YUDID DWI SEPTYARINI-FDK.pdf

150
KOMODIFIKASI MNC MUSLIM ANALISIS EKONOMI POLITIK MEDIA PADA MNC GROUP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Yudid Dwi Septyarini 109051000131 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2013 M.

Transcript of YUDID DWI SEPTYARINI-FDK.pdf

  • KOMODIFIKASI MNC MUSLIM

    ANALISIS EKONOMI POLITIK MEDIA PADA

    MNC GROUP

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam

    (S.Kom.I)

    Oleh:

    Yudid Dwi Septyarini

    109051000131

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1434 H./2013 M.

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam

    Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

    atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

    sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Ciputat, 16 September 2013

    Yudid Dwi Septyarini

  • KOMODIFIKASI MNC MUSLIM

    ANALISIS EKONOMI POLITIK MEDIA PADA

    MNCGROUP

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam

    (S.Kom.I)

    Oleh:

    Yudid Dwi Septyarini 109051000131

    Pembimbing,

    Dr. Gun Gun Heryanto, M. Si

    NIP. 19760812 2005011 005

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIFEOCDAYATULLAH

    JAKARTA

    1434 D./2013 M.

  • i

    ABSTRAK

    Yudid Dwi Septyarini

    Komodifikasi MNC Muslim: Analisis Ekonomi Politik Media pada MNC

    Group

    MNC Muslim merupakan channel religi yang dimiliki oleh MNC Group.

    Kehadiran MNC Muslim yang notabene adalah media bernuansa Islami yang

    merupakan bagian dari MNC Group, harus berbenturan dengan nilai kapitalisme

    sebagai bagian dari bisnis media saat ini. Melihat persoalan tersebut, maka

    perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Pertama, bagaimana komodifikasi

    isi yang dilakukan oleh MNC Muslim sebagai saluran program televisi

    berlangganan pada MNC Group? Kedua, bagaimana komodifikasi khalayak yang

    dilakukan oleh MNC Muslim sebagai saluran program televisi berlangganan pada

    MNC Group? Ketiga, Bagaimana komodifikasi pekerja yang dilakukan oleh MNC

    Muslim sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group?

    Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

    eksplanatif. Sumber data yang diperoleh adalah dari hasil observasi tidak

    berstruktur (unstructure observation) dan wawancara mendalam. Selain itu, data

    yang diperoleh juga dari data resmi dari pihak MNC Channels, buku, jurnal,

    makalah, artikel, dan hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya yang relevan

    dengan penelitian ini.

    Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekonomi

    politik media yang dikemukakan oleh Vincent Mosco. Terdapat tiga entry concept

    dalam teori ini, yaitu komodifikasi, spasialisasi, dan strukturasi. Untuk penelitian

    ini, peneliti menggunakan kerangka konsep komodifikasi, baik itu komodifikasi

    isi, khalayak, dan pekerja.

    Hasil penelitian dan analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa konten

    program yang ditayangkan di MNC Muslim, terlihat adanya komodifikasi Islam,

    di mana simbol dan nilai-nilai keislaman dimodifikasi sedemikian rupa agar

    menjadi komoditas yang dapat diperjualbelikan untuk mendapat keuntungan.

    Adanya re-run program pun dilakukan agar mampu memaksimalkan pendapatan

    dengan menayangkan kembali program-program yang masih diminati. Selain itu,

    peran khalayak juga sangat besar karena sumber pemasukan terbesar dari MNC

    Channels adalah dari iuran berlangganan pemirsa MNC Sky Vision (MSV).

    Ditambah lagi, MSV adalah pay-tv terbesar di Indonesia, sehingga pemasukan

    dari iuran berlangganan pun sangat besar. Komodifikasi pekerja pun terlihat

    dalam hal produksi MNC Muslim yang dilaksanakan oleh MNC TV.

    Jadi, komodifikasi yang dilakukan oleh MNC Muslim, jika dilihat dari segi

    komodifikasi konten, khalayak, dan pekerja, dilakukan karena ada kepentingan

    bisnis di dalamnya, di mana MNC Group memaksimalkan kekuatan group yang

    dimiliki, demi menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur tak henti-hentinya peneliti panjatkan atas segala

    nikmat sehat, ilmu, pengetahuan, dan karunia yang telah Allah SWT berikan

    kepada peneliti, hingga akhirnya peneliti mampu menyelesaikan pendidikan

    perkuliahan dan memperoleh gelar sarjana ini. Tanpa adanya ridho, kekuatan, dan

    hidayah yang telah Allah berikan, peneliti tak akan bisa melewati dan

    menyelesaikan segala tantangan, hambatan, cobaan, dan masalah yang ditemui.

    Cucuran keringat dan air mata yang menetes telah menjadikan peneliti sebagai

    hamba Allah yang makin kuat dalam menjalani hidup. Peneliti semakin percaya

    bahwa Allah tidak akan memberikan masalah di luar kemampuan hamba-Nya,

    asalkan hambanya mau berusaha, berdoa, dan selalu memohon kepada-Nya.

    Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi, peneliti menemui

    banyak cobaan dan hambatan untuk dilalui. Tetapi, hal tersebut dapat diatasi dan

    terselesaikan dengan baik atas bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,

    dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan beribu terima kasih dari lubuk

    hati yang paling dalam kepada:

    1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

    Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A.,

    Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Drs. Wahidin Saputra, M.A.,

    Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Mahmud Jalal,

    M.A., serta pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Drs. Study

    Rizal L.K., M.A.

    2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta, Drs. Jumroni, M.Si beserta Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

    Penyiaran Islam, Umi Musyarofah, M.A.

    3. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu serta pengetahuan

    kepada peneliti selama menempuh masa perkuliahan. Semoga ilmu yang

    diberikan dapat selalu bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat, serta

  • iii

    menjadi amal sholeh yang akan terus mengalir bagi bapak dan ibu

    sekalian.

    4. Dr. Gun-Gun Heryanto, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah

    meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk selalu membimbing,

    memberikan koreksi, saran, dan masukan kepada peneliti, sehingga

    peneliti mampu menghasilkan karya yang terbaik.

    5. Zakaria, M.A, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

    memberikan masukan, semangat, dan jalan keluar yang menenangkan

    untuk peneliti dalam menghadapi setiap masalah dalam proses

    penyelesaian skripsi ini.

    6. PT Media Nusantara Cipta, Tbk. dalam hal ini adalah MNC Channels

    dan MNC TV sebagai tempat penelitian skripsi. Terima kasih atas

    wawancara, bantuan, dan segala data-data yang peneliti butuhkan untuk

    melengkapi skripsi ini. Terima kasih Pak Edi, Pak Budi, Mbak Nisa, Mas

    Abdik, Mas Irwan, Mas Aryo, Ka Selly, dan pegawai MNC lainnya.

    7. Bapak Moch Diono dan Ibu Zulaechah, selaku orang tua yang sangat

    berarti dalam hidup peneliti. Terima kasih untuk kasih sayang yang tulus,

    segala pengorbanan, cucuran keringat, tetesan air mata dalam setiap

    untaian doa dan harapan yang selalu Bapak dan Ibu berikan kepada anak-

    anaknya. Skripsi ini ananda persembahkan sebagai wujud terima kasih

    yang tak terhingga untuk Bapak dan Ibu.

    8. Kakak perempuan peneliti, Nurina Rahmadika, yang selalu memberikan

    semangat dengan cara yang berbeda. Semoga adik dapat membalas

    semua kebaikan yang telah kakak berikan selama ini. Untuk adik lelaki

    peneliti, Muhammad Riza Yuliardi. Terima kasih untuk kasih sayang

    yang selalu kau tunjukkan dengan cara yang berbeda. Semoga skripsi

    kakak dapat memotivasimu untuk selalu memberikan yang terbaik dan

    mampu membanggakan orang tua kita.

    9. Keluarga besar peneliti, Mbah Usman, Mbah Aminah, alm. Mbah

    Mahmudah, Pakde-Bude, Om-Tante, dan sepupu-sepupu yang selalu

    mendoakan untuk kelancaran selama penelitian dan penulisan skripsi ini

  • iv

    10. Teruntuk sahabat-sahabat terhebat, Noflim Trisna Ayuningsih, Nur

    Oktaviani, Yulia Nur Rohmah, Zakiyah Al-Wahdah, dan Muhammad

    Bushairi. Terima kasih untuk senyum, tawa, canda, air mata, dan segala

    pelajaran hidup yang sangat berharga yang telah kalian berikan untuk

    peneliti. Semoga persahabatan ini akan terus terjaga selamanya.

    11. Kawan-kawan terbaik KPI D 2009 yang telah bersama selama 4 tahun

    ini, Bintang, Reza Fahlevi, Yusuf, Arkho, Rizki Maulana, Eko, Zidni,

    Mahdi, Bayu, Tika, Tari, Fitri, Fajrin, Hidayati Ririn, Devi, Yuli, Dina,

    Nur Fajrina, Bowo, Ryan, Nofal, Fadli, Ijal, Ridwan, Erik, dan Riza.

    12. Teman-teman, senior, dan junior jurusan Komunikasi dan Penyiaran

    Islam, serta jurusan lain di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Senang sekali menjadi bagian dari

    keluarga besar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ini.

    13. Kawan-kawan KKN KITA, Nurul, Nabila, Nani, Nia, Nenden, Desi,

    Iis, Sapta, Amri, Anam, Ipul, Rama, Saughie, Kevin, Budi, Ershad,

    Hairul, Imron, serta warga Desa Sukajadi, Cariu, Bogor yang telah

    memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendapatkan pengalaman

    baru nan sangat berharga yang tidak akan pernah terlupakan.

    14. Seluruh pihak yang selalu mengingatkan dan membantu peneliti dalam

    menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

    penelitian dan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan

    masukan, baik berupa saran maupun kritik yang membangun yang nantinya

    diharapkan mampu memberikan pelajaran untuk ke depannya. Peneliti berharap

    semoga apa yang telah peneliti tuliskan dalam skripsi ini dapat berguna dan

    bermanfaat bagi peneliti pada khususnya serta bagi pembaca pada umumya.

    Ciputat, September 2013

    Yudid Dwi Septyarini

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ............................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

    B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 8

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9

    D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10

    E. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 10

    F. Metodologi Penelitian ................................................................ 12

    G. Sistematika Penulisan ................................................................ 17

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Teori Ekonomi Politik Media

    1. Definisi Ekonomi Politik Media ............................................ 18

    2. Entry Concept Teori Ekonomi Politik Media ........................ 23

    3. Bentuk-bentuk Komodifikasi ................................................ 26

    B. Konseptualisasi Lembaga Penyiaran Televisi ............................ 29

    C. Konseptualisasi Televisi Berlangganan

    1. Jenis-jenis Lembaga Penyiaran Berlanggan............................. 34

    2. Televisi Berlangganan di Indonesia ...................................... 36

    D. Media dan Kepentingan Bisnis .................................................. 39

    BAB III GAMBARAN UMUM

    A. Sejarah PT Media Nusantara Cipta, Tbk (MNC) ........................ 46

    B. Visi dan Misi MNC .................................................................... 49

  • vi

    C. Struktur Organisasi MNC .......................................................... 50

    D. Struktur Perusahaan MNC ......................................................... 52

    E. Profil MNC Muslim ................................................................... 59

    F. Visi dan Misi MNC Muslim ...................................................... 60

    G. Struktur Organisasi Divisi Programming MNC Channels ......... 60

    H. Program-program MNC Muslim ................................................ 61

    BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

    A. Analisis Komodifikasi Isi MNC Muslim

    1. Konten MNC Muslim ............................................................ 62

    2. Logika Profit dalam Siaran Program MNC Muslim ............. 70

    B. Analisis Komodifikasi Khalayak MNC Muslim

    1. Target Khalayak MNC Muslim ............................................. 73

    2. Strategi Persuasi Khalayak ................................................... 77

    3. Komodifikasi Khalayak ......................................................... 83

    C. Analisis Komodifikasi Pekerja MNC Muslim

    1. Posisi Pekerja di MNC Muslim ............................................. 86

    2. Pola Hubungan Pekerja di MNC Muslim .............................. 87

    3. Komodifikasi Pekerja di MNC Muslim ................................ 93

    D. Analisis Komodifikasi Isi, Khalayak, dan Pekerja di MNC

    Muslim ....................................................................................... 95

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan .............................................................................. 101

    B. Saran ......................................................................................... 103

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 105

    LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 109

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Grafik Tren Televisi Berlangganan di Indonesia ........................... 3

    Gambar 2 Diagram Jumlah Pelanggan Televisi Berlangganan di Asia Pasifik

    (2011) ............................................................................................. 4

    Gambar 3 Konsumen Media .......................................................................... 41

    Gambar 4 Struktur Organisasi PT Media Nusantara Cipta, Tbk. (MNC) ..... 50

    Gambar 5 Struktur Perusahaan MNC ............................................................ 52

    Gambar 6 Struktur Organisasi Department Planning Scheduling Research &

    Development, Divisi Programming, MNC Channels ................... 60

    Gambar 7 Header Facebook MNC Muslim .................................................. 78

    Gambar 8 Header Twitter MNC Muslim (@MNCMuslim) ......................... 78

    Gambar 9 Timeline Twitter MNC Muslim (@MNCMuslim) ...................... 80

    Gambar 10 Timeline Facebook MNC Muslim ................................................ 81

    Gambar 11 Komentar pada Facebook MNC Muslim ..................................... 82

    Gambar 12 Posisi Dominan dalam Industri TV-Berlangganan di Indonesia .. 84

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Televisi Berlangganan di Indonesia ............................................. 38

    Tabel 2 Dewan Komisaris dan Direksi PT Media Nusantara Cipta, Tbk. . 51

    Tabel 3 Saluran Program dalam MNC Channels ...................................... 57

    Tabel 4 Fresh Programs MNC Muslim .................................................... 65

    Tabel 5 TOP 20 Program MNC Muslim Q1 (Jan-Mar) 2013 ................... 69

    Tabel 6 Audience Share Channel Religi MNC Channel (Januari-Maret

    2013) ............................................................................................. 74

    Tabel 7 Audience Target MNC Muslim .................................................... 75

    Tabel 8 Tugas Utama Planning Officer, Divisi Programming MNC

    Channels ....................................................................................... 90

    Tabel 9 Tugas Utama Scheduling Officer, Divisi Programming MNC

    Channels ....................................................................................... 91

    Tabel 10 Komodifikasi Isi, Khalayak, dan Pekerja di MNC Muslim ....... 100

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dewasa ini industri media di Indonesia berkembang dengan sangat pesat.

    Terlihat dengan munculnya berbagai macam perusahaan media, baik cetak

    maupun elektronik. Bahkan, sekarang mulai merambah ke era digital. Hal ini jelas

    tak dapat terlepas dari peran UU no. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Undang-

    undang ini jelas telah berhasil mendorong demokratisasi informasi,

    mengeluarkannya dari penjara otoriter penguasa Orde Baru, sekaligus membuka

    pasar media yang luas.

    Selama Orde Baru, bisnis media hanya terkonsentrasi kepada segelintir

    pelaku bisnis dan aktor politik yang mempunyai akses kuat ke lingkar kekuasaan.

    Pada saat itu, lembaga penyiaran yang ada hanya TVRI dan RRI. Kedua media

    tersebut berada di bawah kekuasaan negara dan hanya sebagai corong

    pemerintahan Orde Baru semata. Namun saat ini, berdasarkan data dari Komisi

    Penyiaran Indonesia (KPI), ada 11 stasiun televisi nasional dengan berbagai

    kategori yang telah beroperasi dan lebih dari 80 stasiun regional swasta yang

    masing-masing memegang satu ijin penyiaran untuk satu provinsi.

    Selain televisi nasional dan lokal yang ada saat ini, kehadiran televisi

    berlangganan juga turut meramaikan industri pertelevisian di Indonesia. Televisi

    berlangganan adalah jasa penyiaran saluran televisi yang dilakukan khusus untuk

    pemirsa yang bersedia membayar (berlangganan) secara berkala.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyiaran&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saluran_televisi&action=edit&redlink=1

  • 2

    Bermula pada tahun 1948, warga Pennsylvania, Amerika Serikat kesulitan

    menerima siaran televisi karena terhalang perbukitan. Hal inilah yang kemudian

    menyebabkan John Walson, seorang salesman televisi, mendirikan sebuah menara

    di gunung untuk menangkap sinyal dari Philadelphia ke kotanya di Mahanoy City,

    Pennsylvania. Lama kelamaan, semakin banyak orang yang mengetahui tentang

    sistem yang dilakukan oleh Walson. Warga setempat kemudian mulai

    mengikutinya dengan memasang antena untuk menangkap sinyal UHF yang

    dipakai dalam penyiaran program dengan cara menarik kabel dari antena tersebut

    dan memasangnya ke rumah-rumah. Sistem televisi kabel lokal ini, kemudian

    disebut dengan CATV (community antenna television).1 Peristiwa inilah yang

    merupakan cikal bakal lahirnya televisi berlangganan di dunia, hingga akhirnya

    sampai di Indonesia.

    PT MNC Sky Vision (MSV) adalah pelopor industri televisi berlangganan di

    Indonesia yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1988. MSV mulai memasarkan

    televisi berbayar mereka yang berbasis satelit pada awal tahun 1994 dengan nama

    Indovision. Indovision juga dikenal sebagai televisi berlangganan yang pertama

    kali menggunakan satelit penyiaran langsung (Direct Broadcast Satellite (DBS)),

    yaitu layanan analog dengan menggunakan satelit Palapa C-2.2

    Meningkatnya teknologi informasi saat ini, diiringi oleh kebutuhan

    masyarakat akan kebutuhan informasi yang lebih luas. Namun, hal ini tidak

    sejalan dengan adanya peningkatan ragam tayangan yang disajikan oleh televisi

    1 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Jakarta:

    Kencana, 2009), h. 91-92. 2 Indovision TV, Company Profile, diakses pada 22 Februari 2013, pukul 22.15 dari

    http://www.indovision.tv/content/corporate/company-profile.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pennsylvaniahttp://www.langgananindovision.com/http://www.indovision.tv/content/corporate/company-profile

  • 3

    lokal maupun nasional (free to air) yang ada. Oleh karena itu, masyarakat yang

    membutuhkan informasi yang lebih luas, baik itu dari dalam maupun luar negeri,

    serta dalam hal keberagaman content itu sendiri, kemudian cenderung untuk

    memilih televisi berlangganan yang memiliki pilihan tayangan yang cukup

    banyak, walaupun harus mengeluarkan biaya.

    Kehadiran televisi berbayar bukan lagi menjadi hal yang baru bagi

    masyarakat Indonesia. Ini terbukti dari meningkatnya jumlah pelanggan televisi

    berlangganan dari tahun ke tahun, seperti yang ditunjukkan dalam grafik berikut:

    Gambar 1

    Grafik Tren Televisi Berlangganan di Indonesia

    Sumber: Public Expose Kinerja PT MNC Sky Vision, Tbk. Tahun 2012, h.3.

    Meningkatnya jumlah pelanggan televisi berlangganan menyebabkan

    semakin banyaknya industri televisi berlangganan di Indonesia. Hingga saat ini,

    sudah banyak industri televisi berlangganan, mulai dari yang menggunakan kabel,

  • 4

    satelit, hingga yang terbaru adalah IPTV (internet protocol television). Di

    antaranya adalah Indovision dan Top TV (PT MNC Sky Vision, Tbk.), OkeVision

    (PT Nusantara Vision), TelkomVision dan Groovia (PT Telekomunikasi

    Indonesia, Aora (PT Karyamegah Adijaya), Skynindo (PT Cipta Skynindo), First

    Media (PT First Media, Tbk.), Orange TV (PT Mega Media Indonesia),

    Nexmedia (Grup Emtek), Centrin TV (PT Cental TV Digital), Max 3 Biznet

    (Biznet Networks), serta Topas TV (Grup Mayapada).3

    Gambar 2

    Diagram Jumlah Pelanggan Televisi Berlangganan di Asia Pasifik (2011)

    Sumber: Public Expose Kinerja PT MNC Sky Vision, Tbk. Tahun 2012, h.3.

    Seiring dengan terjadinya revolusi teknologi penyiaran dan informasi,

    korporasi-korporasi media terbentuk dan menjadi besar dengan cara kepemilikan

    saham, penggabungan dalam joint-venture, pembentukan kerja sama, atau

    3 Indonesia TV Guide, List TV Berbayar, diakses pada 18 Mei 2013, pukul 14.18 dari

    http://www.infotelevisi.com/paytv-indonesia/.

    http://www.infotelevisi.com/paytv-indonesia/

  • 5

    pendirian kartel komunikasi raksasa yang memiliki puluhan bahkan ratusan

    media.4 Hal ini yang saat ini banyak dilakukan oleh banyak perusahaan media

    untuk mempertahankan bisnis mereka. Bahkan, banyak pula yang melakukan

    konsolidasi dengan cara merger dan akuisisi guna membentuk konglomerasi

    media yang lebih besar.

    Konsolidasi dan penggabungan kembali di industri televisi telah terjadi pada

    5 tahun yang lampau. Pemain utama di industri ini termasuk: (1) MNC Group

    dengan 3 stasiun nasional (RCTI, MNCTV, dan Global TV); (2) Emtek dengan 2

    stasiun TV nasional (SCTV dan Indosiar); (3) Para Group dengan 2 stasiun TV

    nasional (Trans TV dan Trans 7); dan Visi Asia Media dengan tambahan 2 stasiun

    (ANTV dan TV One).5

    Dapat dilihat dari data di atas bahwa PT Media Nusantara Cipta, Tbk

    merupakan salah satu perusahaan media di Indonesia yang melakukan

    konglomerasi dan memiliki jangkauan yang sangat luas. MNC Group memiliki 3

    televisi Free-To-Air (FTA), yakni RCTI, MNCTV, dan GlobalTV, serta 16

    channel yang diproduksi oleh MNC yang disiarkan di televisi berlangganan. Saat

    ini MNC juga memiliki basis media dan usaha lainnya yang bertujuan untuk

    mendukung bisnis inti MNC. Bisnis pendukung tersebut terdiri dari radio, media

    cetak, media online, talent management, dan rumah produksi.6

    Banyaknya industri media yang muncul saat ini, membuat persaingan

    semakin ketat. Perusahaan media berlomba-lomba dalam hal produksi, reproduksi

    4 Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah. Metode, & Terapan

    di Dalam Media Massa, ed. ke-5, cet. ke-5 (Jakarta: Kencana, 2011), h. 434. 5 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2011, h.74.

    6 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.37.

  • 6

    program, penguasaan pasar, sampai pada persaingan teknologi media yang

    diharapkan mampu menaikkan rating program mereka. Semakin tinggi rating

    suatu program, maka semakin banyak perolehan iklannya. Perolehan iklan inilah

    yang digantungkan oleh pebisnis media untuk membiayai jalannya bisnis tersebut.

    Vincent Moscow (1995) menyebutkan bahwa iklan dan strategi pemasaran

    menjadi kekuatan utama dalam mendesain program kreatif televisi, yang

    kemudian menyebabkan program-program televisi diproduksi hanya untuk

    kepentingan komersial semata. Moscow menyatakan bahwa dalam kajian

    ekonomi politik klasik, produk-produk yang mempunyai nilai memberikan

    kepuasan terhadap kebutuhan spesifik manusia yang disebut dengan nilai

    kegunaan, kemudian didasarkan pada kemampuan tukarnya, yang disebut sebagai

    nilai tukar. Inilah yang disebut dengan konsep komodifikasi.7

    Mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam. Berdasarkan hasil

    sensus penduduk tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia

    adalah pemeluk Islam.8 Pemirsa muslim yang menginginkan program-program

    religi pun juga besar. Dari data Nielsen Media Research, pada pertengahan tahun

    2011, jumlah rata-rata penonton religi meningkat 41% dari rata-rata 215 ribu

    orang menjadi 303 ribu orang. Tidak mengherankan jika saat ini banyak program-

    program bernuansa religius karena jika potensi pasar (pemirsa) besar, maka

    potensi iklan di sana pun besar. Melihat potensi pasar yang besar itulah, selain

    program religius, saat ini semakin banyak pula media religius yang bermunculan.

    7 Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, & Demokrasi (Jakarta:

    Kencana, 2012), h. 133. 8 Badan Pusat Statistik, Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Agama yang Dianut,

    diakses pada 20 Mei 2013, pukul 10.32 dari http://sp2010.bps.go.id/.

    http://sp2010.bps.go.id/

  • 7

    Media religius adalah salah satu dari sekian banyak jenis dan segmentasi

    media yang berkembang. Media ini menjadikan konsumen dengan ciri religiusitas

    tertentu sebagai targetnya dan membawa misi dakwah agama. Eksistensi media

    ini sebenarnya cukup lama dan bentuk yang berkembang adalah radio dan media

    cetak, seperti majalah dan tabloid. Namun pada saat sekarang media televisi juga

    dapat menjadi salah satu pilihan dari media dengan ciri religiusitas.9 Hal inilah

    yang kemudian mendasari MNC Group kemudian membuat sebuah saluran

    program televisi berlangganan dengan nuansa religi, salah satunya adalah MNC

    Muslim.

    MNC Muslim adalah sebuah saluran program televisi berlangganan

    bernuansa religi yang tayang selama 24 jam. MNC Muslim merupakan saluran

    milik Media Nusantara Citra yang hanya dapat disaksikan melalui televisi

    berlangganan, yaitu pada channel 92 Indovision. Saluran ini sangat kental dengan

    program-program yang bernuansakan nilai-nilai Islami, mulai dari talkshow,

    berita, video klip, drama, dokumentasi, serta hiburan lainnya.

    Di sini peneliti melihat ada beberapa hal yang menarik untuk diteliti.

    Pertama, yaitu komodifikasi yang dilakukan oleh suatu media. Di dalamnya akan

    terlihat bagaimana hubungan antara media, penonton, dan pengiklan, di mana

    suatu media akan membuat program semenarik mungkin untuk menarik sebanyak

    mungkin penonton. Dengan banyaknya penonton, itu berarti rating program

    mereka tinggi yang kemudian akan mendatangkan pihak pengiklan.

    9 Isna Siskawati, Komodifikasi Nilai-Nilai Agama dalam Sinetron: Analisis Wacana Kritis

    terhadap Sinetron Takdir Ilahi di TPI, (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

    Universitas Indonesia, 2006), h. 47.

  • 8

    Kedua, jika diterapkan dalam MNC Muslim, di mana MNC Muslim yang

    notabene adalah media bernuansa Islami harus berbenturan dengan nilai

    kapitalisme sebagai bagian dari bisnis media saat ini. Dalam hal ini agama akan

    menjadi suatu komoditas yang dijual untuk pangsa pasar tertentu untuk

    memperoleh keuntungan. Secara tidak langsung, nilai-nilai agama yang

    ditampilkan pun bergeser dari tujuan utama untuk kepentingan agama menjadi

    tujuan bisnis agar memperoleh profit finansial sebanyak-banyaknya.

    Ketika nilai-nilai Islam yang disampaikan melalui kegiatan dakwah harus

    berbenturan dengan nilai kapitalisme yang sangat mementingkan keuntungan bagi

    suatu media, maka hal tersebut bertentangan dengan apa yang telah Allah

    sampaikan dalam Q.S. Hud/11: 29

    Dan (dia berkata): Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada

    kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-

    kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka

    akan bertemu dengan Rabbnya akan tetapi aku memandangmu sebagai kaum yang

    tidak mengetahui.

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, kemudian peneliti

    tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Komodifikasi MNC Muslim:

    Analisis Ekonomi Politik Media pada MNC Group.

    B. Batasan dan Rumusan Masalah

    1. Batasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

    peneliti membatasi masalah agar ruang lingkup pembahasan pada penelitian

    ini dapat lebih fokus, jelas, terarah, dan tidak meluas. Adapun batasan

  • 9

    masalahnya adalah pada komodifikasi yang dilakukan oleh MNC Muslim,

    baik itu komodifikasi isi, khalayak, dan pekerja.

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana komodifikasi isi yang dilakukan oleh MNC Muslim

    sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group?

    2. Bagaimana komodifikasi khalayak yang dilakukan oleh MNC Muslim

    sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group?

    3. Bagaimana komodifikasi pekerja yang dilakukan oleh MNC Muslim

    sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group?

    C. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari

    penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui bagaimana komodifikasi isi yang dilakukan oleh MNC

    Muslim sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group.

    2. Untuk mengetahui bagaimana komodifikasi khalayak yang dilakukan oleh

    MNC Muslim sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC

    Group.

    3. Untuk mengetahui bagaimana komodifikasi pekerja yang dilakukan oleh

    MNC Muslim sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC

    Group.

  • 10

    D. Manfaaat Penelitian

    Sesuai dengan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah:

    1. Manfaat Akademis

    a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan ilmiah ataupun sebagai

    referensi dalam pengembangan ilmu komunikasi, khususnya pada

    tataran kajian ekonomi politik media.

    b. Mengetahui sejauh mana teori-teori komunikasi massa yang

    dikemukakan oleh beberapa ahli dapat diterapkan, sehingga penelitian

    dapat dijadikan pembuktian teori komunikasi massa dalam kenyataan

    yang sebenarnya.

    2. Manfaat Praktis

    Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang

    positif dalam perkembangan studi tentang analisis media saat ini,

    khususnya bagi peneliti dan bagi akademisi, maupun praktisi komunikasi

    media yang lain, pada umumnya.

    E. Tinjauan Pustaka

    Sebelum mengadakan penelitian ini, terlebih dahulu peneliti melakukan

    tinjauan pustaka ke beberapa perpustakaan untuk mengetahui apakah penelitian di

    bidang yang sama sudah dilakukan. Setelah melakukan penelusuran koleksi

    skripsi pada Perpustakaan Utama dan Perpustakaaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti menemukan beberapa

  • 11

    skripsi yang menggunakan analisis teori Ekonomi Politik (ekopol) Media di UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Pertama adalah skripsi milik Sagita Ning Tyas. Sagita menemukan bahwa

    konglomerasi kepemilikan media di Indonesia lebih didorong oleh persaingan

    dalam perebutan iklan serta efisiensi produksi.10

    Persamaan dengan penelitian ini

    adalah pada teori yang digunakan, yaitu teori Ekonomi Politik Media menurut

    Vincent Mosco dan objek penelitian tentang MNC Group. Sedangkan

    perbedaannya, penelitian ini hanya berfokus pada salah satu entry concept teori

    ekonomi politik media, yaitu pada level komodifikasi dan hanya pada satu

    channel pada MNC Channels, yaitu MNC Muslim.

    Kedua adalah skripsi milik Aimmatunnisa. Aimmatunnisa menyimpulkan

    bahwa kemiskinan pada program reality show Jika Aku Menjadi di Trans TV

    telah direduksi menjadi suatu komoditas yang merupakan anak kandung

    kapitalisme.11

    Persamaan dengan penelitian ini adalah pada teori yang digunakan

    dan sama-sama hanya berfokus pada level komodifikasi. Perbedaannya, dalam

    penelitian ini yang diteliti adalah komodifikasi isi, khalayak, dan pekerja yang

    dilakukan oleh MNC Muslim sebagai salah satu saluran televisi berlangganan

    pada MNC Group, sedangkan Aimmatunnisa meneliti komodifikasi kemiskinan

    pada program Jika Aku Menjadi di Trans TV.

    10

    Sagita Ning Tyas, Konglomerasi Industri Media Penyiaran di Indonesia: Analisis

    Ekonomi Politik pada Group Media Nusantara Citra (MNC), (Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). 11

    Aimmatunnisa, Komodifikasi Kemiskinan dalam Perspektif Ekonomi Politik Media:

    Studi pada Program Reality Show Jika Aku Menjadi di Trans TV, (Skripsi, Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012).

  • 12

    F. Metodologi Penelitian

    1. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan penelitian lebih berbicara mengenai bagaimana cara peneliti

    untuk melihat dan mempelajari suatu gejala atau realitas sosial, yang

    kesemuanya didasari pada asumsi dasar dari ilmu sosial.12

    Dalam penelitian

    ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Bogdan dan Tylor

    mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

    menghasilkan sejumlah data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

    dengan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam hal ini individu

    atau organisasi harus dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan.

    Artinya tidak boleh diisolasikan ke dalam variabel atau hipotesis.13

    2. Jenis Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini termasuk ke dalam jenis

    penelitian eksplanatif. Jenis penelitian dengan tipe eksplanatif bertujuan

    untuk menjelaskan sebuah permasalahan yang telah memiliki gambaran yang

    jelas dan bermaksud menggali secara mendalam.14

    Penelitian eksplanatif juga

    bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau

    objek. Hubungan tersebut bisa berbentuk hubungan korelasional atau saling

    hubungan, sumbangan atau kontribusi suatu objek terhadap objek lainnya.

    Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengkaji lebih dalam bagaimana

    12

    Bambang Prasetyo dan Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada, 2005), h. 42. 13

    Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. ke-26 (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2009), h. 4. 14

    Ipah Farihah, Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Lembaga

    Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006).

  • 13

    hubungan antara media, khalayak, dan pengiklan yang merupakan komponen

    dalam proses komodifikasi media, dalam hal ini adalah pada MNC Muslim.

    3. Paradigma Penelitian

    Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis.

    Secara makro, Golding dan Murdock mengatakan bahwa perspektif ekonomi

    politik bisa dibedakan menjadi dua macam, yaitu liberal dan kritikal. Liberal

    political economy berfokus pada proses pertukaran di pasar, di mana

    konsumen mempunyai kebebasan untuk memilih komoditas-komoditas yang

    sedang berkompetisi berdasarkan manfaat dan kepuasan yang ditawarkan.

    Sebaliknya, critical political economy tertarik pada interaksi umum antara

    organisasi ekonomi dan kehidupan politik, serta sosial dan budaya. Dengan

    mengikuti Marx, critical political economy berfokus pada pengorganisasi

    properti dan produksi industri budaya atau industri lainnya, bukan seperti

    liberal political economy yang berfokus pada proses pertukaran.15

    Golding

    dan Murdock pun menempatkan perspektif ekonomi politik media dalam

    paradigma kritis.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kritik sosial yang berfokus pada

    hubungan antara struktur ekonomi, dinamika industri media, dan konten

    ideologis media di mana akan terlihat dari hubungan antara media, khalayak,

    dan pengiklan. Oleh karena itu, paradigma ekonomi politik yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah paradigma kritis.

    15

    Graham Murdock dan Peter Golding, Culture, Communications and Political Economy,

    dalam James Curran dan Michael Gurevitch, ed., Mass Media and Society (London: Bloomsbury

    Academic, 2005), h. 60-61.

    http://www2.le.ac.uk/departments/media/dl/documents-and-pdfs/course-readers/mass-media-and-society/Mass%20Media%20and%20Society%20Reading%204.pdf

  • 14

    4. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di ruang programming MNC Channels yang

    berlokasi di Komplek RCTI Studio 4 lantai 3,5 dan bertemu dengan Bapak

    Sri Budi Santoso, selaku Head of Programming MNC Channels pada hari

    Kamis, 17 Mei 2013. Sedangkan untuk bagian produksi, peneliti melakukan

    penelitian di Studio 1 MNC TV, yang bertempat di Jalan Pintu II Taman Mini

    Indonesia Indah (TMII) dan bertemu dengan Bapak Edi Santoso, selaku

    produser program MNC TV pada hari Kamis, 11 April 2013.

    5. Subjek dan Objek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah MNC Muslim sebagai saluran

    program televisi berlangganan pada MNC Group. Adapun objek

    penelitiannya adalah komodifikasi, baik itu komodifikasi isi, khalayak, dan

    pekerja yang dilakukan oleh MNC Muslim.

    6. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik untuk

    mendapatkan data-data yang diperlukan, yaitu:

    a. Wawancara Mendalam (depth interview)

    Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam

    (depth interview), melalui metode tanya jawab berupa pertanyaan-

    pertanyaan yang diajukan langsung baik dengan menggunakan atau tanpa

    menggunakan pedoman wawancara (interview guide) kepada key person.

    Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada para narasumber yang

  • 15

    berhubungan dan menguasai tema yang relevan dengan substansi utama

    penelitian agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam.

    Informan dalam penelitian ini antara lain adalah Bapak Sri Budi

    Santoso, selaku Head of Programming MNC Channels; Bapak Edi

    Santoso, Produser program MNCTV; serta Abdik Destriana dan Andika

    Aryo, selaku Scheduling and Planning Section Head MNC Channels.

    b. Unstructure Observation

    Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung tanpa

    mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang

    dilakukan objek tersebut.16

    Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

    observasi tidak berstruktur (unstructure observation), yaitu observasi

    langsung yang tidak berstruktur dengan mengamati secara langsung

    kinerja pada MNC Muslim sebagai salah satu saluran program televisi

    berlangganan pada MNC Group. Dalam hal ini, peneliti hanya bertindak

    sebagai observer (pengamat).

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui

    dokumen tertulis. Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk mengumpulkan,

    membaca, dan mempelajari berbagai macam bentuk data yang diperoleh,

    baik itu data yang diperoleh di lapangan, maupun data-data lain yang

    berupa telaah dari berbagai buku, jurnal, makalah, artikel, bahkan hasil

    16

    Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset

    Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, cet. ke-3

    (Jakarta: Kencana, 2008), h.108.

  • 16

    penelitian yang sudah ada sebelumnya yang relevan dengan penelitian

    ini.

    7. Teknik Analisis Data

    Menurut John W Creswell, analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri

    dari langkah persiapan dan pengorganisasian data (data tekstual ke transkrip,

    data gambar ke dalam potograf) untuk dianalisis, kemudian mengurangi yang

    tidak penting, mengelompokkan data ke dalam tema-tema tertentu (koding),

    dan mempersingkat kode-kode dan menyajikan data ke dalam gambaran,

    tabel, atau sebuah pembahasan.

    Dalam penelitian ini, peneliti menyusun secara sistematis data yang telah

    diperoleh dari dokumentasi, hasil wawancara, dan catatan lapangan dengan

    cara mengorganisasikan data ke dalam kategori yang sesuai dengan kerangka

    konsep komodifikasi pada Ekonomi Politik Media menurut Vincent Mosco

    untuk menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini. Kemudian,

    menjabarkan ke dalam unit-unit, yang terdiri dari komodifikasi isi, khalayak,

    dan pekerja yang dilakukan oleh MNC Muslim. Terakhir, membuat

    kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

    8. Teknis Penulisan

    Untuk teknik penulisan, peneliti akan berpedoman pada penulisan skripsi

    berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

    Disertasi), karya Hamis Nasuhi, dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center

    for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

    2007.

  • 17

    G. Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, penulis secara

    sistematis membagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab. Adapun

    sistematikanya adalah sebagai berikut:

    BAB I : Pendahuluan meliputi; Latar Belakang Masalah, Batasan dan

    Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,

    Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

    BAB II : Landasan Teori, di dalamnya diuraikan tentang Teori Ekonomi Politik

    Media, Konseptualisasi Lembaga Penyiaran Televisi, Konseptualisasi

    Televisi Berlangganan, Media dan Kepentingan Bisnis.

    BAB III : Gambaran Umum, yang mengemukakan tentang Sejarah, Visi, Misi,

    dan Tujuan, Struktur Organisasi, Struktur Bisnis Utama MNC Group,

    serta Profil, Visi, Misi, serta Program-program MNC Muslim.

    BAB IV : Temuan dan Analisis Data, di dalamnya diuraikan tentang hasil

    temuan lapangan sesuai dengan pendekatan ekonomi politik media

    Vincent Mosco, yang terdiri dari komodifikasi isi, khalayak, dan

    pekerja pada MNC Muslim.

    BAB V : Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

  • 18

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Teori Ekonomi Politik Media

    1. Definisi Ekonomi Politik Media

    Secara historis, Vincent Mosco mencatat sebelum menjadi disiplin ilmu,

    dan sebelum dikukuhkan sebagai deskripsi intelektual bagi sistem produksi,

    distribusi, dan pertukaran, ekonomi politik mengandung makna tradisi

    sosial (social custom), praxis, dan pengetahuan untuk mengatur, pertama

    rumah tangga, dan kemudian masyarakat. Secara khusus, term ekonomi

    didasarkan pada kosakata Greek, oikos yang berarti rumah dan nomos yang

    berarti hukum. Oleh karena itu, pada mulanya ekonomi merujuk pada

    pengertian pengaturan rumah tangga. Sementara politik muncul dari kosa kata

    Greek polis yang mengandung pemahaman city-state, unit dasar organisasi

    politik semasa periode klasik. Oleh karena itu, terminologi ekonomi politik

    asalnya dipakai dalam manajemen rumah tangga keluarga dan politik.1

    Ekonomi politik saat ini terinspirasi dari karya abad kesembilan belas

    politik ekonomi Karl Marx. Marx menulis, masyarakat berdasarkan pada

    hubungan antara mereka yang memiliki alat-alat produksi dan masyarakat

    yang bekerja untuk mereka. Dalam hal ini kepentingan pemilik tercermin dari

    media dan budaya, karena kelompok dominan dalam masyarakatbiasanya

    mereka yang memiliki perusahaan besar ingin membuat konsensus yang

    1 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, 2

    nd ed. (London: SAGE

    Publications, 2009), h. 22-23.

  • 19

    mendasar, atau hegemoni, dari ideologi yang mendukung dominasi lanjutan

    mereka.2

    Menurut Mosco, pengertian ekonomi politik dapat dibedakan menjadi

    dua macam, yaitu pengertian sempit dan luas. Dalam pengertian sempit,

    ekonomi politik berarti kajian tentang relasi sosial, khususnya relasi

    kekuasaan, yang bersama-sama saling membentuk produksi, distribusi, dan

    konsumsi sumber daya, terutama sumber daya komunikasi. Sedangkan dalam

    pengertian luas, ekonomi politik berarti kajian mengenai kontrol dan

    pertahanan kehidupan sosial. Proses kontrol ini secara luas bersifat politik

    karena dalam proses tersebut melibatkan pengorganisasian sosial hubungan-

    hubungan dalam sebuah komunitas. Proses bertahan (survival processes)

    secara mendasar bersifat ekonomis karena berhubungan dengan persoalan

    produksi dan reproduksi.3

    Mosco merumuskan empat karakteristik ekonomi politik, antara lain

    sebagai berikut4:

    a. Ekonomi politik media merupakan studi tentang perubahan sosial dan

    transformasi sejarah. Sedangkan varian lain yang lebih bersifat kritikal,

    konteks sosial, dan kesejarahan secara khusus lebih tertarik dalam

    menginvestigasi dan mendeskripsikan late capitalism. Isu dan fokusnya

    terutama mengenai cara-cara bagaimana aktivitas komunikasi

    2 Joseph Straubhaar, et.al., Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, 7

    th

    ed. (Boston: Wadsworth, 2012), h. 39. 3 Sunarto, Televisi, Kekerasan, dan Perempuan (Jakarta: Kompas, 2009), h. 14.

    4 Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, cet. ke-2 (Jakarta: Kencana, 2007),

    h. 84-85.

  • 20

    distrukturkan oleh distribusi yang tidak merata mengenai sumber daya

    material dan simbolik.

    b. Ekonomi-politik juga bermaksud untuk menguji relasi-relasi sosial

    yang memengaruhi aspek ekonomi, politik, sosial, atau kultural. Bagi

    Mosco, relasi sosial yang dimaksud berarti bahwa ekonomi politik

    merupakan studi mengenai aturan-aturan yang menata hubungan individu

    dan kelembagaan. Oleh karena itu, seluruh bidang sosial pada dasarnya

    merupakan bidang analisis ekonomi-politik.

    c. Ekonomi politik berhubungan dengan nilai moral secara filosofis, artinya

    mengacu kepada nilai-nilai sosial (wants about wants) dan konsepsi

    mengenai praktek sosial. Prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan dan public

    goods merupakan reference utama dari pertanyaan moral yang mendasari

    ekonomi politik. Perhatian ini tidak hanya ditujukan pada what is (apa

    itu), tetapi what ought be (apa yang seharusnya).

    d. Ekonomi politik memiliki karakteristik praxis, yakni suatu ide mengacu

    kepada aktivitas manusia dan secara khusus mengacu pada aktivitas

    kreatif dan bebas di mana orang menghasilkan dan mengubah dunia dan

    diri mereka.

    Secara makro, Golding dan Murdock mengatakan bahwa perspektif

    ekonomi politik bisa dibedakan menjadi dua macam, yaitu liberal dan kritikal.

    Liberal political economy berfokus pada proses pertukaran di pasar, di mana

    konsumen mempunyai kebebasan untuk memilih komoditas-komoditas yang

    sedang berkompetisi berdasarkan manfaat dan kepuasan yang ditawarkan.

  • 21

    Sebaliknya, critical political economy tertarik pada interaksi umum antara

    organisasi ekonomi dan kehidupan politik, serta sosial dan budaya. Dengan

    mengikuti Marx, critical political economy berfokus pada pengorganisasi

    properti dan produksi industri budaya atau industri lainnya, bukan seperti

    liberal political economy yang berfokus pada proses pertukaran.5

    Golding dan Murdock pun menempatkan perspektif ekonomi politik

    media dalam paradigma kritis. Menurut mereka, perspektif ekonomi politik

    kritis ini berbeda dengan arus utama dalam ilmu ekonomi dalam hal

    holistisisme, historisisme, keseimbangan antara usaha kapitalis dengan

    intervensi publik, serta keterkaitannya dengan persoalan-persoalan moralitas

    semacam keadilan, kesamaan, dan kebaikan publik.6

    Teori ekonomi politik (political economy theory) adalah pendekatan

    kritik sosial yang berfokus pada hubungan antara struktur ekonomi dan

    dinamika industri media, serta konten ideologis media. Dari sudut pandang

    ini, lembaga media dianggap sebagai bagian dari sistem ekonomi yang

    berhubungan erat dengan sistem politik.7

    Teori ekonomi politik kritis berasumsi bahwa: (a) logika dan kontrol

    ekonomi merupakan faktor determinan; (b) struktur media cenderung

    mengarah pada konsentrasi; (c) terjadinya integrasi global media; (d)

    terjadinya komodifikasi isi dan khalayak media; (e) penurunan keberagaman;

    5 Graham Murdock dan Peter Golding, Culture, Communications and Political Economy,

    dalam James Curran dan Michael Gurevitch, ed., Mass Media and Society (London: Bloomsbury

    Academic, 2005), h. 60-61. 6 Eduardus Dosi, Media Massa dalam Jaring Kekuasaan (Flores: Ledalero, 2012), h. 75.

    7 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, ed. 6, buku 1, Penerjemah Putri Iva

    Izzati (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 105.

    http://www2.le.ac.uk/departments/media/dl/documents-and-pdfs/course-readers/mass-media-and-society/Mass%20Media%20and%20Society%20Reading%204.pdf

  • 22

    (f) suara-suara alternatif dan oposisional dipinggirkan; (g) kepentingan publik

    pada komunikasi disubordinasikan oleh kepentingan swasta.8

    Persoalan media massa pada umumnya terkait dengan aspek budaya,

    politik, dan ekonomi. Dari aspek budaya, media massa merupakan institusi

    sosial pembentuk definisi dan citra realitas sosial, serta ekspresi identitas

    yang dihayati bersama secara komunal. Dari aspek politik, media massa

    memberikan ruang dan arena kepentingan berbagai kelompok sosial yang ada

    di masyarakat dengan tujuan akhir untuk menciptakan pendapat umum

    sebagaimana diinginkan oleh masing-masing kelompok sosial tersebut. Dari

    aspek ekonomi, media massa merupakan institusi bisnis yang dibentuk

    dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan secara material bagi

    pendirinya.9

    Namun, perspektif ekonomi politik melihat persoalan ekonomi berada

    dalam hubungan dengan kehidupan politik, sosial, dan budaya serta

    memberikan penekanan pada relasi sosial (social relation) dan kekuasaan

    (power). Institusi media harus dipandang sebagai bagian dari sistem ekonomi

    yang mempunyai hubungan dekat dengan sistem politik. Karakter utama dari

    apa yang diproduksi media dapat dijelaskan secara luas melalui pertukaran

    nilai dari bermacam isi media di bawah tekanan untuk memperluas pasar, dan

    melalui kepentingan ekonomi para pemilik dan pengambil keputusan.10

    Oleh karena itu, ekonomi politik media sebenarnya adalah pertarungan

    bagaimana aspek-aspek ekonomi dan politik telah memengaruhi produksi dan

    8 Dosi, Media Massa Dalam Jaring Kekuasaan, h. 72.

    9 Sunarto, Televisi, Kekerasan, dan Perempuan, h. 14.

    10 Dosi, Media Massa Dalam Jaring Kekuasaan, h. 71-72.

  • 23

    reproduksi budaya sebagai komoditas media massa. Pendekatan ekonomi

    politik media lebih melihat bagaimana konsepsi materialisme didistribusikan

    dan disirkulasikan dalam praktik pelaksanaan produksi kultural.11

    Pendekatan ekonomi-politik menekankan bahwa masyarakat kapitalis

    terbentuk menurut cara-cara dominan dalam produksi yang menstrukturkan

    institusi dan praktik sesuai dengan logika komodifikasi dan akumulasi

    kapital. Produksi dan distribusi budaya dalam sistem kapitalis haruslah

    berorientasi pada pasar dan profit.12

    2. Entry Concept Teori Ekonomi Politik Media

    Bagi Mosco, ada tiga entry konsep dalam penerapan ekonomi-politik

    media, antara lain:

    a. Commodification (komodifikasi)

    Komodifikasi merupakan proses transformasi nilai guna (use value)

    menjadi nilai tukar (exchange value), yang nilainya ditentukan oleh

    kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan individu dan sosial ke

    dalam produk yang nilainya ditetapkan oleh harga pasar. Menurut Mosco,

    komodifikasi yaitu proses mengubah makna dari sistem fakta atau data

    yang merupakan pemanfaatan isi media dilihat dari kegunannya sebagai

    komoditi yang dapat dipasarkan.13

    11

    Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi (Jakarta:

    Kencana, 2012), h. 134. 12

    Sunarto, Televisi, Kekerasan, dan Perempuan, h. 16. 13

    Mosco, The Political Economy of Communication, h. 132.

  • 24

    Dalam identifikasi Vincent Mosco, terdapat tiga bentuk komodifikasi

    dalam media14

    :

    1. Komodifikasi isi, yakni proses mengubah pesan dan sekumpulan data

    ke dalam sistem makna sedemikian rupa sehingga menjadi produk

    yang dapat dipasarkan.

    2. Komodifikasi khalayak, yakni proses media menghasilkan khalayak

    untuk kemudian "menyerahkan" kepada pengiklan.

    3. Komodifikasi tenaga kerja merupakan proses pemanfaatan pekerja

    sebagai penggerak kegiatan produksi, sekaligus distribusi dalam

    rangka penghasilan komoditas barang dan jasa.

    b. Spatialization (spasialisasi)

    Spasialisasi, yakni proses untuk mengatasi hambatan ruang dan waktu

    dalam kehidupan sosial oleh perusahaan media dalam bentuk perluasan

    usaha. Bahasan Mosco tentang spasialisasi adalah mengenai integrasi

    secara horizontal dan vertikal.

    Integrasi horizontal adalah ketika sebuah perusahaan yang berada di

    jalur media yang sama membeli sebagian besar saham pada media lain,

    yang tidak ada hubungannya langsung dengan bisnis aslinya atau ketika

    perusahaan mengambil alih sebagian besar saham dalam suatu perusahaan

    yang sama sekali tidak bergerak dalam bidang media.15

    14

    Mosco, The Political Economy of Communication, h. 133-141. 15

    Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra (Jakarta: PT Lasswell

    Visitama, 2010), h. 282.

  • 25

    Integrasi vertikal adalah konsentrasi perusahaan dalam satu jalur

    usaha atau garis bisnis yang memperluas kendali sebuah perusahaan atas

    produksi. Pada prakteknya, integrasi vertikal adalah cross-ownership

    (kepemilikan silang) beberapa jenis media seperti surat kabar, stasiun

    radio, majalah, dan tabloid oleh suatu grup perusahaan media massa.

    c. Structuration (strukturasi)

    Strukturasi, yakni proses penggabungan agensi manusia (human

    agency) dengan proses perubahan sosial ke dalam analisis struktur-

    struktur. Dengan memberikan posisi-posisi jabatan struktur yang ada

    dalam kelompok tersebut, diharapkan dapat memainkan peranan penting

    dalam setiap bidang yang telah diembannya.

    Strukturasi ini menyeimbangkan kecenderungan dalam analisis

    ekonomi politik media untuk menggambarkan struktur seperti lembaga

    bisnis dan pemerintahan dengan menunjukkan dan menggambarkan ide-

    ide agensi, hubungan sosial, proses, dan praktek sosial. Agensi manusia

    merupakan konsepsi sosial fundamental yang mengacu kepada peran para

    individu sebagai aktor sosial yang perilakunya dibangun oleh matriks

    hubungan sosial dan positioning termasuk kelas, ras, dan gender.16

    Proses

    strukturasi ini mengkonstruksi hegemoni, sesuatu yang apa adanya, masuk

    akal, dialamiahkan dan cara berfikir tentang dunia termasuk segala sesuatu

    16

    Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, h. 215.

  • 26

    dari kosmologi melalui etika. Pada praktek sosial yang digambarkan dan

    dikontekskan dalam kehidupan struktur.

    3. Bentuk-bentuk Komodifikasi

    Terkait dengan komodifikasi yang terjadi di media, Mosco

    memformulasikan tiga bentuk komodifikasi, yakni17

    :

    a. Komodifikasi Isi

    Ketika ekonom politik memikirkan bentuk komoditas dalam

    komunikasi, mereka cenderung untuk memulainya dengan konten media.

    Secara khusus, dari sudut pandang ini, proses komodifikasi dalam

    komunikasi melibatkan transformasi pesan, mulai dari mengubah data ke

    sistem pemikiran yang berarti, yang kemudian akan menjadi sebuah

    produk yang dapat dipasarkan.18

    Menurut pandangan Marxisme klasik, isi media merupakan

    komoditas untuk dijual di pasaran, dan informasi yang disebarkan diatur

    oleh apa yang akan diambil oleh pasar.19

    Hal ini berarti bahwa apa yang

    diproduksi oleh media adalah apa yang dikehendaki oleh pasar.

    Kita dapat melihat contoh dari apa yang terjadi di media saat ini.,

    yaitu adanya program-program reality show di televisi. Program tersebut

    diproduksi dengan sedemikian rupa oleh media, sehingga masyarakat

    benar-benar akan menyukainya, meskipun hal tersebut bukanlah fakta

    17

    Mosco, The Political Economy of Communication, h. 168-170. 18

    Mosco, The Political Economy of Communication, h. 133. 19

    Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Edisi 9 (Jakarta: Salemba

    Humanika, 2011), h.433.

  • 27

    dan kebutuhan publik. Yang terpenting bagi media adalah, mereka

    mampu membuat suatu produk yang disukai dan dapat dipasarkan.

    Memasuki era digital seperti saat ini, kehadiran media baru pun

    semakin memperluas kesempatan mengkomodifikasi konten karena pada

    dasarnya media baru didasarkan pada proses digitalisasi yang mengacu

    pada transformasi komunikasi, termasuk data, kata-kata, gambar, gambar

    bergerak, dan suara, menjadi bahasa umum yang dipahami saat ini.

    b. Komodifikasi Khalayak

    Dallas Smythe (1977) memiliki pandangan bahwa penonton adalah

    komoditas utama dari media massa. Menurutnya, media massa

    merupakan konsep sebuah proses yang sebenarnya memproduksi

    penonton dan mengantarkannya kepada pihak pengiklan. Program media

    kemudian dikreasi dan diproduksi sedemikian rupa untuk menarik

    penonton.20

    Dalam hal ini, sebenarnya khalayak tidak secara bebas hanya

    sebagai penikmat dan konsumen dari budaya yang didistribusikan

    melalui media. Khalayak pada dasarnya merupakan entitas komoditi itu

    sendiri yang bisa dijual.21

    Bagi Smythe, hubungan segitiga antara perusahaan media, penonton,

    dan pengiklan dapat dilihat sebagai hubungan yang saling

    menguntungkan. Perusahaan media menggunakan program mereka untuk

    menciptakan penonton; pengiklan membayar perusahaan media untuk

    20

    Mosco, The Political Economy of Communication, h.136-137. 21

    Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya: di Era Budaya Siber (Jakarta: Kencana, 2012),

    h. 169.

  • 28

    akses ke penonton; dengan demikian, penonton dikirim ke pihak

    pengiklan.22

    Proses komodifikasi ini pada akhirnya berintegrasi secara

    komprehensif dengan industri media ke dalam sistem ekonomi kapitalis,

    tidak hanya dengan memproduksi produk yang berbau ideologis tetapi

    juga memproduksi penonton secara massal dan secara khusus,

    berdasarkan kondisi demografisnya yang dipakai untuk dijual kepada

    pengiklan.23

    c. Komodifikasi Pekerja

    Pada awalnya ada suatu kecenderungan mengabaikan komoditas

    pekerja dan proses yang terjadi pada titik produksi dalam komodifikasi.

    Kemudian Braverman (1974) memunculkan sebuah gagasan dengan

    menghadapi transformasi proses kerja dalam kapitalisme secara

    langsung. Menurutnya, tenaga kerja merupakan sebuah kekuatan untuk

    membayangkan, menggambarkan, mendesain suatu pekerjaan, dan

    kemudian mewujudkannya dalam kenyataan.24

    Ketika seseorang bekerja dalam suatu media, tetap ada kontrol

    sistem birokrasi yang mengelola tentang proses-proses yang kompleks,

    terutama dalam hal produksi berita. Mereka harus bekerja mengikuti

    perencanaan organisasi, mulai dari mengumpulkan bahan, mengemas,

    serta mendistribusikan berita dan informasi. Hal inilah yang kemudian

    22

    Mosco, The Political Economy of Communication, h. 137. 23

    Subiakto dan Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, h. 134. 24

    Mosco, The Political Economy of Communication, h. 138-139.

  • 29

    dianggap penting bagi ekonomi politik yang membahas proses kerja,

    karena di sini telah tergambarkan secara terperinci proses sosio-teknis

    yang telah membentuk proses produksi media, serta para tenaga kerja

    yang kemudian juga menjadi komoditas yang berharga.

    Perusahaan media massa pada kenyataannya tak berbeda dengan

    pabrik-pabrik. Para pekerja tidak hanya memproduksi konten dan

    mendapatkan penghargaan dalam upaya menyenangkan khalayak melalui

    konten tersebut, melainkan juga menciptakan khalayak sebagai pekerja

    yang terlibat dalam mendistribusikan konten sebagai sebuah komoditas.25

    B. Konseptualisasi Lembaga Penyiaran Televisi

    Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang

    menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara

    umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan

    berkesinambungan.26

    Televisi juga dapat dikelompokkan sebagai media yang

    menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu. Artinya, siaran televisi dapat

    diterima di mana saja dalam jangkauan pancarannya, tetapi siarannya tidak dapat

    dilihat kembali.27

    Dalam Undang-undang no. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, digunakan

    istilah lembaga penyiaran yang dalam ketentuan umum Bab I Pasal (1) poin 9

    disebutkan bahwa jenis stasiun lembaga penyiaran adalah penyelenggara

    25

    Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya: di Era Budaya Siber, h. 170. 26

    Pasal 1 ayat 4, Undang-Undang Penyiaran no. 32 tahun 2002. 27

    Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Jakarta:

    Kencana, 2009), h. 12.

  • 30

    penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga

    penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam

    melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    1. Televisi Publik (Public Television)

    Dalam UU no 32 tahun 2002 tentang Penyiaran disebutkan bahwa

    lembaga penyiaran publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan

    hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak

    komersil, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

    Televisi publik lahir sebagai televisi alternatif atau reaksi terhadap

    Televisi Pemerintah (Government Television) yang sangat mengutamakan

    kepentingan pemerintah yang berkuasa dan Televisi Komersial (Commercial

    Television) yang sangat mengutamakan kepentingan bisnis (keuntungan),

    sehingga kedua-duanya cenderung mengabaikan kepentingan publik.

    Undang-undang penyiaran kemudian memberikan tugas kepada Televisi

    Republik Indonesia (TVRI) untuk memberikan pelayanan informasi,

    pendidikan, hiburan yang sehaat, kontrol, dan perekat sosial serta

    melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat

    melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah

    Indonesia.28

    28

    Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h. 99.

  • 31

    TVRI sebagai organisasi memiliki kedudukan berada di bawah presiden

    dan bertanggung jawab kepada presiden. Stasiun pusat penyiaran TVRI

    berada di ibukota negara dan berdasarkan UU Penyiaran, di daerah provinsi,

    kabupaten atau kota dapat didirikan stasiun penyiaran publik lokal.

    Organisasi TVRI terdiri atas: a) dewan pengawas; b) dewan direksi; c) stasiun

    penyiaran; d) stasiun pengawas intern; dan e) pusat dan perwakilan.29

    Sumber pembiayaan media penyiaran publik di Indonesia berasal dari: 1)

    iuran penyiaran yang berasal dari masyarakat; 2) Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    (APBD); 3) sumbangan masyarakat; 4) siaran iklan.30

    Televisi Publik boleh

    menyiarkan iklan namun dilakukan secara selektif, sehingga penerimaan

    Televisi Publik dari penyiaran iklan pada umumnya tidak cukup untuk

    menutup biaya operasionalnya apalagi untuk biaya investasi. Kekurangan

    biaya operasional dan investasi tersebut menjadi kewajiban pemerintah untuk

    menyediakannya melalui APBN maupun APBD.

    2. Televisi Swasta (Commercial Television)

    Ketentuan dalam undang-undang penyiaran menyebutkan bahwa

    lembaga penyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial

    berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya

    menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi. Dalam hal ini, stasiun

    swasta didirikan dengan tujuan mengejar keuntungan yang sebagian besar

    29

    Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h.99. 30

    Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h. 100.

  • 32

    berasal dari penayangan iklan dan juga usaha-usaha lainnya yang terkait

    dengan penyelenggaraan penyiaran.31

    Lembaga penyiara swasta mendapatkan anggaran operasional secara

    swadaya melalui potensi siaran iklan dan jasa-jasa yang lain seperti

    pembuatan produksi yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Selain

    itu, lembaga penyiaran swasta mempunyai wilayah siaran secara lokal dan

    berjaringan secara terbatas, yaitu hanya dapat menyelenggarakan satu siaran

    dengan satu saluran siaran pada satu cakupan wilayah siaran.32

    3. Televisi Komunitas (Community Televison)

    Stasiun penyiaran komunitas harus berbentuk badan hukum Indonesia

    yang didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak

    komersial dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayahnya terbatas

    serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Dengan kata lain, stasiun ini

    didirikan tidak untuk mencari keuntungan atau tidak menjadi bagian

    perusahaan yang mencari keuntungan semata.33

    Selain itu, stasiun penyiaran

    komunitas mempunyai wilayah siaran yang terbatas yaitu dalam radius 2,5

    km dan berdaya pancar maksimal 50 watt.

    Stasiun komunitas didirikan dengan modal awal yang diperoleh dari

    kontribusi komunitasnya yang berasal dari tiga orang atau lebih yang

    selanjutnya menjadi milik komunitas. Stasiun ini dapat memperoleh sumber

    31

    Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h. 80. 32

    Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,

    Operasional, dan Regulasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 60. 33

    Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h. 96.

  • 33

    pembiayaan dari sumbangan, hibah, sponsor, dan sumber lain yang sah dan

    tidak mengikat. Dalam UU penyiaran, lembaga penyiaran komunitas dilarang

    untuk mendapatkan dana dari siaran iklan.

    4. Televisi Berlangganan (Subscription Television)

    Yang dimaksud dengan televisi berlangganan adalah siaran yang

    melayani penontonnya dan untuk jasa layanan itu, penonton harus membayar

    bisa per bulan, per dua bulan, per enam bulan, atau bahkan hitungan tahun.

    Berbeda dibandingkan dengan siaran televisi pada umumnya yang tidak

    memungut bayaran sama sekali.34

    Lembaga penyiaran berlangganan merupakan lembaga penyiaran

    berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya

    menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan dan wajib terlebih dahulu

    memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran berlangganan. Lembaga

    penyiaran berlangganan memperoleh anggaran operasional secara swadaya

    melalui potensi iklan, iuran para pelanggan, dan jasa-jasa yang lain, seperti

    pembuatan produksi, maupun jasa akses internet.

    34

    RM Soenarto, Programa Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran (Jakarta:

    Fakultas Film dan Televisi-Institut Kesenian Jakarta Press, 2007), h.23.

  • 34

    C. Konseptualisasi Televisi Berlangganan

    1. Jenis-jenis Lembaga Penyiaran Berlanggan

    a. Lembaga penyiaran berlangganan melalui satelit

    Dalam UU penyiaran no 32 tahun 2002, telah dijelaskan dalam pasal

    27 bahwa lembaga penyiaran berlangganan melalui satelit harus memenuhi

    beberapa ketentuan, antara lain: pertama, memiliki jangkauan siaran yang

    dapat diterima di wilayah Negara Republik Indonesia; kedua, memiliki

    stasiun pengendali siaran dan stasiun pemancar ke satelit yang berlokasi di

    Indonesia; ketiga, menggunakan satelit yang mempunyai landing right di

    Indonesia; dan keempat, menjamin agar siarannya hanya diterima oleh

    pelanggan.

    DBS (Direct Brodcasting Satelite) adalah siaran televisi melalui satelit

    langsung ke pesawat televisi (melalui antena). Untuk satelit komunikasi

    sendiri ada yang memiliki 12, 24, 62, dan atau lebih 100 transponder. Satu

    transponder dapat dipergunakan untuk 1300 saluran telepon, atau 12

    saluran radio siaran, atau satu saluran televisi berwarna.

    Sistem DBS inilah yang saat ini banyak digunakan oleh perusahaan

    televisi berlangganan di dunia, termasuk Indonesia. Mekanisme penyiaran

    satelit untuk televisi berlangganan, yaitu dimulai oleh provider yang

    memancarkan siarannya ke satelit (uplink), lalu sinyal tersebut ditransfer

    dan dikirim lagi menuju ke bumi (downlink).

  • 35

    b. Lembaga penyiaran berlangganan melalui kabel

    Dalam sistem televisi kabel terdapat tiga komponen utama yang

    bekerja, yaitu: 1) CSO atau headend; 2) sistem distribusi; dan 3) saluran

    rumah. CSO terdiri atas antena dan sejumlah peralatan penerima yang

    berfungsi menangkap sinyal dari stasiun televisi yang lokasinya jauh dari

    CSO. Namun, saat ini CSO juga menangkap sinyal program televisi yang

    dikirim melalui satelit atau melalui microwave.35

    Cara kerja sistem penyiaran berlangganan dengan menggunakan kabel

    adalah signal listrik disalurkan melalui kabel untuk sampai ke pesawat

    penerima. Dengan demikian, antara stasiun televisi kabel dan pelanggan

    dihubungkan dengan kabel. Walaupun mekanisme pendistribusiannya

    sederhana, sistem kabel dalam layanan televisi berlangganan

    membutuhkan dana operasional yang sangat besar karena ketersediaan

    layanan ini sangat bergantung pada berapa banyak kabel yang dimiliki

    oleh provider dan wilayah mana saja yang akan menjadi target

    pemasarannya.

    c. Lembaga penyiaran berlangganan melalui teresterial

    Penyiaran radio dan televisi biasanya menggunakan sistem teresterial,

    yakni sistem yang penyiarannya dilakukan dengan cara memancarkan

    signal di atas permukaan tanah dengan menggunakan microwave antena di

    mana pancaran SHF (Super High Frequency) harus bebas hambatan.

    Namun, yang dimaksud dengan sistem teresterial pada lembaga penyiaran

    35

    Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h. 92.

  • 36

    berlangganan adalah sistem yang beroperasi dengan sistem MMDS

    (Multichannel Multipoint/ Microwave Distribution Services). MMDS

    bekerja pada pita frekuensi 2,5 GHz dan dikenal dengan sebutan wireless

    cable.36

    2. Televisi Berlangganan di Indonesia

    Industri televisi berlangganan di Indonesia dimulai oleh PT MNC

    Skyvision (MSV) yang menjadi pelopor industri televisi berlangganan di

    Indonesia. Didirikan pada tanggal 8 Agustus 1988, MSV mulai memasarkan

    televisi berbayar mereka yang berbasis satelit pada awal 1994 dengan nama

    merek Indovision. Indovision juga dikenal sebagai televisi berlangganan yang

    pertama kali menggunakan satelit penyiaran langsung (Direct Broadcast

    Satellite (DBS)), layanan analog dengan menggunakan satelit Palapa C-2.37

    Pada awal kemunculannya, Indovision memang tidak secara langsung

    mampu merambah pasar secara luas karena harganya yang masih mahal,

    sehingga sebagian besar pelanggannya hanya masyarakat golongan menengah

    ke atas. Namun, kemunculan Indovision sebagai penyedia layanan televisi

    berlangganan pertama di Indonesia membawa pengaruh yang besar pada

    perkembangan industri televisi berlangganan Indonesia. Hal ini terlihat dari

    munculnya pemain-pemain baru dalam industri televisi berlangganan pada

    tahun-tahun berikutnya.

    36

    Djamal dan Fachruddin, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan

    Regulasi, h.42. 37

    Indovision TV, Company Profile, artikel diakses pada 22 Februari 2013, pukul 22.15

    dari http://www.indovision.tv/content/corporate/company-profile.

    http://www.langgananindovision.com/http://www.indovision.tv/content/corporate/company-profile

  • 37

    Hingga saat ini, sudah banyak televisi berlangganan yang ada di

    Indonesia, baik itu yang melalui kabel, satelit, atau terestrial. Bahkan, saat ini

    muncul sebuah layanan platform yang lebih maju dari perkembangan

    interaksi multimedia yang ada sebelumnya, yaitu Internet Protocol Television

    (IPTV) yang hanya dapat diakses melalui koneksi internet dengan

    menggunakan Set Top Box (STB) yang terhubung dengan Speedy. Groovia

    merupakan bentuk sinergi antara internet dan web kekuatan interaksi

    dikombinasikan dengan kekuatan media televisi.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Internethttp://id.wikipedia.org/wiki/Speedy

  • 38

    Tabel 1

    Televisi Berlangganan di Indonesia

    No. Televisi

    Berlangganan Pemilik Jenis

    1. Indovision

    PT MNC Sky Vision (MSV) Satelit (DTH)

    2. First Media

    PT First Media, Tbk Kabel

    3. Telkom Vision

    PT Telekomunikasi

    Indonesia, Tbk

    Kabel & Satelit

    (DTH)

    4. Skynindo

    PT Cipta Skynindo Satelit (DTH)

    5. Groovia TV PT Telekomunikasi

    Indonesia, Tbk

    IPTV

    6. Aora

    PT Karyamegah Adijaya Satelit (DTH)

    7. Orange TV

    PT Mega Media Indonesia Satelit (DTH)

    8. Centrin PT Central Tivi Digital Satelit (DTH)

    9. Nexmedia

    Grup Emtek Teresterial (DVB-T)

    10. Topas TV Grup Mayapada Satelit (DTH)

    11. Max 3 Biznet

    Biznet Networks Kabel

    Sumber: http://www.infotelevisi.com/paytv-indonesia/

    http://www.infotelevisi.com/paytv-indonesia/

  • 39

    D. Media dan Kepentingan Bisnis

    Media adalah entitas yang menyiarkan berita kepada masyarakat luas. Namun

    tak dapat dipungkiri bahwa media tidak semata-mata sebagai wahana untuk

    menyediakan informasi kepada masyarakat, tetapi juga sebagai lahan bisnis

    (industri) yang bisa mendatangkan keuntungan yang besar. Artinya, media

    (massa) tidak semata-mata untuk kepentingan idealisme menyediakan informasi

    yang akurat dan mencerahkan/ mencerdaskan kepada masyarakat, misalnya

    tetapi juga pasti terselip kepentingan bisnis di dalamnya.38

    Media sebagai lahan bisnis bisa terlihat dari informasi yang disampaikan oleh

    media dapat memengaruhi iklim berusaha (business climate). Para pelaku bisnis

    berkepentingan dengan iklim usaha yang kondusif, untuk pengembangan usaha

    mereka.39

    Inilah mengapa, saat ini media dan kepentingan bisnis menjadi suatu

    kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Bahkan, tidak heran bila ada orang yang

    menyebutkan bahwa membangun media berarti membangun kerajaan bisnis.

    Bisnis media adalah pengelolaan media secara ekonomi, atau usaha (bisnis)

    media secara ekonomis dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan (konsumsi),

    baik individu, organisasi, maupun masyarakat, dan para pemangku kepentingan

    (stakeholder) lainnya dalam rangka mencari laba.40

    Namun, bisnis media berbeda

    dengan bisnis lainnya. Perbedaannya terletak pada fungsi dan tujuan utamanya di

    mana media memiliki wilayah yang tidak dimiliki oleh lahan bisnis yang lainnya.

    Bisnis media saat ini selain merupakan suatu kegiatan memproduksi barang dan

    38

    Mohamad Nabil, Absennya Media dalam Memperkuat Integrasi Sosial: Studi Awal Atas

    Media Lokal di Sumatera Utara dan Bali, dalam Irfan Abubakar dan Muchtadlirin, ed., Media

    dan Integrasi Sosial: Jembatan antar Umat Beragama (Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2011), h.117. 39

    Henry Faizal Noor, Ekonomi Media (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 300. 40

    Noor, Ekonomi Media, h. 13.

  • 40

    jasa media untuk memuaskan konsumen, memberikan nilai tambah spesifik pada

    kehidupan sosial masyarakat, melalui berbagai informasi yang disiarkannya, juga

    digunakan untuk memuaskan pihak-pihak terkait (stakeholder) guna mendapatkan

    keuntungan yang besar.

    Pada dasarnya, ada tiga sumber utama yang menjadi sumber penunjang

    kehidupan industri media, yakni41

    : Pertama, modal (capital), misalnya pemasukan

    iklan dan iuran berlangganan. Kedua, jenis isi media (type of content), misalnya

    acara kuis, sinetron, dan informasi. Ketiga, jenis khalayak sasaran (types of

    audience), misalnya berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis

    pekerjaan, dan lain sebagainya.

    Pada bisnis media, hubungan antara biaya produksi (output) dan pendapatan

    (revenue) terjadi tidak langsung. Hal ini disebabkan pendapatan dari bisnis media

    utamanya adalah dari iklan, bukan dari output media. Para pemasang iklan akan

    tertarik untuk menggunakan suatu media untuk beriklan, bila rating atau peringkat

    acara dari media tersebut tinggi di mata konsumen. Rating acara suatu media,

    tidak ditentukan oleh kualitas acara yang ditayangkan, tetapi ditentukan oleh

    banyaknya pemirsa (audience) yang menonton acara yang disiarkan.42

    Pemasangan iklan mendatangkan pendapatan pada perusahaan media. Oleh

    karena itu, potensi iklan sangat berperan dalam menentukan pendapatan atau

    hidup matinya (eksistensi atau survival) suatu media. Media yang tidak mendapat

    iklan tentu pedapatannya akan sangat kecil atau bahkan tidak ada, sehingga

    41

    Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset

    Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, cet. ke-3

    (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 275. 42

    Noor, Ekonomi Media, h. 15.

  • 41

    membuat media tersebut tidak bisa survive. Artinya, sepanjang ada prospek iklan

    yang cukup, maka produsen media akan menawarkan produksinya ke masyarakat.

    Oleh karena itu, hubungan antara konsumen, pemasang iklan, dan perusahaan

    media dapat terlihat seperti pada gambar berikut:

    Gambar 3

    Konsumen Media

    Sumber: Henry Faizal Noor, Ekonomi Media (2010: 42)

    Perolehan iklan yang didapat oleh perusahaan media dari pihak pemasang

    iklan, biasanya dilihat dari bagaimana rating program media tersebut. pada

    prinsipnya bagia medi televisi, TV Rating digunakan untuk melihat sukses

    tidaknya perolehan pemirsa atas suatu program dan atau kondisi perolehan rat-rata

    pemirsa suatu stasiun dibanding stasiun lain.sedangkan bagi pengiklan, TV Rating

    digunakan untuk menentukan penempatan iklannya pada program-program

    televisi yang sesuai dengan target konsumennya.

    Perhitungan rating suatu program diperoleh dari jumlah pemirsa atau target

    pemirsa pada satu satuan waktu tertentu terhadap suatu populasi:

    Rating Content Media

    Iklan Content

    Perusahaan

    Media

    Masyarakat Pemasangan

    Iklan

  • 42

    Selain rating, istilah audience share atau umumnya disingkat dengan istilah

    share juga dikenal dalam dunia pertelevisian. Bagi stasiun televisi, besaran rata-

    rata dari share digunakan untuk melihat posisi stasiun di dalam industri atau untuk

    melihat posisi satu program dibanding program yang lain. Sedangkan untuk

    pengiklan, umumnya digunakan sebagai patokan alokasi (penyebaran) belanja

    iklan pada masing-masing stasiun.

    Selain rating dan share, ada satu istilah lagi yang dikenal yaitu program

    index. Angka kecenderungan kepemirsaan ini umumnya digunakan untuk

    memastikan apakah suatu program memang sudah tepat dengan target konsumen

    suatu produk atau belum. Untuk menentukan audience target, digunakan angka

    100 sebagai dasarnya. Ketika angka index di atas 100, maka dianggap sudah

    efektif dan tepat sasaran. Jika masih di bawah 100, berarti dianggap belum efektif.

    Seperti kegiatan ekonomi pada umumnya, pelaku kegiatan ekonomi media,

    secara umum dapat dikelompokkan menjadi beberapa pelaku, yaitu konsumen

    yang mengonsumsi produk media, produsen (perusahaan media), penyelenggara

    negara, baik pemerintah, maupun lembaga kuasi negara, seperti KPU dan KPPU,

  • 43

    yang melakukan pengaturan atau mengawasi pelaksanaan aturan yang sudah

    diundangkan.43

    Selain itu, karakteristik ekonomi dari media:44

    1. Bisnis media mengelola dua kelompok pasar yang berbeda dalam waktu yang

    sama, yaitu pasar produk yang dihasilkan (pembaca, pendengar, dan pemirsa)

    dan pasar pemasang iklan.

    2. Bisnis media menghasilkan dua jenis produk dalam waktu yang sama, yaitu

    isi (content) dan konsumen (audience). Konsumen atau audience ini yang

    akan menghasilkan peringkat (rating) yang menjadi modal untuk menarik

    para pemasang iklan.

    3. Bisnis media tidak dibatasi oleh sumber daya dalam menghasilkan

    produknya, atau sumber daya bisnis media tidak terbatas dalam menghasilkan

    output-nya karena berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat setiap hari

    merupakan sumber daya atau input bagi media.

    4. Bisnis media, tidak spesifik menghasilkan komersial produk, tetapi

    menghasilkan produk kultural (cultural product), yang memperkaya

    khazanah dan keragaman budaya di masyarakat. Dengan demikian, ekonomi

    media dapat berkontribusi pada pencerahan dan peningkatan wawasan

    masyarakat.

    5. Bisnis media menghasilkan produk yang berkaitan dengan pesan (messages)

    dan makna (meaning), perlambang (attribute), serta nilai-nilai (values) di

    masyarakat. Oleh karena itu, isi (content) produk media bersifat nonfisik

    43

    Noor, Ekonomi Media, h. 17. 44

    Noor, Ekonomi Media, h. 15-16.

  • 44

    (intangible), sehingga satuan unit (unit content) dari produk media sering kali

    sulit didefinisikan.

    6. Bisnis media menghasilkan produk yang tidak habis, atau tidak berkurang

    setelah dikonsumsi oleh konsumen, baik pembaca, pendengar, ataupun

    pemirsa (it does not get used up or destroyed in the act of consumption). Bila

    seseorang atau beberapa orang menonton televisi atau mendengar radio, maka

    ini tidak menghilangkan kesempatan pada orang lain untuk melakukan hal

    yang sama, baik pada waktu dan tempat yang sama, maupun berbeda. Dengan

    demikian, produk media ini masuk klasifikasi barang pblik (public goods).

    Sementara bisnis lainnya pada umumnya menghasilkan barang dan jasa privat

    (private goods).

    7. Bisnis media dapat menyajikan produk yang sudah dihasilkannya berkali-kali