PBL Blok 27

22
Sindrom Turner Chatrine Sutandi 102010010 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470 2013 [email protected] 15 September Abstrak Analisis kromosom pada kasus amenore, baik primer maupun sekunder diperlukan untuk evaluasi, penatalaksanaan, dan konseling karena sebagian besar amenore disebabkan kelainan genetik dan kromosom, termasuk sindrom turner dan variannya. Turner terjadi karena kelainan kromosom yang berkaitan dengan jumlah (aneuploidi). Penyebab utama aneuploidi adalah nondisjunction saat meiosis atau setelah pembuahan sewaktu mitosis. Anak perempuan dengan sindrom Turner biasanya mengalami disfungsi gonad, yang mengakibatkan amenore dan kemandulan. Dukungan psikososial terhadap gadis-gadis ini merupakan komponen penting pada penanganan. Kata kunci: sindrom Turner, amenore, nondisjunction, analisis kromosom Abstract Chromosome analysis in cases of amenorrhea, primary and secondary both needed for the evaluation, management, and counseling for most of amenorrhea due to genetic and chromosomal abnormalities, including Turner syndrome and its variants. Turner occur because of chromosomal abnormalities associated with the number (aneuploidy). The main cause of aneuploidy is nondisjunction during meiosis or mitosis after fertilization while. The woman with Turner syndrome typically experiences gonadal dysfunction, resulting in amenorrhea and infertility. Psychosocial support to these woman is an important component of the treatment. 1

Transcript of PBL Blok 27

Page 1: PBL Blok 27

Sindrom Turner

Chatrine Sutandi 102010010

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470

[email protected]

15 September

Abstrak

Analisis kromosom pada kasus amenore, baik primer maupun sekunder diperlukan untuk evaluasi, penatalaksanaan, dan konseling karena sebagian besar amenore disebabkan kelainan genetik dan kromosom, termasuk sindrom turner dan variannya. Turner terjadi karena kelainan kromosom yang berkaitan dengan jumlah (aneuploidi). Penyebab utama aneuploidi adalah nondisjunction saat meiosis atau setelah pembuahan sewaktu mitosis. Anak perempuan dengan sindrom Turner biasanya mengalami disfungsi gonad, yang mengakibatkan amenore dan kemandulan. Dukungan psikososial terhadap gadis-gadis ini merupakan komponen penting pada penanganan.Kata kunci: sindrom Turner, amenore, nondisjunction, analisis kromosom

AbstractChromosome analysis in cases of amenorrhea, primary and secondary both needed for the evaluation, management, and counseling for most of amenorrhea due to genetic and chromosomal abnormalities, including Turner syndrome and its variants. Turner occur because of chromosomal abnormalities associated with the number (aneuploidy). The main cause of aneuploidy is nondisjunction during meiosis or mitosis after fertilization while. The woman with Turner syndrome typically experiences gonadal dysfunction, resulting in amenorrhea and infertility. Psychosocial support to these woman is an important component of the treatment.Keywords: Turner syndrome, amenorrhea, nondisjunction, chromosome analysis

Pendahuluan

Penyakit genetik yang berkaitan dengan perubahan kariotipe yang mengenai kromosom seks

jauh lebih sering dijumpai daripada penyakit yang berkaitan dengan kelainan autosom.1

Kelainan kromosom yang dapat mengenai jumlah atau struktur, adalah penyebab penting

cacat lahir dan abortus spontan. Diperkirakan bahwa 50% konsepsi berakhir dengan abortus

spontan dan bahwa 50% dari janin abortus ini mengidap kelainan kromosom mayor. Karena

itu, sekitar 25% konseptus menderita cacat kromosom mayor. Kelainan kromosom tersering

1

Page 2: PBL Blok 27

pada janin abortus adalah 45, X (sindrom Turner), triploidi dan trisomi 16. Kelainan

koromosom merupakan penyebab 7% cacat lahir mayor, dan mutasi gen menyebabkan 8%

lainnya.2

Sindrom Turner adalah suatu monosomi kromosom seks. Bayi yang lahir dengan sindrom

Turner memiliki 45 kromosom, 22 pasang kromosom somatik dan satu kromosom seks,

biasanya X (45, X/O). Penyakit ini sering dijumpai pada janin yang mengalami abortus

spontan dan terdapat pada sekitar 1 dari 2500 kelahiran hidup. Wanita pengidap sindrom

tuner tidak memiliki ovarium.3

Anamnesis

Penyelidikan pada kemungkinan penderita kelainan genetik dimulai dengan riwayat keluarga.

Jika tidak bisa didapatkan anamnesis yang jelas dari pasien, maka dapat ditanyakan pada

kerabat terdekat (orangtua, saudara, teman).Anamnesis dilakukan dengan bertanya:4

1. Identitas pasien yaitu nama, tempat tanggal lahir, alamat, umur, suku, agama,

pendidikan, dan pekerjaan, serta keadaan sosial ekonomi dan lingkungan tempat

tinggalnya.

2. Menanyakan keluhan utama (amenore primer)

3. Riwayat penyakit sekarang (Diabetes Mellitus, Hipertensi, skoliosis)

4. Riwayat penyakit dahulu (pernah operasi karena kelainan jantung, ginjal)

5. Riwayat penyakit keluarga/ kecacatan:

Apakah kedua orang tua masih hidup ? ( jika masih hidup : usia berapa bagaimana

kesehatannya , jika sudah meninggal : apa penyebabnya ? )

Berapa saudara kandung yang di miliki ? bagaimana keadaannya ?

Apakah ada anggota keluarga yang memiliki gejala yang sama atau mirip dengan

pasien ?

Adakah anggota keluarga yang memiliki gejala klinis lain yang tidak sama dengan

pasien, namun dapat menjadi ciri untuk diagnosa sementara untuk penyakit

tersebut?

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga yang sudah diketahui ?

Adakah anggota keluarga yang sakit atau meninggal karena penyakit langka ?

Adakah perkawinan dalam keluarga ?

Riwayat keluarga : misalnya pada kasus yang mengenai masalah tinggi badan, kita

dapat menanyakan apakah dalam keluarga rata-rata memiliki tinggi badan yang

sama?

2

Page 3: PBL Blok 27

6. Keadaan anak tersebut dulu saat dilahirkan dan perkembangannya (dari lahir sampai

usia sekarang)

7. Menanyakan umur ibu ketika mengandung pasien dan ANCnya.4

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah

1. Melihat kesadaran pasien saat datang

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital : suhu, nadi, tekanan darah, dan frekuensi napas. Hasil

pemeriksaan : umumnya normal

3. Inspeksi : melihat konsisi langsung pasien

- Perawakan pendek (tinggi < 150 cm) pada usia dewasa merupakan temuan utama

pada semua gadis penderita Sindrom Turner.

- Web neck : leher pendek dan pada pangkalnya seperti “ bersayap”. Kulit pada

leher Sindrom Turner sangat kendur sehingga mudah ditarik/ bergelambir.

- Kubitus valgum : deformitas dari siku dimana siku berdeviasi menjauhi garis

tengah tubuh sewaktu diekstensikan. 5

4. Palpasi : meraba bagian tubuh pasien Sindrom Turner, yakni pada bagian lehernya

kulit sangat kendur sehingga mudah ditarik.

5. Antropometri

Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan fisik

antara lain:

Pengukuran Berat Badan (BB) : pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk

memantau pertumbuhan dan keadaan gizi.

Pengukuran Tinggi Badan (TB): pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2

tahun dilakukan dengan berbaring, sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan

berdiri.

IMT: BB (kg)/ TB (m2). N: 18,5 - 22,9.5

Pemeriksaan Penunjang

Analisis kromosom harus dipertimbangkan pada semua gadis pendek. Penderita dengan

penanda kromosom pada beberapa atau semua sel harus diuji untuk rangkaian DNA pada

atau dekat sentromer kromosom Y. Sebanyak 50% dari semua penderita 45, X mungkin

membawa rangkaian Y, tetapi arti temuan ini belum diketahui. Hanya penderita dengan

penanda kromosom yang membawa rangkaian Y, yang memerlukan pengambilan gonad,

karena mereka memiliki 30% resiko perkembangan gonadoblastoma.6

Analisis sitogenetik

3

Page 4: PBL Blok 27

Dapat dilakukan hanya pada sel-sel yang bisa membelah. Sel-sel yang sedang membelah

ini ditahan pada fase metafase yang kemudian kromosomnya diberikan pewarnaan agar

dapat melihat pola gelap terang pada kromosom. Teknik yang biasa dipakai adalah

dengan pewarnaan Giemsa (G-bands). Teknik ini dapat mengidentidikasi apakah ada

defek pada suatu kromosom (delesi,inversi,dll). Hasil dari pemeriksaan ini tergantung

kecepatan membelah sel tersebut.

Gambar No. 1 Karyotipe Sindrom Turner.7

FISH (fluorescence in situ hybridization) menggunakan pelacak DNA spesifik

untuk mengidentifikasi ploidi beberapa kromosom tertentu. Pelacak berfluoresensi

dihibridisasi ke kromosom atau lokus genetik dengan menggunakan sel di kaca objek, dan

hasilnya dilihat di bawah mikroskop fluoresens. Ketika indeks mitosis rendah, atau

persiapan Sitogenetika suboptimal, diagnosis akurat sering tidak tercapai dengan

menggunakan teknik banding . Dalam situasi tertentu FISH  dapat berguna karena

metodologi FISH  memungkinkan deteksi target tertentu yang menyebar tidak hanya di

metafase. Hal ini membuat FISH menjadi alat yang kuat, cepat, dan sensitif terhadap

kelainan kromosom.2

Ultrasound ginjal dan ovarium terindikasi setelah diagnosis ditegakkan. Dimana pada

ovarium tampak bergaris pada 90% penderita, hal ini terjadi karena ovarium mengalami

degenerasi dan menghilang. Serta pada 1/3 penderita sindrom Turner memiliki defek pada

ginjal, ginjal berbentuk seperti sepatu kuda.6

Evaluasi jantung lengkap, termasuk ekokardiografi, menampakkan katup aorta bikuspid

nonstenotik murni pada sekitar sepertiga penderita. Defek yang kurang sering tetapi lebih

serius adalah stenosis aorta, dan anomali muara vena pulmonalis.

4

Page 5: PBL Blok 27

Kadar gonadotropin plasma, terutama hormon perangsang folikel (FSH) sangat

meningkat di atas kadar kontrol sesuai umur selama masa bayi, pada usia sekitar 2-3

tahun, terjadi penurunan porgresif pada kadarnya sampai kadar ini mencapai titik

terendah pada usia 6-8 tahun, dan pada usia 10-11 tahun, kadar ini meningkat sampai

kadar kastrasi. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan hormon LH (Luteinizing

hormon). Hasil LH akan meningkat dari normal pada sindrom Turner.6

Working Diagnosis

Sindrom Turner (Monosomi 45, X)

Sindrom Turner adalah satu-satunya monosomi yang memungkinkan kehidupan. Aneuploidi

tersering pada sejumlah abortus dan menyebabkan 20% dari keguguran pada trimester

pertama. Prevalensinya adalah sekitar 1 dari 5000 kelahiran hidup.8

Terdapat tiga fenotipe tersendiri yang dijumpai pada 45, X. Setidaknya, 98% hasil konsepsi

mengalami kelainan berat sehingga cepat mengalami abortus. Fenotipe kedua sering

teridentifikasi oleh kelainan pada pemeriksaan sonografik yang mencakup higroma kistik.

Temuan-temuan ini serig disertai oleh hidrops yang berkembang menjadi kematian janin.

Fenotipe ketiga, yang paling jarang, dijumpai pada mereka yang lahir hidup. Gambarannya

mencakup tubuh pendek, dada lebar dengan jarak kedua puting payudara jauh, limfedema

kongenital dengan jari tangan dan kaki gemuk, garis rambut rendah disertai adanya webbed

neck pada leher posterior, serta kelainan minor tulang dan tulang rawan. Antara 30-50%

mengidap malformasi jantung mayor, biasanya koarktasio aorta atau katup aorta bikuspid.

Intelegensi biasanya dalam kisaran normal meskipun pasien sering mengalami defisit

organisasi visual- spasial serta kesulitan dalam memecahkan masalah non-verbal serta

interpretasi isyarat-isyarat sosial yang samar. Lebih dari 90% juga mengalami disgenesis

ovarium dan memerlukan terapi sulih hormon jangka – panjang yang dimulai tepat sebelum

masa remaja.8

Penyebab beragamnya fenotipe adalah bahwa sekitar separuh dari bayi lahir hidup dengan

sindrom Turner mengalami mosaikisme. Pada kasus-kasus ini, terdapat dua atau lebih

populasi sel sebagai contoh, 45, X/ 46, XX atau 45, X/ 46, XY. Kadang mosaikisme

terdeteksi di sel darah perifer dan kadang hanya diekspresikan di jaringan yang tidak secara

rutin diperiksa. Untuk sebab yang belum jelas, kromosom X yang hilang berasal dari ayah

pada 80% kasus.8

5

Page 6: PBL Blok 27

Gambar No. 2 Gambaran Klinis dan Kariotipe Sindrom Turner.5

Differential Diagnosis

Sindrom Insensivitas Androgen

Sindrom insensivitas androgen merupakan kelainan genetik resesif terkait-X yang

menghasilkan suatu spektrum fenotipe yang mengalami virilisasi tidak sempurna. Bentuk

yang paling parah adalah insensitivitas androgen (AI) komplet yang dahulu dikenal sebagai

feminisasi testikular. Pada AI komplet, reseptor androgen intraselular tidak ada atau tidak

berfungsi. Induksi androgen terhadap perkembangan duktus Wolffii tidak terjadi. Substansi

penghambat Mullerii (Mullerian- inhibiting substance, MIS) dihasilkan oleh testis yangg

berfungsi normal sehingga duktus Mullerii mengalami regresi. Testis turun sampai tingkat

cincin inguinalis di bawah pengaruh MIS. Vagina yang pendek terbentuk dari sinus

urogenital. Saat lahir, anak-anak dengan Ai komplet biasanya ditetapkan memiliki jenis

kelamin perempuan karena tidak terdapat tanda aktivitas androgen dan genitalia ekstrna

terlihat sebagai perempuan. AI komplet biasanya didiagnosis setelah pubertas ketika timbul

gejala amenorea primer. Pada pemeriksaan fisik individu dengan AI komplet ditemukan

adanya vagina yang pendek dan tidak berujung, tidak adanya serviks, uterus dan ovarium.

Perkembangan payudara normal, namun pertumbuhan rambut aksiladan pubis jarang atau

tidak ada. AI komplet merupakan 10% dari semua kasus amenorea primer. Berlawanan

dengan orang-orang dengan gonad disgenetik yang emngandung kromosom Y, individu

dengan AI komplet memiliki risiko tumor gonad kurang dari 5%. Tumor gonad yang

berkembang pada pasien-pasien AI jarang timbul sebelum usia 25 tahun. Dengan demikian,

gonadektomi ditunda sampai pubertas telah sempurna.9

Sindroma Mayer Rokitansky Kuster Hauser (Sindroma MRKH)

6

Page 7: PBL Blok 27

Salah satu tanda dari kelainan kongenital yang mengenai genitalia perempuan adalah

Amenore primer. Kelainan kongenital yang paling sering dijumpai diantaranya adalah

gangguan pembentukan vagina yaitu Sindroma Mayer Rokitansky Kuster Hauser (Sindroma

MRKH). MRKH merupakan sindroma tidak terbentuknya vagina, uterus dan saluran telur

(tuba) yang berasal dari ductus Muller, genitalia eksterna, ciri kelamin sekunder dan

sitogenetik normal wanita.10

Etiologi dari Sindroma MRKH belum jelas. Secara embriologi diketahui, bahwa terjadinya

gangguan perkembangan fusi ductus Muller pada kehamilan minggu ke sembilan.

Sindroma MRKH merupakan bagian dari kelainan agenesis vagina atau ductus Muller, yang

dapat disertai kelainan organ tubuh lain seperti, tulang belakang, ekstremitas dan tractus

urinarius. Pada sindroma MRKH penderita biasanya mengeluh tidak menstruasi (amenore

primer), gangguan hubungan seksual dan infertilitas.

Untuk menegakkan diagnosa Sindroma MRKH tidak sulit, namun memerlukan biaya mahal

karena memerlukan pemeriksaan kromosom, endokrinologi, radiologi. Hal ini merupakan

kendala bagi penderita yang tidak mampu. Penegakan diagnosa pada masa bayi atau anak

sangat sulit. Sedangkan fusi vertebra cervical dari pemeriksaan radiologi. Penanganan

penderita dengan MRKH dapat dilakukan dengan cara memperbaiki fungsi seksualnya

dengan cara melakukan rekontruksi vagina (vaginoplasti). Perbaikan ini perlu dilakukan bila

penderita secara fisiologis menerima keadaannya. Vaginoplasti dikerjakan bila penderita

sudah matang kejiwaannya dan ciri kelamin sekunder sudah nampak.10

Sindrom Noonan

Sindrom Noonan (NS) adalah kondisi relatif umum genetik bawaan yang mempengaruhi baik

laki-laki maupun perempuan. Gadis penderita sindrom Noonan menunjukkan anomali

tertentu yang juga terjadi pada gadis dengan sindrom 45,X Turner, namun mereka memiliki

kromosom 46,XX normal.6

Penyebabnya adalah mutasi pada gen tertentu. Saat ini, para ilmuwan mengetahui ada empat

gen yang dapat menyebabkan sindrom Noonan. Keempat gen yang diketahui bisa mengalami

mutasi dan menyebabkan sindrom Noonan adalah

1. Gen PTPN11. Sekitar setengah orang—orang dengan sindrom Noonan mendapatkan

kelainan karena mutasi gen PTPN11.

2. Gen SOS1. Sekitar 20 persen orang dengan sindrom Noonan memiliki mutasi pada gen ini.

3. Gen RAF1. Mutasi pada gen RAF1 terjadi pada sekitar 10-1 5% orang dengan sindroma

Noonan.

7

Page 8: PBL Blok 27

4. Gen Kras. Sekitar 5% orang dengan sindroma Noonan memiliki mutasi pada gen KRAS

dan biasanya mereka memiliki kelainan yang lebih berat.

Kelainan gen membuat protein diproduksi terus secara aktif. Karena gen ini berperan dalam

pembentukan jaringan di seluruh tubuh, maka aktivasi protein yang terus menerus

mengganggu proses normal dari pertumbuhan dan pembelahan sel.

Sindroma Noonan diturunkan di dalam keluarga dalam pola autosomal dominan. Hal ini

berarti orang dengan sindroma Noonan memiliki satu copy dari gen yang mengalami

kelainan. Orang tua yang memiliki sindroma Noonan memiliki sekitar 50% kemungkinan

untuk menurunkan gen yang abnormal ke anaknya sehingga bisa terkena, dan sekitar 50%

kemungkinan untuk menurunkan gen yang normal ke anaknya sehingga tidak terkena

sindroma Noonan.

Pada beberapa orang dengan sindroma Noonan, tidak ada mutasi pada gen—gen di atas dan

penyebabnya belum diketahui. Pada banyak orang dengan sindroma Noonan, gen yang

abnormal terjadi untuk pertama kalinya, dan orang tua mereka tidak ada yang memiliki

sindroma ini. Keadaan ini disebut mutasi de novo.

Dalam kasus yang jarang terjadi, orang—orang yang memiliki karakteristik sindrom Noonan

juga memiliki kondisi lain yang disebut neurofibromatosis. Orang yang mengalami dua

kondisi ini memiliki mutasi pada gen neurofibromin 1, yang menghasilkan protein yang

membantu menjaga sel—sel untuk tidak tumbuh terlalu cepat atau dengan cara yang tidak

terkendali.

Beberapa tanda dan gejala yang bisa ditemukan pada anak dengan sindroma Noonan

• webbed neck (kulit leher dan bahu menyatu. seperti selaput)

• kelopak mata turun

• jarak antar mata lebar

• jan keempat yang pendek

• langit—langit mulut yang melengkung tinggi

• kelainan pada jantung dan pembuluh darah

• perawakan yang pendek

Selain itu, anak dengan sindroma Noonan juga bisa mengalami gangguan pendengaran dan

inteligensi. Anak laki—laki bisa mengalami gangguan perkembangan testis atau testis tidak

turun. Pubertas bisa terhambat, baik pada anak laki—laki maupun anak perempuan. Pria

muda dengan sindroma Noonan bisa memiliki kadar testosteron yang rendah dan bisa

mengalami ketidaksuburan (infertil). Anak perempuan biasanya mengalami keterlambatan

menstruasi dibandingkan anak perempuan pada umumnya. tetapi kesuburan biasanya normal.

8

Page 9: PBL Blok 27

Berbagai kelainan perdarahan bisa tenjadi berkaitan dengan sindroma Noonan. Beberapa

orang bisa mudah memar mengalami perdarahan hidung (mimisan) atau perdarahan yang

sulit berhenti saat mengalami cedera atau pembedahan. Wanita dengan gangguan perdarahan

biasanya mengalami perdarahan hebat saat menstruasi (menorrhagia) atau saat melahirkan.

Diagnosa sindroma Noonan didasarkan pada tanda dan gejala klinis yang dialami penderita.

Selain itu, perlu diperiksa apakah terdapat karakteristik khusus sindroma Noonan. Namun.

hal ini bisa sulit dilakukan karena beberapa tanda atau gejala yang terkait dengan gangguan

ini tidak tampak jelas. hingga sulit untuk diidentifikasi. Sering kali sindrom Noonan tidak

terdiagnosa sampai penderita berusia dewasa atau setelah memiliki anak dengan gangguan

yang Iebih jelas. Pemeriksaan genetika dapat dilakukan untuk membuat diagnosa yang pasti.

Anak-anak yang diduga memiliki sindroma Noonan harus melakukan pemeriksaan jantung

dan pendengaran. Jika kemungkinan terdapat gangguan jantung, maka pemeriksaan

elektrokardiografi (EKG) dan echokardiografi bisa dilakukan untuk menilai jenis dan tingkat

keparahan yang terjadi.

Tidak ada pengobatan untuk sindrorna Noonan. Narnun, beberapa gejala dan gangguan

spesifik yang disebabkan oleh sindroma ini bisa diatasi. Kelainan jantung perlu dipantau dan

diperbaiki jika perlu. Pertumbuhan bisa ditingkatkan dengan pemberian hormon

pertumbuhan. Setelah didapatkan pertumbuhan yang cukup. terapi testosteron bisa diberikan

untuk membantu mengatasi gangguan perkembangan testis pada anak laki-laki. Selain itu,

testosteron juga merangsang perkembangan penampilan yang Iebih maskulin. Terapi estrogen

mungkin diperlukan pada wanita untuk memberikan karakteristik wanita dewasa.6

Etiologi

Monosomi X seperti halnya dengan sindrom Turner ini mungkin terjadi karena adanya

nondisjunction di waktu ibunya membentuk sel telur. Kemungkinan lain disebabkan karena

hilangnya sebuah kromosom kelamin selama mitosis setelah zigot XX atau XY terbentuk.

Kemungkinan yang terakhir ini didukung oleh tingginya frekuensi mosaik yang dihasilkan

dari kejadian sesudah terbentuk zigot pada penderita sindroma Turner. Mosaik dengan

kromosom kelamin X/ XX memperlihatkan tanda-tanda sindroma Turner, tetapi biasanya

orangnya lebih tinggi daripada X dan mempunyai lebih sedikit anomali daripada wanita

nonmosaik 45, X.7

Epidemiologi

Sindroma Turner terdapat kira-kira satu dalam 3000 kelahiran hidup. Lebih dari 90%

mengalami abortus spontan. Perkiraan kasar untuk sindroma Turner dewasa dalam populasi

umum ialah 1 tiap 5000.7

9

Page 10: PBL Blok 27

Mortalitas sindrom Turner dalam rahim sering dihubungkan dengan edema berat dan higroma

kistik. Jika proses penelanan pada janin mengalami obstruksi, akan terjadi polihidramnion.

Pada banyak keadaan edema janin berat, efusi paru mengganggu perkembangan paru. Namun

bayi lahir hidup mempunyai prognosis yang sangat baik. Gonad telah ada pada saat lahir dan

bersifat infantil. Gonad tersebut sering mengalami regresi selama masa kanak-kanak, dan

mungkin menghilang pada pubertas.6

Patofisiologi

Temuan awal 45, XX pada penderita dengan sindrom Turner terjadi pada hanya 50%

penderita yang terkena. Sekitar 15% penderita adalah mosaik untuk 45, X dan deretan sel

normal (45, X/ 46, XX). Mosaik lain dengan isokromosom, 45, X/ 46, X, i (Xq), dengan

cincin, 45, X/ 46, X, r (X), atau fragmen, 45, X/ 46 fra jarang terjadi. X tunggal adalah

berasal dari ibu pada 75% penderita 45, X, mekanisme hilangnya kromosom belum diketahui

dan risiko terhadap sindrom tidak meningkat sejalan dengan usia ibu. Adalah mungkin bahwa

gen yang terlibat pada fenotipe Turner adalah gen terkait- X yang lolos inaktivasi. Tampak

ada lokus untuk perawakan pada Xp distal, yang dekat dengan daerah pseudoautosom. Xp

dan Xq tampak berisi gen untuk fungsi ovarium normal.6

Sindrom Turner (Disgenesis Gonad) terjadi karena kelainan kromosom yang berkaitan

dengan jumlah (aneuploidi). Penyebab utama aneuploidi adalah nondisjunction (kelainan

pemisahan kromosom) saat meiosis atau setelah pembuahan sewaktu mitosis seperti contoh :

jika sepasang kromosom seks gagal untuk memisahkan selama pembentukan telur (atau

sperma), ini disebut sebagai nondisjunction. Ketika abnormal ini menyatu untuk membentuk

embrio, embrio yang mungkin akan berakhir dengan kehilangan satu dari kromosom seks

(X). Nondisjunction dapat mengenai autosomal atau kromosom seks. Nondisjunction saat

meiosis menghasilkan gamet-gamet haploid yang memiliki kelainan komplemen kromosom.

Apabila gamet tersebut kemudian dibuahi, maka semua sel anak akan terkena dan memiliki

kelainan kromosom yang sama ( sering menimbulkan monosomi (2n-1) atau trisomi (2n+1).2

Monosomi yang mengenai autosom biasanya menyebabkan hilangnya informasi genetik

sehingga tidak mungkinkan kelahiran hidup atau bahkan embryogenesis. Akan tetapi,

sejumlah trisomi autosom masih memungkinkan kehidupan. Ketidakseimbangan (kelebihan

atau kekurangan) kromosom seks lebih dapat ditoleransi.1 Terkadang kesalahan mitosis pada

tahap perkembangan awal menyebabkan terbentuknya dua atau lebih populasi sel pada orang

yang sama, disebut mosaikisme (mosaicism). Mosaikisme dapat terjadi akibat kesalahan

mitosis pada pembelahan ovum yang telah dibuahi atau di sel somatik. Mosaikisme yang

mengenai kromosom seks sering dijumpai. 11

10

Page 11: PBL Blok 27

Sebagai embrio tumbuh dan sel-sel membagi, setiap sel dari tubuh bayi akan kehilangan salah

satu kromosom X. Yang kelainan tidak diwarisi dari orang tua yang terkena (bukan

diturunkan dari orang tua ke anak) karena wanita dengan sindrom Turner (Disgenesis gonad)

biasanya steril dan tidak bisa punya anak. Pada sekitar 20 persen dari kasus-kasus sindrom

Turner(Disgenesis gonad), salah satu kromosom X yang abnormal. Mungkin berbentuk

seperti cincin, atau hilang beberapa bahan genetik (delesi lengan pendek). Sekitar 30% anak

dengan kelainan hanya hilang kromosom X dalam beberapa sel mereka. Pola kromosom

campuran ini dikenal sebagai mosaicism. Namun dengan teknik pemeriksaan kromosom yang

lebih sensitif, mosaikisme terungkap hingga 75% kasus.

Gadis dengan pola ini mungkin memiliki gejala yang lebih sedikit karena mereka masih

memiliki beberapa normal (XX) sel. Salah satu gen yang hilang pada kromosom X adalah

gen SHOX, yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan tulang panjang. SHOX gen yang

hilang adalah alasan gadis-gadis yang memiliki kelainan yang sangat pendek. Kehilangan gen

yang mengatur perkembangan ovarium dapat mempengaruhi karakteristik seksual. 1

Gonad telah ada saat lahir dan bersifat infantil (karakter masa kanak-kanak yang menetap

sampai pada masa dewasa, ditandai dengan retradasi mental, organ seksual yang tidak

berkembang dan sering kali disertai kekerdilan). Gadis dengan gangguan ini gagal untuk

memulai pubertas ketika mereka seharusnya. Manifestasi klinik pada sindrom Turner seperti

amenore terjadi karena : pada janin ovarium berkembang secara normal di awal

embryogenesis. Akan tetapi, ketiaadaan kromosom X kedua menyebabkan pengurangan oosit

berlangsung lebih cepat dan tuntas pada usia 2 tahun. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa

“menopause terjadi sebelum menarke” dan ovarium menciut menjadi jaringan fibrosa atrofik

yang tidak mengandung ovum dan folikel.1

Manifestasi Klinis

Pada sindrom Turner terdapat abnormalitas dengan derajat yang kisarannya luas dan terutama

bergantung pada kariotipenya: tipe 45, X menunjukkan kelainan yang paling berat. Ciri-ciri

khasnya meliputi:

Limfedema leher, tangan dan kaki

Leher yang bersirip

Bentuk tubuh yang pendek

Dada yang lebar dan kedua puting susu yang terpisah jauh

Amenore primer

Kegagalan perkembangan payudara

Genitalia eksterna infantil

11

Page 12: PBL Blok 27

Ovarium yang mengalami atrofi berat dan fibrosis (streak ovaries)

Penyakit jantung kongenital, khususnya koarktasio aorta.5

Penatalaksanaan

Karena penyakit ini adalah penyakit genetik yang melibatkan kromosom, sindrom Turner

tidak bisa disembuhkan. Yang dilakukan hanya mengurangi simptom. 6

Data menunjukkan bahwa pengobatan dengan hormon pertumbuhan manusia

rekombinan saja atau bersama dengan steroid anabolik meningkatkan kecepatan

tinggi badan. Banyak gadis dapat mencapai ketinggian 150 cm atau lebih dengan

memulai pengobatan dini.

Terapi penggantian dengan estrogen terindikasi, namun ada sedikit kesepakatan

mengenai usia optimal memulai pengobatan. kesiapan psikologis penderita untuk

mendapatkan terapi harus dipertimbangkan. Dahulu, ada kecenderungan untuk

menunda terapi penggantian dengan estrogen untuk mencapai tinggi badan maksimal.

Pertumbuhan membaik yang dicapai oleh gadis yang diobati dengan hormon

pertumuhan memungkinkan memulai penggantian estrogen pada usia 12-13 tahun.

Premarin, 0,3-0,625 mg yang diberikan setiap hari selama 3-6 bulan, biasanya efektif

untuk menginduksi pubertas. Estrogen kemudian diputar (diminum pada hari 1-23),

dan Provera, suatu progestin, ditambahkan (diminum pada hari ke 10-23) dengan

dosis 5-10 mg per hari. Pada sisa bulan kalender, selama waktu tersebut tidak

diberikan pengobatan, pendarahan penarikan (withdrawal) biasanya terjadi. sediaan

estrogen lain dan regimen pengobatan sekarang juga digunakan.

Analisis kromosom prenatal pada usia ibu yang sudah lanjut telah menyingkap

frekuensi 45,X/46,XX yaitu 10 kali lebih tinggi daripada ketika didiagnosis

pascanatal. Kebanyakan penderita ini tidak memiliki manifestasi klinis sindrom

Turner, dan kadar gonadotropin normal. Menyadari fenotip ringan ini penting dalam

memberikan nasehat penderita.

Pemberian konseling atau nasihat genetik adalah suatu upaya pemberian saran

terhadap orangtua atau keluarga penderita kelainan bawaan yang diduga mempunyai

faktor penyebab herediter, tentang apa dan bagaimana kelainan yang dihadapi ini,

bagaimana pola penurunannya, serta bagaimana tindakan penatalaksanaanya,

bagaimana prognosisnya dan upaya melaksanakan pencegahan ataupun

menghentikannya.6

Prognosis

12

Page 13: PBL Blok 27

Turner sindrom adalah penyakit dengan keabnormalan jumlah kromosom yang tidak ada

obatnya. Tapi, prognosis untuk Turner sindrom dapat baik, apabila orang tersebut terus

dimonitor dan dilakukan pengobatan sedini mungkin untuk masalah yang dapat diatasi.

Banyak wanita dengan Turner sindrom dapat hidup senormal mungkin bila berbagai

manifestasi klinisnya ditangani secepat mungkin.

Komplikasi

Defek jantung kongenital dapat menyertai monosomi kromosom seks

Hampir 30% pasien mengalami malformasi ginjal yang dapat meningkatkan

komplikasi hipertensi dan infeksi traktus urinarius.

Skoliosis : muncul pada masa adolesens, bisa mengurangi tinggi badan

Pengedap sindrom Turner beresiko tinggi mengalami fraktur tulang selama masa

kanak-kanak dan osteoporosis pada orang dewasa karena kurangnya estrogen.3

Kesimpulan

Sindroma Turner adalah suatu sindroma pada perempuan yang terdiri dari postur pendek,

‘disgenesis gonad’ dan anomali kongenital mayor dan minor yang disebabkan kelainan pada

kromosom seks. Sindrom turner terjadi karena kekurangan jumlah kromosom. Pada anak

perempuan, jumlah kromosom adalah 46XX. Pada penderita sindrom turner jumlah

kromosom hanya 45X. Penderita sindrom Turner biasanya sudah memperlihatkan tanda-

tanda di waktu masih bayi, yaitu adanya kulit tambahan pada leher. Gambaran fenotip pasien

sindrom turner tidak jauh berbeda satu sama lain, namun dengan hasil analisis kromosom

dapat membantu penatalaksanaan khusus pada pasien selanjutnya, dalam aspek psikologis,

neurologis, perilaku, emosional, dan kognitif.

Daftar Pustaka

1. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins dan Cotran dasar patologis penyakit. Edisi

ke-7. Jakarta: EGC; 2009.h. 184-6.

2. Sadler TW. Embriologi kedokteran Langman. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2009.h. 24.

3. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009.h. 63-4.

4. Goldstein JL, Brown MS. Genetik dan penyakit. Dalam: Asdie AH. Harrison: Prinsip-

prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi 16. Volume 1. Jakarta: EGC; 2005.h. 388.

5. Mitchell RN. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins dan Cotran. Edisi ke-7.

Jakarta: EGC; 2008.h. 124-5.

6. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-16.

Jakarta: EGC;2004.h.1992-4.

13

Page 14: PBL Blok 27

7. Suryo. Genetika manusia. Edisi ke-9. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press;

2008.h. 246-50.

8. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri

Williams. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2012.h. 285.

9. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance sistem reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit

Erlangga; 2006.h. 60-1.

10. Soewarto S. Jurnal kedokteran Brawijaya. Volume XX, No.2. Malang: Agustus 2004.

11. Price Sylvia A. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.

Jakarta: EGC;2005.h.20-27.

14