Edi yuhermansyah

36
Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yg berlaku di suatu negara, yg mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk : (Prof. Moeljatno) 1. menentukan perbuatan-perbuatan mana yg tidak boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tsb; Criminal Act menentukan kapan dan dalam hal-hal apa Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yg berlaku di suatu negara, yg mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk : (Prof. Moeljatno) 1. menentukan perbuatan-perbuatan mana yg tidak boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tsb; Criminal Act menentukan kapan dan dalam hal-hal apa Edi Yuhermansyah, SHi.,LL.M Materi Kuliah Hukum Pidana Edi Yuhermansyah, SHi.,LL.M Materi Kuliah Hukum Pidana 2. menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yg telah melanggar larangan- larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yg telah diancamkan ; Criminal Liability/ Criminal Responsibility 1) dan 2) = Substantive Criminal Law / Hukum Pidana Materiil 3. menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tsb. Criminal Procedure/ Hukum Acara Pidana 2. menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yg telah melanggar larangan- larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yg telah diancamkan ; Criminal Liability/ Criminal Responsibility 1) dan 2) = Substantive Criminal Law / Hukum Pidana Materiil 3. menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tsb. Criminal Procedure/ Hukum Acara Pidana

description

slide hk pidana

Transcript of Edi yuhermansyah

Page 1: Edi yuhermansyah

Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhanhukum yg berlaku di suatu negara, yg mengadakandasar-dasar dan aturan untuk : (Prof. Moeljatno)1. menentukan perbuatan-perbuatan mana yg

tidak boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertaiancaman atau sanksi berupa pidana tertentubagi barangsiapa melanggar larangan tsb; Criminal Act

2. menentukan kapan dan dalam hal-hal apakepada mereka yg telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhipidana sebagaimana yg telah diancamkan ; Criminal Liability/ Criminal Responsibility1) dan 2) = Substantive Criminal Law / HukumPidana Materiil

3. menentukan dengan cara bagaimanapengenaan pidana itu dapat dilaksanakanapabila ada orang yang disangka telahmelanggar larangan tsb. Criminal Procedure/Hukum Acara Pidana

Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhanhukum yg berlaku di suatu negara, yg mengadakandasar-dasar dan aturan untuk : (Prof. Moeljatno)1. menentukan perbuatan-perbuatan mana yg

tidak boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertaiancaman atau sanksi berupa pidana tertentubagi barangsiapa melanggar larangan tsb; Criminal Act

2. menentukan kapan dan dalam hal-hal apakepada mereka yg telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhipidana sebagaimana yg telah diancamkan ; Criminal Liability/ Criminal Responsibility1) dan 2) = Substantive Criminal Law / HukumPidana Materiil

3. menentukan dengan cara bagaimanapengenaan pidana itu dapat dilaksanakanapabila ada orang yang disangka telahmelanggar larangan tsb. Criminal Procedure/Hukum Acara Pidana

Edi Yuhermansyah,SHi.,LL.MMateri Kuliah HukumPidana

Edi Yuhermansyah,SHi.,LL.MMateri Kuliah HukumPidana

Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhanhukum yg berlaku di suatu negara, yg mengadakandasar-dasar dan aturan untuk : (Prof. Moeljatno)1. menentukan perbuatan-perbuatan mana yg

tidak boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertaiancaman atau sanksi berupa pidana tertentubagi barangsiapa melanggar larangan tsb; Criminal Act

2. menentukan kapan dan dalam hal-hal apakepada mereka yg telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhipidana sebagaimana yg telah diancamkan ; Criminal Liability/ Criminal Responsibility1) dan 2) = Substantive Criminal Law / HukumPidana Materiil

3. menentukan dengan cara bagaimanapengenaan pidana itu dapat dilaksanakanapabila ada orang yang disangka telahmelanggar larangan tsb. Criminal Procedure/Hukum Acara Pidana

Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhanhukum yg berlaku di suatu negara, yg mengadakandasar-dasar dan aturan untuk : (Prof. Moeljatno)1. menentukan perbuatan-perbuatan mana yg

tidak boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertaiancaman atau sanksi berupa pidana tertentubagi barangsiapa melanggar larangan tsb; Criminal Act

2. menentukan kapan dan dalam hal-hal apakepada mereka yg telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhipidana sebagaimana yg telah diancamkan ; Criminal Liability/ Criminal Responsibility1) dan 2) = Substantive Criminal Law / HukumPidana Materiil

3. menentukan dengan cara bagaimanapengenaan pidana itu dapat dilaksanakanapabila ada orang yang disangka telahmelanggar larangan tsb. Criminal Procedure/Hukum Acara Pidana

Page 2: Edi yuhermansyah

Pompe: Hukum Pidana adalah semua aturanaturan hukum yang menentukan terhadapperbuatan-perbuatan apa yang seharusnyadijatuhi pidana, dan apakah macamnyapidana itu.

Van Hamel: Hukum Pidana adalah semuadasar-dasar dan aturan-aturan yang dianutoleh suatu negara dalam menyelenggarakanketertiban hukum (rechtsorde) yaitu denganmelarang apa yang bertentangan denganhukum dan mengenakan suatu nestapakepada yang melanggar larangan-larangantersebut

Pompe: Hukum Pidana adalah semua aturanaturan hukum yang menentukan terhadapperbuatan-perbuatan apa yang seharusnyadijatuhi pidana, dan apakah macamnyapidana itu.

Van Hamel: Hukum Pidana adalah semuadasar-dasar dan aturan-aturan yang dianutoleh suatu negara dalam menyelenggarakanketertiban hukum (rechtsorde) yaitu denganmelarang apa yang bertentangan denganhukum dan mengenakan suatu nestapakepada yang melanggar larangan-larangantersebut

Pompe: Hukum Pidana adalah semua aturanaturan hukum yang menentukan terhadapperbuatan-perbuatan apa yang seharusnyadijatuhi pidana, dan apakah macamnyapidana itu.

Van Hamel: Hukum Pidana adalah semuadasar-dasar dan aturan-aturan yang dianutoleh suatu negara dalam menyelenggarakanketertiban hukum (rechtsorde) yaitu denganmelarang apa yang bertentangan denganhukum dan mengenakan suatu nestapakepada yang melanggar larangan-larangantersebut

Pompe: Hukum Pidana adalah semua aturanaturan hukum yang menentukan terhadapperbuatan-perbuatan apa yang seharusnyadijatuhi pidana, dan apakah macamnyapidana itu.

Van Hamel: Hukum Pidana adalah semuadasar-dasar dan aturan-aturan yang dianutoleh suatu negara dalam menyelenggarakanketertiban hukum (rechtsorde) yaitu denganmelarang apa yang bertentangan denganhukum dan mengenakan suatu nestapakepada yang melanggar larangan-larangantersebut

Page 3: Edi yuhermansyah

Secara obyektif, hk pidana terbagi:1. Hk pidana Materiil, yaitu perbuatan yg

diancam dg hukuman, mengaturpertanggungjawaban thd hk pidana,hukuman apa yg dpt dijatuhkan kpd org2 ygtelah melanggar UU.

2. Hk pidana formil, yaitu: sejumlah peraturanyg mengandung cara2 negaramempergunakan haknya untuk mengadiliserta memberikan putusan thd seseorang ygdiduga melakukan tindak pidana.

Secara obyektif, hk pidana terbagi:1. Hk pidana Materiil, yaitu perbuatan yg

diancam dg hukuman, mengaturpertanggungjawaban thd hk pidana,hukuman apa yg dpt dijatuhkan kpd org2 ygtelah melanggar UU.

2. Hk pidana formil, yaitu: sejumlah peraturanyg mengandung cara2 negaramempergunakan haknya untuk mengadiliserta memberikan putusan thd seseorang ygdiduga melakukan tindak pidana.

Secara obyektif, hk pidana terbagi:1. Hk pidana Materiil, yaitu perbuatan yg

diancam dg hukuman, mengaturpertanggungjawaban thd hk pidana,hukuman apa yg dpt dijatuhkan kpd org2 ygtelah melanggar UU.

2. Hk pidana formil, yaitu: sejumlah peraturanyg mengandung cara2 negaramempergunakan haknya untuk mengadiliserta memberikan putusan thd seseorang ygdiduga melakukan tindak pidana.

Secara obyektif, hk pidana terbagi:1. Hk pidana Materiil, yaitu perbuatan yg

diancam dg hukuman, mengaturpertanggungjawaban thd hk pidana,hukuman apa yg dpt dijatuhkan kpd org2 ygtelah melanggar UU.

2. Hk pidana formil, yaitu: sejumlah peraturanyg mengandung cara2 negaramempergunakan haknya untuk mengadiliserta memberikan putusan thd seseorang ygdiduga melakukan tindak pidana.

Page 4: Edi yuhermansyah

Pembagian Hukum Pidana:1. Hukum Pidana Materiil (Hukum Pidana)2. Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana)

SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI INDONESIA1. Tertulis dan terkodifikasi: KUHP (beserta UU yang merubah &

menambahnya)2. Tertulis tidak terkodifikasi: UU Pidana di luar KUHP Ketentuan Pidana dalam Peraturan

perundang-undangan non-pidana

Pembagian Hukum Pidana:1. Hukum Pidana Materiil (Hukum Pidana)2. Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana)

SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI INDONESIA1. Tertulis dan terkodifikasi: KUHP (beserta UU yang merubah &

menambahnya)2. Tertulis tidak terkodifikasi: UU Pidana di luar KUHP Ketentuan Pidana dalam Peraturan

perundang-undangan non-pidana

Pembagian Hukum Pidana:1. Hukum Pidana Materiil (Hukum Pidana)2. Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana)

SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI INDONESIA1. Tertulis dan terkodifikasi: KUHP (beserta UU yang merubah &

menambahnya)2. Tertulis tidak terkodifikasi: UU Pidana di luar KUHP Ketentuan Pidana dalam Peraturan

perundang-undangan non-pidana

Pembagian Hukum Pidana:1. Hukum Pidana Materiil (Hukum Pidana)2. Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana)

SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI INDONESIA1. Tertulis dan terkodifikasi: KUHP (beserta UU yang merubah &

menambahnya)2. Tertulis tidak terkodifikasi: UU Pidana di luar KUHP Ketentuan Pidana dalam Peraturan

perundang-undangan non-pidana

Page 5: Edi yuhermansyah

KUHP: Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps

103)

Pasal 103 Ketentuan-ketentuan dalam BabI sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagiperbuatan-perbuatan yang oleh ketentuanperundang-undangan lainnya diancam denganpidana, kecuali jika oleh undang-undangditentukan lain

Buku II : Kejahatan (ps 104 – 488)

Buku III : Pelanggaran (ps 489 – 569)

KUHP: Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps

103)

Pasal 103 Ketentuan-ketentuan dalam BabI sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagiperbuatan-perbuatan yang oleh ketentuanperundang-undangan lainnya diancam denganpidana, kecuali jika oleh undang-undangditentukan lain

Buku II : Kejahatan (ps 104 – 488)

Buku III : Pelanggaran (ps 489 – 569)

KUHP: Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps

103)

Pasal 103 Ketentuan-ketentuan dalam BabI sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagiperbuatan-perbuatan yang oleh ketentuanperundang-undangan lainnya diancam denganpidana, kecuali jika oleh undang-undangditentukan lain

Buku II : Kejahatan (ps 104 – 488)

Buku III : Pelanggaran (ps 489 – 569)

KUHP: Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps

103)

Pasal 103 Ketentuan-ketentuan dalam BabI sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagiperbuatan-perbuatan yang oleh ketentuanperundang-undangan lainnya diancam denganpidana, kecuali jika oleh undang-undangditentukan lain

Buku II : Kejahatan (ps 104 – 488)

Buku III : Pelanggaran (ps 489 – 569)

Page 6: Edi yuhermansyah

Azas-Azas Hukum Pidana:Yaitu: norma dasar yg dijabarkan dr hk positif yg

oleh ilmu hk tdk dianggap berasal dr aturan2 yglebih umum.

1. Legalitas dan Retroaktif (psl 1 KUHP), (psl 28iUUD ‘45)“Nullum delictum, nulla poena sine praevia legepoenali “

2. Teritorial; (Ps 2 --> Ps 3 KUHP --> Ps 95 KUHP, UU No 4/1976)

3. Nasional Aktif / personal (Ps 5 KUHP --> Ps 7KUHP --> Ps 92 KUHP)

4. Pasif / perlindungan (Ps 4 :1,2 dan 4 --> Ps 8KUHP , UU No. 4/1976 , Ps 3 UU No. 7/ drt/1955 Lihat Ps 16 UU 31/1999)

5. Universal (Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976)

Azas-Azas Hukum Pidana:Yaitu: norma dasar yg dijabarkan dr hk positif yg

oleh ilmu hk tdk dianggap berasal dr aturan2 yglebih umum.

1. Legalitas dan Retroaktif (psl 1 KUHP), (psl 28iUUD ‘45)“Nullum delictum, nulla poena sine praevia legepoenali “

2. Teritorial; (Ps 2 --> Ps 3 KUHP --> Ps 95 KUHP, UU No 4/1976)

3. Nasional Aktif / personal (Ps 5 KUHP --> Ps 7KUHP --> Ps 92 KUHP)

4. Pasif / perlindungan (Ps 4 :1,2 dan 4 --> Ps 8KUHP , UU No. 4/1976 , Ps 3 UU No. 7/ drt/1955 Lihat Ps 16 UU 31/1999)

5. Universal (Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976)

Azas-Azas Hukum Pidana:Yaitu: norma dasar yg dijabarkan dr hk positif yg

oleh ilmu hk tdk dianggap berasal dr aturan2 yglebih umum.

1. Legalitas dan Retroaktif (psl 1 KUHP), (psl 28iUUD ‘45)“Nullum delictum, nulla poena sine praevia legepoenali “

2. Teritorial; (Ps 2 --> Ps 3 KUHP --> Ps 95 KUHP, UU No 4/1976)

3. Nasional Aktif / personal (Ps 5 KUHP --> Ps 7KUHP --> Ps 92 KUHP)

4. Pasif / perlindungan (Ps 4 :1,2 dan 4 --> Ps 8KUHP , UU No. 4/1976 , Ps 3 UU No. 7/ drt/1955 Lihat Ps 16 UU 31/1999)

5. Universal (Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976)

Azas-Azas Hukum Pidana:Yaitu: norma dasar yg dijabarkan dr hk positif yg

oleh ilmu hk tdk dianggap berasal dr aturan2 yglebih umum.

1. Legalitas dan Retroaktif (psl 1 KUHP), (psl 28iUUD ‘45)“Nullum delictum, nulla poena sine praevia legepoenali “

2. Teritorial; (Ps 2 --> Ps 3 KUHP --> Ps 95 KUHP, UU No 4/1976)

3. Nasional Aktif / personal (Ps 5 KUHP --> Ps 7KUHP --> Ps 92 KUHP)

4. Pasif / perlindungan (Ps 4 :1,2 dan 4 --> Ps 8KUHP , UU No. 4/1976 , Ps 3 UU No. 7/ drt/1955 Lihat Ps 16 UU 31/1999)

5. Universal (Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976)

Page 7: Edi yuhermansyah

Hub hukum pidana dg ilmu2 lainnya:1. Kriminologi: kajian kejahatan2. Viktimologi ; kajian ttg korban3. Sosiologi hk: hubungan hkm (pidana) dg

sosial kemasyarakatan4. Politik hk: kebijakan hkm pdn5. Filsafat;6. Forensik; dll…

Hub hukum pidana dg ilmu2 lainnya:1. Kriminologi: kajian kejahatan2. Viktimologi ; kajian ttg korban3. Sosiologi hk: hubungan hkm (pidana) dg

sosial kemasyarakatan4. Politik hk: kebijakan hkm pdn5. Filsafat;6. Forensik; dll…

Hub hukum pidana dg ilmu2 lainnya:1. Kriminologi: kajian kejahatan2. Viktimologi ; kajian ttg korban3. Sosiologi hk: hubungan hkm (pidana) dg

sosial kemasyarakatan4. Politik hk: kebijakan hkm pdn5. Filsafat;6. Forensik; dll…

Hub hukum pidana dg ilmu2 lainnya:1. Kriminologi: kajian kejahatan2. Viktimologi ; kajian ttg korban3. Sosiologi hk: hubungan hkm (pidana) dg

sosial kemasyarakatan4. Politik hk: kebijakan hkm pdn5. Filsafat;6. Forensik; dll…

Page 8: Edi yuhermansyah

Delik/Tindak Pidana/Peristiwa Pidana/PerbuatanPidana

a. pengertian; Simons : “kelakuan yg diancam dg pidana, yg

bersifat melawan hukum yg berhubungan dgkesalahan & dilakukan oleh orang yg mampubertanggung jawab”

Van Hamel : “kelakuan manusia yg dirumuskandalam UU, melawan hukum, yg patut dipidana& dilakukan dg kesalahan”

b. jenis; Delik Kejahatan & Delik pelanggaran Delik Materiil & Delik Formil Delik Komisi & Delik Omisi Delik Dolus & Delik Culpa Delik Biasa & Delik Aduan

Delik/Tindak Pidana/Peristiwa Pidana/PerbuatanPidana

a. pengertian; Simons : “kelakuan yg diancam dg pidana, yg

bersifat melawan hukum yg berhubungan dgkesalahan & dilakukan oleh orang yg mampubertanggung jawab”

Van Hamel : “kelakuan manusia yg dirumuskandalam UU, melawan hukum, yg patut dipidana& dilakukan dg kesalahan”

b. jenis; Delik Kejahatan & Delik pelanggaran Delik Materiil & Delik Formil Delik Komisi & Delik Omisi Delik Dolus & Delik Culpa Delik Biasa & Delik Aduan

Delik/Tindak Pidana/Peristiwa Pidana/PerbuatanPidana

a. pengertian; Simons : “kelakuan yg diancam dg pidana, yg

bersifat melawan hukum yg berhubungan dgkesalahan & dilakukan oleh orang yg mampubertanggung jawab”

Van Hamel : “kelakuan manusia yg dirumuskandalam UU, melawan hukum, yg patut dipidana& dilakukan dg kesalahan”

b. jenis; Delik Kejahatan & Delik pelanggaran Delik Materiil & Delik Formil Delik Komisi & Delik Omisi Delik Dolus & Delik Culpa Delik Biasa & Delik Aduan

Delik/Tindak Pidana/Peristiwa Pidana/PerbuatanPidana

a. pengertian; Simons : “kelakuan yg diancam dg pidana, yg

bersifat melawan hukum yg berhubungan dgkesalahan & dilakukan oleh orang yg mampubertanggung jawab”

Van Hamel : “kelakuan manusia yg dirumuskandalam UU, melawan hukum, yg patut dipidana& dilakukan dg kesalahan”

b. jenis; Delik Kejahatan & Delik pelanggaran Delik Materiil & Delik Formil Delik Komisi & Delik Omisi Delik Dolus & Delik Culpa Delik Biasa & Delik Aduan

Page 9: Edi yuhermansyah

Prof. Moeljatno:a. kelakuan danakibat ( =perbuatan)b. hal ikhwal ataukeadaan ygmenyertaiperbuatanc. keadaantambahan ygmemberatkand. unsur melawanhukum yg obyektife. unsur melawanhukum ygsubyektif

Prof. Simon:a. Handeling

(perbuatanmanusia)

b. Melawanhukum

c. Diancam dgpidana oleh UU

d. Mampubertanggungjawab

e. Perbuatan trjdikrn kesalahansipembuat

Prof. Moeljatno:a. kelakuan danakibat ( =perbuatan)b. hal ikhwal ataukeadaan ygmenyertaiperbuatanc. keadaantambahan ygmemberatkand. unsur melawanhukum yg obyektife. unsur melawanhukum ygsubyektif

Prof. Simon:a. Handeling

(perbuatanmanusia)

b. Melawanhukum

c. Diancam dgpidana oleh UU

d. Mampubertanggungjawab

e. Perbuatan trjdikrn kesalahansipembuat

Page 10: Edi yuhermansyah

Unsur2 dalam perumusan:A. Unsur Obyektif- perbuatan (aktif/pasif)- akibat- melawan hukum- syarat tambahan- keadaan

B. Unsur Subyektif- kesalahan :

(a) sengaja(b) kealpaan

- keadaan

Unsur2 dalam perumusan:A. Unsur Obyektif- perbuatan (aktif/pasif)- akibat- melawan hukum- syarat tambahan- keadaan

B. Unsur Subyektif- kesalahan :

(a) sengaja(b) kealpaan

- keadaan

Unsur2 di luarperumusan:- secaramelawanhukum- dapatdipersalahkan- dapatdipertanggungjawab kan

Unsur2 dalam perumusan:A. Unsur Obyektif- perbuatan (aktif/pasif)- akibat- melawan hukum- syarat tambahan- keadaan

B. Unsur Subyektif- kesalahan :

(a) sengaja(b) kealpaan

- keadaan

Unsur2 dalam perumusan:A. Unsur Obyektif- perbuatan (aktif/pasif)- akibat- melawan hukum- syarat tambahan- keadaan

B. Unsur Subyektif- kesalahan :

(a) sengaja(b) kealpaan

- keadaan

Unsur2 di luarperumusan:- secaramelawanhukum- dapatdipersalahkan- dapatdipertanggungjawab kan

Page 11: Edi yuhermansyah

Contoh unsur2 dalam rumusan tindak pidanaContoh unsur2 dalam rumusan tindak pidana

Pasal 285:-Barangsiapadengan kekerasanatau-ancamankekerasan-Memaksa-seorang wanita-bersetubuhdengan dia-di luarperkawinan

Pasal 259:-Barangsiapa-KarenaKealpaannya-Menyebabkan orang lainmati

Contoh unsur2 dalam rumusan tindak pidana

Pasal 285:-Barangsiapadengan kekerasanatau-ancamankekerasan-Memaksa-seorang wanita-bersetubuhdengan dia-di luarperkawinan

Pasal 259:-Barangsiapa-KarenaKealpaannya-Menyebabkan orang lainmati

Page 12: Edi yuhermansyah

Pertanggungjwaban pidana (criminal responsibility)Kaitanya adala dg subyek hk: manusia/badan hk,yg mnjadi pndukung hak dan kewajiban.

Roscoe Pound: sbg suatu kewajiban utk membayarpembalasan yg diterima pelaku dr seseorang ygtlh dirugikan.

Maksudnya: untuk menentukan apakah orgtersebut dapat dipertanggungjawabkan atasnyapidana atau tidak trhdp tindakan yg dilakukanyaitu.

Van Hamel: kemampuan utk bertanggung jawabscr hk adalah suatu kondisi kematangankenormalan psikis yg mencakup kemampuanlainya.

Pertanggungjwaban pidana (criminal responsibility)Kaitanya adala dg subyek hk: manusia/badan hk,yg mnjadi pndukung hak dan kewajiban.

Roscoe Pound: sbg suatu kewajiban utk membayarpembalasan yg diterima pelaku dr seseorang ygtlh dirugikan.

Maksudnya: untuk menentukan apakah orgtersebut dapat dipertanggungjawabkan atasnyapidana atau tidak trhdp tindakan yg dilakukanyaitu.

Van Hamel: kemampuan utk bertanggung jawabscr hk adalah suatu kondisi kematangankenormalan psikis yg mencakup kemampuanlainya.

Pertanggungjwaban pidana (criminal responsibility)Kaitanya adala dg subyek hk: manusia/badan hk,yg mnjadi pndukung hak dan kewajiban.

Roscoe Pound: sbg suatu kewajiban utk membayarpembalasan yg diterima pelaku dr seseorang ygtlh dirugikan.

Maksudnya: untuk menentukan apakah orgtersebut dapat dipertanggungjawabkan atasnyapidana atau tidak trhdp tindakan yg dilakukanyaitu.

Van Hamel: kemampuan utk bertanggung jawabscr hk adalah suatu kondisi kematangankenormalan psikis yg mencakup kemampuanlainya.

Pertanggungjwaban pidana (criminal responsibility)Kaitanya adala dg subyek hk: manusia/badan hk,yg mnjadi pndukung hak dan kewajiban.

Roscoe Pound: sbg suatu kewajiban utk membayarpembalasan yg diterima pelaku dr seseorang ygtlh dirugikan.

Maksudnya: untuk menentukan apakah orgtersebut dapat dipertanggungjawabkan atasnyapidana atau tidak trhdp tindakan yg dilakukanyaitu.

Van Hamel: kemampuan utk bertanggung jawabscr hk adalah suatu kondisi kematangankenormalan psikis yg mencakup kemampuanlainya.

Page 13: Edi yuhermansyah

.• klasifikasi:

.• klasifikasi:

Penanggungjawabpenuh:

- Dader;- Mededade

r- Medepleg

er- Doen

pleger- uitlokker

Penanggungjawabsebagian:- Poger:pelakupercobaan TP-Medeplichtige

.• klasifikasi:

Penanggungjawabpenuh:

- Dader;- Mededade

r- Medepleg

er- Doen

pleger- uitlokker

Penanggungjawabsebagian:- Poger:pelakupercobaan TP-Medeplichtige

Page 14: Edi yuhermansyah

Percobaan tindak pidana (poging)PASAL 53 KUHP:(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika

niat untuk itu telah ternyata dari adanyapermulaan pelaksanaan, dan tidak selesainyapelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkankarena kehendaknya sendiri.

(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan,dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.

(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana matiatau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkanpidana penjara paling lama 15 tahun.

(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengankejahatan selesai.

Percobaan tindak pidana (poging)PASAL 53 KUHP:(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika

niat untuk itu telah ternyata dari adanyapermulaan pelaksanaan, dan tidak selesainyapelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkankarena kehendaknya sendiri.

(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan,dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.

(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana matiatau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkanpidana penjara paling lama 15 tahun.

(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengankejahatan selesai.

Percobaan tindak pidana (poging)PASAL 53 KUHP:(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika

niat untuk itu telah ternyata dari adanyapermulaan pelaksanaan, dan tidak selesainyapelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkankarena kehendaknya sendiri.

(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan,dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.

(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana matiatau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkanpidana penjara paling lama 15 tahun.

(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengankejahatan selesai.

Percobaan tindak pidana (poging)PASAL 53 KUHP:(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika

niat untuk itu telah ternyata dari adanyapermulaan pelaksanaan, dan tidak selesainyapelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkankarena kehendaknya sendiri.

(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan,dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.

(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana matiatau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkanpidana penjara paling lama 15 tahun.

(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengankejahatan selesai.

Page 15: Edi yuhermansyah

POGING/PERCOBAAN TPPengertian: Permulaan kejahatan yang belum selesai; Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarangdan diancam hukuman oleh undang-undang; Poging adalah perluasan pengertian delik; Suatu perbuatan dilarang dan diancam denganhukuman oleh undang-undang sebab perbuatanitu melanggar kepentingan hukum ataumembahayakan kepentingan hukumSyarat-syarat percobaan: Niat Permulaan Pelaksanaan Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-

mata disebabkan karena kehendaknya sendiriDelik dikatakan selesai apabila: Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatanyang dilarang telah dilakukan Pada delik materiil : delik selesai apabila akibatyang dilarang dan diancam dengan hukuman olehundang-undang telah timbul atau terjadi

POGING/PERCOBAAN TPPengertian: Permulaan kejahatan yang belum selesai; Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarangdan diancam hukuman oleh undang-undang; Poging adalah perluasan pengertian delik; Suatu perbuatan dilarang dan diancam denganhukuman oleh undang-undang sebab perbuatanitu melanggar kepentingan hukum ataumembahayakan kepentingan hukumSyarat-syarat percobaan: Niat Permulaan Pelaksanaan Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-

mata disebabkan karena kehendaknya sendiriDelik dikatakan selesai apabila: Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatanyang dilarang telah dilakukan Pada delik materiil : delik selesai apabila akibatyang dilarang dan diancam dengan hukuman olehundang-undang telah timbul atau terjadi

POGING/PERCOBAAN TPPengertian: Permulaan kejahatan yang belum selesai; Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarangdan diancam hukuman oleh undang-undang; Poging adalah perluasan pengertian delik; Suatu perbuatan dilarang dan diancam denganhukuman oleh undang-undang sebab perbuatanitu melanggar kepentingan hukum ataumembahayakan kepentingan hukumSyarat-syarat percobaan: Niat Permulaan Pelaksanaan Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-

mata disebabkan karena kehendaknya sendiriDelik dikatakan selesai apabila: Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatanyang dilarang telah dilakukan Pada delik materiil : delik selesai apabila akibatyang dilarang dan diancam dengan hukuman olehundang-undang telah timbul atau terjadi

POGING/PERCOBAAN TPPengertian: Permulaan kejahatan yang belum selesai; Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarangdan diancam hukuman oleh undang-undang; Poging adalah perluasan pengertian delik; Suatu perbuatan dilarang dan diancam denganhukuman oleh undang-undang sebab perbuatanitu melanggar kepentingan hukum ataumembahayakan kepentingan hukumSyarat-syarat percobaan: Niat Permulaan Pelaksanaan Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-

mata disebabkan karena kehendaknya sendiriDelik dikatakan selesai apabila: Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatanyang dilarang telah dilakukan Pada delik materiil : delik selesai apabila akibatyang dilarang dan diancam dengan hukuman olehundang-undang telah timbul atau terjadi

Page 16: Edi yuhermansyah

Bentuk-bentuk poging: Percobaan yg Sempurna : Voleindigde Poging -->

apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, iatelah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagiselesainya kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karenasuatu hal

Percobaan yg Tertangguh : Geschorte Poging -->apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, iatelah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagitercapainya kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan iaterhalang oleh suatu hal

Percobaan yg Tidak Sempurna : Ondeugdelijke Poging --> apabila seseorang berkehendak melakukan suatukejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan ygdiperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidakberhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atauobyek (sasaran) tidak sempurna.

Bentuk-bentuk poging: Percobaan yg Sempurna : Voleindigde Poging -->

apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, iatelah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagiselesainya kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karenasuatu hal

Percobaan yg Tertangguh : Geschorte Poging -->apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, iatelah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagitercapainya kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan iaterhalang oleh suatu hal

Percobaan yg Tidak Sempurna : Ondeugdelijke Poging --> apabila seseorang berkehendak melakukan suatukejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan ygdiperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidakberhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atauobyek (sasaran) tidak sempurna.

Bentuk-bentuk poging: Percobaan yg Sempurna : Voleindigde Poging -->

apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, iatelah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagiselesainya kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karenasuatu hal

Percobaan yg Tertangguh : Geschorte Poging -->apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, iatelah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagitercapainya kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan iaterhalang oleh suatu hal

Percobaan yg Tidak Sempurna : Ondeugdelijke Poging --> apabila seseorang berkehendak melakukan suatukejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan ygdiperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidakberhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atauobyek (sasaran) tidak sempurna.

Bentuk-bentuk poging: Percobaan yg Sempurna : Voleindigde Poging -->

apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, iatelah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagiselesainya kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karenasuatu hal

Percobaan yg Tertangguh : Geschorte Poging -->apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, iatelah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagitercapainya kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan iaterhalang oleh suatu hal

Percobaan yg Tidak Sempurna : Ondeugdelijke Poging --> apabila seseorang berkehendak melakukan suatukejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan ygdiperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidakberhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atauobyek (sasaran) tidak sempurna.

Page 17: Edi yuhermansyah

Hal-hal yg memberatkan pidana (maksimumplus 1/3)

Hal-hal yg memberatkan pidana (maksimumplus 1/3)

Yg memperberat:a. Samenloop (psl 63

KUHP)b. Recedive:

tanggung jawabulang

c. Krnjabatan/tanggungjawab jabatan (psl52 KUHP)

Yg memperingan:a. Poging / percobaan

(psl 53 & 54 KUHP)b. Medeplichtigheid /

membantu melakukanTP (psl 57-60 KUHP)

c. Belum cukup umur / anak-anak (psl 47 KuhP)

Hal-hal yg memberatkan pidana (maksimumplus 1/3)

Yg memperberat:a. Samenloop (psl 63

KUHP)b. Recedive:

tanggung jawabulang

c. Krnjabatan/tanggungjawab jabatan (psl52 KUHP)

Yg memperingan:a. Poging / percobaan

(psl 53 & 54 KUHP)b. Medeplichtigheid /

membantu melakukanTP (psl 57-60 KUHP)

c. Belum cukup umur / anak-anak (psl 47 KuhP)

Page 18: Edi yuhermansyah

Alasan peniadaan pidanaAlasan peniadaan pidanaAlasan Pembenar:alasan ygmenghapuskan sifatmelawan hk dr pdpristiwa pdn, sehinggatdk mrupakan prstiwapdn:-Noodwer/bela paksa(psl 49 KUHP)-Menjalankan perintahUU (psl 50)-Menjalankan perintahjabatan yg sah (psl 51)

Alasan pemaaf:- Overmacht/dayapaksa (psl 48 KUHP)- Bela paksamelampaui batas;- melaksanakanperintah jabatan yg tdksah- org yg tdk mampubertanggung jwb(anak2 dan org gila)

Alasan peniadaan pidanaAlasan Pembenar:alasan ygmenghapuskan sifatmelawan hk dr pdpristiwa pdn, sehinggatdk mrupakan prstiwapdn:-Noodwer/bela paksa(psl 49 KUHP)-Menjalankan perintahUU (psl 50)-Menjalankan perintahjabatan yg sah (psl 51)

Alasan pemaaf:- Overmacht/dayapaksa (psl 48 KUHP)- Bela paksamelampaui batas;- melaksanakanperintah jabatan yg tdksah- org yg tdk mampubertanggung jwb(anak2 dan org gila)

Page 19: Edi yuhermansyah

Hilangnya hak negara dlm menuntut danmenjlankan pidana

Hilangnya hak negara dlm menuntut danmenjlankan pidana

Hilangnya hak negaramenuntut:a. Nebis in idem (psl 76

KUHP)b. Meninggalnya

terdakwa (psl 77)c. Kadaluwarsa/verjarin

g (psl 78)d. Penyelesaian di luar

pengadilan (psl 82)e. Amnesti dan Abolisi

Hilangnya hak negaramenjalankan pidana:a. Meninggalnya

terdakwa (psl 83)b. Kadaluwarsa (psl 84)c. Grasi (UU No.

22/2002)

Hilangnya hak negara dlm menuntut danmenjlankan pidana

Hilangnya hak negaramenuntut:a. Nebis in idem (psl 76

KUHP)b. Meninggalnya

terdakwa (psl 77)c. Kadaluwarsa/verjarin

g (psl 78)d. Penyelesaian di luar

pengadilan (psl 82)e. Amnesti dan Abolisi

Hilangnya hak negaramenjalankan pidana:a. Meninggalnya

terdakwa (psl 83)b. Kadaluwarsa (psl 84)c. Grasi (UU No.

22/2002)

Page 20: Edi yuhermansyah

Perbarengan TP / Concursus / Samenloopterjadi dua/lebih TP oleh satu org dmn TP

yg dilakukan pertama kali belum dijatuhipidana, atau antara TP yg prtma dg TPbrikutnya blm dibatasi oleh suatu putusanhakim

Bantuk-bentuk perbarengan:1. Concursus idealis (psl 63)2. Concursus realis (psl 65-71)3. Perbuatan berlanjut (psl 64)

Perbarengan TP / Concursus / Samenloopterjadi dua/lebih TP oleh satu org dmn TP

yg dilakukan pertama kali belum dijatuhipidana, atau antara TP yg prtma dg TPbrikutnya blm dibatasi oleh suatu putusanhakim

Bantuk-bentuk perbarengan:1. Concursus idealis (psl 63)2. Concursus realis (psl 65-71)3. Perbuatan berlanjut (psl 64)

Perbarengan TP / Concursus / Samenloopterjadi dua/lebih TP oleh satu org dmn TP

yg dilakukan pertama kali belum dijatuhipidana, atau antara TP yg prtma dg TPbrikutnya blm dibatasi oleh suatu putusanhakim

Bantuk-bentuk perbarengan:1. Concursus idealis (psl 63)2. Concursus realis (psl 65-71)3. Perbuatan berlanjut (psl 64)

Perbarengan TP / Concursus / Samenloopterjadi dua/lebih TP oleh satu org dmn TP

yg dilakukan pertama kali belum dijatuhipidana, atau antara TP yg prtma dg TPbrikutnya blm dibatasi oleh suatu putusanhakim

Bantuk-bentuk perbarengan:1. Concursus idealis (psl 63)2. Concursus realis (psl 65-71)3. Perbuatan berlanjut (psl 64)

Page 21: Edi yuhermansyah

Sistem pemidanaan concursus:1. Stelsel kumulasi murni: penjumlahan2. Absorpsi murni: hisapan3. Apsorpsi diperberat/dipertajam: pidna

trtinggi dtmbah sepertiga nya4. Kumulasi terbatas: semua diancam pidana

ttp tdk blh mlebihi pidana trberat ditambahsepertiga.

Sistem pemidanaan concursus:1. Stelsel kumulasi murni: penjumlahan2. Absorpsi murni: hisapan3. Apsorpsi diperberat/dipertajam: pidna

trtinggi dtmbah sepertiga nya4. Kumulasi terbatas: semua diancam pidana

ttp tdk blh mlebihi pidana trberat ditambahsepertiga.

Sistem pemidanaan concursus:1. Stelsel kumulasi murni: penjumlahan2. Absorpsi murni: hisapan3. Apsorpsi diperberat/dipertajam: pidna

trtinggi dtmbah sepertiga nya4. Kumulasi terbatas: semua diancam pidana

ttp tdk blh mlebihi pidana trberat ditambahsepertiga.

Sistem pemidanaan concursus:1. Stelsel kumulasi murni: penjumlahan2. Absorpsi murni: hisapan3. Apsorpsi diperberat/dipertajam: pidna

trtinggi dtmbah sepertiga nya4. Kumulasi terbatas: semua diancam pidana

ttp tdk blh mlebihi pidana trberat ditambahsepertiga.

Page 22: Edi yuhermansyah

KAUSALITAS1. Pengertian Hal sebab-akibat Hubungan logis antara sebab dan akibat Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab

sekaligus menjadi sebab peristiwa lain Sebab dan akibat membentuk rantai yang

bermula di suatu masa lalu Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum

pidana (bukan makna di atas), tetapi maknayang dapat dilekatkan pada pengertiankausalitas agar mereka dapat menjawabpersoalan siapa yang dapat dimintaipertanggungjawaban atas suatu akibattertentu

KAUSALITAS1. Pengertian Hal sebab-akibat Hubungan logis antara sebab dan akibat Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab

sekaligus menjadi sebab peristiwa lain Sebab dan akibat membentuk rantai yang

bermula di suatu masa lalu Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum

pidana (bukan makna di atas), tetapi maknayang dapat dilekatkan pada pengertiankausalitas agar mereka dapat menjawabpersoalan siapa yang dapat dimintaipertanggungjawaban atas suatu akibattertentu

KAUSALITAS1. Pengertian Hal sebab-akibat Hubungan logis antara sebab dan akibat Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab

sekaligus menjadi sebab peristiwa lain Sebab dan akibat membentuk rantai yang

bermula di suatu masa lalu Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum

pidana (bukan makna di atas), tetapi maknayang dapat dilekatkan pada pengertiankausalitas agar mereka dapat menjawabpersoalan siapa yang dapat dimintaipertanggungjawaban atas suatu akibattertentu

KAUSALITAS1. Pengertian Hal sebab-akibat Hubungan logis antara sebab dan akibat Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab

sekaligus menjadi sebab peristiwa lain Sebab dan akibat membentuk rantai yang

bermula di suatu masa lalu Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum

pidana (bukan makna di atas), tetapi maknayang dapat dilekatkan pada pengertiankausalitas agar mereka dapat menjawabpersoalan siapa yang dapat dimintaipertanggungjawaban atas suatu akibattertentu

Page 23: Edi yuhermansyah

Teori-teori ajaran kausalitas:a. Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von

Buri)b. Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima :

Birkmeyer , Mulderc. Teori-teori menggeneralisasi : teori Adekuat

(Von Kries, Simons, Pompe, Rumelink)

Teori-teori ajaran kausalitas:a. Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von

Buri)b. Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima :

Birkmeyer , Mulderc. Teori-teori menggeneralisasi : teori Adekuat

(Von Kries, Simons, Pompe, Rumelink)

Teori-teori ajaran kausalitas:a. Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von

Buri)b. Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima :

Birkmeyer , Mulderc. Teori-teori menggeneralisasi : teori Adekuat

(Von Kries, Simons, Pompe, Rumelink)

Teori-teori ajaran kausalitas:a. Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von

Buri)b. Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima :

Birkmeyer , Mulderc. Teori-teori menggeneralisasi : teori Adekuat

(Von Kries, Simons, Pompe, Rumelink)

Page 24: Edi yuhermansyah

Sistem pembuktian(Pasal 183-189 KUHAP)

M. Yahya Harahap: ketentuan yg berisipenggarisan dan pedoman ttg cara2 ygdibenarkan UU membuktikan kesalahan ygdidakwakan kpd terdakwa.

Soebekti: meyakinkan hakim ttg kebenarandalil2 yg dikemukakan dlm suatupersengketaan

Sistem pembuktian(Pasal 183-189 KUHAP)

M. Yahya Harahap: ketentuan yg berisipenggarisan dan pedoman ttg cara2 ygdibenarkan UU membuktikan kesalahan ygdidakwakan kpd terdakwa.

Soebekti: meyakinkan hakim ttg kebenarandalil2 yg dikemukakan dlm suatupersengketaan

Sistem pembuktian(Pasal 183-189 KUHAP)

M. Yahya Harahap: ketentuan yg berisipenggarisan dan pedoman ttg cara2 ygdibenarkan UU membuktikan kesalahan ygdidakwakan kpd terdakwa.

Soebekti: meyakinkan hakim ttg kebenarandalil2 yg dikemukakan dlm suatupersengketaan

Sistem pembuktian(Pasal 183-189 KUHAP)

M. Yahya Harahap: ketentuan yg berisipenggarisan dan pedoman ttg cara2 ygdibenarkan UU membuktikan kesalahan ygdidakwakan kpd terdakwa.

Soebekti: meyakinkan hakim ttg kebenarandalil2 yg dikemukakan dlm suatupersengketaan

Page 25: Edi yuhermansyah

Bukti: Sesuatu yg menyatakan kebenaransuatu peristiwa; keterangan nyata.

Alat bukti: segala sesuatu yg adahubungannya dg suatu perbuatan, dimana dgalat2 bukti tersebut, dapat dipergunakansebagai bahan pembuktian gunamenimbulkan keyakinan hakim ataskebenaran adanya suatu tindak pidana ygtelah dilakukan terdakwa.

Bukti: Sesuatu yg menyatakan kebenaransuatu peristiwa; keterangan nyata.

Alat bukti: segala sesuatu yg adahubungannya dg suatu perbuatan, dimana dgalat2 bukti tersebut, dapat dipergunakansebagai bahan pembuktian gunamenimbulkan keyakinan hakim ataskebenaran adanya suatu tindak pidana ygtelah dilakukan terdakwa.

Page 26: Edi yuhermansyah

1. Keterangan saksi;2. Keterangan ahli;3. Surat;4. Petunjuk;5. Keterangan terdakwa.Lihat:. Ps. 1 butir 27, 28 KUHAP. Ps. 187 ayat (1) huruf c. Ps. 188 ayat (1): Petunjuk adalah perbuatan,

kejadian atau keadaan, yg karena persesuainya,baik antara yg satu dg yg lain, maupun dg TP itusendiri, yg menandakan telah terjadi suatu TP.

. Ps. 189 ayat (1)

1. Keterangan saksi;2. Keterangan ahli;3. Surat;4. Petunjuk;5. Keterangan terdakwa.Lihat:. Ps. 1 butir 27, 28 KUHAP. Ps. 187 ayat (1) huruf c. Ps. 188 ayat (1): Petunjuk adalah perbuatan,

kejadian atau keadaan, yg karena persesuainya,baik antara yg satu dg yg lain, maupun dg TP itusendiri, yg menandakan telah terjadi suatu TP.

. Ps. 189 ayat (1)

Page 27: Edi yuhermansyah
Page 28: Edi yuhermansyah

1. Barang yg dipergunakan utk melakukan TP;2. Barang yg dipergunakan utk membantu

melakukan TP;3. Barang yg menjadi tujuan dilakukanya suatu

TP;4. Barang/benda yg dihasilkan dr TP;5. Barang tsb dpt memberi ket bagi

penyelidikan TP;6. Barang bukti merupakan penunjang alat

bukti mempunyai kedudukan yg sangatpenting dlm perkara pidana.

1. Barang yg dipergunakan utk melakukan TP;2. Barang yg dipergunakan utk membantu

melakukan TP;3. Barang yg menjadi tujuan dilakukanya suatu

TP;4. Barang/benda yg dihasilkan dr TP;5. Barang tsb dpt memberi ket bagi

penyelidikan TP;6. Barang bukti merupakan penunjang alat

bukti mempunyai kedudukan yg sangatpenting dlm perkara pidana.

Page 29: Edi yuhermansyah

Menguatkan kedudukan alat bukti ygsah (p. 184):Mencari dan menemukan kebenaranmateriil atas perkara sidang ygditangani;Dapat menguatkan keyakinan hakimatas kesalahan terdakwa.

Menguatkan kedudukan alat bukti ygsah (p. 184):Mencari dan menemukan kebenaranmateriil atas perkara sidang ygditangani;Dapat menguatkan keyakinan hakimatas kesalahan terdakwa.

Page 30: Edi yuhermansyah

Sistem pembuktian:1. Conviction intime > berdasarkan keyakinan

hakim belaka2. Wetterlijk stelsel > berdasarkan UU positif3. Conviction Rasionne > keyakinan hakim atas

alasan yg logis4. Negatif wetterlijk bewijks theorie >

berdasarkan UU secara negatif

Sistem pembuktian:1. Conviction intime > berdasarkan keyakinan

hakim belaka2. Wetterlijk stelsel > berdasarkan UU positif3. Conviction Rasionne > keyakinan hakim atas

alasan yg logis4. Negatif wetterlijk bewijks theorie >

berdasarkan UU secara negatif

Sistem pembuktian:1. Conviction intime > berdasarkan keyakinan

hakim belaka2. Wetterlijk stelsel > berdasarkan UU positif3. Conviction Rasionne > keyakinan hakim atas

alasan yg logis4. Negatif wetterlijk bewijks theorie >

berdasarkan UU secara negatif

Sistem pembuktian:1. Conviction intime > berdasarkan keyakinan

hakim belaka2. Wetterlijk stelsel > berdasarkan UU positif3. Conviction Rasionne > keyakinan hakim atas

alasan yg logis4. Negatif wetterlijk bewijks theorie >

berdasarkan UU secara negatif

Page 31: Edi yuhermansyah

Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi“Every legal norm needs interpretation (Matheld

Boot)”. Otentik. Sistematis. Gramatikal. Historis. Sosiologis. Teleologis. Ekstensif, dll…

Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi“Every legal norm needs interpretation (Matheld

Boot)”. Otentik. Sistematis. Gramatikal. Historis. Sosiologis. Teleologis. Ekstensif, dll…

Namun yg lebih seringdigunakan hanya 4:1. Gramatikal;2. Sistematis ;3. Historis;4. Teleologis;

Restriktif

Ekstensif

Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi“Every legal norm needs interpretation (Matheld

Boot)”. Otentik. Sistematis. Gramatikal. Historis. Sosiologis. Teleologis. Ekstensif, dll…

Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi“Every legal norm needs interpretation (Matheld

Boot)”. Otentik. Sistematis. Gramatikal. Historis. Sosiologis. Teleologis. Ekstensif, dll…

Namun yg lebih seringdigunakan hanya 4:1. Gramatikal;2. Sistematis ;3. Historis;4. Teleologis; Ekstensi

f

Page 32: Edi yuhermansyah

Politik Hukum pidana (penal policy)Politik hukum, soedarto:

a. Usaha utk meuwujudkan peraturan2 yg baik sesuai dgkeadaan dan situasi pd suatu saat

b. Kebijakan dr ngra melalui badan2 yg berwenang utkmenetapkan peraturan2 yg dikehendaki yg diperkirakanbs digunakan utk mengekspresikan apa yg trkandungdlm masyrakat dan utk mncapai apa yg dicita2kan.

Politik hkm pidana, Soedarto: usaha mewujudkan peraturanperundang2an pidana yg sesuai dg keadaan dan situasipd suatu waktu dan utk masa2 yg akan dtg.

Jd menurut A. Mulder penal policy garis kebijakan utkmnentukan:

a. Seberapa jauh ketentuan2 pidana yg berlaku perlu diubahatau diperbaharui

b. Apa yg dpt diperbuat utk mncegah trjadinya TPc. Cara bagaimana penyidikan, penentutan, peradilan, dan

pelaksanaan pidana hrs dilaksanakan

Politik Hukum pidana (penal policy)Politik hukum, soedarto:

a. Usaha utk meuwujudkan peraturan2 yg baik sesuai dgkeadaan dan situasi pd suatu saat

b. Kebijakan dr ngra melalui badan2 yg berwenang utkmenetapkan peraturan2 yg dikehendaki yg diperkirakanbs digunakan utk mengekspresikan apa yg trkandungdlm masyrakat dan utk mncapai apa yg dicita2kan.

Politik hkm pidana, Soedarto: usaha mewujudkan peraturanperundang2an pidana yg sesuai dg keadaan dan situasipd suatu waktu dan utk masa2 yg akan dtg.

Jd menurut A. Mulder penal policy garis kebijakan utkmnentukan:

a. Seberapa jauh ketentuan2 pidana yg berlaku perlu diubahatau diperbaharui

b. Apa yg dpt diperbuat utk mncegah trjadinya TPc. Cara bagaimana penyidikan, penentutan, peradilan, dan

pelaksanaan pidana hrs dilaksanakan

Politik Hukum pidana (penal policy)Politik hukum, soedarto:

a. Usaha utk meuwujudkan peraturan2 yg baik sesuai dgkeadaan dan situasi pd suatu saat

b. Kebijakan dr ngra melalui badan2 yg berwenang utkmenetapkan peraturan2 yg dikehendaki yg diperkirakanbs digunakan utk mengekspresikan apa yg trkandungdlm masyrakat dan utk mncapai apa yg dicita2kan.

Politik hkm pidana, Soedarto: usaha mewujudkan peraturanperundang2an pidana yg sesuai dg keadaan dan situasipd suatu waktu dan utk masa2 yg akan dtg.

Jd menurut A. Mulder penal policy garis kebijakan utkmnentukan:

a. Seberapa jauh ketentuan2 pidana yg berlaku perlu diubahatau diperbaharui

b. Apa yg dpt diperbuat utk mncegah trjadinya TPc. Cara bagaimana penyidikan, penentutan, peradilan, dan

pelaksanaan pidana hrs dilaksanakan

Politik Hukum pidana (penal policy)Politik hukum, soedarto:

a. Usaha utk meuwujudkan peraturan2 yg baik sesuai dgkeadaan dan situasi pd suatu saat

b. Kebijakan dr ngra melalui badan2 yg berwenang utkmenetapkan peraturan2 yg dikehendaki yg diperkirakanbs digunakan utk mengekspresikan apa yg trkandungdlm masyrakat dan utk mncapai apa yg dicita2kan.

Politik hkm pidana, Soedarto: usaha mewujudkan peraturanperundang2an pidana yg sesuai dg keadaan dan situasipd suatu waktu dan utk masa2 yg akan dtg.

Jd menurut A. Mulder penal policy garis kebijakan utkmnentukan:

a. Seberapa jauh ketentuan2 pidana yg berlaku perlu diubahatau diperbaharui

b. Apa yg dpt diperbuat utk mncegah trjadinya TPc. Cara bagaimana penyidikan, penentutan, peradilan, dan

pelaksanaan pidana hrs dilaksanakan

Page 33: Edi yuhermansyah

Penal policy mrupakan bagian dr criminalpolicy.

Criminal policy, Marc Ancel: the rationalorganitation of the control of crime by society(suatu usaha yg rasional dr masyarakat dlmmenanggulangi kejahatan.

Politik kriminal (Criminal policy) pd hakikatnyamerupakan bagian integral dr politik sosial(social policy).

Social policy, yaitu: kebijakan/upaya utkmencapai kesejahteraan sosial

Penal policy mrupakan bagian dr criminalpolicy.

Criminal policy, Marc Ancel: the rationalorganitation of the control of crime by society(suatu usaha yg rasional dr masyarakat dlmmenanggulangi kejahatan.

Politik kriminal (Criminal policy) pd hakikatnyamerupakan bagian integral dr politik sosial(social policy).

Social policy, yaitu: kebijakan/upaya utkmencapai kesejahteraan sosial

Penal policy mrupakan bagian dr criminalpolicy.

Criminal policy, Marc Ancel: the rationalorganitation of the control of crime by society(suatu usaha yg rasional dr masyarakat dlmmenanggulangi kejahatan.

Politik kriminal (Criminal policy) pd hakikatnyamerupakan bagian integral dr politik sosial(social policy).

Social policy, yaitu: kebijakan/upaya utkmencapai kesejahteraan sosial

Penal policy mrupakan bagian dr criminalpolicy.

Criminal policy, Marc Ancel: the rationalorganitation of the control of crime by society(suatu usaha yg rasional dr masyarakat dlmmenanggulangi kejahatan.

Politik kriminal (Criminal policy) pd hakikatnyamerupakan bagian integral dr politik sosial(social policy).

Social policy, yaitu: kebijakan/upaya utkmencapai kesejahteraan sosial

Page 34: Edi yuhermansyah

SocialPolicy

Social welfare Policy

Social Defence Policy

Criminal PolicyPenal Policy

Tujuan

Criminal PolicyNon- Penal

Page 35: Edi yuhermansyah

Hukum pidana khusus/Hukum tindak pidanakhusus

Yaitu: hukum pidana yg diatur diluar KUHP ygmmpunyai penyimpangan dr hk pidanaumum, baik dr segi hk pidana materilmaupun dr segi pidana formil.

Menurut Pompe, ada dua hal yg membuatnyakhusus, yaitu: subyeknya yg khusus (subyek) Perbuatanya yg khusus (obyek)

Hukum pidana khusus/Hukum tindak pidanakhusus

Yaitu: hukum pidana yg diatur diluar KUHP ygmmpunyai penyimpangan dr hk pidanaumum, baik dr segi hk pidana materilmaupun dr segi pidana formil.

Menurut Pompe, ada dua hal yg membuatnyakhusus, yaitu: subyeknya yg khusus (subyek) Perbuatanya yg khusus (obyek)

Hukum pidana khusus/Hukum tindak pidanakhusus

Yaitu: hukum pidana yg diatur diluar KUHP ygmmpunyai penyimpangan dr hk pidanaumum, baik dr segi hk pidana materilmaupun dr segi pidana formil.

Menurut Pompe, ada dua hal yg membuatnyakhusus, yaitu: subyeknya yg khusus (subyek) Perbuatanya yg khusus (obyek)

Hukum pidana khusus/Hukum tindak pidanakhusus

Yaitu: hukum pidana yg diatur diluar KUHP ygmmpunyai penyimpangan dr hk pidanaumum, baik dr segi hk pidana materilmaupun dr segi pidana formil.

Menurut Pompe, ada dua hal yg membuatnyakhusus, yaitu: subyeknya yg khusus (subyek) Perbuatanya yg khusus (obyek)

Page 36: Edi yuhermansyah

Beberapa Penyimpangan scr materiil, yaitu:a. Bersifat elastis;b. Perluasan berlakunya asas teritorial;c. Pidana denda ditambah sepertiganya (1/3);d. Dapat berlaku asas retroaktif.

Beberapa Penyimpangan scr Formil, yaitu:a. Perkara pidana khusus harus didahulukan dr pd pidana umumb. Penyidikan dilakukan oleh jaksa dan KPK (ex. Tipikor)c. di adili di pengadilan khusus (ex. Pengadilan HAM / pengadilan

Militer dan Pengadilan Tipikor)Beberapa UU ttg Tindak pidana khususa. UU No. 31 th 1999 jo UU No.20 th 2001 ttg Pemberantasan

Tipikorb. UU No. 39 Th 1999 ttg HAMc. UU No. 7 drt th 1952 ttg Hukum Pidana Ekonomid. UU No. 15 th 2002 ttg Money Loundring (pencucian uang)e. UU No. 15 th 2003 ttg Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

Beberapa Penyimpangan scr materiil, yaitu:a. Bersifat elastis;b. Perluasan berlakunya asas teritorial;c. Pidana denda ditambah sepertiganya (1/3);d. Dapat berlaku asas retroaktif.

Beberapa Penyimpangan scr Formil, yaitu:a. Perkara pidana khusus harus didahulukan dr pd pidana umumb. Penyidikan dilakukan oleh jaksa dan KPK (ex. Tipikor)c. di adili di pengadilan khusus (ex. Pengadilan HAM / pengadilan

Militer dan Pengadilan Tipikor)Beberapa UU ttg Tindak pidana khususa. UU No. 31 th 1999 jo UU No.20 th 2001 ttg Pemberantasan

Tipikorb. UU No. 39 Th 1999 ttg HAMc. UU No. 7 drt th 1952 ttg Hukum Pidana Ekonomid. UU No. 15 th 2002 ttg Money Loundring (pencucian uang)e. UU No. 15 th 2003 ttg Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

Beberapa Penyimpangan scr materiil, yaitu:a. Bersifat elastis;b. Perluasan berlakunya asas teritorial;c. Pidana denda ditambah sepertiganya (1/3);d. Dapat berlaku asas retroaktif.

Beberapa Penyimpangan scr Formil, yaitu:a. Perkara pidana khusus harus didahulukan dr pd pidana umumb. Penyidikan dilakukan oleh jaksa dan KPK (ex. Tipikor)c. di adili di pengadilan khusus (ex. Pengadilan HAM / pengadilan

Militer dan Pengadilan Tipikor)Beberapa UU ttg Tindak pidana khususa. UU No. 31 th 1999 jo UU No.20 th 2001 ttg Pemberantasan

Tipikorb. UU No. 39 Th 1999 ttg HAMc. UU No. 7 drt th 1952 ttg Hukum Pidana Ekonomid. UU No. 15 th 2002 ttg Money Loundring (pencucian uang)e. UU No. 15 th 2003 ttg Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

Beberapa Penyimpangan scr materiil, yaitu:a. Bersifat elastis;b. Perluasan berlakunya asas teritorial;c. Pidana denda ditambah sepertiganya (1/3);d. Dapat berlaku asas retroaktif.

Beberapa Penyimpangan scr Formil, yaitu:a. Perkara pidana khusus harus didahulukan dr pd pidana umumb. Penyidikan dilakukan oleh jaksa dan KPK (ex. Tipikor)c. di adili di pengadilan khusus (ex. Pengadilan HAM / pengadilan

Militer dan Pengadilan Tipikor)Beberapa UU ttg Tindak pidana khususa. UU No. 31 th 1999 jo UU No.20 th 2001 ttg Pemberantasan

Tipikorb. UU No. 39 Th 1999 ttg HAMc. UU No. 7 drt th 1952 ttg Hukum Pidana Ekonomid. UU No. 15 th 2002 ttg Money Loundring (pencucian uang)e. UU No. 15 th 2003 ttg Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme