PBL 29

22

Click here to load reader

description

penjelasan tentang anastesi

Transcript of PBL 29

TINJAUAN PUSTAKAFibrilasi Ventrikel

Johanes Mayolus Davy Putra10-2010-197C8

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida [email protected] kasus kali ini didapati seorang perempuan berusia 60 tahun, datang dibawa keluarganya karena tak sadarkan diri. Menurut keluarga pasien, 2 tahun yang lalu pasien pernah mengalami searangan jantung dan mempunyai riwayat hipertensi sejak 15 tahun yang lalu dan juga riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu.Pada pemeriksaan EKG didapati gambaran fibrilasi Ventrikel, ditambah dengan AGD, elektrolit, dan gula darah tidak ada hasil. Pada pemeriksaan fisik didapati O.S tensinya tidak dapat terukur, nadinya tidak teraba dan suhunya tidak ada hasil.Maka dari itu, tinjauan pustaka kali ini akan membahas tentang fibrilasi ventrikel dan bagaimana cara penanganannya dalam keadaan emergency.AnamnesisAnamnesis bermanfaat untuk membuat catatan kasar sambil mengajukan pertanyaan kepada pasien. Pada akhir anamnesis dan pemeriksaan lainnya barulah dibuat catatan medik yang lengkap. Catatan medik tersebut harus merupakan catatan yang akurat dan berurutan dari perkembangan dan perjalanan penyakit-penyakit pasien.

Struktur Umum Anamnesis1. Identitas Pasien2. Keluhan Utama3. Detail Dari Penyakit Sekarang4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu5. Pengobatan Dan Respons Terhadap Obat6. Penyakit/kesehatan KeluargaDetail dari keluhan utama atau penyakit sekarang meliputi 3 Onsetnya : apakah terjadi tiba-tiba? Atau bertahap? Polanya : apakah terus menerus (continuing)? Atau mungkin intermitten? Frekuensinya : berapa sering dalam sehari, ataukah minggu, atau sebulan lamanya Durasi : dalam berapa menit? Atau jam? Progresivitas: menetap? Membaik? Atau bahkan memburuk? Severity: Ringan, sedang atau berat? Karakterisik: jadi bagaimana gambaran keluhannya? Trigger : mencakup penyakit atau kondisi yang mendahului atau factor yang memberatkan atau meringankan keluhan? Gejala yang menyertai keluhan?Pemeriksaan FisikPertama tama kita harus mengetahui kesadaran umum pasien, status kesadaran pasien di nilai secar kualitatif dan kuantitatif. Cara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan skala Glasgow coma scale. Glasgow mencoba mengkaitkan antara kesadaran seseorang dengan reflek fisik. Jika fisiknya tidak bisa merespon stimulasi dengan baik, maka secara bertahap kesadaran orang tersebut dianggap menurun, sampai pada suatu batas terendahnya yaitu koma alias mati suri. Total nilai antara respon mata, verbal, dan motorik diberi angka 15. Jika seseorang memperoleh nilai akumulatif 15 berarti orang tersebut berada dalam kondisi 'sadar' alias 'terjaga' penuh. Jika di bawah angka 8, ia sudah dikategorikan sebagai koma.ResponsJenis ResponsPoin

Eye Opening (E)Spontan mata berkedip4

Terbuka dengan perintah bicara/jeritan3

Terbuka pada rangsangan sakit2

Tidak ada respons dengan suara & rasa sakit1

Verbal (V)Percakapan terorientasi 5

Bicara membingungkan, dapat menjawab pertanyaan4

Respons tidak jelas, kata-kata tidak cocok3

Kata-kata sembarangan2

Tidak ada respons terhadap pertanyaan1

Motorik (M)Melakukan gerakan yang diperintahkan6

Tahu lokasi rangsang sakit (rasa sakit lokal)5

Tidak merasakan sakit4

Fleksus tidak normal, decorticate posture (fleksi sendi siku)3

Ekstensor abnormal (rigit), decerebrate posture2

Tidak ada respons nyeri1

Gambar.1 Glasgow Coma Scale pada Orang DewasaPemeriksaan tanda-tanda vital diawali dengan memeriksa nadi. Nilai normal dari nadi adalah 60 100 kali/ menit. Jika denyut nadi meningkat >100 x/menit disebut takikardi dan jika di bawah dari 60x/menit di sebut bradikardi. Kemudian kita dapat mengukur tekanan darah, nilai normal bergantung pada faktor umur, jenis kelamin. sUntuk orang dewasa dengan umur kurang lebih 40 tahun mempunyai nilai normal rata rata untuk tekanan sisitolik adalah 110 140 mmHg sedangkan tekanan diastolik adalah 80 90 mmHg Kemudian kita lihat respirasinya, frekuensi nafas berapa kali per menit dan apakah teratur atau tidak. Normophnea adalah pernafasan normal fisiologis tanpa ada rasa hambatan subyektif. Dispnea adalah keadaan gangguan pernafasan yang dirasakan berat disertai tanda tanda obyektif antara lain pernafasan cuping hidung, ikut aktifnya otot pernafasan pembantu, frekuensi dan amplitudo pernafasan meningkat, tidal volume bertambah dan lain lain.Untuk pemeriksaan fisik lainnya dapat dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada pemeriksaan inspeksi jantung, paling penting ialah menemukan lokasi apical impulse atau point of maximal impulse atau ictus cordis pada ruang sela iga ke-5, sesuai dengan letak apex cordis. Impulse ini dihasilkan oleh pulsasi singkat ventrikel kiri pada saat ventrikel bergerak kearah anterior selama kontraksi jantung dan menyentuh dinding dada.Pada palpasi kita bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak arterisklerosis pembuluh darah servikal otak dengan merasakan kekuatan arteri atau ada tidaknya gangguan darah. Pada auskultasi, sangatlah penting di klinik, terutama untuk menentukan berbagai diagnosis dari kelainan jantung. Kelainan patologis yang harus diidentifikasikan dengan cara auskultasi ialah Gallop : yaitu bunyi jantung seperti derap kaki kuda yang sedang berlari. Murmur : bising jantung Aritmia : denyut jantung yang tidak teratur atau irreguler Irreguler : yang dapat ditemukan stenosis miral, stenosis trikuspid.Pemeriksaan Penunjang Untuk pemeriksaan penunjang, Elektrokardiogram (EKG) adalah gold standard dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung. EKG adalah rekaman sebagian kecil arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi yang mencapai permukaan tubuh dan dideteksi oleh elktroda pencatat. EKG adalah grafik yang dibentuk oleh elektrokardiograf. Informasi yang dapat kita dapatkan dari rekaman EKG adalah gangguan ritme jantung seperti aritmia, gangguan elektrolit, abnormalitas konduksi, hipertrofi atrium dan ventrikel, deteksi penyakit bukan jantung, pengaruh obat obatan. Lalu kemudian kita dapat melakukan echokardiografi , adalah pemeriksaan dengan menggunakan prinsip gelombang suara ultra (ultra sound) untuk melihat anatomi jantung saat bergerak (berdenyut), sehingga dapat diketahui adanya gangguan gerakan otot jantung, kebocoran sekat jantung. penyempitan / kebocoran katub jantung, ukuran ruang jantung, maupun adanya cairan serta tumor pada rongga jantung.Selain itu ada beberapa pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis adalah :

1. MRI Dengan menggunakan MRI, jantung dan pembuluh darah dapat dilihat dari berbagai sudut yang berbeda dan dapat dilihat gambaran bergerak dari jantung beserta denyutannya.2. Angiografi Angiografi digunakan untuk melihat pembuluh darah yang ada di sekitar jantung. Pemeriksaan ini sekarang sudah tidak digunakan lagi dan dianggap berbahaya karena menggunakan kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah jantung.3. Pemeriksaan laboratorium darah Untuk pemeriksaan hematologi biasanya dipakai darah kapiler atau darah vena.Pemeriksaan Laboratorium :1) CBC (complete blood cell)2) Pemeriksaan kadar elektrolit pasien, seperti kalsim, kalium dan magnesium3) Bila diperlukan diperiksa kadar obat (misalnya digoksin). 4) Biomarker jantung Peningkatan enzim jantung (biomarkers) seperti kreatinin kinase, troponin I, dan isoenzim laktat dehidrogenase khusus untuk jantung Kriteria WHO diumumkan pada tahun 2000 untuk menggambarkan lebih banyak tentang keadaan enzim jantung. Menurut pedoman terbaru ini, peningkatan troponin jantung menyertai gejala, gelombang Q patologis, elevasi atau depresi ST atau intervensi koroner adalah diagnosis untuk IMA.5) Arterial blood gases jika pasien hipoksia 6) Central venous pressure atau pulmonary capilary wedge (PWC) pressure.

Diagnosis KerjaFibrilasi VentrikelFibrilasi ventrikel adalah keadaan irama jantung yang sangat kacau, yang biasanya berakhir dengan kematian dalam waktu beberapa menit, kecuali jika tindakan penanganan tepat segera dilakukan.Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tidak efektif. Pada disritmia ini denyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba dan tidak ada respirasi. Ventrikel vibrilasi merupakan kejadian preterminal. Vibrilasi ini hampir selalu tampak pada jantung yang sekarat. Fibrilasi ini adalah aritmia yang paling sering ditemukan pada orang dewasa yang mengalami kematian mendadak. Pada fibrilasi ventrikel polanya sangat irregular dan dapat dibedakan dengan disritmia tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi aktifitas jantung, maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak dikoreksi. Gambaran EKG Ventrikel Vibrilasi ada dua macam, yaitu vibrilasi ventrikel kasar yang memiliki rekaman EKG menyentak-nyentak secara pasmodic; dan vibrilasi ventrikel halus yang rekaman EKGnya berombak halus. Seperti pada asitol, kehilangan kesadaran terjadi dalam beberapa detik pada kondisi fibrilasi ventrikel. Pasien mengalami pelemahan jantung dan tidak ada curah jantung. Fibrilasi ventrikel adalah paling umum menyebabkan kematian tiba-tiba dan fatal apabila resusitasi tidak dilakukan dengan segera.Diagnosis BandingVentrikel TakikardiTakikardi ventrikular (Ventricular tachycardia) adalah kecepatan ventrikular sekurangnya 120 detak permenit yang terjadi di ventrikel. Takikardi ventrikular yang berlanjut (takikardi ventrikular bertahan setidaknya 30 detik) terjadi pada penyakit jantung yang bervariasi yang merusak ventrikel. Seringkali hal itu terjadi seminggu atau beberapa bulan setelah serangan jantung.Takikardi ventrikel ialah ekstrasistol ventrikel yang timbul berturut-turut 4 kali atau lebih. Kelainan irama ini berbahaya dan membutuhkan pengobatan segera. Takikardia ventrikel mudah berkembang menjadi fibrilasi ventrikel dan dapat menyebabkan henti jantung (cardiac arrest). Takikardia ventrikel umumnya menunjukkan adanya penyakit jantung yang berat. Diagnosis takikardia ventrikel ditegakkan bila ditemukan takikardia dengan kecepatan 150-210 per menit, umumnya teratur tapi kadang-kadang sedikit tak teratur. Biasanya timbul tiba-tiba dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Penekanan bola mata atau penekanan pada arteri karotis tidak ada efek apa-apa. Intensitas bunyi jantung kadang-kadang berubah-ubah karena adanya disosiasi AV. EKG menunjukkan kompleks QRS lebar, bizarre seperti ekstrasistol ventrikel yang timbul berturut-turut dan terus menerus dengan kecepatan lebih dari 150 per menit.Torsades de pointesTorsades de pointes atau twisting of the points merupakan jenis VT polimorfik pada episode takikardi yang dapat menimbulkan fibrilasi dan kematian mendadak. Torsade de pointes mengalami tumpang tindih pada interval bradikardi, yang selama periode tersebut interval QT memanjang (menunjukan durasi potensial aksi ventrikel). Selama takikardi, EKG memiliki gambaran berbeda dimana amplitudo kompleks QRS meningkat dan menurun secara bergantian. Torsade de pointes dapat disebabkan oleh obat-obata atau kondisi yang menunda repolarisasi ventrikel (misalnya antiaritmia kelas IA: prokainamid dan disopiramid dan III :amiodaron dan sotalol, hipokalemia, hipomagnesemia).Epidemiologi Jumlah sudden cardiac death adalah sekitar 300.000 kematian per tahun di Amerika serikat, dimana 75-80% disebabkan oleh fibrilasi ventrikel. Jumlah kematian yang disebabkan oleh fibrilasi ventrikel lebih banyak dibandingkan yang disebabkan oleh kanker paru-paru, kanker payudara, ataupun AIDS. Fibrilasi ventrikel umumnya merupakan tanda dari penyakit jantung koroner dan bertanggung jawab dari sekitar 50% kematian akibat PJK. Frekuensi fibrilasi ventrikel di seluruh dunia kurang lebih sama dengan frekuensinya di Amerika Serikat.Insiden fibrilasi ventrikel pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita (3 : 1). Rasio ini merupakan refleksi dari tingginya insiden PJK pada pria dari pada pada wanita. Insiden fibrilasi ventrikel sebanding dengan insiden PJK, dengan puncak terjadi pada usia 45-75 tahun.EtiologiVibrilasi ventrikel dapat terjadi pada kondisi : iskemia dan infark miokard, manipulasi kateter pada ventrikel, gangguan karena kontak dengan listrik, pemanjangan interval QT, atau sebagai irama akhir pada pasien dengan kegagalan sirkulasi, atau pada kejadian takikardi ventrikel yang memburuk.Penyebab yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan tetapi fibrilasi ventrikel dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh oksigen yang cukup, atau orang tersebut memiliki penyakit jantung yang lain.Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan antara lain :1. Gangguan jantung struktural2. Gangguan jantung nonstructural3. Noncardiac respiratory4. Gangguan elektrolit dan asidosis5. NeurologikPatofisologiAktivitas listrik pada fibrilasi ventrikel ditandai oleh depolarisasi sel yang tidak beraturan melalui otot jantung ventrikel. Berkurangnya depolarisasi yang terkoordinasi mencegah terjadinya kontraksi yang efektif dari otot jantung dan pengeluaran darah dari jantung. Pada pemeriksaan EKG tidak ditemukan kompleks QRS walaupun jarak amplitudo yang melebar pada aktivitas listrik ditemukan, dari gelombang sinus di ventrikel menyebabkan terjadinya fibrilasi ventrikel yang mungin sulit dibedakan dengan asistol. Aritmia ini dipertahankan oleh adanya jalur masuk yang berulang-ulang karena bagian dari otot jantung mengalami depolarisasi secara konstan. Fibrilasi ventrikel dimulai ketika daerah pada miokard memiliki bagian refraksi dan bagian konduksi pada jalur masuk. Adanya kombinasi ini menghasilkan irama sendiri.Fibrilasi ventrikel terjadi pada situasi klinis yang bervariasi, namun lebih sering dihubungkan dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan sebagai kondisi terminal. Firilasi ventrikel dapat disebabkan oleh infark miokard akut atau iskemik, atau dapat pula disebabkan oleh skar infark yang kronik. Akumulasi kalsium intraseluler, aktivitas radikal bebas, gangguan metabolik, dan modulasi autonom memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan fibrilasi ventrikel pada iskemik.

Faktor ResikoSebagian besar yang menghadapi masalah ketidakseragaman hentak jantung ini memiliki prognosis yang normal. Pasien tidak memerlukan rawat yang khas. Walau bagaimanapun,bagi pasien yang mengalami gejala yang serius atau yang dikaitkan dengan masalah penyakit-penyakit lain (seperti penyakit jantung) akan menghadapi risiko yang lebih tinggi dan memerlukan rawatan atau perhatian pengobatan yang khusus. Faktor-faktor tersebut adalah :1. Tekanan perasaan atau stress2. Darah tinggi3. Merokok4. Kelesuan, kurang tidur, kerja berlebihanEmergency StatusKarena febrilasi ventrikel adalah penyakit yang paling gawat, diperlukan adanya suatu tindakan yang dapat menyelamatkan nyawa, maka dari itu dibuat lah algoritma penanganan pasien fibrilasi ventrikel oleh American Heart Association (AHA) Algoritma untuk fibrilasi ventrikel dari American Heart Association (2010) adalah1. Aktifkan emergency response system2. Mulai lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan berikan oksigen apabila tersedia3. Pastikan pasien benar-benar mengalami fibrilasi ventrikel sesegera mungkin (bisa dengan menggunakan Automated external defibrillator)4. Lakukan defibrilasi sekalia. Dewasa: 200 J untuk gelombang bifasik dan 360 J untuk gelombang monofasikb. Anak: 2 J/kgBB5. Lanjutkan lagi RJP segera tanpa memeriksa nadi, lakukan selama 5 siklusa. Satu siklus RJP adalah 30 kompresi dan 2 pernapasanb. Lima siklus RJP setidaknya hanya memakan waktu 2 menit (dengan kompresi 100 kali per menit)c. Jangan memeriksa ritme/nadi dulu sebelum 5 siklus RJP terselesaikan6. Saat melakukan RJP, minimalisasi interupsi saat melakukan hal-hal di bawah ini:a. Mencari akses intravenab. Melakukan intubasi endotrakealc. Setelah diintubasi, lanjutkan RJP dengan 100 kompresi per menit tanpa henti serta lakukan respirasi buatan sebanyak 8-10 kali napas per menit.7. Periksa ritme setelah 2 menit RJP8. Ulangi lagi defibrilasi satu kali apabila masih terdapat ventrikel fibrilasi atau belum dirasakan denyut nadi. Gunakan tegangan yang sama seperti pada defibrilasi pertama pada dewasa. Sedangkan pada anak gunakan tegangan sebesar 4 J/kgBB.9. Segera lanjutkan kembali dengan RJP selama 2 menit, setelah defibrilasi10. Terus ulangi siklus berikut ini:a. Pemeriksaan ritmeb. Defibrilasic. RJP 2 menit11. Vasopressora. Beri vasopressor saat RJP sebelum atau sesudah syok, setelah akses intravena atau intraosseous didapatkan,b. Berikan epinefrin 1 mg setiap 3-5 menitc. Pertimbangkan juga pemberian vasopressin 40 unit sebagai pengganti dosis epinefrin pertama atau kedua.12. Antidisritmiaa. Berikan obat antidisritmia saat RJP, sebelum atau sesudah syokb. Berikan amiodarone 300 mg IV/IO satu kali, lalu pertimbangkan lagi pemberian tambahan 150 mg satu kalic. Sebagai pengganti atau tambahan untuk amiodarone, dapat diberikan lidokain 1-1.5 mg/kgBB dosis pertama, dan dosis tambahan 0.5 mg/kgBB. Dosis maksimum yang dapat diberikan adalah 3 mg/kgBB13. Lidokain dan epinefrin dapat diberikan lewat endotrakeal tube apabila akses IV/IO gagal. Gunakan dosis 2.5 kali dari dosis IV.Alat-alat yang digunakanDefibrilasiDefibrilasi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu yang singkat secara asinkron. Indikasinya adalah : VF VT tanpa nadi VT polymorphyc yang tidak stabilDefibrilasi harus dilakukan sedini mungkin dengan alasan :Irama yang didapat pada permulaan henti jantung umumnya adalah ventrikel fibrilasi (VF)Pengobatan yang paling efektif untuk ventrikel fibrilasi adalah defibrilasi.Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin kurang kemungkinan keberhasilannya.Ventrikel fibrilasi cenderung untuk berubah menjadi asistol dalam waktu beberapa menit.Alat yang dipergunakan :1) DefibrilatorDefibrilator adalah alat yang dapat memberikan shock listrik dan dapat menyebabkan depolarisasi sementara dari jantung yang denyutnya tidak teratur, sehingga memungkinkan timbulnya kembali aktifitas listrik jantung yang terkoordinir. Enerji dialirkan melalui suatu elektrode yang disebut paddle. Defibrilator diklasifikasikan menurut 2 tipe bentuk gelombangnya yaitu monophasic dan biphasic. Defibrilator monophasic adalah tipe defibrilator yang pertama kali diperkenalkan, defibrilator biphasic adalah defibrilator yang digunakan pada defibrilator manual yang banyak dipasarkan saat ini.2) JeliJeli digunakan untuk mengurangi tahanan dada dan membantu menghantarkan aliran listrik ke jantung, jeli dioleskan pada kedua paddle.3) EnergiUntuk VF dan VT tanpa nadi, energi awal 360 joule dengan menggunakan monophasic deflbrilator, dapat diulang tiap 2 menit dengan energi yang sama, jika menggunakan biphasic deflbrilator energi yang diperlukan berkisar antara 120 - 200 joule.Prosedur defibrilasi :1) Nyalakan deflbrilator2) Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser tombol enerji3) Paddle diberi jeli secukupnya.4) Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks jantung dan paddle sternum diletakkan pada garis sternal kanan di bawah klavikula.5) Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk mengetahui enerji sudah penuh, banyak macamnya tergantung dari defibrilator yang dipakai, ada yang memberi tanda dengan menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang memberi tanda dengan bunyi bahkan ada juga yang memberi tanda dengan nyala lampu.6) Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar tidak ada lagi anggota tim yang masih ada kontak dengan pasien atau korban, termasuk juga yang mengoperatorkan defibrilator, sebagai contoh:"Enerji siap " "Saya siap " "Tim lain siap"7) Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/VT tanda nadi, pastikan enerji sesuai dengan yang diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah asinkron, jika semua benar, berikan enerji tersebut dengan cara menekan kedua tombol discharge pada kedua paddle. Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien (beban tekanan pada paddle kira-kira 10 kg).8) Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau tetap sama scperti sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan RJP, jika tidak berubah lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey kedua.Automated External Defibrilator (AED)AED adalah sebuah defibrilator yang bekerja secara komputer yang dapat :1. Menganalisa irama jantung seorang korban yang mengalami henti jantung.2. Mengenal irama yang dapat dilakukan tindakan defibrilasi ( shock)3. Memberikan petunjuk pada operator ( dengan memperdengarkan suara atau dengan indikator cahaya)AED digunakan jika korban mengalami henti jantung :1. Tidak berespon2. Tidak bernafas3. Nadi tidak teraba atau tanda - tanda sirkulasi lainElektroda adhesif ditempatkan pada dada korban dan disambungkan ke mesin AED, paddle elektroda mempunyai 2 fungsi yaitu :1. Menangkap sinyal listrik jantung dan mengirimkan sinyal tersebut ke komputer.2. Memberikan shock melalui elektroda jika terdapat indikasi.Basic Life Support (BLS) 7 Resusitasi kardiopulmoner (RKP) merupakan suatu prosedur darurat sebagai usaha mengendalika keadaan henti napas atau henti jantung (kematian klinis) ke funhsi optimal guna mencegah kematian biologis. Kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi arteri femoralis, karotis atau denyut janung yang berujung ditemukannya penurunan kesadaran. Kematian biologis dimana kerusakan ireversibel terjadi hanya kurang 4 menit setelah kematian klinis. Tindakan ini sangat penting bla terjadi henti jantung karena fibirlasi ventrikel ata apapun berbagai sebab diluar rumah saki, pasien dengan hipoteri, overdosis obat, obstruksi jalan napas dan henti napas primer. Dan pada beberapa keadaan RKP tidak dianjurkan : bila henti jantung telah berlangsung lebih 5 menit (kerusakan otak permanen), pada keganasan satdium lanjut, payah jantung refrakter, edema paru refrakter, syok yang mendahului arrest, kelaianan neurologis yag berat, serta penyakit hati, paru, ginjal yang lanjut. Resusitasi kardiopulmoner terdiri dari tiga tahap menurut ILCOR 2010:1) Chest compression (Circulation) : mempertahankan sirkulsi dengan memijat jantung2) Airway patency (Airway) : membebasskan jalan napas supaya tetap terbuka dan bersih3) Ventilation (Breathing) : mempertahakan ventilasi dan oksigenasi paru secara adekuatPencegahanGaya hidup memainkan peranan yang sangat penting untuk mengurangkan resiko penyakit jantung atau rentak jantung yang tidak seragam. Diantara langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencegah penyakit ini adalah :1. Pola makan Makanlah makanan yang rendah kolesterol dan rendah lemak. Makanan ini dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah.2. Berhenti merokok Merokok meningkatkan kadar denyutan jantung. Berhenti merokok menurunkan resiko terhadap rentak jantung yang tidak normal.3. Senam Senam dengan rutin baik untuk kesehatan dan jantung.4. Hindari alkohol dan kafein5. Sebagian obat, ada yang dapat meningkatkan resiko penyakit ini. Hal ini dapat dicegah dengan mengurangi dosisnya atau menghentikan pemakaian untuk sementara. Contoh obat, mis : amitriptilin, terfenadin, dan astemizol.

Daftar Pustaka1. Mubin H. Syok kardiogenik. Dalam: Panduan praktis kedaruratan penyakit dalam. Jakarta : EGC; 2009.h.57-672. Sudoyo dkk. Kegawatdaruratan medik syok kardiogenik. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam; 2006.h.182-843. Santoso M. Anamnesa dan pemeriksaan fisis umum. Dalam: Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta : Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes Indonesia; 2004.h.2-504. Zimmerman J. Diagnosis and Management of Shock. Dalam: Fundamental Critical Support. London: Chapman and Hall, 2009; 65-70. 5. American Heart Association. 2005 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. Dec 13 2005;112(24 Suppl):IV1-203.

1