA dan pencegahannya bagi teman-

teman mereka.14

b. Menurut WFConnell (1972) kelompok teman sebaya (peer frienship

group) adalah kelompok anak-anak atau pemuda yang berumur sama

atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan umum tertutup,

seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai dengan

masa remaja (adolesence).15

c. Peer Group (kelompok teman sebaya) yaitu suatu kelompok dimana di

dalamnya terdapat komunitas yang memiliki umur yang sama

(sepantaran) dan melakukan suatu kegiatan bersama yang memilki

manfaat bagi setiap individu.16

d. Peer Group (kelompok teman sebaya) adalah orang-orang seumurmu

dan kelompok sosialnya, seperti teman sekolah, teman sekerja atau

tetangga.17

2. Program Peer Group

Dalam pelaksanaan program peer group di sekolah para siswa/i dibantu

dengan guru pembimbing, YKAI sebagai lembaga yang menjadi motor

14

YKAI, Prosedur Penanganan dan Pencegahan Perdagangan Narkoba di Sekolah,

(Jakarta : 2006), h. 15 15

Peran Guru Dalam Pendidikan (http://bkt_bg_isi.gif,.htm) 16

Tekanan Teman Sebaya (http://situs.kesrepro.info/krr/agu/2002/utama02.htm) 17 Tekanan Teman Sebaya (http://situs.kesrepro.info/krr/agu/2002/utama02.htm)

Page 19: SRI DAWATI-FDK.pdf

xix

penggerak kegiatan peer group di sekolah telah memberikan rancangan

program secara komprehensip sehingga memudahkan guru pembimbing

dan siswa/i pengurus peer group. Adapun program Peer Group SMPN 139

adalah antara lain :

a) Melakukan SIDAK, yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar

kelas pada setiap bulannya dengan waktu dan hari yang telah

disepakati oleh para guru tanpa diketahui oleh para siswa/i. Hal ini

bertujuan agar siswa/i tidak mudah mengelak ketika ditemukan

barang terlarang di dalam tas-nya.

b) Melakukan tes urine pada setiap siswa yang diduga menggunakan

NAPZA, hal ini dilakukan berdasarkan penelitian guru terhadap

siswa, terlihat dari perubahan fisik anak dan tingkah laku anak yang

berubah. Contoh perubahan fisik anak antara lain seperti : “ sering

ngantuk di kelas, badan yang semakin kurus, loyo (tidak ada gairah

hidup) ”, dan perubahan tingkah laku antara lain ; “ suka membuat

onar di lingkungan sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar

kelas, merosotnya nilai ulangan dan nilai raport. Kegiatan ini

dilakukan atas kerja sama SMPN 139 Jakarta dengan BNN (Badan

Narkotika Nasional).

c) Melakukan konseling pada siswa yang terlibat dalam kasus

penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah. Dengan melibatkan

guru BP, siswa/i dan orang tua, hal ini dilakukan agar guru dan orang

Page 20: SRI DAWATI-FDK.pdf

xx

tua dapat menemukan solusi agar siswa tersebut tidak berlarut-larut

terperangkap dalam dunia hitam yang dapat merusak masa depannya.

Dari hasil keterangan program Peer Group di atas telah

melakukan beberapa tahap intervensi, dalam ilmu kesejahteraan sosial

dikenal dua bentuk intervensi sosial, menurut Rothman, Trophman dan

Erlich intervensi tersebut yaitu:18

a. Intervensi mikro merupakan intervensi yang digunakan dalam

lingkup kecil dan memusatkan pada dua metode yaitu bimbingan

sosial perseorangan (sosial casework) dan bimbingan sosial

kelompok (social group working).

b. Intervensi makro mencakup berbagai metode professional yang

digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari

individu, kelompok dan keluarga, yaitu organisasi, komunitas baik di

tingkat lokal, regional maupun nasional secara utuh. Praktek makro

berhubungan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada

dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih luas dalam

rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat.

Intervensi makro mencakup: ‘pengembangan masyarakat lokal’ (lokality development), ‘perencanaan sosial’ (social planning),

‘kebijakan sosial’ (social policy), dan ‘administrasi dan manajemen’ (administration and management).

Menurut The Gulbenkian Foundation (1970 : 3-34), intervensi

makro dapat diidentifikasikan pada tiga tingkatan yang menggambarkan

cakupan komunitas yang berbeda dimana intervensi makro dapat

diterapkan melalui:19

a. Grass root ataupun neighbourhood work (agen perubahan

melakukan intervensi tehadap individu, keluarga dan kelompok

masyarakat yang berada di daerah tersebut. Misalnya saja dalam

suatu kelurahan ataupun rukun tetangga);

b. Lokal agency dan inter-lokal agency work (agen perubahan

melakukan intervensi terhadap organisasi ‘payung’ di tingkat lokal,

provinsi ataupun tingkat yang lebih luas, bersama jajaran

18

Isbandi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 57-

58 19 Ibid., h.60-61

Page 21: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxi

pemerintahan yang terkait serta organisasi non pemerintah yang

berminat terhadap hal tersebut);

c. Regional dan national community planning work (misalnya saja,

agen perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan pembangunan ekonomi, ataupun isu mengenai perencanaan

lingkungan yang mempunyai cakupan lebih luas dari bahasan ditingkat lokal).

Dalam merancang sebuah program ada beberapa tahapan yang harus

dilalui, tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :20

a. Tahap persiapan ( engagement)

Pada tahap persiapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan yaitu

: pertama, penyiapan petugas yaitu tenaga lapangan yang dilakukan

oleh community worker, dan kedua, penyiapan lapangan merupakan

masyarakat yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara no-

ndirective.

b. Tahapan pengkajian (assesment)

Proses assesment dapat dilakukan secara individual melalui siswa/i

(key person, tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok dalam

lingkungan sekolah). Dalam hal ini petugas harus berusaha

mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (felt needs) dan

juga sumber daya yang dimiliki klien

c. Tahapan perencanaan alternatif program atau kegiatan (designing)

Pada tahap ini petugas sebagai agent perubah (change agent) secara

partisipatif mencoba melibatkan siswa/i untuk berfikir tentang

masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

20 Isbandi, Pemikiran-pemikiran dalam pembangunan Kesejahteraan, h. 181

Page 22: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxii

Dalam konteks ini siswa/i diharapkan dapat memikirkan beberapa

alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan

d. Tahapan pemformulasian rencana aksi (designing)

Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok untuk

memformulasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama

bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal terhadap pihak

penyandang dana.

e. Tahapan pelaksanaan program atau kegiatan (implementation)

Dalam upaya melaksanakan program peer group, peran siswa/i

sebagai anggota diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program

yang telah dikembangkan. Kerjasama antara petugas dan anggota

Peer Group merupakan hal penting dalam tahapan ini karena

terkadang sesuatu yang sudah dilaksanakan dengan baik melenceng

saat di lapangan.

f. Tahapan evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari anggota dan petugas

lapangan Peer Group terhadap siswa yang terlibat dalam penyalah

gunaan NAPZA. Dengan keterlibatan anggota tersebut diharapkan

dalam jangka pendek dapat memberikan arahan dan bimbingan agar

siswa/i tidak terjerumus dalam penyalahgunaan NAPZA dan untuk

jangka panjang dapat menjadi benteng bagi setiap diri siswa/i dari

penyalahgunaan NAPZA.

g. Tahap terminasi (disengagement)

Page 23: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxiii

Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara

formal dengan pillot project. Dalam tahap ini petugas diharapkan

tidak meninggalkan klien mereka dengan tiba-tiba walaupun proyek

telah berakhir. Petugas harus tetap melakukan pemantauan dan

koordinasi meskipun tidak secara rutin, kemudian secara perlahan

mengurangi koordinasi atau pemantauan dengan klien sehingga klien

memiliki kemandirian dalam melaksanakan program yang telah

dijalankan.

B. Penyalahgunaan NAPZA

1. Pengertian NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA bukan hanya terjadi di Indonesia namun

telah menjadi “wabah” berbahaya pada negara-negara berkembang di

dunia dan menggelembung menjadi wabah internasional..

Dengan demikian usaha untuk meminimalisir penyalahgunaan NAPZA

dan upaya untuk melakukan rehabilitasi terhadap masyarakat yang telah

ketergantungan NAPZA adalah satu keniscayaan mengingat banyak

korban berasal dari kalangan remaja yang merupakan cikal bakal

pemimpin di masa depan.

Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh tentang NAPZA, penulis

akan mengawalinya dengan menjelaskan pengertian NAPZA secara

komprehensif, sekaligus problematikanya.

Page 24: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxiv

Jika ditelaah dari berbagai sumber akan kita jumpai pengertian-pengertian

NAPZA secara berbeda, hal ini tergantung dari jenis sumbernya dan dari

sudut pandang mana istilah tersebut didefinisikan.

Kata narkotika berasal dari bahasa Inggris yaitu “ narcotics ” yang

berarti obat yang menidurkan atau obat bius.21 Dalam pengertian lain

narkotika mempunyai arti obat yang berfungsi menenangkan syaraf,

menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk atau rangsangan (

opium, ganja dan sebagainya ).22

Narkotika atau yang sering diartikan drugs juga diartikan sebagai

zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu, bagi mereka

yang menggunakan dengan memasukkan ke dalam tubuh, pengaruh

tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat

dengan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut

yang diketahui dalam dunia medis yang bertujuan untuk dimanfaatkan

dalam dunia pengobatan dan kepentingan manusia, seperti dibidang

pembedahan, penghilangan rasa sakit dan lain-lainnya.23

Sementara organisasi kesehatan dunia (WHO) telah memberikan

batasan tentang drugs (narkotika) yaitu, “setiap zat yang jika masuk dalam

21

S. Warjowarsito. Tito W, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-

Inggris. (Bandung, 1980), h. 122 22

Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, Depdikbud, 1998), h. 90 23

Soedjono Dirdjosisworo. SH, Hukum Narkotika Indonesia, (Bandung : Citra Aditya

Bakti, 1990), h. 3

Page 25: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxv

organisme hidup akan mengadakan perubahan pada suatu atau lebih

fungsi-fungsi organisme tersebut ”.24

Sedangkan UU No. 22 tahun 1997 memberikan pengertian tentang

narkotika, yaitu :

Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik

sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika dibedakan dalam golongan-golongan. Golongan tersebut

dibagi menjadi tiga, yaitu :

Golongan I

Golongan pertama dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan

ilmu pengetahuan dan dilarang untuk kepentingan selainnya (pasal 5). Dalam

pengawasan yang ketat dari Menteri Kesehatan (pasal 9). Contohnya yaitu :

1. Tanaman Papaver Somniferum L.

2. Opium. 3. Tanaman Koka, Daun Koka, Kokain Mentah, Kokain.

4. Heroin, Morphine.

5. Ganja.25

Golongan II

Golongan kedua adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi digunakan sebagai pilihan terakhir

24

Dadang Hawari, Konsep Islam Memerangi AIDS dan NAZA, (Yogyakarta : Dana

Bhakti Prima Yasha, 1996), h. 100 25

Syahrudin Darwis, Musyaruddin, Mari Bersatu Berantas Bahaya Penyalahgunaan

NARKOBA (NAZA), (BP, Dharma Bhakti : Jakarta, 1999), h. 3

Page 26: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxvi

dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan mengakibatkan

ketergantungan. Contohnya yaitu :

1. Alfasetilmetadol.

2. Benzetidin. 3. Betametadol.26

Golongan III

Golongan ketiga adalah golongan yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, adapun macam-

macamnya adalah :

1. Asetilidihidrokodein

2. Dokstroprosifem

3. Dihidrokodeina.27

Alkohol

Sebagaimana narkoba, alkohol bagi banyak orang di Indonesia bukan

barang yang asing lagi. Alkohol sering disebut minimum keras. Jika digambarkan

alkohol adalah sebagai berikut.

Nama kimia alkohol yang terdapat dalam minuman beralkoholialah etil

alkohol atau etanol, yang sering juga disebut sebagai grain alkohol sebagai lawan

dari wood alkohol yang sangat toksik dan kimianya adalah metil alkohol atau

metanol. Etil alkohol adalah cairan jernih, tidak berwarna, dan rasanya pahit. Jadi

yang dimaksud alkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol.

Alkohol dapat diperoleh melalui proses fregmentasi (peragian) oleh

mikroorganisme (sel ragi), dari gula, sari buah, biji-bijian, madu, umbi-umbian

26

Ibid, h. 3 27 Ibid, h. 3

Page 27: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxvii

dan getah kaktus tertentu. Melalui proses fregmentasi hanya dapat diperoleh

minuman beralkohol yang kadarnya tidak lebih dari 14 %, sebab sel ragi akan

mati bila kadarnya lebih tinggi. Kebanyakan bir berkadar alkohol 3-5 %, anggur

berkadar 10-14 %, sherry, port, dan mus katel berkadar 20 %. Sedangkan wiski,

rum, gim, vodka dan brendy kadarnya 40-50 %.28

Dalam penggolongannya alkohol dibagi dalam tiga golongan yaitu :

1. Golongan A berkadar alkohol 01% - 05%

2. Golongan B berkadar alkohol 05% - 20%

3. Golongan C berkadar alkohol 20%- 50% 29

Psikotropika

Psikotropika sebagaimana narkotika juga dijelaskan pada UU No 5 tahun

1997 adalah:

Zat atau obat, baik yang alamiah maupun yang sintesa bukan narkotika,

yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat

yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Adapun macam-macamnya dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok

seperti yang dijelaskan pada UU No 5/1997 sebagai berikut:

Golongan I

Golongan pertama yaitu psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan

ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai

potensi yang amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Adapun contohnya yaitu:

1. MDMA yang dikenal dengan nama Ectasy

28

Satya Joewana, Gangguan Penggunaan Zat, (Jakarta : PT Gramedia, 1989), h. 34 29 Syahruddin Darwis, op.cit, h.4

Page 28: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxviii

2. N-etil MDA juga terdapat dalam kandunganEctasy

3. MMDA juga terdapat dalam kandungan Ektasy.30

Golongan II

Psikotropika golongan kedua adalah psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalan trapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun

jenisnya yaitu:

1. Amfetamina dikenal dengan nama shabu-shabu

2. Buprenorfina

3. Butalbital.31

Golongan III

Psikotropika golongan III adalah yang berkhasiat untuk pengobatab dan

banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma

ketergantungan. Adapun contoh jenis-jenisnya yaitu:

1. Amobarbital 2. Buprenorfena

3. Butalbital32

Golongan IV

Psikotropika golongan keempat ini adalah psikotropika yang berkhasiat untuk

pengobatan dan sangat luas digunakan dalan terapi atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

sindroma ketergantungan. Adapun jenis-jenisnya adalah:

1. Diazepam yang dikenal dengtan nama Nipam, BK, Megadon

2. Nitrazepam

30

Ibid, h. 3 31

Ibid, h. 4 32Ibid, h. 4

Page 29: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxix

3. Nordazepam.33

Zat Adiktif

Dalam bahasa yang sederhana zat aiktif adalah zat yang dapat

menimbulkan ketagihan, kecanduan atau ketergantungan. Dalam turunan

jenisnya yang dijelaskan oleh Dadang Hawari, zat adiktif ini terdiri dari yaitu :

a) Sedativa dan hipnotika

Ada beberapa golongan yang dimasukkan dalam kelompok sedativa

hipnotika, yaitu barbiturat, zat yang mirip barbiturat, benzodiadepin,

karbamat, klonalhidrat dan paraldelhida. Zat-zat tersebut di atas berbeda

kerja parmotologinya, onset, maupun lama kerjanya, tetapi diantara

mereka terdapat toleransi dan ketergantungan silang. Juga terdapat

toleransi dan ketergantungan silang dengan alkohol.

b) Amatamin

Amfetamin adalah stimulasi susunan syaraf seprti kokain, kafein, nikotin

dan katir.

c) Halusinogen

Pada tahun 1954, A Hoffer dan A Osmond memperkenalkan istilah

halusinogen untuk memberi nama kepada zat-zat tertentu yang dalam jumlah sedikit dapat mengubah persepsi, pikiran dan perasaan seseorang

serta manimbulkan halusinasi, sebagian zattersebut merupakan senyawa sintenik.

d) Fensiklisida Fensiklisida adalah suatu senyawa yang larut baik dalam air maupun

dalam alkohol. Zzat ini pada tahun 1963 dipasarkan sebagai anestika dengan nama sernyl. Tetapi kerena efek sampingnya, pada tahun 1965

ditarik dari pasaran, pada tahun 1967, muncul lagi dipasaran dengan nama

serylan untuk keperluan anestesia hewan. Dipasaran gelap zat ini sering

dicampuri ganja.

e) Inhilasia dan Solven

Yang digolongkan Inhilasia dan solven ialah gas dan zat pelarut yang

mudah menguap berupa senyawa organik. Gas atau zat tersebut

dimasukkan dalam plastik lalu dihirup. Inhilasia dan solven terdapat pada

berbagai barang-barang keperluan rumah tangga, kantor, dan pelumas

mesin. Intoksikasi akut dengan zat ini bisa berakibat fatal, sedangkan pada

pemakain pelumas kronis dapat merusak berbagai organ tubuh, misalnya

otak, ginjal, paru-paru, jantung, dan sum-sum tulang.

f) Nikotin

33Ibid, h.4

Page 30: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxx

Nikotin terdapat pada tanaman tembakau. Kadar nikotin dalam nikotin

berkisar 1-4 % dalam satu batang rokok terdapat sekitar 1,1 mg nikotin.

Rokok tembakau selain mengandung nikoti juga mengandung bahan-

bahan lain yaitu zat-zat organik lain dan tambahan (additive) g) Kafein

Kafein atau 1, 3, 7 trimetilsantin adalah alkaloid yang terdapat dalam tanaman kopi arabika, kopi robusta dan idopiliberica. Biji kering kopi jenis

ini mengandung 1-1,5 % kafein dan 2-2,3 % kafein. Daun teh selain mengandung teobromin juga mengandung kafein. Kafein ini juga terdapat

dalam minuman kola dan berbagai obat bebas.34

Zat tersebut apabila digunakan tidak berdasarkan aturan yang ditetapkan

dapat menimbulkan ketagihan atau ketergantungan, bila sudah demikian maka

akan berakibat fatal bagi si pemakai, salah satunya yaitu dapat merusak organ

tubuh.

Tidak seluruh zat atau obat menimbulkan adiksi dan defendensi pada

pemakaiannya. Zat atau bahan (obat) yang dapat adiksi atau defedensi, adalah zat

yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) Keinginan yang tak tertahankan (an over powering desire)

b) Kecenderungan untuk menambah takaran (dosis) sesuai dengan toleransi tubuh

c) Ketergantunagn psikis (psychological depedence), apabila pemakaian zat di hentikan akan menimbulkan kecemasan, kegelisahan, depresi, dan lain-

lain gejala psikis.

d) ketergantungan fisik (physical depedence), apabila pemakaian zat ini

dihentikan, akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus

NAPZA (wtihdrawl syntomp).35

2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Sebagaimana disinggung pada bab pendahuluan, Arus modernisasi telah

merubah seluruh struktur kehidupan manusia. Arus ini telah memberi label

34

Satya Joewana, op cit, h. 34 35

Dadang Hawari, Konsep Islam Memerang Aids da NAZA, (Yogyakarta : Dhana Bhakti

Prima Yasa, 1996) Cet ke-IX h. 101

Page 31: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxxi

baru bagi manusia yaitu sebagai “manusia medern”. “manusia modern” seperti

diulas Ahmad Mubarok kini terperangkap dalam situasi yang menurut istilah

psikolog Humanis terkenal, Rollo May sebagai “manusia dalam kerangkeng”,

satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia modern.36

Sebagai akibat dari derita psikis itu manusia modern kini terjangkit

gangguan kejiwaan yang antara lain kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku

menyimpang dan psikosomasis.37

Dalam kondisi cemas, kesepian, dan kebosanan yang diderita

berkepanjangan, meyebabkan seseorang tidak tahu persisi apa yang

diilakukan. Ia tidak bisa memutuskan sesuatu, dan ia tidak tahu jalan mana

yang harus ditempuh. Dalam keadaan jiwa yang kosong dan rapuh ini, maka

ketika seseorang tidak mampu berfikir jauh, kecenderungan kepada

memuaskan motif kepada hal-hal yang rendah menjadi sangat kuat, karena

pemuasan atas motif kepada hal-hal yang rendah sedikit menghibur.38

Pemuasan atas motif tersebut kemudian nereka wujudkan dengan

menyalahgunakan NAPZA (narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif

lainnya). Hingga penyalahgunaan NAPZA kini telah menjadi tren baru bagi

manusia modern.

Penyebab penyalahgunaan NAPZA memang sungguh kompleks, namun

jika kita ingin membuat rumusan tentang penyebab penyalahgunaan NAPZA,

36

Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Jiwa dalam Al-Quran.

(Jakarta : Paramadina, 2000), h. 7 37

Ibid, h. 8 38 Ibid, h. 8

Page 32: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxxii

terdapat dua faktor besar yang dapat menyebabkan seseorang

menyalahgunakan NAPZA yaitu :

a. Faktor Intern

Yang dimaksud faktor intern adalah salah satu penyebab yang berasal dari

dalam seorang individu yang menyalahgunakan NAPZA. Faktor intern ini

terlihat jelas pada kaum remaja an mereka yang menginjak dewasa dini

yang berusia sekitar 15-25 tahun, dan merupakan kelompok pemakai

terbesar NAPZA saat ini. Ada beberapa masa periode remaja dan dewasa

dini yang menyebabkan peluang untuk menggunakan NAPZA itu besar.39

1. Periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan

harapan- harapan sosial baru dn juga memainkan peran baru, pada

periode ini mereka diharapkan mampu mengadakan penyesuaian diri

secara mandiri. Apabila mereka menemui kesulitan-kesulitan yang

sukar daiatasi, mereka ragu-ragu meminta pertolongan orang lain,

enggan dan takut disebut belum dewasa, karena ketidakmampuan tersebut akhirnya mereka lari ke NAPZA sebagai penghibur.

2. Masa keterasingan sosial dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, pada

masa ini ketidakmampuan dia masuk dunia dewasa menyebabkannya mersa tersaing dan terpencil (terisolasi) lalu mereka lari ke dunia

NAPZA sebagai penghibur jiwa mereka. Mereka juga mengalami masa perubahan nilai, msa mandiri dan masa ketergantungan.

Pada masa dewaa dini dan masa remaja ini kondisi mental mereka dalam

keadaan labil sehingga dengan mudah dipengaruhi oleh lingkungan

sekitarnya untuk bertindak dan berbuat hal-hal yang negatif, sehingga

mereka dengan mudah terpengaruh untuk menggunakan NAPZA.

b. Faktor Ekstern

Faktor ini merupakan penyebab yang berasal dari luar individu

yaitu dari lingkungan sekitarnta. Lingkungan sekitar dapat dikelompokkan

pada tiga lingkungan, yaitu lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat

39

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1990), Cet ke-5 h. 286

Page 33: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxxiii

dimana mereka bergaul dengan teman-teman di lingkunagan sekitarnya.

Kedua lingkungan ini disebut juga sebagai lingkungan sosial.

Lingkungan sosial adalah lingkungan dimana tempat orang-orang

yang berinteraksi dan merupakan suatu keseluruhan, yang tentu saja

individu kelah dengan kelompok sosial, kelompok ini bisa berinteraksi

karena ada kesamaan ciri dan karakter sehingga saling tumbuh rasa

solidaritas dalam kelompok sosial tersebut.40

Dan terakhir adalah lingkungan keluarga yaitu lingkungan dimana

dia tinggal di rumah yang terdiri dari ayah, ibu dan saudara. Lingkungan

keluarga merupakan kontributor terbesar seseorang dalam

menyalahgunakan NAPZA, sebagai mana dikemukakan oleh peneliti

Rutter (1980) tentang hal tersebut, bahwa:

1. Kematian orangtua (broken home by death)

2. Kedua orangtua bercerai atau pisah (broken home by

divorce/seperations)

3. Hubungan kedua orangtua dengan anak tidak harmonis (poor parent

child relationship)

4. Suasana rumah tangga yang tegang (high tensions)

5. Suasana rumah tangga tanpa kehangatan (low warmth)

6. Orangtua sibuk dan jarang di rumah (absence)

7. Orangtua mempunyai kelainan kepribadian (personality disorder)41

Adalah penyebab terbesar sehingga seseorang terutama remaja

terlibat dalam penyalhgunaan NAPZA. Sehingga hubungan yang baik

dalam lingkungan keluarga sesungguhnya adalah senjata yang paling

ampuh agar seseorang tidak terkena dan terjangkit pada ketergantungan

NAPZA.

40

Gerungan DIPL, Psikologi Sosial, (Bandung : Eresco, 1996), Cet ke-11, h. 94-95 41

Dadang Hawari, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ilmu Kesehatan Jiwa, (Jakarta :

PT Dhana Bhakti Prima Yasa, 1996) , h. 142

Page 34: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxxiv

Sedangkan hasil kajian cepat ILO (2004) faktor penyebab orang

menggunakan /menyalahgunakan NAPZA adalah sebagai berikut :

1. kemiskinan absolute 2. tekanan teman sebaya dan peran keluarga

3. sekolah dan putus sekolah 4. peran bandar.42

Dari hasil pelatihan guru-guru dalam pencegahan dan penanganan

kaus NAPZA di lingkungan sekolah pada tanggal 18-19 Agustus 2006,

penyalahgunaan NAPZA di lingkngan sekolah dapat disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain :

1. Faktor lingkungan dalam (hubungan tidak harmonis dengan orangtua)

2. Faktor lingkungan luar (orangtua terlalu sibuk di luar)

3. Faktor broken home

4. Faktor individu (coba-coba, cari perhatian, ikut tokoh idola) 5. Faktor putus cinta

3. Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Masalah penyalahgunaan NAPZA di Indonesia terutama tentang

Narkotika dan Psikotropika diatur dalam UU No. 5 tahun 1997 dan UU No. 22

tahun 1997, hal ini karena memang NAPZA mempunyai dampak negatif yang

sangat luar biasa besarnya. Tidak hanya gangguan fisik namun juga akan

menyebabkan terganggunya gangguan psikis (kepribadian).

Secara fisik seluruh zat dalam NAPZA, baik itu narkotika, alkohol,

pasikotropika dan beberapa zat yang lainnya mempunyai efek yang berbeda

satu sama lain. Alkohol misalnya mempunyai efek fisil.

a) Pembicara cadel

b) Gangguan koordinasi

c) Cara jalan yang tidak mantap

d) Naistakus (mata jereng) e) Muka merah

Sedangkan efek psikologik yang terlihat yaitu :

a) Perubahan perasaaan (afek)

42

ILO, Anak-anak Dalam Perdagangan dan Produksi Obat-obatan Terlarang di Jakarta,

(Jakarta : Organisasi Perburuhan Internasional, 2004), Cet. Ke-1, h.38

Page 35: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxxv

b) Mudah marah dan sering tersinggung

c) Banyak bicara

d) Hendaya atau gangguan konsenterasi.43

Sedangkan ganja yang merupakan bagian dari jenis narkotika

menimbulkan gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi

berfikir, perasaan dan perilaku. GMO ini terjadi karena reaksi langsung ganja

dengan sel-sel syaraf otak, disamping gejala-gejala fisik seperti mata merah,

mulut kering dan sering tidur. Gangguan GMO dapat terlihat pada tingkah

laku yang maladatif yaitu gangguan dalam perilaku misalnya kecemasan atau

ketakutan yang berlebihan atau paranoid, gangguan dalam menilai realitas,

gangguan dalam fungsi sosial (pergaulan) sekolah atau pekerjaan dan berbagai

macam lainnya.44

Satya Joewana meringkas akibat dari penyalahgunaan NAPZA yaitu :

1. Opida, pada pemakaian yang lama dapat menimbulkan impoten dan

gangguan menstruasi pada wanita serta menimbulkan obstipasi baik pada pria maupun pada wanita. Opida juga mengurangi nafsu makan

sehingga pemakaian yang kronis pasien menjadi kurus. 2. Ganja pada pemakaian yang lama dapat menimbulkan bronkitis,

menurunkan imunitan, gangguan kemampuan bicara, keteampilan

berbicara dan berhitung, gerakan serba lambat, kurang menaruh

perhatian terhadap bahaya sekitar, tidak perduli pada masa depan, tidak

memiliki motivasi untuk mencapai keberhasilan, tidak punya rasa

bersaing dengan orang lain. Akan mengganggu anak dalam kendungan

bila digunakan oleh ibu hamil.

3. Kokain akan menimbulkan gangguan pada irama jantung.

4. Alkohol pada pemakain yang kronis dan jumlah yang besar dapat

menimbulkan radang lambung, hati mengeras, polineuritis, psikosis

korsakiff, gangguan metabolisme lemak, zat putih telur maupun zat

hidrat arang dan kangker saluran pencernaan.

5. Amfetamin dapat menyebabkan kelainan jantung.

6. Inhalasia dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan hati, ginjal, sum-sum tulang dan otak.

7. Tembakau menyebabkan bronkitis dan kangker paru 8. Kafein mempengaruhi jantung dn pengeluaran asam lambung sehingga

tidak baik orang yang mempunyai sakit jantung atau sakit maag.45

43

Ibid, h.142 44

Ibid, h. 165 45 Satya Joewana, op cit, h. 112

Page 36: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxxvi

Akibat lain yaitu pada aspek sosial dimana seseorang yang menderita

penyakit ini tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan orang lain,

peristiwa berikutnya mereka selalu menyendiri sehingga bagi mereka yang

sekolah atau bekerja tidak mampu meneruskan sekolah atau pekerjaannya,

dengan demikian akan menjadi pengangguran, setelah menjadi pengangguran

tentu saja berakibat pada masalah sosial, yang lain dalam kehidupan

bermasyarakat.

Hasil curhat tentang NAPZA, Enggak Banget! Yang dimuat di kompas

Jum’at, 9 Juni 2006 mengatakan bahwa dampak dari pengguna NAPZA

adalah.46

a) Penggunaan NAPZA dalam jangka panjang dapat menyebabkan

gangguan sistem syaraf alias neorologis. Gangguan saraf itu misalnya

berupa kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan

saraf tepi. Selain itu, bisa bikin gangguan jantung dan pembuluh darah

atau kardiovaskuler. Gangguan kardiovaskuler berupa infeksi akut otot

jantung atau gangguan peredaran darah.

b) Selain itu, masih ada gangguan paru-paru atau pulmoner, seperti penekanan fungsi pernafasan, kesukaran bernafas, atau pengerasan

jaringan paru. Terus masih ada lagi gangguan hemopeotik berupa terganggunya pembentukan sel darah merah. Lalu gangguan kulit atau

dermatologia bisa bikin nanah pada bekas suntikan, alergi, atau pada bekas luka. Ad juga gangguan gastrointestinal berupa mencret, radang

lambung dan kelenjar ludah perut, hepatitis, perlemakan hati dan pengecilan hati.

c) Gangguan berikutnya, endokrin, yaitu penurunan fungsi hormon

reproduksi dan rendahnya kadar gula darah, gangguan fungsi reproduksi,

dn cacat bawaanpada bayi yang dikandung, gangguan otot dan tulang

berupa peradangan otot akut, penurunan fungsi otot, dan rawn patah

tulang.

46 http://www.kompas.com/kompas-cetak/0606/09/muda/2713225.htm

Page 37: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxxvii

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Objektif SMPN 139 Jakarta.

1. Sejarah Berdirinya SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM

Sekolah SMPN 139 Jakarta yang beralamatkan di Jl. Bunga Rampai X

Perumnas Klender. Kec. Duren Sawit-JAKTIM pertama kali didirikan pada

tahun 1979, dan mulai digunakan pada tanggal 19 Juni 1980, kegiatan belajar

mengajar dimulai pertama kali pada tahun 1980-1981 dengan menempati 5

ruang kelas.

Selama hampir 25 tahun sekolah menengah pertama yang memiliki nama

awal sekolah Percontohan 139 Jakarta, telah mendidik siswa/i nya menjadi

remaja/i yang berkualitas, dengan meluluskan angkatan pertama pada tahun

1983. Hal ini tidak terlepas dari hasil kerja keras dan dukungan kepala sekolah

mulai dari kepala sekolah pertama sampai dengan yang ke-7 (sekarang).

Adapun yang memimpin SMPN 139 Jakarta dari awal berdiri sampai

dengan sekarang adalah:

a. Tahun 1980-1987 : Drs. H. Soenarto, HW

b. Tahun 1987-1989 : Supena Bratamidjadja

c. Tahun 1989-1994 : Drs. Zainudin Lingga

d. Tahun 1994-1995 : Jeddy Sukanda

e. Tahun 1995-1999 : Drs. Suripto, MM

f. Tahun 1999-2002 : Drs. H. Muhammad Zaini, MM

Page 38: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxxviii

g. Tahun 1999-2002 : Drs. Parmudji, M.Pd47

2. Visi dan Misi SMPN 139 Jakarta

a. Visi

Unggul dalam prestasi dan berbudi pekerti yang luhur berlandaskan

IMTAQ

b. Misi

1. Pekerja keras, Ikhlas dan cerdas

2. Mulailah dari diri sendiri

3. Mulailah dari hal-hal yang terkecil dan mulailah dari sekarang

c. Motto

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik

dari hari ini.

47 Sumber: Data Statistik Sekolah SMPN 139 Jakarta, tahun 2006-2007

Page 39: SRI DAWATI-FDK.pdf

xxxix

3. Struktur Organisasi SMPN 139 Jakarta

Dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah, unsur

manusia memegang peranan penting karena menentukan kelancaran

pelaksanaan program sekolah di antaranya kepala sekolah, guru dan staf

karyawan. Berikut ini data-data tentang guru dan staf karyawan SMPN 139

Jakarta:

STRUKTUR ORGANISASI

SMPN 139 JAKARTA

KOMITE

SEKOLAH

STAF

KESISWAAN

KAUR TU

KEPSEK

STAF BID

SARANA & PRASARANA

STAF BID

KURIKULUM

GURU

STAF TU

GURU

BP/BK

WALI

KELAS

SISWA

SISWA

SISWA

SISWA

SISWA

Page 40: SRI DAWATI-FDK.pdf

xl

Tabel 1

Pendidik dan Tenaga Pendidik

Kepala Sekolah

Jenis Kelamin Jabatan Nama

L P

Usia Pend.

Akhir

Masa

Kerja

Kepala Sekolah Drs. Parmudji, M.Pd v 50 S-2 28

Wakil Kepala Sekolah Drs. Drajat Firdaus v 45 S-1 24

Tabel 2

Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, Dan Jumlah

Jumlah dan Status Guru

GT/PNS GTT/Guru Bantu

No Tingkat Pendidikan

L P L P

Jumlah

1. S3/S2 1 1

2. S1 15 20 1 6 42

3. D-4

4. D3/Sarmud 4 4 1 2 11

5. D2

6. D1 3 5 1 9

7. ≤ SMA/sederajat

Jumlah 23 29 3 8 63

Tabel 3

Jumlah Guru Dengan Tugas Mengajar Sesuai Dengan Latar Belakang

Pendidikan ( ( Keahlian )

Page 41: SRI DAWATI-FDK.pdf

xli

Jumlah guru dengan latar belakang

pendidikan sesuai dengan tugas

mengajar

Jumlah guru dengan latar belakang

pendidikan yang TIDAK sesuai

dengan tugas mengajar

JUmlah No Guru

D1/D2 D3/

Sarmud

S1/D4 S2/S3 D1/D2 D3/

Sarmud

S1/D4 S2/S3

1 IPA 3 1 3 7

2 Matematika 1 1 3 2 7

3 B. Indonesia 1 1 5 7

4 B. Inggris 1 5 6

5 Pend. Agama 4 1 5

6 IPS 1 8 1 1 11

7 Penjaskes 1 1 1 3

8 Seni Budaya 2 1 1 4

9 PKn 1 1 2

10 TIK/Keterampilan 3 1 2 1 7

11 BK 4 4

12 Lainnya...........

Jumlah 9 12 32 9 1 63

Tabel 4

Pengembangan Kompetensi/Profesionalisme Guru

Jumlah Guru yang telah mengikuti kegiatan pengembangan

kompetensi/profesionalisme

No Jenis Pengembangan

Kompetensi

Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah

1 Penataran KBK/KTSP 5 9 14

2 Penataran Metode

Pembelajran (termasuk

CTL)

3 Penataran PTK

4 Penataran Karya Tulis

Ilmiah

5 Sertifikasi

Profesi/Kompetensi

Page 42: SRI DAWATI-FDK.pdf

xlii

6 Penataran PTBK

7 Penataran lainnya: ...........

Tabel 5

Prestasi Guru

Perolehan kejuaraan 1 sampai 3 dalam 3 tahun

terakhir

No Jenis Lomba

Tingkat Jumlah

Nasional

Provinsi

1 Lomba PTK

Kab/Kota

Nasional

Provinsi

2 Lomba Karya tulis Inovasi Pembelajaran

Kab/Kota

Nasional

Provinsi

3 Lomba Guru Berprestai

Kab/Kota

Nasional

Provinsi

Lomba Linnya:.............................

Kab/Kota

Nasional

Provinsi

4

Kab/Kota

Tabel 6

Tenaga Kependidikan: Tenaga Pendukung

jumlah tenaga pendukung dan

kualifikasi pendidikannya

Jumlah tenaga

pendukung

berdasarkan status

dan jenis kelamin

PNS Honorer

No Tenaga Pendukung

≤S

M

SMA D1 D2 D3 S1

L P L P

Jumlah

Page 43: SRI DAWATI-FDK.pdf

xliii

P

1 Tata Usaha 2 7 1 3 7 10

2 Perpustakaan 1 1 1 2 1 3

3 Laboran lab. IPA 1 1 1

4 Teknisi lab. Komputer 1 1 1

5 Laboran lab. Bahasa 1 1 1

6 PDT (Pend Tek. Dasar)

7 Kantin 1 1 1

8 Penjaga Sekolah 1 1 2 2

9 Tukang Kebun 1 1 1

10 Keamanan 1 1 1

11 Lainnya: .................

Jumlah 4 11 1 2 3 5 10 4 2 21

Tabel 7

Data Siswa 4 (empat tahun terakhir):

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah (Kls. VII + VIII

+ IX)

Th. Pelajaran Jml Pendaftar

(Cln Siswa

Baru) Jml

siswa

Juml

Rombel

Jml

Siswa

Jumlah

Rombel

Jml

Siswa

Jumlah

Rombel

Siswa Rombel

2003/2004 586 401 9 369 8 348 8 1118 25

2004/2005 515 353 9 381 8 354 8 1088 25

2005/2006 481 304 8 340 8 356 8 1000 24

2006/2007 506 315 8 319 8 319 8 953 24

4. Keadaaan Siswa

Tabel 8

Prestasi sekolah/siswa dua (2) tahun terakhir

Prestasi Akademik: NUAN

Peringkat No Tahun Pelajaran

Bahasa Matematika Bahasa Jumlah Rata-rata

Page 44: SRI DAWATI-FDK.pdf

xliv

Indonesia Inggris tiga mapel

1. 2004/2005 8,08 8,18 7,70 23,96 7,99

2. 2005/2006 8,47 8,40 8,13 25,00 8,33

Tabel 9

Prestasi Akademik: Peringkat rerata NUAN

Peringkat

Tingkat Kecamatan

(Rayon)

Tingkat Kab/ Kota Tingkat Provinsi

N

o

Tahun

Pelajaran

Sek.

Neger

i

Sek.

Swaat

a

Sek.

Neger

i dan

Swast

a

Sek.

Neger

i

Sek.

Swast

a

Sek.

Neger

i dan

Swast

a

Sek.

Neger

i

Sek.

Swast

a

Sek.

Neger

i dan

Swast

a

1. 2004/200

5

3 6 11

2. 2005/200

6

3 13 13

Tabel 10

Akademik: Nilai Ujian Sekolah (Us)

Rata-rata Nilai US No Mata Pelajaran

Tahun 2004/2005 Tahun 2005/2006

1. Pendidikan Agama 6,72 6,80

2. Pendidikan Kewarganegaraan 6,74 6,52

3. IPA 6,57 6,06

4. IPS 6,68 6,30

5. Penjaskes 7,64 6,57

6. KTK 6,34 7,07

7. PKK 7,02 7,32

Page 45: SRI DAWATI-FDK.pdf

xlv

8. Komputer 7,25 7,36

9. PLKI 7,15 6,72

Tabel 11

Angka Kelulusan Dan Melanjutkan

Jumlah Kelulusan dan Kelanjutan Studi No Tahun Ajaran

Jumlah

Peserta

Ujian

Jumlah

Lulus

%

Kelulusan

% Lulusan

yang

Melanjutkan

Pendidikan

% Lulusan

yang

TIDAK

Melanjutkan

Pendidikan

1. 2004/2005 354 354 100% 100%

2. 2005/2006 356 356 100% 100%

Tabel 12

Perolehan Kejuaraan/Prestasi Akademik : Lomba-lomba

Tahun 2004/2005 Tahun 2005/2006

Tingkat Tingkat

No Nama Lomba

Juara

ke: Kab/

Kota

Propi

nsi

Nasio

nal

Juara

ke: Kab/

Kota

Propi

nsi

Nasio

nal

1 Lomba Sekolah Sehat 1 X 1 x

2 L. Sekolah Sehat 2 X 1 x

3 L. Sekolah Sehat 1 x

4 L. Baca Cerita UNJ 2 x

5 L. Pidato B. Inggris 1 x

Page 46: SRI DAWATI-FDK.pdf

xlvi

6 L. Mengarang 1 x

7 L. Pidato B. Inggris 3 x

8 Basket Putri 2 X 3 x

Tabel 13

Perolehan Kejuaraan/Prestasi Non Akademik

Tahun 2004/2005 Tahun 2005/2006

Tingkat Tingkat

No Nama Lomba

Juara

ke: Kab/

Kota

Propi

nsi

Nasio

nal

Juara

ke: Kab/

Kota

Propi

nsi

Nasio

nal

1. Lomba Keter Pramuka 3 x 1 x

2. Karate Pelajar DKI 3 x

3. Baca Puisi PMR 3 x

4. Lomba Tandu D. PMR 2 x 2 x

5. Lomba Band 2 x

6. Lomba Bongkar Pasang 3 x

7. Lomba Tandu Darurat 2 x

8. Karate Komite Putra 3 x

9. LCT PMR DKI 1 x

5. Sarana dan Prasarana

Tabel 14

Jumlah Bangunan Dan Fasilitas Belajar

Di atas luas tanah 5557 m2 dan luas bangunan ± 2500 m2

Page 47: SRI DAWATI-FDK.pdf

xlvii

NO JENIS FASILITAS JUMLAH LUAS KET

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

Ruang Kelas

Ruang Tata Usaha

Laboratorium

a. IPA

b. Bahasa

c. Komputer

Perpustakaan

Ruang Aula/Serbaguna

Ruang Kesenian

Studio Musik

Ruang UKS

Ruang Osis

Ruang KEPSEK

Ruang Guru

Rumah Penjaga Sekolah

Ruang BP/BK

Toko Koperasi

Kantin

Rumah Ibadah/Masjid

Kamar Mandi/WC Guru

Kamar Mandi/WC Siswa

Gudang

Dapur

Pos Jaga

Rumah Pompa/Menara Air

16

1

1

3

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

3

7

1

1

1

5

63m2

6x4

8x9

8x9

8x9

8x14

12x9

12x8

9x8

6x8

4x6

6x8

15x8

6x6

6x6

6x8

8x12

10x11

3x2x3

2x3x7

3x3

3x3

2x1

-

3 Baik, 13 rusak ringan

Rusak ringan

Rusak ringan

Rusak ringan

Rusak ringan

Baik

Rusak ringan

Rusak ringan

Baik

Baik

Baik

Baik

Rusak ringan

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

B. Gambaran Objektif YKAI

1. Sejarah Berdirinya YKAI

Page 48: SRI DAWATI-FDK.pdf

xlviii

Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) didirikan pada tanggal 17

Juli 1979 oleh Ny. Tien Soeharto, Ny. Nelly Adam Malik, Ny. Lasiyah

Soetanto, Ny. Anindiati S. Murpratomo, dan Ny. dr. Lily I. Rilantono.

Menindaklanjuti peringatan 20 tahun Deklarasi Hak Hak Anak oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Para pendiri YKAI percaya bahwa

membangun masyarakat yang berkualitas hanya dapat dicapai melalui

perwujudan kualitas awal manusia sejak anak-anak dengan memberikan hak-

haknya sehingga terpenuhi kebutuhan dasarnya secara fisik, mental maupun

spiritual.

2.Visi & Misi

Visi

Mewujudkan anak Indonesia yang handal, berkualitas dan berwawasan ke

depan menuju masyarakat yang sejahtera dan mandiri

” To build Indonesian children into strong, quality and forward-looking

citzens toward a properous and independent Indonesian society ”

Misi

Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan anak Indonesia melalui upaya-upaya

peningkatan kesadaran pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan potensi anak sesuai dengan hak-haknya serta penciptaan

lingkungan yang memberi peluang, dukungan, kebebasan dan perlindungan

Page 49: SRI DAWATI-FDK.pdf

xlix

untuk menunjang perkembangan rohani, jasmani, mental dam sosialnya.

To Improve the quality and welfare of Indonesian children through increased

public awareness, knowledge and capacity to develop their potential in

accordance with their rights and the creation of an environment that provides

opportunities, support, freedom and protection for the full spiritual, physical,

mental and social development of the Indonesian children.

3. Lintas Program YKAI

YKAI pada masa awal berdirinya bertindak sebagai salah satu kelompok

pemikir Indonesia yang merumuskan pikiran-pikiran baru tentang pembinaan

dan pengembangan anak secara menyeluruh, dari sisi kesejahteraan sosial,

maupun pengembangan potensinya secara utuh dalam aspek fisik, aspek

mental maupun aspek spiritual. Sebagai lembaga advokasi kebijakan nasional

dan konsep-konsep program yang terkait, selain secara intensif melaksanakan

lobi dengan para pengambil keputusan, YKAI juga memasyarakatkannya

melalui berbagai forum.

Mengingat masih perlu ditingkatkannya kesadaran masyarakat tentang

pembinaan dan pengembangan anak, YKAI mengadakan berbagai upaya

peningkatan kesadaran maupun penyebarluasan berbagai informasi mengenai

anak.

Selama dasawarsa kedua, YKAI mengintensifkan kegiatannya di bidang

pengkajian, layanan informasi maupun pemberian berbagai jenis layanan

khusus bagi anggota masyarakat yang memerlukan.

Page 50: SRI DAWATI-FDK.pdf

l

YKAI memprakarsai berdirinya tiga forum kerjasama, yaitu Forum

Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia (FK-PPAI,

1984), International Forum for Children Welfare (IFCW, 1989), dan Asia

Pacific Forum for Child Welfare (APFCW, 1994), yang hingga saat ini sangat

berperan di tingkat nasional, regional maupun internasional.

Sejak 1 Mei 2002 YKAI memperoleh Special Status dari ECOSOC.

4. Susunan Pengurus

Badan Pendiri:

Tien Soeharto (alm), Nelly Adam Malik, Lasiyah Soetanto (alm), Anindiati S.

Murpratomo, dan dr. Lily I. Rilantono

Badan Penasehat:

Anindiati S. Murpratomo, Karlinah U. Wirahadikusumah, Menteri

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Koordinator Bidang

Politik dan Keamanan, dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan

dan Industri

Badan Penyantun:

Adrianto Machribie, Eva Riyanti Hutapea, Gunarni Soeworo, I Made Bandem,

Kartini Mulyadi, Lily Kasoem, Makaminan Makagiansar, Martha Tilaar,

Nanan Robby Djohan, Sri Urip, Sasongko Soedarjo, Weinata Sairin

Page 51: SRI DAWATI-FDK.pdf

li

Badan Pengurus:

Ketua Umum : dr. Lily I. Rilantono

Ketua I : Wisaksono Noeradi

Ketua II : Shanti L. Poespososoetjipto

Ketua III : Wagiono Soenarto

Sekertaris I : Sasanti Kosasih

Sekertaris II : Palupi Widjajanti

Bendahara I : Sumandari S. Hardjohubojo (alm)

Bendahara II : Nani Koespriani

Ketua-ketua Bidang

a) Penelitian dan Pengembangan : Irwanto

b) Komunikasi : Pandji Choesin

c) Usaha dan Penggalangan Dana : Felia Salim

d) Program dan Organisasi : Damanhuri Roesadi

5. Program YKAI

a. Advokasi Kebijakan

YKAI bersama-sama dengan Forum Komunikasi Pembinaan dan

Pengembangan Anak Indonesia (FK-PPAI) mengupayakan adanya

kebijakan nasional menyangkut pembinaan dan pengembangan anak

Indonesia, antara lain pencanangan Dekade Anak, pencantuman Sektor

Page 52: SRI DAWATI-FDK.pdf

lii

Anak dan Remaja dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

serta perumusan Astra Citra Anak Indonesia sebagai sasaran umum

pembangunan anak dan remaja dalam Repelita IV.

b. Promotif - Preventif

Sejak tahun 1988, YKAI bekerjasama dengan PT Indofood Sukses

makmur dan Departemen Kesehatan RI menyelenggara Lomba Balita

Sejahtera Indonesia (LBSI) (sejak 2001 berubah nama Lomba Balita

Indonesia/LBI) untuk meningkatkan kesadaran dan kemandirian

masyarakat dalam upaya pembinaan kesehatan dan kesejahteraan balita.

Peserta LBSI/LBI yang diselenggarakan secara nasional ini meningkat

dari tahun ke tahun.

c. Kajian Anak dan Remaja

YKAI melakukan berbagai kajian tentang masalah anak, antara lain

pekerja anak, anak jalanan, anak dan televisi, dan penganiayaan anak.

Hasil-hasil kajian dikomunikasikan ke semua pihak yang

berkepentingan, terutama untuk bahan advokasi berbagai kebijakan.

d. Proyek Uji-Coba

Proyek Uji-Coba yang telah dilaksanakan oleh YKAI antara lain

adalah Rumah Singgah Anak Jalanan (RSAJ). RSAJ bersifat drop-in

centre yang menjadi perantara anak dengan keluarganya, untuk

Page 53: SRI DAWATI-FDK.pdf

liii

mempermudah anak jalanan melepaskan diri dari kehidupan jalanan,

untuk kembali kepada keluarga asli, keluarga pengganti, ataupun alih

kerja serta memiliki kembali nilai-nilai kehidupan masyarakat yang baik.

Diupayakan pula agar hak-haknya terpenuhi, sehat fisiknya, dapat

bersekolah, beriman, dan taqwa

e. Layanan Informasi

Data Informasi Anak (DIA) merupakan pusat referensi ilmiah

dalam bidang pembinaan dan pengembangan anak dan memberikan

layanan informasi kepada masyarakat melalui Perpustakaan DIA dengan

koleksi literatur sekitar 10.000 judul dan Bank Data yang menyediakan

berbagai macam data dan informasi terkait dengan permasalahan anak.

Layanan informasi juga dilakukan melalui Hotline Masalah Anak dan

Buletin Informasi Tentang Anak (BITA).

f. Pelatihan

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai

pembinaan dan pengembangan anak Indonesia, YKAI melakukan

berbagai pelatihan untuk orangtua, guru, maupun untuk anak-anak antara

lain Kursus Penyegar Ibu dan Balita (diikuti peserta dari 27 provinsi,

1982), Pelatihan bagi para pendamping Anak Jalanan (1995), serta

Penyuluhan Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS (bagi lebih dari

1000 anak jalanan di Jakarta, 1997).

Page 54: SRI DAWATI-FDK.pdf

liv

g. Layanan Langsung

Program layanan langsung yang dilaksanakan oleh YKAI antara

lain beasiswa, Perpustakaan Keliling, Perpustakaan Sekolah, dan

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita. Program Beasiswa

YKAI dimaksudkan untuk membantu anak-anak yang berasal dari

keluarga miskin untuk dapat bersekolah atau kembali ke sekolah. Hingga

tahun 2003 tercatat 30.000 siswa telah dibantu menyelesaikan

pendidikannya pada tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyandang dana

beasiswa yang telah disalurkan adalah Indomie, Chiki, Kualiva,

Hongkong Bank, Kawedri, Indo-Ad, Visa International, TOTAL,

McDonald, dan individu-individu donatur.

Program perpustakaan keliling dimaksudkan untuk meningkatkan

minat baca anak-anak terutama mereka yang berasal dari daerah-daerah

tertinggal. Didukung oleh 5 unit mobil perpustakaan keliling, kegiatan

ini menjangkau lebih dari 15.000 murid SD. Mobil-mobil perpustakaan

keliling tersebut beroperasi di daerah-daerah tertinggal di Jakarta. Peran

serta berbagai pihak sangat membantu suksesnya kegiatan ini antara lain

dari PT Indofood Sukses Makmur, Bursa Efek Jakarta, BKKKS DKI

Jakarta, Du-Pont, Hongkong Bank, Danond, dan McDonald.

h. Depot Anak sebagai Wadah jaring Pengaman Sosial

Page 55: SRI DAWATI-FDK.pdf

lv

Sebagai program jaring pengaman sosial, Depot Anak bertujuan

menyediakan wadah untuk menampung peran serta masyarakat dalam

upaya membangun kesejahteraan anak Indonesia. Sumbangan berasal

dari masyarakat ataupun perusahaan-perusahaan swasta, antara lain

dalam bentuk beasiswa, pengobatan, pembangunan sarana sekolah, dan

penyuluhan kesehatan.

Sejak tahun 2002, Depot Anak melaksanakan kegiatan Anak Cinta

Damai. Kegiatan ini mengajak anak-anak korban konflik untuk

berdamai. Kegiatan telah dilaksanakan di Bogor, Ambon, dan Ternate.

i. Perluasan Jaringan Kerjasama

YKAI secara aktif mengikuti dan menyelenggarakan berbagai forum

tentang anak berskala nasional maupun internasional.

j. Pengembangan Kreativitas Anak Indonesia

Kegiatan pengembangan kreativitas anak Indonesia antara lain

dilaksanakan melalui pembuatan berbagai jenis kartu ucapan selamat

(Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru) yang menyajikan lukisan karya anak-

anak Indonesia Hingga 2003 sekitar 250 lukisan karya anak Indonesia

telah digunakan untuk kartu-kartu YKAI.

6. Karyawan/Staff

Page 56: SRI DAWATI-FDK.pdf

lvi

Direktur Eksekutif

Executive Director

: Winarti Sukaesih

Divisi Program

Program Division

: Yuyun Sri Heryani

Bantuan Pendidikan

(Beasiswa)

Scholarship

: Wiwin Winarni, Siti Rohaya, Sutarto

Perpustakaan Keliling

Mobile Library

: Endang Pudjiwati, Sunardi, Yosar

Pelayanan Masalah Anak

dan Remaja

Hotline Service for Child

and Youth

: K.S. Susane Siregar, Munifah, Herdiyani,

Woro Dwi Martanti, Tiara Astari,

Ninik Tri Harjanti, Dhira

Perlindungan Khusus

Anak

CNSP (Child Need

Special Protection)

: Anto Ikayadi, Nurlaila

Depot Anak

(Child Center)

: Diani Puspitaningrum

Divisi Data Informasi

Anak

Child Information

Division

: Setiadi Agus Anggrahito, Hamid Patilima,

Muhammad

Bagian Keuangan

Finance Department

: Dessy Nursanti, T. Soehono, Rohayati

Sekretariat

Secretariat

: Wikan Mardi Astuti, Mahir, Asnawi,

Sardjino, Djamaludin

Page 57: SRI DAWATI-FDK.pdf

lvii

C. Program Per Group SMPN 139 Jakarta

Adapun program atau kegiatan yang dilakukan oleh Peer Group SMPN

139 Jakarta antara lain adalah :48

a. Penyuluhan Narkoba bagi siswa kelas VII SMPN 139 Jakarta, kegiatan ini

dilakukan secara rutin ketika tahun ajaran baru yaitu pada saat Masa

Orientasi Sekolah (MOS) yang bertempat di lapangan SMP Negeri 139

Jakarta.

Penyuluhan ini dilakukan dengan tujuan agar para re-generasi

mendapatkan informsi-informasi tentang bahaya NAPZA bagi kesehatan

mereka baik kesehatan fisik maupun psikisnya. Selain itu para re-generasi

tidak hanya mendapatkan informasi bahayanya saja tetapi juga mendapatkan

informasi tentang cara pencegahannya. Selain tujuan di atas kegiatan ini

juga bertujuan agar kegiatan peer group tetap diminati oleh generasi

berikutnya.

b. Ikut berpartisipasi dalam memperingati Hari Anak Nasional (HAN),

kegiatan ini juga dilakukan secara rutin pada setiap tahunnya, yang

bertempat di Bundaran HI dan Taman Ismail Marzuki Jakarta.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para anggota peer group dapat

mengkampanyekan pengetahuannya tentang bahaya NAPZA dan ikut

berpartisipasi pada kegiatan peringatan Hari Anak Nasional.

c. Perlombaan cerpen yang bertemakan tentang “drugs”, kegiatan ini

dilaksanakan di SMPN 139 Jakarta.

48

Hasil laporan pertanggungjawaban Peer Group SMPN 139. Jakarta : Juli, 2006

Page 58: SRI DAWATI-FDK.pdf

lviii

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kreativitas, menggali

potensi, minat dan bakat anak dalam karya tulis, selain itu juga melatih

keterampilan anak untuk menyampaikan pesan-peasan moral tentang bahaya

NAPZA bagi kehidupan ke dalam sebuah tulisan.

d. Pendidikan dan Pelatihan Penyiar Radio, kegiatan ini dilakukan di ruang lab.

Bahasa Inggris SMPN 139 Jakarta dengan narasumber dari penyiar radio,

Liza Harun.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para siswa/i dapat mengikuti

pelatihan menjadi penyair radio, khususnya anggota peer group agar dapat

menyampaikan pesan-pesan moral seputar bahaya NAPZA dan cara

pencegahannya melalui media.

e. Kunjungan ke PKBI, Peer Group diminta menjadi sample dalam penelitian

tentang deskripsi anak terhadap gambar kesehatan reproduksi remaja,

kegiatan ini dilakukan di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia,

Centra Mitra Muda, Jl. Pisangan Baru Timur Jakarta.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para remaja dapat

mengetahui lebih baik tentang alat-alat reproduksi dalam tubuh mereka dan

mengetahui fungsinya, selain itu juga agar para remaja dapat menjaga

kesehatan reproduksinya dengan baik sejak dini.

f. Klinik Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Pojok Remaja

(JOKJA) Square.

Kegiatan ini dilakukan di ruang Bimbingan Konseling SMPN 139 Jakarta,

Page 59: SRI DAWATI-FDK.pdf

lix

dengan tujuan kelompok teman sebaya dapat berbagi informasi seputar

dunia remaja khususnya tentang alat reproduksi wanita dan melatih kegiatan

konseling pada siswa/i.

g. Melakukan upacara dalam rangka memperingati Hari Madat Internasional.

Kegiatan ini dilakukan di lapangan MONAS dengan tujuan untuk

mengkampanyekan tentang bahaya NAPZA bagi kehidupan kita, hal ini

merupakan salah satu bentuk kepedulian remaja terhadap kesehatan jiwa dan

raganya.

h. Lomba KKR TPUKA Jakarta Timur, Peer Group berhasil juara III pada

lomba PKPR (konseling Teman Sebaya), kegiatan ini dilakukan di PMI

Cabang Jakarta Timur.

i. Regenerasi Peer Group, pembentukan dan pemilihan ketua kelompok Peer

Group yang baru, dilakukan di ruangan lab. Bahasa Inggris SMPN 139

Jakarta.

j. Penyuluhan Narkoba untuk guru, dilaksanakan di ruang lab. Bahasa Inggris

SMPN 139 Jakarta.

Dari hasil laporan peer group SMPN 139 Jakarta yang telah ditulis,

seluruh kegiatan yang tertera di atas telah terlaksana dengan baik. Hal ini

tidak terlepas dari hasil kerja keras para pengurus, anggota dan pekerja

lapangan yang bertugas sebagai pembimbing dan sekaligus memonitoring

seluruh program. Adapun fungsi monitoring disini adalah untuk memonitor

atau mengawasi berjalan atau tidaknya kegiatan peer group di SMPN 139

Jakarta selama menjadi PILLOT PROJEC.

Page 60: SRI DAWATI-FDK.pdf

lx

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

IMPLEMENTASI PROGRAM PEER GROUP YKAI DALAM

MEMINIMALISIR PENYALAHGUNAAN NAPZA DI LINGKUNGAN

SEKOLAH SMPN 139 JAKARTA

A. Koordinasi Program Peer Group

Program Peer Group yang dilaksanakan di SMPN 139 Jakarta

terselenggara atas kerjasama antara Sekolah, YKAI, dan BNN. Kordinasi

adalah sebuah keniscayaan yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan

program peer group. Adapun koordinasi yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Koordinasi Pelaksanaan Program Peer Group Dengan Sekolah

Kegiatan dan program peer group sejak awal dibentuk sudah

terprogram dan terjadwal oleh YKAI, para anggota Peer Group SMPN 139

Jakarta hanya tinggal melaksanakannya saja. Berkat kerjasama dan koordinasi

yang baik antara YKAI dan SMPN 139 Jakarta maka seluruh program dapat

dijalankan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan.

Namun YKAI sangat mengharapkan ketika SMPN 139 Jakarta sudah

tidak menjadi PILLOT PROJECT tetap menjalankan program dan dapat

mengembangkan program-program yang lain. Peer Group SMPN 139

diharapkan dapat menjadi tolak ukur keberhasilan program penanggulangan

Page 61: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxi

penyalahgunaan NAPZA dalam upaya meminimalisir penyalahgunaan

NAPZA di lingkungan sekolah.

Sebelum melakukan kegiatan para anggota peer group

mengkoordinasikan terlebih dahulu pada kepala sekolah dan guru, untuk

meminta izin mengadakan kegiatan, seperti lomba menulis di mading dengan

tema yang berkaitan dengan penyalahgunaan NAPZA, membuat suatu

pertunjukan drama yang bertemakan tentang bahaya NAPZA, kegiatan ini

dilakukan dalam rangka memperingati hari madat se dunia di bundaran HI.

2. Koordinasi Pelaksanaan Program Peer Group Dengan BNN

BNN ( Badan Narkotika Nasional ) merupakan mitra YKAI yang

membantu berjalannya program pencegahan anak terhadap perdagangan dan

penyalahgunaan NAPZA ( Child Drugs Trafficking ) di lingkungan sekolah.

Tugas dari BNN sendiri adalah membantu mengawasi, memberikan

penyuluhan-penyuluhan kepada siswa dan guru, melakukan tes urine bagi

anak yang terlibat penyalahgunaan NAPZA.

Sistem koordinasi yang dilakukan oleh BNN adalah ketika SMPN 139

Jakarta akan mengadakan suatu kegiatan atau acara yang berkaitan dengan

masalah NAPZA, maka mereka mengundang BNN untuk menjadi pembicara

maupun narasumbernya. Hal ini sering dilakukan ketika SMPN 139 Jakarta

masih menjadi PILLOT PROJEC YKAI. Walaupun SMPN 139 Jakarta sudah

tidak menjadi PILLOT PROJEC YKAI, pihak sekolah masih tetap

berkoordinasi dengan BNN untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan

kepada anak didik mereka.

Page 62: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxii

3. Koordinasi Pelaksanaan Program Peer Group Dengan YKAI

Walaupun PILLOT PROJEC YKAI di SMPN 139 Jakarta sudah

berakhir, tetapi satu sama lain masih selalu berkoordinasi, hal ini dilakukan

agar jalinan kerjasama yang sudah terbentuk dengan baik tidak akan rusak

akan selalu tumbuh dan dapat memberikan informasi-informasi yang baru dan

bermanfaat bagi siswa/i terutama bagi anggota Peer Group itu sendiri.

Selama masa bimbingan banyak sekali ilmu dan pengalaman yang

didapat pada setiap anggota Peer Group, dengan demikian mereka dapat

melatih diri mereka untuk menjadi seorang leader (pemimpin) dan

mengembangkan program sekolah agar lebih baik lagi.

Peer Group SMPN 139 Jakarta sudah banyak mendapat penghargaan

dan pengakuan dari pihak luar, bahwa Peer Group SMPN 139 Jakarta mampu

mengembangkan dan membuat program-program baru yang menambah

pengetahuan siswa/i dan menggali kreatifitas mereka. seperti : dengan adanya

JOGJA SQUARE para siswa/i dapat melatih diri untuk menjadi seorang

konselor, karena mereka dilatih unuk berdiskusi kepada teman-teman mereka

yang memiliki masalah dan mereka sendiri pula yang akan mencarikan solusi

dan jalan keluarnya.

B. Implementasi Program Inti Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir

Penyalahgunaan Napza Di Lingkungan Sekolah SMPN 139 Jakarta

Upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di lingkungan

sekolah tidak terlepas dari peran serta orangtua, guru, dan peran masyarakat

luas. Hal ini dipandang penting karena dengan adanya kerjasama yang baik

Page 63: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxiii

antara ketiga elemen tersebut dapat membantu dalam meminimalisir

penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.

Usia remaja merupakan usia yang sangat rentan terhadap

penyalahgunaan NAPZA, dari data yang di dapat dalam situs cerita remaja

Indonesia yang diungkap oleh perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia

(PAPDI) cabang DKI Jaya, dari sekitar 2 juta orang pengguna NAPZA di

Indonesia, mayoritas pengguna berusia 20-25 tahun. Sembilan puluh persen

pengguna adalah pria. Usia pertama kali menggunakan NAPZA rata-rata pada

umur 19 tahun.49

Hubungan baik antara guru, orang tua, dan elemen masyarakat adalah

pendukung dalam meminimalisir masalah NAPZA di lingkungan sekolah,

inilah yang dilakukan oleh peer group SMPN 139 Jakarta dalam

meminimalisir masalah NAPZA di lingkungan sekolah, adapun inti dari

program Peer Group SMPN 139 Jakarta adalah antara lain :

d) Melakukan SIDAK, yang dilakukan di dalam sekolah antara lain di

dalam kelas, di kantin sekolah, dan kamar mandi. SIDAK juga dilakukan

di luar sekolah antara lain pada tempat nongkrong siswa/i yang dianggap

mencurigakan, kegiatan ini mulai dilakukan sejak terbentuknya program

Peer group di SMPN 139 Jakarta, yaitu pada tanggal 26 Mei 2005.

kegiatan ini dilakukan secara rutin pada setiap bulan dengan waktu dan

hari yang telah disepakati oleh para guru tanpa diketahui oleh para

siswa/i. Hal ini bertujuan agar siswa/i tidak mudah mengelak ketika

49

Cerita Remaja Indonesia, http://www.bkkbn.go.id.htm

Page 64: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxiv

ditemukan barang terlarang di dalam tas-nya. SIDAK merupakan salah

satu program inti Peer Group, melalui SIDAK inilah diketahui ada

tidaknya siswa/i yang terlibat penyalahgunaan NAPZA. Dalam

pelaksanaannya pengurus Peer Group bekerjasama dengan Guru BK,

dan kepala sekolah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat

Sekolah. Dari hasil wawancara penulis dengan salah satu pengurus

sekaligus guru BK, setiap melakukan kegiatan SIDAK baik di dalam

maupun di luar sekolah belum pernah menemukan siswa/i yang

membawa dan menggunakan barang terlarang. Ini merupakan salah satu

keberhasilan program Peer Group SMPN 139 Jakarta dalam

meminimalisir masalah NAPZA di lingkungan sekolah. Dengan adanya

program tersebut para siswa/i mengetahui bahwa betapa bahayanya

NAPZA jika sedikit saja masuk ke dalam tubuh mereka. Apabila telah

dilakukan SIDAK dan ada siswa/i yang tertangkap memiliki NAPZA

maka pengurus Peer Group dan pihak sekolah bekerjasama dengan BNN

untuk melakukan tes urine.

e) Melakukan tes urine. Tes urine dilakukan atas kerjasama pengurus Peer

Group dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) maupun Badan

Narkotika Provinsi (BNP). Tes urine ini dilakukan pada seluruh siswa/i,

mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Untuk memperoleh data

siswa/i yang melakukan penyalahgunaan terhadap NAPZA, tes urine di

SMPN 139 pernah dilaksanakan sekali yaitu pada tanggal 18 Mei 2006,

pelaksanaan tes urine yang dilakukan terhadap seluruh siswa/i dengan

Page 65: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxv

jumlah siswa pada saat itu 1000 siswa/i. Tes urine ini baru dilakukan

sekali hal ini berkaitan dengan masalah dana, pihak sekolah tidak

memiliki alokasi dana yang lebih untuk melakukan kegiatan tersebut.

Kegiatan tes urine ini dilakukan berdasarkan penelitian guru terhadap

siswa/i yang terlihat dari perubahan fisik anak dan tingkah laku anak

yang berubah. Contoh perubahan fisik anak antara lain : “sering ngantuk

di kelas, badan yang semakin kurus, loyo (tidak ada gairah untuk

belajar)”, dan perubahan tingkah laku antara lain : “suka membuat onar

di lingkungan sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas,

merosotnya nilai ulangan dan nilai raport. Dari hasil tes urine tersebut

pihak sekolah dan BNN tidak menemukan siswa/i yang positif

menggunakan NAPZA.

f) Melakukan Konseling. Konseling merupakan upaya pemberian bantuan

dari seseorang yang disebut konselor kepada orang lain yang disebut

klien yang memiliki tujuan jangka pendek untuk memecahkan persoalan

yang sedang dihadapi oleh klien dan tujuan jangka panjangnya adalah

agar klien mampu menyelesaikan segala persoalannya secara mandiri.

Proses konseling yang dilakukan melibatkan pengurus Peer Group yang

terdiri dari elemen siswa/i pengurus Peer Group dan Guru BK, adapun

konseling yang dilakukan para anggota Peer Group terhadap temannya

tidak jauh berbeda dengan curhat-curhatan dikalangan remaja. dengan

memakai metode ini dinilai akan mendapatkan hasil yang maksimal

(dapat menggali informasi yang lebih banyak dengan mudah). Setelah

Page 66: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxvi

dilakukan proses konseling, pengurus Peer Group melaporkan hasil

temuannya kepada wali siswa/i untuk dicarikan solusi terbaik terhadap

masalah yang dihadapi. Dalam mencarikan solusi tersebut pengurus Peer

Group bekerjasama dengan orang tua siswa/i, hal ini dilakukan agar guru

dan orang tua dapat menemukan solusi agar siswa tersebut tidak

berlarut-larut terperangkap dalam dunia hitam yang dapat merusak masa

depannya.

Jadual Kegiatan Peer Group SMPN 139

Kerjasama SMP Negeri 139 dengan YKAI dan ILO

No KEGIATAN PELAKSANAAN TEMPAT

1

Penyuluhan Narkoba bagi

siswa kelas VII SMPN 139

Jakarta Tahun Ajaran 2005-

2006 pada saat Masa Orientasi

Sekolah (MOS)

20 Juli 2005

Lapangan SMP

Negeri 139 Jakarta

2

Pendidikan dan Pelatihan

Penyiar Radio

28 Desember 2005

R. Lab. Bahasa

Inggris SMPN 139

Jakarta

3

Lomba KKR TPUKS Jakarta

Timur, Peer Group berhasil

meraih juara III pada lomba

28 Juni 2006

PMI Cabang Jakarta

Page 67: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxvii

PKPR (Konseling Teman

Sebaya)

Timur

4

Kunjungan ke PKBI, Peer

Group diminta menjadi sample

dalam penelitian tentang

deskripsi anak terhadap

gambaran kesehatan

reproduksi remaja

24-25 April 2006

Perkumpulan

Keluarga Berencana

Indonesia Centra

Mitra Muda Jl.

Pisangan Baru

Jakarta Tmur

5

Klinik pelayanan Kesehatan

Peduli Remaja PKPR, Pojok

Remaja (JOKJA) Square

1 Mei 2006

Ruang Bim.

Konseling SMPN 139

Jakarta

6

Pamflet Klinik PKPR JOKJA

SQUARE

28 Mei 2006

SMPN 139 Jakarta

7

Partisipasi memperingati Hari

Anak Nasional tahun 2005

23 Juli 2005

SMPN 139 Jakarta

8

Upacara dalam Rangka

memperingati Hari Madat

Internasional

26 Juni 2006

Lapangan MONAS

9

Lomba Cerpen

12-24 Desember 2005

SMP Negeri 139

Jakarta

10

Regenerasi Peer Group

29 Juni 2006

R. Lab. Bahasa

Inggris SMPN 139

Jakarta

Page 68: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxviii

Seluruh kegiatan di atas merupakan program Peer Group, namun diantara

sekian banyaknya program ada yang termasuk program inti, yang dimaksud

dengan program inti yaitu kegiatan yang dilakukan secara rutin dengan jadwal

yang sudah ditentukan. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat keterangan

dibawah ini.

1. Penyuluhan Narkoba bagi siswa kelas VII SMPN 139 Jakarta, kegiatan ini

dilakukan secara rutin ketika tahun ajaran baru yaitu pada saat Masa

Orientasi Sekolah (MOS) yang bertempat di lapangan SMP Negeri 139

Jakarta.

Penyuluhan ini dilakukan dengan tujuan agar para re-generasi

mendapatkan informsi-informasi tentang bahaya NAPZA bagi kesehatan

mereka baik kesehatan fisik maupun psikisnya. Selain itu para re-generasi

tidak hanya mendapatkan informasi bahayanya saja tetapi juga

mendapatkan informasi tentang cara pencegahannya. Selain tujuan di atas

kegiatan ini juga bertujuan agar kegiatan peer group tetap diminati oleh

generasi berikutnya.

2. Pendidikan dan Pelatihan Penyiar Radio, kegiatan ini dilakukan di ruang

lab. Bahasa Inggris SMPN 139 Jakarta dengan narasumber dari penyiar

radio, Liza Harun.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para siswa/i dapat mengikuti

pelatihan menjadi penyair radio, khususnya anggota peer group agar dapat

menyampaikan hasil kegiatan yang akan dilakukan di sekolah khususnya

Page 69: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxix

masalah NAPZA dan menyampaikan pesan-pesan moral seputar bahaya

NAPZA serta cara pencegahannya melalui media radio yang mengudara

disaat jam-jam istirahat pada setiap harinya.

3. Lomba KKR TPUKA Jakarta Timur, Peer Group berhasil juara III pada

lomba PKPR (konseling Teman Sebaya), kegiatan ini dilakukan di PMI

Cabang Jakarta Timur.

4. Kunjungan ke PKBI, Peer Group diminta menjadi sample dalam penelitian

tentang deskripsi anak terhadap gambar kesehatan reproduksi remaja,

kegiatan ini dilakukan di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia,

Centra Mitra Muda, Jl. Pisangan Baru Timur Jakarta.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para remaja dapat mengetahui

lebih baik tentang alat-alat reproduksi dalam tubuh mereka dan

mengetahui fungsinya, selain itu juga agar para remaja dapat menjaga

kesehatan reproduksinya dengan baik sejak dini.

5. Klinik Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Pojok Remaja

(JOKJA) Square.

Kegiatan ini dilakukan di ruang Bimbingan Konseling SMPN 139 Jakarta,

dengan tujuan kelompok teman sebaya dapat berbagi informasi seputar

dunia remaja khususnya tentang alat reproduksi wanita dan melatih

kegiatan konseling pada siswa/i.

6. Pamflet Klinik PKPR JOKJA SQUARE, para anggota peer group

membuat stiker dan pesan-pesan di mading yang berisikan informasi

Page 70: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxx

seputar alat reproduksi serta fungsinya dan informasi seputar dunia remaja

lainnya.

7. Ikut berpartisipasi dalam memperingati Hari Anak Nasional (HAN),

kegiatan ini juga dilakukan secara rutin pada setiap tahunnya, yang

bertempat di Bundaran HI dan Taman Ismail Marzuki Jakarta.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para anggota peer group dapat

mengkampanyekan pengetahuannya tentang bahaya NAPZA dan ikut

berpartisipasi pada kegiatan peringatan Hari Anak Nasional.

8. Melakukan upacara dalam rangka memperingati Hari Madat Internasional.

Kegiatan ini dilakukan di lapangan MONAS dengan tujuan untuk

mengkampanyekan tentang bahaya NAPZA bagi kehidupan kita, hal ini

merupakan salah satu bentuk kepedulian remaja terhadap kesehatan jiwa

dan raganya.

9. Perlombaan cerpen yang bertemakan tentang “drugs”, kegiatan ini

dilaksanakan di SMPN 139 Jakarta.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kreativitas, menggali

potensi, minat dan bakat anak dalam karya tulis, selain itu juga melatih

keterampilan anak untuk menyampaikan pesan-peasan moral tentang

bahaya NAPZA bagi kehidupan ke dalam sebuah tulisan.

10. Regenerasi Peer Group, pembentukan dan pemilihan ketua kelompok Peer

Group yang baru, dilakukan di ruangan lab. Bahasa Inggris SMPN 139

Jakarta.

Page 71: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxi

g) Rujukan Bagi Anak Yang Terlibat Penyalahgunaan NAPZA

Rujukan ke RSKO merupakan alternatif terakhir ketika seorang siswa

terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Namun sebelum rujukan

tersebut diajukan maka harus melalui beberapa proses atau tahapan.

Pentahapan tersebut adalah :

Tahap pertama adalah melakukan Sidak, Tes urine, Kounseling,

musyawarah guru dan orang tua, di bawa ke rumah sakit terdekat dan tahap

akhir adalah rujukan ke RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat) untuk

menjalani therapy.

Ketika dalam kegiatan SIDAK terdapat siswa/i yang membawa barang

terlarang lalu diproses pada tes urine, apabila dalam tes urine siswa tersebut

positif menggunakan barang terlarang maka proses selanjutnya adalah

konseling, dalam proses konseling guru BK yang dibantu oleh anggota peer

group, siswa di panggil ke ruang BK untuk selanjutnya dilakukan proses

konseling.

Dalam proses konseling salah satu anggota peer group dengan

didampingi guru BP memberi arahan dan pengetahuan tentang bahaya

NAPZA bagi kesehatan dan masa depan mereka. Dari hasil kounseling akan

ditemukan beberapa faktor penyebab anak tersebut terlibat dalam

penyalahgunaan NAPZA, maka para guru sepakat mengundang orang tua

siswa yang terlibat untuk bermusyawarah mencarikan solusi yang terbaik bagi

anaknya. Hasil musyawarah tersebut yang menentukan apakah anak itu akan

Page 72: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxii

di skor selama beberapa waktu atau di rujuk ke RSKO untuk menjalani

therapy.

Peran anggota Peer Group pada kegiatan di atas adalah membantu

temannya yang terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA, seperti pada proses

kounseling siswa juga ikut berperan sebagai konselor, ketika surat rujukan

sudah keluar dan sudah mendapat keputusan dari pihak sekolah dan rumah

sakit, para anggota peer group juga ikut menghantarkannya dan memberikan

motivasi yang dapat membangun semangatnya kembali.

Page 73: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxiii

BAB V

PENUTUP

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Implementasi

Program Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir Penyalahgunaan NAPZA

Di Lingkungan Sekolah SMPN 139 Jakarta, penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Yang menjadi program inti dari pelaksanaan program Peer Group YKAI

di SMPN 139 adalah : pertama, untuk melakukan keterlibatan siswa/i

dalam penyalahgunaan terhadap NAPZA pihak sekolah melakukan

SIDAK terhadap para siswa/i, kedua, melakukan tes urine kepada siswa/i

yang diduga menggunakan NAPZA, ketiga, Melakukan konseling pada

siswa yang terlibat dalam kasus penyalahgunaan NAPZA di lingkungan

sekolah.

2. Program Peer group merupakan sistem kerja yang terkoordinasi, dalam

melaksanaan program Peer Group yang telah disusun oleh YKAI

pengurus Peer Group yang terdiri dari guru pembimbing dan siswa/i

melakukan koordinasi kepada pimpinan sekolah/kepala sekolah,

koordinasi yang dilakukan pihak sekolah dengan YKAI tidak hanya

sebatas pada pelaksanaan program tetapi terus berlanjut hingga pillot

projectnya selesai. Selanjutnya untuk mengetahui siswa/i yang terlibat

Page 74: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxiv

penyalahgunaan NAPZA pengurus Peer Group bekerjasama dengan

BNN untuk melakukan tes urine.

3. Dalam hal penangganan siswa/i yang terbukti terlibat penyalahgunaan

NAPZA pihak sekolah bekerjasama dengan RSKO. Sistem rujukan yang

dilakukan terhadap siswa/i yang terbukti melakukan penyalahgunaan

NAPZA melalui beberapa tahap yaitu : Tahap pertama adalah

melakukan Sidak, kedua, Tes urine, ketiga, Kounseling, keempat,

musyawarah guru dan orang tua, dan terakhir atau yang kelima,

membawa siswa/i bawa korban ke RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan

Obat) untuk menjalani therapy.

D. Saran

Kepada semua pihak pengurus dan juga pembimbing program peer group

SMPN 139 Jakarta, penulis menyarankan :

1. Dalam menjalankan aktivitas dan program kerja Peer Group pihak sekolah

telah melakukan sistem koordinasi dengan baik dengan berbagai pihak

seperti YKAI dan BNN. Kordinasi yang dilakukan dengan YKAI berupa

sosialisasi program, pelaksanaan dan evaluasi program sedangkan dengan

BNN pihak sekolah atau pengurus Peer Group berkoordinasi dalam hal

tekhnis seperti pelaksanaan tes urine dan memberikan penyuluhan-

penyuluhan melalui seminar-seminar yang diselenggarakan atas kerjasama

antara pihak sekolah, YKAI, dan BNN. Dengan demikian penulis

menyarankan agar koordinasi yang telah berjalan dapat lebih ditingkatkan.

Page 75: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxv

2. Dalam pelaksanaan program inti yang telah dilaksanakan di Sekolah SMP

Negeri 139 telah berjalan dengan baik, hal ini karena secara prosedural

YKAI telah memberikan rancangan program peer group secara detail dan

komprehensif sedangkan pihak pengurus peer group disekolah bertindak

sebagai pelaksana. Namun demikian penulis menyarankan semoga

program inti yang telah ada agar lebih ditingkatkan misalnya dengan

menambah tenaga psikolog untuk menunjang proses konseling agar lebih

profesional.

3. Rujukan ke Rumah Sakit Ketergantungan obat baru akan dilakukan ketika

siswa/i bener-benar terbukti telah terlibat penyalahgunaan NAPZA.

Penulis menyarankan semoga pihak sekolah dan keluarga dapat menjadi

motivator, sahabat dan teman bagi siswa/i yang terlibat untuk bangkit dan

memperbaiki dirinya dalam upaya melepaskan diri dari belenggu NAPZA.

Page 76: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxvi

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rukminto, Isbandi, Drs., Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu

Kesejahteraan Sosial ; Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada, 1994.

Cerita remaja Indonesia, http://www.bkkbn.go.id.htm

Darwis ,Syahrudin dan Musyaruddin, Mari Bersatu Berantas Bahaya

Penyalahgunaan NARKOBA (NAZA), BP, Dharma Bhakti. Jakarta, 1999.

Dirdjosisworo,.Soedjono SH, Hukum Narkotika Indonesia. Bandung : Citra

Aditya Bakti, 1990.

Gerungan DIPL, Psikologi Sosial. Bandung : Eresco, 1996.

Hasil laporan pertanggungjawaban Peer Group SMPN 139. Jakarta : Juli, 2006

Hawari, Dadang, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ilmu Kesehatan Jiwa.

Jakarta : PT Dhana Bhakti Prima Yasa, 1996.

……………….., Konsep Islam Memerangi AIDS dan NAZA. Yogyakarta : Dana

Bhakti Prima Yasha, 1996.

……………….., Psikiater Prof. Dr. dr. H., Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan

Kesehatan Jiwa. Yogya: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004.

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0606/09/muda/2713225.htm

Hurlock, B, Elizabeth., Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1990.

ILO, Anak-anak Dalam Perdagangan dan Produksi Obat-obatan terlarang di

Jakarta. Jakarta: Organisasi Perburuhan Internasional, 2004.

Joewana, Satya, Gangguan Penggunaan Zat. Jakarta : PT Gramedia, 1989.

Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka, Depdikbud, 1998.

Moeloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya,

2000.

Page 77: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxvii

Mubarok Achmad, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Jiwa dalam Al-

Quran. Jakarta : Paramadina, 2000.

Muhidin, Syarif, Drs Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung : 1997.

Mustofa Sanusi Ahmad Drs. H., Problem Narkotika-Psikotropika dan HIV-AIDS. Jakarta: Zikrul Hakim 2002

Peran Guru Dalam Pendidikan (http://bkt_bg_isi.gif,.htm)

Rosjidan, Modul Pengantar Wawancara Konseling. Malang: IKIP, 1994.

Singarimbun, Masri, dan Effendi, Sufian, Methode Penelitian Survey. Jakarta:

LP3S.

Sukanda, Ruli, S.Pd, Pembina Peer Group SMPN 139 Jakarta, Wawancara

Pribadi, 31 Mei 2007.

Sumber: Data hasil kegiatan Pelatihan Guru Dalam Mengatasi Masalah

Penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Gedung Pusdiklat Depsos, Radio

Dalam-JAKSEL

Sumber: Data Statistik Sekolah SMPN 139 Jakarta, tahun 2006-2007

Tekanan Teman Sebaya (http://situs.kesrepro.info/krr/agu/2002/utama02.htm)

Warjowarsito S.. W Tito, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-

Inggris. Bandung, 1980

YKAI, Prosedur Penanganan dan Pencegahan Perdagangan Narkoba di

Sekolah. Jakarta : 2006.

Yuniarsih, Nia, S.Pd, Pembina Peer Group SMPN 139 Jakarta, Wawancara

Pribadi, 31 Mei 2007

Page 78: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxviii

Hasil Wawancara

Interview : Ibu Nia

Jabatan : Guru BK dan Pembina Peer Group

Tanggal : 31 Mei 2007

Tempat : Ruang BK

1. Sejak kapan program Peer Group YKAI dibentuk di SMPN 139 Jakarta?

Peer Group terbentuk sejak dijadikannya SMPN 139 Jakarta menjadi

Pillot Project YKAI dalam penanganan masalah NAPZA di lingkungan

sekolah yaitu pada tanggal 25-26 Mei 2005

2. Apa yang menjadi tujuan utama dibentuknya program peer group YKAI di

SMPN 139 Jakarta?

Adapun yang menjadi tujuan utama YKAI membuat program peer group

di SMPN 139 Jakarta adalah untuk menyebar luaskan informasi tentang

program pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA di lingkungan

sekolah atau yang disebut dengan Child Drugs Trafficking [CDT]

3. Program apa saja yang dilakukan oleh Peer Group YKAI di SMPN 139

Jakarta dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA di lingkungan

sekolah?

Banyak sekali program yang peer group YKAI yang sudah dilakukan di

SMPN 139 Jakarta ini antara lain :

a. Penyuluhan tentang bahaya NAPZA bagi siswa/i baru SMPN 139

Jakarta yang dilakukan pada masa orientasi sekolah [MOS],

dengan tujuan agar anggota peer group dapat mensosialisasikan

apa itu peer group dan manfaat bagi siswa yang menjadi

anggotanya.

b. Pendidikan dan pelatihan penyiar radio, kegiatan ini dilakukan

dengan tujuan agar nantinya siswa dapat menyiarkan informasi

tentnag bahaya NAPZA melalui radio sekolah yang mengudara

Page 79: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxix

ketika jam-jam istirahat, agar siswa/i dapat mendengarkan berita

tentang seputar NAPZA

c. Membuat Klinik Peduli Remaja yang dinamakan Pojok Remaja

[JOKJA] square, disini siswa/I dapat berdiskusi bertukar informasi

seputar dunia remaja dan bahaya NAPZA, selain itu juga secara

tidak langsung siswa belajar menjadi seorang konselor dalam

menyelesaikan suatu masalah yang dialami oleh seorang klien.

d. Pelatihan dan penyuluhan NAPZA untuk guru

Itulah pogram yang sudah dilakukan oleh peer group YKAI di

SMPN 139 Jakarta, kami sebagai guru sekaligus pembimbing turut

merasakan senang sekali dengan adanya program-program tesebut

pengetahuan kami tentang NAPZA semakin bertambah.

4. Bimbingan apa saja yang sudah diberikan petugas lapangan YKAI pada

anggota Peer Group SMPN 139 Jakarta.

Banyak sekali ya, bimbingan yang sudah diberikan para pembimbing dari

YKAI pada siswa/I khususnya pada anggota peer group, seperti yang

terlihat pada program-program peer group, para anggota dibimbing dan

didampingi agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang

diharapkan. Selain itu siswa/I juga diajarkan untuk menjadi seorang

pemimpin [leader]dan belajar bertanggung jawab atas segala tugas yang

telah diberikan pada setiap anggota masing-masing.

Interviewee

Nia

Page 80: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxx

Hasil Wawancara

Interview : Bp. Ruli Sukanda

Jabatan : Guru Mate matika dan Pembina Peer Group

Tanggal : 26 Oktober 2007

Tempat : Ruang BK

1. bagaimana perkembangan pengetahuan siswa/I SMPN 139 Jakarta tentang

bahaya NAPZA bagi kehidupan mereka sejak terbentuknya Peer Group

YKAI di SMPN 139 Jakrta?

Wah…alhamdulillah sekali ya? Sejak adanya Peer Group di sekolah

SMPN 139 Jakarta ini wawasan anak didik kita semakin bertambah luas

terutama pengetahuan tentang bahaya NAPZA dan cara pencegahannya,

tidak hanya siswa/i saja yang merasakannya tetapi guru dan orang tua juga

ikut merasakannya, banyak sekali pengetahuan yang di dapat sejak

terbentuknya Peer Group terutama tentang NAPZA. Dari pengertian,

jenisnya, akibat yang ditimbulkan, dan cara pencegahannya.

2. Menurut bapak langkah apa saja yang harus dilakukan jika terdapat siswa/I

SMPN 139 Jakarta terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA di lingkungan

sekolah?

Tahap pertama yang dilakukan, sebagai seorang pendidik, kita akan

memanggil anak tersebut untuk melakukan tes urine, agar dari hasil test

tersebut dapat diketahui kebenarannya,langkah berikutnya mengundang

orang tuanya untuk membicarakan masalah dan mencari solusinya,dan

hasil musyawarah dengan orang tua murid baru pihak sekolah membuat

surat rujukan ke RSKO agar disana anak tersebut mendapatkan therapy

dan bimbingan, dengan konsekwensi tidak mengeluarkan anak tersebut.

Kerena walaubagaimanapun anak tetap memiliki hak untuk mendapatkan

perlindungan dari orang sekelilingnya.

Page 81: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxxi

3. Apa saja yang dilakukan para anggota Peer Group dan pembina lapangan

untuk menarik perhatian siswa/i agar mereka ikut bergabung menjadi

anggota Peer Group?

Pada setiap upacara bendera pada hari senin, salah satu dari anggota Peer

Group memberikan penyuluhan kepada adik-adik kelas meraka tentang

dunia NAPZA, selain itu pada setiap bulannya para anggota membuat

mading yang baru dengan informasi yang baru tentang seputar dunia

remaja dan NAPZA untuk menggantikan informasi yang alama. Dengan

demikian para adik kelas turut merasakan manfaatnya begi perluasan ilmu

pengetahuan mereka tentang bahaya NAPZA dan cara pencegahannya.

Maka demikian mereka tertarik untuk ikut andil di dalamnya.

4. Apa yang akan dilakukan anggota Peer Group dan sekolah ketika Project

YKAI telah selesai dilaksanakan di SMPN 139 Jakarta?

Yah walaupun sebentar lagi Pillot Project YKAI akan berakhir kami tetap

akan selalu melakukan koordinasi kepada YKAI dan lembaga-lembaga

yang ikut mendukung program Peer group di sekolah ini, alhamdulillah

dengan mendapat pengetahuan dari penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan-

pelatihan pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA di sekolah, anak

didik kami belum ada yang terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA. Kami

dari pihak sekolah akan tetap menjalin kerjasama yang baik pada YKAI

dan LSM lainnya apabila sekolah kami akan mengadakan suatu acara

mereka dapat menjadi pendukung dan pembimbing

kami.

Interviewee

Ruli Sukanda

Page 82: SRI DAWATI-FDK.pdf

lxxxii