Pembelajaran tematik PLPG - Heri sis | … · Web viewProses pembudayaan dan pemberdayaan yang...

50
Materi PPG PGSD UMM MATERI 6 PENGEMBANGAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH A. Pendahuluan Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mendukung perwujudan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Di samping itu, berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita dewasa ini makin mendorong semangat dan upaya pemerintah untuk memprioritaskan pendidikan karakter sebagai dasar pembangunan pendidikan. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan luar sekolah, akan tetapi juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, dan sebagainya. Pembisaan itu bukan hanya mengajarkan (aspek kognitif) mana yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu merasakan (aspek afektif) nilai yang baik dan tidak baik serta bersedia melakukannya (aspek psikomotorik) dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut perlu ditumbuhkembangkan peserta didik yang pada akhirnya akan menjadi pencerminan hidup bangsa Indonesia. oleh karena itu, sekolah memiliki peranan yang besar sebagai pusat pembudayaan melalui pengembangan budaya sekolah (school culture). Lebih lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa Pendidikan Karakter 6 - 1

Transcript of Pembelajaran tematik PLPG - Heri sis | … · Web viewProses pembudayaan dan pemberdayaan yang...

Materi PPG PGSD UMM

MATERI 6PENGEMBANGAN BUDAYA DAN KARAKTER

BANGSA DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

A. PendahuluanPendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi

pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mendukung perwujudan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Di samping itu, berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita dewasa ini makin mendorong semangat dan upaya pemerintah untuk memprioritaskan pendidikan karakter sebagai dasar pembangunan pendidikan. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional.

Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan luar sekolah, akan tetapi juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, dan sebagainya. Pembisaan itu bukan hanya mengajarkan (aspek kognitif) mana yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu merasakan (aspek afektif) nilai yang baik dan tidak baik serta bersedia melakukannya (aspek psikomotorik) dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut perlu ditumbuhkembangkan peserta didik yang pada akhirnya akan menjadi pencerminan hidup bangsa Indonesia. oleh karena itu, sekolah memiliki peranan yang besar sebagai pusat pembudayaan melalui pengembangan budaya sekolah (school culture).

Lebih lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Untuk mendapatkan wawasan mengenai arti pendidikan budaya dan karakter bangsa perlu dikemukakan pengertian istilah budaya, karakter bangsa, dan pendidikan. Pengertian yang dikemukakan di sini dikemukakan secara teknis dan digunakan dalam mengembangkan pedoman ini. Guru-guru Antropologi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan mata pelajaran lain, yang istilah-istilah itu menjadi pokok bahasan dalam mata pelajaran terkait, tetap memiliki kebebasan sepenuhnya membahas dan berargumentasi mengenai istilah-istilah tersebut secara akademik. Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem

Pendidikan Karakter 6 - 1

Materi PPG PGSD UMM

ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta seni. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa.

Istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karakter.: 1. Pertama, istilah karakter menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila

seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia.

2. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.

Sedangkan Imam Ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.

Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembang-kan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di

Pendidikan Karakter 6 - 2

Materi PPG PGSD UMM

masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.

Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang telah dikemukakan di atas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif .

Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah. Hal ini dilakukan karena secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa ( Affective and Creativity development).

B. Landasan Pedagogis Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam Pembelajaran di Sekolah

Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkunganpeserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah- kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi,maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya. Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia.

Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing). Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik.

Pendidikan Karakter 6 - 3

Materi PPG PGSD UMM

Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat makro akan menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, peserta didik akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berpikir, cara bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh karena itu, aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa.

Pendidikan adalah suatu proses enkulturasi, berfungsi mewariskan nilai-nilai dan prestasi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai-nilai dan prestasi itu merupakan kebanggaan bangsa dan menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Selain mewariskan, pendidikan juga memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu itu menjadi nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan inti dari suatu proses pendidikan.

Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum (kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani dan olahraga, seni, serta ketrampilan).

Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui sejarah yang memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa diri bangsanya di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu, pendidikan harus membangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai berkenaan dengan lingkungan tempat diri dan bangsanya hidup (geografi), nilai yang hidup di masyarakat (antropologi), sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang (sosiologi), sistem ketata-negaraan, pemerintahan, dan politik (ketatanegaraan/politik/ kewarganegaraan), bahasa Indonesia dengan cara berpikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni. Artinya, perlu ada upaya terobosan kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan terobosan kurikulum yang demikian, nilai dan karakter yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan diri, masyarakat, bangsa, dan bahkan umat manusia.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan Karakter 6 - 4

Materi PPG PGSD UMM

C. Tujuan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam Pembe-lajaran di Sekolah

Tujuan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam pembelajaran adalah:

1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

D. Strategi Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan dan Pembelajaran di Sekolah

Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan mampu memberikan kontribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pendidikan merupakan tulang punggung strategi pembentukan karakter bangsa. Strategi pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan dapat dilakukan dengan pendidikan, pembelajaran, dan fasilitasi. Dalam konteks makro, penyelenggaraan pendidikan karakter mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian mutu yang melibatkan seluruh unit utama di lingkungan pemangku kepentingan pendidikan nasional.

Peran pendidikan sangat strategis karena merupakan pembangun integrasi nasional yang kuat. Selain dipengaruhi faktor politik dan ekonomi, pendidikan juga dipengaruhi faktor sosial budaya, khususnya dalam aspek integrasi dan ketahanan sosial.Disadari bahwa pembangunan karakter bangsa dihadapkan pada berbagai masalah yang sangat kompleks. Perkembangan masyarakat yang sangat dinamis sebagai akibat dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tentu merupakan masalah tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Globalisasi dan hubungan antarbangsa sangat berpengaruh pada aspek ekonomi (perdagangan global) yang mengakibatkan berkurang atau bertambahnya jumlah kemiskinan dan pengangguran. Pada aspek sosial dan budaya, globalisasi mempengaruhi nilai-nilai solidaritas sosial seperti sikap individualistik, materialistik, hedonistik yang seperti virus akan berimplikasi terhadap tatanan budaya masyarakat Indonesia sebagai warisan budaya bangsa seperti memudarnya rasa kebersamaan, gotong royong, melemahnya toleransi antarumat beragama, menipisnya solidaritas terhadap sesama, dan itu semua pada akhirnya akan berdampak pada berkurangnya rasa nasionalisme sebagai warga negara Indonesia. Akan tetapi, dengan

Pendidikan Karakter 6 - 5

Materi PPG PGSD UMM

menempatkan strategi pendidikan sebagai modal utama menghalangi virus-virus penghancur tersebut, masa depan bangsa ini dapat diselamatkan.

Secara makro pengembangan karakter dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat karakter yang digali, dikristalisasikan, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan (1) filosofis: Pancasila, UUD 1945, dan UU N0.20 Tahun 2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya; (2) teoretis: teori tentang otak, psikologis, pendidikan, nilai dan moral, serta sosial-kultural; (3) empiris: berupa pengalaman dan praktik terbaik, antara lain tokoh-tokoh, satuan pendidikan unggulan, pesantren, kelompok kultural, dll.

Pada tahap implementasi dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Dalam masing-masing pilar pendidikan akan ada dua jenis pengalaman belajar yang dibangun melalui dua pendekatan yakni intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan suasana interaksi belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentulkan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur. Agar proses pembelajaran tersebut berhasil guna, peran guru sebagai sosok panutan sangat penting dan menentukan. Sementara itu dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi dan penguatan yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan melalui proses intervensi. Proses pembudayaan dan pemberdayaan yang mencakup pemberian contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan harus dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis.

Pelaksanaan pendidikan karakter dalam konteks makro kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, merupakan komitmen seluruh sektor kehidupan, bukan hanya sektor pendidikan nasional. Keterlibatan aktif dari sektor-sektor pemerintahan lainnya, khususnya sektor keagamaan, kesejahteraan, pemerintahan, komunikasi dan informasi, kesehatan, hukum dan hak asasi manusia, serta pemuda dan olahraga juga sangat dimungkinkan.

Pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen program untuk perbaikan berkelanjutan yang dirancang dan dilaksanakan untuk mendeteksi aktualisasi karakter dalam diri peserta didik sebagai indikator bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan karakter itu berhasil dengan baik, menghasilkan sikap yang kuat, dan pikiran yang argumentatif.

Pada konteks makro, program pendidikan karakter bangsa dapat digambarkan sebagai berikut.

Pendidikan Karakter 6 - 6

Materi PPG PGSD UMM

Gambar 2: Konteks Makro Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pendidikan karakter dalam konteks mikro, berpusat pada satuan pendidikan secara holistik. Satuan pendidikan merupakan sektor utama yang secara optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus-menerus proses pendidikan karakter di satuan pendidikan. Pendidikanlah yang akan melakukan upaya sungguh-sungguh dan senantiasa menjadi garda depan dalam upaya pembentukan karakter manusia Indonesia yang sesungguhnya. Pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan; kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.

Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Khusus, untuk materi Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan – karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap – pengembangan karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai strategi/metode pendidikan karakter. Untuk kedua mata pelajaran tersebut, karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan juga dampak pengiring. Sementara itu mata pelajaran lainnya, yang secara formal memiliki misi utama selain pengembangan karakter, wajib mengembangkan rancangan pembelajaran pendidikan karakter yang diintegrasikan kedalam substansi/kegiatan mata pelajaran sehingga memiliki dampak pengiring bagi berkembangnya karakter dalam diri peserta didik.

Lingkungan satuan pendidikan perlu dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosial-kultural satuan pendidikan memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian di satuan pendidikan yang mencerminkan perwujudan karakter yang dituju. Pola ini ditempuh dengan melakukan pembiasaan dengan pembudayaan aspek-aspek karakter dalam kehidupan keseharian di sekolah dengan pendidik sebagai teladan.

Dalam kegiatan ko-kurikuler (kegiatan belajar di luar kelas yang terkait langsung pada materi suatu mata pelajaran) atau kegiatan ekstra kurikuler (kegiatan satuan pendidikan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata pelajaran, seperti kegiatan Kepramukaan, Dokter Kecil, Palang Merah Remaja, Pecinta Alam, Liga Pendidikan

Pendidikan Karakter 6 - 7

Materi PPG PGSD UMM

Indonesia, dll.) perlu dikembangkan proses pembiasaan dan penguatan dalam rangka pe-ngembangan karakter.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat diselenggarakan melalui kegiatan olahraga dan seni dalam bentuk pembelajaran, pelatihan, kompetisi atau festival. Berbagai kegiatan olahraga dan seni tersebut diorientasikan terutama untuk penanaman dan pembentukan sikap, perilaku, dan kepribadian para pelaku olahraga atau seni agar menjadi manusia Indonesia berkarakter. Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh gerakan pramuka dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa yang memiliki watak, kepribadian, dan akhlak mulia serta keterampilan hidup prima.

Di lingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap perilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di satuan pendidikan sehingga menjadi kegiatan keseharian di rumah dan di lingkungan masyarakat masing-masing. Hal ini dapat dilakukan lewat komite sekolah, pertemuan wali murid, kunjungan/kegiatan wali murid yang berhubungan dengan kumpulan kegiatan sekolah dan keluarga yang bertujuan menyamakan langkah dalam membangun karakter di sekolah, di rumah, dan di masyarakat.

Program pendidikan karakter pada konteks mikro dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3: Konteks Mikro Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Dengan prinsip yang sama, pendidikan karakter dapat dilakukan pada jalur pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh masyarakat, misalnya kursus keterampilan, kursus kepemudaan, bimbingan belajar, pelatihan-pelatihan singkat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi massa. Demikian pula pendidikan karakter dapat dilakukan pada kegiatan kemasyarakatan lainnya, seperti kegiatan karang taruna, keagamaan, olahraga, kesenian, sosial, atau kegiatan pelatihan penanggulangan bencana alam.

Pendidikan nonformal yang dilaksanakan pada lingkup dunia usaha berbentuk pendidikan dan pelatihan calon pegawai, pelatihan kewirausahaan, pelatihan kepemimpinan, dan pelatihan keterampilan profesi. Pada lingkup masyarakat politik dilakukan bentuk

Pendidikan Karakter 6 - 8

Materi PPG PGSD UMM

pelatihan dan kaderasisasi partai, pelatihan kepemimpinan, pelatihan etika politik dan pembudayaan politik. Sedangkan pada lingkup media masa, pendidikan nonformal berupa pelatihan dasar komunikasi, pelatihan kode etik jurnalistik, dan pemahaman profesi jurnalis dan pelatihan transaksi elektronik.

Pendidikan karakter pada kegiatan pendidikan dan latihan nonformal serta kegiatan kemasyarakatan tersebut dapat diarahkan untuk menanamkan kepedulian sosial, jiwa patriotik, kejujuran, dan kerukunan berkehidupan dalam masyarakat serta untuk mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa yang memiliki watak, kepribadian, dan akhlak mulia. Pendidikan karakter pada pendidikan nonformal dilaksanakan dengan pendekatan holistik dan terintegrasi pada setiap aspek pekerjaan atau kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi pembangunan karakter bangsa melalui program pendidikan memerlukan dukungan penuh dari pemerintah yang dalam hal ini berada di jajaran Kementerian Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, fasilitasi yang perlu didukung berupa hal-hal sebagai berikut.1. Pengembangan kerangka dasar dan perangkat kurikulum; inovasi pembelajaran dan

pembudayaan karakter; standardisasi perangkat dan proses penilaian; kerangka dan standardisasi media pembelajaran yang dilakukan secara sinergis oleh pusat-pusat di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional.

2. Pengembangan satuan pendidikan yang memiliki budaya kondusif bagi pembangunan karakter dalam berbagai modus dan konteks pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan tinggi dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.

3. Pengembangan kelembagaan dan program pendidikan nonformal dan informal dalam rangka pendidikan karakter melalui berbagai modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal.

4. Pengembangan dan penyegaran kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, baik di jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah maupun pendidikan tinggi yang relevan dengan pendidikan karakter dalam berbagai modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait.

5. Pengembangan karakter peserta didik di perguruan tinggi melalui penguatan standar isi dan proses, serta kompetensi pendidiknya untuk kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) dan Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB); penelitian dan pengembangan pendidikan karakter; pembinaan lembaga pendidikan tenaga kependidikan; pengembangan dan penguatan jaringan informasi profesional pem-bangunan karakter dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait.

E. Nilai-nilai yang Dikembangkan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam Pembelajaran di Sekolah

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini (Kemendiknas, 2010:8):.1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan

individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

Pendidikan Karakter 6 - 9

Materi PPG PGSD UMM

2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Ada 18 (delapan belas) nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa (Kemendiknas, 2010:9-10), sebagaimana dalam tabel berikut:

NILAI DESKRIPSI1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

Pendidikan Karakter 6 - 10

Materi PPG PGSD UMM

NILAI DESKRIPSI9. Rasa Ingin

TahuSikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung-jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

F. Perilaku Berbudaya dan Berkarakter Bangsa dalam Kehidupan Keseharian Siswa di Sekolah

Berikut ini disajikan berbagai macam contoh sikap/perilaku yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah..

1. Konsisten melaksanakan ajaran agama2. Konsisten menyebut nama Tuhan3. Bersedia memberi dan menerima nasehat.4. Memperlakukan lingkungan dengan benar dan menjaga ekosistem.5. Menggunakan air bersih secukupnya.6. Melaksanakan prinsip hidup untuk berbuat baik kepada sesama dan selalu berbuat

baik.7. Bersikap adil pada saat memimpin.8. Tidak berjudi, menyalahgunakan narkoba, pergaulan bebas maupun tawuran.9. Menegur siswa/warga sekolah yang tidak taat terhadap aturan sekolah.

Pendidikan Karakter 6 - 11

Materi PPG PGSD UMM

10. Membersihkan dan merawat tempat sampah.11. Bersahabat dengan siswa, guru dan warga sekolah lainnya yang berbeda agama,

suku maupun budayanya.12. Memberi salam dan menerima salam dengan santun saat bertemu dengan sesama

guru/warga sekolah, siswa maupun orang tua siswa.13. Membalas salam dari siapa saja.14. Mendorong siswa untuk dapat menentukan pilihan sesuai bakat, minat, dan

potensinya.15. Semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, tenaga administratif) datang

lebih awal.16. Selalu berpakaian rapi, bersih, dan sopan.17. Selalu memelihara fasilitas umum milik sekolah/milik bersama.18. Memberi nasehat pada saat upacara bendera.19. Merawat fasilitas sekolah (baju sekolah, meja, bangku, dinding).20. Menegur siswa yang tidak merawat fasilitas sekolah.21. Memberi nasehat agar turut merawat serga menjaga lingkungan dan fasilitas umum

(tanaman, telepon umum).22. Memberi nasehat agar tidak mencemarkan nama baik sekolah (berkelahi, tawuran).23. Selalu berusaha tidak mencemarkan nama baik sekolah.24. Menasehati pentingnya antri dalam keluar masuk kelas atau loket.25. Selalu berlaku tertib.26. Memuji karena rajin belajar.27. Mendorong/memotivasi untuk rajin belajar.28. Mendorong untuk mengerjakan PR.29. Memberi PR sesuai dengan kemampuan siswa.30. Memeriksa dan memberi umpan balik tugas siswa.31. Menasehati untuk selalu mengerjakan tugas sesuai petunjuk.32. Bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan belajar siswa di sekolah.33. Menasehati untuk tidak berbuat curang atau mencontek, bertanya jawab soal pada

temannya.34. Mengerjakan tugas sesuai petunjuk.35. Mengerjakan tugas dengan hasil karya sendiri.36. Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapatnya.37. Berbicara lemah lembut dan sopan.38. Bersikap tenang dan tidak mudah marah.39. Mengarahkan siswa untuk mau menerima pendapat orang lain yang lebih baik.40. Melaksanakan diskusi kelompok.41. Menyadarkan kepada siswa bahwa pendapatnya belum tentu benar.42. Mengajak siswa agar menjauhi sifat-sifat sombong.43. Menegur siswa yang tidak hemat.44. Menjelaskan bahaya merokok.45. Melakukan bimbingan dan penyuluhan secara berkala.46. Memberi pujian kepada siswa yang mampu dan mau melakukan kebaikan terhadap

orang lain.47. Memberi dukungan/dorongan untuk menanamkan rasa senang dan mengem-

bangkan kemampuan yang dimiliki siswa dengan membantu melatih dan mengikutsertakan dalam perlombaan-perlombaan/pertandingan-pertandingan di kelas, sekolah, maupun di luar sekolah.

Pendidikan Karakter 6 - 12

Materi PPG PGSD UMM

48. Memberikan nasehat pentingnya kasih sayang.49. Melakukan kegiatan secara ikhlas.50. Menjaga harga diri teman sejawat.51. Menasehati siswa kalau memberi bantuan itu tanpa pamrih.52. Mengucapkan rasa duka kepada orang yang mengalami musibah.53. Selalu bekerjasama bila pekerjaan itu adalah pekerjaan kelompok.54. Selalu ikhlas memberi sumbangan untuk kepentingan bersama.55. Menciptakan suasana pembelajaran kelompok pada materi-materi tertentu.56. Berpartisipasi untuk memberikan bantuan apabila ada kegiatan untuk kepentingan

bersama.57. Memberi maaf kepada siapa saja yang melakukan kesalahan terhadap dirinya.58. Meminta maaf bila melakukan kesalahan kepada siapa saja.59. Tidak membela siapa saja yang melakukan kesalahan.60. Menegus dan mengingatkan siswa untuk tidak membela teman yang melakukan

kesalahan.61. Selalu berlaku adil terhadap sesama sahabat.62. Menegur dan mengingatkan siswa yang berbicara kasar, kotor, dan bersikap tidak

sopan.63. Selalu menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.64. Memperlihatkan wajah ceria dan penuh keakraban.65. Melakukan pembicaraan dengan suara yang ramah dan teratur.66. Menegus siswa yang berbicara dengan berteriak.67. Menasehati siswa agar merasa malu membuang sampah di sembarang tempat serta

memberi contoh.68. Tidak membuang sampah sembarangan.69. Selalu menepati janji.70. Selalu memberi pengertian bahwa berbuat onar itu merugikan diri sendiri dan orang

lain.71. Mencela/menegur orang yang berbuat onar.72. Menghukum sesuai aturan.73. Tidak berbuat onar.74. Menegur siswa laki-laki yang berambut gondrong (apalagi tidak terpelihara).75. Mendorong siswa untuk berbicara jujur sesuai kenyataan.76. Memuji setiap perkataan jujur yang dilakukan siswa.77. Selalu berbicara jujur.78. Mengingatkan agar tidak mengambil barang orang lain.79. Menasehati akibat orang yang berperilaku tidak jujur.80. Mengembalikan barang yang bukan miliknya.81. Mendorong siswa agar melaporkan/mengumumkan barang yang ditemukan.82. Selalu memberitahukan kalau ada barang yang hilang.83. Mudah mengakui kesalahan dirinya dan berjanji untuk tidak mengulangi.84. Mendorong siswa yang bersalah agar mengakui kesalahannya dan berani meminta

maaf.85. Membiasakan melaksanakan ajaran agama.86. Membiasakan menyebut nama Tuhan.87. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.88. Berbuat baik terhadap sesama.89. Sabar dan tabah menerima segala cobaan atau kesukaran.

Pendidikan Karakter 6 - 13

Materi PPG PGSD UMM

90. Melakukan ibadah sesuai dengan ketentuan agama.91. Membisakan hidup hemat.92. Membiasakan diri untuk berbuat baik.93. Bila sebagai pemimpin, membiasakan bersikap adil terhadap semua anggota.94. Membiasakan diri bersikap terbuka.95. Tidak mengikuti teman merokok, tawuran, narkoba, pergaulan bebas, melainkan

melakukan kegiatan positif, seperti: ikut lomba karya ilmiah, pidato, pramuka, PMR, UKS.

96. Terbiasa mengingat Tuhan pada saat senang atau susah.97. Membiasakan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan.98. Membiasakan diri untuk menghindar dari perbuatan yang berdampak negatif.99. Bergaul dengan pemeluk agama, etnis, suku, dan kebiasaan yang berbeda.100. Mengucapkan salam kepada guru, teman saat bertemu.101. Mengucapkan salam saat terlambat masuk kelas.102. Menjawab salam dari siapapun.103. Mampu menentukan pilihan sesuai bakatnya.104. Membiasakan diri berpikir positif.105. Membiasakan diri untuk mengikuti kegiatan sesuai kemampuan diri.106. Tidak terlambat tiba di sekolah.107. Tidak lalau atau bermain selama dalam perjalanan108. Pakaian seragam hanya dipakai untuk bersekolah.109. Mengekspresikan keinginannya pada tempat yang sudah disediakan.110. Membiasakan diri untuk ikut kerja bakti.111. Membiasakan diri menjaga fasilitas umum.112. Membiasakan diri untuk tidak berbuat onar.113. Membiasakan diri antri dimana pun berada.114. Secara rutin mempelajari kembali apa yang didapat/dipelajari di sekolah, setelah

sampai di rumah.115. Mengerjakan PR sesegera mungkin (tidak menunda).116. Membuat kelompok belajar untuk membahas/mengerjakan PR dari sekolah.117. Terbiasa meneyrahkan hasil pelaksanaan tugas tepat waktu.118. Mengerjakan tugas dengan teliti.119. Melaksanakan tugas piket atau tugas kelompok sesuai dengan tanggung

jawabnya.120. Berani mengemukakan pendapat.121. Menghargai pendapat temannya.122. Tidak mengerjakan PR pada saat jam pelajaran.123. Berbicara tidak menyinggung perasaan orang lain.124. Terbiasa bersikap sabar.125. Mau menerima/mendengarkan pendapat orang lain.126. Mendengarkan pendapat orang lain.127. Membiasakan membaca buku/biografi, tokoh-tokoh/pemimpin atau orang-orang

sukses.128. Terbiasa menabung.129. Memikirkan kepentingan orang lain, tidak hanya diri sendiri.130. Membiasakan tidak merokok dan tidak bergaul dengan anak-anak yang

kecanduan rokok.131. Menghindarkan diri dari pergaulan bebas.

Pendidikan Karakter 6 - 14

Materi PPG PGSD UMM

132. Membiasakan diri bersimulasi dengan guru.133. Membiasakan berpikir positif.134. Membiasakan diri untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diprogramkan

sekolah/guru sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki siswa.135. Aktif mengikuti kegiatan lomba yang berhubungan dengan seni, olah raga, dan

akademik.136. Membantu orang lain tanpa menuntut balasan (mengantar teman yang sakit/ kena

musibah).137. Ikhlas memberi bantuan terhadap teman.138. Mengucapkan belasungkawa.139. Mengucapkan suka cita terhadap teman yang mendapat kegembiraan.140. Mengikuti kegiatan dengan kelompok yang sudah ditentukan.141. Berpartisipasi memberikan iuran/sumbangan.142. Membiasakan diri bekerjasama dalam kelompok.143. Terbiasa memberi maaf maupun meminta maaf.144. Membiasakan diri menegakkan kebenaran.145. Membiasakan diri membela yang benar.146. Membiasakan diri untuk meniru sikap yang baik.147. Membiasakan diri untuk menghormati orang tua, dituakan, yang lebih tua.148. Membiasakan diri untuk menyayangi orang lain.149. Memberi salam pada saat bertamu dan menjawab salam dengan wajah ceria/

cerah serta tersenyum ketika menerima tamu.150. Mempersilahkan tamu masuk dan duduk.151. Tidak mengatakan sesuatu yang membuat tamu tersinggung.152. Berbicara dengan ramah, teratur, dan tidak berteriak.153. Berusaha untuk tidak berkata kasar yang menyakiti perasaan orang lain.154. Memanfaatkan fasilitas yang tersedia sesuai dengan fungsinya.155. Membiasakan diri menepati janji.156. Merasa bersalah bila tidak menepati janji.157. Terbiasa belajar untuk menjadi panutan atau teladan.158. Membiasakan diri membuang sampah di tempat sampah.159. Terbiasa berpenampilan rapi dan sehat.160. Berusaha berpakaian seragam yang rapi dan sempurna.161. Tidak menambah atau mengurangi cerita/kejadian yang sebenarnya.162. Tidak berbohong.163. Tidak menyebarkan isu.164. Mengakui kesalahan dan berani meminta maaf.165. Menyerahkan barang yang ditemukan kepada petugas.166. Membiasakan untuk bertobat.167. Mengumumkan barang yang ditemukannya.

G. Prinsip dan Pendekatan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam Pembelajaran di Sekolah

Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah

Pendidikan Karakter 6 - 15

Materi PPG PGSD UMM

ada. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.

Dalam Pedoman Sekolah tentang Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter bangsa (Kemendiknas, 2010:11-14), dinyatakan bahwa prinsip-prinsip yang digunakan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah1. Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir SMP. Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun.

2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah; mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan ketrampilan.

Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengem-bangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Juga, guru tidak harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Konsekuensi dari prinsip ini, nilai-nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka tidak boleh berada dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna nilai itu.

4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.

Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar secara aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif, tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki,

Pendidikan Karakter 6 - 16

Materi PPG PGSD UMM

merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.

H. Perencanaan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam Pembelajaran di Sekolah

Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum melalui hal-hal berikut ini.

1. Program Pengembangan DiriDalam program pengembngan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya

dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal berikut.a. Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dan lain-lain) setiap hari Senin, beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman.

b. Kegiatan spontanKegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga.

Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik itu. Contoh kegiatan itu: membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh. Kegiatan spontan berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik yang tidak baik dan yang baik sehingga perlu dipuji, misalnya: memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olah raga atau kesenian, berani menentang atau mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji.

c. KeteladananKeteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam

memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang lainmenghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu.Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan.

Pendidikan Karakter 6 - 17

Materi PPG PGSD UMM

d. PengkondisianUntuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa maka

sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur.

Untuk indikator ada 2 (dua) jenis indikator yang dikembangkan dalam pedoman ini. Pertama, indikator untuk sekolah dan kelas. Kedua, indikator untuk mata pelajaran. Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah sehari-hari (rutin). Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku afektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu.

Indikator dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta didik di kelas dan sekolah yang dapat diamati melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu tindakan di sekolah, tanya jawab dengan peserta didik, jawaban yang diberikan peserta didik terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisan peserta didik dalam laporan dan pekerjaan rumah.

Perilaku yang dikembangkan dalam indikator pendidikan budaya dan karakter bangsa bersifat progresif. Artinya, perilaku tersebut berkembang semakin kompleks antara satu jenjang kelas ke jenjang kelas di atasnya (1-3; 4-6; 7-9; 10-12), dan bahkan dalam jenjang kelas yang sama. Guru memiliki kebebasan dalam menentukan berapa lama suatu perilaku harus dikembangkan sebelum ditingkatkan ke perilaku yang lebih kompleks. Misalkan,”membagi makanan kepada teman” sebagai indikator kepedulian sosial pada jenjang kelas 1 – 3. Guru dapat mengembangkannya menjadi “membagi makanan”, membagi pensil, membagi buku, dan sebagainya.

Indikator berfungsi bagi guru sebagai kriteria untuk memberikan pertimbangan tentang perilaku untuk nilai tertentu telah menjadi perilaku yang dimiliki peserta didik.

Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan budaya dan karakter bangsa, maka ditetapkan indikator sekolah dan kelas antara lain seperti berikut ini.

INDIKATOR KEBERHASILAN SEKOLAH DAN KELAS DALAMPENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

Pendidikan Karakter 6 - 18

Materi PPG PGSD UMM

NILAI DESKRIPSI INDIKATOR SEKOLAH INDIKATOR KELAS

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Merayakan hari-hari besar keagamaan.

Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.

Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.

Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.

Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.

Tranparansi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala.

Menyediakan kantin kejujuran.

Menyediakan kotak saran dan pengaduan.

Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian.

Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.

Tempat pengumuman barang temuan atau hilang.

Tranparansi laporan keuangan dan penilaian kelas secara berkala.

Larangan menyontek.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan kemampuan khas.

Memberikan perlakuan yang sama terhadap stakeholder tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.

Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.

Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.

Bekerja dalam kelompok yang berbeda.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Memiliki catatan kehadiran.

Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin.

Memiliki tata tertib sekolah.

Membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin.

Menegakkan aturan

Membiasakan hadir tepat waktu.

Membiasakan mematuhi aturan.

Menggunakan pakaian praktik sesuai dengan program studi keahliannya (SMK).

Penyimpanan dan pengeluaran alat dan bahan (sesuai program studi keahlian) (SMK).

Pendidikan Karakter 6 - 19

Materi PPG PGSD UMM

NILAI DESKRIPSI INDIKATOR SEKOLAH INDIKATOR KELAS

dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah.

Menyediakan peralatan praktik sesuai program studi keahlian (SMK).

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.

Menciptakan suasana sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras.

Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang kerja.

Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.

Menciptakan kondisi etos kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar.

Mencipatakan suasana belajar yang memacu daya tahan kerja.

Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang giat bekerja dan belajar.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir dan bertindak kreatif.

Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya pikir dan bertindak kreatif.

Pemberian tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi.

7. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik.

Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri.

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan keputusan.

Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan.

Pemilihan kepengurusan OSIS secara terbuka.

Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan mufakat.

Pemilihan kepengurusan kelas secara terbuka.

Seluruh produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat.

Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif.

9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan

Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau media

Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu.

Eksplorasi lingkungan

Pendidikan Karakter 6 - 20

Materi PPG PGSD UMM

NILAI DESKRIPSI INDIKATOR SEKOLAH INDIKATOR KELAS

meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.

Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.

secara terprogram. Tersedia media

komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik).

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Melakukan upacara rutin sekolah.

Melakukan upacara hari-hari besar nasional.

Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional.

Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah.

Mengikuti lomba pada hari besar nasional.

Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial-ekonomi.

Mendiskusikan hari-hari besar nasional.

11. Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

Menggunakan produk buatan dalam negeri.

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia.

Memajangkan: foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia.

Menggunakan produk buatan dalam negeri.

12. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.

Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah.

Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi.

Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik.

Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi.

Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi.

13. Bersahabat/

Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah.

Berkomunikasi dengan bahasa yang santun.

Saling menghargai

Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik.

Pembelajaran yang dialogis.

Guru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik.

Pendidikan Karakter 6 - 21

Materi PPG PGSD UMM

NILAI DESKRIPSI INDIKATOR SEKOLAH INDIKATOR KELAS

dan menjaga kehormatan.

Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban.

Dalam berkomunikasi, guru tidak menjaga jarak dengan peserta didik.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya

Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tenteram, dan harmonis.

Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.

Membiasakan perilaku warga sekolah yang tidak bias gender.

Perilaku seluruh warga sekolah yang penuh kasih sayang.

Menciptakan suasana kelas yang damai.

Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.

Pembelajaran yang tidak bias gender.

Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang.

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

Program wajib baca. Frekuensi kunjungan

perpustakaan. Menyediakan fasilitas

dan suasana menyenangkan untuk membaca.

Daftar buku atau tulisan yang dibaca peserta didik.

Frekuensi kunjungan perpustakaan.

Saling tukar bacaan. Pembelajaran yang

memotivasi anak menggunakan referensi,

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.

Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan.

Menyediakan kamar mandi dan air bersih.

Pembiasaan hemat energi.

Membuat biopori di area sekolah.

Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik.

Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik.

Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik.

Memelihara lingkungan kelas.

Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas.

Pembiasaan hemat energi.

Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan (SMK).

Pendidikan Karakter 6 - 22

Materi PPG PGSD UMM

NILAI DESKRIPSI INDIKATOR SEKOLAH INDIKATOR KELAS

Penanganan limbah hasil praktik (SMK).

Menyediakan peralatan kebersihan.

Membuat tandon penyimpanan air.

Memrogramkan cinta bersih lingkungan.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Memfasilitasi kegiatan bersifat sosial.

Melakukan aksi sosial.

Menyediakan fasilitas untuk menyumbang.

Berempati kepada sesama teman kelas.

Melakukan aksi sosial. Membangun kerukunan

warga kelas.

18. Tanggung

jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis.

Melakukan tugas tanpa disuruh.

Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.

Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.

Pelaksanaan tugas piket secara teratur.

Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.

Mengajukan usul pemecahan masalah.

2. Pengintegrasian dalam mata pelajaranPengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakater bangsa diintegrasikan

dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini:a. mengkaji Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI)

untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;

b. menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan;

c. mencantumkankan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel nilai itu ke dalam silabus;

d. mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP;e. mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan

peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai; dan

f. memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

Pendidikan Karakter 6 - 23

Materi PPG PGSD UMM

Berikut adalah gambaran keterkaitan antara mata pelajaran dengan nilai yang dapat dikembangkan untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa pada jenjang pendidikan dasar.

MATA PELAJARAN

JENJANG KELAS1 – 3 4 - 6

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

Cinta tanah air

Bersahabat

Komunikatif

Senang membaca

Peduli sosial

Peduli lingkungan,

Jujur Toleran

Disiplin Kreatif Rasa ingin

tahu Percaya Respek Bertanggu

ng jawab Saling

berbagi

Semangat kebangsaan

Cinta tanah air

Menghargai Prestasi

Bersahabat

Komunikatif

Cinta Damai

Senang membaca

Peduli sosial

Peduli lingkungan,

Religius Jujur

Toleran Disiplin Kerja

keras Kreatif Mandiri Demokrati

s Rasa ingin

tahu Percaya Respek Bertanggu

ng jawab Saling

berbagi

BAHASA INDONESIA

Religius Jujur Toleransi Disiplin Kerja Keras Kreatif Mandiri Demokratis Rasa Ingin Tahu Semangat

Kebangsaan Cinta Tanah Air

Menghargai Prestasi

Bersahabat/Komunikatif

Cinta Damai Peduli Sosial Peduli

Lingkungan Berani * Kritis * Terbuka * Humor * Kemanusiaan*

Religius Jujur Toleransi Disiplin Kerja Keras Kreatif Mandiri Demokratis

Rasa Ingin Tahu Semangat

Kebangsaan Cinta Tanah Air Menghargai

Prestasi Bersahabat/

Komunikatif Terbuka *

MATEMATIKA Teliti Tekun Kerja keras

Rasa ingin tahu Pantang

menyerah

Teliti Tekun Kerja keras

Rasa ingin tahu Pantang

menyerah

IPS Religius Toleransi Kerja

keras Kreatif Bersahaba

t/komunikatif Kasih

sayang

Rukun (persatuan)

Tahu diri Pengharga

an Kebahagi

aan

Kerendahan hati

Religius Toleransi Disiplin Kreatif Demokra

tis Rasa

ingin tahu

Semangat kebangsaan

Menghargai prestasi

Bersahabat Senang

membaca Peduli

lingkungan

IPA Peduli kesehatan

Nilai intelektual

Religius Empati Mandiri

Rasa ingin tahu

Senang membaca

Estetika Teliti Mengharg

Peduli kesehatan

Nilai intelektual

Religius Empati Mandiri

Rasa ingin tahu

Senang membaca

Estetika Kreatif Teliti

Pendidikan Karakter 6 - 24

Materi PPG PGSD UMM

MATA PELAJARAN

JENJANG KELAS1 – 3 4 - 6

Disiplin Toleransi Hati-hati Bersahaba

t/komunikasi Peduli

sosial Tanggung

jawab Peduli

lingkungan Nilai

susila

ai prestasi Pantang

menyerah Terbuka Jujur Cinta

damai Objektif Hemat Percaya

diri

Disiplin Toleransi Hati-hati Bersahab

at/komunikasi

Peduli sosial

Tanggun g jawab

Peduli lingkungan

Nilai susila

Kerja keras

Septis Mnghargai

prestasi Pantang

menyerah Terbuka Jujur Cinta

damai Objektif Hemat Percaya

diri

3. Budaya SekolahBudaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup ritual,

harapan,hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses mengambil keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antarkomponen di sekolah. Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antaranggota kelompok masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, dan tanggung jawab merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah.

Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah.

I. Pengembangan Pendidikan budaya dan Karakter Bangsa dalam Proses Pembelajaran

Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik secara aktif dan berpusat pada anak; dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat.1. Kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang

sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu, tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa. Meskipun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru. Untuk pengembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai-nilai itu.

Pendidikan Karakter 6 - 25

Materi PPG PGSD UMM

2. Sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah itu, direncanakan sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan ke Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah. Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke dalam program sekolah adalah lomba vocal group antarkelas tentang lagu-lagu bertema cinta tanah air, pagelaran seni, lomba pidato bertema budaya dan karakter bangsa, pagelaran bertema budaya dan karakter bangsa, lomba olah raga antarkelas, lomba kesenian antarkelas, pameran hasil karya peserta didik bertema budaya dan karakter bangsa,pameran foto hasil karya peserta didik bertema budaya dan karakter bangsa, lomba membuat tulisan, lomba mengarang lagu, melakukan wawancara kepada tokoh yang berkaitan dengan budaya dan karakter bangsa, mengundang berbagai narasumber untuk berdiskusi, gelar wicara, atau berceramah yang berhubungan dengan budaya dan karakter bangsa.

3. Luar sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik. Misalnya, kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuh-kan rasa cinta terhadap tanah air, menumbuhkan semangat kebangsaan, melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial (membantu mereka yang tertimpa musibah banjir, memperbaiki atau membersihkan tempat-tempat umum, membantu membersihkan atau mengatur barang di tempat ibadah tertentu).

J. Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam Proses Pem-belajaran

Penilaian pencapaian pendidikan nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat, diamati, dipelajari, atau dirasakan” maka guru mengamati (melalui berbagai cara) apakah yang dikatakan seorang peserta didik itu jujur mewakili perasaan dirinya. Mungkin saja peserta didik menyatakan perasaannya itu secara lisan tetapi dapat juga dilakukan secara tertulis ataubahkan dengan bahasa tubuh. Perasaan yang dinyatakan itu mungkin saja memiliki gradasi dari perasaan yang tidak berbeda dengan perasaan umum teman sekelasnya sampai bahkan kepada yang bertentangan dengan perasaan umum teman sekelasnya.

Penilaian dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah. Model anecdotal record (catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan) selalu dapat digunakan guru. Selain itu, guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya. Sebagai contoh, peserta didik dimintakan menyatakan sikapnya terhadap upaya menolong pemalas, memberikan bantuan terhadap orang kikir, atau hal-hal lain yang bersifat bukan kontroversial sampai kepada hal yang dapat mengundang konflik pada dirinya.

Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya, guru dapat memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan atau pertimbangan itu dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut ini.BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku

yang dinyatakan dalam indikator).

Pendidikan Karakter 6 - 26

Materi PPG PGSD UMM

MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten).

MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).

MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).

K. Contoh Pengalaman (the best practice) Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Sekolah Dasar

1. Perencanaan dan Pelaksanaan Pendidikan KarakterPenyelenggaraan pendidikan karakter di SDN 04 Birugo, Bukit Tinggi dilakukan

dengan 3 (tiga) cara, yaitu:a. Mengintegrasikan ke Setiap Mata Pelajaran

Mengintegrasikan ke setiap mata pelajaran bertujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai pendidikan karakterdi setiap mata pelajaran sehingga menyadari akan pentingnya nilai-nilai tersebut dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.

Pada setiap mata pelajaran di SD sebenarnya telah memuat materi-materi yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada mata-mata pelajaran di SD mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakater di setiap mata pelajaran dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam kompetensi dasar (KD) yang sesuai yang terdapat dalam Standar Isi (Permendiknas No. 22 tahun 2006). Jumlah KD di setiap mata pelajaran yang dapat diintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter tentu berbeda, ada yang banyak dan ada yang sedikit. Selanjutnya kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dikembangkanpada silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Mengintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran Muatan LokalMuatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang

disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Muatan Lokal yang dipilih ditetapkan berdasarkan ciri khas, potensi dan keunggulan daerah, serta ketersediaan lahan, sarana prasarana, dan tenaga pendidik. Sasaran pembelajaran muatan lokal adalah pengembangan jiwa kewirausahaan dan penanaman nilai-nilai budaya sesuai dengan lingkungan. Nilai-nilai kewirausahaan yang dikembangkan antara lain inovasi, kreatif, berpikir kritis, eksplorasi, komunikasi, kemandirian, dan Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk,

Pendidikan Karakter 6 - 27

Materi PPG PGSD UMM

Januari 2011, memiliki etos kerja. Nilai-nilai budaya yang dimaksud antara lain kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kepekaan terhadap lingkungan, dan kerja sama.

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan budaya tersebut diintegrasikan di dalam proses pembelajaran yang dikondisikan supaya nilai-nilai tersebut dapat menjadi sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Muatan Lokal merupakan mata pelajaran, sehinggga satuan pendidikan harus mengembangkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk setiap muatan lokal yang diselenggarakan. Muatan Lokal yang diselenggarakan di SDN 04 Birugo Bukit Tinggi adalah

c. Budaya Adat Minangkabau (BAM).Mata pelajaran muatan lokal ini bertujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman

tentang budaya adat Minangkabau beserta nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya

d. Melalui Kegiatan Pengembangan DiriKegiatan pengembangan diri di SDN 04 Birugo meliputi beragam kegiatan

ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa, seperti:1. Kegiatan ekstra kurikuler (kewiraan melalui pramuka dan Paskibraka, olahraga, seni,

kegiatan ilmiah melalui olimpiade dan lomba mata pelajaran).2. Kegiatan pembiasaan (kegiatan rutin melalui upacara bendera dan ibadah bersama).3. Kegiatan terprogram melalui pesantren Ramadhan, buka puasa bersama, pelaksanaan

Idul Qurban, keteladanan melalui pembinaan ketertiban pakaian seragam anak sekolah (PAS), pembinaan kedisiplinan, penanaman nilai akhlak mulia, penanaman budaya minat baca, penanaman budaya bersih di kelas dan lingkungan sekolah, penanaman budaya hijau.

4. Kegiatan nasionalisme melalui perayaan hari kemerdekaan RI, peringatan hari pahlawan, peringatan hari pendidikan nasional

5. Kegiatan outdoor learning dan training melalui kunjungan belajar dan studi banding. Untuk mendukung semua kegiatan tersebut diberlakukan peraturan tata tertib sebagai

berikut:

a. Tata Tertib Siswa1) Peraturan Siswa untuk kelas I s.d kelas II

• Semua warga kelas berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.• Setiap anak harus dapat bersenang – senang.• Setiap anak harus belajar.• Setiap anak harus melakukan tugasnya.• Setiap anak harus saling menghargai.

2) Peraturan Kelas III s.d kelas VI• Semua warga kelas berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada allah.• Semua warga kelas berusaha meningkatkan disiplin diri.• Semua warga kelas menciptakan suasana aman di kelas.• Semua warga kelas membudayakan hidup bersih, indah dan sehat.• Semua warga kelas aktif dan kreatif dalam belajar

b. Tata Tertib Perpustakaan

Pendidikan Karakter 6 - 28

Materi PPG PGSD UMM

• Siswa, guru, karyawan serta pengunjung lain yang memasuki ruangan perpustakaan

diharap melapor kepada pengelola/petugas perpustakaan dan mengisi daftar

pengunjung.

• Di dalam ruangan perpustakaan harap menjaga ketertiban dan kesopanan supaya tidak

mengganggu orang lain yang sedang membaca atau sedang belajar.

• Setiap peminjam buku, majalah harus memiliki kartu anggota perpustakaan.

4. PengkondisianPengembangan nilai-nilai pembentuk karakter melalui pengkondisian diperlukan

sarana yang memadai. Sehubungan dengan itu SDN 04 Birugo, Bukit Tinggi, menambah 10 buah kran air untuk wudhu dalam rangka mengembangkan nilai religius. Siswa dibiasakan shalat dzuhur dan dhuha berjamah yang dilakukan di Mushalla atau di kelas. Di samping itu peserta didik juga dibiasakan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran; membaca Al Qur’an/Juz Amma dan terjemahannya, dan Asmaul Husna pada pagi hari; kultum setiap Jum’at pagi yang diisi oleh peserta didik, guru ataupun dari pihak luar, membaca surat Yasin 1 x 2 minggu, pesantren kilat Ramadhan, pelaksanaan buka puasa bersama, pelaksanaan ‘Idul Qurban, merayakan hari-hari besar keagamaan; serta guru piket menyambut kedatangan siswa pagi hari di gerbang sekolah sambil bersalaman dan diiringi dengan musik dan lagu- lagu bernuansa islam dan Asmaul Husna serta lagu nasional.

Setiap ruangan sekolah baik di dalam maupun di luarnya dihiasi dengan kata-kata mutiara, semboyan, ayat Alqur’an dan hadist nabi. Di samping itu dalam rangka mengembangkan nilai kejujuran, sekolah menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang, kotak saran dan pengaduan. Untuk kebersihan, sekolah menyediakan tempat sampah kering dan basah dan untuk keindahan dan kenyaman sekolah juga membuat kolam dan taman burung di halaman depan. Siswa dibiasakan membuang sampah pada tempatnya dan ada lomba memungut sampah daun di pagi hari, siswa yang paling banyak mengumpulkan daun mendapat penghargaan sebagai pahlawan kebersihan.

5. Penilaian KeberhasilanSetelah sekitar 1 semester (sekitar 6 bulan) pelaksanaan pendidikan karakter di SDN

04 Birugo sudah kelihatan berbagai keberhasilan, antara lain:a. Konteks (kebijakan, daya dukung/suporting, MBS)

Pihak sekolah menetapkan nilai-nilai karakter yang diprioritaskan dikembangkan pada tahun 2010, yaitu: religius, jujur, disiplin, peduli lingkungan dan sopan santun.Hal ini tercantum dalam RKS yang disusun hingga Desember 2010. Sekolah membangun taman burung dan kolam ikan mini di halaman depan.

b. Input (pendidik dan tenaga kependidikan, RKS, KTSP, peserta didik, sarana dan prasarana)1) Tenaga pendidik dan kependidikan sudah mendapatkan sosialisasi tentang

pendidikan karakter dari pihak kepala sekolah dan tim Puskur.2) Kepala sekolah dan guru secara bergantian menyambut kedatangan peserta didik di

sekolah pada pagi hari dan membiasakan bersalaman dengan peserta didik serta diiringi alunan suara musik dan nyanyian islami.

3) Sekolah telah memiliki RKS yang memuat sejumlah kegiatan yang terkait dengan integrasi nilai-nilai pendidikan karakter yang diprioritaskan pihak sekolah.

Pendidikan Karakter 6 - 29

Materi PPG PGSD UMM

4) Sudah tersusun kurikulum dokumen 1 dan sudah mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada visi, misi, tujuan sekolah, muatan lokal dan pengembangan diri. Sudah tersusun silabus untuk sebagian SK/KD. Nilai-nilai karakter sudah terintegrasi.

5) Peserta didik: Dibiasakan datang tepat waktu sesuai peraturan sekolah, membiasakanbersalaman dengan guru dan tamu, menjaga kebersihan toilet, mencuci tangan sebelum makan dan membuang sampah pada tempatnya serta jika menemukan barang yang bukan miliknya (barang hilang) diletakkan pada tempat penemuan barang hilang yang sudah disediakan di depan kelas. Anak yang menemukan barang hilang namanya dicantumkan dan diumumkan. Ada lomba memungut daun di pagi hari dan bagi siswa yang paling banyak mengumpulan daun dari halaman sekolah mendapat penghargaan. Peserta didik membersihkan kelas masing-masing secara bergiliran (piket) dan peserta didik melakukan shalat zuhur di kelas.

6) Sarana: Dalam rangka menerapkan pendidikan karakter pihak sekolah telah menambah tempat sampah dan memisahkan sampah basah dan kering dengan warna yang berbeda. Disediakan kotak tempat temuan barang hilang di depan kantor kepala sekolah dan juga disediakan buku kejujuran. Pihak sekolah juga menambah 10 kran tempat wudhu dan membuat kolam ikan dan taman burung mini di halaman depan sekolah yang dananya diambil dari amalan Jumat dan dana Bos serta dalam pembangunannya bekerjasama dengan komite sekolah.

c. Proses1. melalui mata pelajaran: Penerapan nilai melalui mata pelajaran mulai tampak pada

sebagian guru yang diobservasi. Nilai-nilai karakter sudah diintegrasikan ke dalam silabus dan RPP.

2. melalui muatan lokal: dilakukan melalui Pendidikan Al Quran dan Budaya Alam Minangkabau (BAM).

3. melalui pengembangan diri: Penerapan nilai karakter melalui pengembangan diri ada peningkatan: ada tambahan kran air untuk whudu, ada shalat berjamah, WC siswa sudah bersih dan tidak bau serta sekitar 75% anak membuang sampah pada tempat-nya, tersedia dua tempat sampah (kering dan basah), membuat kolam dan taman burung tersedia fasilitas tempat temuan barang hilang, menyediakan kotak saran dan pengaduan serta

4. Guru menyambut dan menyalami anak di gerbang sekolah. Pada dinding prestasi terdapat setrip yang dipasang pin bagi yang mendapat nilai 10. Tempat berwudhu tambahan 10 kran sudah dibuat yang dibiayai dari dana infaq. WC laki dan perempuan terpisah, lebih banyak WC laki laki karena berdasarkan pengalaman sekolah ini jumlah siswa laki2 lebih banyak. Tersedianya kotak saran, semua piala dipajang diluar. Ada kolam air mancur dan taman burung di halaman sekolah yg dibuat sesudah pendidikan karakter, menggunakan dana bos dan infaq siswa/amalan Jumat. Pembuatan dilakukan secara dicicil dari wali murid dari dan dana infaq. Senyum sapa salam sopan santun sudah dikembangkan, pagi hari siswa disambut oleh guru/KS (bergiliran) di gerbang sekolah, kata-kata senyum sapa, salam sopan santun juga banyak dipajang di tembok sekolah.

L. Penutup

Pendidikan Karakter 6 - 30

Materi PPG PGSD UMM

Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.

Bahan BacaanAdipurnomo, Haryono. 2002. Implementasi Budi Pekerti dalam Kehidupan Sekolah.

Malang: PPPG IPS dan PMP.Boediono. 2001. Pedoman Pengintegrasian Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: Balitbang

Depdiknas.Depdiknas. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Budi Pekerti. Jakarta:

Puskur.Depdiknas. 2001. Pedoman Pengintegrasian Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter

Bangsa – Pedoman Sekolah, Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan.Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter

Bangsa – Pengalaman Praktis, Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan.Mulyana, Rohmat, Dr. 2004. Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.Pusat Kurikulum. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Budi Pekerti.

Jakarta: Depdiknas.Sedyawati, Edy, Prof. Dr. 1997. Pedoman Penanaman Budi Peketi Luhur. Jakarta: Balai

Pustaka.Supriadi, Dedi, Dr. 2004. Pendidikan Nilai Sebuah Megatrend?. Bandung: Alfabeta.Zuriah, Nurul. 2009. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan.

Cetakan ke 3, Jakarta: Bumi Aksara.

Pendidikan Karakter 6 - 31