Jurnal Edi

24
PENGARUH SISTEM APLIKASI PELAYANAN ELEKTRONIC DATA INTERCHANGE (EDI) KEPABEANAN TERHADAP KELANCARAN ARUS CONTAINER DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG Marmin ABSTRAK Pada suatu negara yang sedang berkembang, perbaikan di bidang ekonomi sangat diperlukan, salah satunya dengan cara peningkatan perdagangan internasional atau ekspor – impor. Dalam rangka memperlancar kegiatan tersebut, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menerapkan sebuah sistem dalam pelayanan pengiriman dokumen ekspor impor yaitu sistem EDI (Electronic Data Interchange) kepabeanan. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengaruh yang sangat besar dari penerapan sistem EDI di Pelabuhan terhadap kelancaran sistem pengiriman dokumen ekspor impor yang berdampak langsung pada kelancaran arus container. Kata kunci: sistem EDI, arus container PENDAHULUAN Di saat perekonomian Indonesia masih mengalami berbagai kendala yang diakibatkan karena krisis ekonomi yang sampai dengan saat ini masih dirasakan dampaknya oleh sebagian besar rakyat Indonesia, perkembangan teknologi, informasi dan transportasi yang semakin pesat, menuntut sebuah perusahaan atau organisasi mampu dalam menghadapi tantangan berupa persaingan bisnis yang ketat di mana perusahaan harus mampu menjawab tantangan tersebut. Pada saat ini dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan akan barang konsumsi yang belum dapat dihasilkan oleh produsen di dalam negeri, maka didatangkanlah barang- barang dari negara lain (impor). Hal ini mengakibatkan

description

PENGARUH SISTEM APLIKASI PELAYANAN ELEKTRONIC DATA INTERCHANGE (EDI) KEPABEANAN TERHADAP KELANCARAN ARUS CONTAINER DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

Transcript of Jurnal Edi

Page 1: Jurnal Edi

PENGARUH SISTEM APLIKASI PELAYANAN ELEKTRONIC DATA INTERCHANGE (EDI) KEPABEANAN TERHADAP KELANCARAN ARUS CONTAINER DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

Marmin

ABSTRAK

Pada suatu negara yang sedang berkembang, perbaikan di bidang ekonomi sangat diperlukan, salah satunya dengan cara peningkatan perdagangan internasional atau ekspor – impor. Dalam rangka memperlancar kegiatan tersebut, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menerapkan sebuah sistem dalam pelayanan pengiriman dokumen ekspor impor yaitu sistem EDI (Electronic Data Interchange) kepabeanan. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengaruh yang sangat besar dari penerapan sistem EDI di Pelabuhan terhadap kelancaran sistem pengiriman dokumen ekspor impor yang berdampak langsung pada kelancaran arus container.

Kata kunci: sistem EDI, arus container

PENDAHULUANDi saat perekonomian Indonesia masih mengalami berbagai kendala yang

diakibatkan karena krisis ekonomi yang sampai dengan saat ini masih dirasakan dampaknya oleh sebagian besar rakyat Indonesia, perkembangan teknologi, informasi dan transportasi yang semakin pesat, menuntut sebuah perusahaan atau organisasi mampu dalam menghadapi tantangan berupa persaingan bisnis yang ketat di mana perusahaan harus mampu menjawab tantangan tersebut.

Pada saat ini dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan akan barang konsumsi yang belum dapat dihasilkan oleh produsen di dalam negeri, maka didatangkanlah barang-barang dari negara lain (impor). Hal ini mengakibatkan volume perdagangan Indonesia dengan dunia internasional juga berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun.

Dengan meningkatnya perdagangan nasional dan internasional tersebut, serta masuknya Indonesia dalam perdagangan dunia yang bebas dan mengarah dalam bentuk kompetisi global serta tidak mengenal batas wilayah lagi (borderless), maka tantangan di era ekonomi global dan perdagangan bebas itu bukan terletak pada kualitas barang dan bukan pula harga yang kompetitif. Tetapi yang paling kritis diantara semua ini adalah proses penanganan dokumen yang cepat, akurat dan terotomatisasi akan mempersingkat waktu dan menurunkan biaya perusahaan (Suranto, 2004). Oleh karena itu kecepatan pelayanan dokumen juga sangat dirasakan perlu bagi Departemen Keuangan pada umumnya dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada khususnya sebagai instansi yang

Page 2: Jurnal Edi

memberikan pelayanan jasa kepabeanan kepada masyarakat usaha (market forces) di Indonesia (www. beacukai.co.id , 2006).

Sebelum menggunakan sistem EDI, proses pengiriman dokumen kepabeanan masih menggunakan cara manual yaitu masih menggunakan sistem pertukaran informasi bisnis yang dilakukan dengan cara konvensional, yaitu menggunakan media kertas. Seiring dengan meningkatnya transaksi bisnis suatu perusahaan tentu akan meningkat pula penggunaan kertas. Hal ini dapat menimbulkan banyak masalah seperti keterlambatan dalam pertukaran informasi, kebutuham akan bertambah jumlah personil yang sekaligus juga berarti menambah beban keuangan dalam perusahaan. Fakta-fakta ini telah menyebabkan ketidakefisienan dalam bisnis, khususnya yang berkaitan dengan pertukaran informasi bisnis (www.Itjen.depkeu.go.id, 2006). Persoalan di atas tentu harus dicari jalan keluarnya agar efisiensi dalam transaksi bisnis dapat ditingkatkan.

Kehadiran internet menjadi sebuah jawaban untuk mengatasi berbagai problema di atas. Namun, jaminan keamanan dalam transaksi melalui internet telah menimbulkan kekhawatiran orang untuk bertransaksi melalui media maya ini. Kehadiran Elektronic Data Interchange (EDI) telah menjadi salah satu solusi untuk membuat keefisienan dalam transaksi bisnis di internet dan sekaligus memberikan jaminan keamanan dalam bertransaksi tersebut (www.edi-indonesia.co.id, 2006).

Pemberlakuan sistem EDI sendiri merupakan suatu sistem komunikasi data yang dalam pengaplikasiannya dapat diterapkan di berbagai bidang (www.edi-indonesia.co.id, 2006). Mengenai proses pengaplikasian dan perkembangan sistem EDI sendiri dewasa ini sedikit banyak sudah tersosialisasikan kepada publik khususnya pihak-pihak yang bergerak dalam bidang ekspor maupun impor. Pengiriman data-data dokumen mengenai kapal dan muatan serta pemilik muatan merupakan contoh dari komunikasi data yang berada dikawasan pelabuhan. Hal itu yang menyebabkan ruang lingkup pergerakan perdangangan sangat luas. Sementara dewasa ini efisiensi, ketepatan dan kecepatan adalah sangat dibutuhkan dalam hal komunikasi data khususnya yang menggunakan jasa pelayaran. Oleh sebab itu, dunia teknologi komunikasi telah menghadirkan satu perubahan dan perkembangan dalam hal proses pemindahan data. Dengan hadirnya sistem EDI sangat membantu dalam proses containerisasi. Dan para user sistem ini mendapatkan kemudahan dalam hal komunikasi data, sebab sistem ini telah didedikasikan untuk efisiensi, kecepatan dan kepetepatan.

Pelabuhan Indonesia III Tanjung Emas Semarang beserta instansi khususnya Bea dan Cukai telah menggunakan sistem ini. Karena dipandang banyak memberikan kontribusi khususnya para user dalam hal komunikasi data khususnya yang berkaitan dalam bidang perdangangan dan perekonomian antar negara. Yaitu mengenai sistem aplikasi pelayanan EDI di Pelabuhan Indonesia cabang Tanjung Emas Semarang.

PERMASALAHANPengaplikasian sistem baru dalam hal komunikasi data di lingkungan

pelabuhan dengan hadirnya sistem EDI kepabeanan tentunya membawa manfaat yang cukup besar. Hal ini berpengaruh besar terhadap peningkatan laju container.

2

Page 3: Jurnal Edi

Namun demikian tentunya masih ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yang akan dituangkan dalam beberapa variabel pertanyaan berikut ini:1. Mengapa pihak-pihak di bidang ekspor impor (user) Semarang harus

menerapkan sistem aplikasi pelayanan EDI kepabeanan?2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan sistem aplikasi pelayanan

EDI kepabeanan serta bagaimana cara pemecahannya?3. Pengaruh sistem aplikasi pelayanan EDI kepabeanan terhadap kelancaran arus

container di pelabuhan Tanjung Emas?

KERANGKA BERPIKIRMeningkatnya transaksi bisnis dalam perdagangan nasional dan

internasional, Sistem Aplikasi Pelayanan Elektronic Data Interchange (EDI) memiliki peran yang sangat penting terhadap kelancaran arus perdangangan itu sendiri, terutama perdagangan menggunakan container (www.edi-indonesia.co.id, 2006). Dalam penerapannya, kegiatan pengurusan dokumen kepabeanan (ekspor impor) dengan menggunakan Sistem Elektronic Data Interchange (EDI) tersebut memiliki banyak kendala yang harus diambil solusinya dan dicari bagaimana cara pemecahannya. Kendala-kendala tersebut antara lain belum keseluruhan Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), Perusahaan Pengurus Jasa Kepabeanan (PPJK) dan Perusahaan Pelayaran, serta Agen Pelayaran mengaplikasikan sistem EDI pada perusahaannya sendiri, banyak pihak terkait yang belum mengetahui cara mengimplementasikan sistem EDI dan cara operasional sistem EDI dipandang terlalu rumit dan membutuhkan keahlian khusus di dalam pengoperasiannya.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut guna mencapai lancarnya kegiatan pengurusan dokumen kepabeanan, maka berbagai macam upaya dilaksanakan, diantaranya dengan mengoptimalkan penggunaan pelayanan jasa EDI kepabeanan bagi para Perusahaan Pelayaran, Freight Forwarding, EMKL dan terutama bagi para eksportir dan importir, kemudian dengan melakukan pengenalan sistem EDI kepabeanan kepada publik agar lebih mudah dipahami. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan efisensi kerja dalam hal kegiatan pelayanan pengurusan dokumen kepabenan (ekspor impor) dapat dicapai, sehingga pengiriman dokumen user dapat lebih cepat sampai dipihak penerima, data yang dikirim lebih lengkap, akurat dan mempunyai tingkat vaiditas yang lebih tinggi serta akses respon dari penerima lebih cepat dan dapat mempercepat proses pengiriman barang, sebab penyampaian dan penerimaan informasi lebih cepat. Dengan demikian, maka kegiatan pelayanan pengurusan dokumen kepabeanan dapat terlaksana dengan baik dan lancar yang secara otomatis akan dapat menunjang kelancaran arus container di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

METODE PENELITIANJenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif untuk memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, untuk menggambarkan

3

Page 4: Jurnal Edi

pengaruh sistem aplikasi pelayanan EDI kepabeanan terhadap kelancaran arus container di pelabuhan Tanjung Emas.

Obyek PenelitianPenelitian dilaksanakan di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, untuk

mengetahui penerapan sistem aplikasi pelayanan EDI kepabeanan terhadap kelancaran arus container di pelabuhan Tanjung Emas serta kendala yang dihadapi dalam penerapan sistem aplikasi pelayanan EDI kepabeanan tersebut.

Teknik Pengumpulan DataSumber data dalam penelitian ini meliputi data primer yaitu data yang

dikumpulkan oleh peneliti dari narasumber dan dicatat, dan data sekunder yang dikumpulkan oleh peneliti dengan mengutip data-data yang sudah ada atau dikumpulkan orang lain, seperti riset perpustakaan dan dokumen-dokumen yang diperlukan

Adapun untuk membuat penyampaian hasil penelitian ke dalam sebuah tulisan yang memenuhi kriteria-kriteria yang diwajibkan, maka digunakan metode pengumpulan data lebih dari satu, yaitu survey dan observasi (Kountur, 2004).

Metode Analisis DataMetode analisis data dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan prosedur

yaitu analisa kualitatif (meliputi survey pendahuluan, penelaahan dan pengujian penerapan sistem EDI dan pelaporan), analisis dampak penggunaan EDI dan analisis komparatif.

PEMBAHASANSistem Electronic Data Interchange (EDI)

Sistem Electronic Data Interchange (EDI) muncul sekitar tahun 1980-an di Eropa dan Amerika, dengan tujuan efisiensi pelayanan/pengurusan dokumen, terutama untuk pelayanan jasa manufaktur mobil, transportasi, bea dan cukai, ritel, bank, farmasi. Sekarang ini banyak bidang usaha di berbagai negara Asia – Pasific telah mengimplementasikan EDI yang berbasis VAN (Value Added Network) yang sistem pelayanan yang berbasis pada penambahan jumlah jaringan dan IP konektivitas antar jaringan secara protocoler melalui jaringan internet (Internet Protocol). Ditambah lagi dengan perkembangannya yang dewasa ini mulai memasuki wilayah pelabuhan sebagai salah satu komunitas terbesar penggunaan EDI (Triatmodjo, 2006).

Electronic Data Interchange (EDI) adalah suatu pertukaran dokumen elektronik yang dikembangkan untuk penyampaian dokumen pabean secara elektronik dengan memanfaatkan jaringan EDI dan BisnisNet. Pada pelayanan elektronik ini dokumen pabean akan lebih cepat sampai ke kantor untuk segera di proses dan respon atau jawaban dari pengiriman tersebut akan segera diperoleh secara elektronik melalui BisnisNet. Jadi definisi umum dari EDI (Electronic Data Interchange) adalah pertukaran bisnis secara elektronik antar organisasi, antar aplikasi, antar komputer dengan menggunakan format standart (www.edi-indonesia.co.id, 2006).

4

Page 5: Jurnal Edi

EDI dapat diimplementasikan apabila ada suatu komuniti dimana di dalamnya ada pihak yang disebut hub dan spoke. Hub adalah pihak yang mewajibkan mitra kerjanya yaitu yang disebut Spoke untuk menggunakan EDI. Untuk mengakses sistem ini setiap user harus terlebih dahulu melakukan registrasi ke kantor pabean dan kemudian mendatangi perjanjian bilateral mengenai sistem EDI Kepabeanan (Trading Partnership Agreement, TPA) dan dari situ TPA mengatur hak dan kewajiban masing-masing pengguna sistem EDI.

Integrasi Sistem EDI KepabeanPemberlakuan sistem EDI Kepabeanan di lingkungan Pelabuhan telah

menambah efektivitas pengiriman dokumen-dokumen ekspor impor melalui container. Bea Cukai telah mengintegrasikan EDI dan pelayanan kepabeanan secara online (www. beacukai.co.id, 2006).

Dengan menggunakan sistem EDI maka manfaat yang telah ada selama ini dalam penggunaan Networking / jaringan dapat lebih dioptimalkan lagi bagi perusahaan yang bergerak di bidang kepabeanan (ekspor impor). Pada prinsipnya dengan menggunakan sistem EDI, data-data barang impor dapat dikirim terlebih dahulu secara elektronik oleh masyarakat usaha/market forces sebelum barang tiba di pelabuhan indonesia ke dalam sistem komputer Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk dilakukan proses dan penyelesaian administratifnya (www. beacukai.co.id, 2006).

Dengan demikian, keterlambatan yang berkaitan dengan pembuatan dan pengajuan dokumen impor dapat dihilangkan (ini juga berarti bahwa data-data barang ekspor di negara lain akan menjadi data-data barang impor di negara tujuan), kesalahan pemasukan data dapat dikurangi dan waktu untuk memasukkan data tidak diperlukan lagi sehingga efisiensi waktu pemrosesan barang impor dapat lebih ditingkatkan sehingga diharapkan para pengguna jasa kepabeanan dapat memperoleh barangnya sebelum selesainya proses administratif atau bahkan sebelum pelunasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor dilakukan.

Manfaat layanan elektronik ini, dokumen pabean lebih cepat sampai ke Kantor Pelayanan Bea & Cukai untuk segera diproses. Dengan sistem ini pula mitra bea dan cukai akan memperoleh respon berupa jawaban atas pengajuan dokumen secara elektronik dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.

Sistem EDI Kepabeanan yang dikembangkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (www. beacukai.co.id, 2006) betujuan untuk :1. Mempercepat proses pengurusan dokumen impor dan ekspor dalam kaitannya

dengan pengawasan dan pengumpulan penerimaan negara.2. Meminimalkan terjadinya kolusi yang sangat didukung oleh frekuensi tatap

muka antara pengguna jasa kepabeanan dan aparat Direktoral Jenderal Bea dan Cukai.

3. Mengikuti perkembangan teknologi informasi untuk peningkatan daya saing dan harmonisasi sistem pertukaran data secara elektronik.

Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan bebrapa prinsip:1. Pengawasan waktu penerimaan dokumen, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

menetapkan standar waktu pelayanan adalah 12 menit dari mulai penerimaan dokumen pabean sampai pada penentuan jalur hijau atau jalur merah.

5

Page 6: Jurnal Edi

2. Aplikasi indikator resiko, atas barang impor dilakukan pemeriksaan selektif dengan berpedoman kepada informasi hasil intelijen.

3. Memudahkan prosedur pelayanan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah meratifikasi konvensi Kyoto (Kyoto Convention) tentang penyederhanaan prosedur kepabeanan.

4. Meminimkan contact antara pemakai dan penyedia pelayanan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menyederhanakan jumlah aliran dokumen pada kantor pelayanan Bea dan Cukai.

5. Sistem pengawasan dan pelayanan yang terbuka bagi semua pihak, Impotir/PPJK dapat mengetahui sampai dimana dokumen mereka diproses oleh petugas Bea dan Cukai.

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa sistem EDI bukan hanya bermanfaat bagi bea dan cukai dalam memberikan pelayanan jasa kepabeanan tetapi juga bermanfaat bagi perusahaan dalam menghemat biaya tinggi yang diakibatkan karena:1). Proses dokumen impor di bea dan cukai.2). Ruang dan lamanya penimbunan barang di pelabuhan.

EDI Kepabeanan mempunyai beberapa subsistem yang terkait antara lain:1). EDI Network Server (Pusat Pengelolaan Jaringan EDI).2). Pengguna Jasa (Importir, Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan).3). Bank Devisa, sebagai institusi yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai tempat

pembayaran pungutan impor.4). Komputer dan operatornya di kantor pelayanan Bea dan Cukai (KPBC).

Dari subsistem tersebut maka akan dihasilkan input/masukan dan output/keluaran dari aplikasi yang berupa:1. Cusdec (Customs Declaration) atau pemberitahuan pabean yang dikirim oleh

importir kepada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC), berisi item-item yang biasanya diisikan dalam dokumen barang secara manual.

2. Cusres (Customs Response) adalah dokumen UN/EDIFACT yang dikirim oleh Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) kepada Importir sebagai respon doumen yang telah diterima sebelumnya (atas Cusdec yang telah dikirim oleh importir).

3. CredAdv (Credit Advise) adalah dokumen UN/EDIFACT yang berisi pernyataan atau keterangan dari Bank Devisa tentang telah dibayarnya pungutan impor dan penerimaan pajak.

4. Nota Pembetulan, Catatan atas kesalahan pemberitahuan dari pengguna jasa di mana dokumen maupun pembayaran harus diperbaiki.

5. Nota Pemberitahuan, Catatan berisi pemberitahuan bagi pejabat yang berwenang tentang barang-barang yang dilarang atau dibatasi impornya (www.edi-indonesia.co.id, 2006).

Aplikasi-aplikasi yang telah dikembangkan dalam EDI kepabeanan adalah:1. Modul Pemberitahuan Impor Barang

Modul Pemberitahuan Impor Barang (PIB) merupakan program aplikasi yang digunakan oleh para importer atau freight forwader untuk membentuk dan mengirimkan dokumen pemberitahuan atas impor barang ke Bea dan Cukai serta menerima respon-respon dari Bea dan Cukai secara elektronik.

6

Page 7: Jurnal Edi

2. Modul BankModul Bank yang disebut sebagai modul Credit Advice merupakan program aplikasi yang digunakan bank untuk membentuk dan mengirimkan secara elektronik dokumen bukti pembayaran atau credit advice.

3. Modul Pemberitahuan Ekspor BarangModul Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah program aplikasi yang digunakan oleh eksportir untuk membentuk dokumen pemberitahuan atas eskpor suatu barang ke Bea dan Cukai, Bapeksta, atau Sucofindo dan menerima respon-respon sebagai jawaban dari dokumen pemberitahuan tersebut secara elektronik melalui jaringan EDI Indonesia.

4. Rencana Kedatangan Sarana PengangkutRencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP) adalah pemberitahuan tentang rencana kedatangan sarana pengangkut yang disampaikan oleh pengangkut ke suatu Kantor Pabean.

5. Manifes Kedatangan Sarana PengangkutManifes Kedatangan Sarana Pengangkut (INWARD MANIFEST) adalah dokumen manifes yang wajib diserahkan pada saat kedatangan sarana pengangkut di suatu pelabuhan yang berisi daftar muatan cargo alat angkut tersebut pada saat datang di suatu pelabuhan.

6. Manifes Keberangkatan Sarana PengangkutManifes Keberangkatan Sarana Pengangkut (OUTWARD MANIFEST) adalah dokumen manifes yang wajib diserahkan pada saat keberangkatan sarana pengangkut dari suatu pelabuhan yang berisi daftar muatan kargo alat angkut tersebut pada saat berangkat dari suatu pelabuhan untuk menuju pelabuhan lainnya (Suyono, 2000).

Tata Cara Berlangganan EDI melalui PT. EDI IndonesiaMenurut Triatmodjo (2006), berlangganan sistem EDI di Indonesia kini

menggunakan Network Provider Service Company atau penyedia layanan jaringan EDI melalui PT. EDI Indonesia. Konsep yang digunakan pada pertukaran data secara elektronik. EDI adalah klasifikasi Hub dan Spokes merupakan mitra-mitra usaha (business partners) yang terbentuk dalam suatu komunitas. Hub umumnya merupakan mitra usaha utama yang memiliki kemampuan dan atau pengaruh membuat ketentuan serta kebijakan pada proses pertukaran dokumen. Para mitranya yang terdiri dari supplier dan customer yang terkait dalam jaringan bisnis, disebut Spokes.

Calon pelanggan dapat menyatakan kebutuhan atau rencana pengembangan sistem dokumentasi bisnisnya dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaannya dengan penggunaan layanan EDI ke divisi marketing dan sales.

Tata cara untuk menjadi pelanggan jasa EDI dari PT. EDI Indonesia:1. Calon pelanggan mengajukan permintaan tertulis ke Divisi Marketing dan

Sales dengan mencantumkan data Perusahaannya berikut dengan perusahaan-perusahaan mitra terhadap siapa yang bersangkutan akan mempertukarkan datanya.

7

Page 8: Jurnal Edi

2. Staf Executive Marketing akan mengirimkan proposal ke calon pelanggan untuk disetujui dan proposal yang disetujui dikembalikan ke PT. EDI Indonesia.

3. Calon pelanggan mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan oleh PT. EDI Indonesia.

4. Calon pelanggan menyerahkan formulir pendaftaran dengan melampirkan copy NPWP, Surat Keterangan Domisili Perusahaan, Akte Pendirian Perusahaan dan dokumen pendukung lainnya yang dapat menunjukkan kesepakatan/persetujuan pertukaran data secara elektronik antara pelanggan dengan bussiness partner atau antara Hub dengan Spokes.

5. Membayar biaya pendaftaran dan menandatangani Surat Perjanjian Berlangganan Jaringan EDI.

6. PT. EDI Indonesia akan melakukan instalansi dan penyediaan software sesuai kebutuhan calon pelanggan disertai dengan penyerahan berita acara dan perjanjian berlangganan.Bagi calon pelanggan yang belum memiliki EDI Enabler Software, PT. EDI Indonesia menyediakan EDI Enablee Software:a. Yang dapat dioperasikan pada komputer dekstop dengan operating system

DOS, Win3.x, Win95 atau Win98.b. EDI Enablee Software untuk versi window NT/2K, Windows 2000 Unix,

O/S 400 dll juga tersedia.7. Membayar biaya berlangganan dan biaya volume lalu lintas (traffic) data

secara bulanan (www.edi-indonesia.co.id, 2006).Berkaitan dengan kesepakatan antar pihak-pihak yang akan mempertukarkan

datanya, maka ketentuan selain tersebut pada butir 1 s/d 7 di atas dapat ditambahkan oleh Hub terhadap Spokes-nya, misalnya wajib melengkapi copy SIUPPJPT, dan lain-lain.

Tata Cara Penyelenggaraan Jasa Layanan EDI KepabeananPengusaha penyedia jasa PDE service center mengajukan surat permohonan

kepada direkur jenderal u.p. direktur informasi kepabeanan dan cukai melalui kepada kantor wilayah direktorat jenderal bea dan cukai yang mengawasi tempat yang dimaksud. Surat permohonan tersebut dibuat diatas kertas kop perusahaan, dibubuhi materai Rp. 6000,00 (enam ribu rupiah), diberi tanggal dan ditanda tangani oleh pimpinan/direktur utama perusahaan.

Pada surat permohonan dimaksud sekurang-kurangnya memuat data dan penjelasan mengenai:a. Nama dan alamat pemohon;b. Nama dan alamat badan usaha;c. Lokasi usaha dan ruang kerja yang akan digunakan sebagai tempat PDE

service center;d. Dat perangkat PDE kepabeanan dan sarana penunjang lainnya;e. KBPC yang akan menjadi tujuan pengiriman data melalui sistem PDE

kepabenan.

8

Page 9: Jurnal Edi

Surat permohonan dilampiri dengan:a. Salinan akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang terakhir, sebagai

badan hukum;b. Surat ijin usaha perusahaan;c. Bukti kepemilikan dan/atau penguasaan peralatan kerja;d. Gambar denah lokasi usaha dan ruang kerja;e. Dokumen lain yang diperlukan yang terkait dengan adanya kegiatan usaha

pengiriman data elektronik ke KPBC melalui sistem PDE Kepabeanan.Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan

penelitian atas kelengkapan dokumen yang diajukan dan pemeriksaan atas lokasi tempat PDE Service Center sesuai dengan permohonan, meliputi pemenuhan persyaratan sebagai berikut:a. Pemenuhan persyaratan administrasi, meliputi:

1). Penelitian atas kebenaran dan keabsahan dokumen yang dilampirkan sebagaimana dimaksud diatas.

2). Pengujian atas orang yang ditunjuk sebagai pengurus/penanggung jawab perusahaan, yaitu dengan melakukan pengujian kebenaran dan pengurus/penanggung jawab yang diberitahukan berdasarkan bukti-bukti sebagai berikut:a) Nama pengurus/penanggung jawab kegiatan perusahaan terdaftar pada

dokumen akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang terakhir, SIUP, kartu tanda penduduk atau pengenal identitas lainnya;

b) Keberadaan orang yang ditunjuk sebagai pengurus/penanggung jawab dapat dibuktikan secara fisik atau yang bersangkutan dapat dihadirkan pada saat proses penelitian lapangan;

c) Orang yang ditunjuk sebagai pengurus/penanggung jawab secara administrasi dapat dibuktikan dengan jelas dan wajar serta dapat dipertanggung jawabkan statusnya, yang dapat dilihat dari beberapa pembuktian:i). Status yang bersangkutan dalam perusahaan tercantum pada

struktur organisasi perusahaan;ii). Status yang bersangkutan secara resmi ditetapkan oleh perusahaan

atau tercantum dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga;iii). Yang bersangkutan memiliki NPWP perseorangan; atauiv). Status alamat rumah atau tempat tinggal yang bersangkutan jelas.

b. Pemenuhan persyaratan lokasi tempat usaha perusahaan, meliputi:1). Pengujian kebenaran data alamat yang diberitahukan dalam dokumen yang

dilampirkan sebagimana dimaksud diatas, yang meliputi:a. Kebenaran alamat secara fisik sesuai dengan :

i). Surat keterangan domisili perusahaan; danii). Dokumen perusahaan lainnya, seperti: akte pendirian perusahaan

dan perubahannya yang terakhir, pengesahan akte pendirian, NPWP, SIUP dan TDP.

b. Status kepemilikan tempat usaha perusahaan dengan bukti:i). Surat bukti kepemilikan yaitu sertifikat bangunan atau bukti

kepemilikan lainnya yang sah secara hukum;

9

Page 10: Jurnal Edi

ii). Surat perjanjian sewa menyewa bangunan yang sah secara hukum (dibuat oleh kedua belah pihak dihadapan notaris atau ditandatangani di atas materai yang cukup, dan disaksikan oleh pihak ketiga).

2). Penelitian atas kegiatan atau aktivitas usaha perusahaan, dengan indikator sebagai berikut:a) Mempunyai struktur organisasi perusahaan yang jelas.b) Adanya kegiatan aktivitas pegawai.c) Adanya penyelenggaraan kegiatan administrasi perkantoran.d) Hal-hal lainnya yang menunjukkan keberadaan perusahaan, misalnya

ada papan nama perusahaan, adanya asset perusahaan berupa sarana dan prasarana perusahaan.

Kepala kantor wilayah dalam waktu selambat-lambatnya 14 hari sejak diterima Surat Permohonan, sudah menyelesaikan kegiatan sebagaimana dimaksud di atas dan dalam hal hasil penelitian dan pemeriksaan menunjukkan permohonan telah memenuhi syarat maka segera meneruskan permohonan tersebut kepada direktur informasi Kepabeanan dan Cukai.

Direktur informasi kepabeanan dan cukai atas nama direktur jenderal bea dan cukai memberikan keputusan penetapan sebagai penyedia jasa PDE Service Center, dalam waktu selambat-lambatnya 14 hari sejak permohonan diterima secar lengkap.

Keputusan sebagaimana dimaksud di atas berupa:a. Penerbitan surat Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang

penetapan sebagai penyedia jasa layanan PDE Service Center, ataub. Surat penolakan atas permohonan sebagai penyedia jasa layanan PDE Service

Center.

Tata Cara Penggunaan Sistem EDI KepabeananBagi pengguna jasa (khususnya perusahaan pelayaran) yang belum memiliki

sendiri fasilitas sistem EDI, dapat memanfaatkan pusat pelayanan yang disebut EDI Service Center (ESC) di alamat gedung ITI Lantai Dasar Jl. Panjaitan No. 7 Pelabuhan Tanjung Priok Telp. 43906440 Fax. 43906439.

Modul-modul pendukung akan dibangun untuk kebutuhan banyak pihak didalam komuniti pelabuhan diantaranya:c. Perusahaan Pelayaran,d. Administrator Pelabuhan,e. Syahbandarf. Bank.

Aplikasi informasi pelayanan kapal berbasis Web akan dikembangkan untuk memudahkan penyebaran dan akses terhadap informasi. Program interface akan disediakan untuk kebutuhan:a. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai,b. Terminal Petikemas,c. Terminal Operator/Perusahaan Bongkar Muat,d. Imigrasi,e. Karantina (Tumbuhan, Hewan, Kesehatan).

10

Page 11: Jurnal Edi

Integrasi dengan aplikasi in-house telah dilakukan untuk Cabang Pelabuhan Tanjung Priok.

Bidang Implementasi EDI Kepabeanan1. Pemberitahuan Impor Barang (PIB)

Penyampaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB/BC 2.0) oleh importir atau kuasanya kepada KPBC (Kantor Pelayanan Bea dan Cukai) dengan menggunakan sistem EDI telah diterapkan di Jakarta sejak tahun 1997.

Dengan menggunakan sistem EDI, importir mengirimkan CUSDEC (Custom Declaration) yaitu dokumen standar UN/EDIFACT yang digunakan sebagai representasi dokumen PIB kepada KPBC. Selanjutnya KPBC akan memberikan CUSRES (Customs Response) yaitu respon-respon berupa keputusan pabean terhadap dokumen PIB yang diterima.

2. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)Penyampaian dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB/BC 3.0)

oleh eksportir atau kuasanya kepada KPBC dengan menggunakan sistem EDI. Dengan menggunakan sistem EDI, eksportir mengirimkan CUSDEC (Customs Declaration) yaitu dokumen standar UN/EDIFACT yang digunakan sebagai representasi dokumen PEB kepada KPBC. Selanjutnya KPBC akan memberikan CUSRES (Customs Response) yaitu respon-respon berupa keputusan pabean terhadap dokumen PEB yang diterima.

3. RKSP dan Manifest Penyampaian dokumen Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut

(RSKP) / Jadwal Kedatangan Sarana Pengangkut (JKSP) / BC 1.0 dan Inward/outward Manifest (BC 1.1) oleh pengangkut/Agen Pengangkut kepada KPBC dengan menggunakan sistem EDI.

Dengan mengunakan sistem EDI, perusahaan pengangkut mengirimkan CUSREP (Customs Report Message) yaitu dokumen standar UN/EDIFACT yang digunakan sebagai representasi dokumen RKSP/JKSP dan CUSCAR (Customs Cargo Message) yaitu dokumen standar UN/EDIFACT yang digunakan sebagai representasi dokumen Inward/Outward Manifest kepada KPBC. Selanjutnya KPBC akan memberikan CUSRES (Customs Response) yaitu respon-respon berupa keputusan pabean terhadap dokumen RKSP/JKSP dan Inward/Outward Manifest yang diterima.

4. Tempat Penimbunan SementaraTempat Penimbunan Sementara (TPS) adalah gudang tempat

penyimpanan sementara barang impor/ekspor sebelum keluar dari kawasan pabean. Sedangkan TPS yang dimaksud pada sistem ini adalah Tempat Penimbunan Sementara yang dikelola oleh pihak swasta dan berada di luar kawasan pabean. Lokasi gudang yang berada di luar kawasan pabean secara geografis memiliki letak yang terpisah dari KPBC, untuk itu diperlukan suatu sistem yang dapat menghubungkan komputer pada gudang dengan komputer pelayanan di KPBC.

Dengan kelebihan dan fitur yang dimiliki maka sistem EDI (Electronic Data Interchange) digunakan sebagai media untuk memenuhi kebutuhan

11

Page 12: Jurnal Edi

tersebut di atas. Untuk itu dibangun sistem TPS EDI yang menghubungkan komputer pelayanan di KPBC dengan komputer di Gate TPS.

5. KarantinaDalam rangka pelayanan/pemeriksaan dokumen, Karantina Pertanian

sebagai salah satu komponen CIQ (Customs, Immigration and Quarantine) sangat berkepentingan untuk memiliki akses ke dalam sistem otomasi dokumen yan telah dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sehingga dapat mendukung kecepatan arus barang di pelabuhan, menghindari stagnasi, tanpa mengabaikan kewaspadaan terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.

EDI Karantina adalah pertukaran data/dokumen secara elektronik antara pihak pengguna jasa, pihak Karantina Pertanian dan pihak Bea dan Cukai.

Respon Para User dengan Hadirnya Sistem EDIPenerapan sistem EDI ternyata mendapat sambutan yang positif dari

berbagai pihak pengguna khususnya perusahaan-perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), Freight Forwarder dan Perusahaan Pelayaran. Pelayanan Jasa pengiriman dokumen via elektronik kini telah menjadi andalan bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor.

Namun demikian, tentunya masih ada beberapa kendala yang dihadapi oleh para eksportir maupun importer serta perusahaan penyedia jasa pengurusan dokumen ekspor impor. Berikut adalah beberapa masalah yang dihadapi dalam penerapan EDI (Tumbel, 2001):a. Belum keseluruhan perusahaan EMKL, Freight Forwarder dan Perusahaan

Pelayaran mengaplikasikan sistem EDI pada perusahaannya sendiri dikarenakan biaya pemasangan yang cukup mahal, yaitu lebih dari Rp. 12.000.000,- belum termasuk biaya abonemen per bulan. Sedangkan Bea Cukai saat ini mewajibkan penggunaan sistem EDI untuk penyampaian dokumen. Bea Cukai tidak akan melayani sistem manual dikarenakan terlalu banyak prosedur yang harus dilalui dan dipandang kurang efisien.

b. Banyak pihak yang terkait yang belum mengetahui cara mengimplementasikan sitem EDI.

c. Cara operasional sistem EDI dipandang terlalu rumit dan membutuhkan keahlian khusus dalam mengoperasikan EDI.

Dari beberapa masalah tersebut di atas, tentunya masih banyak masalah lagi yang belum terungkap ke permukaan mengenai penerapan sistem EDI. Sebagai contoh mahalnya biaya pemasangan EDI maka timbul issu bahwa EDI hanyalah bisnis monopoli yang diterapkan oleh Bea Cukai. Namun demikian telah ditemukan beberapa ide untuk pemecahan masalah tersebut diantaranya adalah:a. Mendompleng perusahaan lain yang sudah mengaplikasikan sistem EDI di

perusahaannya. Dalam hal ini perusahaan yang mendompleng tersebut hanya cukup membayar biaya operasional penggunaan dan biaya lain yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi jasa pelayanan EDI.

b. Melakukan pengurasan jasa kepabeanan pada perusahaan penjual jasa kepabeanan tetapi berbeda dengan PPJK. Perusahaan ini mendirikan warung

12

Page 13: Jurnal Edi

EDI, jadi perusahaan ini hanya menyediakan jasa fasilitas yaitu berupa warung EDI.

c. Sosialisasi secara menyeluruh yang melibatkan media masa mengenai aplikasi sistem EDI beserta tata cara pengaplikasiannya.

d. Pelatihan atau training yang dilakukan oleh perusahaan kepada karyawannya dalam hal pengoperasiannya. Tentunya pelatihan ini melibatkan pihak yang berkompeten dalam bidang teknik informatika dan pertelekomunikasian.

Pengaruh dan Manfaat Utama Penggunaan Sistem EDI KepabeananBagi kantor Pelayanan Bea dan Cukai, sistem EDI Kepabeanan yang

dikembangkan mempunyai tujuan untuk (www. beacukai.co.id, 2006):a. Mempercepat proses pengurusan dokumen impor dan ekspor dalam kaitannya

dengan pengawasan dan pengumpulan penerimaan negara.b. Meminimalkan terjadinya kolusi yang sangat didukung oleh frekuensi tatap

muka antara pengguna jasa kepabeanan dan aparat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

c. Mengikuti perkembangan teknologi informasi untuk peningkatan daya saing dan harmonisasi sistem pertukaran data secara elektronik.

Hal tersebut dilakukan dengan beberapa prinsip yaitu:a. Pengawasan waktu penerimaan dokumen, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

menetapkan standar waktu pelayanan adalah 12 menit dari mulai penerimaan dokumen pabean sampai pada penentuan jalur hijau atau jalur merah.

b. Aplikasi indikator resiko, atas barang impor dilakukan pemeriksaan selektif dengan berpedoman kepada informasi hasil intelijen.

c. Memudahkan prosedur pelayanan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah meratifikasi konvensi Kyoto (Kyoto Convetion) tentang penyederhanaan prosedur kepabeanan.

d. Meminimalkan kontak antara pemakai dan penyedia pelayanan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menyederhanakan jumlah aliran dokumen pada kantor pelayanan Bea dan Cukai.

e. Sistem pengawasan dan pelayanan yang terbuka bagi semua pihak, importir / PPJK dapat mengetahui sampai dimana dokumen mereka diproses oleh petugas Bea dan Cukai.

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa sistem EDI bukan hanya bermanfaat bagi bea dan cukai dalam memberikan pelayanan jasa kepabeanan tetapi juga bermanfaat bagi perusahaan dalam menghemat biaya tinggi yang diakibatkan karena:a. Proses dokumen di bea dan cukai.b. Ruang dan lamanya penimbunan barang di pelabuhan.

Dengan adanya sistem EDI maka akan sangat membantu dalam hal kelancaran sistem pengurusan dokumen khususnya dalam kegiatan ekspor impor yang menggunakan jasa container. Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa efisiensi waktu dan biaya merupakan sebagai hal pokok dalam pengurusan dokumen ekspor impor. Hal itu disebabkan pengurusan dokumen ekspor impor mutlak melibatkan jasa container. Dalam kasus yang sering terjadi keterlambatan pengiriman dokumen serta kurang validnya dokumen tersebut akan menyebabkan

13

Page 14: Jurnal Edi

banyak kerugian. Kerugian yang dimaksud seperti denda yang dikenakan oleh Bea Cukai sebagai akibat dari keterlambatan (Delay). Delay adalah keterlambatan pengiriman dokumen yang berakibat pada pengiriman container. Delay bisa terjadi dalam arus container ke dalam maupun ke luar negeri (Suyono, 2000).

Jadi secara garis besar kecepatan pengiriman dokumen akan sangat berpengaruh pada kelancaran arus container. Dalam hal manajemen pengurusan dokumen EDI sangat bermanfaat karena:a. Pengiriman data dokumen dari user dapat lebih cepat sampai di pihak

penerima.b. Data yang dikirim mempunyai tingkat validitas lebih tinggi dibandingkan

dengan sistem sebelumnya.c. User dapat lebih leluasa untuk menerima respon dari pihak penerima.d. Data yang dikirim lebih lengkap dan akurat serta akses respond dari penerima

lebih cepat.e. Mempercepat proses pengiriman barang sebab penyampaian dan penerimaan

informasi lebih cepat, sehingga dapat dilayani tanpa harus datang ke kantor Pabean.

f. Tidak perlu proses re-entry di sisi penerima dan printing di sisi pengirim karena pertukaran informasi dilakukan antar aplikasi.

SIMPULANSistem komunikasi data telah mengalami kemajuan dengan hadirnya sistem

baru untuk keperluan pengurusan pengiriman dokumen. Sistem Elektronic Data Interchange telah memperkenalkan beberapa fitur-fitur aplikasi yang sangat bermanfaat, sebagai salah satu contoh adalah aplikasi EDI Kepabeanan untuk pengurusan dokumen standar dalam kegiatan ekspor impor yang sangat kompleks.

Berikut beberapa simpulan yang dapat ditarik mengenai sistem EDI Kepabeanan di lingkungan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang:1. Sebelum menggunakan sistem EDI, pengurusan dokumen ekspor impor

melalui Pelabuhan Tanjung Emas Semarang masih sangat lambat dan sangat riskan terhadap kejahatan melalui media komputer (cyber crime), karena semakin merebaknya pembangunan situs-situs internet yang ilegal dengan mengatasnamakan perorangan. Dan sebagai akibatnya adalah keterlambatan arus keluar masuk container.

2. Meskipun telah diberlakukan secara wajib di kawasan Pelabuhan oleh Bea dan Cukai, tetapi dalam pelaksanaannya masih ada beberapa pengusaha jasa kepabeanan di lingkungan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang yang belum menggunakan sistem EDI di dalam perusahaannya. Mahalnya biaya pemasangan EDI termasuk perangkat komputer yang digunakan adalah salah satu kendala yang dihadapi oleh para user. Dan bagi perusahaan-perusahaan yang telah mengaplikasikan EDI mempunyai kendala dari para karyawannya khususnya di bagian operasional administrasi yang menangani langsung masalah pengiriman dokumen. Banyak para karyawan pada perusahaan-perusahaan tersebut belum bisa mengoperasikan komputer dengan menggunakan program EDI.

14

Page 15: Jurnal Edi

3. Dengan berlakunya sistem EDI Kepabeanan di Lingkungan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, membawa pengaruh mempercepat proses pengurusan dokumen ekspor impor sehingga peningkatan arus container di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menjadi semakin bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

________, Aplikasi Sistem EDI Kepabeanan, www. beacukai.co.id, Jakarta, 2006.

________, Implementasi EDI Kepabeanan, www.edi-indonesia.co.id, Jakarta, 2006.

________, Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, Keputusan Menteri Perhubungan No: KM 54 Tahun 2002. PIP Semarang, 2006.

________, Prospek Pengembangan EDI Kepabeanan di Indonesia, www.Itjen.depkeu.go.id, Jakarta, 2006.

________, Tata cara Penyerahan dan Penatausahaan Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut, Manifest Keberangkatan Sarana Pengangkut. Peraturan Dirjen Bea dan Cukai No. P-12/BC/2006, Jakarta, 2006.

________, Undang-undang RI No.17 Tahun 2006, Tentang Perubahan Undang-undang No.10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan. Citra Umbara, Bandung, 2007.

Kountur, Rony, D.M.S. Metodologi Penelitian. Jakarta, 2004.

Sudjatmiko, F.D.C, Pokok-pokok Pelayaran Niaga. PT. Gunung Agung, Jakarta, 2007.

Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta, 2007.

Suranto, Manajemen Operasional Angkutan Laut dan Kepelabuhanan serta Prosedur Import Barang, Gramedia, Jakarta, 2004.

Suyono, R.P, Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut. PPM, Jakarta, 2000.

Triatmodjo, Bambang. Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta, 2006.

Tumbel, A.H. Petikemas dan Penanganannya. Jakarta, 2001.

15