Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Sumber Pangan...
Transcript of Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Sumber Pangan...
1
Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Sumber Pangan Alternatif dalam
Pembuatan Cookies
Edi Djunaedi
Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pakuan
Jalan Pakuan PO. BOX 452 Bogor, Jawa Barat
ABSTRAK
Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang), akan memiliki nilai jual
yang menguntungkan apabila dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan. Limbah
kulit pisang mengandung mineral dan serat makanan yang tinggi sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan. Salah satu produk olahan yang dapat
dibuat dari campuran tepung kulit pisang adalah cookies. Penelitian ini bertujuan
memanfaatkan limbah kulit pisang untuk pembuatan tepung kulit pisang dan melihat
keberterimaan campuran tepung kulit pisang tersebut terhadap kualitas cookies.
Dilakukan pengujian pada tepung kulit pisang raja, kulit pisang kepok dan kulit pisang
uli. Tepung tersebut dianalisa karakteristik fisika, kimia, mineral, dan mikrobiologi
(Angka Lempeng Total, Escherichia coli, kapang dan Bacillus cereus). Tepung kulit
pisang yang memiliki karakteristik terbaik diformulasikan terhadap bahan pembuat
cookies utama, yaitu tepung terigu dengan perbandingan tepung terigu: tepung kulit
pisang 100%:0% (F1), 75%:25% (F2), 70%:30% (F3), 65%:35% (F4) dan 60%:40%
(F5). Dari uji organoleptik dan uji kimia dapat diketahui formula mana yang tepat untuk
mendapatkan cookies dengan kualitas terbaik. Tepung kulit pisang raja memiliki
karakteristik fisika, kimia dan mikrobiologi yang lebih baik dibanding tepung kulit kepok
dan uli. Cookies Formula 2 (F2) merupakan produk terpilih berdasarkan uji
organoleptik terhadap karakteristik fisik cookies meliputi parameter warna, aroma,
tekstur dan rasa. Hasil Analisis kandungan gizi cookies F2 diperoleh kadar air 4,71%,
Abu 1,42%, Lemak 16,70%, Protein 16,72%, Karbohidrat 60,45%, serat pangan
4,23%, K 3883,05 ppm, Na 3816,40 ppm, Fe 17,04 ppm, Ca 797,41 ppm dan Mg
328,12 ppm .
Kata kunci: Cookies; tepung kulit pisang; kulit pisang; limbah.
2
PENDAHULUAN
Pisang ( Musa paradisiaca L)
adalah salah satu buah yang digemari
oleh sebagian besar penduduk dunia.
Rasanya enak, kandungan gizinya
tinggi, mudah didapat, dan harganya
relatif murah (Suyanti dan Ahmad,
2000). Pada umumnya, jenis pisang
yang biasa digunakan oleh para
pedagang pisang goreng, molen
goreng dan para pengusaha makanan
adalah pisang raja, pisang kepok, dan
pisang uli, dimana buah pisang setelah
diambil buahnya, kulitnya dibuang
begitu saja di tempat pembuangan
sampah dan belum dimanfaatkan untuk
dicoba sebagai bahan dasar makanan
yang menguntungkan secara ekonomi.
Kulit pisang merupakan bahan
buangan (limbah buah pisang) yang
banyak jumlahnya. Berdasarkan survei
pertanian Biro Statistik tahun 2008,
total produksi pisang di Indonesia tahun
2007 adalah sebesar 95,35 ribu ton
dengan nilai konsumsi sebesar 82,07
ribu ton/kapita/tahun. Pada umumnya
kulit pisang belum dimanfaatkan secara
nyata, hanya dibuang sebagai limbah
organik saja atau digunakan sebagai
makanan ternak seperti kambing, sapi,
dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang
cukup banyak akan memiliki nilai jual
yang menguntungkan apabila bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku
makanan (Susanti, 2006). Limbah kulit
pisang mengandung zat gizi yang
cukup tinggi terutama pada vitamin dan
mineralnya sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku
makanan dengan cara diolah menjadi
tepung. Selain dimanfaatkan sebagai
bahan baku makanan, juga
memperbaiki kandungan gizi bila diolah
menjadi makanan.
Kandungan unsur gizi kulit pisang
cukup lengkap, seperti karbohidrat,
lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi,
vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-
unsur gizi inilah yang dapat digunakan
sebagai sumber energi dan antibodi
bagi tubuh manusia (Munadjim, 1988).
Hasil analisis kimia menunjukkan
bahwa komposisi kulit pisang banyak
mengandung air yaitu 68,90 persen dan
karbohidrat (zat pati) sebesar 18,50
persen sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan
makanan. Karena kulit pisang
mengandung zat pati maka kulit pisang
dapat diolah menjadi tepung. Tepung
ini dapat menggantikan atau
mengurangi jumlah tepung yang biasa
dipakai dalam pembuatan bahan
makanan (Anonim, 2011). Menurut
Yulianti (2004) dalam Dewinta (2010)
dalam diversifikasi bahan makanan,
salah satu faktor yang penting adalah
tersedianya bahan pangan alternatif
yang bergizi tinggi, serta aman bagi
tubuh.
3
Masyarakat Indonesia sudah
terbiasa mengkonsumsi makanan
ringan sebagai camilan atau kudapan.
Cookies merupakan salah satu jenis
makanan ringan yang sangat digemari
masyarakat baik di perkotaan maupun
di pedesaan. Bentuk dan rasa cookies
sangat beragam tergantung bahan
tambahan yang digunakan. Cookies
yang sering dikonsumsi biasanya
berbahan baku terigu.
Cookies adalah biskuit yang
berbahan dasar tepung terigu. Cookies
adalah jenis biskuit dari adonan lunak,
berkadar lemak tinggi, renyah dan bila
dipatahkan penampang potongannya
bertekstur kurang padat (Manley,
2000). Bahan utama pembuatan
cookies adalah tepung terigu yang
mana selama ini cookies yang biasa
dikonsumsi hanya mengandung zat gizi
makro saja yaitu karbohidrat, protein
dan lemak, dan sangat sedikit atau
bahkan tidak mengandung zat gizi
lainnya seperti vitamin dan mineral.
Sehingga diharapkan dengan
penambahan tepung kulit pisang dapat
memperbaiki kandungan gizi cookies
terutama kandungan vitamin dan
mineralnya. Sehingga masyarakat yang
menganggap cookies sebagai jajanan,
tidak hanya untuk mengenyangkan
perut tetapi juga menambah asupan
gizi mereka.
Pada penelitian ini akan dilakukan
pembuatan cookies dengan
penambahan tepung kulit pisang
sebesar 25%, 30%, dan 35% dari berat
bahan dasar (tepung terigu). Pada
penelitian pendahuluan dilakukan
pengujian pada tiga jenis tepung
pisang, yaitu tepung pisang yang
masing-masing dibuat dari kulit pisang
raja, kulit pisang kepok dan kulit pisang
uli. Tepung pisang yang memiliki
karakteristik yang paling baik akan
digunakan dalam pembuatan cookies.
Penetapan konsentrasi tepung kulit
pisang sebesar 25%, 30%, dan 35%
dilakukan karena peneliti telah
melakukan penelitian pendahuluan
sebelum melakukan penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian
pendahuluan, apabila persentase
tepung kulit pisang terlalu besar akan
menghasilkan rasa, warna, tekstur, dan
aroma cookies yang tidak bagus, yaitu
rasanya agak pahit kekelatan,
warnanya terlalu gelap, teksturnya yang
keras dan bantet, dan aroma yang
kurang baik. Berdasarkan hal itu, maka
perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penambahan
tepung kulit pisang raja (Musa
paradisiaca) terhadap daya terima
cookies.
4
Tujuan dari penelitian ini yaitu
memanfaatkan limbah kulit pisang
menjadi tepung kulit pisang yang
dapatdigunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan cookies, sehingga
dapat menjadi sumber pangan
alternatif.
Manfaat dari penelitian ini yaitu
memanfaatan limbah kulit pisang dan
menjadikannya sumber pangan
alternatif serta memberikan informasi
kepada masyarakat tentang
keanekaragaman suatu produk dari
kulit pisang yang selama ini dibuang
begitu saja sebagai limbah organik.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada
bulan Januari-Maret 2015 di
Laboratorium Makanan Olahan Balai
Besar Industri Agro Bogor yang
berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda No.11
Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan untuk
pembuatan tepung kulit pisang adalah
kulit pisang raja, asam sitrat dan air.
Bahan untuk pembuatan cookies
adalah, tepung kulit pisang, tepung
terigu, susu skim, telur, gula,
shortening, garam, air dan bahan
pengembang. Sedangkan bahan yang
digunakan untuk analisis proksimat
adalah HCL 25%, Heksana, Air suling,
H2SO4 pekat, Campuran Selen,
Indikator BCG-MM, H3BO3, HCl ,
NaOH, Etanol, buffer fosfat, α-Amylase,
Protease, Amylogucosidase dan,
Celite.
Alat
Alat yang digunakan untuk
membuat tepung kulit pisang antara
lain ember, tray, oven dan mesin
penepung. Alat yang digunakan untuk
pembuatan cookies antara lain sendok,
wadah plastik, mixer, loyang,
timbangan, dan alat pemanggang. Alat-
alat untuk analisis organoleptik antara
lain wadah saji, sendok plastik dan form
kuisioner. Alat yang digunakan untuk
analisis proksimat meliputi Kotak
timbang, eksikator, oven, neraca
analitik, cawan porselen, tanur, tabung
digesti, digestor, kjeltec, buret,
erlenmeyer, pipet volumetri, kertas
saring, thimble, soxtec, penampung
lemak, piala gelas, corong, penangas
listrik, penangas air, labu semprot, kaca
arloji, pengaduk, cawan kaca masir,
pompa vakum, termometer dan
alumunium foil.
METODE PENELITIAN
Prosedur Penelitian
Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di
pusat penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Cibinong, Bogor.
5
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan
untuk mengetahui karakteristik dari tiga
macam tepung kulit pisang. Kulit pisang
raja, kepok dan uli masing-masing
diolah menjadi tepung kulit pisang
melalui proses tertentu (Lampiran 8),
tepung yang diperoleh kemudian diuji
karakteristik fisika, kimia dan
mikrobiologi. Dari penelitian
pendahuluan ini diharapkan didapatkan
tepung kulit pisang dengan karakteristik
yang paling baik yang selanjutnya akan
digunakan dalam pembuatan cookies.
Penelitian Lanjutan
Pada tahap penelitian ini
dilakukan pembuatan cookies. Cookies
dibuat dengan bahan-bahan berupa
tepung terigu, tepung kulit pisang,
shortening, telur, susu skim, garam,
baking powder dan air. Cookies dibuat
dengan cara pencampuran margarin,
gula halus, susu skim dan garam.
Campuran tersebut kemudian diaduk
menggunakan mixer dengan kecepatan
tinggi selama 3-7 menit. Setelah semua
bahan tersebut tercampur rata lalu
ditambahkan air, telur dan diaduk lagi
dengan menggunakan kecepatan tinggi
selama 1-3 menit. Selanjutnya tepung
terigu dan tepung kulit pisang
dimasukkan.
Bersamaan dengan
dimasukannya tepung terigu dan
tepung kulit pisang juga dimasukkan
baking powder agar adonan
mengembang. Pengadukan dilakukan
dengan menggunakan spatula hingga
tercampur rata. Setelah adonan selesai
dibuat didinginkan dahulu selama 10
menit di kulkas, lalu adonan dicetak
dengan tebal 3 mm. Adonan yang telah
dicetak selanjutnya di oven dengan
suhu 1500C selama 20 menit. Pada
penelitian ini akan dibuat cookies
dengan 5 formulasi tepung yang
berbeda yaitu :
1. F1 : 100% tepung terigu dan 0%
tepung kulit pisang. (Standar)
2. F2 : 75% tepung terigu dan 25%
tepung kulit pisang.
3. F3 : 70% tepung terigu dan 30%
tepung kulit pisang.
4. F4 : 65% tepung terigu dan 35%
tepung kulit pisang.
5. F5 : 60% tepung terigu dan 40%
tepung kulit pisang.
Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada
penelitian ini yaitu pengamatan
karakteristik fisik cookies dari tepung
kulit pisang dengan uji organoleptik.
Karakteristik kimia cookies dari tepung
kulit pisang dilakukan dengan uji
proksimat melalui analisa kadar air,
analisa kadar abu, analisa kadar
protein, analisa kadar lemak, analisa
karbohidrat, analisa serat pangan dan
mineral dan uji mikrobiologi.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian pendahuluan
diamati limbah tiga jenis kulit pisang,
yaitu kulit pisang raja, kepok dan uli
yang akan dibuat tepung kulit pisang.
Limbah kulit pisang diperoleh dari
pedagang kaki lima di daerah
sepanjang Jalan Mawar, Bogor. Limbah
kulit pisang yang digunakan merupakan
kulit pisang yang diambil dari pisang
matang yang masih segar dan
disimpan tidak lebih dari 6 jam.
Karakteristik Fisikokimia Tepung Kulit pisang
Rendemen
Tabel 1 Hasil Pengamatan Penetapan Rendemen Tepung Kulit pisang
No Contoh Rendemen (%)
1 Tepung Kulit Pisang Raja 41,07
2 Tepung Kulit Pisang Kepok 55
3 Tepung Kulit Pisang Uli 69,52
Berdasarkan hasil perhitungan
pada Tabel 1, nilai rendemen tepung
kulit pisang uli menghasilkan rendemen
yang lebih tinggi yaitu 69,52%
dibandingkan dengan tepung kulit
pisang kepok dan raja yaitu 55% dan
41,07%. Kadar air kulit pisang antara
jenis yang satu dengan yang lain pasti
berbeda, karena memilki karakteristik
yang berbeda. Hal ini menjadi salah
satu penyebab jumlah rendemen tiga
jenis tepung kulit pisang berbeda-beda.
Tepung kulit pisang uli menghasilkan
rendemen yang lebih baik daripada
tepung kulit pisang kepok dan raja.
Karakteristik Fisik Tepung Kulit pisang
Tabel 2 Karakteristik Fisik Tepung Kulit Pisang Raja, Kepok dan Uli
No Parameter Satuan
Tepung Tepung Tepung
Kulit Pisang
Raja
Kulit Pisang
Kepok
Kulit Pisang
Uli
1 Bentuk - Bubuk Bubuk Bubuk
2 Bau - Normal Normal Normal
3 Warna - Coklat Coklat Coklat
Warna coklat yang dihasilkan dari
tepung pisang merupakan efek dari
reaksi browning. Perendaman kulit
pisang dengan menggunakan asam
sitrat 0,1% berfungsi untuk mengurangi
warna gelap dari tepung. Tekstur yang
7
dihasilkan dari ketiga tepung kulit
pisang tidak memiliki perbedaaan,
karena ketiga tepung melalui proses
pengayakan dengan ukuran mesh yang
sama, yaitu 80 mesh. Proses
pengolahan tepung kulit pisang yang
dilakukan mampu menyimpan aroma
khas dari pisang, sehingga
menghasilkan aroma yang khas, yaitu
aroma pisang.
(a) (b) (c)
Gambar 1 Perbandingan Tepung Kulit Pisang
(a) Tepung kulit pisang raja
(b) Tepung kulit pisang kepok
(c) Tepung kulit pisang uli
8
Karakteristik Kimia Tepung Kulit pisang
Tabel 3 Karakteristik Kimia Tepung Kulit Pisang Raja, Kepok dan Uli
No Parameter Satuan
Tepung
Kulit
Pisang
Tepung
Kulit
Pisang
Tepung
Kulit
Pisang
SNI Tepung
Terigu
Raja Kepok Uli
1 Air % 3,93 2,05 1,96 Maks. 14,5
2 Abu % 0,60 1,10 0,9 Maks. 0,7
3 Lemak % 4,26 4,40 4,58
4 Protein % 8,51 9,86 9,25 Min. 7,0
5 Karbohidrat % 82,7 82,59 83,31
6
Serat
Pangan % 40,34 32,73 32,58
7 K Ppm 35512,20 25507,30 21061,60
8 Na Ppm 94,65 74,80 81,28
9 Fe Ppm 52,89 27,90 29,15 Min. 50
10 Ca Ppm 2138,48 8355,06 7531,31
11 Mg Ppm 1809,93 1893,54 1708,25
12 ALT koloni/g (-) (-) (-) Maks. 1x106
13 E. Coli APM/g (-) (-) (-) Maks. 10
14 Kapang koloni/g (-) (-) (-) Maks. 1x104
15 B. Cereus koloni/g (-) (-) (-) Maks. 1x104
Kadar air ketiga tepung tersebut
lebih rendah dibandingkan kadar air
tepung terigu untuk bahan makanan
yang disyaratkan oleh SNI 01-3751-
2006 yaitu maksimal 14,5 % . Kadar air
tepung kulit pisang dipengaruhi oleh
beberapa faktor selama proses
pengeringan, diantaranya suhu dan
lama waktu pengeringan serta
kandungan air kulit pisang sebelum
diolah.
Kadar abu tepung kulit pisang
kepok memilki kadar yang paling besar,
yaitu 1,1%, sedangkan tepung kulit
pisang uli dan raja meliki kadar 0,9%
dan 0,6%. Tepung kulit pisang raja
memiliki kadar abu yang sesuai dengan
kadar abu tepung terigu untuk bahan
makanan yang disyaratkan oleh SNI
01-3751-1995 yaitu maksimal 0,7 %.
Winarno (2004) menjelaskan, semakin
tinggi kadar abu dari suatu bahan
9
pangan menunjukkan tingginya kadar
mineral dari bahan tersebut.
Tepung kulit pisang raja memiliki
kadar yang lemak yang paling rendah,
yaitu 4,26% sedangkan tepung kulit
pisang kepok dan uli yaitu 4,4% dan
4,58%.
Tepung kulit pisang raja
memiliki kadar protein yang paling
rendah, yaitu 8,51% sedangkan tepung
kulit uli dan kepok yaitu 9,25% dan
9,86%. Ketiga Tepung Kulit pisang
tersebut memiliki kandungan protein
yang sesuai dengan persyaratan SNI
tepung terigu 01-3751-2006 yaitu min
7,0 %. Kadar karbohidrat tepung kulit
pisang raja, kepok dan uli yaitu
82,70%;82,59 dan 83,31%. Kadar
karbohidrat ketiga tepung tersebut lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kadar
karbohidrat terigu yaitu 77.30 %
(Direktorat Gizi Departemen Kesehatan
RI, 1993).
Kadar serat pangan tepung kulit
pisang raja, kepok dan uli yaitu 40,34%;
32,73% dan 32,58%. The Food
Standards Agency merekomendasikan
bahwa produk yang mengklaim menjadi
sumber serat harus mengandung 3
gram serat per 100 g. Ketiga tepung
kulit pisang yang dihasilkan memiliki
kandungan serat pangan yang sangat
tinggi melebihi syarat sumber serat,
sehingga ketiga tepung kulit pisang
tersebut dapat digunakan sebagai
sumber serat pangan dalam produksi
pangan fungsional.
Tepung kulit pisang raja, kepok
dan uli memiliki konsentrasi kalium
sebesar 35512,2 ppm atau 3551,2
mg/100 g; 25507,3 ppm atau 2550,7
mg/100 g dan 21061,6 ppm atau
2106,2 mg/100g. Tepung kulit pisang
raja, kepok dan uli memiliki konsentrasi
natrium sebesar 94,66 ppm, 74,80 ppm
dan 81,29 ppm. SNI tepung terigu 01-
3751-2006 menetapkan kandungan
besi dalam tepung terigu yaitu minimal
50 ppm (mg/kg). Tepung kulit pisang
raja, kepok dan uli memilki konsentrasi
besi sebesar 52,89 ppm; 27,9 ppm dan
29,15 ppm. Dari ketiga tepung tersebut
hanya tepung kulit raja yang masuk
syarat mutu tepung terigu. Tepung kulit
pisang raja, kepok dan uli memilki
konsentrasi 2138,48 ppm; 8355,06 ppm
dan 7531,31 ppm. Tepung kulit pisang
raja, kepok dan uli memiliki konsentrasi
magnesium sebesar 1809,93 ppm;
1893,54 ppm dan 1708,25 ppm.
Dari hasil uji mikrobiologi,
diperoleh hasil negatif untuk semua
parameter mikrobiologi yang diuji, yaitu
ALT, Escherichia coli, kapang dan
Bacillus cereus, sehingga masuk dalam
persyaratan mutu SNI tepung terigu
(SNI 01-3751-2009). Menurut Fardiaz
(1993), faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba adalah faktor
intrinsik (nilai nutrisi, keadaan air, pH,
10
potensi oksidasi-reduksi, ada tidaknya
substansi penghambat) dan faktor
ekstrinsik (suhu, kelembaban relatif,
ada tidaknya oksigen, kondisi bahan
pangan).
Formulasi dan Pembuatan Produk
Pangan Fungsional Cookies
Berdasarkan pengamatan
karakteristik tepung kulit pisang raja,
kepok dan uli, dipilih tepung kulit pisang
raja karena memenuhi syarat mutu SNI
tepung terigu 01-3751-2006. Formulasi
pembuatan cookies dilakukan dengan
menggunakan tepung kulit pisang raja
yang dicampurkan dengan bahan-
bahan lain penyusun produk tersebut
dengan perbandingan tertentu secara
trial and error dan panduan beberapa
literatur resep dari penelitian
sebelumnya. Produk dibuat dengan
lima formula yang berbeda dengan satu
variabel peubah yaitu perbandingan
persentase jumlah tepung terigu
dengan tepung kulit pisang raja yang
digunakan.
Uji Organoleptik
Gambar 2 Cookies Tepung Kulit Pisang Raja dengan Berbagai Formulasi
Tabel 4 Hasil Uji Statistik Uji Ranking Cookies
Perlakuan Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa
F1 5,00a 5,55a 5,30a 5,90a
F2 5,25a 5,75a 5,95a 5,80a
F3 5,50a 5,35a 5,25a 4,55b
F4 5,50a 5,30a 4,40b 4,35b,c
F5 5,15a 4,35b 3,70b 3,6c
Hasil analisis sidik ragam uji
rating parameter warna menunjukkan
bahwa formulasi tidak berpengaruh
nyata terhadap parameter warna pada
selang kepercayaan 95 %. Tidak
adanya perbedaan yang signifikan
antara kelima formula cookies
disebabkan karena warna pada cookies
dipengaruhi oleh penggunaan gula.
Formula gula yang dipergunakan
jumlahnya sama pada kelima formula
cookies tersebut. Kelima cookies
memiliki warna yang sama yaitu
berwarna kuning kecoklatan.
11
Hasil analisis sidik ragam uji
rating parameter aroma menunjukkan
bahwa formulasi berpengaruh nyata
terhadap parameter aroma pada selang
kepercayaan 95 %. Uji lanjut Duncan
menunjukkan bahwa formula 1 tidak
berbeda nyata dengan formula 2,3 dan
4, namun keempat formula tersebut
berbeda nyata dengan formula 5.
Aroma Cookies pada umumnya adalah
harum khas telur, namun cookies F5
yang dibuat dari 60% tepung kulit
pisang memiliki aroma yang khas
sedikit berbau selai pisang.
Hasil analisis sidik ragam uji
rating parameter tekstur (Lampiran 25)
menunjukkan bahwa formulasi
berpengaruh nyata terhadap parameter
tekstur pada selang kepercayaan 95 %.
Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa
formula 1 tidak berbeda nyata dengan
formula 2 dan 3 , namun ketiga formula
tersebut berbeda nyata dengan formula
4 dan 5. Tekstur dalam cookies yang
baik adalah kering dan renyah.
Hasil analisis sidik ragam uji
rating parameter rasa menunjukkan
bahwa formulasi berpengaruh nyata
terhadap parameter rasa pada selang
kepercayaan 95 %. Formula 1 dan 2
tidak berbeda nyata, sedangkan
formula 3, 4 dan 5 berbeda nyata
dengan formula 1 dan 2.
Tabel 5 Hasil Uji Friedman Test
Cookies
Formulasi Rataan Ranking
F1 2,65 3
F2 1,75 1
F3 2,60 2
F4 3,55 4
F5 4,45 5
Hasil uji ranking (Lampiran 27)
menunjukkan bahwa formula
berpengaruh nyata terhadap rataan
ranking pada selang kepercayaan 95
%. Nilai rataannya berkisar 1,75-4,50
(Tabel 9). Formula 2 mempunyai rataan
terendah diikuti dengan formula 3, 1, 4
dan 5. Dengan demikian cookies
formula 2 merupakan produk yang
paling disukai panelis. Cookies formula
3 lebih disukai dibandingkan cookies
formula 1 (cookies pasaran), hal ini
menunjukan bahwa penambahan
tepung kulit pisang raja pada produk
cookies dapat menambah cita rasa
cookies.
12
Karakteristik Kimia Cookies Produk terbaik
Tabel 6 Karakteristik Kimia Cookies Terpilih (F2) dan Cookies Standar (F1)
No Parameter Satuan Cookies
F1
Cookies
F2 SNI
1 Air % 4,59 4,71 Maks 5
2 Abu % 1 1,42 Maks. 1,6
3 Lemak % 13,51 16,7 Maks. 9,5
4 Protein % 14,66 16,72 Maks. 9
5 Karbohidrat % 66,24 60,45 Min. 70
6 Serat Pangan % 2,54 4,23 -
7 K Ppm 2648,25 3883,05 -
8 Na Ppm 2775,42 3816,4 -
9 Fe Ppm 10,31 17,03 -
10 Ca Ppm 619,33 797,41 -
11 Mg Ppm 231,73 328,11 -
Kandungan kadar air pada
cookies terpilih yaitu sebesar 4,71%,
hasil tersebut tidak berbeda jauh
dengan kadar air cookies standar yaitu
sebesar 4,59 %. Kadar air untuk
cookies menurut karakteristik atau
syarat mutu cookies berdasarkan (SNI)
01-2973-1992, maksimal adalah 5%
dengan demikian Cookies terpilih (F2)
memenuhi persyaratan.
Kandungan kadar abu pada
cookies terpilih (F2) yaitu sebesar
1,42%, sedangkan kadar abu cookies
standar (F1) yaitu sebesar 1%. Dengan
adanya subtitusi tepung kulit pisang
raja terhadap tepung terigu sebesar
25% pada cookies F2 didapatkan hasil
kadar abu yang lebih tinggi jika
dibandingkan kadar abu cookies
standar yang menggunakan 100%
tepung terigu (F1) .Hal ini menunjukkan
bahwa tepung kacang kulit pisang raja
mengandung kadar mineral yang cukup
tinggi. Kadar abu cookies terpilih (F2)
memenuhi persayaratan mutu SNI 01-
2973-1992, yaitu kurang dari 1,6%.
Protein merupakan zat
makanan yang penting bagi tubuh
manusia, karena berfungsi sebagai
bahan bakar dalam tubuh dan juga
sebagai bahan pembangun dan
pengatur (Winarno, 2004). Kandungan
kadar protein pada cookies terpilih (F2)
yaitu sebesar 16,72% sedangkan kadar
protein cookies standar (F1) yaitu
sebesar 14,66%. Kadar protein cookies
F2 lebih tinggi dibandingkan dengan
cookies F1, hal tersebut dikarenakan
13
tepung kulit pisang yang digunakan
memiliki kandungan protein yang lebih
tinggi daripada tepung terigu yaitu
sebesar 8,51%. Kadar protein cookies
terpilih memenuhi persyaratan (SNI)
01-2973-1992, yaitu lebih dari 9%.
Kandungan kadar lemak pada
cookies terpilih (F2) yaitu sebesar
16,70% sedangkan kadar lemak
cookies standar (F1) yaitu sebesar
13,51%. Kadar lemak cookies terpilih
memenuhi persayaratan (SNI) 01-2973-
1992 yaitu lebih dari 9,5%. Kandungan
kadar karbohidrat pada cookies terpilih
(F2) yaitu sebesar 60,45% sedangkan
kadar kerbohidrat cookies standar (F1)
yaitu sebesar 66,24%. Kandungan ini
merupakan kandungan yang paling
tinggi dibandingkan analisis proksimat
lainnya. Pada penelitian ini kadar
karbohidrat ditentukan dengan by
difference yaitu dengan menjumlahkan
kadar protein, lemak, abu, air lalu
dikurangkan dengan 100%.
Kandungan serat pangan pada
cookies terpilih (F2) adalah 4,23% dan
cookies standar (F1) sebesar 2,54%.
Menurut Departemen of Nutrition,
Ministry of Health and Institute of
Health (1999) seperti yang dikutip oleh
Friska (2002) menyatakan bahwa
makanan bisa diklaim sebagai sumber
serat pangan jika mengandung serat
pangan sebesar 3-6 gram/100 gram.
Maka berdasarkan data tersebut
cookies terpilih (F2) dapat dijadikan
makanan sumber serat pangan.
Cookies terpilih (F2) memilki
Kandungan mineral yang lebih tinggi
dibandingkan dengan cookies standar
(F1). Kandungan mineral pada cookies
terpilih (F2) yaitu K sebesar 3883,05
ppm, Na sebesar 3816,4 ppm, Fe
sebesar 17,0386 ppm, Ca sebesar
797,412 ppm dan Mg sebesar 328,119
ppm. Kandungan mineral pada cookies
standar (F1) yaitu K sebesar 2648,25
ppm, Na sebesar 2775,42 ppm, Fe
sebesar 10,31 ppm, Ca sebesar 619,33
ppm dan Mg sebesar 231,737 ppm.
KESIMPULAN
1. Tepung kulit pisangraja memiliki
karakteristik fisika, kimia
danmikrobiologi yang lebih baik
dibanding tepung kulit kepok
dan uli.
2. Tepung kulit pisang raja dapat
diolah menjadi cookies dengan
perbandingan tepung terigu :
tepung kulit pisang (75% : 25%),
kaya akan mineral dan serat
sehingga dapat menjadi sumber
pangan alternatif.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
mengenai kandungan vitamin dan
proses penyimpanan serta
pengemasan cookies tepung kulit
pisang yang akan dikonsumsi
14
untuk memenuhi angka kecukupan
gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1982. Komposisi Zat Gizi Kulit
Pisang per 100 gram Bahan.
Surabaya: Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri.
Badan Standardisasi Nasional. 1992.
Cara Uji Makanan dan Minuman
SNI 01-2891-1992. Jakarta:
Standar Nasional Indonesia.
Badan Standardisasi Nasional. 1992.
Standar Nasional Indonesia.
Syarat Mutu Kue Kering (cookies)
SNI 01-2973-1992. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 1992.
Cara Uji Makanan dan Minuman
SNI 01-2891-1992. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2006.
Standar Nasional Indonesia:
Tepung Terigu sebagai Bahan
Makanan (SNI 01-3751-2006).
Badan Standardisasi Nasional,
Jakarta.
Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat. 1993.
Pedoman Pengaturan Gizi Atlet.
Jakarta: Departemen Kesehatan
R.I.
Manley Manley, D. J. R. 1998.
Secondary Processing in Biscuit
Manufacturing. Woodhead
Publishing Limited. Cambridge.
Manley, D. 2000. Technology of
Biscuits, Crackers, and Cookies.
Woodhead Publishing Limited.
Cambridge.
Munadjim. 1988. Teknologi Pengolahan
Pisang. Gramedia. Jakarta
Satuhu, Suyanti. dan Ahmad Supriyadi.
2000. Pisang: budidaya,
pengolahan, dan prospek pasar.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Susanti, L. 2006. Perbedaan
Penggunaan Jenis Kulit Pisang
Terhadap Kualitas Nata. (Skripsi).
Semarang. Universitas Negeri
Semarang.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan
Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.