Lp sis Melena_emy
-
Author
made-sujana -
Category
Documents
-
view
782 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of Lp sis Melena_emy

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 1/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HEMATEMESIS MELENA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi/Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh
penyakit saluran cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna
hitam per rektal yang mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh
perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2007).
Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk segar
(bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah karenaenzim dan asam lambung, menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran
kopi. Memuntahkan sedikit darah dengan warna yang telah berubah adalah
gambaran nonspesifik dari muntah berulang dan tidak selalu menandakan
perdarahan saluran pencernaan atas yang signifikan. Melena adalah keluarnya
tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dengan bau yang khas, yang lengket
dan menunjukkan perdarahan saluran pencernaan atas serta dicernanya darah
pada usus halus (Davey, 2005).
Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dapat
berasal dari saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan
(epistaksis, hemoptisis, ekstraksi gigi, tonsilektomi). Tergantung pada
lamanya kontak dengan asam lambung, darah dapat berwarna merah, coklat
atau hitam. Biasanya tercampur sisa makanan dan bereaksi asam. Melena
adalah feses berwarna hitamseperti ter karena bercampur darah; umumnya
terjadi akibat perdarahan saluran cerna bagian atas yang lebih dari 50-100 ml
dan biasanya disertai hematemesis (Purwadianto & Sampurna, 2000).
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran
feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan kontak antara darah dengan asam lambung dan besar
kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah –
merahan dan bergumpal – gumpal (Netina, Sandra M, 2001).

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 2/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal,
dan lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas
serta dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal
dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber
perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran certa atas (Sylvia, A. Price,
2005)
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal
jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama – sama dengan
hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50 – 100ml, baru
dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis
atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya
perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan
suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
2. Etiologi
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas seperti hematemesis
biasanya terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum dan melena
dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit
terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena.
Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai
sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran cerna
bagian atas. Perdarahan pada saluran cerna bagian atas paling sering
disebabkan oleh ulkus peptikum, varises esophagus, gastritis erosive atau
ulseratif (mengkonsumsi alcohol dalam jumlah besar, obat-obatan yang
ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, dan stress), esofagitis,
karsinoma lambung, penyakit darah (leukemia, DIC (disseminated
intravascular coagulation), purpura trombositopenia).
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan
saluran cerna bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan
setiap macam perdarahan saluran cerna bagian atas. Penyebab perdarahan
saluran cerna bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah
pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan
saluran cerna bagian atas.

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 3/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
a. Kelainan di Esophagus
(1) Varises esophagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya
varises esophagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di
epigastrium. Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan
masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam – hitaman dan tidak
mebeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
(2) Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan
anemis, hanya sesekali penderita muntah darah dan itupun tidak masif.
(3) Sindroma Mallory – Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah – muntah hebat yang
pada akhirnya baru timbul perdarahan. Misalnya pada peminum
alkohol atau pada hamil muda. Biasanya disebabkan oleh karena
terlalu sering muntah – muntah hebat dan terus menerus.
(4) Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering
intermitten atau kronis biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul
melena daripada hematemesis. Tukak esophagus jarang sekali
mengakibatkan perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung
dan duodenum.
b. Kelainan di Lambung
(1) Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak massif dan timbul setelah penderita minum
obat –
obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah
penderita mengeluh nyeri ulu hati.
(2) Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium
yang berhubungan dengan makanan. Sifat hematemesis tidak begitu
masif dan melena lebih dominan dari hematemesis.
c. Kelainan darah : polisitemia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili,
trombositopenia purpura.

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 4/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
3. Patofisiologi
Adanya riwayat dyspepsia memperberat dugaan ulkus peptikum.
Begitu juga riwayat muntah-muntah berulang yang awalnya tidak berdarah,
konsumsi alkohol yang berlebihan mengarahkan ke dugaan gastritis serta
penyakit ulkus peptikum. Adanya riwayat muntah-muntah berulang yang
awalnya tidak berdarah lebih kearah Mallory-Weiss. Konsumsi alkohol
berlebihan mengarahkan dugaan ke gastritis (30-40%), penyakit ulkus
peptikum (30-40%), atau kadang-kadang varises. Penurunan berat badan
mengarahkan dugaan ke keganasan. Perdarahan yang berat disertai adanya
bekuan dan pengobatan syok refrakter meningkatkan kemungkinan varises.
Adanya riwayat pembedahan aorta abdominalis sebelumnya meningkatkan
kemungkinan fistula aortoenterik. Pada pasien usia muda dengan riwayat
perdarahan saluran cerna bagian atas singkat berulang (sering disertai kolaps
hemodinamik) dan endoskopi yang normal, harus dipertimbangkan lesi
Dieulafoy (adanya arteri submukosa, biasanya dekat jantung, yang dapat
menyebabkan perdarahan saluran pencernaan intermitten yang banyak)
(Davey, 2005).
Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran cerna bagian atas
yang disebabkan pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang
buruk/.terganggu sehingga setiap perdarahan baik besar maupun kecil
mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi
prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama
perawatan, dan lain-lain. Hasil penelitian Hernomo menunjukan bahwa angka
kematian penderita dengan perdarahan saluran cerna bagian atas dipengaruhi
oleh faktor kadar Hb waktu dirawat, terjadi/tidaknya perdarahan ulang,
keadaan hati, seperti ikterus dan encefalopati.
(Pathway Terlampir)
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada pasien hematemesis
melena adalah muntah darah (hematemesis), mengeluarkan tinja yang
kehitaman (melena), mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia), syok
(frekuensi denyut jantung meningkat, tekanan darah rendah), akral teraba
dingin dan basah, penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 5/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
purpura serta memar, demam ringan antara 38-39oC, nyeri pada lambung/
perut, nafsu makan menurun, hiperperistaltik, jika terjadi perdarahan yang
berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya penurunan Hb dan Ht (anemia)
dengan gejala mudah lelah, pucat nyeri dada, dan pusing yang tampak setelah
beberapa jam, leukositosis dan trombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan,
dan peningkatan kadar ureum darah setelah 24-48 jam akibat pemecahan
protein darah oleh bakteri usus (Purwadianto & Sampurna, 2000).
5. Komplikasi
a. Syok Hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Dapat terjadi karena
kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada klien dengan syok
berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24 – 48 jam.
b. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syok, diobati dengan menggantikan
volume intravaskuler.
c. Penurunan Kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan
kesadaran.
d. Ensefalopati
Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam
darah. Racun –
racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan
suatu kelainan dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat – zat
racun di dalam darah, yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.
6. Prognosis
Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian
atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang
buruk/.terganggu sehingga setiap perdarahan baik besar maupun kecil
mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 6/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama
perawatan, dan lain-lain. Hasil penelitian Hernomo menunjukan bahwa angka
kematian penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas dipengaruhi
oleh faktor kadar Hb waktu dirawat, terjadi/tidaknya perdarahan ulang,
keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati dan golongan menurut kriteria
Child.
Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam
menanggulangi perdarahan sakuran makan bagian atas maka perlu
dipertimbangkan tindakan yang bersifat preventif terutama untuk mencegah
terjadinya sirosis hati
7. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita perdarahan saluran cerna bagian atas harus
sedini mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan
pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita
perdarahan saluran cerna bagian atas meliputi:
a. Pengawasan dan pengobatan
(1) Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat – obat yang menimbulkan
efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
(2) Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila
perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
(3) Infus cairan langsung dipasang dan diberikan larutan garam
fisiologis NaCl 0,9 % selama belum tersedia darah.
(4) Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan
bila perlu dipasang CVP monitor.
(5) Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan
untuk mengikuti keadaan perdarahan.
(6) Transfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50 - 70 % nilai normal.
(7) Pemberian obat – obatan hemostatik seperti vitamin K 4x10mg/hari,
karbasokrom ( Adona AC ), antasida dan golongan H2 reseptor
antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi
perdarahan.

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 7/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
(8) Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian
antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindakan sterilisasi
usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan
produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan
ensefalopati hepatik.
b. Pemasangan pipa nasogastrik
Tujuan pemasangan pipa nasogastrik adalah untuk aspirasi cairan
lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air, dan pemberian obat-
obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan
vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di
mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah
lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100-
150ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu, tindakan ini
dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera
dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
c. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin
perinfuse akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus
sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan
perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat
merangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner,
karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut terutama
pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan
elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit
jantung koroner/iskemik.
d. Pemasangan balon Sengstaken-Blakemore Tube
Dilakukan pemasangan balon Sengstaken-Blakemore tube (SB
tube) untuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya
pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif,
sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan tujuan pemakaian alat
tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan akibat yang dapat timbul
pada waktu dan selama pemasangan. Beberapa peneliti mendapatkan hasil
yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi
perdarahan saluran cerna bagian atas akibat pecahnya varises esofagus.

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 8/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur
esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah ditemukan.
e. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau
sotrdecol 3 % sebanyak 3ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel
disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube.
Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu
pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran cerna
bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.
f. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan
tindakan operasi. Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah: ligasi
varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto -kaval. Operasi efektif
dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hati membaik.
8. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis Melena adalah
koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan
kesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan neurologis yang menyertai
kelainan parenkim hati), syok hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi
sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun), aspirasi pneumoni
(infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk saluran napas), anemi
posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari). (Mubin,
2006)
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologikk dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram
untuk daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double
contrast pada lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan
pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal esophagus, kardia dan
fundus lambung untuk mencari ada atau tidaknya varises.
b. Pemeriksaan Endoskopik

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 9/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan
secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat
tempat asal dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan
endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi,
aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada
perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung,
pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sendiri
mungkin setelah hematemesis berhenti.
c. Pemeriksaan Ultrasonografi dan Scanning Hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi
penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab
perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan
peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat di kota
besar saja.
d. Pemeriksaan Ultrasonografi dan Scanning Hati
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit,
trombosit, kadar ureum kreatinin dan uji fungsi hati segera dilakukan
secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita (Davey,
2005).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Tanda : Takikardia, takipnea/hiperventilasi (respons terhadap
aktivitas).
b. Sirkulasi
Gejala : Hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia
(hipovolemia, hipoksemia), kelemahan/nadi perifer lemah,
pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokontriksi), warna
kulit: Pucat, sianosis, (tergantung pada jumlah kehilangan
darah, kelembaban kulit/membrane mukosa: berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik).

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 10/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
c. Integritas Ego
Gejala: Faktor stress akut atau kronis (keuangan, keluarga, kerja),
perasaan tidak berdaya.
Tanda :Tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
d. Eliminasi
Gejala : Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan GI atau masalah yang berhubungan dengan GI,
misalnya luka peptic/gaster, gastritis, bedah gaster, radiasi
area gaster, perubahan pola defekasi/ karakteristik feses.
Tanda : Nyeri tekan abdomen; distensi, bunyi usus: sering hiperaktif
selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan, karakter
feses: diare, darah warna gelap, kecoklatan, atau kadang-
kadang merah cerah; berbusa, bau busuk (steatore), konstipasi
dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida), haluaran
urine: menurun, pekat.
e. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal), masalah menelan; cegukan, nyeri ulu hati,
sendawa bau asam, mual/muntah, tidak toleran terhadap
makanan, contoh makanan pedas, coklat; diet khusus untuk
penyakit ulkus sebelumnya, penurunan berat badan.
Tanda : Muntah: Warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau
tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan
produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis),
berat jenis urin meningkat.
f. Neurosensori
Gejala : Rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan,
status mental: tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari
agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan
dan koma (tergantung pada volume sirkulasi/oksigenasi).

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 11/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,
perih; nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi, rasa
ketidaknyamanan/distress samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut), nyeri epigastrium
kiri sampai tengah/atau menyebar ke punggung terjadi 1-2
jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster),
nyeri epigastrium terlokalisir di kanan terjadi kurang lebih 4
jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan
makanan atau antasida (ulkus duodenal), tak ada nyeri
(varises esophageal atau gastritis), faktor pencetus: makanan,
rokok, alkohol, penggunaan obat-obat tertentu (salisilat,
reserpin, antibiotic, ibuprofen), stressor psikologis.
Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
h. Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya ASA.
Tanda : Peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar
(menunjukkan sirosis/hipertensi portal).
i. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang
mengandung ASA, alcohol, steroid, NSAID menyebabkan
perdarahan GI, keluhan saat ini dapat diterima karena
(misalnya anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan
(misalnya trauma kepala); flu usus, atau episode muntah
berat, masalah kesehatan yang lama misalnya sirosis,
alkoholisme, hepatitis, gangguan makan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Hematemesis
Melena adalah:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan
cairan tubuh secara aktif) ditandai dengan perubahan pada status mental,
penurunan tekanan darah, tekanan nadi, volume nadi, turgor kulit, haluaran

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 12/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
urine, pengisian vena, dan berat badan tiba – tiba, membrane mukosa
kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, suhu tubuh, frekuensi nadi,
dan konsentrasi urine, haus, dan kelemahan.
b. Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal
berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa panas/terbakar
pada mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme otot dinding perut).
d. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan akibat perdarahan pada
saluran pencernaan
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi
tentang penyakitnya.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian.
3. Perencanaan
a. Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
(kehilangan cairan tubuh secara aktif)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x20 menit
dalam 3 hari diharapkan terjadi pemulihan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang optimal dengan kriteria hasil :
Kesadaran pasien composmentis
Tanda vital stabil
- suhu : 36,5-37,50
C
- nadi : 60-100 kali/menit
- pernapasan : 12-22 kali/menit
- tekanan darah :110/60-140/90 mmHg
Haluaran urine 0,5-1,0 ml/kg BB/jam
Warna urine kuning dan jernih
Kadar elektrolit serum dalam batas normal
- Natrium (Na) = 135-145 mEq/L
- Kalium (K) =3,5-5,3 mEq/L
- Kalsium (Ca) = 4,5-5,5 mEq/L

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 13/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
- Magnesium (Mg) = 1,5-2,5 mEq/L
- Klorida (Cl ) =90-105 mEq/L
- Fosfort (P) = 1,7-2,6 mEq/L
- Hematokrit =
- Hb =
Berat badan stabil
Membran mukosa lembab
Turgor kulit normal
Tidak mengalami muntah
Rencana Tindakan :
(1) Amati tanda-tanda vital
R/ : memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler. Hipovolemia merupakan risiko utama yang
segera terdapat sesudah perdarahan masif. Pantau haluaran urin
sedikitnya setiap jam sekali dan menimbang berat badan pasien
setiap hari.
(2) Pantau haluaran urine setiap jam, perhatikan warna urine dan
timbang berat badan tiap hari
R/ : Haluaran urin dan berat badan memberikan informasi tentang
perfusi renal, kecukupan penggantian cairan, dan kebutuhan serta
status cairan. Warna urine merah/hitam menandakan kerusakan otot
massif
(3) Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.
R/ : Membantu dalam membedakan distress gaster. Darah merah
cerah menandakan adanya atau perdarahan arterial akut, mungkin
karena ulkus gaster; darah merah gelap mungkin darah lama
(tertahan dalam usus) atau perdarahan vena dari varises.
(4) Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan,
misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat,
berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.
R/ : Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya
perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan.

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 14/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
(5) Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan
berat badan. Ukur kehilangan darah/ cairan melalui muntah dan
defekasi.
R/ : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
(6) Pertahankan pemberian infuse dan mengaturan tetesannya pada
kecepatan yang tepat sesuai dengan program medik.
R/ : Pemberian cairan yang adejuat diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit serta perfusi
organ-organ vital adekuat.
(7) Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat
defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat
tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan berbahaya.
R/ : Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal dan
dapat mencetuskan perdarahan lanjut.
(8) Kolaborasi pengamatan hasil elektrolit serum
R/ : Natrium urine kurang dari 10 mEq/L di duga ketidakakuatan
penggantian cairan.
(9) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht
R/ : Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah dan
mengawasi keefektifan terapi.
b. Dx : Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal
berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x20 menit
dalam 3 hari diharapkan perfusi jaringan gastrointestinal dan/atau ginjal
efektif dengan kriteria hasil :
Kesadaran pasien composmentis
Tanda vital stabil
- suhu : 36,5-37,50
C
- nadi : 60-100 kali/menit
- pernapasan : 12-22 kali/menit
- tekanan darah :110/60-140/90 mmHg
Haluaran urine 0,5-1,0 ml/kg BB/jam
Akral teraba hangat

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 15/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Turgor kulit normal
Capillary Refill Time dalam batas normal (< 2 detik)
Rencana Tindakan :
(1) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/ sakit kepalaR/ : Perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral
sebagai akibat tekanan darah arterial.
(2) Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bila EKG
kontinu ada
R/ : Perubahan disritmia dan iskemia dapat terjadi sebagai akibat
hipotensi, hipoksia, asidosis, ketidakseimbangan elektrolit, atau
pendinginan dekat area jantung bila lavage air dingin digunakan
untuk mengontrol perdarahan.
(3) Amati tanda-tanda vital
R/ : memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler. Hipovolemia merupakan risiko utama yang
segera terdapat sesudah perdarahan masif. Pantau haluaran urin
sedikitnya setiap jam sekali dan menimbang berat badan pasien
setiap hari.
(4) Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler
lambat, dan nadi perifer lemah.
R/ : Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan
volume sirkulasi dan/ atau dapat terjadi sebagai efek samping
pemberian vasopresin.
(5) Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri hebat atau
nyeri menyebar ke bahu.
R/ : Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah
perdarahan akut karena efek bufer darah.
(6) Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan minyak. Ubah
posisi dengan sering.
R/ : Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan risiko kerusakan
kulit.
(7) Kolaborasi pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 16/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
R/ : Mengobati hipoksemia dan asidosis laktat selama perdarahan
akut.
(8) Berikan cairan IV sesuai indikasi.
R/ : Mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi.
c. Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa
panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme otot
dinding perut).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x20 menit
dalam 3 hari diharapkan nyeri terkontrol dengan kriteria hasil :
Klien menyatakan nyerinya menurun atau terkontrol
Klien tampak rileks
Tanda vital stabil
- suhu : 36,5-37,50
C
- nadi : 60-100 kali/menit
- pernapasan : 12-22 kali/menit
- tekanan darah :110/60-140/90 mmHg
Rencana Tindakan:
(1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-1).
R/ : Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan
gejala nyeri klien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa
etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi.
(2) Amati tanda-tanda vital
R/ : nyeri dapat mempengaruhi perubahan frekuensi jantung, tekanan
darah dan frekuensi nafas.
(3) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
R/ : Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
(4) Anjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien.
R/ : Makanan mempunyai efek penetralisir, juga mencegah distensi
dan haluaran gastrin.
(5) Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan
ketidaknyamanan.
R/ : Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam
antara individu.

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 17/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
(6) Bantu latihan rentang gerak aktif/ aktif dan teknik relaksasi nafas
dalam.
R/ : Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/
ketidaknyamanan.
(7) Kolaborasi pemberian obat analgesik sesuai indikasi.
R/ : Mengobati nyeri yang muncul.
d. Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan akibat
perdarahan pada saluran pencernaan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x20 menit
dalam 3 hari diharapkan pencapaian status nutrisi anabolik dengan
kriteria hasil :
Klien melaporkan intake cukup dari kebutuhan yang dianjurkan.
Berat badan ideal
Tonus otot baik
Nyeri abdomen (-)
Nafsu makan baik
Kadar protein serum berada dalam kisaran normal (3.40 – 4.80 g/dL)
Rencana Tindakan:
(1) Pantau berat badan pasien dan jumlah asupan kalorinya setiap hari.
R/: Tindakan ini membantu menentukan apakah kebutuhan makanan
telah terpenuhi.
(2) Kaji adanya distensi abdomen,volume residu lambung yang besar
atau diare.
R/: Tanda-tanda ini dapat menunjukkan intoleransi terhadap jalur
atau tipe pemberian nutrisi.
(3) Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein; mencakup kesukaan
pasien dan makanan yang dibuat di rumah. Berikan suplemen nutrisi
sesuai dengan ketentuan medik.
R/: Pasien memerlukan nutrient yang cukup untuk peningkatan
kebutuhan metabolisme.
(4) Berikan suplemen vitamin dan mineral sesuai dengan ketentuan
medik

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 18/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
R/: Suplemen ini memenuhi kebutuhan nutrisi; vitamin dan mineral
yang adekuat perlu untuk fungsi selular
(5) Berikan nutrisi enteral atau parenteral total melalui prototokol
penanganan jika kebutuhan diet tidak terpenuhi lewat asupan per oral
R/: Teknik intervensi nutrisi menjamin terpenuhinya kebutuhan
nutrisi
e. Dx : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi tentang penyakitnya.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
diharapkan pengetahuan klien tentang hematemesis melena bertambah
dengan kriteria hasil :
Klien menyatakan pemahaman mengenai penyakitnya (pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, dan pengobatan/ perawatan)
Klien tampak kooperatif mendengarkan penjelasan petugas
Rencana Tindakan:
(1) Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan keluarga tentang
penyakit yang diderita.
R/ : Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi
dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan
sesuai kebutuhan.
(2) Diskusikan dengan klien untuk melakukan pendidikan kesehatan.
R/ : Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja
sama dengan klien.
(3) Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien derita, cara
pengobatan dan perawatan di rumah serta pencegahan kekambuhan
penyakit.
R/ : Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat
pilihan informasi/ keputusan tentang masa depan dan kontrol
masalah kesehatan.
(4) Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif
dalam pendidikan kesehatan.
R/ : Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk lebih
memahami tentang penyakitnya.

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 19/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
(5) Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan kesehatan.
R/ : Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien setelah diberi
pendidikan kesehatan.
f. Dx : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
diharapkan ansietas berkurang dengan kriteria hasil :
Klien melaporkan rasa ansietas berkurang
Klien tampak rileks
Rencana Tindakan:
(1) Awasi respon fisiologis, misalnya takipnea, palpitasi, pusing, sakit
kepala dan sensasi kesemutan.
R/ : Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi
dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik/ status syok.
(2) Catat petunjuk perilaku seperti gelisah, kurang kontak mata dan
perilaku melawan.
R/ : Indikator derajat takut yang dialami klien.
(3) Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.
R/ : Membantu klien menerima perasaan dan memberikan
kesempatan untuk memperjelas konsep.
(4) Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.
R/ : Meningkatkan relaksasi dan keterampilan koping.
(5) Dorong orang terdekat tinggal dengan klien. Berespons terhadap
tanda panggilan dengan cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata
dengan tepat.
R/ : Membantu menurunkan rasa takut karena kesepian.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah aktualisasi dari rencana
perawatan melalui intervensi keperawatan (Smeltzer & Bare, 2002).
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan
perencanaan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika
melakukan implementasi adalah intervensi dilakukan sesuai dengan rencana

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 20/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
setelah dilakukan validasi, penugasan keterampilan interpersonal, intelektual
dan tehnikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat, kemampuan fisik, psikologis dilindungi dan
didokumentasikan keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan
perencanaan oleh perawat dan klien. Ada tiga fase implementasi keperawatan
yaitu fase persiapan klien dan lingkungan. Kedua fase operasional merupakan
puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan implementasi dapat
dilakukan dengan intervensi independen atau mandiri, serta interdependen
atau sering disebut intervensi kolaborasi. Bersamaan dengan ini, perawat tetap
melakukan going asesment yang berupa pengumpulan data yang berhubungan
dengan reaksi klien termasuk reaksi fisik, psikologis, sosial dan spiritual.
Ketiga fase interminasi, merupakan terminasi perawat dengan klien setelah
implementasi dilakukan.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi
adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal,
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik, dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar, 1999).
Pelaksanaan adalah implementasi atau penerapan tindakan-tindakan
keperawatan yang telah direncanakan. Pada tahap ini ada beberapa yang perlu
dikerjakan, antara lain :
a. Melaksanakan/menerapkan tindakan-tindakan keperawatan yang ada
dalam rencana.
b. Mengisi format asuhan keperawatan.
Beberapa prioritas keperawatan yang diterapkan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan Hematemesis Melena merujuk pada
kasus Perdarahan Gastrointestinal Atas menurut Doenges (2000) adalah
kontrol perdarahan, meningkatkan/mempertahankan stabilitas hemodinamik,
meningkatkan penurunan stres, dan memberikan informasi tentang proses
penyakit/prognosis, kebutuhan pengobatan, dan potensial komplikasi.

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 21/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penentuan dari respon pasien terhadap intervensi
keperawatan dan sejauh mana tujuan sudah dicapai (Smeltzer & Bare, 2002).
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang merupakan
aktifitas berkesinambungan dari tahap awal (pengkajian) sampai tahap akhir
(evaluasi) dan melibatkan pasien/keluarga. Evaluasi bertujuan untuk menilai
efektifitas rencana dan strategi asuhan keperawatan. Evaluasi terdiri dari
evaluasi proses, untuk menilai apakah prosedur dilakukan sesuai dengan
rencana dan evaluasi hasil berfokus kepada perubahan perilaku dan keadaan
kesehatan pasien sebagai hasil tindakan keperawatan. Ada tiga alternatif dalam
menafsirkan hasil evaluasi yaitu :
a. Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah
laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tu-
juan yang telah ditetapkan.
b. Masalah sebagian teratasi
Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan
dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
c. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tidak menunjukkan
perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul
masalah yang baru (Nursalam, 2000).
Evaluasi yang diharapkan pada klien Hematemesis Melena merujuk
pada kasus Perdarahan Gastrointestinal Atas menurut Doenges (2000) adalah
tanda vital dalam batas normal (TD=140/90 mmHg, N=80x/i, RR= 20x/i, T=
36-37oC), turgor kulit normal, membran mukosa lembab, produksi urine
output seimbang, muntah darah dan berak darah berhenti, kulit hangat, nadi
perifer teraba, keluaran urine adekuat, nyeri hilang, skala nyeri 0-1, pasien
mengerti dengan penjelasan yang diberikan perawat, tampak tenang,
mendiskusikan masalah kecemasannya dan menunjukkan rasa rileks serta
melaporkan rasa ansietas hilang atau berkurang.
Evaluasi dilakukan dengan melihat respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah diberikan dengan memperhatikan tujuan dan kriteria

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 22/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
hasil yang diharapkan. Evaluasi bisa bersifat formatif yaitu dilakukan secara
terus-menerus untuk menilai setiap hasil yang telah dicapai dan bersifat
sumatif yaitu dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan keperawatan
yang telah dilakukan.

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 23/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
DAFTAR PUSTAKA
Davey, Patrick (2005). At a Glance Medicine (36-37). Jakarta: Erlangga.
Doenges, Marylin E, et. al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (3
rded.). Jakarta: EGC.
Jhoxer (2010). Asuhan Keperawatan Hematomesis Melena. Diambil pada 13 Juli
2010 dari http://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-
keperawatan-hematomesis-melena.html.
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rd
ed.). Jakarta: Media
Aesculapius.
Mubin (2006). Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan Terapi
(2nd Ed.). Jakarta: EGC.
NANDA Internasional (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006.
Budi Santosa (Penerjemah). Philadelpia: Prima Medika.
Purwadianto & Sampurna (2000). Kedaruratan Medik Pedoman Pelaksanaan Praktis
(105-110). Jakarta: Binarupa Aksara.
Primanileda (2009). Askep Hematemesis Melena. Diambil pada 13 Juli 2010 dar
http://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhan keperawatan-gratis-free.html.

5/14/2018 Lp sis Melena_emy - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-sis-melenaemy 24/24
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah
WOC HEMATEMESIS MELENA
Pembentukan aktif jaringan ikat
Proses regenerasi sel hati dalam bentuk yang tergagnggu
Kegagalan parenkim hati Hipertensi portal Enselfalopati Ascites
Nafsu makan Varises esofagus Penekanan diafragma
Mual-muntah
Perut tak enak Tekanan meningkat Ruang paru
menyempit
Kelemahan
Cepat lelah Pembuluh darah pecah
1. Prubahan nutrisi Sakit perut Hematemisis Melena
Sesak nafas
2. Keseimbangan cairan 5.
Gangguan pola nafas
3. Gangguan perfusi jaringan
4.Cemas.