PBL Blok 27 - Word - Lisna

53
Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil dan Menyusui Lisna – 10.2008.175 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Semester VII Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta 2011 Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email : [email protected] Pendahuluan Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. 1 Penyakit atau gizi yang buruk merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan ibu. Rao (1975) melaporkan bahwa salah satu sebab kematian obstetrik tidak langsung pada kasus kematian ibu adalah anemia. 2 Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. 3 Anemia karena defisiensi zat besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia dan menjadi masalah

description

a

Transcript of PBL Blok 27 - Word - Lisna

Page 1: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil dan Menyusui

Lisna – 10.2008.175

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Semester VII

Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta 2011

Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email : [email protected]

Pendahuluan

Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan

masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat

kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat

dan kualitas pelayanan kesehatan.1 Penyakit atau gizi yang buruk merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi status kesehatan ibu. Rao (1975) melaporkan bahwa salah

satu sebab kematian obstetrik tidak langsung pada kasus kematian ibu adalah anemia.2

Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan

dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir

rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan

antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih

sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan

darah.3

Anemia karena defisiensi zat besi merupakan kelainan gizi yang paling sering

ditemukan di dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang bersifat epidemik.

Masalah ini, terutama mengenai para wanita dalam usia reproduktif dan anak-anak di

kawasan tropis dan subtropis. Jumlah penderitanya sebanyak 4-5 milyar penduduk

dunia, atau 66-80% dari populasi penduduk dunia yang mungkin mengalami anemia

defisiensi zat besi.4

Sembilan dari 10 penderita anemia karena defisiensi zat besi tinggal di negara

berkembang, rata-rata satu dari dua orang ibu hamil dan empat dari sepuluh anak

prasekolah menderita anemia. Pada ibu hamil, anemia karena defisiensi zat besi turut

menyebabkan 20% dari semua kematian maternal.5

Page 2: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Anamnesis 6

• Identitas pasien

- Nama pasien, nama suami, umur, alamat, agama, pendidikan terakhir, suku dan

bangsa, dll.

- Berapa kali pasien hamil (gravidas-G), bersalin (partus-P) dan abortus (A).G..P..A..

• Keluhan / Riwayat penyakit sekarang

- Keluhan utama, keluhan tambahan

- Ada/tidaknya rasa lemah, lesu, mudah lelah, pandangan berkunang-kunang.

- Ada tidaknya gangguan gastrointestinal, gangguan hematologis, gangguan

neurologis, serta gangguan pada kelenjar tiroid.

- Apakah pasien sedang hamil, apakah pasien mengalami perdarahan mengenai

kehilangan darah seperti trauma, menoragia

- Apakalah kuku pasien rapuh, bergerigi, glositis yang tidak nyeri, stomatitis

angularis.

- Waktu dan lama keluhan berlangsung, hubungannya dengan aktivitas, keluhan-

keluhan yang menyertai keluhan utama serta faktor risiko atau pencetus

serangan.

• Riwayat penyakit dahulu

- Apakah ada hubungannya dengan penyakit sekarang.

- Apakah dalam keluarga terdapat riwayat anemia herediter (gangguan genetik

pada Hb, gangguan koagulasim (hemophilia), dan lain-lain.

- Apakah pasien pernah mengkonsumsi aspirin, atau alkohol dalam jangka waktu

lama?

- Apakah pasien pernah mengalami penyakit kronik gastrointestinal seperti

varisesn esophagus, hemoroid, ulkus peptikum, gastritis kronik, carcinoma dan,

lain nya

- Apakah pasien pernah terinfeski cacing tambang?

- Apakah pasien di gastrektomy, atau mengalami entropati terhadap gluten

• Asupan gizi

- Bagaimana asupan gizi sehari-hari

Page 3: PBL Blok 27 - Word - Lisna

- Kebiasaan pasien seperti kebiasaan merokok, minum alcohol dan penyalahgunaan

obat-obat terlarang (narkoba).

• Riwayat kehamilan

- Sudah berapa kali hamil

- Riwayat kehamilan yang lalu

- Riwayat abortus

• Riwayat persalinan

- Sudah berapa kali melahirkan

- Cara persalinan sebelum ini (pervaginam atau sectio caesarea)

- Persalianan normal atau ada komplikasi

Pemeriksaan Fisik 6

Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah : Normal/turun (kurang dari 90-100 mmHg) 

Nadi : Normal/meningkat (100-120 x/menit) 

Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit ) 

Suhu : Normal/ meningkat 

Kesadaran : Normal / turun

Inspeksi

Konjungtiva mata pucat, warna kulit, selaput lendir pucat (jika Hb< 9), telapak

tangan pucat, , daun telinga pucat juga mungkin terlihat

Keadaan ibu lemah, mengigil dan status kesadaran.

Pemeriksaan kuku koikonikia ( kuku rapuh, kaya sendok atau bergerigi)

Pemeriksaan lidah terdapat glositis yang tidak nyeri

Terdapat stomatitis angularis/luka pada pinggir mulut

Perdarahan di vagina, di perineum

Page 4: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Palpasi

Ekstremitas dingin

Abdomen bawah (kontraksi uterus dan tinggi fundus)

Palpasi juga abdomen untuk melihat apakah ada massa di abdomen.

Palpasi rangkaian nodus limfatikus pada daerah servikal anterior, servikal

posterior, dan supraklavikular. Patologis: bila terdapat limfadenopati mungkin

menandakan adanya infeksi atau keganasan. Bila limfa yang dipalpasi sakit

menandakan peradangan, limfa yang membesar dan keras menandakan

keganasan. Nodus limfatikus supra klavikular yang membesar menandakan

kemungkinan adanya keganasan di abdomen atau torax.

Lakukan palpasi hati dan limpa untuk menilai apakah ada hepatomegali atau

splenomegali yang biasanya terdapat pada anemia hemolitik dan kadang pada

anemia defisiensi besi juga dapat ditemukan bila anemia tersebut tidak

diterapi.

Auskultasi

Sonor pada seluruh lapangan paru

Redup pada seluruh lapangan jantung

Pemeriksaan Lain

Kepala : sefalgia, vertigo, nyeri sinus, trauma kapitis

Mata : visus, diplopia, fotofobia, lakrimasi

Telinga : tinnitus dan nyeri

Mulut : gigi, stomatitis, salivasi

Leher : pembesaran kelenjar tiroid

Gastrointestinal : nafsu makan, defekasi, mual, muntah, diare, konstipasi

Neurologik : parestesi, paralisis, ataksia, anestesi, kejang

Page 5: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Pemeriksaan Penunjang 6

1. Pemeriksaan Darah Lengkap

Indikator pemeriksaan darah lengkap adalah dengan melakukan pemeriksaan kadar

Hemoglobin (Hb). Kriteria WHO untuk anemia defisiensi besi adalah :

Anak prasekolah : 11 g%

Anak usia 6-14 tahun : 12 g%

Wanita dewasa : 12 g%

Laki-laki dewasa : 13 g%

Wanita hamil/laktasi : 11 g%

Anemia adalah kondisi dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari

12 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada

trimester II . Pemeriksaan Hb sensitifitasnya 80-90 % dan spesifisitasnya 65-99%.7

2. Pemeriksaan Hapus Darah Tepi

Pada anemia defisiensi besi, apusan darah tepi menunjukkan anemia hipokromik

mikrositer, anisositosis dan poikilositosis. Makin berat derajat anemia makin berat

derajat hipokromia. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan

derajat anemia. Jika tampak sebagai sebuah cincin sehingga disebut sel cincin (ring

cell), atau memanjang seperti elips, disebut sebagai sel pensil (pencil cell atau cigar

cell). Kadang-kadang dijumpai sel target. Leukosit dan trombosit umumnya normal.

Tetapi granulositopeni ringan dapat dijumpai pada anemia defisiensi besi yang

berlangsung lama. Pada anemia defisiensi besi karena cacing tambang dijumpai

eosinofilia. Trombositosis dapat dijumpai pada anemia defisiensi besi dengan

episode perdarahan akut.

Klasifikasi anemia berdasarkan hasil pemeriksaan hapus darah tepi:

1) Anemia mikrositik hipokrom

Anemia defisiensi besi

Thalassemia major

Anemia akibat penyakit kronik

Anemia sideroblastik

Page 6: PBL Blok 27 - Word - Lisna

2) Anemia normokrom normositik

Anemia pasca perdarahan akut

Anemia aplastik

Anemia hemolitik didapat

Anemia akibat penyakit kronik

Anemia pada gagal ginjal kronik

Anemia pada sindrom mielodisplastik

Anemia pada keganasan hematologik

3) Anemia makrositer

a. Bentuk megaloblastik

Anemia defisiensi asam folat

Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa

b. Bentuk non-megaloblastik

Anemia pada penyakit hati kronik

Anemia pada hipotiroidisme

Anemia pada sindrom mielodisplatik

3. Pemeriksaan Biokimia dan Hematologi

a. Kadar besi serum

Pada anemia karena defisiensi zat besi, kadar besi serum bisa rendah atau bahkan

normal. Kadar ini diatur melalui pelepasan retikuloendotel. Nilai normalnya

bervariasi antara 50 sampai 175 µg/dl. Ada variasi harian yang cukup besar,

kadar tertinggi dicapai pada pagi hari dan kadar terendah pada malam hari.

Kadar besi serum menurun pada keadaan inflamasi serta malignansi dan selama

menstruasi.

b. Total Iron Binding Capacity

TIBC dan kejenuhan transferin menunjukkan pasokan zat besi ke dalam jaringan

tubuh. Nilai normalnya sekitar 300 µg/dl. TIBC menurun pada penyakit kronis

dan meningkat pada keadaan defisiensi zat besi.

Page 7: PBL Blok 27 - Word - Lisna

c. Kejenuhan Transferin

Kejenuhan transferin merupakan rasio besi serum dan TIBC. Nilai normalnya

33%. Pada keadaan defisiensi besi terdapat penurunan kejenuhan, sementara

pada penyakit kronis kejenuhan normal.

d. Protoporfirin

Protoporfirin merupakan prekursor heme. Prtoporfirin sel darah merah yang

bebas akan meninggi jika pasokan zat besi untuk sintesis heme tidak mencukupi.

Zat ini juga meninggi pada anemia karena defisiensi zat besi yang disebabkan

oleh keracunan timbal dan anemia sideroblastik lainnya.

e. Feritrin serum

Kadar feritrin serum mencerminkan status simpanan total zat besi dalam tubuh.

Umumnya pengukuran kadar feritrin dianggap sebagai pemeriksaan pilihan

untuk memperkirakan besarnya simpanan zat besi. Nilai feritrin serum di bawah

angka sekitar 10 ng/ml dianggap sebagai petunjuk diagnosis defisiensi zat besi.

Kendati demikian, kadar feritrin serum dapat meninggi pada inflamasi, infeksi

dan penyakit liver.

f. Reseptor transferin

Reseptor transferiin akan bertambah pada permukaan sel dan dalam plasma jika

pasokan zat besi ke dalam sel tidak mencukupi atau jika terjadi deplesi besi.

Pemeriksaan rasio transferin terhadap feritrin mungkin merupakan cara yang

baik untuk membedakan antara defisiensi zat besi dan anemia karena inflamasi

kronis.

4. Pemeriksaan sumsum tulang.

Masih dianggap sebagai standar emas untuk penilaian cadangan besi, walaupun

mempunyai beberapa keterbatasan. Pemeriksaan histologis sumsum tulang

dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda

karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak ada besi retikuler. Keterbatasan

metode ini seperti sifat subjektifnya sehingga tergantung keahlian pemeriksa, jumlah

struma sumsum yang memadai dan teknik yang dipergunakan. Pengujian sumsum

Page 8: PBL Blok 27 - Word - Lisna

tulang adalah suatu tehnik invasif, sehingga sedikit dipakai untuk mengevaluasi

cadangan besi dalam populasi umum.

Tabel 1. Kriteria yang umum digunakan untuk penegakan diagnosis defisiensi zat besi :

Indikator Pedoman titik cut off

Besi serum (ul/dl) < 60Total iron binding capacity (ul/dl) > 300Kejenuhan transferin (%) <15Protoporfirin eritrosit (ul/dl) >100Feritin serum (ul/l) <12

Diagnosis Banding

1. Anemia Defisiensi Besi 2

Kadar Hb < 11 g% pada trismester 1 dan 3 atau Hb < 10,5 g% pada

trismester 2.

Pada ibu hamil terjadi hemodilusi akibat kenaikan volume plasma 1000 mL

sedangkan eritrosit hanya 300 mL.

Diagnosis : mikrositosis dan hipokrom, pada yang ringan normositik

normokrom. Sering bercampur dengan defisiensi asam folat yg

menyebabkan makrositik dan hiperkrom.(anemia dimorfis)

Ciri khas pemeriksaan darah :

- Kadar besi serum rendah

- Daya ikat besi serum tinggi

- Protoporfirin eritrosit tinggi

- Tidak ditemukan hemosiderin dalam SSTL

Untuk diagnostik dapat dicoba pemberian preparat besi, jika membaik

berarti def besi.

2. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) 2

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Iodine Deficiency Disorder) adalah

gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh

tidak dapat menghasilkan hormon tiroid

Page 9: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan penyakit gondok

endemic, kretin endemic (termasuk bisu dan tuli), hypotiroidea, gangguan

pertumbuhan, kegagalan reproduksi (keguguran dan kemandulan), lahir

mati, kematian neonatal, kegagalan persyarafan, gangguan fungsi mental (IQ

berkurang), myxedema.

Gejala yang ditimbulkan adalah apatis, pusing, tidak tahan dingin, letargi,

otot lemah, terlalu gemuk, kulit kering, “pitting oedema” dan rambut kusam.

Tabel 2. Asupan Yodium dari makanan yang direkomendasikan oleh

WHO/UNICEF/ICCIDD (2001)

Kategori Asupan (ug/hari)

Bayi 0-59 bulan 90

Anak sekolah 6-12 tahun 120

Anak-anak >12 th dan orng Dewasa 150

Ibu Hamil dan Menyusui 200

Gejala yang sering tampak karena GAKY:

Terhadap Pertumbuhan

- Pertumbuhan yang tidak normal.

- Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme

- Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan

- Tingkat kecerdasan yang rendah

- Mulut menganga dan lidah tampak dari luar

Wanita Hamil

Didaerah Endemik GAKY akan mengalami berbagai gangguan kehamilan antara

lain:

- Abortus

- Bayi Lahir mati

- Hipothryroid pada Neonatal

- Bayi yang terganggu perkembangan sistem sarafnya sehingga

mempengaruhi kemampuan psikomotoriknya

Page 10: PBL Blok 27 - Word - Lisna

- Seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang

juga menderita kekurangan yodium. Jika tidak segera diobati, maka pada

usia 1 tahun, sudah akan terjadi pembesaran pada kelenjar gondoknya.

Perkembangan Intelegensia

- Setiap penderita Gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point

dibawah normal

- Setiap Penderita Kretinisme akan mengalami defisit sebesar 50 Point

dibawah normal.

3. KEP (Kurang Energi Protein) 2

Sindroma yang disebabkan oleh kekurangan protein dan juga energi.

Gejala yang ditimbulkan oleh kekurangan protein adalah edema, growth

retardation, muscle wasting dengan masih ada sedikit lemak dan perubahan

psikomotor (apati, anoreksia).

Sedangkan gejala yang ditimbulkan oleh kekurangan energy adalah sangat

kurus oleh karena diet yang inadekuat, growth retardation, muscle wasting

dan wasting lemak subkutan.

Page 11: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Diagnosis Kerja

Pasien mengalami anemia gizi pada kehamilan/menyusui. Anemia gizi adalah anemia

yang disebabkan oleh kekurangan satu/lebih zat gizi. Zat gizi yang diperlukan ibu hamil

antara lain Fe, Asan Folat, B12, protein, dan sebagainya. Namun, anemia yang

terbanyak pada ibu hamil ialah anemia gizi besi. Untuk menegakkan diagnosa anemia

defisiensi besi diperlukan metode pemeriksaan yang akurat dan kriteria diagnosis yang

tegas. Para peneliti telah menyetujui bahwa diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan

berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah dan

sumsum tulang.2 Untuk memudahkan dan keseragaman Diagnosa Anemia defisiensi

Besi, WHO menetapkan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3. Kriteria Anemia Defisiensi Besi Menurut WHO 9

Tabel 4. Derajat Keparahan Anemia pada Kehamilan menurut WHO 9

The Centers for Disease Control and Prevention ( CDC ) sedikit berbeda dengan WHO,

menurut CDC kriteria anemia pada kehamilan adalah Hb kurang dari 11 gr / dl untuk

trimester I dan III, serta Hb kurang dari 10,5 gr / dl untuk trimester II.

Page 12: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Gejala dan tanda anemia pada ibu hamil adalah :

Lemah

Pucat

Mudah pingsan

TD masih normal

Malnutrisi

Etiologi 8

Klasifikasi Anemia

1. Anemia defisiensi besi

2. Anemia megaloblastik

3. Anemia hipoplastik

4. Anemia hemolitik

1. Anemia Defisiensi Besi

Paling sering dijumpai

Karena intake besi kurang, gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau

karena perdarahan

Pada daerah katulistiwa besi lebih banyak keluar melalui kulit dan keringat

Sejauh ini belum ditemukan penyebab pasti dari anemia namun ada beberapa

faktor risiko yang berperan dalam terjadinya anemia khusunya anemia gizi besi :

a. Simpanan zat besi buruk

Simpanan zat besi dalam tubuh orang-orang Asia memiliki jumlah yang tidak

besar, terbukti dari rendahnya kadar hemosiderin dalam sumsum tulang dan

rendahnya simpanan zat besi di dalam hati. Jika bayi dilahirkan dengan

simpanan zat besi yang buruk maka defisiensi ini akan semakin parah pada

bayi yang hanya mendapat ASI saja dalam periode waktu yang lama.

b. Ketidakcukupan gizi

Penyebab utama anemia karena defisiensi zat besi, khususnya di negara

berkembang, adalah konsumsi gizi yang tidak memadai. Banyak orang

bergantung hanya pada makanan nabati yang memiliki absorbsi zat besi yag

Page 13: PBL Blok 27 - Word - Lisna

buruk dan terdapat beberapa zat dalam makanan tersebut yang

mempengaruhi absorbsi besi.

c. Peningkatan kebutuhan

Terdapat peningkatan kebutuhan zat besi selama kehamilan. Pertumbuhan

yang cepat selama masa bayi dan kanak-kanak meningkatkan pula

kebutuhan zat besi. Kebutuhan zat besi, juga mengalami kebutuhan yang

cukup besar selama pubertas, pada remaja putri, awal menstruasi

memberikan beban ganda.

d. Malabsorpsi dan peningkatan kehilangan

Episode diare yang berulang akibat kebiasaan yang tidak higienis dapat

mengakibatkan malabsorpsi. Insidens diare yang cukup tinggi, terjadi

terutama pada kebanyakan negara berkembang. Infestasi cacing, khususnya

cacing tambang dan askaris, menyebabkan kehilangan zat besi. Di daerah

endemik malaria yang berulang dapat menimbulkan anemia karena

defisiensi zat besi. Pada wanita perdarahan pascapartum akibat perawatan

obstetric yang buruk, kehamilan yang berkali-kali dengan jarak antar

kehamilan yang pendek, periode laktasi yang panjang, dan penggunaan IUD

untuk keluarga berencana merupakan factor contributor yang penting.

e. Hemoglobinopati

Pembentukan hemoglobin yang abnormal, seperti pada thalasemia dan

anemia sel sabit merupakan factor non gizi yang penting.

f. Obat dan faktor lainnya

Idiosinkrasi obat (respon yang tidak biasa terhadap obat), leukemia, terapi

radiasi, obat antikanker, dan antikonvulsan merupakan beberapa factor

risiko. Di antara orang-orang dewasa, anemia karena defisiensi zat besi

berkaitan dengan keadaan inflamasi yang kronis seperti arthritis, kehilangan

darah melalui saluran pencernaan akibat pemakaian obat, seperti aspirin

dalam jangka waktu lama dan tumor.

Page 14: PBL Blok 27 - Word - Lisna

2. Anemia Megaloblastik

Tersering disebabkan defisiensi asam folat,jarang disebabkan def vit B12

Diagnosis ditemukan megaloblast atau promegaloblast dalam darah atau SSTL.

Hipersegmentasi neutrofil,aktivitas asam folat turun

Jika berat anemia makrositik hiperkrom tetapi jika bersama def Feànormositik

normokrom

Mual,muntah,anoreksia

Konsumsi etanol ikut berperan

Anemia Defisiensi Asam Folat

• Pada keadaan berat ditemukan eritrosit berinti

• Sering terjadi defek tabung saraf

• Terapi : pemberian asam folat 1 mg/hari, makanan bergizi dan Fe

• Terapi asam folat percobaan dapat pula dipakai sebagai diagnostik

Anemia Defisiensi B12

• Terjadi pada reseksi usus/lambung, penyakit Crohn, pertumbuhan bakteri

berlebihan di usus.

• Terapi pemberian injeksi sianokobalamin 1000 mg/bulan atau per oral

Page 15: PBL Blok 27 - Word - Lisna

3. Anemia Hemolitik

Etiologi : limfoma,leukemia,peny jaringan ikat, infeksi kronis, obat

Uji Coombs direct dan indirect positif

Micoplasma pneumonia, mononukleosus infeksiosa memicu hemolitik

Sferositosis dan retikulositosis

Ig G lewat barier plasentaà hemolisis bayi

Pemberian darah donor dipanaskan utk kurangi kerusakan

Terapi : prednison 1 mg/kgbb

Akibat obat,contoh Penisilin

Sering pada G6PD defisiensi

Anemia hemolitik akibat kehamilan, jarang, hemolisis berat, kortikosteroid

efektif atasi .

PNH (paroksimal nokturnal hemoglobinuria)

Sering dianggap hemolitik, padahalkarena gangguan hemopoetik induk

menghasilkan trombosit,granulosit,eritrosit cacatà rentan lisis

PIG-A,phosfatidil inositol glikan protein A, gen yg berperan

Hemolisis dapat dipicu oleh transfusi, infeksi atau pembedahan

40% kasus terjadi trombosis vena

Sindroma Budd-Chiariàakibat trombosis vena hepatica.

Sering terjadi kelainan ginjal, hipertensi

Post partum, >50% trombosis vena, udd-Chiari, trombosis vena serebri

Terapi : transplantasi SSTL

Sferositosis herediter

• Klinis; anemia, ikterus.

• Diagnosis ; sferosit pada sedian apus darah tepi, retikulositosis dan

peningkatan fragilitas osmotic, limpa membesar

• Pada neonatus, sferositosis herediter, hiperbilirubin dan anemia

Defisiensi enzim SDM; def G6PD, def Piruvat Kinase

• Terapi : asam folat dan Fe

• Anemia aplastik dan Hipoplastik

• Anemia, trombositopenia, leukopenia, hiposeluler SSTL.

Page 16: PBL Blok 27 - Word - Lisna

• Dipicu oleh obat,zat kimia, infeksi, radiasi,leukemia dan imunologis (1/3

kasus), pada 2/3 kasus tdk diketahui

4. Anemia Aplastik Pada Kehamilan

Resiko : perdarahan dan infeksi

Terapi : steroid, testosteron (dapat menyebabkan virilisasi pada bayi ), transfusi

darah

Transplantasi SSTL

Zat Besi (Fe) 1

Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama

diperlukan dalam hemopoesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesa hemoglobin

(Hb). Di samping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagai faktor penggiat.

Di dalam tubuh sebagian besar Fe terdapat terkonjugasi dengan protein, dan terdapat

dalam bentuk Ferro atau Ferri. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat sebagai Ferro,

sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai Ferri (misalnya bentuk storage).

Bentuk-bentuk konjugasi itu adalah :

a) Hemoglobin; mengandung bentuk Ferro. Fungsi hemoglobin adalah

mentransport CO2 dari jaringan ke paru-paru untuk diekskresikan ke dalam

udara pernapasan dan membawa O2 dari paru-paru untuk diekskresikan ke

dalam udara pernapasan dan membawa O2 dri paru-paru ke sel-sel jsringan.

Hemoglobin terdapat di dalam eritrosit.

b) Myoglobin; terdapat di dalam sel-sel otot, mengandung Fe bentuk Ferro. Fungsi

myoglobin ialah dalam proses kontraksi otot.

c) Transferin; mengandung Fe bentuk Ferro. Transferrin merupakan konjugat Fe

yang berfungsi mentranspor Fe tersebut di dalam plasma darah, dari tempat

penimbunan Fe ke jaringan-jaringan (sel) yang memerlukan (sumsum tulang di

mana terdapat jaringan hemopoetik). Transferin terdapat juga di dalam berbagai

jaringan tubuh, dan mempunyai karakteristik yang berlain-lain. Transferin yang

terdapat di dalam air susu disebut lactotransferin, di dalam telur disebut

ovotransferin, sedangkan di dalam plasma disebut serotransferin.

Page 17: PBL Blok 27 - Word - Lisna

d) Feritin ; adalah bentuk storage Fe dan mengandung bentuk Ferri. Kalau Fe

ferritin diberikan kepada transferrin untuk ditransport, zat besinya diubah

menjadi Ferro dan sebaliknya Fe dari transferrin yang berasal dari penyerapan

di dalam usus diberikan kepada ferritin sambil diubah dalam bentuk Ferri, untuk

kemudian ditimbun.

e) Hemosiderin; adalah konjugat protein dengan Ferri dan merupakan bentuk

storage zat besi juga. Hemosiderin bersifat lebih inert dibandingkan dengan

ferritin. Untuk dimobilisasikan, Fe dari hemosiderin diberikan lebih dahulu

kepada ferritin dan kemudian kepada transferrin

Zat besi (Fe) lebih mudah diserap dari usus halus dalam bentuk ferro. Penyerapan ini

mempunyai mekanisma autoregulasi yang diatur oleh kadar ferritin yang terdapat di

dalam sel-sel mukosa usus. Pada kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10% dari Fe yang

terdapat di dalam makanan diserap ke dalam mukosa usus, tetapi dalam kondisi

defisiensi lebih banyak Fe dapat diserap untuk menutupi kekurangan tersebut.

Ekskresi Fe dilakukan melalui kulit di dalam bagan-bagian tubuh yang aus dan

dilepaskan oleh permukaan tubuh; jumlahnya sangat kecil sekali hanya sekitar 1 mg

dalam sehari semalam. Pada wanita subur, lebih banyak Fe dibuang dari badan dengan

adanya menstruasi sehingga kebutuhan Fe pada wanita dewasa lebih tinggi daripada

laki-laki. Wanita hamil dan sedang menyusukan juga memerlukan lebih banyak Fe

dibandingkan dengan wanita biasa, karena bayi yang sedang dikandung juga

memerlukan zat besi, sedangkan ASI mengandung Fe dalam bentuk lactotransferin yang

diberikan kepada anak yang sedang disusukan. Bayi yang baru lahir dibekali Fe sedikit

dari ibunya, sehingga makanannya harus sudah diberi suplemen sumber Fe dalam

bentuk sari buah, sejak bulan kesatu atau kedua.

Defisiensi Fe di Indonesia merupakan problema defisiensi nasional dan perlu

ditanggulangi secara serius dengan liputan nasional pula. Upaya prevensi belum

diprogramkan secara menyeluruh, baru diberikan suplemen preparat Ferro kepada

para ibu hamil yang memeriksakan diri ke Puskesmas, rumah sakit atau dokter. Sebagai

percobaan sudah dilakukan suplementasi Fe bagi beberapa pekerja perkebunan, tetapi

tampaknya belum dilakukan secara sungguh-sungguh, belum efektif serta belum

memasyarakat.

Page 18: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Bertalian dengan pemakaian pil KB, terdapat bukti-bukti bahwa pil ini meningkatkan

pembuangan Fe, sehingga untuk menggantikan Fe yang terbuang ini telah

disuplementasikan pil Ferro kepada pil KB tersebut.

Angka Kecukupan Besi 7

Berdasarkan AKG Indonesia 2004, kecukupan besi pada wanita tergantung pada umur

dan keadaan fisiologis seperti kehamilan. Pada wanita umur antara 13-49 tahun,

kecukupan besi yang dianjurkan sebesar 26 mg per hari. Pada kehamilan, diperlukan

tambahan besi sebesar 9 mg per hari pada trimester kedua dan sebesar 13 mg per hari

pada trimester ketiga.4 Pada keadaan defisiensi besi, diperlukan asupan besi dari bahan

makanan sumber terutama besi heme. Pemberian suplementasi besi pada ibu hamil

rutin dilakukan selama trimester pertama selama 90 hari. Pemberian suplementasi

sebelum hamil telah menunjukkan hasil yang cukup signifikan apabila akan

direncanakan kehamilan. Kebiasaan makan sangat mempengaruhi kecukupan besi

dalam tubuh. Di negara berkembang, asupan besi kurang adekuat dan bioavailabilitas

besi dalam diet yang rendah akibat tingginya kandungan inhibitor absorpsi besi seperti

polifenol dan pitat.

Tabel 5. AKG Besi Pada Wanita 9

Umur (tahun) AKG Besi (mg)

10-12 20

13-49 26

50-65 12

Hamil (+ an)

Trimester 1 + 0

Trimester 2 + 9

Trimester 3 + 13

Page 19: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Pedoman Gizi Pada Anemia Defisiensi Besi 7

Kebutuhan besi pada ibu hamil dapat diketahui dengan mengukur kadar hemoglobin.

Kadar Hb < 11 mg/dL sudah termasuk kategori anemia defisiensi besi. Namun

pengukuran yang lebih spesifik dapat dilakukan dengan mengukur kadar feritin, karena

walaupun kadar Hb normal belum tentu kadar feritin tubuh dalam keadaan normal.

Kadar feritin memberikan gambaran cadangan besi dalam tubuh. Beberapa hal yang

bisa dipakai sebagai pedoman untuk mencukupi kebutuhan besi antara lain1-3

1. Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga

kebutuhan makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.

2. Meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber besi terutama dari protein

hewani seperti daging, sehingga walaupun tetap mengkonsumsi protein nabati

diharapkan persentase konsumsi protein hewani lebih besar dibandingkan

protein nabati.

3. Meningkatkan konsumsi bahan makanan yang dapat meningkatkan kelarutan

dan bioavailabilitas besi seperti vitamin C yang berasal dari buah-buahan

bersama-sama dengan protein hewani.

4. Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat absorpsi besi

seperti bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat.

5. Mengkonsumsi suplemen besi ferro sebelum kehamilan direncanakan minimal

tiga bulan sebelumnya apabila diketahui kadar feritin rendah.

Semua pedoman di atas dilakukan secara berkesinambungan karena proses terjadinya

defisiensi besi terjadi dalam jangka waktu lama, sehingga untuk dapat mencukupi

cadangan besi tubuh harus dilakukan dalam jangka waktu lama pula. Pada kehamilan

trimester pertama merupakan masa kritis sehingga pemenuhan besi harus tercukupi

sebelum kehamilan. Apabila pada trimester pertama didapatkan kadar feritin tubuh

rendah maka walaupun diberikan terapi besi maka untuk dapat mencukupi kekurangan

cadangan besi akan sulit tercapai.

Page 20: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Fisiologi Kehamilan 8

Darah bertambah banyak dalam kehamilan(hipervolemia/hidremia),

bertambahnya sel darah kurang dibandingkan plasma sehingga terjadi

pengenceran darah

Plasma bertambah 30%, sel darah 18%, Hb 19%

Pengenceran darah meringankan beban jantung

Resistensi perifer berkurang sehingga TD tidak naik

Kehilangan unsur besi lebih sedikit saat persalinan

Kebutuhan besi selama kehamilan 800 mg, 300 mg untuk janin dan plasenta dan

500 mg untuk pertumbuhan eritrosit ibu

Ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3mg besi/hari

Infeksi kronik, penyakit hati dan thalasemia kondisi yg menyediakan defisiensi

kalori-besi.

Gangguan gastrointestinal menyebabkan pemakaian besi di stop oleh ibu hamil

Bertambahnya darah dimulai sejak kehamilan 10 mg dan mencapai puncaknya

pd kehamilan 32 dan 36 mg.

Berat badan lahir yang normal dipengaruhi oleh peningkatan berat badan selama

kehamilan. Rekomendasi The Institute of Medicine menyatakan peningkatan berat badan

selama kehamilan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) sebelum kehamilan seperti

pada tabel berikut.

Tabel 6. Rekomendasi Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan 9

IMT Sebelum Kehamilan

(kg/m2)

Peningkatan Total Berat

Badan (kg)

Rata-rata Peningkatan

Berat Badan

(kg/minggu)a

<19.8 12.5-18 0.5

19.8-26.0 11.5-16 0.4

>26.0-29.0 7-11.5 0.3

>29.0 ≥7atrimester kedua dan ketiga

Peningkatan berat badan yang tidak adekuat berhubungan dengan gangguan

pertumbuhan janin, meningkatkan risiko persalinan, dan malnutrisi setelah lahir.2,3

Page 21: PBL Blok 27 - Word - Lisna

KEBUTUHAN ZAT GIZI IBU HAMIL 7

Untuk menunjang kesehatan ibu hamil dan pertumbuhan janin, diperlukan

asupan makronutrien dan mikronutrien yang adekuat selama kehamilan. Kebutuhan zat

gizi ibu hamil di Indonesia berpedoman pada angka kecukupan gizi (AKG) Indonsia

tahun 2004.4

Kebutuhan makronutrien meliputi kalori, protein dan lemak. Kalori diperlukan

untuk mencukupi kebutuhan tumbuh kembang janin dan membentuk jaringan

penunjang selama kehamilan dengan rata-rata tambahan kebutuhan kalori per hari

sebesar 100 kkal untuk trimester pertama dan sebesar 300 kkal untuk trimester kedua

dan ketiga. Protein diperlukan untuk membentuk struktur sel dan jaringan serta

penyusun enzim. Kebutuhan protein selama kehamilan rata-rata ditambah sebesar 17

gram per hari. Kebutuhan protein meningkat terutama pada trimester ketiga. Lemak

merupakan salah satu sumber energi tubuh dan sebagai pelarut vitamin larut lemak.

Kebutuhan lemak tergantung pada kebutuhan energi untuk peningkatan berat badan.

Kebutuhan lemak meliputi asam lemak esensial jenis long chain polyunsaturated fatty

acid (LC PUFA) antara lain asam linoleat dan asam linolenat.1-4

Kebutuhan mikronutrien meliputi vitamin larut air dan larut lemak serta

makromineral dan mikromineral. Asam folat diperlukan terutama untuk mencegah

terjadinya neural tube defect (NTD). Kebutuhan asam folat ditambahkan sebesar 200

mcg dari kebutuhan sebelum hamil sebesar 400 mcg. Kolin mutlak diperlukan dari

bahan makanan sebesar 450 mg per hari karena bersifat esensial, yang digunakan

untuk pembentukkan membran sel, transmisi impul saraf, dan sumber gugus metil.

Vitamin B6 diperlukan untuk mengurangi gangguan mual dan muntah. Rata-rata

tambahan kebutuhan vitamin B6 sebesar 0.4 mg per hari dari kebutuhan sebelum hamil

sebesar 1.3 mg per hari. Pemberian tambahan asam askorbat sebesar 10 mg per hari

dari kebutuhan sebelum hamil. Asam askorbat dapat diberikan diberikan bersama

dengan besi untuk meningkatkan bioavailabilitas besi.1-4

Rata-rata tambahan kebutuhan vitamin A sebesar 300 RE dari kebutuhan

sebelum hamil sebesar 500 RE. Konsumsi vitamin A berlebihan dari diet harus

memerlukan pengawasan yang ketat karena memiliki risiko terjadinya kecacatan janin.

Kebutuhan vitamin D, E, dan K tidak mengalami perubahan selama kehamilan.

Kebutuhan kalsium mengalami peningkatan sebesar 150 mg per hari dari

kebutuhan sebelum hamil sebesar 800-1000 mg per hari. Hormon human chorionic

Page 22: PBL Blok 27 - Word - Lisna

somatomammotropin akan meningkatkan resorspsi tulang sedangkan hormon estrogen

akan menghambatnya. Kebutuhan magnesium dan fosfor tidak mengalami perubahan

selama kehamilan. Seng diperlukan sebagai kofaktor pada sebagian besar metabolisme

tubuh. Rata-rata tambahan kebutuhan seng terus meningkat sampai trimester ketiga

sebesar 9 mg per hari. Pemberian asupan besi akan mempengaruhi absorpsi seng

karena kedua mineral tersebut bersifat kompetitif inhibitor, dimana absorpsi besi lebih

besar dibandingkan seng. Iodium diperlukan dalam pembentukkan tiroksin yang

berperan mengatur metabolisme makronutrien. Rata-rata tambahan kebutuhan iodium

sebesar 50 mcg per hari selama kehamilan.1-4

Pemberian suplementasi vitamin dan mineral diindikasikan pada keadaan defisiensi,

namun selama ini suplementasi tetap diberikan pada ibu hamil untuk menjamin

kecukupan mikronutrien selama kehamilan.1-3 Salah satu mikronutrien yang diberikan

adalah zat besi (Fe)

Patofisiologi 8

Tahapan Defisiensi

Tahap 1 : Deplesi sedang cadangan Fe

Tahap 2 : Deplesi berat cadangan Fe

Tahap 3 : Defisiensi Fe, gangguan fungsi

Tahap 4 : Defisiensi Fe, gangguan fungsi, anemia

Kelompok Ibu Hamil 1

Ibu yang sedang hamil bersangkutan pula dengan proses pertumbuhan, yaitu

pertumbuhan fetus yang ada di dalam kandungan dan pertumbuhan berbagai organ ibu

pendukung proses kehamilan tersebut, seperti alat kandungan dengan adneksanya,

mammae, dan lainnya. Energi ekspenditur juga meningkat terlihat dari peningkatan

Metabolisme Basal (BM) yang dapat mencapai 10-15% diatas BM normal.

Untuk mendukung berbagai proses pertumbuhan dan peningkatan energi

ekspenditur, kebutuhan makanan sumber energi juga meningkat 300-350 kalori sehari,

terutama pada pertengahan kedua dari kehamilan. Kebutuhan protein juga meningkat

dengan 10 gram sehari di atas kebutuhannya jika ibu tersebut tidak sedang hamil.

Page 23: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Peningkatan metabolisme berbagai zat gizi membutuhkan pula peningkatan

kebutuhan suplai vitamin, terutama thiamin dan riboflavin serta vitamin A dan vitamin

D, serta vitamin yang mendukung hemopoesis seperti asam folat dan vitamin B12.

Dari mineral, khusus Ca dan Fe menunjukkan peningkatan kebutuhan yang

menyolok, sedangkan P biasanya dicukupi bila konsumsi protein mencukupi. Kondisi

gizi dan konsumsi ibu yang sedang hamil akan berpengaruh pada kondisi fetus dan

neonatus setelah lahir.

Ibu Menyusui 1

Postpartum badan ibu menyesuaikan kembali alat-alat kandungan dan

adneksanya menjadi bentuk normal seperti sebelum kehamilan, sedangkan mamae

menyiapkan diri dan mulai berfungsi menghasilkan ASI. Melalui ASI zat-zat gizi yang

diperlukan neonatus diberikan dari tubuh ibunya dari persediaan yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu.

Sekresi ASI rata-rata 800-850 ml sehari dan mengandung kalori 60-65 kal,

protein 1.0-1.2 gram, dan lemak 2.5-3.5 gram setiap 100 ml. Komponen-komponen ini

diambul dari tubuh ibu, dan harus digantikan oleh suplai dari makanan ibu tersebut.

Tambahan kebutuhan energi bagi ibu menyusui adalah 800 kalori sehari dan tambahan

kebutuhan protein sebesar 25 gram sehari, diatas kebutuhan ibu tersebut bila tidak

sedang menyusui. Sampai batas tertentu, kebutuhan anak diambil dari tubuh ibunya,

tidak menghiraukan apakah ibunya sendiri mempunyai persediaan cukup atau tidak

akan zat-zat gizi tersebut. Di bawah garis batas ini, maka bila konsumsi ibu tidak

mencukupi, kadar zat-zat gizi di dalam ASI akan terpengaruh oleh intake ibu tersebut,

dan tampak menurun bila ibunya mengalami defisiensi.

Khusus untuk protein, meskipun konsumsi ibu tidak mencukupi, ASI akan tetap

memberikan jatah yang diperlukan oleh anaknya, yang diambil dengan mengorbankan

jaringan ibunya. Bila konsumsi Ca ibunya berkurang, Ca akan diambil dari cadangan Ca

jaringan ibunya, sehingga memberikan osteoporosis dan kerusakan gigi-geligi caries

dentis. Ibu yang telah hamil berkali-kali dan kurang konsumsi Ca-nya akan lebih mudah

menderita kerusakan gigi caries dentis tersebut.

Page 24: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Manifestasi Klinik 6

Gejala anemia karena defisiensi zat besi bergantung pada kecepatan terjadinya

anemia pada diri seseorang, semakin cepat penurunan kadar hemoglobin maka gejala

anemia yang terlihat akan semakin terlihat sebaliknya bila penurunan kadar

hemoglobin terjadi secara perlahan maka gejalanya juga tidak terlalu menyolok.

Gejalanya dapat berkaitan dengan kecepatan penurunan kadar hemoglobin.

Gejala umum anemia defisiensi besi terjadi apabila kadar hemoglobin di bawah 7-8 g/dl

sedangkan anemia bersifat simtomatik jika hemoglobin telah turun di bawah 7 g/dl.

Karena penurunan kadar hemoglobin akan mempengaruhi kapasitas membawa oksigen

maka setiap aktivitas fisik pada anemia karena defisiensi zat besi akan menimbulkan

keluhan sesak napas.

Pada awalnya, sebagian besar pasien mengeluhkan rasa mudah lelah dan

mengantuk yang semakin bertambah, badan lemah,mata berkunang-kunang serta

telinga mendenging. Keluhan lain yang lebih jarang dijumpai adalah sakit kepala, tinitus,

dan gangguan cita rasa. Kadangkala antara kadar hemoglobin dan gejala anemia

terdapat korelasi yang buruk. Dengan semakin meningkatnya intensitas defisiensi,

pasien akan memperlihatkan gejala pucat pada konjungtiva, lidah, dasar kuku, dan

palatum mole.

Pada anemia karena defisiensi zat besi yang sudah berlangsung lama, ditemukan

atrofi papilaris pada lidah dimana permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena

papil lidah hilang, dan bentuk kukunya rapuh dan dapat berubah menjadi bentuk

seperti sendok (koilnikia), stomatitis angularis yaitu adanya keradangan pada sudut

mulut sehingga tampak sebagi bercak berwarna pucat keputihan, disfagia yaitu nyeri

menelan karena kerusakan epitel hipofaring, atrofi mukosa gaster sehingga

menimbulkan akhlorhidria dan pica yaitu keinginan untuk memakan bahan makanan

yang tidak lazim. Pada keadaan ini juga terdapat pembesaran limpa (splenomegali).

Page 25: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Epidemiologi 10

Prevalensi anemia digunakan sebagai indikator alternatif untuk defisiensi zat

besi pada tatanan kesehatan masyarakat. Prevalensi anemia ditentukan oleh kadar

hemoglobin dalam darah. Titik cut off kadar hemoglobin untuk mendefinisikan anemia

berbeda menurut usia.

Di negara berkembang, terdapat 370 juta wanita yang menderita anemia karena

defisiensi besi. Prevalensi rata-rata lebih tinggi pada ibu hamil (51%) dibandingkan

pada wanita yang tidak hamil (41%). Di Amerika Utara, Eropa, dan Australia jarang

dijumpai anemia karena defisiensi besi selama kehamilan. Bahkan di AS hanya terdapat

sekitar 5% anak kecil dan 5-10% wanita dalam usia reproduktif yang menderita anemia

karena defisiensi besi. Ada sekitar 20-30% ibu hamil dari strata sosioekonomi rendah di

AS yang memperlihatkan defisiensi zat besi selama trisemester ketiga kehamilan. Di

negara berkembang, permasalahan defisiensi zat besi cukup tinggi. Di India terdapat

sekitar 88% ibu hamil yang menderita anemia dan pada wilayah Asia lainnya

ditemukan hampir 60% wanita yang mengalami anemia.

Tabel 7. Prevalensi anemia defisiensi besi di dunia

Afrika Amerika Latin Indonesia

Laki-laki dewasa 6% 3% 16-50%

Wanita tidak hamil 20% 17-21% 25-48%

Wanita hamil 60% 39-46% 46-92%

Page 26: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Penatalaksanaan 6

Promotif

Mengadakan penyuluhan tentang pentingnya gizi pada ibu hamil dan menyusui.

Preventif

- Prinsip dasar dalam pencegahan anemia karena defisiensi zat besi adalah

memastikan konsumsi zat besi dengan teratur untuk memenuhi kebutuhan

tubuh dan untuk meningkatkan kandungan serta bioavailabilitas zat besi

dalam makanan. Ada 3 pendekatan :

- Penyediaan suplemen zat besi yaitu pemberian profilaksis pada segmen

penduduk yang rentan seperti ibu hamil dan balita. Di Indonesia diberikan

pada perempuan hamil dan anak balita adalah pil besi dan folat

- Fortifikasi bahan pangan yang biasa dikonsumsi dengan besi, yaitu

mencampurkan besi pada bahan makanan. Di negara Barat dilakukan dengan

menggabungkan tepung dengan roti atau bubuk susu dengan besi.

- Edukasi gizi yaitu dengan meningkatkan konsumsi bahan pangan yang kaya

akan zat besi seperti kacang- kacangan, sayuran hijau dan sayuran lainnya

serta mendorong konsumsi bahan pangan yang kaya akan vitamin c seperti

jeruk, jambu dan kiwi.

- Pencegahan anemia pada ibu hamil : pemberian kalori 300 kal/hr dan

suplemen besi sebanyak 60 mg/hari

Kuratif

Tujuannya untuk mengoreksi defisit massa Hb dan memulihkan cadangan Fe.

Terapi :

Preparat Fe Oral

- Jenis-jenisnya seperti Ferro Sulfat, Ferro glukonat, Na-ferro bisitrat.

- Na-ferro bisitrat yang efek samping gastro intestinalnya minimal.

- Preparat yang tersedia adalah ferrous sulfat (sulfas ferosus)

merupakan preparat pilihan petama oleh karena paling murah tetapi

efektif. Dosis anjuran adalah 3 x 200 mg. Setiap 200 mg sulfas ferosus

mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfas ferosus 3 × 200

Page 27: PBL Blok 27 - Word - Lisna

mg mengakibatkan absorbsi besi 50 mg per hari yang dapat

meningkatkan eritropoesis dua sampai tiga kali normal.

- Misalnya Hemoglobin sebelumnya adalah 6 gr / dl, maka kekurangan

Hemoglobin adalah 12 -6 = 6 gr / dl, sehingga kebutuhan zat bei

adalah: 6 x 200 mg. Kebutuhan besi untuk mengisi cadangan adalah

500 fig, maka dosis Fe secara keseluruhan adalah 1200+500=1700 mg.

- Fero sulfat : 3 tablet / hari, a 300 mg mengandung 60 mg Fe

- Fero glukonat : 5 tablet / hari, a 300 mg mengandung 37 mg Fe.

- Fero fumarat : 3 tablet / hari, a 200 mg mengandung 67 mg Fe.

- Untuk program Nasional diberikan : 60 mg Fe + 50 µg Asam Folat.

- Preparat besi oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong, tetapi

efek samping lebih sering dibandingkan dengan pemberian setelah

makan. Pada pasien yang mengalami intoleransi, sulfas ferosus dapat

diberikan saat makan atau setelah makan.

Preparat Fe Parenteral

Bentuknya adalah Ferrum dekstran secara IV atau IM.

Pemberian preparat parenteral yaitu dg ferum dextran 1000 mg (20 ml)

IV atau 2x10ml/IM gluteus.

Indikasi: intoleransi Fe oral pada traktus gastro intestinal yang berat, ,

intoleransi besi pd GIT, dan kepatuhan pasien yang buruk

Dosis pemberian zat besi par-enteral dapat dihitung dengan mudah

dengan memakai rumus :

Zat besi yang diperlukan (mg)= (15-Hb) x BBx 3.

Efek samping: Nyeri, Inflamasi, plebitis, Demam, Atralgia, Hipotensi, dan

reaksi Anafilaktik

Efek Terapi :

60 mg Fe oral per hari dapat menaikkan kadar Hb sampai 1 g% per bulan.

1000 mg (20 mL) Ferrum dekstran dapat menaikkan kadar Hb sampai 2 g

per bulan.

Page 28: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Non-medikamentosa

Diet : Sebaiknya diberikan makanan bergizi dan tinggi protein terutama

yang berasal dari protein hewani

Tabel 8. Bahan Makanan Sumber Besi8

Bahan

Makanan

Kandungan Besi

(mg)

Daging 23.8

Sereal 18.0

Kedelai 8.8

Kacang 8.3

Beras 8.0

Bayam 6.4

Hamburger 5.9

Hati sapi 5.2

Susu formula 1.2

Absorpsi besi dari bahan makanan dipengaruhi oleh kondisi saluran cerna

dan kandungan bahan dalam makanan tersebut. Keasaman lambung dapat

meningkatkan kelarutan besi sehingga akan meningkatkan

bioavailabilitasnya. Dalam usus, absorpsi besi akan optimal pada pH 6.75.9

Bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat (inhibitor) dapat

menghambat penyerapan besi, karena bahan tersebut akan mengikat besi

dalam usus sehingga bersifat tidak larut dan menurunkan bioavailabilitasnya.

Hal ini hanya terjadi pada besi non heme karena dalam bentuk besi bebas

sehingga mudah diikat, sedangkan besi heme tidak dipengaruhi oleh

inhibitor tersebut.

Bahan makanan sumber besi didapatkan dari produk hewani dan nabati. Besi

yang bersumber dari bahan makanan terdiri atas besi heme dan besi non

heme. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa walaupun kandungan

besi dalam sereal dan kacang-kacangan relatif tinggi, namum oleh karena

bahan makanan tersebut mengandung bahan yang dapat menghambat

absorpsi dalam usus, maka sebagian besar besi tidak akan diabsorpsi dan

dibuang bersama feses.

Page 29: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Tabel 9. Senyawa Yang Mempengaruhi Absorpsi Besi5

Aktivasi Inhibitor

Asam askorbat Polifenol (grup galoil)

Daging Pitat

Alkohol Kalsium

Mirisetin

Asam klorogenik (kopi)

Vitamin c : Diberikan 3 × 100 mg per hari untuk meningkatkan absorbs

besi

Transfusi darah : diindikasikan untuk penyakit jantung anemic dengan

payah jantung, anemia yang sangat simtomatik dan pasien yang

memerlukan kadar hemoglobin segera seperti pada kehamilan trimester

akhir atau preoperasi

Keadaan-keadaan Khusus :

Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi Fe

Teh, kopi, kalsium (Ca) dapat menghambat absorpsi Fe

Pemberian Fe kadang bersama Asam Folat dikarenakan pembentukan Hb juga

perlu Asam Folat

Pada malnutrisi dengan anemia, pemberian Fe perlu ditambah Vitamin dan

Protein, karena pembentukan Hb juga perlu protein.

Pada malaria terjadi hemolisis (anemia hemolitik), pemberian Fe justru dapat

menimbulkan kelebihan besi.

Pada kecacingan dapat terjadi anemia karena perdarahan kronis.

Page 30: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Rehabilitatif

Pada periode hamil muda sering terjadi rangsangan pada organ rongga perut,

yang memberikan nausea, vomitus, hiperemesis gravidarum, dan anoreksia.

Untuk mengurangi efek-efek ini, makanan harus:

a. Kering; minum harus dipisahkan dari waktu makan

b. Makan sedikit-sedikit tapi sering

c. Kadar lemak rendah dalam hidangan, dan relatif tinggi karbohidrat

Di Indonesia banyak pantangan yang dikenakan kepada ibu hamil maupun ibu

yang menyusi. Harus diperhatikan jangan sampai pantangan tersebut merugikan

kondisi gizi ibunya maupun anak yang dikandung atau disusuinya. Kepercayaan

tentang makanan yang menguntungkan kondisi gizi ibu dan sekresi ASI

sebaiknya lebih digalakkan, seperti lebih banyak makan sayur daun katuk, daun

pepaya, dan sebagainya.

Komplikasi 6

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat berakibat:

a. Berat lahir anak yang rendah

b. Kelahiran prematur

c. Kelahiran anak yang meninggal; dari sudut ibu, dapat memberikan kehamilan

dengan berbagai kesulitan

a. Makanan mudah dicerna dan jangan diberi banyak bumbu

b. Kandungan protein cukup tinggi, terutama bila terdapat proteinuria

c. Terutama pada bagian kedua dari masa kehamilan, sebaiknya diberi suplemen

Fe, vitamin C, dan B-kompleks.

Pengaruh anemia dalam kehamilan :

Abortus

Partus prematurus

Partus lama karrna inertia uteri

Perdarahan post partum krn atonia uteri

Syok

Infeksi

Decompensatio cordis jika Hb < 4 g%

Page 31: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu walaupun

tidak terjadi perdarahan

Pengaruh terhadap hasil konsepsi

1. Kematian mudigah

2. Kematian perinatal

3. Prematuritas

4. Cacat bawaan

5. Cadangan besi kurang

Prognosis 5

Pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi bila diberikan penanganan

yang tepat yaitu dengan menggunakan tablet tambah darah dan perbaikan gizi dengan

meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung Fe maka kondisi pasien

dapat diperbaiki.

Page 32: PBL Blok 27 - Word - Lisna

Kesimpulan

Anemia defisiensi besi (ADB) masih merupakan masalah kesehatan yang penting terkait

prevalenisnya yang tinggi dan efek sampingnya, terutama pada wanita hamil. Di

berbagai negara termasuk Indonesia dilaporkan bahwa prevalensi tinggi. Tingginya

prevalensi ADB pada wanita hamil memberikan efek negatif terhadap kesehatan dan

ekonomi.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain,

kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi

diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti

pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.

Anemia defisiensi besi pada kehamilan mempunyai gejala klinis yang bervariasi,

sehingga untuk menegakkan diagnosa diperlukan pemeriksaan darah dan sumsum

tulang merupakan hal yang sangat penting. Pada pemeriksaan fisik sering belum

menunjukan adanya gejala kecuali sesudah nilai hemoglobinnya sangat rendah dan

telah berlangsung lama.

ADB pada wanita hamil dapat memberikan efek pada kehamilan, setelah kelahiran,

anak-anak dan bahkan sampai masa dewasa. Salah satu efek ADB adalah kelahiran

premature dimana hal ini berasosiasi dengan masalah baru seperti berat badan lahir

rendah, defisiensi respon imun dan cenderung mendapat masalah psikologik dan

pertumbuhan. Apabila hal ini berlanjut maka hal ini berkorelasi dengan rendahnya IQ

dan kemampuan belajar.

Dalam upaya mengontrol ADB pada wanita hamil, perlu dilakukan program tablet besi

dimana setiap wanita hamil diberikan 90 mg tablet besi sejak periode kehamilan.

Pemberian asam folat, vitamin B12 dan B6 kombinasi dengan tablet besi pada wanita

hamil penting juga diperhatikan sebagai nutrisi selama kehamilan.

Page 33: PBL Blok 27 - Word - Lisna

DAFTAR PUSTAKA

1. Sediaoetama AD. Ilmu Gizi Jilid I. Gizi ibu hamil dan menyusui. Dian Rakyat :

Jakarta; 2008 .h. 179-242

2. Sediaoetama AD. Ilmu Gizi Jilid II. Penyakit-penyakit defisiensi tingkat nasional

di Indonesia. Dian Rakyat : Jakarta; 2006 .h. 56-71.

3. Hutabarat H. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Kematian Maternal. Vol.

7 No. 1 Januari 2004, h. 5-35.

4. Chi IC. 2004. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Analisis Epidemiologi

Kematian Ibu pada Dua Belas Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia. Vol. 7 No. 4

Oktober 2004, h. 223-35.

5. Soejoenoes A. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Beberapa Hasil

Pengamatan Klinik pada Ibu Hamil dengan Anemia. Vol. 2 No. 9 April 2003, h. 83-

89.

6. Gibney MJ. Gizi Kesehatan Masyarakat. Anemia karena defisiensi zat besi. EGC:

Jakarta; 2008 .h. 263-71, 276-86.

7. Barasi ME. At a glance ilmu gizi. Nutrisi dalam kehamilan dan laktasi. Erlangga:

Jakarta; 2007.h. 80-1.

8. Sudoyo W. Buku ajar Ilmu penyakit dalam Jilid II. Anemia defesiensi besi. FK UI :

Jakarta ; 2007. h 634-40.

9. Gizi pada kehamilan. Diunduh dari http://staff.unud.ac.id/gizipadakehamilan.

24 September 2011

10. Vijayaraghavan K. Anemia karena defisiensi zat besi. Dalam : gizi kesehatan

masyarakat. Jakarta : EGC ; 2008. h. 305, 276-85